Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN METODE RETAD UNTUK MENGURANGI

WAKTU SET UP PADA MESIN MILLING P1 DAN P2


DEPARTEMEN MACHINING PT. KUBOTA INDONESIA
Sriyanto, Denny Nurkertamanda, Ahmad Nur Ismail

Abstrak

Pengurangan waktu produksi dalam suatu proses produksi dapat dilakukan dengan
meminimalkan waktu setup pada proses produksi tersebut. Untuk mengurangi waktu setup diperlukan
suatu cara untuk membantu operator dalam melaksanakan proses milling sehingga dapat meminimalkan
waktu setup serta dapat menghilangkan elemen kerja yang tidak produktif tersebut. Metode RETAD
(Rapid Exchange of Tooling and Dies) merupakan pengembangan dari metode SMED (Single Minuite
Exchange of Dies) yang bertujuan mengurangi waktu setup, menghapus scrap dan rework.
Dari hasil pengolahan data dan analisis untuk proses milling pada mesin Milling Vertikal P1,
waktu elemen kerja membersihkan jig dari geram dapat dikurangi dari 5.53 detik sebelum perbaikan
menjadi 1.54 detik setelah perbaikan dan untuk mesin Milling Vertikal P2, waktu elemen kerja
membersihkan jig dari geram dapat dikurangi dari 5.15 detik menjadi 1.54 detik. Dari hasil di atas maka
dapat disimpulkan bahwa terjadi perbaikan waktu setup pada proses milling pada Mesin Milling Vertikal
P1 dan P2 di Cylinder Head Line, perbandingan waktu standar proses milling dari 258.505 detik
sebelum perbaikan menjadi 254.518 detik setelah perbaikan pada mesin Milling Vertikal P1 dan 256.002
detik sebelum perbaikan menjadi 252.392 detik setelah perbaikan pada mesin Milling Vertikal P2 Untuk
penelitian ini hasil tersebut merupakan hasil maksimal yang dapat dicapai, namun dapat dikembangkan
lebih lanjut pada mesin-mesin produksi lainnya.

Kata kunci : RETAD, waktu setup, elemen kerja

1. PENDAHULUAN PT. Kubota Indonesia yang


memproduksi berbagai model mesin diesel
1.1 Latar Belakang dalam menjalankan proses produksinya
menggunakan berbagai jenis mesin
Secara terminologi penerapan setup produksi, antara lain mesin Milling Vertikal
lebih banyak terjadi pada kegiatan P1 dan P2 pada departemen Machining
persiapan dan setelah pengaturan dari yang berada pada bagian Cylinder Head
sebuah proses operasi, juga pada kegiatan Line. Mesin Milling Vertikal P1 dan P2
inspeksi, transportasi dan kegiatan merupakan awal dari proses pembuatan
menunggu. Dengan luasnya cakupan cylinder head. Dalam prosesnya, mesin
penerapan setup, konsekuensi Milling Vertikal P1 dan P2 yang
pendekatannya adalah pada pada tahap- merupakan mesin semi otomatis berfungsi
tahap konseptual, metode-metode yang untuk meratakan permukaan cylinder head
berhubungan, dan teknik-teknik tertentu dari mesin-mesin diesel yang diproduksi.
yang dapat diterapkan dengan tepat untuk Pada departemen Machining Cylinder
semua operasi (Shingo 1985). Head Line P1 dan P2, kegiatan proses
Shigeo Shingo dalam bukunya ”A produksinya dilakukan oleh seorang
Revolution in Manufacturing : The SMED operator. Sebelum mengoperasikan mesin
System” menyatakan bahwa mengurangi Milling Vertikal P1 dan P2 operator harus
waktu setup merupakan kunci untuk membersihkan jig dari geram. Hal ini
mengurangi bottlenecks, pengeluaran, dan dimaksudkan untuk menjaga kerataan
meningkatkan kualitas dari produk. Dari permukaan jig agar ketika part diproses
sudut pandang ini, setup merupakan elemen mampu menghasilkan permukaan yang rata
penting dalam suatu proses. sehingga terhindar dari cacat. Setelah

