Anda di halaman 1dari 377

HASIL

RAPAT KERJA NASIONAL II


IKATAN DOKTER INDONESIA
“Peran Strategis IDI Dalam Membangun Kemandirian
dan Meningkatkan Ketahanan Bangsa”

Jakarta, 18 – 20 Desember 2020


DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Kata Pengantar 2
BAB I Hasil Sidang Organisasi 3
1. Komisi A : 5
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2. Komisi B : 81
Pendidikan Kedokteran dan CPD
3. Komisi C : 91
Pelayanan Profesi Kedokteran
4. Komisi D : 141
Etik, Disiplin dan Hukum
5. Komisi E : 151
Kebijakan Organisasi (Eksternal dan Internal)
6. Komisi F : 157
Rekomendasi Organisasi
BAB II Lampiran – Lampiran 171
1. Bahan Sidang Organisasi 172
i. Komisi A : 172
Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
ii. Komisi B : 249
Pendidikan Kedokteran dan CPD
iii. Komisi C : 268
Pelayanan Profesi Kedokteran
iv. Komisi D : 331
Etika, Disiplin dan Hukum
v. Komisi E : 355
Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal
vi. Komisi F : 362
Rekomendasi Organisasi
2. Susunan Panitia Rakernas IDI II 372
3. Susunan Panitia Adhoc Rakernas II 374

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 1 IKATAN DOKTER INDONESIA


Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan perkenannya
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IDI dapat diselenggarakan dengan lancar
Rakernas II IDI ini diadakan di situasi dan kondisi dimana kita sedang mengalami pandemi
covid 19 dimana seharusnya Rakernas diadakan di Kendari, Sulawesi Tenggara namun dengan
adanya pandemi, pelaksanaan Rakernas diadakan secara virtual dan pelaksananya dilakukan
oleh PB IDI.
Rakernas II IDI ini merupakan peristiwa sejarah karena untuk pertama kalinya pertemuan
organisasi diadakan dengan cara virtual dengan kebiasaan yang sangat berbeda.
Rakernas IDI sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga IDI (ART) IDI
adalah rapat yang dihadiri oleh segenap perangkat organisasi dari tingkat pusat dan wilayah.
Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode kepengurusan. Rakernas
berkewenangan untuk menilai pelaksanaan program kerja nasional PB IDI, menyempurnakan
dan memperbaikinya untuk dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya. Selain
itu rakernas mempunyai wewenang mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan
muktamar yang akan datang.
Semoga apa yang dihasilkan dari Rakernas II IDI ini dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan
tindak lanjut program serta menjadi dasar organisasi untuk menyiapkan keputusan-keputusan
saat Muktamar nanti.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta Rakernas yang telah berperan
serta menyumbangkan pokok-pokok pikirannya, kami juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung terlaksananya
acara Rakernas II ini sehingga berjalan dengan sukses dan lancar.
Akhir kata kami berharap hasil rakernas ini dapat dipelajari dan dibahas di IDI Cabang/
Wilayah/Perhimpunan/Keseminatan, sehingga pada Muktamar XXXI nanti dapat menghasilkan
keputusan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan para anggota IDI.
Demikian kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Ketua Umum,

Dr. Daeng M Faqih,SH,MH


NPA. IDI : 44.016

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 2 IKATAN DOKTER INDONESIA


BAB HASIL
I SIDANG ORGANISASI

Jakarta, 18 – 20 Desember 2020


KOMISI A
1. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA IDI

Perubahan AD/ART
a. Perubahan Anggaran Dasar
• Mukaddimah hingga Pasal 2 tidak ada perubahan.
• Pasal 3: Sekretariat PB IDI diusulkan berkedudukan di ibukota NKRI. Namun sebagian
masih tetap berpendapat agar sekretariat tetap di Jakarta. Pada pembahasan komisi
belum bisa diputuskan.
• Pasal 4-13: Tidak ada perubahan
• Pasal 14: Perubahan belum bisa disepakati
• Pasal 15: Ayat (1), frasa “Badan Khusus” dihapus. Penambahan Ayat 3, “Dalam
kondisi kebutuhan tertentu dapat dibentuk panitia Adhoc untuk menyelesaikan
tugas tertentu yang bersifat sementara”.
• Pasal 16: Ayat (3) terdapat penambahan frasa “dan/atau cabang bila diperlukan”.
• Pasal 17: Tidak ada perubahan
• Pasal 18: Ayat (1) tentang Hirarki pengambilan keputusan organisasi IDI menjadi
Muktamar IDI, Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja PB IDI, Rapat Pleno PB IDI, Rapat
Pleno Majelis, Musyawarah Wilayah, Rapat Kerja Wilayah, Rapat Pleno Wilayah,
Musyawarah Cabang, Rapat Kerja Cabang, Rapat Pleno Cabang.
• Pasal 19-22: Digabung menjadi Pasal 19. Belum ada kesepakatan terkait pembahasan
tentang hak paten MARS IDI.
• Pasal 23-24: Menjadi Pasal 20-21. Rapat komisi memutuskan akan dibahas pada
rapat pleno.
• Pasal 25: Menjadi Pasal 22. Frasa “pula perincian” dihapus
• Pasal 26: Menjadi pasal 23. Ayat (2) menjadi “Usulan perubahan di Muktamar diajukan
melalui forum Rakernas”. Ayat (3) menjadi “ Usulan perubahan di Muktamar Luar
Biasa dapat dilakukan atas usulan cabang yang meminta dan/atau cabang yang
memberi dukungan”.
• Pasal 27: Menjadi Pasal 24. Dijabarkan dalam 4 ayat. Ayat (1) Pembubaran organisasi
hanya dapat dilakukan oleh Muktamar yang diadakan khusus untuk itu, atas usulan
lebih dari lima puluh persen jumlah cabang. Pasal (2) Keputusan pembubaran
organisasi atas persetujuan dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah canamg.
Pasal (3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik Ikatan dokter Indonesia
diserahkan kepada badan-badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan oleh
Muktamar. Pasal (4) Tata cara pelaksanaan Muktamar Khusus akan diatur dalam
Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 5 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI A

• Pasal 28: Menjadi Pasal 25 dan 26. Pasal 25, Ayat (1) Setiap anggota Ikatan Dokter
Indonesia dianggap telah mengetahui Anggaran Dasar Ikatan Dokter Indonesia. Ayat
(2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia harus mentaati Anggaran Dasar ini dan
bagi yang melanggarnya akan dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam
Pedoman Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Ayat (3) Dalam hal terjadi
perbedaan penafsiran Anggaran Dasar, maka penafsiran tersebut diserahkan ke
Pengurus Besar. Ayat (4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini dimuat
dalam Anggaran rumah tangga, pedoman tata laksana organisasi dan peraturan
lainya, yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Ikatan Dokter Indonesia.
Pasal 26, Ayat (1) Anggaran dasar Perhimpunan dan Keseminatan harus menyesuaikan
dengan Anggaran dasar Ikatan Dokter Indonesia. Ayat (2) Bagi perhimpunan yang
belum menyesuaikan Anggaran dasar diberikan waktu penyesuaian paling lambat
sampai kongres perhimpunan yang bersangkutan berikutnya.
• Pasal 29: Menjadi Pasal 27. Ayat (2) menjadi “Anggaran Dasar ini disahkan dalam
Sidang Pleno Muktamar, ditetapkan oleh Ketua Umum PB IDI, dicatatkan pada
Notaris dan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM.“

b. Perubahan Anggaran Rumah Tangga


• Pasal 1: Pasal 25 menjadi Pasal 22.
• Pasal 2-6: Tidak ada perubahan
• Pasal 7: Ayat (2) Frasa “Pemberhentian” dirubah menjadi “Kehilangan keanggotaan”.
Penambahan Ayat (3) Kehilangan keanggotaan karena diberhentikan dengan; a.
Melaksanakan putusan MKEK pusat bila dinyatakan telah melakukan pelanggaran
etika profesi; dan/atau; b. Rekomendasi Dewan Pertimbangan bila dinyatakan telah
melakukan pelanggaran disiplin organisasi.
• Pasal 8: Ayat (1) Anggota dapat diberikan sanksi berupa teguran lisan, tertulis,
diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap. Ayat (2) Anggota sebelum
diberikan sanksi wajib didampingi Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota
(BHP2A). Ayat (3) Pemberhentian anggota tetap atau sementara dari keanggotaan
Ikatan Dokter Indonesia dilakukan oleh Ketua Umum PB IDI. Ayat (4) Ketentuan
sanksi dan pembelaan anggota lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi.
• Pasal 9: Ayat (1) Butir (c) ditambahkan frasa “pada akhir masa jabatan”. Butir (l)
dirubah menjadi “Ketentuan lebih lanjut tentang sidang organisasi muktamar pada
butir k diatas lebih lanjut diatur dalam pedoman tata laksana organisasi“. Ayat (2)
tentang Sidang Pleno Butir (b) frasa “dan mendengarkan laporan“ dihapus. Butir (c)
menjadi “Mengukuhkan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih hasil Muktamar Tahun

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 6 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI A

2021“. Butir (i) Menambahkan frasa “dan/atau keseminatan”. Butir (l) dihapuskan.
Butir (a) dan (b) tentang Sidang Komisi dirubah menjadi a. Membahas hasil rakernas
dan materi-materi yang akan ditetapkan dalam sidang pleno; b. Menyerahkan dan
mempresentasikan hasil- hasil sidang komisi kepada sidang pleno. Pembahasan
Pasal 9 di komisi menyepakati bahwa pada Muktamar XXXI Tahun 2021 masih ada
pemilihan Ketua Umum Terpilih dan Pengukuhan Presiden Elect hasil Muktamar XXX
Samarinda Tahun 2018. Pada Muktamar XXXII Tahun 2024, tidak ada lagi pemilihan
Presiden Elect, hanya pengukuhan Presiden Elect hasil Muktamar Tahun 2021.
• Pasal 10-16: Menyepakati draft Panitia Adhoc
• Pasal 17-52: Belum sempat dibahas pada rapat komisi, diserahkan kepada sidang
pleno untuk memutuskan apakah akan terus dibahas pada forum atau Panitia Adhoc
Muktamar yang juga bertugas membuat naskah akademiknya.

c. Usulan dan Tanggapan yang Berkembang


• Dibentuk panitia khusus untuk membahas AD ART sampai tuntas, kemudian
disosialisasikan ke IDI Wilayah/Cabang, sehingga di Muktamar hanya membahas
beberapa hal penting saja.
• Komisi E pada Muktamar Samarinda memutuskan perlu ada naskah akademis terkait
AD ART.
• Bahan Muktamar berasal dari Rakernas dan usulan cabang/wilayah menyesuaikan
perkembangan yang terjadi.
• Hirearki terkait Rapat Kerja dan Rapat Pleno perlu diperjelas.
• Rapat Pleno Diperluas diadakan kembali.
• Mengingat besarnya keinginan cabang mengikuti Rakernas, maka seluruh cabang
setidaknya menjadi peninjau.
• Perlu alasan yang kuat untuk menghapus Presiden Elect dan MPP, sehingga setiap
perubahan perlu Naskah Akademis..
• Perlu adanya pengaturan perhimpunan sub spesialis pada MPPK
• PDUI mempertanyakan alasan pencoretan ayat tentang Kolegium Dokter Indonesia
dan mengajukan dissenting opinion terkait penghapusan ayat tersebut.
• Pengaturan kekayaan organisasi perlu diperjelas sampai ke tingkat cabang.
• Penggunaan daring/online untuk komunikasi organisasi perlu dibahas di AD atau
ART.
• Perlu ada sinkronisasi Ortala Majelis – Majelis dengan Ortala IDI yang disahkan di
Muktamar, dengan mengedepankan kemandirian dan otonomi dari Majelis-Majelis.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 7 IKATAN DOKTER INDONESIA


DRAFT AD HOC A – RAKERNAS IDI 2020

KOMISI A
Usulan Perubahan AD/ART IDI
Pembahasan Rakernas 2020
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

ANGGARAN DASAR ANGGARAN DASAR


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

IKATAN DOKTER INDONESIA IKATAN DOKTER INDONESIA

MUKADDIMAH MUKADDIMAH MUKADDIMAH

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Tidak ada perubahan Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa
Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari
kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban
mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya Kesatuan Republik Indonesia menuju tercapainya
kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur. kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur.

Dokter Indonesia sebagai warga bangsa yang ikut aktif Dokter Indonesia sebagai warga bangsa yang ikut aktif
dalam gerakan dan perjuangan kemerdekaan, sadar dalam gerakan dan perjuangan kemerdekaan, sadar
akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung
8

jawabnya kepada umat manusia dan bangsa, bertekad jawabnya kepada umat manusia dan bangsa, bertekad
memberikan darma baktinya untuk mewujudkan nilai- memberikan darma baktinya untuk mewujudkan nilai-
nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
IKATAN DOKTER INDONESIA

kehidupan keprofesian. kehidupan keprofesian.

Sesuai dengan tujuan umum terbentuknya organisasi Sesuai dengan tujuan umum terbentuknya organisasi
Profesi yang mengedepankan pentingnya independensi Profesi yang mengedepankan pentingnya independensi
dan otonomi profesi, serta mengutamakan kepentingan dan otonomi profesi, serta mengutamakan kepentingan
masyarakat, maka dalam darma baktinya sebagai salah masyarakat, maka dalam darma baktinya sebagai salah
satu pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter satu pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter
Indonesia perlu meningkatkan profesionalisme dan Indonesia perlu meningkatkan profesionalisme dan
peran sebagai agen pembaharu (agent of change) dan peran sebagai agen pembaharu (agent of change) dan
agen pembangunan (agent of development) terutama agen pembangunan (agent of development) terutama
dalam advokasi kesehatan dengan berpegang teguh dalam advokasi kesehatan dengan berpegang teguh
pada sumpah dokter dan kode etik kedokteran pada sumpah dokter dan kode etik kedokteran
Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang sehat Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang sehat
dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan dalam dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan dalam
UUD 45 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa UUD 45 pasal 28 H ayat (1) yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Peran dokter Indonesia tersebut di atas dapat Peran dokter Indonesia tersebut di atas dapat
terlaksana dengan jiwa dan semangat gerakan terlaksana dengan jiwa dan semangat gerakan
Boedhi Oetomo pada tahun 1908 serta jiwa dan Boedhi Oetomo pada tahun 1908 serta jiwa dan
semangat Persaudaraan Dokter Indonesia (vereniging semangat Persaudaraan Dokter Indonesia (vereniging
van inlandische artsen) yang terwujud sejak 1911, van inlandische artsen) yang terwujud sejak 1911,
dilanjutkan dengan menggalang seluruh potensi yang dilanjutkan dengan menggalang seluruh potensi yang
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dimiliki dalam satu organisasi. Jiwa dan semangat dimiliki dalam satu organisasi. Jiwa dan semangat
Boedhi Oetomo dan Persaudaraan Dokter Indonesia Boedhi Oetomo dan Persaudaraan Dokter Indonesia
ini telah mengilhami Ikatan Dokter Indonesia lahir, ini telah mengilhami Ikatan Dokter Indonesia lahir,
tumbuh dan berkembang menjadi Organisasi yang tumbuh dan berkembang menjadi Organisasi yang
memiliki nilai – nilai profesionalisme, integritas etik memiliki nilai – nilai profesionalisme, integritas etik
dan moral, pengabdian, independen dan kesejawatan dan moral, pengabdian, independen dan kesejawatan
untuk melakukan upaya - upaya memajukan, menjaga untuk melakukan upaya - upaya memajukan, menjaga
dan meningkatkan harkat dan martabat Dokter dan meningkatkan harkat dan martabat Dokter
Indonesia serta menjadi bagian dalam memajukan Indonesia serta menjadi bagian dalam memajukan
kesejahteraaan umum dan mencerdaskan kehidupan kesejahteraaan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia sebagai tujuan dan cita – cita Ikatan bangsa Indonesia sebagai tujuan dan cita – cita Ikatan
Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.
9

Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi
hanya dapat dicapai atas petunjuk Tuhan Yang Maha hanya dapat dicapai atas petunjuk Tuhan Yang Maha
Esa disertai usaha-usaha teratur, terencana dan Esa disertai usaha-usaha teratur, terencana dan
IKATAN DOKTER INDONESIA

penuh kebijakan, digerakkan dengan pedoman yang penuh kebijakan, digerakkan dengan pedoman yang
berbentuk anggaran dasar maka disusunlah Anggaran berbentuk anggaran dasar maka disusunlah Anggaran
Dasar Ikatan Dokter Indonesia sebagai berikut: Dasar Ikatan Dokter Indonesia sebagai berikut:

BAB I BAB I BAB I


NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1 Pasal 1
Nama Nama

Organisasi ini bernama Ikatan Dokter Indonesia (The Organisasi ini bernama Ikatan Dokter Indonesia (The
Indonesian Medical Association) disingkat IDI. Indonesian Medical Association) disingkat IDI.

Pasal 2 Pasal 2
Waktu Waktu

IDI didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1950 IDI didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1950
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3 Pasal 3 Pasal 3


Tempat Kedudukan Tempat Kedudukan Tempat Kedudukan
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Ikatan Dokter Indonesia berkedudukan di Jakarta, Ikatan Dokter Indonesia berkedudukan di Sektretariat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Note rakernas Pasal 3
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Belum bias diputuskan di pembahasan
Indonesia. Republik Indonesia. komisi A

BAB II BAB II BAB II


DASAR, ASAS DAN SIFAT DASAR, ASAS DAN SIFAT
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 4 Pasal 4
Dasar Dasar

IDI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Tidak ada perubahan IDI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Pasal 5 Pasal 5
Asas Asas

IDI Berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, IDI Berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, musyawarah, keadilan, kesejawatan, perikemanusiaan, musyawarah, keadilan, kesejawatan,
dan Profesionalisme yang dijiwai oleh sumpah dokter dan Profesionalisme yang dijiwai oleh sumpah dokter
dan kode etik kedokteran indonesia. dan kode etik kedokteran indonesia.
10

Pasal 6 Pasal 6
Sifat Sifat
IKATAN DOKTER INDONESIA

IDI adalah organisasi profesi dokter yang bersifat IDI adalah organisasi profesi dokter yang bersifat
nasional, independen dan nirlaba. nasional, independen dan nirlaba.

BAB III BAB III BAB III Usulan dr. Bachtiar:


TUJUAN DAN USAHA TUJUAN DAN USAHA

Pasal 7 Pasal 7 Pasal 7


Tujuan Tujuan Tujuan

1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia Tidak ada perubahan 1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia 1. Mewujudkan kesehatan untuk semua
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan sebagaimana dimaksud dalam pembukaan bangsa indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; Tahun 1945;

2. Memadukan segenap potensi dokter di Indonesia, 2. Memadukan segenap potensi dokter di Indonesia, 2. Memadukan dan menghimpun segenap
meningkatkan harkat, martabat, dan kehormatan meningkatkan harkat, martabat, dan kehormatan dokter indonesia dalam mewujudkan
diri dan profesi kedokteran di Indonesia, diri dan profesi kedokteran di Indonesia, kesejahteraan dan kebahagiaan bangsa
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi indonesia
kedokteran, dalam rangka meningkatkan derajat kedokteran, dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat
sehat dan sejahtera. sehat dan sejahtera.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 8 Pasal 8 Tanggapan dr. Rudi:


Usaha Usaha

Membina dan mengembangkan kemampuan untuk Membina dan mengembangkan kemampuan untuk Tidak perlu dirubah, sudah sesuai
meningkatkan profesionalisme dan peran sebagai meningkatkan profesionalisme dan peran sebagai perundang-undangan RI
agen pembaharu (agent of change) serta agen agen pembaharu (agent of change) serta agen
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

pembangunan (agent of development) terutama pembangunan (agent of development) terutama


dalam advokasi kesehatan, melalui : dalam advokasi kesehatan, melalui :

1. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah 1. Memelihara dan membina terlaksananya sumpah
dokter dan kode etik kedokteran Indonesia; dokter dan kode etik kedokteran Indonesia;

2. Meningkatkan mutu pendidikan profesi 2. Meningkatkan mutu pendidikan profesi


kedokteran, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran, penelitian dan pengembangan ilmu
kedokteran, serta ilmu-ilmu yang berhubungan kedokteran, serta ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan kedokteran; dengan kedokteran;

3. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan 3. Memperjuangkan dan memelihara kepentingan


serta kedudukan dokter di Indonesia sesuai serta kedudukan dokter di Indonesia sesuai
dengan harkat dan martabat profesi kedokteran; dengan harkat dan martabat profesi kedokteran;
11

4. Bermitra dengan semua pihak terkait dalam 4. Bermitra dengan semua pihak terkait dalam
pengembangan kebijakan kesehatan; pengembangan kebijakan kesehatan;
IKATAN DOKTER INDONESIA

5. Memberdayakan masyarakat dalam menjaga dan 5. Memberdayakan masyarakat dalam menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatannya; meningkatkan derajat kesehatannya;

6. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan- 6. Mengadakan hubungan kerjasama dengan badan-
badan lain, pemerintah atau swasta, di dalam badan lain, pemerintah atau swasta, di dalam
negeri atau di luar negeri yang mempunyai tujuan negeri atau di luar negeri yang mempunyai tujuan
yang sama atau selaras; yang sama atau selaras;

7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan 7. Melaksanakan usaha-usaha untuk kesejahteraan


anggota; anggota;

8. Melaksanakan usaha lain yang berguna untuk 8. Melaksanakan usaha lain yang berguna untuk
mencapai tujuan sepanjang tidak bertentangan mencapai tujuan sepanjang tidak bertentangan
dengan sifat dan dasar organisasi. dengan sifat dan dasar organisasi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

BAB IV BAB IV BAB IV


STATUS, FUNGSI DAN PERAN STATUS, FUNGSI DAN PERAN

Pasal 9 Pasal 9
Status Status
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

1). Ikatan Dokter Indonesia merupakan satu-satunya Tidak ada perubahan 1). Ikatan Dokter Indonesia merupakan satu-satunya
organisasi profesi kedokteran di Indonesia. organisasi profesi kedokteran di Indonesia.

2). Ikatan Dokter Indonesia berbadan hukum 2). Ikatan Dokter Indonesia berbadan hukum
Perkumpulan. Perkumpulan.

Pasal 10 Pasal 10
Fungsi Fungsi

Ikatan Dokter Indonesia berfungsi sebagai pemersatu, Ikatan Dokter Indonesia berfungsi sebagai pemersatu,
pembina dan pemberdaya dokter di Indonesia. pembina dan pemberdaya dokter di Indonesia.

Pasal 11 Pasal 11
Peran Peran
12

Ikatan Dokter Indonesia adalah organisasi yang Ikatan Dokter Indonesia adalah organisasi yang
mendorong peningkatan peran dokter yang meliputi mendorong peningkatan peran dokter yang meliputi
IKATAN DOKTER INDONESIA

peran profesional medis, agen pembaharu (agent peran profesional medis, agen pembaharu (agent
of change), dan pelaku pembangunan (agent of of change), dan pelaku pembangunan (agent of
development) di bidang kesehatan. development) di bidang kesehatan.

BAB V BAB V BAB V


KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN

Pasal 12 Pasal 12
Anggota Anggota

Anggota terdiri dari : Tidak ada perubahan Anggota terdiri dari :

1. Anggota Biasa 1. Anggota Biasa

2. Anggota Luar Biasa 2. Anggota Luar Biasa

BAB VI BAB VI BAB VI


STRUKTUR ORGANISASI STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 13 Pasal 13
Kekuasaan Kekuasaan
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat nasional Kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat nasional
berada pada muktamar, di tingkat provinsi berada berada pada muktamar, di tingkat provinsi berada
pada musyawarah wilayah, dan di tingkat kabupaten/ pada musyawarah wilayah, dan di tingkat kabupaten/
kota berada pada musyawarah cabang. kota berada pada musyawarah cabang.

Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14.


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Struktur Kepemimpinan Struktur Kepemimpinan Struktur Kepemimpinan Struktur kepemimpinan

(1) Tingkat Pusat : (1) Tingkat Pusat : 1. Terjadi perubahan urutan

a. Terdiri dari Pengurus Besar IDI, Majelis d. Ketua Umum Pengurus Besar adalah a. Ketua Umum Pengurus Besar adalah 2. Harus sesuai dengan putusan MK
Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), pimpinan Organisasi IDI di tingkat Pusat, pimpinan Organisasi IDI di tingkat Pusat, yang
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), yang melaksanakan kegiatan eksekutif melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi
dan Majelis Pengembangan Pelayanan organisasi dan bertanggung jawab untuk dan bertanggung jawab untuk dan atas nama
Keprofesian (MPPK), yang masing-masing dan atas nama organisasi. organisasi.
memiliki wewenang dan tanggung jawab
sesuai tugasnya.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Umum c. Ketua Umum Pengurus Besar IDI dibantu b. Ketua Umum Pengurus Besar IDI dibantu 3. Terdapat 2 usulan, yaitu: Ketua Majelis
Pengurus Besar IDI mengkoordinasikan secara oleh Majelis-Majelis (MKEK, MKKI, MPPK) oleh Majelis-Majelis (MKEK, MKKI, MPPK) bertanggung jawab di muktamar
13

terintegrasi dengan Ketua Majelis Kolegium yang masing-masing memiliki wewenang yang masing-masing memiliki wewenang dan melalui Ketua Umum PB IDI Atau Ketua
Kedokteran Indonesia (MKKI), Ketua Majelis dan tanggung jawab sesuai tugasnya. tanggung jawab sesuai tugasnya. Majelis bertanggung jawab kepada
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Ketua Umum
IKATAN DOKTER INDONESIA

Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan


Keprofesian (MPPK) dalam Musyawarah
Pimpinan Pusat (MPP).

c. Ketua Umum Pengurus Besar IDI dibantu oleh f. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) c. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) 4. Dewan pakar tidak diperlukan karena
Majelis - Majelis yang masing-masing memiliki adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat kepakaran telah ada dalam MPPK dan
kewenangan secara internal organisasi dan pusat bersifat otonom yang mengatur pusat bersifat otonom yang mengatur MKKI
bertanggung jawab kepada Muktamar. kegiatan internal organisasi dalam bidang kegiatan internal organisasi dalam bidang
etika kedokteran dan bertanggung jawab di etika kedokteran dan bertanggung jawab di
Muktamar melalui Ketua Umum PB IDI. Muktamar melalui Ketua Umum PB IDI.

d. Ketua Umum Pengurus Besar adalah e. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia d. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia 5. Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP)
pimpinan Organisasi IDI di tingkat Pusat, yang (MKKI) adalah salah satu unsur pimpinan (MKKI) adalah salah satu unsur pimpinan di sifatnya koordinasi, tidak untuk
melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi di tingkat pusat bersifat otonom yang tingkat pusat bersifat otonom yang mengatur mengambil keputusan. Keputusan
dan bertanggungjawab untuk dan atas nama mengatur kegiatan internal organisasi kegiatan internal organisasi dalam bidang diambil pada rapat pleno.
organisasi. dalam bidang pendidikan kedokteran dan pendidikan kedokteran dan bertanggung
bertanggung jawab di Muktamar melalui jawab di Muktamar melalui Ketua Umum PB
Ketua Umum PB IDI. IDI.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

e. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) g. Majelis Pengembangan Pelayanan e. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat Keprofesian (MPPK) adalah salah satu unsur (MPPK) adalah salah satu unsur pimpinan
pusat bersifat otonom yang berperan dan pimpinan di tingkat pusat bersifat otonom di tingkat pusat bersifat otonom yang
bertanggungjawab untuk mengatur kegiatan yang mengkoordinasikan kegiatan internal mengkoordinasikan kegiatan internal
internal organisasi dalam bidang pendidikan organisasi dalam bidang pengembangan organisasi dalam bidang pengembangan
kedokteran. pelayanan keprofesian bermutu dan pelayanan keprofesian bermutu dan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

bertanggung jawab di Muktamar melalui bertanggung jawab di Muktamar melalui


Ketua Umum PB IDI. Ketua Umum PB IDI.

f. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) h. Pengurus Besar membentuk Dewan f. Pengurus Besar membentuk Dewan
adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat Pertimbangan yang menpunyai fungsi Pertimbangan yang menpunyai fungsi sebagai
pusat bersifat otonom yang berperan dan sebagai pertimbangan terhadap disiplin pertimbangan terhadap disiplin organisasi dan
bertanggungjawab dalam mengatur kegiatan organisasi dan pengawasan internal pengawasan internal organisasi. Ketentuan
internal organisasi dalam bidang etika organisasi. Ketentuan lebih lanjut tentang lebih lanjut tentang dewan pertimbangan akan
kedokteran. dewan pertimbangan akan diatur dalam diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan
ART dan Ortala. ortala

g. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Perlu adanya board yang memantau dan
(MPPK) adalah salah satu unsur pimpinan bisa mengarahkan/memberi masukan
14

di tingkat pusat bersifat otonom yang jalannya kepemimpinan organisasi sesuai


berperan dan bertanggungjawab untuk amanat Muktamar. Dewan pakar yang ada
mengkoordinasikan kegiatan internal lebih kepada fungsi science dan knowledge.
IKATAN DOKTER INDONESIA

organisasi dalam bidang pengembangan


Pelayanan Keprofesian bermutu.

h. Pengurus Besar membentuk Dewan


Pertimbangan dan Dewan Pakar Organisasi.

i. Dewan Pertimbangan di setiap tingkatan Fungsi pengawasan internal perlu


IDI juga memiliki peran dan fungsi sebagai dimasukkan dalam aturan organisasi. Perlu
pengawas internal organisasi pembentukan suatu badan yang berfungsi
mengawal semua amanat muktamar.

(2) Tingkat Wilayah: (2) Tingkat Wilayah: Note : ART harus menjelaskan tentang
peserta pleno.

Ketua Pengurus Wilayah adalah Pimpinan Ketua Pengurus Wilayah adalah Pimpinan Note: di tingkat cabang dimungkinkan
Organisasi IDI di tingkat Provinsi berkedudukan di Organisasi IDI di tingkat Provinsi berkedudukan di pembentukan komisariat perhimpunan
Ibu Kota Provinsi, yang dibantu oleh MKEK Wilayah Ibu Kota Provinsi, yang dibantu oleh MKEK Wilayah dan/ atau keseminatan.
dan MPPK Wilayah. dan MPPK Wilayah.

Catatan rakernas:

(3) Tingkat Cabang: (3) Tingkat Cabang: Komisi A belum bisa memutuskan
pembahasan pasal 14.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Ketua Pengurus Cabang adalah Pimpinan Ketua Pengurus Cabang adalah Pimpinan
Organisasi IDI di tingkat Kabupaten/Kota Organisasi IDI di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota, yang
dibantu oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran dibantu oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Cabang. dan MPPK jika diperlukan Cabang.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 15


Badan-Badan Badan-Badan Badan-Badan

1) Badan adalah instansi organisasi yang bersifat 1) Badan adalah instansi organisasi yang 1) Badan adalah instansi organisasi yang bersifat
taktis dan dibentuk untuk menunjang program- bersifat taktis dan dibentuk untuk taktis dan dibentuk untuk menunjang program-
program IDI yang terdiri dari Badan Kelengkapan menunjang program-program IDI yang program IDI yang disebut Badan Kelengkapan dan
dan Badan Khusus. disebut Badan Kelengkapan dan Badan Badan Khusus.
Khusus.

2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro Hukum, 2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro Hukum, 2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro Hukum,
Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), Pembinaan dan Pembelaan Anggota Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A),
Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian (BHP2A), Badan Pengembangan Pendidikan Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan Informasi Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB), Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan Informasi
(BADIN), dan badan kelengkapan lainnya sesuai Badan Data dan Informasi (BADIN), dan (BADIN), dan badan kelengkapan lainnya sesuai
15

dengan kebutuhan organisasi. badan kelengkapan lainnya sesuai dengan dengan kebutuhan organisasi.
kebutuhan organisasi.
IKATAN DOKTER INDONESIA

3) Dalam kondisi kebutuhan tertentu 3) Dalam kondisi kebutuhan tertentu dapat dibentuk
dapat dibentuk panitia Adhoc untuk panitia Adhoc untuk menyelesaikan tugas tertentu
menyelesaikan tugas tertentu yang bersifat yang bersifat sementara.
sementara.

Pasal 16 Pasal 16
Majelis – Majelis Majelis – Majelis

(1) Majelis-majelis : (1) Majelis-majelis :

1) Majelis Kehormatan Etik Kedokteran 1) 


Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Tupoksi MKEK adalah suatu hal yang krusial
(MKEK) adalah salah satu unsur Pimpinan (MKEK) adalah salah satu unsur Pimpinan yang harus ada di dalam AD/ART, yang
dalam struktur kepengurusan IDI di setiap dalam struktur kepengurusan IDI di setiap berkaitan dengan fatwa dan pemberian
tingkatan bersifat otonom yang berperan tingkatan bersifat otonom yang berperan sanksi etik. Ortala MKEK harus diperkuat di
dan bertanggung-jawab dalam rangka dan bertanggung-jawab dalam rangka dalam AD/ART.
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan
etika kedokteran. etika kedokteran.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

2) Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) 2) Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI)
adalah salah satu unsur Pimpinan dalam adalah salah satu unsur Pimpinan dalam
struktur kepengurusan IDI di tingkat pusat struktur kepengurusan IDI di tingkat pusat
bersifat otonom yang bertanggung-jawab bersifat otonom yang bertanggung-jawab
mengkoordinasi dan mengatur kolegium- mengkoordinasi dan mengatur kolegium-
kolegium dalam pelaksanaan pendidikan kolegium dalam pelaksanaan pendidikan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

kedokteran. kedokteran.

3) Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian 3) Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian


(MPPK) adalah salah satu unsur Pimpinan (MPPK) adalah salah satu unsur Pimpinan
dalam struktur kepengurusan IDI di tingkat dalam struktur kepengurusan IDI di tingkat
pusat dan wilayah bersifat otonom yang pusat dan wilayah dan/atau cabang bila
bertanggung jawab untuk pembinaan diperlukan bersifat otonom yang bertanggung
(pengelolaan) sistem pelayanan kedokteran jawab untuk pembinaan (pengelolaan) sistem
yang bermutu melalui berbagai upaya pelayanan kedokteran yang bermutu melalui
pengembangan keprofesian. berbagai upaya pengembangan keprofesian.

Pasal 17 Pasal 17
Pengambilan Keputusan Organisasi Pengambilan Keputusan Organisasi
16

1) Pengambil Keputusan Organisasi di Tingkat Pusat 1) Pengambil Keputusan Organisasi di Tingkat Pusat
adalah Pengurus Besar, di Tingkat Wilayah adalah adalah Pengurus Besar, di Tingkat Wilayah adalah
IKATAN DOKTER INDONESIA

Pengurus Wilayah, di Tingkat Cabang adalah Pengurus Wilayah, di Tingkat Cabang adalah
Pengurus Cabang. Pengurus Cabang.

2) Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus 2) Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus
Cabang melakukan pengambilan keputusan Cabang melakukan pengambilan keputusan
melalui suatu mekanisme pengambilan keputusan melalui suatu mekanisme pengambilan keputusan
IDI. IDI.

3) Mekanisme pengambilan keputusan organisasi 3) Mekanisme pengambilan keputusan organisasi


melalui musyawarah untuk mufakat, bila tidak melalui musyawarah untuk mufakat, bila tidak
tercapai mufakat dapat melalui pemungutan suara. tercapai mufakat dapat melalui pemungutan suara.

4) Dalam keadaan mendesak Ketua Pengurus IDI 4) Dalam keadaan mendesak Ketua Pengurus IDI
sesuai tingkatan dapat mengambil keputusan sesuai tingkatan dapat mengambil keputusan
tanpa melalui mekanisme pengambilan keputusan tanpa melalui mekanisme pengambilan keputusan
IDI sebagaimana pada butir (3), sepanjang tidak IDI sebagaimana pada butir (3), sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta dipertanggung- Anggaran Rumah Tangga serta dipertanggung-
jawabkan kepada Muktamar untuk PB IDI, jawabkan kepada Muktamar untuk PB IDI,
Musyawarah Wilayah untuk IDI Wilayah dan Musyawarah Wilayah untuk IDI Wilayah dan
Musyawarah Cabang untuk IDI Cabang. Musyawarah Cabang untuk IDI Cabang.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18

Hirarki PengambilanKeputusan dan Peraturan Hirarki PengambilanKeputusan dan Peraturan Hirarki PengambilanKeputusan dan Peraturan

(1) Hirarki pengambilan keputusan organisasi IDI (1) Hirarki pengambilan keputusan organisasi (1) Hirarki pengambilan keputusan organisasi IDI
adalah sebagai berikut: IDI adalah sebagai berikut: adalah sebagai berikut:
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

a. Muktamar IDI a. Muktamar IDI a. Muktamar IDI

b. Rapat Kerja Nasional b. Rapat Kerja Nasional b. Rapat Kerja Nasional

c. Rapat Pleno PB IDI c. Rapat Kerja PB IDI c. Rapat Kerja PB IDI

d. Rapat Pleno Majelis d. Rapat Pleno PB IDI d. Rapat Pleno PB IDI

e. Musyawarah Wilayah e. Rapat Pleno Majelis e. Rapat Pleno Majelis

f. Rapat Pleno Wilayah f. Musyawarah Wilayah f. Musyawarah Wilayah

g. Musyawarah Cabang g. Rapat Pleno Wilayah g. Rapat kerja Wilayah


17

h. Rapat Pleno Cabang h. Musyawarah Cabang h. Rapat Pleno Wilayah

i. Rapat Pleno Cabang i. Musyawarah Cabang


IKATAN DOKTER INDONESIA

j. Rapat Kerja Cabang

k. Rapat Pleno Cabang

(2) Hirarki Peraturan Organisasi IDI adalah sebagai (2) Hirarki Peraturan Organisasi IDI adalah sebagai
berikut: berikut:

a. Anggaran Dasar. a. Anggaran Dasar.

b. Anggaran Rumah Tangga. b. Anggaran Rumah Tangga.

c. Ketetapan Muktamar selain anggaran dasar c. Ketetapan Muktamar selain anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga. dan anggaran rumah tangga.

d. Keputusan Rapat kerja nasional. d. Keputusan Rapat kerja nasional.

e. Peraturan Pengurus Besar. e. Peraturan Pengurus Besar.

f. Peraturan Ketua Umum Pengurus Besar. f. Peraturan Ketua Umum Pengurus Besar.

g. Keputusan Ketua Umum Pengurus Besar. g. Keputusan Ketua Umum Pengurus Besar.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

h. Peraturan Majelis. h. Peraturan Majelis.

i.  Keputusan Ketua Majelis. i. Keputusan Ketua Majelis.

j. Ketetapan Musyawarah Wilayah. j. Ketetapan Musyawarah Wilayah.


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

k. Peraturan Wilayah. k. Peraturan Wilayah.

l. Keputusan Ketua Wilayah. l. Keputusan Ketua Wilayah.

m. Ketetapan Musyawarah Cabang. m. Ketetapan Musyawarah Cabang.

n. Peraturan Cabang. n. Peraturan Cabang.

o. Keputusan Ketua Cabang. o. Keputusan Ketua Cabang.

(3) Setiap pengambilan keputusan organisasi IDI, (3) Setiap pengambilan keputusan organisasi IDI,
wajib dan harus memperhatikan keputusan wajib dan harus memperhatikan keputusan
organisasi yang lebih tinggi. organisasi yang lebih tinggi.

(4) Setiap peraturan organisasi yang dibuat tidak (4) Setiap peraturan organisasi yang dibuat tidak
18

boleh bertentangan dengan peraturan organisasi boleh bertentangan dengan peraturan organisasi
yang lebih tinggi. yang lebih tinggi.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(5) Setiap peraturan organisasi yang dibuat oleh Pasal 18 Ayat 5: (5) 
Setiap peraturan organisasi yang dibuat oleh
instansi dalam lingkungan IDI tidak boleh Setiap peraturan organisasi yang dibuat oleh instansi dalam lingkungan IDI tidak boleh
bertentangan dengan peraturan organisasi IDI instansi dalam lingkungan IDI tidak boleh bertentangan dengan peraturan organisasi
yang sudah ada. bertentangan dengan peraturan organisasi diatasnya.
diatasnya.

BAB VII BAB VII BAB VII


LOGO, BENDERA, ATRIBUT, HYMNE DAN MARS ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI, HYMNE, ATRIBUT, HYMNE, DAN MARS IDI
DAN MARS

Pasal 19 Pasal 19 Pasal 19

(1) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah diatas 1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI, 1) Atribut IDI terdiri atas logo IDI, pataka, seragam, Perubahan rakernas ayat 1
dasar putih, di tengah terdapat tulisan IDI, sebuah seragam, kartu anggota dan identitas kartu anggota dan identitas lainnya Attribut IDI terdiri atas: logo, pataka,
tongkat dengan ular melingkar yang kepalanya lainnya seragam, kartu anggota, dan benda lain
menghadap ke kanan. yang menggunakan lambang IDI
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(2) Tulisan IDI, tongkat dan ular berwarna hitam. 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah diatas
diatas dasar putih, di tengah terdapat dasar putih, di tengah terdapat tulisan IDI, sebuah
tulisan IDI, sebuah tongkat dengan ular tongkat dengan ular melingkar yang kepalanya
melingkar yang kepalanya menghadap ke menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi pengamat.
kiri jika dilihat dari sisi pengamat. Tulisan IDI, Tulisan IDI, tongkat dan ular berwarna hitam.
tongkat dan ular berwarna hitam.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

3) Pataka IDI adalah bendera dengan warna 3) Pataka IDI adalah bendera dengan warna dasar
dasar hijau dengan tulisan sarjana husada hijau dengan tulisan sarjana husada dharma
dharma nirmala, terdapat tongkat yang nirmala, terdapat tongkat yang dilingkari ular
dilingkari ular menghadap ke bawah dengan menghadap ke bawah dengan terdapat sayap
terdapat sayap mengepak di bawahnya mengepak di bawahnya tertulis Ikatan dokter
tertulis Ikatan dokter indonesia dalam pita indonesia dalam pita hitam dengan garis kuning
hitam dengan garis kuning

4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang diciptakan
diciptakan oleh ibu Tuti Nizar. oleh ibu Tuti Nizar.

5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan semangat Penetapan MARS IDI, dipatenkan oleh
semangat yang di tetapkan dalam yang di tetapkan dalam muktamar XXIX di medan penciptanya, apakah nantinya akan
19

muktamar XXIX di medan yang diciptakan yang diciptakan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. A Atas bermasalah hukum dengan kita yang
oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. A Atas usulan usulan IDI Wilayah Riau menggunakannya?
IKATAN DOKTER INDONESIA

IDI Wilayah Riau

Pasal 20 Pasal 20, 21 dan 23 di ganti dengan pasal 19


Bendera karena sudah ada semua

(1) Bendera IDI yang juga disebut Pataka IDI


merupakan perangkat organisasi yang digunakan
pada kegiatan-kegiatan resmi IDI yang diletakkan
mendampingi bendera Merah Putih.

(2) Warna Bendera/Pataka IDI adalah hijau berukuran


100 x 150 cm.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(3) Bendera/Pataka IDI terdiri dari tulisan Sarjana


Husada Darma Nirmala berwarna kuning, di
bawahnya terdapat 10 buah berkas sinar berwarna
kuning, di bawahnya terdapat tongkat dengan ular
melingkar yang kepalanya menghadap ke kanan
berwarna kuning, di bawahnya terdapat lingkaran
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

13 mata rantai berwarna kuning, di samping


tongkat terdapat 2 sayap berwarna putih yang
masing-masing terdiri dari 9 lembar bulu sayap,
di bawahnya terdapat pita hitam dengan tulisan
Ikatan Dokter Indonesia, dan di paling bawah
terdapat simbol bunga teratai berwarna putih
dengan tulisan IDI di atasnya.

Pasal 21
Atribut

(1) Atribut adalah merupakan perlengkapan sebagai


identitas organisasi IDI. Dapat berupa badge,
20

pakaian, sticker, pin, jas IDI, rompi, topi, dan lain


sebagainya.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(2) Atribut organisasi harus mencantumkan Logo IDI.

Pasal 22
Hymne Dan MARS

(1) Hymne organisasi adalah Hymne IDI.

(2) Hymne IDI adalah lagu yang diciptakan oleh Ibu


Tuti Nizar.

(3) MARS organisasi adalah MARS IDI.

(4) MARS IDI adalah lagu yang diciptakan oleh


Dr.Nazardi Oyong,Sp.A

BAB VIII BAB VIII BAB VIII


KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 23 Pasal 20 Note; rakernas pasal 20 dibahas lebih


Keuangan Organisasi Keuangan Organisasi lanjut
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(1) Keuangan organisasi adalah dana yang dimiliki Tidak ada perubahan (1) Keuangan organisasi adalah dana yang dimiliki
organisasi dan dimanfaatkan serta dipergunakan organisasi dan dimanfaatkan serta dipergunakan
untuk kepentingan kegiatan organisasi. untuk kepentingan kegiatan organisasi.

(2) Keuangan organisasi diperoleh dari : (2) Keuangan organisasi diperoleh dari :
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

a. Iuran Anggota. a. Iuran Anggota.

b. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat. b. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat.

c. Usaha-usaha lain yang sah. c. Usaha-usaha lain yang sah.

(3) Kepemilikan keuangan organisasi sebagaimana (3) Kepemilikan keuangan organisasi sebagaimana
tersebut di atas, atas nama badan hukum Ikatan tersebut di atas, atas nama badan hukum Ikatan
Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

Kekayaan Organisasi Kekayaan Organisasi


Pasal 24 Pasal 21

(1) Kekayaan Organisasi adalah aset milik organisasi (1) Kekayaan Organisasi adalah aset milik organisasi Note; rakernas pasal 21 dibahas lebih lanjut
21

baik yang bergerak maupun tidak bergerak di baik yang bergerak maupun tidak bergerak di
semua tingkatan. semua tingkatan.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(2) Pengurus IDI di setiap tingkatan bertanggung (2) Pengurus IDI di setiap tingkatan bertanggung
jawab atas pengelolaan keuangan dan kekayaan jawab atas pengelolaan keuangan dan kekayaan
organisasi. organisasi.

(3) Kepemilikan kekayaan organisasi sebagaimana (3) Kepemilikan kekayaan organisasi sebagaimana
tersebut diatas, atas nama badan hukum Ikatan tersebut diatas, atas nama badan hukum Ikatan
Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

BAB IX BAB IX BAB IX


ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 25 Pasal 22 Pasal 22

Hal–hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar Hal–hal yang belum diatur di dalam Anggaran Hal–hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar
akan diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga yang Dasar akan diatur di dalam Anggaran Rumah akan diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga yang
merupakan pula perincian pelaksanaan Anggaran Tangga yang merupakan pula perincian merupakan pula perincian pelaksanaan Anggaran
Dasar. pelaksanaan Anggaran Dasar. Dasar.

BAB X BAB X BAB X


PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 26 Pasal 23 Pasal 23


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan 1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat (1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan
oleh Muktamar atau Muktamar Luar Biasa. dilakukan oleh muktamar dan/atau oleh muktamar dan/atau muktamar luar biasa
muktamar luar biasa

(2) Rencana perubahan Anggaran Dasar diajukan oleh 2) Usulan perubahan oleh muktamar diajukan (2) Usulan perubahan di muktamar diajukan melalui
Pengurus Besar atau Pengurus Cabang. melalui forum rakernas. forum rakernas.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(3)
Rencana perubahan Anggaran Dasar telah 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar biasa (3) Usulan Perubahan di muktamar luar biasa dapat
disampaikan kepada Pengurus Besar selambat- dapat dilakukan atas usulan cabang yang dilakukan atas usulan cabang yang meminta dan/
lambatnya tiga bulan sebelum Muktamar meminta dan/atau cabang yang memberi atau cabang yang memberi dukungan.
atau Muktamar Luar Biasa dan tembusannya dukungan.
disampaikan kepada semua unsur dan badan
kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia lainnya.

3) Rencana perubahan telah disampaikan (4) Rencana perubahan telah disampaikan kepada
kepada Pengurus Besar selambat- Pengurus Besar selambat-lambatnya tiga bulan
lambatnya tiga bulan sebelum muktamar sebelum muktamar atau muktamar luar biasa dan
atau muktamar luar biasa dan tembusannya tembusannya disampaikan kepada semua unsur
disampaikan kepada semua unsur dan dan badan kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia
badan kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia lainnya.
22

lainnya.

BAB XI BAB XI BAB XI


IKATAN DOKTER INDONESIA

PEMBUBARAN PEMBUBARAN ORGANISASI PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 27 Pasal 24 Pasal 24

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh 1) Pembubaran organisasi hanya dapat 1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan
Muktamar yang diadakan khusus untuk itu, atas usulan dilakukan oleh muktamar yang diadakan oleh muktamar yang diadakan khusus untuk itu,
dari sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah cabang. khusus untuk itu. atas usulan lebih dari lima puluh persen jumlah
cabang.

2) Keputusan pembubaran organisasi atas 2) Keputusan pembubaran organisasi atas


usulan dari sekurang–kurangnya dua pertiga persetujuan dari sekurang–kurangnya dua pertiga
jumlah cabang. jumlah cabang.

3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik
Ikatan Dokter Indonesia diserahkan kepada Ikatan Dokter Indonesia diserahkan kepada badan-
badan-badan sosial atau perkumpulan yang badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan
ditetapkan oleh muktamar. oleh muktamar.

4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus 4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus akan
akan diatur dalam tatalaksana Organisasi diatur dalam tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter
Ikatan Dokter Indonesia. Indonesia.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

BAB XII BAB XII BAB XII


ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN

Pasal 28 Pasal 25 Pasal 25

(1)
Pengurus Besar berwenang menyesuaikan 1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia (1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia dianggap
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Anggaran Dasar, Ketetapan Muktamar dan dianggap telah mengetahui Anggaran telah mengetahui Anggaran Dasar Ikatan Dokter
Ketentuan organisasi lainnya yang bertentangan Dasar Ikatan Dokter Indonesia. Indonesia.
dengan Undang-undang.

(2) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran Anggaran 2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia (2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia harus
Dasar, maka penafsiran tersebut diserahkan ke harus mentaati Anggaran Dasar ini dan bagi mentaati Anggaran Dasar ini dan bagi yang
Pengurus Besar. yang melanggarnya akan dikenakan sanksi melanggarnya akan dikenakan sanksi sebagaimana
sebagaimana yang diatur dalam Pedoman yang diatur dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi
Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.

(3) Hal–hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar 3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran (3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran Anggaran
ini diatur dalam peraturan tersendiri; Anggaran Dasar, maka penafsiran tersebut Dasar, maka penafsiran tersebut diserahkan ke
diserahkan ke Pengurus Besar. Pengurus Besar.
23

(4) Anggaran Dasar Perhimpunan dan Keseminatan 4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran (4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran
harus menyesuaikan dengan Anggaran Dasar dasar ini dimuat dalam peraturan tersendiri, dasar ini dimuat dalam Anggaran rumah tangga,
IKATAN DOKTER INDONESIA

Ikatan Dokter Indonesia. dan tidak bertentangan dengan Anggaran pedoman tata laksana organisasi dan peraturan
Dasar Ikatan Dokter Indonesia. lainya, yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar Ikatan Dokter Indonesia.

(5)
Perhimpunan dan Keseminatan yang belum
menyesuaikan Anggaran Dasar Ikatan Dokter
Indonesia diberikan waktu penyesuaian paling
lambat sampai Kongres Perhimpunan dan
Keseminatan yang bersangkutan berikutnya.

Pasal 26 Pasal 26

1) Anggaran dasar Perhimpunan dan (1) Anggaran dasar Perhimpunan dan Keseminatan Perhimpunan dan Keseminatan itu adalah
Keseminatan harus menyesuaikan dengan harus menyesuaikan dengan Anggaran dasar organ di dalam IDI, masanya masih
Anggaran dasar Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia berbeda-beda. Dipertegas di dalam AD/
ART

2)
Bagi perhimpunan yang belum (2) Bagi perhimpunan yang belum menyesuaikan
menyesuaikan Anggaran dasar diberikan Anggaran dasar diberikan waktu penyesuaian
waktu penyesuaian paling lambat sampai paling lambat sampai kongres perhimpunan yang
kongres perhimpunan yang bersangkutan bersangkutan berikutnya.
berikutnya.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

BAB XIII BAB XIII BAB XIII


PENUTUP PENUTUP PENUTUP

Pasal 29 Pasal 27 Pasal 27

(1) Dengan disyahkannya Anggaran Dasar ini, maka (1) Dengan disyahkannya Anggaran Dasar ini, maka Dibuat aturan yang berlaku selama
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak pandemi agar bisa beradaptasi. AD/ART
berlaku. berlaku. menyesuaikan di masa pandemi. --> Tidak
perlu diatur dalam AD ART, cukup Surat
Keputusan Ketua Umum (Ketua Umum
tidak mengeluarkan Surat Edaran)

(2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam Sidang Pleno (2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam Sidang (2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam Sidang Pleno
Muktamar di Samarinda Pada Tanggal 27 Oktober Pleno Muktamar, ditetapkan oleh ketua Muktamar, ditetapkan oleh ketua umum PB IDI,
2018 dan dicatatkan pada Notaris, didaftarkan ke umum PB IDI, dicatatkan pada Notaris dan dicatatkan pada Notaris dan didaftarkan ke
Kementerian Hukum dan HAM, dan berlaku sejak didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Kementerian Hukum dan HAM.
tanggal ditetapkan. HAM.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN DOKTER ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN DOKTER
INDONESIA INDONESIA
24

BAB I BAB I BAB I


DASAR PENYUSUNAN DASAR PENYUSUNAN DASAR PENYUSUNAN
IKATAN DOKTER INDONESIA

Pasal 1 Pasal 1 Pasal 1

Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat
ART disusun berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 25. disingkat ART disusun berdasarkan Anggaran ART disusun berdasarkan Anggaran Dasar Pasal 22
Dasar Pasal 22

BAB II BAB II BAB II BAB II


KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN

Pasal 2 Pasal 2 Pasal 2


Anggota Anggota

(1) Anggota biasa adalah dokter Warga Negara (1) Anggota biasa adalah dokter Warga Negara Usulan:
Indonesia yang memiliki ijazah Dokter yang diakui Indonesia yang memiliki ijazah Dokter yang diakui Dokter Warga Negara Indonesia yang
oleh Pemerintah Republik Indonesia serta terdaftar oleh Pemerintah Republik Indonesia serta terdaftar bekerja di luar negeri, keanggotannya
sebagai dokter anggota IDI. sebagai dokter anggota IDI. menginduk pada IDI Cabang Jakarta pusat
atau cabang asal.

(2) Anggota luar biasa adalah dokter Warga Negara (2) Anggota luar biasa adalah dokter Warga Negara Note: Tidak diperlukan pembentukan
Asing yang teregistrasi sebagai dokter, dan diakui Asing yang teregistrasi sebagai dokter, dan diakui cabang baru.
oleh pemerintah Republik Indonesia. oleh pemerintah Republik Indonesia.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 3 Pasal 3
Tata Cara Penerimaan Anggota Tata Cara Penerimaan Anggota

(1) Penerimaan anggota biasa dilakukan oleh (1) Penerimaan anggota biasa dilakukan oleh
pengurus cabang setempat melalui pendaftaran pengurus cabang setempat melalui pendaftaran
tertulis dan pernyataan persetujuan terhadap tertulis dan pernyataan persetujuan terhadap
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Dokter Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Indonesia.

(2) Penerimaan anggota luar biasa dilakukan oleh (2) Penerimaan anggota luar biasa dilakukan oleh
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia melalui Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia melalui
pendaftaran tertulis dan pernyataan persetujuan pendaftaran tertulis dan pernyataan persetujuan
terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Dokter Indonesia dan Kode Tangga Ikatan Dokter Indonesia dan Kode
Etik Kedokteran Indonesia, setelah memenuhi Etik Kedokteran Indonesia, setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan menurut peraturan persyaratan yang ditetapkan menurut peraturan
perundangan tentang tenaga kerja asing perundangan tentang tenaga kerja asing

(3) Bila belum ada cabang Ikatan Dokter Indonesia (3) Bila belum ada cabang Ikatan Dokter Indonesia
25

ditempat calon anggota sebagaimana butir (1) ditempat calon anggota sebagaimana butir (1)
pendaftaran dilakukan melalui pengurus cabang pendaftaran dilakukan melalui pengurus cabang
IKATAN DOKTER INDONESIA

terdekat. terdekat.

(4) Ketentuan tata cara penerimaan anggota lebih (4) Ketentuan tata cara penerimaan anggota lebih
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Organisasi.

Pasal 4 Pasal 4
Hak Anggota Hak Anggota

(1) Setiap anggota biasa berhak mengeluarkan (1) Setiap anggota biasa berhak mengeluarkan
pendapat, mengajukan usul atau pertanyaan pendapat, mengajukan usul atau pertanyaan
dengan lisan, dan atau tertulis kepada pengurus, dengan lisan, dan atau tertulis kepada pengurus,
mengikuti semua kegiatan organisasi dan memiliki mengikuti semua kegiatan organisasi dan memiliki
hak memilih dan dipilih. hak memilih dan dipilih.

(2) Setiap anggota luar biasa berhak mengeluarkan (2) Setiap anggota luar biasa berhak mengeluarkan
pendapat, mengajukan usul, pertanyaan lisan atau pendapat, mengajukan usul, pertanyaan lisan atau
tertulis kepada pengurus, dan mengikuti semua tertulis kepada pengurus, dan mengikuti semua
kegiatan organisasi tetapi tidak mempunyak hak kegiatan organisasi tetapi tidak mempunyak hak
memilih dan dipilih. memilih dan dipilih.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(3) Setiap anggota yang melaksanakan tugas Ikatan (3) Setiap anggota yang melaksanakan tugas Ikatan
Dokter Indonesia dan atau pekerjaan sebagai Dokter Indonesia dan atau pekerjaan sebagai
dokter berhak mendapat perlindungan dan dokter berhak mendapat perlindungan dan
pembelaan dari organisasi. pembelaan dari organisasi.

(4) Setiap anggota berhak mendapatkan manfaat dari (4) Setiap anggota berhak mendapatkan manfaat dari
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

upaya organisasi. upaya organisasi.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (3) (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (3)
dan (4) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman dan (4) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman
Tatalaksana Organisasi. Tatalaksana Organisasi.

Pasal 5 Pasal 5
Kewajiban Anggota Kewajiban Anggota

(1) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban (1) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban
menjunjung tinggi kode etik kedokteran Indonesia. menjunjung tinggi kode etik kedokteran Indonesia.

(2) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban (2) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban
mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah
26

tangga, mematuhi peraturan dan keputusan tangga, mematuhi peraturan dan keputusan
organisasi, serta menjaga dan mempertahankan organisasi, serta menjaga dan mempertahankan
kehormatan Ikatan Dokter Indonesia kehormatan Ikatan Dokter Indonesia
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban (3) Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban
membayar iuran anggota. membayar iuran anggota.

Pasal 6 Pasal 6
Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

(1)
Anggota Ikatan Dokter Indonesia dapat (1)
Anggota Ikatan Dokter Indonesia dapat
merangkap anggota dan/atau merangkap jabatan merangkap anggota dan/atau merangkap jabatan
pada organisasi di lingkungan Ikatan Dokter pada organisasi di lingkungan Ikatan Dokter
Indonesia dan/atau organisasi lain sepanjang tidak Indonesia dan/atau organisasi lain sepanjang tidak
mengganggu kinerja organisasi, tidak terdapat mengganggu kinerja organisasi, tidak terdapat
konflik kepentingan dan tidak bertentangan secara konflik kepentingan dan tidak bertentangan secara
fungsional, serta tidak melanggar kehormatan fungsional, serta tidak melanggar kehormatan
dan/atau tradisi luhur kedokteran. dan/atau tradisi luhur kedokteran.

(2)
Penilaian terhadap anggota Ikatan Dokter (2)
Penilaian terhadap anggota Ikatan Dokter
Indonesia yang merangkap anggota dan atau Indonesia yang merangkap anggota dan atau
merangkap jabatan dilakukan oleh Pengurus Ikatan merangkap jabatan dilakukan oleh Pengurus Ikatan
Dokter Indonesia di tiap tingkat masing-masing. Dokter Indonesia di tiap tingkat masing-masing.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(3) Hasil Penilaian terhadap anggota sebagaimana (3) Hasil Penilaian terhadap anggota sebagaimana
dimaksud pada butir (2) diatas dilaporkan/ dimaksud pada butir (2) diatas dilaporkan/
diserahkan kepada Dewan Pertimbangan untuk diserahkan kepada Dewan Pertimbangan untuk
Pengurus Besar IDI dan atau unit tertentu yang Pengurus Besar IDI dan atau unit tertentu yang
dibentuk sesuai dengan tingkatan dan diputuskan. dibentuk sesuai dengan tingkatan dan diputuskan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(4) Pengaturan rangkap anggota dan rangkap jabatan (4) Pengaturan rangkap anggota dan rangkap jabatan
lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Organisasi.

Pasal 7 Pasal 7 Pasal 7


Kehilangan Keanggotaan Kehilangan Keanggotaan Kehilangan Keanggotaan

(1) Anggota dinyatakan kehilangan keanggotaannya (1) Anggota dinyatakan kehilangan (1) Anggota dinyatakan kehilangan keanggotaannya
karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri, keanggotaannya karena meninggal dunia, karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri,
atau diberhentikan. atas permintaan sendiri, atau diberhentikan. atau diberhentikan.

(2) Pemberhentian atas permintaan sendiri hanya (2) Kehilangan keanggotaan atas permintaan (2) Kehilangan keanggotaan atas permintaan sendiri
dapat dilakukan dengan pemberitahuan secara sendiri hanya dapat dilakukan dengan hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan
tertulis kepada pengurus cabang sekurang- pemberitahuan secara tertulis kepada secara tertulis kepada pengurus cabang sekurang-
27

kurangnya satu bulan sebelumnya. pengurus cabang sekurang-kurangnya satu kurangnya satu bulan sebelumnya.
bulan sebelumnya.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3)
Kehilangan keanggotaan karena (3) Kehilangan keanggotaan karena diberhentikan
diberhentikan dengan; dengan;

a. Melaksanakan putusan MKEK pusat a. Melaksanakan putusan MKEK pusat bila


bila dinyatakan telah melakukan dinyatakan telah melakukan pelanggaran etika
pelanggaran etika profesi; dan/atau profesi; dan/atau

b. Rekomendasi Dewan Pertimbangan b. Rekomendasi Dewan Pertimbangan bila


bila dinyatakan telah melakukan dinyatakan telah melakukan pelanggaran
pelanggaran disiplin organisasi. disiplin organisasi.

Pasal 8 Pasal 8 Pasal 8


Sanksi dan Pembelaan Anggota Sanksi dan Pembelaan Anggota Sanksi dan Pembelaan Anggota

(1) Anggota dapat diberikan sanksi berupa teguran (1)      Anggota dapat diberikan sanksi berupa (1)    Anggota dapat diberikan sanksi berupa teguran
tertulis/lisan, pencabutan sementara atau teguran lisan, tertulis, diberhentikan lisan, tertulis, diberhentikan sementara atau
diberhentikan karena: sementara atau diberhentikan tetap. diberhentikan tetap.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a.  Bertindak bertentangan dengan Anggaran Penegakan disiplin organisasi dalam


Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Dasar/Anggaran Rumah tangga
dan ketentuan-ketentuan lain yang telah (AD ART) dan Tatalaksana Organisasi
ditetapkan Ikatan Dokter Indonesia. (ORTALA) perlu didetailkan sehingga
dapat menjadi pedoman untuk teman-
teman di daerah
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

b. Bertindak merugikan atau mencemarkan Tata cara penanganan pelanggaran disiplin


nama baik Ikatan Dokter Indonesia. organisasi perlu dikupas

(2) Anggota yang diberi sanksi berupa teguran tertulis/ (2) Anggota sebelum diberikan sanksi wajib (2) Anggota sebelum diberikan sanksi wajib
lisan, pencabutan sementara atau diberhentikan didampingi Biro Hukum Pembinaan dan didampingi Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan
diberi kesempatan meminta bantuan dalam rangka Pembelaan Anggota (BHP2A). Anggota (BHP2A).
pembelaan kepada Biro Hukum Pembinaan dan
Pembelaan Anggota (BHP2A).

(3) Pemberhentian anggota dari keanggotaan Ikatan (3) Pemberhentian anggota tetap atau (3) Pemberhentian anggota tetap atau sementara dari
Dokter Indonesia dilakukan oleh Pengurus Besar. sementara dari keanggotaan Ikatan Dokter keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia dilakukan
Indonesia dilakukan oleh Ketua Umum PB oleh Ketua Umum PB IDI
IDI
28

(4) Anggota yang diskors dan atau diberhentikan (4) Ketentuan sanksi dan pembelaan anggota (4)
Ketentuan sanksi dan pembelaan anggota
dapat melakukan pembelaan dalam forum yang lebih lanjut diatur dalam Pedoman lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
IKATAN DOKTER INDONESIA

ditunjuk untuk itu. Tatalaksana Organisasi Organisasi

(5)
Pengaturan sanksi dan pembelaan anggota
lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi.

BAB III BAB III BAB III


ORGANISASI ORGANISASI ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN A. STRUKTUR KEKUASAAN A. STRUKTUR KEKUASAAN

Pasal 9 Pasal 9 Pasal 9


Muktamar Muktamar Muktamar

(1)    Status : (1)    Status : (1)    Status :

a. Muktamar merupakan kekuasaan tertinggi a. Muktamar merupakan kekuasaan a. Muktamar merupakan kekuasaan tertinggi
organisasi sebagai forum pelaksanaan tertinggi organisasi sebagai forum organisasi sebagai forum pelaksanaan
kedaulatan seluruh anggota Ikatan Dokter pelaksanaan kedaulatan seluruh kedaulatan seluruh anggota Ikatan Dokter
Indonesia. anggota Ikatan Dokter Indonesia. Indonesia.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Muktamar adalah musyawarah nasional dokter b. Muktamar adalah musyawarah nasional b. Muktamar adalah musyawarah nasional dokter
Indonesia yang diberi nama “Muktamar Ikatan dokter Indonesia yang diberi nama Indonesia yang diberi nama “Muktamar Ikatan
Dokter Indonesia”. “Muktamar Ikatan Dokter Indonesia”. Dokter Indonesia”.

c. Muktamar diadakan sekali dalam 3 (tiga) c. Muktamar diadakan sekali dalam 3 c. Muktamar diadakan sekali dalam 3 (tiga)
tahun. (tiga) tahun pada akhir masa jabatan. tahun pada akhir masa jabatan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

d. Peserta muktamar adalah peserta utusan d. Peserta muktamar adalah peserta d. Peserta muktamar adalah peserta utusan
cabang, peninjau, dan undangan. utusan cabang, peninjau, dan undangan cabang, peninjau, dan undangan

e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan
Dokter Indonesia cabang dan diberi mandat Ikatan Dokter Indonesia cabang Dokter Indonesia cabang dan diberi mandat
tertulis resmi berdasarkan proses mekanisme dan diberi mandat tertulis resmi tertulis resmi berdasarkan proses mekanisme
rapat pengurus cabang. berdasarkan proses mekanisme rapat rapat pengurus cabang.
pengurus cabang.

f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar beserta f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar beserta
Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia/ beserta Majelis Kehormatan Etik Majelis Kehormatan Etik Kedokteran/MKEK,
MKKI, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran/ Kedokteran/MKEK, Majelis Kolegium Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia/
MKEK, Majelis Pengembangan Pelayanan Kedokteran Indonesia/MKKI, Majelis MKKI, Majelis Pengembangan Pelayanan
29

Keprofesian/MPPK, beserta unsur-unsurnya Pengembangan Pelayanan Keprofesian/ Keprofesian/MPPK, beserta unsur-unsurnya


dan Pengurus Wilayah. MPPK, beserta unsur-unsurnya dan dan Pengurus Wilayah.
Pengurus Wilayah.
IKATAN DOKTER INDONESIA

g. Undangan adalah yang di undang untuk g. Undangan adalah yang diundang untuk g. Undangan adalah yang diundang untuk
kegiatan tertentu. kegiatan tertentu. kegiatan tertentu.

h. Utusan cabang menampung aspirasi dokter- h. Utusan cabang menampung aspirasi h. Utusan cabang menampung aspirasi dokter-
dokter dan aspirasi masyarakat yang dokter-dokter dan aspirasi masyarakat dokter dan aspirasi masyarakat yang
berhubungan dengan bidang kesehatan, untuk yang berhubungan dengan bidang berhubungan dengan bidang kesehatan, untuk
disampaikan pada Muktamar Ikatan Dokter kesehatan, untuk disampaikan pada disampaikan pada Muktamar Ikatan Dokter
Indonesia. Muktamar Ikatan Dokter Indonesia. Indonesia.

i. Dalam keadaan luar biasa muktamar dapat i. Dalam keadaan luar biasa muktamar i. Dalam keadaan luar biasa muktamar dapat
diselenggarakan sewaktu-waktu atas inisiatif dapat diselenggarakan sewaktu-waktu diselenggarakan sewaktu-waktu atas inisiatif
satu cabang dan mendapat persetujuan atas inisiatif satu cabang dan mendapat satu cabang dan mendapat dukungan
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah dukungan sekurang-kurangnya dua sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah
cabang. pertiga dari jumlah cabang cabang

j. Muktamar menyelenggarakan sidang j. Muktamar menyelenggarakan sidang j. Muktamar menyelenggarakan sidang


organisasi dan sidang ilmiah. organisasi dan sidang ilmiah. organisasi dan sidang ilmiah.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

k. Sidang organisasi muktamar terdiri dari sidang k. Sidang organisasi muktamar terdiri dari k. Sidang organisasi muktamar terdiri dari sidang
pleno pengesahan muktamar, sidang pleno sidang pleno pengesahan muktamar, pleno pengesahan muktamar, sidang pleno
muktamar, sidang komisi, dan sidang khusus. sidang pleno muktamar, sidang komisi, muktamar, sidang komisi, dan sidang khusus.
dan sidang khusus.

l. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir l. Ketentuan lebih lanjut tentang sidang l. Ketentuan lebih lanjut tentang sidang ORTALA harus dipisahkan dengan AD/
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

k diatas, lebih lanjut diatur dalam Pedoman organisasi muktamar pada butir k diatas organisasi muktamar pada butir k diatas lebih ART, harus ditetapkan berapa bulan
lebih lanjut diatur dalam pedoman tata lanjut diatur dalam pedoman tata laksana targetnya untuk disahkan oleh pengurus
laksana organisasi organisasi yang baru.

m.     Tatalaksana Organisasi.

(2) Wewenang : (2) Wewenang :

Sidang Pleno Pengesahan Muktamar Sidang Pleno Muktamar Sidang Pleno Pengesahan Muktamar

a. Menetapkan kuorum. a. Menetapkan anggaran dasar dan a. Menetapkan kuorum.


anggaran rumah tangga, dan kebijakan
strategis nasional.
30

b. Menetapkan tata tertib muktamar sesuai ART. b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua b. Menetapkan tata tertib muktamar sesuai ART. Note: sidang pleno huruf b disesuaikan
Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter dengan AD
Indonesia dan mendengarkan laporan
IKATAN DOKTER INDONESIA

Ketua MKEK, Ketua MKKI, dan Ketua


MPPK

c. Menetapkan Presidium Pimpinan Sidang c. Mengukuhkan Ketua Umum Pengurus c. Menetapkan Presidium Pimpinan Sidang Huruf c dan d ditambahkan di aturan
Muktamar Besar terpilih hasil muktamar tahun Muktamar peralihan
2021

d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil


sidang komisi

Sidang Pleno Muktamar e. Menerima hasil-hasil sidang khusus Sidang Pleno Muktamar
diteruskan kepada Ketua Umum
Pengurus Besar.

a. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran f.


Mengukuhkan Ketua Majelis a, Menetapkan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, pedoman pokok tatalaksana Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia rumah tangga, dan kebijakan strategis
organisasi, dan kebijakan strategis nasional. (MKEK) yang dipilih oleh sidang khusus nasional.
MKEK.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua Umum g. Mengukuhkan Ketua Majelis Kolegium b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua Umum
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan Kedokteran Indonesia (MKKI) yang Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan
mendengarkan laporan Ketua MKEK, Ketua dipilih oleh sidang khusus MKKI. mendengarkan laporan Ketua MKEK, Ketua
MKKI, dan Ketua MPPK. MKKI, dan Ketua MPPK

c. Memilih Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih h.


Mengukuhkan Ketua Majelis c. Mengukuhkan Ketua Umum Pengurus Besar Apakah kedepan masih dibutuhkan Ketua
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dan mengukuhkan Ketua Umum Pengurus Pengembangan Pelayanan Keprofesian terpilih hasil muktamar tahun 2021. Umum Pengurus Besar Terpilih?
Besar terpilih pada muktamar sebelumnya (MPPK) yang dipilih oleh sidang khusus
menjadi Ketua Umum Pengurus Besar. MPPK.

d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil sidang i. Mengukuhkan perubahan nama d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil sidang Terkait penghapusan Ketua Umum
komisi. perhimpunan dan/atau keseminatan, komisi Terpilih, dibutuhkan suatu jajak pendapat
perhimpunan dan/atau keseminatan dan pandangan sebagai pendahuluan
baru, dan/atau membubarkan sebelum dijadikan bahasan. --> Wilayah
perhimpunan dan/atau kesemintan yang pernah diminta untuk membuat
dalam lingkungan Ikatan Dokter kajian pada Rakernas lalu, akan diingatkan
Indonesia atas usul sidang komisi. kembali. Terlepas dari itu, Ad Hoc A sendiri
perlu membuat kajian terkait penghapusan
Presiden Elect.
31

e. Menerima hasil-hasil sidang khusus diteruskan j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat e. Menerima hasil-hasil sidang khusus diteruskan Penghapusan elect membuka peluang
kepada Ketua Umum Pengurus Besar. Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan kepada Ketua Umum Pengurus Besar. untuk Ketua Umum terpilih kembali
IKATAN DOKTER INDONESIA

Dokter Indonesia berikutnya yang


memenuhi persyaratan.

f. Mengukuhkan Ketua Majelis Kolegium k. Memberikan tanda kehormatan kepada f. Mengukuhkan Ketua Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia (MKKI) yang dipilih oleh orang-orang yang berjasa pada Kedokteran Indonesia (MKEK) yang dipilih
sidang khusus MKKI. organisasi Ikatan Dokter Indonesia. oleh sidang khusus MKEK.

g. Mengukuhkan Ketua Majelis Pengembangan l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus g. Mengukuhkan Ketua Majelis Kolegium
Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang dipilih Besar Terpilih periode sebelumnya Kedokteran Indonesia (MKKI) yang dipilih oleh
oleh sidang khusus MPPK. tidak dapat menjalankan tugas sebagai sidang khusus MKKI.
Ketua Umum Pengurus Besar karena
meninggal dunia, mengundurkan diri,
atau dijatuhi pidana yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap, maka muktamar
memilih Ketua Umum Pengurus Besar
yang baru dan Ketua Umum Pengurus
Besar Terpilih.

h. Mengukuhkan Ketua Majelis Kehormatan Etik m. Mengesahkan kode etik kedokteran h. Mengukuhkan Ketua Majelis Pengembangan
Kedokteran Indonesia (MKEK) yang dipilih Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang dipilih
oleh sidang khusus MKEK. oleh sidang khusus MPPK.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

i. Mengukuhkan perubahan nama perhimpunan, i. Mengukuhkan perubahan nama perhimpunan


perhimpunan baru dan membubarkan dan/atau keseminatan, perhimpunan dan/atau
perhimpunan dalam lingkungan Ikatan Dokter keseminatan baru, dan/atau membubarkan
Indonesia atas usul sidang komisi. perhimpunan dan/atau kesemintan dalam
lingkungan Ikatan Dokter Indonesia atas usul
sidang komisi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat Sidang Komisi j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat
Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan Dokter Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan Dokter
Indonesia berikutnya yang memenuhi Indonesia berikutnya yang memenuhi
persyaratan. persyaratan.

k. Memberikan tanda kehormatan kepada orang- a. Membahas hasil rakernas dan materi- k. Memberikan tanda kehormatan kepada orang-
orang yang berjasa pada organisasi Ikatan materi yang akan ditetapkan dalam orang yang berjasa pada organisasi Ikatan
Dokter Indonesia. sidang pleno. Dokter Indonesia.

l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus Besar b. Menyerahkan dan mempresentasikan l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus Besar
Terpilih periode sebelumnya tidak dapat hasil- hasil sidang komisi kepada sidang Terpilih periode sebelumnya tidak dapat
menjalankan tugas sebagai Ketua Umum pleno. menjalankan tugas sebagai Ketua Umum
Pengurus Besar karena meninggal dunia, Pengurus Besar karena meninggal dunia,
32

mengundurkan diri, atau dijatuhi pidana yang mengundurkan diri, atau dijatuhi pidana yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka
IKATAN DOKTER INDONESIA

muktamar memilih Ketua Umum Pengurus muktamar memilih Ketua Umum Pengurus
Besar yang baru dan Ketua Umum Pengurus Besar yang baru dan Ketua Umum Pengurus
Besar Terpilih. Besar Terpilih.

m. Mengesahkan kode etik kedokteran

Sidang Komisi Sidang Komisi

a. Membahas materi-materi yang akan a. Membahas hasil rakernas dan materi-materi


ditetapkan dalam sidang pleno. yang akan ditetapkan dalam sidang pleno.

b. Menyerahkan hasil sidang komisi kepada b. Menyerahkan dan mempresentasikan hasil-


sidang pleno untuk disahkan sebagai hasil sidang komisi kepada sidang pleno.
ketetapan muktamar.

Sidang Khusus Sidang Khusus


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Memilih Ketua Majelis Kehormatan Etik a. Memilih Ketua Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran (MKEK), Ketua Majelis Kolegium Kedokteran (MKEK), Ketua Majelis Kolegium
Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Ketua Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Ketua
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
(MPPK), untuk kemudian dikukuhkan sebagai (MPPK), untuk kemudian dikukuhkan sebagai
ketua pada Sidang Pleno Muktamar untuk ketua pada Sidang Pleno Muktamar untuk
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

diteruskan dan dibuat pengesahannya oleh diteruskan dan dibuat pengesahannya oleh
Ketua Umum Pengurus Besar. Ketua Umum Pengurus Besar.

b. Menetapkan pedoman-pedoman pokok, b. Menetapkan pedoman-pedoman pokok,


kebijakan strategis dan program kerja nasional kebijakan strategis dan program kerja nasional
majelis-majelis. majelis-majelis.

Pasal 10 Pasal 10 Pasal 10


Kriteria Ketua IDI Kriteria Ketua IDI Kriteria Ketua IDI

(1) Calon Ketua PB IDI Terpilih, Ketua IDI Wilayah, (1) Calon Ketua IDI ialah anggota biasa yang (1) Calon Ketua IDI ialah anggota biasa yang Note rakernas: Ada kendala penerbitan
Ketua IDI Cabang ialah anggota biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku KTA di wilayah tertentu.
dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku. berlaku. atau surat keterangan dari BADIN
33

(2)
Menyatakan kesediaannya secara lisan dan (2) Menyatakan kesediaannya secara lisan dan (2)
Menyatakan kesediaannya secara lisan dan
terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan terbuka, serta menyampaikan curriculum terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan
visi misinya. vitae dan visi misinya. visi misinya.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali cabang yang (3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali (3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali cabang yang
baru dibentuk. cabang yang baru dibentuk. baru dibentuk.

(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, disiplin (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika atau
dan hukum. disiplin dan hukum. disiplin atau hukum.

(5) Melewati proses seleksi yang dilakukan oleh tim (5) Melewati proses seleksi yang dilakukan oleh (5) Melewati proses seleksi yang dilakukan oleh tim
seleksi Ikatan Dokter Indonesia sesuai dengan tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia sesuai seleksi Ikatan Dokter Indonesia sesuai dengan
tingkatannya. dengan tingkatannya. tingkatannya.

(6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud lebih (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud lebih lanjut
5 diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana diatur dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi.
Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

Pasal 11 Pasal 11 Pasal 11


Kriteria Ketua MKEK Kriteria Ketua MKEK Kriteria Ketua MKEK

(1) Calon Ketua MKEK Pusat, MKEK Wilayah, dan (1) Calon Ketua MKEK ialah anggota biasa (1) Calon Ketua MKEK ialah anggota biasa yang
MKEK Cabang ialah anggota biasa yang dibuktikan yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku.
dengan KTA IDI yang masih berlaku. berlaku.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan (2)


Menyatakan akan kesediaannya secara (2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan
terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan lisan dan terbuka, serta menyampaikan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan
visi misinya. curriculum vitae dan visi misinya. visi misinya.

(3) Dipilih dari Pengurus MKEK dan atau Dewan Etika (3) Pernah menjadi pengurus MKEK dan atau (3) Pernah menjadi pengurus MKEK dan/ atau
Perhimpunan sesuai tingkatannya. Dewan Etika Perhimpunan. pengurus Dewan Etika Perhimpunan, kecuali untuk
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

IDI Cabang/ Wilayah baru.

(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, disiplin (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika atau
dan atau hukum. disiplin dan atau hukum. disiplin atau hukum.

(5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan oleh (5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan (5) Melewati proses penjaringan yang dilakukan oleh Note :
tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia sesuai dengan oleh tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia sesuai dengan Pasal 10 poin (5) Di pindah ke pasal
tingkatannya. sesuai dengan tingkatannya. tingkatannya. berkaitan dengan pansel

(6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada (6) Penjelasan lebih lanjut akan diatur dalam
(5) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman butir (5) diatas lebih lanjut diatur dalam sebagaimana dimaksud pada butir (5) diatas
Tatalaksana Organisasi. Pedoman Tatalaksana Organisasi. lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi.
34

Pasal 12 Pasal 12
Kriteria Ketua MKKI Kriteria Ketua MKKI
IKATAN DOKTER INDONESIA

(1) Calon Ketua MKKI ialah anggota biasa IDI yang (1) Calon Ketua MKKI ialah anggota biasa IDI yang
dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku. dibuktikan dengan KTA IDI yang masih berlaku.

(2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan (2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan
terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan
visi misinya. visi misinya.

(3) Dipilih dari salah satu Ketua atau mantan Ketua (3) Dipilih dari salah satu Ketua atau mantan Ketua
Kolegium. Kolegium.

(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, disiplin (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika atau
dan hukum. disiplin atau hukum.

(5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (5) Penjelasan lebih lanjut tentang sebagaimana Pasal 12 Ayat 5
(3) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman dimaksud pada butir (3) diatas lebih lanjut diatur pedoman teknis pencalonan ketua MKKI
Tatalaksana Organisasi. dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi. akan diatur lebih rinci dalam Pedoman
Tatalaksana Organisasi

Pasal 13 Pasal 13
Kriteria Ketua MPPK Kriteria Ketua MPPK
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

(1) Calon Ketua MPPK ialah anggota biasa IDI yang (1) Calon Ketua MPPK ialah anggota biasa IDI yang
dibuktikan dengan KTA IDI, STR, dan SIP yang dibuktikan dengan KTA IDI atau surat keterangan
berlaku. dari BADIN, STR, dan SIP yang berlaku.

(2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan (2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan
terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

visi misinya. visi misinya.

(3)
Dipilih dari anggota IDI yang diusulkan (3)
Dipilih dari anggota IDI yang diusulkan
Perhimpunan dan/atau MPPK Wilayah untuk di Perhimpunan dan/atau MPPK Wilayah untuk di
tingkat pusat, sedangkan di tingkat wilayah hanya tingkat pusat, sedangkan di tingkat wilayah hanya
oleh perhimpunan yang ada di wilayah tersebut. oleh perhimpunan yang ada di wilayah tersebut.

(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika disiplin (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika disiplin
dan atau hukum; dan atau hukum;

(5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir
(3) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman (3) diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman
Tatalaksana Organisasi. Tatalaksana Organisasi.
35

Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14


Tata Tertib Sidang- Sidang Tata Tertib Sidang- Sidang Tata Tertib Sidang- Sidang
IKATAN DOKTER INDONESIA

(1) Sidang Pleno (1) Sidang Pleno (1) Sidang Pleno

a. Pengurus Besar adalah penanggung jawab a. Pengurus Besar adalah penanggung a. Pengurus Besar adalah penanggung jawab
penyelenggaraan muktamar; jawab penyelenggaraan muktamar; penyelenggaraan muktamar;

b. Muktamar dihadiri oleh utusan cabang, b. Muktamar dihadiri oleh utusan cabang, b. Muktamar dihadiri oleh utusan cabang,
peninjau dan undangan. peninjau dan undangan. peninjau dan undangan.

c. Jumlah peninjau ditetapkan oleh Pengurus c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak
Besar. hak suara. suara.

d. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
suara.

e. Peninjau hanya memiliki hak bicara. e. Undangan tidak mempunyai hak bicara e. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan/
dan/atau hak suara. atau hak suara.

f. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan/ f. Jumlah peninjau dan undangan f. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan
atau hak suara. ditetapkan oleh Pengurus Besar. oleh Pengurus Besar.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

g. Mekanisme pengambilan keputusan dalam g. Mekanisme pengambilan keputusan g. Mekanisme pengambilan keputusan dalam
Muktamar dilaksanakan dalam Sidang Pleno. dalam Muktamar dilaksanakan dalam Muktamar dilaksanakan dalam Sidang Pleno.
Sidang Pleno.

h. Peserta Muktamar adalah utusan cabang h. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua h. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua IDI Cabang
dengan mandat resmi yang mempunyai hak IDI Cabang dan diberi mandat resmi dan diberi mandat resmi berdasarkan proses
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

bicara dan hak suara sedangkan peninjau berdasarkan proses mekanisme mekanisme pengurus cabang.
hanya mempunyai hak bicara. pengurus cabang.

i. Ketentuan banyaknya suara utusan cabang i. Ketentuan banyaknya suara utusan i. Ketentuan banyaknya suara utusan cabang
dalam muktamar menggunakan acuan sebagai cabang dalam muktamar menggunakan dalam muktamar menggunakan acuan sebagai
berikut : acuan sebagai berikut : berikut :

1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara 1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara
suara

2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2 2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2
suara 2 suara suara

3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3 3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3
36

suara 3 suara suara

4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4 4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4
IKATAN DOKTER INDONESIA

suara 4 suara suara

5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5 5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5
suara 5 suara suara

6. dan seterusnya, setiap tambahan 6. dan seterusnya, setiap tambahan 6. dan seterusnya, setiap tambahan
200 anggota biasa akan memperoleh 200 anggota biasa akan 200 anggota biasa akan memperoleh
tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal memperoleh tambahan 1 suara tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal
sebanyak 10 suara. dengan jumlah maksimal sebanyak sebanyak 10 suara.
10 suara.

j. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh j. Jumlah suara ditentukan berdasarkan j. Jumlah suara ditentukan berdasarkan jumlah
Pengurus Besar berdasarkan iuran anggota jumlah anggota sesuai dengan anggota sesuai dengan ketentuan pasal i.
yang dibayarkan oleh Pengurus Cabang. ketentuan pasal i.

k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan k. Sidang pengesahan kuorum, k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan
dan pengesahan agenda acara, tata tertib pembahasan dan pengesahan agenda dan pengesahan agenda acara, tata tertib
sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pleno acara, tata tertib sidang, dan pemilihan sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pleno
muktamar dipimpin oleh panitia pengarah pimpinan sidang pleno muktamar muktamar dipimpin oleh panitia pengarah
muktamar. dipimpin oleh panitia pengarah muktamar.
muktamar.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

l. Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri minimal l. Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri l. Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri minimal
50 (lima puluh) % tambah 1 (satu) dari jumlah minimal 50 (lima puluh) % tambah 1 50 (lima puluh) % tambah 1 (satu) dari jumlah
cabang yang ada. (satu) dari jumlah cabang yang ada. cabang yang ada.

m. Apabila butir l sebagaimana dimaksud diatas m. Apabila butir l sebagaimana dimaksud m. Apabila butir l sebagaimana dimaksud diatas
tidak terpenuhi maka muktamar diundur diatas tidak terpenuhi maka muktamar tidak terpenuhi maka muktamar diundur
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

paling lama 1x 24 jam dan setelah itu muktamar diundur paling lama 1x 24 jam dan paling lama 1x 24 jam dan setelah itu muktamar
dianggap sah. setelah itu muktamar dianggap sah. dianggap sah.

n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) orang n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) orang Note: huruf o
presidium yang dipilih oleh utusan cabang. orang presidium sidang pleno yang presidium sidang pleno yang dipilih oleh
dipilih oleh utusan cabang. utusan cabang.

o. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban o.


Setelah selesai laporan o. Setelah Laporan pertanggungjawab ketua Bila pertanggung jawaban diterima
Pengurus Besar, maka Pengurus Besar pertanggungjawaban Pengurus Besar, umum dinyatakan diterima/ diterima dengan dengan catatan ?
dinyatakan demisioner. maka Pengurus Besar dinyatakan catatan/ ditolak, maka pengurus dinyatakan
demisioner. demisioner.

p. Penjelasan lebih lanjut sebagaimana dimaksud


butir “o” diatas dijelaskan dalam tata laksana
37

organisasi

(2) Sidang Komisi (2) Sidang Komisi (2) Sidang Komisi Note rakernas :Dr. yulherina:
IKATAN DOKTER INDONESIA

a. Panitia Adhoc Muktamar yang dibentuk PB a. Panitia Adhoc Muktamar yang dibentuk a. Panitia Adhoc Muktamar yang dibentuk PB Laporan pertanggungjawab ketua umum
IDI adalah penanggung jawab masing-masing PB IDI adalah penanggung jawab IDI adalah penanggung jawab masing-masing dapat dinyatakan diterima/ diterima
sidang komisi. masing-masing sidang komisi. sidang komisi. dengan catatan/ ditolak. Setelah proses
laporan pertanggungjawaban selesai,
maka pengurus dinyatakan demisioner.

b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan cabang dan b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan cabang dan
peninjau yang ditetapkan oleh Pengurus Besar cabang dan peninjau yang ditetapkan peninjau yang ditetapkan oleh Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia. oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.

c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak
suara. hak suara. suara.

d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. Pembahasan Dilanjutkan minggu 20
desember 2020

e. Hasil sidang komisi diajukan dalam sidang e. Sidang komisi membahas draff komisi e. Sidang komisi membahas draff komisi hasil rapat pleno.
pleno untuk ditetapkan. hasil rakernas rakernas
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

f. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) orang e. Hasil sidang komisi diajukan, dibahas f. Hasil sidang komisi diajukan, dibahas dalam
pimpinan yang dipilih 2 dari utusan cabang dalam sidang pleno dan dinyatakan sidang pleno dan dinyatakan setuju untuk
dan 1 Panitia Adhoc. setuju untuk ditetapkan ditetapkan

f. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) g. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) orang
orang pimpinan yang dipilih 2 dari pimpinan yang dipilih 2 dari utusan cabang
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

utusan cabang dan 1 Panitia Adhoc. dan 1 Panitia Adhoc.

(3) Sidang Khusus (3) Sidang Khusus (3) Sidang Khusus

a. Presidium Sidang Pleno Muktamar adalah a. Presidium Sidang Pleno Muktamar a. Presidium Sidang Pleno Muktamar adalah
penanggung jawab masing-masing sidang adalah penanggung jawab masing- penanggung jawab masing-masing sidang
khusus; masing sidang khusus; khusus;

b. Sidang khusus terdiri dari Sidang Khusus b. Sidang khusus terdiri dari Sidang b. Sidang khusus terdiri dari Sidang Khusus
MKEK, Sidang Khusus MPPK, dan Sidang Khusus MKEK, Sidang Khusus MPPK, MKEK, Sidang Khusus MPPK, dan Sidang
Khusus MKKI. dan Sidang Khusus MKKI. Khusus MKKI.

c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh utusan c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh utusan
MKEK Wilayah,MKEK Cabang, peninjau dan utusan MKEK Wilayah,MKEK Cabang, MKEK Wilayah,MKEK Cabang, peninjau dan
38

undangan yang ditetapkan oleh Presidium peninjau dan undangan yang ditetapkan undangan yang ditetapkan oleh Presidium
Sidang Pleno. oleh Presidium Sidang Pleno. Sidang Pleno.
IKATAN DOKTER INDONESIA

d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh
Ketua Pengurus Pusat perhimpunan dan Ketua Pengurus Pusat perhimpunan Ketua Pengurus Pusat perhimpunan dan
keseminatan, serta utusan MPPK Wilayah, dan keseminatan, serta utusan MPPK keseminatan, serta utusan MPPK Wilayah,
peninjau dan undangan yang ditetapkan oleh Wilayah, peninjau dan undangan yang peninjau dan undangan yang ditetapkan oleh
Presidium Sidang Pleno. ditetapkan oleh Presidium Sidang Presidium Sidang Pleno.
Pleno.

e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh utusan e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh utusan e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh utusan
Kolegium, peninjau dan undangan yang Kolegium, peninjau dan undangan yang Kolegium, peninjau dan undangan yang
ditetapkan oleh Presidium sidang pleno. ditetapkan oleh Presidium sidang pleno. ditetapkan oleh Presidium sidang pleno.

f. Masing-masing utusan memiliki hak bicara dan f. Masing-masing utusan memiliki hak f. Masing-masing utusan memiliki hak bicara dan
hak suara. bicara dan hak suara. hak suara.

g. Peninjau dan undangan hanya memiliki hak g. Peninjau dan undangan hanya memiliki g. Peninjau dan undangan hanya memiliki hak
bicara. hak bicara. bicara.

h. Hasil sidang khusus diajukan dalam sidang h. Pemilihan ketua majelis h. Pemilihan ketua majelis
pleno untuk ditetapkan.

i. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga) orang i.  Program kerja majelis dan Isu-isu i. Program kerja majelis dan Isu-isu stategis
pimpinan yang dipilih dari dan oleh peserta. stategis
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

j. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib j. Hasil sidang khusus diajukan untuk j. Hasil sidang khusus diajukan untuk dibahas
sidang khusus lebih lanjut diatur dalam dibahas dan dinyatakan setuju dan dan dinyatakan setuju dan didalam sidang
Pedoman Tatalaksana Organisasi. didalam sidang pleno untuk di tetapkan pleno untuk di tetapkan

k. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga) k. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga) orang
orang pimpinan yang dipilih dari dan pimpinan yang dipilih dari dan oleh peserta.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

oleh peserta.

l. Hal-hal yang belum diatur dalam tata l. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib
tertib sidang khusus lebih lanjut diatur sidang khusus lebih lanjut diatur dalam
dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi Pedoman Tatalaksana Organisasi masing-
masing- masing majelis. masing majelis.

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 15


Musyawarah Wilayah Musyawarah Wilayah Musyawarah Wilayah

(1) Status : (1) Status : (1) Status :

a. Musyawarah wilayah yang disingkat dengan a. Musyawarah wilayah yang disingkat dengan
Muswil merupakan forum pengambilan Muswil merupakan forum pengambilan
39

keputusan tertinggi di tingkat wilayah. keputusan tertinggi di tingkat wilayah.

b. Muswil adalah musyawarah utusan cabang- b. Muswil adalah musyawarah utusan cabang-
IKATAN DOKTER INDONESIA

cabang dalam satu wilayah. cabang dalam satu wilayah.

c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun
tahun pada akhir periode pada akhir periode

d. Dalam keadaan luar biasa muswil dapat d. Dalam keadaan luar biasa muswil dapat
diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif
satu cabang dan mendapat persetujuan satu cabang dan mendapat persetujuan
sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah
cabang yang ada dalam wilayah tersebut. cabang yang ada dalam wilayah tersebut.

e. Diantara Muswil pengurus wilayah e. Diantara Muswil pengurus wilayah


melaksanakan Rapat kerja Wilayah, yang melaksanakan Rapat kerja Wilayah, yang
dimaksudkan untuk menilai dan kemudian dimaksudkan untuk menilai dan kemudian
memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan
program kerja Pengurus Wilayah. program kerja Pengurus Wilayah.

f. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir f. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir
d diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman d diatas lebih lanjut diatur dalam Pedoman
Tatalaksana Organisasi. Tatalaksana Organisasi.

(2) Wewenang : (2) Wewenang :


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Menilai pertanggung-jawaban Ketua Pengurus a. Menilai pertanggung-jawaban Ketua Pengurus


Wilayah mengenai amanat yang diberikan Wilayah mengenai amanat yang diberikan
oleh Muswil sebelumnya. oleh Muswil sebelumnya.

b. Menetapkan garis besar program kerja b. Menetapkan garis besar program kerja
wilayah dengan berpedoman pada hasil-hasil wilayah dengan berpedoman pada hasil-hasil
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

muktamar. muktamar.

c. Memilih Ketua Pengurus Wilayah, Ketua MPPK c. Memilih Ketua Pengurus Wilayah, Ketua MPPK
Wilayah, dan Ketua MKEK Wilayah untuk Wilayah, dan Ketua MKEK Wilayah untuk
periode berikutnya. periode berikutnya.

(3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib :

a. Pengurus Wilayah adalah penanggung jawab a. Pengurus Wilayah adalah penanggung a. Pengurus Wilayah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan muswil. jawab penyelenggaraan muswil. penyelenggaraan muswil.

b. Muswil dihadiri oleh utusan cabang, peninjau, b. Pengurus wilayah membentuk panitia b. Pengurus wilayah membentuk panitia
dan undangan. penyelenggara muswil. penyelenggara muswil.
40

c. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan b. Muswil dihadiri oleh utusan cabang, c. Muswil dihadiri oleh utusan cabang, peninjau,
Dokter Indonesia cabang dan diberi mandat peninjau, dan undangan. dan undangan.
resmi berdasarkan proses mekanisme rapat
IKATAN DOKTER INDONESIA

pengurus cabang.

d. Peninjau yang terdiri dari utusan cabang d. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan
dengan mandat resmi sebagai peninjau, Dokter Indonesia cabang dan diberi mandat
Pengurus Wilayah, majelis-majelis dan unsur- resmi berdasarkan proses mekanisme rapat
unsurnya, dan Pengurus Besar. pengurus cabang.

e. Ketentuan banyaknya suara utusan cabang e. Peninjau yang terdiri dari utusan cabang
dalam Muswil menggunakan acuan sebagai dengan mandat resmi sebagai peninjau,
berikut : Pengurus Wilayah, majelis-majelis dan unsur-
unsurnya, dan Pengurus Besar.

f. Ketentuan banyaknya suara utusan


cabang dalam Muswil menggunakan
acuan sebagai berikut :

1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara 1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 suara

2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2 2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2
suara suara
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3 3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3
suara suara

4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4 4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4
suara suara
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5 5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5
suara suara

6. dan seterusnya, setiap tambahan 6. dan seterusnya, setiap tambahan 200 anggota
200 anggota biasa akan memperoleh biasa akan memperoleh tambahan 1 suara
tambahan 1 suara dengan jumlah maksimal dengan jumlah maksimal sebanyak 10 suara.
sebanyak 10 suara.

f. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh


Pengurus Wilayah berdasarkan iuran anggota
yang dibayarkan ke Pengurus Besar.

g. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan g. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan oleh
oleh Pengurus Wilayah. Pengurus Wilayah berdasarkan iuran anggota
41

yang dibayarkan ke Pengurus Besar.

h. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak h. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan
IKATAN DOKTER INDONESIA

suara. oleh Pengurus Wilayah.

i. Peninjau hanya memiliki hak bicara. i. Utusan cabang memiliki hak bicara dan hak
suara.

j. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan j. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
hak suara.

k. Pengambilan keputusan dalam Muswil k. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan
dilaksanakan dalam Sidang Pleno. hak suara.

l. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan l. Pengambilan keputusan dalam Muswil


pengesahan agenda acara, tata tertib sidang, dilaksanakan dalam Sidang Pleno.
dan pemilihan pimpinan sidang pleno muswil
dipimpin oleh panitia pengarah muswil.

m. Muswil dinyatakan sah bila dihadiri minimal 50 m. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan
(lima puluh) % tambah 1(satu) jumlah cabang pengesahan agenda acara, tata tertib sidang,
yang ada. dan pemilihan pimpinan sidang pleno muswil
dipimpin oleh panitia pengarah muswil.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

n. Butir m tidak terpenuhi maka muswil diundur n. Muswil dinyatakan sah bila dihadiri minimal 50
paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu muswil (lima puluh) % tambah 1(satu) jumlah cabang
dianggap sah. yang ada.

o. Sidang pleno dipimpin oleh tiga orang o. Butir n tidak terpenuhi maka muswil diundur
presidium yang dipilih oleh utusan cabang. paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu muswil
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dianggap sah.

p. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban p. Sidang pleno dipimpin oleh tiga orang
Pengurus Wilayah, maka Pengurus Wilayah presidium yang dipilih oleh utusan cabang.
dinyatakan demisioner.

q. Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah q. Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah q. Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah
terpilih dan Ketua Pengurus Wilayah yang lama terpilih dan Ketua Pengurus Wilayah terpilih dan Ketua Pengurus Wilayah yang
dinyatakan demisioner maka Pengurus Besar yang lama dinyatakan demisioner maka lama dinyatakan demisioner maka Pengurus
menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan Pengurus Besar menerbitkan Surat Besar menerbitkan Surat Keputusan sementara
Ketua Pengurus Wilayah. Keputusan sementara Pengesahan Pengesahan Ketua Pengurus Wilayah.
Ketua Pengurus Wilayah.

r. Ketua Pengurus Wilayah yang baru segera r. Ketua Pengurus Wilayah yang baru segera
42

membentuk kepengurusan selambat- membentuk kepengurusan selambat-


lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat
keputusan pengesahan ketua pengurus keputusan pengesahan ketua pengurus
IKATAN DOKTER INDONESIA

wilayah dan diajukan ke Pengurus Besar untuk wilayah dan diajukan ke Pengurus Besar untuk
pengesahannya. pengesahannya.

s. Butir r sebagaimana dimaksud diatas telah s. Butir r sebagaimana dimaksud diatas telah
melewati batas waktu maka Pengurus Besar melewati batas waktu maka Pengurus Besar
memberikan peringatan tertulis. memberikan peringatan tertulis.

t. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti t. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti
periode kepengurusan dan telah maksimal periode kepengurusan dan telah maksimal
2 (dua) kali diingatkan secara tertulis 2 (dua) kali diingatkan secara tertulis
dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk
segera mengadakan Muswil tetapi tidak segera mengadakan Muswil tetapi tidak
dilaksanakan maka Pengurus Besar segera dilaksanakan maka Pengurus Besar segera
menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu
orang Pengurus Besar, satu orang dari unsur orang Pengurus Besar, satu orang dari unsur
pengurus wilayah yang telah kadaluarsa pengurus wilayah yang telah kadaluarsa
dan satu orang dari unsur pengurus cabang dan satu orang dari unsur pengurus cabang
dimana wilayah tersebut berkedudukan untuk dimana wilayah tersebut berkedudukan untuk
menyelenggarakan muswil. menyelenggarakan muswil.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 16 Pasal 16 Pasal 16


Musyawarah Cabang Musyawarah Cabang Musyawarah Cabang

(1) Status (1) Status (1) Status

a. Musyawarah Cabang yang disingkat dengan a. Musyawarah Cabang yang disingkat dengan Apakah boleh muscab di lakukan secara
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Muscab merupakan pengambilan keputusan Muscab merupakan pengambilan keputusan virtual?


tertinggi pada tingkat cabang. tertinggi pada tingkat cabang.

b. Muscab adalah Musyawarah para anggota b. Muscab adalah Musyawarah para anggota
Ikatan Dokter Indonesia dalam cabang Ikatan Dokter Indonesia dalam cabang
tersebut; tersebut;

c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga)
tahun. (tiga) tahun Pada akhir periode. tahun Pada akhir periode.

d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang
melaksanakan Rapat Kerja Cabang melaksanakan Rapat Kerja Cabang melaksanakan Rapat Kerja Cabang

e. Dalam keadaan luar biasa Muscab dapat e. Dalam keadaan luar biasa Muscab e. Dalam keadaan luar biasa Muscab dapat
43

diadakan sewaktu-waktu atas usul atau dapat diadakan sewaktu-waktu atas diadakan sewaktu-waktu atas usul atau
inisiatif tiga orang anggota dan mendapat usul atau inisiatif tiga orang anggota inisiatif tiga orang anggota dan mendapat
persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga dan mendapat dukungan sekurang- dukungan sekurang-kurangnya dua pertiga
IKATAN DOKTER INDONESIA

jumlah anggota biasa yang ada. kurangnya dua pertiga jumlah anggota jumlah anggota biasa yang ada.
biasa yang ada.

2) Wewenang : 2) Wewenang : (2) Wewenang :

a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus


Cabang mengenai pelaksanaan amanat Cabang mengenai pelaksanaan amanat Cabang mengenai pelaksanaan amanat
Muscab. Muscab. Muscab.

b. Menetapkan program kerja cabang dengan b. Menetapkan program kerja cabang b. Menetapkan program kerja cabang dengan
tetap berpedoman kepada kebijakan dengan tetap berpedoman kepada tetap berpedoman kepada kebijakan
operasional yang telah ditetapkan dalam kebijakan operasional yang telah operasional yang telah ditetapkan dalam
Muswil dan hasil-hasil Muktamar. ditetapkan dalam Muswil dan hasil-hasil Muswil dan hasil-hasil Muktamar.
Muktamar.

c. Memilih Ketua Pengurus Cabang untuk periode c. Memilih Ketua Pengurus Cabang dan c. Memilih Ketua Pengurus Cabang dan ketua
berikutnya. ketua MKEK cabang untuk periode MKEK cabang untuk periode berikutnya.
berikutnya.

(3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib :


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Pengurus Cabang adalah penanggung jawab a. Pengurus Cabang adalah penanggung a. Pengurus Cabang adalah penanggung jawab
penyelenggaraan muscab. jawab penyelenggaraan muscab. penyelenggaraan muscab.

b. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, dan b. Pengurus cabang membentuk panitia b. Pengurus cabang membentuk panitia
undangan. penyelenggara muscab penyelenggara muscab
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

c. Anggota adalah semua anggota biasa yang b. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, c. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, dan
ada di cabang bersangkutan. dan undangan. undangan.

d. Peninjau adalah anggota luar biasa, Ikatan c. Anggota adalah semua anggota biasa d. Anggota adalah semua anggota biasa yang
Dokter Indonesia. yang ada di cabang bersangkutan. ada di cabang bersangkutan.

e. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan d. Peninjau adalah pengurus IDI wilayah e. Peninjau adalah pengurus IDI wilayah dan/
oleh Pengurus Cabang. dan/atau pengurus PB IDI atau pengurus PB IDI

f. Anggota memiliki hak bicara dan hak suara. f. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan
oleh Pengurus Cabang.

g. Peninjau memiliki hak bicara. g. Anggota memiliki hak bicara dan hak suara.
44

h. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan h. Peninjau memiliki hak bicara.
hak suara.
IKATAN DOKTER INDONESIA

i. Pengambilan keputusan dalam Muscab i. Undangan tidak mempunyai hak bicara dan
dilaksanakan dalam Sidang Pleno. hak suara.

j. Banyaknya suara cabang dalam muscab j. Pengambilan keputusan dalam Muscab


ditentukan jumlah anggota pada cabang yang dilaksanakan dalam Sidang Pleno.
bersangkutan.

k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan k. Banyaknya suara cabang dalam muscab
pengesahan agenda acara, tata tertib sidang, ditentukan jumlah anggota pada cabang yang
dan pemilihan pimpinan sidang pleno muscab bersangkutan.
dipimpin oleh panitia pengarah muscab.

l. Sidang muscab dipimpin oleh tiga orang l. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan dan
presidium yang dipilih dari anggota dan oleh pengesahan agenda acara, tata tertib sidang,
anggota. dan pemilihan pimpinan sidang pleno muscab
dipimpin oleh panitia pengarah muscab.

m. Muscab baru dinyatakan sah bila dihadiri lebih m. Sidang muscab dipimpin oleh tiga orang
dari 50 (limapuluh) % jumlah anggota dengan presidium yang dipilih dari anggota dan oleh
melampirkan bukti pengiriman undangan anggota.
kepada seluruh anggota.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

n. Butir m tidak terpenuhi maka muscab diundur n. Muscab baru dinyatakan sah bila dihadiri lebih
paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu muscab dari 50 (limapuluh) % jumlah anggota dengan
dianggap sah. melampirkan bukti pengiriman undangan
kepada seluruh anggota.

o. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban o. Butir m tidak terpenuhi maka muscab diundur
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pengurus Cabang, maka Pengurus Cabang paling lama 1 x 24 jam dan setelah itu muscab
dinyatakan demisioner. dianggap sah.

p. Segera setelah Ketua Pengurus Cabang p. Setelah selesai laporan pertanggungjawaban


terpilih, sedangkan Ketua Pengurus Cabang Pengurus Cabang, maka Pengurus Cabang
yang lama dinyatakan demisioner maka dinyatakan demisioner.
Pengurus Wilayah atas nama Pengurus Besar
menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan
Sementara Ketua Pengurus Cabang Terpilih.

q. Ketua Pengurus Cabang yang baru segera q. Ketua Pengurus Cabang yang baru q. Segera setelah Ketua Pengurus Cabang PASAL 16 Musyawarah Cabang, poin q
membentuk kepengurusan selambat- segera membentuk kepengurusan terpilih, sedangkan Ketua Pengurus Cabang menjadi poin r
lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat selambat-lambatnya 14 hari setelah yang lama dinyatakan demisioner maka
keputusan pengesahan sementara ketua penerbitan surat keputusan pengesahan Pengurus Wilayah atas nama Pengurus Besar
45

pengurus cabang dan diajukan ke Pengurus sementara ketua pengurus cabang dan menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan
Besar untuk pengesahannya. diajukan ke Pengurus Besar melalui IDI Sementara Ketua Pengurus Cabang Terpilih.
IKATAN DOKTER INDONESIA

Wilayah untuk pengesahannya.

r. Butir q telah melewati batas waktu maka r. Ketua Pengurus Cabang yang baru segera
Pengurus Besar memberikan peringatan membentuk kepengurusan selambat-
tertulis. lambatnya 14 hari setelah penerbitan
surat keputusan pengesahan sementara
ketua pengurus cabang dan diajukan ke
Pengurus Besar melalui IDI Wilayah untuk
pengesahannya.

s. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti s. Butir r telah melewati batas waktu maka
periode kepengurusan dan telah maksimal Pengurus Besar memberikan peringatan
2 (dua) kali diingatkan secara tertulis tertulis.
dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk
segera mengadakan Muscab tetapi tidak
dilaksanakan maka Pengurus Besar segera
menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu
orang Pengurus Wilayah, satu orang dari
unsur pengurus cabang yang telah kadaluarsa
dimana cabang tersebut berkedudukan; untuk
menyelenggarakan muscab.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

t. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti


periode kepengurusan dan telah maksimal
2 (dua) kali diingatkan secara tertulis
dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk
segera mengadakan Muscab tetapi tidak
dilaksanakan maka Pengurus Besar segera
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

menunjuk tim caretaker yang terdiri dari satu


orang Pengurus Wilayah, satu orang dari
unsur pengurus cabang yang telah kadaluarsa
dimana cabang tersebut berkedudukan; untuk
menyelenggarakan muscab.

Pasal 17 Pasal 17 Pasal 17


Rapat Kerja Nasional Rapat Kerja Nasional Rapat Kerja Nasional

(1) Status : (1) Status : (1) Status :

a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat dengan a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat dengan
Rakernas adalah rapat yang dihadiri oleh dengan Rakernas adalah rapat yang Rakernas adalah rapat yang dihadiri oleh
46

segenap perangkat organisasi dari tingkat dihadiri oleh segenap perangkat segenap perangkat organisasi dari tingkat
pusat dan tingkat wilayah. organisasi dari tingkat pusat dan tingkat pusat dan tingkat wilayah.
wilayah.
IKATAN DOKTER INDONESIA

b. Menetapkan aturan tata tertib muktamar, b. Menetapkan aturan tata tertib b. Menetapkan aturan tata tertib muktamar,
aturan pemilihan ketua umum/ketua umum muktamar, aturan pemilihan ketua aturan pemilihan ketua umum/ketua umum
terpilih PB IDI dan aturan pemilihan Ketua umum/ketua umum terpilih PB IDI dan terpilih PB IDI dan aturan pemilihan Ketua
Majelis-Majelis aturan pemilihan Ketua Majelis-Majelis Majelis-Majelis

c. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi c. Memutuskan beberapa kebijakan c. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi
yang dirasakan mendesak dan tidak organisasi yang dirasakan mendesak yang dirasakan mendesak dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan. dan tidak bertentangan dengan bertentangan dengan peraturan perundangan.
peraturan perundangan.

d. Rakernas diadakan sekurang-kurangnya sekali d. Rakernas diadakan sekali pada d. Rakernas diadakan sekali pada pertengahan
dalam periode kepengurusan. pertengahan periode kepengurusan. periode kepengurusan.

(2) Wewenang : (2) Wewenang : (2) Wewenang :

a. Menilai pelaksanaan program kerja nasional a. Menilai pelaksanaan program kerja a. Menilai pelaksanaan program kerja nasional
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, nasional Pengurus Besar Ikatan Dokter Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia,
menyempurnakan dan memperbaikinya untuk Indonesia, menyempurnakan dan menyempurnakan dan memperbaikinya untuk
dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan memperbaikinya untuk dilaksanakan dilaksanakan pada sisa periode kepengurusan
selanjutnya. pada sisa periode kepengurusan selanjutnya.
selanjutnya.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Mempersiapkan bahan-bahan muktamar yang b. Mempersiapkan bahan-bahan b. Mempersiapkan bahan-bahan muktamar yang
akan datang. muktamar yang akan datang. akan datang.

c. Menyusun rancangan tata tertib Muktamar, c. Menyusun rancangan tata tertib c. Menyusun rancangan tata tertib Muktamar,
rancangan tata tertib Pemilihan Ketua Muktamar, menyusun rancangan tata menyusun rancangan tata tertib pemilihan
Terpilih Pengurus Besar IDI, rancangan tata tertib pemilihan Ketua majelis-majelis. Ketua majelis-majelis.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

tertib pemilihan Ketua majelis-majelis, dan


memutuskan tata cara Tim Seleksi.

d. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi d. Memutuskan beberapa kebijakan d. Memutuskan beberapa kebijakan organisasi
yang dirasakan mendesak sepanjang tidak organisasi yang dirasakan mendesak yang dirasakan mendesak sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan bertentangan dengan peraturan organisasi
dan peraturan perundang-undangan lainnya. peraturan organisasi dan peraturan dan peraturan perundang-undangan lainnya.
perundang-undangan lainnya.

e. Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara e. Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara
penyelenggaraan rakernas akan di penyelenggaraan rakernas akan di jelaskan
jelaskan lebih lanjut di dalam ortala. lebih lanjut di dalam ortala.

