Anda di halaman 1dari 123

i

ANALISIS KEBUTUHAN JUMLAH TENAGA PERAWAT


BERDASARKAN BEBAN KERJA PADA INSTALASI
RAWAT INAP RSUD MAMUJU UTARA
PROVINSI SULAWESI BARAT

AN ANALYSIS ON THE NEED OF THE NUMBER OF


NURSES BASED ON WORK LOAD IN INPATIENT
INSTALLATION OF NORTH MAMUJU
PUBLIC HOSPITAL

SYARIFUDDIN SADE

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii

ANALISIS KEBUTUHAN JUMLAH TENAGA PERAWAT


BERDASARKAN BEBAN KERJA PADA INSTALASI
RAWAT INAP RSUD MAMUJU UTARA
PROVINSI SULAWESI BARAT

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi
Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

SYARIFUDDIN SADE

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : SYARIFUDDIN SADE

NomorPokok : P1802211014

Program Studi : KesehatanMasyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan tesis ini hasilkarya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juni 2013

Yang menyatakan

SYARIFUDDIN SADE
iv

ABSTRAK

SYARIFUDDIN SADE. Analisis Kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat


Berdasarkan Beban Kerja Pada Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara
(dibimbing oleh Amran Razak dan Ridwan M. Thaha)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan jumlah tenaga


perawat ditinjau berdasarkan beban kerja dengan menggunakan formula
hasil lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Penelitian dilakukan di instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.
Jenis penelitian adalah survey deskriptif, Populasi penelitian seluruh
petugas kesehatan RSUD Mamuju Utara dengan sampel kepala sub
bagian tata usaha, kepala seksi pelayanan dan perawatan, kepala seksi
rekam medik dan pelaporan teknis, seluruh kepala ruang pada instalasi
rawat inap dan pendidikan minimal diploma. Pengumpulan data diambil
dengan menyalin data register pasien untuk menghitung jumlah pasien
dan lama hari perawatan kemudian diolah melalui program Microsoft
Excel, data dianalisis dengan metode formula Persatuan Perawat Nasinal
indonesia (PPNI).
Hasil penelitian menunjukkkak bahwa kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Mamuju Utara yang berdasarkan
formula hasil lokakarya PPNI sebanyak 38 tenaga keperawatan. Jumlah
tenaga yang tersedia saat ini yaitu 25 orang, maka masih perlu dilakukan
penambahan tenaga keperawatan sebanyak 13 tenaga (34,21%). Untuk
ruangan perawatan I masih perlu penambahan 9 tenaga perawat, ruangan
perawatan II perlu penamabahan 2 tenaga perawat, dan ruang perawatan III
masih perlu penambahan 2 tenaga perawat.

Kata kunci : analisis kebutuhan perawat, PPNI


v

ABSTRAK

SYARIFUDDIN SADE. An Analysis on the Need of the Number of Nurses


Based on Work Load in lnpatient lnstallation Of North Mamuju Public
Hospital (supervised by Amran Razak and Ridwan M. Thaha)

The aim of the research is to analyze the need of the number of


nurses viewed from work load by using the formulae of the results of
workshop of lndonesian National Nurses Association.
The research was a survey descriptive study conducted in North
Mamuju Public Hospital. The populations were all health officials in North
Mamuju Public Hospital and the samples were the head of administration
sub-unit, the head of servie and care unit, the head of medical record and
technical reporting unit, and all heads of rooms in inpatient installation
whose education is minimally diploma. The data were obtained by copying
the data of patients' registers to count the number of patients and the long
period of caring. The data were then processed using Microsoft Excel.
They were analyzed using the method or formulae of lndonesian National
Nurses Association.
The results of the research indicate that the need of nurses in
inpatient installation in North Mamuju Public Hospital based on the
formulae of the results of workshop of Indonesian National Nurses
Association consists of 38 nurses. Compared to the number of available
nurses, there are 25 existing nurses at present, so 13 nurses (34.21o/o)
are still needed. There are 9 nurses needed for treatment room l, 2 nurses
needed for treafrnent room ll, 2 nunses also needed for treatment room lll.

Key words : nurse need analysis, lndonesian National Nurses Association


vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunia kesehatan dan kekuatan, sehingga penulis dapat merampungkan

tesis dengan judul “ Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan

Beban Kerja Pada Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara”.

Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak mengalami

hambatan serta kesulitan baik dari keterbatasan literatur maupun

keterbatasan kemampuan berpikir, Oleh karena itu dengan rampungnya

tesis ini yang merupakan pra syarat penyelesaian studi pada program studi

Kesehatan Masyarakat dengan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Universitas Hasanuddin Makassar, pada kesempatan ini izinkan

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Prof. Dr. H. Amran

Razak, SE, M. Sc sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ridwan

Thaha, M. Sc, sebagai anggota komisi pembimbing atas bantuan dan

bimbingannya yang telah diberikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Ir. Mursalim Selaku direktur Pascasarjana, Bapak Dr. dr.

H. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku Ketua program Studi Kesehatan

Masyarakat.

2. Bapak Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH selaku ketua Konsentrasi

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.


vii

3. Seluruh Guru Besar, Dosen dan staf Program Pascasarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar khususnya

jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Asiah Hamzah, Dra, Ma., Bapak Dr. Darmawansyah

,SE, MS. Dan Bapak Dr. drg, A. Zulkifli Abdullah, M. Kes., selaku

penguji yang telah memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan tesis

ini.

5. Direktur RSUD Mamuju Utara beserta staf yang telah memberikan izin

dan bantuan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian.

6. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan yang telah bersama sama menempuh suka dan duka selama

mengikuti pendidikan.

Tak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya buat isteri Hasna Yunus dan anak-anakku tersayang

Adza Fizabilillah dan Asqar Fasrillah serta Ibunda tercinta Halija Dahong,

saudara-saudaraku Ruhani Sade, Baharuddin Sade, Nasruddin sade,

Suryani sade, dan Herman sade, terimakasih yang tak terhingga atas doa,

semangat, dukungan moril dan materil kepada penulis selama menempuh

pendidikan hingga saat ini, serta semua pihak yang telah membantu baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan tesis ini kupersembahkan

buat ayahanda tercinta Alm. Sade Lami.


viii

Akhirnya, hanya kepada ALLAH SWT diserahkan segala amal

ibadah, penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna dan penulis

berharap kritikan dan saran dari pembaca, semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi pembangunan kesehatan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar. Juni 2012

Penulis
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................... v

PRAKATA ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 13

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 14

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit ............................................................................ 16

B. Perawat ................................................................................... 22

C. Perencanaan SDM Rumah Sakit .............................................. 27

D. Instalasi Rawat inap ................................................................ 38

E. Beban Kerja ............................................................................. 39


x

F. Kerangka Teori ......................................................................... 43

G. Kerangka Konsep ...................................................................... 48

H. Definisi Operasional ................................................................. 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 50

C. Populasi dan Sampel ............................................................ 50

D. Variabel Penelitian ................................................................. 52

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 53

F. Cara Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisis Data ........... 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil penelitian ........................................................................ 57

B. Pembahasan ............................................................................ 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................. 84

B. Saran ........................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ xvii

LAMPIRAN .......................................................................................... xxiii


xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Metode Douglas (Swanburg, 1999) ............................................... 32

2. Metode Douglas ............................................................................. 41

3. Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan Ruang Rawat Inap Di RSUD

Mamuju Utara Tahun 2012 ............................................................. 61

4. BOR Pelayanan Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Bulan Januari

Sampai Dengan Bulan Desember Tahun ....................................... 62

5. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun

2012................................................................................................ 63

6. Rata-rata Angka Kunjungan Pasien Per-minggu Rawat Inap

RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 .................................................. 63

7. Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Ruang Perawatan

RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 .................................................. 64

8. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Formula Hasil

Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Instalasi

Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 ............................... 66

9. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut Formula Hasil

Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Instalasi

Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 ............................... 67

10. Selisih Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut

Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia

di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 ............. 68


xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan ..................................... 28

2. Kerangja Teori Penghitungan Kebutuhan Tenaga Perawat ........... 47

3. Kerangka Konsep Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat ................ 48


xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Perbandingan Jumlah Tenaga Yang Tersedia Dengan

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Formula Hasil

Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di

Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012 ............... 69


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Tabel Sintesa Penelitian

2. Kerangka Operasional Penelitian

3. Instrumen Penelitian dan Wawancara Penelitia

4. Hasil Penghitungan BOR Tiap Ruang Rawat Inap

5. Hasil Penghitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap

Ruang Perawatan Rawat Inap Berdasarkan Formula Hasil

Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI )

6. Grafik BOR, LOS, Data Kunjungan Pasien dan Data Tenaga

Perawat RSUD Mamuju Utara

7. Izin Penelitian Dari Program Pasca Sarjana Universitas

Hasanuddin Makassar

8. Izin Penelitian Dari Kabid Litbang Pemerintah Provinsi sulawesi

Barat

9. Rekomendasi penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Mamuju

Utara

10. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Direktur RSUD

Mamuju Utara
xv

DAFTAR SINGKATAN

ASKEP : Asuhan Keperawatan

BOR : Bed Occupancy Rate

BTO : Bed Turn Over

Depkes : Departemen Kesehatan

HKE : Hari Kerja Efektif

ICU : Intensive Care Unit

ICCU : Intensive Cardiac Care Unit

IPSRS : Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

LOS : Length Of Stay

MENPAN : Menter Pendayagunaan dan Aparatur Negara

Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

PP RI : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

PNS : Pegawai Negeri Sipil

PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PTT : Pemanfaatan Tempat Tidur

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDM : Sumber Daya Manusia

TT : Tempat Tidur

TTP : Tenaga Paramedis Perawat

UTDRS : Unit Transfusi Daerah Rumah Sakit

UGD : Unit Gawat Darurat


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Layanan jasa Rumah Sakit (RS), merupakan suatu layanan

masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan

tuntutan kesehatan. Banyak unsur yang berperan dan mendukung

berfungsinya operasional rumah sakit. Salah satu unsur utama pendukung

tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang padat karya dan

berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan penghayatan pengabdian

kepada kepentingan masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan

layanan kesehatan. Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan

termasuk didalamnya tenaga dokter, perawat, bidan, dan sebagainya,

yang merupakan unsur pokok input dalam suatu system pelayanan

kesehatan, memberikan andil yang cukup besar dalam penciptaan

performance pelayanan sebagai supplay atas tuntutan kebutuhan

kesehatan masyarakat yang semakin hari semakin meningkat (Aditama,

2004).

Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan

efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi,

profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Ketersediaan

SDM rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit

berdasarkan tipe rumah sakit dan pelayanan yang diberikan kepada


2

masyarakat. Untuk itu ketersediaan SDM di rumah sakit harus menjadi

perhatian pimpinan. Salah satu upaya penting yang harus dilakukan

pimpinan rumah sakit adalah merencanakan kebutuhan SDM secara tepat

sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah

sakit (Ilyas Y, 2004).

Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan

untuk memprediksi permintaan dan penyediaan SDM di masa datang.

Melalui program perencanaan SDM yang sistematis dapat diperkirakan

jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode

tertentu sehingga dapat membantu bagian SDM dalam perencanaan

rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan pelatihan (Rachmawati, 2008).

Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatan

derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit di daerah

dituntut untuk memperbaiki manajemen, mengembangkan sumber

pembiayaan sendiri, agar dapat secara otonomi berupaya meningkatkan

mutu pelayanan dan melakukan pemberdayaan terhadap semua potensi

yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat

tergantung pada kemampuan sumber daya manusia ( Ilyas Y, 2004)

Tetapi untuk mewujudkan semua itu banyak hambatan yang

dihadapi, terutama krisis ekonomi beberapa tahun terakir ini sangat

berpengaruh terhadap sektor pelayanan kesehatan sehingga

menimbulkan pelayanan kesehatan menurun drastis, kinerja petugas


3

berkurang sehingga kualitas pelayanan kesehatan cenderung menurun.

Salah satu upaya penting untuk mengatasi masalah tersebut adalah

kemampuan pimpinan rumah sakit untuk merencanakan kebutuhan

sumber daya manusia secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan

setiap unit, bagian dan instalasi rumah sakit. ( Ilyas Y, 2004 ).

Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan)

yang berkualitas dan profesional sangat menentukan keberhasilan

penerapan desentralisasi. Pada saat ini jumlah, kualifikasi dan

penyebaran SDM Kesehatan yang tersedia, baik manajerial maupun

teknis, masih belum memadai, khususnya tenaga kesehatan strategis.

Walaupun dalam tatanan otonomi daerah masing-masing daerah memiliki

kewenangan untuk menentukan sendiri kebutuhan, melakukan rekruitmen

dan mempertahankan sumber daya manusia, pemerintah perlu

memperhatikan agar terjamin keseimbangan distribusi SDM Kesehatan

antar-daerah, melalui : 1). Pengembangan kebijakan-kebijakan dalam

pengelolaan SDM Kesehatan 2). Pengembangan model-model alternatif

pendayagunaan SDM Kesehatan (Depkes 2004).

Perencanaan ketenagaan menjadi permasalahan besar di

berbagai organisasi keperawatan seperti tatanan rumah sakit, perawatan

dirumah (nursing home) dan tempat – tempat pelayanan keperawatan

lain. Masalah yang sering terjadi dalam organisasi yaitu kurangnya jumlah

dan jenis tenaga yang dibutuhkan, kurangnya kompetensi (pengetahuan,

ketrampilan, sikap dan nilai) dari tenaga perawat serta keterbatasan dana
4

dari rumah sakit sehingga tidak dapat menambah dan merawat sumber

daya manusia (SDM) yang mereka butuhkan (Ilyas Y,2004)

Tenaga perawat merupakan ” The caring profession ” mempunyai

kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di

rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan

pendekatan bio-psiko-sosial spiritual merupakan pelayanan yang unik

dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan

kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya. Dengan tanpa dipungkiri

lagi bahwa perawat merupakan kelompok terbesar dirumah sakit,

sehingga baik buruknya pelayanan di rumah sakit adalah merupakan citra

dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian pelayanan keperawatan.

Ruang rawat ini merupakan subsistem rumah sakit yang menjadi tempat

asuhan keperawatan. Kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan

tergantung dari kualitas dan kuantitas tenaga perawat yang bertugas

selama 24 jam (Depkes RI,2002).

Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi

target yang ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun

2008, rasio tenaga kesehatan untuk dokter spesialis per 100.000

penduduk adalah sebesar 7,73 dibanding target 9; dokter umum 26,3

dibanding target 30; dokter gigi 7,7 dibanding target 11; perawat 157,75

dibanding target 158; dan bidan 43,75 dibanding target 75.( Kemenkes,

2011)
5

Dari pendataan tenaga kesehatan pada tahun 2010, ketersediaan

tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah (Kementerian

Kesehatan dan Pemerintah Daerah), telah tersedia 7.336 dokter spesialis,

6.180 dokter umum, 1.660 dokter gigi, 68.835 perawat/bidan, 2.787 S-1

Farmasi/Apoteker, 1.656 asisten apoteker, 1.956 tenaga kesehatan

masyarakat, 4.221 sanitarian, 2.703 tenaga gizi, 1.598 tenaga keterapian

fisik, dan 6.680 tenaga keteknisian medis. Dengan memperhatikan

standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku, maka pada tahun 2010

masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik

pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah

2.098 dokter spesialis, 902 dokter umum, 443 dokter gigi, 6.677

perawat/bidan, 84 orang S-1 Farmasi/Apoteker, 979 asisten apoteker, 149

tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga gizi, 800

tenaga keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis. Dengan

demikian kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit akan lebih besar

lagi bila dihitung kebutuhan tenaga kesehatan di RS milik kementerian

teknis lainnya, Rumah Sakit/Lembaga Kesehatan TNI dan POLRI serta

Rumah Sakit Swasta.( Kemenkes, 2011)

Lebih dari setengah (50,9%) perawat Indonesia yang bekerja di 4

propinsi mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah, tidak ada

istirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah

tanpa insentif yang memadai. Namun perawat yang bekerja di RS swasta

dengan gaji yang lebih baik mengalami stress kerja yang lebih besar
6

dibandingkan Perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah dengan

penghasilan yang lebih rendah (PPNI, 2006)

Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa pentingnya

pengadaan tenaga keperawatan baik dari segi jumlah maupun kualitas.