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 51


memastikan bahwa jig bersih dari geram, membantu operator dalam melaksanakan
operator mengambil part yang akan di kedua proses milling tersebut sehingga
proses dari rolling conveyor di samping dapat meminimalkan waktu setup serta
mesin milling vertikal P1 dan menghilangkan elemen-elemen kerja yang
memasangnya pada mesin untuk kemudian tidak produktif.
di proses, setelah proses milling di P1
selesai operator kembali harus 1.3 Tujuan Penelitian
membersihkan geram yang tersisa pada jig
mesin dengan menggunakan penyemprot Tujuan dari penelitian ini adalah :
atau kuas, kemudian operator meletakkan 1. Memperpendek waktu setup yang
part yang telah diproses pada rolling digunakan operator sebelum
conveyor dan kembali lagi ke awal untuk melakukan proses milling.
mengambil part yang akan diproses. Ketika 2. Membandingkan waktu standar
proses milling berlangsung di mesin milling sebelum perbaikan metode kerja
P1, operator beralih ke mesin milling P2 dan sesudah perbaikan metode
kemudian membersihkan jig pada mesin kerja yang mungkin dicapai.
milling P2 dan memasang part yang telah
selesai di proses dari P1 untuk di proses di 1.4 Pembatasan Masalah dan Asumsi
mesin milling P2.
Pada proses yang dilakukan operator Pembatasan masalah pada penelitian ini
saat ini, operator sering kali melakukan adalah
gerakan-gerakan yang tidak perlu. Ketika 1. Penelitian hanya dilakukan di
operator akan membersihkan jig dari geram departemen Machining pada proses
terkadang operator harus terlebih dahulu milling mesin Milling vertikal P1
mencari penyemprot atau kuas yang akan dan P2.
digunakan karena tidak terdapat tempat 2. Tahapan-tahapan metode RETAD
yang pasti untuk meletakkan kuas atau yang dilakukan hanya sampai
penyemprot, operator hanya meletakkan dengan tahap mengaplikasikan
penyemprot di lantai atau kuas pada rolling metode analisis dan mempraktekan
conveyor bahkan terkadang kuas diletakkan pada saat setup, yang dalam
pada mesin milling. penelitian ini berupa hasil
Aktifitas mencari ini dilakukan operator perancangan alat bantu.
berulang kali, baik untuk Cylinder head Asumsi yang digunakan adalah sebagai
model RD 75/85 atau model-model lainnya. berikut :
Sehingga dapat menyebabkan waktu setup 1. Mesin Milling P1 dan P2 bekerja
menjadi semakin lama. dalam keadaan normal, tidak terjadi
gangguan pada proses produksi
1.2 Perumusan Masalah yang sedang berlangsung.
2. Part yang akan diproses selalu
Pada saat proses milling yang tersedia dan tidak mengalami
dilakukan di Mesin Milling vertikal P1 dan keterlambatan dalam penyediannya.
P2 pada Departemen Machining PT. Operator dalam melakukan proses Milling
Kubota Indonesia operator masih pada mesin Milling vertikal P1 dan P2
melakukan gerakan atau elemen kerja yang bekerja dalam keadaan normal, mampu
tidak produktif yang menyebabkan waktu melakukan seluruh proses produksi dengan
setup semakin lama. Dengan waktu setup baik dan tidak terpengaruh faktor
yang semakin lama diperlukan cara untuk lingkungan sekitarnya.

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 52


2. METODE PENELITIAN

Mulai

Identif ikasi Masalah


Waktu setup yang lama pada proses milling P 1 dan P 2 menyebabkan waktu proses
menjadi lama, untuk mengurangi waktu setup tersebut diperlukan perbaikan proses
agar dapat membuat waktu setup menjadi lebih pendek.

Tujuan Penelitian

Memperbaiki metode kerja pada proses milling P 1 dan


P 2 untuk mmpersingkat waktu setup.

Studi Pustaka Studi Lapangan

Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan


Melakukan studi lapangan untuk mengetahui data-
permasalahan yang dihadapai di P T. Kubota
data yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.
Indonesia dan pemecahan masalah tersebut.

Pengumpulan dan Pengolahan Data


Data P rimer :
1. Waktu elemen kerja pada mesin milling P 1 dan P 2.
Data Sekunder :
1. Operations P rocedure Charts.
2. Lay out P 1 dan P 2.

