78bfa Modul 1-Pemahaman RTR Sebagai Basis Penyusunan Rencana Terpadu
78bfa Modul 1-Pemahaman RTR Sebagai Basis Penyusunan Rencana Terpadu
MODUL
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG
SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN
RENCANA TERPADU
2015
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Pemahaman Rencana Tata
Ruang sebagai Basis Penyusunan Rencana Terpadu. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan pelatihan di bidang
pengembangan infrastruktur wilayah yang berasal dari kalangan pegawai
pemerintah daerah dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan pedoman
ini. Penyempurnaan maupun perubahan pedoman di masa mendatang
senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi,
kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain
pedoman ini dapat memberikan manfaat.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN I
RENCANA TERPADU
DAFTAR ISI
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU ii
3.4. Rangkuman ......................................................................................... 32
3.5. Latihan ................................................................................................. 33
BAB 4 KEGIATAN BELAJAR 3
PENDEKATAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS (WPS) ....................... 34
Indikator
Keberhasilan........................................................................................................
..........34
1.1. Rencana Strategis Kementerian PUPR .............................................. 34
1.2. Prinsip Pengembangan ....................................................................... 36
1.3. Esensi WPS .......................................................................................... 38
4.5. Faktor Mempengaruhi Pengembangan Wilayah.............................. 42
4.6. Rangkuman ......................................................................................... 44
4.7. Latihan ................................................................................................. 44
BAB 5 KEGIATAN BELAJAR 4KETERKAITAN RTRW DAN RENCANA RINCI TATA
RUANG DENGAN PENGEMBANGAN RENCANA INFRASTRUKTUR .................. 45
Indikator Keberhasilan................................................................................... 45
5.1. Keterkaitan dan Keterpaduan RTRW ................................................ 45
5.2. Rencana Sistem Perkotaan Nasional ................................................. 48
5.3. Muatan RTRW ..................................................................................... 49
5.5. Rangkuman ......................................................................................... 62
5.6. Latihan ................................................................................................. 62
BAB 6 PENUTUP .............................................................................................. 63
1.1. Simpulan .............................................................................................. 63
1.2. Tindak Lanjut ....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
GLOSARI .......................................................................................................... 67
LAMPIRAN: CONTOH PRODUK RENCANA TERKAIT RENCANA INFRASTRUKTUR
TERPADU: KAWASAN PERKOTAAN PANGKALPINANG .................................... 70
A. Pendekatan Wilayah Pengembangan Strategis ................................ 70
B. RTRW Nasional (PP No.26 Tahun 2008) .............................................. 76
C. RTR Pulau Sumatera (Perpres No.13 Tahun 2012) ............................. 78
D. RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ......................................... 93
E. RTRW Kota Pangkalpinang Tahun 2011-2030 (Perda No.1 Tahun
2012) 95
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU iii
DAFTAR TABEL
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU iv
DAFTAR GAMBAR
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU v
DAFTAR LAMPIRAN
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Deskripsi
Modul Pemahaman Rencana Tata Ruang sebagai Basis Penyusunan Program
Infrastruktur Terpadu terdiri dari empat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
belajar pertama membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dengan submateri: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
visi pembangunan, misi pembangunan, dan agenda pembangunan nasional
bidang pembangunan wilayah dan tata ruang. Kegiatan belajar kedua
membahas teori pengembangan wilayah, dengan pembahasan pengertian
mengenai menurut teori, tujuan pengembangan wilayah, dan penerapan
pengembangan wilayah. Kegiatan belajar ketiga membahas Pendekatan Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS), dengan submateri: Rencana Strategis
Kementerian PUPR (Renstra PU), prinsip pengembangan, esensi WPS, dan faktor
yang mempengaruhinya. Kegiatan belajar ke empat membahas keterkaitan
RTRW dan Rencana Rinci Tata Ruang dengan pengembangan rencana
infrastruktur, dengan submateri keterkaitan dan keterpaduan RTRW, rencana
sistem perkotaan nasional, muatan RTRW, dan peran infrastruktur dalam
pengembangan kawasan perkotaan.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau
evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan yang terkait dengan materi dalam modul ini, yang terkait dengan
penataan ruang antara lain Undang Undang No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang, Perpres No 2 tahun 2015 tentang RPJMN
2015-2019
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU vii
MODUL 1
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 8
BAB 1
PENDAHULUAN
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 9
1.3. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan meningkat
pemahaman dan kemampuannya dalam menjabarkan program infrastruktur dan
mempraktekkan integrasi program sektoral berbasis pengembangan wilayah dan
rencana tata ruang dan/atau rencana rinci tata ruang yang telah disusun.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 10
BAB 2
KEGIATAN BELAJAR 1
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang
merupakan salah satu basis dalam penyusunan rencana terpadu.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 11
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 12
1. Mandiri: berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
2. Maju: berarti tingkat kemakmuran yang tinggi disertai dengan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
3. Adil: berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik
antarindividu, gender, maupun wilayah.
4. Makmur: berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-
bangsa lain.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 14
ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan
sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
Pada RPJP, terdapat amanat kepada RPJM ketiga untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing perekonomian Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif.
Namun delivery system dinilai masih belum optimal dan perlu peningkatan
penyediaan infrastruktur yang berkualitas. Untuk itu, dibutuhkan perbaikan sinergi
antarpemerintah.
2.5. Agenda Pembangunan Nasional Bidang Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang
Terdapat tiga dimesi pembangunan, yaitu dimensi pembangunan manusia dan
masyarakat; dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas: kedaulatan
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 15
energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri;
serta dimensi pemerataan dan kewilayahan.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 16
dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan terhubung dengan baik
dan terpadu
Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk
mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu,
diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong
transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi,
Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.
