Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM BIOFISIKA

ALIRAN FLUIDA DALAM TRANSFUSI DARAH ATAU INFUS KE DALAM


PEMBULUH DARAH

Oleh:

Wahyu Nugroho (15312241040)

Maissyi Dwi Asriyanti (15312244002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
A. Judul
Aliran Fluida Dalam Transfusi Darah Atau Infus Ke Dalam Pembuluh Darah

B. Tujuan
Menghitung massa jenis, laju volume, dan koefisien viskositasfluida dalam transfuse darah
atau infus.

C. Dasar Teori

Menurut Sears (2002: 198), fluida mempunyai fase gas atau cair, sehingga dapat
mengalir karena ikatan molekulnya kecil (lebih kecil dari pada zat padat). Aliran fluida atau
zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari bendapadat karena kemampuannya untuk
mengalir. Fluida lebih mudah mengalirkarena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil
dari ikatan molekul dalamzat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil
padaperubahan bentuk karena gesekan. Salah satu contoh fluida menurut Ruslan (2010:14)
adalah darah atau cairan infus. Keduanaya merupakan fluida yang ditempatkan pada kantong
yang digantungkan pada suatu penyangga dan dialirkan ke dalam pembuluh darah melalui
selang dengan jarum pada ujungnya.

Gambar 1. Tekanan fluida pada infus


Sumber : http://fisikatekananhidrostatisayuk.blogspot.co.id/2016/11/pene

Tekanan yang disebabkan oleh fluida ketika masuk ke dalam jarum sebanding dengan
ketinggian permukaan fluida di atas jarum. Tekanan itu hanya tergantung pada posisi kantong
atau botol fluida dan posisi jarum yang masuk dalam pembuluh darah. Tekanan tersebut akan
bertambah jika posisi kantong atau botol fluida dinaikkan. Jika massa jenis fluida itu adalah
ρ, ketinggian permukaan fluida dalam kantong atau botol tersebut adalah h di atas posisi
jarum, maka tekanan fluida P dapat dituliskan P = ρ g h (Tim, 2017 : 23).

Selain tekanan P, fluida juga memiliki sifat dasar lainnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Parr (2003: 186), yaitu bahwa fluida mempunyai sifat-sifat dasar, yang meliputi,
kerapatan, massa jenis, tekanan, dan kekentalan. Fluida yang mengalir juga mempunyai laju
aliran tertentu. Laju aliran dipengaruhi oleh keberadaan gesekan dengan permukaan yang
dilalui, hal tersebut disebut dengan viscous friction. Davidovits,(2008: 103) menyatakan
bahwa viscous friction adalah interaksi yang terjadi diantara molekul fluida dengan molekul
fluida menyebabkan gerakan relatif antara molekul fluida dilawan oleh gaya gesek. Oleh
karena viscous friction setiap fluida berbeda-beda.

Ilmuwan Perancis J.L Poiseuille menentukan variabel yang mempengaruhi laju aliran
fluida yang tak dapat mampat dalam sebuah tabung silinder. Hal itu kemudian dikenal
sebagai Hukum Poiseuille (Munson, 2004:179). Apabila dihubungkan dengan aliran fluida
pada infus, misalkan jarum pada infus mempunyai panjang L, jari-jari lubang r dan berada
dalam posisi horizontal dengan koefisien viskositas fluida adalah η dan perbedaan tekanan
antara ujung-ujung jarum adalah (p1-p2), maka persamaan dari Hukum Poisseuille dapat
dituliskan sebagai:

Dengan Q adalah laju volume aliran, yaitu volume fluida yang melewati suatu titik
persatuan waktu.

Dari hukum Poisseuille terlihat adanya hubungan sebagai berikut:

1. Debit berbanding lurus dengan pangkat empat jari-jari pembuluh


2. Debit berbanding lurus dengan selisih tekanan fluida
3. Debit berbanding terbalik dengan viskositas fluida.

Debit berbanding terbalik dengan panjang pembuluh dalam konteks medis, hukum ini
diterapkan untuk mengkaji hubungan antara debit aliran darah dengan jari-jari pembuluh
darah, tekanan darah, dan viskositas darah. jari-jari pembuluh dapat diubah-ubah dengan
mengganti pembuluh dari berbagai ukuran.

Viskositas suatu aliran fluida cair yang melewati suatu pipa dengan panjang l, radius r,
dengan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa adalah p, dan volume yang diperoleh
setiap detik adalah V, mempunyai nilai koefiesien viskositas fluida cair yang dapat ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut, menurut Karttunen,et.al,(2006: 160).

Viskositas tersebut merupakan koefisien viskositas dinamis. Koefisien viskositas


dinamis adalah gaya geser persatuan luas yang diperlukan untuk menggeser satu lapisan
fluida melewati lapisan lain dengan satu satuan kecepatan sejauh satu satuan jarak.Suatu
cairan dikatakan memilki kooefisien viskositas yang sangat besar apabila cairan tersebut
sangat sukar untuk mengalir. Oleh sebab itu, kooefisien viskositas disebut sebagai angka
kekentalan yang disimbolkan dengan ( dibaca “eta”).

