Anda di halaman 1dari 8

Wawancara Direktorat Keberatan dan Banding

Narasumber: Bravo Aldito


Hari & Tanggal: Jum’at, 26 November 2021
Via: Google meet
Peneliti Narasumber
Bagaimana pandangan Bapak mengenai “TP merupakan bagian dari tax planning itu
tingkat pemahaman Wajib Pajak mengenai sendiri. Sehingga baik WP ataupun DJP saat
ini sudah sama2 paham terkait dengan TP.
Apalagi kalau dimulai dari tahun 2010, sejak
mulai adanya PER 43 hmm barangkali sudah
hampir 11 tahun gitu yaa, dan memang sudah
sama2 pahamnya kurang lebih seperti itu.
Tapi kami berdua yaa, juga masih belajar
terkait dengan perkembangan TP yang ada di
dalam di dunia. Karena kiblat kita ada di
OECD TPG dan UN Model” (00.00-00.59)
“Terkait metode yang sering digunakan WP “OK its depend on yaa, jadi kalau berbicara
dalam melakukan analisis kesebandingan apa mengenai TP maka mm tidak ada suatu
ya, Pak? Terkhusus industri manufaktur?” metode yang pasti, tergantung dengan apa
yang ada di dalam fakta-faktanya. Tergantung
pada transaksinya apa saja. Contoh misalnya
ya, jadi satu industri itu ada mungkin dia
bayar royalti, mungkin bayar jasa, ada yang
mungkin dia beli bahan baku dari pihak
afiliasinya, ada yang mungkin menjual
produk akhirnya ke pihak afiliasi. Maka
masing-masing dari transaksi tersebut
memiliki keunikan kelebihan tersendiri
dengan metode masing-masing. Jadi
umumnya sih memang kebanyakan
menggunakan TNMM, ya karena TNMM itu
adalah fully agregat basis. Jadi yang diuji itu
adalah net profitnya. Maka ketika yang diuji
net profitnya seharusnya semua sudah selesai
untuk diuji maka net profitnya sudah wajar.
Tapi terkadang untuk membuktikan hal yang
lebih, juga diuji dengan menggunakan metode
CUP mungkin untuk royalti, atau CPM untuk
jasanya dan pembelian bahan baku dengan
SPM misalnya” (01.05-02.58)
“Apa pentingnya penyusunan transfer pricing “Oke. Mm jadii dibilang penting jelas sangat
document oleh Wajib Pajak?” penting ya. Kenapa? Karena itu memang
sudah digariskan/diwajibkan dalam PMK 213
ada batu uji tentang siapa2 saja yang wajib
menyusun TPD. Seingat saya ada yg terkait
stakeholder yang terkait dengan omzet
transaksi afiliasi, kemudian kalau jasa itu
diatas 5 milyar ya mungkin. Jadi siapa saja
yang sudah digariskan memiliki transaksi
afiliasi namun tidak membuat TPD maka
dianggap tidak melaksanakan pembukuan.
Sama seperti gak buat laporan keuangan jadi
nanti ada sanksinya tersendiri di Pasal 13 ayat
(3) UU KUP. (03.05-03.57)
“Biasanya langkah yang dilakukan oleh DJP “Terkait dengan langkah DJP, semuanya
dalam pemeriksaan transaksi terkait transfer sudah dijabarkan di dalam SE 50 2013 ada di
pricing? ” per 23, 22 semuanya itu dimulai dari
mengakses transaksi afiliasi itu sendiri yang
pertama yaa, kemudian mengakses industri
usahanya seperti apa, melihat bagaimana
metodenya sudah tepat atau tidak dan
seterusnya. Jadi semuanya itu ada
tahapan2nya dan masing2 transaksi itu nanti
akan memiliki perbedaan di setiap
tahapannya. ”(04.11-05.17)
“Bagaimana pandangan Bapak mengenai “Oh yaa jelas ya bahkan gak cuma TP aja.
tingkat pengetahuan dan pengalaman Hal itu semua kembali kepada human
pemeriksa pajak di bidang transfer pricing developmentnya seperti apa. Bahkan transaksi
berpengaruh pada hasil pemeriksaan transfer biaya biasa seperti biaya yang 3M dan tidak
pricing?” itu pasti akan kembali kepada manusianya.
Jadi langkah-langkahnya seperti apa. Apalagi
yang TP maka terkait dengan pengetahuan
masing-masing pemeriksa itu juga sangat
berpengaruh menurut saya pribadi. Yaa
kesalahan langkah satu saja di depan itu bisa
mengakibatkan gagalnya suatu pemeriksaan.