(3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib :


47

a. Pengurus Besar adalah penanggung-jawab a. Pengurus Besar adalah penanggung- a. Pengurus Besar adalah penanggung-jawab
penyelenggaraan Rakernas. jawab penyelenggaraan Rakernas. penyelenggaraan Rakernas.
IKATAN DOKTER INDONESIA

b. Rakernas dihadiri oleh seluruh perangkat b. Rakernas dihadiri oleh seluruh b. Rakernas dihadiri oleh seluruh perangkat
organisasi yang terdiri dari Pengurus Besar perangkat organisasi yang terdiri dari organisasi yang terdiri dari Pengurus Besar
termasuk Majelis Kolegium Kedokteran Pengurus Besar termasuk Majelis termasuk Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Indonesia beserta ketua-ketua seluruh unsur- Kehormatan Etik Kedokteran beserta beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya,
unsurnya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya,
Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian beserta ketua-ketua seluruh unsur- Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya, unsurnya, Majelis Pengembangan beserta ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya,
Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dimana Pelayanan Keprofesian beserta ketua- Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dimana
Rakernas dilaksanakan, dan undangan dari ketua seluruh unsur-unsurnya, Pengurus Rakernas dilaksanakan, dan undangan dari
Pengurus Besar. Wilayah, Pengurus Cabang dimana Pengurus Besar.
Rakernas dilaksanakan, dan undangan
dari Pengurus Besar.

c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari Sidang c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari Sidang
organisasi dan sidang ilmiah. Sidang organisasi dan sidang ilmiah. organisasi dan sidang ilmiah.

d. Sidang organisasi terdiri dari sidang pleno dan d. Sidang organisasi terdiri dari sidang d. Sidang organisasi terdiri dari sidang pleno dan
sidang komisi. pleno dan sidang komisi. sidang komisi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Umum e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Umum
Pengurus Besar. Umum Pengurus Besar. Pengurus Besar.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN

Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pengurus Besar Pengurus Besar Pengurus Besar

(1) Status : (1) Status : (1) Status : D dan E di hapus

a. Pengurus Besar adalah struktur kepemimpinan a. Pengurus Besar adalah struktur a. Pengurus Besar adalah struktur kepemimpinan
tertinggi organisasi yang melaksanakan, kepemimpinan tertinggi organisasi tertinggi organisasi yang melaksanakan,
dan mengurus kebijakan-kebijakan strategis yang melaksanakan, dan mengurus dan mengurus kebijakan-kebijakan strategis
dan operasional yang bersifat nasional yang kebijakan-kebijakan strategis dan dan operasional yang bersifat nasional yang
diputuskan dalam Muktamar. operasional yang bersifat nasional yang diputuskan dalam Muktamar.
diputuskan dalam Muktamar.

b.
Ketua Umum Pengurus Besar b. Ketua Umum Pengurus Besar b.
Ketua Umum Pengurus Besar
bertanggungjawab untuk dan atas nama bertanggungjawab untuk dan atas bertanggungjawab untuk dan atas nama
organisasi baik ke dalam maupun ke luar nama organisasi baik ke dalam maupun organisasi baik ke dalam maupun ke luar
48

organisasi. ke luar organisasi. organisasi.

c. Dalam melaksanakan kebijakan strategis yang c. Dalam melaksanakan kegiatan eksekutif c. Dalam melaksanakan kegiatan eksekutif
IKATAN DOKTER INDONESIA

bersifat nasional, Ketua Umum Pengurus Besar organisasi Ketua Umum Pengurus Besar organisasi Ketua Umum Pengurus Besar
dibantu oleh Majelis-Majelis sesuai dengan IDI dibantu oleh Majelis-Majelis (MKEK, IDI dibantu oleh Majelis-Majelis (MKEK,
tanggung jawab masing-masing melalui MKKI, MPPK) yang masing-masing MKKI, MPPK) yang masing-masing memiliki
Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP). memiliki wewenang dan tanggung wewenang dan tanggung jawab sesuai
jawab sesuai tugasnya. tugasnya.

d. Tugas pokok dan fungsi Ketua Terpilih d. - d. Tugas pokok dan fungsi Ketua Terpilih
diakomodir dalam Pedoman Tatalaksana diakomodir dalam Pedoman Tatalaksana
organisasi. organisasi.

e. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dalam e. - e. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dalam
suatu muktamar duduk sebagai Wakil Ketua suatu muktamar duduk sebagai Wakil Ketua
Umum Pengurus Besar dalam periode setelah Umum Pengurus Besar dalam periode setelah
muktamar tersebut. Pada periode berikutnya muktamar tersebut. Pada periode berikutnya
yang bersangkutan akan dikukuhkan menjadi yang bersangkutan akan dikukuhkan menjadi
Ketua Umum Pengurus Besar. Ketua Umum Pengurus Besar.

f. Ketua Umum Pengurus Besar bersama-sama f. Pengurus Besar menyusun dan f. Pengurus Besar menyusun dan menetapkan
dengan Ketua Umum Terpilih menyusun dan menetapkan kebijakan organisasi. kebijakan organisasi.
menetapkan kebijakan organisasi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

g. Dalam melaksanakan kebijakan operasional, g. Pengurus Besar dalam melaksanakan g. Pengurus Besar dalam melaksanakan kegiatan
Ketua Umum Pengurus Besar dibantu oleh kegiatan organisasi, dibantu oleh organisasi, dibantu oleh dewan pertimbangan,
Badan-badan Kelengkapan. dewan pertimbangan, Bidang-bidang, Bidang-bidang, Badan-badan Kelengkapan.
Badan-badan Kelengkapan.

h.
Dalam mengembangkan dan h.
Dalam mengembangkan dan h. Dalam mengembangkan dan memformulasikan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

memformulasikan kebijakan, Pengurus Besar memformulasikan kebijakan khusus, kebijakan khusus, Pengurus Besar dibantu
dibantu oleh Komite-komite tetap dan ad-hoc, Pengurus Besar dibantu oleh Panitia oleh Panitia ad-hoc, yang dibentuk Pengurus
yang dibentuk Pengurus Besar untuk tujuan ad-hoc, yang dibentuk Pengurus Besar Besar untuk tujuan tersebut.
tersebut. untuk tujuan tersebut.

i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 (tiga) i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 (tiga)
tahun. (tiga) tahun. tahun.

j. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia j. Seorang anggota Ikatan Dokter j. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia
hanya diperbolehkan menjadi Ketua Umum Indonesia hanya diperbolehkan menjadi hanya diperbolehkan menjadi Ketua Umum
Pengurus Besar maksimal dua kali masa Ketua Umum Pengurus Besar maksimal Pengurus Besar maksimal dua kali masa
kepengurusan dalam periode yang tidak dua kali masa kepengurusan. kepengurusan.
berurutan.
49

k. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih tidak k. Ketua Umum Pengurus Besar tidak k. Ketua Umum Pengurus Besar tidak dapat
dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan dapat melaksanakan tugas dan/atau melaksanakan tugas dan/atau berhalangan
Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih berhalangan tetap selama 6 bulan tetap selama 6 bulan maka jabatan Ketua
IKATAN DOKTER INDONESIA

dikosongkan dan muktamar berikutnya maka jabatan Ketua Umum Pengurus Umum Pengurus Besar dikosongkan dan
memilih Ketua Umum Pengurus Besar dan Besar dikosongkan dan melalui pleno melalui pleno menunjuk salah satu wakil ketua
Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih yang menunjuk salah satu wakil ketua sebagai sebagai pelaksana tugas sampai dilaksanakan
baru. pelaksana tugas sampai dilaksanakan muktamar berikutnya.
muktamar berikutnya.

l. Ketua Umum Pengurus Besar tidak dapat l. Ketua Umum Pengurus Besar tidak dapat
menjalankan tugas dan berhalangan tetap, menjalankan tugas dan berhalangan tetap,
maka Ketua Umum Terpilih langsung menjabat maka Ketua Umum Terpilih langsung menjabat
sebagai Ketua Umum Pengurus Besar, dan sebagai Ketua Umum Pengurus Besar, dan
dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum dikukuhkan kembali sebagai Ketua Umum
Pengurus Besar pada saat Muktamar. Pengurus Besar pada saat Muktamar.

m. Tata cara tentang Musyawarah Pimpinan Pusat m. Tata cara tentang Musyawarah Pimpinan Pusat
sebagaimana dimaksud pada butir c diatas, sebagaimana dimaksud pada butir c diatas,
lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lebih lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi Organisasi

(2) Personalia : (2) Personalia : (2) Personalia :


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Personalia Pengurus Besar Ikatan Dokter a. Personalia Pengurus Besar Ikatan a. Personalia Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari Dokter Indonesia sekurang-kurangnya Indonesia sekurang-kurangnya terdiri
Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris terdiri dari Ketua Umum, Majelis-Majelis, dari Ketua Umum, Majelis-Majelis, Dewan
Jenderal, Bendahara Umum, beberapa ketua Dewan Pertimbangan, Wakil Ketua Pertimbangan, Wakil Ketua Umum, Sekretaris
bidang, dan koordinator wilayah. Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Jenderal, Bendahara Umum, dan beberapa
Umum, dan beberapa ketua bidang. ketua bidang.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar adalah b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar adalah
anggota biasa yang memiliki integritas moral, adalah anggota biasa yang memiliki anggota biasa yang memiliki integritas moral,
etika, disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan integritas moral, etika, disiplin, loyalitas, etika, disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan
memiliki komitmen terhadap tujuan dan upaya dedikasi tinggi dan memiliki komitmen memiliki komitmen terhadap tujuan dan upaya
Ikatan Dokter Indonesia. terhadap tujuan dan upaya Ikatan Ikatan Dokter Indonesia.
Dokter Indonesia.

(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :

a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan a. Melaksanakan Anggaran Dasar dan a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta keputusan Anggaran Rumah Tangga serta Anggaran Rumah Tangga serta keputusan
yang telah ditetapkan muktamar. keputusan yang telah ditetapkan yang telah ditetapkan muktamar.
50

muktamar.

b. Mengumumkan kepada seluruh Pengurus b.


Mengumumkan kepada seluruh b. Mengumumkan kepada seluruh Pengurus
Wilayah dan Pengurus Cabang yang Pengurus Wilayah dan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang yang
IKATAN DOKTER INDONESIA

menyangkut pengambilan keputusan organisasi Cabang yang menyangkut pengambilan menyangkut pengambilan keputusan organisasi
kemudian mempertanggungjawabkan kepada keputusan organisasi kemudian kemudian mempertanggungjawabkan kepada
muktamar berikutnya. mempertanggungjawabkan kepada muktamar berikutnya.
muktamar berikutnya.

c. Melakukan pembinaan dan pengawasan c. Melakukan pembinaan dan pengawasan c. Melakukan pembinaan dan pengawasan
internal organisasi. internal organisasi. internal organisasi.

d. Melakukan advokasi kebijakan kesehatan d.


Melakukan advokasi kebijakan d. Melakukan advokasi kebijakan kesehatan
kepada pembuat kebijakan. kesehatan kepada pembuat kebijakan. kepada pembuat kebijakan.

e. Membina hubungan yang baik dengan semua e. Membina hubungan yang baik dengan e. Membina hubungan yang baik dengan semua
aparat yang ada, pemerintah maupun swasta semua aparat yang ada, pemerintah aparat yang ada, pemerintah maupun swasta
didalam ataupun diluar negeri, khususnya maupun swasta didalam ataupun diluar didalam ataupun diluar negeri, khususnya
dengan aparat yang berhubungan dengan negeri, khususnya dengan aparat yang dengan aparat yang berhubungan dengan
dunia kesehatan. berhubungan dengan dunia kesehatan. dunia kesehatan.

f. Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran f. Memberikan akreditasi Pendidikan f. Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan tingkat nasional dan regional. Kedokteran Berkelanjutan tingkat Berkelanjutan tingkat nasional dan regional
nasional dan regional apabila apabila melibatkan pembicara asing.
melibatkan pembicara asing.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

g.
Memberikan akreditasi Lembaga g. Memberikan akreditasi Lembaga g.
Memberikan akreditasi Lembaga
Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Penyelenggara Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan. Berkelanjutan. Berkelanjutan.

h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban h. Menyampaikan laporan h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban


kepada anggota melalui forum muktamar. pertanggungjawaban kepada anggota kepada anggota melalui forum muktamar.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

melalui forum muktamar.

i. Menyelenggarakan muktamar pada akhir i. Menyelenggarakan muktamar pada i. Menyelenggarakan muktamar pada akhir
periode. akhir periode. periode.

j. Menyiapkan draft materi muktamar melalui j. Menyelengarakan Rakernas pada j. Menyelengarakan Rakernas pada pertengahan
forum Rakernas. pertengahan periode kepengurusan. periode kepengurusan.

k. Mengusulkan perubahan nama perhimpunan, k. Menyusun dan mengesahkan Ortala k. Menyusun dan mengesahkan Ortala sebagai
perhimpunan baru dan pembubaran sebagai tindak lanjut AD/ART hasil tindak lanjut AD/ART hasil muktamar
perhimpunan di muktamar. muktamar

l. Mengesahkan Pengurus Wilayah, Pengurus l. Mengusulkan perubahan nama l. Mengusulkan perubahan nama perhimpuna/
Cabang serta perangkat organisasi baik perhimpuna / keseminatan, keseminatan, perhimpunan/keseminatan baru
51

tingkat pusat maupun tingkat cabang. perhimpunan / keseminatan baru dan pembubaran perhimpunan/keseminatan
dan pembubaran perhimpunan/ dalam muktamar.
keseminatan dalam muktamar.
IKATAN DOKTER INDONESIA

m.
Mengesahkan Pengurus Wilayah, m. Mengesahkan Pengurus Wilayah, Pengurus
Pengurus Cabang, Perhimpunan/ Cabang, Perhimpunan/keseminatan serta
keseminatan serta perangkat organisasi perangkat organisasi baik tingkat pusat
baik tingkat pusat maupun tingkat maupun tingkat cabang.
cabang.

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :

Tata cara pengelolaan Pengurus Besar lebih lanjut Tata cara pengelolaan Pengurus Besar lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Besar lebih lanjut
diatur dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi. lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana diatur dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi.
Organisasi.

Pasal 19 Pasal 19 Pasal 19


Pengurus Wilayah Pengurus Wilayah Pengurus Wilayah

(1) Status : (1) Status : (1) Status :

a. Pengurus Wilayah adalah struktur a. Pengurus Wilayah adalah struktur a. Pengurus Wilayah adalah struktur
kepemimpinan tertinggi dalam satu wilayah kepemimpinan tertinggi dalam satu kepemimpinan tertinggi dalam satu wilayah
yang diketuai oleh Ketua Pengurus Wilayah. wilayah yang diketuai oleh Ketua yang diketuai oleh Ketua Pengurus Wilayah.
Pengurus Wilayah.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada satu b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada satu
pengurus wilayah. satu pengurus wilayah. pengurus wilayah.

c. Pengurus Wilayah dalam melaksanakan c. Pengurus Wilayah dalam melaksanakan c. Pengurus Wilayah dalam melaksanakan Koordinator wilayah apakah masih butuh
tugasnya dibantu oleh MKEK Wilayah dan tugasnya dibantu oleh MKEK, MPPK, tugasnya dibantu oleh MKEK, MPPK, dewan diberdayakan atau tidak? Jika masih
MPPK Wilayah. dewan pertimbangan Wilayah dan pertimbangan Wilayah dan MPPK Wilayah. diberdayakan, maka harus jelas aturannya
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

MPPK Wilayah. sesuai fungsinya.

d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah dan MPPK d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah dan d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah dan MPPK (pada forum rapat sebelumnya setuju
Wilayah dipilih dalam muswil. MPPK Wilayah dipilih dalam muswil. Wilayah dipilih dalam muswil. dibubarkan)

e. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah 3 e. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah e. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah 3
(tiga) tahun. 3 (tiga) tahun. (tiga) tahun.

f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan organisasi f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan organisasi
yang dibentuk di provinsi yang mempunyai organisasi yang dibentuk di provinsi yang dibentuk di provinsi yang mempunyai
lebih dari satu cabang atas usul cabang- yang mempunyai lebih dari satu cabang lebih dari satu cabang atas usul cabang-
cabang bersangkutan serta disetujui oleh atas usul cabang-cabang bersangkutan cabang bersangkutan serta disetujui oleh
Pengurus Besar. serta disetujui oleh Pengurus Besar. Pengurus Besar.
52

g. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia g. Seorang anggota Ikatan Dokter g. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia
hanya diperbolehkan dipilih menjadi Ketua Indonesia hanya diperbolehkan dipilih hanya diperbolehkan dipilih menjadi Ketua
Wilayah maksimal dua kali masa kepengurusan. menjadi Ketua Wilayah maksimal dua Wilayah maksimal dua kali masa kepengurusan.
IKATAN DOKTER INDONESIA

kali masa kepengurusan.

(2) Personalia : (2) Personalia : (2) Personalia :

a. Personalia Pengurus Wilayah sekurang- a. Personalia Pengurus Wilayah sekurang- a. Personalia Pengurus Wilayah sekurang-
kurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris, kurangnya terdiri dari Ketua, dewan kurangnya terdiri dari Ketua, dewan
bendahara, Ketua MKEK wilayah, dan Ketua pertimbangan, MKEK, MPPK, sekretaris, pertimbangan, MKEK, MPPK, sekretaris, dan
MPPK Wilayah. dan bendahara. bendahara.

b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah adalah b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah adalah
anggota biasa yang memiliki integritas moral adalah anggota biasa yang memiliki anggota biasa yang memiliki integritas moral
dan etika yang tinggi serta memiliki komitmen integritas moral dan etika yang tinggi dan etika yang tinggi serta memiliki komitmen
terhadap tujuan dan usaha Ikatan Dokter serta memiliki komitmen terhadap terhadap tujuan dan usaha Ikatan Dokter
Indonesia. tujuan dan usaha Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

c. Ketua Pengurus Wilayah tidak dapat c. Ketua pengurus wilayah tidak c. Ketua pengurus wilayah tidak dapat Rapat Pleno Diperluas dapat dilaksanakan
menjalankan tugas dan atau non aktif maka dapat melaksanakan tugas dan/ melaksanakan tugas dan/atau berhalangan bila diperlukan, tetapi tidak mengambil
dapat diangkat Pejabat Ketua Pengurus atau berhalangan tetap selama 6 tetap selama 6 bulan maka jabatan Ketua keputusan. Lebih lanjut akan dibahas di
Wilayah melalui rapat pleno diperluas bulan maka jabatan Ketua Pengurus Pengurus wilayah dikosongkan dan melalui Ortala.
pengurus wilayah dan selanjutnya ditetapkan wilayah dikosongkan dan melalui pleno menunjuk salah satu wakil ketua sebagai
dan disahkan menjadi Pejabat Ketua Pengurus pleno menunjuk salah satu wakil ketua pelaksana tugas
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Wilayah oleh Pengurus Besar sampai sebagai pelaksana tugas


dilaksanakannya Muswil berikutnya.

d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas sampai
sampai menjabat lebih dari pertengahan menjabat lebih dari pertengahan periode
periode ditetapkan sebagai ketua ditetapkan sebagai ketua definitif.
definitif.

e. Pelaksana tugas kurang dari e. Pelaksana tugas kurang dari pertengahan


pertengahan periode, dilanjutkan periode, dilanjutkan sampai dilaksanakan
sampai dilaksanakan muswil berikutnya. muswil berikutnya.

(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :
53

a. Melaksanakan keputusan muktamar, muswil a. Melaksanakan ketetapan muktamar, a. Melaksanakan ketetapan muktamar, muswil
dan ketetapan-ketetapan organisasi. muswil dan ketetapan-ketetapan dan ketetapan-ketetapan organisasi.
organisasi.
IKATAN DOKTER INDONESIA

b. Melaksanakan tugas-tugas operasional b. Atas nama PB IDI Menetapkan Ketua b. Atas nama PB IDI Menetapkan Ketua cabang
organisasi yang didelegasikan oleh Pengurus cabang terpilih sementara hasil muscab terpilih sementara hasil muscab
Besar, baik yang menyangkut masalah
organisasi profesi, etika profesi, pendidikan
profesi dan pelayanan profesi.

c. Melakukan pembinaan dan pengawasan c. Melaksanakan tugas-tugas operasional c. Melaksanakan tugas-tugas operasional
internal organisasi yang berada di wilayahnya. organisasi yang didelegasikan oleh organisasi yang didelegasikan oleh Pengurus
Pengurus Besar, baik yang menyangkut Besar, baik yang menyangkut masalah
masalah organisasi profesi, etika profesi, organisasi profesi, etika profesi, pendidikan
pendidikan profesi dan pelayanan profesi dan pelayanan profesi.
profesi.

d. Melakukan advokasi kebijakan bidang d. Melakukan pembinaan dan pengawasan d. Melakukan pembinaan dan pengawasan
kesehatan di wilayahnya. internal organisasi yang berada di internal organisasi yang berada di wilayahnya.
wilayahnya.

e. Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran e. Melakukan advokasi kebijakan bidang e. Melakukan advokasi kebijakan bidang
Berkelanjutan tingkat wilayah dan cabang; kesehatan di wilayahnya. kesehatan di wilayahnya.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

f. Menghadiri setiap Muscab yang berada di f. Memberikan akreditasi Pendidikan f. Memberikan akreditasi Pendidikan Kedokteran
wilayahnya. Kedokteran Berkelanjutan tingkat Berkelanjutan tingkat wilayah dan cabang;
wilayah dan cabang;

g. Meneruskan usulan pengurus cabang dari g. Menghadiri setiap Muscab yang berada g Menghadiri setiap Muscab yang berada di
ketua cabang terpilih yang akan disahkan oleh di wilayahnya. wilayahnya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pengurus Besar.

h. Atas nama Pengurus Besar melantik Pengurus h. Meneruskan usulan pengurus cabang h. Meneruskan usulan pengurus cabang dari
Cabang. dari ketua cabang terpilih yang akan ketua cabang terpilih yang akan disahkan oleh
disahkan oleh Pengurus Besar. Pengurus Besar.

i. Mewakili Pengurus Besar bila diperlukan dan i. Atas nama Pengurus Besar melantik i. Atas nama Pengurus Besar melantik Pengurus
atau atas permintaan Pengurus Besar. Pengurus Cabang. Cabang.

j. Melaksanakan program kerja yang diputuskan j. Mewakili Pengurus Besar bila diperlukan j. Mewakili Pengurus Besar bila diperlukan dan
pada muswil dan program kerja yang dan atau atas permintaan Pengurus atau atas permintaan Pengurus Besar.
merupakan penjabaran program kerja Ikatan Besar.
Dokter Indonesia yang diputuskan Muktamar
Ikatan Dokter Indonesia.
54

k. Melaksanakan program kerja yang k. Melaksanakan program kerja yang diputuskan


diputuskan pada muswil dan program pada muswil dan program kerja yang
IKATAN DOKTER INDONESIA

kerja yang merupakan penjabaran merupakan penjabaran program kerja Ikatan


program kerja Ikatan Dokter Indonesia Dokter Indonesia yang diputuskan Muktamar
yang diputuskan Muktamar Ikatan Ikatan Dokter Indonesia.
Dokter Indonesia.

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :

Tata cara pengelolaan Pengurus Wilayah lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Wilayah Tata cara pengelolaan Pengurus Wilayah lebih
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lebih lanjut diatur dalam Pedoman lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

Pasal 20 Pasal 20 Pasal 20


Pengurus Cabang Pengurus Cabang Pengurus Cabang

(1) Status : (1) Status : Catatan mengenai status

a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang Cabang Malang ada 3 Kota dan Kabupaten
dibentuk di Kabupaten/Kota. dibentuk di Kabupaten/Kota. (Kab. Malang, Kota malang, kota Batu)

b. Dalam satu Kabupaten/Kota hanya boleh ada b. Dalam satu Kabupaten/Kota hanya boleh ada
satu kepengurusan Cabang. satu kepengurusan Cabang.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah 3 (tiga) c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah 3 (tiga)
tahun. tahun.

d. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia d. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia
hanya dibolehkan dipilih menjadi Ketua Cabang hanya dibolehkan dipilih menjadi Ketua Cabang
maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan. maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(2) Personalia : (2) Personalia : (2) Personalia :

a. Personalia Pengurus Cabang sekurang- a. Personalia Pengurus Cabang sekurang- a. Personalia Pengurus Cabang sekurang-
kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan kurangnya terdiri dari Ketua, MKEK, kurangnya terdiri dari Ketua, MKEK, Dewan
Bendahara. Dewan pertimbangan, Sekretaris dan pertimbangan, Sekretaris dan Bendahara.
Bendahara.

b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang adalah b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang adalah
anggota biasa yang memiliki integritas moral adalah anggota biasa yang memiliki anggota biasa yang memiliki integritas moral
dan etika yang tinggi serta memiliki komitmen integritas moral dan etika yang tinggi dan etika yang tinggi serta memiliki komitmen
terhadap tujuan dan usaha Ikatan Dokter serta memiliki komitmen terhadap terhadap tujuan dan usaha Ikatan Dokter
Indonesia. tujuan dan usaha Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.
55

c. Ketua Pengurus Cabang tidak dapat c. Ketua pengurus cabang tidak c. Ketua pengurus cabang tidak dapat
menjalankan tugas dan atau non aktif maka dapat melaksanakan tugas dan/ melaksanakan tugas dan/atau berhalangan
IKATAN DOKTER INDONESIA

dapat diangkat Pejabat Ketua Pengurus atau berhalangan tetap selama 6 tetap selama 6 bulan maka jabatan Ketua
Cabang melalui rapat pleno pengurus cabang bulan maka jabatan Ketua Pengurus Pengurus cabang dikosongkan dan melalui
dan selanjutnya ditetapkan dan disahkan cabang dikosongkan dan melalui pleno menunjuk salah satu wakil ketua sebagai
menjadi Pejab Ketua Pengurus Cabang oleh pleno menunjuk salah satu wakil ketua pelaksana tugas
Pengurus Besar sampai dilaksanakannya sebagai pelaksana tugas
Muscab berikutnya.

d. Tata cara Muscab Luar Biasa lebih lanjut diatur d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas sampai
dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi. sampai menjabat lebih dari pertengahan menjabat lebih dari pertengahan periode
periode ditetapkan sebagai ketua ditetapkan sebagai ketua definitif.
definitif.

e. Pelaksana tugas kurang dari e. Pelaksana tugas kurang dari pertengahan


pertengahan periode, dilanjutkan periode, dilanjutkan sampai dilaksanakan
sampai dilaksanakan muscab muscab berikutnya.
berikutnya.

(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :

a. Melaksanakan keputusan Muktamar, Muswil a. Melaksanakan Ketetapan Muktamar, a. Melaksanakan Ketetapan Muktamar, Muswil
dan Muscab serta ketetapan-ketetapan Muswil dan Muscab serta ketetapan- dan Muscab serta ketetapan-ketetapan
organisasi. ketetapan organisasi. organisasi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Memberikan laporan kegiatan Cabang kepada b. Memberikan laporan kegiatan Cabang b. Memberikan laporan kegiatan Cabang kepada
Pengurus Wilayah yang dilakukan minimal kepada Pengurus Wilayah yang Pengurus Wilayah yang dilakukan minimal
sekali 6 (enam) bulan. dilakukan minimal sekali 6 (enam) sekali 6 (enam) bulan.
bulan.

c. Membina hubungan baik dengan semua b. Memberikan rekomendasi surat ijin c. Memberikan rekomendasi surat ijin praktik
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

aparat, khususnya yang berhubungan dengan praktik dokter dokter


dunia kesehatan.

d. Melakukan advokasi kebijakan bidang c. Membina hubungan baik dengan semua d. Membina hubungan baik dengan semua
kesehatan di daerahnya. aparat, khususnya yang berhubungan aparat, khususnya yang berhubungan dengan
dengan dunia kesehatan. dunia kesehatan.

e. Bertanggung jawab kepada muscab. d. Melakukan advokasi kebijakan bidang e. Melakukan advokasi kebijakan bidang
kesehatan di daerahnya. kesehatan di daerahnya.

e. Bertanggung jawab kepada muscab. f. Bertanggung jawab kepada muscab.

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :
56

Tata cara pengelolaan Pengurus Cabang lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Cabang Tata cara pengelolaan Pengurus Cabang lebih
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lebih lanjut diatur dalam Pedoman lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Tatalaksana Organisasi. Organisasi.
IKATAN DOKTER INDONESIA

BAB IV BAB IV BAB IV


MAJELIS – MAJELIS MAJELIS – MAJELIS MAJELIS – MAJELIS

Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21


Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran

(1) Status : (1) Status : (1) Status :

a. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran yang a. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran a. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pasal 21 ayat 1 huruf a Diambil dari anggaran
disingkat dengan MKEK adalah salah satu (MKEK) adalah salah satu unsur adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat dasar
unsur Pimpinan dalam struktur kepengurusan pimpinan di tingkat pusat bersifat pusat bersifat otonom yang mengatur
Ikatan Dokter Indonesia di setiap tingkatan otonom yang mengatur kegiatan kegiatan internal organisasi dalam bidang
kepengurusan yang bertugas untuk internal organisasi dalam bidang etika etika kedokteran dan bertanggung jawab di
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kedokteran dan bertanggung jawab di Muktamar melalui Ketua Umum PB IDI.
penerapan etika kedokteran secara otonom Muktamar melalui Ketua Umum PB IDI.
dan bertanggung jawab kepada Sidang
Khusus Muktamar.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. MKEK di tingkat Wilayah dibentuk pada b. Ketua MKEK di tingkat Wilayah dipilih b. Ketua MKEK di tingkat Wilayah dipilih pada
muswil dan dipilih oleh MKEK cabang-cabang pada muswil dibentuk pada muswil dan muswil dibentuk pada muswil dan dipilih oleh
di wilayahnya. dipilih oleh MKEK cabang-cabang di MKEK cabang-cabang di wilayahnya.
wilayahnya.

c. MKEK di tingkat Cabang dibentuk atas c. Ketua MKEK di tingkat Cabang dipilih c. Ketua MKEK di tingkat Cabang dipilih pada
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

pertimbangan dan persetujuan dari MKEK pada muscab. muscab.


Wilayah dan persetujuan Ketua Pengurus
Cabang.

d. Dalam melaksanakan tugasnya MKEK d. Dalam melaksanakan tugasnya MKEK d. Dalam melaksanakan tugasnya MKEK
berkoordinasi secara periodik dengan berkoordinasi secara periodik dengan berkoordinasi secara periodik dengan
Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
sesuai tingkatannya dan melaporkan sesuai tingkatannya dan melaporkan sesuai tingkatannya dan melaporkan
pertanggungjawaban kepada sidang khusus di pertanggungjawaban kepada sidang pertanggungjawaban kepada sidang khusus
Muktamar/Muswil/Muscab. khusus di Muktamar/ Muswil/ Muscab di Muktamar/ Muswil/ Muscab melalui ketua
melalui ketua pengurus sesuai tingkatan pengurus sesuai tingkatan

e. Masa jabatan MKEK sesuai masa jabatan e. Masa jabatan MKEK sesuai masa jabatan e. Masa jabatan MKEK sesuai masa jabatan
pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai pengurus Ikatan Dokter Indonesia pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai
57

tingkatannya. sesuai tingkatannya. tingkatannya.

f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri dari f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri dari Pasal F Sama dengan pasal di personalia
IKATAN DOKTER INDONESIA

sekretaris, dan anggota. ketua, sekretaris, divisi pembinaan, ketua, sekretaris, divisi pembinaan, divisi yang A jadi di coret.
divisi kemahkamahan dan anggota. kemahkamahan dan anggota.

g. Yang dapat menjadi pengurus MKEK adalah g. Yang dapat menjadi pengurus MKEK g. Yang dapat menjadi pengurus MKEK adalah
anggota yang memiliki kemampuan dalam adalah anggota yang memiliki anggota yang memiliki kemampuan dalam
memahami etika profesi kedokteran, integritas kemampuan dalam memahami etika memahami etika profesi kedokteran, integritas
moral dan etika yang tinggi serta komitmen profesi kedokteran, integritas moral moral dan etika yang tinggi serta komitmen
terhadap organisasi. dan etika yang tinggi serta komitmen terhadap organisasi.
terhadap organisasi.

h. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia h. Seorang anggota Ikatan Dokter h. Seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia
hanya diperbolehkan menjadi Ketua MKEK Indonesia hanya diperbolehkan menjadi hanya diperbolehkan menjadi Ketua MKEK
maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan. Ketua MKEK maksimal 2 (dua) kali masa maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan.
kepengurusan.

i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang khusus di i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang khusus di Usulan dr. Slamet :
Muktamar/Muswil/Muscab sesuai dengan khusus di Muktamar/Muswil/Muscab Muktamar/Muswil/Muscab sesuai dengan
tingkatannnya dan bertanggung jawab kepada sesuai dengan tingkatannnya dan tingkatannnya dan bertanggung jawab kepada
sidang khusus di Muktamar/Muswil/Muscab. bertanggung jawab kepada Muktamar/ Muktamar/Muswil/Muscab melalui ketua
Muswil/Muscab melalui ketua pengurus. pengurus.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

j. Dewan Etik Perhimpunan adalah suatu j. Dewan Etik Perhimpunan adalah suatu j. Dewan Etik Perhimpunan adalah suatu Untuk meningkatkan profsionalisme
Dewan setingkat Majelis yang dibentuk oleh Dewan setingkat Majelis yang dibentuk Dewan setingkat Majelis yang dibentuk oleh organisasi, akuntabiitas, dan untuk
perhimpunan dengan keputusan etik yang oleh perhimpunan dengan keputusan perhimpunan dengan keputusan etik yang menghindari abuse of power/confiict of
dihasilkan adalah setingkat MKEK Wilayah. etik yang dihasilkan adalah setingkat dihasilkan adalah setingkat MKEK Wilayah. interest, maka jabatan ketua umum PB
MKEK Wilayah. IDI dan ketua majelis dibatasi hanya satu
periode.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang :

a. Melakukan tugas pembinaan, pengawasan dan a.


Melakukan tugas pembinaan, a. Melakukan tugas pembinaan, pengawasan dan
penilaian dalam pelaksanaan etik kedokteran pengawasan dan penilaian dalam penilaian dalam pelaksanaan etik kedokteran
dan peraturan organisasi secara otonom, pelaksanaan etik kedokteran dan dan peraturan organisasi secara otonom,
termasuk perbuatan anggota yang melanggar peraturan organisasi secara otonom, termasuk perbuatan anggota yang melanggar
kehormatan dan tradisi luhur kedokteran dan termasuk perbuatan anggota yang kehormatan dan tradisi luhur kedokteran dan
kewajiban anggota. melanggar kehormatan dan tradisi luhur kewajiban anggota.
kedokteran dan kewajiban anggota.

b. Dalam melaksanakan tugas kemahkamahan b.


Dalam melaksanakan tugas b. Dalam melaksanakan tugas kemahkamahan
menyarankan kepada anggota teradu untuk kemahkamahan menyarankan kepada menyarankan kepada anggota teradu untuk
didampingi oleh BHP2A atau utusan dari anggota teradu untuk didampingi oleh didampingi oleh BHP2A atau utusan dari
58

perhimpunan. BHP2A atau utusan dari perhimpunan. perhimpunan.

c. Keputusan yang dibuat MKEK dan Dewan Etik c. Keputusan yang dibuat MKEK dan c. Keputusan yang dibuat MKEK dan Dewan Etik
IKATAN DOKTER INDONESIA

Perhimpunan yang telah memiliki kekuatan Dewan Etik Perhimpunan yang telah Perhimpunan yang telah memiliki kekuatan
tetap bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan memiliki kekuatan tetap bersifat tetap bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan
oleh Pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan mengikat dan wajib dilaksanakan oleh oleh ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
perhimpunan yang terkait. ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatan dan perhimpunan yang
sesuai tingkatan dan perhimpunan yang terkait.
terkait.

d. MKEK Pusat membuat fatwa etik kedokteran d. MKEK Pusat membuat fatwa etik d. MKEK Pusat membuat fatwa etik kedokteran
terkait perkembangan teknologi kedokteran kedokteran terkait perkembangan terkait perkembangan teknologi kedokteran
terkini, perkembangan sistem kesehatan dan teknologi kedokteran terkini, terkini, perkembangan sistem Pelayanan
perilaku profesi kedokteran. perkembangan sistem Pelayanan kesehatan dan perilaku profesi kedokteran.
kesehatan dan perilaku profesi
kedokteran.

(3) Personalia : (3) Personalia :

a. Personalia MKEK sekurang kurangnya a. Personalia MKEK sekurang kurangnya terdiri


terdiri dari ketua sekretaris, dari ketua sekretaris, bendahara, divisi
bendahara, divisi pembinaan dan divisi pembinaan dan divisi kemahkamahan
kemahkamahan
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Yang dapat menjadi personalia MKEK b. Yang dapat menjadi personalia MKEK adalah
adalah anggota IDI yang memahami anggota IDI yang memahami etika mempunyai
etika mempunyai dedikasi dan dedikasi dan komitmen terhadap organisasi.
komitmen terhadap organisasi.

c. Pengurus MKEK ditetapkan oleh Ketua c. Pengurus MKEK ditetapkan oleh Ketua Umum
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Umum PB IDI. PB IDI.

d. Pelantikan MKEK diatur dalam d. Pelantikan MKEK diatur dalam ketentuan


ketentuan khusus tentang tata cara khusus tentang tata cara pelantikan.
pelantikan.

3) Tata cara Pengelolaan : (4) Tata cara Pengelolaan : (4) Tata cara Pengelolaan :

Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut diatur Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut diatur
dalam Pedoman Organisasi dan Tatalaksana diatur dalam Pedoman Organisasi dan dalam Pedoman Organisasi dan Tatalaksana
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran. Tatalaksana Majelis Kehormatan Etik Majelis Kehormatan Etik Kedokteran.
Kedokteran.

Pasal 22 Pasal 22 Pasal 22


59

Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian

(1) Status : (1) Status : (1) Status :


IKATAN DOKTER INDONESIA

a. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian a. Majelis Pengembangan Pelayanan a. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
yang disingkat dengan MPPK adalah salah satu Keprofesian yang disingkat yang disingkat dengan MPPK adalah salah satu
unsur Pimpinan dalam struktur kepengurusan dengan MPPK adalah salah satu unsur Pimpinan dalam struktur kepengurusan
Ikatan Dokter Indonesia di tingkat Pusat dan unsur Pimpinan dalam struktur Ikatan Dokter Indonesia di tingkat Pusat dan
Wilayah yang bertugas untuk pengelolaan kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah yang bertugas untuk pengelolaan
sistem pelayanan kedokteran yang bermutu di tingkat Pusat dan Wilayah yang sistem pelayanan kedokteran yang bermutu
dan terjangkau, melalui berbagai upaya bertugas untuk pengelolaan sistem dan terjangkau, melalui berbagai upaya
pengembangan keprofesian, standarisasi pelayanan kedokteran yang bermutu pengembangan keprofesian, standarisasi
dan akreditasi pelayanan kedokteran secara dan terjangkau, melalui berbagai dan akreditasi pelayanan kedokteran secara
otonom dan bertanggung jawab kepada upaya pengembangan keprofesian, otonom dan bertanggung jawab kepada
Sidang Khusus Muktamar. standarisasi dan akreditasi pelayanan Sidang Khusus Muktamar/muswil melalui
kedokteran secara otonom dan ketua pengurus.
bertanggung jawab kepada Sidang
Khusus Muktamar/muswil melalui ketua
pengurus.

b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK
berkoordinasi secara periodik dengan Ketua berkoordinasi secara periodik dengan berkoordinasi secara periodik dengan Ketua
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai
tingkatannya. sesuai tingkatannya tingkatannya
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian c. Majelis Pengembangan Pelayanan c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
terdiri dari Dewan Perhimpunan Dokter Keprofesian terdiri dari Dewan terdiri dari Dewan Perhimpunan Dokter
Pelayanan Primer (PDPP), Dewan Perhimpunan Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer Pelayanan Primer (PDPP), Dewan Perhimpunan
Dokter Spesialis dan Subspesialis (PDSp), dan (PDPP), Dewan Perhimpunan Dokter Dokter Spesialis dan Subspesialis (PDSp), dan
Dewan Keseminatan. Spesialis dan Subspesialis (PDSp), dan Dewan Keseminatan.
Dewan Keseminatan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

d. Kepengurusan MPPK terdiri dari perwakilan d. Kepengurusan MPPK terdiri dari d. Kepengurusan MPPK terdiri dari perwakilan
unsur-unsurnya yang tergabung dalam divisi perwakilan unsur-unsurnya yang unsur-unsurnya yang tergabung dalam divisi
masing-masing. tergabung dalam divisi masing-masing. masing-masing.

e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari Perhimpunan e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari Perhimpunan
dan Keseminatan. Perhimpunan dan Keseminatan. dan Keseminatan.

f. Ketua MPPK Dipilih dari anggota IDI yang f. Perhimpunan dan keseminatan f. Perhimpunan dan keseminatan dibentuk pada
diusulkan Perhimpunan, Keseminatan dan dibentuk pada tingkat pusat dan tingkat tingkat pusat dan tingkat wilayah/provinsi.
MPPK Wilayah. wilayah/provinsi. Pada wilayah/provinsi Pada wilayah/provinsi dengan sebutan
dengan sebutan cabang. cabang.

g. Ketua MPPK hanya menjabat maksimal 2 g. Ketua MPPK Dipilih dari anggota g. Ketua MPPK Dipilih dari anggota IDI yang
60

(dua) kali masa kepengurusan sesuai dengan IDI yang diusulkan Perhimpunan, diusulkan Perhimpunan, Keseminatan dan
tingkatannnya. Keseminatan dan MPPK Wilayah. MPPK Wilayah.
IKATAN DOKTER INDONESIA

h. Masa jabatan kepengurusan MPPK adalah h. Ketua MPPK hanya menjabat maksimal h. Ketua MPPK hanya menjabat maksimal 2
sesuai masa jabatan kepengurusan Pengurus 2 (dua) kali masa kepengurusan sesuai (dua) kali masa kepengurusan sesuai dengan
Besar. dengan tingkatannnya. tingkatannnya.

i.
Masa jabatan kepengurusan i. Masa jabatan kepengurusan MPPK adalah
MPPK adalah sesuai masa jabatan sesuai masa jabatan kepengurusan Pengurus
kepengurusan Pengurus Besar. Besar.

(2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :

a.
Mengusulkan sistem Pengembangan a.
Mengusulkan sistem Pengembangan
Keprofesian Bidang Kedokteran yang Keprofesian Bidang Kedokteran yang
berkaitan dengan penjaminan mutu pelayanan berkaitan dengan penjaminan mutu pelayanan
kedokteran kepada Ketua Umum Pengurus kedokteran kepada Ketua Umum Pengurus
Besar. Besar.

b. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan b. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan


yang berkaitan dengan pengelolaan yang berkaitan dengan pengelolaan
sistem pengembangan keprofesian bidang sistem pengembangan keprofesian bidang
kedokteran yang berkaitan dengan penjaminan kedokteran yang berkaitan dengan penjaminan
mutu pelayanan kedokteran. mutu pelayanan kedokteran.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

c. Mengkoordinasikan kegiatan keprofesian c. Mengkoordinasikan kegiatan keprofesian


Perhimpunan dan Keseminatan. Perhimpunan dan Keseminatan.

d.
Mengusulkan dan merekomendasikan d. Mengusulkan dan merekomendasikan d.
Mengusulkan dan merekomendasikan
perubahan nama perhimpunan, perhimpunan perubahan nama perhimpunan/ perubahan nama perhimpunan/keseminatan,
baru, dan pembubaran perhimpunan kepada keseminatan, perhimpunan/ perhimpunan/keseminatan baru, dan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Ketua Umum Pengurus Besar. keseminatan baru, dan pembubaran pembubaran perhimpunan/keseminatan
perhimpunan/keseminatan kepada kepada Ketua Umum Pengurus Besar.
Ketua Umum Pengurus Besar.

e.
Mengusulkan pedoman akreditasi e.
Mengusulkan pedoman akreditasi
penyelenggaraan pendidikan keprofesian penyelenggaraan pendidikan keprofesian
berkelanjutan (Continuous Professional berkelanjutan (Continuous Professional
Development) kepada Ketua Umum Pengurus Development) kepada Ketua Umum Pengurus
Besar. Besar.

(3) Unsur-unsur : (3) Personalia : (3) Personalia : Unsur-unsur berubah menjadi personalia

a. Unsur-unsur MPPK terdiri dari Perhimpunan a. Personalia MPPK sekurang kurangnya a. Personalia MPPK sekurang kurangnya terdiri
dan Keseminatan. terdiri dari ketua sekretaris dan dari ketua sekretaris dan bendahara
61

bendahara

b. Perhimpunan dan Keseminatan ada pada IDI b. Yang dapat menjadi personalia MPPK b. Yang dapat menjadi personalia MPPK adalah
IKATAN DOKTER INDONESIA

tingkat pusat dan wilayah. adalah unsur perhimpuan dan unsur unsur perhimpuan dan unsur keseminatan
keseminatan

c. Pengurus Perhimpunan dan Keseminatan b. Perhimpunan dan Keseminatan ada b. Perhimpunan dan Keseminatan ada pada IDI
tingkat pusat ditetapkan oleh Ketua Umum PB pada IDI tingkat pusat dan wilayah. tingkat pusat dan wilayah.
IDI.

d. Pengurus Perhimpunan dan Keseminatan c.


Pengurus Perhimpunan dan c. Pengurus Perhimpunan dan Keseminatan
tingkat wilayah ditetapkan oleh Ketua Keseminatan tingkat pusat ditetapkan tingkat pusat ditetapkan dan dilantik oleh
Perhimpunan dan Keseminatan Pusat yang dan dilantik oleh Ketua Umum PB IDI. Ketua Umum PB IDI.
bersangkutan untuk selanjutnya dilantik oleh
IDI Wilayah

e.
Pelantikan pengurus perhimpunan d.
Pengurus Perhimpunan dan d. Pengurus Perhimpunan dan Keseminatan
dan Keseminatan pusat dan pengurus Keseminatan tingkat wilayah ditetapkan tingkat wilayah ditetapkan oleh Ketua
perhimpunan dan Keseminatan wilayah diatur oleh Ketua Perhimpunan dan Perhimpunan dan Keseminatan Pusat yang
dalam ketentuan khusus tentang tata cara Keseminatan Pusat yang bersangkutan bersangkutan untuk selanjutnya dilantik oleh
pelantikan. untuk selanjutnya dilantik oleh IDI IDI Wilayah
Wilayah
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 23 e. Pelantikan pengurus perhimpunan e.


Pelantikan pengurus perhimpunan
dan Keseminatan pusat dan pengurus dan Keseminatan pusat dan pengurus
perhimpunan dan Keseminatan wilayah perhimpunan dan Keseminatan wilayah diatur
diatur dalam ketentuan khusus tentang dalam ketentuan khusus tentang tata cara
tata cara pelantikan. pelantikan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Tata cara pengelolaan (4) Tata cara pengelolaan : (4) Tata cara pengelolaan :

Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur-unsur MPPK Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur- Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur-unsur
diatur dalam Pedoman Pokok Tatalaksana Organisasi unsur MPPK diatur dalam Pedoman Pokok MPPK diatur dalam Pedoman Pokok Tatalaksana
Ikatan Dokter Indonesia. Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.

Pasal 24 Pasal 23 Pasal 23


Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

Status : (1) Status : (1) Status :

a. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia yang a. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia a. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia yang
disingkat dengan MKKI adalah salah satu unsur yang disingkat dengan MKKI adalah disingkat dengan MKKI adalah salah satu
62

Pimpinan dalam struktur kepengurusan Ikatan salah satu unsur Pimpinan dalam unsur Pimpinan dalam struktur kepengurusan
Dokter Indonesia di Tingkat Pusat yang bertugas struktur kepengurusan Ikatan Dokter Ikatan Dokter Indonesia di Tingkat Pusat yang
untuk pembinaan dan pengaturan pelaksanaan Indonesia di Tingkat Pusat yang bertugas untuk pembinaan dan pengaturan
IKATAN DOKTER INDONESIA

sistem pendidikan profesi kedokteran secara bertugas untuk pembinaan dan pelaksanaan sistem pendidikan profesi
otonom dan bertanggung jawab kepada Sidang pengaturan pelaksanaan sistem kedokteran secara otonom dan bertanggung
Khusus Muktamar. pendidikan profesi kedokteran secara jawab kepada muktamar melalui ketua umum
otonom dan bertanggung jawab kepada PB IDI.
muktamar melalui ketua umum PB IDI.

b. Ketua MKKI hanya menjabat maksimal 2 (dua) kali b. Ketua MKKI hanya menjabat maksimal 2 b. Ketua MKKI hanya menjabat maksimal 2 (dua)
masa kepengurusan. (dua) kali masa kepengurusan. kali masa kepengurusan.

c. Masa jabatan kepengurusan MKKI adalah sesuai c.


Masa jabatan kepengurusan c. Masa jabatan kepengurusan MKKI adalah
masa jabatan kepengurusan Pengurus Besar. MKKI adalah sesuai masa jabatan sesuai masa jabatan kepengurusan Pengurus
kepengurusan Pengurus Besar. Besar.

d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu Ketua atau d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu Ketua d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu Ketua
Mantan Ketua kolegium. kolegium atau Mantan Ketua kolegium. kolegium atau Mantan Ketua kolegium.

e. Kolegium bertanggungjawab pada kongres e. Kolegium bertanggungjawab pada e. Kolegium bertanggungjawab pada kongres
perhimpunan. kongres perhimpunan. perhimpunan.

f. Satu Perhimpunan satu Kolegium yang masing- f. Satu Perhimpunan satu Kolegium yang f. Satu Perhimpunan satu Kolegium yang
masing bersifat otonom. masing-masing bersifat otonom. masing-masing bersifat otonom.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

g.  Kolegium Dokter Indonesia adalah Kolegium dari g. Kolegium Dokter Indonesia adalah g. Kolegium Dokter Indonesia adalah Kolegium
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia. Kolegium dari Perhimpunan Dokter dari Perhimpunan Dokter Umum Indonesia.
Umum Indonesia.

Pasal 25 (2)    Tugas dan wewenang : (2)    Tugas dan wewenang :


Tugas dan wewenang
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

a. Mengusulkan sistem pendidikan profesi bidang a. Mengusulkan sistem pendidikan profesi a. Mengusulkan sistem pendidikan profesi bidang
kedokteran kepada Ketua Umum Pengurus Besar. bidang kedokteran kepada KKI melalui kedokteran kepada KKI melalui Ketua Umum
Ketua Umum Pengurus Besar Pengurus Besar

b. Membina, mengatur, dan mengevaluasi Kolegium b. Membina, mengatur, dan mengevaluasi b. Membina, mengatur, dan mengevaluasi
dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan profesi Kolegium dalam pelaksanaan kegiatan Kolegium dalam pelaksanaan kegiatan
kedokteran. pendidikan profesi kedokteran. pendidikan profesi kedokteran.

c. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium kedokteran. c. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium c. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium
kedokteran. kedokteran.

d. Mengusulkan kebijakan dan pengendalian ujian d.


Mengusulkan kebijakan dan d. Mengusulkan kebijakan dan pengendalian
nasional pendidikan profesi kedokteran kepada pengendalian ujian nasional pendidikan ujian nasional pendidikan profesi kedokteran
63

Ketua Umum Pengurus Besar. profesi kedokteran kepada Ketua Umum kepada Ketua Umum Pengurus Besar.
Pengurus Besar.
IKATAN DOKTER INDONESIA

e. Mengusulkan dan merekomendasikan pengakuan e. Mengusulkan dan merekomendasikan e.


Mengusulkan dan merekomendasikan
keahlian dalam bidang kedokteran kepada Ketua pengakuan keahlian dalam bidang pengakuan keahlian dalam bidang kedokteran
Umum Pengurus Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua kepada KKI melalui Ketua Umum Pengurus
Umum Pengurus Besar. Besar.

f. Mengusulkan dan merekomendasikan cabang f. Mengusulkan dan merekomendasikan f. Mengusulkan dan merekomendasikan cabang
keilmuan baru dalam bidang kedokteran kepada cabang keilmuan baru dalam bidang keilmuan baru dalam bidang kedokteran
Ketua Umum Pengurus Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua kepada KKI melalui Ketua Umum Pengurus
Umum Pengurus Besar. Besar.

(3) Personalia : (3) Personalia :

a. Personalia MKKI sekurang kurangnya a. Personalia MKKI sekurang kurangnya terdiri


terdiri dari ketua,sekretaris dan dari ketua,sekretaris dan bendahara
bendahara

b. Yang dapat menjadi personalia MKKI b. Yang dapat menjadi personalia MKKI adalah
adalah Ketua kolegium atau Mantan Ketua kolegium atau Mantan Ketua kolegium.
Ketua kolegium.

c. Pengurus MKKI ditetapkan dan dilantik c. Pengurus MKKI ditetapkan dan dilantik oleh
oleh Ketua Umum PB IDI. Ketua Umum PB IDI.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

d. Pelantikan MKKI diatur dalam ketentuan d. Pelantikan MKKI diatur dalam ketentuan
khusus tentang tata cara pelantikan. khusus tentang tata cara pelantikan.

Pasal 26 (4) Tata cara Pengelolaan : (4) Tata cara Pengelolaan :


Tata cara Pengelolaan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur-unsurnya Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur- Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur-unsurnya
diatur lebih lanjut dalam Pedoman Pokok Tata laksana unsurnya diatur lebih lanjut dalam Pedoman diatur lebih lanjut dalam Pedoman Pokok Tata
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Pokok Tata laksana Organisasi Ikatan Dokter laksana Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.

BAB V BAB V
DEWAN PERTIMBANGAN DEWAN PERTIMBANGAN

Pasal 24 Pasal 24

(1) Status (1) Status

1. Dewan Pertimbangan adalah Dewan 1. Dewan Pertimbangan adalah Dewan yang


yang dibentuk oleh Ketua Pengurus IDI dibentuk oleh Ketua Pengurus IDI sesuai
64

sesuai tingkatan. tingkatan.

2.
Dewan Pertimbangan dalam 2. Dewan Pertimbangan dalam melaksanakan
IKATAN DOKTER INDONESIA

melaksanakan tugas dan tugas dan kewenangannya berkoordinasi


kewenangannya berkoordinasi dengan dengan Ketua Pengurus
Ketua Pengurus

3. Masa jabatan Dewan Pertimbangan 3. Masa jabatan Dewan Pertimbangan mengikuti


mengikuti masa jabatan Pengurus masa jabatan Pengurus

4.
Seorang anggota IDI hanya 4. Seorang anggota IDI hanya diperbolehkan
diperbolehkan ditunjuk menjadi Ketua ditunjuk menjadi Ketua Dewan Pertimbangan
Dewan Pertimbangan maksimal dua kali maksimal dua kali kepengurusan
kepengurusan

(2) Personalia (2) Personalia

1. Personalia Dewan Pertimbangan 1. Personalia Dewan Pertimbangan sekurang-


sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, kurangnya terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan
Wakil Ketua dan anggota. anggota.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

2. Yang dapat menjadi Dewan 2. Yang dapat menjadi Dewan Pertimbangan


Pertimbangan adalah anggota biasa adalah anggota biasa yang memiliki integitas
yang memiliki integitas moral, etika moral, etika disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi
disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan dan memiliki komitmen terhadap tujuan dan
memiliki komitmen terhadap tujuan dan upaya IDI.
upaya IDI.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(3) Tugas dan wewenang (3) Tugas dan wewenang

1. Membantu kelancaran jalannya 1. Membantu kelancaran jalannya organisasi


organisasi

2. Memberikan pertimbangan kepada 2. Memberikan pertimbangan kepada Pengurus;


Pengurus;

a. penentuan kebijakan organisasi a. penentuan kebijakan organisasi dengan


dengan situasi dan kondisi situasi dan kondisi

b. berupa saran dan pendapat b. berupa saran dan pendapat terhadap


terhadap kebijakan organisasi kebijakan organisasi
65

3. Melakukan pengawasan terhadap 3. Melakukan pengawasan terhadap jalannya


jalannya organisasi; organisasi;
IKATAN DOKTER INDONESIA

a. Mendapatkan data dan informasi a. Mendapatkan data dan informasi terhadap


terhadap anggota atau pengurus anggota atau pengurus yang diduga
yang diduga melakukan melakukan pelanggaran organisasi.
pelanggaran organisasi.

b. Melakukan klarifikasi terhadap b. Melakukan klarifikasi terhadap ketentuan


ketentuan poin a diatas, untuk poin a diatas, untuk menentukan ada/
menentukan ada/tidak nya tidak nya pelanggaran organisasi.
pelanggaran organisasi.

c. Memberikan rekomendasi kepada c. Memberikan rekomendasi kepada ketua


ketua pengurus dalam Pemberian pengurus dalam Pemberian sanksi
sanksi

4. Membuat laporan tertulis kepada ketua 4. Membuat laporan tertulis kepada ketua
pengurus disampaikan dalam muktamar pengurus disampaikan dalam muktamar untuk
untuk PB IDI, Muswil untuk IDI Wilayah PB IDI, Muswil untuk IDI Wilayah dan Muscab
dan Muscab untuk IDI Cabang untuk IDI Cabang

(4) Tata Cara Pengelolaan: (4) Tata Cara Pengelolaan:


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Tata Cara Pengelolaan Dewan Pertimbangan Tata Cara Pengelolaan Dewan Pertimbangan
lebih lanjut di atur dalam Pedoman Tata lebih lanjut di atur dalam Pedoman Tata Laksana
Laksana Organisasi Organisasi

BAB V BAB VI BAB VI


BADAN KELENGKAPAN BADAN KELENGKAPAN BADAN KELENGKAPAN
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 27 Pasal 25 Pasal 25

Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Hukum, Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Hukum, Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Hukum,
Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), Badan Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), Badan
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan
(BP2KB), Badan Data dan Informasi (BADIN) dan Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan (BP2KB), Badan Data dan Informasi (BADIN) dan
badan kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan Informasi (BADIN) dan badan kelengkapan badan kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan
organisasi. lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi. organisasi.

Pasal 28 Pasal 26 Pasal 26

Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota
Anggota
66

Status : (1) Status : (1) Status :


IKATAN DOKTER INDONESIA

a. Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota a. Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan a. Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan
(BHP2A) adalah badan kelengkapan Ikatan Dokter Anggota (BHP2A) adalah badan Anggota (BHP2A) adalah badan kelengkapan
Indonesia. kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia.

b. Ketua BHP2A adalah anggota pleno Pengurus b. Ketua BHP2A adalah anggota Ikatan b. Ketua BHP2A adalah anggota Ikatan Dokter
Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatannya. Dokter Indonesia sesuai tingkatannya. Indonesia sesuai tingkatannya.

c. BHP2A dapat dibentuk pada tingkat Wilayah dan c. BHP2A dibentuk mulai dari tingkat c. BHP2A dibentuk mulai dari tingkat pusat
Cabang. pusat hingga ke tingkat Cabang hingga ke tingkat Cabang

Pasal 29 (2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :


Tugas dan Wewenang

a. Melakukan telaah hukum terhadap rancangan a. Melakukan telaah hukum terhadap a. Melakukan telaah hukum terhadap rancangan
peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan rancangan peraturan-peraturan dan peraturan-peraturan dan ketetapan-
organisasi. ketetapan-ketetapan organisasi. ketetapan organisasi.

b. Melakukan telaah hukum terhadap peraturan b. Melakukan telaah hukum terhadap b. Melakukan telaah hukum terhadap peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan perundang-undangan yang berkaitan dengan
anggota dan organisasi. yang berkaitan dengan anggota dan anggota dan organisasi.
organisasi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

c. Melakukan pembinaan dan pembelaan anggota c. Melakukan pembinaan dan pembelaan c. Melakukan pembinaan dan pembelaan
dalam menjalankan profesinya. anggota dalam menjalankan profesinya. anggota dalam menjalankan profesinya.

d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu
pendapat dan saran dari unsur-unsur lain dalam mendengarkan pendapat dan saran mendengarkan pendapat dan saran dari
organisasi dan pihak-pihak yang dianggap perlu. dari unsur-unsur lain dalam organisasi unsur-unsur lain dalam organisasi dan pihak-
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dan pihak-pihak yang dianggap perlu. pihak yang dianggap perlu.

Pasal 30 (3) Tata cara pengelolaan : (3) Tata cara pengelolaan :


Tata cara pengelolaan

Tata cara pengelolaan BHP2A diatur lebih lanjut Tata cara pengelolaan BHP2A diatur Tata cara pengelolaan BHP2A diatur lebih lanjut
dalam Pedoman Tata laksana Organisasi Ikatan Dokter lebih lanjut dalam Pedoman Tata laksana dalam Pedoman Tata laksana Organisasi Ikatan
Indonesia. Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

Pasal 31 Pasal 27 Pasal 27

Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Badan Pengembangan Pendidikan Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan Keprofesian Berkelanjutan Berkelanjutan
67

Status : (1)    Status : (1)    Status :

a. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian a. Badan Pengembangan Pendidikan a. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
IKATAN DOKTER INDONESIA

Berkelanjutan/Continuous Professional Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) / Berkelanjutan (BP2KB) / Continuous


Development (BP2KB) adalah badan kelengkapan Continuous Professional Development Professional Development (CPD) adalah badan
Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah. (CPD) adalah badan kelengkapan kelengkapan Pengurus Besar dan Pengurus
Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah. Wilayah.

b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno pengurus b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno
Ikatan Dokter Indonesia yang bertanggungjawab pengurus Ikatan Dokter Indonesia pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang
kepada Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang bertanggungjawab kepada Ketua bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus
masing-masing tingkatannya. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia masing-masing
masing-masing tingkatannya. tingkatannya.

c. Pada tingkat cabang dibentuk tim P2KB Cabang. c. BP2KB dibentuk ditingkat pusat dan c. BP2KB dibentuk ditingkat pusat dan ditingkat
ditingkat wilayah, pada tingkat cabang wilayah, pada tingkat cabang dibentuk tim
dibentuk tim P2KB Cabang. P2KB Cabang.

Pasal 32 (2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang :


Tugas dan wewenang

a. Membantu Pengurus Besar dalam pelaksanaan a. Membantu Pengurus Besar dalam a. Membantu Pengurus Besar dalam pelaksanaan
kebijakan Pengurus Besar dalam bidang pelaksanaan kebijakan Pengurus Besar kebijakan Pengurus Besar dalam bidang
pendidikan keprofesian berkelanjutan. dalam bidang pendidikan keprofesian pendidikan keprofesian berkelanjutan.
berkelanjutan.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Membantu Majelis Pengembangan Pelayanan b. Membantu Majelis Pengembangan b. Membantu Majelis Pengembangan Pelayanan
Keprofesian dalam menyusun standar Pelayanan Keprofesian dalam menyusun Keprofesian dalam menyusun standar
pengembangan keprofesian. standar pengembangan keprofesian. pengembangan keprofesian.

c. Membantu melakukan verifikasi terhadap c. Membantu melakukan verifikasi c. Membantu melakukan verifikasi terhadap
Dokter Asing yang akan melaksanakan kegiatan terhadap Dokter Asing yang akan Dokter Asing yang akan melaksanakan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan di Indonesia melaksanakan kegiatan Pendidikan kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
dan merekomendasikan kepada Ketua Umum Kedokteran Berkelanjutan di Indonesia di Indonesia dan merekomendasikan kepada
Pengurus Besar. dan merekomendasikan kepada Ketua Ketua Umum Pengurus Besar.
Umum Pengurus Besar.

d. Membantu Pengurus Besar melakukan penilaian d. Membantu Pengurus Besar melakukan d. Membantu Pengurus Besar melakukan
dan akreditasi lembaga penyelenggara Pendidikan penilaian dan akreditasi lembaga penilaian dan akreditasi lembaga
Kedokteran Berkelanjutan penyelenggara Pendidikan Kedokteran penyelenggara Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Berkelanjutan

e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter Indonesia e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
pada tiap tingkatannya melaksanakan penilaian Indonesia pada tingkat pusat dan pada tingkat pusat dan wilayah melaksanakan
dan akreditasi kegiatan Pendidikan Kedokteran wilayah melaksanakan penilaian penilaian dan akreditasi kegiatan Pendidikan
Berkelanjutan dan akreditasi kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
68

Kedokteran Berkelanjutan

f. Membantu, memfasilitasi dan mengkoordinasikan f. Membantu, memfasilitasi dan f.


Membantu, memfasilitasi dan
IKATAN DOKTER INDONESIA

perhimpunan-perhimpunan dan lembaga lain yang mengkoordinasikan perhimpunan- mengkoordinasikan perhimpunan-


telah diakreditasi oleh Ikatan Dokter Indonesia perhimpunan dan lembaga lain yang perhimpunan dan lembaga lain yang telah
dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan telah diakreditasi oleh Ikatan Dokter diakreditasi oleh Ikatan Dokter Indonesia
Keprofesian Berkelanjutan. Indonesia dalam melaksanakan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan
Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan. Keprofesian Berkelanjutan.

Pasal 33 (3) Tata cara pengelolaan : (3) Tata cara pengelolaan :


Tata cara pengelolaan

Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih lanjut dalam Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih lanjut
Pedoman Tata Laksana Organisasi Ikatan Dokter lanjut dalam Pedoman Tata Laksana dalam Pedoman Tata Laksana Organisasi Ikatan
Indonesia. Organisasi Ikatan Dokter Indonesia Dokter Indonesia.

Pasal 34 Pasal 28 Pasal 28


Badan Data dan Informasi Badan Data dan Informasi Badan Data dan Informasi

(1) Status : (1) Status :

a. Badan Data dan Informasi (BADIN) adalah badan a. Badan Data dan Informasi (BADIN) a. Badan Data dan Informasi (BADIN) adalah
kelengkapan IDI. adalah badan kelengkapan IDI. badan kelengkapan IDI.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

b. Ketua BADIN adalah anggota pleno pengurus b. Ketua BADIN adalah anggota pleno b. Ketua BADIN adalah anggota pleno
Ikatan Dokter Indonesia yang bertanggungjawab pengurus Ikatan Dokter Indonesia pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang
kepada Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang bertanggungjawab kepada Ketua bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus
masing-masing tingkatannya. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia masing-masing
masing-masing tingkatannya. tingkatannya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat Wilayah dan c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat Wilayah
Cabang. Wilayah dan Cabang. dan Cabang.

Pasal 35 (2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :


Tugas dan Wewenang

a. Menyusun dan melaksanakan pengembangan a.


Menyusun dan melaksanakan a. Menyusun dan melaksanakan pengembangan
sistem informasi dan data terintegrasi di pengembangan sistem informasi dan sistem informasi dan data terintegrasi di
lingkungan IDI. data terintegrasi di lingkungan IDI. lingkungan IDI.

b. Mengelola perangkat keras (hardware) dan b. Mengelola perangkat keras (hardware) b. Mengelola perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang menunjang dan perangkat lunak (software) yang perangkat lunak (software) yang menunjang
penerapan sistem informasi dan data terintegrasi menunjang penerapan sistem informasi penerapan sistem informasi dan data
di lingkungan IDI. dan data terintegrasi di lingkungan IDI. terintegrasi di lingkungan IDI.
69

c. Melakukan koordinasi dengan seluruh struktur c. Melakukan koordinasi dengan seluruh c. Melakukan koordinasi dengan seluruh struktur
IDI yang berwenang dalam pengelolaan data dan struktur IDI yang berwenang dalam IDI yang berwenang dalam pengelolaan data
IKATAN DOKTER INDONESIA

informasi. pengelolaan data dan informasi. dan informasi.

d. Menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya d. Menyajikan informasi yang akurat dan d. Menyajikan informasi yang akurat dan
yang ditujukan ke internal maupun eksternal terpercaya yang ditujukan ke internal terpercaya yang ditujukan ke internal maupun
organisasi. maupun eksternal organisasi. eksternal organisasi.

Pasal 36 (3) Tata Cara Pengelolaan (3) Tata Cara Pengelolaan


Tata Cara Pengelolaan

Tata cara pengelolaan BADIN diatur lebih lanjut dalam Tata cara pengelolaan BADIN diatur Tata cara pengelolaan BADIN diatur lebih lanjut
Pedoman Tata laksana Organisasi Ikatan Dokter lebih lanjut dalam Pedoman Tata laksana dalam Pedoman Tata laksana Organisasi Ikatan
Indonesia. Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

Bab VI Bab VII Bab VII


Pengambilan Keputusan Organisasi Rapat-rapat Rapat-rapat
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

Pasal 37 Pasal 29 Pasal 29

a. Di Tingkat Pusat, dalam rangka menjalankan 1) Di Tingkat Pusat, dalam rangka menjalankan (1) Di Tingkat Pusat, dalam rangka menjalankan
tugasnya, Pengurus tingkat pusat tugasnya, Pengurus tingkat pusat tugasnya, Pengurus tingkat pusat
melakukan pengambilan keputusan melalui melakukan pengambilan keputusan melalui melakukan pengambilan keputusan melalui
mekanisme pengambilan keputusan dengan mekanisme pengambilan keputusan dengan mekanisme pengambilan keputusan dengan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

menyelenggarakan : menyelenggarakan : menyelenggarakan :

1. Rapat Kerja Nasional. 1. Muktamar a. Muktamar

2. Rapat Pleno 2. Rapat Kerja Nasional. b. Rapat Kerja Nasional.

3. Rapat Kerja PB IDI c. Rapat Kerja PB IDI

4. Rapat Pleno PB IDI d. Rapat Pleno PB IDI

5. Rapat Pleno Majelis e. Rapat Pleno Majelis

b. Di Tingkat Wilayah, dalam rangka menjalankan 2) Di Tingkat Wilayah, dalam rangka (2) Di Tingkat Wilayah, dalam rangka menjalankan
tugasnya, Pengurus tingkat wilayah menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat tugasnya, Pengurus tingkat wilayah
70

melakukan pengambilan keputusan melalui wilayah melakukan pengambilan keputusan melakukan pengambilan keputusan melalui
mekanisme pengambilan keputusan dengan melalui mekanisme pengambilan keputusan mekanisme pengambilan keputusan dengan
menyelenggarakan: dengan menyelenggarakan : menyelenggarakan :
IKATAN DOKTER INDONESIA

1. Rapat Kerja Pengurus Wilayah 1. Muswil a. Muswil

2. Rapat Pleno 2. Rapat Kerja Pengurus Wilayah b. Rapat Kerja Pengurus Wilayah

3. Rapat Pleno IDI Wilayah c. Rapat Pleno IDI Wilayah

4. Rapat Pleno Majelis d. Rapat Pleno Majelis

c. Di Tingkat Cabang, dalam rangka menjalankan 3) Di Tingkat Cabang, dalam rangka (3) Di Tingkat Cabang, dalam rangka menjalankan
tugasnya, Pengurus tingkat cabang menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat tugasnya, Pengurus tingkat cabang
melakukan pengambilan keputusan melalui cabang melakukan pengambilan keputusan melakukan pengambilan keputusan melalui
mekanisme pengambilan keputusan dengan melalui mekanisme pengambilan keputusan mekanisme pengambilan keputusan dengan
menyelenggarakan: dengan menyelenggarakan: menyelenggarakan:

1. Rapat Kerja pengurus cabang 1. Muscab a. Muscab

2. Rapat pleno 2. Rapat Kerja pengurus cabang b. Rapat Kerja pengurus cabang

3. Rapat pleno IDI Cabang c. Rapat pleno IDI Cabang


Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

4) Pengurus IDI sesuai tingkatan dapat (4) Pengurus IDI sesuai tingkatan dapat melakukan
melakukan rapat koordinasi yang di ikuti rapat koordinasi yang di ikuti oleh pengurus IDI
oleh pengurus IDI satu tingkat dibawahnya satu tingkat dibawahnya

Pasal 38 Pasal 30 Pasal 30


Rapat Kerja Rapat Kerja Rapat Kerja
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Status (1)    Status (1)    Status

a. Rapat Kerja merupakan mekanisme pengambilan a. Rapat Kerja merupakan mekanisme a. Rapat Kerja merupakan mekanisme
keputusan yang berfungsi menjabarkan program pengambilan keputusan yang berfungsi pengambilan keputusan yang berfungsi
kerja pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai menjabarkan program kerja pengurus menjabarkan program kerja pengurus Ikatan
tingkatannya untuk menjalankan amanat Ikatan Dokter Indonesia sesuai Dokter Indonesia sesuai tingkatannya untuk
muktamar, Musyawarah Wilayah, dan Musyawarah tingkatannya untuk menjalankan menjalankan amanat muktamar, Musyawarah
Cabang. amanat muktamar, Musyawarah Wilayah, dan Musyawarah Cabang.
Wilayah, dan Musyawarah Cabang.

b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan Dokter b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia disebut Rapat Kerja Pengurus Besar, Dokter Indonesia disebut Rapat Kerja Indonesia disebut Rapat Kerja PB IDI, Rapat
Rapat Kerja Pengurus Wilayah disebut Rapat PB IDI, Rapat Kerja Pengurus Wilayah Kerja Pengurus Wilayah disebut Rapat Kerja
71

Kerja Wilayah, dan Rapat Kerja Pengurus Cabang disebut Rapat Kerja Wilayah, dan Rapat Wilayah, dan Rapat Kerja Pengurus Cabang
disebut Rapat Kerja Cabang. Kerja Pengurus Cabang disebut Rapat disebut Rapat Kerja Cabang.
Kerja Cabang.
IKATAN DOKTER INDONESIA

c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam masa c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam masa
kepengurusan dan dilaksanakan selambat- masa kepengurusan dan dilaksanakan kepengurusan dan dilaksanakan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah pengurus selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
dilantik. hari setelah pengurus dilantik. pengurus dilantik.

Pasal 39 (2) Peserta Rapat Kerja (2) Peserta Rapat Kerja


Peserta Rapat Kerja

a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh Pengurus a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh Pengurus
Ikatan Dokter Indonesia termasuk Pengurus Pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia dan Majelis-Majelis,
Majelis-Majelis, sesuai tingkatannya. Majelis-Majelis, sesuai tingkatan. sesuai tingkatan.

b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Pengurus Ikatan b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Pengurus
Dokter Indonesia sesuai tingkatannya. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatan.
sesuai tingkatan.

Pasal 40 (3) Tugas dan Wewenang (3) Tugas dan Wewenang


Tugas dan Wewenang
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki tugas dan a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki tugas
wewenang menjabarkan program kerja nasional tugas dan wewenang menjabarkan dan wewenang menjabarkan program kerja
Pengurus Besar dari hasil Muktamar. program kerja nasional Pengurus Besar nasional Pengurus Besar dari hasil Muktamar.
dari hasil Muktamar.

b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas dan wewenang b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas dan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

menjabarkan program kerja Pengurus Wilayah dari dan wewenang menjabarkan program wewenang menjabarkan program kerja
hasil Musyawarah Wilayah. kerja Pengurus Wilayah dari hasil Pengurus Wilayah dari hasil Musyawarah
Musyawarah Wilayah. Wilayah.

c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas dan wewenang c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas dan c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas dan
menjabarkan program kerja Pengurus Cabang dari wewenang menjabarkan program kerja wewenang menjabarkan program kerja
hasil Musyawarah Cabang. Pengurus Cabang dari hasil Musyawarah Pengurus Cabang dari hasil Musyawarah
Cabang. Cabang.

Pasal 41 Pasal 31 Pasal 31


Rapat Pleno Rapat Pleno Rapat Pleno

Status (1) Status (1) Status


72

a. Rapat Pleno merupakan mekanisme pengambilan a. Rapat Pleno merupakan mekanisme a. Rapat Pleno merupakan mekanisme
keputusan yang berfungsi menentukan langkah- pengambilan keputusan yang berfungsi pengambilan keputusan yang berfungsi
langkah konkrit program pengurus Ikatan Dokter menentukan langkah-langkah konkrit menentukan langkah-langkah konkrit program
IKATAN DOKTER INDONESIA

Indonesia untuk menjalankan program kerja Ikatan program pengurus Ikatan Dokter pengurus Ikatan Dokter Indonesia untuk
Dokter Indonesia sesuai tingkat kepemimpinan. Indonesia untuk menjalankan program menjalankan program kerja Ikatan Dokter
kerja Ikatan Dokter Indonesia sesuai Indonesia sesuai tingkatan.
tingkatan.

b. Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) b. Rapat Pleno diadakan sekurang- b. Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya
kali tiap bulan. kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 bulan 1 (satu) kali dalam 3 bulan atau sesuai
atau sesuai kebutuhan. kebutuhan.

Pasal 42 (2) Peserta Rapat Pleno (2) Peserta Rapat Pleno


Peserta Rapat Pleno

a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh Pengurus a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh
Ikatan Dokter Indonesia termasuk Pengurus Pengurus Ikatan Dokter Indonesia, Pengurus Ikatan Dokter Indonesia, Majelis-
Majelis-Majelis, sesuai tingkat kepemimpinannya. Majelis-Majelis, sesuai tingkatan. Majelis, sesuai tingkatan.

b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Pengurus Ikatan b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Pengurus
Dokter Indonesia, sesuai tingkatannya. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, sesuai tingkatan.
sesuai tingkatan.

Pasal 43 (3) Tugas dan Wewenang (3) Tugas dan Wewenang


Tugas dan Wewenang
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

a. Rapat Pleno memiliki tugas dan wewenang Rapat Pleno memiliki tugas dan wewenang Rapat Pleno memiliki tugas dan wewenang
menentukan langkah-langkah konkrit program menentukan langkah-langkah konkrit program menentukan langkah-langkah konkrit program dan
pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang akan dan mengevaluasi langkah-langkah konkrit mengevaluasi langkah-langkah konkrit program
dilaksanakan. program pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang sedang dan/
sedang dan/atau telah dilaksanakan. atau telah dilaksanakan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

b. Rapat Pleno memiliki tugas dan wewenang


mengevaluasi langkah-langkah konkrit program
pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang sedang
dan atau telah dilaksanakan.

BAB VII BAB VIII BAB VIII


ATRIBUT, LOGO, HYMNE, DAN MARS ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI, HYMNE, ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI, HYMNE, DAN
DAN MARS MARS

Pasal 44 Pasal 32 Pasal 32

1) Atribut IDI berupa lambang, bendera, seragam, 1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI, 1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI, seragam,
kartu anggota dan simbol-simbol IDI lainnya harus seragam, kartu anggota dan identitas kartu anggota dan identitas lainnya. harus
mencantumkan logo IDI. lainnya. harus mencantumkan logo IDI. mencantumkan logo IDI.
73

2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah diatas 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah diatas
dasar putih, di tengah terdapat tulisan IDI, sebuah diatas dasar putih, di tengah terdapat dasar putih, di tengah terdapat tulisan IDI, sebuah
IKATAN DOKTER INDONESIA

tongkat dengan ular melingkar yang kepalanya tulisan IDI, sebuah tongkat dengan ular tongkat dengan ular melingkar yang kepalanya
menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi pengamat. melingkar yang kepalanya menghadap ke menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi pengamat.
Tulisan IDI, tongkat dan ular berwarna hitam. kiri jika dilihat dari sisi pengamat. Tulisan IDI, Tulisan IDI, tongkat dan ular berwarna hitam.
tongkat dan ular berwarna hitam.

3) Semua institusi, lembaga dan kepanitiaan yang 3) Pataka IDI adalah bendera dengan warna 3) Pataka IDI adalah bendera dengan warna dasar
berada di lingkungan IDI wajib menggunakan dasar hijau dengan tulisan sarjana husada hijau dengan tulisan sarjana husada dharma
atribut, logo, hymne dan MARS IDI dalam setiap dharma nirmala, terdapat tongkat yang nirmala, terdapat tongkat yang dilingkari ular
kegiatannya. dilingkari ular menghadap ke bawah dengan menghadap ke bawah dengan terdapat sayap
terdapat sayap mengepak di bawahnya mengepak di bawahnya tertulis Ikatan dokter
tertulis Ikatan dokter indonesia dalam pita indonesia dalam pita hitam dengan garis kuning
hitam dengan garis kuning

4) Ukuran atribut IDI berupa lambang, bendera, 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang diciptakan
pataka, vandal, seragam, kartu anggota dan simbol- diciptakan oleh ibu Tuti Nizar. oleh ibu Tuti Nizar.
simbol IDI lainnya serta cara penggunaannya diatur
dalam pedoman tata laksana organisasi.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

5) Semua atribut IDI berupa lambang, bendera, 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan semangat
seragam, kartu anggota dan simbol-simbol IDI semangat yang di tetapkan dalam yang di tetapkan dalam muktamar XXIX di medan
lainnya yang dipakai dalam kegiatan kepanitiaan muktamar XXIX di medan yang diciptakan yang diciptakan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. A Atas
maupun kegiatan lain harus mencerminkan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. A Atas usulan usulan IDI Wilayah Riau
identitas IDI. IDI Wilayah Riau
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

6) Ketentuan selanjutnya mengenai logo, lambang, 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai atribut, 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai atribut, logo,
bendera, seragam, kartu anggota dan simbol- logo, pataka, hymne dan mars diatur dalam pataka, hymne dan mars diatur dalam pedoman
simbol IDI lainnya akan diatur dalam pedoman tata pedoman tata laksana organisasi. tata laksana organisasi.
laksana organisasi.

7) Ketentuan selanjutnya mengenai hymne dan


MARS IDI akan diatur dalam pedoman tata laksana
organisasi.

BAB VIII BAB IX BAB IX


KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 45 Pasal 33 Pasal 33


74

(1) Keuangan (1) Keuangan (1) Keuangan

a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan sistem a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan sistem
IKATAN DOKTER INDONESIA

keuangan yang desentralisasi. sistem keuangan yang desentralisasi. keuangan yang desentralisasi.

b.
Kegiatan-kegiatan yang dapat b.
Kegiatan-kegiatan yang dapat b.
Kegiatan-kegiatan yang dapat
didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan didesentralisasikan antara lain adalah didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan
dalam rangka penarikan iuran anggota. kegiatan dalam rangka penarikan iuran dalam rangka penarikan iuran anggota.
anggota.

c. Diperoleh dari iuran anggota, sumbangan c. Diperoleh dari iuran anggota, c. Diperoleh dari iuran anggota, sumbangan
yang sah dan tidak mengikat dan usaha-usaha sumbangan yang sah dan tidak yang sah dan tidak mengikat dan usaha-usaha
lain yang sah. mengikat dan usaha-usaha lain yang lain yang sah.
sah.

d. Pengurus Cabang diwajibkan menyerahkan e. Besaran iuran anggota sebesar Rp. d. Besaran iuran anggota sebesar Rp. 30.000/
5 (lima) % kepada Pengurus Besar dan 10 30.000/ bulan ditetapkan oleh PB IDI, bulan ditetapkan oleh PB IDI, namun IDI
(sepuluh) % kepada Pengurus Wilayah dari namun IDI Cabang dapat menetapkan Cabang dapat menetapkan iuran tambahan
uang iuran yang diterimanya. iuran tambahan berdasarkan keputusan berdasarkan keputusan musyawarah cabang.
musyawarah cabang.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

e. Besaran iuran anggota ditetapkan oleh PB d.


Pengurus Cabang diwajibkan e. Pengurus Cabang diwajibkan menyerahkan
IDI, namun IDI Cabang dapat menetapkan menyerahkan 5 (lima) % kepada 5 (lima) % kepada Pengurus Besar dan 10
iuran tambahan berdasarkan keputusan Pengurus Besar dan 10 (sepuluh) % (sepuluh) % kepada Pengurus Wilayah dari
musyawarah cabang. kepada Pengurus Wilayah dari uang uang iuran yang diterimanya.
iuran yang diterimanya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

f. Keuangan yang dimiliki organisasi tersebut, f. Keuangan yang dimiliki organisasi f. Keuangan yang dimiliki organisasi tersebut,
dimanfaatkan serta dipergunakan untuk tersebut, dimanfaatkan serta dimanfaatkan serta dipergunakan untuk
kepentingan kegiatan organisasi dipergunakan untuk kepentingan kepentingan kegiatan organisasi
kegiatan organisasi

(2) Kekayaan (2) Kekayaan (2) Kekayaan Note: pengelolaan kekayaan wajib di
sosisalisasikan dalam rakernas dan
a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia adalah aset a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia adalah aset muktamar
dan harta milik organisasi. adalah aset dan harta milik organisasi. dan harta milik organisasi.

b. Harta milik organisasi adalah harta yang b. Harta milik organisasi adalah harta yang b. Harta milik organisasi adalah harta yang
dimiliki Ikatan Dokter Indonesia baik yang dimiliki Ikatan Dokter Indonesia baik dimiliki Ikatan Dokter Indonesia baik yang
bergerak maupun tidak bergerak di semua yang bergerak maupun tidak bergerak bergerak maupun tidak bergerak di semua
tingkatan di semua tingkatan tingkatan
75

c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan
organisasi menjadi tanggung jawab Pengurus organisasi menjadi tanggung jawab organisasi menjadi tanggung jawab Pengurus
IKATAN DOKTER INDONESIA

Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatan. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatan.
sesuai tingkatan.

d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan
organisasi sebagaimana tersebut diatas, atas organisasi sebagaimana tersebut diatas, organisasi sebagaimana tersebut diatas, atas
nama badan hukum Ikatan Dokter Indonesia. atas nama badan hukum Ikatan Dokter nama badan hukum Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.

(3) Ketentuan selanjutnya mengenai besaran iuran (3) Ketentuan selanjutnya mengenai besaran (3) Ketentuan selanjutnya mengenai besaran iuran
keuangan dan kekayaan organisasi diatur dalam iuran keuangan dan kekayaan organisasi keuangan dan kekayaan organisasi diatur dalam
pedoman tata laksana organisasi. diatur dalam pedoman tata laksana pedoman tata laksana organisasi.
organisasi.

BAB IX BAB X BAB X


ADMINISTRASI ADMINISTRASI ADMINISTRASI

Pasal 46 Pasal 34 Pasal 34

1) Ikatan Dokter Indonesia menjalankan sistem Tidak ada perubahan 1) Ikatan Dokter Indonesia menjalankan sistem
administrasi dan penyelenggaraan kegiatan administrasi dan penyelenggaraan kegiatan
operasional organisasi yang bersifat desentralisasi operasional organisasi yang bersifat desentralisasi
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

2)
Kegiatan-kegiatan operasional yang 2)
Kegiatan-kegiatan operasional yang
didesentralisasikan oleh Pengurus Besar Ikatan didesentralisasikan oleh Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia pada pengurus Wilayah Ikatan Dokter Indonesia pada pengurus Wilayah Ikatan
Dokter Indonesia, ditetapkan bersama oleh Dokter Indonesia, ditetapkan bersama oleh
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan
Pengurus Wilayah Ikatan Dokter Indonesia yang Pengurus Wilayah Ikatan Dokter Indonesia yang
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

bersangkutan bersangkutan

3) Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan 3) Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan


antara lain adalah kegiatan dalam rangka antara lain adalah kegiatan dalam rangka
pencatatan dan pelaporan keanggotaan pencatatan dan pelaporan keanggotaan

4) Surat keputusan tentang pengesahan pengurus 4) Surat keputusan tentang pengesahan pengurus
cabang ditetapkan Pengurus Besar Ikatan Dokter cabang ditetapkan Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia dan tembusan ke pengurus wilayah Indonesia dan tembusan ke pengurus wilayah

5) Sistem administrasi menggunakan sistem informasi 5) Sistem administrasi menggunakan sistem informasi
elektronik ditetapkan oleh Pengurus Besar IDI dan elektronik ditetapkan oleh Pengurus Besar IDI dan
diatur dalam pedoman tata laksana organisasi. diatur dalam pedoman tata laksana organisasi.
76

BAB X BAB XI BAB XI


PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN DOKTER INDONESIA

Pasal 47 Pasal 35

1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat 1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat PASAL 35 ayat 3
dilakukan oleh muktamar atau muktamar luar dilakukan oleh muktamar dan/atau muktamar luar
biasa. biasa

2) Rencana perubahan tersebut diajukan oleh 2) Usulan perubahan oleh muktamar diajukan melalui Disesuaikan dengan AD
Pengurus Besar atau Pengurus Cabang. forum rakernas.

3) Rencana perubahan telah disampaikan kepada 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar biasa dapat
Pengurus Besar selambat-lambatnya tiga bulan dilakukan atas usulan cabang yang meminta dan/
sebelum muktamar atau muktamar luar biasa dan atau cabang yang memberi dukungan.
tembusannya disampaikan kepada semua unsur
dan badan kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia
lainnya.

4) Rencana perubahan telah disampaikan kepada


Pengurus Besar selambat-lambatnya tiga bulan
sebelum muktamar atau muktamar luar biasa dan
tembusannya disampaikan kepada semua unsur
dan badan kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia
lainnya.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

BAB XI BAB XII


PEMBUBARAN ORGANISASI PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 48 Pasal 35 Pasal 36

1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan 1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya 1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan Pasal 36 ayat 1 dan 2 ada perubahan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

oleh muktamar yang diadakan khusus untuk itu. dapat dilakukan oleh muktamar dan/atau oleh muktamar yang diadakan khusus untuk itu,
muktamar luar biasa atas usulan lebih dari lima puluh persen jumlah
cabang.

2) Keputusan pembubaran organisasi atas usulan dari 2) Usulan perubahan oleh muktamar diajukan 2)
Keputusan pembubaran organisasi atas Disamakan dengan AD
sekurang–kurangnya dua pertiga jumlah cabang. melalui forum rakernas. persetujuan dari sekurang–kurangnya dua pertiga
jumlah cabang.

3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar biasa 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik
Ikatan Dokter Indonesia diserahkan kepada badan- dapat dilakukan atas usulan cabang yang Ikatan Dokter Indonesia diserahkan kepada badan-
badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan meminta muktamar luar biasa atau oleh badan sosial atau perkumpulan yang ditetapkan
oleh muktamar. usulan cabang yang memberi dukungan. oleh muktamar.

4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus akan 4) Rencana perubahan telah disampaikan 4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus akan
77

diatur dalam Kompendium Organisasi Ikatan kepada Pengurus Besar selambat- diatur dalam tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter
Dokter Indonesia. lambatnya tiga bulan sebelum muktamar Indonesia.
atau muktamar luar biasa dan tembusannya
IKATAN DOKTER INDONESIA

disampaikan kepada semua unsur dan


badan kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia
lainnya.

BAB XII BAB XII BAB XIII


ATURAN TAMBAHAN PEMBUBARAN ORGANISASI ATURAN TAMBAHAN

Pasal 49 Pasal 36 Pasal 37

1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia dianggap 1) Pembubaran organisasi hanya dapat 1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia dianggap Pasal 37 ayat 4 ada perubahan
telah mengetahui Anggaran Dasar dan Anggaran dilakukan oleh muktamar yang diadakan telah mengetahui Anggaran Rumah Tangga Ikatan Disamakan dengan AD
Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia. khusus untuk itu, atas usulan lebih dari lima Dokter Indonesia.
puluh persen jumlah cabang.

2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia harus 2) Keputusan pembubaran organisasi atas 2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia harus
mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah usulan dari sekurang–kurangnya dua pertiga mentaati Anggaran Rumah Tangga ini dan bagi
Tangga ini dan bagi yang melanggarnya akan jumlah cabang. yang melanggarnya akan dikenakan sanksi
dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam sebagaimana yang diatur dalam Pedoman
Pedoman Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.
Indonesia.
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran Anggaran 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik 3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran Anggaran
Rumah Tangga, maka penafsiran tersebut Ikatan Dokter Indonesia diserahkan kepada Rumah Tangga, maka penafsiran tersebut
diserahkan ke Pengurus Besar. badan-badan sosial atau perkumpulan yang diserahkan ke Pengurus Besar.
ditetapkan oleh muktamar.

4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah 4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus 4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

tangga ini dimuat dalam peraturan tersendiri, dan akan diatur dalam tatalaksana Organisasi rumah tangga ini dimuat dalam pedoman tata
tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Ikatan Dokter Indonesia. laksana organisasi dan peraturan lainya, dan tidak
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia. bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Dokter Indonesia.

BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 37 Pasal 38

1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia 1) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan dan
dianggap telah mengetahui Anggaran Keseminatan harus menyesuaikan dengan
Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia
78

2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia 2) Bagi perhimpunan yang belum menyesuaikan
harus mentaati Anggaran Rumah Tangga Anggaran Rumah Tangga diberikan waktu
ini dan bagi yang melanggarnya akan penyesuaian paling lambat sampai kongres
IKATAN DOKTER INDONESIA

dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur perhimpunan yang bersangkutan berikutnya.


dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi
Ikatan Dokter Indonesia.

3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran


Anggaran Rumah Tangga, maka penafsiran
tersebut diserahkan ke Pengurus Besar.

4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran


rumah tangga ini dimuat dalam pedoman
tata laksana organisasi dan peraturan lainya,
dan tidak bertentangan dengan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia.

Pasal 50 Pasal 38

Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan dan 1. Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan dan
Keseminatan harus menyesuaikan dengan Anggaran Keseminatan harus menyesuaikan dengan
Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter
Indonesia
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

2.
Bagi perhimpunan yang belum
menyesuaikan Anggaran Rumah Tangga
diberikan waktu penyesuaian paling
lambat sampai kongres perhimpunan yang
bersangkutan berikutnya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

BAB XIII BAB XIV BAB XIV


ATURAN PERALIHAN ATURAN PERALIHAN ATURAN PERALIHAN

Pasal 51 Pasal 39 Pasal 39 Pasal 39

1) Apabila pembahasan Anggaran Dasar dan 1) pembahasan Anggaran Dasar dan 1) pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Ada perubahan di ayat 2, 3, 4, dan 5
Anggaran Rumah Tangga dalam sidang pleno Anggaran Rumah Tangga dalam sidang Rumah Tangga dalam sidang pleno muktamar
muktamar tidak dapat terselesaikan, maka bagian- pleno muktamar tidak dapat terselesaikan, tidak dapat terselesaikan, maka bagian-bagian
bagian yang telah disepakati dinyatakan berlaku maka bagian-bagian yang telah disepakati yang telah disepakati dinyatakan berlaku
sejak ditetapkan. dinyatakan berlaku

2) Panitia pengarah yang mendampingi pembahasan 2) ketua umum yang dikukuhkan pada 2) ketua umum yang dikukuhkan pada muktamar
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga muktamar XXXI tahun 2021 membentuk XXXI tahun 2021 membentuk tim singkronisasi
diberikan wewenang untuk menyelesaikan tim singkronisasi yang terdiri dari Panitia yang terdiri dari Panitia pengarah dan presidium
79

bagian-bagian yang belum terselesaikan dalam pengarah dan presidium sidang komisi sidang komisi yang membahas Anggaran dasar/
waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah yang membahas Anggaran dasar/ anggaran anggaran rumah tangga beserta presidium sidang
muktamar. rumah tangga beserta presidium sidang pleno muktamar
IKATAN DOKTER INDONESIA

pleno muktamar

3) Bagi perhimpunan yang belum menyesuaikan 3) presidium sidang komisi yang membahas 3) presidium sidang komisi yang membahas Anggaran
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran dasar/ anggaran rumah tangga dasar/ anggaran rumah tangga beserta presidium
diberikan waktu penyesuaian paling lambat beserta presidium sidang pleno muktamar sidang pleno muktamar diberikan wewenang
sampai kongres perhimpunan yang bersangkutan diberikan wewenang untuk menyesuaikan untuk menyesuaikan perubahan Anggaran Dasar
berikutnya. perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran dan Anggaran Rumah Tangga hasil muktamar ke
Rumah Tangga hasil muktamar ke XXXI XXXI tahun 2021 paling lama 14 (empat belas) hari
tahun 2021 paling lama 14 (empat belas) setelah muktamar.
hari setelah muktamar.

4)
Selama tim sinkronisasi belum 4) Selama tim sinkronisasi belum menyelesaikan
menyelesaikan tugas point 3 diatas tugas point 3 diatas maka ketua umum dapat
maka ketua umum dapat menjalankan menjalankan kewenangan berdasarkan keputusan
kewenangan berdasarkan keputusan muktamar XXXI tahun 2021
muktamar XXXI tahun 2021
Pembahasan Rakernas 2020

KOMISI A
Pimipinan Sidang:
AD/ART 2018
USULAN PERUBAHAN adhoc Dr. Kamarudin Askar (Wilayah Jabar) PENJELASAN
(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)
Dr. Novendri D, Sp.OG (Wilayah Riau)
Dr. Nurhadji (PDUI)

5) Pada muktamar XXXII tahun 2024 tidak 5) Pada muktamar XXXII tahun 2024 tidak ada
ada pemilihan ketua umum, ketua terpilih pemilihan ketua umum, ketua terpilih muktamar
muktamar XXXI tahun 2021 dikukuhkan XXXI tahun 2021 dikukuhkan menjadi ketua umum
menjadi ketua umum PB IDI dan pada PB IDI dan pada muktamar XXXIII tahun 2027
muktamar XXXIII tahun 2027 dilakukan dilakukan Pemilihan ketua Umum PB IDI.
Pemilihan ketua Umum PB IDI.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

BAB XIV BAB XV BAB XV


KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP

Pasal 52 Pasal 40 Pasal 40

1) Dengan disyahkannya Anggaran Rumah Tangga 1) Dengan disyahkannya Anggaran Rumah 1) Dengan disyahkannya Anggaran Rumah Tangga
ini, maka Anggaran Rumah Tangga sebelumnya Tangga ini, maka Anggaran Rumah Tangga ini, maka Anggaran Rumah Tangga sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku. sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. dinyatakan tidak berlaku.

2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam 2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam 2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam
Sidang Pleno Muktamar di Samarinda Pada Sidang Pleno Muktamar, ditetapkan berlaku Sidang Pleno Muktamar, ditetapkan oleh ketua
Tanggal 27 Oktober 2018 dan dicatatkan pada sejak ditetapkan oleh ketua umum PB IDI, umum PB IDI, dicatatkan pada Notaris dan
Notaris, didaftarkan ke Kementerian Hukum dan dicatatkan pada Notaris dan didaftarkan ke didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM.
80

HAM, dan berlaku sejak tanggal ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Ketua Umum PB IDI.
IKATAN DOKTER INDONESIA
KOMISI B
2. PENDIDIKAN KEDOKTERAN DAN CPD

Basic Medical Education


1 Permasalahan retaker UKMPPD
1. Sampai saat ini, permasalahan jumlah retaker yang masih banyak (sekitar hampir 2400 orang) masih menjadi masalah dalam
UKMPPD. Peserta sudah mengikuti bimbingan khusus sebelum mengikuti UKMPPD, namun masih banyak juga yang belum lulus.
2. Mahasiswa yang belum lulus UKMPPD, harus mempertahankan status kemahasiswaannya, kalau tidak akan terhapus dari
PD DIKTI. Untuk itu, mereka harus tetap membayar SPP, walaupun sudah menyelesaikan semua persyaratan penyelesaian
pendidikan dari FK nya.
3. Sebagian besar retaker sudah berhasil lulus dari komponen ujian OSCE (tingkat kelulusan lebih dari 90%). Akan tetapi, masih
belum berhasil lulus ujian CBT. Sebagian retaker telah melakukan praktik di klinik-klinik swasta atas nama seniornya, karena telah
memiliki kemampuan klinis yang dianggap cukup.
4. Pelaksanaan UKMPPD menimbulkan ekses negatif, yaitu menjamurnya bimbingan tes UKMPPD dan pelaksanaan kurikulum
Pendidikan yang lebih mengutamakan pada materi-materi yang akan diujikan pada UKMPPD.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. UKMPPD sebagai satu-satunya exit exam (penentu 1. UKMPPD sebagai satu-satunya exit exam (penentu
tunggal kelulusan) adalah kebijakan yang tidak sesuai tunggal kelulusan) adalah kebijakan yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip pendidikan serta penyelenggaraan dengan prinsip-prinsip pendidikan serta penyelenggaraan
pendidikan. Tidak sesuai dengan peraturan perundangan pendidikan. Tidak sesuai dengan peraturan perundangan
yang ada. Karena itu, perlu upaya meluruskan UKMPPD yang ada. Karena itu, perlu upaya meluruskan UKMPPD
seperti pada Amar Keputusan MK No.X/2017 bahwa UKMPPD seperti pada Amar Keputusan MK No.X/2017 bahwa UKMPPD
sebagai bagian dari proses Pendidikan diselenggarakan oleh sebagai bagian dari proses Pendidikan diselenggarakan oleh
Fakultas Kedokteran masing-masing. Sedangkan untuk Fakultas Kedokteran masing-masing. Sedangkan untuk
syarat praktik, perlu dilakukan ujian praktik. syarat praktik, perlu dilakukan ujian praktik oleh kolegium.
2. Diperkirakan tahun 2021 isu retaker berubah karena Dirjen 2. Diperkirakan tahun 2021, UKMPPD berubah karena Dirjen
Dikti akan menyelenggarakan uji tahap. Untuk itu, IDI Dikti akan menyelenggarakan uji tahap. Untuk itu, IDI
mendorong agar exit exam (bila terpaksa tetap dilaksanakan) mendorong agar exit exam (bila terpaksa tetap dilaksanakan)
berupa OSCE, uji tahap I dan II lainnya berfungsi sebagai berupa OSCE, uji tahap I dan II lainnya berfungsi sebagai
asesmen formatif. asesmen formatif.
3. Untuk menyelesaikan retaker yang ada saat ini (sekitar 3. Untuk menyelesaikan retaker yang ada saat ini (sekitar
2400 orang) dikembalikan ke Fakultas Kedokteran masing- 3500 orang) diminta kepada AIPKI bersama PNUKMPPD
masing, di samping itu untuk ujian ulang CBT dilakukan dan DIKTI untuk menerbitkan kebijakan khusus. Misalnya,
model penilaian berdasarkan sistem organ yang belum lulus. adanya pembuatan modul, dan materi yang diuji adalah
(misalnya dilihat masalah yang nilainya tidak lulus per sistem sistem organ yang belum lulus.
organ).
4. Usulan kepada institusi pendidikan agar tetap bertanggung 4. Usulan kepada institusi pendidikan agar tetap bertanggung
jawab kepada retakernya. Usulan untuk keringanan jawab kepada retakernya. Usulan untuk keringanan
pembiayaan bagi mahasiswa yang hanya mengikuti ujian pembiayaan bagi mahasiswa yang hanya mengikuti ujian
UKMPPD. UKMPPD.
2 Perbedaan kualitas fakultas kedokteran (termasuk lulusannya) karena belum ada revisi standar pendidikan dan belum ada sistem
monitoring dan pengawasan fakultas kedokteran
Penyelenggaraan pendidikan kedokteran masih menunjukkan adanya perbedaan kualitas lulusan dari setiap institusi penyelenggara
Pendidikan kedokteran. Hal ini dikarenakan belum adanya pengawasan dan monitoring berkelanjutan terhadap penyelenggaraan
pendidikan kedokteran, selain akreditasi setiap 5 tahun.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Mendukung upaya terstruktur, sistematis, dan membuka 1. Mendukung upaya terstruktur, sistematis, dan membuka
peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi
dokter yang penyelenggaraan pendidikannya terangkum dokter yang penyelenggaraan pendidikannya terangkum
dalam Standar Pendidikan & Standar Kompetensi dengan dalam Standar Pendidikan & Standar Kompetensi dengan
kemampuan melakukan layanan kesehatan tingkat primer kemampuan melakukan layanan kesehatan tingkat primer
serta mengacu pada standar global pendidikan kedokteran serta mengacu pada standar global pendidikan kedokteran
sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasional dan dapat sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasional dan dapat
bersaing secara global. bersaing secara global.
2. Mendorong disahkannya draf Revisi Standar Kompetensi 2. Mendorong disahkannya draf Revisi Standar Kompetensi
Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter yang Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter yang
disusun Bersama oleh AIPKI, KDI dan para stakeholder dan disusun Bersama oleh AIPKI, KDI dan para stakeholder dan
telah diserahkan ke KKI pada bulan Agustus 2019. telah diserahkan ke KKI pada bulan Agustus 2019. KKI telah
setuju dan diserahkan ke Kemenkumham.
3. Mendukung penggantian UU Dikdok yang mengacu pada 3. Mendukung penggantian UU Dikdok yang mengacu pada
standar global Pendidikan. standar global Pendidikan.
4. Membantu FK untuk menjalankan standar yang ditetapkan.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 81 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Basic Medical Education


3 Program internsip
Penyelenggaraan program internsip di setiap wahana internsipi berbeda-beda tergantung pada kebijakan tempat pelaksanaannya
dan pemerintah daerahnya. Saat ini, dokter internsip bekerja dengan standar hidup yang belum layak.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. IDI mendukung pembiayaan program internsip dilanjutkan 1. IDI tetap mendukung pelaksanaan program dokter internsip
dari pemerintah. oleh pemerintah.

2. IDI mengusulkan penyelenggaraan internsip dengan 2. IDI mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk adanya
insentif tambahan dan fasilitas internsip yang lebih insentif tambahan dan fasilitas untuk dokter internsip yang
memadai. lebih memadai dan disesuaikan dengan biaya hidup tempat
internsipnya.
3. Durasi, wahana perlu dikembalikan sesuai aturan
seharusnya dan pelaksanaannya perlu mendapat evaluasi
dari dokter internsip yang menjalani di tempat internsip
yang bersangkutan.
4. Dokter internsip harus dijamin APD pada masa pandemi ini
dan jaminan kesehatan lainnya.
5. Dokter internsip perlu menjadi anggota IDI cabang
sementara untuk mendukung dokter internsip apabila
terjadi masalah dokter internsip.
4 Jenjang Pendidikan dokter
Ada perbedaan antara Perkonsil No.12/2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia untuk Pendidikan
Kedokteran yang menyatakan bahwa dokter adalah jenjang KKNI 8, sedangkan di Permendikbud No.18/2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan Kedokteran, dokter adalah jenjang KKNI 7.
Begitu pula untuk Pendidikan spesialis-subspesialis.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Agar ada kepastian hukum, perlu diperjelas di peraturan 1. Agar ada kepastian hukum, perlu diperjelas di peraturan
setingkat UU, sehingga perlu untuk mengakselerasi RUU setingkat UU, sehingga perlu untuk mengakselerasi RUU
Pendidikan Kedokteran. Pendidikan Kedokteran.
2. Dengan adanya MEA, maka posisi Dokter Indonesia perlu 2. Dengan adanya MEA, maka posisi Dokter Indonesia perlu
diperkuat bahwa Dokter adalah KKNI 8. diperkuat bahwa Dokter adalah KKNI 8, serta spesialis dan
subspesialis adalah KKNI 9.
5 Adaptasi WNI lulusan FK luar negeri
Semakin banyak WNI yang melanjutkan pendidikan dokter di negara lain. Saat ini belum ada mekanisme penyetaraan FK dari negara
lain dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
Di tingkat global, mekanisme yang dilakukan adalah dengan melakukan WFME Recognition terhadap Lembaga akreditasi di negara
tersebut. Bila lembaga akreditasinya telah diakui oleh WFME (memperoleh WFME Recognition), maka FK yang diakreditasi oleh
lembaga akreditasi tersebut bisa dipercaya legalitas dan kredibilitasnya.
Selain itu WFME dan FAIMER telah bekerja sama untuk menyusun World Directory of Medical Schools.
Saat ini berlaku program adaptasi untuk WNI lulusan luar negeri. Dokter lulusan FK luar negeri bisa memilih FK untuk mengikuti
program adaptasi. Akibatnya, ada FK yang telah penuh kapasitasnya, ada FK yang tidak ada peserta program adaptasi.
Dokter lulusan FK LN memilih FK tertentu untuk mengikuti proses adaptasi, sehingga FK tersebut penuh dibandingkan FK lain yang
membuka program adaptasi.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. DIKTI bekerja sama dengan IDI untuk membuat daftar FK 1. DIKTI bekerja sama dengan IDI untuk membuat daftar FK
yang diakui oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan track yang diakui oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan track
record PT dan berdasarkan World Directory of Medical record PT dan berdasarkan World Directory of Medical
School. School.
2. Mengusulkan regulasi bagi penerimaan peserta adaptasi 2. Semua lulusan FK luar negeri yang akan berpraktik di
dokter di institusi pendidikan, termasuk kewajiban bagi Indonesia wajib melakukan proses adaptasi sebelum
setiap dokter lulusan FK LN, tujuan program adaptasi, mengurus sertifikat kompetensi pada kolegium di
standar penyelenggaraan sesuai dengan standar Pendidikan Indonesia.
profesi dokter dan dokter spesialis.
3. Program adaptasi yang dilaksanakan tidak terpantau apakah 3. Mengusulkan regulasi yang sederhana bagi penerimaan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan adaptasi atau hanya peserta adaptasi dokter di institusi pendidikan, termasuk
sekedar memenuhi syarat untuk selesai program adaptasi. kewajiban bagi setiap dokter lulusan FK LN, tujuan program
adaptasi, standar penyelenggaraan sesuai dengan standar
Pendidikan profesi dokter dan dokter spesialis.
4. Adanya standar kurikulum dan SOP yang jelas untuk
pelaksanaan program adaptasi.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 82 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Basic Medical Education


6. Advokasi untuk penulisan dokter
Di banyak negara, dokter ditulis dengan inisial Dr, sedangkan di Indonesia dengan inisial dr.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
agar gelar dokter di Indonesia adalah Dr, sesuai dengan kelaziman agar diatur kembali penulisan gelar dokter di Indonesia adalah
internasional. Hal ini untuk memperkuat posisi dokter Indonesia. Dr, dan doctor DR, apabila tidak disetujui, perlu dilakukan JR ke
Mahkamah Agung.
7. Karir lulusan dokter
Dengan dihilangkannya kebijakan Wajib Kerja Sarjana (WKS) bagi dokter, maka lulusan dokter memiliki kebebasan untuk memilih
karir dan tempat bekerja. Akibatnya, terjadi hukum pasar yaitu sebagian besar dokter akan memilih bekerja di kota-kota besar,
sehingga daerah terpencil tidak terlayani dengan baik.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Mengusulkan kepada Pemerintah agar dokter menjadi tenaga Mengusulkan kepada Pemerintah agar dokter menjadi tenaga
strategis. strategis.
8 SKDI dan SPPDI 2019 yang belum disahkan
Draf SKDI dan SPPD telah diserahkan ke Konsil Kedokteran Indonesia pada bulan Juli tahun 2019 dan diserahkan ke
Kemenkumham. Tetapi hingga saat ini belum ada kejelasan terkait pengesahan. Hal ini terjadi karena di UU No.20/2013 dan PP
52/2017, standar nasional pendidikan disahkan oleh Menteri Pendidikan, sedangkan menurut UU No.29/2004, standar kompetensi
dan standar Pendidikan profesi dokter disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Perlu audiensi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Menunggu pengesahan dari Kemenkumham, diharapkan 2021
untuk membahas ini. sudah disahkan.

Postgraduate Medical Education (PGME)


1. Masalah distribusi dan pemetaan (“mapping”)
Dokter Spesialis & Subspesialis
Sampai saat ini distribusi dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu dirasakan masih tidak merata (mal-distribusi) di seluruh tanah
air. Sebagian besar masih terpusat di beberapa kota besar sementara berbagai kabupaten/kota terutama di Indonesia bagian tengah
dan timur masih sangat kekurangan dokter spesialis. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan beberapa upaya nyata
mulai dari sistem penerimaan peserta didik dokter spesialis dan subspesialis sampai penempatan mereka setelah selesai pendidikan.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Untuk melihat maldistribusi ini secara nyata (riil) maka 1. Untuk melihat maldistribusi ini secara nyata (riil) maka
diperlukan pemetaan (mapping) keberadaan dokter diperlukan pemetaan (mapping) keberadaan dokter
spesialis/subspesialis secara nasional yang dapat dilakukan spesialis/subspesialis secara nasional yang dapat dilakukan
oleh IDI Wilayah dan atau Cabang bekerja sama dengan oleh IDI Wilayah dan atau Cabang bekerja sama dengan
Perhimpunan Profesi terkait serta Dinkes setempat sehingga Perhimpunan Profesi terkait serta Dinkes setempat sehingga
dapat dirancang suatu usulan kepada pemerintah serta dapat dirancang suatu usulan kepada pemerintah serta
beberapa alternatif upaya dan strategi untuk memperbaiki beberapa alternatif upaya dan strategi untuk memperbaiki
keadaan tersebut. keadaan tersebut.
2. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah memberikan 2. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah memberikan
kuota bagi dokter peserta didik secara afirmasi untuk kuota bagi dokter peserta didik secara afirmasi untuk
mengikuti pendidikan spesialis kepada beberapa daerah mengikuti pendidikan spesialis kepada beberapa daerah
tertentu dengan tetap mengutamakan kualitas dan bakat. tertentu dengan tetap mengutamakan kualitas dan bakat.
Mengingat pendidikan kedokteran termasuk spesialis Mengingat pendidikan kedokteran termasuk spesialis
merupakan autoritas institusi pendidikan kedokteran maka merupakan autoritas institusi pendidikan kedokteran maka
diperlukan advokasi yang serius dan segera ke Kemendikbud diperlukan advokasi yang serius dan segera ke Kemendikbud
khususnya Dirjen Pendidikan Tinggi serta Asosiasi pendidikan khususnya Dirjen Pendidikan Tinggi serta Asosiasi pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI). Kedokteran Indonesia (AIPKI).
3. Dengan sistem pendidikan spesialis berbasis universitas 3. Dengan sistem pendidikan spesialis berbasis universitas
(university based) yang sangat terbatas untuk menerima (university based) yang sangat terbatas untuk menerima
PPDS (residen) sehingga terikat pada aturan rasio antara PPDS (residen) sehingga terikat pada aturan rasio antara
dosen dan peserta didik. Upaya untuk meningkatkan dosen dan peserta didik. Upaya untuk meningkatkan
jumlah penerimaan PPDS maka diusulkan agar Program jumlah penerimaan PPDS maka diusulkan agar Program
Studi (prodi) memperbanyak RS jejaring pendidikan Studi (prodi) memperbanyak RS jejaring pendidikan - IDI
dengan mengangkat tenaga pengajar yang ber-NIDK dan mengkaji dulu PP No 93 tahun 2015 tentang RS Pendidikan
mengubah jumlah rasio antara dosen dan peserta didik, untuk dapat mengusulkan memperbanyak RS pendidikan.
misalnya: 1 berbanding 5-10.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 83 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Postgraduate Medical Education (PGME)


4. Alternatif lain adalah FK/Universitas dapat melakukan 4. Mengajukan rekomendasi perubahan Permendikbud
pengampuan terhadap beberapa Fakultas/ Universitas tentang rasio dosen NIDN dan NIDK di RS pendidikan
yang potensial untuk mendirikan Prodi Spesialis tertentu untuk FK sehingga dapat meningkatkan jumlah dosen dan
sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan kapasitas mahasiswa, sehingga tetap memenuhi rasio dosen dan
penerimaan PPDS. mahasiswa.
5. Mengutamakan menerima PPDS yang telah mempunyai 5. FK/Universitas dapat melakukan pendampingan terhadap
ikatan kerja dengan institusi/daerah asal sehingga bila telah beberapa Fakultas/ Universitas yang potensial untuk
selesai pendidikan yang bersangkutan akan kembali ke mendirikan Prodi Spesialis tertentu sehingga dengan
tempat asalnya tersebut. sendirinya akan meningkatkan kapasitas penerimaan PPDS.
6. Dibuat sistem formulasi/rumusan kebutuhan dengan 6. Mengutamakan menerima PPDS yang telah mempunyai
parameter yang berbasis kabupaten/kota, fasilitas dll yang ikatan kerja dan juga rekomendasi IDI dikuatkan dengan
menjamin keamanan dan kenyamanan bekerja serta hidup perjanjian notaris agar tetap dan dapat kembali ke daerah
yang layak bagi seorang Dr Spesialis di daerah yang tidak asal setelah selesai pendidikan sehingga saat selesai
jauh berbeda dengan di kota besar, karena pada dasarnya pendidikan yang bersangkutan akan kembali ke tempat
dokter spesialis adalah “manusia biasa”. Hal ini dilakukan asalnya tersebut.
juga di beberapa negara maju seperti Australia dan USA.
7. Kegagalan dalam beberapa kasus tugas belajar (tubel) 7. Dibuat sistem formulasi/rumusan kebutuhan dengan
selama ini harus dijadikan pelajaran berharga ke depan agar parameter yang berbasis kabupaten/kota, fasilitas dll yang
penempatan bertugas ke tempat pengabdiannya menjadi menjamin keamanan dan kenyamanan bekerja serta hidup
tanggung jawab dari pihak yang memberikan beasiswa yang layak bagi seorang Dr Spesialis di daerah yang tidak
tubel. jauh berbeda dengan di kota besar, karena pada dasarnya
dokter spesialis adalah “manusia biasa”. Hal ini dilakukan
juga di beberapa negara maju seperti Australia dan USA.
Untuk pleno:
- Perlu atau tidak dengan roadmap penguatan kolegium
untuk mempersiapkan hospital based, termasuk dengan
mendapatkan akreditasi BNSP.
2. Kebutuhan Dokter Spesialis dan Subspesialis secara Nasional
Angka pasti jumlah kebutuhan dokter spesialis maupun subspesialis secara nasional belum pernah ada. Kemenkes pun tidak
mempunyai angka yang akurat tentang jumlah kebutuhan riil dokter spesialis. Akibatnya tidak ada perhitungan yang seimbang
antara kebutuhan dokter spesialis dan subspesialis di lapangan (baik untuk pelayanan, pendidikan maupun penelitian) dengan
jumlah calon peserta yang diterima (tidak ada link and match). Penerimaan peserta didik dokter spesialis diserahkan sepenuhnya
pada masing-masing institusi pendidikan. Organisasi profesi dan kolegium harus berperan mulai dari membuat pemetaan,
perencanaan dan advokasi ke institusi pendidikan.
Tidak jarang seorang dokter spesialis tidak bisa bekerja di suatu daerah karena kebijakan kepala daerah (bupati/walikota) atau
sejawat spesialis yang senior enggan untuk menerima dokter spesialis baru. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut di atas
maka segera diperlukan langkah-langkah nyata.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Perlu ada pemetaan terhadap kebutuhan spesialis berbasis 1. Perlu ada pemetaan terhadap kebutuhan spesialis berbasis
provinsi/kabupaten sehingga dalam penerimaan peserta provinsi/kabupaten sehingga dalam penerimaan peserta
(PPDS) mengacu pada kebutuhan. Contoh nyata yang perlu (PPDS) mengacu pada kebutuhan. Contoh nyata yang perlu
diapresiasi telah dilakukan oleh FKUI untuk menerima 100 diapresiasi telah dilakukan oleh FKUI untuk menerima 100
calon peserta dari Papua mengikuti pendidikan spesialis dari calon peserta dari Papua mengikuti pendidikan spesialis dari
berbagai disiplin dengan sistem afirmasi dengan bantuan berbagai disiplin dengan sistem afirmasi dengan bantuan
pembiayaan dari Pemda. pembiayaan dari Pemda.
2. Oleh karena itu dalam hal pendidikan dokter spesialis & 2. Oleh karena itu dalam hal pendidikan dokter spesialis &
subspesialis, IDI dan Kolegium serta Perhimpunan harus subspesialis, IDI dan Kolegium serta Perhimpunan harus
melakukan advokasi yang memadai dan terarah dengan melakukan advokasi yang memadai dan terarah dengan
Kementerian Pendidikan (Kemendikbud), Kementerian Kementerian Pendidikan (Kemendikbud), Kementerian
Kesehatan (Kemkes) dan Kementerian Dalam Negeri Kesehatan (Kemkes) dan Kementerian Dalam Negeri
(Kemdagri). (Kemdagri).
3. Diperlukan data jumlah Fasyankes dengan berbagai 3. Diperlukan data jumlah Fasyankes dengan berbagai
tingkatan sehingga dapat diperhitungkan jenis spesialis tingkatan sehingga dapat diperhitungkan jenis spesialis
dan subspesialis apa saja yang dibutuhkan di suatu daerah. dan subspesialis apa saja yang dibutuhkan di suatu daerah.
Penghitungan jumlah dokter spesialis dan subspesialis Penghitungan jumlah dokter spesialis dan subspesialis
hendaknya tidak semata mata berdasarkan jumlah penduduk. hendaknya tidak semata mata berdasarkan jumlah penduduk.
4. Diperlukan kerjasama yang efektif dengan BPPSDM /Kemkes 4. Diperlukan kerjasama yang efektif dengan BPPSDM /Kemkes
tentang kebutuhan berbagai dokter spesialis/subspesialis di tentang kebutuhan berbagai dokter spesialis/subspesialis di
suatu daerah. suatu daerah untuk kebutuhan pemerintah dan kebutuhan
swasta.
5. Dalam memantau perkembangan kebutuhan dokter 5. Dalam memantau perkembangan kebutuhan dokter
spesialis/ subspesialis di tingkat propinsi maupun spesialis/ subspesialis di tingkat provinsi maupun
kabupaten diharapkan IDI Wilayah/ Cabang mengambil kabupaten diharapkan IDI Wilayah/ Cabang mengambil
peran termasuk memberikan advokasi pada Pemda. peran termasuk memberikan advokasi pada Pemda.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 84 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Postgraduate Medical Education (PGME)


3. Pembukaan Prodi Spesialis & Subspesialis (Sp2) di Universitas
Sampai saat ini mekanisme dan persyaratan dalam suatu pembukaan Prodi (Program Studi) spesialis dan subspesialis telah
mengikuti alur yang benar dengan memberikan wewenang pada Kolegium terkait dalam memberikan rekomendasi/persetujuan
untuk membuka Prodi tentu dengan memperhatikan kualifikasi tenaga pengajar/dosen dan fasilitas yang tersedia di suatu institusi
pendidikan.
Sebelum diajukan aplikasi pembukaan Prodi ke Dikti, calon Prodi harus mendapat rekomendasi dari Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI) sebagai lembaga regulator profesi kedokteran. Apabila disetujui akan diajukan ke Dikti untuk dilakukan penilaian oleh tim
evaluasi dari Dikti. Ada beberapa hal yang perlu dicermati dan disikapi oleh organisasi profesi (khususnya Kolegium).
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Pembukaan Prodi spesialis harus diyakinkan betul hanya 1. Pembukaan Prodi spesialis harus diyakinkan betul hanya
berdasarkan kebutuhan baik kebutuhan nasional maupun berdasarkan kebutuhan baik kebutuhan nasional maupun
kebutuhan lokal/provinsi. kebutuhan lokal/provinsi.
2. Harus dibuat rambu-rambu tertentu yang dapat mencegah 2.    Harus dibuat rambu-rambu tertentu yang dapat mencegah
terjadinya “komersialisasi” khususnya dalam menetapkan terjadinya “komersialisasi” khususnya dalam menetapkan
pembiayaan saat masuk maupun selama masa pendidikan. pembiayaan saat masuk maupun selama masa pendidikan.
3. Peran Kolegium dan KKI serta LAMPtkes dalam menilai 3. Peran Kolegium dan KKI serta LAMPtkes dalam menilai
untuk pemberian rekomendasi harus dipertahankan dan untuk pemberian rekomendasi harus dipertahankan dan
diperkuat, karena Kolegium terkait dan KKI diharapkan diperkuat, karena Kolegium terkait dan KKI diharapkan
dapat melakukan penilaian secara objektif. dapat melakukan penilaian secara objektif.
4. Sehubungan dengan adanya wacana dari beberapa pihak 4. Mendorong kolegium untuk mengajukan sertifikat
untuk menghilangkan peran Kolegium dan KKI dalam kompetensi tambahan ke KKI bagi pendidikan konsultan
pemberian rekomendasi terhadap pembukaan Prodi yang dilakukan sebelum perkonsil tentang subspesialis
Spesialis/Subspesialis, maka diperlukan upaya dari IDI/ untuk mendapatkan STR KT sehingga tetap dapat
Kolegium/MKKI melakukan pendekatan/advokasi pada berpraktik.
Kementerian Pendidikan khususnya Dirjen pendidikan tinggi
untuk meyakinkan pemerintah bahwa Kolegium maupun
KKI sangat penting perannya dalam menilai kelayakan
suatu calon Prodi Spesialis/Subspesialis.
5. Sehubungan dengan Pembukaan Prodi Subspesialis 5. Sehubungan dengan adanya wacana dari beberapa pihak
maka diharapkan MKKI dapat memfasilitasi penetapan untuk menghilangkan peran Kolegium dan KKI dalam
subspesialisasi dari berbagai spesialisasi yang ada karena pemberian rekomendasi terhadap pembukaan Prodi
setelah selesai pendidikan peserta didik subspesialis akan Spesialis/Subspesialis, maka diperlukan upaya dari IDI/
memperoleh rekognisi melalui penerbitan STR Kualifikasi Kolegium/MKKI melakukan pendekatan/advokasi pada
tambahan (STR-KT) sesuai dengan Perkonsil 54/2018. Kementerian Pendidikan khususnya Dirjen pendidikan tinggi
untuk meyakinkan pemerintah bahwa Kolegium maupun
KKI sangat penting perannya dalam menilai kelayakan
suatu calon Prodi Spesialis/Subspesialis.
6. Sehubungan dengan Pembukaan Prodi Subspesialis
maka diharapkan MKKI dapat memfasilitasi penetapan
subspesialisasi dari berbagai spesialisasi yang ada karena
setelah selesai pendidikan peserta didik subspesialis akan
memperoleh rekognisi melalui penerbitan STR Kualifikasi
tambahan (STR-KT) sesuai dengan Perkonsil 54/2018.
4. Standar Kompetensi Dokter Spesialis terkait MRA dan MEA
ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berlaku sejak akhir tahun 2015 yang
memungkinkan mobilisasi tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi dan perawat). Tidak ada persetujuan untuk menyamakan standar
kompetensi dokter untuk negara anggota ASEAN (AMS/Asean Member State). Setiap negara mempunyai standar sendiri-sendiri
yang tentunya mengacu pada WFME. Apabila seorang dokter berpraktik di negara anggota ASEAN lainnya harus mengikuti regulasi
di negara tujuan (“domestic regulation in host country”).
MRA (mutual recognition arrangement) mempunyai objektif:
1. Memfasilitasi mobilisasi dokter (medical practitioners) di negara ASEAN
2. Pertukaran informasi dan saling menghormati rekognisi praktisi kedokteran
3. Mengadopsi praktik baik (“best practice”)
Menyediakan kesempatan ”capacity building” dan training.
Terdapat 5 kategori yang disepakati dalam mobilisasi dokter di ASEAN:
(1) Limited practice
(2) Education and training
(3) Expert visit
(4) Research
(5) Humanitarians
Semua kategori tersebut bersifat reciprocal.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 85 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Postgraduate Medical Education (PGME)


Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Terdapat 5 kategori yang disepakati dalam mobilisasi dokter 1. Lamanya limited practice di suatu negara berbeda-beda
di ASEAN: sesuai dengan regulasi masing-masing negara yang
berbeda-beda. Indonesia membolehkan 1 tahun dan dapat
diperpanjang 1x.
(1) Limited practice
(2) Education and training
(3) Expert visit
(4) Research
(5) Humanitarians
2. Semua kategori tersebut bersifat reciprocal. 2. Jenis kualifikasi dokter yang dapat masuk ke Indonesia
adalah Spesialis atau Subspesialis (Permenkes 67/ 2013)
TKAKes WNA. Tidak untuk dokter umum (GP).
3. Lamanya limited practice di suatu negara berbeda-beda 3. IDI perlu melakukan koordinasi kepada Kemdikbud untuk
sesuai dengan regulasi masing-masing negara yang Dikti hanya dapat memberikan kualifikasi terhadap ijazah
berbeda-beda. Indonesia membolehkan 1 tahun dan dapat yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi, dari FK luar negeri
diperpanjang 1x. tidak ada ijazah bagi profesi dokter, kecuali Malaysia,
sehingga seharusnya ke KKI atau kolegium.
4. Jenis kualifikasi dokter yang dapat masuk ke Indonesia 4. Semua adaptan dokter spesialis melakukan validasi
adalah Spesialis atau Subspesialis (Permenkes 67/ 2013) sertifikatnya ke MKKI atau kolegium yang bersangkutan
TKAKes WNA). Tidak untuk dokter (GP). mengikuti proses untuk mendapatkan serkom di Kolegium.
Pertemuan ASEAN/CCS berlangsung beberapa kali pertahun dan 5. Menjalin hubungan dengan KKI dan Kemkes untuk dapat
untuk selanjutnya diusulkan selalu ada utusan IDI dalam delegasi mengikuti pertemuan ASEAN/CCS.
RI (Delri). Karena banyak pembicaraan tentang regulasi praktik
kedokteran, termasuk pendidikan pada pertemuan tersebut.
Selama ini delegasi terdiri dari KKI dan Kemkes, namun tidak
selalu disertai utusan IDI.
5. Kompetensi “tumpang tindih” (shared competency) antar beberapa spesialis
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran akhir-akhir ini serta menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pada
masyarakat maka beberapa kompetensi yang sama dapat dikuasai oleh beberapa jenis disiplin ilmu kedokteran (beberapa
spesialisasi).
Penyelesaian beberapa masalah “shared competency” ini difasilitasi oleh Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI).
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Ada peraturan Konsil (Perkonsil no 42/2016) yang 1. Melakukan identifikasi terhadap buku log dan portofolionya
mengatur tentang pembuatan buku putih/white paper spesialis.
tentang “shared competency”.
2. Oleh karena “shared competency” harus disahkan oleh KKI 2. Ada peraturan Konsil (Perkonsil no 42/2016) yang
maka sebelum dikirim ke KKI semua kolegium terkait harus mengatur tentang pembuatan buku putih/white paper
menyepakati terlebih dahulu di tingkat MKKI. tentang “shared competency”.