D. Metode Penelitian
1. Waktu dan tempat
Hari, tanggal : Rabu, 21 Februari 2018
Pukul : 11.10 - 12.50 WIB
Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
2. Alat dan Bahan
a. Kantong fluida / kantong infus
b. Jarum infus
c. Selang infus
d. Gelas kimia
e. Gelas ukur
f. Timbangan
g. Air
h. Garam
i. Roll meter
3. Cara kerja

E. Data hasil pengamatan


Tabel 1. Tabel Waktu dan Massa Fluida dengan Δh=110 cm

No. Larutan V (mL) t (s) Massa (gram)


1. Air 10 26.17 99.08
2. Larutan Garam 10% 10 27.14 99.21
3. Larutan Garam 20% 10 28.88 100.59
Tabel 2. Tabel Waktu dan Massa Fluida dengan Δh

No. Larutan Δh(cm) V (mL) t (s) Massa


(gram)
1. Air 110 10 26,17 99,08
90 10 35 99.19
70 10 36 99.12
2. Larutan Garam 110 10 27,14 99,21
90 10 37.5 100.07
10% 70 10 43.95 99.88
Keterangan :

V = volume fluida dalam gelas ukur (mL)

t = waktu yang dibutuhkan fluida mencapai volume 10 mL (s)

Δh = jarak antara permukaan fluida dengan jarum (cm)

F. Analisis Data
Pajang jarum (l) = 4,5 cm
Diameter lubang jarum = 0,5 mm
1. Massa jenis
a. Larutan garam 20 %
Diketahui : m = m zat terlarut + m pelarut
= 20 g + 100 g
= 120 g
V = 100 cm3
m
ρ=
v
120
ρ=
100
ρ= 1,20 g/cm3
b. Larutan garam 10 %
Diketahui : m = m zat terlarut + m pelarut
= 10 g + 100 g
= 110 g
V = 100 cm3
m
ρ=
v
110
ρ=
100
ρ= 1,1 g/cm3
c. Air
Diketahui : m = m zat terlarut + m pelarut
= 0 g + 100 g
= 100 g
V = 100 cm3
m
ρ=
v
100
ρ=
100
ρ= 1,00 g/cm3

2. Debit
Volume 3
Debit = m /s
Waktu
a. Ketinggian 110 cm
1) Air
10 x 10−6
Debit =
26.17
= 3,82 x 10-7m3/s
2) Larutan Garam 10%
10 x 10−6
Debit =
27.14
= 3,68 x 10-7m3/s
3) Larutan Garam 10%
10 x 10−6
Debit =
28.88
= 3,46x 10-7m3/s
b. Perbedaan ketinggian
1) Air
a) Ketinggian 90 cm
10 x 10−6
Debit =
35
= 2,85 x 10-7m3/s
b) Ketinggian 70 cm
10 x 10−6
Debit =
36
= 2,67 x 10-7 m3/s
2) Larutan Garam 10%
a) Ketinggian 90 cm
10 x 10−6
Debit =
37.5
= 2,85 x 10-7m3/s
Ketinggian 70 cm
10 x 10−6
Debit =
43.95
= 2,27 x 10-7m3/s
3. Koefisien Viskositas
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ
Keterangan:
Q = Laju volume aliran
η = koefisien viskositas
r = jari jari lubang jarum (0, 5 mm)
P = tekanan fluida
L = panjang jarum
π = tetapan
a. Perbedaan Konsentrasi larutan

Larutan garam Larutan garam Air


konsentrasi 20% konsentrasi 10% P = ρ.g.(h1-h2)
P = ρ.g.(h1-h2) P = ρ.g.(h1-h2) = 1000. 9,8. 1,1
= 1200. 9,8. 1,1 = 1100. 9,8. 1,1 = 10,780 Pa
= 12.936 Pa = 11,858 Pa

1) Air
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ

3,14.10.780( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)


=
8 . 0,045. 3 . 82 x 10−7

1,32 x 10−10
= = 0,96 x 10-3Ns/m
1,37 x 10−7
2) Larutan garam konsentrasi 10%

π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ

3,14.11,858 (0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)


=
8. 0,045 . 3 ,68 x 10−7
1,45 x 10−10
= = 1,09 x 10-3Ns/m2
1,32 x 10−7

3) Larutan garam Konsentrasi 20%


π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ
3,14.12.936( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)
=
8 .0,045 . 3 . 46 x 10−7
1,59 x 10−10
= = 1,27x 10-3Ns/m2
1,25 x 10−7

b. Perbedaan Ketinggian
1) Air

Air (Δh= 0,9 m) Air (Δh= 0,7 m)


P = ρ.g.(h1-h2) P = ρ.g.(h1-h2)
= 1000. 9,8. 0,9 = 1000. 9,8. 0,7
= 8.820 Pa = 6.860 Pa

a) Δh= 0,9 m
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ

3,14.8.820( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)


