1. Tingkat pemahaman Wajib Pajak mengenai isu transfer pricing dan arm’s length principle pada transaksi afiliasi. Beragam. Pemahaman WP ini saya definisikan tercermin dalam pengisian SPT, terutama Lampiran 3A SPT Tahunan PPh Badan serta pemenuhan kewajiban terkait TP Doc. Perlu menjadi catatan bahwa seringkali Wajib Pajak menggunakan konsultan pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya, termasuk mengenai penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (PKKU)/ Arm’s Length Principle. Berdasarkan pengalaman saya, umumnya WP yang menggunakan konsultan pajak, pemenuhan kewajiban PKKUnya cenderung lebih baik. Namun ada juga WP yang menyusun sendiri TP Docnya dan hasilnya sama baiknya dengan yang disusun konsultan pajak. Dari segi pengisian SPT juga beragam. Ada yang mengisi SPT PPh Badannya sesuai ketentuan, dan banyak juga yang belum. Karena saya bertugas di Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, jadi yang umumnya sampai ke meja saya adalah Wajib Pajak yang penerapan PKKUnya belum sesuai ketentuan. 2. Metode yang sering digunakan Wajib Pajak dalam menganalisis kesebandingan dalam transfer pricing document. Berdasarkan pengamatan pribadi, TNMM 3. Pandangan terhadap metode transfer pricing TNMM pada industri otomotif. Pendapat saya selaras dengan ketentuan perpajakan saat ini. Pasal 13 ayat (11) dam (12) PMK-22/PMK.03/2020 mengatur: (11) Dalam hal metode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a (CUP) dan metode yang lain dapat digunakan dan memiliki keandalan yang setara, maka metode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a (CUP) lebih diutamakan dari pada metode yang lain. (12) Dalam hal metode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b (RPM), huruf c (CPM), huruf d angka 1 (PSM), dan huruf d angka 2 (TNMM) dapat digunakan dan memiliki keandalan yang setara, metode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b (RPM) atau huruf c (CPM) lebih diutamakan dari pada metode sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d angka 1 (PSM), dan huruf d angka 2 (TNMM). Sehingga sepanjang metode berbasis harga dan laba kotor dapat digunakan, semestinya metode tersebutlah yang dipilih, dibandingkan TNMM. Beberapa kasus dalam industri otomotif yang pernah saya tangani umumnya adalah distributor. Dan dalam kasus-kasus tersebut, saya berpendapat bahwa metode lain seperti CUP, RPM, dan CPM sebenarnya dapat digunakan. 4. Tingkat pemahaman Wajib Pajak dalam menyusun transfer pricing document. Lihat jawaban atas pertanyaan 1 5. Langkah yang dilakukan oleh DJP dalam pemeriksaan transaksi terkait transfer pricing. Tahapan Pemeriksaan Transfer Pricing terdiri atas tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Dalam tahap persiapan, pemeriksa akan mereviu informasi yang tersedia, misalnya SPT, Laporan Keuangan, dan TP Doc (karena AR juga bisa melakukan permintaan TP Doc kepada WP), melakukan analisis risiko, membuat audit plan dan audit program. Kalau pemeriksa sudah memperoleh TP Doc, ya penelitian TP Doc bisa dilaksanakan sejak tahapan persiapan pemeriksaan. Tahapan persiapan pemeriksaan juga sudah termasuk mengidentifikasi mana-mana saja transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa, dan pihak-pihak afiliasi. Walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa hal ini akan berkembang dan digali lebih lanjut dalam tahapan pelaksanaan. Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan, pemeriksa akan melakukan beberapa langkah, antara lain: 1. Melakukan penelitian atas tahapan pendahuluan Wajib Pajak 2. Melakukan Analisis Industri 3. Melakukan Analisis atas kondisi transaksi (salah duanya melalui analisis rantai supply, dan analisis FAR) 4. Melakukan Analisis kesebandingan 5. Memilih metode Transfer pricing 6. Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha. Dalam tahapan pelaporan, Pemeriksa mendokumentasikan hasil kerjanya dalam LHP dan KKP. 6. Pandangan terhadap analisis FAR dalam melakukan analisis kesebandingan? Sangat penting. Dalam OECD TPG 2017 sendiri disebutkan bahwa analisis kesebandingan merupakan “at the heart of the application of the arm’s length transaction” 7. Pandangan terhadap analisis FAR dan kesesuaian kontrak terhadap industri yang dikategorikan sebagai licensed manufacturer? Definisi saya atas licensed manufacturer merujuk pada antara lain tulisan Nerudova, Solilova, dan van Herksen yang berjudul Business Model, yang dimuat dalam buku Transfer Pricing and Business Restructuring (Anuschka Bakker, editor) yang diterbitkan IBFD tahun 2018. Dalam buku tersebut, FAR licensed manufacturer adalah sebagai berikut: Idealnya kontrak Wajib Pajak mencerminkan hal yang serupa dengan yang nyata-nyata terjadi. Namun dalam transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa, seringkali kenyataannya tidak demikian. 8. Pada kasus saya, WP melakukan searching criteria sebagai berikut, Product Name ORIANA Update Number 145 Software Version 47.00 Data Update 30/05/2017 (n 1451) Username xxx Export Name 05/06/2017 Cut Off Date 31/03
No Criterion Step Result Search
Result 1 US SIC (Primary codes only, incl. 145,010 134,127 related words) -3537: Industrial trucks, tractors, trailers, and stackers -3711: Motor vehicles and passenger car bodies -3713: Truck and bus bodies -3714: Motor vehicle parts and accessories -3715: Truck trallers -3716: Motor homes -3799: Transportation equipment, not elsewhere specified 2 Status: Actives companies 39,752, 483 99,677 3 Region/ Country/ Region in 33, 928, 313 91,240 country: Far East and Central Asia 4 BvD Independence indicator: A+, 500, 799 1,757 A, A- 5 Operating Revenue (turnover) (th 25, 903 111 USD): Min= 100,000, 2015, 2014, 2013, for all the selected periods Boolean search: 1 and 2 and 3 and 4 and 5 Total 111
Apakah telah sesuai dengan kaidah?
Ini tergantung hasil delineasi transaksi yang dilakukan Wajib Pajak. Tidak bisa dikatakan benar tidaknya hanya dari info ini. Yang terpenting adalah bahwa searching criteria ini menghasilkan pembanding yang sebanding dengan transaksi Wajib Pajak. Dalam PER-22/PJ/2013, kriteria pencarian (searching criteria) hanya diatur sebatas ini: Untuk menghasilkan pembanding yang andal maka pencarian data pada database komersial harus menggunakan strategi pencarian/kriteria pencarian (searching strategy/searching criteria) yang tepat, antara lain: a) kode industri yang sesuai dengan Wajib Pajak yang diperiksa; b) wilayah (region), c) ketersediaan data, d) indikator laporan keuangan. Kriteria-kriteria ini tidak bersifat mengikat, karena disebutkan “antara lain”. Setelah searching criteria pun, harus dilakukan proses seleksi manual (manual screening) untuk memastikan bahwa data-data tersebut sebanding dengan transaksi Wajib Pajak. Hal ini kemudian didukung dengan analisis kesebandingan antara Wajib Pajak dengan pembanding terpilih. 9. Pandangan fiskus dalam menentukan rentang waktu data pembanding yang andal. Generally, yang digunakan adalah single year data. Penggunaan data beberapa tahun dibahas tersendiri dalam subbab khusus dalam OECD TPG 2017. Paragraph 3.75 OECD TPG 2017 secara jelas menyatakan; “In practice, examining multiple year data is often useful in a comparability analysis, but it is not a systematic requirement. Multiple year data should be used where they add value to the transfer pricing analysis.” Para 3.76-3.77 menjelaskan kapan penggunaan multiple year data berguna. Paragraph 3.78 dan 3.79 menyatakan hal-hal berikut: “Multiple year data can also improve the process of selecting third party comparables e.g. by identifying results that may indicate a significant variance from the underlying comparability characteristics of the controlled transaction being reviewed, in some cases leading to the rejection of the comparable, or to detect anomalies in third party information.” “The use of multiple year data does not necessarily imply the use of multiple year averages. Multiple year data and averages can however be used in some circumstances to improve reliability of the range. …” Pengaturan ini kemudian diadopsi oleh pengaturan domestik; yaitu oada PER- 22/PJ/2013 dan SE-50/PJ/2013. PER-22/PJ/2013 mengatur bahwa: “Untuk menentukan kewajaran suatu transaksi afiliasi, pembandingan tahun per tahun dapat terdistorsi akibat adanya perbedaan- perbedaan material pada keadaan ekonomi ataupun kondisi pasar serta kondisi lainnya dalam perusahaan. Pengujian