Analisis Kerjawork
( analysis)

- Motion Study
- Time Study
Analisis

Analisis SMED

- memisahkan elemen setup internal dan eksternal


- merubah elemen setup internal menjadi setup eksternal
- penyesuaian aspek-aspek operasi setup

KESIMPULAN

P erbandingan waktu standar sebelum perbaikan metode kerja dan sesudah perbaikan metode
kerja yang mungkin dicapai dengan penerapan metode kerja baru tersebut

Selesai

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 53


2.1. Tahap Identifikasi Permasalahan 2.4. Pengumpulan dan Pengolahan Data
dan Penelitian Pendahuluan
Merupakan tahap dimana data hasil
Merupakan tahap awal dari seluruh pengumpulan diolah, dalam hal ini data
rangkaian penelitian, pada tahap ini penulis hasil time study, dengan menguji
berusaha merumuskan permasalahan yang kecukupan data dan juga keseragaman data.
ada pada perusahaan. Permasalahan yang Setelah data yang diambil dinyatakan cukup
berhasil dirumuskan adalah pada proses secara statistik, maka selanjutnya adalah
milling Departemen Machining di Mesin menghitung waktu standar dari masing-
Milling P1 dan P2 PT. Kubota Indonesia masing data yang diambil.
tidak efektif yang menyebabkan waktu
setup semakin lama. Hal ini didasarkan 2.5. Analisis
dengan adanya elemen kerja yang tidak
produktif, yaitu pada saat operator Langkah selanjutnya adalah melakukan
mengambil dan mencari penyemprot atau analisa dengan model penelitian RETAD
kuas yang digunakan untuk membersihkan yang didalamnya terdapat analisis SMED.
jig dari geram.
2.6. Kesimpulan dan Saran
2.2. Tujuan Penelitian
Merupakan langkah terakhir dari
Setelah mengidentifikasi dan metodologi penelitian ini. Kesimpulan yang
merumuskan permasalahan, tahap diambil berdasarkan hasil analisa dan
selanjutnya adalah menentukan tujuan pembahasan yang berkaitan dengan
penelitian tugas sarjana ini. Tujuan pertama penelitian yang dilakukan, serta
yang hendak dicapai adalah memperbaiki memberikan saran-saran yang perlu
waktu setup yang digunakan operator pada dilakukan dalam kaitannya dengan
saat membersihkan jig dari geram. Untuk penyesuaian usulan pengaplikasian metode
memperbaiki waktu setup tersebut maka kerja baru pada perusahaan serta
perlu dlilakukan perbaikan metode kerja memperbaiki kekurangan yang ada dalam
yang dapat menghilangkan elemen kerja perancangan alat bantu.
tidak produktif.

2.3. Studi Pustaka dan Studi Lapangan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi pustaka merupakan tahap dimana 3.1 Setup


penulis menjelaskan tentang teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan yang Setup yang secara harfiah berarti
diamati oleh penulis. Tujuan dari studi pengaturan, merupakan salah satu elemen
pustaka ini adalah untuk memberikan dalam suatu proses operasi. Beberapa
landasan dan acuan bagi penulis dalam masalah setup berhubungan dengan
melakukan penelitian dan analisis serta material, sistem dan proses manufaktur, dan
pembahasan. manajemen. Berlawanan dengan pendapat
Selain melakukan studi pustaka, secara pada umumnya, pekerja merupakan faktor
bersamaan dilakukan pula studi lapangan. yang tidak terlalu penting (Black, 1991).
Studi lapangan dilakukan untuk Operasi setup penerapannya lebih
memperoleh data-data baik data primer banyak pada persiapan dan setelah
maupun data sekunder dari perusahaan pengaturan dari sebuah proses operasi,
yang berkaitan dengan permasalahan yang termasuk juga di dalamnya adalah kegiatan
dihadapi oleh penulis. inspeksi, transportasi dan kegiatan
menunggu. Operasi setup ini selalu
diperlukan dalam setiap kegiatan untuk
memproduksi beberapa produk dan
memerlukan waktu tersendiri.