Mengingat beban kerja yang di tanggung oleh tenaga perawat lebih tinggi

dari tenaga lainnya. Fakta menunjukkan bahwa kondisi krisis dan

terpuruknya ketenagaan keperawatan ini telah mengakibatkan

meningkatnya jumlah hari rawat di rumah sakit, angka kesakitan dan

kematian serta kasus kelalaian yang sebenarnya dapat dicegah.

Menurut Kusmiati (2009), bahwa yang mempengaruhi beban kerja

perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam

perawatan yang di butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada

pasien dan dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya tugas

tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat

menganggu penampilan kerja dari perawat tersebut. Akibat negatif dari

permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai

yang diharapkan. Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh

terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh

terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri, (Haryani, 2008).

Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya

kesehatan yang efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan

pemulihan kesehatan pasien secara serasi dan terpadu. Untuk upaya


7

tersebut fungsi praktis rumah sakit umum menyelenggarakan : pelayanan

medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan asuhan keperawatan.

Penelitian Wimala (2009) di rumah sakit Bhakti Asih Brebes

menyatakan bahwa kebutuhan tenaga perawat dengan formula Gillies

sebanyak 51 orang, standar tenaga perawat di Rumah sakit menurut

Depkes sebanyak 73 orang, dan formula lokakrya PPNI sebanyak 62

orang. Saat ini di ruang rawat inap Pinus, Cemara dan palem masih

kekurangan tenaga perawat.

Nasuha dan Gustaman (2009) yang meneliti tentang analisis

kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja perawat pada RSUD

kota Banjar, menggunakan rumus perhitungan kebutuhan jumlah tenaga

perawat berdasarkan beban kerja menurut lokakarya keperawatan (PPNI),

Gillies , dan Nina didapatkan bahwa terdapat 20 perawat atau kurang 8

perawat dari perawat yang ada menurut Lokakarya Keperawatan (PPNI),

menurut metode Gillies 16 perawat atau kurang 4 perawat dari tenaga

perawat yang ada dan menurut metode Nina adalah 24 perawat atau

kurang 12 perawat dari tenaga perawat yang ada.

Wulandhari ( 2011 ) yang meneliti tentang Perencanaan Kebutuhan

tenaga perawat berdasarkan kategori pasien di RSUD Bendan kota

Pekalongan. Hasil penelitiannya didapatkan hasil yang berbeda antara

metode Douglas, metode Gillies, serta metode lokakarya PPNI. Kebutuhan

tenaga perawat berdasarkan metode Douglas dibutuhkan 23 perawat,

berdasarkan metode Gillies dibutuhkan 31 perawat dan berdasarkan


8

metode lokakarya PPNI dibutuhkan 32 perawat. Sehingga terdapat selisih

yang banyak antara perawat yang ada dibandingkan dengan jumlah

perawat hasil penghitungan ketiga metode tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriyanti

(2012) telah melakukan penelitian tentang “ Analisis kebutuhan tenaga

perawat ditinjau dari beban kerja di ruang rawat inap RSUD Andi Makkasau

Parepare” menunjukkan bahwa hasil penelitian yang berdasarkan

penghitungan dengan metode PERMENKES RI No.262/MENKES/PER/

VII/1979 adalah sebanyak 666 tenaga keperawatan. jika dibandingkan

dengan tenaga yang tersedia saat ini yaitu 113 tenaga, maka masih perlu

dilakukan penambahan 553 Tenaga. Kebutuhan tenaga perawatan menurut

metode penghitungan Gillies sebanyak 170 tenaga sehingga masih perlu

dilakukan penambahan 57 Tenaga, sedangkan menurut penghitungan

metode Douglas sebanyak dibutuhkan 202 tenaga keperawatan, sehingga

masih perlu ditambah 89 tenaga.

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat

ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan

kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya

dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi

kebutuhan tenaga keperawatan.

Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Mamuju Utara merupakan

satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Mamuju Utara yang

terbentuk berdasarkan peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang


9

pembentukan organisasi perangkat daerah Kabupaten Mamuju Utara.

Sifat bisnisnya adalah lembaga non profit yang lebih menekankan pada

aspek pelayanan sosial kepada masyarakat utamanya masyarakat yang

berada dibawah garis kemiskinan dan sekaligus sebagai salah satu rumah

sakit rujukan (pusat rujukan seluruh puskesmas di kab. Mamuju Utara).

Dari profil RSUD Mamuju Utara tahun 2012 di sebutkan bahwa salah

satu jasa pelayanan yang diberikan adalah Pelayanan Perawatan (Rawat

Inap) meliputi: Rawat Inap Dewasa, Rawat Inap anak dan rawat inap

kebidanan ( bersalin) dengan kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 54

tempat tidur. Sedangkan jumlah tenaga keperawatan sebanyak 54 orang

dengan berbagai tingkat pendidikan meliputi S1 keperawatan sebanyak 2

orang, Diploma III keperawatan sebanyak 28 orang, Diploma III kebidanan

16 orang dan SPK sebanyak 8 orang dan di distribusi untuk pelayanan

rawat jalan dan rawat inap.

Keadaan beban kerja dapat di tunjukkan melalui cakupan

kunjungan pasien, dari profil RSUD Mamuju Utara tahun 2009 tercatat

517 kunjungan pasien rawat inap di tahun 2010 ada 725 kunjungan,

tahun 2011 sebesar 696 kunjungan, tahun 2012 sebesar 1.015

kunjungan, dan rata-rata kunjungan pasien rawat inap selama empat

tahun sebesar 738,25 kunjungan dimana angka kunjungan terendah

terjadi pada tahun 2009 sebesar 517 kunjungan dan tertinggi pada

Tahun 2012 sebesar 1.015 kunjungan. Sedangkan untuk kunjungan

pasien rawat jalan tahun 2009 sebesar 2.716 kunjungan, tahun 2010
10

5.283 kunjungan, tahun 2011 sebanyak 5.299 kunjungan, Tahun 2012

meningkat dengan angka kunjungan sebesar 6.396 kunjungan, sehingga

rata-rata kunjungan pasien rawat jalan dalam empat tahun mencapai

4.923,5 kunjungan pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan

kunjungan pasien rawat jalan selama empat tahun terakhir cenderung

naik dari tahun ketahun. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan

beban kerja perawat.

Bed Occupation Ratio (BOR) atau prosentase pemanfaatan tempat

tidur adalah Indikator untuk mengukur tinggi rendahnya pemanfaatan

tempat tidur. Berdasarkan data tahun 2009 sampai dengan 2012

menunjukkan kecenderungan fluktuatif, BOR tertinggi terjadi pada tahun

2009 yang menunjukkan angka pencapaian 17 % dan terendah pada

tahun 2011 yang menunjukkan angka 8 %, t a h u n 2 0 1 2 a d a l a h

1 2 %, rata-rata BOR selama e mp a t tahun terakhir berkisar pada

pencapaian 12,25 %. Secara umum pencapaian BOR RSUD Mamuju

Utara, ini menunjukkan jauh dari standar ideal( 60-85%). Berarti

tidak bermutu atau tidak berkualitas pelayanan, hal ini terjadi oleh

karena sumber tenaga yang terbatas sehingga beban kerja

meningkat sehingga mutu pelayanan kesehatan menurun, sehingga

masyarakat enggang datang ke RSUD Mamuju Utara.

Length Of Stay (LOS) adalah lama pasien di rawat, dengan nilai

ideal 6 – 9 hari. Nila rata-rata pasien dirawat di RSUD Mamuju Utara dari

tahun 2009 – 2012 belum mencapai angka ideal, dimana pada tahun 2009
11

dan 2010 rata rata 2 hari sedangkan untuk tahun 2011 dan 2012 rata rata

lama pasien dirawat adalah 3 hari. Ini berarti pasien yang dirawat terlalu

cepat sembuh atau pasien yang dirawat selama dua atau tiga hari tidak

ada perubahan kondisi penyakitnya langsung di rujuk ke rumah sakit kota

palu, sehingga LOS untuk RSUD masih jauh dari ukuran ideal.

Bed Turn Over (BTO) adalah Indikator untuk mengukur frekuensi

pemakaian tempat tidur dalam satuan waktu. Rata-rata frekuensi

pemakaian tempat tidur selama empat tahun terakhir adalah 17,25 kali ,

BTO tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 22 kali dan terendah

pada tahun 2011 yaitu sebesar 1 3 kali. Maka rata-rata BTO selama

empat tahun terakhir masih jauh dibawah standar ideal yaitu antara 40 –

50 kali.

Begitu juga dengan jumlah tenaga dapat dilihat pada profil

RSUD Mamuju Utara, dimana selama dua tahun terakhir tidak ada

penambahan jumlah tenaga sebagaimana digambarkan pada profil

tahun 2011 jumlah keseluruhan tenaga adalah berjumlah 115 orang

sedangkan pada tahun 2012 berjumlah 112 orang. Sedangkan untuk

tenaga perawat sendiri selama dua tahun yaitu pada tahun 2011

berjumlah 39 dan pada tahun 2012 berjumlah 38 orang, Maka dari

sini dapat dilihat bahwa selama dua tahun tidak ada penambahan

jumlah tenaga sedangkan jumlah kunjungan pasien mengalami

peningkatan tiap tahunnya.


12

Perencanaan tenaga perawat di RSU Mamuju Utara saat ini belum

memiliki standar baku dalam perencanaan tenaga keperawatan tentang

standarisasi ketenagaan rumah sakit. Hal ini disebabkan karena dalam

perekrutannya rumah sakit hanya mengusulkan jumlah tenaga dan

perekrutan ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Mamuju Utara. Oleh

sebab itu dibutuhkan metode perencanaan tenaga perawat yang cocok

terhadap kebutuhan rumah sakit.

Mengingat RSUD Mamuju Utara adalah pusat rujukan seluruh

puskesmas di wilayah kabupaten Mamuju Utara dan selama ini belum

pernah dilaksanakan tentang analisis kebutuhan tenaga perawat ditinjau

dari beban kerja tenaga perawat, sehingga diperlukan metode

perencanaan tenaga perawat yang strategis dan sistematis terhadap

kebutuhan jumlah tenaga perawat di rumah sakit dan selanjutnya di

rekomendasikan kepada bagian manajemen RSUD Mamuju Utara.

Olehnya itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kebutuhan

tenaga perawat dengan mempertimbangkan beban kerja perawat serta

perhitungan jumlah tenaga keperawatan sebagai dasar perencanaan

tenaga perawat sehingga dalam pengelolaannya kedepan diperoleh

jumlan ketenagaan keperawatan yang efektif dan efesien.


13

B. Rumusan Masalah

RSUD Mamuju Utara sampai saat ini belum mempunyai ketentuan

yang baku tentang penghitungan kebutuhan tenaga perawat khususnya di

instalasi rawat inap. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana analisis kebutuhan jumlah tenaga perawat ditinjau dari

beban kerja riil berdasarkan formula Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.

b. Bagaimana kebutuhan jumlah tenaga perawat tiap ruangan perawatan

berdasarkan formula Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara

c. Bagaimana menentukan jumlah selisih tenaga perawat yang ada

dengan jumlah berdasarkan formula Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis kebutuhan jumlah tenaga perawat ditinjau dari

beban kerja dengan menggunakan formula hasil lokakarya Persatuan

Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) pada instalasi rawat inap RSUD

Mamuju Utara.
14

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan

formula Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada

Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.

b. Untuk mengetahui kebutuhan jumlah tenaga perawat tiap ruangan

perawatan berdasarkan formula Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.

c. Untuk mengetahui jumlah selisih tenaga perawat yang ada dengan

jumlah berdasarkan formula Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI) pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan, maka diharapkan hasil dari

penelitian dapat bermanfaat untuk :

1. Manajemen RSUD Mamuju Utara :

Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan kebutuhan jumlah

tenaga perawatnya, khusus pada instalasi rawat inap.

2. Tenaga perawat

Sebagai bahan masukan agar lebih mengetahui tugas dan fungsi,

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatannya di RSUD Mamuju Utara.


15

3. Akademisi

Sebagai bahan penambah wawasan dalam pengembangan ilmu,

khususnya bagaimana melakukan penghitungan kebutuhan tenaga

perawat berdasarkan beban kerja di rumah sakit.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan institusi yang integral dari organisasi

kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan

kesehatan lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan

dan rawat inap melalui kegiatan pelayanan medis serta keperawatan.

Institusi ini merupakan pusat latihan personil dan riset kesehatan (Azwar,

2002).

Rumah sakit memfasilitasi penyelenggaraan perawatan rawat inap,

pelayanan observasi, diagnosa dan pengobatan aktif untuk individu

dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan

rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan pengawasan dokter setiap

hari serta perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat (Wijono,

1999).

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan bersifat dasar, spesialitik dan sub spesialistik. Rumah sakit

umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu

dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat. Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya

kesehatan yang efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan


17

pemulihan kesehatan pasien secara serasi dan terpadu. Untuk upaya

tersebut fungsi praktis rumah sakit umum menyelenggarakan : pelayanan

medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan keperawatan ,pelayanan

rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,

administrasi dan keuangan (Irawan, 2002).

Sesuai dengan perkembangan yang dialami pada saat ini rumah

sakit dapat dibedakan atas beberapa jenis, berdasarkan:

a. Pemiliknya

Berdasarkan pemiliknya, rimah sakit dibedakan menjadi 2 (dua)

macam, yakni rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta.

b. Filosofi yang dianut

Berdasarkan filosofi yang dianut, rumah sakit dibedakan atas 2

macam, yakni rumah sakit yang tidak mencari keuntungan dan rumah

sakit yang mencari keuntungan.

c. Jenis pelayanan yang diselenggarakan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diselenggarakan, rumah sakit

dibedakan atas 2 macam yakni rumah sakit umum jika semua

pelayanan kesehatan di selenggarakan dan rumah sakit khusus jika

hanya salah satu jenis pelayanan yang diselenggarakan.

d. Lokasi rumah sakit

Berdasarkan lokasinya, rumah sakit dibedakan atas beberapa macam

kesemuanya tergantung dari pembagian sistem pemerintahan yang

dianut. Misalnya, rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota negara,


18

rumah sakit provinsi jika lokasinya berada di ibukota provinsi dan

rumah sakit kabupaten jika lokasinya di ibukota kabupaten.

1. Tipe-tipe rumah sakit

a. Rumah sakit umum kelas A : adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) Spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang

medic, 12 (Dua Belas) spsialis lain dan 13 (tiga belas)

subspesialis.

b. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang

medic, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medic paling

sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis

penunjang medic.

d. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemapuan pelayanan medic sedikitnya

2 (dua) spesialis dasar.

e. Rumah sakit kelas E atau rumah sakit khusus (spesial hospital)

yang menyalenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan

kedokteran saja. misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker,

ibu dan anak. (Roboth, 2007).


19

2. Fungsi Rumah Sakit

Roemer dan Friedmen (1972), (dalam Aditama,2003)

menyatakan bahwa rumah sakit punya setidaknya lima fungsi.