atas kewajaran suatu transaksi, memerlukan penelitian data beberapa tahun atas transaksi afiliasi ataupun transaksi independen. Dengan cara ini, perbedaan-perbedaan yang terjadi karena beberapa hal seperti siklus produk ataupun siklus usaha dapat diatasi dan akan menghasilkan kesebandingan yang lebih andal.” Pengaturan pada PER-22 belum sepenuhnya menjelaskan mengenai dalam kondisi apa multiple year data dapat digunakan dan belum menjelaskan mengenai bagaimana analisis multiple year data digunakan. SE-50/PJ/2013 kemudian mengatur lebih lanjut: “Data beberapa tahun (multiple year data) digunakan dalam hal dapat meningkatkan hasil analisis kesebandingan. Analisis data beberapa tahun dapat meningkatkan proses pemilihan kandidat pembanding misalnya dengan mengidentifikasi pembanding yang mempunyai perbedaan signifikan dari pihak yang diuji. Dalam beberapa kasus, hal ini akan mengarah pada penolakan kandidat pembanding atau pendeteksian anomali dari kandidat pembanding. Penggunaan data beberapa tahun dalam analisis kesebandingan, tidak berarti bahwa dalam penentuan harga atau laba wajarnya menggunakan rata-rata kinerja data beberapa tahun.” Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa pengaturan pada OECD TPG dan peraturan domestik adalah sama. Pada dasarnya, dalam pemilihan data pembanding, yang diperbandingkan adalah single year data. Multiple year data hanya digunakan dalam hal dapat meningkatkan analisis kesebandingan. Dalam hal Wajib Pajak menggunakan multiple year data, maka Wajib Pajak harus membuktikan bahwa penggunaan multiple year data lebih sebanding daripada single year. 10. Pandangan mengenai tingkat pengetahuan dan pengalaman pemeriksa pajak di bidang transfer pricing berpengaruh pada hasil pemeriksaan transfer pricing. Menurut pendapat pribadi, hal ini sangat berpengaruh. Bagaimanapun pemeriksaan secara umum, khususnya transfer pricing membutuhkan pengalaman. Pemeriksa yang lebih berpengalamn tentu dalam pengujian akan lebih tepat sasaran. 11. Faktor yang menyebabkan hasil pencarian data pembanding berbeda antara Wajib Pajak dan pemeriksa. Berdasarkan pengamatan pribadi, perbedaan ini dapat terjadi antara lain akibat: 1. Perbedaan kondisi transaksi menurut WP dan fiskus. Misalnya Wajib Pajak mengakui bahwa suatu transaksi merupakan transaksi retur sedangkan menurut fiskus, transaksi tersebut merupakan transaksi jual beli. 2. Perbedaan karakteristik usaha menurut WP dan fiskus. Misalnya menurut WP, WP adalah licensed manufacture, sedangkan menurut fiskus, WP merupakan fully-fledge manufacture. 3. Perbedaan pendapat mengenai ketersediaan pembanding internal. Misalnya WP beranggapan bahwa pembanding internal tidak sebanding namun fisku berpendapat sebaliknya. 4. Perbedaan pihak yang diuji/ tested party. Misalnya menurut WP, WP merupakan pihak dengan fungsi yang lebih sederhana sedangkan menurut fiskus pihak afiliasinya yang berada di luar negeri lah yang merupakan pihak dengan fungsi yang lebih sederhana. 5. Perbedaan penyesuaian yang dilakukan. Misalnya menurut WP atas suatu pembanding tidak dapat dilakukan penyesuaian yang akurat atas perbedaan dalam kontrak sedangkan menurut fiskus sebaliknya. 6. Perbedaan metode yang digunakan. Misalnya WP menganggap bahwa tidak tersedia pembanding di level harga, namun menurut fiskus, tersedia pembanding di level harga. 7. Perbedaan titik kewajaran yang digunakan. Misalnya WP menggunakan nilai kuartil satu sedangkan fiskus menggunakan nilai kuartil dua, dsb 12. Hambatan yang dihadapi dalam proses penentuan data pembanding. Dalam sudut pandang pemeriksaan, berdasarkan pengamatan pribadi, permasalahan yang umumnya dihadapi oleh pemeriksa dalam melakukan penentuan data pembanding adalah kesulitan untuk mendelineasi transaksi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dari segi Wajib Pajak, hal ini umumnya disebabkan oleh keengganan Wajib Pajak menjelaskan mengenai detail-detail transaksi yang dilakukan (atau dalam PMK-22 disebut sebagai kondisi transaksi) dan bagaimana kebijakan harga ditetapkan dalma transaksi-transaksi tersebut. Hal ini kadang dipengaruhi oleh adanya rahasia bisnis perusahaan. DJP sendiri telah menjamin hal ini dengan adanya ketentuan mengenai kerahasiaan jabatan di Pasal 34 UU KUP. Dari segi pemeriksa, hal ini bisa disebabkan oleh keterbatasan waktu yang dimiliki pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Misalnya, dalam beberapa kasus, pemeriksa bisa saja membutuhkan data dari pihak ketiga baik dalam dan luar negeri yang tentu saja membutuhkan lebih banyak waktu untuk dipenuhi. 