Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS PERDATA INTERNASIONAL

 
“KASUS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL APPLE
INC. DAN SAMSUNG ELECTRONICS LTD.CO.”
 
 

 
Dosen:
Thadeus Yus,
S.H, M.PA.

 
Disusun
oleh:
Yasmine
Malika
Amalia
Nim: A1011191128
 

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TUGAS AKHIR HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
STUDI KASUS PERDATA INTERNASIONAL TERKAIT HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL APPLE INC. DAN SAMSUNG ELECTRONICS LTD.CO.

URAIAN KASUS:
Samsung Group merupakan salah satu perusahaan elektronik paling berpengaruh dunia.
Didirikan pada 1 Maret 1938 di Daegu, Korea Selatan, perusahaan ini kini telah beroperasi di
58 negara dan mempunyai lebih dari 208.000 pekerja. Saat ini, Samsung beroperasi di 6
bidang bisnis, yaitu telekomunikasi (telepon genggam dan jaringan), Peralatan Rumah
Tangga, media digital, LCD, semikonduktor, dan kendaraan bermotor (Termasuk alat berat).

Apple, Inc. adalah sebuah perusahaan Silicon Valley berbasis di Cupertino, California, yang
bergerak dalam bidang teknologi komputer. Apple merupakan salah satu pencetus terciptanya
dan bermulanya revolusi komputer pribadi pada tahun 1970-an dengan produknya Apple II
dan memajukannya sejak tahun 1980- an hingga sekarang dengan Macintosh.

Samsung dan Apple saling susul menyusul dalam mendominasi pengaruhnya di seluruh dunia
di masa teknologi sekarang ini, tidak lainnya juga terjadi di Indonesia, Samsung masih
mendominasi pasar smartphone di Indonesia dengan market share 32,2% untuk kuartal ketiga
2016. Sementara, Apple juga berusaha keras untuk menarik perhatian konsumen. Menurut
laporan firma penelitian Strategy Analytics, Apple berhasil menggeser posisi Samsung
sebagai vendor nomor satu selama kuartal keempat 2016. Dari persaingan yang terjadi
Samsung harus menerima posisinya turun ke nomor dua dengan total penjualan 77,5 juta unit
smartphone pada kuartal terakhir 2016. Jumlah itu turun dari 81,3 juta unit smartphone yang
dipasarkan pada 2015.

Pada bulan April 2011, Apple mengajukan gugatan di pengadilan distrik California Amerika
Serikat terhadap Samsung dengan tuduhan telah melakukan infrigrement atas beberapa hak
kekayaan intelektual Apple yaitu paten, merek dagang dan design industry. Tidak hanya
dianggap meniru fitur-fitur yang menggunakan sentuhan layar atau touchscreen, smartphones
dan tablet keluaran Samsung juga dianggap meniru bentuk pokok dari iPhone dan iPad.

Samsung juga mengajukan gugatan pada bulan Juni 2011 di Pengadilan Distrik Pusat Seoul.
Pengadilan menerima gugatan dari pihak Samsung dan Apple dimana keduanya mengklaim
bahwa pihak lawan melakukan peniruan atas produk mereka.
Di Pengadilan Distrik Tokyo, Jepang, kedua perusahaan kembali saling gugat menggugat
dengan pokok permasalahan yang sama. Pada 31 Agustus 2012, hakim memutuskan
membebaskan Samsung atas gugatan Apple. Dimana menurut mereka Samsung tidak
melakukan peniruan sama sekali bahkan membuat produk-produk yang inovatif dan berguna
untuk pengembangan teknologi selanjutnya.

Pada Agustus 2011, Pengadilan Dusseldorf, Jerman memenangkan tuntutan Apple dan
melarang peredaran Samsung Galaxy Tab 10.1 karena terbukti melanggar paten interface
milik Apple. Namun di Pengadilan Regional Jerman, dalam tingkat banding, hakim
memutuskan bahwa Samsung tidak terbukti melakukan peniruan. Selanjutnya di pengadilan
Den Haag, Belanda, pada tanggal 24 Agustus 2011 memutuskan bahwa tiga smartphones
Samsung melanggar paten Apple, sementara tuntutan Samsung atas pelarangan penjualan
iPhone dan iPad karena tidak memiliki lisensi atas fasilitas 3G ditolak. Samsung mengajukan
banding dan pada tahun 2012, Pengadilan Belanda membatalkan putusan pengadilan sipil,
menolak klaim Apple bahwa Samsung Galaxy Tab seri 10.1 telah melanggar paten Apple.
Sama hal nya dengan beberapa pengadilan sebelumnya, pengadilan federal Australia pada
tingkat pertama memenangkan pihak Apple dan melarang penjualan produk Samsung di
Australia, namun pada pengadilan banding, produk Samsung kembali terbukti tidak
melanggar paten Apple.

Sementara di Inggris, Samsung mengajukan gugatan atas pernyataan Apple bahwa Samsung
telah meniru produk Apple. Hakim mengabulkan gugatan Samsung dan memerintahkan
Apple untuk meralat pernyataan mereka bahwa Samsung tidak melakukan peniruan terhadap
produk Apple dan harus dimuat pada halaman website mereka. Namun permintaan Samsung
atas pemboikotan iPhone dan iPad tidak dikabulkan.