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas dignostik dan

therapeutiknya. Berbagai jenis spesialisasi. Baik bedah maupun

non bedah, harus tersedi. Palayanan rawat inap ini juga meliputi

pelayanan keparawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi

dan berbagai pelayanan dignostik serta therapeutik lainnya .

b. Rumah sakit harus memilki pelayanan rawat jalan.

c. Rumah sakit juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan

latihan.

d. Rumah sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran

dan kesehatan, karena keberadaan pasien dirumah sakit

merupakan modal dasar untuk penelitian ini.

e. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program

pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi

disekitarnya ( Aditama,2004).

3. Kewajiban Rumah Sakit

Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 (UU tentang Rumah Sakit) pasal 29

menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah

Sakit kepada masyarakat;


20

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai

dengan kemampuan pelayanannya;

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak

mampu atau miskin;

f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan

fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat

darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban

bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi

kemanusiaan;

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani

pasien;

h. Menyelenggarakan rekam medis;

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain

sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat,

wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;

j. Melaksanakan sistem rujukan;


21

k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar

profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak

dan kewajiban pasien;

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana;

p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik

secara regional maupun nasional;

q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik

kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit

(hospital by laws);

s. Melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua

petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan

t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai

kawasan tanpa rokok.

4. Hak Rumah Sakit

Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 (UU tentang Rumah Sakit) pasal 30

menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit mempunyai hak :

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia

sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit;


22

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan

remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka

mengembangkan pelayanan;

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan;

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan;

g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah

Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

B. Perawat

Istilah perawat berasal dari bahasa Latin yaitu Nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Kata ini pertama kali digunakan oleh Ellis dan

Hartley (1984), yang menurut mereka perawat adalah seseorang yang

berperan dalam merawat atau memelihara; membantu dan melindungi

seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.


23

Menurut Lismidar (1989) perawat adalah seseorang yang berijazah

pendidikan perawat atau bidan yang diberikan tugas secara penuh untuk

melakukan pelayanan perawatan kepada masyarakat melalui tempat-

tempat pelayanan masyarakat (Nursalam, 2007).

Pengertian Perawat dapat kita lihat dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan

Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di

luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”.( DepKes 2001)

Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Commitee

on Nursing (1982) adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni

melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu

pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu

sosial. Keperawatan juga meliputi kegiatan perencanaan dan pemberian

perawatan pada saat sakit, masa rehabilitasi dan menjaga tingkat

kesehatan fisik, mental dan sosial yang seluruhnya akan mempengaruhi

status kesehatan, terjadinya penyakit, kecacatan dan kematian.

Gillies dalam buku Nursing Management a System Approach (1989),

menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan

pelayanan keperawatan, melalui upaya staf keperawatan, untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi

pasien, keluarga dan masyarakat.


24

Griffith dalam buku The Well Managed Comunity Hospital (1987),

menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 tugas, yaitu:

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan

emosional dan sosial.

2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.

3. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif dan emosional

sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit.

5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

Menurut undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 perawat

adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan diperoleh

melalui pendidikan keperawatan (Depkes, 1992)

Griffith (1987) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah

sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen

keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:

1. Pelayanan keperawatan personal (Personal Nursing Care), yang

antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik

untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi

pada pasien, pemberian obat, dll.

2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik,

mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu


25

sehingga merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang

keadaan pasien.

3. Berbagi hal tentang keadaan pasien. Ini perlu dikomunikasikan dengan

dokter.

4. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik

dengan keluarga/kerabat pasien akan membantu proses

penyembuhan pasien itu sendiri.

5. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan.

6. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Kegiatan manajemen keperawatan antara lain:

a. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan

masuknya pasien ke rumah sakit (patient admission), pengawasan

pengisian dokumen catatan medik dengan baik, membuat

penjadwalan proses pemeriksaan/pengobatan pasien dll.

b. Membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat ringannya

penyakit, dan kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal

pada setiap pasien sesuai kebutuhannya masing-masing.

c. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan

keperawatan secara khusus maupun pelayanan lain secara umum.

d. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini

meliputi staffing, scedulling, assigment, dan budgetting (Aditama,

2004).
26

Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri atas 3 (tiga) fungsi

yaitu, fungsi independen, interdependen, dan fungsi dependen.

a. Fungsi independen

dalam fungsi ini tindakan perawat bersifat tidak memerlukan

perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri berdasarkan

ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung

jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.

Misalnya, membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

b. Fungsi interdependen

Tindakan perawatan berdasar pada kerja sama dengan tim

perawatan atau tim kesehatan lain. Fungsi ini tampak ketika

perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi

mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung

dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter. Contoh

tindakan ini adalah menagani ibu hamil yang menderita diabetes,

perawat bersama tenaga ahli gizi berkolaborasi membuat rencana

untuk menetukan kebutuhan makanan yang diperlukan ibu hamil

dan perkembangan janin.

c. Fungsi dependen perawat

dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam

memberikan pelayan medis. Perawat membantu dokter

memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang

menjadi kewewenangan dokter (Sudarma, 2008)


27

C. Perencanaan SDM Rumah Sakit

1. Dasar Perencanaan Kebutuhan Tenaga Perawat

Menurut Yaslis Ilyas (2004) dalam melakukan analisis kebutuhan

tenaga merupakan bagian dari perencanaan ketenagaan rumah sakit.

Pada dasarnya semua metoda atau formula telah dikembangkan

untuk menghitung tenaga rumah sakit berakar pada beban kerja

personil yang bersangkutan. Jumlah tenaga perawat dapat ditentukan

oleh jumlah tempat tidur atau juga oleh tingkat Bed Occupancy Rate

(BOR).

Handoko (1985 : 135) menyatakan, bahwa standar pekerjaan

dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau penetapan tujuan

partisipatip. Teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan antara

lain: studi waktu, data standar, data waktu standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, dan pengambilan sampel kerja (work

sampling). Sedangkan Moeljadi (1992 : 93) mengatakan, bahwa

perencanaan tenaga kerja dalam jangka panjang ditentukan oleh sisi

permintaan perusahaan, yaitu perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan

sisi penawaran yaitu ketersediaan tenaga kerja di pasar. Perkiraan

kebutuhan tenaga kerja perusahaan ditentukan oleh perkiraan

tersedianya tenaga kerja di perusahaan dan rencana-rencana

perusahaan. Sedangkan perkiraan tersedianya tenaga kerja itu

sendiri, ditentukan dari analisis beban kerja, analisis perpindahan


28

tenaga kerja dan analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja.

Analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja perusahaan,

berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada

perusahaan tersebut berada pada kondisi berlebih atau kurang jika

dikaitkan dengan beban kerja. Analisis tersebut dapat dilaksanakan

jika sudah diketahui beban kerjanya. Dan analisis beban kerja sendiri

memberikan arahan tentang produktivitas. Produktivitas kerja dapat

digambarkan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja. Di mana

tenaga kerja tersebut akan dapat digunakan secara efisien jika jumlah

tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya.

Metode dasar penyususnan rencana kebutuhan, dapat dilihat

pada gambar berikut:

Metode Daftar Susunan


Kebutuhan Pegawai
Kesehatan
Skenario/Proyek
Metode si WHO
Demand
Ekonomi PENGHITUNGAN
BEBAN KERJA Workload
Metode Target Indicator Staff
Pelayanan Need (WISN)

Metode Rasio Bencana

Sumber: (Aditama, 2003)

Gambar 1. Metode Penyusunan Rencana Kebutuhan


29

Analisa kebutuhan tenaga dapat menggunakan beberapa

metode diatas, dapat dipakai untuk memperkirakan kebutuhan tenaga

kesehatan.

a. Metode need kesehatan (Health Need Method).

Pendekatan ini menggunakan estimasi kebutuhan biologis dari

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan baru yang optimal

kemudian dihitung macam dan jumlah tenaga yang dibutuhkan

b. Metode demand ekonomi/normatif (Health Service Target Method)

Pada pendekatan ini dengan cara penentuan kebutuhan tenaga

berdasarkan penilaian tentang berapa banyak pelayanan

kesehatan yang harus diberikan atau berapa macam pelayanan

yang tepat untuk populasi. Penambahan tenaga dengan metode

normatif selalu diikuti oleh penyuntikan pemerintah.

c. Metode target pelayanan (Health Service Target Method)

Pada pendekatan ini ditetapkan target untuk memproduksi dan

menyediakan pelayanan kesehatan. Target ini ditetapkan

berdasarkan beberapa masukan seperti: kebutuhan kesehatan,

demand ekonomi, keinginan konsumen, sistem dan jenis pelayanan

kesehatan misalnya rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.

d. Metode rasio tenaga kesehatan (Ratio Method)

Metode ini adalah yang paling sederhana dan langsung. Kebutuhan

tenaga yang diperlukan dicari dengan menggunakan ukuran-ukuran

populasi rasio yang diinginkan dengan memperhatikan faktor situasi


30

saat ini, perbandingan internasional, nilai baku dan rasio yang

didapat dari daerah yang berhasil.

Dari keempat metode penyusunan rencana kebutuhan diatas

kemudian dikembangkan dalam empat cara yaitu: Daftar Susunan

Pegawai (DSP), Skenario/Proyeksi WHO, Workload Indicator Staff

Need (WISN) dan Bencana.

Perencanaan kebutuhan untuk bencana dimaksudkan untuk

mempersiapkan SDM kesehatan saat prabencana, terjadi bencana

dan posbencana, termasuk pengelolaan kesehatan pengungsi

(Aditama, 2004)

Dalam menetapkan jumlah tenaga perawat dilakukan sesuai

dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan di setiap

unit keperawatan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam

memperkirakan jumlah tenaga staf yang dibutuhkan yaitu berdasarkan

kategori pasien yang dirawat, sehingga ratio perawat dengan pasien

dapat memenuhi standar asuhan keperawatan.

Kebutuhan tenaga berdasarkan waktu keperawatan langsung,

yaitu perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

keperawatan langsung 4 – 5 jam/pasien/hari.

Gillies (1989), waktu yang dibutuhkan untuk keperawatan

langsung berdasarkan kategori sebagai berikut :

1. Keperawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam


31

2. Keperawatan sebagian ¾ x 4 jam = 3 jam

3. Keperawatan total 1 – 11/2 x 4 jam = 4 – 6 jam

4. Keperawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam

2. Kebutuhan Tenaga Perawat

Menurut Yaslis Ilyas (2004 ) dalam bukunya ; perencanaan SDM

rumah sakit ( teori, metode dan formula ) ada beberapa metode atau

formula yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga

perawat di antaranya adalah :

1. Metode Rasio

2. Formula Gillies

3. Formula Douglas

4. Formula PPNI

1. Metode Rasio

Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan 262/Menkes/Per/VII/

1979, untuk rumah sakit kelas B terdapat ratio antara perawat dan

tempat tidur adalah (3 - 4) : 2. Jika terdapat 172 tempat tidur maka

jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan (X) :

3 2 516

: =

X 172 2X

X = 25
32

2. Formula Gillies

A x B x 365

Tenaga Perawat =

(365-C) x jam kerja / hari

Ket:

A = Jumlah jam perawatan pasien selama 24 jam

B = Sensus harian ( BOR x Jumlah TT )

C = Jumlah Hari Libur

365 = Jumlah hari kerja selama satu tahun

3. Formula Douglas

Douglas, perhitungan kebutuhan berdasarkan dinas pagi, sore,

malam, klasifikasi pasien menurut asuhan keperawatan, kepala

ruangan dan wakilnya serta cadangan 25%. Douglas (1984, dalam

Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang

dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi

klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per

shift nya, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Metode Douglas (Swanburg, 1999)

Jumlah Klasifikasi Pasien


Pasien Minimal Care Parsial care Total care
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,1 0,36 0,3 0,2
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,3 0,2 0,72 0,6 0,4
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,3 1,08 0,9 0,6
Dst

Sumber : Yaslis Ilyas (2004)


33

4. Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional

Indonesia ( PPNI)

Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja

berdasarkan beban kerja diformulasikan oleh PersatuanPerawat

nasional Indonesia ( PPNI ). Panduan penghitungan kebutuhan

tenaga perawat ini telah disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit

di Indonesia. Metode penghitungan ini mudah dioperasikan, mudah

digunakan, secara teknis dapat diterima, komprehensif, realistis

dan dapat diterima oleh manajer medik maupun manajer non-

medik.

Metode PPNI ini didasarkan pada hasil pekerjaan nyata

yang dilakukan oleh masing-masing tenaga perawat. Adapun

langkah-langkah penyusunan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan

metode ini adalah :

1). Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya,

2). Menetapkan komponen yang melekat pada rumus metode

penghitungan tersebut

3). Menganalisis dengan menggunakan rumus berdasarkan

komponen yang ditetapkan sebelumnya

4). Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung

tenaga perawat berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI

diperlukan komponen yang terdiri dari : Hasil porsentase BOR

rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam perawatan


34

pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif

tenaga perawat.

Sebenarnya formula ini berasal dari formula yang

dikembangkan oleh Gillies, hanya saja satuan hari yang dipakai

pada metode Gillies diubah menjadi minggu. Selanjutnya jumlah

hari kerja efektif juga dihitung dalam minggu dan jumlah jam kerja

perhari juga dihitung dalam perminggu, PPNI berusaha

menyesuaikan lama hari kerja dan libur yang berlaku di Indonesia.

Adapun rumus pada formula / metode hasil lokakarya

persatuan perawat nasional Indonesia PPNI adalah sebagi berikut :

A x 52 (Mg) x 7 Hr (TT x BOR )

TTP = + 25%

HKE ( 41 Mg) x JK (40) / Mg

Ket :

TTP = Tenaga paramedis perawat

A = Jumlah jam perawatan pasien selama 24 jam

TT = Tempat Tidur

BOR = Bed Occupancy Rate

HKE = Hari kerja efektif

JK = Jam kerja efektif perhari

⦿ Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan

oleh pasien selama 24 jam


35

⦿ BOR, adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang

digunakan selama periode tertentu.

⦿ Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai

berikut :

= (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)

= 289 hari : 7 hari/mg

= 41 minggu

⦿ Jam erja efektif selama 40 jam perminggu yang dihitung

sebagai berikut :

= Jika hari kerja efektif 6 hari, maka 40/6 = 6,6 - 7 jam perhari

= Jika hari kerja efektif 5 hari, maka 40/5 = 8 jam perhari

⦿ Komponen 25 %, yaitu tingkat produktivitas perawat

diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali 25 %.

Prinsip penghitungan rumus hasil lokakarya PPNI adalah

Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan pasien perhari :

a. Waktu keperawatan langsung ( rata-rata 4 - 5 jam/pasien/hari)

dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandir (self

care) = ½ x 4 = 2 jam, keperawatan partial (partial care)= 1 x 4=4

jam, keperawatan total (total care) = 1,5 x 4 = 6 jam dan

keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam

b. Waktu keperawatan tidak langsung, menurut RS Detroit (Gillies,

1994) = 38 menit/pasien/hari dan menurut Wolve & Young

(Gillies, 1994) = 1 jam/pasien/hari


36

c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/pasien

= 0,25 jam/hari/pasien

d. Rata-rata pasien perhari adalah jumlah pasien yang dirawat di

suatu unit berdasarkan rata-rata lama perawatan atau menurut

Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu

BOR = X 100 %

Jumlah tempat tidur x 365 hari

e. Jumlah minggu pertahun yaitu = 365 hari atau 52 minggu

f. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu 74 hari

(hari/minggu/libur = 52 hari, untuk hari sabtu tergantung

kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur

maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur

nasional = 12 hari, dan cuti tahunan = 12 hari).

g. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau

hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 - 7 jam per hari, kalau

hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)

h. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus

ditambah 25 % (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).