Jadi ini adalah suatu pekerjaan yang menuntut
adanya sistematika dan langkah berfikir yang
runtut gitu yaa sehingga membutuhkan SDM
yang mumpuni di dalamnya”(05.37-07.06)
“Kemudian apa sih Pak Faktor yang “Ok mmm jadi gini, terkait dengan data
menyebabkan hasil pencarian data pembanding yang berbeda yaa, sebelumnya
pembanding berbeda antara Wajib Pajak dan saya tanya Mba nya dulu, TP itu di dalam
pemeriksa?” kepala Mba nya seperti apa? (07.24-07.36)
“Menurut saya hanya realokasi profit saja, sih “Ok jadi coba saya jelaskan sedikit gitu, yaa.
Pak. Sebuah seni juga” Jadi tidak semata-mata mencari pembanding.
Melainkan kita harus mengenal industrinya
seperti apa, kondisi WP nya seperti apa,
produknya seperti apa, kemudian bisnis
strateginya seperti apa kan ada 5 faktor
kesebandingan itu ya. Nah itu yang harus
dikuasai olehmasing-masing pihak tidak
hanya WP namun juga pemeriksa. Nah
kesalahan ketika mengenali hal tersebut itu
nanti akan membawa dalam kesalahan
menentukan data pembanding. Dan tentunya
informasi2 mengenai data pembanding
tersebut itu juga berpengaruh. Misalnya ya
saya mengambil data pembanding perusahaan
A yang bergerak di bidang otomotif, tapi
ternyata dia itu juga bergerak di industri
kuliner ya misalnya hehehehe nah kalau
seperti itu kan ada asimetrik informasi yaa
yang nantinya akan berpengaruh pada
kesalahan dalam menentukan data
pembanding tidak hanya dialami oleh petugas
pajak ya, WP juga. (07.50-09.33)
“Bagaimana pandangan Bapak mengenai “OK yang pertama itu ya mmm OECD tidak
penggunaan multiple year data yang mengharuskan untuk menggunakan MYD itu
direkomendasikan oleh OECD dalam mencari yang perlu digaris bawahi. Kalau di OECD itu
data pembanding?” paragraph 3.75-3.79. Dia tidak bilang
merekomendasikan. Kalau berdasarkan
paragraf 3.75, MYD mungkin bisa berguna
tetapi mungkin bukan suatu hal yang mutlak
untuk dilakukan di dalam pengujian TP. Jadi
kalau kalimat OECD merekomendasi itu tidak
tepat ya, bisa jadi misslead. Dia memang
bilang bahwa terkadang bisa berguna. Tapi
disatu sisi yang lain barangkali itu adalah hal
yang tidak berguna. Oke yah? Nah pertanyaan
berikutnya terus kapan bisa dikatakan
berguna? Ada di kalimat selanjutnya ‘myd
should be should where they add value to the
tp analyzes’ jadi harusnya dilakukan ketika
seharusnya dia menambah manfaat. Jangan
sampe dia mengurangi manfaatnya. Nah jadi
kapan dia bisa nambah manfaat? Mungkin
salah satunya misalnya adalah terkait dengan
‘product life cycle’ nah coba gimana itu?
Pertama ada pengenalan, kemudian mulai
masuk ke marketnya, dia ada peak yaa mulai
tinggi, pasti nanti bakal ada penurunan
kemudian nanti promosi lagi, nanti dia naik
lagi. Industri otomotif memang ada product
life cycle nya. Tapi itu ketika dia memang
mengeluarkan produk mobil baru. Tapi kalau
industri otomotif itu kan tidak semata-mata
dia sebagai industri pabrikan mobil, misalnya
dia juga jadi pendukung pabrikan mobil
contohnya jualan ban, spion, velg yang
mereka jual ke pabriknya. Kemudia nanti di
pabrik dirakti kemudian jadi xpander
misalnya gitu ya hahahaa. Nah kalau terkait
dengan jual pendukungnya itu kira2 terkait
gak dengan product life cycle? Nah kan tidak
begitu relevan. Nah tidak perlu dia
mengenalkan spin itu seperti apa, tidak perlu
megenalkan di dalam pasar itu velg saya
seperti apa, yang penting dia bisa
menyediakan velg ini untuk pabrik itu. Nah
kalau kita berbicara mengenai industri
penyokongnya itu gak bisa bicara mengenai
product life cycle nya. Kalau untuk yang
memang pabrikan Nissan, Daihatsu, Honda
itu memang ada product life cycle sehingga
kalau misalnya kita ngambil pembanding,
pembandingnya kan belum tentu berada pada
siklus bisnis yang sama. Saat penetrasi pasar