Keterkaitan antara pusat pertumbuhan wilayah dan daerah sekitarnya,
perlu difasilitasi dengan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dan
terhubung dengan baik dan terpadu
c. Penanggulangan kemiskinan
Perlunya perhatian pada penduduk golongan menengah ke bawah yang
mungkin akan semakin membutuhkan sistem perlindungan sosial yang
komprehensif dan adanya potensi meningkatnya kesenjangan
antarkelompok berpendapatan terbawah dan menengah ke atas yang
menjadikan masalah kemiskinan semakin kompleks.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 17
d. Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur.
Hal ini terkait dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki
pemerintah. Alternatif pembiayaan perlu dipikirkan.
e. Penguatan Investasi, dilakukan melalui pemberian kemudahan
berinvestasi.
f. Mendorong BUMN menjadi Agen Pembangunan. Sasaran pembinaan
dan pengembangan BUMN dalam jangka menengah adalah
meningkatkan peran BUMN menjadi agen pembangunan
perekonomian
g. Peningkatan Kapasitas Inovasi dan Teknologi, melalui
penyelenggaraan litbang dan penerapan iptek yang mendukung serta
SDM yng mendukungnya.
h. Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional, yang dilakukan melalui:
(1) peningkatan agroindustri, hasil hutan dan kayu, perikanan, dan
hasil tambang; (2) akselerasi pertumbuhan industri manufaktur; (3)
akselerasi pertumbuhan pariwisata; (4) akselerasi pertumbuhan
ekonomi kreatif; serta (5) peningkatan daya saing UMKM dan
koperasi.
i. Pengembangan Kapasitas Perdagangan Nasional, melalui penurunan
biaya logistik, dwelling time, dan pembenahan fasilitas pasar.
j. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja, melalui peningkatan daya saing
tenaga kerja.
k. Peningkatan Kualitas Data dan Informasi Statistik dalam Sensus
Ekonomi Tahun 2016
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 18
e. Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan. Pembangunan
kelautan dalam RPJMN 2015-2019 dilaksanakan dengan
mengedepankan peran ekonomi kelautan dan sinergitas
pembangunan kelautan nasional.
f. Penguatan Sektor Keuangan, yang dilakukan melalui peningkatan daya
saing sektor keuangan nasional, peningkatan fungsi intermediasi dan
kedalaman sektor
keuangan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
pembangunan, dan peningkatan akses masyarakat dan UMKM
terhadap layanan jasa keuangan formal.
g. Penguatan Kapasitas Fiskal Negara. Sasaran yang hendak dicapai pada
tahun 2015-2019 adalah meningkatnya kapasitas fiskal negara dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan
serta mendorong strategi industrialisasi dalam rangka transformasi
ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal melalui
peningkatan mobilisasi penerimaan negara dan peningkatan kualitas
belanja Negara serta optimalisasi pengelolaan risiko
pembiayaan/utang.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 20
2. Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk kota aman,
nyaman, dan layak huni, dengan:
a. Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan
tipologi, fungsi, dan peran kotanya
b. Menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor
perdagangan dan jasa, termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi, dan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
c. meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya
d. menyediakan sarana permukiman beserta sarana dan prasarananya
yang layah and terjangkau
e. mengembangkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan
multimoda sesuai dengan tipologi kota dan kondisi geografisnya
f. meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas
dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
3. Pembangunan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana dengan:
a. Menata, mengelola, dan memanfaatkan ruang dan kegiatan
perkotaan yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan
b. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam
membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan bencana
(urban resilience)
c. Menyediakan sarana prasarana yang berorientasi pada konsep hijau
dan berketahanan, antara lain: green openspace (ruang terbuka
hijau), green waste (pengelolaan sampah dan limbah), green water
(efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan), green
transportation (transportasi ramah lingkungan), green enery
(pemanfaatan sumber energy yang ramah lingkungan dan
terbarukan), serta green economy (pengembangan kekgiatan
perekonomian yang berwawasan lingkungan).
4. Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing berbasis dan berbasis
teknologi dan budaya lokal dengan:
a. Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota
(city branding) yang mendukung pencitraan bangsa (nation branding)
b. Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
c. Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif
5. Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan, dengan:
a. Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi
kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 21
b. Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan inovatif
serta aparatur pemerintah dalam mengelola dan mewujudkan kota
berkelanjutan
c. Menyederhanakan proses perijinan dan pelayanan publik bagi
masyarakat dan para pelaku usaha
d. Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama
pembangunan antarkota dan antara kota-kabupaten, baik dalam
negeri dan luar negeri (sister ciry)
e. Membentuk dan menguatkan status Badan Koordinasi Pembangunan
Kawasan Perkotaan Metropolitan, termasuk Jabodetabek
f. Mengembangkan dan menyediakan nasis data informasi dan peta
perkotaan berskala besar yang terpadu dan mudah diakses
g. Meningkatkan peran aktif swasta, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS),
dan asosiasi profesi dalam penyusunan kebijakan perencanaan dan
pembangunan kota berkelanjutan.
2.6. Rangkuman
Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP Daerah) merupakan
dokumen yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional. Sedangkan rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJM Daerah) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan
keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
2.7. Latihan
1. Kebijakan apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah dimana sdr
bekerja untuk menjabarkan salah satu arahan kebijakan umum
pembangunan nasional (2015-2019) yaitu: Mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan?
2. Apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah dimana sdr bekerja dalam
menjabarkan salah satu agenda pembangunan nasional 2015-2019
yaitu Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar
Internasional yang khusus memperhatikan butir-butir berikut ini:
a. Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 22
b. Membangun Transportasi Umum Masal Perkotaan
c. Membangun Perumahan dan Kawasan Permukiman
d. Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan
Infrastruktur
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 23
BAB 3
KEGIATAN BELAJAR 2
TEORI PENGEMBANGAN WILAYAH
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran mengenai teori pengembangan wilayah,
peserta diharapkan mampu menjelaskan pengertian pengembangan wilayah,
teori-teori yang mendasari pengembangan wilayah, tujuan pengembangan
wilayah, serta bagaimana penerapan teori-teori tersebut.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 25
berkenaan dengan pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan
produktivitas. Untuk itu, agar suatu wilayah yang kurang berkembang
dapat berkembang lebih tinggi, pemerintah perlu mengintervensi
dengan memperbesar kesempatan untuk menabung atau memperkecil
modal.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 26
berlangsung secara susul-menyusul antara satu aspek dan aspek lain,
tidak dapat terjadi langsung secara bersamaan.