Perhitungan berdasarkan formula PPNI ini menggunakan

beberapa input beban kerja seperti waktu perawatan yang

dibutuhkan pasien per-hari selama 24 perawatan di rumah sakit,

jumlah tempat tidur (TT) yang ada di rumah sakit, BOR ( Bed
37

Occupancy Rate ) porsentase pemanfaatan tempat tidur yang

di ambil melalui sensus harian pada unit perawatan, serta jumlah

hari kerja efektif. Sehingga metode ini lebih bisa

memperhitungkan kebutuhan tenaga perawat dengan tidak

secara umum tetapi melibatkan unsur-unsur pengukuran beban

kerja.

Metode perhitungan ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan. kelebihannya yaitu mampu memperhitungkan beban

kerja yang terkait dengan pemberian pelayanan, seperti angka

pemanfaatan TT (BOR) yaitu sangat terkait dengan rata-rata jumlah

pasien yang dirawat dalam satu hari. Begitu pula dengan waktu

atau lamanya perawatan pasien. Waktu perawatan yang cukup

lama akan menaikkan beban kerja tenaga kesehatan khususnya

perawat sehingga perlu penambahan tenaga. Perhitungan

kebutuhan tenaga perawat pada metode PPNI ini

memperhitungkan cadangan kebutuhan 25%, dimana merupakan

cadangan kebutuhan untuk kegiatan non-keperawatan maupun

absesnsi tenaga yang tidak memenuhi waktu kerja efektif.

kelemahan metode perhitungan ini yaitu hanya dapat

menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap,

tetapi tidak dapat di gunakan untuk mengitung kebutuhan tenaga di

UGD dan poliklinik. kelemahan lain yakni tidak dapat menghitung

jenis tenaga yang dibutuhkan.


38

D. Instalasi Rawat Inap

Rawat inap adalah suatu kegiatan pemberian dengan dilandasi

keahlian kepada penderita yang mengalami gangguan fisik, orang-orang

yang sedang masa penyembuhan dan mereka yang kurang sehat. Rawat

inap merupakan salah satu jenis perawatan dimana pasien dirawat, dan

tinggal/menginap di rumah sakit/puskesma, untuk mendapatkan ruang

perawatan. Pelayanan yang diperoleh adalah pelayanan petugas medis

(dokter) pelayanan petugas para medis (perawatan), pelayanan

penunjang serta penunjang lainnya.

Unit rawat inap sering disebut ruang perawatan inti kegiatan (core

buseness) rumah sakit/puskesmas, karena kegiatan pelayanan medis,

nonmedis dan administrasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang

karena sakitnya mengharuskan dirawat inap beberapa hari.

Rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk mengobservasi

perawat, diagnosis, pengobatan, rehab, medik atau pelayanan kesehatan

lainnya dan menempati tempat tidur lebih dari dua hari. Pelayanan yang

diberikan pada pasien rawat inap meliputi:

b. Pemeriksaan keadaan pasien oleh dokter dan perawat untuk

mengetahui pengaruh obat-obatan yang diberikan kepada pasien

c. Tindakan terapi oleh dokter dan perawat sebagai upaya pengobatan

dan penyuluhan.
39

d. Pelayanan perawat berupa pelayanan dan pemenuhan makanan

pasien serta kebutuhan lainnya yang dapat memberikan

kenyamanan dan kesejahteraan pasien selama dirawat (Manopo,

2006).

E. Beban Kerja

Beban kerja secara umum menurut Groenewegen dan Hutten

(1991) adalah keseluruhan waktu yang digunakan dalam melakukan

aktivitas atau kegiatan dalam kerja. Menurut Finkler dan Koyner (2000),

beban kerja diartikan sebagai volume kerja dari suatu unit atau

departemen. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa beban kerja adalah keseluruhan waktu yang digunakan untuk

melakukan kegiatan di suatu unit atau departemen.(Nursalam,2007)

Sedangkan beban kerja perawat menurut Hubber (2000) adalah

pengukuran dari aktifitas kerja perawat dan ketergantungan klien terhadap

asuhan keperawatan. Beban kerja perawat di rumah sakit terkait dengan

dua fungsi variabel, yaitu jumlah harian klien dan waktu asuhan

keperawatan setiap klien per hari (Kirby dan Wiczai, 1985; dalam Hubber,

2000).

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil

yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. Beban kerja

merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan. Beban


40

kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang

selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan

(MENPAN 2004).

Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam

memperkirakan beban kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang

pemimpin atau manajer harus mengetahui (Gillies, 1989):

a. Berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau

tahun,

b. Kondisi klien di unit tersebut,

c. Rata-rata klien yang menginap,

d. Tindakan perawatan langsung dan tak langsung yang dibutuhkan

masing-masing klien,

e. Frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus

dilakukan, dan

f. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan

keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.

Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini

kecendrungan dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari

personal, bahwa mereka sangat sibuk dan membutuhkan waktu lembur

(Ilyas, 2004). Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya dengan

penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Penentuan kebutuhan

jumlah tenaga perawat menurut Douglas (1975) dalam Pitoyo (2005),


41

adalah berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Adapun perhitungan

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Metode Douglas

Jumlah Klasifikasi Pasien


Pasien Minimal Care Parsial care Total care
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,1 0,36 0,3 0,2
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,3 0,2 0,72 0,6 0,4
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,3 1,08 0,9 0,6
Dst
Sumber : Yaslis Ilyas (2004)

Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja

perawat dapat diklasifikasikan, meliputi :

a. Klien dengan perawatan minimal

b. Klien dengan perawatan parsial

c. Klien dengan perawatan total.

1. Klien dengan tingkat ketergantungan minimal, jika :

a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

b. Makan, minum dilakukan sendiri

c. Ambulasi dengan pengawasan

d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas

e. pengobatan minimal, status psikologi stabil

f. Perawatan luka sederhana.

2. Klien dengan tingkat ketergantungan parsial, jika :

a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

b. Observasi vital sign tiap 4 jam

c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali


42

d. Folley kateter, intake dan output dicatat

e. Klien terpasang infus

f. Perawatan luka komplek.

3. Klasifikasi terakhir adalah klien dengan tingkat ketergantungan total,

yaitu jika :

a. Segalanya diberi bantuan

b. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

c. Makan memakai NGT

d. Pengobatan intravena per drip

e. Pemakaian suction

f. Gelisah, disorientasi

g. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

Waktu tindakan keperawatan adalah waktu yang diperlukan perawat

untuk melayani pasien sesuai dengan standar layanan berlaku, waktu ini

menggambarkan besarnya beban kerja perawat.

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1998) menyampaikan standard

waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:

a. Minimal Care: 1- 2 jam/hari Artinya, pasien masih bisa menangani

sendiri, kecuali makan obat harus tetap ditunggui, agar tidak salah

obat. Pasien masih bisa mandi sendiri, makan sendiri.

b. Partial Care: 3 - 4 jam/hari, Artinya pasien masih dapat melakukan

kegiatan pribadi tetapi membutuhkan pelayanan asuhan

keperawatan untuk kegiatan yang membutuhkan kegiatan fisik


43

karena pasien relatif masih lemah atau tidak diperlukan

meninggalkan tempat tidur sehingga membutuhkan keahlian

keperawatan selama 3-4 jam/hari

c. Total Care: 5 - 7 jam/hari Artinya, pasien membutuhkan asuhan

keperawatan dan kebutuhan personel lainnya total bergantung

kepada perawat (Ilyas Y, 2004).

H. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan oleh yaslis Ilyas

tentang perencanaan SDM rumah sakit, maka telah diidentifikasi variabel

yang terlibat dalam model kerangka konsep penelitian, baik variabel

dependen yaitu kebutuhan jumlah tenaga perawat, maupun variabel

independen yaitu formula hasil lokakarya perawat indonesia ( PPNI ).

Yaslis Ilyas (2004) mengidentifikasi empat perspektif perencanaan

SDM kesehatan yang berkembang dewasa ini, yaitu Analisa situasi

tenaga, analisis persediaan tenaga, analisis kebutuhan tenaga dan

analisis kesenjanagan tenaga dan dokumen rencana tenaga.

 Analisis situasi tenaga. Perspektif ini dalam melakukan analisis situasi

tenaga RS perlu dilakukan analisis jumlah dan jenis tenaga yang ada

pada setiap unit kerja RS. Perlu dilakukan pengamatan yang seksama

terhadap beban kerja dan jumlah tenaga yang ada. Apakah ada terjadi

kesenjangan keahlian SDM dengan tuntutan kerja oleh unit RS.


44

Dalam melakukan analisis tenaga perlu dipikirkan bahwa tidak

mungkin mengharapkan kualitas kerja tinggi tanpa proporsi tenaga

profesional yang cukup besar. Artinya semakin besar proporsi tenaga

profesional semakin tinggi produktivitas dan kualitas kerja suatu RS.

 Analisis persediaan tenaga, Perspektif ini menekankan bahwa dalam

melakukan analisis persediaan tenaga rumah sakit ada tiga

komponeen yang perlu diperhatikan antaranya : Pertama jumlah dan

jenis tenaga yang ada yaitu dengan melakukan pendataan tenaga

kesehatan dan non kesehatan yang ada baik jumlah maupun jenis

tenaga yang saat ini sedang bekerja dirumah sakit. Kedua adalah

jumlah personel yang keluar karena meninggal, pensiun, pindah dan

tugas belajar, dari data retrospektif kita dapat dapat memperkirakan

jumlah seluruh personel. Ketiga adalah Jumlah personel yang masuk

karena pindah dari tempat lain dan aktif kembali, supaya kita dapat

memperkiraan lebih akurat jumlah personel rumah sakit dimasa depan

 Analisis kebutuhan Tenaga, untuk menghitung kebutuhan tenaga

rumah sakit berakar pada beban kerja dari personel yang

bersangkutan. Hal ini tampak pada penentuan tenaga puskesmas,

kriterianya berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani. Oleh sebab

itulah ditentukan oleh para ahli puskesmas tingkat kecamatan dengan

jumlah penduduk 30.000 ditangani oleh satu dokter. Adapun untuk

rumah sakit jumlah tenaga perawat dapat ditentukan oleh jumlah

tempat tidur atau juga oleh tingkat Bed occupancy Rate ( BOR ).
45

Analisis jenis dan jumlah tenaga yang ada saat ini. Dilihat juga

bagaimana distribusi tenaga setiap bagian atau unit yang ada dirumah

sakit. Misalnya berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan dan jenis

tenaga yang akan dibutuhkan oleh bagian atau unit di rumah sakit.

 Analisis kesenjanagan, Menurut Yaslis Ilyas (2004) perspektif ini

menekankan bahwa kesenjangan dapat berarti tenaga pada suatu

bagian atau unit berlebih dapat juga kekurangan tenaga yang

dibutuhkan. Pada analisis kesenjangan ini kita merinci tentang jenis

dan jumlah personel yang dibutuhkan, yang tersedia, jumlah yang

harus ditambah atau dikurangi, dan kapan dibutuhkan oleh rumah

sakit .

 Metode menghitung jumlah tenaga, dalam perspektif ini

mengasumsikan bahwa pada dasarnya semua metode atau formula

yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga rumah sakit

berakar pada beban kerja dari personel yang besangkutan. Seperti

kita ketahui perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar di

rumah sakit, diperkirakan sekitar 75% personel adalah perawat.

Dengan dominanya jumlah perawat di rumah sakit maka sejumlah

ahli telah melakukan riset untuk menghitung tenaga perawat dengan

mengembangkan formula khusus. Formula ini digunakan untuk

menilai atau membandingkan apakah tenaga perawat yang ada saat

ini cukup ? kurang ? atau lebih ? Apakah keluhan kekurangan tenaga

pada suatu unit disebabkan beban kerja yang tinggi. Pada umumnya
46

kebutuhan personel rumah sakit dihitung dengan menggunakan

beberapa metode atau formula antaranya : Metode rasio, metode

kebutuhan ( Need ), metode permintaan ( Demand ) dan metode

target sedangkan untuk menghitung kebutuhan perawat dengan

formula: formula Gillies, Formula hasil lokakarya PPNI, formula unit

gawat darurat, formula intensive serta formula douglas.


47

Teori yang dikembangkan oleh Yaslis Ilyas (2004) merupakan

kerangka teori dalam penelitian ini yang dijabarkan sebagai berikut :

kkK TEORI
KERANGKA
b.
c. ANALISIS SITUASI
d. TENAGA
e.
f. METODE UNTUK MENGHITUNG
JUMLAH TENAGA
g.
h. ● Metode Rasio
i. FORMULA UNTUK
ANALISIS MENGHITUNG JUMLAH ● Metode Kebutuhan ( Need )
PERSEDIAAN j. TENAGA PERAWAT RS
● Metode permintaan (Demand )
TENAGA k. TERDIRI DARI KOMPONEN
● Metode Target
l. ● Bed occupancy: Rate ( BOR )
m. ●● Sensus Harian ● Menghitung Kebutuhan
Jumlah Hari Kerja efektif
n. ● Jumlah Tempat tidur Perawat dengan formula
● Jam Kerja efektif
o. ● Jumlah Hari libur → Formula Gillies
p. → Formula Hasil
q. Lokakarya PPNI
r. → Formula Unit Gawat Darurat
s.
→ Formula Intensive care unit
t.
→ Formula Douglas
u.
v.
w. KERANGKA PIKIR
H.
ANALISIS
KESENJANGAN ANALISIS
KEBUTUHAN
TENAGA

DOKUMEN
RENCANA TENAGA

Sumber : Yaslis Ilyas 2004:

Gambar 2 : KerangkaTeori
48

I. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori maka dapat digambarkan kerangka konsep


sebagai berikut :

FORMULA PPNI
( PERSATUAN PERAWAT NASIONAL
INDONESIA )

KEBUTUHAN
- Jumlah Jam Perawatan JUMLAH
Pasien Selama 24 Jam TENAGA
PERAWAT
- Jumlah Tempat Tidur
- BOR
- Jumlah Hari Kerja Efektif
- Jumlah Jam Kerja Efektif

Gambar 3. Kerangka Konsep : Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat


di Tinjau dari Beban Kerja

J. Definisi Operasional

a. Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Indonesia ( PPNI )

adalah metode untuk menghitung kebutuhan jumlah tenaga

perawat yang di kembangkan oleh Persatuan perawat indonesia

(PPNI ).

b. Jumlah jam perawatan Pasien dalam 24 jam : waktu yang

menunjukkan lama pasien di rawat selama 24 jam.

c. BOR : Persentase pemanfaatan jumlah tempat tidur oleh pasien

rawat inap di rumah sakit.


49

d. Jumlah Tempat Tidur ( TT ) : Angka yang menunjukkan banyaknya

tempat tidur yang digunakan oleh pasien

e. Hari Kerja efektif : Adalah Jumlah hari yang dibutuhkan oleh tenaga

perawat untuk mengerjakan tugas pokok dan fungsi hariannya

sebagai tenaga perawat di rumah sakit.

f. Jam kerja efektif : Adalah priode jam kerja yang ditetapakan

untuk perawat dalam melaksanakan tugas perhari, disesuaikan

dengan peraturan instansi setempat.

g. Kebutuhan tenaga perawat : Kebutuhan jumlah tenaga perawat

berdasarkan beban kerja riil setiap unit kerja, yang diperoleh

dengan menggunakan formula hasil lokakarya PPNI.


50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang rasional

berdasarkan beban kerja dengan menggunakan, formula hasil lokakarya

persatuan perawat indonesia ( PPNI ), sehingga dapat digunakan sebagai

dasar perencanaan kebutuhan tenaga perawat pada instalasi rawat inap

RSUD Mamuju Utara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada RSUD Mamuju Utara yang berlokasi di

jalan Bukit Husada AkoNo.10 Pasangkayu Mamuju Utara Sulawesi Barat.

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 28 Maret

2013 sampai dengan 28 April 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua unit analisis yang akan diteliti dalam suatu

penelitian, baik lembaga atau instansi maupun wujud manusia.