Kasus sengketa paten antara Apple.Inc (USA) dan Samsung Electronics Ltd. Co (Korea
Selatan) berawal pada tahun 2011, bahwa Samsung diklaim oleh Apple telah menggunakan
teknologi yang dimiliknya. Maka pihak Apple menggugat Samsung ke Pengadilan Federal
San Jose, California, Amerika Serikat. Adapun paten yang dilanggar oleh dan Samsung
Electronics Ltd. Co antara lain:

1. Bounce Back (Paten Apple nomor 381)


2. Single Scroll, Pinch to Zoom (paten Apple nomor 915),
3. Tap to Zoom (paten Apple nomor 163)
4. iPhone Front (paten Apple nomor D'677)
5. iPhone Back (paten Apple nomor D'087)
6. iPhone Home Screen (paten Apple nomor D'305)
7. iPad Design (paten iPad nomor D'899)

Akibat dari gugatan yang diajukan Pihak Apple, maka pihak Samsung diminta untuk
membayar denda sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9,5 triliun . Semula perusahaan asal
AS itu mengajukan tuntutan sebesar US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 23,7 triliun lebih kepada
Samsung Juri memutuskan bahwa Samsung melanggar enam dari tujuh paten Apple.
Sedangkan Apple tidak melanggar satupun paten Samsung. Kemenangan Apple di Amerika
Serikat merupakan kemenangan pada peradilan di tingkat pertama.

Berbeda dengan Pengadilan Federal di San Jose, Amerika Serikat, Para pihak Samsung
menggugat pihak Apple ke Pengadilan Distrik Pusat Korea Selatan atas pelanggaran paten
yang dilakukan. Panel tiga hakim di Pengadilan Distrik Pusat Seoul memutuskan bahwa
Apple melanggar dua paten teknologi Samsung, sementara Samsung melanggar salah satu
paten Apple. Pengadilan Distrik Pusat Seoul memutuskan bahwa Samsung melanggar salah
satu paten utilitas Apple, yaitu efek "bounce-back” di IOS, dan Apple telah melanggar dua
paten wireless Samsung. Pengadilan memberikan hukuman ganti rugi kecil untuk kedua
perusahaan dan memerintahkan penghentian sementara penjualan dari produk yang
melanggar di Korea Selatan. Samsung dikenai denda 25 juta Won sedangkan Apple 40 juta
Won.

Setelah selama 21 Jam berunding, akhirnya 9 orang juri membuat sebuah keputusan yang
menyatakan bahwa Samsung bersalah dalam sengketa paten antara Samsung dan Apple di
Pengadilan San Jose, California, Amerika Serikat. Salah satu poin kuat yang menyebabkan
kekalahan Samsung adalah Desain Samsung Galaxy yang mencontek iPhone dan Juri
menemukan pelanggaran yang disengaja pada lima dari enam paten Apple. Sedangkan dalam
tuntutan Samsung yang mengatakan bahwa Apple melanggar paten nirkabel milik Samsung,
Juri menyatakan bahwa Apple tidak bersalah. Karena Samsung bersalah, Juri mengatakan
bahwa Samsung wajib memberikan ganti rugi ke Apple sebesar $ 1,05 milyar. Namun
keputusan Juri tersebut belum selesai karena Hakim Lucy Koh belum "Ketok Palu" di
Pengadilan San Jose.

ANALISA KASUS
Beberapa konvensi atau perjanjian yang mengatur hak paten adalah Paris Convention for the
Protection of Industrial Property, Patent Cooperation Treaty, Agreement on Trade-Related
Aspects of Intellectual Property Rights(TRIPs). Di Amerika Serikat Perlindungan hukum
mengenai paten di Amerika Serikat di bawah naungan 35 U.S.C (United State Consolidated
Patent Law).Selain hal tersebut badan hukum ada badan hukum yang sah melindungi paten di
Amerika yaitu United State Patent and Trademark Office (USPTO).

Secara internasional terdapat dua organisasi yang berperan dalam penetapan perlindungan
HKI yaitu World Intellectual Property Rights selanjutnya disingkat WIPO dan World Trade
Organization selanjutnya disingkat WTO. WIPO adalah sebuah organisasi di bawah naungan
PBB yang khusus menangani masalah HKI. Organisasi ini awalnya lahir dari Konvensi Paris
dan Konvensi Berne yang membentuk sebuah biro administratif yang bernama The United
International Bureau for the Protection of Intellectual Property yang kemudian diambil alih
oleh PBB dan menjadi WIPO.

Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh pengadilan dalam menangani perkara dimana
pihak yang berperkara adalah perusahaan transnasional seperti kasus Apple vs
Samsung ini adalah masalah penetapan yurisdiksi forum.
Hal ini dikarenakan sifat multinasional dari perusahaan tersebut dan adanya
perbedaan prinsip-prinsip hukum mengenai ketentuan beracara setiap negara. Namun,
dalam penyelesaian sengketa kasus HKI antara Apple Inc. dan Samsung Electronics Ltd.Co
dilakukan dengan menempuh jalur litigasi, yaitu penetapan keputusan dan penyelidikan
bukan hanya dilakukan di negara asal kedua perusahaan tersebut yaitu Amerika Serikat
dan Korea Selatan melainkan juga di beberapa negara lainnya yaitu Jepang,
Australia, Inggris, Jerman dan Belanda.

