Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Kepemimpinan
Manajerial " Gaya Kepemimpinan Dan Fleksibilitas Kepemimpinan " tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................. i
3.1Kesimpulan ......................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Individu dapat muncul sebagai pemimpin di berbagai situasi tugas, karena memiliki
hubungan signifikan dengan aspek kepemimpinan individu, dengan ciri-ciri:
Teori tentang sifat kepemimpinan pasti kembali pada peningkatan kerangka kerja
konseptual yang canggih Khusus, Zaccaro (2007) mencatat bahwa teori-teori sifat masih
memiliki beberapa catatan penting sebagai berikut :
2
Fokus pada sekelompok kecil atribut individu seperti Lima Besar ciri
kepribadianyalni : kemampuan kognitif, motif, nilai-nilai, keterampilan sosial,
keahlian, dan kemampuan memecahkan masalah.
Gagal untuk mempertimbangkan pola-pola atau integrasi dari beberapa atribut.
Tidak membedakan antara atribut pemimpin yang fleksibel dari waktu ke waktu dan
yang dibentuk atau terkait oleh pengaruh situasional.
Tidak mempertimbangkan bagaimana atribut pemimpin yang stabil, account, untuk
keragaman perilaku yang diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif
Mengingat kritik terhadap teori sifat kepemimpinan yang telah diuraikan di atas, maka
beberapa peneliti telah mulai mengadopsi perspektif yang berbeda-beda tentang individu, dan
kepemimpinannya, sebagai atribut dalam mendekati dan mengenal pola pola kepemimpinan.
Pola leading by example sejatinya sering diterapkan bagi mereka yang berpengalaman
bertahun-tahun menjadi follower hingga indah masanya dapat menjadi pemimpin yang baik
dan disegani. Leadership Value yang mereka terapkan adalah tanpa teori, akan tetapi ketika
dalam memimpin setiap pengikutnya dapat merasakan value yang luar biasa.
3
melakukan yang terbaik dan mengidentifikasi kekuatan yang dimilikinya dengan sukarela
untuk keberhasilan organisasi serta misi-misinya.
Respect. Menghormati bawahan adalah hal yang sangat jarang dilakukan seorang
pemimpin. Beberapa pemimpin merasa sebagai on top position sehingga hak untuk dihormati
seakan-akan adalah milik murni dirinya sebagai pemimpin. Perasaan senioritas paling sering
dijadikan alasan dalam kasus kepemimpinan seperti itu. Padahal sejatinya setiap manusia
memiliki value dari setiap dirinya. Pemimpin tidak akan bisa menjalankan sebuah organisasi
tanpa timbal balik kerjasama yang bagus dari anak buahnya. Value ini akan berbalas indah
ketika seorang pemimpin bisa melakukan eksplorasi value dari follower-nya bahkan anak
buah sedia membela pemimpinnya dengan jiwa raga yang dimilikinya. Harga diri, memahami
dan menghormati orang lain tanpa memandang perbedaan; memperlakukan orang lain dengan
penuh martabat, berempati dan kasih sayang; akan mendapatkan kemampuan untuk
mendapatkan rasa hormat dari orang lain.
Integritas. Lebih dari sekedar pengakuan untuk bersatu, namun layaknya budaya timur
yang ada di Indonesia maka Integritas bukanlah hal asing untuk gaya kepemimpinan yang
ada di Indonesia. Beberapa hal seperti yang ditunjukkan oleh keberanian moral, kekuatan
etika, dan kepercayaan; menepati janji dan memenuhi harapan. Dimana hal-hal tersebut
dilakukan dengan perencanaan yang baik dan lebih menghargai ketepatan waktu, pemahaman
kegunaan dari sebuah rencana dan mengetahui sasaran maupun tujuan dari sebuah organisasi.
Integritas yang baik harus memiliki kekuatan diri untuk bertindak dengan niat atas nama
kepentingan umum; mengambil sikap dalam menghadapi kesulitan; bertindak berani dalam
pelayanan inklusi dan keadilan.