51

Menurut Arikunto (2001 : 102), populasi merupakan seluruh elemen

yang berada pada wilayah penelitian. Lebih rincinya lagi Sudjana

(2002 : 5) menjelaskan bahwa : Populasi adalah totalitas nilai yang

mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran kuantitatif maupun

kualitatif dari karakterisitik tertentu mengenai sekumpulan objek yang

lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang ada di RSUD

Mamuju Utara.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009:116), sample adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penentuan

sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive

sampling adalah metode pengambilan sampel yang dipilih dengan

cermat sehingga relevan dengan struktur penelitian, dimana

pengambilan sampel dengan mengambil sample orang-orang yang

dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu.

(Djarwanto,1998). Purposive Sampling artinya bahwa penetuan

sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat

terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun

kriteria-kriteria dari obyek yang akan dijadikan sampel adalah :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Pendidikan minimal Diploma III

c. Masa kerja minimal 1 tahun


52

D. Variabel Penelitian

a. Metode Hasil lokakarya persatuan perawat indonesia ( PPNI )

adalah metode untuk penghitungan kebutuhan tenaga perawat

yang dikembangkan oleh Persatuan perawat indonesia ( PPNI )

b. Kebutuhan Tenaga Perawat adalah Kebutuhan jumlah perawat

yang sesuai dengan beban kerja dan kategori pasien, yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa metode penghitungan

kebutuhan tenaga perawat.

E. Sumber Data

Upaya untuk mendapatkan data penelitian yang objektif

dilapangan, maka diperlukan pengumpulan data yaitu :

1. Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti

langsung dari responden ( Supramono,1995 ). Data primer pada

penelitian ini adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti

berdasarkan tujuan penelitian dengan cara melalui observasi dan

wawancara dan menyalin data register pasien.

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yaitu diolah

dan disajikan oleh pihak lain ( Supramono,1995 ). Data sekunder


53

pada penelitian ini adalah data yang diperoleh peneliti dengan

menyalin data dari berbagai dokumen yang meliputi : Dokumen

asuhan keperawatan pasien, dokumen dari ruang rawat inap,

dokumen dari bagian keperawatan dan dokumen dari bagian

kepegawaian serta bagian perencanaan dan pengembangan sumber

daya manusia rumah sakit.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai analisis kebutuhan tenaga perawat

pada instalasi rawat inap yang akan dikumpulkan, diolah dan dianalisis,

maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi yaitu pencarian bahan-bahan atau teori-teori dengan

mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang

ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan.

Yaitu penelitian langsung terhadap situasi dan kondisi tenaga perawat

pada instalasi rawat inap yang merupakan tempat penelitian, studi

lapangan ini dilakukan dengan cara: Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan teknik atau instrumen penelitian :


54

a. Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atas

kondisi dan situasi tenaga perawat pada Instalasi rawat inap

(meninjau seluruh kegiatan objek penelitian).

b. Wawancara, yaitu peneliti melakukan wawancara langsung dengan

para pelaku terkait dengan objek penelitian, teknik ini di gunakan

untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh dari observasi

ataupun dokumentasi.

c. Kuesioner dan Format isian data, Kuesioner yaitu angket diajukan

untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian dan untuk

mengumpulkan data yang diketahui oleh responden. Format isian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi/data secara tertulis

mengenai dokumen yang ada (Data mengenai tenaga keperawatan

pada Instalasi rawat inap) berkaitan dengan tujuan penelitian.

Fomat isian data meliputi data tentang :

 Jumlah perawat

 jumlah tempat tidur

 jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam

 jumlah hari perawatan

 BOR

 jumlah hari libur

 jumlah jam kerja perawat

 jumlah pasien minimal care

 jumlah pasien partial care


55

 jumlah pasien total care dan Shift kerja.

G. Cara Pengolahan, Penyajian dan Teknik Analisa Data

1. Pengolahan data.

Data yang diperoleh akan diolah secara manual dan elektronik

dengan menggunakan program Excel.

2. Penyajian data.

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai

dengan uraian dan penjelasan yang menggambarkan kondisi tenaga

pearawat .

3. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan menggunakan

metode penghitungan untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga

perawat secara rasional berdasarkan beban kerja perawat yang

berhubungan dengan klasifikasi pasien. Rumus yang dipergunakan

adalah sebagai berikut :

Metode hasil lokakarya Persatuan perawat indonesia ( PPNI )

A x 52 minggu x 7 hari (TTxBOR)

TTP = + 25%

41 minggu x 40 jam/minggu

Ket :

TPP = Tenaga Paramedis Perawat


56

A = Jumlah jam perawatan pasien selama 24 jam

TT = Tempat Tidur

BOR = Rata-rata tempat tidur yang terisi


57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Utara berada di Kabupaten

Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat atau bagian barat dari pulau

Sulawesi. Kabupaten Mamuju Utara dengan luas wilayah 304.375 Ha,

dengan jumlah penduduk sebanyak 134. 369 jiwa. Secara administrasi

pemerintah pada tahun 2012 terdiri atas 12 kecamatan, Baras merupakan

kecamatan terluas dengan luas 53.631 Ha atau 17,62 % dari seluruh luas

wilayah Kabupaten Mamuju Utara, sedangkan kecamatan dengan luas

terkecil adalah kecamatan Pedongga dengan luas 3.011 Ha (0,69%).

Rumah sakit umum daerah Kabupaten Mamuju Utara merupakan

satu-satunya rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Mamuju Utara yang

Terbentuk berdasarkan peraturan daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

pembentukan organisasi perangkat daerah kabupaten mamuju utara.

Surat Ijin No: 430/ 017/ DKP-SB/ Yan-2/ I/ 2009 tanggal 7 Januari 2009

dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat.

Rumah Sakit Daerah Kabupaten Mamuju Utara terletak di jalan

trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Mamuju Utara dengan

privinsi Sulawesi Tengah, letak strategis dan dekat dengan ibu kota

provinsi Sulawesi Tengah kota Palu dengan jarak tempuh sekitar 120 Km

(2,5 jam) perjalanan. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju


58

Utara diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Direktur RSUD Mamuju

Utara secara administrasi financial berada dan bertanggung jawab

lansung Kepada Bupati Mamuju Utara.

Visi Rumah Sakit Daerah Kabupaten Mamuju Utara adalah :

“ Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan

Terjangkau”

Artinya :

 Pelayanan kesehatan rumah sakit yang berpedoman kepada standar

pelayanan minimal yang cepat, tepat dan berkualitas.

 Tarif rumah sakit yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat

dan akses pelayanan yang mudah dicapai

Misi Rumah Sakit Daerah Kabupaten Mamuju Utara adalah :

 Menyediakan sarana dan prasarana rumah sakit yang representatif.

 Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia.

 Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, ramah beretika

dan bertanggung jawab.

 Menjadi rumah sakit rujukan di wilayah kerja

Motto Rumah Sakit Daerah Kabupaten Mamuju Utara adalah :

“ Ramah Dan Santun Dalam Pelayanan“

Artinya :

Dengan ramah dan santun dalam pelayanan membantu pasien dalam

proses penyembuhan
59

1. Pelayanan RSUD Mamuju Utara


Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang ada di RSUD Kab. Mamuju

Utara yaitu:

a. Instalasi Rawat Jalan

a. Poliklinik Umum

b. Poliklinik Bedah

c. Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan

d. Poliklinik Gigi Dan Mulut

e. Poliklinik Konsultasi Gizi

f. Poliklinik Rehabilitasi Medik

b. Instalasi Rawat Darurat (IRD)

Instalasi Rawat Darurat (IRD) melayani penderita yang tergolong

Gawat Darurat selama 24 jam, namun tidak menutup

kemungkinan merawat penderita yang bukan gawat darurat ketika

poliklinik rawat jalan tutup. IRD dipimpin oleh Dokter Umum,

Ruangan di Instalasi Rawat Darurat terdiri dari :

a. Ruang Penerimaaan Penderita

b. Ruang Triase

c. Ruang Resusitasi

d. Ruang Tindakan

e. Ruang Periksa

f. Ruang Observasi Non Bedah

g. Ruang Dokter Jaga

h. Ruang Administrasi
60

c. Pelayanan Rawat Inap

Kapasitas perawatan untuk pasien rawat inap RSUD Mamuju

Utara terdiri dari :

a. Ruang Perawatan I (Dewasa) 16 Unit Tempat Tidur

b. Ruang Perawatan II (Anak) 18 Unit Tempat Tidur

c. Ruang Perawatan III (Kebidanan) 20 Unit Tempat Tidur

d. Pelayanan Penunjang Medik

a. Laboratorium Patologi Klinik

b. Pemeriksaan Sputum

c. Farmasi

d. Pelayanan Penunjang Non Medik

e. Instalasi Gizi

f. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit


61

B. Hasil Penelitian

Penelitian berlangsung selama 1 bulan yaitu mulai dari tanggal 28

Maret - 28 April 2013.

1. Gambaran Umum Instalasi Rawat Inap RSUD. Mamuju utara

a. Kapasitas Tempat Tidur

Berdasarkan data tahun 2012, kapasitas tempat tidur di

instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara adalah sebanyak 54

tempat tidur dengan rincian sebagai berikut ( Tabel 3 ).

Tabel 3. Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan Ruang Rawat


Inap di RSUD. Mamuju Utara Tahun 2012.

Jumlah TT
No. Ruang Rawat Inap
N %
1 Perawatan I 16 30
2 Perawatan II 18 33
3 Perawatan III 20 37
Jumlah 54 100
Sumber: Data Sekunder RSUD. Mamuju Utara, Maret 2012

Dari tabel 3 di atas, memperlihatkan distribusi jumlah tempat

tidur yang tidak merata, dimana jumlah tempat tidur terbanyak

terdapat di bagian perawatan III yaitu 20 unit tempat tidur (37%),

sedangkan di ruangan perawatan I hanya terdapat 16 unit tempat

tidur (29%). Sementara untuk ruang perawatan II sebanyak 17

tempat tidur.
62

b. Idikator Pelayanan Rawat Inap

Indikator pelayanan rawat Inap RSUD Mamuju Utara selama

tahun 2012 adalah sebagai berikut ( Tabel 4 ):

Tabel 4. BOR Pelayanan Rawat Inap RSUD Mamuju Utara


Bulan Januari Sampai Dengan Bulan Desember
Tahun 2012

BOR ( % )
No. Bulan Perawatan Perawatan Perawatan
I II III
1 Januari 15 8 6
2 Februari 17 8 7
3 Maret 22 10 8
4 April 23 12 8
5 Mei 23 11 7
6 Juni 26 12 9
7 Juli 24 11 10
8 Agustus 24 10 8
9 September 25 12 10
10 Oktober 23 8 7
11 Nopember 24 9 9
12 Desember 26 12 7
Rata-rata 24% 11% 8%
Sumber: Data Sekunder RSUD. Mamuju Utara Tahun 2012

Dari tabel 4 di atas tampak bahwa BOR rata-rata tertinggi

adalah pada perawatan I sebesar 24 % sedangkan BOR rata-

rata terendah ada pada ruangan perawatan III sebesar 7 %.

Sedangakan untuk perawatan II mempunyai nilai pemanfaatan

tempat tidur sebesar 11 %. Untuk lebih rincinya pencapaian

indikator pelayanan rawat inap dapat dilihat pada tabel 5

sebagai berikut :
63

Tabel 5. Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD Mamuju


Utara Tahun 2012
Jumlah Hari
BOR
No. Ruang Rawat Inap Perawatan TT
(%)
Rumah Sakit
1 Perawatan I 1.452 16 24
2 Perawatan II 780 18 11
3 Perawatan III 591 20 7
Sumber: Data Sekunder RSUD. Mamuju Utara Tahun 2012

Tabel 5 di atas memperlihatkan distribusi BOR yang juga

tidak sama di setiap ruangan perawatan. Angka BOR terbesar

terdistribusi pada ruangan perawatan I yang mencapai 24% dari

16 tempat tidur yang tersedia, diikuti angka BOR di ruangan

perawatan II yaitu 11%. Sedangakn angka BOR terendah

terdistribusi pada ruangan perawatan III yaitu 7% dengan jumlah

tempat tidur yang paling banyak yaitu 20 unit tempat tidur.

Tabel 6. Rata-rata Angka Kunjungan Pasien Per-minggu


Rawat Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012
No. Ruang Rawat Inap Tgl 24 - 30 Des 2012
1 Perawatan I 18
2 Perawatan II 9
3 Perawatan III 4
Sumber: Data Sekunder RSUD. Mamuju Utara, Tahun 2012

Tabel 6 di atas memperlihatkan distribusi rata-rata angka

kunjungan Rawat Inap RSUD Mamuju Utara yang tidak merata,

dimana angka kunjungan tertinggi terdistribusi pada ruangan

perawatan I yaitu sebanyak 18 kunjungan per-minggu. Rata-rata


64

angka kunjungan terendah pada ruang perawatan III sebanyak 4

kunjungan per-minggu.

c. Tenaga Paramedis Perawat

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah tenaga keperawatan

instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara yaitu 25 orang tenaga.

Distribusi tenaga tersebut berdasarkan ruangan rawat inap adalah

sebagai berikut (Tabel 7 ):

Tabel 7. Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Ruang


Perawatan RSUD Mamuju Utara Tahun 2012
Tenaga Perawat
No. Ruang Perawatan
N %
1 Perawatan I 12 48
2 Perawatan II 7 28
3 Perawatan III 6 24
Jumlah 25 100
Sumber: Data Sekunder RSUD. Mamuju Utara, Tahun 2012

Tabel 7 diatas menunjukkan jumlah tenaga keperawatan

sebanyak 25 orang yang terdistribusi di setiap ruang perawatan

dengan penyebaran yang tidak merata yang disesuaikan dengan

kebutuhan pasien per-ruangan. Jumlah tenaga keperawatan

terbanyak terdistribusi di ruangan perawatan I yaitu sebanyak 12

orang (48%), dan jumlah tenaga paling sedikit terdistribusi pada

ruangan perawatan III yaitu sebanyak 6 orang (24%).


65

2. Analisis Kebutuhan Tenaga Keperawatan

a. Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Formula

Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

yakni:

A x 52 minggu X 7 hari (TTxBOR)

TTP = + 25%

HKE (41 minggu) X JKE (40 / minggu)

Keterangan :

TTP = Tenaga paramedis perawat

A = Jumlah jam perawatan / 24 jam

TT = Tempat Tidur

BOR = Bed Occupancy Rate

HKE = Hari Kerja efektif

JKE = Jam Kerja efektif

⦿ Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan

oleh pasien selama 24 jam

⦿ BOR, adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang

digunakan selama periode tertentu (satu semester/satu tahun)

⦿ Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai

berikut :
66

= (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)

= 289 hari : 7 hari/mg

= 41 minggu

⦿ Jam erja efektif selama 40 jam perminggu yang dihitung sebagai

berikut :

= Jika hari kerja efektif 6 hari, maka 40/6 = 6,6 - 7 jam perhari

= Jika hari kerja efektif 5 hari, maka 40/5 = 8 jam perhari

⦿ Komponen 25 %, yaitu tingkat produktivitas perawat

diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali 25 %.

Dari rumus tersebut di atas maka kebutuhan tenaga

paramedis perawatan (tenaga keperawatan) untuk rawat inap di

RSUD. Mamuju Utara sebelum dilakukan penambahan

cadangan 25% adalah sebagai berikut ( Tabel 8 ):

Tabel 8. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Menurut


Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat
Nasional Indonesia di Instalasi Rawat Inap RSUD
Mamuju Utara Tahun 2012
Jumlah Jumlah
Jam Kebutuhan
Ruang BOR Jumlah
No. Perawatan
Perawatan (%) TT
Pasien N %
perhari
1 Perawatan I 24 16 20 17 57
2 Perawatan II 11 18 16 7 23
3 Perawatan III 7 20 16 6 20
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer
67

Tabel 8 di atas menunjukkan jumlah kebutuhan pasien

sebelum dilakukan penambahan cadangan kebutuhan 25%,

yaitu sebanyak 30 orang tenaga dengan jumlah terbanyak

terdistribusi di ruang rawat inap perawatan I sebanyak 17 orang

(57%), dan jumlah terkecil terdistribusi pada ruangan rawat inap

perawatan III yaitu sebanyak 6 orang (20%).

Setelah dilakukan penambahan cadangan kebutuhan

tenaga keperawatan sebanyak 25% yaitu kebutuhan diluar

kegiatan keperawatan, maka hasil perhitungan total kebutuhan

tenaga keperawatan berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat

Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut ( Tabel 9 ) :

Tabel 9. Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Menurut Formula Hasil Lokakarya Persatuan
Perawat Nasional Indonesia di Instalasi Rawat
Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012
Jumlah
Ruang Jumlah Cadangan Kebutuhan
No.
Perawatan Kebutuhan 25% Keseluruhan
N %
1. Perawatan I 17 4 21 55
2. Perawatan II 7 2 9 24
3. Perawatan III 6 2 8 21
Jumlah 38 100
Sumber: Data Primer

Tabel 9 di atas menunjukkan jumlah keseluruhan

kebutuhan tenaga keperawatan menurut formula Hasil

Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

setelah ditambahkan cadangan 25%, yaitu sebanyak 38 orang,


68

dengan jumlah kebutuhan terbesar yaitu di ruang rawat inap

perawatan I sebanyak 21 orang (55%), sedangkan jumlah

kebutuhan yang paling sedikit yaitu di ruang rawat inap

perawatan III sebanyak 8 orang (21%).

Tabel 10. Selisih Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Menurut Formula Hasil Lokakarya Persatuan
Perawat Nasional Indonesia di Instalasi Rawat
Inap RSUD Mamuju Utara Tahun 2012

Jumlah
Jumlah
Kebutuhan Selisih
Ruang Tenaga
No. Sesuai Jumlah
Perawatan yang
Formula Kebutuhan
Tersedia
PPNI
1 Perawatan I 12 21 9
2 Perwatan II 7 9 2
3 Perawatan III 6 8 2
Jumlah 25 38 13
Sumber : Data Primer

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa ruangan

perawatan yang paling banyak membutuhkan tenaga

perawatan berdasarkan analisis formula hasil lokakarya

persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI ) adalah ruangan

perawatan I sebanyak 21 orang perawat denganjumlah selisih

yang ada yaitu 9 orang, sedangkan ruangan perawatan III

membutuhkan jumlah tenaga perawat paling sedikit yaitu

sebanyak 8 orang tenaga dengan jumlah selisih yang ada 2

orang tenaga. Secara umum jumlah kebutuhan perawat

menurut formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional


69

indonesia ( PPNI ) sebanyak 38 orang perawat. Perbandingan

jumlah tenaga perawat yang tersedia dengan kebutuhan

tenaga perawat berdasarkan formula hasil lokakarya persatuan

perawat nasional indonesia ( PPNI ) dapat dilihat pada gambar

grafik 1 berikut ini :

25

20

15

10

0
Perawatan I Perawatan II Perawatan III

tenaga yang tersedia Tenaga yang dibutuhkan

Grafik 1. Perbandingan Jumlah Tenaga Yang Tersedia Dengan


Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Formula
Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara
Tahun 2012
70

C. Pembahasan

Formula Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI)

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan

sangat ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat

dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu

kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis

dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan

yang baik akan mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan

ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah

dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga

keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager

keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan

tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.

Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus

memperhatikan beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat,

diantaranya seperti berikut :

a. Jumlah klien yang dirawat/hari/minggu/bulan/tahun dalam

suatu unit

b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien

c. Rata-rata hari perawatan klien

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan


71

f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak

langsung

g. Pemberian cuti

Berdasarkan data ketenagaan khususnya tenaga keperawatan

yang ada di instalasi-ruang Rawat Inap , sampai dengan Desember

2012 di RSUD Mamuju Utara sebanyak 25 orang yang tersebar di

semua ruang Rawat Inap yang ada di RSUD Mamuju utara ( Tabel 7 ).

Distribusi perawat terbanyak di ruangan perawatan I sebanyak 12

orang (48%) dan paling sedikit terdistribusi pada ruangan

perawatan III sebanyak 6 orang (24%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga

perawat berdasarkan Formula Penghitungan Hasil Lokakarya

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah sebanyak 38 orang

tenaga, maka ruangan perawatan yang paling banyak membutuhkan

tenaga perawatan adalah ruangan perawatan I sebanyak 21 orang

perawat, sedangkan ruangan yang paling sedikit membutuhkan

tenaga perawat adalah ruang perawatan III yaitu 8 orang tenaga

perawat. Secara umum jumlah kebutuhan perawat menurut Formula

Penghitungan Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional

Indonesia ( PPNI ) sebanyak 38 orang tenaga perawat.

Jumlah tenaga yang tersedia saat ini apabila dibandingkan

dengan hasil penghitungan kebutuhan tenaga perawat, masih tidak

sesuai yaitu masih dibutuhkan penambahan tenaga perawat di semua


72

ruangan. Perhitungan kebutuhan menurut Formula Penghitungan

Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),

sehingga apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga yang tersedia

saat ini masih terjadi selisih jumlah tenaga keperawatan yaitu sebesar

13 tenaga tenaga.

Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dengan

menggunakan formula PPNI sedikit bebeda dari penghitungan jumlah

tenaga keperawatan lainnya. Penghitungan berdasarkan formula

PPNI ini menggunakan beberapa input beban kerja seperti waktu

perawatan yang dibutuhkan pasien per-hari, jumlah tempat tidur (TT),

angka pemanfaatan TT (BOR), jumlah hari kerja efektif, serta jumlah

jam kerja efektif bagi tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien. Sehingga metode ini lebih bisa

memperhitungkan kebutuhan tenaga perawat dengan tidak secara

umum tetapi melibatkan unsur-unsur pengukuran beban kerja. Dari

hasil perhitungan dengan menggunakan metode/formula ini diperoleh

jumlah kebutuhan tenaga perawat sebanyak 38 orang setelah

mendapatkan penambahan cadangan kebutuhan sebesar 25%.

Angka statistik ini apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga yang

tersedia saat ini masih sangat jauh dari kecukupan tenaga yaitu masih

terjadi selisih 13 orang tenaga perawat.

Berdasarkan hasil penghitungan dengan formula Penghitungan

Hasil Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI),


73

menunjukkan terjadi kekurangan tenaga keperawatan disemua

ruangan rawat inap khususnya pada ruang perawatan I terjadi

kekurangan yang yaitu 9 tenaga perawat, sedangkan untuk ruangan

perawatan II dan III mengalami kekurangan tenaga sebanyak masing-

masing 2 orang tenaga keperawatan.

Selisih atau kesenjangan yang terjadi apabila tidak segera di

tanggulangi akan mengakibatkan penambahan beban kerja tenaga

khususnya tenaga keperawatan, yang pada akhirnya akan

menurunkan kualitas pelayanan dan berakibat pada penurunan

kepuasan pelanggan/pasien.

Metode penghitungan ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan. kelebihannya yaitu mampu memperhitungkan beban

kerja yang terkait dengan pemberian pelayanan, seperti angka

pemanfaatan TT (BOR) yaitu sangat terkait dengan rata-rata jumlah

pasien yang dirawat dalah satu hari. Sehingga semakin tinggi angka

pemanfaatan TT dengan jumlah TT yang tinggi, jumlah tenaga yang

diperlukan pun akan semakin meningkat. Begitu pula dengan waktu

atau jam perawatan pasien dalam 24 jam. Waktu perawatan yang

cukup lama akan menaikkan beban kerja tenaga kesehatan

khususnya perawat sehingga perlu penambahan tenaga. kelemahan

metode perhitungan ini yaitu hanya dapat menghitung kebutuhan

tenaga keperawatan di ruang rawat inap, tetapi tidak dapat di gunakan


74

untuk menghitung kebutuhan tenaga di UGD dan poliklinik. kelemahan

lain yakni tidak dapat menghitung jenis tenaga yang dibutuhkan.

Hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan dengan

menggunakan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional

indonesia (PPNI) lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan

dengan metode lain seperti formula Gillies dan Douglash. Hal ini

disebabkan karena metode ini memperhitungkan cadangan kebutuhan

25%. dimana merupakan cadangan kebutuhan untuk kegiatan non-

keperawatan maupun absensi tenaga yang tidak memenuhi waktu

kerja efektif.

Dari hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa RSUD

Mamuju Utara masih mengalami kekurangan tenaga keperawatan.

Untuk menanggulangi kekurangan tersebut terdapat 2 (dua) alternatif

yang dapat dilakukan oleh pihak manajerial rumah sakit, yaitu:

mengangkat tenaga paramedis keperawatam menjadi pegawai, dan

atau mengangkat tenaga paramedis keperawatan sebagai tenaga

kontrak atau honorer.

Kepala seksi pelayanan dan perawatan ketika di wawancarai

oleh peneliti tentang keadaan tenaga keperawatan baik jumlah

maupun jenisnya, mengatakan bahwa tenaga keperawatan yang ada

di RSUD. Mamuju Utara saat ini dilihat dari perbandingan jumlah

tempat tidur dan ketersediaan tenaga, belum sesuai. Akan tetapi

apabila dibandingkan dengan angka kunjungan pasien per-hari sudah


75

memenuhi target dalam artian perbandingan perawat : pasien = 1 : 1,

namun apabila di hubungkan dengan beban kerja yang di tanggung

oleh setiap petugas maka dari pihak manajerial merasa bahwa tenaga

keperawatan yang tersedia saat ini masih belum memenuhi

kebutuhan oleh karena tingkat ketergantungan yang berbeda dari

setiap pasien.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa tenaga

perawat yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUD Mamuju Utara

diperoleh informasi bahwa sering terdapat kesalahan pelaksanaan

tugas diantara tenaga perawat, baik dalam pelayanan khususnya

pelayanan keperawatan, maupun dalam melaksanakan tugas

administratif seperti keterlambatan pencatatan, pelaporan dan seperti,

waktu shift yang tidak teratur, tugas pokok yang begitu banyak serta

kurangnya tenaga menjadi faktor pemicu keadaan tersebut. Dimana

dalam setiap shif baik pagi,siang maupun malam hanya ada satu

tenaga perawat PNS yang bertugas ( ini hampir tiap hari terjadi pada

perawatan II dan III ).

Analisis-analisis tentang kebutuhan ketenagaan juga sudah

dilakukan akan tetapi masih tetap berpegang pada model

perencanaan bottom-up yaitu masih menggunakan pertimbangan-

pertimbangan yang sesuai dengan usulan-usulan dari bawah (kepala-

kepala ruangan) yang nota bene lebih mengetahui tentang kondisi

ketenagaan yang ada di ruangan perawatan.


76

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sub bidang

kepegawaian RSUD Mamuju Utara, penentuan kebutuhan tenaga

ruang perawatan tidak menggunakan standar /perhitungan tertentu.

Kepala ruangan menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan

pengamatan sehari-hari saja, jika dirasa perawat yang ada tidak dapat

melayani semua pasien dengan baik maka dibutuhkan tambahan

tenaga.

Penentuan jumlah tenaga kesehatan hususnya perawat

memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini dapat dilakukan jika

para kepala ruangan mengetahui cara menghitung kebutuhan tenaga

berdasarkan berbagai metode yang ada. Untuk itu sebaiknya pihak

manajemen rumah sakit mengadakan pelatihan tentang penentuan

kebutuhan tenaga kesehatan agar para kepala ruangan mempunyai

dasar /pegangan untuk menentukan berapa kebutuhan tenaga

perawat yang dibutuhkan.

Selanjutnya, ketika di tanyakan mengenai upaya atau kebijakan

yang ditempuh oleh pihak manajerial dalam kaitannya dengan

penanganan masalah kekurangan tenaga baik dari segi kuantitas

maupun kualitas ketenagaan, dijelaskan bahwa dari segi kuantitas,

telah dilakukan usulan kepada direktur rumah sakit untuk

penambahan tenaga yang selanjutnya di teruskan pada pemerintah

daerah dengan realisasi berupa penambahan tenaga keperawatan

sebagai tenaga honorer/kontrak.


77

Rekruitmen sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) belum dapat

sepenuhnya terealisasi oleh karena terbentur pada masalah tidak

adanya formasi penerimaan/rekruitmen PNS selama dua tahun

terakhir. Kebijakan penanggulangan ketersediaan tenaga dari segi

kualitas juga sudah dilakukan melalui peningkatan profesionalitas

tenaga berupa pendidikan dan pelatihan tenaga baik tenaga medis

maupun tenaga keperawatan. Selain itu, tenaga yang akan di rekrut

terlebih dahulu akan diseleksi melalui beberapa tes seperti tes

keahlian, psikologi, dsb. lebih lanjut ketika di tanyakan mengenai

kemungkinan adanya pengaruh program jamkesmas dan jampersal

yang sudah berlaku di RSUD Mamuju Utara terhadap peningkatan

angka kunjungan yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap

pelayanan, dalam hal ini di jawab tegas, bahwa kemungkinan-

kemungkinan tersebut sangat kecil untuk dapat terjadi oleh karena

sudah semakin mudahnya akses masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dengan cara gratis di tiap-tiap pelayanan tingkat

dasar (puskesmas) setempat, sehingga hanya masyarakat yang

memang butuh untuk penanganan yang lebih lanjutlah yang akan

memanfaatkan pelayanan lanjutan (Rumah Sakit).

Hal ini juga dikaitkan dengan pengaruh sosial budaya setempat

dimana terdapat budaya malu atau enggan berobat (memanfaatkan

pelayanan kesehatan), sampai sudah terpapar gejala penyakit yang

cukup serius. Hal ini tidak akan mendorong peningkatan angka


78

kunjungan yang cukup berarti akan tetapi akan meningkatkan beban

kerja tenaga kesehatan khususnya untuk perawatan darurat dan

perawata-perawatan di unit-unit intensif care.

Masih kurangnya ketersediaan tenaga paramedis keperawatan

seperti yang diperlihatkan dari hasil perhitungan-perhitungan di atas,

juga dapat berpengaruh pada penilaian kepuasan pasien.

Ketidakpuasan pasien ini juga dikaitkan dengan keteraturan

pelayanan perawat (pemeriksaan nadi, suhu tubuh dan sejenisnya),

ketermpilan perawat dalam melayani (menyuntik, mengukur tensi, dll),

pertolongan yang sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan, dll),

pertolongan perawat untuk duduk, berdiri dan berjalan, serta terhadap

kurangnya penjelasan perawat atas tindakan yang akan ia lakukan

Tenaga keperawatan sebagai tenaga kesehatan terbesar

dengan karakteristik asuhan keperawatan yang konstan, kontinyu,

koordinatif dan advokatif, yaitu bekerja secara dekat dan terus

menerus dengan komunitas yang membutuhkan bantuan pada semua

tatanan pelayanan kesehatan. Sehingga dirasa perlu sejumlah

perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan dan

bekerja dalam tim kesehatan pada tiap tatanan dan tingkat pelayanan

kesehatan, terutama untuk mensukseskan program kesehatan

nasional yang memberikan manfaat optimal kepada masyarakat.

Tantangan yang dihadapi oleh perawat saat ini yaitu bekerja

tanpa persiapan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk


79

dapat menganalisis secara kritis masalah kesehatan dan membuat

keputusan yang tepat. Ini diperberat dengan sistem pendukung yang

kurang memadai, kondisi kerja yang kurang kondusif (keterbatasan

jumlah dan peningkatan beban kerja). Selain itu, sistem rujukan serta

perencanaan pemulangan pasien yang dirawat di rumah sakit ke

rumah yang kurang efisien dan efektif.