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 54


Pengurangan waktu setup adalah proses eksternal. Semuanya menyetujui
sistematik untuk mengurangi downtime jika persiapan part-part,
antara penggantian part pada produksi pemeliharaan dan sebagainya tidak
dengan lot kecil. Walaupun operasi setup harus dilakukan ketika mesin tidak
tersebut tidak dapat dikurangi, tetapi waktu beroperasi. Mampu memisahkan
setup itu sendiri dapat diturunkan. Dapat antara setup internal dan setup
diperkirakan peningkatan produktifitas eksternal merupakan kunci menuju
yang dapat dicapai jika setup yang semula keberhasilan sistem SMED.
memerlukan waktu tiga jam dapat dikurangi 2. Merubah setup internal menjadi
menjadi tiga menit. Hal ini mungkin setup eksternal
dilakukan dengan penerapan single-minuite Tahap kedua ini mempunyai dua
setup (Shingo, 1985). maksud penting, yaitu :
Operasi setup sendiri dapat dibedakan - Memeriksa kembali proses
menjadi dua macam setup, yaitu setup operasi untuk melihat
internal (IED atau Internal Exchange of apakah ada kesalahan pada
Die) dan setup eksternal (OED atau Outside elemen kerja yang
Exchange of Die). Setup internal adalah dianggap sebagai setup
setup yang dilakukan ketika mesin mati, internal.
sedangkan setup eksternal adalah setup - Menentukan cara untuk
yang dilakukan ketika mesin sedang merubah setup internal
beroperasi. menjadi setup eksternal.
3. Menyesuaikan aspek-aspek pada
3.2 Sistem SMED operasi setup
Walaupun terkadang single-minuite
Definisi dari SMED adalah pendekatan dapat dicapai dengan merubah
secara ilmiah untuk mengurangi waktu setup internal menjadi setup
setup yang dapat diterapkan di berbagai eksternal, hal ini pada umumnya
macam pabrik dan mesin (McIntosh 2000). tidak dibenarkan. Oleh karena itu,
SMED juga dapat diartikan secara harus direncanakan usaha-usaha
sederhana dengan menjadikan waktu untuk menyesuaikan setiap elemen-
penggantian peralatan atau material elemen setup internal dan setup
menjadi 10 menit atau kurang. eksternal. Tahap ketiga ini adalah
Metodologi ini dikembangkan oleh menganalisa secara terperinci dari
Shigeo Shingo (1981, 1985), seorang setiap elemen-elemen operasi dan
konsultan dari Jepang, yang menggunakan dapat dilakukan hampir bersamaan
pendekatan dengan metode motion and time dengan tahap kedua.
analysis. Ketika waktu setup dapat
dikurangi tidak lebih dari satu menit, 3.3 Sistem RETAD
SMED disebut OTED (One-Touch
Exchange Die method). Kemudian Pada suatu proses produksi dengan lot
dikembangkan metode non-touch exchange kecil, perlengkapan produksi harus
of dies yang disebut NOTED. Pada dirancang dan diatur sedemikian rupa
NOTED, penggantian alat dilakukan secara sehingga kegiatan perpindahan material
otomatis (Black 1991). dari satu proses atau operasi ke lainnya
Shigeo Shingo dalam bukunya ”A dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Revolution in Manufacturing : The SMED Pada proses produksi dengan lot kecil
System” mengemukakan tiga konsep dasar pengurangan waktu setup sangat
SMED, yaitu : dibutuhkan, seluruh tenaga kerja yang ada
1. Memisahkan setup internal dan perlu dibekali dan dilatih mengenai
setup eksternal metodologi untuk mengurangi waktu setup,
Tahap terpenting dari penerapan dalam hal ini metode SMED. Sebuah
sistem SMED adalah membedakan kelompok yang kegiatannya untuk
antara setup internal dan setup menerapkan RETAD (Rapid Exchange of

