PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita akan memerlukan yang namanya
pengukuran sebagai patokan agar tidak melenceng antara yang satu dan lainnya.
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap
sebagi patokan. Paradigma ukuran antara satu orang dengan orang lain itu berbeda,
sehingga karena itulah diperlukan suatu system baku sebagai standar yang digunakan
untuk menyamakan perbedaan itu yang dikenal dengan satuan internasional yang
bersifat umum. Misalnya dalam suatu masyarakat ditemukan satuan panjang seperti
jengkal, depa, hasta.
Untuk memperoleh pemahaman mengenai pengukuran terutama pengukuran berta
debit, waktu dan kecepatan yang cukup memadai, melalui makalah ini akan dibahas
tentang pengukuran berat, debit, waktu dan kecepatan dan penjelasan-penjelasannya.
Stelah mempelajari materi ini, hendaknya dapat terus berlatih sampai memiliki
kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan tentang pengukuran berat
kedalam kehidupan sehari-hari karena kenyataanya bahwa pengukuran berta, debit,
waktu dan kecepatan diperlukan dlama kehidupan sehari-hari.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecepatan debit?
2. Bagaimana cara menghitung kecepatan debit?
3. Bagaiamana cara menghitung pengukuran berat massa dan suhu?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecepatan debit
2. Untuk mengetahui cara menghitung kecepatan debit
3. Untuk mengetahui cara menghitung pengukuran berat massa dan suhu
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Cara menghitung debit :
v 𝑉
Q= V=Qxt t=𝑄
t
Debit = Q
Volume = V
Waktu = t
Contoh soal :
1. Sebuah kran mengalirkan air 40 liter selama 10 menit. debit air yang
mengalir darikran tersebut adalah..... liter/jam ?
Jawab :
Diketahui : V = 40 lt
1 1
t = 10 menit = 10 x 60 = 6 jam
v 40
Q=t= = 40 x 6
1/6
= 240 liter/jam.
2. Sebuah bak mandi volumenya 650 m3. Karena bocor air berkurang
hingga tersisa 200 m3 dalam waktu 90 detik. Berapa debit air yang
berkurang?
Jawab :
Diketahui : V awal = 650 m³
V Aakhir = 200 m³
t = 90 s
𝑉 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑉 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Q= 𝑡
650−200
Q= 90
450
Q= 90
Q = 5 m³/detik.
3
Satuan volume
1 Km³ = 1000 hm³
1 hm³ = 1000 dam³
1 dam³ = 1000 m³
1 m³ = 1000 dm³
1 dm³ = 1000 cm³
1 cm³ = 1000 mm³
1 lt = 1 dm³
1 ml = 1 cm³ = 1cc
1 kl = 1 m³
4
s 𝑠
V=t s=Vxt t=𝑉
Kecepatan = V
Waktu = t
Jarak = s
Contoh soal :
1.Tentukan kecepatan rata-rata sebuah mobil yang bergerak menempuh jarak 100 km
dalam waktu 2 jam!
Jawab :
Diketahui : s = 100 km
T = 2 jam
s
V=t
100
V= = 50 km/jam.
2
2. Jarak Semarang-Surabaya 300 km. Andre naik mobil dari Semarang ke Surabaya
dengan kecepatan 70 km/jam. Anton naik sepeda motor dari Surabaya ke Semarang
dengan kecepatan 50 km/jam. Jika jarak mereka berangkat bersamaan pada pukul
08.00, maka pukul berapa mereka berpapasan dan pada jarak berapa dari Semarang
mereka berpapasan?
Jawab :
s
Waktu= V
300 km
= 70 km+50 km
300
= 120 = 2,5 jam
5
= pukul 10.30
= 70 x 2,5
= 175 km/jam.
6
Contoh :
Bibi pergi ke pasar membeli 5 kg gula, 20 dag bawang merah, 3 hg cabe, dan
1 pon bawang putih. Ketika akan pulang bibi membeli lagi 4 kg kentang. Berapa kg
belanjaan bibi semuanya?
Penyelesaian:
5 kg + 20 dag + 3 hg + 1 pon + 4 kg = … kg
20 dag = 20 : 100 = 0,2 kg
3 hg = 3 : 10 = 0,3 kg
1 pon = 1 : 2 = 0,5 kg
Sehingga berat keseluruhan belanjaan bibi adalah 5 kg + 0,2 kg + 0,3 kg + 0,5 kg + 4
kg = 10 kg.
Pengukuran suhu dapat diartikan membandingkan suhu dengan skala yang
terdapat pada thermometer dengan satuan untuk mengukur suhu adalah derajat. Skala
pengukuran suhu yang umum digunakan di Indonesia adalah derajat Celcius. Selain
itu masih ada skala Fahrenheit dan Reamur. Masing-masing skala menetapkan titik
didih, titik beku, dan titik absolute yang berbeda. - Titik didih dan titik beku air dalam
Celcius adalah 100C dan 0C - Titik didih dan titik beku air dalam Fahrenheit adalah
212F dan 0F - Titik didih dan titik beku dalam Reamur adalah 80R dan 0R
Perbandingan ketiga skala pengukuran Celcius : Reamur : Fahrenheit = C : R : F = 5 :
4:9
a. Jika diketahui suhu dalam derajat Celcius maka:
C : R = 5 : 4 maka suhu dalam Reamur = 4 5 𝑥 𝐶
C : F = 5 : 9 maka suhu dalam Fahrenheit = 9 5 𝑥 𝐶 + 32
b. Jika diketahu suhu dalam derajat Reamur
C : R = 5 : 4 maka suhu dalam Celcius = 5 4 𝑥 𝑅
R : F = 4 : 9 maka suhu dalam Fahrenheit = 9 4 𝑥 𝑅 + 32
c. Jika diketahui suhu dalam derajat Fahrenheit
7
C : F = 5 : 9 maka suhu dalam Celcius = 5 9 𝑥 (𝐹 − 32) R : F = 4 : 9 maka suhu dalam
Fahrenheit = 4 9 𝑥 (𝐹 − 32)
Contoh :
Seorang pekerja pembuat jalan memanaskan aspal mencapai suhu 482ºF. berapa
derajat suhu tersebut dalam C dan R?
Penyelesaian:
5 5
𝐶 = 9 x (482 − 32) = 9 x 450 = 250º C
4 4
R = 9 X (482 − 32) = 9 X 450 = 200º R
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
Debit air ialah suatu kecepatan aliran zat cait per satuan waktu. Satuan
debit ini biasanya digunakan untuk pengawasan kapasitas atau daya tampung
air yang ada pada sungai atau pada bendungan agar air yang ada dapat
dikendalikan. Debit dalam hidrologi adalah sejumlah besar volume air yang
mengalir dengan sejumlah sedimen padatan (misal pasir), mineral terlarut
(misal magnesium klorida), dan bahan biologis (misal alga) yang ikut
bersamanya melalui luas penampang melintang tertentu
satuan untuk menyatakan debit adalah volume per satuan waktu,
seperti m3/s (meter kubik per detik) dalam satuan internasional, atau ft3/s (kaki
kubik per detik) dalam satuan imperial
Pengukuran massa berat dan suhu, Berat merupakan ukuran yang
dipengaruhi oleh grativasi bumi, kekuatan grativitasi akan menentukan
semakin naik tidaknya ukuran berat
1.2 Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan
diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat
mengetahui kecepatan debit dan pengukuran.
9
Daftar Pustaka
Dahuri, R., et al. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta. PT Pradaya Paramitha.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Gross, M. G. 1990. Oceanography: A View of the Earth. 5th Edition. Prentice Hall.
London.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. PT. Djambatan. Jakarta
Sosrodarso, S. dan K. Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita,
Jakarta.
10