13. Pandangan mengenai penggunaan multiple year data yang direkomendasikan oleh OECD dalam mencari data pembanding. Generally, data pembanding yang digunakan adalah single year data. OECD juga berpendapat demikian (baca jawaban no 9). Multiple year data hanya digunakan dalam hal dapat meningkatkan analisis kesebandingan. Penggunaan data beberapa tahun dalam analisis kesebandingan, tidak berarti bahwa dalam penentuan harga atau laba wajarnya menggunakan rata-rata kinerja data beberapa tahun. Misalnya, dalam hal transaksi afiliasi yang akan dicari pembandingnya merupakan transaksi kontrak konstruksi beberapa tahun, menjadi relevan apabila rata-rata/median data beberapa tahun digunakan. Akan tetapi, dalam proses bisnis yang normal dan berulang setiap tahunnya, data beberapa tahun umumnya digunakan dalam proses pemilihan kandidat pembanding. Misalnya dengan mengidentifikasi pembanding yang mempunyai perbedaan signifikan dari pihak yang diuji. 14. Penerapan dan perkembangan penggunaan multiple year data di Indonesia. Penerapan: cek pertanyaan 9 & 13. Dari segi WP, WP seringkali menggunakan multiple year data. Dalam hal demikian, ya pemeriksa akan meminta WP menjelaskan mengapa single year data tidak dapat digunakan. Perkembangan: Pengaturan domestik mengenai single year dan multiple year hingga saat ini tercantum pada PER-22/PJ/2013 dan SE-15/PJ/2013 tentang pemeriksaan terhadap WP yang mempunyai hubungan istimewa/ pemeriksaan Transfer Pricing. DJP sedang dalam proses penyusunan peraturan pengganti dan/atau turunan untuk mengatur lebih jelas mengenai hal ini. 15. Kelebihan dan kekurang dalam menggunakan multiple year data. Disini yang “menggunakan multiple year data” adalah definisi secara umum seperti yang dijelaskan dalam OECD TPG dan bukan berarti penggunaannya adalah dengan membandingkan rata-rata/median data beberapa tahun. Kelebihan: meningkatkan kesebandingan karena dapat digunakan untuk mendeteksi pembanding yang memiliki performa keuangan yang berbeda secara signifikan dari pihak yang diuji maupun dari kinerja industry. Hal ini akan berujung pada eliminasi calon pembanding. Dalam kasus seperti kontrak konstruksi beberapa tahun (as mentioned above), penggunaan data beberapa tahun juga akan berguna. Kekurangan: Penentuan data berapa tahun ke belakang yang harus diambil (apakah 2, 3, 5 tahuan kebelakang, atau lebih lama) seringkali membutuhkan kajian yang lebih mendalam. Sekali lagi, penggunaan data pembanding single year lebih diutamakan, kecuali dalam hal penggunaan multiple years dapat meningkatkan analisis kesebandingan. 16. Alasan DJP menggunakan multiple year data. DJP menggunakan multiple years hanya dalam hal dapat meningkatkan analisis kesebandingan. 17. Bagaimana peraturan perpajakan di Indonesia mengakomodasi penggunaan multiple year data. PER-22/PJ/2013 dan SE/50/PJ/2013 sebagaimana disebutkan di atas. 18. Hambatan dalam menggunakan multiple year data dan solusi. Penentuan data berapa tahun ke belakang yang harus diambil (apakah 2, 3, 5 tahuan kebelakang, atau lebih lama) seringkali membutuhkan kajian yang lebih mendalam. Hal ini dapat diatasi dengan pengetahuan yang memadai mengenai industry dan pemahaman yang baik mengenai proses bisnis dan transaksi Wajib Pajak. Untuk membantu fiscus, khususnya pemeriksa pajak memperoleh pengetahuan mengenai industry Wajib Pajak, Kantor Pusat DJP berlangganan Industrial Report. 19. Langkah yang digunakan DJP dalam mengurangi sengketa transfer pricing terkait data pembanding dan multiple year data. Direktorat pemeriksaan dan penagihan memiliki program monitoring dan evaluasi, serta bimbingan teknis pemeriksaan transfer pricing untuk memastikan bahwa Langkah-langkah pemeriksaan transfer pricing yang dilakukan oleh pemeriksa sesuai dengan ketentuan, termasuk terkait dengan pemilihan data pembanding dan multiple year data.