Pada teori ini terdapat istilah backwash-effect dan spread-effect.
Backwash-effect adalah kondisi dimana aliran penduduk, modal, serta
barang dan jasa dari wilayah maju ke wilayah terbelakang dan
sebaliknya cenderung menguntungkan wilayah maju dan menekan
kegiatan ekonomi di wilayah terbelakang. Spread-effect adalah kondisi
di mana aliran penduduk, modal, serta barang dan jasa dari wilayah
maju ke wilayah terbelakang dan sebaliknya akan memberikan
pengaruh positif satu sama lain sehingga terjadi keseimbangan
pembangunan wilayah. Namun beberapa ahli beranggapan bahwa
mekanisme pasar saja tidak mampu mengurangi kesenjangan
antarwilayah tetapi perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk
mengembalikannya pada keadaan ekuilibrium.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 27
Teori ini beranggapan bahwa apabila kota metropolitan (wilayah inti)
dikembangkan secara besar-besaran, maka kota satelit di sekitarnya
akan sulit untuk berkembang. Begitupula dengan negara maju dan
negara berkembang. Interaksi antara wilayah periphery (negara
berkembang) dengan negara maju menyebabkan wilayah periphery
bergantung pada negara maju. Keadaan ini menguntungkan negara
maju dan tidak menguntungkan wilayah periphery. Wilayah yang
kurang maju, yang ada di dalam wilayah periphery, adalah bagian
yang paling tidak diuntungkan dalam teori dependensi ini karena
added value yang diperoleh paling sedikit.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 28
Pada intinya, pengembangan wilayah bertujuan untuk kemakmuran wilayah
dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal dengan
mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antardaerah sehingga
dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
1. teori faktor pembentuk ruang dari Walter Issard, pelopor Ilmu Wilayah yang
mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama
pembentuk ruang wilayah (faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya)
2. teori Trickle Down Effect dan Polarization Effect dari Hirschman,
perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan
3. teori Backwash and Spread Effect dari Myrdal, menjelaskan hubungan antara
wilayah maju dan wilayah belakangnya
4. teori Growth Pole dari Friedman: menekankan pada pembentukan hierarki
guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan
5. teori Urban and Rural Linkages dari Douglas: memperkenalkan lahirnya model
keterkaitan desa – kota dalam pengembangan wilayah
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 29
6. Teori pembangunan infrastruktur dari Sutami untuk mendukung pemanfaatan
potensi sumberdaya alam akan mampu mempercepat pengembangan
wilayah.
7. Teori Orde Kota dari Poernomosidhi: lahirnya konsep hierarki kota-kota dan
hierarki prasarana jalan melalui Orde Kota.
Strategi dan model pengembangan wilayah yang lebih dulu berkembang adalah
strategi pembangunan dari atas dengan menekankan pengembangan pada wilayah
urban (urban based) yang disebut strategi pusat pertumbuhan (growth pole).
Dalam strategi ini, pusat pertumbuhan diharapkan dapat memberikan trickle down
effect dan spread effect pada wilayah sekitarnya (hinterland) dan pedesaan melalui
mekanisme hierarki perktoaan secara horizontal. Namun dalam praktiknya,
seringkali terjadi backwash effect yaitu pusat pertumbuhan justru melakukan
penghisapan sumber daya wilayah hinterland ke wilyah urban. Akibatnya pusat
pertumbuhan semakin berkembang pesat dan hinterland serta perdesaan menjadi
terbelakang dan tidak berkembang sehingga terjadi kesenjangan.
Hal ini mendorong munculnya dikotomi desa-kota, yaitu pola pikir yang
memandang kota dan desa sebagai hal yang terpisah. Padahal desa dan kota
memiliki peran yang sama-sama penting dan saling terkait satu sama lain dalam
pengembangan wilayah. Menurut Rondenelli (1985), keterkaitan desa dan kota
dapat ditinjau dari keterkaitan fisik (infrastruktur), ekonomi (aliran barang dan
jasa), mobilitas penduduk (migrasi), teknologi, interaksi sosial, penyediaan
pelayanan, politik, administrasi dan organisasi. Keterkaitan ekonomi, sebagai
contohnya dapat dilihat dari bagaimana penduduk desa merupakan konsumen
barang dan jasa kota dan sebaliknya, penduduk kota merupakan konsumen barang
dan jasa hasil produksi desa (Lo Salih dan Douglas 1981).
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 31
perubahan. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith, merupakan salah
satu teori yang mendasari terjadinya pengembangan suatu wilayah. “An Inquiry
into the nature and causes of the wealth of the nation”. Teori Pertumbuhan
ekonomi dari Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu
adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan produksi, output total.
3.4. Rangkuman
Pengertian wilayah menurut UU No 26 tahun 2007 adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya di
tentukan berdasarkan aspek administrative dan/atau aspek fungsional. Konsep
pengembangan wilayah tumbuh karena adanya kebutuhan suatu wilayah untuk
berkembang terutama karena ketersediaan sumber daya alam dan adanya
kebutuhan masyarakat yang makin meningkat sejalan dengan bertambahnya
jumlah penduduk.
3.5. Latihan
1 Jelaskan pengertian wilayah dan pengembangan wilayah!
2 Sebutkan salah satu teori pengembangan wilayah yang dan bagaimana
penerapannya!
3 Mengapa pendekatan pengembangan wilayah itu penting?
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 33
BAB 4
KEGIATAN BELAJAR 3
PENDEKATAN WILAYAH
PENGEMBANGAN STRATEGIS (WPS)
Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
pendekatan wilayang pengembangan strategis.
Oleh karena itu visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun
2015-2019 adalah:
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 34
“TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
YANG HANDAL DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI,
DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”.
Tujuan dari Kementrerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat secara umum
adalah menyelenggarakan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
dengan tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, sesrta kualitas dan cakupan
pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan
masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta
berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang
lebih sejahtera. Tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 35
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan;
2 Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan
energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam
rangka kemandirian ekonomi;
3 Menyelenggaraan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat untuk konektivitas nasional guna meningkatkan produktivitas,
efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing
bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan
dan maritim;
4 Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna
mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip
“infrastruktur untuk semua”;
5 Menyelenggarakan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia,
pengendalian dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan
pengembangan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang efektif, efiesien, transparan dan
akuntabel.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 36
6. Data driven-fact base yaitu perencanaan, pemrograman, dan perancangan
berdasarkan data dan fakta yang benar, terkini, dan akurat.
7. Konsisten: pengembangan dilakukan secara konsisten dan menerus sesuai
perencanaan.
8. Visi, strategy, plan, implementation, yaitu visi, Strategi, dan implementasi
yang berkesinambungan, terstruktur, dan sistematik, serta masif.
9. Entrepreunership yaitu menciptakan peluang kewirausahaan sektor formal
dan informal dengan mendorong tumbuhnya inovasi dan kreatifitas.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 37
Menurut Nia K. Pontoh dan Iwan Kustiwan (2009), terjadinya perubahan akibat
globalisasi, revolusi teknologi, perubahan dalam ideologi negara-negara sehingga
menjadi lebih demokratis, terjadinya peningkatan kepedulian terhadap hak-hak
wanita, kesamaan hak asasi manusia, dan kebutuhan partisipasi atau peran serta,
serta perkembangan kemitraan antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil
menyebabkan pengembangan perkotaan perlu disandarkan pada beberapa
prinsip, yang mencakup:
1. Pembangunan berkelanjutan
2. Nondiskriminasi dan kesetaraan gender
3. Toleransi budaya dan agama
4. Good governance: penyelenggaraan pemerintahan secara efisien dan efektif
dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-
domain negara, sektor swasta, dan masyarakat (Lembaga Administrasi
Negara)
5. Subsidiarity: pengambilan keputusan pada tingkat terendah akan
memaksimalkan partisipasi dan efektivitas proses perencanaan
6. Interdependensi
7. Solidaritas manusia.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 39
memfokuskan pengembangan infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam
rangka mendukung percepatan pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi
disparitas antar kawasan di dalam WPS. Untuk itu diperlukan Keterpaduan
Perencanaan antara Infrastruktur dengan pengembangan kawasan strategis dalam
WPS, seperti perkotaan, industri, dan maritim/pelabuhan industri dan Sinkronisasi
Program antar infrastruktur yang mendukung pertumbuhan kawasan-kawasan di
dalam WPS (Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, dan Dana).
Fokus pe
industri u
kawasan
70% pop
koridor in
Koridor in
Shinkans
1964 (55
DiGambar
dalam2 Konsepsi
WPS, infrastruktur
Pengembangan PUPR
Wilayah Strategis secara si
mendukung kawasan perkotaan, kawasan Koneksi
industri, dan kawasan maritim. Contoh la
Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis PUPR dilakukan Pendekatan Region, C
Wilayah yang dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis. Ke 35 WPS
tersebut tersebar di seluruh pulau dan kepulauan yaitu: Pulau Sulawesi (5 WPS),
Pulau Kalimantan (4 WPS), Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa Tenggara
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 40
(5 WPS), Pulau Papua (4 WPS), Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau Kecil Terluar
(1WPS).
1. Faktor sumber daya alam, contohnya: lokasi, luasan, dan topografi; simpul
produksi potensial/strategis; kekayaan tambang, minyak, dan gas; curah hujan
dan air permukaan; keindahan pemandangan alam.
2. Faktor sosial ekonomi dan lingkungan fisik terbangun, contohnya: jumlah dan
sebaran penduduk; kearifan lokal; infrastruktur PUPR dan non-PUPR; kawasan
perkotaan; kawasan perdesaan; kawasan industri; pelabuhan terpadu;
persawahan; peternakan; perkebunan.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 42
3. Balance development/ SDM, contohnya: tenaga kerja buruh; tenaga kerja
terampil; tenaga ahli professional; komposisi usia produktif; jenis kelamin
(gender)
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 43
4.6. Rangkuman
Prinsip pengembangan wilayah yang dikembangkan dalam merumuskan Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS) antara lain: Competitive (not only job creation),
cluster base, build on existing and potential strength, membangun overall strategy,
memberikan prioritas, data driven-fact, konsisten, visi, strategi , perencanaan, dan
pelaksanaan yang berkesinambungan, terstruktur, dan sistematik, serta
menciptakan peluang.
Selain itu, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah Negara Indonesia
cukup luas sehingga perlu dilakukan pengelompokan kedalam beberapa tipologi
pengembangan wilayah.
4.7. Latihan
1. Apa yang menjadi prinsip pengembangan wilayah yang di adopt dalam kosep
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)?
2. Mengapa hal itu perlu dilakukan?
3. Apa yang menjadi prinsip pengembangan kawasan perkotaan? Jelaskan!
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 44
BAB 5
KEGIATAN BELAJAR 4
KETERKAITAN RTRW DAN RENCANA
RINCI TATA RUANG DENGAN
PENGEMBANGAN RENCANA
INFRASTRUKTUR
Indikator Keberhasilan
Melalui pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan keterkaitan
Rencana Tata Ruang Wilayah dan rencana rinci tata ruang dengan
pengembangan rencana infrastruktur.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 45
upaya pada lingkup nasional yang pencapaiannya merupakan hasil dari upaya-
upaya pada tingkat sektoral dan regional (Kartasasmita, 1997).
Ditinjau dari sisi inilah dimensi ruang dan daerah menjadi penting artinya dalam
perencanaan pembangunan, dan sebaliknya perencanaan pembangunan daerah
menjadi penting dalam rangka pembangunan nasional. Oleh sebab itulah
kemudian sering disebutkan bahwa pembangunan daerah pada dasarnya
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional (Pontoh & Kustiwan,
2009).
RPJM Propinsi
acuan
RTRW Kabupaten
RDTR Kabupaten
RTRW Skala 1 : 100.000
Kabupaten RTR Kawasan Strategis Jangka Waktu 20 tahun
Kabupaten
diperhatikan
RTRW Kota
RPJP pedoman Skala 1 : 25.000 (Jawa-Bali)
Kabupaten/Kota Skala 1:50.000 (luar Jawa-Bali)
Jangka Waktu 20 tahun
RDTR
Skala 1 : 5.000
RDTR Kota
RPJM Jangka Waktu 20 tahun
Kabupaten/Kota
RTRW Kota
RTR Kawasan Strategis Kota
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 46
nasional dan daerah diperlukan perencanaan yang integral dan komprehensif.
Pengertian integral dan komprehensif ini, selain memperhatikan hubungan
antarsektor juga memperhatikan hubungan antarwilayah atau subwilayah. Jadi
yang dimaksudkan dengan perencanaan wilayah yang integral atau komprehensif
adalah perencanaan yang mempertimbangkan kaitan dan keterpaduan antarsektor
serta juga kaitan dan keterpaduan antar subwilayah dalam wilayah tersebut, serta
pengaruh wilayah luar terhadap wilayah perencanaan.
Rencana Tata Ruang Wilayah dan rencana rinci tata ruang memiliki keterkaitan
yang erat dengan pengembangan rencana infrastruktur. Dalam bidang
pengembangan infrastruktur wilayah, pola pikir yang dipergunakan sesuai Gambar
5
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 47
Gambar 5 Pola Pikir Biang Pengembangan Infrastruktur
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 48
3. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Sistem perkotaan ini akan menentukan tingkat pelayanan infrastruktur yang harus
disediakan demi terwujudnya kawasan sesuai tujuan penataan ruang di wilayah
atau kawasan tersebut.
1 Ketentuan umum
2 Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 49
3 Rencana struktur ruang wilayah nasional
a. Sistem perkotaan nasional
b. Sistem jaringan transportasi nasional
c. Sistem jaringan energi nasional
d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional
e. Sistem jaringan sumber daya air
4 Rencana pola ruang wilayah nasional
a. Kawasan lindung nasional: jenis dan sebaran, kriteria
b. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
5 Penetapan kawasan strategis nasional
6 Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional
7 Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional
8 Ketentuan lain-lain
9 Ketentuan peralihan
10 Ketentuan penutup
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 50
untuk menghubungkan: antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan
negara; antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan PKN dan/atau
PKW dengan kawasan strategis nasional. Jalan tol dikembangkan
untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan
sebagai bagian dari jaringan jalan nasional.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 51
2. Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan; dikelola oleh
daerah atau lembaga pengelola yang dibentuk dan bertanggungjawab
kepada pemerintah kabupaten
3. Bagian dari dua atau lebih yang berbatasan langsung dan memiliki ciri
perkotaan; dikelola bersama oleh daerah terkait dalam hal penataan
ruang dan penyediaan fasilitas umum tertentu.
Rencana struktur ruang dalam RTRWN yang diterdiri dari sistem perkotaan
nasional, sistem jaringan transportasi nasional, dan sistem jaringan sumber
daya alam, diuraikan pada RTRW Kota. Untuk Kasus Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008, disebutkan
bahwa penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur mempunyai peran
sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan yang berkaitan dengan
upaya konservasi air dan tanah, upaya menjamin tersedianya air tanah dan
air permukaan, penanggulangan banjir, dan pengembangan ekonomi
untuk kesejahteraan masyarakat. Sementara, fungsinya sebagai pedoman
bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat langsung ataupun tidak
langsung dalam penyelenggaraan penataan ruang secara terpadu di
Kawasan Jabodetabekpunjur, melalui kegiatan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 52
Kawasan Jabodetabekpunjur meliputi seluruh wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan sebagian
wilayah Provinsi Banten. Sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat mencakup
seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh
wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kabupaten Bogor, seluruh wilayah
Kota Bogor, dan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur yang meliputi
Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi, dan
Kecamatan Cipanas. Sebagian wilayah Provinsi Banten mencakup seluruh
wilayah Kabupaten Tangerang dan seluruh wilayah Kota Tangerang.
1. Kategori fisik meliputi transportasi (rel kereta, jalan, jalur udara dan
jalur perairan), listrik, irigasi, telekomunikasi, suplai air dan
sebagainya. Walau pengaruhnya bersifat langsung terhadap produksi
melalui ekonomi eksternal, namun aspek tersebut berpengaruh pula
secara menguntungkan dalam menarik investasi privat (domestik dan
asing). Infrastruktur fisik berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi
dengan cara mengurangi biaya transaksi dan menciptakan banyaknya
investasi, lapangan kerja, hasil (output), pendapatan dan
pertumbuhan sampingan.
2. Infrastruktur sosial berkontribusi melalui pengayaan sumber daya
manusia dalam hal pendidikan, kesehatan, perumahan, fasilitas
rekreasi dan sebagainya. Dengan kata lain, memajukan kualitas hidup.
Infrastruktur ini berpengaruh terhadap tingginya sumber daya
manusia dalam hal kualitas dan membantu meningkatkan
produktivitas pekerja.
3. Infrastruktur finansial yang meliputi kerjasama perbankan, pos, dan
pajak dari suatu populasi yang mewakili kinerja finansial negara. Tiga
aspek ini mewakili kemampuan menciptakan penghasilan dari suatu
daerah dalam suatu negara atau suatu negara dalam suatu wilayah.
Dan karenanya, dapat memicu kompetisi yang tentunya menyehatkan
diantara daerah-daerah konstituen.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 53
perdebatan dan dalam laporan Bank Dunia (1994) dilaporkan beberapa
bukti empiris mengenai pentingnya infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 54
publik yaitu di bidang infrastruktur untuk sektor-sektor strategis terutama
transportasi adalah sesuatu yang penting dan produktif. Oleh karena itu,
pertumbuhan yang berkesinambungan tidak akan terwujud bila
pemerintah belum memberikan pendanaan yang cukup untuk proyek-
proyek investasi dalam rangka menghilangkan infrastruktur yang bersifat
bottleneck (menghambat).
CDI dilakukan pada kota-kota metropolitan yaitu kota dengan penduduk >
1 juta jiwa, pada kota besar yaitu kota dengan penduduk > 500 ribu jiwa
hingga 1 juta, pada kota sedang dengan penduduk antara 100 ribu sampai
500 ribu, dan pada kota kecil dengan penduduk antara 50 ribu sampai 100
ribu jiwa.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 56
Dalam RPJMN 2015-2019, diuraikan Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan Bidang Wilayah dan Tata Ruang, mencakup:
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 57
g. Mengembangkan dan menyediakan basis data informasi dan peta
perkotaan yang terpadu dan mudah diakses.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 58
Selain itu, terdapat 4 manfaat atau keuntungan dari pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, yaitu
http://www.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_forward_l
inkages_and_backward_linkages
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 59
Backward linkages can be defined as "the growth of an industry leads to
the growth of the industries that supply inputs to it". As in the case of
cotton industry, growth of the textile industry may support the growth of
the cotton industry, which will lead to higher incomes for cotton farmers
and will create a greater demand for goods and services in the countryside.
Forward linkages exist when the growth of an industry leads to the growth
of other industries that uses its output as input. The final product of cotton
goes to consumers either through retailers or through manufacturers who
open up their own shops to directly sell to consumer, thereby minimising
the role of retailers in the channel process. A company can minimize cost
of production and can maximize revenue when both backward and
forward linkages work together in effective way.
Selain itu, Robby Also, telah melakukan suatu penelitian yang berjudul
“Analisa Investasi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus di P. Bawean. Disebutkan
bahwa Infrastruktur merupakan penggerak awal dalam terjadinya
pertumbuhan ekonomi. Tetapi untuk setiap daerah memiliki hubungan
yang berbeda antara infrastruktur dengan PDRB. Selengkapnya dapat
dilihat pada http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-
3100010037474/12019
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 60
Depok harus berkoordinasi dengan kabupaten/kota yang masuk dalam
kawasan Jabodetabek.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 61
5.5. Rangkuman
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan
kaidah penataan ruang sehingga diharapkan 1) dapat mewujudkan pemanfaatan
ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan; 2) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan
ruang; dan 3) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
5.6. Latihan
1 Sebutkan dan uraikan 3 pendekatan dalam perencanaan pembangunan!
2 Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem perkotaan nasional!
3 Bagaimana kaitan muatan rencana tata ruang wilayah yang diatur dalam
RTRW Nasional dengan RTRW Provinsi, dan RTRW Provinsi dengan RTRW
Kabupaten/Kota?
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 62
BAB 6
PENUTUP
6.1. Simpulan
Pemahaman terhadap muatan rencana tata ruang atau rencana pengembangan
suatu wilayah perlu difahami sebagai informasi awal dalam menyusun program
infrastruktur yang terpadu.
Infrastruktur banyak dipergunakan sebagai salah satu variable untuk menilai apakah
suatu wilayah/kota di nilai memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi
wilayah/kotanya atau tidak. Manfaat infrastruktur antara lain masyarakatnya akan
mendapatkan keuntungan ekonomi dan sosial. Dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan suatu kota sebagai akibat pertambahan penduduknya, menjadi
tantangan bagi kota-kota untuk dapat memberikan kehidupan yang layak bagi
masyarakatnya. Dengan demikian penyediaan infrastruktur yang baik sangat
diperlukan.
Rencana tata ruang wilayah memuat pengaturan untuk berbagai sarana dan
prasarana. Sebagai contoh, rencana struktur ruang wilayah nasional mengatur sistem
perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya
air.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 64
DAFTAR PUSTAKA
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 65
Douglass, M. 1998. A Regional Network Strategy For Reciprocal Rural-Urban
Linkages: An Agenda For Policy Research With Reference To Indonesia. Third World
Planning Review, 20 (1). pp. 1-25.
Lo, Shalih dan M. Douglass. 1981. “Rural-Urban Transformation in Asia” dalam
Lo (ed.) Rural-Urban Relations and Regional Development. Nagoya: Maruzen Asia.
pp. 7-43.
Rondinelli, Denis A. and Kenneth Ruddle. 1985. Applied Method of Regional
Analisis. Colorado: West View Press Inc.
https://www.academia.edu/9859611/Adam_Smith_Teori_Ekonomi_Klasik
http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jmagr/article/view/3313
http://www.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_forward_link
ages_and_backward_linkages
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/menakar%20kerj
a%202009.pdf
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100010037474/12019
http://henrysiregar.blogspot.co.id/2014/06/teori-pertumbuhan-ekonomi-
menurut-ww.html
rjoxfadh.blogspot.co.id/2011/07/teori-5-tahapan-pembangunan-menurut-w-
w.html
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123287-RB08A300t-Tingginya%20tingkat-
Kesimpulan.pdf
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 66
GLOSARI
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 67
negara, sektor swasta, dan
masyarakat.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN): kota-
kota yang berfungsi sebagai pusat Subsidiaritas: pengambilan
yang mempunyai potensi sebagai keputusan pada tingkat terendah
pintu gerbang ke kawasan-kawasan akan memaksimalkan partisipasi dan
internasional dan potensi untuk efektivitas proses perencanaan.
mendorong wilayah sekitarnya; pusat
Rencana tata ruang: hasil
jasa-jasa pelayanan keuangan/bank,
perencanaan berupa wujud
simpul transportasi, jasa
struktural pemanfaatan ruang dan
pemerintahan, dan jasa
pola pemanfaatan ruang.
kemasyarakatan yang melayani
nasional atau beberapa provinsi. Struktur pemanfaatan ruang:
susunan unsur pembentuk rona
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW): kota-
lingkungan alam, sosial, dan buatan
kota yang berfungsi sebagai pusat
yang secara hierarkis dan struktural
jasa-jasa pelayanan keuangan/bank,
berhubungan satu dengan lainnya
simpul transportasi, jasa
membentuk tata ruang (hierarki
pemerintahan, dan jasa
pusat pelayanan, seperti pusat kota,
kemasyarakatan, yang melayani
lingkungan, prasarana jalan).
provinsi atau beberapa kabupaten.
Pola pemanfaatan ruang: bentuk
Pusat Kegiatan Lokal (PKL): kota-
pemanfaatan ruang yang
kota yang berfungsi sebagai pusat
menggambarkan ukuran fungsi,
jasa-jasa pelayanan keuangan/bank,
karakter, kegiatan masnuia, dan/atau
simpul transportasi, jasa
kegiatan alam (pola lokasi, sebaran
pemerintahan dan jasa
permukiman, tempat kerja, industri
kemasyarakatan yang melayani satu
dan pertanian, pola penggunaan
kabupaten atau beberapa
tanah).
kecamatan; serta bersifat khusus
karena mendorong perkembangan Rencana umum: kebijakan yang
sektor strategis atau kegiatan khusus menetapkan lokasi dari kawasan
lainnya di wilayah kabupaten. yang harus dilindungi dan
dibudidayakan serta diprioritaskan
Good governance (tata kelola):
pengembangannya dalam jangka
penyelenggaraan pemerintahan
waktu perencanaan.
secara efisien dan efektif dengan
menjaga kesinergisan interaksi yang Rencana detail: pengaturan yang
konstruktif di antara domain-domain memperlihatkan keterkaitan antara
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 68
blok-blok penggunaan kawasan
untuk menjaga keserasian
pemanfaatan ruang dengan
manajemen transportasi kota dan
pelayanan utilitas kota.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 69
LAMPIRAN:
CONTOH PRODUK RENCANA TERKAIT
RENCANA INFRASTRUKTUR TERPADU:
KAWASAN PERKOTAAN PANGKALPINANG
Jika dilihat dari dokumen Pengembangan Tol Laut dalam RPJM 2015-2019, diketahui bahwa
Bangka Belitung termasuk dalam jalur pelayaran rakyat (jalur I dan jalur II). Dalam
pengembangan tol laut, dibutuhkan infrastruktur pendukung tol laut seperti 24 pelabuhan
strategis, short sea shipping, fasilitas kargo umum dan bulk, pengembangan pelabuhan
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 70
nonkomersil, pengembangan pelabuhan komersil lainnya, transportasi multimoda akses ke
pelabuhan, serta revitalisasi industri galangan kapal.
1. Pelabuhan: Pembangunan Pel. Kuala Tanjung, Tj. Priok, Tj. Perak, Tl. Lamong,
Pontianak, Banjarmasin, Kupang, Bitung, Makassar, dan Halmahera
2. Tol: Pembangunan Jalan Tol Manado-Bitung, Tol Binjai-Medan-Tebing Tinggi
3. Jalan: Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu-Parigi, Lingkar Kupang, Susumuk-
Bintuni
4. Kereta Api: Pembangunan Jalur KA Manado-Bitung, Sei Mangkei-Bandar Tinggi-Kuala
Tanjung, Pasoso-Tj Priok, DDT dan Elektrifikasi Manggarai-Bekasi-Cikarang
5. Listrik: Pembangunan PLTU Kuala Tanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu, Palu, NTT-2
Kupang, Ketapang, Bengkayang, PARIT Baru, Pulau Pisau, PLTA Poso , Konawe,
PLTMG Morowali, Pontianak Peaker, PLTA/MH Morowali, Bantaeng, PLTGU Tangguh
6. Bandara: Pengembangan Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Halu Oleo Kendari,
Sam Ratulangi Manado, Syamsuddin Noor Banjarmasin
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 71
Gambar 7 Keterpaduan Terhadap Kota-Kota Maritim/Pesisir di Indonesia
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 72
Gambar 8 Distribusi Kawasan Ekonomi Khusus 2015-2019
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 73
Gambar 9 WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman Jambi, Palembang, Bangka Belitung
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 74
Gambar 10 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Pulau Simatera
1. Infrastruktur Jalan
a. Peningkatan akses jalan Jambi – Palembang
b. Peningkatan akses penyeberangan Palembang – Pangkal Pinang
1. Infrastruktut Jalan
a. Duplikasi Jembatan Air Sumbangasih, Jembatan Air Daeng
b. Pengembangan jalan arteri primer
2. Infrastruktur SDA
a. Pengembangan infrastruktur penyediaan air baku
b. Pembangunan infrastruktur pengendalian banjir
c. Pembangunan infrastruktur pengamanan pantai
3. Infrastruktur Permukiman
a. Peningkatan infrastruktur permukiman perkotaan di Kab Belitung dan
Kota Pangkal Pinang
b. Peningkatan infrastruktur air limbah Kab Belitung Timur dan Kota Pangkal
Pinang
c. Pembangunan TPA di Kab Belitung Timur dan Kota Pangkal Pinang
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 75
d. Pembangunan SPAM IKK dan SPAM MBR di Kab Belitung dan Kota Pangkal
Pinang
1. Infrastruktur Jalan
a. Pengembangan jalan arteri primer
2. Infrastruktur SDA
a. Pengembangan infrastruktur penyediaan air baku
b. Pembangunan infrastruktur pengendalian banjir
3. Infrastruktur Permukiman
a. Peningkatan infrastruktur kawasan Permukiman Pekrotaan
b. Peningkatan infrastruktur air limbah
c. Peningkatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah
d. Penyelenggaraan SPAM di kawasan MBR, SPAM IKK, dan SPAM perdesaan.
