pencalonannya ketika diwawancarai dalam acara TV Larry King Live di CNN. Bill Clinton dan George
Bush melakukan hal serupa lewat pemunculan mereka dalam beberapa acara televisi untuk diwawancarai.
Pada tahun 1992, wawancara televisi semakin diperhitungkan sebagai senjata politis yang penting.
Wawancara dianggap populer tidak hanya dalam dunia politik, tapi juga dalam industri hiburan dan Bisnis secara
keseluruhan. Lihatlah keberhasilan talk show di TV Swasta AS yang diasuh Donahue, Oprah, David Letterman dsb.
Kemudian di Indonesia sejak bergulirnya era reformasi 1998 seolah-olah ada booming talk show di TV-TV Swasta dan
TVRI. Kita bisa lihat Natalia Subagio di TVRI dalam talk show Indonesia Baru secara langsung, wawancara langsung
dengan sumber berita seperti dilakukan dalam berita Liputan 6 SCTV, sampai pada talk show di radio-radio swasta di
Surabaya, seperti di Suara Surabaya, dll.
Bila Kita mengaitkan wawancara dengan mencari pekerjaan, definisi Anda mengenai istilah itu terlalu
sempit. Wawancara meliputi banyak unsur semua komunikasi dua-orang. Ketika Anda meminta nasehat
dokter, mengadakan survey produk barang dan jasa untuk mengetahui positioning nya di benak para
konsumen, survey program acara TV/ Radio pada pemirsa dan pendengar untuk mengetahui rating tertinggi
jumlah pemirsa/ pendengar, ada hubungannya dengan pemasangan iklan. Karena semakin tinggi jumlah
pemirsa/ pendengar terhadap program acara tertentu, akan semakin mahal biaya pemasangan iklan.
Definisi wawancara adalah : “suatu proses komunikasi diadik relasional dengan tujuan yang serius dan
ditetapkan terlebih dulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab” atau
singkatkatnya “ suatu percakapan berdasarkan suatu maksud”. Namun definisi tsb agak terbatas, karena
wawancara membatasi wawancara dengan tujuan yang serius. Wawancara juga telah menjadi bentuk
hiburan yang populer seperti disiarkan televisi dan radio. [Stewart L. Tubss – Sylvia Moss, 2000, hal. 40].
Wawancara mempunyai beberapa fungsi, seperti terlihat pada Tabel 1. Pewawancara dapat mengumpulkan
atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang- kadang mempengaruhi
perilaku mereka. Sebuah wawancara penilaian [appraisal interview] , misalnya, sering menimbulkan
pengaruh yang cukup besar terhadap moral pegawai. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang
berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat
diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepon dan juga memanfaatkan isyarat verbal dan non verbal.
Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan
secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.
Terlepas dari bentuk wawancara yang Anda harapkan, Freund [1992] menawarkan nasehat praktis
wawancara yang mengandung empat langkah :
Wawancara pada dasarnya suatu dialog, dialog yang memungkinkan suatu pihak, pewawancara,
membimbing arah percakapan melalui serangkaian pertanyaan. Seorang pewawancara yang terampil
mengetahui seni bertanya. Ia merespon kepada jawaban yang diterima dengan memodifikasi pertanyaan-
pertanyaan berikutnya – khususnya jenis-jenis pertanyaan yang sedang ditanyakan.
Tabel II
Pertanyaan Terbuka Versus Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan primer memperkenalkan sebuah topik baru dalam wawancara. Semua contoh pertanyaan
terbuka dan pertanyaan tertutup yang disajikan di atas adalah contoh pertanyaan primer.
Suatu bentuk pertanyaan yang sangat berbeda adalah pertanyaan menyelidik atau pertanyaan sekunder.
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan untuk menyusul pertanyaan primer dan dimaksudkan untuk meminta
penjabaran dari responden. Ucapa-ucapan seperti, “Oh, begitu. Dapatkah Anda menceritakan lebih jauh
lagi?” atau “Mengapa Anda tidak teruskan?”. Cenderung memancing komentar lebih jauh mengenai
pernyataan sebelumnya. Jeda pendek dapat juga memancing reaksi yang sama, memungkinkan responden
menyatakan pikirannya lebih lengkap. Contoh-contoh lain pertanyaan susulan dan untuk menyelidik adalah
:
Gambar 1.
[Sumber : diadaptasikan dari Moffatt, Selection Interviewing for Managers, New York, Harper & Row, 1979, Hlm. 83]
Pertanyaan untuk menyelidik mempunyai keuntungan dalam arti bahwa, pertanyaan ini secara signifikan
menambah jumlah informasi yang diperoleh dari responden. Pertanyaan susulan itu memungkinkan
responden menambah penjelasan sebanyak yang ia inginkan.
Kerugian terbesar adalah bahwa pertanyaan ini dapat membuat responden defensif. Misalnya, “Mengapa
tidak?” mungkin mengisyaratkan kritik. Selain itu, responden mungkin tidak suka diselidiki lebih jauh lagi.
Ini dapat menimbulkan kehilangan informasi bila orang itu memutuskan untuk tidak memberikan informasi
atau menyimpangkannya.
3. Pertanyaan Menggiring versus Pertanyaan Netral
Pertanyaan Netral adalah pertanyaan yang tidak secara eksplisit atau implisit menyarankan
jawaban yang diinginkan. Pertanyaan Menggiring adalah sebaliknya.
Stewart dan Cash [1988] menawarkan contoh-contoh berikut, dimana perbedaan arah dan perbedaan
antara pertanyaan netral dan pertanyaan menggiring dilukiskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :
4. Pertanyaan Membebani
Suatu bentuk pertanyaan menggiring yang sering menjengkelkan adalah pertanyaan yang
membebani [loaded question] , yang direkayasa dengan mengisyaratkan jawaban yang diinginkan.