3. “Shared competency” yang telah disahkan oleh KKI a.l : 3. Oleh karena “shared competency” harus disahkan oleh KKI
“carotid stenting”, kemoterapi. maka sebelum dikirim ke KKI semua kolegium terkait harus
menyepakati terlebih dahulu di tingkat MKKI.
4. Bila masih ada kompetensi lain yang sama dikuasai
oleh beberapa kolegium maka disarankan untuk
membicarakannya di tingkat MKKI untuk perlindungan
hukum baik untuk pasien maupun untuk dokter.
6. Masalah praktik kedokteran “online” (TELEMEDIS)
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini telah memungkinkan konsultasi antara pasien dan dokter jarak jauh
(dalam jaringan). Praktik kedokteran “online” saat ini marak dilakukan namun masih diperlukan perlu regulasi/payung hukum yang
memadai. Telemedisin tetap memperhatikan etika profesi kedokteran dan mengutamakan keselamatan pasien serta memegang
teguh rahasia kedokteran. Dianjurkan harus melalui Fasyankes dan dokter yang melaksanakan bekerja di Fasyankes tersebut.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Telah dikeluarkan FATWA MKEK: No 017/PB/K/MKEK/2020 1. Telah dikeluarkan FATWA MKEK: No 017/PB/K/MKEK/2020
Tentang FATWA Layanan Telemedis dan Konsultasi Daring Tentang FATWA Layanan Telemedis dan Konsultasi Daring
Khususnya Di Masa Pandemi Covid 19. Fatwa ini masih Khususnya dimasa Pandemi Covid 19. Fatwa ini masih
perlu sosialisasi secara luas untuk semua dokter di seluruh perlu sosialisasi secara luas untuk semua dokter di seluruh
Indonesia. Indonesia.
2. Telah terbit Peraturan Konsil (PERKONSIL) No 74/2020 2. Telah terbit Peraturan Konsil (PERKONSIL) No 74/2020
tentang pelayanan telemedisin terutama pada masa pandemi tentang pelayanan telemedisin terutama pada masa pandemi
Covid 19. Covid 19.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 86 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Postgraduate Medical Education (PGME)


3. Layanan telemedis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang 3. IDI memberikan penguatan melalui pembekalan kepada
memiliki SIP di fasyankes tersebut. anggota terhadap teknologi kedokteran dan etika
teknologi kedokteran.
4. Layanan telemedis mempunyai keterbatasan: tidak 4. Layanan telemedis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
dilakukan pemeriksaan fisis yang penting untuk memiliki SIP di fasyankes tersebut.
menegakkan diagnosis.
5. Diprakarsai oleh fasilitas pelayanan medis (RS) dan dianggap 5. Layanan telemedis mempunyai keterbatasan: tidak
yang terbaik karena lebih aman dan terkendali. dilakukan pemeriksaan fisis yang penting untuk
menegakkan diagnosis.
6. Ada dokter jaga khusus yang mampu menghubungkan 6. Diprakarsai oleh fasilitas pelayanan medis (RS) dan dianggap
pasien dengan DPJP yang berada diluar RS/Fasyankes. yang terbaik karena lebih aman dan terkendali.
7. Telemedis hanya dapat dilakukan pada pasien yang telah 7. Ada dokter jaga khusus yang mampu menghubungkan
pernah berobat sebelumnya di fasyankes tersebut. pasien dengan DPJP yang berada diluar RS/Fasyankes.
8. Pasien yang dinilai gawat darurat/emergency harus datang 8. Telemedis hanya dapat dilakukan pada pasien yang telah
ke RS. pernah berobat sebelumnya di fasyankes tersebut.
9. Pasien yang dinilai gawat darurat/emergency harus datang
ke RS.
7. Adaptasi Dokter Spesialis/Subspesialis Lulusan Luar Negeri
Program adaptasi bertujuan sebagai penjaminan keselamatan pasien (patient safety) melalui penyetaraan kompetensi dokter
spesialis LLN dan pemahaman sosial budaya, maka adaptasi di institusi pendidikan (FK) mutlak harus dilakukan untuk menjaga
penjaminan mutu dokter spesialis/subspesialis LLN.
Adaptasi dokter lulusan luar negeri (LLN) selama ini sudah berjalan dengan baik sebagaimana diatur dalam Perkonsil Adaptasi no.
41 Tahun 2016, namun mulai ada upaya/ rencana untuk mengubah Perkonsil tersebut agar dokter spesialis LLN dapat langsung ke
bekerja di RS dengan terminology ”adaptasi” lapangan selama 2 tahun.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Profesi/ Kolegium perlu menentukan sikap yang tegas 1. Profesi/ Kolegium perlu menentukan sikap yang tegas
tentang peran Kolegium dalam memberikan sertifikat tentang peran Kolegium dalam memberikan sertifikat
kompetensi bagi dokter spesialis LLN. kompetensi bagi dokter spesialis LLN.
2. Kolegium melakukan Uji Kompetensi secara nasional untuk 2. Kolegium melakukan Uji Kompetensi secara nasional untuk
mencapai kompetensi sesuai bidang spesialisasinya dan mencapai kompetensi sesuai bidang spesialisasinya dan
memberikan Sertifikat Kompetensi dan tidak oleh badan memberikan Sertifikat Kompetensi dan tidak oleh badan
lain apapun bentuknya. lain apapun bentuknya.
3. Diperlukan advokasi pada FK melalui Kemdikbud untuk 3. Diperlukan advokasi pada FK melalui Kemdikbud untuk
memberikan pemahaman pentingnya “adaptasi” bagi dokter memberikan pemahaman pentingnya “adaptasi” bagi dokter
lulusan luar negeri dengan sistem pendidikan yang berbeda lulusan luar negeri dengan sistem pendidikan yang berbeda
dan pola penyakit yang berbeda serta untuk menjamin dan pola penyakit yang berbeda serta untuk menjamin
keselamatan pasien (patient safety). keselamatan pasien (patient safety).
8. Diperlukan strategi untuk menempatkan “dokter” sebagai tenaga strategis dalam bidang kesehatan
Diperlukan advokasi yang serius pada pemerintah untuk menempatkan dokter sebagai tenaga strategis seperti tentara. Keadaan ini
sangat terasa sekali ketika dokter pada masa pandemi Covid 19 harus berada di garda terdepan berperang melawan Covid 19, dan
didengungkan tentang kurangnya jumlah dokter, sementara sebenarnya jumlah dokter cukup.
Pengaturan distribusi yang tidak menjadikan dokter sebagai tenaga strategis nasional adalah kunci dari pemikiran kurangnya tenaga
dokter tersebut.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Harus dipastikan dan diyakinkan bahwa Professional Medical 1. Harus dipastikan dan diyakinkan bahwa Professional Medical
Regulatory Authority (KKI) bekerja dengan baik, independen Regulatory Authority (KKI) bekerja dengan baik, independen
dan bebas dari segala macam konflik kepentingan. dan bebas dari segala macam konflik kepentingan.
2. Organisasi profesi harus diberikan peran yang memadai 2. Organisasi profesi harus diberikan peran yang memadai
dalam pendidikan kedokteran dan pendistribusian dokter. dalam pendidikan kedokteran dan pendistribusian dokter.
3. Empowering organisasi profesi sangat penting agar dokter 3. Empowering organisasi profesi sangat penting agar dokter
Indonesia mempunyai daya saing. Indonesia mempunyai daya saing.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 87 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Continuing Professional Development


1. Pemberian SKP pada Ranah Pembelajaran
Masih ada lembaga/perhimpunan yang mengeluarkan SKP untuk kegiatan ranah pembelajaran.
- Istilah CPD adalah Continuing Profesional Development dan kegiatan untuk mengikuti CPD adalah karena faktor kebutuhan
personal dokter sehingga CPD harusnya direncanakan berdasarkan self assessment personal dokter tersebut.
- Penegasan bahwa P2KB berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi yang telah didapatkan selama
pendidikan di FK, sehingga bagi dokter yang akan resertifikasi tidak perlu menempuh kembali proses pendidikan di FK.
- Kewenangan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi diberikan kolegium.
- Kompetensi tambahan dokter adalah kompetensi baru yang tidak tercantum dalam Standar Kompetensi dokter Indonesia
(SKDI) yang terbaru yang diberikan oleh kolegium dalam bentuk sertifikat kompetensi tambahan yang akan menjadi dasar
bagi KKI untuk menerbitkan STR KT.
- Kompetensi tambahan dokter spesialis adalah peningkatan level kompetensi yang sudah ada dalam Standar Kompetensi
Dokter Spesialis yang terbaru yang diberikan oleh kolegium dalam bentuk sertifikat kompetensi tambahan yang akan menjadi
dasar bagi KKI untuk menerbitkan STR KT, kompetensi tambahan ini merupakan bagian dari pendidikan Subspesialis.
- Kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi diselenggarakan oleh Organisasi Profesi, Perhimpunan
Dokter Seminat, Fakultas Kedokteran, dan RS yang telah diakreditasi oleh Organisasi Profesi (BP2KB PB IDI).
- BP2KB akan menilai besaran SKP pada CPD –CPD untuk dalam upaya mempertahankan dan peningkatan kompetensi oleh
Kolegium.
- Bahwa akan ada CPD–CPD yang akan memberikan kompetensi tambahan disusun oleh kolegium dengan memberikan sertifikat.
- Kegiatan ilmiah oleh RS di daerah harus bekerja sama dengan IDI untuk mendapatkan SKP.
- Perlunya mekanisme atau sistim yang akan menunjang e-sertifikat agar setiap kegiatan otomatis masuk ke database IDI.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Bentuk penomoran SKP disesuaikan dengan jenjang dan 1. Bentuk penomoran SKP disesuaikan dengan jenjang dan dilakukan
dilakukan sosialisasi oleh BP2KB ke setiap daerah. sosialisasi oleh BP2KB ke setiap daerah, dan dilakukan identifikasi
nomor SKP secara online dari setiap wilayah.
2. SKP hanya dikeluarkan oleh IDI. 2. SKP hanya dikeluarkan oleh IDI.
3 Sertifikat kegiatan dapat ditandatangani oleh Organisasi 3. Sertifikat kegiatan dapat ditandatangani oleh Organisasi
Profesi, Fakultas Kedokteran, dan RS yang telah diakreditasi Profesi, Fakultas Kedokteran, dan RS yang telah diakreditasi
atau bekerja sama dengan Organisasi Profesi. atau bekerjasama dengan Organisasi Profesi.
4. Platform atau pelaksana non IDI hanya sebagai pelaksana 4. Platform atau pelaksana non IDI hanya sebagai pelaksana
tehnis. teknis.
5. Logo Pelaksana tehnis non IDI harus lebih kecil dari logo IDI, 5. Logo Pelaksana teknis non IDI harus lebih kecil dari logo IDI,
Perhimpunan, Fakultas Kedokteran dan atau RS. Perhimpunan, Fakultas Kedokteran dan atau RS.
6. Perlu dibuat SOP untuk pengajuan SKP untuk kegiatan 6. Perlu dibuat SOP untuk pengajuan SKP untuk kegiatan
Webinar dan artikel ilmiah yang dimintakan oleh pelaksana Webinar dan artikel ilmiah yang dimintakan oleh pelaksana
tehnis terakreditasi maupun belum terakreditasi. teknis terakreditasi maupun belum terakreditasi.
2. Belum tersedianya sarana dan prasarana, serta pendanaan yang memadai untuk terlaksananya pelatihan
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Diberikan pada masing-masing perhimpunan dalam kegiatan Diberikan pada masing-masing perhimpunan dalam kegiatan
CPD dengan bekerja sama dengan pihak-pihak stakeholder lain CPD dengan bekerja sama dengan pihak-pihak stakeholder lain
di bidang kesehatan. di bidang kesehatan.
3. Buku ungu BP2KB tahun 2020
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Selama ini penilaian akreditasi penyelenggaraan P2KB hanya Selama ini penilaian akreditasi penyelenggaraan P2KB hanya
berdasarkan durasi, jenis penyelenggaraan, isi dan kualitas berdasarkan durasi, jenis penyelenggaraan, isi dan kualitas
pembicara. pembicara.
- evaluasi P2KB secara online. - evaluasi P2KB secara online.
- Instrumen di P2KB sudah bagus. SKP yang akan diberikan - Instrumen di P2KB sudah bagus. SKP yang akan diberikan
kepada penyelenggara kegiatan ilmiah harus dinilai oleh kepada penyelenggara kegiatan ilmiah harus dinilai oleh
ex-officio yang berada dalam P2KB sebagai perwakilan ex-officio yang berada dalam P2KB sebagai perwakilan
perhimpunan. perhimpunan.
- P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP dalam - P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP dalam
pembelajaran bidang Medical Education. pembelajaran bidang Medical Education.
4. Komunikasi
Masih menjadi masalah dalam praktik dokter, pada symposium yang diselenggarakan, dimasukkan topik komunikasi sehingga tiga
topik wajib yaitu Etik, Disiplin & Hukum, dan Patient Safety & Komunikasi.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Menjadi kebijakan bagi penyelenggara diwajibkan memberikan Menjadi kebijakan bagi penyelenggara diwajibkan memberikan
materi etik dan komunikasi, patient safety dan disiplin. materi etik dan komunikasi, patient safety dan disiplin, serta
(Permateri dalam waktu minimal 7 Menit). untuk masa pandemic tentang penggunaan APD yang baik dan
benar. (Permateri dalam waktu minimal 7 Menit).

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 88 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Continuing Professional Development


5. Personalia BP2KB atau P2KB
Masih ada beberapa Personalia BP2KB atau P2KB kurang memahami prinsip untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi
bagi anggota perhimpunannya.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Personalia pengurus sebaiknya pernah duduk di Kolegium 1. Personalia pengurus sebaiknya pernah duduk di Kolegium
dan/atau Perhimpunan Pusat, Wilayah ataupun Cabang. dan/atau Perhimpunan Pusat, Wilayah ataupun Cabang.
2. Syarat untuk menjadi personalia BP2KB/P2KB Wilayah 2. Syarat untuk menjadi personalia BP2KB/P2KB Wilayah
atau Perhimpunan sebaiknya pernah menjadi pengurus atau Perhimpunan sebaiknya pernah menjadi pengurus
perhimpunan (tidak termasuk tenaga admin). perhimpunan (tidak termasuk tenaga admin).
6. Kompetensi dan Kualifikasi Tambahan
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Kolegium mengusulkan kompetensi tambahan kepada KKI 1. Kolegium mengusulkan kompetensi tambahan kepada KKI
untuk disyahkan dalam rangka memperoleh kualifikasi STR untuk disyahkan dalam rangka memperoleh kualifikasi STR
KT. KT.
2. Salah satu kompetensi tambahan yang mendesak diusulkan 2. Salah satu kompetensi tambahan yang mendesak diusulkan
segera adalah estetika medis. segera adalah estetika medis.
7. Peraturan MEA untuk Dokter Asing
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Pada aturan MEA setiap dokter asing yang bekerja di Indonesia Pada aturan MEA setiap dokter asing yang bekerja di Indonesia
wajib mengikuti peraturan CPD yang ditetapkan di Indonesia. wajib mengikuti peraturan CPD yang ditetapkan di Indonesia.
8. Pelatihan Modul
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Pelatihan modul KDI-PDUI untuk memperkuat Kompetensi Pelatihan modul KDI-PDUI untuk memperkuat Kompetensi
Dokter di Tingkat Pelayanan Primer hendaknya dilaksanakan Dokter di Tingkat Pelayanan Primer hendaknya dilaksanakan
secara berkesinambungan oleh Perhimpunan Dokter Umum secara berkesinambungan oleh Perhimpunan Dokter Umum
Indonesia secara online (PJJ) maupun offline. Indonesia secara online (PJJ) maupun offline.
9. Pengembangan Modul
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Kerjasama KDI-AIPKI dalam pengembangan modul Kerjasama KDI-AIPKI dalam pengembangan modul
memperkuat Kompetensi Dokter di Tingkat Pelayanan Primer Memperkuat Kompetensi Dokter di Tingkat Pelayanan Primer
hendaknya dilanjutkan bahkan ditingkatkan. hendaknya dilanjutkan bahkan ditingkatkan.
10. Peranan IDI Cabang
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
Meningkatkan peranan IDI Cabang dalam memfasilitasi Meningkatkan peranan IDI Cabang dalam memfasilitasi
sejawat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terluar sejawat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terluar
dan perbatasan dengan kerjasama stakeholder (Dinkes, RS, dan perbatasan dengan kerjasama stakeholder (Dinkes, RS,
Organisasi Profesi Lain). Organisasi profesi lain)
11. Rujukan Balik
Saat ini ada rujukan balik dengan skema JKN sebaiknya dapat diberikan SKP bagi dokter spesialis yang membuat rujukan balik.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP rujukan balik P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP rujukan balik
(dokter spesialis-dokter, dokter spesialis- dokter spesialis, (dokter spesialis-dokter, dokter spesialis-dokter spesialis,
dokter subpesialis- spesialis, dokter subspesialis-dokter sub dokter subpesialis- spesialis, dokter subspesialis-dokter sub
spesialis). spesialis).

Kebijakan
1. RUU Pendidikan Kedokteran 2020
Dalam Implementasi UU Dikdok No.20/2013 ditemukan beberapa pasal dan ayat yang tidak sesuai dengan UU Praktik Kedokteran
No.29/2004 dan UU Pendidikan Tinggi No.12/2012.
Selain itu, beberapa pasal dan ayat berbeda dengan kelaziman dan kesepakatan global di bidang Pendidikan Kedokteran.
Situasi ini bila tidak segera diatasi dengan melakukan revisi terhadap UU Dikdok No.20/2013 akan berpotensi terjadinya konflik
yang berkepanjangan antar berbagai pemangku kepentingan, serta menimbulkan kerancuan, ambigu, kebingungan di tingkat
penyelenggara program studi pendidikan kedokteran.
Selain itu, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan kesehatan, serta perkembangan pelayanan kesehatan mengalami
percepatan yang tinggi ketika dunia memasuki Era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0 dan yang terkini dengan adannya Pandemi
Covid 19. Semua ini telah mengubah lanskap sistem pendidikan, riset dan pelayanan kedokteran.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 89 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI B

Kebijakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Identifikasi pihak-pihak yang berpotensi kontra terhadap 1. Identifikasi pihak-pihak yang berpotensi kontra terhadap
RUU Dikdok 2021. RUU Dikdok 2021.
2. Mengadakan Rembug Profesi antar semua pihak di dalam 2. Mengadakan Rembug Profesi antar semua pihak di dalam
rumah besar IDI untuk menemukan formula terbaik bagi rumah besar IDI untuk menemukan formula terbaik bagi
reformasi sistem kesehatan nasional dan sistem pendidikan reformasi sistem kesehatan nasional dan sistem pendidikan
kedokteran. kedokteran.
3. Menyusun strategi lobi dengan membentuk Tim Liaison 3. Menyusun strategi lobi dengan membentuk Tim Liaison
Officer. Officer.
2. RUU Praktik Kedokteran
Ada upaya untuk melakukan revisi UU Praktik Kedokteran No.29/2004. Perlu ditelusur pihak mana yang mengusulkan, apa
motivasinya, apa landasan ideologi, landasan filosofi dan landasan konsep yang digunakan.
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Memperoleh Naskah Akademik dan draf RUU Praktik 1. Memperoleh Naskah Akademik dan draf RUU Praktik
Kedokteran. Kedokteran.
2. Menunjuk Tim untuk melakukan kajian terhadap RUU 2. Menunjuk Tim untuk melakukan kajian terhadap RUU
Praktik Kedokteran. Praktik Kedokteran.
3. Penguatan lobi ke Pemangku Kepentingan (Pemerintah, DPR, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian
Dalam Negeri, Konsil Kedokteran Indonesia)
Rekomendasi Tindak Lanjut Awal Rekomendasi Tindak Lanjut Final
1. Perlu dibentuk Tim Liaison Officer. Tim LO ini direkrut 1. Perlu dibentuk Tim Liaison Officer. Tim LO ini direkrut
khusus dan diberi penugasan khusus (bukan pengurus khusus dan diberi penugasan khusus (bukan pengurus
PB IDI). Posisi IDI adalah kuat, karena profesi Dokter ada PB IDI). Posisi IDI adalah kuat, karena profesi Dokter ada
di semua pemangku kepentingan. Mis di DPR ada dokter- di semua pemangku kepentingan. Mis di DPR ada dokter-
dokter yang menjadi anggota DPR, khususnya di Komisi IX. dokter yang menjadi anggota DPR, khususnya di Komisi IX.
Begitu pula di Kementerian Kesehatan, dll. Begitu pula di Kementerian Kesehatan, dll.
2. Tim LO ini bertugas untuk bisa melobi dan memberi 2. Tim LO ini bertugas untuk bisa melobi dan memberi
informasi apa yang menjadi pandangan IDI. Lobi adalah informasi apa yang menjadi pandangan IDI. Lobi adalah
sebuah keharusan. Dokter mempunyai semangat yang sebuah keharusan. Dokter mempunyai semangat yang
sama, punya sumpah yang sama. Naluri sebagai seorang sama, punya sumpah yang sama. Naluri sebagai seorang
dokter perlu kita manfaatkan, yaitu naluri kesejawatan. Ini dokter perlu kita manfaatkan, yaitu naluri kesejawatan. Ini
perlu dibangun, lepas dari jabatannya, sehingga kita bisa perlu dibangun, lepas dari jabatannya, sehingga kita bisa
meyakinkan apa yang kita inginkan. Bila naluri kesejawatan meyakinkan apa yang kita inginkan. Bila naluri kesejawatan
kuat, posisi di partai apapun akan mencoba memasukkan kuat, posisi di partai apapun akan mencoba memasukkan
ini pada setiap keputusan. ini pada setiap keputusan.
3. Memang perlu ‘dana’. Bila kita melobi normative, bisa 3. Memang perlu ‘dana’. Bila kita melobi normative, bisa
diabaikan. Cara regulator berpikir tidak seperti operator diabaikan. Cara regulator berpikir tidak seperti operator
atau pelaksana berpikir. Operator atau pelaksana memahami atau pelaksana berpikir. Operator atau pelaksana memahami
sekali apa yang terjadi di grass root. Banyak masalah yang sekali apa yang terjadi di grass root. Banyak masalah yang
muncul, akibat ketidakcocokan peraturan. Hal ini perlu muncul, akibat ketidakcocokan peraturan. Hal ini perlu
dikomunikasikan. dikomunikasikan.

TAMBAHAN HASIL PLENO:


1. Perlu rekomendasi IDI bagi peraturan adaptasi jika akan dimodifikasi atau diubah.
2. Perlu dimunculkan bioetikahumaniora di komisi B. Di tiap FK ada lab bioetikahumaniora, termasuk
masalah koding penyakit, masalah pembiayaan pelayanan kedokteran harus seimbang antara EBM
dan value based medicine.
3. Perlu adanya tim untuk survey/pengumpulan data kebutuhan dokter di lapangan.
Perlu adanya tim yang mengawal semua usulan Pendidikan ini, terutama KKNI dan revis

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 90 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C
3.
Pelayanan Profesi Kedokteran

I. Panduan Profesi Dokter


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejak 1 Januari 2014 Pemerintah Indonesia mencanangkan reformasi pelayanan kesehatan
yang lebih menuntut adanya pola penyelenggaraan pelayanan kesehatan terstruktur yang
mengutamakan nilai-nilai (Value Based Health Care), serta mengutamakan kendali mutu
dan kendali biaya pada perawatan dan tindakan.
Institusi pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan tatakelola rumah sakit (korporat –
klinik) dalam sistem dan proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dengan melibatkan
seluruh dokter dalam berprofesi, sehingga diharapkan kualitas dan keselamatan pasien
tetap terjaga.
Panduan Profesi merupakan panduan untuk seluruh dokter di Indonesia dalam berprofesi
agar pasien dan masyarakat mendapatkan pelayanan yang sesuai harapannya, sehingga
para dokter senantiasa menjalankan profesinya secara etis dan profesional, dengan
demikian akuntabilitas publik para dokter tercapai, sehingga apabila terjadi masalah dapat
terhindar dari kemungkinan tuntutan hukum.
Seluruh dokter yang berprofesi di Indonesia, senantiasa mengutamakan :
• Keselamatan pasien.
• Fokus pada kepentingan pasien.
• Efektif, dalam memanfaatkan ilmu dan keterampilannya.
• Efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pada saat berprofesi.
• Wajar, Patut dan adil dalam memberikan pelayanan.
• Kemudahan untuk dihubungi bila diperlukan setiap saat terutama pada keadaan
emergensi.
Bapak ilmu kedokteran HIPPOCRATES sejak awal senantiasa menyerukan pesan sebelum
melakukan pemeriksaan dan atau tindakan selalu ingat akan “FIRST DO NO HARM“
Profesi medis adalah pekerjaan profesional yang khusus artinya pengabdian kepada
masyarakat merupakan motivasi utamanya. Meskipun orang yang menjalankan profesi
itu hidup darinya, tetapi hakikat profesinya menuntut bukan nafkah hidup yang menjadi
motivasi utamanya. Profesi tersebut dikatakan profesi luhur. Dikatakan luhur oleh karena
ilmu yang diembannya berkaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan.
Lagi pula pekerjaannya lebih mengutamakan kepentingan pasien atau masyarakat yang
dilayaninya. Konsekuensi dari pekerjaan profesi ini adalah adanya nilai-nilai yang harus di
tampilkan oleh setiap dokter pada saat berprofesi yaitu :
• Pertanggung jawaban atas pekerjaannya.
• Tanggung gugat atas pekerjaannya.
• Menghormati hak otonomi pasien.
• Sikap independen tanpa pamrih.
• Pengabdian pada tuntutan etik profesi.
• Senantiasa mempertahankan integritas ilmiah dan sosial.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 91 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Piramida Profesionalisme Dokter :


PASIEN – KELUARGA – SEJAWAT – KARYAWAN RS LAINNYA

PROFESIONALISME
KOMPETENSI PROFESIONAL MEDIS

KLINISI – PROFESIONAL – MANAJER

A
K
U
T N K
O
E T
R H A M
B A B I
T
A M I M
I L E
K I N
T
A
S

PEMAHAMAN ETIKOLEGAL – MEDIKOLEGAL

KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI INTER PERSONAL

KETERAMPILAN PRAKTIS MANAJERIAL – ADMINISTRASI

KOMPETENSI KLINIK
(ILMU PENGETAHUAN MEDIK – KETERAMPILAN TEKNIS MEDIK)

Pondasi untuk bagan di atas menggambarkan :


• keterampilan dan pengetahuan ilmu kedokteran, yang sebaiknya senantiasa di
kembangkan dan “update“ sesuai tuntutan pasien dan masyarakat
• pemahaman terhadap implementasi keterampilan manajerial dan administrasi dalam
memanfaatkan sumberdaya untuk mengelola pasiennya
• menguasai dan mengimplementasikan keterampilan dalam berkomunikasi secara
profesional, dan mempunyai keterampilan berhubungan secara interpersonal yang baik
dan menguasai kecerdasan emosional
• memahami masalah-masalah etik, dan mediko-legal dalam menerapkan ilmu
kedokterannya untuk memeriksa, mengobati, merawat dan menindak pasiennya, serta
apabila berhubungan dengan sejawat dan karyawan lainnya di institusi organisasi
profesi dan rumah sakit
Empat pilar pada bagan di atas menandakan bahwa seluruh dokter mengetahui dan
mematuhi :
• senantiasa mendemonstrasikan kualitas yang terbaik dalam berprofesi
• menyelenggarakan pelayanan yang menghargai Hak Asasi Manusia dan sadar betul
bahwa ilmu yang diembannya erat kaitannya dengan kehidupan manusia, nilai-nilai
moral
• dalam menyelenggarakan profesinya senantiasa menerapkan kaidah-kaidah keilmuan
yang dapat dipertanggung jawabkan dan tanggung gugat secara ilmiah dan senantiasa
berbasis bukti
• memperlihatkan sikap dan perilaku yang komit terhadap kepentingan pasien, sesuai
kata dan perbuatan
Dengan demikian seorang dokter harus bisa berperan sebagai Klinisi-Profesional-Manager
Pemahaman dan implementasi Sumpah Dokter serta Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) merupakan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 92 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Undang-Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran mencantumkan tentang


hak dan kewajiban dokter dan pasien. Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak   untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis, meminta pendapat dokter,mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis, menolak tindakan medis dan mendapatkan isi rekam namun pasien juga
mempunyai kewajiban kepada dokter untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatannya, mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan dan  nasihat/petunjuk dokter sertamemberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima.

II. Panduan penyelenggaraan Tatakelola Pelayanan Kesehatan di Era Jaminan


Kesehatan
PENDAHULUAN
FKTP dan FKTRL, merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang didominasi oleh
pelayanan medis yang diselenggarakan oleh para dokter. Oleh karena itu keterlibatan
para dokter dalam organisasi dan manajemen rumah sakit sudah menjadi keharusan,
terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional – JKN. Para dokter harus ikut terlibat dalam
hal membangun pola Praktik dokter yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan program
pemerintah. Organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai mitra pemerintah
dalam mengembangkan kualitas pelayanan di era JKN berkewajiban dan ikut bertanggung
jawab untuk mensukseskan program pemerintah karena itu IDI perlu membentuk tim yang
menyusun Panduan Penyelengaaraan Tata Kelola Pelayanan Kesehatan juga monitoring
dan evaluasi terhadap implementasinya

MAKSUD :
- Membangun pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / FKTP dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut / FKTRL yang berkualitas dan akuntabel
- Memberi pemahaman tentang penyelenggaraan tatakelola di FKTP – FKTRL agar para
dokter dapat ikut terlibat pada pelaksanaannya.

TUJUAN :
UMUM : Seluruh dokter yang berprofesi di FKTP dan FKTRL mempunyai persepsi yang
sama terhadap penyelenggaraan tatakelola
KHUSUS : Tatakelola pelayanan di FKTP – FKTRL dapat terselenggara dengan para dokter
berperan sebagai pimpinan pelayanan
Sejak 1 Januari 2014 Indonesia menyelenggarakan Reformasi Pelayanan Kesehatan di
seluruh Indonesia. Komponen reformasi terdiri dari :
1. Sistem penyelenggaraan asuransi sosial
2. Penyelenggara Badan Hukum Publik (BPJSK)
3. Sistem pelayanan berjenjang
4. Sistem pembayaran dari BPJSK ke PPK (Kapitasi di FKTP, INA CBG’s di FKTRL)
5. Manfaat Komprehensif : Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 93 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Yang dominan dari reformasi tersebut adanya pengendalian pembiayaan pelayanan


kesehatan.
Tujuan pengendalian pembiayaan untuk :
• Mendorong peningkatan mutu
• Mendorong layanan berorientasi pasien
• Mendorong efisiensi
• Mendorong untuk pelayanan tim
• Tidak memberikan reward terhadap provider yang melakukan, overtreatment,
undertreatment maupun melakukan adverse event
Sistem yang dipilih pada pengendalian pembiayaan adalah PROSPECTIVE PAYMENT
SYSTEM karena :
• Dapat mengendalikan biaya kesehatan
• Mendorong provider untuk melakukan cost containment
• Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar
• Membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atau under-use
• Mempermudah administrasi klaim
Sebagai konsekuensi dari reformasi tersebut diperlukan perubahan atau reformasi institusi
pelayanan kesehatan baik FKTP dan FKTRL ke arah tatakelola. Selain itu akibat dari reformasi
pelayanan kesehatan tersebut terjadi perubahan paradigma dari pola Praktik dokter dan
institusi pelayanan kesehatan, dimana rumah sakit – FKRTL harus berubah konsep menjadi
“Hospital Value-Based – HVB“ diikuti perubahan pola Praktik dari berbasis volume menjadi
pola Praktik berbasis nilai.

LANDASAN HUKUM.
- UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT NO. 44 TAHUN 2009, mengatakan Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
• Pasal 2 mengatakan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan
didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
• Pasal 33 (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien,
dan akuntabel. Penjelasan Pasal 33 Ayat (1) Fasilitas pelayanan kesehatan disusun
dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata
Kelola organisasi yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis
yang baik (Good Clinical Governance).
• Pasal 36, Tentang Pengelolaan Klinik, Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan
tata kelola rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik. Penjelasan Pasal 36, Tata
kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah
sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 94 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik adalah
penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis,
data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi
rumah sakit.
- PMK 755/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT.
1. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi medis
2. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan
peraturan internal staf medis.
3. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar
tata kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui
pengaturan hubungan antara pemilik, pengelola, dan komite medik di rumah sakit.
4. Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur
tata kelola klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di
rumah sakit.
- PMK 10/2014, TENTANG DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT,
- PMK 36/2015 TENTANG PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) dalam pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan pada system Jaminan Sosial Nasional, Sistem Pencegahan
Kecurangan JKN
• Pasal 13 (1) FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan harus membangun
sistem pencegahan Kecurangan JKN melalui:
- penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan Kecurangan JKN;
- pengembangan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kendali mutu
dan kendali biaya;
- pengembangan budaya pencegahan kecurangan JKN sebagai bagian dari tata
Kelola organisasi dan tata kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu
dan kendali biaya.
- PERATURAN PRESIDEN RI NO. 77 TAHUN 2015. TENTANG PEDOMAN FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
• Pasal 2, Pengaturan pedoman fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan untuk
mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan akuntabel
dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah Sakit sesuai dengan Tatakelola
organisasi yang baik (Good Corporate Governance) dan tatakelola klinik yang baik
(Good Clinical Governance)
• Pasal 3, Pengaturan Pedoman Fasilitas pelayanan kesehatan berlaku bagi seluruh
Rumah Sakit di Indonesia
• Pasal 5, Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit Wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam
lingkungan masing-masing serta dengan unit-unit lainnya.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 95 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

- PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT


PENDIDIKAN
Pasal 25 huruf d, Rumah Sakit Pendidikan memiliki kewajiban menjalankan tatakelola
organisasi dan tatakelola klinis yang efektif, efisien dan akuntabel.
- PMK NO. 4. TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN
PASIEN.
• Pasal 2 (1), huruf r. Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyusun dan
melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws).
• Pasal 22 (1). Kewajiban rumah sakit menyusun dan melaksanakan peraturan internal
rumah sakit (hospital bylaws) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), huruf
r dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2).
Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari peraturan fasilitas pelayanan Kesehatan dan peraturan staf medik
rumah sakit (medical staff bylaws). (3). Peraturan internal rumah sakit (hospital
bylaws) sebagaimana dimaksud ayat (1) berisi kebijakan umum pelayanan rumah
sakit yang mendukung tatakelola korporasi (corporate governance), dan tatakelola
klinis (clinical governance) yang baik.

INTEGRASI PELAYANAN ANTARA FKTP-FKRTL

ERA PRE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

MEKANISME INTER ORGANISASI/FKTP: KERANGKA KERJA INTER ORGANISASI


• STRUKTUR FKTP-FKTL : (BELUM SESUAI/SINKRON)
• SISTEM • PERTUKARAN INFORMASI
• PROSES • TUJUAN RUJUKAN
PENGELOLAAN 5 M, BELUM OPTIMAL • PERAN MASING-MASING ORGANISASI
MASING-MASING KERJA TANPA • KUALITAS RELATIONSHIP
MENGUTAMAKAN TUJUAN BERSAMA • KETERKAITAN ANTAR FKTP-FKTL
SESUAI KOMITMEN JKN BELUM TERBENTUK
• BELUM ADA TATAKELOLA

PERLU TATAKELOLA
(KOMITMEN, KOORDINASI, INTEGRASI, ASEMBLING, SINKRONISASI, HARMONISASI)

ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

MEKANISME INTER ORGANISASI : KERANGKA KERJA INTER ORGANISASI:


• STRUKTUR • PERTUKARAN INFORMASI
• SISTEM • TUJUAN
• PROSES • PERAN
PENGELOLAAN 5 M, OPTIMAL SESUAI • KUALITAS RELATIONSHIP
TUJUAN BERSAMA MANAJEMEN UNIT YANG MEMPUNYAI
TUJUAN YANG SAMA
TATAKELOLA TERBENTUK SESUAI
TUJUAN JKN

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 96 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Untuk itu perlu pengembangan “ Clinically Integrated Network “ – Kerangka kerja integrasi
klinik

CLINICALLY INTEGRATED NETWORK


The goal is quality care tha is coordinated and efficient

Primary Care
Physicians Ancillary
Hospitals
Provider
Care
Managers

Specialists Long term


Care

Pharmacy

Manfaat integrasi klinik :


• Bagi Pasien – Masyarakat :
»» Ada akses untuk kualitas pelayanan yang tinggi
»» Ada koordinasi dan pelayanan yang komprehensif – menyeluruh
»» Potensial untuk medapatkan pembiayaan pelayanan dengan harga yang lebih
»» rendah dan sesuai dengan pelayanan yang diterimanya
• Bagi penyelenggara pelayanan :
»» Mempunyai akses untuk terlibat pada penyusunan pembiayaan pelayanan
»» Dapat mengarahkan kualitas pelayanan yang berbasis nilai
»» Berkesempatan untuk menyelaraskan pelayanan rumah sakit dengan dokter
• Bagi rumah sakit :
»» Berkesempatan untuk menyelaraskan pembiayaan yang sesuai kebutuhan
»» agar pembiayaan dapat lebih rendah (cost containment)
»» Berkesempatan untuk menyelelaraskan kualitas pelayanan dengan dokter dan
pelaksana lainnya

TATAKELOLA
Tatakelola harus dipahami sebagai upaya melaksanakan proses pelayanan kesehatan baik
klinik maupun non klinik di FKTP dan FKTRL secara etis dan profesional. Etis disini dengan
menggeser etik profesi (beneficience, non-maleficience, autonomi, justice) menjadi hak
pasien, dan profesional disini dimaksud melaksanakan pekerjaannya secara benar sejak
awal setiap saat dan seterusnya (do the right thing right and well @ firsttime, everytime and
overtime) dengan menghindari pemanfaatan sumberdaya yang tidak dibutuhkan pasien.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 97 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Membangun budaya agar seluruh individu dalam bekerja senantiasa secara rutin dan
termotivasi dan berpola pikir :
• Am I doing it right ? how can I do it better ?
• What can go wrong ? how can we prevent it ?
Tujuan tatakelola : bagaimana mengupayakan keseragaman dalam bertindak agar setiap
individu dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan senantiasa tahu bahwa mereka
senantiasa bekerja dengan prinsip :
• Doing the RIGHT thing RIGHT and well at the first time, everytime and overtime
• To the RIGHT person
• At the RIGHT time
• On the RIGHT place
• By the RIGHT way, person and resources
• With the RIGHT attitude/behavior, knowledge and skills
Tatakelola korporat yang baik mencakup tatakelola seperti di bawah ini :
CORPORATE GOVERNANCE

CLINICAL
GOVERNANCE
RISK
GOVERNANCE

FINANCIAL
OTHER
GOVERNANCE
GOVERNANCE
(e.g. Human
Resources, Legal)

Penerapan tatakelola harus menggambarkan keselarasan antara prinsip, struktur, proses


dan keluaran seperti tergambar pada bangunan rumah tatakelola di atas.

KELUARAN TATAKELOLA
Hasil yang diharapkan dari implementasi
tatakelola yang baik.

KELUARAN TATAKELOLA PROSES TATAKELOLA


Proses implementasi tatakelola yang
baik mengacu pada pedoman, kebijakan,
aturan-aturan yang ada.

STRUKTUR TATAKELOLA
PROSES TATAKELOLA Struktur implementasi tatakelola yang
baik, yakni, para pelaksana, infrastruktur.

PROSES TATAKELOLA
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar
STRUKTUR TATAKELOLA pelaksanaan tatakelola yang baik.
TARIF–IP : Transparance, Accountability,
PRINSIP TATAKELOLA Responsibility, Independent, Fair,
Integrity, Participative.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 98 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

KOMPONEN KUNCI TATA KELOLA KLINIK YANG BAIK


1. Kredensial, Pendidikan, Pelatihan, Pengembangan Profesional
2. Riset dan Pengembangan
3. Menyelenggarakan Audit Klinik
4. Efektifitas Klinik
5. Manajemen Risiko Klinik dan Non Klinik
6. Manajemen Informasi, Sistem Skrining dan Pelaporan
7. Keterlibatan Pasien dan Masyarakat

KREDENSIAL –RE-
KREDENSIAL, PENELITIAN
PENDIDIKAN/LATIHAN, PENGEMBANGAN
CDP–P2KB

KETERLIBATAN
PASIEN-KELUARGA TATAKELOLA AUDIT KLINIK
MASYARAKAT
KLINIK
YANG BAIK

EFEKTIFITAS
MANAJEMEN KLINIK
INFORMASI

MANAJEMEN RISIKO,
KLINIK NON KLINIK

KERANGKA KERJA PENERAPAN TATAKELOLA KLINIK YANG BAIK

1. MASUKAN :
• Keterlibatan para pemangku kepentingan
• Struktur, sistem dan proses
• Pengembangan professional yang berkelanjutan – P2KB / CPD

2. PROSES TRANFORMASI :
• Seluruh komponen kunci harus diterapkan secara baik dan benar sejak awal, setiap
saat dan seterusnya

3. KELUARAN :
• Berkembang proses pembelajaran
• Proses perbaikan terus menerus, konsisten, tidak terputus
• Pelayanan yang berkualitas, pencapaian dimensi mutu yang disepakati
Bersama pasien dan pelaksana pelayanan, sesuai harapan pasien, pelayanan yang etis,
patuh pada regulasi, tidak curang, tidak boros, tidak korupsi, tidak malpraktek, tidak
berpraktek buruk.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 99 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

KERANGKA KERJA “GOOD CLINICAL GOVERNANCE”

MASUKAN PROSES TRANSFORMASI KELUARAN

AKUNTABILITAS
KETERLIBATAN
PROSES PEMBELAJARAN
PEMANGKU KEPENTINGAN

MANAJEMEN RISIKO AUDIT MEDIK/KLINIK


KLINIK – NON KLINIK
PERBAIKAN
EFEKTIFITAS PENANGGANAN
KUALITAS – KESELAMATAN
PELAYANAN KLINIK KELUHAN
SURVEY KEPUASAN
PELAYANAN TERUS
STRUKTUR SISTEM PASIEN MENERUS, KONSISTEN
PROSES
PENGALAMAN PASIEN STANDAR
PELAYANAN KINERJA
KEPATUHAN KELUARAN YANG
BERKUALITAS
PENILAIAN – PENGUKURAN KINERJA – DIMENSI MUTU SESUAI
KEPATUHAN
HARAPAN PASIEN
KEBERHASILAN PELAYANAN
ETIS – PROFESIONAL
PENGEMBANGAN KLINIK – NON KLINIK
PATUH, KINERJA TINGGI
PROFESIONALISME
TIDAK FRAUD
KEDOKTERAN
TIDAK MAL Praktik
BERKELANJUTAN (P2KB)
TIDAK KORUPSI
TRANSPARANSI

TATAKELOLA KLINIK PADA FKTP


Pelayanan kesehatan harus menjadi tugas utama bagi para dokter, dimana saja dokter
bekerja. Tatakelola klinik harus juga dikembangkan di tingkat FKTP baik di fasilitas
Kesehatan ataupun mandiri.
FKTP dan Praktik mandiri merupakan garda terdepan dalam memeriksa pasien yang sakit
dan menjaga agar individu dapat terjaga kesehatannya, oleh karena itu prinsip edukasi,
promotive dan preventif merupakan dominasi pekerjaan dokter di FKTP.
Tatakelola klinik di FKTP akan berjalan dengan baik apabila :
• Para klinisi – dokter dapat menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan
kesehatan individu dengan memanfaatkan sumberdaya yang sesuai kebutuhan pasien
• Tatakelola klinik harus melibatkan seluruh elemen yang terlibat dalam proses pelayanan
• Diskusi dan manual pelaksanaan pelayanan pada tatakelola klinik harus dibuat dan
dilaksanakan secara konsisten, kontinu dan dengan cara yang terbuka transparan
Ada 6 elemen tatakelola klinik di FKTP :
1. Efektifitas klinik
2. Jaminan kualitas
3. Pendidikan dan pengembangan pada seluruh pelaksanan pelayanan (klinik – non klinik)
4. Audit klinik sebagai “Continuing Quality Improvement - CQI“
5. Manajemen risiko
6. Penelitian dan pengembangan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 100 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Setiap penerapan suatu konsep harus didahului oleh strategi dalam penerapannya.
Strategi penerapan tatakelola klinik di FKTP :
• Ada pertemuan tatakelola klinik secara berkala
• Pertemuan harus fokus pada permasalahan yang ditemukan
• Bentuk forum untuk dokter keluarga
• Secara berkala mengembangkan kepemimpinan dan kepemimpinan klinik
• Sepakati dan definisikan bersama tentang arti dan manfaat tatakelola klinik di FKTP
• Laksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan tatakelola klinik dengan focus
pada improvement
• Bangun dan kembangkan kompetensi tim kerja multidisiplin dalam pelayanan klinik –
non klinik
• Utamakan pendekatan upaya kesehatan masyarakat
Gambar di bawah ini memperlihatkan model perbaikan secara terus menerus dan konsisten:

MODEL FOR IMPROVEMENT

What are we trying to


accomplish?

How will we know that a


change is an improvement?

What change can we make that


will result in improvement?

ACT

PLAN

STUDY

DO

From : Associates in Process improvement

III. Pembiayaan kesehatan dan profesionalitas Dokter


Optimalisasi Kapitasi untuk Peningkatan Efisiensi dan Mutu Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Swasta

Latar belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mereformasi pembiayaan kesehatan di
Indonesia sejak 1 Januari 2014. Pembiayaan kesehatan yang didominasi oleh out of pocket
menjadi asuransi kesehatan sosial. Rakyat berhadapan langsung dengan fasilitas kesehatan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 101 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

(faskes) berubah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)


mewakili rakyat/peserta untuk bernegosiasi dengan faskes. Pembayaran faskes dengan fee
for service berganti dengan pembayaran di muka dan salah satunya adalah pembayaran
kapitasi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Secara konsep, pembayaran kapitasi memindahkan risiko finansial dari peserta dan
atau BPJS Kesehatan kepada FKTP. BPJS Kesehatan membayar FKTP secara borongan
tanpa melihat jumlah pemanfaatan yang dilakukan oleh peserta. Setiap FKTP akan
berbeda menyikapi risiko akibat bayar borongan/kapitasi. FKTP yang berespon positif
akan memberikan pelayanan yang adekuat seperti menegakkan diagnosa dengan tepat,
pengobatan yang tepat, dan melakukan program pencegahan agar peserta tidak banyak
yang sakit atau tidak makin parah. Namun, dapat juga FKTP bersikap negatif dengan
kebalikan dari di atas, tidak ramah agar peserta tidak sering memanfaatkan layanan, dan
mudah merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).
Pembayaran kapitasi kepada FKTP menganut model Managed Care. Salah satu cirinya
adalah FKTP berfungsi sebagai gate keeper atau fasilitas pertama kali kontak dengan peserta
yang mengalami gangguan kesehatan1. FKTP seharusnya mampu mengatasi 80 persen
kebutuhan kesehatan individu2. Oleh karena itu, FKTP sangat berperan mengendalikan
pelayanan rujukan ke FKRTL berdasarkan kebutuhan indikasi medis (promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif). Oleh karena itu, pembayaran Kapitasi merupakan wujud kendali
biaya dan mutu sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.82 tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan.
Sayang, FKTP belum memberikan kontribusi dalam efisiensi dan mutu JKN karena
ketidakadilan dan ketidakcukupan tarif kapitasi. Alasan utamanya adalah BPJS Kesehatan
mengalami defisit Dana Jaminan Sosial (DJS) selama 6 tahun, sehingga tarif kapitasi tidak
naik sejak 1 Januari 2014. Untuk itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
berupaya memberikan masukan kepada Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) untuk penyusunan tarif Kapitasi yang berkeadilan dan berkecukupan. Upaya ini
sesuai juga dengan penjelasan Pasal 11 ayat (d) Undang-Undang BPJS adalah: “Pemerintah
menetapkan standar tarif setelah mendapatkan masukan dari BPJS bersama dengan
asosiasi fasilitas kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah”.
Risiko Finansial Pembayaran Kapitasi
Risiko finansial kapitasi akan mempengaruhi sikap FKTP dalam rujukan, mengurangi
pelayanan, dan lainnya. Perilaku FKTP seperti ini akan mengalami rawat inap yang tinggi
di FKRTL atau rumah sakit (RS). Oleh karena itu, BPJS Kesehatan menerbitkan Peraturan
BPJS Kesehatan Nomor 2 tahun 2015 yang mengatur Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK)
dan kemudian diubah menjadi Kapitasi Berbasis Kinerja berdasarkan Peraturan BPJS
Kesehatan Nomor 7 tahun 2019. Ada perubahan indikator KBK yaitu meliputi Angka
Kontak, Rasio Rujukan Non Spesialistik, dan Rasio Peserta Prolanis yang terkendali dengan
perubahan target pencapaian dan besaran prosentase konsekuensi bila gagal mencapai
target. Namun, KBK masih menghadapi tantangan dalam implementasi sehingga dampak
dari KBK terhadap efisiensi belum optimal walaupun berdampak positif terhadap kinerja
FKTP3. Untuk meminimalkan efek risiko finansial terhadap FKTP, pengambil kebijakan
1 https://www.who.int/docs/default-source/primary-health-care-conference/phc---economic-case.pdf?sfvrsn=8d0105b8_2
2 https://www.path.org/articles/what-is-primary-health-care/
3 Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2019): Efektifitas KBK; BPJS
Kesehatan, Jakarta.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 102 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dapat merpertimbangkan hal-hal sebagai berikut:


1. Dampak negatif Individual capitation
Belum ada regulasi kapitasi yang mengatur adjusted capitation pada FKTP yang
mengalami risiko finansial akibat individual capitation. Kebijakan kapitasi hanya
diterapkan pada FKTP atau primary care capitation, hanya untuk rawat jalan saja
(partial capitation), dan BPJS Kesehatan mengontrak satu per satu FKTP (individual
capitation). Tingginya Risiko individual capitation disebabkan oleh distribusi risiko
(usia, jenis kelamin, dan status kesehatan) tidak mudah diprediksi dibandingkan group
capitation4 atau global capitation5. Sedangkan group capitation dapat memenuhi
bilangan hukum besar karena dapat memenuhi jumlah peserta yang stabil sekitar
10.000 peserta. Seharusnya Kemenkes mewajibkan BPJS Kesehatan memonitor dan
membayar tambahan kepada FKTP yang tinggi jumlah peserta berisiko tinggi dan
jumlah kunjungannya dibanding rata-rata FKTP.
Risiko individual capitation semakin tinggi pada FKTP yang menerima peserta di
bawah 1.500 peserta. Namun, implementasi kebijakan redistribusi peserta minimal
2.500 peserta per FKTP masih terkendala. Peserta masih dominan di Puskesmas
dengan pelayanan yang terbatas terutama jam buka pelayanan. Pada sisi lain,
puskesmas menjadi keteteran dalam pelayanan upaya kesehatan masyarakat. Karena
itu, Menteri Kesehatan mencetus ide agar puskesmas mengurangi pelayanan kuratif
dan rehabilitatif6 dan dikembalikan sebagai fasilitas promotif dan preventif kesehatan
masyarakat sehingga puskesmas lebih fokus pada edukasi kesehatan, pencegahan, dan
perubahan perilaku masyarakat ke arah yang menguntungkan kesehatan.

2. Kemampuan profesional FKTP


Pembayaran kapitasi menuntut FKTP harus lebih profesional agar tidak
menggantungkan diri pada hukum probablitas saja. Profesionalisme ini sangat
tergantung dari pada kemampuan dokter dan standar sarana dan prasarana FKTP.
FKTP harus mampu menegakkan diagnosis dengan tepat, pengobatan yang tepat, dan
kemampuan promotif dan preventif untuk pencegahan komplikasi peserta penyakit
kronis. Namun, FKTP masih lemah dalam melakukan promotif dan preventif baik
karena kemampuan maupun kekurangan biaya. Padahal peran ini mampu menekan
angka kunjungan ke FKTP sekaligus menurunkan pemanfaatan pelayanan ke RS. Untuk
itu, penghitungan tarif kapitasi harus memasukkan variabel dan biaya satuan promotif-
preventif. Kemenkes sebaiknya mengatur bentuk kegiatan promotif dan preventif.
Dengan demikian, asosiasi faskes dan BPJS Kesehatan akan mudah memonitor kegiatan
promotif dan preventif pada fase proses.
Profesionalisme FKTP sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana.
Ketersediaan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan FKTP dalam investasi. Apabila
tarif kapitasi dan jumlah peserta yang rendah, FKTP tidak mampu menginvestasikan
sarana dan prasarana untuk peningkatan pelayanannya. Tarif kapitasi sekarang hanya
mampu melengkapi biaya operasional saja. Ketika tarif kapitasi yang adekuat, BPJS
Kesehatan dapat menerapkan kredensialiang yang dapat mengukur kemampuan
FKTP melayani 144 diagnosis. Misal, FKTP A mampu 144 diagnosis akan dibayar 100%
4 Thabrany H, Rasional Pembayaran Kapitasi, Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, 2000
5 Barenson RA et al; Global Capitation to an Organization, Urban Institute and Catalist for Payment Reform, 2016.
6 https://nasional.republika.co.id/berita/q02yks366/menkes-akan-kembalikan-puskesmas-ke-fitrahnya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 103 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dan FKTP B yang mampu 128 dagnosis akan dibayar 90% dari tarif kapitasi. Namun,
penentuan proporsi ini membutuhkan masukan dari Organisasi Profesi tentang jenis
penyakit yang tidak mampu dilayani di FKTP agar pembobotan pembayaran pun lebih
adil.
Kemenkes perlu membedakan kemampuan dokter umum dalam menguasai 144
diagnosis selama pendidikan kedokteran dengan standar yang dilayani di FKTP.
Dalam pendidikan, dokter umum harus mampu menguasai 144 diagnosis karena
dokter umum dapat bekerja di RS. Dalam perolehan kemampuan ini, dokter umum
menggunakan sarana dan prasarana RS. Untuk itu, Kemenkes bersama organisasi
profesi menyepakati kembali diagnosis yang menjadi standar pelayanan di FKTP. PB IDI
sudah menyampaikan hanya 128 diagnosis penyakit yang bisa tuntas di FKTP, namun
itu pun bukan berarti semua masuk dalam tarif kapitasi karena untuk tindakan dan
penunjang medis diusulkan masuk dalam pembiayaan non kapitasi seperti ANC (ante
natal care, jasa suntik KB, persalinan dan lainnya).

3. Tarif keekonomian kapitasi


Tarif yang tidak memadai atau memenuhi kebutuhan dan kelayakan sebuah usaha
akan memperberat risiko finansial FKTP. Sejak 1 Januari 2014, tarif kapitasi JKN terdiri
dari tarif kapitasi FKTP puskesmas Rp.3.000 – Rp.6.000 per peserta per bulan (PPPB)
dan FKTP swasta Rp.8.000 – Rp.10.000 PPPB. Seharusnya Kemenkes menyesuaikan
tarif kapitasi setiap dua tahun minimal sebesar inflasi. Faktanya, tarif kapitasi tidak
berubah sejak 6 tahun lalu. Apabila rata-rata inflasi sebesar 4%7 pertahun atau 24%
selama 6 tahun, maka minimum perubahan tarif kapitasi dari Rp3.795 PPPB sampai
Rp12.653 PPPB pada 2020. Padahal, perhitungan tarif kapitasi pada tahun 2014 belum
menggambarkan tarif keekonomian kapitasi di FKTP swasta.

Ketidakadilan Kapitasi

1. Indek kemahalan suatu daerah


Besaran tarif kapitasi saat ini hanya menggunakan indikator ketersediaan dokter
tanpa mempertimbangkan tingkat kemahalan suatu daerah. FKTP yang memiliki
dokter yang sama di Jakarta dengan di Klaten akan mendapatkan tarif kapitasi yang
sama. Padahal, dua daerah tersebut berbeda harga sewa bangunan dan bahan pokok.
Oleh karena itu, tarif yang tidak mempertimbangkan keadilan tingkat kemahalan suatu
daerah (pedesaan, terpencil, dan lainnya) akan menyebabkan mutu pelayanan yang
berbeda sekaligus menambah risiko finansial FKTP.

2. Kelengkapan dan kemewahan sarana dan prasarana


Tarif kapitasi tidak memperhitungkan biaya investasi kenyamanan (air conditioner,
mebelair) FKTP, penataan interior, bahan lantai standar faskes (coating, vinyl), dan
lainnya. Tarif kapitasi seharusnya memperhitungkan hal-hal ini agar FKTP berkompetisi
dalam menambah kenyamanan bagi peserta. Keuntungan lain, peserta tidak
menganggap JKN sebagai program inferior yang dapat menaikkan kepercayaan peserta
kepada JKN. Akhirnya peserta tetap mengiur dan JKN terjamin kesinambungannya.
7 https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/29/901/inflasi-indonesia-menurut-kelompok-komoditi-2006-2019.html diolah rata-rata
inflasi umum sejak 2014 sampai 2019.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 104 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

3. Jumlah peserta per FKTP


Berdasarkan ketentuan WHO, jumlah optimal peserta terdaftar pada satu FKTP
sebesar 2.500 jiwa. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah peserta puskesmas sebesar
6 kali peserta pada dokter Praktik perorangan dan 4 kali peserta pada klinik pratama.
Jumlah peserta yang tidak optimal maka FKTP tersebut tidak menerima pembayaran
kapitasi yang dapat meningkatkan mutu dan menunjang palayanan promotif dan
preventif.
Tabel 1. Sebaran peserta pada FKTP pada Februari 2017
No Jenis FKTP Jumlah peserta (jt) Jumlah FKTP Rerata peserta Per FKTP
1 Dokter Praktik Perorangan 9,7 4.883 1.989
2 Klinik Pratama 17,98 5.834 3.083
3 Puskesmas 129,5 9.842 13.156
Sumber: diolah dari www.sismonev.djsn.go.id Februari 20178

1. Penerimaan FKTP Pemerintah dan swasta


Data dari Dashboard SISMONEV DJSN menunjukkan bahwa pembayaran kapitasi
kepada FKTP swasta tidak adekuat. Tabel 2 menampilkan perhitungan kasar
ketidakcukupan dan ketidakadilan tarif kapitasi pada FKTP. Pada Februari 2017, BPJS
Kesehatan membayar seluruh dokter Praktik perorangan, klinik, dan puskesmas
berturut-turut Rp. 77.9 miliar, Rp. 207 miliar, dan Rp. 727 miliar. Apabila kita bagikan
pembayaran tersebut dengan jumlah masing-masing jenis FKTP, maka pendapatan
rata-rata dokter Praktik perorangan Rp.15,9 juta, klinik Rp. 35,6 juta, dan puskesmas
Rp. 73,8 juta. Angka kunjungan tiap jenis FKTP berbeda yang dihitung dengan permil
yaitu tiap 1.000 peserta akan mengunjungi dokter Praktik perorangan, klinik, dan
puskesmas berturut-turut 134%, 171%,dan 59%. Selanjutnya dikalikan dengan rata-rata
jumlah peserta per FKTP maka diperoleh kunjungan 267 orang/bulan di dokter Praktik
perorangan, 527 orang/bulan di klinik, dan 776 orang/bulan di puskesmas.
Tabel 2. Perhitungan Kecukupan dan Ketidakadilan Kapitasi menurut jenis
FKTP pada Februari 2017
Rerata (Rp Juta) Pengeluaran Sisa
Pembayaran Rate Kunjungan
No Jenis FKTP pendapatan / pelayanan penghasilan
(Rp miliar) per 1.000 peserta
FKTP/bulan kesehatan (Rp) (Rp juta)
1 Dokter Praktik Perorangan 77,9 15,9 134%(267/bulan) 6,68 9,2
2 Klinik 207,9 35,6 171% (527/bulan) 13,18 22,4
3 Puskesmas 727,1 73,8 59% (776/bulan) 73,8 73,8
Sumber: diolah dari www.sismonev.djsn.go.id bulan Desember 2017 dan Laporan BPJS Kesehatan Semester 2,
2019

Apabila rata-rata biaya per pasien untuk obat dan bahan habis pakai serta laboratorium
sederhana sebesar 25 ribu rupiah, maka biaya obat dan bahan habis pakai pada Praktik
perorangan, klinik dan puskesmas berturut-turut Rp. 6,7 juta, Rp. 13,2 juta, dan Rp.
19,4 juta. Kemudian dikurangi rerata pendapatan FKTP dengan biaya yang dikeluarkan
untuk pelayanan. Sisa hasil usaha sebesar Rp. 9,2 juta pada Praktik perorangan dan
Rp.22,4 juta pada klinik. Sementara puskesmas umumnya tidak membeli obat dan
bahan habis pakai sehingga semua pendapatannya utuh sesuai dengan yang diterima
8 BPJS tidak melaporkan lagi distribusi peserta menurut FKTP sejak Februari 2017

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 105 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dari BPJS Kesehatan. Namun, bagi FKTP dokter Praktik perorangan dan klinik,
penghasilan tersebut harus dikeluarkan untuk gaji pegawai/dokter, biaya operasional,
pengembalian investasi (pokok dan bunga bank), pajak, iuran jaminan sosial, dan
keuntungan. Sedangkan puskesmas sesungguhnya tidak mengeluarkan lagi semua itu.
Penghitungan tarif Kapitasi yang berkeadilan

Sejak tahun 2014 nilai kapitasi yang dirasa masih dibawah nilai keekonomian belum pernah
berubah padahal inflasi terjadi setiap tahun dimana harga-harga termasuk obat, alkes dan
gaji karyawan mengalami kenaikan. Redistribusi peserta di FKTP belum merata antara
lain terkendala kebijakan daerah dimana peserta PBI APBD hanya dialokasikan untuk
puskesmas sehingga FKTP mengalami risiko individual capitation.
Penghitungan kapitasi harus menyediakan ruang kesepakatan antara BPJS Kesehatan
dan asosiasi faskes sesuai amanah Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosia Nasional (UUSJSN): “Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan
untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut” (UU SJSN Pasal 24
Ayat (1). Faktanya, tidak ada kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi faskes di
wilayah karena Peraturan Menteri Kesehatan sudah menetapkan tarif dengan kriteria ada
tidaknya/ jumlah dokter saja. Seharusnya, tarif kapitasi yang disusun dapat menjalankan
amanah ini.
PB IDI menyusun tarif kapitasi berikut ini dengan menyediakan ruang negosiasi agar ada
kesepakatan sesuai dengan kondisi daerah dengan mempertimbangkan daerah terpencil,
geografis, jumlah penduduk yang kurang.
PB IDI menggunakan pendekatan akuntansi tradisional dalam menghitung tarif kapitasi
dokter Praktik perorangan dengan menggabungkan penghitungan biaya langsung dan
tidak langsung berdasarkan pengalaman para dokter Praktik. Untuk menghitung biaya
tidak langsung, PB IDI mempertimbangkan beberapa biaya berikut ini:
1. Kecukupan insentif untuk dokter akan menentukan kualitas pelayanan FKTP karena
dokter sebagai titik sentral dalam pelayanan kesehatan.
Standar tarif kapitasi sepantasnya memperhitungkan penghasilan yang layak bagi
dokter agar dapat melayani lebih deep medicine. Umumnya kriteria menilai penghasilan
dengan menggunakan indikator relative value unit9 (risiko, tekanan pekerjaan, kesulitan
tehnis, dan waktu kerja) dan umum (Pendidikan, kompetensi/pelatihan, masa kerja,
kinerja, dan lainnya). Beberapa formula penghasilan dokter di negara-negara lain:
a. Gaji rata-rata suatu negara, penghasilan dokter umum di negara-negara Organization
for Economic Co-operation and Development (OECD) di atas gaji rata-rata masing-
masing negara mulai 1,5 kali di Hungaria sampai 4,6 kali di Luxembourg10. Oleh
karena itu, pada 2018, PB IDI merekomendasikan dasar gaji dokter umum sebesar
3 – 5 kali upah minimum kabupaten.
b. Gaji terhadap Growth Domestic Product (GDP), Apabila standar gaji dokter umum
merujuk kepada GDP setahun maka rata-rata gaji dokter umum di OECD adalah 2,8
kali GDP (range 1,6 GDP di Hungaria – 3,9 GDP di Inggris)11. PB IDI mengeluarkan
9 https://www.nhpf.org/library/the-basics/Basics_RVUs_01-12-15.pdf
10 https://www.oecd-ilibrary.org/docserver/health_glance-2017-55-en.
pdf?expires=1594021378&id=id&accname=guest&checksum=A03A104D00AEA2B7BF8475DB217BB
11 https://journal.practicelink.com/vital-stats/physician-compensation-worldwide/

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 106 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

acuan dasar gaji dokter pelayanan primer (FKTP) sebesar Rp12.500.000 –


Rp15.000.00012 pada 2013. Apabila rata-rata inflasi selama 7 tahun sebesar 4 persen
per tahun, maka gaji dokter pada 2020 berkisar Rp15.000.000 - Rp20.000.000.
Besaran jasa dokter dan tenaga lainnya belum diketahui pada tarif kapitasi
sekarang. Upah minimum Kabupaten sebagaimana rekomendasi PB IDI dipakai untuk
menegosiasikan penghitungan pada batas bawah gaji dokter yang bekerja pada FKTP.
Apabila kabupaten tidak mempublikasikan upah minimumnya, maka gunakan upah
minimum provinsi.
2. Setiap daerah, bahkan dalam satu kabupaten saja mendapat variasi nilai ekonomi
yang berbeda-beda tetapi tarif kapitasi sekarang belum mengakomodasikan
perbedaan ini.
Tiap daerah memiliki nilai harga yang berbeda dengan daerah lain, sekalipun itu dalam
satu kabupaten. Oleh karena itu, nilai kemahalan yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Harga bahan pokok akan berbeda dengan daerah yang menghasilkan barang
pokok tersebut dan kelancaran pasokan (transportasi) suatu komoditas.
b. Nilai sewa atau nilai harga tanah di ibukota kabupaten, ibu kota provinsi, bahkan
ibukota negara akan berbeda dengan nilai sewa di kecamatan yang relatif jauh dari
ibukota kabupaten.
c. Kesulitan geografis dari FKTP juga berbeda seperti daerah yang sulit dijangkau
(jalur tranportasi, moda tranportasi), ketersediaan bahan bakar, ketersediaan
sarana pendidikan, ketersediaan apotek, harga jual obat di daerah, dan lainnya.

3. Kemampuan, Kelengkapan FKTP, dan amenity (kenyamanan) tambahan lain.


Sebagaimana disampaikan di atas, kemampuan FKTP dalam mendiagnosis
penyakit sangat tergantung dari kelengkapan sarana dan prasarana, yang tentunya
membutuhkan biaya investasi. Kemampuan ini perlu dibedakan antara FKTP Dokter
Praktik Perorangan, Klinik Pratama dan Puskesmas. Dokter Praktik Perorangan yang
sarananya relatif lebih rendah dari klinik maka tarifnya berbeda dengan tarif klinik.
Sehingga beberapa diagnosis dapat dilakukan dengan rujukan horizontal.
Selain faktor kemampuan dan kelengkapan alat medis, faktor amenity atau luxury
perlu dipertimbangkan yang meliputi kerapian, kebersihan, tata ruang, kenyamanan
termasuk penyejuk ruangan, dan ketersediaan media-media tambahan lainnya. Ini
memang subyektif tetapi BPJS Kesehatan dan asosiasi faskes dapat menilai perbedaan
ini.
4. FKTP mengalami penambahan biaya untuk pencegahan infeksi terutama dalam
pandemic COVID.
Sejak pandemic COVID-19, seluruh faskes harus menerapkan pencegahan infeksi
yang makin intensif dan ketat dari sebelumnya termasuk penyediaan alkohol untuk
pengunjung, tempat cuci tangan, alat pelindung diri (masker,sarung tangan dan
lainnya), desinfektan, ventilasi, dan lainnya. Semua itu menambah biaya di FKTP.
5. FKTP mengeluarkan biaya-biaya persyaratan perijinan dan biaya pemenuhan regulasi
baik UU, peraturan daerah, maupun peraturan Menteri Kesehatan.

12 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Acuan (Tarif) Jasa Medik Dokter, Jakarta, 2013.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 107 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Biaya perijinan dan biaya memenuhi tuntutan regulasi terhadap standar suatu FKTP
seperti pengolahan limbah, biaya akreditasi, biaya jaminan sosial, pajak badan,
keuntungan, dan lainnya.
6. Biaya penyusutan suatu investasi.
Biaya penyusutan berbagai sarana dan prasarana seperti mubeler, alat kesehatan,
kadaluarsa obat tertentu (obat penting tapi jarang dipakai), dan lainnya perlu
diperhitungkan dalam tarif kapitasi. Sehingga FKTP memiliki kemampuan untuk
penggantian dan investasi yang baru.
7. Biaya sosial
Masyarakat sekitar FKTP akan meminta dukungan dana dari FKTP untuk mendukung
kegiatan sosial masyarakat pada hari-hari keagamaan, hari besar nasional, bencana,
dan lainnya. Biaya-biaya ini perlu diperhitungkan dalam tarif kapitasi.
Tabel 3. Hasil Penghitungan Kapitasi yang berkeadilan
Jumlah
Angka Tingkat
  Jenis Biaya peserta/ ∑utilisasi Unit cost Jumlah Biaya
Utilisasi Kemahalan
volume
I Pelayanan            
  Obat dan BMHP 20% 2.500 500 72.100 1 36.050.000
  Laboratorium sederhana 3% 2500 75 50.000 1 3.750.000
  Pencegahan Infeksi 20% 2.500 500 5.000 1 2.500.000
  Promotif dan Preventif 4% 2500 100 5.000 1 500.000
II SDM            
  Dokter   1   17.500.000 1 17.500.000
  Perawat   1   7.000.000 1 7.000.000
  Analis        
  Admin/IT   1   3.500.000 1 3.500.000
  Cleaning/security   1   2.500.000 1 2.500.000
III Sarana & Prasarana            
  Sewa Gedung       2.500.000 1 2.500.000
  Mubeler       400.000 1 400.000
  Elektronik       200.000 1 200.000
  Hardware computer       100.000 1 100.000
  Peralatan medis       400.000 1 400.000
  Pemeliharaan       500.000 1 500.000
  Elektromedik       100.000 1 100.000
  Akreditasi            
  Perijinan            
  Pengolahan limbah         1 -
IV Biaya Rutin lain            
  Listrik       800.000   800.000
  Telpon       250.000   250.000
  Internet       400.000   400.000
  PDAM       200.000   200.000
  ATK       150.000   150.000
  Sosial/lingkungan       250.000   250.000
  Pajak badan           -
  Iuran Jamsos           3.629.500
  Jumlah biaya 83.179.500
  Tarif kapitas per peserta pada 2500 peserta           33.271,80

Berdasarkan pertimbangan di atas, tabel 3 menunjukkan format tarif yang diusulkan oleh

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 108 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

PB IDI berdasarkan penghitungan pendekatan akutansi tradisional pada 15 Dokter Praktik


Perorangan di Jakarta dan Klaten. Nilai bobot pada kolom 7 (tingkat kemahalan) merupakan
ruang negosiasi BPJS Kesehatan dan perwakilan asosiasi faskes untuk mendapatkan
kesepakatan tarif sesuai dengan kondisi lokal. Nilai bobot dalam kolom 7 perlu ditentukan
oleh Kementerian Kesehatan bersama asosiasi Faskes tingkat nasional.
Dalam penghitungan ini, PB IDI menggunakan biaya pada dokter Praktik perorangan. Klinik
dapat menyesuaikan nilai dalam template yang telah dikosongkan dan volume seperti
jumlah dokter, utilisasi, dan sebagainya.

Rekomendasi
1. Pemerintah dapat menaikkan standar tarif FKTP dengan menggeser proporsi dana
manfaat JKN antara kapitasi dan dana FKRTL. Proporsi yang ideal menurut pakar
adalah 25-35%13. Kenyataanya, proporsi kapitasi dan dana FKRTL makin menurun dari
19,36% (Rp12,76 triliun) pada 2017 menjadi 15% (Rp16,05 triliun dari Rp108,45 triliun)
pada 201914. Apabila Pemerintah bersedia menaikkan proporsi kapitasi 24 persen saja
dari asumsi pendapatan JKN sebesar Rp125 triliun, maka total kapitasi mencapai Rp30
triliun. Kenaikan tarif kapitasi 100% ini akan berdampak pada mutu layanan sehingga
FKTP mampu menekan biaya pada RS terhadap komplikasi diabetes, hipertensi,
penyakit infeksi15, dan tindakan section caesaria. Untuk itu, pembayaran pun turut
dioptimalkan seperti pembayaran berdasarkan kinerja (pay for performance), withhold,
adjusted capitation, indek kemahalan daerah, dan lainnya.
2. Kemenkes dan BPJS Kesehatan dapat melakukan uji coba penerapan kapitasi kelompok
sebagai salah satu upaya pembayaran kapitasi yang lebih efektif, efisiensi dan bermutu.
3. Kemenkes melanjutkan pembayaran dan peningkatan tarif nonkapitasi kepada FKTP
sebagai blended payment dalam menyikapi kapasitas FKTP, fleksibilitas peserta (kasus
persalinan misalnya), kasus yang relatif rendah, obat penyakit kronis, dan tindakan/
pemeriksaan biaya mahal. Peningkatan tarif nonkapitasi seperti tarif persalinan di FKTP
diduga kuat dapat menurunkan kasus operasi Caesaria di RS.
4. Kemenkes segera meregulasi pelayanan telekonsultasi dan telemedicine agar dapat
diakui oleh BPJS Kesehatan sebagai bentuk pelayanan kesehatan juga sekaligus
mengurangi tenaga kesehatan terpapar COVID-19.
5. Kemenkes dan BPJS Kesehatan mengatasi segera hambatan redistribusi peserta seperti
intensifkan sosialisai hak pindah FKTP dan kemudahan administrasi pepindahan agar
FKTP memiliki jumlah peserta yang adekuat sehingga dapat meningkatkan mutu dan
efisiensi.
6. Kemenkes mengatur Puskesmas di daerah perkotaan atau daerah yang memiliki dokter
Praktik swasta agar tidak memberikan pelayanan JKN dan perkuat koordinasi pelayanan
JKN dan program seperti TB, Malaria, Kesehatan Ibu dan Anak, dan sebagainya.
7. Kemenkes bersama organisasi profesi perlu menyepakati kembali jumlah diagnosis
yang menjadi standar pelayanan di FKTP.
8. Kredensialing BPJS Kesehatan turut mempertimbangkan kemampuan diagnosis dan
indeks kemahalan sebagai nilai normatif kapitasi pada FKTP.
9. Keterlibatan IDI dalam advokasi berbagai regulasi JKN perlu secara proaktif dikawal
tindak lanjutnya seperti penyusunan PMK Manlak JKN agar redistribusi peserta segera
13 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3926992/
14 Laporan Pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Tahun 2019, BPJS Kesehatan, Jakarta, 2020.
15 https://www.who.int/docs/default-source/primary-health-care-conference/phc---economic-case.pdf?sfvrsn=8d0105b8_2

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 109 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dilaksanakan, PMK 52 tentang tarif JKN agar ada perbaikan tarif kapitasi dan INA CBG’s
serta penguatan DPP sebagai provider BPJSK
10. Perlu diupayakan implementasi rujukan berbasis kompetensi, penetapan Kebutuhan
Dasar Kesehatan (KDK), kelas standar peserta JKN, single tariff di semua tipe RS,
penguatan value based healthcare dan reklasifikasi coding dalam grouping dan proses
pembentukan tarif INA CBG’s

IV. Farmakoterapi dan Alat Kesehatan

REFORMASI SUBSISTEM FARMAKOTERAPI DAN PERBEKALAN KESEHATAN


DALAM MENJAMIN KETERSEDIAAN, AKSES DAN KETERJANGKAUAN

PENDAHULUAN
• Pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu didukung tatakelola klinis yang baik,
tersedianya sarana prasarana yang cukup termasuk tersedianya perbekalan kesehatan
terutama obat-obatan & perbekalan kesehatan di Fasilitas Pelayanan kesehatan
(Fasyankes)’
• Ketersediaan obat & perbekalan kesehatan sangat penting. Kekurangan atau
kelangkaannya, mengganggu proses pelayanan kesehatan dan berdampak merugikan
masyarakat bahkan dapat berakibat fatal.

OBAT & PERBEKALAN KESEHATAN


UU 36 th 2009 ps 1(3) perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Obat, dan perbekalan kesehatan, menurut UU No 36 th 2009 ttg Kesehatan pasal
98(1) diselenggarakan guna menjamin keamanan, manfaat, dan mutu produk tersebut.
Disamping itu sesuai  Pasal 36(1), Pemerintah harus menjamin ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Semua ini dilakukan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pasal
37 (1) Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat akan
perbekalan kesehatan terpenuhi.
KETERSEDIAAN
Obat Essential yg berkualitas untuk pelayanan kesehatan harus tersedia sepanjang waktu,
dalam jumlah yang adekuat/cukup, dalam dosis yang tepat, dengan harga yang terjangkau
oleh pasien dan masyarakat. Menurut UU No 36 th 2009 tentang Kesehatan pasal 40(1),
pemerintah harus menyusun daftar Obat esensial Nasional (DOEN) yaitu daftar jenis obat
yang secara esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat.
Obat esensial adalah obat terpilih yg paling dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan,
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yg harus tersedia di pelayanan
kesehatan sesuai dg fungsi dan tingkatnya. Obat esensial harus tersedia dalam jenis,
bentuk, dan dosis yang tepat dan dalam jumlah yg cukup. Penyediaan dan pelayanan obat
berpedoman pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), untuk memenuhi kebutuhan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 110 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

pelayanan kesehatan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya obat bagi
masyarakat di daerah terpencil, daerah tertinggal dan perbatasan, daerah bencana, serta
daerah rawan konflik.Pemerintah juga menjamin ketersediaan obat yang tidak mempunyai
nilai ekonomis (orphan drug).
Proses seleksi obat esensial harus transparan dan metode seleksi harus mengandalkan
Evidence Based Medicine (EBM) yaitu pemanfaatan bukti ilmiah terkini. Obat tersebut
harus memiliki rasio manfaat- risiko (benefit –risk ratio) yg paling menguntungkan pasien.
Kriteria seleksi ini merupakan syarat paling penting dalam memilih obat esensial disamping
berbagai kriteria lainnya. Karena persyaratan dan proses evaluasi yg harus dilakukan, maka
penyusunan Daftar Obat Esensial tersebut harus disusun oleh orang yang kompeten yaitu
para “user” di bidang ilmu masing-masing. Mereka yang paling tau obat apa yg paling
dibutuhkan untuk penyakit/gangguan yang mereka kelola. Obat apa yg paling dibutuhkan
untuk terapi pasien dengan sindrom nefrotik pada anak misalnya. Jawabnya tentu dokter
yang paling kompeten yaitu dokter anak, lebih tepatnya dokter anak subspesialis nefrologi.
Sesuai dengan bidang ilmu yang digelutinya mereka secara berkesinambungan melakukan
evaluasi terhadap EBM di bidang ilmunya, dan punya pengalaman penggunaannya dari
praktik klinik yang mereka lakukan sehari-hari.
Di Indonesia proses ini tidak dilakukan dengan semestinya dan secara birokrasi dilakukan
oleh unit utama yang tidak tepat. Proses ini seharusnya dilakukan di Direktorat Jenderal
(DJ) Pelayanan Kesehatan dan bukan di DJ Farmalkes. Meski sama berurusan dengan obat,
tetapi dokter adalah “user” yaitu orang yang punya kompetensi untuk penggunaan obat
pada manusia, sedang farmasis/apoteker adalah orang yg punya kompetensi mengelola
produk obat dalam pengertian melakukan produksi, distribusi dan pelayanan/dispensing
produk obat seperti tercantum dalam PP 51 ps 2(1).
Dalam menilai rasio manfaat-risiko dilakukan studi komparatif dari berbagai hasil uji klinik,
meta analisis serta review sistematik dan bagi para user manfaat/efikasi adalah faktor
yang paling utama. Seleksi obat esensial adalah masalah yg sarat dengan kajian ilmiah
kedokteran sehingga dalam menentukan kebijakan terkait dengan penyusunan jenis obat
seharusnya juga melibatkan organisasi profesi dokter dan perhimpunan.
Selama ini masalah ketersediaan obat esensial dalam pelayanan kesehatan baik jenis
maupun jumlahnya tidak memadai. Sering ditemui kekosongan obat esensial bahkan obat
untuk penyelamat hidup yg dapat berakibat fatal. Masalah vaksin palsu yang lalu termasuk
masalah kekosongan ketersediaan vaksin. Sejumlah vaksin memang harus disuntikkan
berulang dg jedah waktu tertentu, untuk mencapai kadar antibodi yg diharapkan. Bila
saat penyuntikkan ulang kemudian ada kekosongan, maka menimbulkan masalah karena
dokter akan mencari produk tersebut untuk memenuhi jadwal yg sudah ditetapkan. Dan
masalah kekosongan ketersediaan vaksin tersebut terbukti telah memakan banyak korban
baik moril maupun materiel, termasuk tindakan pencegahan penyakit yg diharapkan tidak
tercapai. Pemerintah mencanangkan program nasional imunisasi untuk mencapai target
SDGS, artinya pemerintah harus menjamin ketersediaan jenis dan jumlah vaksin yang
dibutuhkan. Kenyataan dilapangan sering terjadi kekosongan vaksin dasar.
Kekosongan ketersediaan obat di lapangan masih terjadi, baik di pelayanan primer dan di
tingkat rujukan. Jumlah dan jenis obat yang tersedia didalam formularium nasional (fornas)
belum sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan karena seharusnya fornas disusun oleh user
sebagai tenaga yg kompeten yang paling tau obat apa yg dibutuhkan untuk penyakit/

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 111 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

gangguan yg ditanganinya.
Fornas masih kurang memadai dikarenakan masih banyak obat-obatan yang dibutuhkan
pasien tidak ada dalam e katalog, sehingga terjadi hambatan pelayanan. Obat yang
dibutuhkan di FKTP tidak lengkap untuk menangani 144 kasus yang harus dituntaskan
di FKTP. Jumlahnyapun jauh dari kecukupan. Ujung tombak pelayanan adalah FKTP yang
diberikan amanah untuk menuntaskan pengobatan 144 kasus dan menerapkan prosedur
rujukan berjenjang. Program rujuk balik (PRB) tidak berjalan maksimal karena sering
terjadinya kekosongan obat di FKTP dan apotek jejaring. Terbatasnya jumlah apotek jejaring
yang menyediakan obat-obatan fornas juga menghambat akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Ketersediaan jenis dan jumlah obat terbatas, obat kebanyakan hanya diberikan untuk terapi 3
hari sedang obat PRB paling banyak diberikan untuk 7 hari. Tentunya ketersediaan obat yang
tidak memadai ini akan berdampak memelihara penyakit ketimbang menanggulanginya.
Obat dan alkes serta sarana pendukung yg belum memadai menghasilkan pelayanan
yg tidak optimal bahkan substandar, dan menimbulkan peningkatan rujukan ke FKRTL.
Sebetulnya sangat ironis dengan harapan pemerintah bahwa tenaga medis Indonesia
harus bisa sejajar dengan koleganya di negara luar setidaknya di negara jiran. Dengan
sarana dan prasarana yang serba tidak memadai, melakukan pelayanan sesuai standar pun
kita keteteran. Kompetensi dokter Indonesia tidak kalah dengan koleganya diluar, namun
dengan sarana prasarana yang serba kedodoran, harapan tersebut menjadi angan-angan.
Contoh obat esensial yang tidak tersedia seperti furosemid, akan berdampak fatal terhadap
pasien jantung. Obat program pemerintah seperti untuk TB paru pelaksanaan masih
kekurangan obat, tidak heran peringkat kita naik menjadi no 2 di dunia. Obat TB seperti INH
dan rifampisin pernah terjadi kekosongan sekitar 6 bulan. Program prolanis tidak berjalan
dengan baik, karena ketersediaan obat terbatas bahkan terjadi kekosongan. Lebih bahaya
adalah obat obatan yang dibutuhkan untuk kasus kegawat daruratan medis dan perawatan
intensif, yang dampaknya dapat diprediksikan akan fatal. Ketersediaan obat HIV sepertinya
selalu bermasalah, apalagi bentuk sediaan untuk anak yang belum pernah diperhatikan.

OBAT ESENSIAL GENERIK


Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas merupakan obat esensial generik. Di
rumah sakit pemerintah kurang dari 76%, di rumah sakit swasta 49%, dan di apotek kurang
dari 47%. Konsep obat esensial generik belum sepenuhnya diterapkan. Sarana kefarmasian
enggan menyediakan obat generik karena profitnya kecil dan dokter enggan menuliskan
resep obat generik karena pasien mengeluh sulit mencarinya. Tidak semua obat esensial
tersedia dalam bentuk generik.

AKSES
Menurut UU 36 ps 37(2) pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat esensial dan
alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga,
dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan. Pada pasal 40(3), pemerintah menjamin
obat esensial tersedia secara merata dan terjangkau oleh masyarakat.Pemerintah dan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 112 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Pemerintah Daerah perlu menjamin akses obat bagi masyarakat di daerah terpencil, daerah
tertinggal dan perbatasan, serta daerah bencana, daerah rawan konflik. Akses adalah bila
obat tersedia secara merata, berkesinambungan dan terjangkau oleh masyarakat baik di
fasilitas kesehatan pemerintah, swasta maupun apotek. Umumnya di tempat2 tersebut
tidak ada apotek tempat pelayanan/dispensing obat atas resep dokter.
Dalam UU Praktik Kedokteran (UUPK) pasal 35(1) butir (g), dokter berwenang menulis
resep obat dan alat kesehatan; butir (i), menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yg
diizinkan; dan pada butir (j) meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yg praktik
di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Kewenangan untuk meracik dan menyerahkan
obat kepada pasien di daerah terpencil yang tidak ada apotek juga tercantum dalam PP 51
tahun 2009, pasal 22, tentang Pelayanan Kefarmasian. Menurut WHO akses dikatakan ada,
bila obat tersedia di sarana yang berada dalam jarak 1 jam berjalan. Untuk menjamin akses
obat bagi masyarakat ditempat akses tersebut tidak ada, menurut peraturan perUUan
dapat dilakukan oleh dokter
Menulis resep merupakan bagian dari Praktik Kedokteran yang di mulai dengan
mewawancarai pasien, melakukan serangkaian pemeriksaan untuk kemudian menegakkan
diagnosis dan baru setelah itu menentukan tatalaksana dan pengobatan pasien. Jadi
penulisan resep dan/atau pemberian obat tanpa tindakan praktik kedokteran bertentangan
dengan Undang-Undang.
Saat ini pelanggaran UU ini terjadi sangat luas. Apoteker menyerahkan obat daftar G tanpa
resep dokter, meski melanggar UU No 29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran, dan PP 51 ttg
Pelayanan Kefarmasian. PP 51 tahun 2009 pasal 2(1) menjelaskan bahwa PP ini mengatur
Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan
pelayanan sediaan farmasi. Dalam PP 51 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pekerjaan
kefarmasian salah satunya adalah pelayanan obat atas resep dokter. PP No 72 Th 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pada pasal 16 (2) menyatakan
bahwa penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan dilakukan berdasarkan resep dokter.
Meskipun dalam UU No 29 tentang Praktik Kedokteran, UU No 36 tentang Kesehatan, PP
No 51 Th 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga PP No 72 Th 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, bahwa untuk menyerahkan obat harus dilakukan atas
resep dokter, praktik ini masih tetap berlangsung.
Apoteker beralasan bahwa ada Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) tentang Obat Wajib
Apoteker (OWA). OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA) kepada pasien. OWA tersebut diterbitkan untuk memenuhi keterjangkauan
pelayanan kesehatan khususnya akses obat. Ada 3 daftar OWA (terlampir), tercantum
dalam KMK No 347 tahun 1990, KMK No 924 tahun 1993 dan KMK No 1176 tahun 1999.
Kepmenkes secara hirarki berada dibawah UU dan PP, karenanya Kepmenkes OWA
seharusnya menjadi tidak berlaku, namun kenyataannya keberadaan OWA itu dijadikan
alasan penyerahan obat tanpa resep dokter. Untuk tertibnya pelaksanaan peraturan
perundang-undangan serta pelayanan kesehatan, ketiga KMK tsb harus dibatalkan.
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, pasal 10(4), dijelaskan bahwa persyaratan pendirian Puskesmas harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan, kefarmasian,

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 113 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dan laboratorium klinik.


PP 51 tahun 2009 pasal 21 (2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker. Sesungguhnya Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu harus mempunyai tenaga
apoteker. Menurut PP 51 pasal 51(1) Pelayanan Kefarmasian di apotek, puskesmas atau
instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker.
Menteri menerbitkan PMK No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas dengan memberi waktu 3 tahun untuk melaksanakannya, ternyata dalam
jangka 3 tahun masih banyak sekali Puskesmas yang tidak memiliki Apoteker. Kemenkes
kemudian menerbitkan PMK Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas No 74 tersebut
dengan menghilangkan sanksi dan batas waktu pemenuhan SDM tersebut. Kemenkes
mengubah PMK karena “Kami takut apabila Puskesmas tersebut tidak memiliki apoteker
maka nilai credentialing akan jelek dan BPJS akan memutus kontrak,”
PMK Nomor 26 pasal 6 (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
di Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi. Pasal 6(2) Ruang
farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai
penanggung jawab.
Buletin Kopertis VI. Kementerian RISTEKDIKTI Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi
Wilayah VI Jawa Tengah, pada 3 Oktober 2020 memberitakan bahwa dari sejumlah kurang
lebih 950    Puskesmas di Jateng, tidak lebih dari 10%    memiliki apoteker. Belum lagi di
tingkat nasional, dari sekitar sepuluh ribu Puskesmas di Indonesia, jumlah apotekernya
tidak melebihi 5%. Realita ini sungguh ironis, padahal sebagaimana diatur dalam UU No. 36
Tahun 2009 dan PP. 51 Tahun 2009, semestinya Puskesmas harus ada apoteker.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis pada agustus 2019 mempublikasi penelitian deskriptif
tentang Keberadaan Tenaga Apoteker dan Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Wilayah Kota Pontianak.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 6 dari 22
Puskesmas yang memiliki Apoteker.
Detik Health 22 Agustus 2011 memberitakan bahwa dari 9 ribu puskesmas di seluruh
Indonesia, hanya 10 % yang punya apoteker padahal jumlah lulusan farmasi sangat
berlimpah. Data ini cukup ironis jika dibandingkan dengan jumlah apoteker yang terdaftar
di Kemenkes. Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian, mengatakan saat itu bahwa ada 40 ribu
apoteker dengan laju pertumbuhan mencapai 4 ribu apoteker baru tiap tahun. Apoteker
yang berminat kerja di puskesmas tidak banyak, karena kerja di produksi (misalnya pabrik
obat) dianggap tantangannya lebih mengglobal. “Sementara di puskesmas kita tahu sendiri
seperti apa”.
IAI-Hisfarsi akui apoteker enggan ke puskesmas
Radar Banjarmasin pada Maret 2019, mengabarkan bahwa dari 21 unit Puskesmas tersebar
di 11 Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) saat ini hanya ada dua Puskesmas
yang memiliki apoteker atau tenaga farmasi.
Harian Jogja, 9 Agustus 2010 memberitakan bahwa 17 dari 18 Puskesmas Kota tidak memiliki
apoteker. Kondisi itu menurut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) berisiko mempengaruhi
kualitas peracikan obat bagi pasien atau melebihi dosis.
Medan Bisnis 30 Agustus 2016, memberitakan bahwa jumlah apoteker yang terdapat

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 114 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

di Puskesmas di Kota Medan masih minim. Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Medan
mengatakan dari 39 Puskesmas yang ada di Medan, baru 12 Puskesmas yang sudah memiliki
apotakernya sendiri.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tentang
distribusi, ketersediaan serta pelayanan obat dan vaksin dalam menghadapi Jaminan
Kesehatan Semesta 2019. Penelitian kuantitatif dg disain potong lintang dari Februari
sampai November 2017, dilakukan di 5 regional yaitu di provinsi Jabar, Jatim, Sumsel, NTB,
Aceh, Sulut, Sulsel, Kalsel, Kalteng, Malut dan Papua. Pada tiap provinsi dipilih 3 kabupaten/
kota, masing-masing daerah urban, rural, tertinggal/perbatasan. Tiap kabupaten/kota
dipilih 2 Puskesmas dg kriteria kapitasi tinggi dan rendah, sehingga total berjumlah 66
Puskesmas. Hasil menunjukkan kegiatan pelayanan farmasi klinik yg komprehensif sesuai
standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.hanya diterapkan di 23.3% Puskesmas yg
punya Apoteker, dan hanya 4 Puskesmas (13.3%) yg apotekernya melakukan seluruh
pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Kesimpulannya sebaiknya para Apoteker melaksanakan kewajiban berdasarkan peraturan
per UU terlebih dahulu, yaitu mengisi Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan ketimbang mendesak praktik mandiri, klinik, dan fasyankes lain untuk membuka
pelayanan kefarmasian dan mempekerjakan tenaga apoteker. Tidak ada peraturan yg
mengamanatkan apoteker harus ada di praktik mandiri maupun klinik bersama maupun
fasyankes lain seperti tuntutan para apoteker saat ini.

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL


Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan, sehingga obat tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata.
Setiap pelaku pelayanan kesehatan harus selalu bertindak berdasarkan bukti ilmiah terbaik
dan prinsip tepat biaya (cost-effectiveness) serta tepat manfaat (cost-benefit) dalam
pemanfaatan obat, agar memberikan hasil yang optimal.
Upaya Penggunaan Obat yang Rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik dan mengefisienkan biaya pengobatan. Upaya penggunaan
obat yang rasional dilakukan antara lain melalui kegiatan penerapan Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dalam upaya pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder, dan tersier,
melalui pemanfaatan pedoman terapi dan formularium berbasis bukti ilmiah terbaik.
Penggunaan obat Rasional sangat tergantung pada peran para user, karena penentuan
obat apa yg akan digunakan pada penyakit atau gangguan tertentu tergantung keputusan
dalam praktik kedokteran. Peran ini dibantu oleh apoteker dalam melakukan dispensing dg
peran farmasi kliniknya yaitu dg menjelaskan bagaimana obat harus disimpan, digunakan
dg benar sesuai resep dokter dll.
Upaya penggunaan obat yang rasional juga perlu dilakukan kegiatan audit dan umpan
balik penggunaan obat rasional, pengembangan mekanisme pemantauan ketersediaan
obat esensial dan langkah-langkah perbaikan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pemberdayaan Komite Farmasi dan Terapi (KFT) untuk meningkatkan mutu penggunaan
obat secara rasional.
Seharusnya dalam organisasi DJ Pelayanan Kesehatan ada sebuah unit/Direktorat
Penggunaan Obat Rasional. Unit ini sangat penting karena tusinya mempromosikan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 115 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

penggunaan obat yg rasional. Saat ini fungsi tersebut seolah semata-mata merupakan
fungsi DJ Farmalkes yg merupakan pemahaman yg keliru. Pemerintah nampaknya tidak
peduli mengenai Penggunaan Obat Rasional yang sangat penting dalam upaya efisiensi
penggunaan obat.

STRUKTUR ORGANISASI
Sesungguhnya dg terbitnya Perpres No 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan (LPNK BPOM), kewenangan kesehatan tentang pengawasan obat dan makanan
telah dialihkan dengan Perpres tersebut dari kewenangan Kemkes menjadi kewenangan
LPNK BPOM, artinya kewenangan tersebut tidak lagi berada di Kemkes. Untuk tidak
menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan tumpang tindih kewenangan yg menghambat
pelayanan kesehatan, DJ Farmalkes sebaiknya diliquidasi dan fungsi terkait masalah
penggunaan obat seperti penyusunan DOEN, Formularium Nasional dan Penggunaan obat
rasional berada di DJ Pelayanan Kesehatan. Bila benchmarking ke negara lain di dunia,
sebuah negara untuk pengawasan obat dan makanan hanya memerlukan FDA (Food and
Drug Administration) Negara sebesar USA pun hanya punya FDA dan tidak ada yg punya
DJ Farmalkes seperti disini, yang selama ini selalu menimbulkan masalah.
Contoh, DJ Farmalkes menginisiasi Menkes menerbitkan penjaminan mutu yang seharusnya
dilakukan oleh Badan POM. Terbitnya PMK no 2 tahun 2016 ttg Uji Mutu Obat pd Instalasi
Farmasi Pemerintah, kewenangan Badan POM dialihkan kepada Instalasi Farmasi Dinkes
dan Instalasi Farmasi RS, untuk kemudian dilaporkan kepada DJ Farmalkes. PMK ini tidak
mungkin dilaksanakan karena Instalasi Farmasi Dinkes dan Instalasi Farmasi RS tidak
mempunyai SDM, laboratorium maupun sarana prasarana pengujian mutu obat. Dengan
diterbitkan PMK no 2 th 2016 tersebut tidak ada yang menjamin mutu obat, sehingga tidak
heran bila saat itu timbul masalah vaksin palsu. Kewenangan BPOM dalam menjamin mutu
obat diambil oleh DJ Farmalkes yang tidak punya kemampuan penjaminan mutu. Bagi
yang mengerti ini adalah pengambilan kewenangan yang memberi dampak sangat serius.
Telah pula diterbitkan beberapa PMK Kefarmasian serupa yaitu PMK no 9 th 2004 ttg
Klinik; PMK 30 th 2014 ttg Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; 35 th 2014 ttg Standar
Pelayanan Kefarmasian; PMK No 58 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di RS.

ALAT KESEHATAN
Alat kesehatan (Alkes) juga harus tersedia dalam jenis, bentuk, dan fungsi yang tepat dalam
jumlah yg cukup. Potensi anak bangsa tidak diragukan, namun dibutuhkan kebijakan dan
keberpihakan pada anak bangsa sendiri agar mampu mengakomodasikan perkembangan
teknologi dan memproduksi peralatan kedokteran dan kesehatan demi memperhatikan
keterjangkauan harga bagi masyarakat. Di era pandemi ini terlihat kemampuan anak bangsa
untuk memproduksi alat kesehatan dan alat kedokteran tersebut. Keunggulan komparatif
dan keunggulan kompetitif dalam bidang ini harus terus dikembangkan. Sebetulnya sejak
lama kebijakan tentang menggunakan produk dalam negeri telah dicanangkan, namun
realisasinya masih sebatas angan2.
Buat perbekalan kesehatan berupa alat kesehatan dan alat kedokteran seharusnya tidak
dikenakan bea masuk sebagai barang mewah sebagaimana negara lain di dunia, sehingga
biaya pelayanan kesehatan terkait penggunaannya juga dapat lebih rasional dan terjangkau.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 116 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

KETERJANGKAUAN
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam DOEN, menurut UU No
36 ttg Kesehatan pasal 40(6) harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga
penetapan harganya dikendalikan oleh Pemerintah.
Keterjangkauan terhadap terapi diestimasi sebagai jumlah hari upah minimum pekerja/
buruh (UMR) yang dibutuhkan untuk membayar sektor private biaya pengobatan 1
bulan dalam dosis standar (dosis yang lazim digunakan). Penetapan harga ini sebaiknya
diserahkan kepada Tim independen dan tidak diserahkan kepada pihak2 yg merupakan
bagian dari industri Farmasi. Penetapan harga obat seharusnya dihitung berdasarkan
harga bahan baku dan semua unit cost yg ada, dan bukan tawar menawar dengan industri
seperti belanja di pasar basah.
Salah satu upaya yang pernah dilakukan Pemerintah adalah mempunyai pabrik obat sendiri.
Pabrik tersebut memproduksi obat esensial untuk program pemerintah agar ketersediaan
dan keterjangkauan dapat terjamin. Dimungkinkan adanya subsidi untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut. Saat ini semua BUMN farmasi sudah IPO, bahkan membentuk holding
sehingga peran yg diinginkan tidak mungkin terjadi. Produk obat esensial yg dihasilkan
juga berbeda tampilan dan kemasannya sehingga tidak bisa dilepas di pasar reguler.
Mengingat obat esensial dan alat kesehatan dasar merupakan kebutuhan dasar manusia
yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, maka tidak boleh diperlakukan sebagai
komoditas ekonomi semata. Berbagai upaya dapat dilakukan namun dibutuhkan kebijakan
dan keberpihakan kepada masyarakat banyak agar dapat terlaksana.

KESIMPULAN
1. Pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu ketersediaan obat-obatan & perbekalan
kesehatan
2. Pemerintah menjamin keamanan, manfaat, dan mutu produk obat dan perbekalan
kesehatan serta menjamin ketersediaan terutama obat esensial, pemerataan, dan
keterjangkauannya.
3. Pemerintah menyusun DOEN sebagai pedoman penyediaan dan pelayanan yg harus
tersedia sepanjang waktu dlm jumlah yg adekuat serta terjangkau. Metode seleksi
harus transparan dan mengandalkan EBM. Seleksi & Penyusunan DOEN harus dilakukan
oleh orang yang kompeten yaitu para “user” di bidang ilmu masing-masing beserta
organisasi profesi dan perhimpunan
4. Fakta saat ini ketersediaan obat esensial baik jenis maupun jumlahnya tidak memadai,
dan harganya tidak terjangkau. Penetapan harganya harus dikendalikan oleh Pemerintah
dan dilaksanakan oleh Tim independen.
5. Alat kesehatan (Alkes) harus tersedia dalam jenis, bentuk, dan fungsi yang tepat dalam
jumlah yg cukup. Alat kesehatan dan kedokteran merupakan penyumbang biaya
pelayanan yg jauh dari keterjangkauan karena diperlakukan sbg barang mewah dan
dikenakan pajak barang mewah. Seharusnya sebagaimana negara lain pajak tersebut
harus dihilangkan. Potensi anak bangsa untuk memproduksi perbekalan kesehatan ini
tidak diragukan, namun dibutuhkan kebijakan dan keberpihakan.
6. Akses adalah bila “obat tersedia secara merata, berkesinambungan” dan terjangkau.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 117 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Untuk pemerataan bagi tempat2 yg tiada sarana pelayanan obat, sesuai peraturan
perUUan, dokter dapat melakukannya.
7. POR merupakan langkah untuk pelayanan kesehatan yang baik dan mengefisienkan
biaya pengobatan. Penerapan DOEN dalam upaya yankes primer, sekunder, dan tersier
merupakan sebuah keniscayaan.
8. Ada kurang lebih 224 Industri Farmasi emproduksi API (Active Pharmaceutical
Ingredient), saat ini tidak menguntungkan. Investasinya besar dan memproduksi API
memerlukan banyak senyawa kimia pendukung. Industri intermediate tsb masih langka.
Tidak bisa bersaing harga dg produk PRC krn kita pasar lokal dan PRC pasarnya dunia.

LAMPIRAN :
DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

Aminofilin Supp. maks 3 supp.


maks 20 tab
Asam Mefenamat
sirup 1 botol
Asetilsistein maks 20 dus
Astemizole
Betametason maks 1 tube
Bisakodil Supp. maks 3 supp.
maks 20 tab
Bromhexin
sirup 1 botol
Desoksimetason maks 1 tube
Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon maks 1 tube
Dimethinden maleat
Ekonazol maks 1 tube
Eritromisin maks 1 botol
Framisetna SO4 maks 2 lembar
Fluokortolon maks 1 tube
Fopredniliden maks 1 tube
Gentamisin SO4 maks 1 tube
Glafenin maks 20 tab
Heksakklorofene maks 1 botol
Hexetidine maks 1 botol
Hidrokortison maks 1 tube
Hidroquinon maks 1 tube
Hidroquinon dgn PABA maks 1 tube

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 118 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

Homochlorcyclizin HCl
maks 20 tab
Karbosistein
sirup 1 botol
maks 10 tab
Ketotifen
sirup 1 botol
Kloramfenikol maks 1 tube
Lidokain HCl maks 1 tube
Linestrenol 1 siklus
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Mebhidrolin maks 20 tab
Metampiron maks 20 tab
sirup 1 botol

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

tab 200mg, 6 tab


Albendazol
tab 400mg, 3 tab
Bacitracin 1 tube
Benorilate 10 tablet
Bismuth subcitrate 10 tablet
Carbinoxamin 10 tablet
Clindamicin 1 tube
Dexametason 1 tube
Dexpanthenol 1 tube
Diclofenac 1 tube
Diponium 10 tablet
Fenoterol 1 tabung
Flumetason 1 tube
Hydrocortison butyrat 1 tube
tab 400 mg, 10 tab
Ibuprofen
tab 600 mg, 10 tab
Isoconazol 1 tube
kadar <2%
Ketokonazole krim 1 tube
scalp sol. 1 btl
Levamizole tab 50 mg, 3 tab
Methylprednisolon 1 tube
Niclosamide tab 500mg, 4 tab

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 119 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

Noretisteron 1 siklus
Omeprazole 7 tab
Oxiconazole kadar<2%,>
Pipazetate sirup 1 botol
Piratiasin Kloroteofilin 10 tablet
Pirenzepine 20 tablet
Piroxicam 1 tube
Polymixin B Sulfate 1 tube
Prednisolon 1 tube
Scopolamin 10 tablet
Silver Sulfadiazin 1 tube
Sucralfate 20 tablet
Sulfasalazine 20 tablet
Tioconazole 1 tube
Urea 1 tube

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.3

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

Alopurinol maks 10 tab 100mg


Aminofilin supositoria maks 3 supositoria
Asam Azeleat maks 1 tube 5g
Asam Fusidat maks 1 tube 5g
maks 20 tab
Bromheksin
sirup 1 botol
Diazepam maks 20 tab
Diklofenak natrium maks 10 tab 25mg
Famotidin maks 10 tab 20mg/40mg
Gentamisin maks 1 tube 5 gr atau botol 5 ml
Glafenin maks 20 tab
Heksetidin maks 1 botol
Klemastin Maks 10 tab
Kloramfenikol (Obat Mata) maks 1 tube 5 gr atau botol 5ml
Kloramfenikol (Obat Telinga) maks 1 botol 5ml
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Metampiron + Klordiazepoksid maks 20 tab
Mequitazin maks 10 tab atau botol 60ml
Motretinida maks 1 tube 5g
Orsiprenalin maks 1 tube inhaler

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 120 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN

Piroksikam maks 10 tab 10mg


Prometazin teoklat maks 10 tab atau botol 60ml
Ranitidin maks 10 tab 150mg
Satirizin maks 10 tab
Siproheptadin maks 10 tab
Toisiklat maks 1 tube 5g
Tolnaftat maks 1 tube
Tretinoin maks 1 tube 5g

V. Model Pelayanan Kesehatan Primer-Dokter Praktik Perorangan


PENDAHULUAN
Sejalan dengan amanat UU Kesehatan tahun 1992 untuk melaksanakan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), IDI mengadvokasi perlunya penguatan
pelayanan kesehatan strata pertama dengan menerapkan konsep keluarga untuk
mengantisipasi tibanya era jaminan sosial kesehatan. IDI meyakini akan terjadi perubahan
fundamental dalam penyelenggaraan kesehatan dan pelayanan kesehatan di strata pertama
tidak lagi akan bertumpu pada Puskesmas. Visi ini berhasil dimasukkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
Pada tahun 2014 akhir JKN diterapkan setelah proses yang panjang. Di mulai dari amandemen
UUD 1945 tahun 1998 yang mencantumkan kesehatan sebagai hak setiap warga negara,
maka lahirlah UUD SJSN tahun 2004, UU Kesehatan tahun 2009, UU BPJS tahun 2012. JKN
pada prinsipnya di topang oleh 2 sistem yaitu sistem pembiayaan dan sistem pelayanan
kesehatan. Jadi patut disayangkan kelahiran UU SJSN tahun 2004 tidak diikuti terbitnya
UU sistem kesehatan nasional, tapi diikuti oleh UU praktik Kedokteran tahun 2004. Baru
kemudian diterbitkan Perpres SKN untuk menambah kekosongan regulasi ini. Tampak
disini ada ketidak seimbangan regulasi dalam menata sistem pelayanan kesehatan yang
baik untuk menopang kesinambungan penyelenggaraan JKN
Latar belakang ini menjelaskan bagaimana IDI telah menyiapkan langkah antisipasinya
yang cukup panjang dan tetap konsisten mengadvokasi perlunya penguatan regulasi
sistem pelayanan kesehatan nasional berorientasi pelayanan primer untuk menjamin
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal bagi sebesar – besarnya kepentingan
masyarakat.

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN NASIONAL


• Deklarasi Alma Ata 1978 adalah filosofi atau strategi pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mewujudkan kesehatan untuk semua Jiwa
dari deklarasi Alma Ata (DAA) adalah pengakuan atas adanya ketidakadilan sosial,
pemahaman tentang kesehatan sebagai fenomena sosial dan penempatan kesehatan
sebagai alat untuk pembangunan sosial bukan sekedar hasil dari kemajuan ekonomi. Ke
sepuluh butir deklarasi Alma Ata menyiratkan tiga upaya besar yang harus dilakukan
Negara untuk menyehatkan rakyatnya yaitu upaya kesehatan wilayah (UKW). Indonesia

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 121 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

adalah salah satu negara yang menjadikan DAA sebagai acuan pembangunan kesehatan
nasional. Hal ini tampak dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang memuat prinsip-
prinsip dan nilai-nilai DAA dan membagi pembangunan kesehatan dalam 3 upaya yaitu
UKP, UKM dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
• Sistem pelayanan kedokteran yang mengacu kepada konsep primary heath care (PHC)
adalah sistem yang menata fasilitas kesehatan menjadi berstruktur piramida yang
terbagi menjadi 3 strata sesuai pola pencarian layanan kesehatan masyarakat
1. Strata primer yang merupakan fondasi dan bagian terbesar dari sistem ini berfungsi
sebagai mitra masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup sehat, memelihara
kesehatan dan mengatasi sebagian besar masalah kesehatan sehari-hari oleh
karena itu tempatnya harus di tengah masyarakat atau sedekat mungkin dengan
masyarakat yang dilayani.
2. Strata sekunder berfungsi sebagai back up (pendukung) untuk mengatasi masalah
yang tidak dapat diselesaikan di strata primer.
3. Strata tersier berfungsi sebagai pusat rujukan untuk mengatasi masalah khusus
yang sangat spesialistis dan juga sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu
kedokteran.
• Untuk mengarahkan agar sistem pelayanan kesehatan nasional berorientasi pada
pelayanan primer, Negara harus campur tangan dengan membuat kebijakan publik,
termasuk menata faktor penentu yang menjadi kesepuluh faktor penentu yang dominan
adalah :
1. Regulasi condong ke pelayanan primer
2. Pembiayaan kesehatan prospektif
3. Siapa dokter yang praktik distrata primer
4. Bentuk dan status dokter umum
5. Rasio dokter umum terhadap populasi
6. Persentase dokter spesialis terhadap dr umum terhadap populasi
7. Bentuk praktik dan status dokter spesialis
8. Masyarakat terbiasa mencari pelayanan secara berjenjang
9. Metode membayar dokter
10. pendapatan dokter umum terhadap dokter spesialis
Dengan penerapan JKN setidaknya faktor 1,2,3 dan 8 sudah mulai ditata
• Terminologi pelayanan primer sering disebut tapi sampai saat ini belum ada satu
definisi yang menjadi acuan, hal ini sering kali menjadi sumber kesalahpahaman atau
mispersepsi kata primer yang dapat ditafsirkan sebagai dasar, utama, yang pertama,
atau yang terpenting.
Pada hakekatnya pelayanan primer adalah pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
di strata pertama (primier medical care) yang telah mengadopsi konsep PHC dan diberi
batasan sebagai berikut :
Pelayanan kesehatan yang mudah diakses, terintegrasi dan disajikan oleh klinisi yang
akuntabel menyelesaikan sebagaian besar kebutuhan pelayanan kesehatan individu
(personal), mengembangkan kemitraan yang sinambung dan baik dengan pasien dan
menerapkannya dalam konteks keluarga dan komunitas.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 122 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Batasan ini sangat diperlukan untuk mengurangi / menghilangkan kesalahpahaman atau


misspersepsi selama ini seolah – olah pelayanan primer identik dengan PHC atau sama
dengan Puskesmas.
Dari definisi diatas maka dapat dikatakan :
• Pelayanan Primer = UKP tingkat pertama
• Puskesmas = penyelenggara UKP tingkat pertama + UKM tingkat pertama
• PHC = konsep dan strategi pembangan yang mengandung unsur UKP + UKM + UKW

1. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


Jaminan kesehatan atalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah berdasarkan prinsip asuransi kesehatan sosial. Penyelenggaraan jaminan
kesehatan nasional (JKN) harus ditopang oleh dua sistem yaitu sistem pembiayaan
kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan. Kedua sistem ini harus dapat diintegrasikan
menjadi satu, ibarat sebuah koin dengan tujuan menjamin hak masyarakat memperoleh
akses ke pelayanan kesehatan bermutu.