Kompetensi. Kepemimpinan bukan hal yang dapat dibuat-buat terutama hanya untuk
pencitraan diri. Perlu adanya konsistensi, kongruensi dan transparansi dalam menunjukan
kompetensinya sebagai leader. Dalam hal ini sangat kontradiski antara sebuah kompetisi
yang sering dilakukan dalam pola pemilihan pemimpinan dalam sebuah Negara demokrasi,
namun melupakan kompetensi dalam nilai-nilai, keyakinan dan tindakan. Kompetensi
seharusnya dapat mengintegrasikan value dan prinsip-prinsip untuk menciptakan nature
organisasi yang terarah dan berkontribusi terhadap perkembangan follower. Kompetensi
sejatinya bagi seorang pemimpin untuk dapat menciptakan pemimpin-pemimpin baru lainnya
4
sebagai proses regenerasi dalam sebuah organisasi hingga berkomitmen pada hal-hal yang
melampaui kepentingan diri sendiri; kerendahan hati pribadi demi tujuan yang lebih besar.
Wisdom. Manusia bijaksana sudah pasti sangat nyaman untuk dijadikan pemimpin.
Namun, value of wisdom yang diharapkan harus disertai kecerdasan. Bijaksana, dan cerdas
sehingga akan selalu mampu menentukan cara bertindak maupun alternatif cara bertindak
yang terbaik demi terlaksananya sebuah program kerja sebuah organisasi. Bijaksana dengan
pemahaman yang luas dari dinamika anak manusia dan kemampuan untuk menyeimbangkan
kepentingan berbagai pemangku kepentingan yang lebih atas daripada dirinya bersinergi
dengan value of followers ketika membuat keputusan serta dapat mengambil perspektif
jangka panjang dalam pengambilan sebuah keputusan. Dan value yang paling penting dari
semua itu adalah “good leader always coming from good follower”. Jika anda bukan good
follower maka kemungkinan dikemudian hari anda bukanlah seorang good leader. Namun
sebaliknya, jika saat ini anda belum menjadi good leader maka mungkin saja saat dulu anda
sebagai follower anda bukanlah seorang good follower.
5
berkolaborasidi dalam tim dan di antara tim. Komunikasi (Communication), tingkat
kemampuan komunikasi setiap anggota tim. Kepercayaan (Trust), tingkat kepercayaan
terhadap sesama anggota tim. Motivasi (Motivation), motivasi yang dimiliki setiap anggota
tim.
Tantangan utama yang berhubungan dengan aspek kepemimpinan Tim
adalahmembangun budaya yang kondusif serta menciptakan atmosfer yang mendukung kerja
tim (Dubrin, 2005). Tim kerja merupakan kompetensi penting untuk menuju kesuksesan.
Tantangan ini mirip dengan tantangan membangun kultur yang tepat untuk memotivasi
orang. Strategi yang dianjurkan untuk pemimpin tim adalah mempromosikan pandangan
yang mengakui bahwa bekerja sama secara efektif merupakan standar perilaku yang
diharapkan. Membangun kultur atau norma teamwork akan sulit ketika ada kultur
individualisme yang kuat di dalam sebuah organisasi. Pemimpin tim yang percaya kepada
teamwork biasanya memiliki posisi yang lebih baik untuk membangun kultur teamwork. Tim
dengan kinerja tinggi pada umumnya heterogen. Artinya, tim yang mencapai tingkat kinerja
yang tinggi tidak terdiri dari orang-orang yang benar-benar sama. Melainkan, tim ini terdiri
dari para anggota yang mempunyai kecakapan-kecakapan yang saling melengkapi. Mereka
memerlukan kecakapan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Para anggota harus
mampu mengenali masalah dan peluang, kemudian memilih solusi. Kecakapan hubungan
antarpribadi diperlukan untuk berkomunikasi, memecahkan konflik dan berinteraksi secara
efektif dengan para anggota tim. Ketika tim berkembang kita harus memastikan bahwa para
anggota mempunyai lebih dari masing-masing kecakapan ini. Keanggotaan tim dengan