Bentuk pertanyaantertutup ini kadang-kadang digunakan untuk menyudutkan responden. Akibatnya
pewawancara menjawab pertanyaannya sendiri.
Contoh : Kepada Menteri Pertahanan dalam sebuah konperensi pers, “Bukankah kebijakan baru Anda
telah dicoba pada masa lalu tanpa membawa sukses?”
Contoh pertanyaan tsb, bermuatan emosi, dan segera menyudutkan responden. Tidak disangkal, jenis
pertanyaan semacam ini kadang menguntungkan, terutama dalam media berita. Meskipun demikian,
bila kita ingin memperoleh informasi, sebaiknya kita jangan menggunakan pertanyaan yang
membebani. Suatu cara yang lebih baik misalnya, Kepada Menteri Pertahanan, “ Dapatkah Anda
menjelaskan keuntungan-keuntungan dan kerugian- kerugian kebijakan baru Anda?”.
Pertanyaan yang membebani tidak memiliki keuntungan kecuali tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah responden dapat mengatasi suatu situasi yang mengancam dan memusuhi. Kerugiannya sudah
jelas : Responden kehilangan kepercayaan apapun yang mungkin telah ada, mungkin merasa
“ditelanjangi”, dan mungkin membenci pewawancara dan organisasi yang diwakilinya.
5. Pertanyaan yang Mencurigakan dan Cara Mengatasinya
Menurut UU Hak Sipil AS [Civil Rights Act] 1978, mengenai perlindungan para pekerja dari
diskriminasi pekerjaan. Umumnya pertanyaan-pertanyaan yang sah secara hukum berhubungan
dengan pekerjaan, sikap terhadap pekerjaan, kesehatan bila relevan bagi pekerjaan tertentu,
pekerjaan terdahulu, latar belakang pendidikan, dan keahlian. Pertanyaan-pertanyaan lainnya yang
tidak relevan dapat dianggap mendiskriminasi.
Khususnya, the Equal Employment Opportunity Commission [EECO] menetapkan hal-hal berikut
sebagai sumber diskriminasi :
Perubahan nama, nama terdahulu [waktu masih lajang]
Alamat sebelumnya di luar negeri
Tempat lahir diri sendiri atau keluarga
Agama
Warna kulit
Kewarganegaraan atau asal-usul kebangsaan
Pelayanan militer asing
Nama dan alamat kerabat yang harus diberitahu
Catatan penahanan atau penghukuman
Tinggi badan [kecuali bila berhubungan dengan pekerjaan]
Ketika seorang individu ditanyai pertanyaan tidak sah yang mendiskriminasi, ada beberapa
alternatif yang dapat diikuti :
1) Tentu saja, bila responden berpendapat pertanyaan itu tidak merugikan dan tidak
mempedulikan fakta, bahwa pertanyaan itu dapat digunakan sebagai alat penyaringan yang
tidak sah, ia boleh terus menjawabnya.
2) Responden dapat memberitahu pewawancara, bahwa pertanyaan itu sangat pribadi dan bahwa
ia akan senang menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan kualifikasi
yang dibutuhkan oleh pekerjaan.
3) Responden dapat bertanya, apa maksud pertanyaa itu dalam hubungannya dengan pekerjaan,
apa yang ingin diketahui pewawancara.
4) Responden dapat menunjukkan, bahwa pertanyaan itu tidak relevan, dan terus menjawabnya
[misalnya, “Pertanyaan itu tidak berhubungan dengan kualifikasi saya bagi jabatan itu, namun
saya akan menjawabnya juga”].
5) Responden dapat menolak untuk menjawab pertanyaan dengan alasan, bahwa pertanyaan itu
tidak berhubungan dengan persyaratan pekerjaan.
6) Responden dapat mengabaikan pertanyaan dan menjawab dengan menunjukkan, bahwa oa
bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang relevan.
7) Tentu saja, responden dapat menghentikan pewawancara dengan menyatakan keyakinan,
bahwa pertanyaan itu mendiskriminasi dan [bila diinginkan] bahwa ia akan mengadukan hal
itu kepada pihak berwenang.
Bentuk-Bentuk Respon yang Tidak Memadai
2) Jawaban Parsial
Pewawancara dapat mengulangi bagian pertanyaan yang belum dijawab. Bila responden banyak memberi jawaban
parsial, pewawancara harus meninjau kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Lebih baik jangan mengajukan
lebih dari satu pertanyaan setiap kali bertanya.
3) Jawaban Tidak Relevan
Mengapa responden menjawab tidak relevan dengan pertanyaan, ia mungkin tidak sepenuhnya memahami pertanyaan
atau mungkin sengaja tidak ingin menjawabnya. Politisi, tampaknya sering menjawab pertanyaan dengan jawaban
yang tidak relevan.
Struktur Wawancara
1) Membuka wawancara
Memperkenalkan tujuan wawancara kepada responden
Memelihara hubungan dengan responden, membuatnya merasa bahwa pewawancara
dapat dipercaya dan bahwa pertemuan itu bukan merupakan situasi yang mengancam.
Memotivasi responden untuk menjawab pertanyaan
3) Kesimpulan
Akhiri wawancara dengan baik dan terampil. Seringkali terlalu sering wawancara berakhir
tiba-tiba, karena kekurangan waktu, dan kedua pihak merasa perlu mengakhiri wawancara.
Referensi :
Tubbs, Stewart L and Moss, Sylvia., Human Communication, Mc. Graw Hill - Rosdakarya, Bandung 2000, hal 40 - 55