Laporan Pendahuluan Istirahat Tidurdocx
Laporan Pendahuluan Istirahat Tidurdocx
MANUSIA
ISTIRAHAT TIDUR
Untuk memenuhi tugas
Praktik Kebutuhan Dasar Manusia
Disusun oleh:
ANHAR ILMAN WAHID (202914201004)
Dengan judul:
Telah selesai diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing dan pembimbing PK
………………………………… …………………………………
Ketua Jurusan
……………………………..
KONSEP TEORI
A. Definisi
Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian
tubuh tertentu (Vaughans, 2011).
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Tubuh
membutuhkan aktivitas untuk kegiatn fisiologis dan membutuhkan istirahat
dan tidur untuk pemulihan. (Tarwoto, 2011).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya
hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur adalah
gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.(SDKI,
2016).
B. Klasifikasi
1. Non Rapid Eye Movement(NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
a. Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
1) Mata menjadi kabur danrileks.
b. Tahap II
2) Suhu tubuhmenurun.
d. Tahap IV
7) Lebih sulitdibangunkan.
E. Patofisiologi
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebihbanyak
dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasienkurang
tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengangangguan
pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler,dan penyakit
persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman,kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka
akanmenghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat memoengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat- obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur anatara lain
diuretik (menyebabkan insomnia ), anti depresan (supresi REM), kefein
(meningkatkan saraf simpatis ), beta bloker (menimbulkan insomnia ),
dan narkotika (mensupresi REM).
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologis
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat obatan
karena penggunaan obat- obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan,
aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur penderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-wakti tidurnya.
d. Terapi psikologis/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy )
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita
dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan
untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita
merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur
si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara regular dengan memperhatikan waktu
tidur malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari
meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolahraga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktuuntuk
berkreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantunga, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain :
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat anti depresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
d. Golongan obat antihistamin
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien
gangguan tidur yang dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-
sedatif misalnya : Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) terapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan
inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, ganggiuan
koordinasi berfikir, mulu kering, dsb.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian bertahap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat obatan, alkohol atau terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan
informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek aspek tertentu dari struktur
tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG. Perubahan tonus otot
menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien
dapat memakai Actigraphy pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur
selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberikan informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan
istirahat (Buysee, 2005).
H. Pathway
Kesulitan Tegang/
Nutrisi & menyesuaikan frustasi
kalori perubahan Motivasi
jadwal tidur
Gangguan Sering
pencernaan terbangun Keinginan
menanti tidur
Gangguan tidur
Gangguan
Gangguan tidur proses tidur
Penyakit
Butuh lebih
banyak tidur Tidak dapat tidur
Tidak dapat tidur dalam periode
dengan kualitas panjang
baik
Akibat factor
eksternal Deprivasi tidur
Akibat Factor
internal
b. Pola eliminasi
Mengkaji aspek manajemen eliminasi berikut ini:
Eliminasi Alvi : meliputi frekuensi, bentuk, konsistensi, bau, warna
dan jumlah.
Eliminasi Urine : meliputi frekuensi, jumlah dalam CC, konsistensi,
warna dan bau.
c. Pola istirahat
Mengkaji jumlah jam tidur siang dan malam
Dewasa muda (18tahun – 40 tahun) : 7 jam
Paruh baya (40 tahun – 60 tahun) : 7 jam
Dewasa tua ( > 60 tahun) : 6 jam
d. Pola aktivitas
Mengkaji aktivitas sebelum sakit (sebelum di RS) dan saat di RS.
e. Pola personal hygiene
Mengkaji pola mandi, jenis mandi dan frekuensi mandi per hari dan
membandingkan antara sebelum MRS dan selama MRS.
f. Pola kebiasaan
Mengkaji kebiasaan aktivitas pasien sebelum MRS dan saat MRS.
g. Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien
Keadaan pasien secara umum yang dapat kita amati, apakah pasien
lemah, sehat, bugar atau coma.
h. Harapan klien dan keluarga sehubungan dengan penyakitnya
Berisi tentang harapan pasien secara subjektif tentang penyakit yang
sedang dialaminya.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada gangguan istirahat tidur difokuskan pada:
a.Kepala : terlihat kelelahan, lesu dan terasa sakit.
b. Mata : mata sipit, kelopak mata sembab atau bengkak, mata
merah, konjungtiva merah dan terlihat tidak semangat.
c.Mulut : selalu menguap
d. Ekstremitas : terlihat lemah, letih dan lesu.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan :
a. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan)
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
2. Insomnia berhubungan dengan :
a. Stres situasional
b. Penyakit
c. Penggunaan hipnotik berlebihan
d. Kebiasaan tidur yang buruk
3. Deprivasi tidur berhubungan dengan
a. Penyakit atau rawat inap.
b. Penggunaan obat (terapeutik atau rekreasional)
c. Pola kerja
d. Stres
e. Lingkungan tidur
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1. Gangguan Setelahdiberikan 1. Cegah gangguan 1. Agar periode
pola tidur asuhankeperawata yang tidak tidur tidak
n selama….x24 diinginkan terganggu
jam diharapkan 2. Sediakan tempat 2. Meningkatkan
pasien tidak tidur yang bersih rasa nyaman
terganggu saat bersih dan 3. Kondisi yang
tidur dengan nyaman nyaman akan
kriteriahasil : 3. Sediakan atau menginduksi tidur
- Waktu tidur lepaskan selimut. lebih baik
normal 4. Posisikan pasien 4. Posisi yang
- Kualitas tidur padaposisi yang nyaman akan
normal nyaman. memudahkan
- Keluhan sulit pasien untuk
tidur menurun relaksasi.
- Keluhan tidak
nyaman
menurun
- Gelisah
menurun
2. Insomnia Setelahdiberikan 1. Mengidentifikasi 1. Mengetahui
asuhankeperawata pola tidur klien deviasi tidur
n selama….x24 dan aktivitas klien yang dialami
jam diharapkan 2. Jelaskan klien
pasien tidak pentingnya tidur 2. Agar pasien
mengalami yang adekuat memahami
insomnia dengan 3. Dorong pasien tujuan intervensi
kriteria hasil : menetapkan waktu yang akan
- Waktu tidur tidur yang rutin dilakukan
normal (6-8 4. Bantu 3. Agar pasien
jam semalam) menghilangkan mampu
- Kualitas tidur situasi yang membangun pola
normal membuat stress tidur yang sesuai
- Pola tidur 5. Ajarkan pasien 4. Stress dapat
normal melakukan mengganggu
relaksasi tidur seseorang
5. Relaksasi
membantu
pasien santai
TIM Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.