kecakapan yang saling melengkapi penting dalam mencapai kreativitas (Patricia Buhler,
2004). Beberapa hal di bawah ini merupakan cara efektif dalam membangun tim kerja yang
memiliki tujuan yang sama, terdapat kerjasama, komunikasi yang baik serta memiliki
komitmen adalah dengan membangun:
a. Membangun Hubungan Antar Manusia
Fondasi dari sebuah tim kerja yang sukses adalah hubungan antar manusia, tim kerja
yang efektif adalah saling mempedulikan satu dengan lainnya. Hubungan interaksional, atau
yang sering disebut hubungan antar manusia (human relation) yang dilandasi kecintaan
kepada sesama akan menghasilkan hubungan manusia mutualisme yang tidak dapat
digantikan oleh motif apapun. Kejujuran merupakan tali pengikat organisasi yang paling
kuat. Di saat krisis muncul, saat tali organisasi mulai rentan, perusahaan di ambang
kebangkrutan, tali kejujuran tak rentan diterjang kebangkrutan sekalipun. Adalah Lely
6
Martiwi, pemilik perusahaan REF Graphika Jakarta, telah membuktikannya. Pada saat krisis
ekonomi 1997/1998 order percetakannya sepi sehingga gaji karyawan sering terlambat.
Namun dengan kejujuran, keterbukaan hati pemiliknya, karyawan sangat memahaminya, dan
bahkan membuat mereka rajin mencari order. Kemampuan membina hubungan antar manusia
menjadi perekat untuk menyatukan anggota tim. Dalam membangun hubungan yang
terpenting adalah sikap saling menghargai, yang selanjutnya dapat meletakkan landasan bagi
suatu hubungan yang baik. Hubungan yang baik membutuhkan pengalaman bersama diantara
rekan-rekan satu tim seiring dengan berjalannya waktu (Maxwell, 2003).Selanjutnya
hubungan yang baik tersebut akan berkembang ke arah kepercayaan.Tanpa kepercayaan, tim
tidak akan berkembang maksimal. Hal ini merupakan masalah sentral hubungan antar
manusia baik di dalam maupun di luar organisasi, tanpa rasa percaya tidak akan bisa
memimpin. Tanpa percaya tidak akan dapat melakukan hal luar biasa. Pemimpin yang tidak
mampu mempercayai orang lain akan gagal menjadi pemimpin, tepatnya karena pemimpin
tidak dapat bergantung pada kata-kata dan pekerjaan orang lain. Maka pada akhirnya
pemimpin akan melakukan semua pekerjaan tersebut sendirian atau pemimpin mengawasi
pekerjaan begitu ketat sehingga mengendalikan secara berlebihan. Dipercayai adalah pujian
yang lebih besar daripada dikasihi (George Macdonald). Mengetahui bahwa rasa percaya
adalah kunci, para pemimpin teladan memastikan bahwa mereka mempertimbangkan cara
pandang alternatif dan memanfaatkan keahlian serta kemampuan orang lain. Karena lebih
mempercayai tim, mereka juga lebih bersedia untuk membiarkan anggota tim lain
memberikan pengaruh terhadap keputusan kelompok. Ini adalah proses yang
resiprokal/timbal balik.
Dengan menunjukkan keterbukaan terhadap pengaruh, para pemimpin memberikan
kontribusi dalam membangun rasa percaya yang memungkinkan para pengikut menjadi lebih
terbuka terhadap pengaruh mereka. Rasa percaya menghasilkan rasa percaya. Pertama,
pemimpin harus mengembangkan kepercayaan dengan orang lain. Kalau anggota tim percaya
kepada pemimpin, itu sudah lumayan hebat. Akan tetapi jauh lebih hebat lagi jika justru
pemimpin yang percaya kepada para anggotanya. Bila ini benarbenar terjadi, kepercayaan
adalah hasilnya, maka semua pun akan mengikuti. Abraham Lincoln berkata, "Kalau Anda
ingin merebut hati seseorang agar mendukung perjuangananda, mula-mula yakinkan dia
bahwa anda sahabatnya yang sejati. Lalu selidikilah apa yang ingin dicapainya."