Sistem Pembiayaan Kesehatan


Sistem pembiayaan kesehatan memiliki 3 buah fungsi utama yaitu mengumpulkan
dana dari peserta (collecting) menghimpun dana dan meminimalkan risiko (risk
pooling) serta membeli dan menyediakan layanan kesehatan untuk melayani peserta
(purchasing). Ketiga fungsi ini dilaksanakan berlandaskan pada kaidah dan prinsip
asuransi kesehatan sosial.
Ketiga fungsi ini akan dilaksanakan oleh sebuah badan hukum politik yaitu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Bidang Kesehatan (BPJS). BPJS berfungsi mengumpulkan
dana dari pembayar (payor) dengan mekanisme tertentu mengelola dana tersebut,
serta menyeleksi dan mengontrak pemberi pelayanan kesehatan (provider) untuk
melayani peserta JKN.
JKN pada prinsipnya hanya menghilangkan biaya langsung yang terjadi saat mencari
pelayanan kesehatan agar peserta tidak mempunyai hambatan finansial (financial
barrier) untuk mengakses layanan layanan kesehatan pada saat ia membutuhkan.
Peserta masih harus mengeluarkan biaya langsung seperti biaya transportasi, makan,
akomodasi dan waktu yang hilang (opportunity cost) ketika mencari pelayanan
kesehatan. Hal ini yang menyebabkan mengapa masyarakat miskin tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan walaupun biayanya di gratiskan

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Penerapan JKN harus di topang oleh sistem pelayanan kesetahan berorientasi pelayanan
primer, Dalam sistem yang terstruktur terdiri dari 3 strata ini, fasilitas kesehatan
strata primer ditempatkan sebagai pintu masuk (entry point) masyarakar ke sistem
pelayanan. Fasilitas kesehatan di strata pertama berperan sebagai gatekeeper untuk
mengatasi sebagian besar masalah kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan di strata
sekunder berperan sebagai pendukung (back up) untuk menhatasi masalah kesehatan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 123 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

yang tidak dapat diselesaikan strata pertama. Fasilitas kesehatan di strata tersier untuk
mengatasi masalah kasus tersulit dan langka.
Untuk meminimalkan pengeluaran biaya tidak langsung, ketersediaan dan kemudahan
akses mayarakat ke fasilitas kesehatan sangat penting dalam JKN. Sering ditemukan
adanya masyarakat yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan karena
tidak mempunyai biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan. Oleh karena itu
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan yang dapat menata persebaran dan
pemerataan fasilitas kesehtan ke seluruh wilayah NKRI menjadi prasyarat keberhasilan
JKN. Dalam hal ini peran negara harus ada. Negara harus menjamin ketersediaan
fasilitas kesehatan sedekat mungkin atau di tengah masyarakat dimanapun mereka
berdomisili.

2. KONDISI GEOGRAFI
Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas Roete
merupakan negara kelautan terbesar di dunia yang dihuni oleh 13.466 pulau. Kondisi
geografik, kekayaan sumber dalam, flora dan fauna serta adat istiadar dari ratusan
suku yang menghuninya menjadikan keragaman sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari negara Indonesia. Keragaman ini dan disparitas antar dan dalam wilayan NKRI
berdampak pada kinerja sistem pelayanan dan status kesehatan masyarakat Indonesia.
Dengan kondisi ini tidak mudah untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang mutunya
sama bagi ± 245 juta penduduk yang tersebuat di ± 7000 dari 13.466 pulau.
Pemahaman terhadap kondisi geografi, tingkat wilayah administratif dan karakterisik
desa sangat penting dalam merencanakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM) dalam era otonomi
daerah dan era JKN.
JKN wajib diikuti oleh seluruh penduduk, dan ini berarti pemerintah harus mampu
mengatur persebaran dan pemerataan fasilitas kesehatan berikut dokternya ke
seluruh NKRI. Mempertemukan kebutuhan dan keinginan penduduk (sisi demand) dan
kebutuhan untuk menyediakan fasilitas kesehatan (sisi suplai) memerlukan pemahaman
tentang kondisi geografi dan heterogenitas NKRI. Sehingga bila JKN ingin menjangkau
penduduk di seluruh wilayah NKRI, maka perlu dikembangkan model pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, baik yang tinggal
di desa perkotaan, desa perdesaan, desa wilayah terpencil dan sangat terpencil dan
sekaligus menempatkan tenaga kesehatan termasuk dokternya.Dalam hal in Dokter
Praktik mandiri sangat tepat untuk terlibat dalam pemerataan kesehatan dengan
dukungan regulasi dan keterjaminan kepesertaan dengan nilai kapitasi yang rasional
disesuaikan dengan geografi,jumlah kepadatan penduduk,dan faktor resiko sehingga
dokter Praktik mandiri dapat survive dalam menjalankan Praktik perorangan dan juga
diperhatikan kesejahteraannya dan terjaga keprofesionalnya dalam melaksanakan
Praktik kedokteran

3. LANDASAN HUKUM
• Undang – Undang Dasar RI tahun 1945
• Undang – Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Undang – Undang RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 124 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

• Undang – Undang RI No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


• Undang – Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang – Undang RI No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
• Undang Undang nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
• Peraturan Presiden RI No 82 tahun 2018 tentang Sistem Kesehatan Nasional
• Instruksi presiden No 8 tahun 2017 tentang Optimalisasi program JKN
• Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 11 tahun 2012 tentang Standar
Kompetensi Dokter Indonesia
• PMK No 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan perorangan
• Permenkes No 28 tahun 2014 tentang Pedoman pelaksanaan program JKN
• Permenkes No 99 tahun 2015 tentang pelayanan kesehatan pada JKN
• Keputusan Menteri Kesehatan HK 02.02/Menkes/252/2016 tentang Asosiasi faskes
• Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
• Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 tahun 2017
tentang Redistribusi peserta

MODEL PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

a. Karakterisik Wilayah Pelayanan


Pelayanan primer menjadi pintu masuk (entry point) masyarakat ke sistem
pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu entitas pelayanan primer ditempat di tengah
masyarakat dan wilayah pelayananya setingkat desa, mengingat desa adalah strata
administrasi pemerintahan terkecil. Wilayah pelayanan ini dapat diberlakukan
menjadi desa di perkotaan (urban) di pedesaan (rural) dan di daerah terpencil
(remote) berdasarkan berbagai faktor berikut ini.
Mengingat kondisi geografi dan heterogenitas NKRI yang unik, pengelompok
desa menjadi desa perkotaan, desa perdesaan dan desa terpencil tidak cukup
menggambarkan kondisi desa sebenarnya. Upaya penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan primer (FKTP) di suatu desa harus mempertimbangkan faktor – faktor
yang menentukan karakteristik desa di atas secara lebih detail. Langkah ini diperlukan
agar model generik FKTP (perkotaan, perdesaan dan terpencil) dapat disesuaikan
dengan kondisi riil dan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan dapat menjamin kesinambungan
pelayanan kesehatan dalam jangka panjang.

b. Model Pelayanan Kesehatan di Daerah Perkotaan


Dengan mempertimbangkan faktor – faktor seperti tersebut di atas yang ada di
desa di perkotaan, pengembangan rancang bangun Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer (FKTP) dan Puskesmas di daerah perkotaan perlu memperhitungkan 3
faktor ini.

• Pergerakan Pasien
Masyarakat perkotaan mudah mengakses FKTP dan dokter mudah merujuk

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 125 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

pasien ke fasilias pelayanan kesehatan lain. Sehingga akses dan kesinambungan


pelayanan berjalan baik
• Peluang terjadinya persaingan
Jumlah penduduk perkotaan besar dan tingkat kepadatannya tinggi
menyebabkan banyak formasi FKTP yang dapat ditawarkan kepada masyarakat/
swasta yang ingin membangun FKTP. Di sisi lain minat dokter untuk mengisi
formasi tersebut diperkirakan cukup tinggi karena banyak dokter yang ingin
tinggal di perkotaan. Kondisi ini kondusif untuk memicu para dokter yang
pada dasarnya adalah self – employed profession untuk membuka praktik
perorangan. Dengan regulasi yang baik dan transparan, serta ikatan kontraktual
yang atraktif dapat diciptakan iklim persaingan yang positif dan keterjaminan
kepesertaan yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
• Retensi dokter
Retensi dokter tinggal diperkotaan sangat tinggi, karena di kota tersedia fasilitas
pendukung kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri dan keluarganya serta
untuk pengembangan karir profesionalnya.

c. Model Pelayanan Kesehatan di Pedesaan


Dengan mempertimbangkan rancang bangun FPKP dari Puskesmas di daerah
pedesaan perlu pulu memperhitungkan 3 faktor berikut ini :
• Pergerakan pasien
Masyarakat tidak mudah mengakses FKKP dan dokter tidak mudah melakukan
rujukan ketika pasien membutuhkannya. Ada keterbatasan gerak pasien karena
masalah tansportasi setempat maupun transportasi ke wilayah lain. Keadaan ini
menyebabkan pasien tidak mendapat pelayanan kesehatan di saat dibutuhkan
dan kesinambungan pelayanan tidak terjamin
• Peluang terjadinya persaingan
Jumlah penduduk tidak besar, kepadatan tidak tinggi dan penyebaran tidak
merata sehingga FKTP yang dapat ditawarkan ke masyarakat terbatas dan
kondisi daerahnya bervariasi. Ada daerah yang cukup menarik dan minat
dokter tinggi untuk mengisi formasi tersebut, ada daerah yang kurang diminiati,
bahkan ada daerah yang sama sekali tidak diminati. Karena formasi FPKP
terbatas, mungkin hanya ada 1 FKTP di suatu wilayah dan di wilayah itu tidak
ada persaingan. Masyarakat tidak mempunyai pilihan selain menggunakan
FKTP yang ada, meski kualitasnya tidak seperti yang diharapkan
• Retensi dokter
Retensi rendah karena tidak tersedia fasilitas pendukung kehidupan yang layak
untuk dirinya dan keluarganya, serta ada keterbatasan dalam pengembangan
karir profesinya

d. Model Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil


Untuk menjamin akses ke pelayanan kesehatan pemerintah wajib menyediakan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 126 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dan menempatkan tenaga kesehatan di seluruh wilayah NKRI sesuai dengan


kebutuhan masyarakat setempat, terutama bagi masyarakat miskin, masyarakat di
daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan serta masyarakat
didaerah yang tidak diminati swasta.Kondisi geografi dan heterogenitas NKRI yang
unik menuntut adanya pola penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berbeda,
sesuai dengan kondisi setempat. Dengan mempertimbangkan secara lebih rinci
berbagai faktor yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dan menjamin akses
dan kesinambungan pelayanan kesehatan, maka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di perkotaan, pedesaan, dan daerah terpencil perlu dikembangkan
sesuai dengan ciri masyarakat yang akan dlayani.

DOKTER PRAKTIK PERORANGAN

DEFINISI
1. Dokter Praktik perorangan adalah dokter umum yang pendidikannya terlatih
menerapkan prinsip ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran yang ranah
kerjanya di strata primer.
2. Bertanggungjawab terutama dalam menyediakan pelayanan komprehensif dan
sinambung kepada setiap individu yang menjadi kliennya yang masuk dalam
cakupan kepesertaan di FKTPnya tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan
penyakit,
3. Melayani kliennya dalam konteks keluarga komunitas dan budaya serta selalu
menghormati otonomi kliennya.
Dokter Praktik perorangan adalah dokter umum yang pendidikannya terlatih menerapkan
prinsip ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran yang ranah kerjanya di strata
primer. Ia bertanggungjawab terutama dalam menyediakan pelayanan komprehensif
dan berkesinambungan kepada setiap individu yang menjadi kliennya yang masuk
dalam cakupan kepesertaan di FKTPya tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan
penyakit, melayani kliennya dalam konteks keluarga komunitas dan budaya serta selalu
menghormati otonomi kliennya.
• Dokter Praktik perorangan di FKTP dapat melakukan Praktik solo (dokter Praktik
mandiri /DPM) atau dapat melakukan Praktik bersama pada tempat yang sama dan
terdiri dari beberapa orang dokter umum (maksimal 5 dokter umum), juga dapat
bermitra dengan profesi lain (apoter, dr gigi, bidan). Pembiayaan Praktik bersama
dapat secara cost sharing atau revenue sharing dan masing masing dokter berhak
mendapatkan cakupan peserta dalam menjalankan Praktik (maksiamal 8 jam),
dalam hal ini dokter umum akan lebih efektif dalam menjalankan tugasnya karena
beban operasional akan ditanggung bersama (berbeda dengan operasional klinik)

4. LINGKUP PELAYANAN DOKTER PRAKTIK PERORANGAN


Prinsip pelayanan Dokter Praktik Perorangan antara lain : kontak pertama, komprehensif
dan sinambung. Penerapan prinsip ini mengharuskan DPP mampu menyediakan
sebanyak mungkin pelayanan kesehatan yang dibutuhkan kliennya sampai tuntas,
baik untuk keperluan pemeliharaan dan pencegahan penyakit di kala sehat maupun

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 127 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

untuk keperluan pengobatan di kala sakit. Pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter
Praktik perorangan sebagai FKTP provider BPJS Kesehatan
1) Layanan mendesak gawat darurat
DPP siap untuk memberikan layanan mendesak atau gawat darurat yang sewaktu
– waktu terjadi di tempat Praktik dan mengutamakn keselamatan pasien seperti
mengatasi syok atau asma akut,dll
2) Koordinasi mendesak gawat darurat
DPP menyiapkan data, surat dan kondisi peserta dan menghubungi dokter di
fasilitas kesehatan rujukan untuk koordinasi pemenuhan kebutuhan pasiennya.
3) Pelayanan pengobatan
Memberikan terapi kepada pasien sesuai kompetensi yang tertuang dalam SKDI
dengen mempertimbangkan sarana prasarana yang dimiliki Dokter Praktik
Perorangan, dan menyediakan obat obatan emergency serta obat obatan yang
dibutuhkan pasien sesuai variasi kasus penyakit yang ditanganinya (DPP bisa
melakukan dispensing untuk DPP yang tidak terjangkau dengan apotek dan dapat
bermitra dengan profesi lain (apoteker) dalam membangun Praktik bersama atau
bekerjasama dengan apotek jejaring untuk wilayah yang terjangkau dengan apotek
jejaring.
4) Pemeriksaan diagnostik
Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, Praktik DPP dapat bekerjasama
dengan fasilitas laboratorium dan radiologi jejaring yang bekerjasama dengan DPP
5) Melakukan kegiatan promotif dan preventif
Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan pasien dan keluarga dalam meningkatkan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, kesehatan lingkungan dll
6) Melaksanakan program dan pelayanan program lainnya yang diatur dalam regulasi
pelayanan di FKTP di era JKN
7) Mengimplementasikan Tata kelola Managemen dan Tata Kelola Klinis yang baik

5. CARA KERJA DOKTER PRAKTIK PERORANGAN


DPP bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan peserta cakupannya
dan ia bekerjasama dengan klien nya di kala sehat maupun di kala sakit. Tanggung
jawab mengharuskan DPP menyediakan program pemeliharaan kesehatan bagi
peserta cakupannya yang sehat dan program pengobatan / pemulihan bagi peserta
cakupannya yang sedang jatuh sakit. Program ini harus spesifik dan sesuai dengan
kondisi kebutuhan setiap kliennya. Cara kerja yang dilandasi prinsip praktik DPP
(kontrak pertama, komprehensif, koordinatif, sinambung, personal mengutamakan
promotif dan preventif) mengharuskan DPP memiliki pola pikir dan pola tindakan yang
spesifik profesinya.
Dokter Praktik Perorangan bertanggungjawab memelihara dan meningkatkan
kesehatan komunitas binaannya dan tugas ini mengharuskan ia melaksanakan secara
sistematis dan terencana 4 langkah sebagai berikut

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 128 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

CARA KERJA DOKTER PRAKTIK PERORANGAN

1) Penilaian profil kesehatan pribadi (assessment)


DPP mengawali upaya pemeiiharaan kliennya dnegan melakukan penilaian
komprehensif terhadap faktor risiko dan kondisi kesehatan dengan tujuan
memperolej profil kesehatan pribadi kliennya
2) Penyusunan program kesehatan spesifik (targeting)
Tersedianya profil kesehatan ini memberikan kesempatan kepada DPP untuk
mempelajari masalah kesehatan yang ada pada kliennya sehingga DPP dapat
menyusun program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap
kliennya.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 129 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

3) Intervensi proaktif (intervention)


Dengan demikian, setiap klien apakah ia dalam kondisi sehat, menyandang faktor
risiko atau sakti secara proaktif akan diajak mengikuti program pemeliharan
kesehatan yang spesifik dengan kebutuhannya. Melalui program proaktif ini
diharapkan klien yang sehat dapat tetap sehat yang saat ini menyandang faktor
risiko dapat dikurangi kemungkinan jatuh sakit berat di kemudian hari dan yang
saat ini menderita suatu penyakit dapat segera pulih, dicegah terjadinya komplikasi
atau diupayakan agar kecacatan seminimal mungkin. Bila diperlukan si klien
tersebut akan dirujuk ke spesialis
4) Pemantauan kondisi kesehatan (monitoring)
Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan dipantau dan dievaluasi terus
menerus dan menjadi masukan bagi dokter keluarga untuk meningkatkan kualitas
program dan memotivasi kliennya (monitoring)

6. ENTITAS PRAKTIK DOKTER DAN TIM KERJA DOKTER PRAKTIK PERORANGAN


a. Entitas Dokter Praktik Perorangan
Yang dimaksud entitas Praktik DPP adalah wahana yang digunakan DPP untuk
mencurahkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya semasa pendidikan
DPP dalam bentuk pemberian pelayanan kedokteran kepada pasiennya secara
mandiri. Idealnya entitas praktik ini mirip dengan wahana pendidikan waktu ia
mengikuti pendidikan, agar pengetahuan dan ketrampilan pada waktu ia mengikuti
pendidikan, agar pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh semasa pendidikan
dapat langsung diterapkan di tempat praktiknya.
Jika mengubah secara mendasar pola masyarakat mencari pelayanan kesehatan
dari yang selama ini bebas menentukan pilihan menjadi harus mengikuti aturan.
Pada sistem JKN setiap penduduk wajib mendaftar ke 1 entitas praktik DPP yang
berada di wilayahnya. Selanjutnya entitas DPP dan tim kerjanya bertanggung jawab
memelihara dan mengatasi masalah kesehatan setiap individu yang masuk dalam
komunitas binaannya.
b. Tim kerja Dokter Praktik Perorangan
Dalam satu entitas DPP, apakah praktik sendiri/solo (DPM) atau praktik bersama,
DPP tidak dapat bekerja sendiri tapi harus dibantu dan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain. Tim kerja DPP ini sebagai satu kesatuan diberi tanggungjawab
memelihara kesehatan komunitas binaan. Oleh sebab itu harus ada pembagian
tugas dan tanggungjawab yang jelas berdasarkan kompetensi dan kewenangan
masing-masing tenaga kesehatan sebagai berikut :
• Dokter Praktik Perorangan
- sebagai koordinator
- Melaksanakan tugas dan tanggungjawab dokter Praktik perorangan
- Mendelegasikan tugas dan tanggugjawab kepada anggota dan sesuai
dengan masalah pasien
- Melakukan monitor kerja tim

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 130 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

- Berkolaborasi dengan PKM dalam hal UKM


• Nakes lain
- Memberikan pelayanan / intervensi kepada mitra binaan sesuai dengan
kewenangannya
- Melakukan monitoring atas intervensi yang telah dilakukan

REKOMENDASI :
1. Mengusulkan pelaksanaan rayonisasi dan integrasi horisontal pada pemberi layanan
kesehatan di satu wilayang sesuai dengan kebutuhan dan formasi FKTP di wilayah
tersebut.
2. Mengusulkan pelaksanaan reorientasi pendidikan tenaga kesehatan dan
menanamkan pendidikan anter disiplin sejak masa pendidikan
7. PEMBIAYAAN ENTITAS DOKTER PRAKTIK PERORANGAN / PRAKTIK BERSAMA
a. Hubungan BPJS – Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer - DPP/Praktik BERSAMA
Dalam sistem JKN, BPJS melakukan pembiayaan kepada fasilitas pelayanan
kesehatan primer (FKTP) secara pra upaya berdasarkan kapitasi. Dengan metode
pembayaran ini, BPJS melibatkan FKTP untuk ikut menanggung risiko financial
dalam melayani peserta JKN menjadi risk transferred). Untuk mencegah kerugian,
FKTP berupaya melakukan melakukan pelayanan secara efisiensi, namun semangat
efisiensinya dapat berujung pada pengurangan hak yang harusnya diterima peserta
JKN menjadi underservice
Apapun bentuk FKTP yang dipilih oleh DPP apakah Praktik sendiri, praktik
bersama atau bekerja pada suatu institusi ada 4 komponen biaya yang selalu harus
diperhitungkan yaitu :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 131 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

1) Baya operasonal Praktik (ruangan, personil, material habis pakai, prasarana


gedung, telpon, listrik, air rumah tangga kantor, marketing dan lain – lain)
2) Biaya untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi profesi dokter dan tim
kerjanya (asuransi, malpraktek, lisensi, sertifikasi, registrasi, seminar, pelatihan,
jurnal, iuran profesi dan lain – lain).
3) Biaya jaminan sosial tabungan hari tua pensiun, asuransi jiwa, asuransi
kesehatan, tabungan pendidikan
4) Biaya hidup untuk dirinya dan keluarganya

b. Rasionalisasi Biaya
Dalam sistem JKN, DPP diberi tanggungjawab pelayanan pasien yang besar
dan strategis, yaitu mampu menyelesaikan hampir 90% masalah di kesehatan di
masyarakat.
Untuk itu DPP bertindak sebagai gatekeeper dan strata rujukan berperan sebagai
back up untuk menyelesaikan sekitar 10 % masalah kesehatan di masyarakat.
Sebagai imbalannya DPP dibayar dengan biaya yang pasti secara kapitasi sedang
strata rujukan harus mengajukan tagihan yang besarnya tidak pasti. Posisi financial
BPJS berisiko tinggi bila komponen biaya tidak pasti, sangat tinggi dan sangat
fluktuatif dan hal ini menimbulkan ketidakpasitan dalam pengelolaan financial
BPJS. Untuk mengurangi risiko financial perlu dilakukan rasionalisasi biaya dengan
cara meningkatkan komponen biaya pasti yang artinya meningkatkan alokasi dana

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 132 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

untuk membiayai pelayanan di strata primer.


Pada tahap awal penerapan JKN ini, pemerintah telah mengambil kebijakan yang
tidak tepat dari segi pembiayaan DPP sebagai berikut :
1) Pemerintah menetapkan besaran nilai kapitasi. padahal kalau melihat hubungan
kontrak antara BPJS dan FKTP jelas terlihat bahwa besaran nilai kapitasi yang
dibayarkan BPJS sifatnya sangat individual dan bergantung pada ciri demografi
peserta JKN dan lingkup pelayanan yang dapat disediakan oleh setiap FKTP.
Dengan demikian logisnya money follow function jadi dapat dipastikan nilai
kapitasi Yang harusnya berbeda dan satu FKTP ke FKTP lain walaupun tetap
dalam rentang yang terkendali. Dalam penentuan besaran Nilai kapitasi
melibatkan organisasi Profesi (IDI) dan asosiasi FKTP di masing masing
wilayah. Sekarang ini pemerintah menerapkan pendekatan yang sebaliknya
yaitu function follow money, dan nilai kapitasinya tidak pula memenuhi azas
keekonomian sehingga dapat dipastikan pendekatan ini akan berdampak
negatif pada pasien dan pemberi layanan.
2) Kebijakan yang lebih tepat adalah pemerintah menetapkan beberapa proporsi
biaya yang harus dialokasikan BPJS untuk membiayai FKTP idealnya BPJS
diperintahkan mengalokasikan 40% dari dananya untuk FKTP. Dengan dana
40% tersebut diharapkan seluruh penduduk telah terlayani dan 90% masalah
kesehatan mereka dapat diatasi
8. MASA DEPAN DOKTER PRAKTIK PERORANGAN
a. Mimpi bersama menjadi Dokter Praktik Perorangan yang baik
Nasehat yang pernah diucapkan oleh Hippokrates yang hidup 400 tahun SM
kepada murid – muridnya untuk menjadi dokter yang baik sebagai agent of change
di zamannya. Untuk menjadikan masyarakat berperilaku sehat dapat memelihara
kesehatannya, lingkungannya, agar mereka dapat menjadi individu, keluarga dan
masyarakat yang sehat dan produktif.
Prinsip dokter yang baik dimasa kini tidak lepas dari nilai – nilai dan norma-
norma keagamaan, kemanusiaan, etika, hukum dan peraturan dan idealisme yang
tersusun dalam sistem – sistem ekonomi, kebijakan publik, manajemen sistem
pemeliharaannya berkeadilan dan merata, serta sistem pendidikan kedokteran
yang bermutu, suatu lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dinamis.
Dokter yang baik sebagai agent of change akan berada dalam kesisteman tersebut,
ia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kesistemannya. Kesisteman yang
buruk, tidak akan pernah pernah melahirkan dokter yang baik.
b. Projeksi Kebutuhan Dokter Praktik Perorangan
Dalam JKN setiap penduduk wajib mendaftar ke 1 FKTP yang berada di wilayahnya.
Hal ini berarti setiap penduduk akan memiliki seorang dokter pribadi. WHO
menganjurkan rasio 1 dokter untuk 2.500 penduduk. Makin maju suatu negara
makin kecil rasion ini, misalnya di Denmark rasionya 1 : 1600 dan di Belanda rasionya
1 : 1200. Bila hanya dilihat dari rasio saja, tanpa melihat kondisi geografi dan
heterogenitas NKRI, bila diasumsikan sampai tahun 2025 nanti 1 dokter melayani
2500 maka proyeksi kebutuhan dokter yang berpraktik dilayanan primer perlu di

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 133 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

buat.
c. Penyebaran dan Pemerataan Dokter Praktik Perorangan
Kondisi geografi dan pembangunan nasional yang tidak merata telah menyebabkan
maldistribusi dokter. Data dan fakta menunjukkan dokter menumpuk di ibukota
negara. Ibukota propinsi dan ibukota kabupaten dan kota. Sebagai contoh disajikan
data jumlah dokter di propinsi Sumatera Selatan yang menunjukkan 62.8% dokter
berada di kota Palembang berlebih hingga 200% dari kebutuhannya. Dari 14
kabupaten /kota, 10 kabupatan/kora kekurangan dokter dan kebutuhannya hanya
terpenuhi rata – rata 50% bahkan di Bayuasin, Oku selatan, Oku Timur dan Ogan Ilir
hanya terpenuhi 10% - 20% 4 Kabupaten / Kota kelebihan dokter hingga lebih dari
20% dari kebutuhannya. Pola distribusi dokter seperti di Sumatera Selatan ini jug
terjadi di hampir semua propinsi. Persebaran dokter yang tidak merata ini makin
tampak pada tingkat kecamatan dan desa.
d. Peran IDI dalam mendukung pemerataan kesehatan
1. Melakukan maping jumlah kebutuhan dokter umum yang akan di optimalkan
untuk menjadi provider BPJS kesehatan
2. Membuat pemetaan jumlah dokter Praktik perorangan dengan populasi
penduduk dan jumlah faskes layanan primer yang sudah ada di wilayah.
3. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan BPJS kesehataan serta asosiasi
klinik
4. Melakukan negosiasi dengan BPJS Kesehatan terhadap pemerataaan dan
mengimplementasikan model DPP yang sudah ditetapkan IDI
5. Melakukan pembinaaan dan meningkatkan kompetensi DPP melalui Kegiatan
P2KB (mencakup kompetensi yang ditetapkan dalam SKDI)
6. Membina tatakelola managemen dan klinis yang ada pada DPP
7. Melakukan pendampingan kontrak kerjasama dengan BPJS Kesehatan dan
fasilitas kesehatan
8. Melakuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh DPP
9. Memberikan perlindungan hukum dan DPP dalam menjalankan Praktik
kedokteran dan pendampingan bila terjadi permasalahan medicolegal
10. Mendampingi DPP bila ada masalah /konflik dengan BPJS kesehatan yang
terkait dengan permasalahan ketidaksesuaian kontrak kerjasama, permasalahan
pembiayaan dan pembayaran,masalahan penyimpangan prosedur pelayanan
dan lain lain
11. Berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan bila ada permasalahan dan hasil evaluasi
DPP sebagai provider
Dalam era JKN penataan penempatan dan persebaran ini menjadi sangat penting
karena pemerintah harus dapat menjamin seluruh penduduk mempunyai akses
ke pelayanan kesehatan yang sama baiknya di manapun domisilinya. Penataan ini
sangat terkait dengan karir, status dan kesejahteraan dokter Praktik perorangan.
Oleh karena itu perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dan organisasi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 134 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

profesi untuk menyusun regulasi yang terkait dengan pemetaan kebutuhan


penetapan formasi dan penempatan dokter Praktik perorangan. Organisasi profesi
sangat berperan dalam upaya pemerataan ini karena diberi amanat menerbitkan
rekomendasi izin Praktik dokter.
e. Langkah strategis penguatan DPP pada program JKN
• Regulasi tentang DPP termasuk dokter di perusahaan
• Membentuk tim ad hoc kesejahteraan dokter termasuk mensosialisasikan
kembali tentang remunerasi dokter yang pernah disusun tahun 2016. Usulan
untuk pendapatan dokter umum saat ini 15-20jt (berkisar 3-5x UMK) tergantung
geografis dan tingkat kemahalan daerah. Jam kerja dokter, tunjangan dan hak-
hak nya sesuai UU omnibuslaw Ciptaker harus ditetapkan dalam peraturan.
• Ketetapan Rasio Dokter : Peserta sesuai usulan IDI 1 : 2.500
• Ketetapan DPP sebagai pelaksana UKP dan Puskesmas sebagai pelaksana UKM
• Ketetapan tentang rujukan berjenjang (horizontal dan vertical)

VI. TELEMEDICINE
Pada Tahun 2018 IDI sudah mengelurakan buku tentang TELEMEDISIN, Rekomendasi Ikatan
Dokter Indonesia Untuk Masa Depan Digitalisasi Kesehatan di Indonesia, terdiri dari 7 BAB
(64 halaman) yang berisi tentang sejarah telemedis, ragam model, tantangan dan kendala
dalam pengembangannya, termasuk Aspek Etik Medikolegal dalam Pengembangan
Telemedis di Indonesia.
Saat ini, implementasi telemedisin pada masa pandemic CORONA VIRUS DISEASE 2019
(COVID-19) sudah dirasa mendesak dan terdapat dalam Surat Himbauan Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Nomor YR.03.03/III/III8/2020 :
1. Rumah Sakit memberikan pelayanan pada pasien Covid-19 dan melengkapi semua
kelengkapan penanganan kasus Covid-19 dan APD bagi semua petugas kesehatan
sesuai kriteria masing-masing ruang pelayanan/risiko pelayanan
2. Rumah Sakit menunda pelayanan elektif, dengan tetap memberikan pelayanan yang
bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera untuk penyakit-penyakit
selain Covid-19.
3. Mengembangkan pelayanan jarak jauh (telemedicine) atau aplikasi online lainnya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien yang memerlukan.
4. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berusia di atas 60 tahun dan ada
penyakit penyerta, dianjurkan bekerja dari rumah dan menggunakan telemedicine.
5. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pelayanan RS di wilayahnya
Dasar Ketentuan Pelaksanaan Telemedisin :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Definisi : adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 135 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran


informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan
evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan
peningkatan kesehatan individu dan masyarakat”
Pelayanan meliputi :
a. Pemberian Informasi dan Edukasi Kesehatan
b. Pemberian Konsultasi Online Masalah Kesehatan
c. Pemeriksaan Kesehatan di Rumah dan Pelayanan Keperawatan
d. Pemeriksaan Rapid Test di Rumah
e. Pemberian Obat
f. Mengarahkan Rujukan ke Fasilitas Kesehatan / Rumah Sakit
2. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19)
“Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dokter
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendiagnosis,
mengobati, mencegah, dan/atau mengevaluasi kondisi kesehatan pasien sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya, yang dibuktikan dengan surat tanda registrasi (STR)
dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan dan keselamatan pasien”
Kewenangan Klinis Dokter meliputi :
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui audiovisual
• Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang, dan/atau hasil pemeriksaan fisik tertentu.
• Penegakkan diagnosis
• Penatalaksanaan dan pengobatan pasien,
• Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai
dengan diagnosis.
• Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke
laboratorium dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai hasil penatalaksanaan
pasien
3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan
Klinis dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine Pada Masa Pandemi Covid-19 di
Indonesia

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 136 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Perkonsil 74/2020

TELEKONSULTASI NON EMERGENSI

PASIEN
(TIDAK PERLU HADIR)

• HARUS MENDAFTAR
ANAMNESIS
• ISI GENERAL CONSENT
DATA YANG DIPERLUKAN
(ps 5)

HOST
MEMILIKI
DOKTER / DR GIGI FASYANKES (MEDREC)
STR, SIP
(ps 7)
EXPERTISE
MEMBERI RESEP
(kec narkotika-psikotropika)
BS2020

Perkonsil 74/2020

DO

Memiliki STR dan SIP –ps. 3(4) Surat Keterangan Sakit – ps.8(2)

Melakukan anamnesis untuk mendapatkan


Menjaga Rahasia Pasien – ps. 3(2)
data – ps. 4(1)

Mengutamakan
Buat Rekam Medis - Tertulis – ps.7(1)
Keselamatan Pasien – ps.2(b)

Diagnosis - Terapi (RESEP) - kec


Mendapat imbalan – ps.10
narkotika-psikotropika – ps.3(3)

BS2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 137 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

Perkonsil 74/2020

DON’T – ps.9

Langsung tanpa melalui Tindakan tercela, intimidassi,


Fasyankes kekerasan

Tidak jujur, tidak etis,


melakukan tindakan invasif
tidak memadai

Diagnosis–Terapi di luar
Biaya di luar ketentuan
Kompetensi

Pemeriksaan penunjang
Surat keterangan sehat
tidak relevan

BS2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 138 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 139 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI C

KESIMPULAN
1. Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional
secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi.
2. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
3. Ikatan Dokter Indonesia mendukung layanan tele medicine dengan fokus pada
pemberdayaan pasien.
4. Tele medicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, BUKAN
MENGGANTIKAN layanan standar.
5. Dalam mengakomodir perkembangan teknologi tele medicine, Ikatan Dokter
Indonesia akan meng-inisiasi:
a. Pengembangan plat form tele medicine yang menjamin kerahasiaan dan
pengelolaan big data kesehatan bagi kepentingan masyarakat.
b. Penentuan jenis kasus yang dapat dilayani dengan tele medicine.
c. Pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam tele
medicine.
d. Pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi
dengan plat form tele medicine.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 140 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D
4. ETIKA DISIPLIN DAN HUKUM

KETIDAKSERAGAMAN SUMPAH DOKTER


PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Pengambilan Sumpah dokter sudah berumur • Diusulkan untuk digunakan istilah Sumpah/
2500 tahun, bersifat unik dan merupakan Janji Dokter;
momen penting dalam hidup seorang dokter
• Sumpah Dokter disaksikan oleh Dekan
Fakultas Kedokteran dengan Ketua IDI
setempat;
• Ada versi Kodeki, versi KemKes, dan versi • Pengambilan sumpah oleh dokter atau
WMA. Mana yang mau dipakai? dicarikan atasan yang profesinya dokter;
• Istilah mana yang kita pilih: Sumpah Dokter • Sumpah Dokter harus diseragamkan;
atau Janji Dokter?
• Yang mengambil sumpah Dekan atau • Untuk penyeragaman ini direkomendasikan
Perhimpunan? agar draft pertamanya disusun oleh IDI, lalu
dikonsultasikan dengan para stake holders
(Kementerian Kesehatan, Kementerian
Agama, Sekretariat Negara, ahli filsafat, dll);
• Bolehkah pengambil sumpah seorang yang • Agar PB IDI perlu membentuk tim khusus
bukan dokter? yang diberi tugas bekerja dalam tenggang
waktu yang telah ditentukan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 141 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

PENINJAUAN KEMBALI THP KEPUTUSAN YG DIJATUHKAN MKEK PUSAT

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Ketidakpuasan dokter terhukum terhadap Diperlukan penyempurnaan Ortala MKEK
keputusan MKEK selalu bisa terjadi mengenai peninjauan kembali terhadap
keputusan yang dibuat oleh MKEK pusat sbb:
• Terhadap keputusan MKEK tingkat Wilayah a. Dicantumkan ketentuan tentang mekanisme
dan Cabang bisa ditempuh upaya banding, peninjauan kembali terhadap keputusan
tapi terhadap keputusan MKEK Pusat tidak yang sudah dibuat oleh MKEK Pusat;
bisa b. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh
diajukan dalam waktu 60 hari terhitung saat
• Bagaimana jalan keluarnya? Apa syaratnya?
keputusan dijatuhkan oleh MKEK Pusat;
c. Baik terhukum maupun pengadu Berhak
mengajukan permohonan peninjauan kembali
atas keputusan MKEK Pusat sepanjang
memenuhi c syarat;
d. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh
diajukan satu kali oleh para pihak (terhukum
dan/atau pengadu);
e. Pengajuan permohonan peninjauan kembali
harus bersumpah bahwa ia mempunyai
novum
f. Pemastian adanya novum dilakukan oleh
Divisi Kemahkamahan MKEK;
g. Dalam proses peninjauan kembali, Ketua
MKEK akan menunjuk keanggotaan baru
di Divisi Kemahkamahan dan di Majelis
Pemeriksanya;
h. Mekanisme peninjauan kembali tidak berlaku
untuk keputusan yang dibuat oleh MKEK
tingkat wilayah dan cabang.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 142 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

HAMBATAN EKSEKUSI KEPUTUSAN MKEK & DEWAN ETIK PROFESI

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Beberapa kali terjadi kasus pelanggaran a. Perlu dibentuk panitia adhoc oleh PB IDI yang
etika berat, dengan pemeriksaan lama, membahas bagaimana memperkuat kinerja Divisi
persidangan2 panjang dan melelahkan Pembinaan MKEK IDI;
ternyata tidak dapat dieksekusi karena
b. Harus ada kesepakatan bahwa IDI tidak boleh
berbagai sebab;
bersikap lain terhadap keputusan yang dibuat oleh
• Ini dapat menurunkan marwah IDI, MKEK mengenai suatu kasus pelanggaran etika;
menimbulkan frustrasi, dan menjadi c. MKEK dan IDI harus memikirkan jalan untuk
preseden buruk menyatukan sikap terhadap para dokter terhukum
yang sengaja tidak mematuhi keputusan etik MKEK;
d. MKEK dan IDI setempat harus sepaham: eksekusi
pelanggaran etika katagori ringan menjadi tanggung
jawab Divisi Pembinaan MKEK, sedangkan untuk
kasus sedang dan berat menjadi tanggung jawab
IDI;
e. Harus dijelaskan dalam Ortala bahwa seorang
anggota IDI yang telah dijatuhi hukuman/sanksi
oleh MKEK akan tetap ada dalam status terhukum
selama ia belum menjalani hukuman/sanksinya itu,
kecuali diputuskan lain oleh Muktamar IDI;
f. Agar PB IDI dapat membentuk suatu tim eksekutor
untuk memperlancar jalannya eksekusi;
g. Sesuai dengan ketentuan di Ortala pasal 5, Ketua
MKEK tidak boleh ditunjuk oleh Ketua IDI, tapi
langsung dipilih oleh Rapat Anggota Cabang, atau
Musyawarah Wilayah, atau sidang seluruh MKEK
Wilayah, sesuai dengan tingkatannya;
h. Dalam setiap sidang pelanggaran etika oleh MKEK
harus ikut diundang wakil dari BHP2A yang mewakili
IDI;
i. Apabila ada keputusan MKEK terkait pelanggaran
etika sedang dan berat yang tidak dieksekusi oleh
IDI Cabang dalam tenggang waktu 1 bulan maka IDI
Pusat harus memberikan peringatan tertulis kepada
IDI Cabang dan IDI Wilayah terkait. Dan bila tetap
tidak juga dilaksanakan dalam waktu 1 bulan oleh
IDI Cabang terkait, maka eksekusi ini diambil alih
oleh IDI Pusat;
j. Pengurus IDI tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang
yang baru terbentuk perlu mendapat penjelasan
dari IDI dan MKEK Pusat mengenai wewenang,
tugas, dan kewajibannya.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 143 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

TERMINASI HUBUNGAN DOKTER & PASIEN

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Hubungan dokter-pasien yang baik adalah • Hubungan dokter-pasien terjadi berdasarkan
salah satu landasan untuk memberi layanan adanya saling percaya dari kedua belah
medis yang baik pihak.
• Terkadang hubungan ini tidak baik akibat • Penjelasan edukatif hubungan dokter-pasien
perilaku dokternya, pasiennya, atau keduanya sejak awal, dapat diberikan oleh fasyankes
dan dokter.
• Sudah diketahui bahwa seorang pasien • Ujaran atau sikap yang tidak menghormati
berhak memutuskan hubungan dokter- atau bahkan menghina oleh salah satu pihak
pasien dapat merusak hubungan dokter- pasien
dan tim medis/kesehatan lainnya.
• Namun, apakah seorang dokter boleh • Terminasi hubungan dokter- pasien dari sisi
mengakhiri hubungan dokter-pasien? Bila dokter, dapat dilakukan pd pasien/keluarga
boleh, bagaimana cara melakukannya secara yg mengeluarkan ujaran atau sikap yang
etis? tidak menghormati atau bahkan menghina
dokter, tenaga medis/kesehatan lainnya, dan
fasyankes di mana pasien/ keluarganya tidak
mengubah ujaran atau sikap tersebut setelah
diingatkan.
• Dokter dan fasyankes yang memutuskan
terminasi hubungan dokter-pasie harus
memfasilitasi pasien/keluarganya untuk
dapat berobat ke dokter atau fasyankes lain.
• Dokter dan fasyankes yang memutuskan
melakukan terminasi hubungan dokter-
pasien hanya boleh melakukannya pada saat
dan dengan cara yang tidak membahayakan
pasien.
• Perlu dipikirkan syarat2 jika memang
diperkenankan melakukan terminasi
hubungan dokter-pasien Agar MKEK
menerbitkan fatwa khusus terkait terminasi
hubungan dokter-pasien yang etis sebelum
Muktamar IDI 2021, dengan tahapan sesuai
Ortala MKEK:
a. Penerbitan artikel akademik di JEKI
(edisi Januari/Februari 2021) tentang
gagasan lengkap terminasi hubungan
dokter-pasien
b. Penerbitan fatwa 2-3 bulan pasca
penerbitan artikel tersebut di JEKI.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 144 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

SUB-KOMISI DISIPLIN & HUKUM


SECTIO CAESAREA ATAS PERMINTAAN PASIEN

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Sampai di mana seorang dokter dibenarkan • Tindakan SC diharuskan dengan indikasi
memberikan layanan medis untuk memenuhi medis
keinginan pasien padahal tidak ada indikasi
medisnya?
• Apakah dokter juga dibenarkan memenuhi • Tindakan section caesarea atas indikasi
keinginan pasien untuk seksio tanpa indikasi sosial (atas permintaan pasien) agar diatur
medis? dalam standar profesi Obsgin (merujuk
pada aturan keilmuan dari POGI), karena
berpotensi menjadi masalah hukum baik
perdata maupun pidana.
• Bagaimana mencegah dampak buruk • Review standar profesi Obsgin
terjadinya seksio yang berlebihan
sebagaimana yang terjadi sekarang ini?
Antara lain resiko bagi pihak ke-3 sebagai
penanggung biaya?
• SC. Dengan pembiayaan mandiri, adalah hak
pasien.

PROFESI GANDA (DOKTER/LAWYER)

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Bagaimana mencegah terjadinya dampak • Dokter yang memiliki profesi ganda dalam
negatif pada seorang dokter yang punya hal ini Lawyer diperbolehkan.
SIP dan STR tapi juga berpraktik sebagai
pengacara?
• Bagaimana mencegah ia melakukan • Terhadap Profesi Ganda Dokter dan Lawyer:
pemerasan terhadap sejawatnya?
• Bagaimana bila ia juga menjadi anggota a. PB IDI agar membuat adjudgment dalam
BHP2A? regulasi internal terkait dokter yang
berprofesi ganda sebagai lawyer.
b. Selain itu peran BHP2A dipertajam yaitu
untuk menentukan layak atau tidaknya
dokter/lawyer membela kasus hukum
yang melawan teman sejawat.
• Diperlukan SK PB IDI tentang profesi ganda
• IDI tidak MEMPERKENANKAN anggotanya
menjadi Pembela lawan anggota

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 145 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

DOKTER INTERNSHIP & PPDS SBG GARIS DEPAN MENANGANI COVID-19

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Apakah dibenarkan secara etik & hukum • Dokter Internship dan dokter PPDS sebagai
bila pemerintah membuat peraturan yang garis terdepan menangani COVID-19
mengharuskan para peserta Internship & harus terlindungi secara optimal. IDI harus
PPDS untuk ditempatkan di garis depan memberikan cara pandang ke Pemerintah
untuk menangani kasus-kasus Covid? atas nilai- nilai kewenangan dan elemen-
elemen sistem kesehatan sebagai satu
kesatuan dalam regulasi, termasuk
memberikan kewenangan praktik terhadap
dokter yang telah disumpah,demikian juga
yang berkenaan dengan hak-hak mereka.
• Hanya Sebagian PPDS yang terkait tugas ini • Kewenangan PPDS sesuai dengan aturan
misalnya bidang pulmonologi, anestesi, atau yang berlaku sebagai Peserta Didik; hak
radiologi, sedang yang lainnya tidak. Adakah mempertahankan keselamatan diri berlaku
hak untuk menolak? sama bagi setiap Dokter.
• Surat resmi ke Kemkes tentang dokter
Internship & PPDS.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 146 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

BULLYING TERHADAP PPDS

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Belum dapat diselesaikannya masalah • Untuk permasalahan bullying terhadap PPDS,
pembulian PPDS (terutama bedah dan perlu sosialisasi oleh BHP2A pada setiap
kebidanan) rapat perhimpunan; dibutuhkan kerjasama
IDI dengan FK penyelenggara PDSP, untuk
melibatkan dosen atau PPDS senior sebagai
pengawas PPDS, juga dibuka chanel khusus
untuk PPDS agar dapat melaporkan masalah
(confidential) dimana BHP2A dan MKEK
mendapat wewenang untuk melakukan
pengusutan.
• Bagaimana cara menghapus praktik yang • Perlu dibuat Gerakan/deklarasi anti bullying
memalukan ini? di komunitas IDI.
• Apa sanksi yang layak dijatuhkan? • Sebelum membuat aturan tentang bullying
harus ditentukan terlebih dahulu definisi
Bullying; parameter ringan, sedang, dan
berat secara nasional dan menentukan: siapa
yang mengambil keputusan, sanksi & tata
cara pemberian/pelaksanaan sanksi.
Bagaimana cara sosialisasinya? Perlu tenggang • MoU PB IDI dengan FK penyelenggara PPDS.
waktu berapa lama?

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 147 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

EKSEKUSI KEPUTUSAN MKEK

PERMASALAHAN REKOMENDASI
Ketika MKEK sudah membuat keputusan Terhadap eksekusi keputusan MKEK yang tidak
mengenai suatu kasus pelanggaran etika berjalan, PB IDI agar membentuk tim adhoc
kedokteran, ada yang tidak terlaksana padahal untuk monitoring dan pengawasan terhadap
pelanggaran etik, hukum atau disiplinnya Pelaksanaannya. Tim adhoc ini ada ditingkat
tergolong berat Wilayah dan Pusat.

PERLUNYA PEMBINAAN ETIKA, DISIPLIN & HUKUM THP DOKTER DI RS

PERMASALAHAN REKOMENDASI
Perlunya pembinaan Etika, Disiplin & Hukum Perlu adanya pembinaan etika, disiplin dan
terhadap Dokter di Rumah Sakit hukum kepada Dokter di RS oleh MKEK dan
atau BHP2A dengan melibatkan Komite
medik RS/Faskes, terutama hubungan
profesional: dokter-pasien, sesama Sejawat
dan Dokter-Faskes. Diusulkan PB.IDI untuk
membuat MoU dengan PERSI agar kegiatan
tersebut dapat terlaksana.
Dalam hal anggota yang melanggar etik, PB IDI membuat MoU dengan badan
disiplin dan hukum bagaimana eksekusi pengawas dan pembina RS swasta/negeri
putusan yang dikeluarkan oleh MKKI dan (BPRS); menyangkut pelaksanaan dan
MKDKI. pembinaan terhadap keputusan dari MKKI
& MKDKI dimaksud, sehingga dapat dibiayai
oleh pemerintah setempat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 148 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

RUMAH SAKIT KEJAR PROFIT, DOKTER TERHIMPIT

PERMASALAHAN REKOMENDASI
Bagaimana IDI Melindungi: Terhadap permasalahan RS yang mengejar profit,
diperlukan perlindungan terhadap dokter yang
a. Anggotanya ketika berhadapan
menghadapi masalah disiplin-hukum, dan masalah konflik
dengan RS yang mengejar profit
dengan manajemen RS yaitu dengan cara:
secara melawan etik misalnya
mengenakan penalti terhadap dokter • Untuk melindungi dokter dari proses bisnis pelayanan
yang pasiennya terlalu sedikit? kesehatan agar dibuat FORMAT PERJANJIAN/
b. Bagaimana IDI melindungi KONTRAK KERJA dokter dengan RS/Faskes lain
anggotanya ketika ia diperiksa sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
MKDKI? dokter.

c. Atau ketika ia berhadapan dengan • Setiap ada gelar perkara di MKDKI maka BHP2A agar
penegak hukum, atau institusi lain diikutsertakan dari awal.
yang arogan? Perjanjian kontrak • BHP2A diberitahu/dilibatkan; mengutamakan
kerja dokter dengan RS/Faskes mediasi, sesuai UUPK & UURS. Apabila terpaksa/
masuk tahap litigasi, maka BHP2A membantu
mencarikan Penasehat Hukum.
• Dalam hal perjanjian kontrak kerja antara dokter dan
klinik atau faskes harus lebih diperjelaskan Kembali
terkait hak dari dokter tersebut. Untuk menengahi
permasalahan tersebut IDI diwajibkan membuat surat
edaran atau sosialisasi terkait kontrak kerja dan dapat
menyelesaikan konflik antara dokter dan faskes
• IDI wajib melindungi terhadap anggotanya yang
bekerja di klinik atau faskes, di dalam perjanjian
kontrak kerja tersebut minimal dikontrak selama tiga
tahun, bagaimana cara memutuskan kontrak kerja
dan memberikan pesangon terhadap dokter tsb.
• Dokter yang dibuatkan kontrak kerja adalah dokter
yang full timer (UU. Tenaga Kesehatan) dan untuk
dokter tamu hanya dibuatkan surat permohonan
(Klausul Khusus).
• IDI seharusnya membuat aturan jelas dengan clausal
umum dan clausul khusus da disesuaikan dengan
faskes atau klinik di dalam clausul tersebut di buatkan
clausul dokter full time atau dokter tamu
• Terkait peraturan perundang-undangan apakah
seorang dokter dimasukkan ke dalam UU Tenaga
Kerja atau UU Praktik Kedokteran harus dijelaskan
baik di RS Negeri atau Swata.
• Selaras dengan kesimpulan Pleno pada komisi C;
BHP2A akan bersinergi dengan MPPK, khususnya
mengenai perancangan kontrak kerja.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 149 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI D

KONFLIK KESEJAWATAN

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Dalam kondisi apa seorang dokter yang • Penyelesaiann konflik antar dokter sedapat
berkonflik dengan sejawatnya dibenarkan mungkin diselesaikan secara kesejawatan
mencari penyelesaiannya melalui jalur dengan prosedur mediasi,seyogyanya
hukum? tidak diteruskan ke jalur hukum; bila tetap
diteruskan ke jalur hukum (semata-mata
karena keinginan para pihak), maka menjadi
tanggung jawab para pihak.
• Perlu dibuat Surat Edaran dari PB. Perihal
tersebut diatas

PENANGANAN KASUS PADA BHP2A

PERMASALAHAN REKOMENDASI
• Adanya pengaduan berulang akibat Optimalisasi penanganan kasus disiplin-hukum:
penanganan kasus yang tidak terselesaikan
• Perlu dukungan PB IDI untuk menggalakkan
di cabang dan wilayah.
kembali sosialisasi alur kerja BHP2A pada
semua tingkat kepengurusan.
• Pengurus BHP2A cabang / wilayah/ PB
dipilih yang mempunyai integritas & sebelum
diangkat agar membuat. pernyataan atau
pakta integritas.
• Perlunya pelatihan Mediator untuk pengurus
BHP2A

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 150 IKATAN DOKTER INDONESIA


5. KOMISI E
KEBIJAKAN ORGANISASI (EKSTERN DAN INTERN)

MATERI SIDANG KOMISI E


A. Prinsip Etik Penelitian Kedokteran yang Melibatkan Subyek Manusia
B. Menjaga Kehormatan Organisasi IDI melalui Penyelenggaraan yang Bermartabat
C. Pembuatan Rencana Strategis Organisasi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 151 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI E

A. Prinsip Etik Penelitian Kedokteran yang Melibatkan Subyek Manusia


1. Etika Penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mengacu pada prinsip-
prinsip Declaration of Helsinki,World Medical Assembly, Etika Penelitian pada subjek
manusia pada WHO berisikan 24 Ethical Guideline pada tahun 2016.
2. Approval dari Badan POM terhadap uji klinik fase 1, 2 dan 3, aplikasi ijin agar obat
(prosedur) harus dihormati sebagai bagian penghormatan terhadap etika pada
penelitian subjek manusia
3. Merekomendasikan kepada Universitas/Fakultas Kedokteran atau IDI untuk membentuk
kaukus untuk ujiklinik obat dan prosedur Covid-19 diinisiasi oleh para Farmakologi
Klinik se Indonesia
4. Rekomendasi Organisasi agar Badan POM mengikut sertakan IDI untuk membahas/
approval uji klinik obat dan vaksin Covid 19. Peran IDI adalah sebagai mitra, bukan
regulator
5. Mendukung kinerja dan Langkah-Langkah Tim Satgas Covid 19 PB IDI melaksanakan
penelitian obat-obatan dan prosedur lainnya pada covid 19

Rumusan Masalah: Vaksinasi COVID-19 pada Tenaga Medis/Kesehatan


Pertanyaan kunci:
Bagaimana efektivitas, keamanan, dan prosedur pelaksanaan?
Usulan Komisi E :
• Mengacu pada Declaration of Helsinki, World Medical Assembly, dan Ethical Guideline
• Approval BPOM (uji klinik)
• Rekomendasi kepada Universitas/FK/IDI untuk membentuk kaukus uji klinik obat dan
prosedur COVID-19
• IDI ikut serta dalam approval uji klinik sebagai mitra
• Dukungan terhadap Langkah Tim SATGAS COVID-19 dan MONITORING EVALUASI

Persiapan Pra, Pelaksanaan, dan Pasca Vaksin


Vaksinasi pada tenaga medis dengan pertanyaan kunci tentang efektifitas keamanan dan
prosedur mengundang banyak masukan yang disimpulkan bahwa IDI akan terlibat secara
profesional melalui anggota yang terlibat dalam institusi dan juga secara aktif mengawal
dengan memastikan informasi dan pengambilan keputusan yang melibatkan IDI

B. Menjaga Kehormatan Organisasi IDI melalui Penyelenggaraan Muktamar


yang Bermartabat
1. Pelaksanaan Muktamar IDI yang bermartabat telah dilaksanakan di Samarinda dan
didokumentasikan dalam Tata Laksana Organisasi
2. Rekomendasi penyusunan naskah akademik AD/ ART terkait perubahan-perubahan di
AD/ART dilaksanakan dengan membentuk Tim AD/ART yang menyusun dan membahas
1 tahun sebelum muktamar

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 152 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI E

3. Merekomendasikan Pembentukan Komite Penegakkan Tata Tertib Muktamar


4. Dilakukan monitor dan evaluasi terhadap pelaksanaan Muktamar yang bermartabat
sehingga akan ada perbaikan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan secara
berkesinambungan.
5. Konsisten menjalankan kebijakan organisasi apalagi yang sudah diputuskan di Muktamar
6. Keputusan dan Kebijakan organisasi bukan tanggung jawab pribadi Pimpinan tapi
merupakan tanggung jawab sebagai Pimpinan Organisasi sehingga bila terjadi
pergantian Pimpinan keputusan tersebut harus tetap dapat dipertahankan secara
organisasi
7. Degradasi kekompakan dan kesejawatan diantara dokter harus dibangun kembali guna
menggalang agar IDI dapat tetap menjadi profesi luhur dan bermartabat dan mampu
berkomunikasi secara profesional.

C. Pembuatan Rencana Strategis Organisasi


- Pada Muktamar Samarinda yang lalu, rancangan Renstra belum disusun dan diamanatkan
untuk dibuat untuk pembahasan pada Muktamar berikutnya
- Pertimbangan penyusunan RENSTRA :
• Bersifat jangka menengah dan Panjang (lebih dari 1 masa kepengurusan)
• Setiap kepengurusan menyesuaikan program kerja sesuai renstra, culture, value &
norm/behavior
• Disusun secara knowledge based, scientific based, professional based
Usulan Komisi E :
1. Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)
• Sumber :evaluasi internal dan eksternal
• Output : Daftar Inventarisai Masalah (DIM)
2. Root Cause Analysis (RCA)
Output : Daftar akar masalah menuju penyusunan SWOT
3. SWOT dan Naskah Akademik
Output : Dokumen jangka menengah dan Panjang dengan KPI SMART

8 Komponen Rencana Strategis :


1. Sejarah, profil, stakeholder internal/eksternal IDI
2. Visi, Misi, Nilai IDI
3. Daftar inventaris masalah dan RCA
4. Issue strategis internal & eksternal
5. Exercise strategi (BSC atau SWOT)
6. Budget analysis
7. Indikator dan rencana monev
8. Strategic management

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 153 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI E

• Komisi E telah menyusun Langkah-Langkah dibawah ini :


1. Kesiapan IDI : Dokumen (summary sejarah IDI, profile IDI sekarang, mengumpulkan
stakeholder internal dan eksternal)
2. Penulisan Visi, Misi dan Values yang saat ini kita ketahui (renstra yang ada saat ini)
3. Identifikasi isu dari langkah pertama dan kedua untuk menjadi strategis isu untuk
saat ini dan 9 tahun kedepan.
4. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam menyusun planning dan
menambah masukan dari stakeholder internal dan eksternal. Strategic issue mulai
diformulasikan dengan baik. Mempelajari isu-isu strategis pra rakernas antara lain
: Isu Pelayanan Kesehatan Indonesia Mendatang, Isu Pendidikan kedokteran masa
depan, Isu tentang kurangnya penelitian –penelitian kedokteran di Indonesia, dan
Isu masalah etik dan hukum pada pelayanan profesi kedokteran.
5. Exercise dalam menyusun strategi, dapat menggunakan Balance Score Card atau
SWOT analisis sehingga dapat menghasilkan Goal dan Obyektif
6. Pembuatan Annual Budget dan Annual Rencana
7. MONEV terhadap pelaksanaan RENSTRA
8. Management Strategic dan momentum strategic
DAFTAR ISSUE STRATEGIS SIDANG KOMISI E
Terdiri atas issue strategis mengenai
A. Organisasi IDI
B. Dokter Indonesia
C. Profesi Dokter
D. Sistem Kesehatan Nasional

A. ORGANISASI IDI
No. Sub-Topik Isu Strategis Luaran yang diharapkan
INTERNAL
1. Akuntabilitas dan transparansi • Pengelolaan keuangan dan aset
• Audit berkala oleh auditor eksternal independen
2. Transformasi organisasi • Dialog antarprofesi dan perhimpunan
• Pembentukan compendium yang knowledge-based, scientific-
based, dan professional-based
• Latihan kepemimpinan Dokter Indonesia
3. Etika dan martabat • Pengawalan etika dalam berorganisasi
EKSTERNAL
1. Positioning IDI sebagai mitra • Partisipasi aktif dalam perumusan kebijakan
regulator • Evaluasi terhadap kebijakan kesehatan
2. IDI sebagai organisasi tunggal dokter • Adanya badan yang menjadi ”juru bicara” resmi bagi persoalan
yang memiliki satu suara Kesehatan publik

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 154 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI E

Agar IDI bersifat transparan dan akuntabel, perlu dilakukan :


1. Pengaturan mekanisme pemanfaatan keuangan dan status kepemilikan harta,
baik PB IDI, IDI Wilayah, dan IDI Cabang
2. Audit berkala (benchmarking AMA dan BMA)
3. Pengaturan mekanisme pertanggungjawaban anggaran
Dalam diskusi juga mengemuka mengenai perlunya waspada terhadap “medical
populism” yang menyederhanakan atau mendramatisir krisis dan memberikan
solusi yang didasarkan pada pendekatan ilmiah.

B. DOKTER INDONESIA
No. Sub-Topik Isu Strategis Luaran yang diharapkan
1. Partisipasi dalam kemajuan IPTEK • Peningkatan publikasi yang dilakukan oleh dokter (termasuk
yang berada di lokasi terpencil)
• Aplikasi telemedicine yang sesuai dengan peraturan dan hakikat
Praktik kedokteran
2. Kompetensi Penelitian • Mendorong dan membimbing anggota agar turut aktif dan
makin kompeten dalam penelitian
• Indikator penelitian dalam h-index Scopus
3. Registri • Registrisi Dokter Indonesia dengan jenis profesi, jumlah, dan
distribusi yang akurat
• Pengelolaan “Big Data” keanggotaan
4. Kekompakan antar dokter • Penyegaran mengenai makna kesejawatan
• Terlaksananya budaya berkeadilan (Just Culture)

C. PROFESI DOKTER
No. Sub-Topik Isu Strategis Luaran yang diharapkan
1. Etik Kedokteran • Penyegaran tentang KODEKI dan panduan etik kedokteran
2. Standar Pendidikan • Evaluasi sistem pendidikan kedokteran umum dan spesialis,
termasuk SPKKL P
3. Standar Kompetensi • Evaluasi berkala kompetensi sesuai perubahan profil epidemiologi
penyakit, sosiodemografi, budaya di masyarakat
• Aplikasi kelimuan berbasis evidence-based medicine
D. SISTEM KESEHATAN NASIONAL
No. Sub-Topik Isu Strategis Luaran yang diharapkan
1. Peran aktif sebagai Pemimpin - Rekomendasi terhadap rencana jangka panjang, jangka
Transformasi Kesehatan menengah, dan jangka pendek kesehatan pemerintah
Nasional
2. SDGs 2030 dan Indonesia Emas - Kontribusi IDI dan dokter dalam meningkatkan derajat
2045 kesehatan nasional dan pencapaian indikator SDGs 2030
dan Indonesia Emas 2045

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 155 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI E

3. Penggunaan Teknologi - Peningkatan utilisasi teknologi canggih melalui penihilan


Kedokteran dalam Pelayanan pajak impor alat kedokteran
Kesehatan - sesuai prinsip-prinsip penilaian tekhnologi Kesehatan
(HTA)

4. Evaluasi terhadap SJSN - Keterlibatan IDI dalam perencanaan monitor pelaksanaan


monitor evaluasi terhadap SJSN, DJSN, & BPJS Kesehatan
5. Pelayanan kesehatan - Review Perpres Sistem Kesehatan Nasional
- Utilisasi “Big Data” dalam sistem kesehatan
- Jaminan alat, sarana, dan pembiayaan pelayanan
- Luaran yang diharapkan
- Death investigation yang memanfaatkan teknologi
keterbukaan dan etik publik
6. Informasi dan Literasi - IDI sebagai pemimpin,edukator dan penyampaian edukasi
Kesehatan Publik kesehatan yang benar dan bertanggung jawab ke publik

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 156 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F
6.
REKOMENDASI DAN PEMBAHASAN GBPP

Hasil Diskusi
1. Tim AdHoc komisi F berharap organisasi IDI bukan hanya menjadi wadah untuk dokter saja
tetapi wadah bangsa, negara dan terutama kepentingan masyarakat. Bukan merupakan
kepentingan pribadi, bisnis dan sebagainya.
2. Proses berjalannya suatu organisasi ditentukan oleh 3 pilar:
- Pemerintah
- Sektor private
- IDI (organisasi profesi) beranggotakan para dokter yang memiliki 3 hal:
Brain: sifat kemanusiaan
Mind: intelektual utk mengerti persoalan yang ada
Heart: merupakan bagian terpenting
Ketiga hal tersebut akan diterjemahkan dalam bentuk perilaku/ ciri professional yang
menjujung tinggi etika dan intelektual. IDI menjadi intelektual power yang bertugas
memberikan gagasan dan aktivitasnya dijalankan oleh government dan IDI hadir di
masyarakat sebagai penyeimbang dan memberikan kebenaran.
3. Ancaman-ancaman:
- Ancaman ketertinggalan teknologi yang amat mencemaskan
- Hubungan IDI dengan pemerintah kian renggang. Bahkan terjadi ketidak sepemahaman
frontal di depan publik
- Beberapa keputusan pemerintah yang meninggalkan IDI
- Kepercayaan public pada dokter Indonesia rendah
- Kehadiran dokter asing
- Masalah internal, ketidakkompakan jajaran pengurus yang dikeluhkan oleh banyak
anggota
- Persoalan anggota IDI dengan BPJS yang tidak kunjung selesai
- Pelanggaran etika dokter yang masih banyak menjadi isu publik
- Penanggulangan pandemi Covid 19 yang semakin tidak menentu
- Banyak hal yang tidak bisa dicantumkan disini
4. Menilai organisasi IDI secara terukur (Strong, Weak, Fail) secara keseluruhan
5. Diperlukan sistem dalam penilaian tersebut
6. Ada 5 level organisasi secara teori:
- Prospectus: Organisasi yang menciptakan masa depan.
- Antisipasive: Organisasi yang mampu menganalisa masa depan dan mampu
mempersiapkan diri bahkan berlari leboh cepat.
- Deffensive: Bentuk organisasi kaku, bertahan dengan pola lama. Hanya melakukan
perubahan minor menyesuaikan diri dengan perubahan.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 157 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

- Reactive: Organisasi yang bejalan tanpa sistem, tanpa strategi, hanya sibuk mensiasati
gejala-gejala yang tampak (symptomatic), tanpa mampu memahami dan mengatasi
causal masalah sebenarnya.
- Inertia: Organisasi yang tidak mampu berbuat apa-apa hanya sibuk mengeluh dan
memberi reaksi yang tidak relevan.
7. Diharapkan organisasi kita adalah prospectus dan antisipator.
8. Ancaman eksternal:
Tidak bersifat reaktif tapi badan organisasi harus matang dan harus memperkuat Pondasi.
IDI ibarat kendaraan yang akan dipakai untuk maju ke depan. Pondasi yang utama adalah
kolegalitas yaitu ikatan spiritual tertinggi yang dibutuhkan, persamaan awareness dengan
mengemukaan dialog, suportif dan komunikasi yang baik.
9. IDI harus satu. Dokter Indonesia harus satu. Struktur tidak mungkin bagus jika pondasi
tidak bagus. Kongres bermartabat tidak mungkin berjalan jika pondasi tidak sama.
10. Team work dan integrasinya harus baik serta bekerja secara transparan dan cerdas.
11. Tidak bisa menggunakan cara-cara konvesional, harus mulai dengan digitalisasi. Harus
membentuk sistem, pola pikir, dan rumah baru. Diharapkan ancaman bisa diprediksi dan
data dapat diakses sehingga bekerja atas dasar data yang update.
12. Penguatan struktur IDI perlu transformasi mendasar. Kepemimpinannya harus berjiwa
besar.
13. Penguatan strategi IDI didiskusikan dalam komisi E Rakernas IDI
14. Membangun IDI baru melalui:
- Mempersiapkan dokter Indonesia menjadi professional
- Organisasi yang modern dan adaptive
- Organsisasi berwibawa, memiliki reputasi sosial tinggi
- Kepemimpinan IDI yang visioner, cerdas, disegani, high soft skill dan berani
- Memperkuat ikatan persaudaraan internal
- Membangun jaringan aliansi dengan para pengambil kebijakan dan pelaku ekonomi
dengan dasar
15. Kesimpulan dan usulan:
- Diperlukan transformasi mendasar, hadirnya IDI baru yang mampu menjawab tantangan
perubahan
- Perubahan dimulai dari internal organisasi IDI
- Diperlukan penilaian obyektif untuk memulai dan mengawal transformasi
- Mengembangkan budaya intelektual yang mengedepankan meritokrasi, produktifitas
dan sportifitas
- Diperlukan kepemimpinan yang visioner, cermat, kuat, luwes, konsisten dan
berkomitmen tinggi untuk melakukan perubahan mendasar di organisasi IDI.
16. Komisi ini akan menghasilkan rekomendasi yang akan diberikan kepada organisasi IDI

MASUKAN DAN SARAN

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 158 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

1. DR. Dr. Sutrisno Sp.OG(K) – JATIM : konsep filosofi sudah luar biasa tetapi yang diperlukan
bagaimana menterjemahkan konsep ini ke dalam aktivitas nyata. Menggali kegiatan riil apa
yang terukur yang bisa dilakukan IDI. Contohnya kemandirian ilmu: menulis buku, artikel,
riset; Kemandirian ekonomi: telemedicine dengan menggunakan sistem IT; perbaharuan
KTA IDI, dll, sehingga programnya nyata. Masukan yang dihimpun menjadi masukan praktis
yang dapat direalisasikan oleh PB IDI.
2. Dr. Nurainun Rani, M.Kes, Sp.GK – PDGKI : organisasi IDI dalam posisi dimana sekarang?
Perlu penilaian baik IDI pusat maupun IDI cabang dalam posisi reaktif atau tidak. Kita perlu
memperkuat mulai dari cabang-cabang dulu. Karena tidak akan dipercaya masyarakat jika
kondisi internal tidak kuat. Masih ada kotak-kotak antar bidang sub spesialis
3. DR. Dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM – PHTDI : harus punya persepsi yang sama dan
pondasi yang kuat. Organisasi IDI sudah solid atau belum? Apakah kita mampu memberikan
cahaya sebagai lilin penerang. Dasar kita adalah etika dan sumpah dokter, kita harus tau
tujuannya dulu. Jangan menuntut modernisasi saja. Kalau dilihat di luar negeri, range gaji
dokter sudah diatur. Kekompakan harus ditingkatkan. Maka kedepannya tidak akan ada
tumpang tindih antar dokter.
4. Dr. Ruswaldi Munir Sp.KO – RIAU : di beberapa cabang IDI masih lemah, tidak dianggap
oleh bupati, gubernur dalam hal pengambil kebijakan karena figure yang tidak kuat.
Maka organisasi IDI harus mengedepankan pemilihan pemimpin yang berkualitas dan
berkompeten, tidak dipengaruhi kepentingan pribadi.
5. Prof. DR. Dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad(K) – PORI : Berdasarkan kata SMART
kita harus measureable, tetapi di manage secara profesional. Posisi kita dimana? Strategi
kita bagaimana? Strategy mapping dapat dimasukan ke dalam program spesifik renstra.
Agar ada program yang dapat mengikuti situasi dan kondisi ter-update. Sekarang yang
jadi masalah adalah semua orang ingin menjadi leader tetapi tidak ada yang bisa menjadi
manager. Sebenarnya kita butuhkan manager yang professional yang menjalankan semua
program-program yang kita rencanakan. Manager seperti roda yaitu yang menjalankan.
Kita semua selama ini menempatkan diri sebagai leader yang diibaratkan sebagai mesin
namun jika tidak ada rodanya tidak bisa jalan. 3 tugas organisasi profesi: protecting people,
guiding member dan empowering profesion.
6. DR. Dr. M. Heru Muryawan, SpA(K) – JATENG : pertama mengusulkan organisasi IDI harus
mempunyai ciri dulu. Ciri organisasi IDI yang berprofesional, bermartabat dan berkeadilan.
Kedua, kita merekomendasikan IT yang professional untuk menjalankan program IDI agar
bisa dilaksanakan.
7. DR. Dr. Tirza Z Tamin, Sp.KFR(K) – PERDOSRI : Untuk kedepannya, yang pertama, aturan-
aturan yang telah dikeluarkan oleh organisasi IDI sendiri diharapkan benar-benar dijalankan
oleh organisasi IDI. Kedua, dalam menyikapi berbagai permasalahan perhimpunan,
organisasi IDI harus bersifat netral dan mengayomi para perhimpunan karena IDI merupakan
induk dari perhimpunan. Dan terakhir, diantara internal pengurus IDI sendiri harus kompak
dan solid karena menjadi panutan bagi anggotanya dan masyarakat serta solusi yang
diberikan oleh organisasi IDI diharapkan bebas dari kepentingan pribadi dan politik.
8. DR. Dr. A. M. Takdir Musba., SpAn., KMN – PERDATIN : kekuatan organisasi ini dalam
menghadapi tantangan IDI ke depannya harus mempunyai kekuatan internal. IDI sebagai
organisasi modern, bagaimana membuat organisasi dengan pondasi yang kuat. Mohon
untuk ada suatu SOP yang terukur sebagai suatu etika organisasi untuk membentengi
anggota dari perbuatan yang memiliki unsur kepentingan pribadi.
9. Prof. DR. Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.T.H.T.K.L.(K) – THT : tugas komisi F adalah memberikan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 159 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

rekomendasi kepada organisasi IDI. Analisa harus dikerjakan lebih dahulu agar kita tau
posisi organisasi IDI ada dimana, sehingga nanti rencana kerja dapat kita tentukan. Dalam
pleno sebaiknya disampaikan oleh ketua apa follow up yang dapat dilakukan setelah
rakernas, agar semua yang disampaikan tidak hilang begitu saja. Terkait banyaknya IDI
cabang mungkin dapat membentuk suatu renstra sehingga tidak selesai sampai disini saja.
10. DR. Dr. Sutrisno Sp.OG(K) – JATIM : mengusulkan yang sifatnya praktis. Bidang organisasi:
diharapkan rapat rutin dengan wilayah contoh: mengenai vaksin. memperkuat kemampuan
menejerial dan pengurus. Bidang IT: membentukan tim yang baik, jika diperlukan menyewa
orang profesional juga tidak apa-apa. Bidang keilmuan: memberdayakan keilmuan untuk
memberikan respon yang baik, membuat fatwa yang baik dan di sebarkan oleh IDI,
membentuk riset network, menerbitkan buku-buku ilmiah. Bidang lintas sektor: diharapkan
ada tim khusus untuk masalah hukum, ada tim regulasi untuk upadate regulasi yang ada,
aktif menjalin komunikasi, sehingga tidak hanya ada MOU saja. Bidang fund rising: menyewa
orang profesional untuk mengurus koperasi dan asuransi, bekerjasama dengan lembaga
komersial seperti bank. Bidang internasional: membentuk tim khusus untuk berkomunikasi
tentang bench marking, karena layanan primer kita masih kalah dengan negara-negara
lain.
11. Dr. Hadjat S Digdowirogo, Sp.A – PB IDI : dibuat goal jangka pendek untuk pengurus
sekarang, lalu dibuat goal jangka panjang untuk pengurus IDI yang baru. Perlu ada
kesinambungan program antara pengurus IDI lama dengan yang pengurus IDI baru.
Pertama bagaimana dalam menghadapi pergantian Ketua IDI, karena dalam pemilihan yang
akan berpengaruh adalah anggota cabang jadi konsep-konsep ini harus kita sosialisasikan
kepada anggota cabang agar cabang mengerti konsep IDI yang kuat dan modern yang
diinginkan. Sosialisasi ini diharapkan menjadi rencana kerja untuk pengurus yang sekarang
sampai selesai masa kepengurusannya.
12. Dr. Zaenal Abidin, SH, MH – PB IDI : organisasi profesi itu hanya satu untuk satu profesi di
dalam satu negara sebagai dasar pondasi IDI.
13. Dr. Ario Djatmiko, Sp.B,Onk – PB IDI : ruang berpikir analisa dan sportifitas harus kuat
dalam pondasi kita. Jika pondasi lemah kita tidak dapat membuat struktur yang kuat,
sehingga tidak dapat membuat strategi yang baik. Usulan adalah membentuk organisasi
yang mampu adaptive dan update.
14. Dr. Marina Ludong., Sp.PK – Patologi Klinik : IDI juga harus bertanggung jawab dalam
proses pembentukan calon dokter yang akan menjadi penerus kita, sehingga bagaimana
strategi pengurus IDI mengawal calon-calon dokter untuk mewujudkan dokter yang baik.
15. Dr. Ruswaldi Munir, Sp.KO – RIAU : agar hasil rakernas IDI tidak menjadi tumpukan catatan
saja, perlu diusulkan tools terkait karakteristik pengurus harus jelas karena itu yang akan
diikuti oleh cabang. Struktur jangan bersifat vertical dan kaku. Selama ini organisasi
IDI kepemimpinan masih vertical, jaman sekarang kita harus bekerja secara horizontal.
Organisasi IDI yang kedepan harus fleksibel, horizontal, dan prospektif untuk menghadapi
turbulensi yang ada nantinya.
16. Dr. Ario Djatmiko, Sp.B,Onk – PB IDI : dari IDI pusat maupun cabang harus ada awareness
di pondasi. Harus ada sense of crises. Timeline juga harus dibuat untuk periode yang akan
datang. Anggota IDI sendiri sering tidak percaya kepada IDI itu sendiri. Itu merupakan
gambaran reputasi internal dari organisasi IDI.
17. Dr. Gatot Soetono,MPH – PB IDI : common goal harus dibuat. Kita sepakat organisasi IDI
harus di reformasi, kemudian memberikan mandat untuk merealisasikan ini. Selanjutnya
menciptakan timeline dalam jangka waktu tertentu.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 160 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

18. DR. Dr. Sutrisno Sp.OG(K) – JATIM : dalam forum ini kita harus membuat langkah-langkah
yang measureable, yang selanjutnya pengurus dapat membuat timeline berdasarkan
prioritas untuk merelaisasikannya dalam jangka waktu tertentu.
19. Prof. DR. Dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad(K) – PORI : mindset harus
berubah. Perlu atau tidak kita mendapat suatu pencerahan bagaimana membentuk renstra
yang baik, karena strategic planning ini kan nanti asalnya dari cabang, sehingga perlukah
pemerataan dalam hal tersebut mengingat permasalahan di masing-masing cabang yang
berbeda.
20. DR. Dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM – PHTDI : kalau kita sudah mempunyai rasa
persaudaraan dan memiliki yang baik maka akan tercipta kolegalitas yang baik. Bench
marking memang perlu, agar kita tidak ketinggalan dari negara-negara lain.
21. Dr. Poernomo Boedi Setiawan, SpPD, KGEH, FINASIM : struktur sudah baik tapi lebih ke
arah pelayanan dan kesejahteraan anggota. Kongkritnya organisasi tidak perlu diubah
total, tapi perlu ditingkatkan partisipasinya saja.
22. Dr. Joko Murdiyanto, Sp. An., MPH - JOGJA : perlu pemimpin yang kuat dan efektif. IDI
perlu dirasakan manfaatnya oleh anggota dan masyarakat umum. Jika pondasinya kuat,
IDI dapat menjadi organisasi yang bermartabat. Anggota, menjadi kurang tertarik karena
tidak merasakan manfaatnya.
23. Dr. Zaenal Abidin, SH, MH – PB IDI : Tagline : protect people, guideding doctor, memberikan
arah kepada anggota (empowering the profesion) dan IDI yang berprofesional, bermartabat
dan berkeadilan. tagline itu ada di dalam undang-undang kedokteran. Sikap organisasi
IDI menghadapi MEA. Jangan sampai advokasi hanya berhenti pada 1 periode, jadi harus
berkesinambungan.
24. Dr. Petrasama, SpOT - PABOI : IDI dirasa sekarang sudah mulai berpolitik dan hanya mau
ikut campur ke dalam hal-hal yang diuntungkan saja. Kita membutuhkan rekomendasi yang
taktis. Saya usul: anggota membutuhkan sesuatu yang lebih realistik, karena jika dilihat IDI
dalam 3 atau 5 tahun ke depan apakah IDI akan tetap dapat bisa bertahan. Mengingat sudah
mulai banyak desakan, karena merasa aspirasinya tidak tertampung di dalam organisasi ini.
25. DR. Dr. Sutrisno Sp.OG(K) – JATIM : kerja IDI sangat berat. Berikan pekerjaan-pekerjaan
kepada ahlinya, kita tidak bisa mengerjakan semuanya sendiri. Contoh kegiatan di jatim ada
kegiatan pengalaman guru dengan tujuan untuk bersilahturahmi kepada para seniornya,
sehingga rantai itu akan terus menyambung.
26. DR. Dr. Hery Djagat Purnomo, Sp.PD-KGEH – PEGI : kita harus cepat menjadi organisasi
yang adaptive. Bagaimana empowering anggota menjadi professional. Contohnya
adalah standarisasi pendapatan minimal untuk dokter. Kedua, kepastian untuk menjaga
profesionalisme yang diiringi dengan kesejahteraan. Penghargaan tidak disesuaikan
dengan tingkat pendidikan melainkan pelayanan. Contohnya dokter umum saja tidak ada
garansi fee. Dimanakah peran organisasi IDI ? Lalu selanjutnya akselerasi kita harus cepat
seiring dengan perkembangan IT. Organisasi IDI bila dikaitkan dengan pembangunan riset
dan pelayanan, tetapi organisasi IDI terlihat tidak membuka jalan untuk mendapat riset
fund.
27. Dr. Ario Djatmiko, Sp.B,Onk – PB IDI : rumusan tentang kelayakan dokter yaitu hak
mendapatkan kerja; hak mendapat keamanan income dan fisik dengan catatan akan
dihitung oleh organisasi IDI; hak mendapat career path yang jelas; hak otonomi profesi; hak
mendapat tambahan ilmu. Salary bukan ranahnya profesi. Kalo organisasi profesi hanya
advokasi saja. Kalo masalah gaji itu urusan treat union.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 161 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

28. Dr. Gatot Soetono, MPH – PB IDI : harus ada suatu standarisasi berapa pendapatan dokter.
Dulu pendapatan dr umum dengan dr spesialis adalah 1 : 3. Pendapataan dokter itu
paradoks yaitu berbanding terbalik dengan pekerjaan utamanya. Sekarang masuk pada era
JKN, kita harus tau berapa rata-rata pendapatan dokter di Indonesia, untuk membicarakan
kesejahteraan. Tetapi di forum ini kita jangan masuk kesana dulu. Forum ini kita harus
menyepakati satu hal dulu yaitu organisasi IDI harus berubah, lalu kita berikan prinsip-
prinsip apa yang harus ada dalam perubahan itu.
29. Dr. Willie Japaries, MARS, PhD - PDPKT : perlu standarisasi terkait dengan kompetensi
tambahan tentang herbal.
30. Dr. Hadjat S Digdowirogo, Sp.A – PB IDI : masalah berkesinambungan ini dapat terjaga jika
ada timetable tentang langkah-langkah yang diambil
31. Dr. Abraham Andi Padian Patarai, M.Kes – PDUI : setuju bahwa organisasi IDI harus
segera berubah, harus mampu menjawab tantangan jaman digitalisasi ini. Solusi teknisnya
harus ada masa upgrading pengurus. Pengurus yang akan diposisikan di peran tertentu
perlu dilakukan upgrading oleh pakar dan senior sesuai bidangnya. Untuk proses transisi
kepengurusan itu.perlu ada konsensus untuk mengisi gap kompetensi ini, dengan
memberikan kompetensi tambahan kepada dokter umum.
32. Dr. Baety Adhayati, Sp.FM – BANTEN : terkait reputasi organisasi, dilakukan program khusus
yang menilai dengan tools tertentu untuk pengurus cabang memahami level organisasi
cabang itu berada dimana. Terkait empowering profession, penguatan pengetahuan terkait
tata kelola klinis perlu ditingkatkan.
33. Dr. Agus Purwo Hidayat, Sp.An – SULTENG : kami memang ingin menilai bagaimana
strategi IDI cabang sampai saat ini. Menyikapi gap antara dr umum dan dr spesialis masih
kurang peminatannya dalam mengabdi di daerah, walaupun sudah diberikan insentif yang
cukup. Diperlukan strategi bagaimana pemerataan terhadap ketersediaan doker.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 162 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

TRANSFORMASI ORGANISASI IDI


CONDITIO SINE QUA NON

70 tahun sudah IDI mendampingi perjalanan bangsanya dibumi pertiwi mengisi kemerdekaan
Negerinya. Sudah selayaknya-lah kita bertanya, apakah peran IDI, selama ini. Sudahkah IDI
memberi peran terbaiknya bagi bangsa dan negara? Sesuai AD-ART, IDI hadir di bumi pertiwi
sebagai pemersatu, pembina dan pemberdaya para dokter Indonesia (pasal 10). Tujuan IDI
jelas tertera pada pasal 7:
1. Mewujukan cita-cita bangsa menuju masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pembukaan
UUD 45.
2. Memadukan segenap potensi dokter Indonesia, meningkatkan harkat, martabat dan
kehormatan diri dokter Indonesia. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
medik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat
sehat dan sejahtera.
Diharapkan (pasal 11), IDI dan anggota-anggota IDI, hadir ditengah masyarakat sebagai agen
pembaharu (agent of change) dan agen pembangunan (agent of development). Artinya, IDI
menetapkan bahwa setiap anggota IDI siap menjadi yang terdepan memimpin perubahan
bangsanya. Senantiasa siap memberi advokasi setiap langkah pengambil kebijakan dibidang
kesehatan (pasal 8).
Secara kuantitas dan usia, IDI adalah organisasi profesi yang terbesar dan tertua di negeri ini.
Tidak salah kalau masyarakat, pemerintah dan anggota IDI berharap besar dari IDI, sebagai
satu-satu nya wadah organisasi dokter di negeri ini. Untuk itu, seharusnya ada catatan dan
ukuran yang jelas perihal apa kontribusi IDI selama 70 tahun perjalanan bangsa ini. Disinilah
reputasi IDI dipertanyakan. Reputasi adalah modal utama untuk IDI bisa bersikap, berbicara
dan melangkah kedepan ditengah pergolakan bangsanya. Dengan kata lain, tanpa memiliki
reputasi cemerlang, sulit IDI akan memposisikan diri ditengah pergolakan bangsanya, apalagi
harus bersikap dan berbuat.

DASAR PEMIKIRAN:
Proses berjalannya suatu negara ditentukan oleh 3 faktor:
1. Penyelenggara negara (pemerintah, wakil rakyat, perangkat hukum dan keamanan dll).
Penyelenggara negara berlaku sebagai regulator dan eksekutor (provider). Sebagai
regulator diharapkan penyelengara negara akan berpihak pada kepentingan masyarakat
luas. Mengingat penentu kebijakan negara adalah pilihan rakyat, hasil dari demokrasi
(satu proses politik). Tidak bisa dihindari setiap kebijakan negara (dalam bidang apapun)
tak terlepas dari proses politik. Artinya, banyak kepentingan terlibat dalam setiap proses
lahirnya kebijakan, bukan kepentingan masyarakat semata. Begitu juga yang terjadi di-
kebijakan kesehatan.
2. Dunia usaha, pengusaha-investor beserta perusahaannya, hadir ditengah masyarakat
hanya dengan satu tujuan, memburu laba. Tetapi disisi lain, tidak dapat disangkal bahwa
kehadiran investor amat dibutuhkan oleh setiap negara. Sebab, investor adalah pembayar
pajak terbesar yang menghidupi penyelenggara negara. Hal lain, penyedia investor adalah
penyedia lapangan kerja terbesar yang amat dibutuhkan oleh rakyat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 163 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

3. Non-Government Organization, NGO adalah organisasi yang lahir karena mempunyai


kesamaan ciri dan cita-cita dari anggota. NGO hadir dengan tujuan sesuai dengan visi
dan misinya, bebas dari kepentingan business dan kepentingan politik (pemerintah). NGO
bergerak dengan membawa ciri-ciri dan cita-citanya. NGO hadir sebagai penyeimbang dari
dua kekuatan diatas (Business dan Regulator). Sikapnya, selalu berpihak pada kepentingan
masyarakat luas dan tetap berada dalam koridor etik. Oleh karena itu NGO umumnya
mendapat tempat khusus dihati mastarakat, karena dia mewakili kepentingan umum-
masyarakat.
IDI adalah organisasi yang dibangun atas dasar kesamaan profesi (dokter) dan kesamaan cita-
cita. Artinya IDI adalah termasuk NGO, sesuai yang tertera pada pasal 6 AD-ART IDI. Pada
AD ART IDI pasal 7 ayat 1 tertulis cita-cita IDI: Mewujudkan cita cita bangsa sesuai dengan
yang tercantum pada pembukaan UUD 45. Peran IDI dalam proses penyelenggaraan negara
amat jelas, menjaga cita-cita bangsa. Dengan cara, melakukan monitoring ketat atas perlakuan
penyelenggara negara dan para investor terhadap masyarakat luas, termasuk terhadap dokter
sebagai pekerja medis.
Pertanyaanya, benarkah IDI telah menjalankan perannya sesuai dengan ciri-cirinya dan telah
berjalan menuju cita-citanya? Seyogyanya IDI memahami, apa harapan semua pemangku
kepentingan pada organisasi kita, IDI.

MEMAHAMI IDI:
Dokter adalah suatu profesi yang unik, wajib memiliki:
• Brain: Kompetensi yang memadai dalam bidangnya.
• Heart: Panggilan kemanusiaan dalam menjalankan profesinya. Untuk itu dalam menjalankan
profesi nya dokter diikat oleh sumpah dan diawasi oleh rambu-rambu etika yang amat
ketat.
• Mind: Tingkat intelektual yang tinggi untuk memahami persoalan masa depan bangsanya
dalam skala yang lebih luas. Seperti yang pernah ditulis oleh Wahidin Sudiro Husodo: Dokter
buka hanya menyembuhkan luka pada badan pasien, tapi juga harus menyembuhkan luka
sebuah bangsa yang sedang sakit.
Point ke2 dan ke3 adalah hal yang membedakan profesi dokter dengan profesi lain. Tetapi,
ketiga point diatas tidak bisa dipisahkan, Point 1 adalah syarat awal yang membuka jalan
menuju profesi dokter. Perangkat-perangkat (pendidikan dan pengawasan) dibangun begitu
ketat untuk menjaga dan menjamin kompetensi dokter agar keamanan masyarakat terjamin.
IDI adalah organisasi dokter. Oleh karena itu, IDI harus membawa ciri-ciri yang telah tersebut
diatas (point 1,2 dan 3). Ciri-ciri yang tertulis filosofis harus bisa dirasakan langsung oleh
pemangku kepentingan dalam bentuk perilaku yang profesional anggota IDI:
• Kompetensi yang unggul dalam keilmuan, menguasai teknologi terkini dibidangnya.
Teknologi terus berkembang, bahkan dalam dekade terahir ini, dan kedepan (4.0) terjadi
disrupsi akibat ledakan teknologi. Dalam keadaan “ancaman teknologi” seperti ini, anggota-
anggota IDI akan, sepenuhnya bergantung pada kemampuan IDI satu-satunya organisasi
profesi dalam menjaga kompetensinya agar survive dan unggul dalam kompetisi.
• Menjunjung tinggi kehormatan dokter dengan menjadi yang terdepan dalam menjaga etika
dan sumpah dokter. Disini, Majelis Kehormatan Etika Kedokteran IDI akan bekerja proaktif

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 164 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

melindungi masyarakat. Tanpa didukung dengan landasan etika yang kuat, profesi dokter
akan membawa bahaya bagi kemanusiaan.
• Intelektualitas. Setiap anggota IDI harus peka akan perubahan yang terjadi dimasyarakat
terutama hal yang menyangkut bidang kesehatan. Para pemangku kepentingan berharap
IDI hadir ditengah masyarakat dengan membawa gagasan-gagasan cemerlang untuk
memecahkan persoalan bangsanya.
• Sebagai NGO, posisi IDI dalam penyelenggaraan negara adalah sebagai penyeimbang. Hadir
ditengah masyarakat sebagai “Intelectual Power”. Pembawa cahaya kebenaran, berpikir
visioner-futuristik melampaui zamannya dan berpegang pada fakta, data dan keilmuan.
Sikapnya jelas, selalu berpihak pada kepentingan umum, masyarakat dan kepentingan
anggotanya.
Kekuatan IDI terletak pada profesionalitas dan kompetensi anggotanya, etika dalam menjalankan
profesinya, gagasan-gagasan besar yang dihasilkan (level intelektualnya) dan peran yang
bebas dari kepentingan bisnis-politik. Setiap anggota IDI harus berdiri mewakili kebenaran,
berpegang pada keilmuan dan berpihak pada kepentingan masyarakat. Dalam posisi sebagai
agent of change dan agen of development, kemampuan leadership setiap anggota merupakan
suatu kemutlakan.
Disini, reputasi IDI dimata masyarakat menjadi amat sangat penting. Mengapa? Posisi tawar
IDI sepenuhnya terletak pada bagaimana reputasi IDI dimata masyarakat. Tanpa memiliki
reputasi yang cemerlang, posisi tawar IDI sudah tidak ada lagi. Sebuah kata bijak, “Respect for
those who deserve it, not for those who demand it”. Benarkah selama ini IDI adalah organisasi
yang layak dihormati? Benarkah IDI telah hadir bak lilin yang membawa cahaya ditengah
kegelapan bangsanya? Sengguh, kita wajib mengukur reputasi IDI dengan seksama sebelum
mengambil melangkah baru. Reputation is not overnight process, diperlukan waktu panjang
untuk membangun reputasi. Semua ukuran performa IDI sepenuhnya berpegang pada ke 4
poin diatas. Tidak mungkinlah reputasi IDI akan cemerlang bila dalam ukuran professional,
kompetensi dokter Indonesia jauh tertinggal. Atau, banyak pelanggaran etika yang dilakukan
oleh anggota IDI. Atau, tanpa buah gagasan yang cemerlang lahir dari organisasi IDI. Tak
mungkin IDI mendapat tempat dihati rakyat, tanpa jelas keberpihakannya pada rakyat. 70 tahun
waktu yang cukup panjang untuk mengukur reputasi dan menilai wajah IDI dimata masyarakat.

MASUKAN KOMISI F:
IDI adalah wadah dokter Indonesia dan bangsa Indonesia berharap akan masa depannya. Oleh
karena itu, IDI harus mampu berdiri tegak sebagai organisasi yang solid, independen dan bebas
dari pengaruh kepentingan-kepentingan lain (politik, bisnis, pribadi dan penguasa).
Tanpa dijabarkan secara detil, kita semua anggota IDI bisa merasakan bahwa IDI saat ini dalam
posisi yang teramat sulit. Bahkan posisi tersulit dalam sejarah pejalanan IDI. Keadaan yang sulit
ini langsung akan menentukan nasib dan masa depan dokter dan rakyat dinegeri ini.
Secara garis besar hal yang terjadi:
• Ancaman ketertinggalan teknologi yang amat mencemaskan.
• Hubungan IDI dengan pemerintah kian renggang. Bahkan terjadi ketidak sepahaman
frontal didepan publik.
• Beberapa keputusan pemerintah yang meninggalkan IDI.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 165 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

• Kepercayaan publik pada dokter Indonesia rendah.


• Kehadiran dokter asing.
• Masalah Internal, ketidak kompakan jajaran pengurus yang dikeluhkan oleh banyak anggota.
• Persoalan anggota IDI dengan BPJS yang tidak kunjung selesai.
• Pelanggaran etika dokter yang masih banyak menjadi isu publik.
• Penanggulangan Pandemi Covid yang semakin tidak menentu.
• Banyak hal yang tidak bisa dicantumkan disini
Semua masalah diatas tentu memerlukan jawab dan penyelesaian yang amat segera. Dalam
menyelesaikan masalah diatas, kita harus mengikuti kaidah-kaidah sbb:
• Specific: Detail masalahnya secara spesifik, misalnya: detil bagaimana ketertinggalan
teknologi dst....
• Measurable: Langkah yang terukur arah, efektifitas dan capaiannya
• Assignable: Siapa melakukan apa, dengan cara apa dan tanggung jawab siapa.
• Reasonable: Prediksi kemungkinan
• Time Related: capaian berdasarkan waktu.
Apakah IDI saat ini mampu menjawab semua masalah diatas? Jelas diperlukan keberadaan
satu organisasi (IDI) yang solid, peka, cerdas, fleksible yang mampu bergerak cepat dan
dengan strategi yang tepat. Suatu organisasi (IDI), dapat diibaratkan sebagai kendaraan yang
digunakan anggota nya untuk melewati tantangan kedepan, mencapai masa yang gemilang.
Diperlukan organisasi (IDI) yang reliable. Mempunyai reputasi cemerlang dimata masyarakat &
pengambil kebijakan sehingga diyakini kendaraan itu mampu membawa kita semua ke masa
depan yang gemilang.
Pertanyaanya:
• Benarkah IDI selama ini merupakan kendaraan yang tepat dan mampu membawa kita
semua kemasa depan yang gemilang?
• Benarkah selama ini IDI telah membangun reputasi yang cemerlang?
Pada dasarnya IDI adalah organisasi berbasis intelektual. Ukuran intelektual, sungguh tidak
tepat kalau kita yang menyebut diri kita intelektual. Tetapi orang lainlah yang melihat, mengukur,
menyebut kita cukup intelektual atau tidak. Untuk mengangkat IDI menjadi organisasi intelektual
yang dihormati, tidak bisa tidak, IDI harus mampu memenangkan “Intelectual Struggle” di
hati publik. Ini sungguh tidak mudah, sebab ruang penyelenggara negara dan ruang business
juga dipenuhi tokoh-tokoh pandai yang mampu mempengaruhi hati publik. Disamping itu,
umumnya tokoh-tokoh diruang business dan penyelenggara negara lebih mempunyai akses
ke-media.
Ada 5 level organisasi yang kita ketahui:
1. Prospectus: Organisasi yang menciptakan masa depan
2. Antisipasive: Organisasi yang mampu menganalisa masa depan dan mampu mempersiapkan
diri bahkan berlari leboh cepat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 166 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

3. Deffensive: Bentuk organisasi kaku, bertahan dengan pola lama. Hanya melakukan
perubahan minor menyesuaikan diri dengan perubahan.
4. Reactive: Organisasi yang bejalan tanpa system, tanpa strategi, hanya sibuk men-siasati
gejala-gejala yang tampak (symptomatic), tanpa mampu memahami dan mengatasi causal
masalah sebenarnya.
5. Inertia: Organisasi yang tidak mampu berbuat apa-apa hanya sibuk mengeluh dan memberi
reaksi yang tidak relevan.
Sebelum kita mulai melangkah kita harus menjawab, pada tingkat mana IDI saat ini berada?
Pertanyaan itu harus dijawab dengan sportif. Sebab, kita harus tahu benar apakah kendaraan
yang kita pakai ini benar-benar mampu membawa kita selamat melewati masa sulit ini.
Zaman telah jauh berubah, layanan kedokteran yang dulu dipahami sebagai pekerjaan yang
sarat dengan nilai altruistik, kini tampil dengan wajah baru, sepenuhnya industri. Tidak bisa
lagi, organisasi yang lahir dizaman altruistik memberi jawaban pada persoalan-persoalan
industri yang kian kompleks dan super cepat ini. Apalagi dengan kehadiran era 4.0, yang telah
merubah tata cara layanan dan organisasi kesehatan secara mendasar. Tidak bisa dihindari, IDI
harus berubah secara mendasar. IDI harus mampu melakukan perubahan transformatif, sesuai
dengan perkembangan zaman dan teknologi.

IDI SEBAGAI ORGANISASI MODERN:


Bagaimana keadaan IDI saat ini dan bagaimana perubahan bentuk organisasi IDI yang
diharapkan? Dari gambaran (5) level organisasi diatas, kita harus bisa membawa IDI paling
tidak ke level 2 organisasi (antisipasif), kalau mungkin ke yang pertama. Organisasi pada level
antisipasif adalah organisasi yang peka dalam membaca perubahan dan mampu bergerak
dengan cepat melakukan antisipasi. Untuk memobilisir seluruh organisasi dengan cepat sesuai
dengan perubahan yang terus terjadi dan teramat cepat, diperlukan bentuk struktur organisasi
yang modern dan adaptif.
Pondasi Organisasi:
Mobilisasi pada organisasi yang sedemikian besar, tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan
penuh dari seluruh anggotanya. Tidak ada gunanya menyusun strategi jitu tanpa didukung
oleh struktur organisasi yang modern dan adaptif. Semua rencana kerja akan menumpuk tanpa
realisasi. Namun tidak mungkin kita membangun organisasi yang kuat, modern dan adaptif tanpa
dilandasi pondasi organisasi yang kokoh. Jadi jelas, perubahan organisasi IDI harus dimulai dari
pondasi nya. Kekuatan pondasi organisasi terletak pada kekuatan spiritual (spiritual alignment)
dari sesama anggota IDI. Pondasi yang kokoh tidak mungkin terbangun tanpa ada ikatan
spiritual yang kokoh antar anggota dan keinginan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk itu, semua anggota IDI harus meningkatkan ikatan spiritual sesama anggota IDI dengan
dasar: Ikatan kolegalitas dan ikatan kebangsaan sesuai dengan nama IDI organisasi Ikatan
Dokter Indonesia. Menjauhkan semua faktor yang bisa melemahkan ikatan spiritual diantara
anggota IDI: Kepentingan pribadi, ikatan premordial, kepentingan politik, motive ekonomi atau
hal-hal lain diluar tujuan IDI (sesuai dengan AD/ART). Perkuat ciri intelektual yang melekat
pada IDI: berbasis ilmu, etika, moral, sportifitas dan meritokrasi. Dengan terbangunnya ikatan
kolegalitas dan ikatan kebangsaan yang kuat dan diperkuat lagi dengan ciri inteletual yang
tinggi, pondasi organisasi akan terbangun kokoh. Sehingga otomatis struktur organisasi yang
terbangun diatasnya akan didukung oleh mobilitas kolektif yang kuat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 167 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

Struktur Organisasi Modern dan adaptif


Bagaimana bentuk struktur organisasi baru yang diharapkan nanti? Memasuki era turbulence
yang terus berubah dengan cepat, diperlukan organisasi yang peka, lentur dan mampu bergerak
cepat.
Bentuk organisasi yang dibutuhkan adalah:
• Bentuk organisasi yang horisontal, tidak vertikal. Bentuk hubungan yang hierarkis kaku harus
ditinggalkan. Dalam organisasi horisontal, struktur pimpinan lebih merupakan “koordinatif
leadership”. Dengan memberi kesempatan pada semua lini jajaran IDI untuk lebih intens
berinteraksi eksternal, organisasi akan menjadi lebih peka dan mampu mendapatkan
informasi yang optimal.
• Desentralisasi, memberi kesempatan pada setiap lini dijajaran IDI untuk memecahkan
masalahnya dengan kemampuan kreatifitas-inovasinya sendiri dengan tetap berkordinasi
dengan pimpinan IDI.
• Bekerja cedas, integrated, team work, transparans dengan metodologi yang tepat. Kinerja
berbasis “Best Practice” dan terukur akan membawa IDI terus berjalan kearah yang lebih
baik sesuai perkembangan zaman.
• Digitalisasi, segera menyiapkan struktur organisasi yang berbasis IT disemua jajaran IDI,
lengkap dengan big data yang bisa diakses real time. Untuk menyiapkan proses digitalisasi
organisasi IDI, diperlukan pertemuan intens dan pemikiran yang dalam antar struktur
pimpinan pusat, wilayah dan cabang untuk merumuskan secara detil keinginan organisasi
unuk dituangkan dalam bentuk digital (sebelum bertemu dengan vendor). Hal yang perlu
kita sadari bersama adalah, digitalisasi adalah proses yang teramat mahal, rumit dan
memerlukan perubahan budaya seluruh anggota. Tetapi merupakan keharusan. Tidak
mungkin IDI mampu menjalankan peran terbaiknya, memberi advokasi pada pengambil
kebijakan bila IDI tidak dilengkapi data terkini yang valid dan dengan analisa yang mendalam.
Disinilah letak “intelektual struggle” yang harus dilakukan untuk membangun reputasi IDI
di ruang publik. Sehubungan dengan rencana Digital Transformation organisasi IDI, yang
membutuhkan biaya besar, kecukupan dan kemandirian anggaran menjadi agenda yang
teramat penting dalam RAKERNAS ini.
Strategi:
Dengan mindset “IDI baru” yang visioner dan antisipasif & prospectif didukung oleh -bentuk
organisasi yang horizontal berbasis (big) data-, semua informasi dapat ditampung dalam
bentuk data yang valid. Perubahan & perkembangan eksternal dan internal IDI, dapat dipantau
real time. Sehingga dapat segera dilakukan penilaian (assessment), analisa secara seksama,
dicarikan solusi yang tepat dan segera menyiapkan tindakan antisipasif. Dengan demikian, IDI
akan senantiasa up date, siap menghadapi perubahan didepan. Dengan data yang lengkap dan
valid, maka dapat disusun prioritas kerja berdasarkan besaran masalah yang ada. Sehingga
IDI akan selalu siap dengan sikap dan tindakan yang tepat sesuai dengan perubahan situasi
eksternal dan keadaan internal IDI.
Organization means peoples
Perubahan harus selalu diawali dengan benchmarking, penilaian existing, pre-existing condition
organisasi IDI. Sehingga gap yang ada dapat jelas terbaca dan arah transformasi organisasi
dapat lebih terukur. Berbicara tentang organisasi berarti kita berbicara tentang manusia.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 168 IKATAN DOKTER INDONESIA


KOMISI F

Penilaian Internal organisasi IDI secara obyektif memerlukan kemauan keras, keterbukaan
dan sportifitas dari semua pihak. Tetapi tidak ada pilihan lain, transformasi organisasi adalah
conditio sine quo non.
Sebagai contoh:
Masih segar dalam ingatan, kejadian Muktamar IDI ke 29, di Medan Nopember 2015. Kericuhan
di-sidang yang menjadi berita Nasional mencerminkan betapa jauhnya IDI dari sikap-perilaku
intelektual. Proses election yang mengutamakan kepentingan kelompok lebih menonjol
ketimbang penilaian meristokratik terus mewarnai pemilihan ketua. Pendekatan lobbying lebih
efektip ketimbang adu gagasan. Kebenaran dan gagasan terbaik adalah hasil proses dialog
intelektual yang sportif, bukan hanya sekedar proses voting. Untuk itu perlu adanya ruang
interaksi intelektual yang lebih luas dalam setiap proses election, agar budaya meritokrasi
dapat terbangun dengan sehat. Ini cerminan bahwa banyak hal yang harus dirubah dalam
upaya membangun pondasi yang kokoh.
PENUTUP:
RAKERNAS dimaksudkan untuk menyusun rencana kerja kedepan. Untuk bisa membawa hasil
nyata yang bisa dirasakan semua anggota IDI, rencana kerja memerlukan kesiapan perangkat
kerja yang reliable. Rencana kerja tanpa kesiapan perangkat kerja yang reliable, akan tetap
menjadi tumpukan rencana tanpa ada realisasi nya. Akhirnya terjadi inertia, IDI berdiri diluar
arena sebagai penonton tidak mampu ikut dalam perubahan. Apalagi untuk tampil sebagai
agent of change yang memimpin proses perubahan dimasyarakat. Untuk itu, Panitia Adhoc
Komisi F menyusun kertas kerja yang berjudul

Transformasi Organisasi IDI, conditio sine qua non.

Mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan dalam masukan yang kami ajukan ini. Terima
kasih sebesar-besarnya, semoga masukan ini bisa membawa manfaat bagi organisasi IDI yang
kita cintai.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 169 IKATAN DOKTER INDONESIA


BAB LAMPIRAN – LAMPIRAN
II

Jakarta, 18 – 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 171 IKATAN DOKTER INDONESIA


i.

1.
DOC. 01/RAKERNAS II/12/2020

Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI


MATERI SIDANG ORGANISASI

BAHAN SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II


IKATAN DOKTER INDONESIA
KOMISI A
ANGGARAN DASAR
172

&
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN DOKTER INDONESIA

18 – 20 Desember 2020
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Panitia Adhoc II – Komisi A : AD/ART & Tatalaksana Organisasi

Ketua : Dr. Ramlan Sitompul , Sp.THT- KL


Wakil : Dr. Rudi Sapulete, Akp, SH, MH, MBA
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Sekretaris : Dr. Ardiansyah Bahar, MKM

1. Prof. DR.Dr.David S Perdanakusuma, Sp.BP - RE (K)


2. Prof. DR. Dr. Idris Idham, Sp.JP (K)
3. Prof. Errol U Hutagalung, Sp.B, Sp.OT (K)
4. DR. Dr. Nani Cahyani Sudarsono, Sp.KO
5. Dr. Djoko Widyarto JS,DHM, MH.Kes
6. Dr. Slamet Budiato, SH, MH.Kes
7. Dr. Bachtiar Husain, Sp.P, MH.Kes
173

8. Dr. Mahesa Paranadipa, MH


9. Dr. Eka Ginanjar, Sp.PD, KKV
IKATAN DOKTER INDONESIA

10. Dr. Erdina HD Pusponegoro, Sp.KK (K)


11. Dr. Nurfanida Librianty, Sp.P
12. Dr. Nirwan Satria, Sp.An
13. Dr. Dadang Nugroho, Sp.PD
14. Dr. Fery Rahman, MKM
15. Dr. Fazilet Soeprapto, MPH
16. Dr. Eka Mulyana, SH, M.Kes, MH.Kes, Sp.OT
17. Dr. Donald WS. Arongger, Sp.B (K), FINACS
18. Dr. Pom Harry Satria, Sp.OG (K)
19. Dr. Seno Purnomo
20. Dr. Kamarudin Askar
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
DRAFT AD HOC A – RAKERNAS IDI 2020
Usulan Perubahan AD/ART IDI

AD/ART 2018 USULAN PERUBAHAN PENJELASAN


RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(Hasil Muktamar IDI XXX – Samarinda)

ANGGARAN DASAR ANGGARAN DASAR


IKATAN DOKTER INDONESIA IKATAN DOKTER INDONESIA

MUKADDIMAH MUKADDIMAH MUKADDIMAH


Tidak ada perubahan
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
bangsa Indonesia telah berhasil merebut bangsa Indonesia telah berhasil merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap
174

warga negara berkewajiban mengisi warga negara berkewajiban mengisi


kemerdekaan itu dalam wadah Negara kemerdekaan itu dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia menuju Kesatuan Republik Indonesia menuju
IKATAN DOKTER INDONESIA

tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil
dan makmur. dan makmur.

Dokter Indonesia sebagai warga bangsa yang Dokter Indonesia sebagai warga bangsa yang
ikut aktif dalam gerakan dan perjuangan ikut aktif dalam gerakan dan perjuangan
kemerdekaan, sadar akan hak dan kemerdekaan, sadar akan hak dan
kewajibannya serta peran dan tanggung kewajibannya serta peran dan tanggung
jawabnya kepada umat manusia dan bangsa, jawabnya kepada umat manusia dan bangsa,
bertekad memberikan darma baktinya untuk bertekad memberikan darma baktinya untuk
mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Undang- mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam kehidupan Undang Dasar 1945 dalam kehidupan
keprofesian. keprofesian.

Sesuai dengan tujuan umum terbentuknya Sesuai dengan tujuan umum terbentuknya
organisasi Profesi yang mengedepankan organisasi Profesi yang mengedepankan
pentingnya independensi dan otonomi profesi, pentingnya independensi dan otonomi profesi,
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
serta mengutamakan kepentingan masyarakat, serta mengutamakan kepentingan masyarakat,
maka dalam darma baktinya sebagai salah satu maka dalam darma baktinya sebagai salah satu
pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter pilar pokok pembangunan kesehatan, dokter
Indonesia perlu meningkatkan profesionalisme Indonesia perlu meningkatkan profesionalisme
dan peran sebagai agen pembaharu (agent of dan peran sebagai agen pembaharu (agent of
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

change) dan agen pembangunan (agent of change) dan agen pembangunan (agent of
development) terutama dalam advokasi development) terutama dalam advokasi
kesehatan dengan berpegang teguh pada kesehatan dengan berpegang teguh pada
sumpah dokter dan kode etik kedokteran sumpah dokter dan kode etik kedokteran
Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang Indonesia, menuju kehidupan masyarakat yang
sehat dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan sehat dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 45 pasal 28 H ayat (1) yang dalam UUD 45 pasal 28 H ayat (1) yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. kesehatan.
175

Peran dokter Indonesia tersebut di atas dapat Peran dokter Indonesia tersebut di atas dapat
terlaksana dengan jiwa dan semangat gerakan terlaksana dengan jiwa dan semangat gerakan
IKATAN DOKTER INDONESIA

Boedhi Oetomo pada tahun 1908 serta jiwa Boedhi Oetomo pada tahun 1908 serta jiwa dan
dan semangat Persaudaraan Dokter Indonesia semangat Persaudaraan Dokter Indonesia
(vereniging van inlandische artsen) yang (vereniging van inlandische artsen) yang
terwujud sejak 1911, dilanjutkan dengan terwujud sejak 1911, dilanjutkan dengan
menggalang seluruh potensi yang dimiliki menggalang seluruh potensi yang dimiliki
dalam satu organisasi. Jiwa dan semangat dalam satu organisasi. Jiwa dan semangat
Boedhi Oetomo dan Persaudaraan Dokter Boedhi Oetomo dan Persaudaraan Dokter
Indonesia ini telah mengilhami Ikatan Dokter Indonesia ini telah mengilhami Ikatan Dokter
Indonesia lahir, tumbuh dan berkembang Indonesia lahir, tumbuh dan berkembang
menjadi Organisasi yang memiliki nilai – nilai menjadi Organisasi yang memiliki nilai – nilai
profesionalisme, integritas etik dan moral, profesionalisme, integritas etik dan moral,
pengabdian, independen dan kesejawatan pengabdian, independen dan kesejawatan
untuk melakukan upaya - upaya memajukan, untuk melakukan upaya - upaya memajukan,
menjaga dan meningkatkan harkat dan menjaga dan meningkatkan harkat dan
martabat Dokter Indonesia serta menjadi martabat Dokter Indonesia serta menjadi
bagian dalam memajukan kesejahteraaan bagian dalam memajukan kesejahteraaan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia sebagai tujuan dan cita – cita Ikatan Indonesia sebagai tujuan dan cita – cita Ikatan
Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

hanya dapat dicapai atas petunjuk Tuhan Yang hanya dapat dicapai atas petunjuk Tuhan Yang
Maha Esa disertai usaha-usaha teratur, Maha Esa disertai usaha-usaha teratur,
terencana dan penuh kebijakan, digerakkan terencana dan penuh kebijakan, digerakkan
dengan pedoman yang berbentuk anggaran dengan pedoman yang berbentuk anggaran
dasar maka disusunlah Anggaran Dasar Ikatan dasar maka disusunlah Anggaran Dasar Ikatan
Dokter Indonesia sebagai berikut:
Dokter Indonesia sebagai berikut:
BAB I BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT
KEDUDUKAN KEDUDUKAN
Pasal 1 Pasal 1
Nama Nama
176

Organisasi ini bernama Ikatan Dokter Organisasi ini bernama Ikatan Dokter
Indonesia (The Indonesian Medical Indonesia (The Indonesian Medical
IKATAN DOKTER INDONESIA

Association) disingkat IDI. Association) disingkat IDI.

Pasal 2 Pasal 2
Waktu Waktu

IDI didirikan di Jakarta pada tanggal 24 IDI didirikan di Jakarta pada tanggal 24
Oktober 1950 untuk jangka waktu yang tidak Oktober 1950 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan. ditentukan.

Pasal 3 Pasal 3 Pasal 3


Tempat Kedudukan Tempat Kedudukan Tempat Kedudukan

Ikatan Dokter Indonesia berkedudukan di Ikatan Dokter Indonesia berkedudukan di Sektretariat Pengurus Besar Ikatan Dokter
Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia berkedudukan di Jakarta, Ibukota
Indonesia. Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
BAB II BAB II
DASAR, ASAS DAN SIFAT BAB II DASAR, ASAS DAN SIFAT
Pasal 4 Tidak ada perubahan Pasal 4
Dasar Dasar
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

IDI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 IDI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Pasal 5 Pasal 5
Asas Asas

IDI Berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, IDI Berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, musyawarah, keadilan, perikemanusiaan, musyawarah, keadilan,
kesejawatan, dan Profesionalisme yang dijiwai kesejawatan, dan Profesionalisme yang dijiwai
oleh sumpah dokter dan kode etik kedokteran oleh sumpah dokter dan kode etik kedokteran
indonesia. indonesia.

Pasal 6 Pasal 6
177

Sifat Sifat

IDI adalah organisasi profesi dokter yang IDI adalah organisasi profesi dokter yang
IKATAN DOKTER INDONESIA

bersifat nasional, independen dan nirlaba. bersifat nasional, independen dan nirlaba.

BAB III BAB III BAB III


TUJUAN DAN USAHA Tidak ada perubahan TUJUAN DAN USAHA
Pasal 7 Pasal 7 Usulan dr. Bachtiar:
Tujuan Tujuan Pasal 7
Tujuan
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa 3. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa 1. Mewujudkan kesehatan
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Indonesia sebagaimana dimaksud dalam untuk semua bangsa
pembukaan Undang-Undang Dasar pembukaan Undang-Undang Dasar indonesia
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Memadukan dan
2. Memadukan segenap potensi dokter di 4. Memadukan segenap potensi dokter di menghimpun segenap
Indonesia, meningkatkan harkat, Indonesia, meningkatkan harkat, martabat, dokter indonesia dalam
martabat, dan kehormatan diri dan profesi dan kehormatan diri dan profesi mewujudkan
kedokteran di Indonesia, mengembangkan kedokteran di Indonesia, mengembangkan kesejahteraan dan
ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi kebahagiaan bangsa
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kedokteran, dalam rangka meningkatkan kedokteran, dalam rangka meningkatkan indonesia
derajat kesehatan rakyat Indonesia derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju Tanggapan dr. Rudi:
menuju masyarakat sehat dan sejahtera. masyarakat sehat dan sejahtera. Tidak perlu dirubah, sudah
sesuai perundang-undangan
Pasal 8 Pasal 8 RI
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Usaha Usaha

Membina dan mengembangkan kemampuan Membina dan mengembangkan kemampuan


untuk meningkatkan profesionalisme dan untuk meningkatkan profesionalisme dan peran
peran sebagai agen pembaharu (agent of sebagai agen pembaharu (agent of change)
change) serta agen pembangunan (agent of serta agen pembangunan (agent of
development) terutama dalam advokasi development) terutama dalam advokasi
kesehatan, melalui : kesehatan, melalui :
1. Memelihara dan membina terlaksananya 9. Memelihara dan membina terlaksananya
sumpah dokter dan kode etik kedokteran sumpah dokter dan kode etik kedokteran
Indonesia; Indonesia;
2. Meningkatkan mutu pendidikan profesi 10. Meningkatkan mutu pendidikan profesi
178

kedokteran, penelitian dan pengembangan kedokteran, penelitian dan pengembangan


ilmu kedokteran, serta ilmu-ilmu yang ilmu kedokteran, serta ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan kedokteran; berhubungan dengan kedokteran;
IKATAN DOKTER INDONESIA

3. Memperjuangkan dan memelihara 11. Memperjuangkan dan memelihara


kepentingan serta kedudukan dokter di kepentingan serta kedudukan dokter di
Indonesia sesuai dengan harkat dan Indonesia sesuai dengan harkat dan
martabat profesi kedokteran; martabat profesi kedokteran;
4. Bermitra dengan semua pihak terkait 12. Bermitra dengan semua pihak terkait
dalam pengembangan kebijakan dalam pengembangan kebijakan
kesehatan; kesehatan;
5. Memberdayakan masyarakat dalam 13. Memberdayakan masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan derajat menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatannya; kesehatannya;
6. Mengadakan hubungan kerjasama dengan 14. Mengadakan hubungan kerjasama dengan
badan-badan lain, pemerintah atau badan-badan lain, pemerintah atau
swasta, di dalam negeri atau di luar negeri swasta, di dalam negeri atau di luar negeri
yang mempunyai tujuan yang sama atau yang mempunyai tujuan yang sama atau
selaras; selaras;
7. Melaksanakan usaha-usaha untuk 15. Melaksanakan usaha-usaha untuk
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kesejahteraan anggota; kesejahteraan anggota;
8. Melaksanakan usaha lain yang berguna 16. Melaksanakan usaha lain yang berguna
untuk mencapai tujuan sepanjang tidak untuk mencapai tujuan sepanjang tidak
bertentangan dengan sifat dan dasar bertentangan dengan sifat dan dasar
organisasi. organisasi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

BAB IV BAB IV BAB IV


STATUS, FUNGSI DAN PERAN Tidak ada perubahan STATUS, FUNGSI DAN PERAN
Pasal 9 Pasal 9
Status Status

1) Ikatan Dokter Indonesia merupakan satu- 1) Ikatan Dokter Indonesia merupakan satu-
satunya organisasi profesi kedokteran di satunya organisasi profesi kedokteran di
Indonesia. Indonesia.
2) Ikatan Dokter Indonesia berbadan hukum 2) Ikatan Dokter Indonesia berbadan hukum
Perkumpulan. Perkumpulan.
179

Pasal 10 Pasal 10
Fungsi Fungsi
IKATAN DOKTER INDONESIA

Ikatan Dokter Indonesia berfungsi sebagai Ikatan Dokter Indonesia berfungsi sebagai
pemersatu, pembina dan pemberdaya dokter di pemersatu, pembina dan pemberdaya dokter di
Indonesia. Indonesia.