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 55


Tooling and Dies) perlu dikembangkan. gerakan-gerakan apa saja yang
Tujuan dari RETAD adalah untuk memperpanjang waktu proses.
mengurangi waktu setup dan 3. Merubah elemen setup internal
menyederhanakan setup, menghilangkan menjadi elemen setup eksternal
scrap dan rework, dan mengurangi waktu Tahap selanjutnya adalah merubah
inspeksi (Black 1991). elemen setup internal, antara lain
kegiatan mencari (searching),
3.4 Penerapan Sistem RETAD menunggu (waiting) dan setting,
yang telah dipisahkan pada tahap
Tahap-tahap dalam penerapan RETAD sebelumnya menjadi elemen setup
untuk mengurangi waktu setup adalah : eksternal.
1. Menentukan metode analisa kerja 4. Mengurangi atau menghilangkan
(work analysis) yang digunakan elemen setup internal
Tahap pertama dari metode Tahap berikutnya adalah
RETAD adalah menentukan menghilangkan atau mengurangi
metode analisa kerja (work elemen setup internal. Pengurangan
analysis), dengan studi gerakan elemen setup internal akan
(motion study) dan pengukuran memberikan pengaruh secara
waktu kerja (time study), yang langsung pada waktu setup
dapat digunakan untuk menentukan keseluruhan, yang berarti
hal-hal apa saja yang perlu mempercepat waktu kerja operator.
dilakukan saat melakukan setup. 5. Mengaplikasikan metode analisis
Tujuannya adalah untuk dan mempraktekan pada saat setup
mengembangkan metode kerja, Pada tahap ini yang dilakukan
menghilangkan semua gerakan adalah menerapkan metode analisis
yang tidak diperlukan, dan yang dipilih pada saat proses setup
menentukan gerakan-gerakan yang dilakukan dan mempraktekan
diperlukan menjadi urutan kerja perubahan yang telah dirancang
(metode kerja) yang terbaik. pada saat setup.
Kegiatan operasi setup dipecah 6. Mengurangi pengaturan/setup
menjadi beberapa elemen-elemen Tahap selanjutnya adalah
kerja dan aktifitas yang memakan mengurangi pengaturan atau setup,
waktu. dari elemen kerja setup sebelum
2. Memisahkan elemen setup internal perubahan ke elemen kerja setup
dari elemen setup eksternal setelah perubahan.
Pada tahap ini dilakukan pemisahan 7. Menghapus setup
elemen setup internal dari elemen Tahap terakhir adalah menghapus
setup eksternal. Pemisahan elemen setup, dan melihat serta mencatat
setup ini harus dilakukan dengan hasil yang diperoleh setelah
sangat teliti, tujuannya adalah perubahan dan membandingkan
untuk mengetahui dengan tepat dengan hasil sebelum perubahan.

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 56


Tabel 1. Pemisahan Elemen-elemen Kerja

Elemen Waktu Kategori


Keterangan
Kerja (detik) Internal Eksternal
1 Mengambil part dari rolling conveyor 1 1.867 √
2 Memasang part pada jig mesin Milling P1 5.539 √
3 Melakukan proses Milling pada part 231.75 √
P1 4 Melepas part yang telah selesai diproses 10.755 √
Meletakkan part yang telah diproses pada
5 3.062 √
rolling conveyor 2
Membersihkan jig dari geram sisa proses
6 5.53 √
milling
1 Mengambil part dari rolling conveyor 2 1.95 √
2 Memasang part pada jig mesin Milling P2 6.445 √
3 Melakukan proses Milling pada part 229.568 √
P2 4 Melepas part yang telah selesai diproses 11.428 √
Meletakkan part yang telah diproses pada
5 1.456 √
rolling conveyor 3
Membersihkan jig dari geram sisa proses
6 5.155 √
milling

Tabel 2 Perubahan Setup Internal menjadi Setup Eksternal

Elemen Waktu Kategori


Keterangan
Kerja (detik) Internal Eksternal
1 Mengambil part dari rolling conveyor 1 1.867 √
2 Memasang part pada jig mesin Milling P1 5.539 √
3 Melakukan proses Milling pada part 231.75 √
P1 4 Melepas part yang telah selesai diproses 10.755 √
Meletakkan part yang telah diproses pada
5 3.062 √
rolling conveyor 2
Membersihkan jig dari geram sisa proses
6 5.53 √
milling
1 Mengambil part dari rolling conveyor 2 1.95 √
2 Memasang part pada jig mesin Milling P2 6.445 √
3 Melakukan proses Milling pada part 229.568 √
P2 4 Melepas part yang telah selesai diproses 11.428 √
Meletakkan part yang telah diproses pada
5 1.456 √
rolling conveyor 3
Membersihkan jig dari geram sisa proses
6 5.155 √
milling

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 57


3.5 Analisis Perancangan c. Kran pembuka katup kompresor
Ukuran kran pembuka katup
Untuk melakukan perancangan alat kompressor ini disesuaikan dengan
bantu yang digunakan untuk ukuran pipa yaitu ½ inch. Berfungsi
menghilangkan elemen kerja yang tidak sebagai pembuka katup untuk
produktif dilakukan berdasarkan pada alat- mengalirkan udara ke ujung pipa yang
alat yang telah ada sekarang, baik Mesin menghadap ke jig. Untuk kran ini
Milling Vertikal P1 dan P2 juga diletakkan di bagian samping dari
penyemprot yang digunakan saat ini. mesin Milling pada pipa alat bantu
Alat bantu ini berupa pipa yang yang menuju ke arah jig dari mesin
dihubungkan dengan selang penyemprot, milling.
dimana ujung dari pipa ini mengarah pada
jig di Mesin Milling. Untuk itu ada d. Pipa penyemprot pada jig
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Bentuk dan ukuran pipa penyemprot ini
: disesuaikan dengan bentuk dan ukuran
a. Ukuran Pipa jig. Dengan maksud agar ketika udara
Ukuran pipa yang digunakan pada disemprotkan dapat mengenai seluruh
perancangan alat bantu ini ukurannya permukaan jig dan menghilangkan
disesuaikan dengan ukuran selang geram yang tersisa pada jig dan geram
penyemprot yang ada. Ukuran pipa yang terlempar tersebut tidak akan
yang digunakan adalah ½ inch yang mengarah keluar karena pada mesin
pada salah satu ujungnya dipasang milling ini telah terpasang pelindung
penyambung pipa dan selang pada keempat sisinya.
penyemprot.

b. Pengaturan tinggi dan panjang pipa


Tinggi pipa di sini disesuaikan dengan
tinggi meja jig mesin Milling Vertikal
P1 dan P2 dari lantai. Dari data yang
didapat, tinggi mesin Milling Vertikal
P1 dan P2 adalah 100.5 cm. Sehingga
tinggi pipa tampak pada gambar 5.2
adalah 100.5 cm ditambah dengan Gambar 2
ukuran pipa sebesar 2 cm sebagai Jig dan alat bantu pembersih jig
toleransinya. Sedangkan untuk panjang
pipa dari mesin P1 ke P2 adalah 180 4. KESIMPULAN
cm.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisis yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Dengan pengaplikasian metode
RETAD, waktu setup untuk proses
milling pada Mesin Milling P1 dan
P2 di cylinder head line dapat
diperbaiki.
2. Perbandingan waktu standar dari
258.505 detik sebelum perbaikan
menjadi 254.518 detik setelah
perbaikan untuk Mesin Milling
Vertikal P1 dan 256.002 detik
Gambar 1 sebelum perbaikan menjadi
Disain alat bantu sesuai jarak mesin 252.392 detik setelah perbaikan
untuk Mesin Milling Vertikal P2.

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 58


DAFTAR PUSTAKA

1. Black, JT.(1991), The design of the


Factory with a Future, McGraw-
Hill Inc., New York.
2. Hoffman, Chris (2003), SMED
Quick Changeovers for Less
Downtime, http://chohmann.free.fr,
accessed: 9 April 2005.
3. McIntiosh, R.I., Culley, S.J.,
Mileham, A.R. and Owen G.W.
(2000), Acritical Evaluation of
Shingo’s ‘SMED’ (Single Minute
Exchange of Die) Methodology,
Vol. 38, no. 11, pp. 2377-2395.
4. Shingo, Shigeo (1985), A
Revolution in Manufacturing: The
SMED System, Productivity Press,
Cambrige.
5. Wignjosoebroto, Sritomo. (1995),
Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu,
Teknik Analisis untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja, Edisi Pertama,
PT. Guna Widya, Jakarta.
6. www.stevenengineering.com, Setup
Reduction and Uniform Scheduling,
accessed: 10 Mei 2005.

J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 59

Anda mungkin juga menyukai