7
Ujian praktis bagi seorang pemimpin adalah pertanyaan, "Bagaimana hubungan Anda
dengan para pengikut Anda?" Kalau hubungannya positif, maka pemimpin itu telah siap
untuk mengambil langkah-langkah berikutnya.
Para psikolog juga telah menemukan bahwa orang yang memiliki rasa percaya, lebih
besar kemungkinannya untuk bahagia dan menyesuaikan diri secara psikologis dibandingkan
mereka yang melihat dunia dengan rasa curiga dan tidak hormat. Kita menyukai orang yang
memiliki rasa percayadan mencarinya untuk dijadikan sebagai teman. Karena situasi
kepemimpinan yang paling efektif adalah setiap anggota tim saling percaya antara satu
dengan yang lainnya. Secara sederhana dapat dikatakan , rasa percaya adalah indikator yang
paling signifikan pada keputusan individu terhadap organisasi. Ketika pemimpin menciptakan
sebuah iklim yang penuh rasa percaya, mereka menghapuskan pengendalian dan
memungkinkan orang untuk berinovasi dan bekerjasama secara bebas. Para pemimpin yang
memiliki rasa percaya menyuburkan keterbukaan, keterlibatan, kepuasan pribadi, serta
komitmen yang tinggi terhadap hasil terbaik ( Kouzes Posner, 2004).
Dalam waktu jangka panjang, hubungan baik yang dibangun akan menumbuhkan
sikap timbal baik. Sikap timbal balik akan membentuk pola saling memberi dan menerima,
sehingga semua orang yang menerima akan memberi. Dalam hubungan jangka panjang
apapun yang efektif, seharusnya ada suatu rasa mutuality (saling berbagi). Jika seorang rekan
selalu memberi dan rekan yang lain selalu mengambil akan menjadi superior, Dalam iklim
ini, kerja sama tidak akan mungkin terjadi. Untuk menjalin kerjasama, para pemimpin harus
menetapkan dengan cepat norma-norma di dalam tim dan diantara rekan. Adalah tugas
pemimpin untuk menginisiatifkan hubungan dengan orangorangnya, dimana nantinya akan
mebuahkan loyalitas yang luar biasa serta etika kerja yang kuat. Visi sang pemimpin menjadi
aspirasi orang-orangnya. Amat penting bagi setiap pemimpin mempertahankan keadilan dan
norma hubungan timbal balik dalam benak mereka. Seorang pemimpin akan terlebih dulu
menyentuh hati baru minta tolong. Semakin kuat hubungan serta komunikasi antar individu,
semakin besar kemungkinan sang pengikut ingin menolong sang pemimpin. Tim tidak akan
dapat bekerjasama jika tidak memiliki anggota/pengikut yang mampu berkomunikasi. Para
pemimpin harus mengkomunikasikan dengan jelas kepada setiap pihak bahwa
keberhasilannya hanya dapat terjadi jika mereka bekerjasama. Penekanan saat ini haruslah
terhadap pembentukan aliansi yang bermanfaat bagi semua pihak dan yang memberikan
hubungan timbal balik. Ketika mencoba untuk membuat orang bekerjasama, para pemimpin
harus mengajukan saran untuk menunjukkan apa yang dapat diraih oleh kedua pihak.
8
Komunikasi dapat dibangun apabila terdapat kedekatan, yang kemudian berlanjut pada
kepercayaan.