=
8 . 0,045. 2,85 x 10−7

1,08 x 10−10
= = 1,05 x 10-3Ns/m
1,03 x 10−7
b) Δh= 0,7 m
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ
3,14.6.860( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)
=
8 .0,045 . 2,67 x 10−7
0,84 x 10−10
= = 0,87 x 10-3Ns/m
0,96 x 10−7
2) Larutan Garam

Larutan garam 10% (Δh= 0,9 m) Larutan garam 10% (Δh= 0,7 m)
P = ρ.g.(h1-h2) P = ρ.g.(h1-h2)
= 1100. 9,8. 0,9 = 1100. 9,8. 0,7
= 9.702 Pa = 7.546 Pa
a) Δh= 0,9 m
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ
3,14.9.702( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)
=
8 .0,045 . 2,85 x 10−7
1,19 x 10−10
= = 1,17 x10-3Ns/m
1,02 x 10−7
b) Δh= 0,7 m
π ( p 1− p 2 ) (r 4)
η =
8 LQ
3,14.7.546( 0,00025 x 0,00025 x 0,00025 x 0,00025)
=
8 .0,045 . 2,27 x 10−7

0,93 x 10−10
= = 1,13 x 10-3Ns/m
0,82 x 10−7
Hasil Analisis Data
Tabel 3. Tabel Laju Massa Jenis, Volume Fluida, dan Koefisien Viskositas
Fluida Berdasarkan Perbedaan ΔhPerbedaan Konsentrasi Larutan/Fluida
(Δh=110 cm)

No. Larutan ρ (Kg/m3) Q (x 10-7 m3/s) η (x 10-3Ns/m)


1. Air 1000 3,82 0,96
2. Larutan Garam 10% 1100 3,68 1,09
3. Larutan Garam 20% 1200 3,46 1,27

Tabel 4. Tabel Laju Volume Fluida dan Koefisien Viskositas Fluida Berdasarkan
Perbedaan Δh

No. Larutan Δh(cm) Q (x 10-7 η (x 10-


m3/s) 3
Ns/m)
1. Air 110 3,82 0,96
90 2,85 1,05
70 2,67 0,87
2. Larutan Garam 110 3,68 1,09
90 2,85 1,17
10%
70 2,27 1,13
Daftar Pustaka

Karttunen,et.al. 2006. Physics.Boston: Pearson


Munson, R Bruce, et al. 2004. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga
Parr, Andew. 2003. Hidrolika dan Pneumatika. Jakarta : Erlangga
Paul Davidovits.2008. Third Edition Physics in Biology and Medicine. USA: Academic Press.
Ruslan Hani Ahmad. 2010. Fisika Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika
Sears, Zemansky. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I. Jakarta : Erlangga
Tim Penyusun Praktikum Biofisika. 2017. Diktat Praktikum Biofisika. Yogyakarta: FMIPA
UNY.

Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan akan selalu
jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infuse diatur melalui klem selang infus, jika klem
digerakan untuk mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat
ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus/menit yang keluar dan sebaliknya bila klem
digerakan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju cairan infus akan
menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan . (Muslim, 2010, hal : 3)
Jadi,makin tinggi tempat kantong infus dengan pergelangan lengan maka tekanan infus juga
semakin besar,begitupun sebaliknya.Oleh karena itu pemasangan cairan infus nya diposisikan
lebih tinggi dari pergelangan tangan pasien agar cairan infusnya mau masuk  ke dalam tubuh
pasien.
Coba kalian bayangkan jika cairan infud dipasang lebih rendah daripada tubuh pasien?Pastinya
bukan cairan infus yang masuk ke dalam tubuh pasien,melainkan cairan darah yang akan masuk
ke dalam kantong infus.Kejadian ini mirip dengna orang yang sedang melakukan donor
darah,dimana kantong darah diletakkan dibawah atau lebih rendah dari tubuh si pendonor.

Sebelum infus dipasang biasanya dilakukan pengukuran tekanan darahPasien. Hal ini dilakukan
karena pemasangan infus harus memperhatikan tekanan darah pasien. Dimana tekanan infus
harus lebih tinggi dari
tekanan darah pasien agar cairan infusmengalir ke dalam tubuh pasien. Jika tekanan darah pasien
lebih besar dari tekanan cairan infus maka yang terjadi darah pasien akan mengalir melalui
selang infus menuju kantong
infus.
Prinsi kerja dari infus adalah menggunakan perbedaan tekanan yang terdapat antara kantung infus
dengan tekanan darah dalam tubuh kita. Dimana tekanan dalam kantung infus memiliki tekanan
yang lebih besar dari pada tekanan darah dalam tubuh kita (dalam keadaan normal), Sehingga cairan
dalam kantung infus dapat mengalir masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu prinsip kerjanya
menggunakan beda 5 ketinggian antara kantung infus dengan permukaan tanah untuk
memungkinkan mengalirnya cairan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai