Anda di halaman 1dari 5

RANCANGAN TUGAS MAHASISWA 1: SUMMARY

Mata Kuliah : KEPEMIMPINAN MANAJERIAL ISLAMI Credit : 2


Semester : Semester Ganjil TA 2021-2022 Tugas : 1
Pertemuan : 1-14     Chapter 1-11
 

TUJUAN TUGAS Mampu memahami dan menjelaskan materi


bab sesuai dengan jadwal bab yang dibahas
OBJEK GARAPAN Kepemimpinan Manajerial Islami
YANG HARUS DI KERJAKAN DAN ·  Tugas individu
BATASAN-BATASAN ·  Mahasiswa diharuskan membaca buku yang
disarankan
·  Hasil resume sesuai chapter selalu dibawa
sebagai draft pada saat chapter dipelajari
·  Hasil resume dikumpulkan di setiap
pertemuan
METODE/CARA PENGERJAKAN ·  Baca dan pahami topik chapter
TUGAS ·  Review chapter
·  Rangkuman topik chapter
·  Presentasi (bonus)
DESKRIPSI LUARAN TUGAS YANG DI Hasil tugas mahasiswa dikumpulkan dalam :
HASILKAN ·  Paper A4
  ·  Font : Times News Roman 12
·  Paragraph Spacing : 1,5
·  Max page : 5
·  Buat Daftar Pustakanya
KRITERIA PENILAIAN Hasil summary : Bobot 21%

RUBRIK PENILAIAN TUGAS 1: SUMMARY


 
 
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN SKS : 2
MANAJERIAL
ISLAMI    
SEMESTER : Semester Ganjil TA PERTEMUAN : 1-14
2021-2022
Summary Chapter:  10
Judul Chapter       : Imam Ghozali’s Perspective about Islamic Leadership
Nomor Mahasiswa: 18311430
Nama Mahasiswa  : Aryyadhika Ardya Pradipta
 
DIMENSI Bobot Nilai Nilai Total
(%) (1-10)
Kelengkapan konten dan referensi 25%    
Koherensi topik dan EYD 25%    
Kejelasan dalam memaparkan dan memahami isi chapter 25%    
Kualitas Referensi 25%    
Final Score (100%) 100%    
 
 
Tanggal Pengumpulan: Tanggal Pemeriksaan:
         Tanda Tangan Mahasiswa Tanda Tangan Dosen
   
   
   
(Nama Mahasiswa) (Trias Setiawati, Dra, M.Si, Dr)
 

Dalam hukum Islam kedudukan pemimpin sangat penting. Karena tegaknya urusan agama
bergantung pada tegaknya urusan dunia, dan tegaknya urusan dunia bergantung pada pemimpin.
Pemimpin ideal dibutuhkan untuk memimpin negara. Sabda Nabi, “Jika suatu urusan diserahkan
pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari). Salah satu
ulama rujukan hukum Islam adalah Imam Al-Ghazali. Pemikirannya tentang pemimpin ideal
menarik untuk dikaji. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa library research
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, terdapat beberapa macam kriteria
pemimpin ideal menurut al-Ghazali dalam empat kitabnya. Dalam al Iqtiṣād fī al-I’tiqād, kriteria
pemimpin ideal (1) Memiliki keahlian, (2) Memiliki ilmu dan sifat wara’, (3) Memenuhi syarat
menjadi qadhi: laki-laki, baligh, berakal sehat, merdeka, sehat, dan tidak tercela, (4) Bernasab
Quraisy, (5) Ada pengangkatan atau penyerahan kekuasaan dari pihak lain. Dalam at-Tibr al
Masbūk fi Nashīhat al-Mulūk, kriteria pemimpin ideal (1) Memahami manfaat dan bahaya
kekuasaan, (2) Suka mendengar nasehat ulama, (3) Tidak zalim, (4) Tidak sombong, (5)
Berempati pada penderitaan rakyat, (6) Tidak meremehkan kebutuhan rakyat, (7) Hidup
sederhana, (8) Bersikap lemah lembut, (9) Suka membahagiakan rakyat, (10) Tidak mencari
simpati rakyat dengan melanggar aturan agama. Dalam Iḥyā’ Ulumi ad-Dīn kriteria pemimpin
ideal (1) Memiliki ilmu, (2) Wara’, (3) Bernasab ‘Alawy, dan (4) Pandai menjaga amanah.
Dalam Fadhā’iḥ al-Bātiniyyah wa Fadhā’il al-Mustaẓhiriyyah, kriteria pemimpin ideal (1)
Memiliki kekuatan dan kewibawaan, (2) Memiliki kemampuan memimpin, (3) Wara’, (4)
Memiliki ilmu. Pemikiran al-Ghazali tentang kriteria pemimpin ideal yang sesuai konteks di
Indonesia, relevan bagi kepemimpinan di Indonesia, dapat diaktualisasikan dalam hukum positif,
misalnya dalam syarat calon presiden dan calon kepala daerah.

Al-Ghazālī merumuskan tipe pemimpin ideal, yang lahir dari berbagai kepemimpinan masa itu.
Perpaduan akal dan batin yang dimiliki al-Ghazālī melahirkan buah pemikiran pemimpin baru, pemimpin
yang mencerminkan figur kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Rumusan tentang pemimpin yang
disusun oleh al-Ghazālī berawal dari kekecewaannya terhadap pemimpin, raja, ulama, dan pejabat pada
masa Dinasti Saljuk yang mengalami kemunduran, karena terjadinya perebutan tahta dan gangguan
stabilitas keamanan dalam negeri. Korupsi nepotisme, ketidakadilan, penyuapan, serta kekejaman.
Pemimpin ideal bagi al-Ghazālī adalah pemimpin yang memiliki intelektualitas yang luas, pemafhuman
agama yang mendalam, serta akhlak yang mulia, seperti yang dicontohkan Muhammad dan para
sahabat. Inilah sosok pemimpin yang diinginkan oleh al-Ghazālī, seorang pemimpin yang membawa
perubahan dan pembaruan, menggerakkan bawahan melalui iman dan pengetahuan, dan
mencerminkan akhlak yang mulia.

Untuk menjadi seorang pemimpin ideal, ia harus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
anggota-anggota yang lainnya, karena kelebihan-kelebihan itulah seorang pemimpin menjadi berwibawa
dan dipatuhi oleh bawahannya. Persyaratan pemimpin selalu terkait dengan tiga hal penting, yaitu:
kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas, dan legalitas yang
memberikan wewenang kepada pemimpin, guna memengaruhi dan menggerakan bawahan untuk
berbuat sesuatu. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan sehingga mampu mengatur
orang lain, sehingga orang itu patuh pada pimpinan, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan atau keterampilan
teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Pemimpin dalam Islam merupakan kepemimpinan spiritual dan intelektual yang pada dasarnya adalah
amanah, yaitu kepercayaan yang harus dijaga dan ditunaikan dengan sebaikbaiknya.6 Kepemimpinan
juga mengandung makna pelayanan kepada masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin bukan hanya
sekadar wewenang atau kewenangan, tetapi pelayanan dan penghidmatan kepada orang-orang yang
dipimpin, serta kepemimpinan mengandung makna keteladanan dan kepeloporan. Pelopor penggerak
dan perubahan dan kemajuan. Kepemimpinan Islam memiliki tiga kunci yakni: tanggung jawab
(amānah), pelayanan (khidmah), dan kepeloporan (quwah ḥasanah).7 Hakikat kepemimpinan menurut
al-Ghazālī adalah pengaruh. Pemimpin adalah orang yang berpengaruh atau orang yang memiliki
pengaruh yang kuat di masyarakat. Tidak disebut pemimpin bila tak memiliki pengaruh, pengaruh
dengan artian pengaruh kedudukan pemimpin di mata dan di hati manusia.8 Pengaruh itu timbul karena
pemimpin memiliki nilainilai yang mulia, seperti pemimpin yang intelektualitas yang luas, pemafhuman
agama yang mendalam, serta akhlak yang mulia. Pemimpin yang memiliki tiga poin utama itulah yang
mampu mempertahankan kedudukan seorang pemimpin, dan menjadi corak khas dalam pemikiran
pemimpin al-Ghazālī.

Sosok pemimpin ideal yang dikonsepkan al-Ghazālī adalah pemimpin yang tertanam dalam dirinya ilmu
pengetahuan, agama, dan akhlak. Keseimbangan ilmu pengetahuan, agama, dan akhlak yang mampu
membawa pemimpin menjadi pemimpin ideal, apabila dari ilmu pengetahuan dengan agama ini ada
yang mendominan, maka akhlak mulia tidak akan tumbuh, bila pengetahuan dan agama terputus akan
menjadikan kehancuran. Ketika tiga poin itu ada pada seorang pemimpin kejayaan, kemakmuran,
kebahagiaan, kesejahteraan akan datang, seperti masa jayanya Islam di masa Nabi Muhammad Saw.
Agama tanpa ilmu pengetahuan, yang menyebabkan bencana pada kepemimpinan, Iman dicapai melalui
ilmu dan wawasan yang luas dan mendalam, tanpa sikap batin, perilaku lahiriyah belum merupakan hal
yang sejati dalam agama, tanpa sikap batin yang kuat, pengalaman agama sehari-hari tidak mungkin
memberikan dampak positif baik secara moral maupun sosial. Dalam Kitab Ihyā„ „Ulum ad-Dīn, al-
Ghazālī berpesan: Sesungguhnya, kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan
kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh cinta
harta dan kedudukan, dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawi, ia tidak akan mampu mengurus
rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah lah tempat meminta segala hal.

kepemimpinan ideal dalam Islam, bahwasannya pemimpin adalah seorang pekerja yang ideal, di mana
modal utama bagi seorang pekerja ideal adalah „Ilm (knowledge) yang bersumber pada Alquran, Hadis,
dan literatur Islam, Iman (faith) berupa ketaqwaan pada Allah dan A‟mal (deed) dalam bentuk shalat
dengan khusyu. Kualitas dasar bagi seorang pemimpin ideal adalah berani, tulus hati, ramah dan santun,
teratur, teguh, pekerja keras, disiplin, kemampuan memimpin dengan baik, memiliki kebiadaan yang
baik, kemampuan berbicara dan menulis yang baik. Sedangkan modal untuk peningkatan kualitas adalah
sabr (sabar), hikmah (bijaksana), tawakkal (yakin dan berserah diri kepada Allah), Bai‟yah (Janji setia
kepada Allah), dan Ihtisab (jiwa tanggung jawab).

Anda mungkin juga menyukai