Tenaga keperawatan (staffing) yang tidak memadai dalam

tatanan pelayanan kesehatan telah mencapai proporsi krisis di semua

wilayah. Fakta menunjukkan bahwa kondisi krisis dan terpuruknya

ketenagaan keperawatan ini telah mengakibatkan meningkatnya

jumlah hari rawat di rumah sakit, angka kesakitan dan kematian serta

kasus kelalaian yang sebenarnya dapat dicegah. penetapan kebijakan

perlu memperhatikan masalah diatas dalam merencanakan sumber

daya manusia kesehatan secara komprehensif dan menetapkan rasio

perawat dan pasien yang memadai pada semua tatanan atau sarana

kesehatan.

Safe staffing tidak hanya berarti jumlah dan jenis tenaga

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien,

tapi meliputi: beban kerja, lingkungan kerja, kompleksitas pasien,

tingkat keterampilan staf, kombinasi tenaga keperawatan, efisiensi

dana dan keterkaitannya dengan hasil pada pasien dan perawat

bahkan mencakup elemen keselamatan pasien.


80

Hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah jam kerja

RN (Registered Nurse) per pasien dalam sehari dapat dilihat melalui

hasil survai PPNI 2006, dimana peningkatan beban kerja perawat dari

empat orang pasien menjadi enam orang mengakibatkan 14%

peningkatan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama

sejak dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, peningkatan jumlah jam

kerja RN per pasien terbukti menurunkan frekuensi pasien jatuh dan

meningkatkan kepuasan pasien, manajemen nyeri terhadap pasien

(Sovie & Jawad, 2001).

Selain berhubungan dengan kondisi dan pelayanan terhadap

pasien (konsumen), jumlah perawat juga berhubungan dengan kondisi

kesehatan perawat (Sheward, et.al, 2005) dimana perawat yang

bekerja lembur terus menerus atau bekerja tanpa dukungan yang

memadai cenderung untuk banyak tidak masuk kerja dengan kondisi

kesehatan yang buruk. Dari beberapa kuisioner kupuasan kerja yang

di berikan kepada beberapa orang tenaga perawat membenarkan hal

tersebut. Sering mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah,

tidak ada istirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu,

gaji rendah tanpa insentif yang memadai. dan lain sebagainya.

Penilaian pasien terhadap kondisi rumah sakit (mutu baik atau

buruk) merupakan gambaran kualitas rumah sakit seutuhnya

berdasarkan pengalaman subjektif individu pasien. Penilaian pasien

terhadap mutu rumah sakit bersumber dari pengalaman pasien. Aspek


81

pengalaman pasien rumah sakit, dapat diartikan sebagai suatu

perlakuan atau tindakan pihak rumah sakit yang sedang atau pernah

dijalani, dirasakan, dan ditanggung oleh seseorang yang

membutuhkan pelayanan kesehatan rumah sakit.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa tenaga perawat di suatu rumah sakit masih

kurang dibandingkan yang dibutuhkan dengan menggunakan

berbagai formula. Penelitian Wimala (2009) di rumah sakit Bhakti Asih

Brebes menyatakan bahwa kebutuhan tenaga perawat dengan

formula Gillies sebanyak 51 orang, standar tenaga perawat di Rumah

sakit menurut Depkes sebanyak 73 orang, dan formula hasil lokakrya

persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) sebanyak 162 orang.

Saat ini di ruang rawat inap Pinus, Cemara dan palem masih

kekurangan tenaga perawat. Penelitian ini menggunakan metode

Gillies karena jumlah kebutuhan perawatnya paling mendekati kondisi

jumlah perawat di rumah sakit Bhakti Asih Brebes.

Penelitian Wulandari (2011) di RSUD Bendan kota Pekalongan

menemukan bahwa kebutuhan tenaga perawat berdasarkan formula

Douglas dibutuhkan 23 perawat, berdasarkan formula Gillies

dibutuhkan 31 perawat dan berdasarkan formula hasil lokakarya

persatuan perawat nasional indonesia ( PPNI) dibutuhkan 32 perawat.

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan kategori pasien

dirasa lebih akurat, sehingga dapat digunakan sebagai dasar


82

perencanaan tenaga perawat. Pada penelitian ini kebutuhan perawat

dengan menggunakan formula Douglas sebanyak 23 orang, paling

minimal dibandingkan metode perhitungan lain.

Penelitian Nasuha dan Gustaman (2009) di RSUD Kota Banjar

menyatakan bahwa terdapat 20 perawat atau kurang 8 perawat dari

perawat yang ada menurut formula hasil Lokakarya persatuan

perawat nasional indonesia ( PPNI ), menurut formula Gillies 16

perawat atau kurang 4 perawat dari tenaga perawat yang ada dan

menurut formula Nina adalah 24 perawat atau kurang 12 perawat dari

tenaga perawat yang ada. Dengan menggunakan ketiga metode

perhitungan kebutuhan perawat pada dasarnya menunjukan bahwa

jumlah tenaga perawat di ruang Anggrek RSUD Kota Banjar harus

ditambah, kesenjangan yang paling mencolok adalah bila

membandingkan antara jumlah perawat yang ada sekarang dengan

hasil perhitungan metode Nina dengan jumlah selisih sebanyak 16

orang tenaga perawat, sedangkan bila dibandingkan dengan hasil

Lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)

Keperawatan sebanyak delapan orang dan dengan metode Gillies

sebanyak tujuh orang tenaga perawat. Dalam penelitian ini

menyarankan menggunakan metode Gillies sebagai patokan dalam

menentukan jumlah perawat karena jumlah kebutuhan paling sedikit

dibandingkan dengan metode perhitungan lainnya.


83

Berdasarkan hasil penelitian ini dengan penelitian lain dapat

disimpulkan bahwa setiap rumah sakit dapat menggunakan berbagai

metode perhitungan kebutuhan tenaga perawat disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan rumah sakit. Manajemen rumah sakit dapat

menggunakan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional

indonesia (PPNI) dalam menghitung kebutuhan tenaga perawat jika

memperhitungkan jumlah kunjungan serta lama perawatan per pasien.

juga dapat digunakan apabila kemampuan dan sumber daya untuk

perencanaan personel terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan

kesehatan relatif stabil serta cukup efektif dalam penanggulangan

terjadinya lonjakan kasus oleh karena memperhitungkan daya

tampung rawatan inap secara full (total terpakai) yang dapat terjadi

sewaktu-waktu.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kemungkinan terjadinya bias informasi tentang pengusulan dan

penentuan jumlah kebutuhan tenaga perawat

2. Penentuan jumlah tenaga perawat berdasarkan formula hasil

lokakarya persatuan perawat nasional indonesia (PPNI)

menggunakan klasifikasi pasien, jumlah tempat tidur, serta

pemanfaatan tempat tidur yang bisa berubah setiap tahun.


84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya mengenai analisis kebutuhan jumlah tenaga

perawat ditinjau dari beban kerja di instalasi rawat inap RSUD Mamuju

Utara maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan analisis Kebutuhan tenaga keperawatan menurut

penghitungan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional

indonesia (PPNI) sebanyak 38 orang tenaga keperawatan. jika

dibandingkan dengan tenaga yang tersedia saat ini yaitu 25 tenaga,

maka masih perlu dilakukan penambahan 13 tenaga keperawatan.

b. Kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan analisis formula PPNI

untuk ruangan perawatan I adalah sebanyak 21 orang, ruangan

perawatan II adalah sebanyak 9 tenaga sedangkan untuk ruangan

perawatan III adalah sebanyak 8 tenaga.

c. Setiap ruang rawat inap mempunyai selisih yang berbeda, untuk

perawatan I mempunyai selisih sebanyak 9 tenaga dengan jumlah

tenaga yang ada yaitu 12 tenaga sedangkan untuk ruang perawatan II

mempunyai selisih sebanyak 2 orang tenaga dengan jumlah tenaga

yang ada sekarang yaitu 7 tenaga, begitu juga dengan ruangan


85

perawatan III mempunyai selisih sebanyak 2 orang tenaga dengan

jumlah tenaga yang ada sekarang yaitu 6 orang.

B. Saran

1. Kepada pihak manajerial RSUD Mamuju Utara perlu melakukan

rekruitmen tenaga keperawatan sesuai dengan beban kerja yang ada

menggunakan formula hasil lokakarya persatuan perawat nasional

indonesia ( PPNI ).

2. Kepada pihak manajerial RSUD mamuju Utara perlu melakukan

pendistribusian tenaga perawat sesuai dengan klasifikasi pasien

dengan mempertimbangkan beban kerja tenaga perawat di masing-

masing ruang rawat inap.

3. Perluanya pihak manjamen melakukan pelatihan penentuan kebutuhan

ketenagaan pada kepala unit perawatan


86

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI-Press,


Jakarta 2004

Aviantono A ( 2009) Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan


Kebutuhan Tenaga Kesehatan Puskesmas Berdasarkan Beban
Kerja Di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
(http://ebookuniverse.net/pengembangansisteminformasiperencana
ankebutuhan-tenaga-pdf-d42872780) di akses tanggal 23 Januari
2013

Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksaral,


Jakarta: 1998

Depkes RI. 2004 Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun


2011 - 2025 (http://www.bakndata.depkes.co.id) di akses tanggal
20 Januari 2013

Depkes RI. 2005. Indikator Penilaian Ketenagaan Rumah Sakit.


( http://www.bakndata.depkes.co.id.) di akses tanggal 20 Januari
2013

Diah Kari artati (2005) Analisis Kebutuhan dan Kesediaan pasien akan
pelayanan rawat inap di poliklinik 24 JAM PT.Rumah Sakit
Pelabuhan Surabaya Cabang Semarang (http://eprints.undip.ac.
id/4410/1/35 diah kari arti.pdf) di akses tanggal 1 Maret 2013.
.
Erlin Kurnia Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi
FTE Dengan Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim.
(http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JN/article/view/580/580) di
akses tanggal 1 Maret 2013

Ernawati Niluh ( 2011) Kebutuhan Riil Tenaga Perawat Dengan Metode


Workload Indicator Staff Need (WISN),
(http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/JN/article/view/588/588)
di akses tanggal 21 februari 2013

Fitrini, (2011 ) Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja


Di Instalasi Farmasi RSUD Pasaman Barat Tahun 2011,
(http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/analisis)
di akses tangal 23 Januari 2013
87

Gillies, Nursing Management, A System, third edition, W.B. Saunders C,


Philadelphia: 1994

Gayatri R. ( 2006 ) Analisis Pekerjaan Pegawai Bagian Teknis Balai


Laboratorium Kesehatan Semarang Sebagai Dasar
Pengembangan Pendidikan Dan Pelatihan. (http://www.jmpk-
online.net/index. php/ component/content/article/14-jurnal/detail-
jurnal/56-daftar-isi-jurnal-vol9no- 02juni2006) di akses tanggal 3
Maret 2013

Hanidar F,(2011) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan


Time Motion Study Dan Klasifikasi Pasien Di Irna Rumah Sakit
Jiwa Menur Surabaya Tahun 2011..
( http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/43122814479_abs.pdf ) di
akses tanggal 20 Januari 2013

Ilyas, Y. (2004) Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan


Formula, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta: 2004

Jauri ( 2005) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan beban


kerja di Instalasi Rawat Inap Piringngadi Medan
http://id.pdfsb.com/readonline/5956644765416c3057584e37414870
6a56413d3d-6723746 ( di akses 10 desember 2012)

Kaur A. (2010) A Study on "Nursing Manpower Requirement in Neo-


Natal Intensive Care Unit PGIMER Chandigarh
(https://www.medind.nic.in/nad/t10/i1/nadt10i1p1.pdf) di akses
tanggal 1 Maret 2013

Kemenakertrans (2003) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (http://www.bakndata.
trans.co.id.) akses tanggal 20 maret 2013
Kusyana A, ( 2008) Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja
Keperawatan Di Puskesmas Dengan Tempat Perawatan Dinas
Kesehatan Kab. Dt II Bandung : (http://repository.ui.ac.id/contents
/koleksi/16/3e318223bfe8022cd8fa24141fe47357031c04ae.pdf) di
akses tanggal 20 Januari 2013

Littlejhon L, ( 2012) Nursing Shortage: A Comparative Analysis


( http:// www.ijnonline. com/index.php/ijn/article/download/21/pdf) di
akses tanggal 10 Maret 2013
88

Marlinda S ( 2011), Analisis Sistem Perencanaan Kebutuhan Tenaga


Kesehatan Di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2011.
(http://pasca.unand.ac.id/id/wpcontent/uploads/2011/09/AnalisisSist
em-Pe rencanaan-Kebutuhan-Tenaga-Kesehatan-Di-Puskesmas-
Wilayah Kerja-Dinas-Kesehatan-Kabupaten-Kepulauan-Mentawai-
Tahun-2011.pdf) di akses tanggal 5 Januari 2013

Marianne, ( 2011) Quality and Cost Analysis of Nurse Staffing,


Discharge Preparation, and Postdischarge Utilization
http://www.google.com/22FQuality_and_Cost_Analysis_of_NurseSt
affing.pdf&ei=5hhHUa2sKoqNrgei4CQDQ&usg=AFQjCNFOuN4vg
mEIGFkKKhs7TTkdIJi3fQ&bvm=bv.43828540,d.bmk
Men.PAN (2004), pedoman perhitungan kebutuhan pegawai
berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi
pegawai negeri sipil, Jakarta 2004 (http://www.kejari-
denpasar.go.id/files/64318764.pdf) di akses tanggal 10 januari 2013

Moenik B, Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Metode


Work Load Indikator Staff Need (WISN) (Di Balai Kesehatan
Mata Masyarakat Propinsi Jawa Timur.
(http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnf
km-adln-moenikbadr-2394)

Musni ,R. Menghitung Tenaga Keperawatan di Rumah sakit. Jurnal


Keperawatan Indonesia. Volume V, No.1, Maret 2001

Nasuha G, (2009). Analisis kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat


berdasarkan beban Kerja Di Ruang rawat Inap Anggrek di
Rumah Sakit Umum daerah Kota banjar, Jurnal Keperawatan
UNDIP, Semarang, 2009 (http://eprints.undip.ac.id/4040/1/11_
NASUHA GUSMAN.pdf) di akses tanggal 22 Januari 2013

Nengsih Y. (2010) Analisis kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Dokter


dan Perawat diPelayanan Rawat Inap RSUD Bangkinang
Kabupaten Kampar tahun 2010.
(http://search.mywebsearch.com/mywebsearch/GGmain.jhtml?
di akses tanggal 22 Januari 2013

Noor, N. B. Pengantar Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan


Masyarakat Unhas, Makassar : 2001

Nursalam, Proses dan dokumentasi Keperawatan, Konsep dan


Praktik, Salemba Medika, Jakarata: 2005
89

Nursalam.. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika, 2007

Nursalam, Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, salemba Medika, Surabaya: 2011

Oktaviza Y, (2008) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang


Rawat Inap Pria dan Wanita Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota
Banda Aceh Tahun 2008, (http://ejournal.unmuha.ac.id/index
.php/jukema/article/view/136) di akses tanggal 25 Januari 2013

Pratama D. (2012) Analisis Dan Perancangan Basis Data Pada


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Oku Timur
(http://blog.binadarma.ac.id/susan/wpcontent/uploads/2012/.pdf)
di akses tanggal 23 februari 2013

Purwanto, Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Analisis


Pelaksanaan Kegiatan Perawat Di Irna Penyakit Dalam RSUD
Wates, UNDIP, 2003
(http://eprints.undip.ac.id/4040/1/11_PURWANTO.pdf) di akses
tanggal 2 Januari 2013

Rahmawaty (2008) Perencanaan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Di


Unit Keperawatan (http://pustaka .unpad.ac.id/ wp-content/upl
oads/2010/03/perencanaan_ kebutuhan_ tenaga_kepewaratan.pdf)
di akses 10 desember 2012.