misalnya. Nah belum tentu, bisa jadi yang kita
ambil itu bisnisnya sedang peak atau mungkin
sudah mulai down. Sehingga ketika
mengambil satu range 5 tahun itu bisa
mencerminkan saat dia peak seperti apa, saat
dia turun seperti apa sehingga MYD bisa
bermanfaat. Jadi tidak semata-mata harus
pake MYD yaa, tidak. Single year data berarti
bagus tidak juga. Tapi bisa dikondisikan
tergantung dengan kondisi yang ada,
tergantung dengan produk yang ada. Jadi
kalau bicara mengenai TP yaaa bener yang
tadi Mba nya bilang, its an art yaa, ini adalah
suatu hal yang bisa berbeda-beda. Bukan
suatu ilmu yang pasti. Tetapi ada guideline
nya, ada rambu-rambunya yang diatur dalam
OECD TPG. ”(09.49-16.39)
“Pandangan Bapak mengenai kasus skripsi “Yaa ok. Jadi giniii mmm tergantung juga
Saya, apakah bisa mempergunakan MYD, dengan metodenya. Kalau yang digunakan
Pak? Apakah ada product life cycle nya?” TNMM di level bawah. Kalau tidak Pritty
bilang yang dijual adalah berupa base, maka
pendapat pribadi saya itu memiliki product
life cycle. Sehingga MYD bisa sangat
powerful disitu. Tapi kalau biasanya dia
hanya jual spare part itu kan dia hanya
kontrak manufaktur biasa yaa jadi kalo bisa
siklus produk tidak ada karena tidak
diperkenalkan ke pasar sama sekali. Kalau
hanya jual spare part buat apa dia nunjukin
ke pasar kalau produk saya lebih baik gitu
yaa. Jadi tergantung sudut pandangnya seperti
apa dan juga TP DOC nya itu membawa ke
arah mana. Kalau ke arah TNMM bisa jadi
MYD itu jadi lebih baik karena dia jualan ke
konsumen ya mereka butuh penetrasi pasar
atau mungkin ada ekspansi dan seterusnya.
Jadi infomasi itu gak bisa terbatas yaa, kalo
terbatas kita bisa berada di jalur yang tidak
benar.” (17.51-20.08)
“Kemudian terkait jumlah tahun itu “Memang tidak ada kepastian hukumnya yaa,
bagaimana ya, Pak?” nanti kalo dipastikan harus 5 tahun, ya nanti
kalo siklus produknya 7 tahun gimana? Kalau
Cuma 3 tahun gimana? Karena memang TP
itu ga bisa dipastikan. Tidak bisa dihajar
kalau pokoknya MYD itu harus 5 tahun. Lho
nanti kalau misalnya ada mungkin siklus
hidupnya itu 4 tahun gimana? Kan tergantung
dari bisnisnya. Ketika membuat sebagai
peraturan itu harus berpikir ke arah sana. Kalo
dari WP ini gimana sih gak ada peraturannya
yaa karena memang seperti itu, memang kalo
dari WP itu membutuhkan kepastian ya
cuman takutnya merugikan pihak2 lain. Jadi
kembalikan kepada bisnisnya seperti apa.
(20.48-22.18)
“Pak apakah kalau tidak memiliki “Oke yaa jadi begini, kalao dia bilang terjadi
pembanding internal bisa menyebabkan full fiction itu, kalau dari kacamata saya
arm’s length principle fiction?” tergantung dari sudut pandangnya ya.
Memang hal tersebut itu ngawang-ngawang
ya, justru disitu seni nya TP menurut saya yaa
membuat yang ngawang2 itu menjadi bisa
digunakan untuk menguji transaksi afiliasi
karena memang tidak ada pembanding
internal. Kalau ada pembanding internal sih
gampang saja ya. Kenyataanya ya memang
kebanyakan pembanding internal itu susah
ditemui, kalopun ada itu tidak benar2 100$%
sama. Mungkin nanti bisa diberikan
adjustment2. Atau mungkin kita pake
pembanding yang eksternal. Kalau tadi
dikatakan benar2 khayalan, yaa tidak
khayalan juga. Tapi kalau dikatakan fiksi
tersebut bisa diuji ya betul. OECD TPG kan
juga merekomendasikan adanya database
komersial. Sehingga menggunakan
pembanding eksternal juga tidak masalah.
Bukan merupakan suatu hal yang dilarang.”
(23.59-26.57)
“Berarti harus tahu dulu yaa pak faktor-faktor “Jadi MYD itu berdasarkan OECD TPG bisa
apa yang menjadi dasar penggunaan MYD?” digunakan sebagai examining loss. Jadi kalau
misalnya ada satu pembanding yang rugi, kita
harus memeriksa kerugian tersebut. Kita
harus mendalami bagian tersebut. Kenapa?