Dalam Lampiran IV: Pelabuhan Sebagai Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional,
terdapat Tanjung Pandan (Prov. Bangka Belitung) yang dalam tahapan
pengembangan I untuk pemantapan pelabuhan nasional.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 76
Kawasan Bangka terdiri dari sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri,
pariwisata, dan perikanan. Kawasan Belitung terdiri dari sektor pertanian,
perkebunan, industri, dan pariwisata. Kawasan Andalan Laut Bangka dan
sekitarnya terdiri dari sektor perikanan dan pariwisata.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 77
Tabel 2 Kawasan Andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kawasan Sektor Unggulan dan Pengembangannya
Kawasan Bangka Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pertanian)
Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perkebunan)
Industri (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Industri Pengolahan)
Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata)
Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perikanan)
Kawasan Belitung Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pertanian)
Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Perkebunan)
Industri (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Industri Pengolahan)
Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata)
Kawasan Andalan Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Laut Bangka dan Perikanan)
Sekitarnya Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata)
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008, Lampiran IX: Kawasan Andalan
Tujuan yang ingin dicapai dari rencana tata ruang Pulau Sumatera ini antara lain:
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 78
1. Pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta
pertambangan yang berkelanjutan
Produksi pertanian pangan (padi) dari Pulau Sumatera tahun 2009 adalah sebesar
14,696,457 ton atau 23% produksi nasional. Bangka Belitung sendiri memproduksi
19,864 ton pada tahun 2009.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 79
Gambar 12 Kawasan Andalan Perikanan
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 80
Gambar 13 Kawasan Pertambangan
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 81
Gambar 14 Kawasan Lahan Pertanian dan Produksi Pertanian di Pulau
Sumatera
3. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan
Kebutuhan energi listrik sebesar 10.029 MW, dan diperkirakan akan meningkat pada
tahun selanjutnya sebesar 21.769 MW.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 82
4. Pusat industri yang berdaya saing
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 83
Gambar 15 Pusat Industri
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 84
Gambar 16 Pusat Pariwisata
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 85
Gambar 17 Kawasan Lindung
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 86
Gambar 18 Kawasan dengan Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Basah
8. Kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi
bencana
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 87
Gambar 19 Kawasan Rawan Bencana
9. Pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur
Pulau Sumatera
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 88
Gambar 20 Pusat Pertumbuhan
11. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 89
Gambar 22 Kawasan Perbatasan Negara
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 90
Gambar 23 Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 91
Gambar 24 Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA TERPADU 92
D. RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tujuan penataan ruang provinsi adalah ”Mewujudkan Tata Ruang Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang Terpadu, Berimbang dan Berkeadilan berbasis
Agro-Bahari untuk menunjang Pariwisata serta Pengendalian Wilayah
Pertambangan untuk menjamin Pembangunan yang Berkelanjutan.”
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 94
a. identifikasi dan perumusan strategi pembangunan kawasan tertinggal
dalam konstelasi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
b. mendorong kabupaten/kota untuk meningkatkan prasasarana dan
sarana wilayah tertinggal serta peningkatan produktivitas lahan;
c. memantapkan tata batas kawasan lindung sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
d. memastikan daya dukung lingkungan terhadap pengembangan
kegiatan ekonomi, terutama untuk sektor pertambangan, industri,
pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 95
c. Meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan
sejarah budaya Melayu; dan
d. Menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat menunjang
kegiatan ekonomi.
3. Pengembangan kawasan peruntukan industri berskala internasional yang
berwawasan lingkungan;
a. Mengembangkan industri yang berdaya saing dan seimbang dengan
Negara lain;
b. Mengembangkan kawasan peruntukan industri dan pergudangan yang
berorientasi pasar internasional; dan
c. Menyediakan sarana dan prasarana mendukung yang dapat menunjang
kegiatan industri dan perdagangan.
4. Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan untuk mendukung kegiatan-
kegiatan perkotaan; dan
5. Penataan kawasan perairan dalam mendukung konsep water front city.
Sistem pusat pelayanan: pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan
pusat lingkungan.
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 96
a. Kawasan industri (dikembangkan di Kawasan Peruntukan Industri
Ketapang, Kec. Bukit Intan, melalui kerjasama dengan BUMD dan atau
swasta. Jenis industri yang dikembangkan terdiri atas industri besar,
industri sedang, dan industri kecil)
b. Industri non kawasan (diarahkan di Kawasan Peruntukan Industri
Ketapang)
Kegiatan industri yang masih berada di luar kawasan peruntukan industri akan di
relokasi secara bertahap ke dalam kawasan yang direncanakan sebagai kawasan
peruntukan industri.
1. Kawasan pergudangan
2. Kawasan pelabuhan
3. Kawasan pariwisata
a. Kawasan pariwisata alam: Pantai Pasir Padi dan Tanjung Bunga, serta
hutan kota
b. Pariwisata budaya
c. Pariwisata buatan
ATM (Alun-Alun Taman Merdeka)
BBG (Bangka Botanical Garden)
Wisata kuliner pasar mambo
Stadion Aquatic
Wisata air di Kolam Retensi Kacang Pedang
Waterpark di Kec. Tamansari
Wisata Kolong dan
Lapangan golf Girimaya di Kec. Girimaya
4. Kawasan ruang terbuka non hijau
5. Kawasan peruntukan sector informal
6. Kawasan pendidikan
7. Kawasan kesehatan
8. Kawasan pertahanan keamanan, dan
9. Kawasan reklamasi Pasir Padi Water Front City
MODUL 1
PEMAHAMAN RENCANA TATA RUANG SEBAGAI BASIS PENYUSUNAN RENCANA
TERPADU 97