Pasal 11 Pasal 11
Peran Peran

Ikatan Dokter Indonesia adalah organisasi Ikatan Dokter Indonesia adalah organisasi yang
yang mendorong peningkatan peran dokter mendorong peningkatan peran dokter yang
yang meliputi peran profesional medis, agen meliputi peran profesional medis, agen
pembaharu (agent of change), dan pelaku pembaharu (agent of change), dan pelaku
pembangunan (agent of development) di pembangunan (agent of development) di
bidang kesehatan. bidang kesehatan.

BAB V BAB V BAB V


KEANGGOTAAN Tidak ada perubahan KEANGGOTAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pasal 12 Pasal 12
Anggota Anggota

Anggota terdiri dari : Anggota terdiri dari :


1. Anggota Biasa 1. Anggota Biasa
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

2. Anggota Luar Biasa 2. Anggota Luar Biasa

BAB VI BAB VI BAB VI


STRUKTUR ORGANISASI STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13 Pasal 13
Kekuasaan Kekuasaan

Kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat Kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat


nasional berada pada muktamar, di tingkat nasional berada pada muktamar, di tingkat
provinsi berada pada musyawarah wilayah, provinsi berada pada musyawarah wilayah, dan
dan di tingkat kabupaten/kota berada pada di tingkat kabupaten/kota berada pada
musyawarah cabang. musyawarah cabang.
180

Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14.


Struktur Kepemimpinan Struktur Kepemimpinan Struktur Kepemimpinan Struktur kepemimpinan
IKATAN DOKTER INDONESIA

(1) Tingkat Pusat : (1) Tingkat Pusat : 1. Terjadi perubahan urutan


a. Terdiri dari Pengurus Besar IDI, d. Ketua Umum Pengurus Besar adalah a. Ketua Umum Pengurus Besar adalah 2. Harus sesuai dengan
Majelis Kolegium Kedokteran pimpinan Organisasi IDI di tingkat pimpinan Organisasi IDI di tingkat putusan MK
Indonesia (MKKI), Majelis Pusat, yang melaksanakan kegiatan Pusat, yang melaksanakan kegiatan 3. Terdapat 2 usulan, yaitu:
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), eksekutif organisasi dan bertanggung eksekutif organisasi dan bertanggung Ketua Majelis
dan Majelis Pengembangan Pelayanan jawab untuk dan atas nama organisasi. jawab untuk dan atas nama organisasi. bertanggung jawab di
Keprofesian (MPPK), yang masing- c. Ketua Umum Pengurus Besar IDI b. Ketua Umum Pengurus Besar IDI muktamar melalui Ketua
masing memiliki wewenang dan dibantu oleh Majelis-Majelis (MKEK, dibantu oleh Majelis-Majelis (MKEK, Umum PB IDI Atau
tanggung jawab sesuai tugasnya. MKKI, MPPK) yang masing-masing MKKI, MPPK) yang masing-masing Ketua Majelis
b. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua memiliki wewenang dan tanggung memiliki wewenang dan tanggung bertanggung jawab
Umum Pengurus Besar IDI jawab sesuai tugasnya. jawab sesuai tugasnya. kepada Ketua Umum
mengkoordinasikan secara terintegrasi f. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran c. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran 4. Dewan pakar tidak
dengan Ketua Majelis Kolegium (MKEK) adalah salah satu unsur (MKEK) adalah salah satu unsur diperlukan karena
Kedokteran Indonesia (MKKI), Ketua pimpinan di tingkat pusat bersifat pimpinan di tingkat pusat bersifat kepakaran telah ada dalam
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran otonom yang mengatur kegiatan otonom yang mengatur kegiatan internal MPPK dan MKKI
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(MKEK) dan Ketua Majelis internal organisasi dalam bidang etika organisasi dalam bidang etika 5. Musyawarah Pimpinan
Pengembangan Pelayanan Keprofesian kedokteran dan bertanggung jawab di kedokteran dan bertanggung jawab di Pusat (MPP) sifatnya
(MPPK) dalam Musyawarah Pimpinan Muktamar melalui Ketua Umum PB Muktamar melalui Ketua Umum PB koordinasi, tidak untuk
Pusat (MPP). IDI. IDI. mengambil keputusan.
c. Ketua Umum Pengurus Besar IDI e. Majelis Kolegium Kedokteran d. Majelis Kolegium Kedokteran Keputusan diambil pada
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dibantu oleh Majelis - Majelis yang Indonesia (MKKI) adalah salah satu Indonesia (MKKI) adalah salah satu rapat pleno.
masing-masing memiliki kewenangan unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat
secara internal organisasi dan otonom yang mengatur kegiatan otonom yang mengatur kegiatan internal
bertanggung jawab kepada Muktamar. internal organisasi dalam bidang organisasi dalam bidang pendidikan Perlu adanya board yang
d. Ketua Umum Pengurus Besar adalah pendidikan kedokteran dan kedokteran dan bertanggung jawab di memantau dan bisa
pimpinan Organisasi IDI di tingkat bertanggung jawab di Muktamar Muktamar melalui Ketua Umum PB mengarahkan/memberi
Pusat, yang melaksanakan kegiatan melalui Ketua Umum PB IDI. IDI. masukan jalannya
eksekutif organisasi dan g. Majelis Pengembangan Pelayanan e. Majelis Pengembangan Pelayanan kepemimpinan organisasi
bertanggungjawab untuk dan atas nama Keprofesian (MPPK) adalah salah satu Keprofesian (MPPK) adalah salah satu sesuai amanat Muktamar.
organisasi. unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat Dewan pakar yang ada lebih
e. Majelis Kolegium Kedokteran otonom yang mengkoordinasikan otonom yang mengkoordinasikan kepada fungsi science dan
Indonesia (MKKI) adalah salah satu kegiatan internal organisasi dalam kegiatan internal organisasi dalam knowledge.
unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat bidang pengembangan pelayanan bidang pengembangan pelayanan Fungsi pengawasan internal
181

otonom yang berperan dan keprofesian bermutu dan bertanggung keprofesian bermutu dan bertanggung perlu dimasukkan dalam
bertanggungjawab untuk mengatur jawab di Muktamar melalui Ketua jawab di Muktamar melalui Ketua aturan organisasi. Perlu
IKATAN DOKTER INDONESIA

kegiatan internal organisasi dalam Umum PB IDI . Umum PB IDI . pembentukan suatu badan
bidang pendidikan kedokteran. h. Pengurus Besar membentuk Dewan f. Pengurus Besar membentuk Dewan yang berfungsi mengawal
f. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pertimbangan yang menpunyai fungsi Pertimbangan yang menpunyai fungsi semua amanat muktamar.
(MKEK) adalah salah satu unsur sebagai pertimbangan terhadap disiplin sebagai pertimbangan terhadap disiplin
pimpinan di tingkat pusat bersifat organisasi dan pengawasan internal organisasi dan pengawasan internal Note : ART harus
otonom yang berperan dan organisasi. Ketentuan lebih lanjut organisasi. Ketentuan lebih lanjut menjelaskan tentang peserta
bertanggungjawab dalam mengatur tentang dewan pertimbangan akan tentang dewan pertimbangan akan diatur pleno.
kegiatan internal organisasi dalam diatur dalam ART dan Ortala. dalam Anggaran Rumah Tangga dan Note: di tingkat cabang
bidang etika kedokteran. ortala dimungkinkan pembentukan
g. Majelis Pengembangan Pelayanan komisariat perhimpunan dan/
Keprofesian (MPPK) adalah salah satu atau keseminatan.
unsur pimpinan di tingkat pusat bersifat
otonom yang berperan dan
bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan kegiatan internal
organisasi dalam bidang
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
pengembangan Pelayanan Keprofesian
bermutu.
h. Pengurus Besar membentuk Dewan
Pertimbangan dan Dewan Pakar
Organisasi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

i. Dewan Pertimbangan di setiap


tingkatan IDI juga memiliki peran dan
fungsi sebagai pengawas internal
organisasi

(2) Tingkat Wilayah: (2) Tingkat Wilayah:


Ketua Pengurus Wilayah adalah Pimpinan Ketua Pengurus Wilayah adalah Pimpinan
Organisasi IDI di tingkat Provinsi Organisasi IDI di tingkat Provinsi
berkedudukan di Ibu Kota Provinsi, yang berkedudukan di Ibu Kota Provinsi, yang
dibantu oleh MKEK Wilayah dan MPPK dibantu oleh MKEK Wilayah dan MPPK
Wilayah. Wilayah.
182

(3) Tingkat Cabang: (3) Tingkat Cabang:


Ketua Pengurus Cabang adalah Pimpinan Ketua Pengurus Cabang adalah Pimpinan
Organisasi IDI di tingkat Kabupaten/Kota Organisasi IDI di tingkat Kabupaten/Kota
IKATAN DOKTER INDONESIA

berkedudukan di ibu kota berkedudukan di ibu kota


Kabupaten/Kota, yang dibantu oleh Kabupaten/Kota, yang dibantu oleh
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Cabang. Cabang.

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 15


Badan-Badan Badan-Badan Badan-Badan

1) Badan adalah instansi organisasi yang 1) Badan adalah instansi organisasi yang 1) Badan adalah instansi organisasi yang
bersifat taktis dan dibentuk untuk bersifat taktis dan dibentuk untuk bersifat taktis dan dibentuk untuk
menunjang program-program IDI yang menunjang program-program IDI yang menunjang program-program IDI yang
terdiri dari Badan Kelengkapan dan disebut Badan Kelengkapan dan Badan disebut Badan Kelengkapan dan Badan
Badan Khusus. Khusus. Khusus.
2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro 2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro 2) Badan Kelengkapan terdiri dari Biro
Hukum, Pembinaan dan Pembelaan Hukum, Pembinaan dan Pembelaan Hukum, Pembinaan dan Pembelaan
Anggota (BHP2A), Badan Anggota (BHP2A), Badan Anggota (BHP2A), Badan Pengembangan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Pengembangan Pendidikan Keprofesian Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan
Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data (BP2KB), Badan Data dan Informasi
Informasi (BADIN), dan badan dan Informasi (BADIN), dan badan (BADIN), dan badan kelengkapan
kelengkapan lainnya sesuai dengan kelengkapan lainnya sesuai dengan lainnya sesuai dengan kebutuhan
kebutuhan organisasi. kebutuhan organisasi. organisasi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

3) Dalam kondisi kebutuhan tertentu dapat 3) Dalam kondisi kebutuhan tertentu dapat
dibentuk panitia Adhoc untuk dibentuk panitia Adhoc untuk
menyelesaikan tugas tertentu yang menyelesaikan tugas tertentu yang bersifat
bersifat sementara. sementara.
Pasal 16
Majelis – Majelis Pasal 16
Majelis – Majelis
(1) Majelis-majelis :
1) Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (1) Majelis-majelis :
(MKEK) adalah salah satu unsur 1) Majelis Kehormatan Etik Kedokteran
Pimpinan dalam struktur (MKEK) adalah salah satu unsur Tupoksi MKEK adalah suatu
kepengurusan IDI di setiap tingkatan Pimpinan dalam struktur kepengurusan hal yang krusial yang harus
183

bersifat otonom yang berperan dan IDI di setiap tingkatan bersifat ada di dalam AD/ART, yang
bertanggung-jawab dalam rangka otonom yang berperan dan berkaitan dengan fatwa dan
pembinaan, pelaksanaan dan bertanggung-jawab dalam rangka pemberian sanksi etik. Ortala
IKATAN DOKTER INDONESIA

pengawasan etika kedokteran. pembinaan, pelaksanaan dan MKEK harus diperkuat di


2) Majelis Kolegium Kedokteran pengawasan etika kedokteran. dalam AD/ART.
Indonesia (MKKI) adalah salah satu 2) Majelis Kolegium Kedokteran
unsur Pimpinan dalam struktur Indonesia (MKKI) adalah salah satu
kepengurusan IDI di tingkat pusat unsur Pimpinan dalam struktur
bersifat otonom yang bertanggung- kepengurusan IDI di tingkat pusat
jawab mengkoordinasi dan mengatur bersifat otonom yang bertanggung-
kolegium-kolegium dalam jawab mengkoordinasi dan mengatur
pelaksanaan pendidikan kedokteran. kolegium-kolegium dalam pelaksanaan
3) Majelis Pengembangan Pelayanan pendidikan kedokteran.
Keprofesian (MPPK) adalah salah satu 3) Majelis Pengembangan Pelayanan
unsur Pimpinan dalam struktur Keprofesian (MPPK) adalah salah satu
kepengurusan IDI di tingkat pusat dan unsur Pimpinan dalam struktur
wilayah bersifat otonom yang kepengurusan IDI di tingkat pusat dan
bertanggung jawab untuk pembinaan wilayah bersifat otonom yang
(pengelolaan) sistem pelayanan bertanggung jawab untuk pembinaan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kedokteran yang bermutu melalui (pengelolaan) sistem pelayanan
berbagai upaya pengembangan kedokteran yang bermutu melalui
keprofesian. berbagai upaya pengembangan
keprofesian.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 17 Pasal 17
Pengambilan Keputusan Organisasi Pengambilan Keputusan Organisasi

1) Pengambil Keputusan Organisasi di 1) Pengambil Keputusan Organisasi di


Tingkat Pusat adalah Pengurus Besar, di Tingkat Pusat adalah Pengurus Besar, di
Tingkat Wilayah adalah Pengurus Tingkat Wilayah adalah Pengurus
Wilayah, di Tingkat Cabang adalah Wilayah, di Tingkat Cabang adalah
Pengurus Cabang. Pengurus Cabang.
2) Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, 2) Pengurus Besar, Pengurus Wilayah,
Pengurus Cabang melakukan pengambilan Pengurus Cabang melakukan pengambilan
keputusan melalui suatu mekanisme keputusan melalui suatu mekanisme
pengambilan keputusan IDI. pengambilan keputusan IDI.
184

3) Mekanisme pengambilan keputusan 3) Mekanisme pengambilan keputusan


organisasi melalui musyawarah untuk organisasi melalui musyawarah untuk
mufakat, bila tidak tercapai mufakat dapat mufakat, bila tidak tercapai mufakat dapat
IKATAN DOKTER INDONESIA

melalui pemungutan suara. melalui pemungutan suara.


4) Dalam keadaan mendesak Ketua Pengurus 4) Dalam keadaan mendesak Ketua Pengurus
IDI sesuai tingkatan dapat mengambil IDI sesuai tingkatan dapat mengambil
keputusan tanpa melalui mekanisme keputusan tanpa melalui mekanisme
pengambilan keputusan IDI sebagaimana pengambilan keputusan IDI sebagaimana
pada butir (3), sepanjang tidak pada butir (3), sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta Anggaran Rumah Tangga serta
dipertanggung-jawabkan kepada dipertanggung-jawabkan kepada
Muktamar untuk PB IDI, Musyawarah Muktamar untuk PB IDI, Musyawarah
Wilayah untuk IDI Wilayah dan Wilayah untuk IDI Wilayah dan
Musyawarah Cabang untuk IDI Cabang. Musyawarah Cabang untuk IDI Cabang.

Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18


Hirarki PengambilanKeputusan dan Peraturan Hirarki PengambilanKeputusan dan Hirarki PengambilanKeputusan dan Peraturan
Peraturan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(1) Hirarki pengambilan keputusan organisasi (1) Hirarki pengambilan keputusan (1) Hirarki pengambilan keputusan organisasi
IDI adalah sebagai berikut: organisasi IDI adalah sebagai berikut: IDI adalah sebagai berikut:
a. Muktamar IDI a. Muktamar IDI b. Muktamar IDI
b. Rapat Kerja Nasional b. Rapat Kerja Nasional c. Rapat Kerja Nasional
c. Rapat Pleno PB IDI c. Rapat Kerja PB IDI d. Rapat Kerja PB IDI
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

d. Rapat Pleno Majelis d. Rapat Pleno PB IDI e. Rapat Pleno PB IDI


e. Musyawarah Wilayah e. Rapat Pleno Majelis f. Rapat Pleno Majelis
f. Rapat Pleno Wilayah f. Musyawarah Wilayah g. Musyawarah Wilayah
g. Musyawarah Cabang g. Rapat Pleno Wilayah h. Rapat Pleno Wilayah
h. Rapat Pleno Cabang h. Musyawarah Cabang i. Musyawarah Cabang
i. Rapat Pleno Cabang j. Rapat Pleno Cabang

(2) Hirarki Peraturan Organisasi IDI adalah (2) Hirarki Peraturan Organisasi IDI adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. Anggaran Dasar. a. Anggaran Dasar.
b. Anggaran Rumah Tangga. b. Anggaran Rumah Tangga.
c. Ketetapan Muktamar selain anggaran c. Ketetapan Muktamar selain anggaran
185

dasar dan anggaran rumah tangga. dasar dan anggaran rumah tangga.
d. Keputusan Rapat kerja nasional. d. Keputusan Rapat kerja nasional.
e. Peraturan Pengurus Besar. e. Peraturan Pengurus Besar.
IKATAN DOKTER INDONESIA

f. Peraturan Ketua Umum Pengurus f. Peraturan Ketua Umum Pengurus


Besar. Besar.
g. Keputusan Ketua Umum Pengurus g. Keputusan Ketua Umum Pengurus
Besar. Besar.
h. Peraturan Majelis. h. Peraturan Majelis.
i. Keputusan Ketua Majelis. i. Keputusan Ketua Majelis.
j. Ketetapan Musyawarah Wilayah. j. Ketetapan Musyawarah Wilayah.
k. Peraturan Wilayah. k. Peraturan Wilayah.
l. Keputusan Ketua Wilayah. l. Keputusan Ketua Wilayah.
m. Ketetapan Musyawarah Cabang. m. Ketetapan Musyawarah Cabang.
n. Peraturan Cabang. n. Peraturan Cabang.
o. Keputusan Ketua Cabang. o. Keputusan Ketua Cabang.

(3) Setiap pengambilan keputusan organisasi (3) Setiap pengambilan keputusan organisasi
IDI, wajib dan harus memperhatikan IDI, wajib dan harus memperhatikan
keputusan organisasi yang lebih tinggi. keputusan organisasi yang lebih tinggi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(4) Setiap peraturan organisasi yang dibuat (4) Setiap peraturan organisasi yang dibuat
tidak boleh bertentangan dengan peraturan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
organisasi yang lebih tinggi. Pasal 18 Ayat 5: organisasi yang lebih tinggi.
(5) Setiap peraturan organisasi yang dibuat Setiap peraturan organisasi yang dibuat (5) Setiap peraturan organisasi yang dibuat
oleh instansi dalam lingkungan IDI tidak oleh instansi dalam lingkungan IDI tidak oleh instansi dalam lingkungan IDI tidak
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

boleh bertentangan dengan peraturan boleh bertentangan dengan peraturan boleh bertentangan dengan peraturan
organisasi IDI yang sudah ada. organisasi diatasnya. organisasi diatasnya.

BAB VII BAB VII BAB VII


LOGO , BENDERA, ATRIBUT, HYMNE ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI ,
DAN MARS , HYMNE, DAN MARS HYMNE, DAN MARS
Pasal 19 Pasal 19 Pasal 19
Logo
1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI 1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI ,
(1) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah , seragam, kartu anggota dan identitas seragam, kartu anggota dan identitas
diatas dasar putih, di tengah terdapat lainnya lainnya
tulisan IDI, sebuah tongkat dengan ular 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah
186

melingkar yang kepalanya menghadap ke merah diatas dasar putih, di tengah diatas dasar putih, di tengah terdapat
kanan. terdapat tulisan IDI, sebuah tongkat tulisan IDI, sebuah tongkat dengan ular
(2) Tulisan IDI, tongkat dan ular berwarna dengan ular melingkar yang kepalanya melingkar yang kepalanya menghadap ke
IKATAN DOKTER INDONESIA

hitam. menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi kiri jika dilihat dari sisi pengamat. Tulisan
pengamat. Tulisan IDI, tongkat dan ular IDI, tongkat dan ular berwarna hitam.
Pasal 20 berwarna hitam. 3) Pataka IDI adalah bendera dengan warna
Bendera 3) Pataka IDI adalah bendera dengan dasar hijau dengan tulisan sarjana husada
warna dasar hijau dengan tulisan dharma nirmala, terdapat tongkat yang
(1) Bendera IDI yang juga disebut Pataka IDI sarjana husada dharma nirmala, dilingkari ular menghadap ke bawah
merupakan perangkat organisasi yang terdapat tongkat yang dilingkari ular dengan terdapat sayap mengepak di
digunakan pada kegiatan-kegiatan resmi menghadap ke bawah dengan terdapat bawahnya tertulis Ikatan dokter indonesia
IDI yang diletakkan mendampingi bendera sayap mengepak di bawahnya tertulis dalam pita hitam dengan garis kuning
Merah Putih. Ikatan dokter indonesia dalam pita 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang
(2) Warna Bendera/Pataka IDI adalah hijau hitam dengan garis kuning diciptakan oleh ibu Tuti Nizar.
berukuran 100 x 150 cm. 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan
(3) Bendera/Pataka IDI terdiri dari tulisan diciptakan oleh ibu Tuti Nizar. semangat yang di tetapkan dalam
Sarjana Husada Darma Nirmala berwarna 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan muktamar XXIX di medan yang
kuning, di bawahnya terdapat 10 buah semangat yang di tetapkan dalam diciptakan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. A
berkas sinar berwarna kuning, di muktamar XXIX di medan yang Atas usulan IDI Wilayah Riau
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
bawahnya terdapat tongkat dengan ular diciptakan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp.
melingkar yang kepalanya menghadap ke A Atas usulan IDI Wilayah Riau Penetapan MARS IDI,
kanan berwarna kuning, di bawahnya dipatenkan oleh penciptanya,
terdapat lingkaran 13 mata rantai berwarna apakah nantinya akan
kuning, di samping tongkat terdapat 2 bermasalah hukum dengan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

sayap berwarna putih yang masing-masing kita yang menggunakannya?


terdiri dari 9 lembar bulu sayap, di
bawahnya terdapat pita hitam dengan Pasal 20, 21 dan 23 di ganti dengan pasal
tulisan Ikatan Dokter Indonesia, dan di 19 karena sudah ada semua
paling bawah terdapat simbol bunga
teratai berwarna putih dengan tulisan IDI
di atasnya.

Pasal 21
Atribut
187

(1) Atribut adalah merupakan perlengkapan


sebagai identitas organisasi IDI. Dapat
berupa badge, pakaian, sticker, pin, jas
IKATAN DOKTER INDONESIA

IDI, rompi, topi, dan lain sebagainya.


(2) Atribut organisasi harus mencantumkan
Logo IDI.

Pasal 22
Hymne Dan MARS

(1) Hymne organisasi adalah Hymne IDI.


(2) Hymne IDI adalah lagu yang diciptakan
oleh Ibu Tuti Nizar.
(3) MARS organisasi adalah MARS IDI.
(4) MARS IDI adalah lagu yang diciptakan
oleh Dr.Nazardi Oyong,Sp.A
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
BAB VIII BAB VIII BAB VIII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN Tidak ada perubahan KEUANGAN DAN KEKAYAAN
ORGANISASI ORGANISASI
Pasal 23 Pasal 20
Keuangan Organisasi Keuangan Organisasi
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(1) Keuangan organisasi adalah dana yang (1) Keuangan organisasi adalah dana yang
dimiliki organisasi dan dimanfaatkan serta dimiliki organisasi dan dimanfaatkan serta
dipergunakan untuk kepentingan kegiatan dipergunakan untuk kepentingan kegiatan
organisasi. organisasi.
(2) Keuangan organisasi diperoleh dari : (2) Keuangan organisasi diperoleh dari :
a. Iuran Anggota. a. Iuran Anggota.
b. Sumbangan yang sah dan tidak b. Sumbangan yang sah dan tidak
mengikat. mengikat.
c. Usaha-usaha lain yang sah. c. Usaha-usaha lain yang sah.
(3) Kepemilikan keuangan organisasi (3) Kepemilikan keuangan organisasi
sebagaimana tersebut di atas, atas nama sebagaimana tersebut di atas, atas nama
188

badan hukum Ikatan Dokter Indonesia. badan hukum Ikatan Dokter Indonesia.

Kekayaan Organisasi Kekayaan Organisasi


IKATAN DOKTER INDONESIA

Pasal 24 Pasal 21

(1) Kekayaan Organisasi adalah aset milik (1) Kekayaan Organisasi adalah aset milik
organisasi baik yang bergerak maupun organisasi baik yang bergerak maupun
tidak bergerak di semua tingkatan. tidak bergerak di semua tingkatan.
(2) Pengurus IDI di setiap tingkatan (2) Pengurus IDI di setiap tingkatan
bertanggung jawab atas pengelolaan bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan dan kekayaan organisasi. keuangan dan kekayaan organisasi.
(3) Kepemilikan kekayaan organisasi (3) Kepemilikan kekayaan organisasi
sebagaimana tersebut diatas, atas nama sebagaimana tersebut diatas, atas nama
badan hukum Ikatan Dokter Indonesia. badan hukum Ikatan Dokter Indonesia.

BAB IX BAB IX BAB IX


ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 25 Pasal 22 Pasal 22
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Hal–hal yang belum diatur di dalam Anggaran Hal–hal yang belum diatur di dalam Hal–hal yang belum diatur di dalam Anggaran
Dasar akan diatur di dalam Anggaran Rumah Anggaran Dasar akan diatur di dalam Dasar akan diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga yang merupakan pula perincian Anggaran Rumah Tangga yang merupakan Tangga yang merupakan pula perincian
pelaksanaan Anggaran Dasar. pula perincian pelaksanaan Anggaran pelaksanaan Anggaran Dasar.
Dasar.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

BAB X BAB X BAB X


PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 26 Pasal 23 Pasal 23

(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat 1) Perubahan Anggaran Dasar hanya (1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat
dilakukan oleh Muktamar atau Muktamar dapat dilakukan oleh muktamar dilakukan oleh muktamar dan/atau
Luar Biasa. dan/atau muktamar luar biasa muktamar luar biasa
(2) Rencana perubahan Anggaran Dasar 2) Usulan perubahan oleh muktamar (2) Usulan perubahan oleh muktamar
diajukan oleh Pengurus Besar atau diajukan melalui forum rakernas. diajukan melalui forum rakernas.
Pengurus Cabang. 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar (3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar
(3) Rencana perubahan Anggaran Dasar telah biasa dapat dilakukan atas usulan biasa dapat dilakukan atas usulan cabang
189

disampaikan kepada Pengurus Besar cabang yang meminta dan/atau cabang yang meminta dan/atau cabang yang
selambat-lambatnya tiga bulan sebelum yang memberi dukungan. memberi dukungan.
Muktamar atau Muktamar Luar Biasa dan 4) Rencana perubahan telah disampaikan (4) Rencana perubahan telah disampaikan
IKATAN DOKTER INDONESIA

tembusannya disampaikan kepada semua kepada Pengurus Besar selambat- kepada Pengurus Besar selambat-
unsur dan badan kelengkapan Ikatan lambatnya tiga bulan sebelum lambatnya tiga bulan sebelum muktamar
Dokter Indonesia lainnya. muktamar atau muktamar luar biasa atau muktamar luar biasa dan
dan tembusannya disampaikan kepada tembusannya disampaikan kepada semua
semua unsur dan badan kelengkapan unsur dan badan kelengkapan Ikatan
Ikatan Dokter Indonesia lainnya. Dokter Indonesia lainnya.

BAB XI BAB XI BAB XI


PEMBUBARAN PEMBUBARAN ORGANISASI PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 27 Pasal 24 Pasal 24

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan 1) Pembubaran organisasi hanya dapat 1) Pembubaran organisasi hanya dapat
oleh Muktamar yang diadakan khusus untuk dilakukan oleh muktamar yang dilakukan oleh muktamar yang diadakan
itu, atas usulan dari sekurang-kurangnya dua diadakan khusus untuk itu. khusus untuk itu, atas usulan lebih dari
pertiga jumlah cabang. 2) Keputusan pembubaran organisasi atas lima puluh persen jumlah cabang.
usulan dari sekurang–kurangnya dua 2) Keputusan pembubaran organisasi atas
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
pertiga jumlah cabang. persetujuan dari sekurang–kurangnya dua
3) Sesudah pembubaran, maka segala hak pertiga jumlah cabang.
milik Ikatan Dokter Indonesia 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak
diserahkan kepada badan-badan sosial milik Ikatan Dokter Indonesia diserahkan
atau perkumpulan yang ditetapkan oleh kepada badan-badan sosial atau
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

muktamar. perkumpulan yang ditetapkan oleh


4) Tata cara pelaksanaan muktamar muktamar.
khusus akan diatur dalam tatalaksana 4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus Pembahasan 09 oktober 2020
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. akan diatur dalam tatalaksana Organisasi sampai pasal 25 Anggaran
Ikatan Dokter Indonesia. Dasar

BAB XII BAB XII BAB XII


ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN
Pasal 28 Pasal 25 Pasal 25

(1) Pengurus Besar berwenang menyesuaikan 1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia (1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia
Anggaran Dasar, Ketetapan Muktamar dan dianggap telah mengetahui Anggaran dianggap telah mengetahui Anggaran
190

Ketentuan organisasi lainnya yang Dasar Ikatan Dokter Indonesia. Dasar Ikatan Dokter Indonesia.
bertentangan dengan Undang-undang. 2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia (2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia
(2) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran harus mentaati Anggaran Dasar ini dan harus mentaati Anggaran Dasar ini dan
IKATAN DOKTER INDONESIA

Anggaran Dasar, maka penafsiran tersebut bagi yang melanggarnya akan bagi yang melanggarnya akan dikenakan
diserahkan ke Pengurus Besar. dikenakan sanksi sebagaimana yang sanksi sebagaimana yang diatur dalam
(3) Hal–hal yang belum diatur dalam diatur dalam Pedoman Tatalaksana Pedoman Tatalaksana Organisasi Ikatan
Anggaran Dasar ini diatur dalam Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.
peraturan tersendiri; 3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran (3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran
(4) Anggaran Dasar Perhimpunan dan Anggaran Dasar, maka penafsiran Anggaran Dasar, maka penafsiran
Keseminatan harus menyesuaikan dengan tersebut diserahkan ke Pengurus Besar. tersebut diserahkan ke Pengurus Besar.
Anggaran Dasar Ikatan Dokter Indonesia. 4) Hal-hal yang belum diatur dalam (4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran
(5) Perhimpunan dan Keseminatan yang anggaran dasar ini dimuat dalam dasar ini dimuat dalam Anggaran rumah
belum menyesuaikan Anggaran Dasar peraturan tersendiri, dan tidak tangga, pedoman tata laksana organisasi
Ikatan Dokter Indonesia diberikan waktu bertentangan dengan Anggaran Dasar dan peraturan lainya, yang tidak
penyesuaian paling lambat sampai Ikatan Dokter Indonesia. bertentangan dengan Anggaran Dasar
Kongres Perhimpunan dan Keseminatan Ikatan Dokter Indonesia.
yang bersangkutan berikutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pasal 26 Pasal 26

1) Anggaran dasar Perhimpunan dan (1) Anggaran dasar Perhimpunan dan


Keseminatan harus menyesuaikan Keseminatan harus menyesuaikan dengan Perhimpunan dan
dengan Anggaran dasar Ikatan Dokter Anggaran dasar Ikatan Dokter Indonesia Keseminatan itu adalah organ
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Indonesia (2) Bagi perhimpunan yang belum di dalam IDI, masanya masih
2) Bagi perhimpunan yang belum menyesuaikan Anggaran dasar diberikan
berbeda-beda. Dipertegas di
menyesuaikan Anggaran dasar waktu penyesuaian paling lambat sampai
diberikan waktu penyesuaian paling kongres perhimpunan yang bersangkutan dalam AD/ART
lambat sampai kongres perhimpunan berikutnya.
yang bersangkutan berikutnya.
BAB XIII BAB XIII
PENUTUP PENUTUP
Pasal 29 BAB XIII Pasal 27
PENUTUP
(1) Dengan disyahkannya Anggaran Dasar ini, Pasal 27 (1) Dengan disyahkannya Anggaran Dasar
maka Anggaran Dasar sebelumnya ini, maka Anggaran Dasar sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku. dinyatakan tidak berlaku.
191

(2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam (2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam (2) Anggaran Dasar ini disahkan dalam
Sidang Pleno Muktamar di Samarinda Sidang Pleno Muktamar, ditetapkan Sidang Pleno Muktamar, ditetapkan
IKATAN DOKTER INDONESIA

Pada Tanggal 27 Oktober 2018 dan oleh ketua umum PB IDI, dicatatkan oleh ketua umum PB IDI, dicatatkan
dicatatkan pada Notaris, didaftarkan ke pada Notaris dan didaftarkan ke pada Notaris dan didaftarkan ke
Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Hukum dan HAM. Kementerian Hukum dan HAM.
berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Dibuat aturan yang berlaku
ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN
DOKTER INDONESIA DOKTER INDONESIA selama pandemi agar bisa
beradaptasi. AD/ART
BAB I BAB I BAB I menyesuaikan di masa
DASAR PENYUSUNAN DASAR PENYUSUNAN pandemi. --> Tidak perlu
Pasal 1 Pasal 1 diatur dalam AD ART, cukup
Surat Keputusan Ketua Umum
Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya
disingkat ART disusun berdasarkan Anggaran disingkat ART disusun berdasarkan disingkat ART disusun berdasarkan Anggaran (Ketua Umum tidak
Dasar Pasal 25. Anggaran Dasar Pasal 22 Dasar Pasal 22 mengeluarkan Surat Edaran)
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
BAB II BAB II BAB II BAB II
KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN
Pasal 2 Pasal 2 Pasal 2
Anggota Anggota
Usulan:
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(1) Anggota biasa adalah dokter Warga (1) Anggota biasa adalah dokter Warga Dokter Warga Negara
Negara Indonesia yang memiliki ijazah Negara Indonesia yang memiliki ijazah Indonesia yang bekerja di luar
Dokter yang diakui oleh Pemerintah Dokter yang diakui oleh Pemerintah negeri, keanggotannya
Republik Indonesia serta terdaftar sebagai Republik Indonesia serta terdaftar sebagai menginduk pada IDI Cabang
dokter anggota IDI. dokter anggota IDI. Jakarta pusat atau cabang asal.
(2) Anggota luar biasa adalah dokter Warga (2) Anggota luar biasa adalah dokter Warga Note: Tidak diperlukan
Negara Asing yang teregistrasi sebagai Negara Asing yang teregistrasi sebagai pembentukan cabang baru.
dokter, dan diakui oleh pemerintah dokter, dan diakui oleh pemerintah
Republik Indonesia. Republik Indonesia.

Pasal 3 Pasal 3
Tata Cara Penerimaan Anggota Tata Cara Penerimaan Anggota
192

(1) Penerimaan anggota biasa dilakukan oleh (1) Penerimaan anggota biasa dilakukan oleh
pengurus cabang setempat melalui pengurus cabang setempat melalui
IKATAN DOKTER INDONESIA

pendaftaran tertulis dan pernyataan pendaftaran tertulis dan pernyataan


persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter
Indonesia dan Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia. Indonesia.
(2) Penerimaan anggota luar biasa dilakukan (2) Penerimaan anggota luar biasa dilakukan
oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia melalui pendaftaran tertulis dan Indonesia melalui pendaftaran tertulis dan
pernyataan persetujuan terhadap Anggaran pernyataan persetujuan terhadap Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Dokter Indonesia dan Kode Etik Ikatan Dokter Indonesia dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia, setelah memenuhi Kedokteran Indonesia, setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan menurut persyaratan yang ditetapkan menurut
peraturan perundangan tentang tenaga peraturan perundangan tentang tenaga
kerja asing kerja asing
(3) Bila belum ada cabang Ikatan Dokter (3) Bila belum ada cabang Ikatan Dokter
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Indonesia ditempat calon anggota Indonesia ditempat calon anggota
sebagaimana butir (1) pendaftaran sebagaimana butir (1) pendaftaran
dilakukan melalui pengurus cabang dilakukan melalui pengurus cabang
terdekat. terdekat.
(4) Ketentuan tata cara penerimaan anggota (4) Ketentuan tata cara penerimaan anggota
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

lebih lanjut diatur dalam Pedoman lebih lanjut diatur dalam Pedoman
Tatalaksana Organisasi. Tatalaksana Organisasi.

Pasal 4 Pasal 4
Hak Anggota Hak Anggota

(1) Setiap anggota biasa berhak mengeluarkan (1) Setiap anggota biasa berhak mengeluarkan
pendapat, mengajukan usul atau pendapat, mengajukan usul atau
pertanyaan dengan lisan, dan atau tertulis pertanyaan dengan lisan, dan atau tertulis
kepada pengurus, mengikuti semua kepada pengurus, mengikuti semua
kegiatan organisasi dan memiliki hak kegiatan organisasi dan memiliki hak
memilih dan dipilih. memilih dan dipilih.
193

(2) Setiap anggota luar biasa berhak (2) Setiap anggota luar biasa berhak
mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, mengeluarkan pendapat, mengajukan usul,
pertanyaan lisan atau tertulis kepada pertanyaan lisan atau tertulis kepada
IKATAN DOKTER INDONESIA

pengurus, dan mengikuti semua kegiatan pengurus, dan mengikuti semua kegiatan
organisasi tetapi tidak mempunyak hak organisasi tetapi tidak mempunyak hak
memilih dan dipilih. memilih dan dipilih.
(3) Setiap anggota yang melaksanakan tugas (3) Setiap anggota yang melaksanakan tugas
Ikatan Dokter Indonesia dan atau Ikatan Dokter Indonesia dan atau
pekerjaan sebagai dokter berhak mendapat pekerjaan sebagai dokter berhak mendapat
perlindungan dan pembelaan dari perlindungan dan pembelaan dari
organisasi. organisasi.
(4) Setiap anggota berhak mendapatkan (4) Setiap anggota berhak mendapatkan
manfaat dari upaya organisasi. manfaat dari upaya organisasi.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir (3) dan (4) diatas lebih lanjut diatur butir (3) dan (4) diatas lebih lanjut diatur
dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi. dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi.

Pasal 5 Pasal 5
Kewajiban Anggota Kewajiban Anggota
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(1) Anggota biasa dan anggota luar biasa (1) Anggota biasa dan anggota luar biasa
berkewajiban menjunjung tinggi kode etik berkewajiban menjunjung tinggi kode
kedokteran Indonesia. etik kedokteran Indonesia.
(2) Anggota biasa dan anggota luar biasa (2) Anggota biasa dan anggota luar biasa
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

berkewajiban mematuhi anggaran dasar berkewajiban mematuhi anggaran dasar


dan anggaran rumah tangga, mematuhi dan anggaran rumah tangga, mematuhi
peraturan dan keputusan organisasi, serta peraturan dan keputusan organisasi, serta
menjaga dan mempertahankan menjaga dan mempertahankan
kehormatan Ikatan Dokter Indonesia kehormatan Ikatan Dokter Indonesia
(3) Anggota biasa dan anggota luar biasa (3) Anggota biasa dan anggota luar biasa
berkewajiban membayar iuran anggota. berkewajiban membayar iuran anggota.

Pasal 6 Pasal 6
Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

(1) Anggota Ikatan Dokter Indonesia dapat (1) Anggota Ikatan Dokter Indonesia dapat
194

merangkap anggota dan/atau merangkap merangkap anggota dan/atau merangkap


jabatan pada organisasi di lingkungan jabatan pada organisasi di lingkungan
Ikatan Dokter Indonesia dan/atau Ikatan Dokter Indonesia dan/atau
IKATAN DOKTER INDONESIA

organisasi lain sepanjang tidak organisasi lain sepanjang tidak


mengganggu kinerja organisasi, tidak mengganggu kinerja organisasi, tidak
terdapat konflik kepentingan dan tidak terdapat konflik kepentingan dan tidak
bertentangan secara fungsional, serta tidak bertentangan secara fungsional, serta tidak
melanggar kehormatan dan/atau tradisi melanggar kehormatan dan/atau tradisi
luhur kedokteran. luhur kedokteran.
(2) Penilaian terhadap anggota Ikatan Dokter (2) Penilaian terhadap anggota Ikatan Dokter
Indonesia yang merangkap anggota dan Indonesia yang merangkap anggota dan
atau merangkap jabatan dilakukan oleh atau merangkap jabatan dilakukan oleh
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia di tiap Pengurus Ikatan Dokter Indonesia di tiap
tingkat masing-masing. tingkat masing-masing.
(3) Hasil Penilaian terhadap anggota (3) Hasil Penilaian terhadap anggota
sebagaimana dimaksud pada butir (2) sebagaimana dimaksud pada butir (2)
diatas dilaporkan/diserahkan kepada diatas dilaporkan/diserahkan kepada
Dewan Pertimbangan untuk Pengurus Dewan Pertimbangan untuk Pengurus
Besar IDI dan atau unit tertentu yang Besar IDI dan atau unit tertentu yang
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
dibentuk sesuai dengan tingkatan dan dibentuk sesuai dengan tingkatan dan
diputuskan. diputuskan.
(4) Pengaturan rangkap anggota dan rangkap (4) Pengaturan rangkap anggota dan rangkap
jabatan lebih lanjut diatur dalam jabatan lebih lanjut diatur dalam Pedoman
Pedoman Tatalaksana Organisasi. Tatalaksana Organisasi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 7 Pasal 7 Pasal 7


Kehilangan Keanggotaan Kehilangan Keanggotaan Kehilangan Keanggotaan

(1) Anggota dinyatakan kehilangan (1) Anggota dinyatakan kehilangan (1) Anggota dinyatakan kehilangan
keanggotaannya karena meninggal dunia, keanggotaannya karena meninggal keanggotaannya karena meninggal dunia,
atas permintaan sendiri, atau dunia, atas permintaan sendiri, atau atas permintaan sendiri, atau Penegakan disiplin organisasi
diberhentikan. diberhentikan. diberhentikan. dalam Anggaran
(2) Pemberhentian atas permintaan sendiri (2) Kehilangan keanggotaan atas (2) Kehilangan keanggotaan atas permintaan Dasar/Anggaran Rumah
hanya dapat dilakukan dengan permintaan sendiri hanya dapat sendiri hanya dapat dilakukan dengan
tangga (AD ART) dan
pemberitahuan secara tertulis kepada dilakukan dengan pemberitahuan secara pemberitahuan secara tertulis kepada
pengurus cabang sekurang-kurangnya tertulis kepada pengurus cabang pengurus cabang sekurang-kurangnya satu Tatalaksana Organisasi
(ORTALA) perlu didetailkan
195

satu bulan sebelumnya. sekurang-kurangnya satu bulan bulan sebelumnya.


sebelumnya. (3) Kehilangan keanggotaan karena sehingga dapat menjadi
(3) Kehilangan keanggotaan karena diberhentikan dengan; pedoman untuk teman-teman
IKATAN DOKTER INDONESIA

diberhentikan dengan; a. Melaksanakan putusan MKEK pusat di daerah


a. Melaksanakan putusan MKEK pusat bila dinyatakan telah melakukan
bila dinyatakan telah melakukan pelanggaran etika profesi; dan/atau Tata cara penanganan
pelanggaran etika profesi; dan/atau b. Rekomendasi Dewan Pertimbangan pelanggaran disiplin
b. Rekomendasi Dewan Pertimbangan bila dinyatakan telah melakukan organisasi perlu dikupas
bila dinyatakan telah melakukan pelanggaran disiplin organisasi.
pelanggaran disiplin organisasi.

Pasal 8 Pasal 8 Pasal 8


Sanksi dan Pembelaan Anggota Sanksi dan Pembelaan Anggota Sanksi dan Pembelaan Anggota

(1) Anggota dapat diberikan sanksi berupa (1) Anggota dapat diberikan sanksi berupa (1) Anggota dapat diberikan sanksi berupa
teguran tertulis/lisan, pencabutan teguran lisan, tertulis, diberhentikan teguran lisan, tertulis, diberhentikan
sementara atau diberhentikan karena: sementara atau diberhentikan tetap. sementara atau diberhentikan tetap.
a. Bertindak bertentangan dengan (2) Anggota sebelum diberikan sanksi (2) Anggota sebelum diberikan sanksi wajib
Anggaran Dasar dan Anggaran wajib didampingi Biro Hukum didampingi Biro Hukum Pembinaan dan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Rumah Tangga dan ketentuan- Pembinaan dan Pembelaan Anggota Pembelaan Anggota (BHP2A).
ketentuan lain yang telah ditetapkan (BHP2A). (3) Pemberhentian anggota tetap atau
Ikatan Dokter Indonesia. (3) Pemberhentian anggota tetap atau sementara dari keanggotaan Ikatan Dokter
b. Bertindak merugikan atau sementara dari keanggotaan Ikatan Indonesia dilakukan oleh Ketua Umum PB
mencemarkan nama baik Ikatan Dokter Indonesia dilakukan oleh Ketua IDI
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Dokter Indonesia. Umum PB IDI (4) Ketentuan sanksi dan pembelaan anggota
(2) Anggota yang diberi sanksi berupa (4) Ketentuan sanksi dan pembelaan lebih lanjut diatur dalam Pedoman
teguran tertulis/lisan, pencabutan anggota lebih lanjut diatur dalam Tatalaksana Organisasi
sementara atau diberhentikan diberi Pedoman Tatalaksana Organisasi
kesempatan meminta bantuan dalam
rangka pembelaan kepada Biro Hukum
Pembinaan dan Pembelaan Anggota
(BHP2A).
(3) Pemberhentian anggota dari keanggotaan
Ikatan Dokter Indonesia dilakukan oleh
Pengurus Besar.
(4) Anggota yang diskors dan atau
196

diberhentikan dapat melakukan pembelaan


dalam forum yang ditunjuk untuk itu.
(5) Pengaturan sanksi dan pembelaan anggota
IKATAN DOKTER INDONESIA

lebih lanjut diatur dalam Pedoman


Tatalaksana Organisasi.

BAB III BAB III BAB III ORTALA harus dipisahkan


ORGANISASI ORGANISASI ORGANISASI dengan AD/ART, harus
A. STRUKTUR KEKUASAAN A. STRUKTUR KEKUASAAN A. STRUKTUR KEKUASAAN ditetapkan berapa bulan
Pasal 9 Pasal 9 Pasal 9
targetnya untuk disahkan oleh
Muktamar Muktamar Muktamar
pengurus yang baru.
(1) Status : (1) Status : (1) Status :
a. Muktamar merupakan kekuasaan a. Muktamar merupakan kekuasaan a. Muktamar merupakan kekuasaan
tertinggi organisasi sebagai forum tertinggi organisasi sebagai forum tertinggi organisasi sebagai forum
pelaksanaan kedaulatan seluruh pelaksanaan kedaulatan seluruh pelaksanaan kedaulatan seluruh
anggota Ikatan Dokter Indonesia. anggota Ikatan Dokter Indonesia. anggota Ikatan Dokter Indonesia.
b. Muktamar adalah musyawarah b. Muktamar adalah musyawarah b. Muktamar adalah musyawarah
nasional dokter Indonesia yang diberi nasional dokter Indonesia yang nasional dokter Indonesia yang diberi
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
nama “Muktamar Ikatan Dokter diberi nama “Muktamar Ikatan nama “Muktamar Ikatan Dokter
Indonesia”. Dokter Indonesia”. Indonesia”.
c. Muktamar diadakan sekali dalam 3 c. Muktamar diadakan sekali dalam 3 c. Muktamar diadakan sekali dalam 3
(tiga) tahun. (tiga) tahun pada akhir masa jabatan. (tiga) tahun pada akhir masa jabatan.
d. Peserta muktamar adalah peserta d. Peserta muktamar adalah peserta d. Peserta muktamar adalah peserta
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

utusan cabang, peninjau, dan utusan cabang, peninjau, dan utusan cabang, peninjau, dan
undangan. undangan undangan
e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua e. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua
Ikatan Dokter Indonesia cabang dan Ikatan Dokter Indonesia cabang dan Ikatan Dokter Indonesia cabang dan
diberi mandat tertulis resmi diberi mandat tertulis resmi diberi mandat tertulis resmi
berdasarkan proses mekanisme rapat berdasarkan proses mekanisme rapat berdasarkan proses mekanisme rapat
pengurus cabang. pengurus cabang. pengurus cabang.
f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar f. Peninjau terdiri dari Pengurus Besar
beserta Majelis Kolegium Kedokteran beserta Majelis Kehormatan Etik beserta Majelis Kehormatan Etik
Indonesia/MKKI, Majelis Kehormatan Kedokteran/MKEK, Majelis Kedokteran/MKEK, Majelis Kolegium
Etik Kedokteran/MKEK, Majelis Kolegium Kedokteran Kedokteran Indonesia/MKKI, Majelis
Pengembangan Pelayanan Indonesia/MKKI, Majelis Pengembangan Pelayanan
197

Keprofesian/MPPK, beserta unsur- Pengembangan Pelayanan Keprofesian/MPPK, beserta unsur-


unsurnya dan Pengurus Wilayah. Keprofesian/MPPK, beserta unsur- unsurnya dan Pengurus Wilayah.
g. Undangan adalah yang di undang unsurnya dan Pengurus Wilayah. g. Undangan adalah yang diundang untuk
IKATAN DOKTER INDONESIA

untuk kegiatan tertentu . g. Undangan adalah yang diundang kegiatan tertentu.


h. Utusan cabang menampung aspirasi untuk kegiatan tertentu . h. Utusan cabang menampung aspirasi
dokter-dokter dan aspirasi masyarakat h. Utusan cabang menampung aspirasi dokter-dokter dan aspirasi masyarakat
yang berhubungan dengan bidang dokter-dokter dan aspirasi yang berhubungan dengan bidang
kesehatan, untuk disampaikan pada masyarakat yang berhubungan kesehatan, untuk disampaikan pada
Muktamar Ikatan Dokter Indonesia. dengan bidang kesehatan, untuk Muktamar Ikatan Dokter Indonesia.
i. Dalam keadaan luar biasa muktamar disampaikan pada Muktamar Ikatan i. Dalam keadaan luar biasa muktamar
dapat diselenggarakan sewaktu-waktu Dokter Indonesia. dapat diselenggarakan sewaktu-waktu
atas inisiatif satu cabang dan i. Dalam keadaan luar biasa muktamar atas inisiatif satu cabang dan mendapat
mendapat persetujuan sekurang- dapat diselenggarakan sewaktu- dukungan sekurang-kurangnya dua
kurangnya dua pertiga dari jumlah waktu atas inisiatif satu cabang dan pertiga dari jumlah cabang
cabang. mendapat dukungan sekurang- j. Muktamar menyelenggarakan sidang
j. Muktamar menyelenggarakan sidang kurangnya dua pertiga dari jumlah organisasi dan sidang ilmiah.
organisasi dan sidang ilmiah. cabang k. Sidang organisasi muktamar terdiri
k. Sidang organisasi muktamar terdiri j. Muktamar menyelenggarakan sidang dari sidang pleno pengesahan
dari sidang pleno pengesahan organisasi dan sidang ilmiah. muktamar, sidang pleno muktamar,
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
muktamar, sidang pleno muktamar, k. Sidang organisasi muktamar terdiri sidang komisi, dan sidang khusus.
sidang komisi, dan sidang khusus. dari sidang pleno pengesahan l. Ketentuan lebih lanjut tentang sidang
l. Penjelasan sebagaimana dimaksud muktamar, sidang pleno muktamar, organisasi muktamar pada butir k
pada butir k diatas, lebih lanjut diatur sidang komisi, dan sidang khusus. diatas lebih lanjut diatur dalam
dalam Pedoman l. Ketentuan lebih lanjut tentang pedoman tata laksana organisasi
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

m. Tatalaksana Organisasi. sidang organisasi muktamar pada


butir k diatas lebih lanjut diatur
dalam pedoman tata laksana
organisasi
(2) Wewenang : (2) Wewenang :

Sidang Pleno Pengesahan Muktamar Sidang Pleno Pengesahan Muktamar


a. Menetapkan kuorum. b. Menetapkan kuorum.
b. Menetapkan tata tertib muktamar c. Menetapkan tata tertib muktamar sesuai
sesuai ART. ART.
c. Menetapkan Presidium Pimpinan d. Menetapkan Presidium Pimpinan Sidang
Sidang Muktamar Muktamar
198

Sidang Pleno Muktamar Sidang Pleno Muktamar Sidang Pleno Muktamar


a. Menetapkan anggaran dasar dan a. Menetapkan anggaran dasar dan a. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran
IKATAN DOKTER INDONESIA

anggaran rumah tangga, pedoman anggaran rumah tangga, dan kebijakan rumah tangga, dan kebijakan strategis
pokok tatalaksana organisasi, dan strategis nasional. nasional.
kebijakan strategis nasional. b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua
b. Menilai pertanggung-jawaban Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter
Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dan mendengarkan laporan Indonesia dan mendengarkan laporan Note: sidang pleno huruf b
Indonesia dan mendengarkan laporan Ketua MKEK, Ketua MKKI, dan Ketua MKEK, Ketua MKKI, dan Ketua disesuaikan dengan AD
Ketua MKEK, Ketua MKKI, dan Ketua MPPK MPPK
Ketua MPPK. c. Mengukuhkan Ketua Umum Pengurus c. Mengukuhkan Ketua Umum Pengurus Huruf c ditambahkan di
c. Memilih Ketua Umum Pengurus Besar Besar terpilih hasil muktamar tahun Besar terpilih hasil muktamar tahun 2021. aturan peralihan
Terpilih dan mengukuhkan Ketua 2021 d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil
Umum Pengurus Besar terpilih pada d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil sidang komisi
muktamar sebelumnya menjadi Ketua sidang komisi e. Menerima hasil-hasil sidang khusus
Umum Pengurus Besar. e. Menerima hasil-hasil sidang khusus diteruskan kepada Ketua Umum Pengurus
d. Menerima dan menetapkan hasil-hasil diteruskan kepada Ketua Umum Besar. Apakah kedepan masih
sidang komisi. Pengurus Besar. f. Mengukuhkan Ketua Majelis Kehormatan dibutuhkan Ketua Umum
e. Menerima hasil-hasil sidang khusus f. Mengukuhkan Ketua Majelis Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) yang Pengurus Besar Terpilih?
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
diteruskan kepada Ketua Umum Kehormatan Etik Kedokteran dipilih oleh sidang khusus MKEK. Terkait penghapusan Ketua
Pengurus Besar. Indonesia (MKEK) yang dipilih oleh g. Mengukuhkan Ketua Majelis Kolegium Umum Terpilih, dibutuhkan
f. Mengukuhkan Ketua Majelis sidang khusus MKEK. Kedokteran Indonesia (MKKI) yang suatu jajak pendapat dan
Kolegium Kedokteran Indonesia g. Mengukuhkan Ketua Majelis dipilih oleh sidang khusus MKKI. pandangan sebagai
(MKKI) yang dipilih oleh sidang Kolegium Kedokteran Indonesia h. Mengukuhkan Ketua Majelis pendahuluan sebelum
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

khusus MKKI. (MKKI) yang dipilih oleh sidang Pengembangan Pelayanan Keprofesian dijadikan bahasan. -->
g. Mengukuhkan Ketua Majelis khusus MKKI. (MPPK) yang dipilih oleh sidang khusus Wilayah yang pernah diminta
Pengembangan Pelayanan Keprofesian h. Mengukuhkan Ketua Majelis MPPK . untuk membuat kajian pada
(MPPK) yang dipilih oleh sidang Pengembangan Pelayanan Keprofesian i. Mengukuhkan perubahan nama Rakernas lalu, akan diingatkan
khusus MPPK . (MPPK) yang dipilih oleh sidang perhimpunan dan/atau keseminatan, kembali. Terlepas dari itu, Ad
h. Mengukuhkan Ketua Majelis khusus MPPK . perhimpunan dan/atau keseminatan baru, Hoc A sendiri perlu membuat
Kehormatan Etik Kedokteran i. Mengukuhkan perubahan nama dan/atau membubarkan perhimpunan kajian terkait penghapusan
Indonesia (MKEK) yang dipilih oleh perhimpunan dan/atau keseminatan, dan/atau kesemintan dalam lingkungan Presiden Elect.
sidang khusus MKEK. perhimpunan dan/atau keseminatan Ikatan Dokter Indonesia atas usul sidang Penghapusan elect membuka
i. Mengukuhkan perubahan nama baru, dan/atau membubarkan komisi. peluang untuk Ketua Umum
perhimpunan, perhimpunan baru dan perhimpunan dan/atau kesemintan j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat terpilih kembali
membubarkan perhimpunan dalam dalam lingkungan Ikatan Dokter Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan
199

lingkungan Ikatan Dokter Indonesia Indonesia atas usul sidang komisi. Dokter Indonesia berikutnya yang
atas usul sidang komisi. j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat memenuhi persyaratan.
j. Menetapkan tempat pelaksanaan Rapat Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan k. Memberikan tanda kehormatan kepada
IKATAN DOKTER INDONESIA

Kerja Nasional dan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia berikutnya yang orang-orang yang berjasa pada organisasi
Dokter Indonesia berikutnya yang memenuhi persyaratan. Ikatan Dokter Indonesia.
memenuhi persyaratan. k. Memberikan tanda kehormatan kepada l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus Besar
k. Memberikan tanda kehormatan kepada orang-orang yang berjasa pada Terpilih periode sebelumnya tidak dapat
orang-orang yang berjasa pada organisasi Ikatan Dokter Indonesia. menjalankan tugas sebagai Ketua Umum
organisasi Ikatan Dokter Indonesia. l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus Pengurus Besar karena meninggal dunia,
l. Dalam hal Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih periode sebelumnya mengundurkan diri, atau dijatuhi pidana
Besar Terpilih periode sebelumnya tidak dapat menjalankan tugas sebagai yang telah memiliki kekuatan hukum
tidak dapat menjalankan tugas sebagai Ketua Umum Pengurus Besar karena tetap, maka muktamar memilih Ketua
Ketua Umum Pengurus Besar karena meninggal dunia, mengundurkan diri, Umum Pengurus Besar yang baru dan
meninggal dunia, mengundurkan diri, atau dijatuhi pidana yang telah Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih.
atau dijatuhi pidana yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka m. Mengesahkan kode etik kedokteran
memiliki kekuatan hukum tetap, maka muktamar memilih Ketua Umum
muktamar memilih Ketua Umum Pengurus Besar yang baru dan Ketua
Pengurus Besar yang baru dan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih.
Umum Pengurus Besar Terpilih. m. Mengesahkan kode etik kedokteran
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Sidang Komisi Sidang Komisi Sidang Komisi
a. Membahas materi-materi yang akan a. Membahas hasil rakernas dan materi- a. Membahas hasil rakernas dan materi-
ditetapkan dalam sidang pleno. materi yang akan ditetapkan dalam materi yang akan ditetapkan dalam sidang
b. Menyerahkan hasil sidang komisi kepada sidang pleno. pleno.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

sidang pleno untuk disahkan sebagai b. Menyerahkan dan mempresentasikan b. Menyerahkan dan mempresentasikan
ketetapan muktamar. hasil- hasil sidang komisi kepada hasil- hasil sidang komisi kepada sidang
sidang pleno. pleno.
Sidang Khusus
a. Memilih Ketua Majelis Kehormatan Etik Sidang Khusus
Kedokteran (MKEK), Ketua Majelis a. Memilih Ketua Majelis Kehormatan Etik
Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) Kedokteran (MKEK), Ketua Majelis
dan Ketua Majelis Pengembangan Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI)
Pelayanan Keprofesian (MPPK), untuk dan Ketua Majelis Pengembangan
kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada Pelayanan Keprofesian (MPPK), untuk
Sidang Pleno Muktamar untuk diteruskan kemudian dikukuhkan sebagai ketua pada
dan dibuat pengesahannya oleh Ketua Sidang Pleno Muktamar untuk diteruskan
200

Umum Pengurus Besar. dan dibuat pengesahannya oleh Ketua


b. Menetapkan pedoman-pedoman pokok, Umum Pengurus Besar.
kebijakan strategis dan program kerja b. Menetapkan pedoman-pedoman pokok,
IKATAN DOKTER INDONESIA

nasional majelis-majelis. kebijakan strategis dan program kerja


nasional majelis-majelis.

Pasal 10 Pasal 10 Pasal 10


Kriteria Ketua IDI Kriteria Ketua IDI Kriteria Ketua IDI

(1) Calon Ketua PB IDI Terpilih, Ketua IDI (1) Calon Ketua IDI ialah anggota biasa (1) Calon Ketua IDI ialah anggota biasa yang
Wilayah, Ketua IDI Cabang ialah anggota yang dibuktikan dengan KTA IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI yang masih
biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI masih berlaku. berlaku.
yang masih berlaku. (2) Menyatakan kesediaannya secara lisan (2) Menyatakan kesediaannya secara lisan dan
(2) Menyatakan kesediaannya secara lisan dan dan terbuka, serta menyampaikan terbuka, serta menyampaikan curriculum Rapat selesai terakhir pasal 10
terbuka, serta menyampaikan curriculum curriculum vitae dan visi misinya. vitae dan visi misinya. untuk pembahsan selanjutnya
vitae dan visi misinya. (3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali (3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali
(3) Pernah menjadi Pengurus IDI, kecuali cabang yang baru dibentuk. cabang yang baru dibentuk.
cabang yang baru dibentuk. (4) Tidak sedang dalam permasalahan (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika,
(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, etika, disiplin dan hukum. disiplin dan hukum.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
disiplin dan hukum. (5) Melewati proses seleksi yang dilakukan (5) Melewati proses seleksi yang dilakukan Note :
(5) Melewati proses seleksi yang dilakukan oleh tim seleksi Ikatan Dokter oleh tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia Pasal 10 poin (5) Di pindah ke
oleh tim seleksi Ikatan Dokter Indonesia Indonesia sesuai dengan tingkatannya. sesuai dengan tingkatannya. pasal berkaitan dengan pansel
sesuai dengan tingkatannya. (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud lebih
(6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada lebih lanjut diatur dalam Pedoman lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

butir 5 diatas lebih lanjut diatur dalam Tatalaksana Organisasi. Organisasi.


Pedoman Tatalaksana Organisasi.

Pasal 11 Pasal 11 Pasal 11


Kriteria Ketua MKEK Kriteria Ketua MKEK Kriteria Ketua MKEK

(1) Calon Ketua MKEK Pusat, MKEK (1) Calon Ketua MKEK ialah anggota (1) Calon Ketua MKEK ialah anggota biasa
Wilayah, dan MKEK Cabang ialah biasa yang dibuktikan dengan KTA IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI yang
anggota biasa yang dibuktikan dengan yang masih berlaku. masih berlaku.
KTA IDI yang masih berlaku. (2) Menyatakan akan kesediaannya secara (2) Menyatakan akan kesediaannya secara
(2) Menyatakan akan kesediaannya secara lisan dan terbuka, serta menyampaikan lisan dan terbuka, serta menyampaikan
lisan dan terbuka, serta menyampaikan curriculum vitae dan visi misinya. curriculum vitae dan visi misinya.
201

curriculum vitae dan visi misinya. (3) Pernah menjadi pengurus MKEK dan (3) Pernah menjadi pengurus MKEK dan atau
(3) Dipilih dari Pengurus MKEK dan atau atau Dewan Etika Perhimpunan. Dewan Etika Perhimpunan.
Dewan Etika Perhimpunan sesuai (4) Tidak sedang dalam permasalahan (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika,
IKATAN DOKTER INDONESIA

tingkatannya. etika, disiplin dan atau hukum. disiplin dan atau hukum.
(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, (5) Melewati proses penjaringan yang (5) Melewati proses penjaringan yang
disiplin dan atau hukum. dilakukan oleh tim seleksi Ikatan dilakukan oleh tim seleksi Ikatan Dokter
(5) Melewati proses penjaringan yang Dokter Indonesia sesuai dengan Indonesia sesuai dengan tingkatannya.
dilakukan oleh tim seleksi Ikatan Dokter tingkatannya. (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada
Indonesia sesuai dengan tingkatannya. (6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (5) diatas lebih lanjut diatur dalam
(6) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada butir (5) diatas lebih lanjut diatur Pedoman Tatalaksana Organisasi.
butir (5) diatas lebih lanjut diatur dalam dalam Pedoman Tatalaksana
Pedoman Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

Pasal 12 Pasal 12
Kriteria Ketua MKKI Kriteria Ketua MKKI

(1) Calon Ketua MKKI ialah anggota biasa (1) Calon Ketua MKKI ialah anggota biasa
IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI
yang masih berlaku. yang masih berlaku.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(2) Menyatakan akan kesediaannya secara (2) Menyatakan akan kesediaannya secara
lisan dan terbuka, serta menyampaikan lisan dan terbuka, serta menyampaikan
curriculum vitae dan visi misinya. curriculum vitae dan visi misinya.
(3) Dipilih dari salah satu Ketua atau mantan (3) Dipilih dari salah satu Ketua atau mantan
Ketua Kolegium. Ketua Kolegium.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika, (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika,
disiplin dan hukum. disiplin dan hukum.
(5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada (5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada
butir (3) diatas lebih lanjut diatur dalam butir (3) diatas lebih lanjut diatur dalam
Pedoman Tatalaksana Organisasi. Pedoman Tatalaksana Organisasi.

Pasal 13 Pasal 13
Kriteria Ketua MPPK Kriteria Ketua MPPK

(1) Calon Ketua MPPK ialah anggota biasa (1) Calon Ketua MPPK ialah anggota biasa
IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI, IDI yang dibuktikan dengan KTA IDI,
STR, dan SIP yang berlaku. STR, dan SIP yang berlaku.
202

(2) Menyatakan akan kesediaannya secara (2) Menyatakan akan kesediaannya secara
lisan dan terbuka, serta menyampaikan lisan dan terbuka, serta menyampaikan
curriculum vitae dan visi misinya. curriculum vitae dan visi misinya.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3) Dipilih dari anggota IDI yang diusulkan (3) Dipilih dari anggota IDI yang diusulkan
Perhimpunan dan/atau MPPK Wilayah Perhimpunan dan/atau MPPK Wilayah
untuk di tingkat pusat, sedangkan di untuk di tingkat pusat, sedangkan di
tingkat wilayah hanya oleh perhimpunan tingkat wilayah hanya oleh perhimpunan
yang ada di wilayah tersebut. yang ada di wilayah tersebut.
(4) Tidak sedang dalam permasalahan etika (4) Tidak sedang dalam permasalahan etika
disiplin dan atau hukum; disiplin dan atau hukum;
(5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada (5) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada
butir (3) diatas lebih lanjut diatur dalam butir (3) diatas lebih lanjut diatur dalam
Pedoman Tatalaksana Organisasi. Pedoman Tatalaksana Organisasi.

Pasal 14 Pasal 14 Pasal 14


Tata Tertib Sidang- Sidang Tata Tertib Sidang- Sidang Tata Tertib Sidang- Sidang

(1) Sidang Pleno (1) Sidang Pleno (1) Sidang Pleno


a. Pengurus Besar adalah penanggung a. Pengurus Besar adalah penanggung a. Pengurus Besar adalah penanggung
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
jawab penyelenggaraan muktamar; jawab penyelenggaraan muktamar; jawab penyelenggaraan muktamar;
b. Muktamar dihadiri oleh utusan cabang, b. Muktamar dihadiri oleh utusan b. Muktamar dihadiri oleh utusan
peninjau dan undangan. cabang, peninjau dan undangan. cabang, peninjau dan undangan.
c. Jumlah peninjau ditetapkan oleh c. Utusan cabang memiliki hak bicara c. Utusan cabang memiliki hak bicara
Pengurus Besar. dan hak suara. dan hak suara.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

d. Utusan cabang memiliki hak bicara dan d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
hak suara. e. Undangan tidak mempunyai hak e. Undangan tidak mempunyai hak
e. Peninjau hanya memiliki hak bicara. bicara dan/atau hak suara. bicara dan/atau hak suara.
f. Undangan tidak mempunyai hak bicara f. Jumlah peninjau dan undangan f. Jumlah peninjau dan undangan
dan/atau hak suara. ditetapkan oleh Pengurus Besar. ditetapkan oleh Pengurus Besar.
g. Mekanisme pengambilan keputusan g. Mekanisme pengambilan keputusan g. Mekanisme pengambilan keputusan
dalam Muktamar dilaksanakan dalam dalam Muktamar dilaksanakan dalam dalam Muktamar dilaksanakan dalam
Sidang Pleno. Sidang Pleno. Sidang Pleno.
h. Peserta Muktamar adalah utusan cabang h. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua h. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua
dengan mandat resmi yang mempunyai IDI Cabang dan diberi mandat resmi IDI Cabang dan diberi mandat resmi
hak bicara dan hak suara sedangkan berdasarkan proses mekanisme berdasarkan proses mekanisme
peninjau hanya mempunyai hak bicara. pengurus cabang. pengurus cabang.
203

i. Ketentuan banyaknya suara utusan i. Ketentuan banyaknya suara utusan i. Ketentuan banyaknya suara utusan
cabang dalam muktamar menggunakan cabang dalam muktamar cabang dalam muktamar
acuan sebagai berikut : menggunakan acuan sebagai berikut : menggunakan acuan sebagai berikut :
IKATAN DOKTER INDONESIA

1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1. Sampai dengan 50 anggota 1. Sampai dengan 50 anggota biasa :
1 suara biasa : 1 suara 1 suara
2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2. Sampai dengan 100 anggota 2. Sampai dengan 100 anggota biasa:
2 suara biasa: 2 suara 2 suara
3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3. Sampai dengan 300 anggota 3. Sampai dengan 300 anggota biasa:
3 suara biasa: 3 suara 3 suara
4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4. Sampai dengan 500 anggota 4. Sampai dengan 500 anggota biasa:
4 suara biasa: 4 suara 4 suara
5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5. Sampai dengan 700 anggota 5. Sampai dengan 700 anggota biasa:
5 suara biasa: 5 suara 5 suara
6. dan seterusnya, setiap tambahan 6. dan seterusnya, setiap tambahan 6. dan seterusnya, setiap tambahan
200 anggota biasa akan 200 anggota biasa akan 200 anggota biasa akan
memperoleh tambahan 1 suara memperoleh tambahan 1 suara memperoleh tambahan 1 suara
dengan jumlah maksimal sebanyak dengan jumlah maksimal dengan jumlah maksimal
10 suara. sebanyak 10 suara. sebanyak 10 suara.
j. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan j. Jumlah suara ditentukan berdasarkan j. Jumlah suara ditentukan berdasarkan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
oleh Pengurus Besar berdasarkan iuran jumlah anggota sesuai dengan jumlah anggota sesuai dengan
anggota yang dibayarkan oleh Pengurus ketentuan pasal i. ketentuan pasal i.
Cabang. k. Sidang pengesahan kuorum, k. Sidang pengesahan kuorum,
k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan pembahasan dan pengesahan agenda pembahasan dan pengesahan agenda
dan pengesahan agenda acara, tata tertib acara, tata tertib sidang, dan acara, tata tertib sidang, dan pemilihan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

sidang, dan pemilihan pimpinan sidang pemilihan pimpinan sidang pleno pimpinan sidang pleno muktamar
pleno muktamar dipimpin oleh panitia muktamar dipimpin oleh panitia dipimpin oleh panitia pengarah
pengarah muktamar. pengarah muktamar. muktamar. Pembahasan 29 oktober 2020
l. Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri l. Muktamar dinyatakan sah bila l. Muktamar dinyatakan sah bila dihadiri sampai pasal 14 (sidang
minimal 50 (lima puluh) % tambah 1 dihadiri minimal 50 (lima puluh) % minimal 50 (lima puluh) % tambah 1 komisi)
(satu) dari jumlah cabang yang ada. tambah 1 (satu) dari jumlah cabang (satu) dari jumlah cabang yang ada.
m. Apabila butir l sebagaimana dimaksud yang ada. m. Apabila butir l sebagaimana dimaksud
diatas tidak terpenuhi maka muktamar m. Apabila butir l sebagaimana diatas tidak terpenuhi maka muktamar
diundur paling lama 1x 24 jam dan dimaksud diatas tidak terpenuhi maka diundur paling lama 1x 24 jam dan
setelah itu muktamar dianggap sah. muktamar diundur paling lama 1x 24 setelah itu muktamar dianggap sah.
n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) jam dan setelah itu muktamar n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga)
orang presidium yang dipilih oleh utusan dianggap sah. orang presidium sidang pleno yang
204

cabang. n. Sidang Pleno dipimpin oleh 3 (tiga) dipilih oleh utusan cabang.
o. Setelah selesai laporan orang presidium sidang pleno yang o. Setelah selesai laporan Note: huruf o
pertanggungjawaban Pengurus Besar, dipilih oleh utusan cabang. pertanggungjawaban Pengurus Besar, Bila pertanggung jawaban
IKATAN DOKTER INDONESIA

maka Pengurus Besar dinyatakan o. Setelah selesai laporan maka Pengurus Besar dinyatakan diterima dengan catatan ?
demisioner. pertanggungjawaban Pengurus Besar, demisioner.
maka Pengurus Besar dinyatakan
demisioner.

(2) Sidang Komisi (2) Sidang Komisi (2) Sidang Komisi


a. Panitia Adhoc Muktamar yang dibentuk a. Panitia Adhoc Muktamar yang a. Panitia Adhoc Muktamar yang
PB IDI adalah penanggung jawab dibentuk PB IDI adalah penanggung dibentuk PB IDI adalah penanggung
masing-masing sidang komisi. jawab masing-masing sidang komisi. jawab masing-masing sidang komisi.
b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan b. Sidang komisi dihadiri oleh utusan
cabang dan peninjau yang ditetapkan cabang dan peninjau yang ditetapkan cabang dan peninjau yang ditetapkan
oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia. Indonesia. Indonesia.
c. Utusan cabang memiliki hak bicara dan c. Utusan cabang memiliki hak bicara c. Utusan cabang memiliki hak bicara
hak suara. dan hak suara. dan hak suara.
d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara. d. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
e. Hasil sidang komisi diajukan dalam e. Sidang komisi membahas draff e. Sidang komisi membahas draff komisi
sidang pleno untuk ditetapkan. komisi hasil rakernas hasil rakernas
f. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) e. Hasil sidang komisi diajukan, f. Hasil sidang komisi diajukan, dibahas
orang pimpinan yang dipilih 2 dari dibahas dalam sidang pleno dan dalam sidang pleno dan dinyatakan
utusan cabang dan 1 Panitia Adhoc. dinyatakan setuju untuk ditetapkan setuju untuk ditetapkan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

f. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga) g. Sidang Komisi dipimpin oleh 3 (tiga)
orang pimpinan yang dipilih 2 dari orang pimpinan yang dipilih 2 dari
utusan cabang dan 1 Panitia Adhoc. utusan cabang dan 1 Panitia Adhoc.

(3) Sidang Khusus (3) Sidang Khusus (3) Sidang Khusus


a. Presidium Sidang Pleno Muktamar a. Presidium Sidang Pleno Muktamar a. Presidium Sidang Pleno Muktamar
adalah penanggung jawab masing- adalah penanggung jawab masing- adalah penanggung jawab masing-
masing sidang khusus; masing sidang khusus; masing sidang khusus;
b. Sidang khusus terdiri dari Sidang b. Sidang khusus terdiri dari Sidang b. Sidang khusus terdiri dari Sidang
Khusus MKEK, Sidang Khusus MPPK, Khusus MKEK, Sidang Khusus Khusus MKEK, Sidang Khusus
dan Sidang Khusus MKKI. MPPK, dan Sidang Khusus MKKI. MPPK, dan Sidang Khusus MKKI.
c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh c. Sidang Khusus MKEK dihadiri oleh
205

utusan MKEK Wilayah,MKEK utusan MKEK Wilayah,MKEK utusan MKEK Wilayah,MKEK


Cabang, peninjau dan undangan yang Cabang, peninjau dan undangan Cabang, peninjau dan undangan yang
ditetapkan oleh Presidium Sidang yang ditetapkan oleh Presidium ditetapkan oleh Presidium Sidang
IKATAN DOKTER INDONESIA

Pleno. Sidang Pleno. Pleno.


d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh d. Sidang Khusus MPPK dihadiri oleh
Ketua Pengurus Pusat perhimpunan dan Ketua Pengurus Pusat perhimpunan Ketua Pengurus Pusat perhimpunan
keseminatan, serta utusan MPPK dan keseminatan, serta utusan MPPK dan keseminatan, serta utusan MPPK
Wilayah, peninjau dan undangan yang Wilayah, peninjau dan undangan Wilayah, peninjau dan undangan
ditetapkan oleh Presidium Sidang yang ditetapkan oleh Presidium yang ditetapkan oleh Presidium
Pleno. Sidang Pleno. Sidang Pleno.
e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh e. Sidang Khusus MKKI dihadiri oleh
utusan Kolegium, peninjau dan utusan Kolegium, peninjau dan utusan Kolegium, peninjau dan
undangan yang ditetapkan oleh undangan yang ditetapkan oleh undangan yang ditetapkan oleh
Presidium sidang pleno. Presidium sidang pleno. Presidium sidang pleno.
f. Masing-masing utusan memiliki hak f. Masing-masing utusan memiliki hak f. Masing-masing utusan memiliki hak
bicara dan hak suara. bicara dan hak suara. bicara dan hak suara.
g. Peninjau dan undangan hanya memiliki g. Peninjau dan undangan hanya g. Peninjau dan undangan hanya
hak bicara. memiliki hak bicara. memiliki hak bicara.
h. Hasil sidang khusus diajukan dalam h. Pemilihan ketua majelis h. Pemilihan ketua majelis
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
sidang pleno untuk ditetapkan. i. Program kerja majelis dan Isu-isu i. Program kerja majelis dan Isu-isu
i. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga) stategis stategis
orang pimpinan yang dipilih dari dan h. Hasil sidang khusus diajukan untuk j. Hasil sidang khusus diajukan untuk
oleh peserta. dibahas dan dinyatakan setuju dan dibahas dan dinyatakan setuju dan
j. Hal-hal yang belum diatur dalam tata didalam sidang pleno untuk di didalam sidang pleno untuk di
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

tertib sidang khusus lebih lanjut diatur tetapkan tetapkan


dalam Pedoman Tatalaksana i. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga) k. Sidang Khusus dipimpin oleh 3 (tiga)
Organisasi. orang pimpinan yang dipilih dari dan orang pimpinan yang dipilih dari dan
oleh peserta. oleh peserta.
j. Hal-hal yang belum diatur dalam tata l. Hal-hal yang belum diatur dalam tata
tertib sidang khusus lebih lanjut tertib sidang khusus lebih lanjut diatur
diatur dalam Pedoman Tatalaksana dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi masing- masing majelis. Organisasi masing- masing majelis.

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 15


Musyawarah Wilayah Musyawarah Wilayah Musyawarah Wilayah
206

(1) Status : (1) Status : (1) Status :


a. Musyawarah wilayah yang disingkat a. Musyawarah wilayah yang disingkat
dengan Muswil merupakan forum dengan Muswil merupakan forum
IKATAN DOKTER INDONESIA

pengambilan keputusan tertinggi di pengambilan keputusan tertinggi di


tingkat wilayah. tingkat wilayah.
b. Muswil adalah musyawarah utusan b. Muswil adalah musyawarah utusan
cabang-cabang dalam satu wilayah. cabang-cabang dalam satu wilayah.
c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga) c. Muswil diadakan sekali dalam 3 (tiga)
tahun tahun pada akhir periode tahun pada akhir periode
d. Dalam keadaan luar biasa muswil dapat d. Dalam keadaan luar biasa muswil
diadakan sewaktu-waktu atas usul atau dapat diadakan sewaktu-waktu atas
inisiatif satu cabang dan mendapat usul atau inisiatif satu cabang dan
persetujuan sekurang-kurangnya dua mendapat persetujuan sekurang-
pertiga jumlah cabang yang ada dalam kurangnya dua pertiga jumlah cabang
wilayah tersebut. yang ada dalam wilayah tersebut.
e. Diantara Muswil pengurus wilayah e. Diantara Muswil pengurus wilayah
melaksanakan Rapat kerja Wilayah, melaksanakan Rapat kerja Wilayah,
yang dimaksudkan untuk menilai dan yang dimaksudkan untuk menilai dan
kemudian memperbaiki/mengadaptasi kemudian memperbaiki/mengadaptasi
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
pelaksanaan program kerja Pengurus pelaksanaan program kerja Pengurus
Wilayah. Wilayah.
f. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada f. Penjelasan sebagaimana dimaksud
butir d diatas lebih lanjut diatur dalam pada butir d diatas lebih lanjut diatur
Pedoman Tatalaksana Organisasi. dalam Pedoman Tatalaksana
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Organisasi.
(2) Wewenang :
a. Menilai pertanggung-jawaban Ketua (2) Wewenang :
Pengurus Wilayah mengenai amanat a. Menilai pertanggung-jawaban Ketua
yang diberikan oleh Muswil sebelumnya. Pengurus Wilayah mengenai amanat
b. Menetapkan garis besar program kerja yang diberikan oleh Muswil
wilayah dengan berpedoman pada hasil- sebelumnya.
hasil muktamar. b. Menetapkan garis besar program kerja
c. Memilih Ketua Pengurus Wilayah, Ketua wilayah dengan berpedoman pada
MPPK Wilayah, dan Ketua MKEK hasil-hasil muktamar.
Wilayah untuk periode berikutnya. c. Memilih Ketua Pengurus Wilayah,
Ketua MPPK Wilayah, dan Ketua
207

MKEK Wilayah untuk periode


berikutnya.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib :


a. Pengurus Wilayah adalah penanggung a. Pengurus Wilayah adalah a. Pengurus Wilayah adalah penanggung
jawab penyelenggaraan muswil. penanggung jawab penyelenggaraan jawab penyelenggaraan muswil.
b. Muswil dihadiri oleh utusan cabang, muswil. b. Pengurus wilayah membentuk panitia
peninjau, dan undangan. b. Pengurus wilayah membentuk penyelenggara muswil.
c. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua Ikatan panitia penyelenggara muswil. c. Muswil dihadiri oleh utusan cabang,
Dokter Indonesia cabang dan diberi b. Muswil dihadiri oleh utusan cabang, peninjau, dan undangan.
mandat resmi berdasarkan proses peninjau, dan undangan. d. Utusan cabang ditunjuk oleh Ketua
mekanisme rapat pengurus cabang. Ikatan Dokter Indonesia cabang dan
d. Peninjau yang terdiri dari utusan cabang diberi mandat resmi berdasarkan
dengan mandat resmi sebagai peninjau, proses mekanisme rapat pengurus
Pengurus Wilayah, majelis-majelis dan cabang.
unsur-unsurnya, dan Pengurus Besar. e. Peninjau yang terdiri dari utusan
e. Ketentuan banyaknya suara utusan cabang cabang dengan mandat resmi sebagai
dalam Muswil menggunakan acuan peninjau, Pengurus Wilayah, majelis-
sebagai berikut : majelis dan unsur-unsurnya, dan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
1. Sampai dengan 50 anggota biasa : 1 Pengurus Besar.
suara f. Ketentuan banyaknya suara utusan
2. Sampai dengan 100 anggota biasa: 2 cabang dalam Muswil menggunakan
suara acuan sebagai berikut :
3. Sampai dengan 300 anggota biasa: 3 1. Sampai dengan 50 anggota biasa :
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

suara 1 suara
4. Sampai dengan 500 anggota biasa: 4 2. Sampai dengan 100 anggota biasa:
suara 2 suara
5. Sampai dengan 700 anggota biasa: 5 3. Sampai dengan 300 anggota biasa:
suara 3 suara
6. dan seterusnya, setiap tambahan 200 4. Sampai dengan 500 anggota biasa:
anggota biasa akan memperoleh 4 suara
tambahan 1 suara dengan jumlah 5. Sampai dengan 700 anggota biasa:
maksimal sebanyak 10 suara. 5 suara
f. Jumlah anggota biasa cabang ditentukan 6. dan seterusnya, setiap tambahan
oleh Pengurus Wilayah berdasarkan iuran 200 anggota biasa akan
anggota yang dibayarkan ke Pengurus memperoleh tambahan 1 suara
208

Besar. dengan jumlah maksimal


g. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan sebanyak 10 suara.
oleh Pengurus Wilayah. g. Jumlah anggota biasa cabang
IKATAN DOKTER INDONESIA

h. Utusan cabang memiliki hak bicara dan ditentukan oleh Pengurus Wilayah
hak suara. berdasarkan iuran anggota yang Apakah boleh muscab di
i. Peninjau hanya memiliki hak bicara. dibayarkan ke Pengurus Besar. lakukan secara virtual?
j. Undangan tidak mempunyai hak bicara h. Jumlah peninjau dan undangan
dan hak suara. ditetapkan oleh Pengurus Wilayah.
k. Pengambilan keputusan dalam Muswil i. Utusan cabang memiliki hak bicara
dilaksanakan dalam Sidang Pleno. dan hak suara.
l. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan j. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
dan pengesahan agenda acara, tata tertib k. Undangan tidak mempunyai hak
sidang, dan pemilihan pimpinan sidang bicara dan hak suara.
pleno muswil dipimpin oleh panitia l. Pengambilan keputusan dalam Muswil
pengarah muswil. dilaksanakan dalam Sidang Pleno.
m. Muswil dinyatakan sah bila dihadiri m. Sidang pengesahan kuorum,
minimal 50 (lima puluh) % tambah 1(satu) pembahasan dan pengesahan agenda
jumlah cabang yang ada. acara, tata tertib sidang, dan pemilihan
n. Butir m tidak terpenuhi maka muswil pimpinan sidang pleno muswil
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
diundur paling lama 1 x 24 jam dan setelah dipimpin oleh panitia pengarah
itu muswil dianggap sah. muswil.
o. Sidang pleno dipimpin oleh tiga orang n. Muswil dinyatakan sah bila dihadiri
presidium yang dipilih oleh utusan minimal 50 (lima puluh) % tambah
cabang. 1(satu) jumlah cabang yang ada.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

p. Setelah selesai laporan o. Butir n tidak terpenuhi maka muswil


pertanggungjawaban Pengurus Wilayah, diundur paling lama 1 x 24 jam dan
maka Pengurus Wilayah dinyatakan q. Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah setelah itu muswil dianggap sah.
demisioner. terpilih dan Ketua Pengurus Wilayah p. Sidang pleno dipimpin oleh tiga orang
q. Segera setelah Ketua Pengurus Wilayah yang lama dinyatakan demisioner maka presidium yang dipilih oleh utusan
terpilih dan Ketua Pengurus Wilayah yang Pengurus Besar menerbitkan Surat cabang.
lama dinyatakan demisioner maka Keputusan sementara Pengesahan q. Segera setelah Ketua Pengurus
Pengurus Besar menerbitkan Surat Ketua Pengurus Wilayah. Wilayah terpilih dan Ketua Pengurus
Keputusan Pengesahan Ketua Pengurus Wilayah yang lama dinyatakan
Wilayah. demisioner maka Pengurus Besar
r. Ketua Pengurus Wilayah yang baru segera menerbitkan Surat Keputusan
membentuk kepengurusan selambat- sementara Pengesahan Ketua
209

lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat Pengurus Wilayah.


keputusan pengesahan ketua pengurus r. Ketua Pengurus Wilayah yang baru
wilayah dan diajukan ke Pengurus Besar segera membentuk kepengurusan
IKATAN DOKTER INDONESIA

untuk pengesahannya. selambat-lambatnya 14 hari setelah


s. Butir r sebagaimana dimaksud diatas telah penerbitan surat keputusan
melewati batas waktu maka Pengurus pengesahan ketua pengurus wilayah
Besar memberikan peringatan tertulis. dan diajukan ke Pengurus Besar untuk
t. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti pengesahannya.
periode kepengurusan dan telah maksimal s. Butir r sebagaimana dimaksud diatas
2 (dua) kali diingatkan secara tertulis telah melewati batas waktu maka
dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk Pengurus Besar memberikan
segera mengadakan Muswil tetapi tidak peringatan tertulis.
dilaksanakan maka Pengurus Besar segera t. 6 (enam) bulan setelah habis masa
menunjuk tim caretaker yang terdiri dari bakti periode kepengurusan dan telah
satu orang Pengurus Besar, satu orang dari maksimal 2 (dua) kali diingatkan
unsur pengurus wilayah yang telah secara tertulis dengan selang waktu 1
kadaluarsa dan satu orang dari unsur (satu) bulan untuk segera mengadakan
pengurus cabang dimana wilayah tersebut Muswil tetapi tidak dilaksanakan
berkedudukan untuk menyelenggarakan maka Pengurus Besar segera
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
muswil. menunjuk tim caretaker yang terdiri
dari satu orang Pengurus Besar, satu
orang dari unsur pengurus wilayah
yang telah kadaluarsa dan satu orang
dari unsur pengurus cabang dimana
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

wilayah tersebut berkedudukan untuk


menyelenggarakan muswil.

Pasal 16 Pasal 16 Pasal 16


Musyawarah Cabang Musyawarah Cabang Musyawarah Cabang

(1) Status (1) Status (1) Status


a. Musyawarah Cabang yang disingkat a. Musyawarah Cabang yang disingkat
dengan Muscab merupakan dengan Muscab merupakan
pengambilan keputusan tertinggi pada pengambilan keputusan tertinggi
tingkat cabang. pada tingkat cabang.
b. Muscab adalah Musyawarah para b. Muscab adalah Musyawarah para
210

anggota Ikatan Dokter Indonesia c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 anggota Ikatan Dokter Indonesia
dalam cabang tersebut; (tiga) tahun Pada akhir periode. dalam cabang tersebut;
c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3 d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang c. Muscab dilaksanakan sekali dalam 3
IKATAN DOKTER INDONESIA

(tiga) tahun. melaksanakan Rapat Kerja Cabang (tiga) tahun Pada akhir periode.
d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang e. Dalam keadaan luar biasa Muscab d. Diantara Muscab, Pengurus Cabang
melaksanakan Rapat Kerja Cabang dapat diadakan sewaktu-waktu atas melaksanakan Rapat Kerja Cabang
e. Dalam keadaan luar biasa Muscab usul atau inisiatif tiga orang anggota e. Dalam keadaan luar biasa Muscab
dapat diadakan sewaktu-waktu atas dan mendapat dukungan sekurang- dapat diadakan sewaktu-waktu atas
usul atau inisiatif tiga orang anggota kurangnya dua pertiga jumlah anggota usul atau inisiatif tiga orang anggota
dan mendapat persetujuan sekurang- biasa yang ada. dan mendapat dukungan sekurang-
kurangnya dua pertiga jumlah anggota kurangnya dua pertiga jumlah
biasa yang ada. anggota biasa yang ada.

2) Wewenang : Wewenang : (2) Wewenang :


a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus a. Menilai pertanggungjawaban
Cabang mengenai pelaksanaan amanat Cabang mengenai pelaksanaan amanat Pengurus Cabang mengenai
Muscab. Muscab. pelaksanaan amanat Muscab.
b. Menetapkan program kerja cabang b. Menetapkan program kerja cabang b. Menetapkan program kerja cabang
dengan tetap berpedoman kepada dengan tetap berpedoman kepada dengan tetap berpedoman kepada
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kebijakan operasional yang telah kebijakan operasional yang telah kebijakan operasional yang telah
ditetapkan dalam Muswil dan hasil-hasil ditetapkan dalam Muswil dan hasil- ditetapkan dalam Muswil dan hasil-
Muktamar. hasil Muktamar. hasil Muktamar. Tgl 08 Nopember 2020.
c. Memilih Ketua Pengurus Cabang untuk c. Memilih Ketua Pengurus Cabang dan c. Memilih Ketua Pengurus Cabang dan Rapat sampai pembahasan
periode berikutnya. ketua MKEK cabang untuk periode ketua MKEK cabang untuk periode wewenang, Huruf c masih
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

berikutnya. berikutnya. perlu dibahas kembali


(3) Tata Tertib :
a. Pengurus Cabang adalah penanggung (3) Tata Tertib : (3) Tata Tertib :
jawab penyelenggaraan muscab. a. Pengurus Cabang adalah penanggung a. Pengurus Cabang adalah penanggung
b. Muscab dihadiri oleh anggota, peninjau, jawab penyelenggaraan muscab. jawab penyelenggaraan muscab.
dan undangan. b. Pengurus cabang membentuk panitia b. Pengurus cabang membentuk panitia
c. Anggota adalah semua anggota biasa penyelenggara muscab penyelenggara muscab
yang ada di cabang bersangkutan. b. Muscab dihadiri oleh anggota, c. Muscab dihadiri oleh anggota,
d. Peninjau adalah anggota luar biasa, Ikatan peninjau, dan undangan. peninjau, dan undangan.
Dokter Indonesia. c. Anggota adalah semua anggota biasa d. Anggota adalah semua anggota biasa
e. Jumlah peninjau dan undangan ditetapkan yang ada di cabang bersangkutan. yang ada di cabang bersangkutan.
oleh Pengurus Cabang. d. Peninjau adalah pengurus IDI e. Peninjau adalah pengurus IDI
f. Anggota memiliki hak bicara dan hak wilayah dan/atau pengurus PB IDI wilayah dan/atau pengurus PB IDI
211

suara. f. Jumlah peninjau dan undangan


g. Peninjau memiliki hak bicara. ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
IKATAN DOKTER INDONESIA

h. Undangan tidak mempunyai hak bicara g. Anggota memiliki hak bicara dan hak
dan hak suara. suara.
i. Pengambilan keputusan dalam Muscab h. Peninjau memiliki hak bicara.
dilaksanakan dalam Sidang Pleno. i. Undangan tidak mempunyai hak
j. Banyaknya suara cabang dalam muscab bicara dan hak suara.
ditentukan jumlah anggota pada cabang j. Pengambilan keputusan dalam
yang bersangkutan. Muscab dilaksanakan dalam Sidang
k. Sidang pengesahan kuorum, pembahasan Pleno.
dan pengesahan agenda acara, tata tertib k. Banyaknya suara cabang dalam
sidang, dan pemilihan pimpinan sidang muscab ditentukan jumlah anggota
pleno muscab dipimpin oleh panitia pada cabang yang bersangkutan.
pengarah muscab. l. Sidang pengesahan kuorum,
l. Sidang muscab dipimpin oleh tiga orang pembahasan dan pengesahan agenda
presidium yang dipilih dari anggota dan acara, tata tertib sidang, dan
oleh anggota. pemilihan pimpinan sidang pleno
m. Muscab baru dinyatakan sah bila dihadiri muscab dipimpin oleh panitia
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
lebih dari 50 (limapuluh) % jumlah pengarah muscab.
anggota dengan melampirkan bukti m. Sidang muscab dipimpin oleh tiga
pengiriman undangan kepada seluruh orang presidium yang dipilih dari
anggota. anggota dan oleh anggota.
n. Butir m tidak terpenuhi maka muscab n. Muscab baru dinyatakan sah bila
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

diundur paling lama 1 x 24 jam dan dihadiri lebih dari 50 (limapuluh) %


setelah itu muscab dianggap sah. jumlah anggota dengan melampirkan
o. Setelah selesai laporan bukti pengiriman undangan kepada
pertanggungjawaban Pengurus Cabang, seluruh anggota.
maka Pengurus Cabang dinyatakan o. Butir m tidak terpenuhi maka muscab
demisioner. diundur paling lama 1 x 24 jam dan
p. Segera setelah Ketua Pengurus Cabang setelah itu muscab dianggap sah.
terpilih, sedangkan Ketua Pengurus p. Setelah selesai laporan
Cabang yang lama dinyatakan demisioner pertanggungjawaban Pengurus
maka Pengurus Wilayah atas nama Cabang, maka Pengurus Cabang
Pengurus Besar menerbitkan Surat dinyatakan demisioner.
Keputusan Pengesahan Sementara Ketua q. Segera setelah Ketua Pengurus
212

Pengurus Cabang Terpilih. Cabang terpilih, sedangkan Ketua


q. Ketua Pengurus Cabang yang baru segera q. Ketua Pengurus Cabang yang baru Pengurus Cabang yang lama
membentuk kepengurusan selambat- segera membentuk kepengurusan dinyatakan demisioner maka
IKATAN DOKTER INDONESIA

lambatnya 14 hari setelah penerbitan surat selambat-lambatnya 14 hari setelah Pengurus Wilayah atas nama
keputusan pengesahan sementara ketua penerbitan surat keputusan Pengurus Besar menerbitkan Surat
pengurus cabang dan diajukan ke pengesahan sementara ketua Keputusan Pengesahan Sementara
Pengurus Besar untuk pengesahannya. pengurus cabang dan diajukan ke Ketua Pengurus Cabang Terpilih.
r. Butir q telah melewati batas waktu maka Pengurus Besar melalui IDI Wilayah r. Ketua Pengurus Cabang yang baru
Pengurus Besar memberikan peringatan untuk pengesahannya. segera membentuk kepengurusan PASAL 16 Musyawarah
tertulis. selambat-lambatnya 14 hari setelah Cabang, poin q menjadi poin r
s. 6 (enam) bulan setelah habis masa bakti penerbitan surat keputusan
periode kepengurusan dan telah maksimal pengesahan sementara ketua
2 (dua) kali diingatkan secara tertulis pengurus cabang dan diajukan ke
dengan selang waktu 1 (satu) bulan untuk Pengurus Besar melalui IDI Wilayah
segera mengadakan Muscab tetapi tidak untuk pengesahannya.
dilaksanakan maka Pengurus Besar segera s. Butir r telah melewati batas waktu
menunjuk tim caretaker yang terdiri dari maka Pengurus Besar memberikan
satu orang Pengurus Wilayah, satu orang peringatan tertulis.
dari unsur pengurus cabang yang telah t. 6 (enam) bulan setelah habis masa
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kadaluarsa dimana cabang tersebut bakti periode kepengurusan dan telah
berkedudukan; untuk menyelenggarakan maksimal 2 (dua) kali diingatkan
muscab. secara tertulis dengan selang waktu 1
(satu) bulan untuk segera
mengadakan Muscab tetapi tidak
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dilaksanakan maka Pengurus Besar


segera menunjuk tim caretaker yang
terdiri dari satu orang Pengurus
Wilayah, satu orang dari unsur
pengurus cabang yang telah
kadaluarsa dimana cabang tersebut
berkedudukan; untuk
menyelenggarakan muscab.

Pasal 17 Pasal 17 Pasal 17


Rapat Kerja Nasional Rapat Kerja Nasional Rapat Kerja Nasional
(1) Status : (1) Status : (1) Status :
213

a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat a. Rapat Kerja Nasional yang disingkat
dengan Rakernas adalah rapat yang dihadiri dengan Rakernas adalah rapat yang dengan Rakernas adalah rapat yang
oleh segenap perangkat organisasi dari tingkat dihadiri oleh segenap perangkat dihadiri oleh segenap perangkat
IKATAN DOKTER INDONESIA

pusat dan tingkat wilayah. organisasi dari tingkat pusat dan organisasi dari tingkat pusat dan
b. Menetapkan aturan tata tertib tingkat wilayah. tingkat wilayah.
muktamar, aturan pemilihan ketua b. Menetapkan aturan tata tertib b. Menetapkan aturan tata tertib
umum/ketua umum terpilih PB IDI dan aturan muktamar, aturan pemilihan ketua muktamar, aturan pemilihan ketua
pemilihan Ketua Majelis-Majelis umum/ketua umum terpilih PB IDI umum/ketua umum terpilih PB IDI
c. Memutuskan beberapa kebijakan dan aturan pemilihan Ketua Majelis- dan aturan pemilihan Ketua Majelis-
organisasi yang dirasakan mendesak dan tidak Majelis Majelis
bertentangan dengan peraturan perundangan. c. Memutuskan beberapa kebijakan c. Memutuskan beberapa kebijakan
d. Rakernas diadakan sekurang- organisasi yang dirasakan mendesak organisasi yang dirasakan mendesak
kurangnya sekali dalam periode kepengurusan. dan tidak bertentangan dengan dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan. peraturan perundangan.
d. Rakernas diadakan sekali pada d. Rakernas diadakan sekali pada
pertengahan periode kepengurusan. pertengahan periode kepengurusan.

(2) Wewenang : (2) Wewenang : (2) Wewenang :


a. Menilai pelaksanaan program kerja a. Menilai pelaksanaan program kerja a. Menilai pelaksanaan program kerja
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
nasional Pengurus Besar Ikatan Dokter nasional Pengurus Besar Ikatan Dokter nasional Pengurus Besar Ikatan
Indonesia, menyempurnakan dan Indonesia, menyempurnakan dan Dokter Indonesia, menyempurnakan
memperbaikinya untuk dilaksanakan memperbaikinya untuk dilaksanakan dan memperbaikinya untuk
pada sisa periode kepengurusan pada sisa periode kepengurusan dilaksanakan pada sisa periode
selanjutnya. selanjutnya. kepengurusan selanjutnya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

b. Mempersiapkan bahan-bahan muktamar b. Mempersiapkan bahan-bahan b. Mempersiapkan bahan-bahan


yang akan datang. muktamar yang akan datang. muktamar yang akan datang.
c. Menyusun rancangan tata tertib c. Menyusun rancangan tata tertib c. Menyusun rancangan tata tertib
Muktamar, rancangan tata tertib Muktamar, menyusun rancangan tata Muktamar, menyusun rancangan tata
Pemilihan Ketua Terpilih Pengurus Besar tertib pemilihan Ketua majelis-majelis. tertib pemilihan Ketua majelis-
IDI, rancangan tata tertib pemilihan d. Memutuskan beberapa kebijakan majelis.
Ketua majelis-majelis, dan memutuskan organisasi yang dirasakan mendesak d. Memutuskan beberapa kebijakan
tata cara Tim Seleksi. sepanjang tidak bertentangan dengan organisasi yang dirasakan mendesak
d. Memutuskan beberapa kebijakan peraturan organisasi dan peraturan sepanjang tidak bertentangan dengan
organisasi yang dirasakan mendesak perundang-undangan lainnya. peraturan organisasi dan peraturan
sepanjang tidak bertentangan dengan e. Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara perundang-undangan lainnya.
peraturan organisasi dan peraturan penyelenggaraan rakernas akan di e. Ketentuan lebih lanjut tentang
214

perundang-undangan lainnya. jelaskan lebih lanjut di dalam ortala. tatacara penyelenggaraan rakernas
akan di jelaskan lebih lanjut di dalam
ortala.
IKATAN DOKTER INDONESIA

(3) Tata Tertib : Tata Tertib : (3) Tata Tertib :


a. Pengurus Besar adalah penanggung-jawab a. Pengurus Besar adalah penanggung- a. Pengurus Besar adalah penanggung-
penyelenggaraan Rakernas. jawab penyelenggaraan Rakernas. jawab penyelenggaraan Rakernas.
b. Rakernas dihadiri oleh seluruh perangkat b. Rakernas dihadiri oleh seluruh b. Rakernas dihadiri oleh seluruh
organisasi yang terdiri dari Pengurus perangkat organisasi yang terdiri dari perangkat organisasi yang terdiri dari
Besar termasuk Majelis Kolegium Pengurus Besar termasuk Majelis Pengurus Besar termasuk Majelis
Kedokteran Indonesia beserta ketua-ketua Kehormatan Etik Kedokteran beserta Kehormatan Etik Kedokteran beserta
seluruh unsur-unsurnya, Majelis ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya, ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya,
Kehormatan Etik Kedokteran beserta Majelis Kolegium Kedokteran Majelis Kolegium Kedokteran
ketua-ketua seluruh unsur-unsurnya, Indonesia beserta ketua-ketua seluruh Indonesia beserta ketua-ketua seluruh
Majelis Pengembangan Pelayanan unsur-unsurnya, Majelis unsur-unsurnya, Majelis
Keprofesian beserta ketua-ketua seluruh Pengembangan Pelayanan Keprofesian Pengembangan Pelayanan Keprofesian
unsur-unsurnya, Pengurus Wilayah, beserta ketua-ketua seluruh unsur- beserta ketua-ketua seluruh unsur-
Pengurus Cabang dimana Rakernas unsurnya, Pengurus Wilayah, Pengurus unsurnya, Pengurus Wilayah, Pengurus
dilaksanakan, dan undangan dari Cabang dimana Rakernas dilaksanakan, Cabang dimana Rakernas
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pengurus Besar. dan undangan dari Pengurus Besar. dilaksanakan, dan undangan dari
c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari Sidang c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari Pengurus Besar.
organisasi dan sidang ilmiah. Sidang organisasi dan sidang ilmiah. c. Sidang-sidang Rakernas terdiri dari
d. Sidang organisasi terdiri dari sidang pleno d. Sidang organisasi terdiri dari sidang Sidang organisasi dan sidang ilmiah.
dan sidang komisi. pleno dan sidang komisi. d. Sidang organisasi terdiri dari sidang
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Umum e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua pleno dan sidang komisi.
Pengurus Besar. Umum Pengurus Besar. e. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua
Umum Pengurus Besar.

B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN B. STRUKTUR KEPEMIMPINAN


Pasal 18 Pasal 18 Pasal 18
Pengurus Besar Pengurus Besar Pengurus Besar
(1) Status : (1) Status :
a. Pengurus Besar adalah struktur a. Pengurus Besar adalah struktur (1) Status :
kepemimpinan tertinggi organisasi yang kepemimpinan tertinggi organisasi a. Pengurus Besar adalah struktur
melaksanakan, dan mengurus kebijakan- yang melaksanakan, dan mengurus kepemimpinan tertinggi organisasi
kebijakan strategis dan operasional yang kebijakan-kebijakan strategis dan yang melaksanakan, dan mengurus
215

bersifat nasional yang diputuskan dalam operasional yang bersifat nasional yang kebijakan-kebijakan strategis dan
Muktamar. diputuskan dalam Muktamar. operasional yang bersifat nasional
b. Ketua Umum Pengurus Besar b. Ketua Umum Pengurus Besar yang diputuskan dalam Muktamar.
IKATAN DOKTER INDONESIA

bertanggungjawab untuk dan atas nama bertanggungjawab untuk dan atas nama b. Ketua Umum Pengurus Besar
organisasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi baik ke dalam maupun ke bertanggungjawab untuk dan atas
organisasi. luar organisasi. nama organisasi baik ke dalam
c. Dalam melaksanakan kebijakan c. Dalam melaksanakan kegiatan maupun ke luar organisasi.
strategis yang bersifat nasional, Ketua Umum eksekutif organisasi Ketua Umum c. Dalam melaksanakan kegiatan
Pengurus Besar dibantu oleh Majelis-Majelis Pengurus Besar IDI dibantu oleh eksekutif organisasi Ketua Umum
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing Majelis-Majelis (MKEK, MKKI, Pengurus Besar IDI dibantu oleh
melalui Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP). MPPK) yang masing-masing memiliki Majelis-Majelis (MKEK, MKKI,
d. Tugas pokok dan fungsi Ketua wewenang dan tanggung jawab sesuai MPPK) yang masing-masing memiliki
Terpilih diakomodir dalam Pedoman tugasnya. wewenang dan tanggung jawab sesuai
Tatalaksana organisasi. d. - tugasnya.
e. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih e. - d. Tugas pokok dan fungsi Ketua Terpilih
dalam suatu muktamar duduk sebagai Wakil f. Pengurus Besar menyusun dan diakomodir dalam Pedoman Pasal 18
Ketua Umum Pengurus Besar dalam periode menetapkan kebijakan organisasi. Tatalaksana organisasi. D dan E di hapus
setelah muktamar tersebut. Pada periode g. Pengurus Besar dalam melaksanakan e. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih
berikutnya yang bersangkutan akan kegiatan organisasi, dibantu oleh dewan dalam suatu muktamar duduk sebagai
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
dikukuhkan menjadi Ketua Umum Pengurus pertimbangan, Bidang-bidang, Badan- Wakil Ketua Umum Pengurus Besar
Besar. badan Kelengkapan. dalam periode setelah muktamar
f. Ketua Umum Pengurus Besar h. Dalam mengembangkan dan tersebut. Pada periode berikutnya yang
bersama-sama dengan Ketua Umum Terpilih memformulasikan kebijakan khusus, bersangkutan akan dikukuhkan
menyusun dan menetapkan kebijakan Pengurus Besar dibantu oleh Panitia ad- menjadi Ketua Umum Pengurus Besar.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

organisasi. hoc, yang dibentuk Pengurus Besar f. Pengurus Besar menyusun dan
g. Dalam melaksanakan kebijakan untuk tujuan tersebut. menetapkan kebijakan organisasi.
operasional, Ketua Umum Pengurus Besar i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3 g. Pengurus Besar dalam melaksanakan
dibantu oleh Badan-badan Kelengkapan. (tiga) tahun. kegiatan organisasi, dibantu oleh
h. Dalam mengembangkan dan j. Seorang anggota Ikatan Dokter dewan pertimbangan, Bidang-bidang,
memformulasikan kebijakan, Pengurus Besar Indonesia hanya diperbolehkan menjadi Badan-badan Kelengkapan.
dibantu oleh Komite-komite tetap dan ad-hoc, Ketua Umum Pengurus Besar h. Dalam mengembangkan dan
yang dibentuk Pengurus Besar untuk tujuan maksimal dua kali masa kepengurusan. memformulasikan kebijakan khusus,
tersebut. k. Ketua Umum Pengurus Besar tidak Pengurus Besar dibantu oleh Panitia
i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah dapat melaksanakan tugas dan/atau ad-hoc, yang dibentuk Pengurus Besar
3 (tiga) tahun. berhalangan tetap selama 6 bulan maka untuk tujuan tersebut.
j. Seorang anggota Ikatan Dokter jabatan Ketua Umum Pengurus Besar i. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 3
216

Indonesia hanya diperbolehkan menjadi Ketua dikosongkan dan melalui pleno (tiga) tahun.
Umum Pengurus Besar maksimal dua kali menunjuk salah satu wakil ketua j. Seorang anggota Ikatan Dokter
masa kepengurusan dalam periode yang tidak sebagai pelaksana tugas sampai Indonesia hanya diperbolehkan
IKATAN DOKTER INDONESIA

berurutan. dilaksanakan muktamar berikutnya. menjadi Ketua Umum Pengurus Besar


k. Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih maksimal dua kali masa kepengurusan.
tidak dapat melaksanakan tugasnya maka k. Ketua Umum Pengurus Besar tidak
jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih dapat melaksanakan tugas dan/atau
dikosongkan dan muktamar berikutnya berhalangan tetap selama 6 bulan maka
memilih Ketua Umum Pengurus Besar dan jabatan Ketua Umum Pengurus Besar
Ketua Umum Pengurus Besar Terpilih yang dikosongkan dan melalui pleno
baru. menunjuk salah satu wakil ketua
l. Ketua Umum Pengurus Besar tidak sebagai pelaksana tugas sampai
dapat menjalankan tugas dan berhalangan dilaksanakan muktamar berikutnya.
tetap, maka Ketua Umum Terpilih langsung l. Ketua Umum Pengurus Besar tidak
menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus dapat menjalankan tugas dan
Besar, dan dikukuhkan kembali sebagai Ketua berhalangan tetap, maka Ketua Umum
Umum Pengurus Besar pada saat Muktamar. Terpilih langsung menjabat sebagai
m. Tata cara tentang Musyawarah Ketua Umum Pengurus Besar, dan
Pimpinan Pusat sebagaimana dimaksud pada dikukuhkan kembali sebagai Ketua
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
butir c diatas, lebih lanjut diatur dalam Umum Pengurus Besar pada saat
Pedoman Tatalaksana Organisasi Muktamar.
m. Tata cara tentang Musyawarah
Pimpinan Pusat sebagaimana
dimaksud pada butir c diatas, lebih
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

lanjut diatur dalam Pedoman


Tatalaksana Organisasi

(2) Personalia : (2) Personalia : (2) Personalia :


a. Personalia Pengurus Besar Ikatan a. Personalia Pengurus Besar Ikatan a. Personalia Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia sekurang-kurangnya terdiri Dokter Indonesia sekurang-kurangnya Dokter Indonesia sekurang-kurangnya Rapat hari ini 18 November
dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, terdiri dari Ketua Umum, Majelis- terdiri dari Ketua Umum, Majelis- 2020
Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, Majelis, Dewan Pertimbangan, Wakil Majelis, Dewan Pertimbangan, Wakil -sampai Pasal 18
beberapa ketua bidang, dan koordinator Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,
wilayah. Bendahara Umum, dan beberapa ketua Bendahara Umum, dan beberapa Dilanjutkan rapat besok
b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar bidang. ketua bidang. malam
adalah anggota biasa yang memiliki integritas b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar
217

moral, etika, disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi adalah anggota biasa yang memiliki adalah anggota biasa yang memiliki Kamis 19 November 2020
dan memiliki komitmen terhadap tujuan dan integritas moral, etika, disiplin, loyalitas, integritas moral, etika, disiplin, pukul 18.30
upaya Ikatan Dokter Indonesia. dedikasi tinggi dan memiliki komitmen loyalitas, dedikasi tinggi dan memiliki
IKATAN DOKTER INDONESIA

terhadap tujuan dan upaya Ikatan Dokter komitmen terhadap tujuan dan upaya
Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia.

(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :
a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan a. Melaksanakan Anggaran Dasar dan a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta keputusan Anggaran Rumah Tangga serta Anggaran Rumah Tangga serta
yang telah ditetapkan muktamar. keputusan yang telah ditetapkan keputusan yang telah ditetapkan
b. Mengumumkan kepada seluruh muktamar. muktamar.
Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang yang b. Mengumumkan kepada seluruh b. Mengumumkan kepada seluruh
menyangkut pengambilan keputusan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang Pengurus Wilayah dan Pengurus
organisasi kemudian yang menyangkut pengambilan Cabang yang menyangkut
mempertanggungjawabkan kepada muktamar keputusan organisasi kemudian pengambilan keputusan organisasi
berikutnya. mempertanggungjawabkan kepada kemudian mempertanggungjawabkan
c. Melakukan pembinaan dan muktamar berikutnya. kepada muktamar berikutnya.
pengawasan internal organisasi. c. Melakukan pembinaan dan pengawasan c. Melakukan pembinaan dan
d. Melakukan advokasi kebijakan internal organisasi. pengawasan internal organisasi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kesehatan kepada pembuat kebijakan. d. Melakukan advokasi kebijakan d. Melakukan advokasi kebijakan
e. Membina hubungan yang baik dengan kesehatan kepada pembuat kebijakan. kesehatan kepada pembuat kebijakan.
semua aparat yang ada, pemerintah maupun e. Membina hubungan yang baik dengan e. Membina hubungan yang baik dengan
swasta didalam ataupun diluar negeri, semua aparat yang ada, pemerintah semua aparat yang ada, pemerintah
khususnya dengan aparat yang berhubungan maupun swasta didalam ataupun diluar maupun swasta didalam ataupun diluar
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dengan dunia kesehatan. negeri, khususnya dengan aparat yang negeri, khususnya dengan aparat yang
f. Memberikan akreditasi Pendidikan berhubungan dengan dunia kesehatan. berhubungan dengan dunia kesehatan.
Kedokteran Berkelanjutan tingkat nasional dan f. Memberikan akreditasi Pendidikan f. Memberikan akreditasi Pendidikan
regional. Kedokteran Berkelanjutan tingkat Kedokteran Berkelanjutan tingkat
g. Memberikan akreditasi Lembaga nasional dan regional apabila melibatkan nasional dan regional apabila
Penyelenggara Pendidikan Kedokteran pembicara asing. melibatkan pembicara asing.
Berkelanjutan. g. Memberikan akreditasi Lembaga g. Memberikan akreditasi Lembaga
h. Menyampaikan laporan Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Penyelenggara Pendidikan Kedokteran
pertanggungjawaban kepada anggota melalui Berkelanjutan. Berkelanjutan.
forum muktamar. h. Menyampaikan laporan h. Menyampaikan laporan
i. Menyelenggarakan muktamar pada pertanggungjawaban kepada anggota pertanggungjawaban kepada anggota
akhir periode. melalui forum muktamar. melalui forum muktamar.
218

j. Menyiapkan draft materi muktamar i. Menyelenggarakan muktamar pada i. Menyelenggarakan muktamar pada
melalui forum Rakernas. akhir periode. akhir periode.
k. Mengusulkan perubahan nama j. Menyelengarakan Rakernas pada j. Menyelengarakan Rakernas pada
IKATAN DOKTER INDONESIA

perhimpunan, perhimpunan baru dan pertengahan periode kepengurusan. pertengahan periode kepengurusan.
pembubaran perhimpunan di muktamar. k. Menyusun dan mengesahkan Ortala k. Menyusun dan mengesahkan Ortala
l. Mengesahkan Pengurus Wilayah, sebagai tindak lanjut AD/ART hasil sebagai tindak lanjut AD/ART hasil
Pengurus Cabang serta perangkat organisasi muktamar muktamar
baik tingkat pusat maupun tingkat cabang. l. Mengusulkan perubahan nama l. Mengusulkan perubahan nama
perhimpuna/keseminatan, perhimpuna/keseminatan,
perhimpunan/keseminatan baru dan perhimpunan/keseminatan baru dan
pembubaran perhimpunan/keseminatan pembubaran perhimpunan/keseminatan
dalam muktamar. dalam muktamar.
m. Mengesahkan Pengurus Wilayah, m. Mengesahkan Pengurus Wilayah,
Pengurus Cabang, Pengurus Cabang,
Perhimpunan/keseminatan serta Perhimpunan/keseminatan serta
perangkat organisasi baik tingkat pusat perangkat organisasi baik tingkat pusat
maupun tingkat cabang. maupun tingkat cabang.