Karena menjadi salah satu faktor penggunaan
MYD. Kalau misalnya dia ada rugi besar,
handal atau enggak dia jadi pembanding? Gak
handal kan. Kalau memang ada satu hal yang
anomali itu bisa terlihat dari menggunakan
MYD. Kemudian berdasarkan paragraf 3.77,
MYD bisa powerfull ketika digunakan saat
industri tersebut memang memilik product
life cycle. Kemudian untuk mendeteksi
kejadian anomali pada data pembanding itu
sendiri. Kemudian untuk menambah
keandalan juga ya. Jadi memang MYD itu
perlu digunakan supaya range nya itu bisa
lebih lebar. Sehingga kan kalau misalnya saya
punya margin nya itu 3%, nah kalau saya
tidak menggunakan MYD, 3% itu gakmasuk
kemudian range nya itu diantara 4-6. Tapi
kalau saya pake MYD itu bisa dilebarkan dari
mulai 2-7 karena kan datanya secara statistik
lebih banyak. Nah yang biasanya dilakukan
oleh WP yang sering kami temui di lapangan
adalah dengan adanya MYD itu melebarkan
range. Apakah itu salah? Bisa salah bisa
benar. Tergantung dari cara dia mencari
pembandingnya seperti apa. Tergantung dia
mengakses kondisi ekonominya seperti apa.
Jadi hal yang terpenting terkait TP adalah
bukan proses mencari pembandingnya, bukan
pada proses MYD atau single year yaa bukan.
Melainkan mengetahui entitas itu seperti apa,
industri sekitarnya seperti apa, economic
circumtances nya seperti apa. Ketika kita
sudah mengetahui, maka informasi yang nanti
kita dapatkan maka semakin kuat. Yaa terkait
data pembanding biasanya masih menganut
pada seleranya masing-masing. Ada yang
seleranya seperti ini, nanti diambil
pembanding yang seperti ini. Kalau WP kan
intensinya melebarkan range, kalau DJP kan
menurunkan range yang penting pajaknya
besar hahahaha tergantung masing-masing.
Jadi kuncinya ada di siapa yang bisa
mengenali industrinya, dan mengambil
industrinya bisa dikatakan lebih tepat
daripada yang lain.” (27.31-33.20)
“Kalau untuk terkait sengketa MYD ini “Kebanyakan sih lebih kepada yang tadi saya
sendiri apakah sudah sering ditemui Pak di katakan yaa, tergantung seleranya masing-
Indonesia? Itu kebanyakan terkait kondisi masing heehhe. Kalau yang seleranya DJP
ekonomi atau bagaimana Pak?” nanti dihilangkan yang rugi-rugi, kalau ada
yang margin laba nya kecil biasanya
dihilangkan. Biasanya seperti itu. Tapi kalau
WP nanti yang akan diambil yang nilainya
tinggi-tinggi. Biasanya sih seperti itu, tanpa
ada argumentasi yang kuat dibalik itu semua.
Tapi harus menghilangkan kepentingan yaa,
karena di peraturan dan guidelines kan sudah
jelas yaa harus menghilangkan kepentingan.”
(33.31-34.28)
“Langkah DJP dalam mengurangi sengketa “MMM hahaha langkahnya DJP yaa, saya
TP bagaimana ya Pak?” tidak setinggi itu yaa hehehe mungkin yaa
jangan dikoreksi ya harusnya? Hahahah.
Menurut saya langkahnya DJP ini sudah
mulai benar dimana peraturan pembuatan TP
DOC sudah mengalami periode ex ante di
PMK 213 itu membuat seseorang menjadi
aware. Yang dilakukan DJP itu kan proteksi
interest. Jangan sampe laba nya itu kan di
shifting ke luar negeri. Dengan adanya PMK
213 terobosan baru bahwa WP itu harus
menyiapkan TP DOC bahkan sebelum
mensubmit SPT. Awarness masyarakat itu
sudah mulai tinggi gitu ya. Hal tersebut juga
jadi trigger ya buat pegawai DJP yang
tadinya dulu takut kalau denger TP, sekarang
udah engga. Karena mikirnya masa WP bisa,
kita engga. Jadi arahnya sudah benar yaa,
karena dijadikan suatu isu yang besar dan
semua orang harus belajar terkait dengan TP
ini sendiri terutama temen2 kita yang ada di
PMA, KPP Madya, dan RTO yang ada
transksi afiiasi luar negerinya. Menurut saya
langkahnya udah benar, tinggal bagaimana
menghilangkan kepentingan-kepentingan itu.
(34.45-37.39)

Anda mungkin juga menyukai