b. Membangun Disiplin
Pemimpin harus membuat perubahan pribadi pada dirinya sendiri, sebelum meminta
orang lain berubah. Para pemimpin sukses bukan hanya mengatakan apa yang harus
dilakukan, mereka memperlihatkannya! Orang meniru apa yang mereka lihat dari sang
pemimpin. Apa yang dihargainya akan dihargai pula oleh anggotanya. Tujuan pemimpin
menjadi tujuan mereka. Lee Iacocca berkata, "Kecepatan bos adalah kecepatan tim." Disiplin
diri, kemauan, penguasaan diri, artinya mengendalikan kehidupan. Disiplin juga diartikan
membayar harga dalam hal-hal kecil agar dapat membeli hal yang besar. Disiplin adalah awal
dari sebuah budaya, jikalau displin sudah terbentuk maka ada istilahnya menjadi budaya
disiplin. Disiplin adalah upaya untuk membuat orang berada pada jalur sikap dan perilaku
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan atau pemimpin. Jika sudah distrategikan dalam
bentuk perilaku, nilai, dan penerapannya dalam bentuk norma, maka harus dijaga agar orang
itu taat. Tidak ada individu yang sukses tanpa disiplin, sama halnya tidak ada tim yang sukses
tanpa disiplin. Kedisiplinan dapat dibangun dengan menetapkan prioritas-prioritas,
menempatkan prioritas dalam kalender, menyediakan sedikit waktu untuk hal-hal yang tidak
terduga, mengerjakan masalah satu persatu, mengembangkan sistem yang berlaku, memiliki
rencana untuk setiap kegiatan serta berfokus pada hasil, bukan pada kegiatan. Tim
membutuhkan anggota-anggota yang berdisiplin. Untuk menjadi tim yang berdisiplin harus
memiliki pikiran yang disiplin. Pikiran pemimpin harus aktif, secara teratur menghadapi
tantangan-tantangan mental, dan terus memikirkan hal-hal yang tepat (Maxwell, 2003).
c. Membangun Komitmen
Komitmen (commitment) yang berarti janji untuk mengerjakan sesuatu adalah sebuah
karakter dalam mencapai tujuan. Arti lainnya adalah kesanggupan untuk bertanggung jawab
terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen tidak ada hubungannya
sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Dengan komitmen yang kuat akan
memungkinkan seseorang bisa mengeluarkan sumber daya fisik, mental, dan spiritual
tambahan yang bisa diperoleh. Sebaliknya, tanpa komitmen maka pekerjaan-pekerjaan besar
akan sulit terlaksana.Menurut John C. Maxwell dalam bukunya 21 Kualitas Kepemimpinan,
Interaksara, Batam, 2001, komitmen bagi pemimpin artinya berbuat lebih karena
9
banyakorang tergantung kepadanya. Selain harus dimiliki para pemimpin, komitmen juga
harus dimiliki oleh segenap anggota tim. Dengan menjadi orang yang berkomitmen terhadap
pekerjaan, bukan sebagai beban dan kewajiban, tetapi sarana berkarya dalam
mengembangkan diri, bahwa biasanya orang-orang yang berkomitmen akan mencapai
kepuasan kerja (job satisfaction). Anggota tim yang berkomitmen memiliki bentuk
keterlibatan yang tinggi dalam perusahaan. Tim tersebut bekerja bukan karena diperintah,
tetapi termotivasi bukan oleh faktor eksternal melainkan faktor internal yang sumber
motivasinya berasal dari dalam dirinya sendiri. Dalam satu tim, idealnya terdapat tujuan dan
ada kemauan serta komitmen. Antara pemimpin tim dan anggota tim harus ada landasan
kemauan untuk bersama-sama membentuk suatu tim dan harus memiliki komitmen. Tanpa
kemauan dan komitmen baikdi pihak pemimpin tim maupun di pihak anggota tim, akan sia-
sialah segala usaha untukberkembangnya satu tim. Kemauan dan komitmen tidak bisa
dipaksanak oleh kekuasaan yang lebih tinggi (Soemarsono, 2003)
10
Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi menurut Siagian (2002),
yaitu:
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin tipe militeristik
berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah
seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
jabatan
11
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasi
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian sangat
diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif.
Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan dan kegagalan sebuah
organisasi. Sedangkan Robinss (2006) mengidentifikasi empat
12
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa
ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima
karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
1. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap
masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya
visi yang dapat dipahami orang lain.
2. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi,
menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
3. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
4. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif terhadap kebutuhan dan
perasaan mereka.
5. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang
dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
pemimpin transaksional:
13
3. Gaya kepemimpinan transformasional
1. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih
penghormatan dan kepercayaan.
2. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana.
3. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah
secara hati-hati.
4. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara
pribadi, melatih dan menasehati.
14
paling baik yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tertentu. Sedangkan, kepemimpinan
berurusan dengan garis puncak tentang ‘apa yang ingin dicapai?’ Menurut Peter Drucker dan
Warren Bennis: “Manajemen adalah mengerjakan segalanya dengan benar sedangkan
kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal yang benar”.
Kepemimpinan ada pada setiap usaha untuk mempengaruhi perilaku kelompok atau
individu, untuk alasan apapun. Sedangkan, manajemen adalah sejenis kepemimpinan untuk
mencapai tujuan organisasi (Hersey, P. and Blanchard, K. : 1982 : page 3)
Seperti Ilmu-ilmu yang lain, Kepemimpinan memiliki peranan dan bersetujuan untuk
:
15
Oleh karena itu, timbul berbagai macam definisi kepemimpinan. Pada dewasa ini ada
tiga macam pendekatan tentang studi kepemimpinan:
Administrasi lebih luas dari pada manjemen karena manajemen sebagai salah satu
unsur dan merupakan inti dari administrasi sebagai pelaksana yang bersifat operasional
melainkan mengatur tindakan –tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut
“bawahan” jadi dengan manjemen administrasi akan mencapai tujuannya. Begitu pula
hubungannya dengan kepemimpinan, dengan kepemimpinan yang benar maka akan terjadi
proses administrasi yang baik. Semua itu memiliki hubungan saling timbal balik yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya.
16
2.4 Kepemimpinan yang flexible
Lalu hal-hal apa saja yang membantu kita untuk meraih skill flexible ? antara lain kita
harus menjadi orang yang memiliki pemikiran yang terbuka. Dengan pemikiran yang terbuka
kita bisa melihat dari berbagai sisi sudut pandang orang-orang dan bisa belajar menyesuaikan
diri lalu kita pun harus memiliki lingkungan yang mendukung contoh nya lingkungan
organisasi atau lingkungan yang mengerti berorganisasi.
Pekerjaan Anda akan melibatkan banyak orang dengan banyak kompetensi, sehingga
semakin handal Anda dalam berhubungan baik kepada orang lain, dengan berlatih soft skills,
akan semakin cepat pula progress karir Anda.
17
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang
tinggi pula. Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Seorang pemimpin yang baik harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi di mana dia
berada tanpa meninggalkan jati dirinya. Hal itu dijalankan oleh Destry Damayanti dalam
meniti kariernya di bidang ekonom.
“Saya kalau mau melaporkan ke eselon II, harus melalui eselon II terlebih dahulu.
Dari situ saya belajar bagaimana menghargai struktur yang ada,” ujarnya Sabtu (10/10/2015).
Selepas dari kementerian itu, Destry kemudian meniti karier sebagai ekonom di
Citibank yang memiliki situasi kerja jauh berbeda di mana dia diberi keleluasaan untuk
menghubungi pucuk pimpinan untuk berkoordinasi.
Tujuh tahun sesudahnya, dia kemudian bergabung dengan Bank Mandiri di mana dia
membuat terobosan dengan memberikan penilaian kritis terhadap strategi yang ditetapkan
oleh para direksi bank BUMN tersebut.
“Dulu, orang pantang mengatakan tidak kepada direksi tapi saya katakan saja apa
adanya kalau tidak bagus ya saya bilang tidak bagus,” paparnya.
18
Dengan berbagai pengalaman itu, Destry meyakini seorang figur pemimpin yang baik
harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tapi tetap harus memegang prinsip-prinsip
utama yang menjadi pembeda dengan individu lainnya.
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Untuk dapat mewujudkan gaya gepemimpinan yang fleksibel kita harus menjadi
orang yang memiliki pemikiran yang terbuka. Dengan pemikiran yang terbuka kita bisa
melihat dari berbagai sisi sudut pandang orang-orang dan bisa belajar menyesuaikan diri lalu
kita pun harus memiliki lingkungan yang mendukung.
20
DAFTAR PUSTAKA
21