Sebagai anak perusahaan transnasional baik anak perusahaan Apple Inc. dan Samsung
Electronics Ltd. Co. keduanya dapat mengajukan gugatan dalam hal mereka memenuhi
persyaratan yakni :
a. Mengajukan gugatan pada pengadilan yang yurisdiksinya mencakup wilayah tempat
anak perusahaan tersebut berdomisili secara yuridis.
b. Terdapat keterkaitan pokok perkara dengan subjek yang disengketakan dalam hal ini
pokok perkaranya adalah pelanggaran beberapa Hak Kekayaan Intelektual atas produk-
produk yang dipasarkan melalui tiap anak perusahaan mereka.
c. Sengketa terkait perkara dan subjek yang sama tidak sedang dalam proses dan/atau telah
memiliki kekuatan hukum tetap pada forum lain. Kedua perusahaan dalam mengajukan
gugatannya di setiap negara diwakili oleh masing-masing anak perusahaannya sehingga
dalam hal ini tidak ada kesamaan dalam subjek perkara.

Penyelesaian sengketa ini dilakukan dalam dua jalur, jalur yang pertama adalah dengan
beracara di Pengadilan dimana pihak pihak yang berseteru berasal, dalam kasus ini yaitu
Amerika Serikat dan Korea Selatan. Diambilnya prinsip untuk beracara baik di Amerika
Serikat maupun Korea Selatan adalah dengan beracuan pada Council Regulation (EC)
No.44/2001 tertanggal 22 Desember 2000 tentang Jurisdiction and the Recognition and
Enforcement of Judgements in Civil and Commercial Matters (menggantikan konvensi
Brusells). Perkara ini diadili di Northern District of California, United States District Court,
Case no. 11-CV-01846-LHK.
Penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan beracara di luar domisili pihak yang berseteru
juga dilakukan, contohnya di Belanda. Perkara kasus HKI anatara Apple Inc. dan Samsung
Electronics Ltd. Co. diputusakan dalam putusan Pengadilan Negeri Deen Haag nomor
396957/KG ZA 11-730.

Putusan pengadilan yang baru adalah berdasarkan persidangan di San Jose, California yang
fokus membahas berapa jumlah uang yang harus dibayarkan oleh Samsung kepada Apple
karena telah melanggar hak paten dari segi desain, dan dipimpin oleh Hakim Lucy Koh.
Samsung lantas berusaha mengurangi angka tersebut hingga Rp396 miliar. Alasannya,
Samsung seharusnya hanya membayarkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan
komponen-komponen tertentu yang melanggar hak paten Apple. Di awal persidangan,
pengadilan memutuskan Apple akan menerima Rp14,85 miliar, yang kemudian dikurangi
jumlahnya. Pada Desember 2015, Samsung telah membayar Apple sebesar Rp7,75 triliun.

Mekanisme penyelesaian sengketa yang ditempuh antara Apple dan Samsung melalui anak
perusahaan mereka tidaklah efektif karena harus berperkara di banyak negara yang tentu saja
menyita waktu dan biaya. Kedua perusahaan seharusnya dapat menempuh jalur penyelesaian
sengketa yang disediakan oleh lembaga- lembaga HKI sehingga perkara ini dapat
diselesaikan secara internasional dan lebih efisien.

KESIMPULAN
Dewasa ini, dimana semua sektor kehidupan menggunakan dan memerlukan tekhnologi,
disitu pula para penemu dan pengembang tekhnologi dibutuhkan. Penemuan fitur fitur dan
metode baru dalam tekhnologi akan terus terjadi dan akan selalu diperbaharui. Untung
mencegah adanya permasalahan permasalahan terutama dalam konteks Hak Kekayaan
Intelektual, diperlukannya perlindungan dengan regulasi Khusus untuk sektor ini.

Dari kasus sengketa paten antara Apple.Inc (USA) dan Samsung Electronics Ltd. Co (Korea
Selatan) dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya pendaftaran paten oleh individu
maupun perusahaan. Hal ini dapat menunjukkan citra baik suatu perusahaan yang kemudian
akan berdampak pada keuntungan secara financial. Maka dari itu, dari kasus tersebut
Pemerintah Indonesia dapat memperoleh beberapa pelajaran penting tentang perlindungan
Paten. Khususnya, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk mendaftarkan paten.
Selain itu, perlu adanya sosialisasi terkait pentingnya pendaftaran paten di Indonesia.

Dari analisis ini dapan terlihat gambaran umum bagaimana kronologi perkara terjadi,prinsip
apa saja yang digunakan sebagai acuan beracara dalam penyelesaian perkara ini, bagaimana
penyelesaiannya, dan keputusan apa yang ditimbulkan dari adanya perkara ini.

Anda mungkin juga menyukai