Raflir R, Mubasysyir HB.. Kecukupan dan Kesesuaian Tenaga


Kesehatan Di Kabupaten Solok Selatan. Yogyakarta: Universitas
Gajahmada. 2007

Roboth, wiwin A. 2007. Studi Beban Kerja Perawat di Instalasi Rawat


Darurat RSUD. Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo.
Gorontalo: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo.
(https://www.google.com/search?q=Roboth%2C+wiwin+A.+2007.St
udiBebanKerjaPerawatdiInstalasiRawatDaruraDunda) di akses 20
Maret 2013

RSUD Mamuju Utara (2012). Profil Rumah sakit Umum Daerah Mamuju
Utara. Pasangkayu, 2012

Saputri V. (2011). Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia


kesehatan dengan metode workload indicators of staffing need
(wisn) di puskesmas merdeka kota palembang tahun 2009.
(http://eprints.unsri.ac.id/65/) di akses tanggal 21 Januari 2013
90

Susanto H, (2009) Analisis Faktor faktor yang mempengaruhi Bed


Occupancy rate (BOR) Rumah sakit Roemani semarang.
(http://eprints.undip.ac.id/9646/1/1999MM689.pdf) di akses tanggal
30 Januari 2013

Soekidjo, N, Metodologi penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,


Jakarta: 2002.

Soeroso, S. Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit.


Jakarta: EGC 2004.

Sriyanti, Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat di RSUD Andi Makkasau


Parepare, Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pascasarjana UNHAS, Makassar, 2012.

Suarli, S, Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis, Pt.


Gelora Aksara Pratama, Jakarta: 2012.

Suharyono, W. (2006) Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga Pekarya


Dengan Work Sampling Di Unit Layanan Gizi Pelayanan
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
(http://www.jmpkonline.net/index.php/component/content/article/14-
jurnal/detail-jurnal/56-daftar-isi-jurnal-vol-9no-02juni2006) di akses
tanggal 20 Desember 2013.

Sukardi, H (2005) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan


Kategori Pasien Di IRNA Penyakit Dalam RSU Tugurejo
Semarang, Masters Thesis, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro . 2005 UNDIP, Semarang. Diperoleh dari
(http://eprints.undip.ac.id/4040/1/11_HERI_SUKARDI.pdf) di akses
tanggal 22 Januari 2013.

Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Rumah Sakit. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta. 2008

Wimala, EA, Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Beban


Kerja Di Ruang Rawat Inap " Pinus, Cemara Dan Palem "
Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes Tahun 2009. Undergraduate
thesis, Diponegoro University.

Wulandhari,T.(2011) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan


Kategori Pasien Di Ruang Rawat Inap Jlamprang Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bendan Kota Pekalongan.
91

(http://eprints.undip.ac.id/4040/1/11_WULANDHARI.pdf) di akses 27
Desember 2013.

Yulmawati, (2011). Analisis Efektivitas Kerja Perawat di Instalasi


Rawat Inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten
Kerinci Propinsi Jambi Tahun 2011.
(http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/JurnalDraf
pdf) di akses tanggal 17 Februari 2013.

Zainuddin (2007 ) Analisis kebutuhan tenaga perawat dan mutu


asuhan keperawatan di ruang rawat inap rsud dr. achmad
diponegoro putussibau kalimantan barat (http://etd.ugm.ac.id/
index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view
&typ=html&buku_id=35816&obyek_id=4) di akses tanggal 23
Februari 2013.
xvi

LAMPIRAN : 1
SINTESA PENELITIAN

Tabel : Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Karakteristik
Peneliti
No. Hasil
(Tahun) Subyek Metode Variabel Variabel
desain Independen Dependen

1. SRIYANTI, 2012 Kepala sub Survey 1. Metode Kebutuhan Hasil penelitian berdasarkan

Analisis kebutuhan bidang playanan, deskriptif Permenkes RI Tenaga PERMENKES RI No. 262/MENKES

tenaga perawat di tinjau sub bidang, No.262/ Perawat /PER/VII/1979 masih perlu

dari beban kerja diruang bidang asuhan & Menkes/ penambahan 553 Tenaga.Kebutuhan

rawat inap Di RSUD bina Per/VII/1979 tenaga perawatan menurut Formula

Andi Makkasau Parepare keperawatan, 2. Metode Gillies masih perlu dilakukn

seluruh kepala Gillies penambahan 57 Tenaga, sedangkan

perawatan di 3. Metode menurut Formula Douglas masih

ruang rawat inap Douglas perlu ditambah 89 tenaga perawat.


xvii

2. WULANDARI, 2011 Bagian Deskriptif Formula Kebutuhan Hasil penelitian berdasarkan


Analisis kebutuhan manajemen dan observasion Douglas, Tenaga Kebutuhan tenaga perawat untuk
tenaga perawat kepala al formula Gillies, Perawat formula Douglas dibutuhkan 23
berdasarkan kategori keperawatan dan formula PPNI berdasarkan perawat, berdasarkan formula Gillies
pasien Di ruang rawat rekam medik kategori dibutuhkan 31 perawat dan
inap lamprang RSUD RSUD Bendan pasien berdasarkan formula lokakarya
Bendan kota pekalongan keperawatan dibutuhkan 32 perawat

3. NI LUH ADE KUSUMA Tenaga perawat Penelitian Metode Kebutuhan riil Hsil penelitian menunjukkan tidak
ERNAWATI, 2011 di ruang medikal analitik workload tenaga Interpretasi hasil penghitungan
Kebutuhan Riil Tenaga bedah dahlia dan observasion indicator staff perawat kebutuhan tenaga perawat
Perawat Dengan Metode flamboyan al dengan need (WISN) berdasarkan indeks WISN didapatkan
Workload Indicator Staff Rumah Sakit Metode ruang Medikal Bedah kekurangan 30
Need (Wisn) Negara Bali Pendekatan orang tenaga perawat
Time and
Motion
Study
xviii

4. ERLIN KURNIA, 2011 Perawat penelitian Metode Kebutuhan Hasil penilaian kedua metode
Formula Penghitungan pelaksana yang survey penghitungan tenaga penghitungan kebutuhan tenaga
Tenaga Keperawatan bertugas di analitik ● Modifikasi Fte perawat di keperawatan tersebut dapat
Modifikasi Fte Dengan Instalasi Rawat dengan ● Model asuhan instalasi rawat disimpulkan bahwa penghitungan
Model Asuhan Inap Ruang A pendekatan keperawatan inap berdasarkan Depkes RI dapat
Keperawatan Profesional dan B Rumah time and tim menyebabkan peningkatan
Tim Sakit Baptis motion pelaksanaan tugas perawat pada
Kediri study.Jenis kondisi penurunan rerata jumlah
penelitian pasien, sedangkan penghitungan
adalah berdasarkan FTE dapat menyebabkan
action peningkatan pelaksanaan tugas
research perawat meskipun rerata jumlah
pasien meningkat lebih banyak.
Metode Depkes RI dapat menurunkan
kepuasan kerja perawat sedangkan
metode FTE dapat meningkatkan
kepuasan kerja perawat.
xix

6. Nasuha dan Gustaman Bagian kepala Deskriptif Kebutuhan Kebutuhan Hasil penelitian yaitu terdapat 20

(2009) asuhan analitik tenaga Tenaga perawat atau kurang 8 perawat dari

Analisis Kebutuhan keperawatan, berdasarkan Perawat perawat yang ada menurut Lokakarya

Tenaga Perawat rekam medik dan PPNI, Gillies , Keperawatan (PPNI), menurut metode

Berdasarkan Beban perawat sendiri. dan Nina Gillies 16 perawat atau kurang 4

Kerja Perawat perawat dari tenaga perawat yang ada

dan menurut metode Nina adalah 24

perawat atau kurang 12 perawat dari

tenaga perawat yang ada.


xx

5. VIRNA WIDORA Seluruh tenaga Penelitian Metode Perencanaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa

SAPUTRI ( 2009 ) sumber daya studi kasus workload Sumber Daya waktu kerja tersedia perawat di BP

Perencanaan kebutuhan manusia bersifat indicators of Manusia Umum (1350 jam/tahun), bidan di

sumber daya manusia kesehatan di deskriptif . staffing need kesehatan MTBS (1518 jam/tahun), perawat gigi

kesehatan puskesmas (WISN) di BP Gigi (1572 jam/tahun), dokter

Dengan metode merdeka kota Sp.OG di KIA/KB (684 jam/tahun),

workload indicators of palembang. dan analis di Laboratorium (1560

staffing need (WISN) di jam/tahun). Jumlah perawat ideal di

puskesmas merdeka BP Umum 3 orang, bidan di BP

kota palembang tahun Anak/MTBS (2 orang), perawat gigi di

2009 BP Gigi (3 orang), dokter Sp.OG di

KIA/KB (1 orang), dan analis di

Laboratorium (2 orang).
xxi

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
KONSENTRASI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Sekretariat : Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar 90245
Telp. (0411) 585 658, Fax (0411) 586 013 Website :www.fkmunhas.com

WAWANCARA PENELITIAN

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN


KERJA PADA INSTALASI RAWAT INAP RSUD MAMUJU UTARA
PROVINSI SULAWESI BARAT

KETENAGAAN KEPERAWATAN

1. Apakah Manajemen RS pernah melakukan analisis

perencanaan kebutuhan tenaga perawat pada RSUD Mamuju

Utara.

Kalau Ya, ..........kapan ?

Dan Metode apa yang dipakai ?

2. Apa yang menjadi hambatan dalam perencanaan kebutuhan

tenaga perawat di RSUD Mamuju Utara ?

3. Bagaimana menurut saudara mengenai jumlah tenaga perawat

yang ada di RSUD Mamuju Utara sekarang ?

4. Bagaimana sistem pengadaan tenaga sumber daya manusia

(SDM ) kesehatan khususnya tenaga perawat pada RSUD

Mamuju Utara ?

5. Bagaimana prosentase BOR RSUD mamuju utara, apa sudah

ideal ?
xxii

A. KEPALA RUANGAN PERAWATAN

1. Apakah saudara sebagai kepala keperawatan pernah

melakukan perencanaan tenaga keperawatan pada instalasi

rawat inap pada RSUD Mamuju utara ?

2. Apa saja yang menjadikan hambatan dalam melakukan fungsi

perencanaan tenaga keperawatan pada instalasi rawat inap

RSUD Mamuju Utara ?

3. Bagaimana menurut Saudara tentang SDM keperawatan di

ruang rawat inap dalam segi kuantitasnya ? Apakah sudah

cukup ?

4. Apakah kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan

jumlah tenaga perawat dengan yang ada sekarang, menurut

anda ?

B. TENAGA PERAWAT :

1. Bagaimana menurut anda tentang SDM tenaga perawat dari segi

jumlah pada Instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara, Apakah

sudah cukup ?

2. Menurut anda apakah perlu penambahan tenaga perawat ?

3. Bagimana menurut anda tentang pembagian Shift kerja pada

instalasi rawat inap RSUD Mamuju Utara ?


xxiii

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
KONSENTRASI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Sekretariat : Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar 90245
Telp. (0411) 585 658, Fax (0411) 586 013 Website :www.fkmunhas.com

INSTRUMEN PENELITIAN
ANALISIS KEBUTUHAN JUMLAH TENAGA PERAWAT
BERDASARKAN BEBAN KERJA PADA INSTALASI RAWAT INAP
RSUD MAMUJU UTARA
PROVINSI SULAWESI BARAT

FORMULIR ISIAN MELIPUTI :

a. Jumlah tenaga perawat :

a. Total di RS : .....................................

b. Pada rawat inap : .....................................

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

b. Jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

c. Jumlah jam perawatan pasien selama 24 Jam :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ..............................


xxiv

d. Jumlah pasien perminggu berdasarkan kategori klasifikasi

pasien(Minimal care, partial care dan total care ) :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

e. Jumlah pemanfaatan tempat tidur (BOR) untuk tiap minggu

dan bulan selama tahun 2012 :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

f. Jumlah jam kerja efektif perawat :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

g. Jumlah pasien perminggu selama tahun 2012 :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ...............................

h. Jumlah hari kerja efektif Perawat :

→ Ruang rawat inap I : .............................

→ Ruang rawat inap II : ..............................

→ Ruang rawat inap III : ............................


xxv

PEDOMAN OBSERVASI MELIPUTI :

1. Kondisi TT

2. Kondisi kerja perawat

3. Kondisi pasien

4. Kondisi suasana kerja

5. Kondisi shift kerja perawat


xxvi

LAMPIRAN 3

PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PARAMEDIS PERAWATAN


PADA INSTALASI RAWAT INAP RSUD MAMUJU UTARA
BERDASARKAN FORMULA HASIL LOKAKARYA PERSATUAN
PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI)

A x 52 minggu x 7 hari (TTxBOR)


TTP = + 25%
41 minggu x 40 jam/minggu

1. PERAWATAN I

20 x 52 minggu x 7 hari (16 x 24%)


TTP = + 25%
41 minggu x 40 jam/minggu

= 17 + 4

= 21

2. PERAWATAN II

16 x 52 minggu x 7 hari (18x 11%)


TTP = + 25%
41 minggu x 40 jam/minggu

= 7+2

= 9

3. PERAWATAN III

16 x 52 minggu x 7 hari (20 x7%)


TTP = + 25%
41 minggu x 40 jam/minggu

= 6+2

= 8
xxvii

LAMPIRAN 4

PERHITUNGAN BOR ( PEMANFAATAN TEMPAT TIDUR )


PADA INSTALASI RUANG RAWAT INAP
DI RSUD MAMUJU UTARA

Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu


BOR = x 100%
Jumlah tempat tidur x 365 hari

1. PERAWATAN I

Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu


BOR = x 100%
Jumlah tempat tidur x 365 hari

1.452
= x 100%
16 x 365 hari

= 24 %

2. PERAWATAN II

Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu


BOR = x 100%
Jumlah tempat tidur x 365 hari

780
= x 100%
18 x 365 hari

= 11 %

3. PERAWATAN III

Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu


BOR = x 100%
Jumlah tempat tidur x 365 hari

591
= x 100%
20 x 365 hari

= 8%
xxviii

LAMPIRAN : 5

1. BOR (Bed Occupacy Ratio)

Gambar : 1
Bed Occupacy Ratio RSUD Mamuju Utara 4 tahun Terakhir

18%
16%

14%

12%

10% 17%

8% 12%
12%
6%
8%
4%

2%
0%
2009 2010 2011 2012

Sumber : Profil RSUD Mamuju Utara 2012


xxix

2. LOS (Length Of Stay)

Gambar : 2
Length Of Stay RSUD Mamuju Utara 4 tahun Terakhir

2,5

2
3 3
1,5
2 2
1

0,5

0
2009 2010 2011 2012

Sumber : Profil RSUD Mamuju Utara 2012


xxx

3. Data Kunjungan Pasien


Gambar 3
Data Kunjungan Pasien RSUD Mamuju Utara 4 tahun Terakhir

8000

6000

4000

2000 Rawat Jalan

0 Rawat Darurat

2009 Rawat Inap


2010
2011
2012

2009 2010 2011 2012


Rawat Inap 517 725 696 1015
Rawat Darurat 1189 1490 1187 2541
Rawat Jalan 2716 5283 5299 6396

Sumber : Profil RSUD Mamuju Utara 2012


xxxi

4. Data Tenaga Perawat

Gambar 4
Data Tenaga Perawat RSUD Mamuju Utara 2011 - 2012

30
Jumlah Tenaga

25
20
15
10
5 2012
0

S1 2011
DIII
SPK

S1 DIII SPK
2011 3 28 8
2012 2 28 8

Sumber : Profil RSUD Mamuju Utara 2012


xxi

Anda mungkin juga menyukai