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Tata cara pengelolaan Pengurus Besar lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Besar Tata cara pengelolaan Pengurus Besar lebih
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana lebih lanjut diatur dalam Pedoman lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

Pasal 19
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pasal 19 Pasal 19 Pengurus Wilayah


Pengurus Wilayah Pengurus Wilayah (1) Status :
(1) Status : (1) Status : a. Pengurus Wilayah adalah struktur
a. Pengurus Wilayah adalah struktur a. Pengurus Wilayah adalah struktur kepemimpinan tertinggi dalam satu Koordinator wilayah apakah
kepemimpinan tertinggi dalam satu wilayah kepemimpinan tertinggi dalam satu wilayah yang diketuai oleh Ketua masih butuh diberdayakan
yang diketuai oleh Ketua Pengurus Wilayah. wilayah yang diketuai oleh Ketua Pengurus Wilayah. atau tidak? Jika masih
b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada Pengurus Wilayah. b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada
diberdayakan, maka harus
satu pengurus wilayah. b. Dalam satu provinsi hanya boleh ada satu pengurus wilayah.
c. Pengurus Wilayah dalam satu pengurus wilayah. c. Pengurus Wilayah dalam jelas aturannya sesuai
melaksanakan tugasnya dibantu oleh MKEK c. Pengurus Wilayah dalam melaksanakan melaksanakan tugasnya dibantu oleh fungsinya.
Wilayah dan MPPK Wilayah. tugasnya dibantu oleh MKEK, MPPK, MKEK, MPPK, dewan pertimbangan
d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah dewan pertimbangan Wilayah dan Wilayah dan MPPK Wilayah. (pada forum rapat sebelumnya
setuju dibubarkan)
219

dan MPPK Wilayah dipilih dalam muswil. MPPK Wilayah. d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah
e. Masa jabatan Pengurus Wilayah d. Pengurus Wilayah, MKEK Wilayah dan dan MPPK Wilayah dipilih dalam
adalah 3 (tiga) tahun. MPPK Wilayah dipilih dalam muswil. muswil.
IKATAN DOKTER INDONESIA

f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan e. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah e. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah
organisasi yang dibentuk di provinsi yang 3 (tiga) tahun. 3 (tiga) tahun.
mempunyai lebih dari satu cabang atas usul f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan f. Pengurus Wilayah adalah kesatuan
cabang-cabang bersangkutan serta disetujui organisasi yang dibentuk di provinsi organisasi yang dibentuk di provinsi
oleh Pengurus Besar. yang mempunyai lebih dari satu cabang yang mempunyai lebih dari satu
g. Seorang anggota Ikatan Dokter atas usul cabang-cabang bersangkutan cabang atas usul cabang-cabang
Indonesia hanya diperbolehkan dipilih serta disetujui oleh Pengurus Besar. bersangkutan serta disetujui oleh
menjadi Ketua Wilayah maksimal dua kali g. Seorang anggota Ikatan Dokter Pengurus Besar.
masa kepengurusan. Indonesia hanya diperbolehkan dipilih g. Seorang anggota Ikatan Dokter
menjadi Ketua Wilayah maksimal dua Indonesia hanya diperbolehkan dipilih
(2) Personalia : kali masa kepengurusan. menjadi Ketua Wilayah maksimal dua
a. Personalia Pengurus Wilayah sekurang- kali masa kepengurusan.
kurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris, (2) Personalia :
bendahara, Ketua MKEK wilayah, dan Ketua a. Personalia Pengurus Wilayah sekurang- (2) Personalia :
MPPK Wilayah. kurangnya terdiri dari Ketua, dewan a. Personalia Pengurus Wilayah Rapat Pleno Diperluas dapat
b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah pertimbangan, MKEK, MPPK, sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, dilaksanakan bila diperlukan,
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
adalah anggota biasa yang memiliki integritas sekretaris, dan bendahara. dewan pertimbangan, MKEK, MPPK, tetapi tidak mengambil
moral dan etika yang tinggi serta memiliki b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah sekretaris, dan bendahara. keputusan. Lebih lanjut akan
komitmen terhadap tujuan dan usaha Ikatan adalah anggota biasa yang memiliki b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah dibahas di Ortala.
Dokter Indonesia. integritas moral dan etika yang tinggi adalah anggota biasa yang memiliki
c. Ketua Pengurus Wilayah tidak dapat serta memiliki komitmen terhadap integritas moral dan etika yang tinggi
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

menjalankan tugas dan atau non aktif maka tujuan dan usaha Ikatan Dokter serta memiliki komitmen terhadap
dapat diangkat Pejabat Ketua Pengurus Indonesia. tujuan dan usaha Ikatan Dokter
Wilayah melalui rapat pleno diperluas c. Ketua pengurus wilayah tidak dapat Indonesia.
pengurus wilayah dan selanjutnya ditetapkan melaksanakan tugas dan/atau c. Ketua pengurus wilayah tidak dapat
dan disahkan menjadi Pejabat Ketua Pengurus berhalangan tetap selama 6 bulan maka melaksanakan tugas dan/atau
Wilayah oleh Pengurus Besar sampai jabatan Ketua Pengurus wilayah berhalangan tetap selama 6 bulan maka
dilaksanakannya Muswil berikutnya. dikosongkan dan melalui pleno jabatan Ketua Pengurus wilayah
menunjuk salah satu wakil ketua dikosongkan dan melalui pleno
sebagai pelaksana tugas menunjuk salah satu wakil ketua
d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas sebagai pelaksana tugas
sampai menjabat lebih dari pertengahan d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas
periode ditetapkan sebagai ketua sampai menjabat lebih dari
220

definitif. pertengahan periode ditetapkan


e. Pelaksana tugas kurang dari sebagai ketua definitif.
pertengahan periode, dilanjutkan e. Pelaksana tugas kurang dari
IKATAN DOKTER INDONESIA

sampai dilaksanakan muswil pertengahan periode, dilanjutkan


berikutnya. sampai dilaksanakan muswil
berikutnya.

(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :
a. Melaksanakan keputusan muktamar, a. Melaksanakan ketetapan muktamar, a. Melaksanakan ketetapan muktamar,
muswil dan ketetapan-ketetapan organisasi. muswil dan ketetapan-ketetapan muswil dan ketetapan-ketetapan
b. Melaksanakan tugas-tugas operasional organisasi. organisasi.
organisasi yang didelegasikan oleh Pengurus b. Atas nama PB IDI Menetapkan Ketua b. Atas nama PB IDI Menetapkan Ketua
Besar, baik yang menyangkut masalah cabang terpilih sementara hasil muscab cabang terpilih sementara hasil muscab
organisasi profesi, etika profesi, pendidikan c. Melaksanakan tugas-tugas operasional c. Melaksanakan tugas-tugas operasional
profesi dan pelayanan profesi. organisasi yang didelegasikan oleh organisasi yang didelegasikan oleh
c. Melakukan pembinaan dan Pengurus Besar, baik yang menyangkut Pengurus Besar, baik yang
pengawasan internal organisasi yang berada di masalah organisasi profesi, etika menyangkut masalah organisasi
wilayahnya. profesi, pendidikan profesi dan profesi, etika profesi, pendidikan
d. Melakukan advokasi kebijakan bidang pelayanan profesi. profesi dan pelayanan profesi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kesehatan di wilayahnya. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan d. Melakukan pembinaan dan
e. Memberikan akreditasi Pendidikan internal organisasi yang berada di pengawasan internal organisasi yang
Kedokteran Berkelanjutan tingkat wilayah dan wilayahnya. berada di wilayahnya.
cabang; e. Melakukan advokasi kebijakan bidang e. Melakukan advokasi kebijakan bidang
f. Menghadiri setiap Muscab yang kesehatan di wilayahnya. kesehatan di wilayahnya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

berada di wilayahnya. f. Memberikan akreditasi Pendidikan f. Memberikan akreditasi Pendidikan


g. Meneruskan usulan pengurus cabang Kedokteran Berkelanjutan tingkat Kedokteran Berkelanjutan tingkat
dari ketua cabang terpilih yang akan disahkan wilayah dan cabang; wilayah dan cabang;
oleh Pengurus Besar. g. Menghadiri setiap Muscab yang berada g. Menghadiri setiap Muscab yang berada
h. Atas nama Pengurus Besar melantik di wilayahnya. di wilayahnya.
Pengurus Cabang. h. Meneruskan usulan pengurus cabang h. Meneruskan usulan pengurus cabang
i. Mewakili Pengurus Besar bila dari ketua cabang terpilih yang akan dari ketua cabang terpilih yang akan
diperlukan dan atau atas permintaan Pengurus disahkan oleh Pengurus Besar. disahkan oleh Pengurus Besar.
Besar. i. Atas nama Pengurus Besar melantik i. Atas nama Pengurus Besar melantik
j. Melaksanakan program kerja yang Pengurus Cabang. Pengurus Cabang.
diputuskan pada muswil dan program kerja j. Mewakili Pengurus Besar bila j. Mewakili Pengurus Besar bila
yang merupakan penjabaran program kerja diperlukan dan atau atas permintaan diperlukan dan atau atas permintaan
221

Ikatan Dokter Indonesia yang diputuskan Pengurus Besar. Pengurus Besar.


Muktamar Ikatan Dokter Indonesia. k. Melaksanakan program kerja yang k. Melaksanakan program kerja yang
diputuskan pada muswil dan program diputuskan pada muswil dan program
IKATAN DOKTER INDONESIA

kerja yang merupakan penjabaran kerja yang merupakan penjabaran


program kerja Ikatan Dokter Indonesia program kerja Ikatan Dokter Indonesia
yang diputuskan Muktamar Ikatan yang diputuskan Muktamar Ikatan
Dokter Indonesia. Dokter Indonesia.

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4.)Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :
Tata cara pengelolaan Pengurus Wilayah lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Tata cara pengelolaan Pengurus Wilayah lebih
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana Wilayah lebih lanjut diatur dalam lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Pedoman Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

Pasal 20 Pasal 20 Pasal 20 Catatan mengenai status


Pengurus Cabang Pengurus Cabang Pengurus Cabang Cabang Malang ada 3 Kota
dan Kabupaten ( Kab. Malang,
(1) Status : (1) Status : Kota malang, kota Batu)
a. Cabang merupakan kesatuan a. Cabang merupakan kesatuan
organisasi yang dibentuk di Kabupaten/Kota. organisasi yang dibentuk di
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
b. Dalam satu Kabupaten/Kota hanya Kabupaten/Kota.
boleh ada satu kepengurusan Cabang. b. Dalam satu Kabupaten/Kota hanya
c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah boleh ada satu kepengurusan Cabang.
3 (tiga) tahun. c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah
d. Seorang anggota Ikatan Dokter 3 (tiga) tahun.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Indonesia hanya dibolehkan dipilih menjadi d. Seorang anggota Ikatan Dokter


Ketua Cabang maksimal 2 (dua) kali masa Indonesia hanya dibolehkan dipilih
kepengurusan. menjadi Ketua Cabang maksimal 2
(dua) kali masa kepengurusan.

(2) Personalia : (2) Personalia : (2) Personalia :


a. Personalia Pengurus Cabang a. Personalia Pengurus Cabang a. Personalia Pengurus Cabang
sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Bendahara. MKEK, Dewan pertimbangan, MKEK, Dewan pertimbangan,
b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang Sekretaris dan Bendahara. Sekretaris dan Bendahara.
adalah anggota biasa yang memiliki integritas b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang
moral dan etika yang tinggi serta memiliki adalah anggota biasa yang memiliki adalah anggota biasa yang memiliki
222

komitmen terhadap tujuan dan usaha Ikatan integritas moral dan etika yang tinggi integritas moral dan etika yang tinggi
Dokter Indonesia. serta memiliki komitmen terhadap serta memiliki komitmen terhadap
c. Ketua Pengurus Cabang tidak dapat tujuan dan usaha Ikatan Dokter tujuan dan usaha Ikatan Dokter
IKATAN DOKTER INDONESIA

menjalankan tugas dan atau non aktif maka Indonesia. Indonesia.


dapat diangkat Pejabat Ketua Pengurus c. Ketua pengurus cabang tidak dapat c. Ketua pengurus cabang tidak dapat
Cabang melalui rapat pleno pengurus cabang melaksanakan tugas dan/atau melaksanakan tugas dan/atau
dan selanjutnya ditetapkan dan disahkan berhalangan tetap selama 6 bulan maka berhalangan tetap selama 6 bulan maka
menjadi Pejab Ketua Pengurus Cabang oleh jabatan Ketua Pengurus cabang jabatan Ketua Pengurus cabang
Pengurus Besar sampai dilaksanakannya dikosongkan dan melalui pleno dikosongkan dan melalui pleno
Muscab berikutnya. menunjuk salah satu wakil ketua menunjuk salah satu wakil ketua
d. Tata cara Muscab Luar Biasa lebih sebagai pelaksana tugas sebagai pelaksana tugas
lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas d. Wakil ketua sebagai pelaksana tugas
Organisasi. sampai menjabat lebih dari sampai menjabat lebih dari
pertengahan periode ditetapkan pertengahan periode ditetapkan
sebagai ketua definitif. sebagai ketua definitif.
e. Pelaksana tugas kurang dari e. Pelaksana tugas kurang dari
pertengahan periode, dilanjutkan pertengahan periode, dilanjutkan
sampai dilaksanakan muscab sampai dilaksanakan muscab
berikutnya. berikutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang : (3) Tugas dan Wewenang :
a. Melaksanakan keputusan Muktamar, a. Melaksanakan Ketetapan Muktamar, a. Melaksanakan Ketetapan Muktamar,
Muswil dan Muscab serta ketetapan-ketetapan Muswil dan Muscab serta ketetapan- Muswil dan Muscab serta ketetapan-
organisasi. ketetapan organisasi. ketetapan organisasi.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

b. Memberikan laporan kegiatan Cabang b. Memberikan laporan kegiatan Cabang b. Memberikan laporan kegiatan Cabang
kepada Pengurus Wilayah yang dilakukan kepada Pengurus Wilayah yang kepada Pengurus Wilayah yang
minimal sekali 6 (enam) bulan. dilakukan minimal sekali 6 (enam) dilakukan minimal sekali 6 (enam)
c. Membina hubungan baik dengan bulan. bulan.
semua aparat, khususnya yang berhubungan b. Memberikan rekomendasi surat ijin c. Memberikan rekomendasi surat ijin
dengan dunia kesehatan. praktik dokter praktik dokter
d. Melakukan advokasi kebijakan bidang c. Membina hubungan baik dengan d. Membina hubungan baik dengan
kesehatan di daerahnya. semua aparat, khususnya yang semua aparat, khususnya yang
e. Bertanggung jawab kepada muscab. berhubungan dengan dunia kesehatan. berhubungan dengan dunia kesehatan.
d. Melakukan advokasi kebijakan bidang e. Melakukan advokasi kebijakan bidang
kesehatan di daerahnya. kesehatan di daerahnya.
e. Bertanggung jawab kepada muscab. f. Bertanggung jawab kepada muscab.
223

(4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan : (4) Tata Cara Pengelolaan :
Tata cara pengelolaan Pengurus Cabang lebih Tata cara pengelolaan Pengurus Tata cara pengelolaan Pengurus Cabang lebih
IKATAN DOKTER INDONESIA

lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana Cabang lebih lanjut diatur dalam lanjut diatur dalam Pedoman Tatalaksana
Organisasi. Pedoman Tatalaksana Organisasi. Organisasi.

BAB IV BAB IV BAB IV


MAJELIS – MAJELIS MAJELIS – MAJELIS MAJELIS – MAJELIS
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Majelis Kehormatan Etik Kedokteran

(1) Status : (1) Status : (1) Status :


a. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran a. Majelis Kehormatan Etik a. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pasal 21 ayat 1 huruf a
yang disingkat dengan MKEK adalah salah Kedokteran (MKEK) adalah salah (MKEK) adalah salah satu unsur Diambil dari anggaran
satu unsur Pimpinan dalam struktur satu unsur pimpinan di tingkat pimpinan di tingkat pusat bersifat dasar
kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia di pusat bersifat otonom yang otonom yang mengatur kegiatan
setiap tingkatan kepengurusan yang bertugas mengatur kegiatan internal internal organisasi dalam bidang etika
untuk pembinaan, pelaksanaan dan organisasi dalam bidang etika kedokteran dan bertanggung jawab di
pengawasan penerapan etika kedokteran secara Muktamar melalui Ketua Umum PB
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
otonom dan bertanggung jawab kepada Sidang kedokteran dan bertanggung jawab IDI.
Khusus Muktamar. di Muktamar melalui Ketua Umum b. Ketua MKEK di tingkat Wilayah
b. MKEK di tingkat Wilayah dibentuk PB IDI. dipilih pada muswil dibentuk pada
pada muswil dan dipilih oleh MKEK cabang- b. Ketua MKEK di tingkat Wilayah muswil dan dipilih oleh MKEK
cabang di wilayahnya. dipilih pada muswil dibentuk pada cabang-cabang di wilayahnya.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

c. MKEK di tingkat Cabang dibentuk muswil dan dipilih oleh MKEK c. Ketua MKEK di tingkat Cabang
atas pertimbangan dan persetujuan dari MKEK cabang-cabang di wilayahnya. dipilih pada muscab.
Wilayah dan persetujuan Ketua Pengurus c. Ketua MKEK di tingkat Cabang d. Dalam melaksanakan tugasnya MKEK
Cabang. dipilih pada muscab. berkoordinasi secara periodik dengan
d. Dalam melaksanakan tugasnya MKEK d. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua Pengurus Ikatan Dokter
berkoordinasi secara periodik dengan Ketua MKEK berkoordinasi secara Indonesia sesuai tingkatannya dan
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai periodik dengan Ketua Pengurus melaporkan pertanggungjawaban
tingkatannya dan melaporkan Ikatan Dokter Indonesia sesuai kepada sidang khusus di Muktamar/
pertanggungjawaban kepada sidang khusus di tingkatannya dan melaporkan Muswil/ Muscab melalui ketua
Muktamar/Muswil/Muscab. pertanggungjawaban kepada sidang pengurus sesuai tingkatan
e. Masa jabatan MKEK sesuai masa khusus di Muktamar/ Muswil/ e. Masa jabatan MKEK sesuai masa
jabatan pengurus Ikatan Dokter Indonesia Muscab melalui ketua pengurus jabatan pengurus Ikatan Dokter
224

sesuai tingkatannya. sesuai tingkatan Indonesia sesuai tingkatannya.


f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri e. Masa jabatan MKEK sesuai masa f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri Pasal F Sama dengan pasal di
dari ketua, sekretaris, dan anggota. jabatan pengurus Ikatan Dokter dari ketua, sekretaris, divisi personalia yang A jadi di
IKATAN DOKTER INDONESIA

g. Yang dapat menjadi pengurus MKEK Indonesia sesuai tingkatannya. pembinaan, divisi kemahkamahan dan coret.
adalah anggota yang memiliki kemampuan anggota.
f. MKEK sekurang-kurangnya terdiri
dalam memahami etika profesi kedokteran, g. Yang dapat menjadi pengurus MKEK
dari ketua, sekretaris, divisi
integritas moral dan etika yang tinggi serta adalah anggota yang memiliki
pembinaan, divisi kemahkamahan
komitmen terhadap organisasi. kemampuan dalam memahami etika
dan anggota.
h. Seorang anggota Ikatan Dokter profesi kedokteran, integritas moral
g. Yang dapat menjadi pengurus
Indonesia hanya diperbolehkan menjadi Ketua dan etika yang tinggi serta komitmen
MKEK adalah anggota yang
MKEK maksimal 2 (dua) kali masa terhadap organisasi.
memiliki kemampuan dalam
kepengurusan. h. Seorang anggota Ikatan Dokter
memahami etika profesi
i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang Indonesia hanya diperbolehkan
kedokteran, integritas moral dan
khusus di Muktamar/Muswil/Muscab sesuai menjadi Ketua MKEK maksimal 2
etika yang tinggi serta komitmen
dengan tingkatannnya dan bertanggung jawab (dua) kali masa kepengurusan.
terhadap organisasi.
kepada sidang khusus di i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang
h. Seorang anggota Ikatan Dokter
Muktamar/Muswil/Muscab. khusus di Muktamar/Muswil/Muscab Rapat 19 nopember 2020
Indonesia hanya diperbolehkan
j. Dewan Etik Perhimpunan adalah suatu sesuai dengan tingkatannnya dan selesai sampai tugas dan
menjadi Ketua MKEK maksimal 2
Dewan setingkat Majelis yang dibentuk bertanggung jawab kepada wewenag,
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
oleh perhimpunan dengan keputusan etik (dua) kali masa kepengurusan. Muktamar/Muswil/Muscab melalui Lanjut rapat tanggal 21 nop.
yang dihasilkan adalah setingkat MKEK i. Ketua MKEK dipilih oleh sidang ketua pengurus. 2020
Wilayah. khusus di j. Dewan Etik Perhimpunan adalah suatu jam 18.30 wib
Muktamar/Muswil/Muscab sesuai Dewan setingkat Majelis yang
dengan tingkatannnya dan dibentuk oleh perhimpunan dengan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

bertanggung jawab kepada keputusan etik yang dihasilkan adalah


Muktamar/Muswil/Muscab melalui setingkat MKEK Wilayah.
ketua pengurus.
j. Dewan Etik Perhimpunan adalah
suatu Dewan setingkat Majelis
yang dibentuk oleh perhimpunan
dengan keputusan etik yang
dihasilkan adalah setingkat MKEK
Wilayah.

(2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang :
a. Melakukan tugas pembinaan, pengawasan a. Melakukan tugas pembinaan, a. Melakukan tugas pembinaan,
225

dan penilaian dalam pelaksanaan etik pengawasan dan penilaian dalam pengawasan dan penilaian dalam
kedokteran dan peraturan organisasi secara pelaksanaan etik kedokteran dan pelaksanaan etik kedokteran dan
otonom, termasuk perbuatan anggota yang peraturan organisasi secara otonom, peraturan organisasi secara otonom,
IKATAN DOKTER INDONESIA

melanggar kehormatan dan tradisi luhur termasuk perbuatan anggota yang termasuk perbuatan anggota yang
kedokteran dan kewajiban anggota. melanggar kehormatan dan tradisi luhur melanggar kehormatan dan tradisi
b. Dalam melaksanakan tugas kedokteran dan kewajiban anggota. luhur kedokteran dan kewajiban
kemahkamahan menyarankan kepada anggota b. Dalam melaksanakan tugas anggota.
teradu untuk didampingi oleh BHP2A atau kemahkamahan menyarankan kepada b. Dalam melaksanakan tugas
utusan dari perhimpunan. anggota teradu untuk didampingi oleh kemahkamahan menyarankan kepada
c. Keputusan yang dibuat MKEK dan BHP2A atau utusan dari perhimpunan. anggota teradu untuk didampingi oleh
Dewan Etik Perhimpunan yang telah memiliki c. Keputusan yang dibuat MKEK dan BHP2A atau utusan dari perhimpunan.
kekuatan tetap bersifat mengikat dan wajib Dewan Etik Perhimpunan yang telah c. Keputusan yang dibuat MKEK dan
dilaksanakan oleh Pengurus Ikatan Dokter memiliki kekuatan tetap bersifat Dewan Etik Perhimpunan yang telah
Indonesia dan perhimpunan yang terkait. mengikat dan wajib dilaksanakan oleh memiliki kekuatan tetap bersifat
d. MKEK Pusat membuat fatwa etik ketua Pengurus Ikatan Dokter mengikat dan wajib dilaksanakan oleh
kedokteran terkait perkembangan teknologi Indonesia sesuai tingkatan dan ketua Pengurus Ikatan Dokter
kedokteran terkini, perkembangan sistem perhimpunan yang terkait. Indonesia sesuai tingkatan dan
kesehatan dan perilaku profesi kedokteran. d. MKEK Pusat membuat fatwa etik perhimpunan yang terkait.
kedokteran terkait perkembangan d. MKEK Pusat membuat fatwa etik
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
teknologi kedokteran terkini, kedokteran terkait perkembangan
perkembangan sistem Pelayanan teknologi kedokteran terkini,
kesehatan dan perilaku profesi perkembangan sistem Pelayanan
kedokteran. kesehatan dan perilaku profesi
kedokteran.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(3) Personalia : (3) Personalia :


a. Personalia MKEK sekurang a. Personalia MKEK sekurang kurangnya
kurangnya terdiri dari ketua sekretaris, terdiri dari ketua sekretaris, bendahara,
bendahara, divisi pembinaan dan divisi pembinaan dan divisi
divisi kemahkamahan kemahkamahan
b. Yang dapat menjadi personalia b. Yang dapat menjadi personalia MKEK
MKEK adalah anggota IDI yang adalah anggota IDI yang memahami
memahami etika mempunyai dedikasi etika mempunyai dedikasi dan
dan komitmen terhadap organisasi. komitmen terhadap organisasi.
c. Pengurus MKEK ditetapkan oleh c. Pengurus MKEK ditetapkan oleh
Ketua Umum PB IDI. Ketua Umum PB IDI.
226

d. Pelantikan MKEK diatur dalam d. Pelantikan MKEK diatur dalam


ketentuan khusus tentang tata cara ketentuan khusus tentang tata cara
pelantikan. pelantikan.
IKATAN DOKTER INDONESIA

3)Tata cara Pengelolaan : (4)Tata cara Pengelolaan : (4) Tata cara Pengelolaan :
Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut Tata cara pengelolaan MKEK lebih lanjut
diatur dalam Pedoman Organisasi dan diatur dalam Pedoman Organisasi dan diatur dalam Pedoman Organisasi dan
Tatalaksana Majelis Kehormatan Etik Tatalaksana Majelis Kehormatan Etik Tatalaksana Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran. Kedokteran. Kedokteran.

Pasal 22 Pasal 22 Pasal 22


Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian Majelis Pengembangan Pelayanan Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian
(1) Status : Keprofesian
a. Majelis Pengembangan Pelayanan (1) Status : (1) Status :
Keprofesian yang disingkat dengan MPPK a. Majelis Pengembangan Pelayanan a. Majelis Pengembangan Pelayanan
adalah salah satu unsur Pimpinan dalam Keprofesian yang disingkat dengan Keprofesian yang disingkat dengan
struktur kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia MPPK adalah salah satu unsur MPPK adalah salah satu unsur
di tingkat Pusat dan Wilayah yang bertugas Pimpinan dalam struktur kepengurusan Pimpinan dalam struktur kepengurusan
untuk pengelolaan sistem pelayanan Ikatan Dokter Indonesia di tingkat Ikatan Dokter Indonesia di tingkat
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
kedokteran yang bermutu dan terjangkau, Pusat dan Wilayah yang bertugas Pusat dan Wilayah yang bertugas
melalui berbagai upaya pengembangan untuk pengelolaan sistem pelayanan untuk pengelolaan sistem pelayanan
keprofesian, standarisasi dan akreditasi kedokteran yang bermutu dan kedokteran yang bermutu dan
pelayanan kedokteran secara otonom dan terjangkau, melalui berbagai upaya terjangkau, melalui berbagai upaya
bertanggung jawab kepada Sidang Khusus pengembangan keprofesian, pengembangan keprofesian,
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Muktamar. standarisasi dan akreditasi pelayanan standarisasi dan akreditasi pelayanan


b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK kedokteran secara otonom dan kedokteran secara otonom dan
berkoordinasi secara periodik dengan Ketua bertanggung jawab kepada Sidang bertanggung jawab kepada Sidang
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai Khusus Muktamar/muswil melalui Khusus Muktamar/muswil melalui
tingkatannya. ketua pengurus. ketua pengurus.
c. Majelis Pengembangan Pelayanan b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK b. Dalam melaksanakan tugasnya MPPK
Keprofesian terdiri dari Dewan Perhimpunan berkoordinasi secara periodik dengan berkoordinasi secara periodik dengan
Dokter Pelayanan Primer (PDPP), Dewan Ketua Pengurus Ikatan Dokter Ketua Pengurus Ikatan Dokter
Perhimpunan Dokter Spesialis dan Indonesia sesuai tingkatannya Indonesia sesuai tingkatannya
Subspesialis (PDSp), dan Dewan c. Majelis Pengembangan Pelayanan c. Majelis Pengembangan Pelayanan
Keseminatan. Keprofesian terdiri dari Dewan Keprofesian terdiri dari Dewan
d. Kepengurusan MPPK terdiri dari Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer
227

perwakilan unsur-unsurnya yang tergabung (PDPP), Dewan Perhimpunan Dokter (PDPP), Dewan Perhimpunan Dokter
dalam divisi masing-masing. Spesialis dan Subspesialis (PDSp), dan Spesialis dan Subspesialis (PDSp), dan
e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari Dewan Keseminatan. Dewan Keseminatan.
IKATAN DOKTER INDONESIA

Perhimpunan dan Keseminatan. d. Kepengurusan MPPK terdiri dari d. Kepengurusan MPPK terdiri dari
f. Ketua MPPK Dipilih dari anggota IDI perwakilan unsur-unsurnya yang perwakilan unsur-unsurnya yang
yang diusulkan Perhimpunan, Keseminatan tergabung dalam divisi masing-masing. tergabung dalam divisi masing-masing.
dan MPPK Wilayah. e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari e. Unsur-unsur MPPK terdiri dari
g. Ketua MPPK hanya menjabat Perhimpunan dan Keseminatan. Perhimpunan dan Keseminatan.
maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan f. Perhimpunan dan keseminatan dibentuk f. Perhimpunan dan keseminatan
sesuai dengan tingkatannnya. pada tingkat pusat dan tingkat dibentuk pada tingkat pusat dan
h. wilayah/provinsi.
M Pada tingkat wilayah/provinsi. Pada
asa jabatan kepengurusan MPPK adalah sesuai wilayah/provinsi dengan sebutan wilayah/provinsi dengan sebutan
masa jabatan kepengurusan Pengurus Besar. cabang. cabang.
g. Ketua MPPK Dipilih dari anggota IDI g. Ketua MPPK Dipilih dari anggota IDI
yang diusulkan Perhimpunan, yang diusulkan Perhimpunan,
Keseminatan dan MPPK Wilayah. Keseminatan dan MPPK Wilayah.
h. Ketua MPPK hanya menjabat h. Ketua MPPK hanya menjabat
maksimal 2 (dua) kali masa maksimal 2 (dua) kali masa
kepengurusan sesuai dengan kepengurusan sesuai dengan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
tingkatannnya. tingkatannnya.
i. Masa jabatan kepengurusan MPPK i. Masa jabatan kepengurusan MPPK
adalah sesuai masa jabatan adalah sesuai masa jabatan
kepengurusan Pengurus Besar. kepengurusan Pengurus Besar.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :
a. Mengusulkan sistem Pengembangan a. Mengusulkan sistem Pengembangan
Keprofesian Bidang Kedokteran yang Keprofesian Bidang Kedokteran yang
berkaitan dengan penjaminan mutu berkaitan dengan penjaminan mutu
pelayanan kedokteran kepada Ketua pelayanan kedokteran kepada Ketua
Umum Pengurus Besar. Umum Pengurus Besar.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan b. Melaksanakan dan mengevaluasi
yang berkaitan dengan pengelolaan sistem kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan keprofesian bidang pengelolaan sistem pengembangan Usulan Pak SB (Calon Dir.
kedokteran yang berkaitan dengan keprofesian bidang kedokteran yang BPJS)
penjaminan mutu pelayanan kedokteran. berkaitan dengan penjaminan mutu Untuk meningkatkan
c. Mengkoordinasikan kegiatan keprofesian pelayanan kedokteran. profsionalisme organisi,
228

Perhimpunan dan Keseminatan. c. Mengkoordinasikan kegiatan akuntabiitas, dan untuk


d. Mengusulkan dan merekomendasikan d. Mengusulkan dan merekomendasikan keprofesian Perhimpunan dan menghindari abuse of
perubahan nama perhimpunan, perubahan nama Keseminatan. power/confiict of interest,
IKATAN DOKTER INDONESIA

perhimpunan baru, dan pembubaran perhimpunan/keseminatan, d. Mengusulkan dan merekomendasikan maka jabatan ketua umum PB
perhimpunan kepada Ketua Umum perhimpunan/keseminatan baru, dan perubahan nama IDI dan ketua majelis dibatasi
Pengurus Besar. pembubaran perhimpunan/keseminatan, hanya satu periode.
e. Mengusulkan pedoman akreditasi perhimpunan/keseminatan kepada perhimpunan/keseminatan baru, dan
penyelenggaraan pendidikan keprofesian Ketua Umum Pengurus Besar. pembubaran perhimpunan/keseminatan
berkelanjutan (Continuous Professional kepada Ketua Umum Pengurus Besar.
Development) kepada Ketua Umum e. Mengusulkan pedoman akreditasi
Pengurus Besar. penyelenggaraan pendidikan
keprofesian berkelanjutan (Continuous
Professional Development) kepada
Ketua Umum Pengurus Besar.

(3) Unsur-unsur : (3) Personalia : (3) Personalia :


a. Unsur-unsur MPPK terdiri a. Personalia MPPK sekurang a. Personalia MPPK sekurang kurangnya Unsur-unsur berubah menjadi
dari Perhimpunan dan kurangnya terdiri dari ketua terdiri dari ketua sekretaris dan personalia
Keseminatan. sekretaris dan bendahara bendahara
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
b. Perhimpunan dan b. Yang dapat menjadi personalia b. Yang dapat menjadi personalia MPPK
Keseminatan ada pada IDI MPPK adalah unsur perhimpuan dan adalah unsur perhimpuan dan unsur
tingkat pusat dan wilayah. unsur keseminatan keseminatan
c. Pengurus Perhimpunan dan b. Perhimpunan dan Keseminatan ada b. Perhimpunan dan Keseminatan ada
Keseminatan tingkat pusat pada IDI tingkat pusat dan wilayah. pada IDI tingkat pusat dan wilayah.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

ditetapkan oleh Ketua Umum c. Pengurus Perhimpunan dan c. Pengurus Perhimpunan dan
PB IDI. Keseminatan tingkat pusat Keseminatan tingkat pusat ditetapkan
d. Pengurus Perhimpunan dan ditetapkan dan dilantik oleh Ketua dan dilantik oleh Ketua Umum PB
Keseminatan tingkat wilayah Umum PB IDI. IDI.
ditetapkan oleh Ketua d. Pengurus Perhimpunan dan d. Pengurus Perhimpunan dan
Perhimpunan dan Keseminatan tingkat wilayah Keseminatan tingkat wilayah
Keseminatan Pusat yang ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan
bersangkutan untuk dan Keseminatan Pusat yang dan Keseminatan Pusat yang
selanjutnya dilantik oleh IDI bersangkutan untuk selanjutnya bersangkutan untuk selanjutnya
Wilayah dilantik oleh IDI Wilayah dilantik oleh IDI Wilayah
e. Pelantikan pengurus e. Pelantikan pengurus perhimpunan e. Pelantikan pengurus perhimpunan dan
perhimpunan dan dan Keseminatan pusat dan Keseminatan pusat dan pengurus
229

Keseminatan pusat dan pengurus perhimpunan dan perhimpunan dan Keseminatan


pengurus perhimpunan dan Keseminatan wilayah diatur dalam wilayah diatur dalam ketentuan khusus
Keseminatan wilayah diatur ketentuan khusus tentang tata cara tentang tata cara pelantikan.
IKATAN DOKTER INDONESIA

dalam ketentuan khusus pelantikan.


tentang tata cara pelantikan.

Pasal 23
Tata cara pengelolaan
(4) Tata cara pengelolaan : (4) Tata cara pengelolaan :
Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur-unsur Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur- Tata cara pengelolaan MPPK dan unsur-unsur
MPPK diatur dalam Pedoman Pokok unsur MPPK diatur dalam Pedoman Pokok MPPK diatur dalam Pedoman Pokok
Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter
Indonesia. Indonesia. Indonesia.

Pasal 24 Pasal 23 Pasal 23


Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
Status : (1)Status :
a. Majelis Kolegium Kedokteran a. Majelis Kolegium Kedokteran (1) Status :
Indonesia yang disingkat dengan MKKI adalah Indonesia yang disingkat dengan MKKI a. Majelis Kolegium Kedokteran
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
salah satu unsur Pimpinan dalam struktur adalah salah satu unsur Pimpinan Indonesia yang disingkat dengan
kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia di dalam struktur kepengurusan Ikatan MKKI adalah salah satu unsur
Tingkat Pusat yang bertugas untuk pembinaan Dokter Indonesia di Tingkat Pusat yang Pimpinan dalam struktur kepengurusan
dan pengaturan pelaksanaan sistem pendidikan bertugas untuk pembinaan dan Ikatan Dokter Indonesia di Tingkat
profesi kedokteran secara otonom dan pengaturan pelaksanaan sistem Pusat yang bertugas untuk pembinaan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

bertanggung jawab kepada Sidang Khusus pendidikan profesi kedokteran secara dan pengaturan pelaksanaan sistem
Muktamar . otonom dan bertanggung jawab kepada pendidikan profesi kedokteran secara
b. Ketua MKKI hanya menjabat muktamar melalui ketua umum PB IDI. otonom dan bertanggung jawab kepada
maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan. b. Ketua MKKI hanya menjabat maksimal muktamar melalui ketua umum PB
c. Masa jabatan kepengurusan MKKI 2 (dua) kali masa kepengurusan. IDI.
adalah sesuai masa jabatan kepengurusan c. Masa jabatan kepengurusan MKKI b. Ketua MKKI hanya menjabat
Pengurus Besar. adalah sesuai masa jabatan maksimal 2 (dua) kali masa
d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu kepengurusan Pengurus Besar. kepengurusan.
Ketua atau Mantan Ketua kolegium. d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu c. Masa jabatan kepengurusan MKKI
e. Kolegium bertanggungjawab pada Ketua kolegium atau Mantan Ketua adalah sesuai masa jabatan
kongres perhimpunan. kolegium. kepengurusan Pengurus Besar.
f. Satu Perhimpunan satu Kolegium e. Kolegium bertanggungjawab pada d. Ketua MKKI dipilih dari salah satu
230

yang masing-masing bersifat otonom. kongres perhimpunan. Ketua kolegium atau Mantan Ketua
g. Kolegium Dokter Indonesia adalah f. Satu Perhimpunan satu Kolegium yang kolegium.
Kolegium dari Perhimpunan Dokter Umum masing-masing bersifat otonom. e. Kolegium bertanggungjawab pada
IKATAN DOKTER INDONESIA

Indonesia. g. Kolegium Dokter Indonesia adalah kongres perhimpunan.


Kolegium dari Perhimpunan Dokter f. Satu Perhimpunan satu Kolegium yang
Umum Indonesia. masing-masing bersifat otonom.
g. Kolegium Dokter Indonesia adalah
Kolegium dari Perhimpunan Dokter
Pasal 25 Umum Indonesia.
Tugas dan wewenang
(2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang :
a. Mengusulkan sistem pendidikan a. Mengusulkan sistem pendidikan profesi a. Mengusulkan sistem pendidikan
profesi bidang kedokteran kepada Ketua bidang kedokteran kepada KKI melalui profesi bidang kedokteran kepada KKI
Umum Pengurus Besar. Ketua Umum Pengurus Besar melalui Ketua Umum Pengurus Besar
b. Membina, mengatur, dan b. Membina, mengatur, dan mengevaluasi b. Membina, mengatur, dan
mengevaluasi Kolegium dalam pelaksanaan Kolegium dalam pelaksanaan kegiatan mengevaluasi Kolegium dalam
kegiatan pendidikan profesi kedokteran. pendidikan profesi kedokteran. pelaksanaan kegiatan pendidikan
c. Mengkoordinasikan kegiatan c. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium profesi kedokteran.
kolegium kedokteran. kedokteran. c. Mengkoordinasikan kegiatan kolegium
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
d. Mengusulkan kebijakan dan d. Mengusulkan kebijakan dan kedokteran.
pengendalian ujian nasional pendidikan profesi pengendalian ujian nasional pendidikan d. Mengusulkan kebijakan dan
kedokteran kepada Ketua Umum Pengurus profesi kedokteran kepada Ketua pengendalian ujian nasional
Besar. Umum Pengurus Besar. pendidikan profesi kedokteran kepada
e. Mengusulkan dan merekomendasikan e. Mengusulkan dan merekomendasikan Ketua Umum Pengurus Besar.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

pengakuan keahlian dalam bidang kedokteran pengakuan keahlian dalam bidang e. Mengusulkan dan merekomendasikan
kepada Ketua Umum Pengurus Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua pengakuan keahlian dalam bidang
f. Mengusulkan dan merekomendasikan Umum Pengurus Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua
cabang keilmuan baru dalam bidang f. Mengusulkan dan merekomendasikan Umum Pengurus Besar.
kedokteran kepada Ketua Umum Pengurus cabang keilmuan baru dalam bidang f. Mengusulkan dan merekomendasikan
Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua cabang keilmuan baru dalam bidang
Umum Pengurus Besar. kedokteran kepada KKI melalui Ketua
Umum Pengurus Besar.
(3) Personalia :
a. Personalia MKKI sekurang kurangnya (3) Personalia :
terdiri dari ketua,sekretaris dan a. Personalia MKKI sekurang kurangnya
bendahara terdiri dari ketua,sekretaris dan
231

b. Yang dapat menjadi personalia MKKI bendahara


adalah Ketua kolegium atau Mantan b. Yang dapat menjadi personalia MKKI
Ketua kolegium. adalah Ketua kolegium atau Mantan
IKATAN DOKTER INDONESIA

c. Pengurus MKKI ditetapkan dan Ketua kolegium.


dilantik oleh Ketua Umum PB IDI. c. Pengurus MKKI ditetapkan dan
d. Pelantikan MKKI diatur dalam dilantik oleh Ketua Umum PB IDI.
ketentuan khusus tentang tata cara d. Pelantikan MKKI diatur dalam
Pasal 26 pelantikan. ketentuan khusus tentang tata cara
Tata cara Pengelolaan pelantikan.
(4) Tata cara Pengelolaan :
Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur- Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur- (4) Tata cara Pengelolaan :
unsurnya diatur lebih lanjut dalam Pedoman unsurnya diatur lebih lanjut dalam Tata cara pengelolaan MKKI dan unsur-
Pokok Tata laksana Organisasi Ikatan Dokter Pedoman Pokok Tata laksana Organisasi unsurnya diatur lebih lanjut dalam Pedoman
Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Pokok Tata laksana Organisasi Ikatan Dokter
Indonesia.

BAB V BAB V
DEWAN PERTIMBANGAN DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 24 Pasal 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
(1) Status (1) Status
1. Dewan Pertimbangan adalah 1. Dewan Pertimbangan adalah Dewan
Dewan yang dibentuk oleh Ketua yang dibentuk oleh Ketua Pengurus
Pengurus IDI sesuai tingkatan. IDI sesuai tingkatan.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

2. Dewan Pertimbangan dalam 2. Dewan Pertimbangan dalam


melaksanakan tugas dan melaksanakan tugas dan
kewenangannya berkoordinasi kewenangannya berkoordinasi dengan
dengan Ketua Pengurus Ketua Pengurus
3. Masa jabatan Dewan Pertimbangan 3. Masa jabatan Dewan Pertimbangan
mengikuti masa jabatan Pengurus mengikuti masa jabatan Pengurus
4. Seorang anggota IDI hanya 4. Seorang anggota IDI hanya
diperbolehkan ditunjuk menjadi diperbolehkan ditunjuk menjadi Ketua
Ketua Dewan Pertimbangan Dewan Pertimbangan maksimal dua
maksimal dua kali kepengurusan kali kepengurusan

(2) Personalia (2) Personalia


232

1. Personalia Dewan Pertimbangan 1. Personalia Dewan Pertimbangan


sekurang-kurangnya terdiri dari sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Ketua, Wakil Ketua dan anggota. Wakil Ketua dan anggota.
IKATAN DOKTER INDONESIA

2. Yang dapat menjadi Dewan 2. Yang dapat menjadi Dewan


Pertimbangan adalah anggota biasa Pertimbangan adalah anggota biasa
yang memiliki integitas moral, yang memiliki integitas moral, etika
etika disiplin, loyalitas, dedikasi disiplin, loyalitas, dedikasi tinggi dan
tinggi dan memiliki komitmen memiliki komitmen terhadap tujuan
terhadap tujuan dan upaya IDI. dan upaya IDI.

(3) Tugas dan wewenang (3) Tugas dan wewenang


1. Membantu kelancaran jalannya 1. Membantu kelancaran jalannya
organisasi organisasi
2. Memberikan pertimbangan kepada 2. Memberikan pertimbangan kepada
Pengurus; Pengurus;
a. penentuan kebijakan organisasi a. penentuan kebijakan
dengan situasi dan kondisi organisasi dengan situasi dan
b. berupa saran dan pendapat kondisi
terhadap kebijakan organisasi b. berupa saran dan pendapat
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
3. Melakukan pengawasan terhadap terhadap kebijakan organisasi
jalannya organisasi; 3. Melakukan pengawasan terhadap
a. Mendapatkan data dan jalannya organisasi;
informasi terhadap anggota a. Mendapatkan data dan informasi
atau pengurus yang diduga terhadap anggota atau pengurus
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

melakukan pelanggaran yang diduga melakukan


organisasi. pelanggaran organisasi.
b. Melakukan klarifikasi terhadap b. Melakukan klarifikasi terhadap
ketentuan poin a diatas, untuk ketentuan poin a diatas, untuk
menentukan ada/tidak nya menentukan ada/tidak nya
pelanggaran organisasi. pelanggaran organisasi.
c. Memberikan rekomendasi c. Memberikan rekomendasi kepada
kepada ketua pengurus dalam ketua pengurus dalam Pemberian
Pemberian sanksi sanksi
4. Membuat laporan tertulis kepada 4. Membuat laporan tertulis kepada
ketua pengurus disampaikan dalam ketua pengurus disampaikan dalam
muktamar untuk PB IDI, Muswil muktamar untuk PB IDI, Muswil untuk
233

untuk IDI Wilayah dan Muscab IDI Wilayah dan Muscab untuk IDI
untuk IDI Cabang Cabang
IKATAN DOKTER INDONESIA

(4) Tata Cara Pengelolaan: (4) Tata Cara Pengelolaan:


Tata Cara Pengelolaan Dewan Tata Cara Pengelolaan Dewan Pertimbangan
Pertimbangan lebih lanjut di atur dalam lebih lanjut di atur dalam Pedoman Tata
Pedoman Tata Laksana Organisasi Laksana Organisasi

BAB VI BAB VI
BAB V BADAN KELENGKAPAN BADAN KELENGKAPAN
BADAN KELENGKAPAN Pasal 25 Pasal 25
Pasal 27
Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Hukum,
Badan Kelengkapan Terdiri dari Biro Hukum, Hukum, Pembinaan dan Pembelaan Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A),
Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A), Anggota (BHP2A), Badan Pengembangan Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan
Berkelanjutan (BP2KB), Badan Data dan (BP2KB), Badan Data dan Informasi Informasi (BADIN) dan badan kelengkapan
Informasi (BADIN) dan badan kelengkapan (BADIN) dan badan kelengkapan lainnya lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi. sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 26 Pasal 26
Pasal 28 Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Rapat dilanjutkan hari Rabu
Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota Anggota pukul 19.00 wib
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Anggota Pembahasan terakhir pasal 27


(2) Status : (1) Status :
Status : a. Biro Hukum Pembinaan dan a. Biro Hukum Pembinaan dan
a. Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota (BHP2A) adalah Pembelaan Anggota (BHP2A) adalah
Pembelaan Anggota (BHP2A) adalah badan badan kelengkapan Ikatan Dokter badan kelengkapan Ikatan Dokter
kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia. Indonesia. Indonesia.
b. Ketua BHP2A adalah anggota pleno b. Ketua BHP2A adalah anggota Ikatan b. Ketua BHP2A adalah anggota Ikatan
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai Dokter Indonesia sesuai tingkatannya. Dokter Indonesia sesuai tingkatannya.
tingkatannya. c. BHP2A dibentuk mulai dari tingkat c. BHP2A dibentuk mulai dari tingkat
c. BHP2A dapat dibentuk pada tingkat pusat hingga ke tingkat Cabang pusat hingga ke tingkat Cabang
Wilayah dan Cabang.
(3) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :
234

Pasal 29 a. Melakukan telaah hukum terhadap a. Melakukan telaah hukum terhadap


Tugas dan Wewenang rancangan peraturan-peraturan dan rancangan peraturan-peraturan dan
ketetapan-ketetapan organisasi. ketetapan-ketetapan organisasi.
IKATAN DOKTER INDONESIA

a. Melakukan telaah hukum terhadap b. Melakukan telaah hukum terhadap b. Melakukan telaah hukum terhadap
rancangan peraturan-peraturan dan peraturan perundang-undangan yang peraturan perundang-undangan yang
ketetapan-ketetapan organisasi. berkaitan dengan anggota dan berkaitan dengan anggota dan
b. Melakukan telaah hukum terhadap organisasi. organisasi.
peraturan perundang-undangan yang berkaitan c. Melakukan pembinaan dan pembelaan c. Melakukan pembinaan dan pembelaan
dengan anggota dan organisasi. anggota dalam menjalankan anggota dalam menjalankan
c. Melakukan pembinaan dan pembelaan profesinya. profesinya.
anggota dalam menjalankan profesinya. d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu
d. Dalam menjalankan tugasnya, perlu mendengarkan pendapat dan saran dari mendengarkan pendapat dan saran dari
mendengarkan pendapat dan saran dari unsur- unsur-unsur lain dalam organisasi dan unsur-unsur lain dalam organisasi dan
unsur lain dalam organisasi dan pihak-pihak pihak-pihak yang dianggap perlu. pihak-pihak yang dianggap perlu.
yang dianggap perlu.

Pasal 30
Tata cara pengelolaan (4) Tata cara pengelolaan : (3) Tata cara pengelolaan :
Tata cara pengelolaan BHP2A diatur lebih Tata cara pengelolaan BHP2A diatur lebih
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Tata cara pengelolaan BHP2A diatur lebih lanjut dalam Pedoman Tata laksana lanjut dalam Pedoman Tata laksana Organisasi
lanjut dalam Pedoman Tata laksana Organisasi Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia.
Pasal 27 Pasal 27
Pasal 31 Badan Pengembangan Pendidikan Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Keprofesian Berkelanjutan Berkelanjutan


Berkelanjutan
(1) Status : (1) Status :
Status : a. Badan Pengembangan Pendidikan a. Badan Pengembangan Pendidikan
a. Badan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) /
Keprofesian Berkelanjutan/Continuous /Continuous Professional Development Continuous Professional Development
Professional Development (BP2KB) adalah (CPD) adalah badan kelengkapan (CPD) adalah badan kelengkapan
badan kelengkapan Pengurus Besar dan Pengurus Besar dan Pengurus Pengurus Besar dan Pengurus
Pengurus Wilayah. Wilayah. Wilayah.
b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno b. Ketua BP2KB adalah anggota pleno
pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang
bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus bertanggungjawab kepada Ketua bertanggungjawab kepada Ketua
235

Ikatan Dokter Indonesia masing-masing Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
tingkatannya. masing-masing tingkatannya. masing-masing tingkatannya.
c. Pada tingkat cabang dibentuk tim c. BP2KB dibentuk ditingkat pusat dan c. BP2KB dibentuk ditingkat pusat dan
IKATAN DOKTER INDONESIA

P2KB Cabang. ditingkat wilayah, pada tingkat cabang ditingkat wilayah, pada tingkat cabang
dibentuk tim P2KB Cabang. dibentuk tim P2KB Cabang.
Pasal 32
Tugas dan wewenang (2) Tugas dan wewenang : (2) Tugas dan wewenang :
a. Membantu Pengurus Besar dalam a. Membantu Pengurus Besar dalam
a. Membantu Pengurus Besar dalam pelaksanaan kebijakan Pengurus Besar pelaksanaan kebijakan Pengurus Besar
pelaksanaan kebijakan Pengurus Besar dalam dalam bidang pendidikan keprofesian dalam bidang pendidikan keprofesian
bidang pendidikan keprofesian berkelanjutan. berkelanjutan. berkelanjutan.
b. Membantu Majelis Pengembangan b. Membantu Majelis Pengembangan b. Membantu Majelis Pengembangan
Pelayanan Keprofesian dalam menyusun Pelayanan Keprofesian dalam Pelayanan Keprofesian dalam
standar pengembangan keprofesian. menyusun standar pengembangan menyusun standar pengembangan
c. Membantu melakukan verifikasi keprofesian. keprofesian.
terhadap Dokter Asing yang akan c. Membantu melakukan verifikasi c. Membantu melakukan verifikasi
melaksanakan kegiatan Pendidikan terhadap Dokter Asing yang akan terhadap Dokter Asing yang akan
Kedokteran Berkelanjutan di Indonesia dan melaksanakan kegiatan Pendidikan melaksanakan kegiatan Pendidikan
merekomendasikan kepada Ketua Umum Kedokteran Berkelanjutan di Indonesia Kedokteran Berkelanjutan di
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pengurus Besar. dan merekomendasikan kepada Ketua Indonesia dan merekomendasikan
d. Membantu Pengurus Besar melakukan Umum Pengurus Besar. kepada Ketua Umum Pengurus Besar.
penilaian dan akreditasi lembaga d. Membantu Pengurus Besar melakukan d. Membantu Pengurus Besar melakukan
penyelenggara Pendidikan Kedokteran penilaian dan akreditasi lembaga penilaian dan akreditasi lembaga
Berkelanjutan penyelenggara Pendidikan Kedokteran penyelenggara Pendidikan Kedokteran
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter Berkelanjutan Berkelanjutan


Indonesia pada tiap tingkatannya e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter e. Membantu Pengurus Ikatan Dokter
melaksanakan penilaian dan akreditasi Indonesia pada tingkat pusat dan Indonesia pada tingkat pusat dan
kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan wilayah melaksanakan penilaian dan wilayah melaksanakan penilaian dan
f. Membantu, memfasilitasi dan akreditasi kegiatan Pendidikan akreditasi kegiatan Pendidikan
mengkoordinasikan perhimpunan- Kedokteran Berkelanjutan Kedokteran Berkelanjutan
perhimpunan dan lembaga lain yang telah f. Membantu, memfasilitasi dan f. Membantu, memfasilitasi dan
diakreditasi oleh Ikatan Dokter Indonesia mengkoordinasikan perhimpunan- mengkoordinasikan perhimpunan-
dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan perhimpunan dan lembaga lain yang perhimpunan dan lembaga lain yang
Keprofesian Berkelanjutan. telah diakreditasi oleh Ikatan Dokter telah diakreditasi oleh Ikatan Dokter
Indonesia dalam melaksanakan Indonesia dalam melaksanakan
Pasal 33 kegiatan Pendidikan Keprofesian kegiatan Pendidikan Keprofesian
236

Tata cara pengelolaan Berkelanjutan. Berkelanjutan.

Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih (3) Tata cara pengelolaan : (3) Tata cara pengelolaan :
IKATAN DOKTER INDONESIA

lanjut dalam Pedoman Tata Laksana Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih Tata cara pengelolaan BP2KB diatur lebih
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. lanjut dalam Pedoman Tata Laksana lanjut dalam Pedoman Tata Laksana
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.

Pasal 28 Pasal 28
Pasal 34 Badan Data dan Informasi Badan Data dan Informasi
Badan Data dan Informasi
(1) Status : (1) Status :
a. Badan Data dan Informasi (BADIN) a. Badan Data dan Informasi (BADIN)
a. Badan Data dan Informasi (BADIN) adalah badan kelengkapan IDI. adalah badan kelengkapan IDI.
adalah badan kelengkapan IDI. b. Ketua BADIN adalah anggota pleno b. Ketua BADIN adalah anggota pleno
b. Ketua BADIN adalah anggota pleno pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang
pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang bertanggungjawab kepada Ketua bertanggungjawab kepada Ketua
bertanggungjawab kepada Ketua Pengurus Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia masing-masing masing-masing tingkatannya. masing-masing tingkatannya.
tingkatannya. c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
c. BADIN dapat dibentuk pada tingkat Wilayah dan Cabang. Wilayah dan Cabang.
Wilayah dan Cabang.
Pasal 35
Tugas dan Wewenang (2) Tugas dan Wewenang : (2) Tugas dan Wewenang :
a. Menyusun dan melaksanakan a. Menyusun dan melaksanakan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

a. Menyusun dan melaksanakan pengembangan sistem informasi dan pengembangan sistem informasi dan
pengembangan sistem informasi dan data data terintegrasi di lingkungan IDI. data terintegrasi di lingkungan IDI.
terintegrasi di lingkungan IDI. b. Mengelola perangkat keras (hardware) b. Mengelola perangkat keras (hardware)
b. Mengelola perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang dan perangkat lunak (software) yang
dan perangkat lunak (software) yang menunjang penerapan sistem informasi menunjang penerapan sistem informasi
menunjang penerapan sistem informasi dan dan data terintegrasi di lingkungan IDI. dan data terintegrasi di lingkungan IDI.
data terintegrasi di lingkungan IDI. c. Melakukan koordinasi dengan seluruh c. Melakukan koordinasi dengan seluruh
c. Melakukan koordinasi dengan seluruh struktur IDI yang berwenang dalam struktur IDI yang berwenang dalam
struktur IDI yang berwenang dalam pengelolaan data dan informasi. pengelolaan data dan informasi.
pengelolaan data dan informasi. d. Menyajikan informasi yang akurat dan d. Menyajikan informasi yang akurat dan
d. Menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya yang ditujukan ke internal terpercaya yang ditujukan ke internal
terpercaya yang ditujukan ke internal maupun maupun eksternal organisasi. maupun eksternal organisasi.
237

eksternal organisasi.
(3)Tata Cara Pengelolaan (3)Tata Cara Pengelolaan
Pasal 36 Tata cara pengelolaan BADIN diatur lebih Tata cara pengelolaan BADIN diatur lebih
IKATAN DOKTER INDONESIA

Tata Cara Pengelolaan lanjut dalam Pedoman Tata laksana lanjut dalam Pedoman Tata laksana Organisasi
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia.
Tata cara pengelolaan BADIN diatur lebih
lanjut dalam Pedoman Tata laksana
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. Bab VII
Rapat-rapat
Bab VI Bab VII
Pasal 29 Rapat-rapat
Pengambilan Keputusan Organisasi Pasal 29
1) Di Tingkat Pusat, dalam rangka
Pasal 37 menjalankan tugasnya, Pengurus (1) Di Tingkat Pusat, dalam rangka
a. Di Tingkat Pusat, dalam rangka tingkat pusat melakukan pengambilan menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat
menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat pusat keputusan melalui mekanisme pusat melakukan pengambilan keputusan
melakukan pengambilan keputusan melalui pengambilan keputusan dengan melalui mekanisme pengambilan
mekanisme pengambilan keputusan dengan menyelenggarakan : keputusan dengan menyelenggarakan :
menyelenggarakan : 1. Muktamar a. Muktamar
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
1. Rapat Kerja Nasional. 2. Rapat Kerja Nasional. b. Rapat Kerja Nasional.
2. Rapat Pleno 3. Rapat Kerja PB IDI c. Rapat Kerja PB IDI
b. Di Tingkat Wilayah, dalam rangka 4. Rapat Pleno PB IDI d. Rapat Pleno PB IDI
menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat 5. Rapat Pleno Majelis e. Rapat Pleno Majelis
wilayah melakukan pengambilan keputusan 2) Di Tingkat Wilayah, dalam rangka
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

melalui mekanisme pengambilan keputusan menjalankan tugasnya, Pengurus (2) Di Tingkat Wilayah, dalam rangka
dengan menyelenggarakan: tingkat wilayah melakukan menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat
1. Rapat Kerja Pengurus Wilayah pengambilan keputusan melalui wilayah melakukan pengambilan
2. Rapat Pleno mekanisme pengambilan keputusan keputusan melalui mekanisme
c. Di Tingkat Cabang, dalam rangka dengan menyelenggarakan : pengambilan keputusan dengan
menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat 1. Muswil menyelenggarakan :
cabang melakukan pengambilan keputusan 2. Rapat Kerja Pengurus Wilayah a. Muswil
melalui mekanisme pengambilan keputusan 3. Rapat Pleno IDI Wilayah b. Rapat Kerja Pengurus Wilayah
dengan menyelenggarakan: 4. Rapat Pleno Majelis c. Rapat Pleno IDI Wilayah
1. Rapat Kerja pengurus cabang 3) Di Tingkat Cabang, dalam rangka d. Rapat Pleno Majelis
2. Rapat pleno menjalankan tugasnya, Pengurus
tingkat cabang melakukan pengambilan (3) Di Tingkat Cabang, dalam rangka
238

keputusan melalui mekanisme menjalankan tugasnya, Pengurus tingkat


pengambilan keputusan dengan cabang melakukan pengambilan keputusan
menyelenggarakan: melalui mekanisme pengambilan
IKATAN DOKTER INDONESIA

1. Muscab keputusan dengan menyelenggarakan:


2. Rapat Kerja pengurus cabang a. Muscab
3. Rapat pleno IDI Cabang b. Rapat Kerja pengurus cabang
4) Pengurus IDI sesuai tingkatan dapat c. Rapat pleno IDI Cabang
melakukan rapat koordinasi yang di
ikuti oleh pengurus IDI satu tingkat (4) Pengurus IDI sesuai tingkatan dapat
dibawahnya melakukan rapat koordinasi yang di ikuti
oleh pengurus IDI satu tingkat
dibawahnya
Pasal 30
Pasal 38 Rapat Kerja Pasal 30
Rapat Kerja (1) Status Rapat Kerja
Status a. Rapat Kerja merupakan mekanisme (1) Status
a. Rapat Kerja merupakan mekanisme pengambilan keputusan yang berfungsi a. Rapat Kerja merupakan mekanisme
pengambilan keputusan yang berfungsi menjabarkan program kerja pengurus pengambilan keputusan yang berfungsi
menjabarkan program kerja pengurus Ikatan Ikatan Dokter Indonesia sesuai menjabarkan program kerja pengurus
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Dokter Indonesia sesuai tingkatannya untuk tingkatannya untuk menjalankan Ikatan Dokter Indonesia sesuai
menjalankan amanat muktamar, Musyawarah amanat muktamar, Musyawarah tingkatannya untuk menjalankan
Wilayah, dan Musyawarah Cabang. Wilayah, dan Musyawarah Cabang. amanat muktamar, Musyawarah
b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan Wilayah, dan Musyawarah Cabang.
Dokter Indonesia disebut Rapat Kerja Dokter Indonesia disebut Rapat Kerja b. Rapat Kerja Pengurus Besar Ikatan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

Pengurus Besar, Rapat Kerja Pengurus PB IDI, Rapat Kerja Pengurus Wilayah Dokter Indonesia disebut Rapat Kerja
Wilayah disebut Rapat Kerja Wilayah, dan disebut Rapat Kerja Wilayah, dan PB IDI, Rapat Kerja Pengurus Wilayah
Rapat Kerja Pengurus Cabang disebut Rapat Rapat Kerja Pengurus Cabang disebut disebut Rapat Kerja Wilayah, dan
Kerja Cabang. Rapat Kerja Cabang. Rapat Kerja Pengurus Cabang disebut
c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam Rapat Kerja Cabang.
masa kepengurusan dan dilaksanakan masa kepengurusan dan dilaksanakan c. Rapat Kerja diadakan satu kali dalam
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) masa kepengurusan dan dilaksanakan
setelah pengurus dilantik. hari setelah pengurus dilantik. selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah pengurus dilantik.
Pasal 39 (2)Peserta Rapat Kerja
Peserta Rapat Kerja a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh (2) Peserta Rapat Kerja
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh
239

a. Peserta Rapat Kerja adalah seluruh Majelis-Majelis, sesuai tingkatan. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia termasuk b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Majelis-Majelis, sesuai tingkatan.
Pengurus Majelis-Majelis, sesuai tingkatannya. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua
IKATAN DOKTER INDONESIA

b. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua sesuai tingkatan. Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia sesuai sesuai tingkatan.
tingkatannya. (3)Tugas dan Wewenang
a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki (3) Tugas dan Wewenang
Pasal 40 tugas dan wewenang menjabarkan a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki
Tugas dan Wewenang program kerja nasional Pengurus Besar tugas dan wewenang menjabarkan
dari hasil Muktamar. program kerja nasional Pengurus Besar
a. Rapat Kerja Pengurus Besar memiliki tugas b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas dari hasil Muktamar.
dan wewenang menjabarkan program kerja dan wewenang menjabarkan program b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas
nasional Pengurus Besar dari hasil Muktamar. kerja Pengurus Wilayah dari hasil dan wewenang menjabarkan program
b. Rapat Kerja Wilayah memiliki tugas dan Musyawarah Wilayah. kerja Pengurus Wilayah dari hasil
wewenang menjabarkan program kerja c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas dan Musyawarah Wilayah.
Pengurus Wilayah dari hasil Musyawarah wewenang menjabarkan program kerja c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas
Wilayah. Pengurus Cabang dari hasil dan wewenang menjabarkan program
c. Rapat Kerja Cabang memiliki tugas Musyawarah Cabang. kerja Pengurus Cabang dari hasil
dan wewenang menjabarkan program kerja Musyawarah Cabang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pengurus Cabang dari hasil Musyawarah
Cabang.
Pasal 31 Pasal 31
Pasal 41 Rapat Pleno Rapat Pleno
Rapat Pleno
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(1)Status (1) Status


Status a. Rapat Pleno merupakan mekanisme a. Rapat Pleno merupakan mekanisme
a. Rapat Pleno merupakan mekanisme pengambilan keputusan yang berfungsi pengambilan keputusan yang berfungsi
pengambilan keputusan yang berfungsi menentukan langkah-langkah konkrit menentukan langkah-langkah konkrit
menentukan langkah-langkah konkrit program program pengurus Ikatan Dokter program pengurus Ikatan Dokter
pengurus Ikatan Dokter Indonesia untuk Indonesia untuk menjalankan program Indonesia untuk menjalankan program
menjalankan program kerja Ikatan Dokter kerja Ikatan Dokter Indonesia sesuai kerja Ikatan Dokter Indonesia sesuai
Indonesia sesuai tingkat kepemimpinan. tingkatan. tingkatan.
b. Rapat Pleno diadakan sekurang- b. Rapat Pleno diadakan sekurang- b. Rapat Pleno diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali tiap bulan. kurangnya 1(satu) kali dalam 3 bulan kurangnya 1(satu) kali dalam 3 bulan
atau sesuai kebutuhan. atau sesuai kebutuhan.
Pasal 42
240

Peserta Rapat Pleno (2)Peserta Rapat Pleno (2) Peserta Rapat Pleno
a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh
a. Peserta Rapat Pleno terdiri dari seluruh Pengurus Ikatan Dokter Pengurus Ikatan Dokter Indonesia,
IKATAN DOKTER INDONESIA

seluruh Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Indonesia, Majelis-Majelis, sesuai Majelis-Majelis, sesuai tingkatan.
termasuk Pengurus Majelis-Majelis, sesuai tingkatan. b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua
tingkat kepemimpinannya. b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia,
b. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia, sesuai tingkatan.
Pengurus Ikatan Dokter Indonesia, sesuai sesuai tingkatan.
tingkatannya. (3) Tugas dan Wewenang
(3)Tugas dan Wewenang Rapat Pleno memiliki tugas dan wewenang
Pasal 43 Rapat Pleno memiliki tugas dan menentukan langkah-langkah konkrit program
Tugas dan Wewenang wewenang menentukan langkah- dan mengevaluasi langkah-langkah konkrit
langkah konkrit program dan program pengurus Ikatan Dokter Indonesia
a. Rapat Pleno memiliki tugas dan mengevaluasi langkah-langkah konkrit yang sedang dan/atau telah dilaksanakan.
wewenang menentukan langkah-langkah program pengurus Ikatan Dokter
konkrit program pengurus Ikatan Dokter Indonesia yang sedang dan/atau telah
Indonesia yang akan dilaksanakan. dilaksanakan.
b. Rapat Pleno memiliki tugas dan
wewenang mengevaluasi langkah-langkah
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
konkrit program pengurus Ikatan Dokter
Indonesia yang sedang dan atau telah
dilaksanakan. BAB VIII BAB VIII
ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI ATRIBUT IDI, LOGO IDI, PATAKA IDI ,
BAB VII , HYMNE, DAN MARS HYMNE, DAN MARS
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

ATRIBUT, LOGO, HYMNE, DAN MARS Pasal 32 Pasal 32


Pasal 44
1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka IDI 1) Atribut IDI berupa logo IDI, pataka
1) Atribut IDI berupa lambang, bendera, , seragam, kartu anggota dan identitas IDI , seragam, kartu anggota dan
seragam, kartu anggota dan simbol-simbol IDI lainnya. harus mencantumkan logo IDI. identitas lainnya. harus mencantumkan
lainnya harus mencantumkan logo IDI. 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran logo IDI.
2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran merah diatas dasar putih, di tengah 2) Logo IDI terdiri dari dua lingkaran
merah diatas dasar putih, di tengah terdapat terdapat tulisan IDI, sebuah tongkat merah diatas dasar putih, di tengah
tulisan IDI, sebuah tongkat dengan ular dengan ular melingkar yang kepalanya terdapat tulisan IDI, sebuah tongkat
melingkar yang kepalanya menghadap ke kiri menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi dengan ular melingkar yang kepalanya
jika dilihat dari sisi pengamat. Tulisan IDI, pengamat. Tulisan IDI, tongkat dan ular menghadap ke kiri jika dilihat dari sisi
tongkat dan ular berwarna hitam. berwarna hitam. pengamat. Tulisan IDI, tongkat dan
241

3) Semua institusi, lembaga dan 3) Pataka IDI adalah bendera dengan ular berwarna hitam.
kepanitiaan yang berada di lingkungan IDI warna dasar hijau dengan tulisan 3) Pataka IDI adalah bendera dengan
wajib menggunakan atribut, logo, hymne dan sarjana husada dharma nirmala, warna dasar hijau dengan tulisan
IKATAN DOKTER INDONESIA

MARS IDI dalam setiap kegiatannya. terdapat tongkat yang dilingkari ular sarjana husada dharma nirmala,
4) Ukuran atribut IDI berupa lambang, menghadap ke bawah dengan terdapat terdapat tongkat yang dilingkari ular
bendera, pataka, vandal, seragam, kartu sayap mengepak di bawahnya tertulis menghadap ke bawah dengan terdapat
anggota dan simbol-simbol IDI lainnya serta Ikatan dokter indonesia dalam pita sayap mengepak di bawahnya tertulis
cara penggunaannya diatur dalam pedoman hitam dengan garis kuning Ikatan dokter indonesia dalam pita
tata laksana organisasi. 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang hitam dengan garis kuning
5) Semua atribut IDI berupa lambang, diciptakan oleh ibu Tuti Nizar. 4) Hymne IDI adalah lagu pujaan yang
bendera, seragam, kartu anggota dan simbol- 5) Mars IDI adalah lagu yang memberikan diciptakan oleh ibu Tuti Nizar.
simbol IDI lainnya yang dipakai dalam semangat yang di tetapkan dalam 5) Mars IDI adalah lagu yang
kegiatan kepanitiaan maupun kegiatan lain muktamar XXIX di medan yang memberikan semangat yang di
harus mencerminkan identitas IDI. diciptakan oleh dr. Nazardi Oyong, Sp. tetapkan dalam muktamar XXIX di
6) Ketentuan selanjutnya mengenai logo, A Atas usulan IDI Wilayah Riau medan yang diciptakan oleh dr.
lambang, bendera, seragam, kartu anggota dan 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Nazardi Oyong, Sp. A Atas usulan IDI
simbol-simbol IDI lainnya akan diatur dalam atribut, logo, pataka, hymne dan mars Wilayah Riau
pedoman tata laksana organisasi. diatur dalam pedoman tata laksana 6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
7) Ketentuan selanjutnya mengenai organisasi. atribut, logo, pataka, hymne dan mars
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
hymne dan MARS IDI akan diatur dalam diatur dalam pedoman tata laksana
pedoman tata laksana organisasi. organisasi. Note: pengelolaan kekayaan
BAB IX wajib di sosisalisasikan dalam
BAB VIII KEUANGAN DAN KEKAYAAN BAB IX rakernas dan muktamar
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI KEUANGAN DAN KEKAYAAN
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

ORGANISASI Pasal 33 ORGANISASI


Pasal 45 Pasal 33
(1) Keuangan
(1) Keuangan a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan (1) Keuangan
a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan sistem keuangan yang desentralisasi. a. Ikatan Dokter Indonesia menjalankan Rapat selanjutnya :
sistem keuangan yang desentralisasi. b. Kegiatan-kegiatan yang dapat sistem keuangan yang desentralisasi. Jumat 27 nopember 2020
b. Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan antara lain adalah b. Kegiatan-kegiatan yang dapat Jam :19.00 wib
didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan kegiatan dalam rangka penarikan didesentralisasikan antara lain adalah
dalam rangka penarikan iuran anggota. iuran anggota. kegiatan dalam rangka penarikan Pembahasan berikutnya BAB
c. Diperoleh dari iuran anggota, c. Diperoleh dari iuran anggota, iuran anggota. IX administrasi menjadi pasal
sumbangan yang sah dan tidak mengikat dan sumbangan yang sah dan tidak c. Diperoleh dari iuran anggota, 33
usaha – usaha lain yang sah. mengikat dan usaha – usaha lain yang sumbangan yang sah dan tidak
242

d. Pengurus Cabang diwajibkan sah. mengikat dan usaha – usaha lain yang
menyerahkan 5 (lima) % kepada Pengurus d. Besaran iuran anggota sebesar Rp. sah.
Besar dan 10 (sepuluh) % kepada Pengurus 30.000/ bulan ditetapkan oleh PB IDI, d. Besaran iuran anggota sebesar Rp.
IKATAN DOKTER INDONESIA

Wilayah dari uang iuran yang diterimanya. namun IDI Cabang dapat menetapkan 30.000/ bulan ditetapkan oleh PB IDI,
e. Besaran iuran anggota ditetapkan oleh iuran tambahan berdasarkan keputusan namun IDI Cabang dapat menetapkan
PB IDI, namun IDI Cabang dapat menetapkan musyawarah cabang. iuran tambahan berdasarkan keputusan
iuran tambahan berdasarkan keputusan e. Pengurus Cabang diwajibkan musyawarah cabang.
musyawarah cabang. menyerahkan 5 (lima) % kepada e. Pengurus Cabang diwajibkan
f. Keuangan yang dimiliki organisasi Pengurus Besar dan 10 (sepuluh) % menyerahkan 5 (lima) % kepada
tersebut, dimanfaatkan serta dipergunakan kepada Pengurus Wilayah dari uang Pengurus Besar dan 10 (sepuluh) %
untuk kepentingan kegiatan organisasi iuran yang diterimanya. kepada Pengurus Wilayah dari uang
(2) Kekayaan f. Keuangan yang dimiliki organisasi iuran yang diterimanya.
a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia tersebut, dimanfaatkan serta f. Keuangan yang dimiliki organisasi
adalah aset dan harta milik organisasi. dipergunakan untuk kepentingan tersebut, dimanfaatkan serta
b. Harta milik organisasi adalah harta kegiatan organisasi dipergunakan untuk kepentingan
yang dimiliki Ikatan Dokter Indonesia baik (2) Kekayaan kegiatan organisasi
yang bergerak maupun tidak bergerak di a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia (2) Kekayaan
semua tingkatan adalah aset dan harta milik a. Kekayaan Ikatan Dokter Indonesia
c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi. adalah aset dan harta milik organisasi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
organisasi menjadi tanggung jawab Pengurus b. Harta milik organisasi adalah harta b. Harta milik organisasi adalah harta
Ikatan Dokter Indonesia sesuai tingkatan. yang dimiliki Ikatan Dokter yang dimiliki Ikatan Dokter Indonesia
d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan Indonesia baik yang bergerak baik yang bergerak maupun tidak
organisasi sebagaimana tersebut diatas, atas maupun tidak bergerak di semua bergerak di semua tingkatan
nama badan hukum Ikatan Dokter Indonesia. tingkatan c. Pengelolaan keuangan dan kekayaan
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

(3) Ketentuan selanjutnya mengenai besaran c. Pengelolaan keuangan dan organisasi menjadi tanggung jawab
iuran keuangan dan kekayaan organisasi diatur kekayaan organisasi menjadi Pengurus Ikatan Dokter Indonesia
dalam pedoman tata laksana organisasi. tanggung jawab Pengurus Ikatan sesuai tingkatan.
Dokter Indonesia sesuai tingkatan. d. Kepemilikan keuangan dan kekayaan
d. Kepemilikan keuangan dan organisasi sebagaimana tersebut diatas,
kekayaan organisasi sebagaimana atas nama badan hukum Ikatan Dokter
tersebut diatas, atas nama badan Indonesia.
hukum Ikatan Dokter Indonesia. (3) Ketentuan selanjutnya mengenai besaran
(3) Ketentuan selanjutnya mengenai iuran keuangan dan kekayaan organisasi
besaran iuran keuangan dan kekayaan diatur dalam pedoman tata laksana
organisasi diatur dalam pedoman tata organisasi.
laksana organisasi. PASAL 35 ayat 3
243

BAB X Disesuaikan dengan AD


BAB X ADMINISTRASI
BAB IX ADMINISTRASI Pasal 34
IKATAN DOKTER INDONESIA

ADMINISTRASI Pasal 34
Pasal 46 1) Ikatan Dokter Indonesia menjalankan
Tidak ada perubahan sistem administrasi dan penyelenggaraan
1) Ikatan Dokter Indonesia menjalankan kegiatan operasional organisasi yang
sistem administrasi dan penyelenggaraan bersifat desentralisasi
kegiatan operasional organisasi yang bersifat 2) Kegiatan-kegiatan operasional yang
desentralisasi didesentralisasikan oleh Pengurus Besar
2) Kegiatan-kegiatan operasional yang Ikatan Dokter Indonesia pada pengurus
didesentralisasikan oleh Pengurus Besar Ikatan Wilayah Ikatan Dokter Indonesia,
Dokter Indonesia pada pengurus Wilayah ditetapkan bersama oleh Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia, ditetapkan bersama Ikatan Dokter Indonesia dan Pengurus Pasal 36 ayat 1 dan 2 ada
oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Ikatan Dokter Indonesia yang perubahan
dan Pengurus Wilayah Ikatan Dokter bersangkutan Disamakan dengan AD
Indonesia yang bersangkutan 3) Kegiatan-kegiatan yang dapat
3) Kegiatan-kegiatan yang dapat didesentralisasikan antara lain adalah
didesentralisasikan antara lain adalah kegiatan kegiatan dalam rangka pencatatan dan
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
dalam rangka pencatatan dan pelaporan pelaporan keanggotaan
keanggotaan 4) Surat keputusan tentang pengesahan
4) Surat keputusan tentang pengesahan pengurus cabang ditetapkan Pengurus
pengurus cabang ditetapkan Pengurus Besar Besar Ikatan Dokter Indonesia dan
Ikatan Dokter Indonesia dan tembusan ke tembusan ke pengurus wilayah
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

pengurus wilayah 5) Sistem administrasi menggunakan sistem


5) Sistem administrasi menggunakan informasi elektronik ditetapkan oleh
sistem informasi elektronik ditetapkan oleh Pengurus Besar IDI dan diatur dalam
Pengurus Besar IDI dan diatur dalam pedoman pedoman tata laksana organisasi.
tata laksana organisasi.
BAB XI BAB XI
BAB X PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA TANGGA
TANGGA Pasal 35 Pasal 35
Pasal 47
1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga 1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga
1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh muktamar hanya dapat dilakukan oleh muktamar
244

hanya dapat dilakukan oleh muktamar atau dan/atau muktamar luar biasa dan/atau muktamar luar biasa
muktamar luar biasa. 2) Usulan perubahan oleh muktamar 2) Usulan perubahan oleh muktamar
2) Rencana perubahan tersebut diajukan diajukan melalui forum rakernas. diajukan melalui forum rakernas.
IKATAN DOKTER INDONESIA

oleh Pengurus Besar atau Pengurus Cabang. 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar 3) Usulan Perubahan oleh muktamar luar
3) Rencana perubahan telah disampaikan biasa dapat dilakukan atas usulan biasa dapat dilakukan atas usulan cabang
kepada Pengurus Besar selambat-lambatnya cabang yang meminta muktamar luar yang meminta dan/atau cabang yang
tiga bulan sebelum muktamar atau muktamar biasa atau oleh usulan cabang yang memberi dukungan.
luar biasa dan tembusannya disampaikan memberi dukungan. 4) Rencana perubahan telah disampaikan
kepada semua unsur dan badan kelengkapan 4) Rencana perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Besar selambat-
Ikatan Dokter Indonesia lainnya. kepada Pengurus Besar selambat- lambatnya tiga bulan sebelum muktamar
lambatnya tiga bulan sebelum atau muktamar luar biasa dan
muktamar atau muktamar luar biasa tembusannya disampaikan kepada semua
dan tembusannya disampaikan kepada unsur dan badan kelengkapan Ikatan
semua unsur dan badan kelengkapan Dokter Indonesia lainnya.
Ikatan Dokter Indonesia lainnya.

BAB XII BAB XII


BAB XI PEMBUBARAN ORGANISASI PEMBUBARAN ORGANISASI
PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 36 Pasal 36
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
Pasal 48
1) Pembubaran organisasi hanya dapat 1) Pembubaran organisasi hanya dapat
1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh muktamar yang dilakukan oleh muktamar yang diadakan
dilakukan oleh muktamar yang diadakan diadakan khusus untuk itu, atas usulan khusus untuk itu, atas usulan lebih dari
khusus untuk itu. lebih dari lima puluh persen jumlah lima puluh persen jumlah cabang.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

2) Keputusan pembubaran organisasi atas cabang. 2) Keputusan pembubaran organisasi atas


usulan dari sekurang–kurangnya dua pertiga 2) Keputusan pembubaran organisasi atas persetujuan dari sekurang–kurangnya dua
jumlah cabang. usulan dari sekurang–kurangnya dua pertiga jumlah cabang.
3) Sesudah pembubaran, maka segala hak pertiga jumlah cabang. 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak
milik Ikatan Dokter Indonesia diserahkan 3) Sesudah pembubaran, maka segala hak milik Ikatan Dokter Indonesia diserahkan
kepada badan-badan sosial atau perkumpulan milik Ikatan Dokter Indonesia kepada badan-badan sosial atau
yang ditetapkan oleh muktamar. diserahkan kepada badan-badan sosial perkumpulan yang ditetapkan oleh
4) Tata cara pelaksanaan muktamar atau perkumpulan yang ditetapkan oleh muktamar.
khusus akan diatur dalam Kompendium muktamar. 4) Tata cara pelaksanaan muktamar khusus
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia. 4) Tata cara pelaksanaan muktamar akan diatur dalam tatalaksana Organisasi
khusus akan diatur dalam tatalaksana Ikatan Dokter Indonesia.
Organisasi Ikatan Dokter Indonesia.
245

BAB XIII BAB XIII


BAB XII ATURAN TAMBAHAN ATURAN TAMBAHAN
IKATAN DOKTER INDONESIA

ATURAN TAMBAHAN Pasal 37 Pasal 37


Pasal 49 Pasal 37 ayat 4 ada perubahan
1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia 1) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia Disamakan dengan AD
1) Setiap anggota Ikatan Dokter dianggap telah mengetahui Anggaran dianggap telah mengetahui Anggaran
Indonesia dianggap telah mengetahui Rumah Tangga Ikatan Dokter Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Indonesia. 2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia
Ikatan Dokter Indonesia. 2) Setiap anggota Ikatan Dokter Indonesia harus mentaati Anggaran Rumah Tangga
2) Setiap anggota Ikatan Dokter harus mentaati Anggaran Rumah ini dan bagi yang melanggarnya akan
Indonesia harus mentaati Anggaran Dasar dan Tangga ini dan bagi yang dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur
Anggaran Rumah Tangga ini dan bagi yang melanggarnya akan dikenakan sanksi dalam Pedoman Tatalaksana Organisasi
melanggarnya akan dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam Ikatan Dokter Indonesia.
sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Pedoman Tatalaksana Organisasi Ikatan 3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran
Tatalaksana Organisasi Ikatan Dokter Dokter Indonesia. Anggaran Rumah Tangga, maka
Indonesia. 3) Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran penafsiran tersebut diserahkan ke
3) Dalam hal terjadi perbedaan Anggaran Rumah Tangga, maka Pengurus Besar.
penafsiran Anggaran Rumah Tangga, maka penafsiran tersebut diserahkan ke 4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
penafsiran tersebut diserahkan ke Pengurus Pengurus Besar. rumah tangga ini dimuat dalam pedoman
Besar. 4) Hal-hal yang belum diatur dalam tata laksana organisasi dan peraturan
4) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini dimuat lainya, dan tidak bertentangan dengan
anggaran rumah tangga ini dimuat dalam dalam pedoman tata laksana organisasi Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter
peraturan tersendiri, dan tidak bertentangan dan peraturan lainya, dan tidak Indonesia.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah bertentangan dengan Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Dokter Indonesia. Tangga Ikatan Dokter Indonesia.

Pasal 38 Pasal 38
Pasal 50
1. Anggaran Rumah Tangga 1) Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan
Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan dan Perhimpunan dan Keseminatan harus dan Keseminatan harus menyesuaikan
Keseminatan harus menyesuaikan dengan menyesuaikan dengan Anggaran dengan Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Rumah Tangga Ikatan Dokter Dokter Indonesia
Indonesia Indonesia 2) Bagi perhimpunan yang belum
2. Bagi perhimpunan yang belum menyesuaikan Anggaran Rumah Tangga
menyesuaikan Anggaran Rumah diberikan waktu penyesuaian paling
246

Tangga diberikan waktu penyesuaian lambat sampai kongres perhimpunan yang


paling lambat sampai kongres bersangkutan berikutnya.
perhimpunan yang bersangkutan
IKATAN DOKTER INDONESIA

berikutnya.

BAB XIV BAB XIV


BAB XIII ATURAN PERALIHAN ATURAN PERALIHAN
ATURAN PERALIHAN Pasal 39 Pasal 39
Pasal 51 Pasal 39
1) pembahasan Anggaran Dasar dan 1) pembahasan Anggaran Dasar dan Ada perubahan di ayat 2, 3, 4,
1) Apabila pembahasan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga dalam sidang Anggaran Rumah Tangga dalam sidang dan 5
dan Anggaran Rumah Tangga dalam sidang pleno muktamar tidak dapat pleno muktamar tidak dapat terselesaikan,
pleno muktamar tidak dapat terselesaikan, terselesaikan, maka bagian-bagian yang maka bagian-bagian yang telah disepakati
maka bagian-bagian yang telah disepakati telah disepakati dinyatakan berlaku dinyatakan berlaku
dinyatakan berlaku sejak ditetapkan. 2) ketua umum yang dikukuhkan pada 2) ketua umum yang dikukuhkan pada
2) Panitia pengarah yang mendampingi muktamar XXXI tahun 2021 muktamar XXXI tahun 2021 membentuk
pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran membentuk tim singkronisasi yang tim singkronisasi yang terdiri dari Panitia
Rumah Tangga diberikan wewenang untuk terdiri dari Panitia pengarah dan pengarah dan presidium sidang komisi
menyelesaikan bagian-bagian yang belum presidium sidang komisi yang yang membahas Anggaran dasar/ anggaran
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
terselesaikan dalam waktu paling lama 14 ( membahas Anggaran dasar/ anggaran rumah tangga beserta presidium sidang
empat belas ) hari setelah muktamar. rumah tangga beserta presidium sidang pleno muktamar
3) Bagi perhimpunan yang belum pleno muktamar 3) presidium sidang komisi yang membahas
menyesuaikan Anggaran Dasar dan Anggaran 3) presidium sidang komisi yang Anggaran dasar/ anggaran rumah tangga
Rumah Tangga diberikan waktu penyesuaian membahas Anggaran dasar/ anggaran beserta presidium sidang pleno muktamar RAPAT TERAKHIR
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020

paling lambat sampai kongres perhimpunan rumah tangga beserta presidium sidang diberikan wewenang untuk menyesuaikan SINKRONISASI TANGGAL
yang bersangkutan berikutnya. pleno muktamar diberikan wewenang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran 01 Desember 2020
untuk menyesuaikan perubahan Rumah Tangga hasil muktamar ke XXXI Pukul 19.00 wib
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tahun 2021 paling lama 14 ( empat belas )
Tangga hasil muktamar ke XXXI tahun hari setelah muktamar.
2021 paling lama 14 ( empat belas ) hari 4) Selama tim sinkronisasi belum
setelah muktamar. menyelesaikan tugas point 3 diatas maka
4) Selama tim sinkronisasi belum ketua umum dapat menjalankan Rapat sinkronisasi
menyelesaikan tugas point 3 diatas maka kewenangan besarkan keputusan kamis 03 desember 2020
ketua umum dapat menjalankan muktamar XXXI tahun 2021 13.30 s/d selesai
kewenangan besarkan keputusan 5) Pada muktamar XXXII tahun 2024 tidak
muktamar XXXI tahun 2021 ada pemilihan ketua umum, ketua terpilih
247

5) Pada muktamar XXXII tahun 2024 tidak muktamar XXXI tahun 2021 dikukuhkan
ada pemilihan ketua umum, ketua menjadi ketua umum PB IDI dan pada
terpilih muktamar XXXI tahun 2021 muktamar XXXIII tahun 2027 dilakukan
IKATAN DOKTER INDONESIA

dikukuhkan menjadi ketua umum PB Pemilihan ketua Umum PB IDI.


IDI dan pada muktamar XXXIII tahun
2027 dilakukan Pemilihan ketua Umum
PB IDI.

BAB XV BAB XV
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 Pasal 40
Pasal 52
1) Dengan disyahkannya Anggaran Rumah 1) Dengan disyahkannya Anggaran
1) Dengan disyahkannya Anggaran Tangga ini, maka Anggaran Rumah Rumah Tangga ini, maka Anggaran
Rumah Tangga ini, maka Anggaran Rumah Tangga sebelumnya dinyatakan tidak Rumah Tangga sebelumnya
Tangga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku. berlaku. dinyatakan tidak berlaku.
2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan 2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan 2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan
dalam Sidang Pleno Muktamar di Samarinda dalam Sidang Pleno Muktamar, dalam Sidang Pleno Muktamar,
Pada Tanggal 27 Oktober 2018 dan dicatatkan ditetapkan berlaku sejak ditetapkan ditetapkan oleh ketua umum PB IDI,
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi A : Anggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga IDI
pada Notaris, didaftarkan ke Kementerian oleh ketua umum PB IDI, dicatatkan dicatatkan pada Notaris dan
Hukum dan HAM, dan berlaku sejak tanggal pada Notaris dan didaftarkan ke didaftarkan ke Kementerian Hukum
ditetapkan oleh Ketua Umum PB IDI. Kementerian Hukum dan HAM. dan HAM.
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020
248
IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

ii. Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

DOC. 02/RAKERNAS II/12/2020

MATERI SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

KOMISI B
Pendidikan Dokter & CPD

18 – 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 249 IKATAN DOKTER INDONESIA


1|P age
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Hasil Diskusi 38 orang Anggota Komisi B dalam 12 x pertemuan

Position Paper
Komisi B Bidang Pendidikan
Bahan Rakernas PB IDI
18-20 Desember 2020

2|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 250 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Basic Medical Education


1
Permasalahan retaker UKMPPD

1. Sampai saat ini, permasalahan jumlah retaker yang masih banyak


(sekitar hampir 2400 orang) masih menjadi masalah dalam
UKMPPD. Peserta sudah mengikuti bimbingan khusus sebelum
mengikuti UKMPPD, namun masih banyak juga yang belum lulus.

2. Mahasiswa yang belum lulus UKMPPD, harus mempertahankan


status kemahasiswaannya, kalau tidak akan terhapus dari PD
DIKTI. Untuk itu, mereka harus tetap membayar SPP, walaupun
sudah menyelesaikan semua persyaratan penyelesaian pendidikan
dari FK nya.

3. Sebagian besar retaker sudah berhasil lulus dari komponen ujian


OSCE (tingkat kelulusan lebih dari 90%). Akan tetapi, masih belum
berhasil lulus ujian CBT. Sebagian retaker telah melakukan praktik
di klinik-klinik swasta atas nama seniornya, karena telah memiliki
kemampuan klinis yang dianggap cukup.

4. Pelaksanaan UKMPPD menimbulkan ekses negatif, yaitu


menjamurnya bimbingan tes UKMPPD dan pelaksanaan
kurikulum Pendidikan yang lebih mengutamakan pada materi-
materi yang akan diujikan pada UKMPPD

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. UKMPPD sebagai satu-satunya exit exam (penentu tunggal


kelulusan) adalah kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip pendidikan serta penyelenggaraan pendidikan. Tidak
sesuai dengan peraturan perundangan yang ada. Karena itu,
perlu upaya meluruskan UKMPPD seperti pada Amar
Keputusan MK No.X/2017 bahwa UKMPPD sebagai bagian dari
proses Pendidikan diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran
masing-masing. Sedangkan untuk syarat praktik, perlu
dilakukan ujian praktik.

2. Diperkirakan tahun 2021 isu retaker berubah karena Dirjen


Dikti akan menyelenggarakan uji tahap. Untuk itu, IDI
mendorong agar exit exam (bila terpaksa tetap dilaksanakan)
3|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 251 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

berupa OSCE, uji tahap I dan II lainnya berfungsi sebagai


asesmen formatif.

3. Untuk menyelesaikan retaker yang ada saat ini (sekitar 2400


orang) dikembalikan ke Fakultas Kedokteran masing-masing, di
samping itu untuk ujian ulang CBT dilakukan model penilaian
berdasarkan sistem organ yang belum lulus. (misalnya dilihat
masalah yang nilainya tidak lulus per sistem organ).

4. Usulan kepada institusi pendidikan agar tetap bertanggung


jawab kepada retakernya. Usulan untuk keringanan
pembiayaan bagi mahasiswa yang hanya mengikuti ujian
UKMPPD

2 Perbedaan kualitas fakultas kedokteran (termasuk lulusannya)


karena belum ada revisi standar pendidikan dan belum ada sistem
monitoring dan pengawasan fakultas kedokteran

1. Penyelenggaraan pendidikan kedokteran masih menunjukkan


adanya perbedaan kualitas lulusan dari setiap institusi
penyelenggara Pendidikan kedokteran. Hal ini dikarenakan
belum adanya pengawasan dan monitoring berkelanjutan
terhadap penyelenggaraan pendidikan kedokteran, selain
akreditasi setiap 5 tahun.

Rekomendasi tindak lanjut:

1. Mendukung upaya terstruktur, sistematis, dan membuka


peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi dokter
yang penyelenggaraan pendidikannya terangkum dalam Standar
Pendidikan & Standar Kompetensi dengan kemampuan
melakukan layanan kesehatan tingkat primer serta mengacu
pada standar global pendidikan kedokteran sehingga dapat
memenuhi kebutuhan nasional dan dapat bersaing secara
global.

2. Mendorong disahkannya draf Revisi Standar Kompetensi


Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter yang disusun
Bersama oleh AIPKI, KDI dan para stakeholder dan telah
diserahkan ke KKI pada bulan Agustus 2019.

3. Mendukung penggantian UU Dikdok yang mengacu pada


standar global Pendidikan.

4. Membantu FK untuk menjalankan standar yang ditetapkan.

3 Program internsip

4|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 252 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Penyelenggaraan program internsip di setiap wahana internsipi


berbeda-beda tergantung pada kebijakan tempat pelaksanaannya dan
pemerintah daerahnya. Saat ini, dokter internsip bekerja dengan
standar hidup yang belum layak.

Rekomendasi tindak lanjut:

1. IDI mendukung pembiayaan program internsip dilanjutkan


dari pemerintah.

2. IDI mengusulkan penyelenggaraan internsip dengan


insentif tambahan dan fasilitas internsip yang lebih
memadai

4
Jenjang Pendidikan dokter

Ada perbedaan antara Perkonsil No.12/2013 tentang Penerapan


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Untuk Pendidikan
Kedokteran yang menyatakan bahwa dokter adalah jenjang KKNI 8,
sedangkan di Permendikbud No.18/2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran, dokter adalah jenjang KKNI 7.
Begitu pula untuk Pendidikan spesialis-subspesialis.

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Agar ada kepastian hukum, perlu diperjelas di peraturan setingkat


UU, sehingga perlu untuk mengakselerasi RUU Pendidikan Kedokteran

2. Dengan adanya MEA, maka posisi Dokter Indonesia perlu


diperkuat bahwa Dokter adalah KKNI 8.
5
Adaptasi WNI lulusan FK luar negeri

Semakin banyak WNI yang melanjutkan pendidian dokter di negara


lain. Saat ini belum ada mekanisme penyetaraan FK dari negara lain
dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.

Di tingkat global, mekanisme yang dilakukan adalah dengan


melakukan WFME Recognition terhadap Lembaga akreditasi di negara
tersebut. Bila Lembaga akreditasinya telah diakui oleh WFME
(memperoleh WFME Recognition), maka FK yang diakreditasi oleh
lembaga akreditasi tersebut bisa dipercaya legalitas dan
kredibilitasnya.

Selain itu WFME dan FAIMER telah bekerja sama untuk menyusun
World Directory of Medical Schools

5|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 253 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Saat ini berlaku program adaptasi untuk WNI lulusan luar negeri.
Dokter lulusan FK luar negeri bisa memilih FK untuk mengikuti
program adaptasi. Akibatnya, ada FK yang telah penuh kapasitasnya,
ada FK yang tidak ada peserta program adaptasi.

Dokter lulusan FK LN memilih FK tertentu untuk mengikuti proses


adaptasi, sehingga FK tersebut penuh dibandingkan FK lain yang
membuka program adaptasi.

Rekomendasi tindak lanjut

1. DIKTI bekerja sama dengan IDI untuk membuat daftar FK


yang diakui oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan track
record PT dan berdasarkan World Directory of Medical School
2. Mengusulkan regulasi bagi penerimaan peserta adaptasi dokter
di institusi pendidikan, termasuk kewajiban bagi setiap dokter
lulusan FK LN, tujuan program adaptasi, standar
penyelenggaraan sesuai dengan standar Pendidikan profesi
dokter dan dokter spesialis
3. Program adaptasi yang dilaksanakan tidak terpantau apakah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan adaptasi atau hanya
sekedar memenuhi syarat untuk selesai program adaptasi

Advokasi untuk penulisan dokter

Di banyak negara, dokter ditulis dengan inisial Dr, sedangkan di


Indonesia dengan inisial dr

Rekomendasi tindak lanjut

Mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar


gelar dokter di Indonesia adalah Dr, sesuai dengan kelaziman
internasional. Hal ini untuk memperkuat posisi dokter Indonesia

Karir lulusan dokter

Dengan dihilangkannya kebijakan Wajib Kerja Sarjana (WKS) bagi


dokter, maka lulusan dokter memiliki kebebasan untuk memilih karir
dan tempat bekerja. Akibatnya, terjadi hukum pasar yaitu sebagian
besar dokter akan memilih bekerja di kota-kota besar, sehingga daerah
terpencil tidak terlayani dengan baik

Rekomendasi tindak lanjut

6|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 254 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Mengusulkan kepada Pemerintah agar dokter menjadi tenaga strategis

SKDI dan SPPDI 2019 yang belum disahkan

Draf SKDI dan SPPD telah diserahkan ke Konsil Kedokteran


Indonesia pada bulan Juli tahun 2019. Tetapi hingga saat ini belum
ada kejelasan terkait pengesahan. Hal ini terjadi karena di UU
No.20/2013 dan PP 52/2017, standar nasional pendidikan disahkan
oleh Menteri Pendidikan, sedangkan menurut UU No.29/2004, standar
kompetensi dan standar Pendidikan profesi dokter disahkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia

Perlu audiensi dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk


membahas ini

Postgraduate Medical Education (PGME)

Masalah distribusi dan pemetaan (“mapping”)


Dokter Spesialis & Subspesialis

Sampai saat ini distribusi dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu
dirasakan masih tidak merata (mal-distribusi) di seluruh tanah air.
Sebagian besar masih terpusat di beberapa kota besar sementara
berbagai kabupaten/kota terutama di Indonesia bagian tengah dan
timur masih sangat kekurangan dokter spesialis. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka diperlukan beberapa upaya nyata mulai dari
sistem penerimaan peserta didik dokter spesialisdan subspesialis
sampai penempatan mereka setelah selesai pendidikan:

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Untuk melihat maldistribusi ini secara nyata (riil) maka


diperlukan pemetaan (mapping) keberadaan dokter
spesialis/subspesialis secara nasional yang dapat dilakukan
oleh IDI Wilayah dan atau Cabang bekerjasama dengan
Perhimpunan Profesi terkait serta Dinkes setempat sehingga
dapat dirancang suatu usulan kepada pemerintah serta
beberapa alternatif upaya dan strategi untuk memperbaiki
keadaan tersebut.

2. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah memberikan


kuota bagi dokter peserta didik secara afirmasi untuk
mengikuti pendidikan spesialis kepada beberapa daerah
tertentu dengan tetap mengutamakan kualitas dan bakat.
Mengingat pendidikan kedokteran termasuk spesialis
7|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 255 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

merupakan autoritas institusi pendidikan kedokteran maka


diperlukan advokasi yang serius dan segera ke Kemendikbud
khususnya Dirjen Pendidikan Tinggi serta Asosiasi pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI)

3. Dengan sistem pendidikan spesialis berbasis universitas


(university based) yang sangat terbatas untuk menerima PPDS
(residen) sehingga terikat pada aturan rasio antara dosen dan
peserta didik. Upaya untuk meningkatkan jumlah
penerimaan PPDS maka diusulkan agar Program Studi (prodi)
memperbanyak RS jejaring pendidikan dengan mengangkat
tenaga pengajar yang ber-NIDK dan mengubah jumlah rasio
antara dosen dan peserta didik, misalnya : 1 berbanding 5-
10

4. Alternatif lain adalah FK/Universitas dapat melakukan


pengampuan terhadap beberapa Fakutas/ Universitas yang
potensial untuk mendirikan Prodi Spesialis tertentu sehingga
dengan sendirinya akan meningkatkan kapasitas penerimaan
PPDS

5. Mengutamakan menerima PPDS yang telah mempunyai ikatan


kerja dengan institusi/daerah asal sehingga bila telah selesai
pendidikan yang bersangkutan akan kembali ke tempat asalnya
tersebut.

6. Dibuat sistem formulasi/rumusan kebutuhan dengan


parameter yang berbasis kabupaten/kota, fasilitas dll yang
menjamin keamanan dan kenyamanan bekerja serta hidup
yang layak bagi seorang Dr Spesialis di daerah yang tidak
jauh berbeda dengan di kota besar, karena pada dasarnya
dokter spesialis adalah “manusia biasa”. Hal ini dilakukan juga
di beberapa negara maju seperti Australia dan USA

7. Kegagalan dalam beberapa kasus tugas belajar (tubel) selama ini


harus dijadikan pelajaran berharga ke depan agar penempatan
bertugas ke tempat pengabdiannya menjadi tanggung jawab dari
pihak yang memberikan beasiswa tubel .

Kebutuhan Dokter Spesialis dan Subspesialis


secara Nasional

Angka pasti jumlah kebutuhan dokter spesialis maupun subspesialis


secara nasional belum pernah ada. Kemenkes pun tidak mempunyai
angka yang akurat tentang jumlah kebutuhan riil dokter spesialis.
Akibatnya tidak ada perhitungan yang seimbang antara kebutuhan
dokter spesialis dan subspesialis di lapangan (baik untuk pelayanan,
pendidikan maupun penelitian) dengan jumlah calon peserta yang
diterima (tidak ada link and match). Penerimaan peserta didik dokter
8|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 256 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

spesialis diserahkan sepenuhnya pada masing-masing institusi


pendidikan. Organisasi profesi dan kolegium harus berperan mulai
dari membuat pemetaan, perencanaan dan advokasi ke institusi
pendidikan.
Tidak jarang seorang dokter spesialis tidak bisa bekerja di suatu
daerah karena kebijakan kepala derah (bupati/walikota) atau sejawat
spesialis yang senior enggan untuk menerima dokter spesialis baru.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut di atas maka segera
diperlukan langkah langkah nyata.

Rekomendasi Tindak Lanjut

a. Perlu ada pemetaan terhadap kebutuhan spesialis


berbasis provinsi/kabupaten sehingga dalam penerimaan
peserta (PPDS) mengacu pada kebutuhan. Contoh nyata
yang perlu diapresiasi telah dilakukan oleh FKUI untuk
menerima 100 calon peserta dari Papua mengikuti
pendidikan spesialis dari berbagai disiplin dengan sistem
afirmasi dengan bantuan pembiayaan dari Pemda.

b. Oleh karena itu dalam hal pendidikan dokter spesialis &


subspesialis, IDI dan Kolegium serta Perhimpunan harus
melakukan advokasi yang memadai dan terarah dengan
kementerian pendidikan (Kemendikbud), Kementerian
kesehatan (Kemkes) dan kementerian dalam negeri
(Kemdagri).

c. Diperlukan data jumlah Fasyankes dengan berbagai


tingkatan sehingga dapat diperhitungkan jenis spesialis
dan subspesialis apa saja yang dibutuhkan di suatu
daerah. Penghitungan jumlah dokter spesialis dan
subspesialis hendaknya tidak semata mata berdasarkan
jumlah penduduk.

d. Diperlukan kerjasama yang efektif dengan BPPSDM


/Kemkes tentang kebutuhan berbagai dokter
spesialis/subspesialis di suatu daerah.

e. Dalam memantau perkembangan kebutuhan dokter


spesialis/ subspesialis di tingkat propinsi maupun
kabupaten diharapkan IDI Wilayah/ Cabang mengambil
peran termasuk memberikan advokasi pada Pemda.

Pembukaan PRODI Spesialis & Subspesialis (Sp2)


di Universitas

Sampai saat ini mekanisme dan persyaratan dalam suatu pembukaan


Prodi (Program Studi) spesialis dan subspesialis telah mengikuti alur
9|P age
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 257 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

yang benar dengan memberikan wewenang pada Kolegium terkait


dalam memberikan rekomendasi/persetujuan untuk membuka Prodi
tentu dengan memperhatikan kualifikasi tenaga pengajar/dosen dan
fasilitas yang tersedia di suatu institusi pendidikan.
Sebelum diajukan aplikasi pembukaan Prodi ke Dikti , calon Prodi
harus mendapat rekomendasi dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
sebagai lembaga regulator profesi kedokteran. Apabila disetujui akan
diajukan ke Dikti untuk dilakukan penilaian oleh tim evaluasi dari
Dikti. Ada beberapa hal yang perlu dicermati dan disikapi oleh
organisasi profesi (khususnya Kolegium)

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Pembukaan Prodi spesialis harus diyakinkan betul


hanya berdasarkan kebutuhan baik kebutuhan nasional
maupun kebutuhan lokal/provinsi

2. Harus dibuat rambu-rambu tertentu yang dapat


mencegah terjadinya “komersialisasi” khusus nya
dalam menetapkan pembiayaan saat masuk maupun
selama masa pendidikan.

3. Peran Kolegium dan KKI serta LAMPtkes dalam menilai


untuk pemberian rekomendasi harus dipertahankan
dan diperkuat, karena Kolegium terkait dan KKI
diharapkan dapat melakukan penilaian secara objektif.

4. Sehubungan dengan adanya wacana dari beberapa pihak


untuk menghilangkan peran Kolegium dan KKI dalam
pemberian rekomendasi terhadap pembukaan Prodi
Spesialis/Subspesialis, maka diperlukan upaya dari
IDI/Kolegium/MKKI melakukan pendekatan/advokasi
pada Kementerian Pendidikan khususnya Dirjen
pendidikan tinggi untuk meyakinkan pemerintah bahwa
Kolegium maupun KKI sangat penting perannya dalam
menilai kelayakan suatu calon Prodi
Spesialis/Subspesialis

5. Sehubungan dengan Pembukaan Prodi Subspesialis maka


diharapkan MKKI dapat memfasilitasi penetapan
subspesialisasi dari berbagai spesialisasi yang ada karena
setelah selesai pendidikan peserta didik subspesialis akan
memperoleh rekognisi melalui penerbitan STR Kualifikasi
tambahan( STR-KT) sesuai dengan Perkonsil 54/2018

10 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 258 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Standar Kompetensi Dokter Spesialis terkait


MRA dan MEA

ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN


(MEA) telah berlaku sejak akhir tahun 2015 yang memungkinkan
mobilisasi tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi dan perawat). Tidak
ada persetujuan untuk menyamakan standar kompetensi dokter
untuk negara anggota ASEAN (AMS/Asean Member State). Setiap
negara mempunyai standar sendiri-sendiri yang tentunya mengacu
pada WFME. Apabila seorang dokter berpraktik di negara anggota
ASEAN lainnya harus mengikuti regulasi di negara tujuan (“domestic
regulation in host country”).
MRA (mutual recognition arrangement) mempunyai objektif:
1. Memfasilitasi mobilisasi dokter (medical practitioners) di negara
ASEAN
2. Pertukaran informasi dan saling menghormati rekognisi praktisi
kedokteran
3. Mengadopsi praktik baik (“best practice”)
4. Menyediakan kesempatan ”capacity building” dan training

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Terdapat 5 kategori yang disepakati dalam mobilisasi dokter di


ASEAN: (1) Limited practice
(2) Education and training
(3) Expert visit
(4) Research
(5) Humanitarians

2. Semua kategori tersebut bersifat reciprocal

3. Lamanya limited practice di suatu negara berbeda-beda sesuai


dengan regulasi masing-masing negara yang berbeda-beda. Indonesia
membolehkan 1 tahun dan dapat diperpanjang 1x

4. Jenis kualifikasi dokter yang dapat masuk ke Indonesia adalah


Spesialis atau Subspesialis (Permenkes 67/ 2013) TKAKes WNA). Tidak
untuk dokter (GP)

Pertemuan ASEAN/CCS berlangsung beberapa kali pertahun dan


untuk selanjutnya diusulkan selalu ada utusan IDI dalam delegasi RI
(Delri). Karena banyak pembicaraan tentang regulasi praktik
kedokteran, termasuk pendidikan pada pertemuan tersebut. Selama
ini delegasi terdiri dari KKI dan Kemkes, namun tidak selalu disertai
utusan IDI.

11 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 259 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Kompetensi “tumpang tindih” (shared competency) antar beberapa


spesialis

Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran akhir-akhir ini serta


menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan pada
masyarakat maka beberapa kompetensi yang sama dapat dikuasai
oleh beberapa jenis disiplin ilmu kedokteran (beberapa spesialisasi)
Penyelesaian beberapa masalah “shared competency” ini difasilitasi
oleh Majelis Kolegeium Kedokteran Indonesia (MKKI).

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Ada peraturan Konsil (Perkonsil no 42/2016) yang mengatur


tentang pembuatan buku putih/white paper tentang “shared
competency”

2. Oleh karena “shared competency” harus disahkan oleh KKI


maka sebelum dikirim ke KKI semua kolegium terkait harus
menyepakati terlebih dahulu di tingkat MKKI

3. “Shared competency” yang telah disahkan oleh KKI a.l : “carotid


stenting”, kemoterapi

4. Bila masih ada kompetensi lain yang sama dikuasai oleh


beberapa kolegium maka disarankan untuk membicarakannya di
tingkat MKKI untuk perlindungan hukum baik untuk pasien
maupun untuk dokter

Masalah praktik kedokteran “online” (TELEMEDIS)

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini telah


memungkinkan konsultasi antara pasien dan dokter jarak jauh (dalam
jaringan). Praktik kedokteran “online” saat ini marak dilakukan namun
masih diperlukan perlu regulasi/payung hukum yang memadai.
Telemedisin tetap memperhatikan etika profesi kedokteran dan
mengutamakan keselamatan pasien serta memegang teguh rahasia
kedokteran . Dianjurkan harus melalui Fasyankes dan dokter yang
melaksanakan bekerja di Fasyankes tersebut.

Rekomendasi Tindak Lanjut

• Telah dikeluarkan FATWA MKEK : No 017/PB/K/.MKEK/2020


Tentang FATWA Layanan Telemedis dan Konsultasi Daring Khususnya
dimasa Pandemi Covid 19. Fatwa ini masih perlu sosialisasi secara
luas untuk semua dokter di seluruh Indonesia.

12 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 260 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

• Telah terbit Peraturan Konsil (PERKONSIL) No 74/2020 tentang


pelayanan telemedisin terutama pada masa pandemi Covid 19
• Layanan telemedis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
memiliki SIP di fasyankes tersebut
• Layanan telemedis mempunyai keterbatasan: tidak
dilakukan pemeriksaan fisis yang penting untuk menegakkan
diagnosis.
• Diprakarsai oleh fasilitas pelayanan medis (RS) dan dianggap
yang terbaik karena lebih aman dan terkendali.
• Ada dokter jaga khusus yang mampu menghubungkan pasien
dengan DPJP yang berada diluar RS/Fasyankes
• Telemedis hanya dapat dilakukan pada pasien yang telah
pernah berobat sebelumnya di fasyankes tersebut.
• Pasien yang dinilai gawat darurat/emergency harus datang
ke RS.

ADAPTASI Dokter Spesialis/Subspesialis Lulusan Luar Negeri

Program adaptasi bertujuan sebagai penjaminan keselamatan pasien


(patient safety) melalui penyetaraan kompetensi dokter spesialis LLN
dan pemahaman sosial budaya, maka adaptasi di institusi pendidikan
(FK) mutlak harus dilakukan untuk menjaga penjaminan mutu dokter
spesialis/subspesialis LLN

Adaptasi dokter lulusan luar negeri (LLN) selama ini sudah berjalan
dengan baik sebagaimana diatur dalam Perkonsil Adaptasi no.......,
namun mulai ada upaya/ rencana untuk mengubah Perkonsil tersebut
agar dokter spesialis LLN dapat langsung ke bekerja di RS dengan
terminologi ”adaptasi” lapangan selama 2 tahun.

Rekomendasi Tindak Lanjut

• Profesi/ Kolegium perlu menentukan sikap yang tegas tentang


peran Kolegium dalam memberikan sertifikat kompetensi bagi dokter
spesialis LLN.
• Kolegium melakukan Uji Kompetensi secara nasional untuk
mencapai kompetensi sesuai bidang spesialisasinya dan
memberikan Sertifikat Kompetensi dan tidak oleh badan lain
apapun bentuknya.
• Diperlukan advokasi pada FK melalui Kemdikbud untuk
memberikan pemahaman pentingnya ‘adaptasi” bagi dokter lulusan
luar negeri dengan sistem pendidikan yang berbeda dan pola penyakit
yang berbeda serta untuk menjamin keselamatan pasien (patient
safety)

Diperlukan strategi untuk menempatkan “dokter” sebagai tenaga


strategis dalam bidang kesehatan

13 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 261 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Diperlukan advokasi yang serius pada pemerintah untuk


menempatkan dokter sebagai tenaga strategis seperti tentara.
Keadaan ini sangat terasa sekali ketika dokter pada masa pandemi
Covid 19 harus berada di garda terdepan berperang melawan Covid 19,
dan didengungkan tentang kurangnya jumlah dokter, sementara
sebenarnya jumlah dokter cukup.
Pengaturan distribusi yang tidak menjadikan dokter sebagai tenaga
strategis nasional adalah kunci dari pemikiran kurangnya tenaga
dokter tersebut.

Rekomendasi Tindak Lanjut

• Harus dipastikan dan diyakinkan bahwa Professional Medical


Regulatory Authority (KKI) bekerja dengan baik, independen dan bebas
dari segala macam konflik kepentingan.
• Organisasi profesi harus diberikan peran yang memadai dalam
pendidikan kedokteran dan pendistribusian dokter.
• Empowering organisasi profesi sangat penting agar dokter
Indonesia mempunyai daya saing

Continuing Professional Development

Pemberian SKP pada Ranah Pembelajaran

Masih ada lembaga/ perhimpunan yang mengeluarkan SKP untuk


kegiatan ranah pembelajaran .
- Istilah CPD adalah Continuing Profesional Development dan
kegiatan untuk mengikuti CPD adalah karena faktor kebutuhan
personal dokter sehingga CPD harusnya di rencanakan berdasarkan
self assessment personal dokter tersebut.
- Penegasan bahwa P2KB berfungsi untuk mempertahankan
dan meningkatkan kompetensi yang telah didapatkan selama
pendidikan di FK, sehingga bagi dokter yang akan resertifikasi
tidak perlu menempuh kembali proses pendidikan di FK .
- Kewenangan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi diberikan kolegium.
- Kompetensi tambahan dokter adalah kompetensi baru yang
tidak tercantum dalam Standar Kompetensi dokter Indonesia (SKDI)
yang terbaru yang diberikan oleh kolegium dalam bentuk sertifikat
kompetensi tambahan yang akan menjadi dasar bagi KKI untuk
menerbitkan STR KT.
- Kompetensi tambahan dokter spesialis adalah peningkatan
level kompetensi yang sudah ada dalam Standar Kompetensi
Dokter Spesialis yang terbaru yang diberikan oleh kolegium dalam
bentuk sertifikat kompetensi tambahan yang akan menjadi dasar bagi

14 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 262 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

KKI untuk menerbitkan STR KT, kompetensi tambahan ini merupakan


bagian dari pendidikan Subspesialis.
- Kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi diselenggarakan oleh Organisasi Profesi,
Perhimpunan Dokter Seminat, Fakultas Kedokteran , dan RS yang
telah di akreditasi oleh Organisasi Profesi (BP2KB PB IDI).
- BP2KB akan menilai besaran SKP pada CPD –CPD untuk
dalam upaya mempertahankan dan peningkatan kompetensi oleh
Kolegium
- Bahwa akan ada CPD–CPD yang akan memberikan kompetensi
tambahan disusun oleh kolegium dengan memberikan sertifikat.
- Kegiatan ilmiah oleh RS di daerah harus bekerja sama
dengan IDI untuk mendapatkan SKP
- Perlunya mekanisme atau sistim yang akan menunjang e-
sertifikat agar setiap kegiatan otomatis masuk ke databased IDI

Rekomendasi Tindak Lanjut

1. Bentuk penomoran SKP disesuaikan dengan jenjang dan


dilakukan sosialisasi oleh BP2KB ke setiap daerah.
2. SKP hanya dikeluarkan oleh IDI.
3. Sertifikat kegiatan dapat ditandatangani oleh Organisasi
Profesi, Fakultas Kedokteran , dan RS yang telah diakreditasi atau
bekerjasama dengan Organisasi Profesi.
4. Platform atau pelaksana non IDI hanya sebagai pelaksana
tehnis.
5. Logo Pelaksana tehnis non IDI harus lebih kecil dari logo IDI,
Perhimpunan, Fakultas Kedokteran dan atau RS.
6. Perlu dibuat SOP untuk pengajuan SKP untuk kegiatan Webinar
dan artikel ilmiah yang dimintakan oleh pelaksana tehnis terakreditasi
maupun belum terakreditasi

Belum tersedianya sarana dan prasarana, serta pendanaan yang


memadai untuk terlaksananya pelatihan

Rekomendasi Tindak Lanjut

Diberikan pada masin-masing perhimpunan dalam kegiatan CPD


dengan bekerja sama dengan pihak pihak stakeholder lain dibidang
kesehatan

Buku ungu BP2KB tahun 2020

Rekomendasi Tindak Lanjut

15 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 263 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Selama ini penilaian akreditasi penyelenggaraan P2KB hanya


berdasarkan durasi, jenis penyelenggaraan, isi dan kualitas
pembicara.
- evaluasi P2KB secara online
- Instrumen di P2KB sudah bagus. SKP yang akan diberikan
kepada penyelenggara kegiatan ilmiah harus dinilai oleh ex-officio
yang berada dalam P2KB sebagai perwakilan perhimpunan.
- P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP dalam
pembelajaran bidang Medical Education

Komunikasi

Masih menjadi masalah dalam praktik dokter, pada symposium yang


diselenggarakan , dimasukkan topik komunikasi sehingga tiga topik
wajib yaitu Etik, Disiplin & Hukum, dan Patient safety & Komunikasi

Rekomendasi Tindak Lanjut

Menjadi kebijakan bagi penyelenggara diwajibkan memberikan


materi etik dan komunikasi, patient safety dan disiplin. (
Permateri Dalam waktu minimal 7 Menit)

Personalia BP2KB atau P2KB

Masih ada beberapa Personalia BP2KB atau P2KB kurang memahami


prinsip untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi bagi
anggota perhimpunannya

Rekomendasi Tindak Lanjut

- Personalia pengurus sebaiknya pernah duduk di Kolegium


dan/atau Perhimpunan Pusat, Wilayah ataupun Cabang.
- Syarat untuk menjadi personalia BP2KB/P2KB Wilayah atau
perhimpunan sebaiknya pernah menjadi pengurus perhimpunan
(tidak termasuk tenaga admin)

Kompetensi dan Kualifikasi tambahan

Rekomendasi Tindak Lanjut

Kolegium mengusulkan kompetensi tambahan kepada KKI untuk


disyahkan dalam rangka memperoleh kualifikasi STR KT
- Salah satu kompetensi tambahan yang mendesak
diusulkan segera adalah estetika medis

16 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 264 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Peraturan MEA untuk Dokter Asing

Rekomendasi Tindak Lanjut

Pada aturan MEA setiap dokter asing yang bekerja di Indonesia


wajib mengikuti peraturan CPD yang ditetapkan di Indonesia

Pelatihan Modul

Rekomendasi Tindak Lanjut

Pelatihan modul KDI- PDUI untuk memperkuat Kompetensi


Dokter di Tingkat Pelayanan Primer hendaknya dilaksanakan
secara berkesinambungan oleh Perhimpunan Dokter Umum
Indonesia secara online (PJJ) maupun offline .

Pengembangan Modul

Rekomendasi Tindak Lanjut

Kerjasama KDI-AIPKI dalam pengembangan modul Memperkuat


Kompetensi Dokter di Tingkat Pelayanan Primer hendaknya
dilanjutkan bahkan ditingkatkan

Peranan IDI Cabang

Rekomendasi Tindak Lanjut

Meningkatkan peranan IDI Cabang dalam memfasilitasi sejawat


yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, terluar dan perbatasan
dengan kerjasama stakeholder (Dinkes, RS, Organisasi profesi
lain).

Rujukan Balik

Saat ini ada rujukan balik dengan skema JKN sebaiknya dapat
diberikan SKP bagi dokter spesialis yang membuat rujukan balik

Rekomendasi Tindak Lanjut

- P2KB dapat mempertimbangkan pemberian SKP rujukan


balik ( dokter spesialis-dokter, dokter spesialis- dokter spesialis,

17 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 265 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

dokter subpesialis- spesialis , dokter subspesialis – dokter sub


spesialis).

Kebijakan

RUU Pendidikan Kedokteran 2020

Dalam Implementasi UU Dikdok No.20/2013 ditemukan beberapa


pasal dan ayat yang tidak sesuai dengan UU Praktik Kedokteran
No.29/2004 dan UU Pendidikan Tinggi No.12/2012.
Selain itu, beberapa pasal dan ayat berbeda dengan kelaziman dan
kesepakatan global di bidang Pendidikan kedokteran.
Situasi ini bila tidak segera diatasi dengan melakukan revisi
terhadap UU Dikdok No.20/2013 akan berpotensi terjadinya
konflik yang berkepanjangan antar berbagai pemangku
kepentingan, serta menimbulkan kerancuan, ambigu, kebingungan
di tingkat penyelenggara program studi pendidikan kedokteran.

Selain itu, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan


kesehatan, serta perkembangan pelayanan kesehatan mengalami
percepatan yang tinggi ketika dunia memasuki Era Revolusi Industri
4.0, Society 5.0 dan yang terkini dengan adannya Pandemi Covid 19.
Semua ini telah mengubah lanskap sistem pendidikan, riset dan
pelayanan kedokteran.

Rekomendasi Tindak Lanjut

a) Identifikasi pihak-pihak yang berpotensi kontra terhadap RUU


Dikdok 2021

b) Mengadakan Rembug Profesi antar semua pihak di dalam


rumah besar IDI untuk menemukan formula terbaik bagi reformasi
sistem kesehatan nasional dan sistem pendidikan kedokteran

c) Menyusun strategi lobi dengan membentuk Tim Liaison Officer

RUU Praktik Kedokteran

Ada upaya untuk melakukan revisi UU Praktik Kedokteran


No.29/2004. Perlu ditelusur pihak mana yang mengusulkan, apa
motivasinya, apa landasan ideologi, landasan filosofi dan landasan
konsep yang digunakan.

18 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 266 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi B : Pendidikan Kedokteran dan CPD

Rekomendasi Tindak Lanjut

1.Memperoleh Naskah Akademik dan draf RUU Praktik Kedokteran


2. Menunjuk Tim untuk melakukan kajian terhadap RUU Praktik
Kedokteran

Penguatan lobi ke Pemangku kepentingan (Pemerintah, DPR,


Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, Kementerian
Dalam Negeri, Konsil Kedokteran Indonesia

Rekomendasi Tindak Lanjut

Perlu dibentuk Tim Liaison Officer. Tim LO ini direkrut khusus dan
diberi penugasan khusus (bukan pengurus PB IDI). Posisi IDI adalah
kuat, karena profesi Dokter ada di semua pemangku kepentingan. Mis
di DPR ada dokter-dokter yang menjadi anggota DPR, khususnya di
Komisi IX. Begitu pula di Kementerian Kesehatan, dll.

Tim LO ini bertugas untuk bisa melobi dan memberi informasi apa
yang menjadi pandangan IDI. Lobi adalah sebuah keharusan. Dokter
mempunyai semangat yang sama, punya sumpah yang sama. Naluri
sebagai seorang dokter perlu kita manfaatkan, yaitu naluri
kesejawatan. Ini perlu dibangun, lepas dari jabatannya, sehingga kita
bisa meyakinkan apa yang kita inginkan. Bila naluri kesejawatan
kuat, posisi di partai apapun akan mencoba memasukkan ini pada
setiap keputusan.
Memang perlu ‘dana’. Bila kita melobi normative, bisa diabaikan. Cara
regulator berpikir tidak seperti operator atau pelaksana berpikir.
Operator atau pelaksana memahami sekali apa yang terjadi di grass
root. Banyak masalah yang muncul, akibat ketidakcocokan peraturan.
Hal ini perlu dikomunikasikan.

19 | P a g e
RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 267 IKATAN DOKTER INDONESIA
LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

iii. Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

DOC. 03/RAKERNAS II/12/2020

MATERI SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

KOMISI C
PELAYANAN PROFESI KEDOKTERAN

18 – 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 268 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

DAFTAR ISI

I. Panduan Profesi Dokter


II. Panduan penyelenggaraan Tatakelola Pelayanan
Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan
III. Pembiayaan kesehatan dan profesionalitas Dokter
IV. Farmakoterapi dan Alat Kesehatan
V. Model Pelayanan Kesehatan Primer-Dokter Praktik
Perorangan
VI. Telemedicine

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 269 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

I. Panduan Profesi Dokter


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejak 1 Januari 2014 Pemerintah Indonesia mencanangkan reformasi pelayanan kesehatan
yang lebih menuntut adanya pola penyelenggaraan pelayanan kesehatan terstruktur yang
mengutamakan nilai-nilai ( Value Based Health Care ), serta mengutamakan kendali mutu
dan kendali biaya pada perawatan dan tindakan.
Institusi pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan tatakelola rumah sakit (korporat –
klinik) dalam sistem dan proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dengan melibatkan
seluruh dokter dalam berprofesi, sehingga diharapkan kualitas dan keselamatan pasien
tetap terjaga.
Panduan Profesi merupakan panduan untuk seluruh dokter di Indonesia dalam berprofesi
agar pasien dan masyarakat mendapatkan pelayanan yang sesuai harapannya, sehingga
para dokter senantiasa menjalankan profesinya secara etis dan profesional, dengan
demikian akuntabilitas publik para dokter tercapai, sehingga apabila terjadi masalah dapat
terhindar dari kemungkinan tuntutan hukum.
Seluruh dokter yang berprofesi di Indonesia, senantiasa mengutamakan :
x Keselamatan pasien.
x Fokus pada kepentingan pasien.
x Efektif, dalam memanfaatkan ilmu dan keterampilannya.
x Efisien dalam memanfaatkan sumberdaya pada saat berprofesi.
x Wajar, Patut dan adil dalam memberikan pelayanan.
x Kemudahan untuk dihubungi bila diperlukan setiap saat terutama pada keadaan
emergensi.
Bapak ilmu kedokteran HIPOKRATES sejak awal senantiasa menyerukan pesan sebelum
melakukan pemeriksaan dan atau tindakan selalu ingat akan “ FIRST DO NO HARM “
Profesi medis adalah pekerjaan profesional yang khusus artinya pengabdian kepada
masyarakat merupakan motivasi utamanya. Meskipun orang yang menjalankan profesi itu
hidup darinya, tetapi hakikat profesinya menuntut bukan nafkah hidup yang menjadi
motivasi utamanya. Profesi tersebut dikatakan profesi luhur. Dikatakan luhur oleh karena
ilmu yang diembannya berkaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan. Lagi
pula pekerjaannya lebih mengutamakan kepentingan pasien atau masyarakat yang

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 270 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

dilayaninya. Konsekuensi dari pekerjaan profesi ini adalah adanya nilai-nilai yang harus di
tampilkan oleh setiap dokter pada saat berprofesi yaitu :
x Pertanggung jawaban atas pekerjaannya.
x Tanggung gugat atas pekerjaannya.
x Menghormati hak otonomi pasien.
x Sikap independen tanpa pamrih.
x Pengabdian pada tuntutan etik profesi.
x Senantiasa mempertahankan integritas ilmiah dan sosial.

Piramida Profesionalisme Dokter :

Pondasi untuk bagan di atas menggambarkan :


➢ keterampilan dan pengetahuan ilmu kedokteran , yang sebaiknya senantiasa di
kembangkan dan “up date“ sesuai tuntutan pasien dan masyarakat
➢ pemahaman terhadap implementasi keterampilan manajerial dan administrasi
dalam memanfaatkan sumberdaya untuk mengelola pasiennya
➢ menguasai dan mengimplementasikan keterampilan dalam berkomunikasi secara
profesional, dan mempunyai keterampilan berhubungan secara interpersonal yang
baik dan menguasai kecerdasan emosional
➢ memahami masalah-masalah etik, dan mediko-legal dalam menerapkan ilmu
kedokterannya untuk memeriksa, mengobati, merawat dan menindak pasiennya,
serta apabila berhubungan dengan sejawat dan karyawan lainnya di institusi
organisasi profesi dan rumah sakit

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 271 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Empat pilar pada bagan di atas menandakan bahwa seluruh dokter mengetahui dan
mematuhi :
➢ senantiasa mendemonstrasikan kualitas yang terbaik dalam berprofesi
➢ menyelenggarakan pelayanan yang menghargai Hak Asasi Manusia dan sadar betul
bahwa ilmu yang diembannya erat kaitannya dengan kehidupan manusia, nilai-nilai
moral
➢ dalam menyelenggarakan profesinya senantiasa menerapkan kaidah-kaidah
keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan dan tanggung gugat secara ilmiah dan
senantiasa berbasis bukti
➢ memperlihatkan sikap dan perilaku yang komit terhadap kepentingan pasien, sesuai
kata dan perbuatan

Dengan demikian seorang dokter harus bisa berperan sebagai Klinisi-Profesional-Manager


Pemahaman dan implementasi Sumpah Dokter serta Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) merupakan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi kedokteran.

Undang-Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran mencantumkan tentang hak dan
kewajiban dokter dan pasien. Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, meminta
pendapat dokter,mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak tindakan medis
dan mendapatkan isi rekam namun pasien juga mempunyai kewajiban kepada dokter untuk
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi ketentuan
yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan nasihat / petunjuk dokter sertamemberikan
imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

II. Panduan penyelenggaraan Tatakelola Pelayanan Kesehatan


di Era Jaminan Kesehatan

PENDAHULUAN

FKTP dan FKTRL, merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang didominasi oleh pelayanan medis
yang diselenggarakan oleh para dokter. Oleh karena itu keterlibatan para dokter dalam organisasi dan
manajemen rumah sakit sudah menjadi keharusan, terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional - JKN.
Para dokter harus ikut terlibat dalam hal membangun pola praktek dokter yang sesuai dengan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 272 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

kebutuhan pasien dan program pemerintah. Organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai
mitra pemerintah dalam mengembangkan kualitas pelayanan di era JKN berkewajiban dan ikut
bertanggung jawab untuk mensukseskan program pemerintah.

MAKSUD :

- Membangun pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama / FKTP dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut / FKTRL yang berkualitas dan akuntabel

- Memberi pemahaman tentang penyelenggaraan tatakelola di FKTP – FKTRL agar para dokter dapat
ikut terlibat pada pelaksanaannya.

TUJUAN :

UMUM : Seluruh dokter yang berprofesi di FKTP dan FKTRL mempunyai persepsi yang sama terhadap
penyelenggaraan tatakelola

KHUSUS : Tatakelola pelayanan di FKTP – FKTRL dapat terselenggara dengan para dokter berperan
sebagai pimpinan pelayanan

Sejak 1 Januari 2014 Indonesia menyelenggarakan Reformasi Pelayanan Kesehatan di seluruh


Indonesia. Komponen reformasi terdiri dari :

1. Sistem penyelenggaraan asuransi social

2. Penyelenggara Badan Hukum Publik ( BPJS-Kesehatan )

3. System pelayanan berjenjang

4. System pembayaran dari BPJS-Kesehatan ke PPK ( Kapitasi di FKTP, INA CBG’s di FKTRL )

5. Manfaat Komprehensif : Preventif, Promotif, Kuratif dan Rehabilitatif

Yang dominan dari reformasi tersebut adanya pengendalian pembiayaan pelayanan

kesehatan.

Tujuan pengendalian pembiayaan untuk :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 273 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

• Mendorong peningkatan mutu

• Mendorong layanan berorientasi pasien

• Mendorong efisiensi

• Mendorong untuk pelayanan tim

• Tidak memberikan reward terhadap provider yang melakukan, overtreatment, undertreatment


maupun melakukan adverse event

System yang dipilih pada pengendalian pembiayaan adalah PROSPECTIVE PAYMENT SYSTEM karena :

• Dapat mengendalikan biaya kesehatan

• Mendorong provider untuk melakukan cost containment

• Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar

• Membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atau under use

• Mempermudah administrasi klaim

Sebagai konsekuensi dari reformasi tersebut diperlukan perubahan atau reformasi institusi pelayanan
kesehatan – FKTP dan FKTRL kearah tatakelola. Selain itu akibat dari reformasi pelayanan kesehatan
tersebut terjadi perubahan paradigma dari pola praktek dokter dan institusi pelayanan kesehatan ,
dimana rumah sakit – FKTL haru berubah konsep menjadi “ Hospital Value Based – HVB “ diikuti
perubahan pola praktek dari berbasis volume menjadi pola praktek berbasis nilai.

LANDASAN HUKUM.

- UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT NO. 44 TAHUN 2009, mengatakan Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan

panduan penyelenggaraan tatakelola pelayanan kesehatan di era jkn bidang pengembangan


tatakelola pelayanan pb idi 2018 - 2021 4 yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 274 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

▪ Pasal 2 mengatakan Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

▪ Pasal 33 (1) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Penjelasan Pasal 33 Ayat (1) Fasilitas pelayanan kesehatan disusun dengan tujuan untuk mencapai visi
dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata Kelola organisasi yang baik (Good Corporate
Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).

▪ Pasal 36, Tentang Pengelolaan Klinik, Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah
Sakit dan tata kelola klinis yang baik. Penjelasan Pasal 36, Tata kelola rumah sakit yang baik adalah
penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik
adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputimkepemimpinan klinik, audit klinis, data
klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil
pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit.

- PMK 755/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT.

1. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial,
penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis

2. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan internal staf medis.

3. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata kelola
korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan antara
pemilik, pengelola, dan komite medik di rumah sakit.

4. Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola klinis
(clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah sakit.

- PMK 10/2014, TENTANG DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT,

- PMK 36/2015 TENTANG PENCEGAHAN KECURANGAN ( FRAUD ) dalam pelaksanaan program


Jaminan Kesehatan pada system Jaminan Sosial Nasional, Sistem Pencegahan Kecurangan JKN

▪ Pasal 13 (1) FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan harus membangun sistem pencegahan
Kecurangan JKN melalui:

o penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan Kecurangan JKN;

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 275 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

o pengembangan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya;

o pengembangan budaya pencegahan kecurangan JKN sebagai bagian dari tata Kelola organisasi dan
tata kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya.

- PERATURAN PRESIDEN RI NO. 77 TAHUN 2015. TENTANG PEDOMAN FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN

▪ Pasal 2, Pengaturan pedoman fasilitas pelayanan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah
Sakit sesuai dengan Tatakelola organisasi yang baik ( Good Corporate Governance dan tatakelola klinik
yang baik ( Good Clinical Governance )

▪ Pasal 3, Pengaturan Pedoman Fasilitas pelayanan kesehatan berlaku bagi seluruh Rumah Sakit di
Indonesia

▪ Pasal 5 , Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit Wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam lingkungan masing-masing serta dengan
unit-unit lainnya.

- PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

Pasal 25 huruf d, Rumah sakit Pendidikan memiliki kewajiban menjalankan tatakelola organisasi dan
tatakelola klinis yang efektif, efisien dan akuntabel.

- PMK NO. 4. TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN.

▪ Pasal 2 (1), huruf r. setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyusun dan melaksanakan
peraturan internal rumah sakit ( hospital bylaws ).

▪ Pasal 22, (1), kewajiban rumah sakit menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (
hospital bylaws ) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat ( 1 ), huruf r dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan,

( 2 ) peraturan internal rumah sakit ( hospital bylaws ) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) terdiri
dari peraturan fasilitas pelayanan kesehatan ( corporate bylaws ) danperaturan staf medik rumah sakit
( medical staff bylaws ). ( 3 ). Peraturan internal rumah sakit ( hospital bylaws ) sebagaimana dimaksud
ayat ( 1 ) berisi kebijakan umum pelayanan rumah sakit yang mendukung tatakelola korporasi (
corporate governance ), dan tatakelola klinis ( clinical governance ) yang baik

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 276 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

INTEGRASI PELAYANAN ANTARA FKTP-FKRTL

Untuk itu perlu pengembangan “ Clinically Integrated Network “ – Kerangka kerja integrasi klinik

Manfaat integrasi klinik :

• Bagi Pasien – Masyarakat :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 277 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

• Ada akses untuk kualitas pelayanan yang tinggi


• Ada koordinasi dan pelayanan yang komprehensif – menyeluruh
• Potensial untuk medapatkan pembiayaan pelayanan dengan harga yang lebih
rendah dan sesuai dengan pelayanan yang diterimanya

• Bagi penyelenggara pelayanan :

• Mempunyai akses untuk terlibat pada penyusunan pembiayaan pelayanan


• Dapat mengarahkan kualitas pelayanan yang berbasis nilai
• Berkesempatan untuk menyelaraskan pelayanan rumah sakit dengan dokter

• Bagi rumah sakit :

• Berkesempatan untuk menyelaraskan pembiayaan yang sesuai kebutuhan


agar pembiayaan dapat lebih rendah ( cost containment )
• Berkesempatan untuk menyelelaraskan kualitas pelayanan dengan dokter dan pelaksana
lainnya

TATAKELOLA

Tatakelola harus dipahami sebagai upaya melaksanakan proses pelayanan kesehatan baik klinik
maupun non klinik di FKTP dan FKTRL secara etis dan profesional. Etis disini dengan menggeser etik
profesi ( beneficience, non-maleficience, autonomi, justice ) menjadi hak pasien, dan profesional
disini dimaksud melaksanakan pekerjaannya secara benar sejak awal setiap saat dan seterusnya (do
the right thing right and well @ firsttime, everytime and overtime) dengan menghindari
pemanfaatan sumberdaya yang tidak dibutuhkan pasien.

Membangun budaya agar seluruh individu dalam bekerja senantiasa secara rutin dan termotivasi
dan berpola pikir :

- Am I doing it right ? how can I do it better ?

- What can go wrong ? how can we prevent it ?

Tujuan tatakelola : bagaimana mengupayakan keseragaman dalam bertindak agar setiap individu
dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan senantiasa tahu bahwa mereka senantiasa bekerja
dengan prinsip :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 278 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

➢ Doing the RIGHT thing RIGHT and well at the first time, everytime and overtime

➢ To the RIGHT person

➢ At the RIGHT time

➢ On the RIGHT place

➢ By the RIGHT way, person and resources

➢ With the RIGHT attitude/behavior, knowledge and skills

Tatakelola korporat yang baik mencakup tatakelola seperti di bawah ini :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 279 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Penerapan tatakelola harus menggambarkan keselarasan antara prinsip, struktur, proses dan
keluaran seperti tergambar pada bangunan rumah tatakelola di atas.

KOMPONEN KUNCI TATA KELOLA KLINIK YANG BAIK

1. Kredensial, Pendidikan, Pelatihan, Pengembangan Profesional


2. Riset dan Pengembangan
3. Menyelenggarakan Audit Klinik
4. Efektifitas Klinik
5. Manajemen Risiko Klinik dan Non Klinik
6. Manajemen Informasi, Sistem Skrining dan Pelaporan
7. Keterlibatan Pasien dan Masyarakat

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 280 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

KERANGKA KERJA PENERAPAN TATAKELOLA KLINIK YANG BAIK

1. MASUKAN :

o Keterlibatan para pemangku kepentingan

o Struktur , sistem dan proses

o Pengembangan professional yang berkelanjutan – P2KB / CPD

2. PROSES TRANFORMASI :

o Seluruh komponen kunci harus diterapkan secara baik dan benar sejak awal,

setiap saat dan seterusnya

3. KELUARAN :

o Berkembang proses pembelajaran

o Proses perbaikan terus menerus , konsisten, tidak terputus

o Pelayanan yang berkualitas, pencapaian dimensi mutu yang disepakati

Bersama pasien dan pelaksana pelayanan, sesuai harapan pasien, pelayanan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 281 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

yang etis, patuh pada regulasi, tidak curang, tidak boros, tidak korupsi, tidak

malpraktek, tidak berpraktek buruk

TATAKELOLA KLINIK PADA FKTP

Pelayanan kesehatan harus menjadi tugas utama bagi para dokter, dimana saja dokter bekerja.
Tatakelola klinik harus juga dikembangkan di tingkat FKTP baik di fasilitas Kesehatan ataupun
mandiri.

FKTP dan praktek mandiri merupakan garda terdepan dalam memeriksa pasien yang sakit dan
menjaga agar individu dapat terjaga kesehatannya, oleh karena itu prinsip edukasi, promotive dan
preventif merupakan dominasi pekerjaan dokter di FKTP.

Tatakelola klinik di FKTP akan berjalan dengan baik apabila :

- Para klinisi – dokter dapat menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan
individu dengan memanfaatkan sumberdaya yang sesuai kebutuhan pasien

- Tatakelola klinik harus melibatkan seluruh elemen yang terlibat dalam proses pelayanan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 282 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

- Diskusi dan manual pelaksanaan pelayanan pada tatakelola klinik harus dibuat dan dilaksanakan
secara konsisten, kontinu dan dengan cara yang terbuka transparan

Ada 6 elemen tatakelola klinik di FKTP :

1. Efektifitas klinik

2. Jaminan kualitas

3. Pendidikan dan pengembangan pada seluruh pelaksanan pelayanan ( klinik – non klinik )

4. Audit klinik sebagai “ Continuing Quality Improvement - CQI “

5. Manajemen risiko

6. Penelitian dan pengembangan

Setiap penerapan suatu konsep harus didahului oleh strategi dalam penerapannya.

Strategi penerapan tatakelola klinik di FKTP :

- Ada pertemuan tatakelola klinik secara berkala

- Pertemuan harus focus pada permasalahan yang ditemukan

- Bentuk forum untuk dokter keluarga

- Secara berkala mengembangkan kepemimpinan dan kepemimpinan klinik

- Sepakati dan definisikan Bersama tentang arti dan manfaat tatakelola klinik di FKTP

- Laksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan tatakelola klinik dengan focus pada
improvement

- Bangun dan kembangkan kompetensi tim kerja multidisiplin dalam pelayanan klinik – non klinik

- Utamakan pendekatan upaya kesehatan masyarakat

Gambar di bawah ini memperlihatkan model perbaikan secara terus menerus dan konsisten :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 283 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 284 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

III. Pembiayaan kesehatan dan profesionalitas Dokter

A. Optimalisasi Kapitasi untuk Peningkatan Efisiensi dan Mutu


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Swasta

Latar belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah mereformasi pembiayaan kesehatan di Indonesia sejak 1
Januari 2014. Pembiayaan kesehatan yang didominasi oleh out of pocket menjadi asuransi kesehatan
sosial. Rakyat berhadapan langsung dengan fasilitas kesehatan (faskes) berubah Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mewakili rakyat/peserta untuk bernegosiasi dengan
faskes. Pembayaran faskes dengan fee for service berganti dengan pembayaran di muka dan salah
satunya adalah pembayaran kapitasi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

Secara konsep, pembayaran kapitasi memindahkan risiko finansial dari peserta dan atau BPJS
Kesehatan kepada FKTP. BPJS Kesehatan membayar FKTP secara borongan tanpa melihat jumlah
pemanfaatan yang dilakukan oleh peserta. Setiap FKTP akan berbeda menyikapi risiko akibat bayar
borongan/kapitasi. FKTP yang berespon positif akan memberikan pelayanan yang adekuat seperti
menegakkan diagnosa dengan tepat, pengobatan yang tepat, dan melakukan program pencegahan
agar peserta tidak banyak yang sakit atau tidak makin parah. Namun, dapat juga FKTP bersikap negatif
dengan kebalikan dari di atas, tidak ramah agar peserta tidak sering memanfaatkan layanan, dan
mudah merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

Pembayaran kapitasi kepada FKTP menganut model Managed Care. Salah satu cirinya adalah FKTP
berfungsi sebagai gate keeper atau fasilitas pertama kali kontak dengan peserta yang mengalami
gangguan kesehatan1. FKTP seharusnya mampu mengatasi 80 persen kebutuhan kesehatan individu2.
Oleh karena itu, FKTP sangat berperan mengendalikan pelayanan rujukan ke FKRTL berdasarkan
kebutuhan indikasi medis (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Oleh karena itu, pembayaran
Kapitasi merupakan wujud kendali biaya dan mutu sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
No.82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

Sayang, FKTP belum memberikan kontribusi dalam efisiensi dan mutu JKN karena ketidakadilan dan
ketidakcukupan tarif kapitasi. Alasan utamanya adalah BPJS Kesehatan mengalami defisit Dana
Jaminan Sosial (DJS) selama 6 tahun, sehingga tarif kapitasi tidak naik sejak 1 januari 2014. Untuk itu,
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) berupaya memberikan masukan kepada Pemerintah
dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk penyusunan tarif Kapitasi yang berkeadilan
dan berkecukupan. Upaya ini sesuai juga dengan penjelasan Pasal 11 ayat (d) Undang-Undang BPJS

1
https://www.who.int/docs/default-source/primary-health-care-conference/phc---economic-
case.pdf?sfvrsn=8d0105b8_2
2
https://www.path.org/articles/what-is-primary-health-care/

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 285 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

adalah: “Pemerintah menetapkan standar tarif setelah mendapatkan masukan dari BPJS bersama
dengan asosiasi fasilitas kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah”.

Risiko Finansial Pembayaran Kapitasi


Risiko finansial kapitasi akan mempengaruhi sikap FKTP dalam rujukan, mengurangi pelayanan, dan
lainnya. Perilaku FKTP seperti ini akan mengalami rawat inap yang tinggi di FKRTL atau rumah sakit
(RS). Oleh karena itu, BPJS Kesehatan menerbitkan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 tahun 2015
yang mengatur Kapitasi Berbasis Komitmen (KBK) dan kemudian diubah menjadi Kapitasi Berbasis
Kinerja berdasarkan Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 7 tahun 2019. Ada perubahan indikator KBK
yaitu meliputi Angka Kontak, Rasio Rujukan Non Spesialistik, dan Rasio Peserta Prolanis yang
terkendali dengan perubahan target pencapaian dan besaran prosentase konsekuensi bila gagal
mencapai target. Namun, KBK masih menghadapi tantangan dalam implementasi sehingga dampak
dari KBK terhadap efisiensi belum optimal walaupun berdampak positif terhadap kinerja FKTP3. Untuk
meminimalkan efek risiko finansial terhadap FKTP, pengambil kebijakan dapat merpertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:

1. Dampak negatif Individual capitation


Belum ada regulasi kapitasi yang mengatur adjusted capitation pada FKTP yang mengalami
risiko finansial akibat individual capitation. Kebijakan kapitasi hanya diterapkan pada FKTP atau
primary care capitation, hanya untuk rawat jalan saja (partial capitation), dan BPJS Kesehatan
mengontrak satu per satu FKTP (individual capitation). Tingginya Risiko individual capitation
disebabkan oleh distribusi risiko (usia, jenis kelamin, dan status kesehatan) tidak mudah diprediksi
dibandingkan group capitation4 atau global capitation5. Sedangkan group capitation dapat
memenuhi bilangan hukum besar karena dapat memenuhi jumlah peserta yang stabil sekitar
100.000 peserta. Seharusnya Kemenkes mewajibkan BPJS Kesehatan memonitor dan membayar
tambahan kepada FKTP yang tinggi jumlah peserta berisiko tinggi dan jumlah kunjungannya
dibanding rata-rata FKTP.

Risiko individual capitation semakin tinggi pada FKTP yang menerima peserta di bawah 3.000
peserta. Namun, implementasi kebijakan redistribusi peserta minimal 5.000 peserta per FKTP
masih terkendala. Peserta masih banyak menumpuk di Puskesmas dengan pelayanan yang
terbatas terutama jam buka pelayanan. Pada sisi lain, puskesmas menjadi keteteran dalam
pelayanan upaya kesehatan masyarakat. Karena itu, Menteri Kesehatan mencetus ide agar
puskesmas mengurangi pelayanan kuratif dan rehabilitatif6 dan dikembalikan sebagai fasilitas
promotif dan preventif kesehatan masyarakat sehingga puskesmas lebih fokus pada edukasi
kesehatan, pencegahan, dan perubahan perilaku masyarakat ke arah yang menguntungkan
kesehatan.

2. Kemampuan profesional FKTP


Pembayaran kapitasi menuntut FKTP harus lebih profesional agar tidak menggantungkan diri
pada hukum probablitas saja. Profesionalisme ini sangat tergatung dari pada kemampuan dokter
dan standar sarana dan prasarana FKTP. FKTP harus mampu menegakkan diagnosis dengan tepat,
pengobatan yang tepat, dan kemampuan promotif dan preventif untuk pencegahan komplikasi

3
Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2019):
Efektifitas KBK; BPJS Kesehatan, Jakarta.
4
Thabrany H, Rasional Pembayaran Kapitasi, Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, 2000
5
Barenson RA et al; Global Capitation to an Organization, Urban Institute and Catalist for Payment Reform,
2016.
6
https://nasional.republika.co.id/berita/q02yks366/menkes-akan-kembalikan-puskesmas-ke-fitrahnya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 286 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

peserta penyakit kronis. Namun, FKTP masih lemah dalam melakukan promotif dan preventif baik
karena kemampuan maupun kekurangan biaya. Padahal peran ini mampu menekan angka
kunjungan ke FKTP sekaligus menurunkan pemanfaatan pelayanan ke RS. Untuk itu, penghitungan
tarif kapitasi harus memasukkan variabel dan biaya satuan promotif-preventif. Kemenkes
sebaiknya mengatur bentuk kegiatan promotif dan preventif. Dengan demikian, asosiasi faskes
dan BPJS Kesehatan akan mudah memonitor kegiatan promotif dan preventif pada fase proses.

Profesionalisme FKTP sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Ketersediaan
ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan FKTP dalam investasi. Apabila tarif kapitasi dan jumlah
peserta yang rendah, FKTP tidak mampu menginvestasikan sarana dan prasarana untuk
peningkatan pelayanannya. Tarif kapitasi sekarang hanya mampu melengkapi biaya operasional
saja. Ketika tarif kapitasi yang adekuat, BPJS Kesehatan dapat menerapkan kredensialiang yang
dapat mengukur kemampuan FKTP melayani 144 diagnosis. Misal, FKTP A mampu 144 diagnosis
akan dibayar 100% dan FKTP B yang mampu 128 dagnosis akan dibayar 90% dari tarif kapitasi.
Namun, penentuan proporsi ini membutuhkan masukan dari Organisasi Profesi tentang jenis
penyakit yang tidak mampu dilayani di FKTP agar pembobotan pembayaran pun lebih adil.

Kemenkes perlu membedakan kemampuan dokter umum dalam menguasai 144 diagnosis
selama pendidikan kedokteran dengan standar yang dilayani di FKTP. Dalam pendidikan, dokter
umum harus mampu menguasai 144 diagnosis karena dokter umum dapat bekerja di RS. Dalam
perolehan kemampuan ini, dokter umum menggunakan sarana dan prasarana RS. Untuk itu,
Kemenkes bersama organisasi profesi menyepakati kembali diagnosis yang menjadi standar
pelayanan di FKTP. PB IDI sudah menyampaikan hanya 128 diagnosis penyakit yang bisa tuntas di
FKTP, namun itu pun bukan berarti semua masuk dalam tarif kapitasi karena untuk tindakan dan
penunjang medis diusulkan masuk dalam pembiayaan non kapitasi seperti ANC (ante natal care,
jasa suntik KB, persalinan dan lainnya).

3. Tarif keekonomian kapitasi


Tarif yang tidak memadai atau memenuhi kebutuhan dan kelayakan sebuah usaha akan
memperberat risiko finansial FKTP. Sejak 1 Januari 2014, tarif kapitasi JKN terdiri dari tarif kapitasi
FKTP puskesmas Rp.3.000 – Rp.6.000 per peserta per bulan (PPPB) dan FKTP swasta Rp.8.000 –
Rp.10.000 PPPB. Seharusnya Kemenkes menyesuaikan tarif kapitasi setiap dua tahun minimal
sebesar inflasi. Faktanya, tarif kapitasi tidak berubah sejak 6 tahun lalu. Apabila rata-rata inflasi
sebesar 4%7 pertahun atau 24% selama 6 tahun, maka minimum perubahan tarif kapitasi dari
Rp3.795 PPPB sampai Rp12.653 PPPB pada 2020. Padahal, perhitungan tarif kapitasi pada tahun
2014 belum menggambarkan tarif keekonomian kapitasi di FKTP swasta.

Ketidakadilan Kapitasi

1. Indek kemahalan suatu daerah


Besaran tarif kapitasi saat ini hanya menggunakan indikator ketersediaan dokter tanpa
mempertimbangkan tingkat kemahalan suatu daerah. FKTP yang memiliki dokter yang sama di
Jakarta dengan di Klaten akan mendapatkan tarif kapitasi yang sama. Padahal, dua daerah
tersebut berbeda harga sewa bangunan dan bahan pokok. Oleh karena itu, tarif yang tidak
mempertimbangkan keadilan tingkat kemahalan suatu daerah (pedesaan, terpencil, dan lainnya)
akan manyebabkan mutu pelayanan yang berbeda sekaligus menambah risiko finansial FKTP.

7
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/29/901/inflasi-indonesia-menurut-kelompok-komoditi-2006-
2019.html diolah rata-rata inflasi umum sejak 2014 sampai 2019.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 287 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

2. Kelengkapan dan kemewahan sarana dan prasarana


Tarif kapitasi tidak memperhitungkan biaya investasi kenyamanan (air conditioner, mebelair )
FKTP, penataan interior, bahan lantai standar faskes (coating, vinyl), dan lainnya. Tarif kapitasi
seharusnya memperhitungkan hal-hal ini agar FKTP berkompetisi dalam menambah kenyamanan
bagi peserta. Keuntungan lain, peserta tidak menganggap JKN sebagai program inferior yang dapat
menaikkan kepercayaan peserta kepada JKN. Akhirnya peserta tetap mengiur dan JKN terjamin
kesinambungannya.

3. Jumlah peserta per FKTP


Berdasarkan ketentuan WHO, jumlah optimal peserta terdaftar pada satu FKTP sebesar 2.500
jiwa. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah peserta puskesmas sebesar 6 kali peserta pada dokter
praktek perorangan dan 4 kali peserta pada klinik pratama. Jumlah peserta yang tidak optimal
maka FKTP tersebut tidak menerima pembayaran kapitasi yang dapat meningkatkan mutu dan
menunjang palayanan promotif dan preventif.

Tabel 1. Sebaran peserta pada FKTP pada Februari 2017


No Jenis FKTP Jumlah peserta (jt) Jumlah FKTP Rerata peserta Per FKTP

1 Dokter Praktek Perorangan 9,7 4.883 1.989

2 Klinik Pratama 17,98 5.834 3.083

3 Puskesmas 129,5 9.842 13.156

Sumber: diolah dari www.sismonev.djsn.go.id Februari 20178

4. Penerimaan FKTP Pemerintah dan swasta

Data dari Dashboard SISMONEV DJSN menunjukkan bahwa pembayaran kapitasi kepada FKTP
swasta tidak adekuat. Tabel 2 menampilkan perhitungan kasar ketidakcukupan dan ketidakadilan
tarif kapitasi pada FKTP. Pada Februari 2017, BPJS Kesehatan membayar seluruh dokter praktek
perorangan, klinik, dan puskesmas berturut-turut Rp. 77.9 miliar, Rp. 207 miliar, dan Rp. 727
miliar. Apabila kita bagikan pembayaran tersebut dengan jumlah masing-masing jenis FKTP, maka
pendapatan rata-rata dokter praktek perorangan Rp.15,9 juta, klinik Rp. 35,6 juta, dan puskesmas
Rp. 73,8 juta. Angka kunjungan tiap jenis FKTP berbeda yang dihitung dengan permil yaitu tiap
1.000 peserta akan mengunjungi dokter praktek perorangan, klinik, dan puskesmas berturut-turut
134؉, 171؉,dan 59؉. Selanjutnya dikalikan dengan rata-rata jumlah peserta per FKTP maka
diperoleh kunjungan 267 orang/bulan di dokter praktek perorangan, 527 orang/bulan di klinik,
dan 776 orang/bulan di puskesmas.

Tabel 2. Perhitungan Kecukupan dan Ketidakadilan Kapitasi menurut jenis FKTP pada Februari 2017
No Jenis FKTP Pembayaran Rerata (Rp Rate Pengeluaran Sisa
(Rp miliar) Juta) Kunjungan pelayanan penghasilan
pendapatan per 1.000 kesehatan (Rp juta)
/FKTP/bulan peserta (Rp)

8
BPJS tidak melaporkan lagi distribusi peserta menurut FKTP sejak Februari 2017

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 288 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

1 Dokter 77,9 15,9 134؉ 6,68 9,2


Praktek (267/bulan)
Perorangan
2 Klinik 207,9 35,6 171؉ 13,18 22,4
(527/bulan)
3 Puskesmas 727,1 73,8 59؉ 73,8 73,8
(776/bulan)
Sumber: diolah dari www.sismonev.djsn.go.id bulan Desember 2017 dan Laporan BPJS
Kesehatan Semester 2, 2019

Apabila rata-rata biaya per pasien untuk obat dan bahan habis pakai serta laboratorium sederhana
sebesar 25 ribu rupiah, maka biaya obat dan bahan habis pakai pada praktek perorangan, klinik
dan puskesmas berturut-turut Rp. 6,7 juta, Rp. 13,2 juta, dan Rp. 19,4 juta. Kemudian dikurangi
rerata pendapatan FKTP dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan. Sisa hasil usaha sebesar
Rp. 9,2 juta pada praktek perorangan dan Rp.22,4 juta pada klinik. Sementara puskesmas
umumnya tidak membeli obat dan bahan habis pakai sehingga semua pendapatannya utuh sesuai
dengan yang diterima dari BPJS Kesehatan. Namun, bagi FKTP dokter praktek perorangan dan
klinik, penghasilan tersebut harus dikeluarkan untuk gaji pegawai/dokter, biaya operasional,
pengembalian investasi (pokok dan bunga bank), pajak, iuran jaminan sosial, dan keuntungan.
Sedangkan puskesmas sesungguhnya tidak mengeluarkan lagi semua itu.

Penghitungan tarif Kapitasi yang berkeadilan

Penghitungan kapitasi harus menyediakan ruang kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi
faskes sesuai amanah Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosia Nasional
(UUSJSN): “Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan
di wilayah tersebut” (UU SJSN Pasal 24 Ayat (1). Faktanya, tidak ada kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dengan asosiasi faskes di wilayah karena Peraturan Menteri Kesehatan sudah menetapkan
tarif dengan kriteria ada tidaknya dokter saja. Seharusnya, tarif kapitasi yang disusun harus dapat
menjalankan amanah ini. PB IDI menyusun tarif kapitasi berikut ini dengan menyediakan ruang
negosiasi agar ada kesepakatan sesuai dengan kondisi daerah.

PB IDI menggunakan pendekatan akuntansi tradisional dalam menghitung tarif kapitasi dokter
praktek perorangan dengan menggabungkan penghitungan biaya langsung dan tidak langsung
berdasarkan pengalaman para dokter praktek. Untuk menghitung biaya tidak langsung, PB IDI
mempertimbangkan beberapa biaya berikut ini:

1. Kecukupan insentif untuk dokter akan menentukan kualitas pelayanan FKTP karena dokter
sebagai titik sentral dalam pelayanan kesehatan.
Standar tarif kapitasi sepantasnya memperhitungkan penghasilan yang layak bagi dokter agar
dapat melayani lebih deep medicine. Umumnya kriteria menilai penghasilan dengan
menggunakan indikator relative value unit9 (risiko, tekanan pekerjaan, kesulitan tehnis, dan waktu
kerja) dan umum (Pendidikan, kompetensi/pelatihan, masa kerja, kinerja, dan lainnya). Beberapa
formula penghasilan dokter di negara-negara lain:
a. Gaji rata-rata suatu negara, penghasilan dokter umum di negara-negara Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) di atas gaji rata-rata masing-masing negara

9
https://www.nhpf.org/library/the-basics/Basics_RVUs_01-12-15.pdf

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 289 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

mulai 1,5 kali di Hungaria sampai 4,6 kali di Luxembourg10. Oleh karena itu, pada 2018, PB IDI
merekomendasikan dasar gaji dokter umum sebesar 3 – 5 kali upah minimum kabupaten.
b. Gaji terhadap Growth Domestic Product (GDP), Apabila standar gaji dokter umum merujuk
kepada GDP setahun maka rata-rata gaji dokter umum di OECD adalah 2,8 kali GDP (range 1,6
GDP di Hungaria – 3,9 GDP di Inggris)11. PB IDI mengeluarkan acuan dasar gaji dokter
pelayanan primer (FKTP) sebesar Rp12.500.000 – Rp15.000.00012 pada 2013. Apabila rata-rata
inflasi selama 7 tahun sebesar 4 persen per tahun, maka gaji dokter pada 2020 berkisar
Rp15.000.000 - Rp20.000.000.

Besaran jasa dokter dan tenaga lainnya belum diketahui pada tarif kapitasi sekarang. Upah
minimum Kabupaten sebagaimana rekomendasi PB IDI dipakai untuk menegosiasikan
penghitungan pada batas bawah gaji dokter yang bekerja pada FKTP. Apabila kabupaten tidak
mempublikasikan upah minimumnya, maka gunakan upah minimum provinsi.

2. Setiap daerah, bahkan dalam satu kabupaten saja mendapat variasi nilai ekonomi yang
berbeda-beda tetapi tarif kapitasi sekarang belum mengakomodasikan perbedaan ini.
Tiap daerah memiliki nilai harga yang berbeda dengan daerah lain, sekalipun itu dalam satu
kabupaten. Oleh karena itu, nilai kemahalan yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Harga bahan pokok akan berbeda dengan daerah yang menghasilkan barang pokok
tersebut dan kelancaran pasokan (transportasi) suatu komoditas.
b. Nilai sewa atau nilai harga tanah di ibukota kabupaten, ibu kota provinsi, bahkan ibukota
negara akan berbeda dengan nilai sewa di kecamatan yang relatif jauh dari ibukota
kabupaten.
c. Kesulitan geografis dari FKTP juga berbeda seperti daerah yang sulit dijangkau (jalur
tranportasi, moda tranportasi), ketersediaan bahan bakar, ketersediaan sarana
pendidikan, ketersediaan apotik, harga jual obat di daerah, dan lainnya.

3. Kemampuan, Kelengkapan FKTP, dan amenity (kenyamanan) tambahan lain.


Sebagaimana disampaikan di atas, kemampuan FKTP dalam mendiagnosis penyakit sangat
tergantung dari kelengkapan sarana dan prasarana, yang tentunya membutuhkan biaya investasi.
Kemampuan ini perlu dibedakan antara FKTP Dokter Praktek Perorangan, Klinik Pratama dan
Puskesmas. Dokter Praktek Perorangan yang sarananya relatif lebih rendah dari klinik maka
tarifnya berbeda dengan tarif klinik. Sehingga beberapa diagnosis dapat dilakukan dengan rujukan
horizontal.

Selain faktor kemampuan dan kelengkapan alat medis, faktor amenity atau luxury perlu
dipertimbangkan yang meliputi kerapian, kebersihan, tata ruang, kenyamanan termasuk penyejuk
ruangan, dan ketersediaan media-media tambahan lainnya. Ini memang subyektif tetapi BPJS
Kesehatan dan asosiasi faskes dapat menilai perbedaan ini.

4. FKTP mengalami penambahan biaya untuk pencegahan infeksi terutama dalam pandemic
COVID.
Sejak pandemic COVID-19, seluruh faskes harus menerapkan pencegahan infeksi yang makin
intensif dan ketat dari sebelumnya termasuk penyediaan alkohol untuk pengunjung, tempat cuci

10
https://www.oecd-ilibrary.org/docserver/health_glance-2017-55-
en.pdf?expires=1594021378&id=id&accname=guest&checksum=A03A104D00AEA2B7BF8475DB217BB
11
https://journal.practicelink.com/vital-stats/physician-compensation-worldwide/
12
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Acuan (Tarif) Jasa Medik Dokter, Jakarta, 2013.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 290 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

tangan, alat pelindung diri (masker,sarung tangan dan lainnya), desinfektan, ventilasi, dan
lainnya. Semua itu menambah biaya di FKTP.

5. FKTP mengeluarkan biaya-biaya persyaratan perijinan dan biaya pemenuhan regulasi baik UU,
peraturan daerah, maupun peraturan Menteri Kesehatan.
Biaya perijinan dan biaya memenuhi tuntutan regulasi terhadap standar suatu FKTP seperti
pengolahan limbah, biaya akreditasi, biaya jaminan sosial, pajak badan, keuntungan, dan lainnya.

6. Biaya penyusutan suatu investasi.


Biaya penyusutan berbagai sarana dan prasarana seperti mubeler, alat kesehatan, kadaluarsa obat
tertentu (obat penting tapi jarang dipakai), dan lainnya perlu diperhitungkan dalam tarif kapitasi.
Sehingga FKTP memiliki kemampuan untuk penggantian dan investasi yang baru.

7. Biaya sosial
Masyarakat sekitar FKTP akan meminta dukungan dana dari FKTP untuk mendukung kegiatan
sosial masyarakat pada hari-hari keagamaan, hari besar nasional, bencana, dan lainnya. Biaya-
biaya ini perlu diperhitungkan dalam tarif kapitasi.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 291 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Tabel 3. Hasil Penghitungan Kapitasi yang berkeadilan ( untuk DPP)

Jumlah
Angka peserta/ Tingkat
Jenis Biaya Utilisasi volume ∑utilisasi Unit cost Kemahalan Jumlah Biaya
I Pelayanan

Obat dan BMHP 20% 2.500 500 72.100 1 36.050.000

Laboratorium sederhana 3% 2500 75 50.000 1 3.750.000

Pencegahan Infeksi 20% 2.500 500 5.000 1 2.500.000

Promotif dan Preventif 4% 2500 100 5.000 1 500.000


II SDM
Dokter 1 17.500.000 1 17.500.000
Perawat 1 7.000.000 1 7.000.000
Analis
Admin/IT 1 3.500.000 1 3.500.000
Cleaning/security 1 2.500.000 1 2.500.000
III Sarana & Prasarana
Sewa Gedung 2.500.000 1 2.500.000

Mubeler 400.000 1 400.000

Elektronik 200.000 1 200.000

Hardware computer 100.000 1 100.000

Peralatan medis 400.000 1 400.000

Pemeliharaan 500.000 1 500.000

Elektromedik 100.000 1 100.000


Akreditasi
Perijinan
Pengolahan limbah 1 -
IV Biaya Rutin lain

Listrik 800.000 800.000

Telpon 250.000 250.000

Internet 400.000 400.000

PDAM 200.000 200.000

ATK 150.000 150.000

Sosial/lingkungan 250.000 250.000


Pajak badan -
Iuran Jamsos 3.629.500
Jumlah biaya 83.179.500
Tarif kapitas per peserta pada 2500 peserta 33.271,80

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 292 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Berdasarkan pertimbangan di atas, tabel 3 menunjukkan format tarif yang diusulkan oleh PB IDI
berdasarkan penghitungan pendekatan akutansi tradisional pada 15 Dokter Praktek Perorangan di
Jakarta dan Klaten. Nilai bobot pada kolom 7 merupakan ruang negosiasi BPJS Kesehatan dan
perwakilan asosiasi faskes untuk mendapatkan kesepakatan tarif sesuai dengan kondisi lokal. Nilai
bobot dalam kolom 7 perlu ditentukan oleh Kementerian Kesehatan bersama asosiasi Faskes tingkat
nasional.
Dalam penghitungan ini, PB IDI menggunakan biaya pada dokter praktek perorangan. Klinik dapat
menyesuaikan nilai dalam template yang telah dikosongkan dan volume seperti jumlah dokter,
utilisasi, dan sebagainya.

Rekomendasi
1. Pemerintah dapat menaikkan standar tarif FKTP dengan menggeser proporsi dana manfaat JKN
antara kapitasi dan dana FKRTL. Proporsi yang ideal menurut pakar adalah 25-35%13. Kenyataanya,
proporsi kapitasi dan dana FKRTL makin menurun dari 19,36% (Rp12,76 triliun) pada 2017
menjadi 15% (Rp16,05 triliun dari Rp108,45 triliun) pada 201914. Apabila Pemerintah bersedia
menaikkan proporsi kapitasi 24 persen saja dari asumsi pendapatan JKN sebesar Rp125 triliun,
maka total kapitasi mencapai Rp30 triliun. Kenaikan tarif kapitasi 100% ini akan berdampak pada
mutu layanan sehingga FKTP mampu menekan biaya pada RS terhadap komplikasi diabetes,
hipertensi, penyakit infeksi15, dan tindakan section caesaria. Untuk itu, pembayaran pun turut
dioptimalkan seperti pembayaran berdasarkan kinerja (pay for performance), withhold, adjusted
capitation, indek kemahalan daerah, dan lainnya.
2. Kemenkes dan BPJS Kesehatan dapat melakukan uji coba penerapan kapitasi kelompok sebagai
salah satu upaya pembayaran kapitasi yang lebih efektif, efisiensi dan bermutu.
3. Kemenkes melanjutkan pembayaran dan peningkatan tarif nonkapitasi kepada FKTP sebagai
blended payment dalam menyikapi kapasitas FKTP, fleksibilitas peserta (kasus persalinan
misalnya), kasus yang relatif rendah, obat penyakit kronis, dan tindakan/pemeriksaan biaya
mahal. Peningkatan tarif nonkapitasi seperti tarif persalinan di FKTP diduga kuat dapat
menurunkan kasus operasi Caesaria di RS.
4. Kemenkes segera meregulasi pelayanan telekonsultasi dan telemedicine agar dapat diakui oleh
BPJS Kesehatan sebagai bentuk pelayanan kesehatan juga sekaligus mengurangi tenaga
kesehatan terpapar COVID-19.
5. Kemenkes dan BPJS Kesehatan mengatasi segera hambatan redistribusi peserta seperti
intensifkan sosialisai hak pindah FKTP dan kemudahan administrasi pepindahan agar FKTP
memiliki jumlah peserta yang adekuat sehingga dapat meningkatkan mutu dan efisiensi.
6. Kemenkes mengatur Puskesmas di daerah perkotaan atau daerah yang memiliki dokter praktek
swasta agar tidak memberikan pelayanan JKN dan perkuat koordinasi pelayanan JKN dan program
seperti TB, Malaria, Kesehatan Ibu dan Anak, dan sebagainya.
7. Kemenkes bersama organisasi profesi perlu menyepakati kembali jumlah diagnosis yang menjadi
standar pelayanan di FKTP.

13
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3926992/
14
Laporan Pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Tahun 2019, BPJS Kesehatan, Jakarta, 2020.
15
https://www.who.int/docs/default-source/primary-health-care-conference/phc---economic-
case.pdf?sfvrsn=8d0105b8_2

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 293 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

8. Kredensialing BPJS Kesehatan turut mempertimbangkan kemampuan diagnosis dan indeks


kemahalan sebagai nilai normatif kapitasi pada FKTP.

B.Pembiayaan di tingkat FKRTL

Untuk Pembiayaan pelayanan FKRTL menggunakan tarif INACBGs yang ditetapkan Kemenkes
yang saat ini masih dinilai masih dibawah nilai keekonomian , perlu segera diimplementasikan
reklasifikasi coding yang telah diusulkan perhimpunan spesialis untuk dilanjutkan dalam
perhitungan tarif dengan diharapkan tetap melibatkan organisasi profesi .
Isue saat ini kedepan akan ada perubahan sistem rujukan di era JKN berbasis
kompetensi,akan diberlakukan kelas standart dan single tarif yang direncanakan pada tahun
2022. Dalam hal ini diperlukan pengawalan dari organisasi profesi dalam keterlibatan
penyusunan regulasi sistem rujukan berbasis kompetensi, kelas standart dan single tarif
untuk semua tipe kelas RS ( dalam proses pembahasan ditingkat pemangku kebijakan)

sistem pembiayaan di era jKN terjadi perubahan dari retrospective payment menjadi
prospective payment perlu ada nya perubahan sistem penghitungan jasa medis yang
sebelumnya fee for service akan lebih tepat berubah dengan sistem remunerasi yang
berkeadilan yang ditetapkan oleh organisasi profesi (panduan remunerasi PB IDI) dan
disepakati bersama asosiasi RS .

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 294 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

IV. Farmakoterapi dan Alat Kesehatan

REFORMASI
SUBSISTEM FARMAKOTERAPI
DAN PERBEKALAN KESEHATAN
DALAM MENJAMIN
KETERSEDIAAN, AKSES DAN KETERJANGKAUAN

PENDAHULUAN
• Pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu didukung tatakelola klinis yang baik, tersedianya
sarana prasarana yang cukup termasuk tersedianya perbekalan kesehatan terutama obat-
obatan & perbekalan kesehatan di Fasilitas Pelayanan kesehatan (Fasyankes)’
• Ketersediaan obat & perbekalan kesehatan sangat penting. Kekurangan atau kelangkaannya,
mengganggu proses pelayanan kesehatan dan berdampak merugikan masyarakat bahkan
dapat berakibat fatal.

OBAT & PERBEKALAN KESEHATAN


UU 36 th 2009 ps 1(3) perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Obat, dan perbekalan kesehatan, menurut UU No 36 th 2009 ttg Kesehatan pasal 98(1)
diselenggarakan guna menjamin keamanan, manfaat, dan mutu produk tersebut. Disamping itu
sesuai Pasal 36(1), Pemerintah harus menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Semua ini dilakukan dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pasal 37 (1) Pengelolaan perbekalan kesehatan
dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat akan perbekalan kesehatan terpenuhi.

KETERSEDIAAN
Obat Essential yg berkualitas untuk pelayanan kesehatan harus tersedia sepanjang waktu, dalam
jumlah yang adekuat/cukup, dalam dosis yang tepat, dengan harga yang terjangkau oleh pasien dan
masyarakat. Menurut UU No 36 th 2009 tentang Kesehatan pasal 40(1), pemerintah harus menyusun
daftar Obat esensial Nasional (DOEN) yaitu daftar jenis obat yang secara esensial harus tersedia bagi
kepentingan masyarakat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 295 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Obat esensial adalah obat terpilih yg paling dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan, mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yg harus tersedia di pelayanan kesehatan sesuai dg fungsi
dan tingkatnya. Obat esensial harus tersedia dalam jenis, bentuk, dan dosis yang tepat dan dalam
jumlah yg cukup. Penyediaan dan pelayanan obat berpedoman pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menjamin tersedianya obat bagi masyarakat di daerah terpencil, daerah tertinggal dan perbatasan,
daerah bencana, serta daerah rawan konflik.Pemerintah juga menjamin ketersediaan obat yang tidak
mempunyai nilai ekonomis (orphan drug).

Proses seleksi obat esensial harus transparan dan metode seleksi harus mengandalkan Evidence Based
Medicine (EBM) yaitu pemanfaatan bukti ilmiah terkini. Obat tersebut harus memiliki rasio manfaat-
risiko (benefit –risk ratio) yg paling menguntungkan pasien. Kriteria seleksi ini merupakan syarat paling
penting dalam memilih obat esensial disamping berbagai kriteria lainnya. Karena persyaratan dan
proses evaluasi yg harus dilakukan, maka penyusunan Daftar Obat Esensial tersebut harus disusun
oleh orang yang kompeten yaitu para “user” di bidang ilmu masing-masing. Mereka yang paling tau
obat apa yg paling dibutuhkan untuk penyakit/gangguan yang mereka kelola. Obat apa yg paling
dibutuhkan untuk terapi pasien dengan sindrom nefrotik pada anak misalnya. Jawabnya tentu dokter
yang paling kompeten yaitu dokter anak, lebih tepatnya dokter anak subspesialis nefrologi. Sesuai
dengan bidang ilmu yang digelutinya mereka secara berkesinambungan melakukan evaluasi terhadap
EBM di bidang ilmunya, dan punya pengalaman penggunaannya dari praktik klinik yang mereka
lakukan sehari-hari.
Di Indonesia proses ini tidak dilakukan dengan semestinya dan secara birokrasi dilakukan oleh unit
utama yang tidak tepat. Proses ini seharusnya dilakukan di Direktorat Jenderal (DJ) Pelayanan
Kesehatan dan bukan di DJ Farmalkes. Meski sama berurusan dengan obat, tetapi dokter adalah
“user” yaitu orang yang punya kompetensi untuk penggunaan obat pada manusia, sedang
farmasis/apoteker adalah orang yg punya kompetensi mengelola produk obat dalam pengertian
melakukan produksi, distribusi dan pelayanan/dispensing produk obat seperti tercantum dalam PP 51
ps 2(1).

Dalam menilai rasio manfaat-risiko dilakukan studi komparatif dari berbagai hasil uji klinik, meta
analisis serta review sistematik dan bagi para user manfaat/efikasi adalah faktor yang paling utama.
Seleksi obat esensial adalah masalah yg sarat dengan kajian ilmiah kedokteran sehingga dalam
menentukan kebijakan terkait dengan penyusunan jenis obat seharusnya juga melibatkan organisasi
profesi dokter dan perhimpunan.
Selama ini masalah ketersediaan obat esensial dalam pelayanan kesehatan baik jenis maupun
jumlahnya tidak memadai. Sering ditemui kekosongan obat esensial bahkan obat untuk penyelamat

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 296 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

hidup yg dapat berakibat fatal. Masalah vaksin palsu yang lalu termasuk masalah kekosongan
ketersediaan vaksin. Sejumlah vaksin memang harus disuntikkan berulang dg jedah waktu tertentu,
untuk mencapai kadar antibodi yg diharapkan. Bila saat penyuntikkan ulang kemudian ada
kekosongan, maka menimbulkan masalah karena dokter akan mencari produk tersebut untuk
memenuhi jadwal yg sudah ditetapkan. Dan masalah kekosongan ketersediaan vaksin tersebut
terbukti telah memakan banyak korban baik moril maupun materiel, termasuk tindakan pencegahan
penyakit yg diharapkan tidak tercapai. Pemerintah mencanangkan program nasional imunisasi untuk
mencapai target SDGS, artinya pemerintah harus menjamin ketersediaan jenis dan jumlah vaksin yang
dibutuhkan. Kenyataan dilapangan sering terjadi kekosongan vaksin dasar.

Kekosongan ketersediaan obat di lapangan masih terjadi, baik di pelayanan primer dan di tingkat
rujukan. Jumlah dan jenis obat yang tersedia didalam formularium nasional (fornas) belum sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan karena seharusnya fornas disusun oleh user sebagai tenaga yg
kompeten yang paling tau obat apa yg dibutuhkan untuk penyakit/gangguan yg ditanganinya.

Fornas masih kurang memadai dikarenakan masih banyak obat-obatan yang dibutuhkan pasien tidak
ada dalam e katalog, sehingga terjadi hambatan pelayanan. Obat yang dibutuhkan di FKTP tidak
lengkap untuk menangani 144 kasus yang harus dituntaskan di FKTP. Jumlahnyapun jauh dari
kecukupan. Ujung tombak pelayanan adalah FKTP yang diberikan amanah untuk menuntaskan
pengobatan 144 kasus dan menerapkan prosedur rujukan berjenjang. Program rujuk balik (PRB) tidak
berjalan maksimal karena sering terjadinya kekosongan obat di FKTP dan apotik jejaring. Terbatasnya
jumlah apotik jejaring yang menyediakan obat-obatan fornas juga menghambat akses pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

Ketersediaan jenis dan jumlah obat terbatas, obat kebanyakan hanya diberikan untuk terapi 3 hari
sedang obat PRB paling banyak diberikan untuk 7 hari. Tentunya ketersediaan obat yang tidak
memadai ini akan berdampak memelihara penyakit ketimbang menanggulanginya.

Obat dan alkes serta sarana pendukung yg belum memadai menghasilkan pelayanan yg tidak optimal
bahkan substandar, dan menimbulkan peningkatan rujukan ke FKRTL. Sebetulnya sangat ironis dengan
harapan pemerintah bahwa tenaga medis Indonesia harus bisa sejajar dengan koleganya di negara
luar setidaknya di negara jiran. Dengan sarana dan prasarana yang serba tidak memadai, melakukan
pelayanan sesuai standar pun kita keteteran. Kompetensi dokter Indonesia tidak kalah dengan
koleganya diluar, namun dengan sarana prasarana yang serba kedodoran, harapan tersebut menjadi
angan-angan.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 297 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Contoh obat esensial yang tidak tersedia seperti furosemid, akan berdampak fatal terhadap pasien
jantung. Obat program pemerintah seperti untuk TB paru pelaksanaan masih kekurangan obat, tidak
heran peringkat kita naik menjadi no 2 di dunia. Obat TB seperti INH dan rifampisin pernah terjadi
kekosongan sekitar 6 bulan. Program prolanis tidak berjalan dengan baik, karena ketersediaan obat
terbatas bahkan terjadi kekosongan. Lebih bahaya adalah obat obatan yang dibutuhkan untuk kasus
kegawat daruratan medis dan perawatan intensif, yang dampaknya dapat diprediksikan akan fatal.
Ketersediaan obat HIV sepertinya selalu bermasalah, apalagi bentuk sediaan untuk anak yang belum
pernah diperhatikan.

OBAT ESENSIAL GENERIK

Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas merupakan obat esensial generik. Di rumah sakit
pemerintah kurang dari 76%, di rumah sakit swasta 49%, dan di apotek kurang dari 47%. Konsep obat
esensial generik belum sepenuhnya diterapkan. Sarana kefarmasian enggan menyediakan obat
generik karena profitnya kecil dan dokter enggan menuliskan resep obat generik karena pasien
mengeluh sulit mencarinya. Tidak semua obat esensial tersedia dalam bentuk generik.

AKSES
Menurut UU 36 ps 37(2) pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat esensial dan alat
kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan kemanfaatan, harga, dan faktor yang
berkaitan dengan pemerataan. Pada pasal 40(3), pemerintah menjamin obat esensial tersedia secara
merata dan terjangkau oleh masyarakat.Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu menjamin akses
obat bagi masyarakat di daerah terpencil, daerah tertinggal dan perbatasan, serta daerah bencana,
daerah rawan konflik. Akses adalah bila obat tersedia secara merata, berkesinambungan dan
terjangkau oleh masyarakat baik di fasilitas kesehatan pemerintah, swasta maupun apotik. Umumnya
di tempat2 tersebut tidak ada apotik tempat pelayanan/dispensing obat atas resep dokter.

Dalam UU Praktik Kedokteran (UUPK) pasal 35(1) butir (g), dokter berwenang menulis resep obat dan
alat kesehatan; butir (i), menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yg diizinkan; dan pada butir (j)
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yg praktik di daerah terpencil yang tidak ada
apotek. Kewenangan untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien di daerah terpencil yang
tidak ada apotek juga tercantum dalam PP 51 tahun 2009, pasal 22, tentang Pelayanan Kefarmasian.
Menurut WHO akses dikatakan ada, bila obat tersedia di sarana yang berada dalam jarak 1 jam
berjalan. Untuk menjamin akses obat bagi masyarakat ditempat akses tersebut tidak ada, menurut
peraturan perUUan dapat dilakukan oleh dokter

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 298 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Menulis resep merupakan bagian dari Praktik Kedokteran yang di mulai dengan mewawancarai
pasien, melakukan serangkaian pemeriksaan untuk kemudian menegakkan diagnosis dan baru setelah
itu menentukan tatalaksana dan pengobatan pasien. Jadi penulisan resep dan/atau pemberian obat
tanpa tindakan praktik kedokteran bertentangan dengan Undang-Undang.
Saat ini pelanggaran UU ini terjadi sangat luas. Apoteker menyerahkan obat daftar G tanpa resep
dokter, meski melanggar UU No 29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran, dan PP 51 ttg Pelayanan
Kefarmasian. PP 51 tahun 2009 pasal 2(1) menjelaskan bahwa PP ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian
dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi. Dalam PP 51
tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian salah satunya adalah pelayanan obat
atas resep dokter. PP No 72 Th 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pada
pasal 16 (2) menyatakan bahwa penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk digunakan
dalam pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan resep dokter.
Meskipun dalam UU No 29 tentang Praktik Kedokteran, UU No 36 tentang Kesehatan, PP No 51 Th
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga PP No 72 Th 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan , bahwa untuk menyerahkan obat harus dilakukan atas resep dokter, praktik ini
masih tetap berlangsung .
Apoteker beralasan bahwa ada Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) tentang Obat Wajib Apoteker
(OWA). OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien. OWA tersebut diterbitkan untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan
khususnya akses obat. Ada 3 daftar OWA, tercantum dalam KMK No 347 tahun 1990, KMK No 924
tahun 1993 dan KMK No 1176 tahun 1999.
Kepmenkes secara hirarki berada dibawah UU dan PP, karenanya Kepmenkes OWA seharusnya
menjadi tidak berlaku, namun kenyataannya keberadaan OWA itu dijadikan alasan penyerahan obat
tanpa resep dokter. Untuk tertibnya pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta pelayanan
kesehatan, ketiga KMK tsb harus dibatalkan.

Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pasal 10(4), dijelaskan bahwa persyaratan pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.
PP 51 tahun 2009 pasal 21 (2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh Apoteker. Sesungguhnya Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu harus mempunyai tenaga apoteker. Menurut PP 51
pasal 51(1) Pelayanan Kefarmasian di apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya
dapat dilakukan oleh Apoteker.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 299 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Menteri menerbitkan PMK No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
dengan memberi waktu 3 tahun untuk melaksanakannya, ternyata dalam jangka 3 tahun masih
banyak sekali Puskesmas yang tidak memiliki Apoteker. Kemenkes kemudian menerbitkan PMK
Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas No 74 tersebut dengan menghilangkan sanksi dan
batas waktu pemenuhan SDM tersebut. Kemenkes mengubah PMK karena “Kami takut apabila
Puskesmas tersebut tidak memiliki apoteker maka nilai credentialing akan jelek dan BPJS akan
memutus kontrak,”
PMK Nomor 26 pasal 6 (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi. Pasal 6(2) Ruang farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.

Buletin Kopertis VI. Kementerian RISTEKDIKTI Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VI Jawa
Tengah, pada 3 Oktober 2020 memberitakan bahwa dari sejumlah kurang lebih 950 Puskesmas di
Jateng, tidak lebih dari 10% memiliki apoteker. Belum lagi di tingkat nasional, dari sekitar sepuluh ribu
Puskesmas di Indonesia, jumlah apotekernya tidak melebihi 5%. Realita ini sungguh ironis, padahal
sebagaimana diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 dan PP. 51 Tahun 2009, semestinya Puskesmas
harus ada apoteker.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis pada agustus 2019 mempublikasi penelitian deskriptif tentang
Keberadaan Tenaga Apoteker dan Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wilayah
Kota Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 6 dari 22 Puskesmas yang memiliki
Apoteker.
Detik Health 22 Agustus 2011 memberitakan bahwa dari 9 ribu puskesmas di seluruh Indonesia, hanya
10 % yang punya apoteker padahal jumlah lulusan farmasi sangat berlimpah. Data ini cukup ironis jika
dibandingkan dengan jumlah apoteker yang terdaftar di Kemenkes. Direktur Bina Pelayanan
Kefarmasian, mengatakan saat itu bahwa ada 40 ribu apoteker dengan laju pertumbuhan mencapai 4
ribu apoteker baru tiap tahun. Apoteker yang berminat kerja di puskesmas tidak banyak, karena kerja
di produksi (misalnya pabrik obat) dianggap tantangannya lebih mengglobal. “Sementara di
puskesmas kita tahu sendiri seperti apa”.
IAI-Hisfarsi akui apoteker enggan ke puskesmas
Radar Banjarmasin pada Maret 2019, mengabarkan bahwa dari 21 unit Puskesmas tersebar di 11
Kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) saat ini hanya ada dua Puskesmas yang memiliki
apoteker atau tenaga farmasi.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 300 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

Harian Jogja, 9 Agustus 2010 memberitakan bahwa 17 dari 18 Puskesmas Kota tidak memiliki
apoteker. Kondisi itu menurut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) berisiko mempengaruhi kualitas
peracikan obat bagi pasien atau melebihi dosis.
Medan Bisnis 30 Agustus 2016, memberitakan bahwa jumlah apoteker yang terdapat di Puskesmas di
Kota Medan masih minim. Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Medan mengatakan dari 39 Puskesmas
yang ada di Medan, baru 12 Puskesmas yang sudah memiliki apotakernya sendiri.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tentang
distribusi, ketersediaan serta pelayanan obat dan vaksin dalam menghadapi Jaminan Kesehatan
Semesta 2019. Penelitian kuantitatif dg disain potong lintang dari Februari sampai November 2017,
dilakukan di 5 regional yaitu di provinsi Jabar, Jatim, Sumsel, NTB, Aceh, Sulut, Sulsel, Kalsel, Kalteng,
Malut dan Papua. Pada tiap provinsi dipilih 3 kabupaten/kota, masing-masing daerah urban, rural,
tertinggal/perbatasan. Tiap kabupaten/kota dipilih 2 Puskesmas dg kriteria kapitasi tinggi dan rendah,
sehingga total berjumlah 66 Puskesmas. Hasil menunjukkan kegiatan pelayanan farmasi klinik yg
komprehensif sesuai standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.hanya diterapkan di 23.3%
Puskesmas yg punya Apoteker, dan hanya 4 Puskesmas (13.3%) yg apotekernya melakukan seluruh
pelayanan farmasi klinik sesuai standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
Kesimpulannya sebaiknya para Apoteker melaksanakan kewajiban berdasarkan peraturan per UU
terlebih dahulu, yaitu mengisi Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
ketimbang mendesak praktik mandiri, klinik, dan fasyankes lain untuk membuka pelayanan
kefarmasian dan mempekerjakan tenaga apoteker. Tidak ada peraturan yg mengamanatkan apoteker
harus ada di praktik mandiri maupun klinik bersama maupun fasyankes lain seperti tuntutan para
apoteker saat ini.

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL


Obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan,
sehingga obat tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata. Setiap pelaku pelayanan
kesehatan harus selalu bertindak berdasarkan bukti ilmiah terbaik dan prinsip tepat biaya (cost-
effectiveness) serta tepat manfaat (cost-benefit) dalam pemanfaatan obat, agar memberikan hasil
yang optimal.
Upaya Penggunaan Obat yang Rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik dan mengefisienkan biaya pengobatan. Upaya penggunaan obat yang rasional
dilakukan antara lain melalui kegiatan penerapan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dalam upaya
pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder, dan tersier, melalui pemanfaatan pedoman terapi dan
formularium berbasis bukti ilmiah terbaik. Penggunaan obat Rasional sangat tergantung pada peran

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 301 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

para user, karena penentuan obat apa yg akan digunakan pada penyakit atau gangguan tertentu
tergantung keputusan dalam praktik kedokteran. Peran ini dibantu oleh apoteker dalam melakukan
dispensing dg peran farmasi kliniknya yaitu dg menjelaskan bagaimana obat harus disimpan,
digunakan dg benar sesuai resep dokter dll.
Upaya penggunaan obat yang rasional juga perlu dilakukan kegiatan audit dan umpan balik
penggunaan obat rasional, pengembangan mekanisme pemantauan ketersediaan obat esensial dan
langkah-langkah perbaikan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) untuk meningkatkan mutu penggunaan obat secara rasional.
Seharusnya dalam organisasi DJ Pelayanan Kesehatan ada sebuah unit/Direktorat Penggunaan Obat
Rasional. Unit ini sangat penting karena tusinya mempromosikan penggunaan obat yg rasional. Saat
ini fungsi tersebut seolah semata-mata merupakan fungsi DJ Farmalkes yg merupakan pemahaman yg
keliru. Pemerintah nampaknya tidak peduli mengenai Penggunaan Obat Rasional yang sangat penting
dalam upaya efisiensi penggunaan obat.

STRUKTUR ORGANISASI

Sesungguhnya dg terbitnya Perpres No 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan
(LPNK BPOM), kewenangan kesehatan tentang pengawasan obat dan makanan telah dialihkan dengan
Perpres tersebut dari kewenangan Kemkes menjadi kewenangan LPNK BPOM, artinya kewenangan
tersebut tidak lagi berada di Kemkes. Untuk tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan tumpang
tindih kewenangan yg menghambat pelayanan kesehatan, DJ Farmalkes sebaiknya diliquidasi dan
fungsi terkait masalah penggunaan obat seperti penyusunan DOEN, Formularium Nasional dan
Penggunaan obat rasional berada di DJ Pelayanan Kesehatan. Bila benchmarking ke negara lain di
dunia, sebuah negara untuk pengawasan obat dan makanan hanya memerlukan FDA (Food and Drug
Administration) Negara sebesar USA pun hanya punya FDA dan tidak ada yg punya DJ Farmalkes
seperti disini, yang selama ini selalu menimbulkan masalah.

Contoh, DJ Farmalkes menginisiasi Menkes menerbitkan penjaminan mutu yang seharusnya dilakukan
oleh Badan POM. Terbitnya PMK no 2 tahun 2016 ttg Uji Mutu Obat pd Instalasi Farmasi Pemerintah,
kewenangan Badan POM dialihkan kepada Instalasi Farmasi Dinkes dan Instalasi Farmasi RS, untuk
kemudian dilaporkan kepada DJ Farmalkes. PMK ini tidak mungkin dilaksanakan karena Instalasi
Farmasi Dinkes dan Instalasi Farmasi RS tidak mempunyai SDM, laboratorium maupun sarana
prasarana pengujian mutu obat. Dengan diterbitkan PMK no 2 th 2016 tersebut tidak ada yang
menjamin mutu obat, sehingga tidak heran bila saat itu timbul masalah vaksin palsu. Kewenangan
BPOM dalam menjamin mutu obat diambil oleh DJ Farmalkes yang tidak punya kemampuan
penjaminan mutu. Bagi yang mengerti ini adalah pengambilan kewenangan yang memberi dampak

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 302 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

sangat serius. Telah pula diterbitkan beberapa PMK Kefarmasian serupa yaitu PMK no 9 th 2004 ttg
Klinik; PMK 30 th 2014 ttg Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; 35 th 2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian; PMK No 58 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di RS.

ALAT KESEHATAN
Alat kesehatan (Alkes) juga harus tersedia dalam jenis, bentuk, dan fungsi yang tepat dalam jumlah yg
cukup. Potensi anak bangsa tidak diragukan, namun dibutuhkan kebijakan dan keberpihakan pada
anak bangsa sendiri agar mampu mengakomodasikan perkembangan teknologi dan memproduksi
peralatan kedokteran dan kesehatan demi memperhatikan keterjangkauan harga bagi masyarakat. Di
era pandemi ini terlihat kemampuan anak bangsa untuk memproduksi alat kesehatan dan alat
kedokteran tersebut. Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam bidang ini harus terus
dikembangkan. Sebetulnya sejak lama kebijakan tentang menggunakan produk dalam negeri telah
dicanangkan, namun realisasinya masih sebatas angan2.
Buat perbekalan kesehatan berupa alat kesehatan dan alat kedokteran seharusnya tidak dikenakan
bea masuk sebagai barang mewah sebagaimana negara lain di dunia, sehingga biaya pelayanan
kesehatan terkait penggunaannya juga dapat lebih rasional dan terjangkau.

KETERJANGKAUAN
Perbekalan kesehatan berupa obat generik yang termasuk dalam DOEN, menurut UU No 36 ttg
Kesehatan pasal 40(6) harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya, sehingga penetapan
harganya dikendalikan oleh Pemerintah.
Keterjangkauan terhadap terapi diestimasi sebagai jumlah hari upah minimum pekerja/buruh (UMR)
yang dibutuhkan untuk membayar sektor private biaya pengobatan 1 bulan dalam dosis standar (dosis
yang lazim digunakan). Penetapan harga ini sebaiknya diserahkan kepada Tim independen dan tidak
diserahkan kepada pihak2 yg merupakan bagian dari industri Farmasi. Penetapan harga obat
seharusnya dihitung berdasarkan harga bahan baku dan semua unit cost yg ada, dan bukan tawar
menawar dengan industri seperti belanja di pasar basah.
Salah satu upaya yang pernah dilakukan Pemerintah adalah mempunyai pabrik obat sendiri. Pabrik
tersebut memproduksi obat esensial untuk program pemerintah agar ketersediaan dan
keterjangkauan dapat terjamin. Dimungkinkan adanya subsidi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
Saat ini semua BUMN farmasi sudah IPO, bahkan membentuk holding sehingga peran yg diinginkan
tidak mungkin terjadi. Produk obat esensial yg dihasilkan juga berbeda tampilan dan kemasannya
sehingga tidak bisa dilepas di pasar reguler.
Mengingat obat esensial dan alat kesehatan dasar merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan, maka tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 303 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

semata. Berbagai upaya dapat dilakukan namun dibutuhkan kebijakan dan keberpihakan kepada
masyarakat banyak agar dapat terlaksana.

KESIMPULAN
1. Pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu ketersediaan obat-obatan & perbekalan kesehatan
2. Pemerintah menjamin keamanan, manfaat, dan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan
serta menjamin ketersediaan terutama obat esensial, pemerataan, dan keterjangkauannya.
3. Pemerintah menyusun DOEN sebagai pedoman penyediaan dan pelayanan yg harus tersedia
sepanjang waktu dlm jumlah yg adekuat serta terjangkau. Metode seleksi harus transparan dan
mengandalkan EBM. Seleksi & Penyusunan DOEN harus dilakukan oleh orang yang kompeten
yaitu para “user” di bidang ilmu masing-masing beserta organisasi profesi dan perhimpunan
4. Fakta saat ini ketersediaan obat esensial baik jenis maupun jumlahnya tidak memadai, dan
harganya tidak terjangkau. Penetapan harganya harus dikendalikan oleh Pemerintah dan
dilaksanakan oleh Tim independen.
5. Alat kesehatan (Alkes) harus tersedia dalam jenis, bentuk, dan fungsi yang tepat dalam jumlah yg
cukup. Alat kesehatan dan kedokteran merupakan penyumbang biaya pelayanan yg jauh dari
keterjangkauan karena diperlakukan sbg barang mewah dan dikenakan pajak barang mewah.
Seharusnya sebagaimana negara lain pajak tersebut harus dihilangkan. Potensi anak bangsa untuk
memproduksi perbekalan kesehatan ini tidak diragukan, namun dibutuhkan kebijakan dan
keberpihakan.
6. Akses adalah bila “obat tersedia secara merata, berkesinambungan” dan
terjangkau. Untuk pemerataan bagi tempat2 yg tiada sarana pelayanan obat, sesuai peraturan
perUUan, dokter dapat melakukannya.
7. POR merupakan langkah untuk pelayanan kesehatan yang baik dan mengefisienkan biaya
pengobatan. Penerapan DOEN dalam upaya yankes primer, sekunder, dan tersier merupakan
sebuah keniscayaan.
8. Ada kurang lebih 224 Industri Farmasi
emproduksi API (Active Pharmaceutical Ingredient), saat ini tidak menguntungkan. Investasinya
besar dan memproduksi API memerlukan banyak senyawa kimia pendukung. Industri
intermediate tsb masih langka. Tidak bisa bersaing harga dg produk PRC krn kita pasar lokal dan
PRC pasarnya dunia.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 304 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.1

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN
Aminofilin Supp. maks 3 supp.
maks 20 tab
Asam Mefenamat
sirup 1 botol
Asetilsistein maks 20 dus
Astemizole
Betametason maks 1 tube
Bisakodil Supp. maks 3 supp.
maks 20 tab
Bromhexin
sirup 1 botol
Desoksimetason maks 1 tube
Dexchlorpheniramine maleat
Difluocortolon maks 1 tube
Dimethinden maleat
Ekonazol maks 1 tube
Eritromisin maks 1 botol
Framisetna SO4 maks 2 lembar
Fluokortolon maks 1 tube
Fopredniliden maks 1 tube
Gentamisin SO4 maks 1 tube
Glafenin maks 20 tab
Heksakklorofene maks 1 botol
Hexetidine maks 1 botol
Hidrokortison maks 1 tube
Hidroquinon maks 1 tube
Hidroquinon dgn PABA maks 1 tube
Homochlorcyclizin HCl
maks 20 tab
Karbosistein
sirup 1 botol
maks 10 tab
Ketotifen
sirup 1 botol
Kloramfenikol maks 1 tube
Lidokain HCl maks 1 tube
Linestrenol 1 siklus
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Mebhidrolin maks 20 tab
Metampiron maks 20 tab
sirup 1 botol

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 305 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.2

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT


PER PASIEN
tab 200mg, 6 tab
Albendazol
tab 400mg, 3 tab
Bacitracin 1 tube
Benorilate 10 tablet
Bismuth subcitrate 10 tablet
Carbinoxamin 10 tablet
Clindamicin 1 tube
Dexametason 1 tube
Dexpanthenol 1 tube
Diclofenac 1 tube
Diponium 10 tablet
Fenoterol 1 tabung
Flumetason 1 tube
Hydrocortison butyrate 1 tube
tab 400 mg, 10 tab
Ibuprofen
tab 600 mg, 10 tab
Isoconazol 1 tube
kadar <2%
Ketokonazole krim 1 tube
scalp sol. 1 btl
Levamizole tab 50 mg, 3 tab
Methylprednisolon 1 tube
Niclosamide tab 500mg, 4 tab
Noretisteron 1 siklus
Omeprazole 7 tab
Oxiconazole kadar<2%,>
Pipazetate sirup 1 botol
Piratiasin Kloroteofilin 10 tablet
Pirenzepine 20 tablet
Piroxicam 1 tube
Polymixin B Sulfate 1 tube
Prednisolon 1 tube
Scopolamin 10 tablet
Silver Sulfadiazin 1 tube
Sucralfate 20 tablet
Sulfasalazine 20 tablet
Tioconazole 1 tube
Urea 1 tube

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 306 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

DAFTAR OBAT WAJIB APOTEK (OWA) NO.3

NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER


PASIEN
Alopurinol maks 10 tab 100mg
Aminofilin supositoria maks 3 supositoria
Asam Azeleat maks 1 tube 5g
Asam Fusidat maks 1 tube 5g
maks 20 tab
Bromheksin
sirup 1 botol
Diazepam maks 20 tab
Diklofenak natrium maks 10 tab 25mg
Famotidin maks 10 tab 20mg/40mg
Gentamisin maks 1 tube 5 gr atau botol 5 ml
Glafenin maks 20 tab
Heksetidin maks 1 botol
Klemastin Maks 10 tab
Kloramfenikol (Obat Mata) maks 1 tube 5 gr atau botol 5ml
Kloramfenikol (Obat Telinga) maks 1 botol 5ml
maks 6 tab
Mebendazol
sirup 1 botol
Metampiron + Klordiazepoksid maks 20 tab
Mequitazin maks 10 tab atau botol 60ml
Motretinida maks 1 tube 5g
Orsiprenalin maks 1 tube inhaler
Piroksikam maks 10 tab 10mg
Prometazin teoklat maks 10 tab atau botol 60ml
Ranitidin maks 10 tab 150mg
Satirizin maks 10 tab
Siproheptadin maks 10 tab
Toisiklat maks 1 tube 5g
Tolnaftat maks 1 tube
Tretinoin maks 1 tube 5g

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 307 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

V. Model Pelayanan Kesehatan Primer-Dokter Praktik


Perorangan

PENDAHULUAN
Pada tahun 2014 akhir JKN diterapkan setelah proses yang panjang. Di mulai dari amandemen UUD
1945 tahun 1998 yang mencantumkan kesehatan sebagai hak setiap warga negara, maka lahirlah UUD
SJSN tahun 2004, UU Kesehatan tahun 2009, UU BPJS tahun 2012. JKN pada prinsipnya di topang
oleh 2 sistem yaitu sistem pembiayaan dan sistem pelayanan kesehatan. Jadi patut disayangkan
kelahiran UU SJSN tahun 2004 tidak diikuti terbitnya UU sistem kesehatan nasional, tapi diikuti oleh
UU praktik Kedokteran tahun 2004. Baru kemudian diterbitkan Perpres SKN untuk menambah
kekosongan regulasi ini. Tampak disini ada ketidak seimbangan regulasi dalam menata sistem
pelayanan kesehatan yang baik untuk menopang kesinambungan penyelenggaraan JKN
Latar belakang ini menjelaskan bagaimana IDI telah menyiapkan langkah antisipasinya yang cukup
panjang dan tetap konsisten mengadvokasi perlunya penguatan regulasi sistem pelayanan kesehatan
nasional berorientasi pelayanan primer untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
optimal bagi sebesar – besarnya kepentingan masyarakat.

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN NASIONAL


• Sistem pelayanan kedokteran yang mengacu kepada konsep primary heath care ( PHC) adalah
sistem yang menata fasilitas kesehatan menjadi berstruktur piramida yang terbagi menjadi 3
strata sesuai pola pencarian layanan kesehatan masyarakat
1. Strata primer yang merupakan fondasi dan bagian terbesar dari sistem ini berfungsi sebagai
mitra masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup sehat, memelihara kesehatan dan
mengatasi sebagian besar masalah kesehatan sehari - hari oleh karena itu tempatnya harus
di tengah masyarakat atau sedekat mungkin dengan masyarakat yang dilayani.
2. Strata sekunder berfungsi sebagai back up ( pendukung ) untuk mengatasi masalah yang tidak
dapat diselesaikan di strata primer.
3. Strata tersier berfungsi sebagai pusat rujukan untuk mengatasi masalah khusus yang sangat
spesialistis dan juga sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.

• Untuk mengarahkan agar sistem pelayanan kesehatan nasional berorientasi pada pelayanan
primer, Negara harus campur tangan dengan membuat kebijakan publik, termasuk menata faktor
penentu yang menjadi kesepuluh faktor penentu yang dominan adalah :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 308 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

1. Regulasi condong ke pelayanan primer


2. Pembiayaan kesehatan prospektif
3. Siapa dokter yang praktik distrata perimer (dengan adanya pendidikan SpKKLP, bagaimana
penempatan dokter SpKKLP kedepannya : di layanan primer/ di tingkat rujukan ?)perlu
ada regulasi .
4. Bentuk dan status dokter umum
5. Rasio dokter umum terhadap populasi
6. Persentase dokter spesialis terhadap dr umum terhadap populasi
7. Bentuk praktik dan status dokter spesialis
8. Masyarakat terbiasa mencari pelayanan secara berjenjang
9. Metode membayar dokter
10. pendapatan dokter umum terhadap dokter spesialis
Dengan penerapan JKN setidaknya faktor 1,2,3 dan 8 sudah mulai ditata kedepan yang lebih baik

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


Jaminan kesehatan atalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan, yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
berdasarkan prinsip asuransi kesehatan sosial. Penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional (
JKN ) harus ditopang oleh dua sistem yaitu sistem pembiayaan kesehatan dan sistem pelayanan
kesehatan. Kedua sistem ini harus dapat diintegrasikan menjadi satu, ibarat sebuah koin dengan
tujuan menjamin hak masyarakat memperoleh akses ke pelayanan kesehatan bermutu.

Sistem Pembiayaan Kesehatan


Sistem pembiayaan kesehatan memiliki 3 buah fungsi utama yaitu mengumpulkan dana dari
peserta (collecting) menghimpun dana dan meminimalkan risiko ( risk pooling) serta membeli dan
menyediakan layanan kesehatan untuk melayani peserta ( purchasing ). Ketiga fungsi ini
dilaksanakan berlandaskan pada kaidah dan prinsip asuransi kesehatan sosial.

Ketiga fungsi ini akan dilaksanakan oleh sebuah badan hukum politik yaitu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Bidang Kesehatan ( BPJS ) . BPJS berfungsi mengumpulkan dana dari pembayar (

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 309 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

payor) dengan mekanisme tertentu mengelola dana tersebut, serta menyeleksi dan mengontrak
pemberi pelayanan kesehatan ( provider ) untuk melayani peserta JKN.
JKN pada prinsipnya hanya menghilangkan biaya langsung yang terjadi saat mencari pelayanan
kesehatan agar peserta tidak mempunyai hambatan finansial ( financial barrier ) untuk mengakses
layanan layanan kesehatan pada saat ia membutuhkan. Peserta masih harus mengeluarkan biaya
langsung seperti biaya transportasi, makan, akomodasi dan waktu yang hilang ( opportunity cost )
ketika mencari pelayanan kesehatan. Hal ini yang menyebabkan mengapa masyarakat miskin tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun biayanya di gratiskan

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Penerapan JKN harus di topang oleh sistem pelayanan kesetahan berorientasi pelayanan primer,
Dalam sistem yang terstruktur terdiri dari 3 strata ini, fasilitas kesehatan strata primer ditempatkan
sebagai pintu masuk ( entry point ) masyarakar ke sistem pelayanan. Fasilitas kesehatan di strata
pertama berperan sebagai gatekeeper untuk mengatasi sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat. Fasilitas kesehatan di strata sekunder berperan sebagai pendukung ( back up) untuk
menhatasi masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan strata pertama. Fasilitas kesehatan di
strata tersier untuk mengatasi masalah kasus tersulit dan langka.

Untuk meminimalkan pengeluaran biaya tidak langsung, ketersediaan dan kemudahan akses
mayarakat ke fasilitas kesehatan sangat penting dalam JKN. Sering ditemukan adanya masyarakat
yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai biaya transportasi
menuju fasilitas kesehatan. Oleh karena itu mengembangkan sistem pelayanan kesehatan yang
dapat menata persebaran dan pemerataan fasilitas kesehtan ke seluruh wilayah NKRI menjadi
prasyarat keberhasilan JKN. Dalam hal ini peran negara harus ada . Negara harus menjamin
ketersediaan fasilitas kesehatan sedekat mungkin atau di tengah masyarakat dimanapun mereka
berdomisili.
1. KONDISI GEOGRAFI
Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas Roete merupakan
negara kelautan terbesar di dunia yang dihuni oleh 13.466 pulau. Kondisi geografik, kekayaan
sumber dalam, flora dan fauna serta adat istiadar dari ratusan suku yang menghuninya menjadikan
keragaman sebagai bagian yang tak terpisahkan dari negara Indonesia. Keragaman ini dan
disparitas antar dan dalam wilayan NKRI berdampak pada kinerja sistem pelayanan dan status
kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan kondisi ini tidak mudah untuk menyediakan fasilitas

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 310 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

kesehatan yang mutunya sama bagi ± 245 juta penduduk yang tersebuat di ± 7000 dari 13.466
pulau.
Pemahaman terhadap kondisi geografi, tingkat wilayah administratif dan karakterisik desa sangat
penting dalam merencanakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan ( UKP )
maupun upaya kesehatan masyarakat ( UKM) dalam era otonomi daerah dan era JKN.

JKN wajib diikuti oleh seluruh penduduk, dan ini berarti pemerintah harus mampu mengatur
persebaran dan pemerataan fasilitas kesehatan berikut dokternya ke seluruh NKRI.
Mempertemukan kebutuhan dan keinginan penduduk ( sisi demand ) dan kebutuhan untuk
menyediakan fasilitas kesehatan ( sisi suplai ) memerlukan pemahaman tentang kondisi geografi
dan heterogenitas NKRI. Sehingga bila JKN ingin menjangkau penduduk di seluruh wilayah NKRI,
maka perlu dikembangkan model pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, baik yang tinggal di desa perkotaan, desa perdesaan, desa wilayah terpencil dan sangat
terpencil dan sekaligus menempatkan tenaga kesehatan termasuk dokternya.Dalam hal in Dokter
praktek perorangan sangat tepat untuk terlibat dalam pemerataan kesehatan dengan dukungan
regulasi dan keterjaminan kepesertaan dengan nilai kapitasi yang rasional disesuaikan dengan
geografi ,jumlah kepadatan penduduk,dan faktor resiko sehingga dokter praktek perorangan
(DPP) dapat survive dalam menjalankan praktek perorangan dan juga diperhatikan
kesejahteraannya dan terjaga keprofesionalnya dalam melaksanakan praktek kedokteran

2. LANDASAN HUKUM
• Undang – Undang Dasar RI tahun 194
• Undang – Undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Undang – Undang RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
• Undang – Undang RI No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• Undang – Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang – Undang RI No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
• Undang Undang nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
• Peraturan Presiden RI No 82 tahun 2018 tentang Sistem Kesehatan Nasional
• Instruksi presiden No 8 tahun 2017 tentang Optimalisasi program JKN
• Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 11 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi
Dokter Indonesia
• PMK No 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan perorangan
• Permenkes No 28 tahun 2014 tentang Pedoman pelaksanaan program JKN

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 311 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

• Permenkes No 99 tahun 2015 tentang pelayanan kesehatan pada JKN


• Keputusan Menteri Kesehatan HK 02.02/Menkes/252/2016 tentang Asosiasi faskes
• Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
• Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 tahun 2017 tentang
Redistribusi peserta

MODEL PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


a. Karakterisik Wilayah Pelayanan
Pelayanan primer menjadi pintu masuk ( entry point ) masyarakat ke sistem pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu entitas pelayanan primer ditempat di tengah masyarakat dan wilayah
pelayananya setingkat desa, mengingat desa adalah strata administrasi pemerintahan terkecil.
Wilayah pelayanan ini dapat diberlakukan menjadi desa di perkotaan ( urban ) di pedesaan ( rural
) dan di daerah terpencil ( remote) berdasarkan berbagai faktor berikut ini.
Mengingat kondisi geografi dan heterogenitas NKRI yang unik, pengelompok desa menjadi desa
perkotaan, desa perdesaan dan desa terpencil tidak cukup menggambarkan kondisi desa
sebenarnya. Upaya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan primer ( FKTP ) di suatu desa harus
mempertimbangkan faktor – faktor yang menentukan karakteristik desa di atas secara lebih
detail. Langkah ini diperlukan agar model generik FKTP ( perkotaan, perdesaan dan terpencil )
dapat disesuaikan dengan kondisi riil dan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan dapat menjamin kesinambungan pelayanan
kesehatan dalam jangka panjang.

b. Model Pelayanan Kesehatan di Daerah Perkotaan


Dengan mempertimbangkan faktor – faktor seperti tersebut di atas yang ada di desa di
perkotaan, pengembangan rancang bangun Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ( FKTP ) dan
Puskesmas di daerah perkotaan perlu memperhitungkan 3 faktor ini.
• Pergerakan Pasien
Masyarakat perkotaan mudah mengakses FKTP dan dokter mudah merujuk pasien ke fasilias
pelayanan kesehatan lain. Sehingga akses dan kesinambungan pelayanan berjalan baik
• Peluang terjadinya persaingan
Jumlah penduduk perkotaan besar dan tingkat kepadatannya tinggi menyebabkan banyak
formasi FKTP yang dapat ditawarkan kepada masyarakat / swasta yang ingin membangun

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 312 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

FKTP. Di sisi lain minat dokter untuk mengisi formasi tersebut diperkirakan cukup tinggi
karena banyak dokter yang ingin tinggal di perkotaan. Kondisi ini kondusif untuk memicu
para dokter yang pada dasarnya adalah self – employed profession untuk membuka
praktik perorangan . Dengan regulasi yang baik dan transparan, serta ikatan kontraktual
yang atraktif dapat diciptakan iklim persaingan yang positif dan keterjaminan kepesertaan
yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

• Retensi dokter
Retensi dokter tinggal diperkotaan sangat tinggi, karena di kota tersedia fasilitas pendukung
kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri dan keluarganya serta untuk pengembangan karir
profesionalnya.

c. Model Pelayanan Kesehatan di Pedesaan


Dengan mempertimbangkan rancang bangun FKTP dari Puskesmas di daerah pedesaan perlu
pulu memperhitungkan 3 faktor berikut ini :
• Pergerakan pasien
Masyarakat tidak mudah mengakses FKTP dan dokter tidak mudah melakukan rujukan ketika
pasien membutuhkannya. Ada keterbatasan gerak pasien karena masalah tansportasi
setempat maupun transportasi ke wilayah lain. Keadaan ini menyebabkan pasien tidak
mendapat pelayanan kesehatan di saat dibutuhkan dan kesinambungan pelayanan tidak
terjamin

• Peluang terjadinya persaingan


Jumlah penduduk tidak besar, kepadatan tidak tinggi dan penyebaran tidak merata
sehingga FKTP yang dapat ditawarkan ke masyarakat terbatas dan kondisi daerahnya
bervariasi. Ada daerah yang cukup menarik dan minat dokter tinggi untuk mengisi formasi
tersebut, ada daerah yang kurang diminiati, bahkan ada daerah yang sama sekali tidak
diminati . Karena formasi FKTP terbatas, mungkin hanya ada 1 FKTP di suatu wilayah dan
di wilayah itu tidak ada persaingan. Masyarakat tidak mempunyai pilihan selain
menggunakan FKTP yang ada, meski kualitasnya tidak seperti yang diharapkan

• Retensi dokter
Retensi rendah karena tidak tersedia fasilitas pendukung kehidupan yang layak untuk dirinya
dan keluarganya, serta ada keterbatasan dalam pengembangan karir profesinya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 313 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

d. Model Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil


Untuk menjamin akses ke pelayanan kesehatan pemerintah wajib menyediakan dan
menempatkan tenaga kesehatan di seluruh wilayah NKRI sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, terutama bagi masyarakat miskin, masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, pulau
– pulau terluar dan terdepan serta masyarakat didaerah yang tidak diminati swasta.Kondisi
geografi dan heterogenitas NKRI yang unik menuntut adanya pola penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang berbeda, sesuai dengan kondisi setempat. Dengan mempertimbangkan secara
lebih rinci berbagai faktor yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, dan menjamin akses dan
kesinambungan pelayanan kesehatan, maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
perkotaan, pedesaan, dan daerah terpencil perlu dikembangkan sesuai dengan ciri masyarakat
yang akan dlayani.

DOKTER PRAKTEK PERORANGAN

DEFINISI
1. Dokter Praktek perorangan adalah dokter umum yang pendidikannya terlatih menerapkan
prinsip ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran yang ranah kerjanya di strata primer.
2. Bertanggungjawab terutama dalam menyediakan pelayanan komprehensif dan sinambung
kepada setiap individu yang menjadi kliennya yang masuk dalam cakupan kepesertaan di
FKTPnya tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan penyakit,
3. Melayani peserta dalam cakupannya dalam konteks keluarga komunitas dan budaya serta
selalu menghormati otonomi pesertanya

Dokter Praktek perorangan adalah dokter umum yang pendidikannya terlatih menerapkan
prinsip ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran yang ranah kerjanya di strata primer. Ia
bertanggungjawab terutama dalam menyediakan pelayanan komprehensif dan
berkesinambungan kepada setiap individu yang menjadi kliennya yang masuk dalam cakupan
kepesertaan di FKTPya tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan penyakit, melayani kliennya
dalam konteks keluarga komunitas dan budaya serta selalu menghormati otonomi kliennya.
• Dokter praktek perorangan di FKTP dapat melakukan praktek solo (dokter praktek mandiri
/DPM ) atau dapat melakukan praktek bersama pada tempat yang sama dan terdiri
dari beberapa orang dokter umum (maksimal 5 dokter umum ), juga dapat bermitra
dengan profesi lain ( apoter, dr gigi, bidan ). Pembiayaan praktek bersama dapat
secara cost sharing atau revenue sharing dan masing masing dokter berhak

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 314 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

mendapatkan cakupan peserta dalam menjalankan praktek (maksiamal 8


jam),dalam hal ini dokter umum akan lebih efektif dalam menjalankan tugasnya
karena beban operasional akan ditanggung bersama (berbeda dengan operasional
klinik)

4. LINGKUP PELAYANAN DOKTER PRAKTEK PERORANGAN


Prinsip pelayanan Dokter Praktek Perorangan antara lain : kontak pertama, komprehensif dan
sinambung. Penerapan prinsip ini mengharuskan DPP mampu menyediakan sebanyak mungkin
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan kliennya sampai tuntas, baik untuk keperluan
pemeliharaan dan pencegahan penyakit di kala sehat maupun untuk keperluan pengobatan di
kala sakit . Di era JKN Pelayanan dapat diberikan oleh dokter praktek perorangan yang dapat
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sebagai provider .

1) Layanan mendesak gawat darurat


DPP siap untuk memberikan layanan mendesak atau gawat darurat yang sewaktu –
waktu terjadi di tempat praktek dan mengutamakn keselamatan pasien seperti
mengatasi syok atau asma akut,dll

2) Koordinasi mendesak gawat darurat


DPP menyiapkan data, surat dan kondisi peserta dan menghubungi dokter di fasilitas
kesehatan rujukan untuk koordinasi pemenuhan kebutuhan pasiennya.

3) Pelayanan pengobatan
Memberikan terapi kepada pasien sesuai kompetensi yang tertuang dalam SKDI dengen
mempertimbangkan sarana prasarana yang dimiliki Dokter Praktek Perorangan , dan
menyediakan obat obatan emergency serta obat obatan yang dibutuhkan pasien sesuai
variasi kasus penyakit yang ditanganinya (DPP bisa melakukan dispensing untuk DPP yang
tidak terjangkau dengan apotik dan dapat bermitra dengan profesi lain (apoteker) dalam
membangun praktek bersama atau bekerjasama dengan apotik jejaring untuk wilayah
yang terjangkau dengan apotik jejaring.

4) Pemeriksaan diagnostik
Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien , praktek DPP dapat bekerjasama dengan
fasilitas laboratorium dan radiologi jejaring yang bekerjasama dengan DPP

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 315 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

5) Melakukan kegiatan promotif dan preventif


Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan pasien dan keluarga dalam meningkatkan
perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, kesehatan lingkungan dll

6) Melaksanakan program dan pelayanan program lainnya yang diatur dalam regulasi
pelayanan di FKTP di era JKN

7) Mengimplementasikan Tata kelola Managemen dan Tata Kelola Klinis yang baik

5. CARA KERJA DOKTER PRAKTEK PERORANGAN


DPP bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan peserta cakupannya dan ia
bekerjasama dengan peserta dalam cakupannya di kala sehat maupun di kala sakit. Tanggung
jawab mengharuskan DPP menyediakan program pemeliharaan kesehatan bagi peserta
cakupannya yang sehat dan program pengobatan / pemulihan bagi peserta cakupannya yang
sedang jatuh sakit. Program ini harus spesifik dan sesuai dengan kondisi kebutuhan setiap peserta
dalam cakupannya . Cara kerja yang dilandasi prinsip praktik DPP ( kontrak pertama ,
komprehensif, koordinatif, sinambung, personal mengutamakan promotif dan preventif )
mengharuskan DPP memiliki pola pikir dan pola tindakan yang spesifik profesinya.
Dokter Praktek Perorangan bertanggungjawab memelihara dan meningkatkan kesehatan
komunitas binaannya dan tugas ini mengharuskan ia melaksanakan secara sistematis dan
terencana 4 langkah sebagai berikut

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 316 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

CARA KERJA DOKTER PRAKTEK PERORANGAN

Steps Promotif preventif Kuratif


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Assesment Penilaian status dan resiko kesehatan ( well check up)

Profil Kesehatan Pridadi

Targeting
Analisa dan Klasifikasi

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sehat Penyandang Penderita Pemeriksaan


faktor tisiko spesifik
individu

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Intervasion Intervensi proaktif ( well monitor )

Terapi
Edukasi - Edukasi - Edukasi penyakit
- Hilangkan dan - Hilangkan dan kelola
peny
kelola faktor faktor risiko
resiko - Penatalaksanaan
non farmasi Rujukan ke
spesialis

Monitoring
Pemantauan, penelusuran dan evaluasi

Reminder service, progress – report, participant report

1) Penilaian profil kesehatan pribadi ( assessment )


DPP mengawali upaya pemeiiharaan kliennya dnegan melakukan penilaian komprehensif
terhadap faktor risiko dan kondisi kesehatan dengan tujuan memperoleh profil kesehatan
pribadi peserta nya
2) Penyusunan program kesehatan spesifik ( targeting )
Tersedianya profil kesehatan ini memberikan kesempatan kepada DPP untuk mempelajari
masalah kesehatan yang ada pada peserta dalam cakupannya sehingga DPP dapat menyusun
program kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap komunitas binaannya .

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 317 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

3) Intervensi proaktif ( intervention )


Dengan demikian, setiap klien apakah ia dalam kondisi sehat, menyandang faktor risiko atau
sakti secara proaktif akan diajak mengikuti program pemeliharan kesehatan yang spesifik
dengan kebutuhannya. Melalui program proaktif ini diharapkan klien yang sehat dapat tetap
sehat yang saat ini menyandang faktor risiko dapat dikurangi kemungkinan jatuh sakit berat
di kemudian hari dan yang saat ini menderita suatu penyakit dapat segera pulih, dicegah
terjadinya komplikasi atau diupayakan agar kecacatan seminimal mungkin . Bila diperlukan si
klien tersebut akan dirujuk ke spesialis

4) Pemantauan kondisi kesehatan ( monitoring )


Selanjutnya pelaksanaan program dan hasilnya akan dipantau dan dievaluasi terus menerus
dan menjadi masukan bagi dokter keluarga untuk meningkatkan kualitas program dan
memotivasi kliennya ( monitoring )

6. ENTITAS PRAKTIK DOKTER DAN TIM KERJA DOKTER PRAKTEK PERORANGAN


a. Entitas Dokter Praktek Perorangan
Yang dimaksud entitas praktek DPP adalah wahana yang digunakan DPP untuk
mencurahkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya semasa pendidikan DPP
dalam bentuk pemberian pelayanan kedokteran kepada pasiennya secara mandiri. Idealnya
entitas praktik ini mirip dengan wahana pendidikan waktu ia mengikuti pendidikan , agar
pengetahuan dan ketrampilan pada waktu ia mengikuti pendidikan, agar pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh semasa pendidikan dapat langsung diterapkan di tempat
praktiknya.
Jika mengubah secara mendasar pola masyarakat mencari pelayanan kesehatan dari yang
selama ini bebas menentukan pilihan menjadi harus mengikuti aturan . Pada sistem JKN
setiap penduduk wajib mendaftar ke 1 entitas praktik DPP yang berada di wilayahnya.
Selanjutnya entitas DPP dan tim kerjanya bertanggung jawab memelihara dan mengatasi
masalah kesehatan setiap individu yang masuk dalam komunitas binaannya .

b. Tim kerja Dokter Praktek Perorangan


Dalam satu entitas DPP, apakah praktik sendiri/solo (DPM) atau praktik bersama , DPP
tidak dapat bekerja sendiri tapi harus dibantu dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 318 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

lain. Tim kerja DPP ini sebagai satu kesatuan diberi tanggungjawab memelihara kesehatan
komunitas binaan. Oleh sebab itu harus ada pembagian tugas dan tanggungjawab yang
jelas berdasarkan kompetensi dan kewenangan masing – masing tenaga kesehatan sebagai
berikut :

• Dokter Praktek Perorangan


- sebagai koordinator
- Melaksanakan tugas dan tanggungjawab dokter praktek perorangan
- Mendelegasikan tugas dan tanggugjawab kepada anggota dan sesuai dengan
masalah pasien
- Melakukan monitor kerja tim
- Berkolaborasi dengan PKM dalam hal UKM
• Nakes lain
- Memberikan pelayanan / intervensi kepada mitra binaan sesuai dengan
kewenangannya
- Melakukan monitoring atas intervensi yang telah dilakukan

Puskesmas Balai Pengobatan Rumah Sakit umum

Bidan desa Rumah Sakit Umum


Praktek perawatan
Poskendes Klinik spesialis
Praktek bidan
Desa siaga
DPP
Posyandu
PLKB
Klinik umum
Pustu

Klinik 24 jam

SATU WARGA DILAYANI BANYAK PROVIDER PRAKTEBERSAMA

“ONE TO MANY”
Kecamatan ± 50.000 penduduk

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 319 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

REKOMENDASI :
1. Mengusulkan pelaksanaan rayonisasi dan integrasi horisontal pada pemberi layanan
kesehatan di satu wilayang sesuai dengan kebutuhan dan formasi FKTP di wilayah tersebut.
2. Mengusulkan pelaksanaan reorientasi pendidikan tenaga kesehatan dan menanamkan
pendidikan anter disiplin sejak masa pendidikan

7. PEMBIAYAAN ENTITAS DOKTER PRAKTEK PERORANGAN / PRAKTEK BERSAMA


a. Hubungan BPJS – Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer - DPP/PRAKTEK BERSAMA
Dalam sistem JKN, BPJS melakukan pembiayaan kepada fasilitas pelayanan kesehatan
primer ( FKTP) secara pra upaya berdasarkan kapitasi . Dengan metode pembayaran ini ,
BPJS melibatkan FKTP untuk ikut menanggung risiko financial dalam melayani peserta JKN
menjadi risk transferred ) . Untuk mencegah kerugian , FKTP berupaya melakukan
melakukan pelayanan secara efisiensi, namun semangat efisiensinya dapat berujung pada
pengurangan hak yang harusnya diterima peserta JKN menjadi underservice

Apapun bentuk FKTP yang dipilih oleh DPP apakah praktek solo atau praktik bersama ada
4 komponen biaya yang selalu harus diperhitungkan yaitu :
1) Baya operasonal praktek ( ruangan, personil, material habis pakai, prasarana gedung,
telpon, listrik, air rumah tangga kantor, marketing dan lain – lain)
2) Biaya untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi profesi dokter dan tim
kerjanya ( asuransi, malpraktek, lisensi, sertifikasi, registrasi, seminar, pelatihan,
jurnal, iuran profesi dan lain – lain).
3) Biaya jaminan sosial tabungan hari tua pensiun, asuransi jiwa, asuransi kesehatan,
tabungan pendidikan
4) Biaya hidup untuk dirinya dan keluarganya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 320 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

KONTRAK BERBASIS KAPITASI


Mentransfer risiko finansial ke faskes primer

BPJS FASKES KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

- Peserta - karakterisik demografi


- Manfaat - pola morbiditas
DOKTER KLINIK
- Kapitasi - angka kunjungan
- angka rujukan PRAKTEK
PERORANGAN GP & Tim
- estimasi beban kerja
- estimasi biaya GP & Tim
NEGOSIASI OLEH OP DAN ASOSIASI FKTP Sistem remunerasi ( penggajian )
BERBASIS DATA, TRANSPARAN DAN SEJAJAR

- Manfaat apa saja yg dicakup kapitasi - Kompetensi & kewenangan


& nilainya - Sarana dan perangkat kerja
- Manfaat apa yang dibayar dengan cari - GP dan tim
lain( carved out )
- Kendali biaya & mutu, misal angka
Rujukan yang isepakati - Kapasitas menyajikan pelayanan
- Faktor adjusment kapitasi dll - Biaya penyelenggaraan layanan

b. Rasionalisasi Biaya
Dalam sistem JKN, DPP diberi tanggungjawab pelayanan pasien yang besar dan strategis,
yaitu mampu menyelesaikan hampir 90% masalah di kesehatan di masyarakat.
Untuk itu DPP bertindak sebagai gatekeeper dan- strata rujukan berperan sebagai back up
untuk menyelesaikan sekitar 10 % masalah kesehatan di masyarakat. Sebagai imbalannya
DPP dibayar dengan biaya yang pasti secara kapitasi sedang strata rujukan harus
mengajukan tagihan yang besarnya tidak pasti. Posisi financial BPJS berisiko tinggi bila
komponen biaya tidak pasti, sangat tinggi dan sangat fluktuatif dan hal ini menimbulkan
ketidakpasitan dalam pengelolaan financial BPJS. Untuk mengurangi risiko financial perlu
dilakukan rasionalisasi biaya dengan cara meningkatkan komponen biaya pasti yang
artinya meningkatkan alokasi dana untuk membiayai pelayanan di strata primer.

Pada tahap awal penerapan JKN ini, pemerintah telah mengambil kebijakan yang tidak
tepat dari segi pembiayaan DPP sebagai berikut :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 321 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

1) Pemerintah menetapkan besaran nilai kapitasi . padahal kalau melihat hubungan


kontrak antara BPJS dan FKTP jelas terlihat bahwa besaran nilai kapitasi yang
dibayarkan BPJS sifatnya sangat individual dan bergantung pada ciri demografi
peserta JKN dan lingkup pelayanan yang dapat disediakan oleh setiap FKTP.
Dengan demikian logisnya money follow function jadi dapat dipastikan nilai kapitasi
Yang harusnya berbeda dan satu FKTP ke FKTP lain walaupun tetap dalam rentang
yang terkendali. Dalam penentuan besaran Nilai kapitasi melibatkan organisasi
Profesi (IDI) dan asosiasi FKTP di masing masing wilayah. Sekarang ini pemerintah
menerapkan pendekatan yang sebaliknya yaitu function follow money, dan nilai
kapitasinya tidak pula memenuhi azas keekonomian sehingga dapat dipastikan
pendekatan ini akan berdampak negatif pada pasien dan pemberi layanan.

2) Kebijakan yang lebih tepat adalah pemerintah menetapkan beberapa proporsi biaya
yang harus dialokasikan BPJS untuk membiayai FKTP idealnya BPJS diperintahkan
mengalokasikan 40% dari dananya untuk FKTP. Dengan dana 40% tersebut
diharapkan seluruh penduduk telah terlayani dan 90% masalah kesehatan mereka
dapat diatasi

8. MASA DEPAN DOKTER PRAKTEK PERORANGAN


a. Mimpi bersama menjadi Dokter Praktek Perorangan yang baik
Nasehat yang pernah diucapkan oleh Hippocrates yang hidup 400 tahun SM kepada
murid – muridnya untuk menjadi dokter yang baik sebagai agent of change di zamannya.
Untuk menjadikan masyarakat berperilaku sehat dapat memelihara kesehatannya,
lingkungannya, agar mereka dapat menjadi individu, keluarga dan masyarakat yang sehat
dan produktif.
Prinsip dokter yang baik dimasa kini tidak lepas dari nilai – nilai dan norma-norma
keagamaan, kemanusiaan, etika , hukum dan peraturan dan idealisme yang tersusun
dalam sistem – sistem ekonomi, kebijakan publik, manajemen sistem pemeliharaannya
berkeadilan dan merata, serta sistem pendidikan kedokteran yang bermutu, suatu
lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dinamis. Dokter yang baik sebagai agent
of change akan berada dalam kesisteman tersebut, ia tidak dapat melepaskan diri dari
lingkungan kesistemannya. Kesisteman yang buruk, tidak akan pernah pernah melahirkan
dokter yang baik.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 322 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

b. Projeksi Kebutuhan Dokter Praktek Perorangan


Dalam JKN setiap penduduk wajib mendaftar ke 1 FKTP yang berada di wilayahnya . Hal
ini berarti setiap penduduk akan memiliki seorang dokter pribadi. WHO menganjurkan
rasio 1 dokter untuk 2.500 penduduk. Makin maju suatu negara makin kecil rasion ini,
misalnya di Denmark rasionya 1 : 1600 dan di Belanda rasionya 1 : 1200. Bila hanya dilihat
dari rasio saja, tanpa melihat kondisi geografi dan heterogenitas NKRI, bila diasumsikan
sampai tahun 2025 nanti 1 dokter melayani 2500 maka proyeksi kebutuhan dokter yang
berpraktik dilayanan primer perlu di buat.

c. Penyebaran dan Pemerataan Dokter Praktek Perorangan


Kondisi geografi dan pembangunan nasional yang tidak merata telah menyebabkan
maldistribusi dokter. Data dan fakta menunjukkan dokter menumpuk di ibukota negara.
Ibukota propinsi dan ibukota kabupaten dan kota. Sebagai contoh disajikan data jumlah
dokter di propinsi Sumatera Selatan yang menunjukkan 62.8% dokter berada di kota
Palembang berlebih hingga 200% dari kebutuhannya. Dari 14 kabupaten /kota, 10
kabupatan/kora kekurangan dokter dan kebutuhannya hanya terpenuhi rata – rata 50%
bahkan di Bayuasin, Oku selatan, Oku Timur dan Ogan Ilir hanya terpenuhi 10% - 20% 4
Kabupaten / Kota kelebihan dokter hingga lebih dari 20% dari kebutuhannya. Pola
distribusi dokter seperti di Sumatera Selatan ini juga terjadi di hampir semua propinsi.
Persebaran dokter yang tidak merata ini makin tampak pada tingkat kecamatan dan desa.
d. Peran IDI dalam mendukung pemerataan kesehatan
a. Melakukan maping jumlah kebutuhan dokter umum yang akan di optimalkan
untuk menjadi provider BPJS kesehatan
b. Membuat pemetaan jumlah dokter praktek perorangan dengan populasi
penduduk dan jumlah faskes layanan primer yang sudah ada di wilayah.
c. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan BPJS kesehataan serta asosiasi klinik
d. Melakukan negosiasi dengan BPJS Kesehatan terhadap pemerataaan dan
mengimplementasikan model DPP yang sudah ditetapkan IDI
e. Melakukan pembinaaan dan meningkatkan kompetensi DPP melalui Kegiatan
P2KB ( mencakup kompetensi yang ditetapkan dalam SKDI)
f. Membina tatakelola managemen dan klinis yang ada pada DPP
g. Melakukan pendampingan kontrak kerjasama dengna BPJS Kesehatan
h. Melakuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh DPP

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 323 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

i. Memberikan perlindungan hukum dan DPP dalam menjalankan praktek


kedokteran dan pendampingan bila terjadi permasalahan medicolegal
j. Mendampingi DPP bila ada masalah /konflik dengan BPJS kesehatan yang terkait
dengan permasalahan ketidaksesuaian kontrak kerjasama, permasalahan
pembiayaan dan pembayaran,masalahan penyimpangan prosedur pelayanan dan
lain lain
k. Berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan bila ada permasalahan dan hasil evaluasi
DPP sebagai provider

Dalam era JKN penataan penempatan dan persebaran ini menjadi sangat penting karena
pemerintah harus dapat menjamin seluruh penduduk mempunyai akses ke pelayanan
kesehatan yang sama baiknya di manapun domisilinya. Penataan ini sangat terkait
dengan karir, status dan kesejahteraan dokter praktek perorangan . Oleh karena itu
perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dan organisasi profesi untuk
menyusun regulasi yang terkait dengan pemetaan kebutuhan penetapan formasi dan
penempatan dokter praktek perorangan . Organisasi profesi sangat berperan dalam
upaya pemerataan ini karena diberi amanat menerbitkan rekomendasi izin praktek
dokter.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 324 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

VI. TELEMEDICINE

Pada Tahun 2018 IDI sudah mengelurakan buku tentang TELEMEDISIN, Rekomendasi Ikatan Dokter
Indonesia Untuk Masa Depan Digitalisasi Kesehatan di Indonesia,buku tersebut terdiri dari 7 BAB (
64 halaman) yang berisi tentang sejarah telemedis, ragam model, tantangan dan kendala dalam
pengembangannya, termasuk Aspek Etik Medikolegal dalam Pengembangan Telemedis di Indonesia.

Saat ini, implementasi telemedisin pada masa pandemic CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
sudah dirasa mendesak dan terdapat dalam Surat Himbauan Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan Nomor YR.03.03/III/III8/2020 :

1. Rumah Sakit memberikan pelayanan pada pasien Covid-19 dan melengkapi semua
kelengkapan penanganan kasus Covid-19 dan APD bagi semua petugas kesehatan sesuai
kriteria masing-masing ruang pelayanan/risiko pelayanan

2. Rumah Sakit menunda pelayanan elektif , dengan tetap memberikan pelayanan yang
bersifat gawat darurat dan membutuhkan perawatan segera untuk penyakit-penyakit selain
Covid-19.

3. Mengembangkan pelayanan jarak jauh (telemedicine) atau aplikasi online lainnya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien yang memerlukan.

4. Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berusia di atas 60 tahun dan ada penyakit
penyerta, dianjurkan bekerja dari rumah dan menggunakan telemedicine.

5. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan


pelayanan RS di wilayahnya

Dasar Ketentuan Pelaksanaan Telemedisin :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan


Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Definisi : adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi
diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan
pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat”
Pelayanan meliputi :
a. Pemberian Informasi dan Edukasi Kesehatan
b. Pemberian Konsultasi Online Masalah Kesehatan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 325 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

c. Pemeriksaan Kesehatan di Rumah dan Pelayanan Keperawatan


d. Pemeriksaan Rapid Test di Rumah
e. Pemberian Obat
f. Mengarahkan Rujukan ke Fasilitas Kesehatan / Rumah Sakit

2. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19)

“Pelayanan telemedicine merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dokter


dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendiagnosis, mengobati,
mencegah, dan/atau mengevaluasi kondisi kesehatan pasien sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya, yang dibuktikan dengan surat tanda registrasi (STR) dengan tetap
memperhatikan mutu pelayanan dan keselamatan pasien”
Kewenangan Klinis Dokter meliputi :
➢ Anamnesa
➢ Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui audiovisual
➢ Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang, dan/atau hasil pemeriksaan fisik tertentu.
➢ Penegakkan diagnosis
➢ Penatalaksanaan dan pengobatan pasien,
➢ Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai dengan
diagnosis.
➢ Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke laboratorium
dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai hasil penatalaksanaan pasien

3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis
dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 326 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 327 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 328 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 329 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran

SIMPULAN

1. Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara


independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

2. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

3. Ikatan Dokter Indonesia mendukung layanan tele medicine dengan fokus pada
pemberdayaan pasien.

4. Tele medicine diharapkan memperkuat pelayanan kesehatan, BUKAN


MENGGANTIKAN layanan standar.

5. Dalam mengakomodir perkembangan teknologi tele medicine, Ikatan Dokter


Indonesia akan meng-inisiasi:

a. Pengembangan plat form tele medicine yang menjamin kerahasiaan dan


pengelolaan big data kesehatan bagi kepentingan masyarakat.

b. Penentuan jenis kasus yang dapat dilayani dengan tele medicine.

c. Pengembangan pendidikan berkelanjutan tentang profesionalisme dalam


tele medicine.

d. Pengembangan electronic health record yang terkoneksi dan terintegrasi


dengan plat form tele medicine.

6. Sangat diperlukan regulasi pemerintah yang lebih komprehensif terhadap


pelaksanaan telemedicine beserta juknis pelaksanaannya serta pembiayaannya agar
dokter dan fasilitas kesehatan mendapat perlindungan hukum.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 330 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

iv. Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

DOC. 04/RAKERNAS II/12/2020

MATERI SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

KOMISI D
ETIK, HUKUM
dan
DISIPLIN

18 – 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 331 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

PANITIA ADHOC IV – KOMISI D


ETIKA, DISIPLIN DAN HUKUM

KETUA : Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, Sp F (K)


Wakil Ketua : Dr. HM. Nazar, Sp B, MHKes
Sekertaris : DR. Dr. Efrila, SH, MH
Anggota :
1. Dr. Broto Wasisto, MPH
2. Dr. M. Nasser, Sp KK, D.Law
3. Prof. Dr. Wiwien Heruwijono, Ph.D, Sp P (K)
4. Prof. DR. Dr. Lucky Azizah B, Sp PD-KGH, SH, MH
5. DR. Dr. Imam Subekti, Sp PD-KEMD
6. Dr. Pukovisa, Sp S (K)
7. Dr. Febriani Endiyanti, Sp THT-KL
8. Dr. Ika Prasetya W, Sp PD-KKV
9. Dr. Hadi wiajaya, MPH, MHKes
10. Dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp KJ (K)
11. Dr. Emil Dinar Makoco Wibowo, Sp U, SH
12. Dr. James Allan Rarung, Sp OG, MM
13. Dr. Timbul Tampubolon, SH
14. Dr. M. Djunaedi, SH, MHKes, Sp S
15. Dr. Wijaya Juarna, Sp THT-KL
16. Dr. Djoko Handoyo, Sp B (K) Onk
17. Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp F
18. DR. Dr. Deri Mulyadi, SH, MHKes, Sp OT
19. Dr. Hendrita Tuanakoita, MKes
20. DR. Dr. Edy Ardiansyah, Sp OG (K)
21. Dr. Franky Sientoro, Sp A

RAKERNAS II IKATAN DOKTER INDONESIA


JAKARTA 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 332 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

KOMISI D
ETIKA, DISIPLIN DAN HUKUM

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Profesi dokter merupakan salah satu profesi luhur dimana tugas utamanya
memberikan pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar manusia yang ilmunya diatur
secara baik dan ketat. Dokter dalam menjalankan tugas profesi harus memiliki kompetensi
dan keterampilan sesuai standar profesi yang telah ditetapkan, selain itu dokter juga harus
diambil sumpah/janji bersamaan dengan waktu pelantikannya sebagai dokter, sumpah/janji
ini dikenal dengan “Sumpah Dokter”.
Dalam menjalankan tugasnya dokter diberi kepercayaan dari orang yang mencari
pertolongan kepadanya, untuk itu dalam memberikan pelayanan kesehatan haruslah
dilakukan oleh dokter yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi,
keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa
keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Akan tetapi sepanjang menjalankan tugas profesinya sering muncul
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh dokter seperti: tidak semua dokter melakukan
praktik kedokteran dengan baik, terdapatnya sejumlah dokter yang menjadi teradu di
MKDKI, MKEK, dan/atau dituntut secara Hukum Perdata dan Hukum Pidana ke pengadilan
negeri atas dasar dugaan terjadinya malpraktik, juga jumlah Pengaduan Kasus Praktik
Kedokteran yang semakin meningkat pada Organisasi Profesi atau pengaduan langsung
kepada pimpinan tertinggi negara. Beberapa diantara dokter yang menjadi teradu
memberikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan etika profesi dan disiplin
kedokteran, bahkan menyalahi hukum. Hal ini sangat mungkin disebabkan kurangnya
pemahaman akan hal-hal tersebut.
Permasalahan yang dihadapi oleh para professional dokter tidak hanya berdasarkan
konflik dengan pasien saja, akhir-akhir ini timbul problem antar sejawat dokter dalam hal
pekerjaan keprofesian atau masalah manajerial, problem antara dokter dengan masyarakat,
problem antara dokter dengan pemerintah, problem dokter dengan profesi lainnya, bahkan
muncul problem antara dokter sebagai anggota organisasi profesi dengan organisasi itu
sendiri. Problem-problem tersebut melibatkan banyak instansi, bahkan ada yang harus
diselesaikan secara hukum meskipun sebenarnya banyak masalah yang dapat diselesaikan
dengan cara yang lebih baik. Seperti problem antar sejawat seharusnya dapat diselesaikan
oleh organisasi profesi, karena apabila muncul problem tersebut maka setiap dokter harus
selalu mengingat kode etik yang telah disepakati dan ditetapkan bahwa dokter akan
memperlakukan teman sejawatnya seperti dia ingin diperlakukan.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 333 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

Pada saat menghadapi permasalahan baik, etika, disiplin maupun hukum, sering dokter
mencari jalan sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, masih banyak dokter belum
menyadari akan hak atas perlindungan dan pembinaan profesi dari induk organisasi
profesinya yaitu Ikatan Dokter Indonesia. Dalam struktur IDI terdapat badan pelengkap
BHP2A (Biro Hukum Pembinaan dan Pembelaan Anggota) yang bertugas melakukan
pembinaan dan pembelaan anggota dalam menjalankan profesi kedokteran, juga bertugas
melakukan telaah hukum terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
anggota dan organisasi. Dokter para anggota IDI diharapkan dapat memanfaatkan adanya
BHP2A sehingga timbul perasaan terlindungi dalam menjalankan profesinya. Selain BHP2A
juga ada MKEK yang merupakan salah satu unsur kepengurusan IDI yang bertugas secara
otonom untuk pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan serta penerapan etika kedokteran
termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan tradisi luhur kedokteran.
Baik BHP2A maupun MKEK dalam menjalankan tugasnya saling berkoordinasi, apalagi
akhir-akhir ini banyak kasus yang cukup bias dan saling beririsan antara etika, disiplin atau
hukum sehingga penanganannya harus dilakukan bersamaan, untuk hal ini dirasa perlu
untuk membahas cara penyelesaian kasus-kasus tersebut apakah menjadi tugas BHP2A atau
tugas MKEK atau tugas bersama.

B. PEMBAHASAN
I. SUBKOMISI ETIKA (dipimpin Prof. Dr. Rianto S.):
1. Ketidakseragaman Sumpah Dokter
Permasalahan:
Sumpah Dokter merupakan suatu keunikan yang terdapat pada profesi dokter.
Sumpah yang sudah berumur 2500 tahun ini menjadi salah satu pedoman penting etika
kedokteran yang berlaku di seluruh dunia sampai sekarang. Sedemikian pentingnya
sumpah ini sehingga dokter yang baru lulus selalu diambil sumpahnya untuk
memastikan bahwa ia punya kesunguhan hati untuk menjadikan sumpah ini sebagai
pegangan etika dalam menjalankan profesinya sebagai dokter. Sebagian orang
menganggap sumpah ini sebagai sesuatu janji yang sakral untuk menjalankan tugas
sebagai dokter sepanjang karirnya. Karena itu adanya beberapa versi sumpah dokter
di Indonesia sekarang ini menjadi sesuatu masalah yang harus dibenahi agar ada
kesepakatan versi mana yang berlaku seragam di seluruh Indonesia.
Pembahasan:
1. Ada orang yang mempersoalkan ketepatan istilah “sumpah dokter” versus “janji
dokter”. Untuk masyarakat Indonesia, istilah sumpah dianggap lebih mengikat
daripada sekedar janji. Karena itu sampai sekarang yang lebih lazim digunakan ialah
istilah sumpah dokter.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 334 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

2. Ketika seorang dokter baru dilantik, maka ia diambil sumpahnya atau jantinya untuk
menjadi seorang dokter yang baik. Ada yang berpendapat bahwa yang berhak
mengambil sumpah ini ialah dekan fakultas kedokteran yang bersangkutan, namun
ada juga yang mengatakan seharusnya ikatan profesi lah (dalam hal ini IDI) yang
paling berwenang mengambil sumpah itu. Sebenarnya baik Fakultas Kedokteran
maupun IDI, punya wewenang dan relevansi yang sama kuatnya untuk mengambil
sumpah dokter karena Fakultas kedokteran memberikan basis pendidikan dokter,
sedangkan IDI merupakan wadah perhimpunan profesi yang wajib memberi rambu
perilaku etika untuk anggotanya.
3. Pendidikan dokter tidak selalu berlangsung di fakultas kedokteran. Ada kalanya ia
hanya berupa program studi yang pimpinan institusinya bukan seorang dokter.
Timbul pertanyaan: wajarkah bila pengmbilan sumpah dokter itu lakukan oleh
pimpinan institusi yang kebetulan bukan seorang dokter? Tentu dalam kondisi
demikian dirasakan kurang layak bila sumpah yang diambil dari seorang dokter baru
diambil oleh seorang yang bukan dokter. Karena itu, dalam kondisi ini sumpah
diambil oleh seorang pejabat yang profesinya memang seorang dokter.
4. Sumpah dokter dengan berbagai versi menimbulkan kebingungan dan
ketidakseragaman. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Ada versi Kodeki 2012,
ada yang menurut versi Peraturan Menteri Kesehatan 2017, sementara itu ada juga
versi The Physician Pledge yang direvisi secara berkala oleh The World Medical
Assembly (terakhir di Chicago tahun 2017)
5. Selama ini para stakehoders (Kementerian Kesehatan dan IDI) menyusun sendiri
Sumpah Dokter sesuai dengan seleranya masing2. Untuk memperbaiki ini maka
perlu ada satu insiator (diusulkan IDI) yang menyusun draft revisi Sumpah Dokter.
Draft ini kemudian dimintakan perbaikan dan persetujuan dari para stakeholders lalu
dijadikan versi yang akan digunakan secara nasional
Usulan Rekomendasi:
1) Diusulkan agar digunakan istilah Sumpah Dokter, bukan Janji Dokter
2) Sumpah Dokter diambil bersama oleh Dekan Fakultas Kedokteran bersama dengan
Ketua IDI setempat
3) Apabila pendidikan kedokteran ada di bawah institusi yang pimpinannya bukan
dokter, maka pada pengambilan sumpah dicarikan pejabat yang profesinya dokter
4) Sumpah Dokter seyogyanya jangan dibiarkan ada dalam berbagai versi, harus
diseragamkan
5) Untuk penyeragaman ini direkomendasikan agar draft pertamanya disusun oleh
IDI, lalu dikonsultasikan dengan para stake holders (Kementerian Kesehatan,
Kementerian Agama, Sekretariat Negara, ahli filsafat, dll)

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 335 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

6) Untuk ini direkomendasikan juga agar PB IDI perlu membentuk tim khusus yang
diberi tugas bekerja dalam tenggang waktu yang telah ditentukan

2. Peninjauan Kembali Terhadap Keputusan Yang Dijatuhkan MKEK Pusat


Permasalahan:
Ketika suatu keputusan dibuat oleh MKEK, maka selalu ada kemungkinan bahwa
dokter terhukum merasa tidak puas karena merasa diperlakukan tidak adil, tidak
didengar pembelaannya, dizolimi, dan sebagainya. Hal yang sama dapat juga terjadi
pada pihak pengadu, baik ia dokter atau bukan. Bila hal ini terjadi pada tingkat Cabang,
pihak yang tidak puas dapat mengajukan banding ke MKEK tingkat wilayah. Bila hal ini
terjadi pada MKEK tingkat wilayah, maka pihak merasa tidak puas boleh mengajukan
banding ke MKEK pusat. Semua ini harus dilakukan dalam waktu 14 hari terhitung saat
amar putusan dibacakan atau pada saat terhukum menerima surat keputusan (Ortala
pasal 30). Masalahnya menjadi lebih sulit bila keutusan ini dibuat oleh MKEK pusat di
mana tidak mungkin lagi ada mekanisme banding ke MKEK tingkat yang lebih tinggi
Pembahasan:
Keputusan yang dibuat oleh MKEK cabang atau wilayah yang tidak dibanding dan
keputusan yang dibuat MKEK pusat bersifat final, mengikat, dan langsung berlaku
(Ortala pasal 28). Pengecualian untuk ini ialah bila diputuskan lain oleh Muktamar IDI
yang khusus diadakan untuk ini. Berbeda dengan keputusan yang dibuat oleh MKEK
tingkat cabang atau wilayah, untuk keputusan yang dibuat oleh MKEK pusat tidak ada
kemungkinan untuk banding. Namun seyogyanya terhukum bisa melakukan upaya
peninjauan kembali bila ia mempunyai novum yaitu fakta baru yang belum pernah
terungkap selama persidangan MKEK sebelumnya. Demi keadilan, pintu untuk
peninjauan kembali ini seharusnya dibuat untuk menghindarkan jangan sampai
seseorang yang tidak bersalah lalu dihukum. Untuk memohon peninjuan kembali ini,
ada satu syarat yang harus dipenuhi oleh terhukum, yaitu ia harus mempunyai novum.
Masalah mengenai peninjauan kembali ini belum ada penjelasannya dalam Ortala
MKEK.
Ada yang berpendapat bahwa novum itu tidak ada batas waktunya. Artinya kapan
pun novum itu ditemukan maka dapat digunakan untuk mengajukan peninjauan
kembali. Namun ini menimbulkan masalah besar karena mengakibatkan terjadinya
ketidakpastian keputusan MKEK. Karena itu orang lebih suka menyatakan bahwa
novum hanya dapat diajukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu satu
bulan setelah keputusan persidangan etik ditetapkan. Hal ini belum ditetapkan dalam
Ortala.
Hal lain yang harus diperhatikan ialah jangan sampai terjadi permohonan
peninjauan kembali kemudian tidak disertai adanya novum. Artinya pemohon hanya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 336 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

mengulangi argumen-argumen lama yang sudah pernah dikemukakan dalam


pembelaannya. Karena itu perlu suatu mekanisme yang memastikan novum itu benar
ada yaitu pada waktu dilakukan pemeriksaan oleh Divisi Kemahkamahan MKEK. Selama
ini belum ada penjelasan dalam Ortala MKEK bagaimana mekanisme untuk memeriksa
apakah novum itu benar ada atau tidak.
Pelanggaran berat etika kedokteran dapat mengakibatkan dicabutnya (sementara atau
tetap) ijin praktik yang rekomendasinya dikeluarkan oleh IDI Cabang yang dalam hal ini
mendapat instruksi tertulis dari IDI setingkat di atasnya. Dalam konteks demikian IDI
Cabang harus bertindak sebagai eksekutor. Ketua IDI Cabang yang mendapat instruksi
ini namun tidak melaksanakannya dalam waktu maksimal 2 minggu dapat dimintakan
pertanggungan jawabnya oleh IDI tingkat atasannya
Usulan Rekomendasi:
Diperlukan penyempurnaan Ortala MKEK mengenai peninjauan kembali terhadap
keputusan yang dibuat oleh MKEK pusat sbb:
1. Dicantumkan ketentuan dalam Ortala MKEK bahwa ada mekanisme peninjauan
kembali terhadap keputusan yang sudah dibuat oleh MKEK Pusat
2. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh diajukan dalam waktu 60 hari
terhitung saat keputusan dijatuhkan oleh MKEK Pusat
3. Baik terhukum maupun pengadu berhak mengajukan permohonan peninjauan
kembali atas keputusan MKEK Pusat sepanjang memenuhi syarat
4. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh diajukan satu kali oleh masing2
para pihak (terhukum dan pengadu)
5. Pengaju permohonan peninjauan kembali harus bersumpah bahwa ia
mempunyai novum
6. Pemastian adanya novum dilakukan oleh Divisi Kemahkamahan MKEK
7. Bila setelah melakukan pemeriksaan Divisi Kemahkamahan memutuskan tidak
ada novum, maka MKEK akan menghentiikan proses peninjauan kembali
8. Dalam proses peninjauan kembali, Ketua MKEK akan menunjuk keanggotaan
baru di Divisi Kemahkamahan dan di Majelis Pemeriksa
9. Mekanisme peninjauan kembali tidak berlaku untuk keputusan yang dibuat
oleh MKEK tingkat wilayah dan cabang
10. Untuk pencabutan rekomendasi ijin praktik, eksekusinya harus dilakukan dalam
2 minggu oleh IDI Cabang setelah mendapat instruksi tertulis dari IDI tingkat
atasannya. Bila keputusan ini dibuat oleh MKEK Pusat, maka eksekusinya
disampaikan kepada IDI Cabang melalui IDI Wilayah terkait

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 337 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

3. Hambatan eksekusi keputusan MKEK dan Dewan Etik Profesi


Permasalahan:
Dari pengalaman kumulatif selama ini, beberapa kali terjadi bahwa keputusan
yang dibuat oleh MKEK tingkat pusat, wilayah, dan cabang terhadap pelanggaran
etika kedokteran, tidak dapat dieksekusi dengan baik. Hal yang sama juga terjadi
pada keputusan yang dibuat oleh Dewan Etik Profesi. Timbul tanda tanya apa yang
jadi penyebabnya? Proses pemeriksaan dan penelaahan dugaan pelanggaran etika
sering panjang dan meletihkan. Segala aturan yang tercantum dalam Buku Pedoman
Ortala MKEK harus dikaji dengan cermat agar tidak tercadi cacat dalam prosedur
pemeriksaan, bahkan sampai ketika keputusan dibuat Sebagai contoh persidangan
dan pemeriksaan dugaan pelanggaran etika berlangsung sampai 5 tahun.
Dapat dibayangkan bahwa akan timbul rasa frustrasi dan kecewa di fihak MKEK
apabila keputusan yang telah dibuat dengan susah payah itu tidak dapat dieksekusi
dengan lancar, apa pun penyebabnya.
Pembahasan:
Keputusan mengenai kasus pelanggaran etika kedokteran yang telah diperiksa
dan diputuskan sanksinya oleh MKEK dapat menimbulkan beberapa dampak negatif:
1. Merosotnya kepercayaan anggota IDI terhadap kewibawaan IDI dan MKEK
2. Bisa menjadi preseden yang kurang baik yang kemudian ditiru oleh anggota
IDI pelanggar etika yang merasa dirinya berkuasa
3. Pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran yang tersia-sia oleh MKEK
Penyebabnya yang diidentifikasi sekarang:
1. Ketidaktegasan MKEK dalam menjatuhkan keputusan
2. Kelemahan dalam ekskusi sehingga kasus berkembang menjadi besar dan
sulit diselesaikan
3. MKEK cenderung memperlunak keputusan untuk pelanggaran etika yang
jelas dan kasat mata
4. Ketidakjelasan keputusan etik MKEK mana yang dilaksanakan oleh MKEK
(Divisi Pembinaan) dan mana yang dieksekusi oleh IDI setingkat
5. Ketidaksejalanan antara keputusan yang dibuat oleh MKEK dengan
pandangan IDI setingkat
6. Ortala MKEK tidak menjelaskan dengan baik petunjuk pelaksanaan eksekusi
hukuman yang dijatuhkan oleh MKEK
7. Adanya masalah conflict of interest
Usulan Rekomendasi:
1) Perlu dibentuk panitia adhoc yang membahas bagaimana memperkuat kinerja
Divisi Pembinaan MKEK IDI sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
14 Ortala MKEK
2) Harus ada kesepakatan bahwa IDI tidak boleh bersikap lain terhadap keputusan
yang dibuat oleh MKEK mengenai suatu kasus pelanggaran etika

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 338 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

3) MKEK dan IDI harus memikirkan jalan untuk menyatukan sikap terhadap para
dokter terhukum yang sengaja tidak mematuhi keputusan etik MKEK karena
merasa dirinya berkuasa
4) MKEK dan IDI setempat harus memahami bahwa eksekusi pelanggaran etika
katagori ringan menjadi tanggung jawab Divisi Pembinaan MKEK, sedangkan
untuk kasus sedang dan berat menjadi tanggung jawab IDI
5) Harus dijelaskan dalam Ortala bahwa seorang anggota IDI yang dijatuhi
hukuman/sanksi oleh MKEK akan tetap ada dalam status terhukum selama ia
belum menjalani hukuman/sanksinya itu, kecuali diputuskan lain oleh Muktamar
IDI
6) Bila diperlukan, Ketua IDI dapat membentuk suatu tim eksekutor untuk
memperlancar jalannya eksekusi
7) Sesuai dengan ketentuan di Ortala pasal 5, Ketua MKEK tidak boleh dibentuk
atau ditunjuk oleh Ketua IDI, tapi langsung dipilih oleh Rapat Anggota Cabang atau
Musyawarah Wilayah, atau sidang seluruh MKEK Wilayah, sesuai dengan
tingkatannya
8) Apabila ada keputusan MKEK terkait pelanggaran etika sedang dan berat yang
tidak dieksekusi oleh IDI Cabang dalam tenggang waktu 1 bulan maka IDI Pusat
harus memberikan peringatan tertulis kepada IDI Cabang dan IDI Wilayah terkait.
Dan bila tetap tidak juga dilaksanakan dalam waktu 1 bulan oleh IDI Cabang
terkait, maka eksekusi ini diambil alih oleh IDI Pusat
9) Pengurus IDI tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang yang baru terbentuk perlu
mendapat penjelasan dari IDI dan MKEK Pusat mengenai wewenang, tugas, dan
kewajibannya

4. Terminasi Hubungan Dokter Pasien


Permasalahan:
Sejak kapan pemutusan hubungan dokter-pasien dapat dilakukan secara resmi
sesuai etika kedokteran. Siapa yang berhak utuk menentukan pemutusan hubungan
dokter-pasien? Dapatkah dokter mengambil keputusan untuk melakukan terminasi
hubungan dokter pasien.
Pembahasan:
Tanggung jawab fidusia dokter kepada pasien mencakup kewajiban untuk
melakukan perawatan pasien mereka. Pada awal hubungan dokter-pasien, dokter harus
memberi tahu pasien tentang larangan yang diduga dapat mengganggu kelangsungan
perawatan tersebut. Saat mempertimbangkan untuk menarik diri dari suatu kasus,
dokter harus:
- Memberitahu pasien keputusan (cukup lama) sebelumnya untuk mengijinkan
pasien mendapatkan dokter lain
- Memfasilitasi pemindahan perawatan pasien sesuai prosedur.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 339 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

Hubungan antara dokter dan pasien didasarkan atas kepercayaan dengan tujuan
untuk meningkatkan kesehatan pasien dengan tetap menghormati martabat dan hak
masing-masing. Ucapan atau perilaku yang tidak sopan atau merendahkan baik dari
dokter ataupun pasien dapat merusak kepercayaan dan merusak integritas hubungan
dokter-pasien. Kepercayaan bisa dibangun dan dipertahankan jika ada rasa saling
menghormati, oleh karena itu dalam interaksinya dengan pasien dokter harus:
- Mengetahui bahwa ucapan atau perilaku menghina atau tidak sopan dapat
menyebabkan kerugian psikologis bagi orang yang mereka tangani
- Selalu memperlakukan pasiennya dengan kasih sayang dan rasa hormat
- Mengakhiri hubungan dokter-pasien pada pasien yang menggunakan ucapan yang
merendahkan atau tindakan yang merugikan, hanya jika pasien tidak mengubah
perilaku tersebut. Dalam kasus seperti ini, dokter harus mengatur pemindahan
perwatan pasien.
Hubungan dokter-pasien berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak atas satu
sama lain. Penjelasan edukatif hubungan dokter-pasien sejak awal dapat diberikan oleh
fasyankes dan dokter. Ujaran atau sikaf yang tidak menghormati atau bahkan menghina
oleh salah satu pihak dapat merusak hubungan dokter-pasien dan tim medis/keehatan
lainnya. Terminasi hubungan dokter-pasien dari sisi dokter, dapat dilakukan pada
pasien/ keluarganya yang melakukan ujaran atau sikap yang tidak menghormati atau
bahkan menghina dokter, tenaga medis/kesehatan lainnya dan fasyankes dimana
pasien/keluarganya tidak mengubah ujaran atau sikap tersebut setelah diingatkan.
Usulan Rekomendasi:
Meminta MKEK menerbitkan fatwa khusus terkait terminasi hubungan dokter-
pasien yang etis sebelum Muktamar IDI 2021, dengan tahapan sesuai Ortala MKEK:
1) Penerbitan artikel akademik di JEKI (edisi Januari/Februari 2021) tentang gagasan
lengkap terminasi hubungan dokter-pasien
2) Penerbitan fatwa 2-3 bulan pasca penerbitan artikel tersebut di JEKI.

II. SUBKOMISI DISIPLIN DAN HUKUM (dipimpin DR. Dr, Nazar, SpB):
1. Sectio Caesaria Atas Permintaan Pasien
Permasalahan:
Seorang pasien yang hamil aterm di bulan Agustus minta kepada dokternya
agar dilakukan seksio di tanggal 17. Timbul pertanyaan sampai di mana seorang dokter
dibenarkan memberikan layanan medis untuk memenuhi keinginan pasien padahal
tidak ada indikasi medisnya? Apakah dokter juga dibenarkan memenuhi keinginan
pasien untuk seksio tanpa indikasi medis? Bagaimana mencegah dampak buruk
terjadinya seksio yang berlebihan sebagaimana yang terjadi sekarang ini?
Pembahasan:

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 340 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

Seksio atas indikasi sosial (waktu dan/ atau tindakan atas permintaan pasien)
lebih banyak muatan etika, yang sering dianggap tidak bermasalah juga tidak diatur
dalam hukum positif yang melarang tindakan tersebut selama tidak menimbulkan
kerugian. Tetapi dari sisi disiplin dan hukum berpotensi menjadi masalah. Tindakan
seksio atas indikasi sosial ini akan menimbulkan masalah biasanya dalam hal
pembiayaan, apabila tindakan atas indikasi sosial tersebut biasanya tidak dapat dibayar
oleh institusi/ asuransi penjamin. Cenderung akan menjadi masalah hukum bila
pembayaran diajukan pada institusi/ asuransi karena dapat dianggap Fraud. Ada
beberapa pandangan/ pendapat terkait tindakan seksio yang dianalogikan dengan
tindakan bedah plasty karena menjadi hak pasien untuk dilakukan, dikatakan sepanjang
tidak membahayakan pasien tindakan tersebut bisa dilakukan atas permintaan pasien.
Dari aspek etika juga aspek hukum, ada klausul-klausul yang harus ditaati, disini harus
ditegaskan mengenai aspek pembiayaan tersebut, akan tidak bermasalah bila tindakan
seksio tersebut menjadi biaya pasien secara pribadi, hal ini harus disampaikan ke pasien
tentang ketentuan dan syarat-syaratnya.
Sesuai PNPK (Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) pada Permenkes No.
1438 tahun 2010 pasal 3 ayat (2) dikatakan bahwa PNPK dibuat oleh Organisasi Profesi,
maka perlu dilihat kembali standar pelayan profesi Obsgin apakah indikasi sosial
terhadap tindakan seksio ini sudah diatur. Apabila belum diatur secara etika profesi
maka perlu direkomendasikan untuk diatur, karena dapat menjadi masalah hukum
tidak hanya perdata (pembiayaan) tetapi juga dapat menjadi kasus pidana bila
melakukan tindakan yang belum diatur dalam standar pelayanan profesi kedokteran.
Tindakan seksio atas permintaan pasien (indikasi sosial) yang berpotensi
menjadi masalah hukum dalam hal pembiayaan, dapat dipertimbangkan kalusul
pembiayaan dimasukkan dalam Informed Consent selain persyaratan, risiko dan
komplikasi dijelaskan juga bahwa pembiayaan akan dilakukan oleh pasien yang
meminta, hal ini diharapkan agar tidak menjadi kebiasaan. Dalam Informed Consent
tindakan seksio tersebut dijelaskan apakah atas indikasi medis atau indikasi sosial.
Meskipun Informed Consent belum bisa menjadi barang bukti di pengadilan tetapi
merupakan dokumen yang tidak terpisah dari dokumen rekam medis, sehingga
setidaknya dapt dipakai sebagai bukti bahwa tindakan tersebut dilakukan atas
permintaan pasien apabila didalamnya terdapat penyataan-pernyataan seperti di atas.
Anak lahir pada tanggal tertentu yang dianggap tanggal cantik sering menjadi
pilihan pasien untuk melahirkan pada waktu tersebut melalui tindakan seksio. Hal ini
menyebakan tingginya angka seksio secara nasional dibandingkan angka di negara lain
pernah dibahas dalam rapat BPJS secara nasional khusus membahas tentang seksio
karena di beberapa daerah angka seksio lebih besar dibanding lahir spontan. Kepada
POGI agar dapat menghimbau para dokter spesialis obsgin untuk dapat berperan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 341 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

dokter sebagai edukator, dokter harus memberi penjelasan kepada pasien bahwa anak
lahir spontan lebih baik daripada seksio, diharapkan pasien dapat mengambil
keputusan terbaik.
Usulan Rekomendasi:
1) Tindakan seksio atas indikasi sosial (atas permintaan pasien) dikaitkan dengan
indikasi medik agar diatur dalam standar profesi Obsgin, karena berpotensi
menjadi masalah hukum baik perdata maupun pidana.
2) Informed Consent yang lengkap termasuk indikasi medis atau indikasi sosial
(permintaan pasien) merupakan kewajiban dokter.
3) Organisasi Profesi dapat mengusulkan agar Informed Consent dapat
ditingkatkan fungsinya agar dapat menjadi alat pembelaan terhadap tindak
medik dalam penegakan hukum.

2. Profesi Ganda (Dokter & Lawyer)


Permasalahan:
Bagaimana kita mencegah terjadinya dampak negatif pada seorang dokter yang
punya SIP dan STR tapi juga berpraktik sebagai pengacara? Bagaimana mencegah ia
melakukan pemerasan terhadap sejawatnya? Bagaimana bila ia juga menjadi anggota
BHP2A? Bagaimana bila ia membela seorang pasien melawan seorang dokter? Di lain
pihak, bukankah potensial ia bisa juga membela sejawatnya yang sedang berperkara
melawan pasien?
Pembahasan:
Dokter berprofesi ganda yaitu sebagai dokter juga sebagai lawyer tidak menjadi
masalah bagi masing-masing organisasi profesinya, akan bermasalah apabila ada
conflict of interest dalam menjalankan profesi ganda ini, contohnya dokter/ lawyer
membela klien melawan teman sejawatnya dokter, seharusnya menjadi masalah etika.
Belum ada aturan dalam kode etik kedua profesi ini, dalam Kode Etik Kedokteran
maupun dalam UU Praktik Kedokteran juga belum diatur. Oleh karena dokter yang
berprofesi ganda sebagai lawyer makin bertambah maka Organisasi Profesi (IDI) yang
harus mengatur sebagai regulasi internal. Regulasi Organisasi Profesi dibuat untuk
menghindari conflict of interest dapat berupa berhenti sementara sebagai anggota IDI
bila berpraktek sebagai lawyer; atau diperbolehkan dengan syarat hanya boleh
membela dokter dalam kasus hukum kedokteran; atau sebagai anggota IDI tidak boleh
membela lawan dokter; atau bila membela pasien harus membuat laporan/ resume
yang dilaporkan ke BHP2A IDI; atau dapat berperan di belakang layar dalam menangani
kasus di bidang kesehatan.
Dokter yang mempunyai pengetahuan hukum dan sebagai lawyer dibutuhkan
Organisasi Profesi (IDI) untuk transfer pengetahuan hukum kepada teman-teman

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 342 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

sejawat agar mengetahui aturan-aturan hukum yang terkait dengan profesi


kedokteran, mengetahui prosedur penegakan hukum dan dapat memberi masukan
apakah tidakan dokter salah atau benar secara hukum. Dokter/ lawyer dibutuhkan
sebagai pengurus dalam BHP2A untuk memperlancar dan memudahkan dokter, RS,
Klinik dalam menghadapi masalah hukum. Dapat juga dianjurkan kepada Rumah Sakit
Rumah sakit agar menggunakan penasehat hukum lawyer yang berprofesi sebagai
dokter juga.
Munculnya permasalahan profesi ganda dokter/ lawyer dimana tampak tidak etis
apabila dokter dalam menjalankan pekerjaan profesinya sebagai lawyer membela
kliennya berhadapan dengan dokter lain sebagai teman sejawatnya sendiri. Bahkan
dengan banyaknya dokter yang tidak mempunyai pengetahuan hukum sehingga
memungkinkan terjadi pemerasan, hal ini pernah terjadi. Apabila ada dokter/ lawyer
sebagai pengurus BHP2A melakukan tidakan tersebut dapat dilakukan tindakan tegas
seperti yang diatur dalam buku Pedoman BHP2A. untuk memperlancar dan
memperkuat BHP2A maka akan lebih efektif apabila ditambahkan bidang pengawasan
dan penindakan terhadap anggotanya, dapat juga diusulkan menjadi BHP4A (Biro
Hukum Pembinaan, Pembelaan, Pengawasan dan Penindakan Anggota).
Usulan Rekomendasi:
1) PB IDI agar membuat adjudgment dalam regulasi internal terkait dokter yang
berprofesi ganda sebagai lawyer, boleh atau tidak boleh; atau boleh dengan
persyaratan tertentu. Regulasi juga berisi tentang sanksi, juga penindakan
tegas.
2) Peran BHP2A dipertajam yaitu untuk menentukan layak atau tidaknya dokter/
lawyer membela kasus hukum yang melawan teman sejawat.

3. Dokter Internship Dan PPDS Sebagai Garis Depan Menangani Covid-19


Pembahasan:
Apakah dibenarkan secara etik dan hukum bila pemerintah membuat peraturan
yang mengharuskan para peserta Internship dan PPDS untuk ditempatkan di garis
depan untuk menangani kasus2 Covid? Hanya sebagian PPDS yang terkait tugas ini
misalnya bidang pulmonologi, anestesi, atau radiologi, sedang yang lainnya tidak.
Adakah hak untuk menolak? Bagaimana dengan masalah kompetensi pada PPDS yang
bidangnya tidak langsung terkait kasus Covid? Adakah hak PPDS untuk
mempertahankan keselamatan dirinya sendiri dari bahaya Covid?
Pembahasan:
Ide pemerintah untuk membuat peraturan khusus tentang penanganan Covid-19
oleh dokter tertentu seperti PPDS dan Internship seharusnya tidak perlu ada, karena
kewajiban dokter adalah menangani semua penyakit termasuk Covid-19. Dapat

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 343 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

diberikan masukan terkait pengecualian untuk dokter-dokter dengan komorbid, sesuai


dengan salah satu kewajiban dokter untuk menjaga kesehatan diri sendiri.
Pemangku kepentingan perlu melihat adanya perbedaan antara dokter Internship
dan dokter PPDS, dimana dokter Internship belum memiliki STR/SIP sebagai dokter
yang dapat berpraktik secara bebas sehingga dapat dianalogikan sebagai dokter
magang, sedangkan dokter PPDS mempunyai hak dan kewajiban sebagai dokter hanya
saja sedang menempuh pendidikan lanjutan. Meskipun demikian keduanya bekerja di
bawah supervisi senior dan/ atau dosennya, sehingga perlakukan terhadap keduanya
tentu harus dibedakan dan diberikan kewajiban dan hak secara proporsional sesuai
status dan kompetensi masing-masing. Dokter Intership dan PPDS mempunyai
kewajiban menangani semua pasien termasuk pasien terkonfirmasi covid, tampak
tidak mempunyai hak untuk menolak meskipun berisiko tertular, dengan demikian
perlu diperhatikan hak mereka dalam perlindungan kesehatan dalam menjalankan
kewajibannya seperti terpenuhinya APD, jam kerja tidak berlebih, juga diharapkan
dapat diberikan finansial yang sesuai.
Cara pandang terhadap dokter Internship dan PPDS ini tidak terlepas dari budaya
kelompok/ pendidikan profesi. Yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana IDI
dapat mendorong Good Clinical Governance dalam lingkup fasilitas kesehatah untuk
mengatur hubungan-hubungan tanggung jawab dokter PPDS dan dokter Internship,
sehingga dapat tercipta perubahan budaya kerja pada masa pendidikan dan magang
yang lebih baik.
Usulan Rekomendasi :
1) Status dokter Internship dan dokter PPDS harus terlindungi secara optimal baik
hak dan kewajibannya sesuai status dan kompetensi masing-masing.
2) IDI harus memberikan cara pandang ke pemerintah atas nilai-nilai kewenangan
dan elemen-elemen sistem kesehatan sebagai satu kesatuan dalam regulasi
baik di pusat maupun daerah, termasuk memberikan kewenangan praktik
terhadap dokter yang telah disumpah.

4. Bullying Terhadap PPDS


Permasalahan :
Pembulian terhadap PPDS (terutama bedah dan kebidanan) adalah masalah kronis
yang mengganggu dan memalukan korps dokter selama puluhan tahun, namun belum
dapat diselesaikan hingga kini. Contohnya ialah PPDS harus membelikan makan malam
untuk senior, membawa mobil senior ke bengkel untuk diperbaiki atau servis berkala,
membelikan tiket perjalanan keluar kota, menjemput isteri senior di bandara, dsb.
Biaya untuk semua ini dibebankan ke PPDS. Beberapa PPDS bahkan sampai
mengundurkan diri karena tidak sanggup lagi menanggung beratnya beban biaya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 344 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

bullying ini. Dewan Etik PDSP sudah berupaya namun belum berhasil. Bagaimana cara
menghapus praktik yang memalukan ini? Apa sanksi yang layak dijatuhkan? Bagaimana
cara sosialisasinya? Perlu tenggang waktu berapa lama?
Pembahasan :
Sebagai dokter PPDS sangatlah dilematis, satu sisi harus patuh dengan senior dan/
atau dosennya, tetapi disisi lain membutuhkan bimbingan dan pengalaman klinis.
Permasalahan, pengawasan dan pengendaliannya ada pada Prodi yaitu Ketua Program
Studi (KPS) yang seharusnya dapat mengatasi, karena KPS yang mengatur pendidikan
dan mengetahui intra dan ekstra kulikuler dalam pendidikan spesialis. Permasalahan
lain adalah Kaprodi tidak powerfull (tidak semua), hal ini perlu antisipasi dan dicarikan
cara yang paling tepat seperti kewibaaannya yang harus diperkuat untuk melakukan
pengawasan dan dapat melaporkan masalah yang tersirat walaupun tidak tersurat.
Kasus bullying sudah sangat banyak yang menjadi beban psikologis dan material,
seperti ada yang berakibat peserta PPDS bunuh diri, ada juga yang menjadi penjual
narkoba sehingga harus berurusan dengan pihak kepolisian, ada juga yang terpaksa
berbohong terkait transfusi darah dan lain-lain. Dengan demikian diperlukan
identifikasi dan klarifikasi, pencegahan sebagai solusi sementara juga punishment. Hal
ini menjadi masalah IDI karena marwah profesi dimana perilaku bullying ini saat proses
pendidikan berpengaruh pada perilaku dokter-dokter tersebut setelah menjadi
spesialis, perlu dikonfirmasikan pada spesialis kedokteran jiwa akibat pendidikan yang
berpengaruh pada mentalitas dokternya. Untuk pencegahan IDI dapat memberikan
pencegahan, kepada PDSP dapat juga bekerjasama dengan FK yang
menyelenggarakan PDSP, dalam kurun waktu tertentu ada sesi memberikan sosialisasi
aspek etik dan hukum, juga hubungan baik antara OP (IDI) dengan FK yang dapat
dipakai untuk membina para dosen (umumnya dokter) oleh Biro Hukum Pembinaan,
Pembelaan, Pengawasan dan Penindakan/ BHP4A (bila sudah terbentuk) dengan
melibatkan dosen-dosen atau PPDS senior yang bertugas sebagai pemantauan dan
pengawas untuk pencegahan dan penindakan, dengan tujuan mendapatkan marwah
profesi dokter yang seutuhnya.
Perlu adanya formula kerjasama antara OP dengan sentra-sentra pendidikan, tetapi
yang perlu ditekankan adalah indentifikasi dan solusi sementara atau implementasi
untuk pencegahannya agar marwah profesi selalu ada, melekat pada setiap dokter
seperti pernah diucapkan dalam sumpah dokter yaitu mau memperlakukan teman
sejawat seperti saya ingin diperlakukan, hal ini harus selalu diingatkan agar jangan
semakin hilang seperti kondisi saat ini terutama dalam dunia pendidikan yaitu adanya
penekanan terhadap PPDS secara psikologi dan material. Identifikasi dan klarifikasi
sementara belum bisa dilakukan melalui perhimpunan- perhimpunan spesialis,
belum bisa melalui KPS, dapat diusulkan untuk klarifikasi dan

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 345 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

identifikasi dipertimbangkan buka kotak saran atau chanel khusus laporan secara
konfidensial pada IDI dimana BHP2A dan MKEK dapat langsung melakukan pengusutan
dan seterusnya yang diketahui oleh perhimpunan terkait.
Usulan Rekomendasi:
1) Sosialisasi oleh BHP2A pada setiap rapat perhimpunan tentang bullying,
diharapkan menjadi perhatian dari anggota perhimpunan sehingga diharapkan
kasus bullying dapat mereda.
2) Kerjasama IDI dengan FK penyelenggara PDSP, untuk melibatkan dosen atau
PPDS senior sebagai pengawas pada BHP2A (diusulkan BHP4A), juga dibuka
chanel khusus laporan (konfidensial) dimana BHP2A dan MKEK mendapat
wewenang untuk melakukan pengusutan.

5. Eksekusi Keputusan MKEK


Permasalahan:
Ketika MKEK sudah membuat keputusan mengenai suaatu kasus pelanggaran etika
kedokteram, ada yang tidak terlaksana padahal pelanggaran etik, hukum atau
disiplinnya tergolong berat. Hal ini akan sangat menurunkan citra IDI sebagai suatu
organisasi profesi yang dihormati. Demikian juga beberapa kali terjadi ada kasus
pelanggaran etika oleh seorang dokter spesialis, lalu ditangani oleh Dewan Etika PDSP
atau oleh MKEK tingkat cabang atau wilayah. Kasus yang awalnya kecil lalu tumbuh
menjadi besar, bahkan sampai ke pengadilan. Proses ini bahkan berlangsung bertahun-
tahun. Apa saja yang jadi penyebab masalah yang tadinya kecil ini lalu menjadi besar,
berlarut-larut, menghabiskan banyak waktu, pikiran, dan tenaga? Siapa yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya hal ini? Bagaimana kita bisa mencegah
terulangnya kejadian yang demikian?
Pembahasan:
Keputusan MKEK yang tidak jalan, membutuhkan dukungan untuk dapat
terlaksananya eksekusi, keputusan MKEK Pusat maka eksekutornya adalah PB IDI, atau
sesuai tingkatannya yaitu keputusan MKEK wilayah maka eksekutornya IDI wilayah dst.
PB IDI wajib melaksanakan tatalaksana yaitu sebagai eksekutor dari keputusan MKEK,
dan IDI juga yang melakukan pengawasan/ monitor pelaksanaannya. Misalnya
keputusan MKEK rekomendasi dicabut maka STR juga harus dicabut, harus dimonitor
pelaksanaannya jangan sampai dokter yang bersangkutan masih praktik. Bila yang
bersangkutan masih praktik di RS/ Faskes maka RS tersebut melanggar ketentuan
hukum sesuai UU RS.
Untuk pengawasan oleh organisasi profesi atau perhimpunan/ kolegium bersama-
sama dengan regulator sesuai tingkat kewenangannya. Misalnya IDI cabang dengan
Dinas Kesehatan kota/ kabupaten harus dilibatkan dalam pengawasan. PB IDI perlu

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 346 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

membentuk tim monitoring untuk mengetahui keputusan eksekusi tersebut jalan atau
tidak. Misalnya seorang dokter surat rekomendasinya dicabut sedangkan dokter
tersebut tetap praktik, maka seharusnya dilakukan penindakan terhadap yang
bersangkutan dan institusi/ RS tempat praktiknya. Dengan demikian PB IDI melalui tim
adhoc selain melakukan pengawasan juga bekerjasama dengan komite medik RS/
faskes tempat yang bersangkutan praktik untuk melakukan penindakan, hal tersebut
untuk melindungi dokter dari masalah hukum yang lebih berat.
Resume untuk rekomendasi:
1) Eksekusi keputusan MKEK Pusat oleh PB IDI, keputusan MKEK wilayah oleh IDI
wilayah dan seterusnya
2) PB IDI membentuk tim adhoc untuk monitoring/ pengawasan terhadap
keputusan eksekusi yang tidak berjalan.

6. Perlunya Pembinaan Etika, Disiplin Dan Hukum Terhadap Dokter Di RS


Permasalahan:
Penanganan anggota IDI yang melakukan penyimpangan prinsip organisasi dan
pelanggaran etik berat tidak jarang terjadi. Kerap kali telah ditangani di tingkat cabang
atau wilayah namun tidak efektif. Terkadang keputusan yang dibuat juga terasa tidak
tepat. Apa saja ukuran yang harus diperhatikan oleh MKEK dan BHP2A? Bagaimana
menetapkan beratnya kesalahan? Bagaimana menyikapi anggota yang karena
jabatannya tinggi lalu mengabaikan keputusan yang dijatuhkan IDI? Bagaimana
menimbang untuk membuat keputusan yang adil dan bermartabat untuk seorang
dokter? Bagaimana mekanisme sanksi dan penghukuman bagi yang melanggar?
Bagaimana memperluas otonomi dan ruang lingkup kegiatan BHP2A? Bagaimana
meningkatkan aktivitas dan dinamika BHP2A? Apakah sidang2 MKEK untuk dugaan
pelanggaran etika yang tidak dihadiri oleh wakil dari BHP2A dapat dianggap sah?
Ketika seorang yang dinyatakan bersalah secara etik dan selesai menjalani sanksinya,
bagaimana proses pemulihan nama baiknya? Siapa di IDI yang bertanggung jawab
untuk ini? Ketika ia selesai menjalani sanksinya apakah perilakunya yang buruk itu
boleh dilupakan sama sekali tetap menjadi catatan hitam dalam rekam jejaknya?
Apakah BHP2A perlu membuat ortala? Bila ya, bagaimana caranya? Dan kapan itu
ditargetkan akan terlaksana?
Pembahasan:
Setiap sidang kemahkamahan MKEK maka pengurus BHP2A wajib melakukan
pembelaan terhadap dokter terperiksa, dan mekanismenya sudah diatur. Yang menjadi
masalah adalah informasi yang tidak/ terlambat sampai, dengan demikian harus ada
komunikasi yang inten dalam organisasi.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 347 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

Untuk pelanggaran ringan, sedang atau berat baik keputusan MKEK maupun MKDKI,
maka pembinaan dilakukan oleh BHP2A sesuai dengan masalah/ kasus dan sesuai
tingkatan organisasi yaitu BHP2A pusat/wilayah/cabang, tetapi bila pembinaan
masalah etika maka yang bertanggung jawab adalah MKEK, bila masalah perilaku yang
buruk dalam bidang disiplin dan hukum maka yang bertanggung jawab adalah pengurus
BHP2A.
Beberapa aturan sudah ada dalam ortala IDI, pembinaan harus melibatkan MKEK
dan BHP2A untuk pemulihan nama baik dan psikologis yang bersangkutan. Tindakan
pembinaan ini agar melibatkan komite medik RS/ institusi tempat dokter tersebut
praktik.
Usulan Rekomendasi:
1) Ditambahkan aturan terkait komunikasi internal (SPO) antar bidang, biro dan
majelis seperti BHP2A dengan MKEK
2) Pembinaan etika, disiplin dan hukum oleh MKEK dan/ atau BHP2A dapat
melibatkan komite medik RS/ institusi tempat praktik dokter yang dibina.
Diusulkan PB IDI untuk membuat MoU dengan PERSI agar kegiatan tersebut
dapat terlaksana

7. RS Kejar Profit, Dokter Terhimpit


Permasalahan:
Dalam menjalankan tugasnya, dokter sering harus menghadapi situasi dan kondisi
yang tidak menyenangkan. Bagaimana IDI melindungi anggotanya ketika berhadapan
dengan RS yang mengejar profit secara melawan etik misalnya mengenakan penalti
terhadap dokter yang pasiennya terlalu sedikit? Bagaimana IDI melindungi anggotanya
ketika ia diperiksa MKDKI? Atau ketika ia berhadapan dengan penegak hukum, atau
institusi lain yang arogan?
Pembahasan:
RS yang melanggar etika agar ditegur oleh PERSI, sedangkan dokter yang diperiksa
oleh MKDKI selama ini sudah didampingi oleh pengurus BHP2A, juga mengirim saksi
ahli bila dibutuhkan, akan tetapi MKDKI biasanya tidak melibatkan IDI pada awal proses
dan sudah melakukan sidang dahulu sebelum memberitahu ke IDI sehingga sering
pengurus BHP2A selalu ketinggalan informasi, alasan MKDKI tidak semua dokter mau
didampingi pengurus IDI. Selain itu MKDKI memberitahu IDI pada sidang-sidang
membacakan keputusan final dengan alasan tidak diminta oleh terperiksa. Untuk
mengetahui perkara atau masalah pengaduan maka pengurus BHP2A agar ikut serta
dalam gelar perkara dalam proses pemeriksaan sampai keputusan MKDKI. Dalam
kasus-kasus tertentu BHP2A diberi wewenang untuk bersurat ke institusi lain.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 348 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

Kontrak kerja/ perjanjian dokter dengan RS/ Faskes lain, dimana format tidak
seragam sehingga sering menimbulkan perselisihan karena RS/ Faskes mengejar profit.
Bila konsep perjajian dibuat formatnya oleh Organisasi Profesi atau Perhimpunan maka
dapat mengurangi peselisihan tersebut dimana hak bisa didapat sesuai dengan
kewajibannya.
Bila dokter berhadapan dengan penegak hukum yang arogan, maka teradu agar
melapor ke IDI dan sikap IDI sebagai organisasi profesi akan mendampingi setelah
dilakukan klarifikasi. Meskipun demikian aturan hukum harus tetap dijalankan dan
dilakukan pendekatan formal dan informal antara organisasi profesi dengan para
penegak hukum dan aparatur lainnya untuk mengurangi arogansinya.
Usulan Rekomendasi:
1) Setiap ada gelar perkara di MKDKI maka BHP2A diminta untuk diikutsertakan
dalam acara tersebut
2) Dibuat format Perjanjian/ kontrak kerja dokter dengan RS/ Faskes lain sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawab dokter.

8. Konflik Kesejawatan
Permasalahan:
Dalam kondisi apa seorang dokter yang berkonflik dengan sejawatnya dibenarkan
mencari penyelesaiannya melalui jalur hukum?
Pembahasan:
Bila sejawat diduga kuat melanggar pasal-pasal KUHP maka proses hukum dapat
langsung dilakukan, dalam proses sengketa antar dokter agar dilakukan mediasi
terlebih dahulu oleh organisasi profesi. Fokus pada masalah yang menjadi dasar
konfliknya, apakah sudah ada pelanggaran hukum atau ada masalah etika sesuai lafal
sumpah dokter. Permasalahan hukum yang tidak ada konflik kesejawatan seperti
penipuan, pencurian, penggelapan, pemerasan dan lain-lain akan menjadi masalah
hukum murni.
Dari sisi etika, seorang dokter tidak diperkenankan melaporkan teman sejawatnya
ke jalur hukum mengingat lafal sumpah dokter, antar teman sejawat seperti saudara
kandung. Konflik kesejawatan terkait keprofesian diselesaikan dulu oleh komite medik
RS/ Faskes, perhimpunan atau organisasi profesi (IDI) sesuai porsinya yaitu dilakukan
klairifikasi, advokasi dan mediasi. Secara hukum semua dokter berhak mengajukan
tuntutan/ gugatan hukum, akan tetapi diharapkan konflik kesejawatan dapat
diselesaikan organisasi profesi yaitu melalui MKEK atau BHP2A dengan cara mediasi,
upaya hukum menjadi upaya terakhir, atau dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Upaya hukum dilakukan, apa bila kedua belah pihak yang bersengketa, setuju
dibawah kerana Hukum, sdh tdk bisa diperdamaikan lagi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 349 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

b. Apa bila kasus tersebut, dibawa ke MKEK dan BHP2A, hasil dari keputusan MKEK
dan BHP2A, bahwa ini sebenarnya hanya masalah Etik Kesejawatan, salah satu
pihak bersedia berdamai, sementara yang satu lagi tdk bersedia berdamai, maka
sebaiknya kasus ini menjadi tanggung jawab PB IDI, apa bila masuk kerana
Hukum, membantu teman sejawat yang bersedia berdamai, untuk memberikan
perlindungan Hukum kepada teman sejawat yang mau menghargai putusan dari
MKEK dan BHP2A
Bila tuntutan/ gugatan hukum dilanjutkan maka upaya penyelesaian yang telah
dilakukan oleh organisasi profesi baik oleh BHP2A atau MKEK disampaikan ke penegak
hukum.
Usulan Rekomendasi:
1) Konflik kesejawatan terkait pekerjaan keprofesian, apabila bisa diselesaikan secara
kesejawatan dan prosedur mediasi seyogyanya tidak diteruskan ke jalur hukum
2) Bila tetap diteruskan ke jalur hukum, maka menjadi tanggung jawab para pihak.

9. Penanganan Kasus Pada BHP2A


Permasalahan:
Adanya pengaduan berulang akibat penanganan kasus yang tidak terselesaikan di
cabang dan wilayah. Kasus hukum dokter ditangani oleh pengurus BHP2A, dengan
pendekatan bisnis. Konflik antar pengurus IDI cabang dan wilayah, atau antar anggota
IDI dengan pengurus IDI.
Pembahasan:
Kasus pengaduan yang masuk ke BHP2A PB IDI, sebagian besar dikirim ke IDI
cabang/ wilayah untuk melakukan penyelesaian dengan pendekatan non litigasi.
Beberapa kasus dapat terselesaikan oleh IDI Cabang/wilayah dan dilaporkan ke PB IDI,
tetapi ada juga yang tidak dilaporkan sehingga tidak diketahui prosesnya sehingga ada
pengaduan berulang pada BHP2A PB IDI. Kasus-kasus seperti ini akan dilakukan
penyelesaian oleh BHP2A PB IDI dengan pendekatan diupayakan musyawarah melalui
mediasi. Akan tetapi ada beberapa kasus pengaduan dimana pengadu langsung minta
ditangani oleh BHP2A PB IDI karena tidak terselesaikan oleh cabang/wilayah dalam
waktu yang lama bahkan terkadang menimbulkan konflik baru antara pengadu atau
teradu dengan pengurus IDI.
Munculnya konflik antara pengadu atau teradu dengan pengurus IDI
cabang/wilayah atau munculnya konflik antara pengurus IDI cabang dan pengurus IDI
wilayah pernah terjadi akibat ketidaksepahaman penyelesaian kasus atau adanya niat
lain yang terpendam pada salah satu pihak. Hal ini tidak terjadi apabila pengurus IDI
terutama BHP2A menjalan tugasnya sesuai dengan alur proses yang telah ditetapkan
PB IDI, juga diharapkan tidak ada conflict of interest pada pengurus yang umumnya

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 350 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

mempunyai profesi ganda yaitu sebagai dokter juga sebagai lawyer. Dengan demikian
diharapkan agar Ketua Umum PB IDI, Ketau IDI Wilayah dan Ketua IDI Cabang dapat
memilih anggota untuk pengurus BHP2A pusat/wilayah/cabang yang mempunyai
integritas dan bersedia membuat pernyataan atau fakta integritas untuk bekerja
sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan sesuai prinsip nirlaba yang dijunjung tinggi
oleh organisasi profesi.
Penanganan kasus BHP2A yang efektif dan efisien dilakukan berjenjang mulai dari
cabang-wilayah kemudian di PB IDI bila tidak terselesaikan atau memang kasus
nasional. Penanganan kasus hukum dan disiplin dilakukan oleh pengurus BHP2A semua
tingkat yang mempunyai pengetahuan hukum dengan integritas dan kapabilitas yang
sesuai.
Usulan rekomendasi:
1) Sosialisasi alur kerja BHP2A sudah ada pada semua tingkatan kepengurusan.
2) Pengurus BHP2A Cabang/Wilayah/PB dipilih yang mempunyai integritas dan
sebelum diangkat agar membuat pernyataan atau fakta integritas.

C. REKOMENDASI
I. REKOMENDASI SUBKOMISI ETIKA
1) Untuk Ketidakseragaman Sumpah Dokter , diusulkan:
a. Agar digunakan istilah Sumpah Dokter, bukan Janji Dokter
b. Sumpah Dokter diambil bersama oleh Dekan Fakultas Kedokteran dengan Ketua IDI
setempat
c. Pengambilan sumpah oleh dokter atau dicarikan pejabat yang profesinya dokter
d. Sumpah Dokter harus diseragamkan
e. Untuk penyeragaman ini direkomendasikan agar draft pertamanya disusun oleh
IDI, lalu dikonsultasikan dengan para stake holders (Kementerian Kesehatan,
Kementerian Agama, Sekretariat Negara, ahli filsafat, dll)
f. Agar PB IDI perlu membentuk tim khusus yang diberi tugas bekerja dalam tenggang
waktu yang telah ditentukan
2) Diperlukan penyempurnaan Ortala MKEK mengenai peninjauan kembali terhadap
keputusan yang dibuat oleh MKEK pusat sbb:
a. Dicantumkan ketentuan tentang mekanisme peninjauan kembali terhadap
keputusan yang sudah dibuat oleh MKEK Pusat
b. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh diajukan dalam waktu 60 hari
terhitung saat keputusan dijatuhkan oleh MKEK Pusat
c. Baik terhukum maupun pengadu berhak mengajukan permohonan peninjauan
kembali atas keputusan MKEK Pusat sepanjang memenuhi syarat
d. Permohonan peninjauan kembali hanya boleh diajukan satu kali oleh para pihak
(terhukum dan pengadu)

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 351 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

e. Pengaju permohonan peninjauan kembali harus bersumpah bahwa ia mempunyai


novum
f. Pemastian adanya novum dilakukan oleh Divisi Kemahkamahan MKEK
g. Bila setelah melakukan pemeriksaan Divisi Kemahkamahan memutuskan tidak ada
novum, maka MKEK akan menghentiikan proses peninjauan kembali
h. Dalam proses peninjauan kembali, Ketua MKEK akan menunjuk keanggotaan baru
di Divisi Kemahkamahan dan di Majelis Pemeriksa
i. Mekanisme peninjauan kembali tidak berlaku untuk keputusan yang dibuat oleh
MKEK tingkat wilayah dan cabang
j. Untuk pencabutan rekomendasi ijin praktik, eksekusinya harus dilakukan dalam 2
minggu oleh IDI Cabang setelah mendapat instruksi tertulis dari IDI tingkat
atasannya. Bila keputusan ini dibuat oleh MKEK Pusat, maka eksekusinya
disampaikan kepada IDI Cabang melalui IDI Wilayah terkait
3) Hambatan Eksekusi Keputusan MKEK Dan Dewan Etik Profesi
a. Perlu dibentuk panitia adhoc yang membahas bagaimana memperkuat kinerja
Divisi Pembinaan MKEK IDI sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal
14 Ortala MKEK
b. Harus ada kesepakatan bahwa IDI tidak boleh bersikap lain terhadap keputusan
yang dibuat oleh MKEK mengenai suatu kasus pelanggaran etika
c. MKEK dan IDI harus memikirkan jalan untuk menyatukan sikap terhadap para
dokter terhukum yang sengaja tidak mematuhi keputusan etik MKEK karena merasa
dirinya berkuasa
d. MKEK dan IDI setempat harus memahami bahwa eksekusi pelanggaran etika
katagori ringan menjadi tanggung jawab Divisi Pembinaan MKEK, sedangkan untuk
kasus sedang dan berat menjadi tanggung jawab IDI
e. Harus dijelaskan dalam Ortala bahwa seorang anggota IDI yang dijatuhi
hukuman/sanksi oleh MKEK akan tetap ada dalam status terhukum selama ia belum
menjalani hukuman/sanksinya itu, kecuali diputuskan lain oleh Muktamar IDI
f. Agar PB IDI dapat membentuk suatu tim eksekutor untuk memperlancar jalannya
eksekusi
g. Sesuai dengan ketentuan di Ortala pasal 5, Ketua MKEK tidak boleh dibentuk atau
ditunjuk oleh Ketua IDI, tapi langsung dipilih oleh Rapat Anggota Cabang atau
Musyawarah Wilayah, atau sidang seluruh MKEK Wilayah, sesuai dengan
tingkatannya
h. Apabila ada keputusan MKEK terkait pelanggaran etika sedang dan berat yang tidak
dieksekusi oleh IDI Cabang dalam tenggang waktu 1 bulan maka IDI Pusat harus
memberikan peringatan tertulis kepada IDI Cabang dan IDI Wilayah terkait. Dan bila
tetap tidak juga dilaksanakan dalam waktu 1 bulan oleh IDI Cabang terkait, maka
eksekusi ini diambil alih oleh IDI Pusat

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 352 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

i. Pengurus IDI tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang yang baru terbentuk perlu
mendapat penjelasan dari IDI dan MKEK Pusat mengenai wewenang, tugas, dan
kewajibannya.
4) Terminasi Hubungan Dokter Pasien
Agar MKEK menerbitkan fatwa khusus terkait terminasi hubungan dokter-pasien yang
etis sebelum Muktamar IDI 2021, dengan tahapan sesuai Ortala MKEK:
a. Penerbitan artikel akademik di JEKI (edisi Januari/Februari 2021) tentang gagasan
lengkap terminasi hubungan dokter-pasien
b. Penrbitan fatwa 2-3 bulan pasca penerbitan artikel tersebut di JEKI.

II. REKOMENDASI SUBKOMISI DISIPLIN DAN HUKUM


1) Tindakan seksio atas indikasi sosial (atas permintaan pasien) agar diatur dalam standar
profesi Obsgin, karena berpotensi menjadi masalah hukum baik perdata maupun
pidana.
2) Terhadap Profesi Ganda Dokter dan Lawyer :
a. PB IDI agar membuat adjudgment dalam regulasi internal terkait dokter yang
berprofesi ganda sebagai lawyer.
b. Selain itu peran BHP2A dipertajam yaitu untuk menentukan layak atau tidaknya
dokter/ lawyer membela kasus hukum yang melawan teman sejawat.
3) Dokter Internship dan dokter PPDS sebagai garis terdepan menangani covid-19 harus
terlindungi secara optimal. IDI harus memberikan cara pandang ke pemerintah atas
nilai-nilai kewenangan dan elemen-elemen sistem kesehatan sebagai satu kesatuan
dalam regulasi, termasuk memberikan kewenangan praktik terhadap dokter yang
telah disumpah.
4) Untuk permasalahan bullying terhadap PPDS, perlu sosialisasi oleh BHP2A pada setiap
rapat perhimpunan tentang bullying, dibutuhkan kerjasama IDI dengan FK
penyelenggara PDSP, untuk melibatkan dosen atau PPDS senior sebagai pengawas
PPDS, juga dibuka chanel khusus untuk PPDS agar dapat melaporkan masalah
(konfidensial) dimana BHP2A dan MKEK mendapat wewenang untuk melakukan
pengusutan.
5) Terhadap eksekusi keputusan MKEK yang tidak berjalan, PB IDI agar membentuk tim
adhoc untuk monitoring/ pengawasan.
6) Perlu adanya pembinaan etika, disiplin dan hukum kepada dokter di RS oleh MKEK
dan/ atau BHP2A dengan melibatkan komite medik RS/ Faskes, diusulkan PB IDI untuk
membuat MoU dengan PERSI agar kegiatan tersebut dapat terlaksana.
7) Terhadap permasalahan RS yang mengejar profit, diperlukan perlindungan terhadap
dokter yang menghadapi masalah disiplin-hukum, dan masalah konflik dengan
manajemen RS yaitu dengan cara :

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 353 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi D : Etika, Disiplin dan Hukum

a. Setiap ada gelar perkara di MKDKI maka BHP2A agar diikutsertakan dari awal.
b. Untuk melindungi dokter dari proses bisnis pelayanan kesehatan agar dibuat
format perjanjian/ kontrak kerja dokter dengan RS/ Faskes lain sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab dokter.
8) Penyelesaian konflik antar dokter sedapat mungkin diselesaikan secara kesejawatan
dengan prosedur mediasi, seyogyanya tidak diteruskan ke jalur hukum; bila tetap
diteruskan ke jalur hukum, maka menjadi tanggung jawab para pihak.
9) Optimalisasi penanganan kasus disiplin-hukum:
a. Perlu dukungan PB IDI untuk menggalakkan kembali sosialisasi alur kerja BHP2A
pada semua tingkat kepengurusan.
b. Pengurus BHP2A Cabang/Wilayah/PB dipilih yang mempunyai integritas dan
sebelum diangkat agar membuat pernyataan atau fakta integritas.

Jakarta, 29 November 2020


Panitia Adhoc- Komisi D
Etika-Disiplin-Hukum

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 354 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

v. Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

DOC. 05/RAKERNAS II/12/2020

MATERI SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

KOMISI E

KEBIJAKAN ORGANISASI (EKSTERN


DAN INTERN) DAN PEMBAHASAN
GBPP (GARIS BESAR POKOK
PROGRAM/RENSTRA)

18 - 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 355 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

Panitia Adhoc V – Komisi E : Kebijakan Organisasi (ekstern n intern) dan


Pembahasan GBPP (Garis Besar Pokok Program/Renstra)

Ketua : Dr. Anwar Santoso, Sp.JP


Wakil Ketua : Dr. Muhammad Baharudin, Sp.OG
Sekretaris : Dr. Rosita Rivai

Anggota :
1. Prof. DR. Dr. Syamsuhidayat, Sp.B
2. Prof. DR. Dr. Budi Wiwieko, Sp.OG (K), MPH
3. Dr. Merdias Almatsier, Sp.S (K)
4. DR. Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad (K)
5. Dr. Nusye Ismail MS, Sp.OK
6. DR.Dr. Aida Sofiati Dachlan Hoemardani, Sp.KK (K), FINSDV,FAADV
7. DR. Dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK (K)
8. Dr. Isman Firdaus, Sp.JP
9. DR. Dr. Andi Alfian Zainuddin, MKM
10. Dr. Lucky Tjahyono, M.Kes
11. Dr. Ulul Albab, Sp.OG
12. Dr. Pramafitri Adi Patria, Sp.An
13. Dr. Mariya Mubarika
14. Dr. Dimas Wibowo
15. Dr. Alwia Assagraf, M.Kes
16. Dr. Franckie R.R Maramis, M.Kes, PKK, Sp.KT
17. Dr. Mikko Uriamapas Ludjen, Sp.OG,M.Kes
18. Dr. Rusdani, MKKK
19. Dr. Irianto Dunda, Sp.S
20. Dr. Andreas Nuho Fernandez Lewai, Sp.PD, FINASIM,MARS

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 356 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

KOMISI E

PEMBAHASAN :
A. Prinsip Etik Penelitian Kedokteran yang Melibatkan Subjek Manusia

B. Menjaga Kehormatan Organisasi IDI melalui Penyelenggaraan Muktamar


yang Bermartabat

C. Pembuatan Rencana Strategis Organisasi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 357 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

A. Prinsip Etik Penelitian Kedokteran yang Melibatkan Subjek Manusia

1. Etika Penelitian yang menggunakan obyek manusia harus mengacu pada prinsip-prinsip
Declaration of Helsinki,World Medical Assembly , Etika Penelitian pada subjek manusia
pada WHO berisikan 24 Ethical Guideline pada tahun 2016.

2. Approval dari Badan POM terhadap uji klinik fase 1, 2 dan 3, aplikasi ijin agar obat
(prosedur) harus dihormati sebagai bagian penghormatan terhadap etika pada penelitian
subjek manusia

3. Merekomendasikan kepada Universitas/Fakultas Kedokteran atau IDI untuk membentuk


kaukus untuk ujiklinik obat dan prosedur Covid-19 diinisiasi oleh Para Farmakologi Klinik
seIndonesia

4. Rekomendasi Organisasi agar Badan POM mengikut sertakan IDI untuk approval uji klinik
obat dan vaksin Covid 19

5. Mendukung kinerja dan Langkah-Langkah Tim Satgas Covid 19 PB IDI melaksanakan


penelitian obat-obatan dan prosedur lainnya pada covid 19

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 358 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

B. Menjaga Kehormatan Organisasi IDI melalui Penyelenggaraan


Muktamar yang Bermartabat

1. Pelaksanaan Muktamar IDI yang bermartabat telah dilakukan di Samarinda sehingga


tinggal memasukkan di Tata Laksana Organisasi
2. Rekomendasi penyusunan naskah akademik AD/ ART sehubungan dengan
perubahan-perubahan di AD/ART sehingga rekomendasi untuk dibentuk Tim AD/ART
dibahas/disusun 1 th sebelum muktamar
3. Rekomendasi Pembentukan Komite Penegakkan Tata Tertib Muktamar
4. Perlu selalu ada instropeksi terhadap pelaksanaan Muktamar yang bermartabat sehingga
selalu akan ada perbaikan dan peningkatan pelaksanaan.
5. Konsisten menjalankan kebijakan organisasi apalagi yang sudah diputuskan di Muktamar
6. Keputusan dan Kebijakan organisasi bukan tanggung jawab pribadi Pimpinan tapi
merupakan tanggung jawab sebagai Pimpinan Organisasi sehingga bila terjadi pergantian
Pimpinan keputusan tersebut harus tetap dapat dipertahankan secara organisasi
7. Ada Rancangan Renstra yang belum dilakukan di Subkomisi E pada Muktamar yang lalu

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 359 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

C. Pembuatan Rencana Strategis Organisasi

- Pembuatan Renstra yang bersifat jangka menengah dan panjang sehingga setiap periode
kepengurusan bisa menyesuaikan Program Kerjanya sesuai renstra yang telah dibuat

- Rencana strategi bersifat jangka panjang, seperti 9 tahun (3 periode) sehingga


kepengurusan dalam menyusun program akan menyesuaikan difase-fase renstra
tersebut.

- Komisi E yang telah menyusun Langkah-Langkah dibawah ini :


a. Kesiapan IDI : Dokumen (summary sejarah IDI, profile IDI sekarang,
mengumpulkan stakeholder internal dan eksternal)
b. Penulisan Visi, Misi dan Values yang saat ini kita ketahui (renstra yang ada saat
ini)
c. Identifikasi isu dari langkah pertama dan kedua untuk menjadi strategis isu untuk
saat ini dan 9 tahun kedepan.
d. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam menyusun planning dan
menambah masukan dari stakeholder internal dan eksternal. Strategic issue mulai
diformulasikan dengan baik. Mempelajari isu-isu strategis pra rakernas antara lain
: Isu Pelayanan Kesehatan Indonesia Mendatang, Isu Pendidikan kedokteran masa
depan, Isu tentang kurangnya penelitian –penelitian kedokteran di Indonesia, dan
Isu masalah etik dan hukum pada pelayanan profesi kedokteran.
e. Exercise dalam menyusun strategi, dapat menggunakan Balance Score Card atau
SWOT analisis sehingga dapat menghasilkan Goal dan Obyektif
f. Pembuatan Annual Budget dan Annual Rencana
g. MONEV terhadap pelaksanaan RENSTRA
h. Management Strategic dan momentum strategic
Pembahasan awal di Adhoc E baru sampai Langkah “e” secara garis besar. Diperlukan
pembahasan secara menyeluruh Bersama team PB IDI dan perwakilan semua Adhoc lain untuk
bersama-sama Menyusun renstra sampai menjelang Muktamar tahun 2021.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 360 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi E : Kebijakan Organisasi Eksternal dan Internal

Contoh Pendalaman SWOT

A. STRENGTH
Aspek Struktur
IDI Satu-satunya organisasi profesi dokter yang diakui UU, merupakan wadah
tunggal dan mempunyai otoritas yang jelas, mempersatukan dokter, membina dan
memberdayakan dokter serta mengangkat harkat profesi dokter

Aspek Kultur
- Kentalnya kebanggaan para anggota terhadap profesi mulia dokter
- Profesi dokter adalah profesi luhur yang dibutuhkan manusia dari lahir sampai
mati maka keberadaan IDI ini amat penting bagi kehidupan masyarakat.
- Aspek Sumber Daya/Kompetensi
- Jumlah anggota yang lebih dari 200.000 sebagai SDM yang solid dan handal,
dengan banyaknya potensi leadership di semua level, baik nasional, regional
maupun internasional.
- Tempat masyarakat mencari informasi Kesehatan

B. WEAKNESS
Aspek struktur
- Belum melaksanakan kepemimpinan strategis dan organisasi belajar
- Belum menjadikan dialog dan refleksi serta kolaboratif conversation sebagai
upaya penyelesaian masalah organisasi

Aspek sumber daya/kompetensi


- Level akreditasi Fakultas2 Kedokteran belum merata
- Level Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan belum merata

Aspek kultur
- Kurang bersatu, kurang rasa kesejawatan, kurang care thd organisasi
- Individualisme yang sangat tinggi dari para anggota;

C. OPPORTUNITY
- IDI dapat memenuhi kebutuhan akan adanya lembaga independen yang
mampu mengedepankan kemaslahatan umat manusia;
- Dengan semakin meratanya IDI Cabang dan kantor IDI cabang, roda
organisasi

D. THREAT
- Adanya upaya membuat IDI tandingan sesuai arah dinamika politik
- Pergolakan dinamika politik ikut mengimbas peran organisasi

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 361 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

vi. Komisi F : Rekomendasi Organisasi

DOC. 06/RAKERNAS II/12/2020

MATERI SIDANG ORGANISASI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

KOMISI F
REKOMENDASI ORGANISASI

18 – 20 Desember 2020

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 362 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

Panitia Ad hoc VI – Komisi F


Rekomendasi Organisasi

Penyusun :
1. dr. Ario Djatmiko
2. dr. Pranawa Sp.PD KGH
3. dr. Gatot Soetono M.PH

Panitia Adhoc VI – Komisi F : Rekomendasi Organisasi


1. Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM
2. Prof. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K)
3. Prof. DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes
4. Prof. DR. Dr. Ari Fachrial Syam, MMB, Sp.PD-KGEH (K)
5. Dr. Zaenal Abidin, SH., MH.
6. DR. Dr. Aman Bakti Pulungan, Sp.A (K)
7. Dr. Kadarsyah, MSc
8. Dr. Lisa Hasibuan, Sp.BP-RE (K)
9. Dr. Hadjat S Digdowirogo, Sp.A
10. Dr. Mirta H Reksodiputro, Sp.THT-KL
11. Dr. Nurhidayat Pua Upa
12. Dr. Eka Sakti
13. Dr. Adi Sucipto, Sp.B
14. DR. Dr. Asep Sukohar, M.Kes
15. Dr. Joko Murdiyanto,Sp.An, MPH
16. DR. Dr. Rizal Sanif, Sp.OG(K)
17. Dr. Rifka, MM
18. Dr. H. Syafriadi, MM

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 363 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

TRANSFORMASI ORGANISASI IDI


CONDITIO SINE QUA NON

PENDAHULUAN:
70 tahun sudah IDI mendampingi perjalanan bangsanya di bumi pertiwi
mengisi kemerdekaan Negerinya. Sudah selayaknya-lah kita bertanya, apakah
peran IDI, selama ini. Sudahkah IDI memberi peran terbaiknya bagi bangsa dan
negara? Sesuai AD-ART, IDI hadir di bumi pertiwi sebagai pemersatu, pembina
dan pemberdaya para dokter Indonesia (pasal 10). Tujuan IDI jelas tertera pada
pasal 7:
1. Mewujukan cita-cita bangsa menuju masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam pembukaan UUD 45.
2. Memadukan segenap potensi dokter Indonesia, meningkatkan harkat,
martabat dan kehormatan diri dokter Indonesia. Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi medik dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera.
Diharapkan (pasal 11), IDI dan anggota-anggota IDI, hadir di tengah masyarakat
sebagai agen pembaharu (agent of change) dan agen pembangunan (agent of
development). Artinya, IDI menetapkan bahwa setiap anggota IDI siap menjadi
yang terdepan memimpin perubahan bangsanya. Senantiasa siap memberi
advokasi setiap langkah pengambil kebijakan dibidang kesehatan (pasal 8).
Secara kuantitas dan usia, IDI adalah organisasi profesi yang terbesar dan
tertua di negeri ini. Tidak salah kalau masyarakat, pemerintah dan anggota IDI
berharap besar dari IDI, sebagai satu-satunya wadah organisasi dokter di negeri
ini. Untuk itu, seharusnya ada catatan dan ukuran yang jelas perihal apa
kontribusi IDI selama 70 tahun perjalanan bangsa ini. Disinilah reputasi IDI
dipertanyakan. Reputasi adalah modal utama untuk IDI bisa bersikap, berbicara
dan melangkah kedepan ditengah pergolakan bangsanya. Dengan kata lain,
tanpa memiliki reputasi cemerlang, sulit IDI akan memposisikan diri ditengah
pergolakan bangsanya, apalagi harus bersikap dan berbuat.

DASAR PEMIKIRAN:
Proses berjalannya suatu negara ditentukan oleh 3 faktor:
1. Penyelenggara negara (pemerintah, wakil rakyat, perangkat hukum dan
keamanan dll). Penyelenggara negara berlaku sebagai regulator dan
eksekutor (provider). Sebagai regulator diharapkan penyelenggara negara
akan berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Mengingat penentu
kebijakan negara adalah pilihan rakyat, hasil dari demokrasi (satu proses
politik). Tidak bisa dihindari setiap kebijakan negara (dalam bidang
apapun) tak terlepas dari proses politik. Artinya, banyak kepentingan
terlibat dalam setiap proses lahirnya kebijakan, bukan kepentingan
masyarakat semata. Begitu juga yang terjadi dikebijakan kesehatan.
2. Dunia usaha, pengusaha-investor beserta perusahaannya, hadir ditengah
masyarakat hanya dengan satu tujuan, memburu laba. Tetapi disisi lain,
tidak dapat disangkal bahwa kehadiran investor amat dibutuhkan oleh

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 364 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

setiap negara. Sebab, investor adalah pembayar pajak terbesar yang


menghidupi penyelenggara negara. Hal lain, investor adalah penyedia
lapangan kerja terbesar yang amat dibutuhkan oleh rakyat.
3. Non Government Organization, NGO adalah organisasi yang lahir karena
mempunyai kesamaan ciri dan cita-cita dari anggota. NGO hadir dengan
tujuan sesuai dengan visi dan misinya, bebas dari kepentingan bisnis dan
kepentingan politik (pemerintah). NGO bergerak dengan membawa ciri-
ciri dan cita-citanya. NGO hadir sebagai penyeimbang dari dua kekuatan
diatas (Bisnis dan Regulator). Sikapnya, selalu berpihak pada kepentingan
masyarakat luas dan tetap berada dalam koridor etik. Oleh karena itu
NGO umumnya mendapat tempat khusus dihati mastarakat, karena dia
mewakili kepentingan umum-masyarakat.
IDI adalah organisasi yang dibangun atas dasar kesamaan profesi (dokter) dan
kesamaan cita-cita. Artinya IDI adalah termasuk NGO, sesuai yang tertera pada
pasal 6 AD-ART IDI. Pada AD-ART IDI pasal 7 ayat 1 tertulis cita-cita IDI:
Mewujudkan cita-cita bangsa sesuai dengan yang tercantum pada pembukaan
UUD 45. Peran IDI dalam proses penyelenggaraan negara amat jelas, menjaga
cita-cita bangsa. Dengan cara, melakukan monitoring ketat atas perlakuan
penyelenggara negara dan para investor terhadap masyarakat luas, termasuk
terhadap dokter sebagai pekerja medis.
Pertanyaanya, benarkah IDI telah menjalankan perannya sesuai dengan
ciri-cirinya dan telah berjalan menuju cita-citanya? Seyogyanya IDI memahami,
apa harapan semua pemangku kepentingan pada organisasi kita, IDI.

MEMAHAMI IDI:
Dokter adalah suatu profesi yang unik, dia wajib memiliki:
• Brain : Kompetensi yang memadai dalam bidangnya.
• Heart : Panggilan kemanusiaan dalam menjalankan profesinya. Untuk itu
dalam menjalankan profesi nya dokter diikat oleh sumpah dan
diawasi oleh rambu-rambu etika yang amat ketat.
• Mind : Tingkat intelektual yang tinggi untuk memahami persoalan masa
depan bangsanya dalam skala yang lebih luas. Seperti yang pernah
ditulis oleh Wahidin Sudiro Husodo: Dokter bukan hanya
menyembuhkan luka pada badan pasien, tapi juga harus
menyembuhkan luka sebuah bangsa yang sedang sakit.
Point ke-2 dan ke-3 adalah hal yang membedakan profesi dokter dengan profesi-
profesi lain. Tetapi, ketiga point diatas tidak bisa dipisahkan, Point 1 adalah
syarat awal yang membuka jalan menuju profesi dokter. Perangkat-perangkat
(pendidikan dan pengawasan) dibangun begitu ketat untuk menjaga dan
menjamin kompetensi dokter agar keamanan masyarakat terjamin.
IDI adalah organisasi dokter. Oleh karena itu, IDI harus membawa ciri-ciri
yang telah tersebut diatas (point 1,2 dan 3). Ciri-ciri yang tertulis filosofis harus
bisa dirasakan langsung oleh pemangku kepentingan dalam bentuk perilaku
yang profesional anggota IDI:
• Kompetensi yang unggul dalam keilmuan, menguasai teknologi terkini
dibidangnya. Teknologi terus berkembang, bahkan dalam dekade terahir

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 365 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

ini, dan kedepan (4.0) terjadi disrupsi akibat ledakan teknologi. Dalam
keadaan “ancaman teknologi” seperti ini, anggota-anggota IDI akan,
sepenuhnya bergantung pada kemampuan IDI satu-satunya organisasi
profesi dalam menjaga kompetensinya agar survive dan unggul dalam
kompetisi.
• Menjunjung tinggi kehormatan dokter dengan menjadi yang terdepan
dalam menjaga etika dan sumpah dokter. Disini, Majelis Kehormatan
Etika Kedokteran IDI akan bekerja proaktif melindungi masyarakat. Tanpa
didukung dengan landasan etika yang kuat, profesi dokter akan
membawa bahaya bagi kemanusiaan.
• Intelektualitas. Setiap anggota IDI harus peka akan perubahan yang
terjadi dimasyarakat terutama hal yang menyangkut bidang kesehatan.
Para pemangku kepentingan berharap IDI hadir ditengah masyarakat
dengan membawa gagasan-gagasan cemerlang untuk memecahkan
persoalan bangsanya.
• Sebagai NGO, posisi IDI dalam penyelenggaraan negara adalah sebagai
penyeimbang. Hadir ditengah masyarakat sebagai “Intelectual Power”.
Pembawa cahaya kebenaran, berpikir visioner-futuristik melampaui
zamannya dan berpegang pada fakta, data dan keilmuan. Sikapnya jelas,
selalu berpihak pada kepentingan umum, masyarakat dan kepentingan
anggotanya.
Kekuatan IDI terletak pada profesionalitas dan kompetensi anggotanya, etika
dalam menjalankan profesinya, gagasan-gagasan besar yang dihasilkan (level
intelektualnya) dan peran yang bebas dari kepentingan bisnis-politik. Setiap
anggota IDI harus berdiri mewakili kebenaran, berpegang pada keilmuan dan
berpihak pada kepentingan masyarakat. Dalam posisi sebagai agent of change
dan agen of development, kemampuan leadership setiap anggota merupakan
suatu kemutlakan.
Disini, reputasi IDI dimata masyarakat menjadi amat sangat penting.
Mengapa? Posisi tawar IDI sepenuhnya terletak pada bagaimana reputasi IDI
dimata masyarakat. Tanpa memiliki reputasi yang cemerlang, posisi tawar IDI
sudah tidak ada lagi. Sebuah kata bijak, “Respect for those who deserve it, not
for those who demand it”. Benarkah selama ini IDI adalah organisasi yang layak
dihormati? Benarkah IDI telah hadir bak lilin yang membawa cahaya ditengah
kegelapan bangsanya? Sengguh, kita wajib mengukur reputasi IDI dengan
seksama sebelum mengambil melangkah baru. Reputation is not overnight
proses, diperlukan waktu panjang untuk membangun reputasi. Semua ukuran
performa IDI sepenuhnya berpegang pada ke-4 point diatas. Tidak mungkinlah
reputasi IDI akan cemerlang bila dalam ukuran profesional, kompetensi dokter
Indonesia jauh tertinggal. Atau, banyak pelanggaran etika yang dilakukan oleh
anggota IDI. Atau, tanpa buah gagasan yang cemerlang lahir dari organisasi IDI.
Tak mungkin IDI mendapat tempat dihati rakyat, tanpa jelas keberpihakannya
pada rakyat. 70 tahun waktu yang cukup panjang untuk mengukur reputasi dan
menilai wajah IDI dimata masyarakat.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 366 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

MASUKAN KOMISI F:
IDI adalah wadah dokter Indonesia dan bangsa Indonesia berharap akan
masa depannya. Oleh karena itu, IDI harus mampu berdiri tegak sebagai
organisasi yang solid, independen dan bebas dari pengaruh kepentingan-
kepentingan lain (politik, bisnis, pribadi dan penguasa).
Tanpa dijabarkan secara detil, kita semua anggota IDI bisa merasakan
bahwa IDI saat ini dalam posisi yang teramat sulit. Bahkan posisi tersulit dalam
sejarah pejalanan IDI. Keadaan yang sulit ini langsung akan menentukan nasib
dan masa depan dokter dan rakyat dinegeri ini.
Secara garis besar hal yang terjadi:
• Ancaman ketertinggalan teknologi yang amat mencemaskan.
• Hubungan IDI dengan pemerintah kian renggang. Bahkan terjadi ketidak
sepahaman frontal didepan publik.
• Beberapa keputusan pemerintah yang meninggalkan IDI.
• Kepercayaan publik pada dokter Indonesia rendah.
• Kehadiran dokter asing.
• Masalah internal, ketidakkompakan jajaran pengurus yang dikeluhkan
oleh banyak anggota.
• Persoalan anggota IDI dengan BPJS yang tidak kunjung selesai.
• Pelanggaran etika dokter yang masih banyak menjadi isu publik.
• Penanggulangan Pandemi Covid yang semakin tidak menentu.
• Banyak hal yang tidak bisa dicantumkan disini
Semua masalah diatas tentu memerlukan jawab dan penyelesaian yang amat
segera. Dalam menyelesaikan masalah diatas, kita harus mengikuti kaidah-
kaidah sbb:
• Specific: Detail masalahnya secara spesifik, misalnya: detil bagaimana
ketertinggalan teknologi dst....
• Measurable: Langkah yang terukur arah, efektifitas dan capaiannya
• Assignable: Siapa melakukan apa, dengan cara apa dan tanggung jawab
siapa.
• Reasonable: Prediksi kemungkinan
• Time Related: capaian berdasarkan waktu.
Apakah IDI saat ini mampu menjawab semua masalah diatas? Jelas diperlukan
keberadaan satu organisasi (IDI) yang solid, peka, cerdas, fleksible yang mampu
bergerak cepat dan dengan strategi yang tepat. Suatu organisasi (IDI), dapat
diibaratkan sebagai kendaraan yang digunakan anggotanya untuk melewati
tantangan kedepan, mencapai masa yang gemilang. Diperlukan organisasi (IDI)
yang reliable. Mempunyai reputasi cemerlang dimata masyarakat & pengambil
kebijakan sehingga diyakini kendaraan itu mampu membawa kita semua ke
masa depan yang gemilang.
Pertanyaanya:
• Benarkah IDI selama ini merupakan kendaraan yang tepat dan mampu
membawa kita semua ke masa depan yang gemilang?
• Benarkah selama ini IDI telah membangun reputasi yang cemerlang?

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 367 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

Pada dasarnya IDI adalah organisasi berbasis intelektual. Ukuran intelektual,


sungguh tidak tepat kalau kita yang menyebut diri kita intelektual. Tetapi orang
lainlah yang melihat, mengukur, menyebut kita cukup intelektual atau tidak.
Untuk mengangkat IDI menjadi organisasi intelektual yang dihormati, tidak bisa
tidak, IDI harus mampu memenangkan “Intelectual Struggle” di hati publik. Ini
sungguh tidak mudah, sebab ruang penyelenggara negara dan ruang bisnis juga
dipenuhi tokoh-tokoh pandai yang mampu mempengaruhi hati publik.
Disamping itu, umumnya tokoh-tokoh diruang bisnis dan penyelenggara negara
lebih mempunyai akses ke media.

Ada 5 level organisasi yang kita ketahui:


1. Prospectus: Organisasi yang menciptakan masa depan
2. Antisipasive: Organisasi yang mampu menganalisa masa depan dan
mampu mempersiapkan diri bahkan berlari leboh cepat.
3. Deffensive: Bentuk organisasi kaku, bertahan dengan pola lama. Hanya
melakukan perubahan minor menyesuaikan diri dengan perubahan.
4. Reactive: Organisasi yang bejalan tanpa sistem, tanpa strategi, hanya
sibuk mensiasati gejala-gejala yang tampak (symptomatic), tanpa mampu
memahami dan mengatasi causal masalah sebenarnya.
5. Inertia: Organisasi yang tidak mampu berbuat apa-apa hanya sibuk
mengeluh dan memberi reaksi yang tidak relevan.
Sebelum kita mulai melangkah kita harus menjawab, pada tingkat mana IDI saat
ini berada? Pertanyaan itu harus dijawab dengan sportif. Sebab, kita harus tahu
benar apakah kendaraan yang kita pakai ini benar-benar mampu membawa kita
selamat melewati masa sulit ini. Zaman telah jauh berubah, layanan kedokteran
yang dulu dipahami sebagai pekerjaan yang sarat dengan nilai altruistik, kini
tampil dengan wajah baru, sepenuhnya industri. Tidak bisa lagi, organisasi yang
lahir dizaman altruistik memberi jawaban pada persoalan-persoalan industri
yang kian kompleks dan super cepat ini. Apalagi dengan kehadiran era 4.0, yang
telah merubah tata cara layanan dan organisasi kesehatan secara mendasar.
Tidak bisa dihindari, IDI harus berubah secara mendasar. IDI harus mampu
melakukan perubahan transformatif, sesuai dengan perkembangan zaman dan
teknologi.

IDI SEBAGAI ORGANISASI MODERN:


Bagaimana keadaan IDI saat ini dan bagaimana perubahan bentuk organisasi IDI
yang diharapkan? Dari gambaran (5) level organisasi diatas, kita harus bisa
membawa IDI paling tidak ke level 2 organisasi (antisipasif), kalau mungkin ke
yang pertama. Organisasi pada level antisipasif adalah organisasi yang peka
dalam membaca perubahan dan mampu bergerak dengan cepat melakukan
antisipasi. Untuk memobilisir seluruh organisasi dengan cepat sesuai dengan
perubahan yang terus terjadi dan teramat cepat, diperlukan bentuk struktur
organisasi yang modern dan adaptif.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 368 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

Pondasi Organisasi:
Mobilisasi pada organisasi yang sedemikian besar, tidak mungkin dilakukan
tanpa dukungan penuh dari seluruh anggotanya. Tidak ada gunanya menyusun
strategi jitu tanpa didukung oleh struktur organisasi yang modern dan adaptif.
Semua rencana kerja akan menumpuk tanpa realisasi. Namun tidak mungkin kita
membangun organisasi yang kuat, modern dan adaptif tanpa dilandasi pondasi
organisasi yang kokoh. Jadi jelas, perubahan organisasi IDI harus dimulai dari
pondasi-nya. Kekuatan pondasi organisasi terletak pada kekuatan spiritual
(spiritual alignment) dari sesama anggota IDI. Pondasi yang kokoh tidak mungkin
terbangun tanpa ada ikatan spiritual yang kokoh antar anggota dan keinginan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu, semua anggota IDI harus
meningkatkan ikatan spiritual sesama anggota IDI dengan dasar: Ikatan
kolegalitas dan ikatan kebangsaan sesuai dengan nama IDI organisasi Ikatan
Dokter Indonesia. Menjauhkan semua faktor yang bisa melemahkan ikatan
spiritual diantara anggota IDI: Kepentingan pribadi, ikatan premordial,
kepentingan politik, motif ekonomi atau hal-hal lain diluar tujuan IDI (sesuai
dengan AD-ART). Perkuat ciri intelektual yang melekat pada IDI: berbasis ilmu,
etika, moral, sportifitas dan meritokrasi. Dengan terbangunnya ikatan
kolegalitas dan ikatan kebangsaan yang kuat dan diperkuat lagi dengan ciri
inteletual yang tinggi, pondasi organisasi akan terbangun kokoh. Sehingga
otomatis struktur organisasi yang terbangun diatasnya akan didukung oleh
mobilitas kolektif yang kuat.

Struktur Organisasi Modern dan Adaptif


Bagaimana bentuk struktur organisasi baru yang diharapkan nanti? Memasuki
era turbulence yang terus berubah dengan cepat, diperlukan organisasi yang
peka, lentur dan mampu bergerak cepat.
Bentuk organisasi yang dibutuhkan adalah:
• Bentuk organisasi yang horisontal, tidak vertikal. Bentuk hubungan yang
hierarkis kaku harus ditinggalkan. Dalam organisasi horisontal, struktur
pimpinan lebih merupakan “koordinatif leadership”. Dengan memberi
kesempatan pada semua lini jajaran IDI untuk lebih intens berinteraksi
eksternal, organisasi akan menjadi lebih peka dan mampu mendapatkan
informasi yang optimal.
• Desentralisasi, memberi kesempatan pada setiap lini di jajaran IDI untuk
memecahkan masalahnya dengan kemampuan kreatifitas-inovasinya
sendiri dengan tetap berkoordinasi dengan pimpinan IDI.
• Bekerja cerdas, integrated, team work, transparan dengan metodologi
yang tepat. Kinerja berbasis “Best Practice” dan terukur akan membawa
IDI terus berjalan kearah yang lebih baik sesuai perkembangan zaman.
• Digitalisasi, segera menyiapkan struktur organisasi yang berbasis IT
disemua jajaran IDI, lengkap dengan big data yang bisa diakses real time.
Untuk menyiapkan proses digitalisasi organisasi IDI, diperlukan
pertemuan intens dan pemikiran yang dalam antar struktur pimpinan
pusat, wilayah dan cabang untuk merumuskan secara detil keinginan
organisasi unuk dituangkan dalam bentuk digital (sebelum bertemu

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 369 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

dengan vendor). Hal yang perlu kita sadari bersama adalah, digitalisasi
adalah proses yang teramat mahal, rumit dan memerlukan perubahan
budaya seluruh anggota. Tetapi merupakan keharusan. Tidak mungkin IDI
mampu menjalankan peran terbaiknya, memberi advokasi pada
pengambil kebijakan bila IDI tidak dilengkapi data terkini yang valid dan
dengan analisa yang mendalam. Disinilah letak “intelektual struggle”
yang harus dilakukan untuk membangun reputasi IDI di ruang publik.
Sehubungan dengan rencana Digital Transformation organisasi IDI, yang
membutuhkan biaya besar, kecukupan dan kemandirian anggaran
menjadi agenda yang teramat penting dalam RAKERNAS ini.

Strategi:
Dengan mindset “IDI baru” yang visioner dan antisipasif & prospektif didukung
oleh -bentuk organisasi yang horizontal berbasis (big) data-, semua informasi
dapat ditampung dalam bentuk data yang valid. Perubahan & perkembangan
eksternal dan internal IDI, dapat dipantau real time. Sehingga dapat segera
dilakukan penilaian (assessment), analisa secara seksama, dicarikan solusi yang
tepat dan segera menyiapkan tindakan antisipasif. Dengan demikian, IDI akan
senantiasa up date, siap menghadapi perubahan di depan. Dengan data yang
lengkap dan valid, maka dapat disusun prioritas kerja berdasarkan besaran
masalah yang ada. Sehingga IDI akan selalu siap dengan sikap dan tindakan yang
tepat sesuai dengan perubahan situasi eksternal dan keadaan internal IDI.

Organization means peoples


Perubahan harus selalu diawali dengan benchmarking, penilaian existing, pre
existing condition organisasi IDI. Sehingga gap yang ada dapat jelas terbaca dan
arah transformasi organisasi dapat lebih terukur. Berbicara tentang organisasi
berarti kita berbicara tentang manusia. Penilaian internal organisasi IDI secara
obyektif memerlukan kemauan keras, keterbukaan dan sportifitas dari semua
pihak. Tetapi tidak ada pilihan lain, transformasi organisasi adalah conditio sine
quo non.
Sebagai contoh:
Masih segar dalam ingatan, kejadian Muktamar IDI ke 29, di Medan November
2015. Kericuhan di-sidang yang menjadi berita Nasional mencerminkan betapa
jauhnya IDI dari sikap-perilaku intelektual. Proses election yang mengutamakan
kepentingan kelompok lebih menonjol ketimbang penilaian meristokratik terus
mewarnai pemilihan ketua. Pendekatan lobbying lebih efektif ketimbang adu
gagasan. Kebenaran dan gagasan terbaik adalah hasil proses dialog intelektual
yang sportif, bukan hanya sekedar proses voting. Untuk itu perlu adanya ruang
interaksi intelektual yang lebih luas dalam setiap proses election, agar budaya
meritokrasi dapat terbangun dengan sehat. Ini cerminan bahwa banyak hal yang
harus dirubah dalam upaya membangun pondasi yang kokoh.

PENUTUP:
RAKERNAS dimaksudkan untuk menyusun rencana kerja kedepan. Untuk bisa
membawa hasil nyata yang bisa dirasakan semua anggota IDI, rencana kerja

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 370 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » BAHAN SIDANG ORGANISASI » Komisi F : Rekomendasi Organisasi

memerlukan kesiapan perangkat kerja yang reliable. Rencana kerja tanpa


kesiapan perangkat kerja yang reliable, akan tetap menjadi tumpukan rencana
tanpa ada realisasinya. Akhirnya terjadi inertia, IDI berdiri diluar arena sebagai
penonton tidak mampu ikut dalam perubahan. Apalagi untuk tampil sebagai
agent of change yang memimpin proses perubahan di masyarakat. Untuk itu,
Panitia Adhoc Komisi F menyusun kertas kerja yang berjudul
Transformasi Organisasi IDI, conditio sine qua non.
Mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan dalam masukan yang kami
ajukan ini. Terima kasih sebesar-besarnya, semoga masukan ini bisa membawa
manfaat bagi organisasi IDI yang kita cintai.

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 371 IKATAN DOKTER INDONESIA


2. SUSUNAN PANITIA RAKERNAS IDI II

PANITIA PENGARAH
Penasehat : Ketua Umum PB IDI
Ketua MKEK
Ketua MKKI
Ketua MPPK
Ketua Purna PB IDI

Ketua : Dr. Moh. Adib Khumaidi,Sp.OT


Wakil Ketua 1 (unsur PB IDI) : Dr. Slamet Budiarto,SH,MH.Kes
Wakil Ketua 2 (unsur MPPK) : Dr. Mahesa Paranadipa,MH
Wakil Ketua 3 (unsur MKKI) : DR. Dr. Setyo Widi Nugroho,Sp.BS
Wakil Ketua 4 (unsur MKEK) : Dr. Bahtiar Husain,Sp.P,MH.Kes
Sekretaris : Dr. Ardiansyah Bahar,MKM
Wk. Sekretaris 1 : Dr. Rosita Rivai
Wk. Sekretaris 2 : Dr. Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein,Sp.PD,MM
Anggota : Prof.Dr. Zubairi Djoerban,Sp.PD-KHOM
Prof.Dr. Menaldi Rasmin,Sp.P (K)
Prof.DR. Dr. Idris Idham,Sp.JP (K)
Prof. DR. Dr. Abdul Razak, Thaha,Sp.GK
Prof. Dr. Errol U Hutagalung,Sp.B,Sp.OT (K)
Prof. DR. Dr. FA. Moeloek,Sp.OG (K)
Prof. DR. Dr. Fachmi Idris,M.Kes
Prof. DR. Dr. Budi Wiweko,MPH,Sp.OG (K)
Prof. Dr. Purnawan Junadi,MPH,Ph.D
Dr. Merdias Almatsier,Sp.S (K)
DR. Dr. Prijo Sidipratomo,Sp.Rad (K)
Dr. Zaenal Abidin,SH,MH
Dr. Prasetyo Widi Buwono,Sp.PD-KHOM
DR. Dr. Henry Salim Siregar,Sp.OG (K)
Dr. M. Nasser,Sp.KK,LLM,D.Law
Dr. Danardi Sosrosumihardjo,Sp.KJ (K)
Dr. Djoko Widyarto JS,DHM,MH.Kes
Dr. Fery Rahman,MKM
Dr. Fazilet Soeprapto,MPH
DR. Dr. Mirta H Reksodiputro,Sp.THT-KL (K)
Dr. I. Gede Putra Suteja
Dr. Pramafitri Adi Patria.Sp.An
Dr. Nusye E Zamsiar,Sp.Ok
Dr. Dimas Wibowo
Dr. Wijaya Juwarna,Sp.THT-KL
Dr. Imelda Datau,MM
Dr. Dadang Nugroho,Sp.PD
Dr. Ramlan Sitompul,Sp.THT-KL
Dr. Noor Arida Sofiana,MBA
Dr. Dyah A Waluyo

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 372 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » SUSUNAN PANITIA RAKERNAS IDI II

Dr. Muhammad Baharuddin,Sp.OG,MARS


DR. Dr. Mahlil Ruby,M.Kes
Dr. Muhammad Akbar,Sp.S,Ph.D
Dr. Titi Savitri Prihartiningsih,M.Med.Ed,Ph.D
DR. Dr. Anwar Santoso,Sp.JP (K)
Dr. Marhaen Hardjo,M. Biomed,Ph.D
Dr. Djoni Darmadjaja,Sp.B,MARS
Dr. Rudi Sapulete,Akp,SH,MH,MBA
Dr. Husniah R Akib,MS,M.Kes,Sp.Ak
Dr. Nurhidayat Pua Upa,MARS
DR. Dr. Andi Alfian Zainuddin,MKM
Dr. Lucky Cahyono,M.Kes
Dr. Nazar,Sp.B,MH.Kes
Dr. Ulul Albab,Sp.OG
Dr. Nirwan Satria,Sp.An
DR. Dr. Nani Cahyani Sudarsono,Sp.KO
Dr. Pukovisa Prawirohardjo,Sp.S(K)

Panitia Pelaksana
Ketua : Dr. Astronias Bakti Awusi, Sp.PK, M.Kes
Sekretaris : Dr. Asturi Putri, MARS

Sie Acara : 1. Dr. Nisma Hiddin, S.H, M.H


2. Dr. M. Eko Julianto Syam
3. Dr. Andi Fadlan
4. Dr. Andi Juliana Rifiana, M.Kes
5. Dr. Risky Dwi Rahayu, MSc
6. Dr. Andry Saputra
7. Dr. Muhammad Bima Arrynugrah, MARS

Sie Sekretariat, Akomodasi & Konsumsi : 1. Dr. Edison Syahputra, MARS


2. Dr. Fika Ekayanti, M. Med.Ed
3. Dr. Yossi Eka Putri, MKM
4. Dr. Hartati B. Bangsa

Sie Perlengkapan dan IT : 1. Dr. Irwan Heryanto, MARS


2. Dr. Grace Piscesianita, MKK
3. Dr. Yoesrianto Tahir, MKM
4. Dr. Fitra Hergyana, Sp.KK, MH.Kes
5. Dr. Noha Roshandiasnyah, Sp.OT
6. Dr. Aqsha Azhary Nur,MPH

Sie Publikasi dan Dokumentasi : 1. Dr. Halik Malik, MKM


2. Dr. Tommy Dharmawan, Sp. BTKV, Ph.D
3. Dr. Reisa Kartikasari Broto Asmoro
4. Dr. Iswanto
5. Dr. Franscisca Astidiningrum Langkerini

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 373 IKATAN DOKTER INDONESIA


3. SUSUNAN PANITIA ADHOC RAKERNAS II

PANITIA ADHOC PENYIAPAN MATERI


RAPAT KERJA NASIONAL II
IKATAN DOKTER INDONESIA

Panitia Adhoc I – Komisi A : AD/ART & Tata laksana Organisasi


Ketua : Dr. Ramlan Sitompul,Sp.THT-KL
Wakil Ketua : Dr. Rudi Sapulete,Akp,SH,MH,MBA
Sekretaris : Dr. Ardiansyah Bahar,MKM
Anggota : 1. Prof. DR.Dr. David S Perdanakusuma, Sp.BP-RE (K)
2. Prof. DR. Dr. Idris Idham,Sp.JP (K)
3. Prof. Errol U Hutagalung,Sp.B,Sp.OT (K)
4. DR. Dr, Nani Cahyani Sudarsono,Sp.KO
5. Dr. Djoko Widyarto JS, DHM,MH.Kes
6. Dr. Slamet Budiarto,SH,MH.Kes
7. Dr. Bachtiar Husain,Sp.P,MH.Kes
8. Dr. Mahesa Paranadipa,MH
9. Dr. Eka Ginanjar,Sp.PD-KKV
10. Dr.Erdina HD Pusponegoro,Sp.KK
11. Dr. Nurfanida Librianty,Sp.P
12. Dr. Nirwan Satria,Sp.An
13. Dr. Dadang Nugroho,Sp.PD
14. Dr. Fery Rahman,MKM
15. Dr. Fazilet Soeprapto,MPH
16. Dr. Eka Mulyana,SH,M.Kes,MH.Kes,Sp.OT
17. Dr. Donald Willem S. Aronggear,Sp.B (K), FINACS
18. Dr. Pom Harry Satria,Sp.OG(K)
19. Dr. Seno Purnomo
20. Dr. Kamarudin Askar

Panitia Adhoc II - Komisi B : Pendidikan Dokter & CPD


Ketua : Dr. Muhammad Akbar,Sp.S,Ph.D
Wakil Ketua : Dr. Titi Savitri Prihartiningsih, M.Med.Ed,Ph.D
Sekretaris : Dr. Amir Syarifudin,M.Med.Ed
Anggota : 1. Prof. Dr. Menaldi Rasmin,Sp.P (K)
2. Prof. DR.Dr. I. Oetama Marsis,Sp.OG
3. Prof. DR. Dr. Sukman T Putera,Sp.A (K)
4. Prof. Dr. Purnaman Junadi,MPH.Ph.D
5. Prof.DR. Dr. Ignatius Riwanto,Sp.B,Sp.BD
6. Prof.DR. Dr. Abdul Razak Thaha,Sp.GK
7. Prof. DR. Dr. Endang Sutedja,Sp.KK (K)
8. Prof. Rika Yuliwulandari,Ph.D
9. DR. Dr. Henry Salim Siregar,Sp.OG(K)
10. DR. Dr. Setyo Widi Nugroho,Sp.BS (K)
11. DR. Dr. Wawang S Sukarya,MARS, MH.Kes. Sp.OG (K)

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 374 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » SUSUNAN PANITIA ADHOC RAKERNAS II

12. DR. Dr. Sally Aman Nasution,Sp.PD-KKV


13. Dr. Ari Kusuma Januarto,Sp.OG (K)
14. DR. Dr.Anna Rozaliyani,M.Biomed,Sp.P
15. Dr. Darmawan Budi S,Sp.A (K)
16. Dr. Fika Ekayanti,M.Med.Ed
17. Dr. Maftuchah Rochamanti,M.Kes
18. Dr. Oktarina,M.Med.Ed
19. Dr. Imelda Datau
20. Dr. Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein,Sp.PD,MM
21. Dr. Marhaen Hardjo,M.Biomed,Ph.D
22. Dr. Zul Asdi,Sp.B,M.Kes,FINACS
23. DR. Dr. Nataniel Tandirogang,MSi
24. DR. Dr. Mohammad Rudiansyah,M.Kes,,Sp.PD-KGH,FINASIM
25. DR. Dr. Safrizal Rahman,M.Kes,Sp.OT
26. DR. Dr. Rhomdhoni,Sp.THT
27. DR.Dr. Irsan Hasan, Sp. PD, K-GEH, FINASIM
28. DR. Dr. Anwar Santoso, SpJP(K)
29. Prof. DR. Dr. Bambang Supriyatno,Sp. A(K)
30. Prof. DR. Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH,MMB,FINASIM, FACP
31. Dr. Renan Sukmawan, ST, PhD, SpJP(K), MARS, FIHA
32. Prof. DR. Dr. Nancy Margarita Rehatta, SpAn, KNA, KMN
33. Prof. Dr. Syarifuddin Wahid, PHD
34. DR. Dr. H Hananto Andriantoro, SpJP(K)
35. DR. Dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), M.A.R.S.

Panitia Adhoc III – Komisi C : Pelayanan Profesi Kedokteran


Ketua : Dr. Djoni Darmadjaja,Sp.B,MARS
Wakil Ketua : Dr. Noor Arida Sofiana,MBA
Sekretaris : Dr. Safrina Dewi
Anggota : 1. Prof. Dr. Amal Chalik Sjaaf,SKM,Dr.PH
2. Prof. DR. Dr.Sudarto Ronoatmodjo,MSc
3. Prof. DR. Dr. Reggy Lefrandt,Sp.JP(K)
4. Prof.Dr.med Frans Santosa,Sp.JP,FIHA
5. Dr. Poedjo Hartono,Sp.OG
6. DR. Dr. Kiki Lukman,M (Med)Sc,Sp.B.KBD,FCSI
7. DR. Dr. Hamzah,Sp.An.KNA
8. Dr. Prasetyo Widhi Buwono,Sp.PD-KHOM
9. DR. Dr. Aryono,Sp.A (K)
10. Dr. R Koesmedi Priharto,Sp.OT,M.Kes
11. DR. Dr. Fathema Djan,Sp.BTKV
12. Dr. Husniah R Akib,MS.M.Kes, Sp.Ak
13. Dr. I. Gede Putera Suteja
14. DR. Dr. Mahlil Ruby,M.Kes
15. Dr. Dyah A Waluyo
16. Dr. Muhammad Husen Prabowo
17. Dr. Yadi Permana,Sp.B-Onk

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 375 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » SUSUNAN PANITIA ADHOC RAKERNAS II

18. Dr. Amran A Raga


19. DR. Dr. Yudi Mulyana Hidayat,Sp.OG(K),M.Kes,DMAS
20. DR. Dr. Sutrisno, Sp.OG(K)
21. Dr. Muhammad Ichsan Mustari,MHM
22. Dr. Laode Rabiul Awal,Sp.B,KBD
23. Dr. I. Komang Adi Sujendra,Sp.PD-FINASIM
24. Dr. Dodi AK, Sp.OG(K)

Panitia Adhoc IV – Komisi D : Etika, Disiplin & Hukum


Ketua : Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy,Sp.FK (K)
Wakil Ketua : Dr. M. Nazar,Sp.B,MH.Kes
Sekretaris : DR. Dr. Efrila,SH,MH
Anggota ; 1. Dr. Broto Wasisto,MPH
2. Dr. M. Nasser,Sp.KK,LLM,D.Law
3. Prof. Dr. Wiwien Heruwijono,Ph.D,Sp.P (K)
4. Prof. DR. Dr. Lucky Azizah Bawazier,SH,MH,Sp.PD-KGH
5. DR. Dr. Imam Subekti,Sp.PD-KEMD
6. Dr. Pukovisa Prawirohardjo,Sp.S (K)
7. Dr. Febriani Endiyarti,Sp.THT-KL
8. Dr. Ika Prasetya W,Sp.PD-KKV
9. Dr. Hadi Widjaja,MPH,MK.Kes
10. Dr. Danardi Sosrosumihardjo,Sp.KJ (K)
11. Dr. Emil Dinar Makotjo Wibowo,Sp.U
12. Dr. James Allan Rarung,Sp.OG,MM
13. Dr. Timbul Tampubolon,SH
14. Dr. M. Djunaedi,SH,MH.Kes,Sp.S
15. Dr. Wijaya Juwarna,Sp.THT-KL
16. Dr. Djoko Handojo.Sp.B-K.Onk
17. Dr. Budi Suhendar,DFM,Sp.F
18. DR. Dr. Deri Mulyadi,SH,M.Kes,MH.Kes,Sp.OT
19. Dr. Hendrita Tuanakotta,M.Kes
20. DR. Dr. Edy Ardiansyah,Sp.OG(K)
21. Dr. Franky Sientoro,Sp.A

Panitia Adhoc V – Komisi E : Kebijakan Organisasi (ekstern dan intern) dan Pembahasan
GBPP (Garis Besar Pokok Program/Renstra)
Ketua : Dr. Anwar Santoso,Sp.JP
Wakil Ketua : Dr. Muhammad Baharudin,Sp.OG
Sekretaris : Dr. Rosita Rivai
Anggota : 1. Prof. Dr. Dr. Syamsuhidayat,Sp.B
2. Prof. DR. Dr. Budi Wiweko,Sp.OG (K),MPH
3. Dr. Merdias Almatsier,Sp.S (K)
4. DR. Dr. Prijo Sidipratomo,Sp.Rad (K)
5. Dr. Nusye Ismail,MS,Sp.Ok
6. DR. Dr. Aida Sofiati Dachlan Hoemardani,Sp.KK (K),FINSDV,FAADV
7. DR. Dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb,Sp.KK (K)

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 376 IKATAN DOKTER INDONESIA


LAMPIRAN-LAMPIRAN » SUSUNAN PANITIA ADHOC RAKERNAS II

8. Dr. Isman Firdaus,Sp.JP


9. DR. Dr. Andi Alfian Zainuddin,MKM
10. Dr. Lucky Tjahyono,M.Kes
11. Dr. Ulul Albab,Sp.OG
12. Dr. Pramafitri Adi Patria, Sp.An
13. Dr. Mariya Mubarika
14. Dr. Dimas Wibowo
15. Dr. Alwia Assagaf,M.Kes
16. Dr. Franckie R.R Maramis,M.Kes,PKK,Sp.KT
17. Dr. Mikko Uriamapas Ludjen,Sp.OG,M.Kes
18. Dr. Rusdani,MKKK
19. Dr. Irianto Dunda,Sp.S
20. Dr. Andreas Nuho Fernandez Lewai,Sp.PD,FINASIM,MARS

Panitia Adhoc VI – Komisi F : Rekomendasi Organisasi


Ketua : Dr. Pranawa,Sp.PD-KGH
Wakil Ketua : Dr. Gatot Soetono,MPH
Sekretaris : Dr. Eka Sakti
Anggota : 1. Prof. Dr. Zubairi Djoerban,Sp.PD-KHOM
2. Prof. Dr. Sudigdo Sastroasmoro,Sp.A (K)
3. Prof.DR. Dr. Fachmi Idris,M.Kes
4. Dr. Zaenal Abidin,SH,MH
5. Dr. Ario Djatmiko,Sp.B,Onk
6. DR. Dr. Aman Bakti Pulungan,Sp.A (K)
7. Dr. Kadarsyah,MSc
8. Dr. Lisa Hasibuan,Sp.BP-RE (K)
9. Dr. Hadjat S Digdowirogo,Sp.A
10. Dr. Gatot Soetono,MPH
11. Dr. Mirta H Reksodiputro,Sp.THT-KL
12. Dr. Nurhidayat Pua Upa
13. Dr. Adi Sucipto,Sp.B
14. DR. Dr. Asep Sukohar,M.Kes
15. Dr. Joko Murdiyanto,Sp.An,MPH
16. DR. Dr. Rizal Sanif,Sp.OG(K)
17. Dr. Rifka, MM
18. Dr. H. Syafriadi,MM

RAPAT KERJA NASIONAL II - 2020 377 IKATAN DOKTER INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai