Anda di halaman 1dari 5

A.

Gambaran Umum

Trangsan adalah salahsatu desa yang termasuk dalam wilayah administratif kecamatan
Gatak,Sukoharjo, Jawa tengah Indonesia. Dari pusat Kecamatan Gatak Desa Trangsan dapat
ditempuh dalam waktu 10 menit berkendara dengan jarak ± 1 km sedangkan dari pusat kabupaten
Sukoharjo berjarak ± 10km. Terdapat sebuah stasiun kereta yang bernama Stasiun Gawok di sebelah
timur desa yang berbatasan dengan desa Blimbing. Desa Trangsan dapat dijangkau dari beberapa
rute diantaranya melalui jalan alternatif Solo-Jogja serta melalui jalan utama Kartasura. Desa
Trangsan berbatasan langsung dengan Desa Winoranggan, Lawang, Klaseman, Wironanggan,
Luwang, Klaseman, Mayang, Trosemi dan Blimbing. Adapun batas-batas desa Trangsan adalah
sebagai berikut :

a. Sebelah utara Berbatasan dengan desa mayang dan Kecamatan kartasura


b. Sebelah selatan Berbatasan dengan desa Luwang
c. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kecamatan Baki
d. Sebelah Barat Berbatasan dengan desa Wironangan dan Klaseman

Wilayah administrasi Desa Trangsan dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.1 berikut

Gambar 4.1

Peta Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo

Sumber : Dokumentasi pribadi

Desa Trangsan merupakan desa dengan wilayah terluas di Kecamatan Gatak Sukoharjo dengan luas
sebesar 240 ha dari total 1.947 ha luas keseluruhan Kecamatan Gatak. Secara administratif Desa
trangsan dibagi menjadi 4 Kebayanan/dusun yaitu Dukuh, Jamur,Kramat dan Gesingan. Setiap
dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun. Di Desa Trangsan terdapat 10 RW dan 37 RT
(Kecamatan Gatak Dalam Angka, 2018). Desa Trangsan terkenal dengan sentra kerajinan rotan
terbesar di Kabupaten Sukoharjo yang sekaligus merupakan sentra industri pengolahan rotan
terbesar kedua di Indonesia (Kemenperin).
Berdasarkan data monografi desa tahun 2019, jumlah kepala keluarga di Desa Trangsan sebanyak
2164 KK yang terdiri dari 6747 jiwa. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa
Trangsan ditampilkan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Desa Trangsan Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)


Laki-Laki 3362 49,83
Perempuan 3385 50,17
Jumlah 6747 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, 2019

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa secara umum komposisi penduduk Desa Trangsan memiliki
kecendrungan seimbang antara laki-laki dan perempuan meskipun jumlah penduduk perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki dengan persentase 50.17%. Selanjutnya
komposisi penduduk di Desa Trangsan berdasarkan usia ditampilkan pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Desa Trangsan Menurut Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)


0-5 tahun 785 11,63
5-15 tahun 703 10,42
16-55 tahun 4232 62,72
>55 tahun 1027 15,22
Jumlah 6747 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, 2019

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa
Trangsan berada pada usia produktif (16-55 tahun) sebanyak 4.232 orang (62,72%) dari total
penduduk desa Trangsan. Sedangkan komposisi penduduk pada usia tidak produktif sebesar 15,22%.
Selanjutnya Tabel 4.3 berikut menampilkan ragam mata pencaharian penduduk Desa Trangsan

Tabel 4.3

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Desa Trangsan

N Jumlah
o Mata Pencaharian (orang) Persentase (%)
1 Petani Pemilik Lahan 365 13,58
2 Petani Penggarap lahan 103 3,83
3 Buruh tani 564 20,99
4 Pengusaha sedang/besar 250 9,30
5 Pengrajin/ Industri kecil 225 8,37
6 Buruh industri 150 5,58
7 Buruh bangunan 250 9,30
8 Pedagang 315 11,72
9 Pengangkutan 250 9,30
10 PNS 120 4,47
11 TNI 20 0,74
12 Pensiunan PNS/TNI 37 1,38
14 Lain-lain 38 1,41
Jumlah 2687 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, 2019

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diketahui bahwa komposisi sumber mata pencaharian sebagian
besar penduduk desa Trangsan berasal dari sektor pertanian yaitu sebanyak 38,41% (pemilik lahan,
penggarap lahan, buruh tani) diikuti dengan sektor industri mikro, kecil, menengah maupun besar
sebanyak 17,68%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sumber mata pencarian penduduk Desa
Trangsan didominasi oleh sektor swasta.

Tingkat pendidikan di Desa Trangsan dapat dikatakan cukup baik dimana 48,16% dari penduduk
telah enyelesaikan pendidikan formal setara SMP yang merupakan kriteria pendidikan wajib belajar
9 tahun yang diterapkan pemerintah. Komposisi tingkat pendidikan penduduk Desa Trangsan
ditampilkan pada Tabel 4.4 beikut :

Tabel 4.4

Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Trangsan

Persentase
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) (%)
1 Belum Sekolah 867 13,11
2 Tidak Tamat 790 11,95
3 SD Sederajat 1770 26,77
4 SMP Sederajat 1760 26,62
5 SMA Sederajat 585 8,85
6 Akademi Sederajat (Diploma) 464 7,02
7 Universitas Sederajat (Sarjana/Pascasarjana) 375 5,67
Jumlah 6611 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Trangsan, 2019

1. Sejarah Desa Wisata Trangsan

Di Indonesia, Desa Trangsan merupakan sentra industri rotan terbesar ke-2 setelah Cirebon
(www.kemenperin.com). Desa Trangsan berada di Kecamatan Gawok, Kabupaten Sukoharjo,
provinsi Jawa Tengah.Sebagian besar penduduk Desa Trangsan disibukkan kegiatannya dalam
industri rotan kecil. Saat ini terdapat 590 pengusaha rotan di Desa Trangsan, hal tersebut
disebabkan oleh semakin berkembangnya dan meningkatnya permintaan akan hasil mebel rotan di
Desa Trangsan. Yang kemudian memunculkan banyak masyarakat Desa Trangsan untuk beralih
profesi menjadi pengrajin rotan.

Industri rotan di desa trangsan membuat berbagai macam produk antara lain meja, kursi, lemari,
dan cinderamata yang berbahan baku dari rotan yang didatangkan dari luar daerah. Pada awalnya
masyarakat menggeluti kerajinan rotan tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
taraf hidup mereka.Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin pesatnya industri rotan ke arah
yang baik, pengrajin rotan berkembang menjadi pengusaha rotan yang mempunyai banyak tenaga
kerja dan produksinya yang meningkat.Sehingga pengrajin rotan di Desa Trangsan berkembang
menjadi suatu industri.Dan tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Trangsan
sekaligus peningkatan output daerah Kabupaten Sukoharjo.
Hasil kerajinan rotan dari Desa Trangsan telah menjadi primadona di luar negeri, banyak negara
yang sangat tertarik pada hasil mebel rotan dari Desa Trangsan.Pangsa pasar industri rotan Desa
Trangsan adalah negara-negara Eropa, Amerika, Tmur Tengah dan Asia Pasifik terutama Negara
Jepang (hasil wawancara dengan Bp Suryanto,selaku ketua kluster industry rotan Trangsan). Dengan
adanya hal tersebut sangat membantu negara kita kaitannya dalam peningkatan devisa negara.
Sehingga keberlanjutan industri rotan di Desa Trangsan harus tetap dijaga melalui berbagai program
penunjangnya.

Desa Trangsan merupakan penghasil berbagai macam kerajinan mebel yang bahan bakunya adalah
rotan.Sejak jaman dulu Desa Trangsan telah memproduksi mebel dari bahan rotan namun dalam
skala kecil, hingga semakin berkembang dan menjadi suatu industri rotan.

Industri rotan merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Industri ini mampu
menyerap tenaga kerja yang banyak, dan tidak hanya tenaga dari daerah Trangsan saja tetapi juga
dari daerah lain seperti Wonogiri, Jepara, Gunung Kidul, dan Klaten. Pada tahun 2006 jumlah tenaga
kerja yang terserap sebanyak 44.000 tenaga kerja (Bank Indonesia, Perkembangan Perekonomian
Daerah Jawa Tengah Triwullan II- 2007). Naik turunnya perindustrian rotan di Trangsan sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidup masyarakat daerah tersebut dan beberapa daerah
disekitarnya.

Pada tahun 1990 hingga 2005, industri rotan Desa Trangsan mengalami masa kejayaannya.Banyak
permintaan mebel dari mancanegara yang menghantarkan terjadinya perubahan sosial ekonomi
masyarakat Desa Trangsan.Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap beberapa narasumber
mengatakan bahwa, pada tahun 2006 Indonesia berada pada peringkat ke-8 sebagai pemasok
mebel ke Amerika setelah China, Kanada, Mexico, Italy, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan. Pangsa
pasar mebel rotan di Amerika sangat potensial, karena Amerika menganggap rotan merupakan
bahan baku pembuat mebel yang ramah lingkungan.

Pada tahun 2008 hingga 2009terjadi krisis ekonomi global.Kemudian pangsa pasar mebel rotan yang
notabene dari luar negeri mengalami kelesuan dan berdampak pada menurunnya permintaan
terhadap mebel rotan dari Desa Trangsan. Pada saat itu banyak dari pengusaha mebel rotan yang
mengurangi produksinya dan mengurangi jumlah tenaganya. Bahkan beberapa pengusaha rotan
yang menutup usahanya.

Selain permasalah secara eksternal, industri rotan Trangsan juga mengalami beberapa
permasalahan seperti ketersediaan bahan baku rotan yang didatangkan dari luar daerah. Bahan
baku rotan sendiri berasal dari Kalimantan dan Sulawesi. Sempat mengalami kekurangan bahan
baku yang disebabkan oleh terlalu banyak rotan yang dihasilkan Indonesia yang diekspor, sedangkan
kebutuhan untuk dalam negeri sendiri malah belum mencukupi.

Dengan adanya permasalahan tersebut, pengrajin rotan Desa Trangsan pada tahun 2009 bersama
Bank Indonesia membentuk klaster pengrajin rotan Desa Trangsan.Klaster tersebut menjadi wadah
untuk saling diskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang menghambat kelangsungan industri
mebel rotan daerah tersebut. Dan pada tahun 2013 pengrajin rotan bersama Bank Indonesia
membuat terminal bahan baku. Dalam terminal bahan baku tersebut bertanggunga jawab untuk
menjaga ketersediaan rotan sebagai bahan baku utama pembuatan mebel.

Pada tahun 2015, kembali permintaan untuk mebel rotan turun yang disebabkan oleh pelemahan
perekonomian global. Mata uang Dollar yang mengalami penguatan, sebenarnya berdampak positif
bagi pengekspor namun hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan justru
penurunan permintaan yang terjadi.
Dengan kondisi naik turunnya industry kerajinanrotan di desa trangsan dalam mengekspor furniture
rotan , maka memunculkan gagasan untuk didirikannya desa wisata berbasis edukasi tentang
kerajinan rotan. Gagasan tersebut dirancang oleh pengurus koprasi manunggal jaya, dan ketua
kluster industry kerajinan rotan yang didampingi oleh Bnak Indonesia.Diharapkan ketika ekspor
kerajinan rotan ke Luar negri turun, masyarakat tetap mendapat pemasukan dari adanya desa
wisata rotan yang telah launching pada tanggal 16 Oktober 2016.Selain itu adanya desa wisata
Rotan ini juga diharapkan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa kerajinan rotan dan
furniture dari rotan juga bisa eksis di masyarakat local karena kualitasnya tidak kalah dengan
furniture yang terbuat dari kayu.

Membicarakan klaster mebel di Kabupatan Sukoharjo tidak lepas dari beberapa daerah lain yang
disebut sebagai Solo Raya dimana keberadaannya mempengaruhi perkembangan dari klaster
Sukoharjo. Di daerah Solo Raya industri mebel terkonsentrasi di Kabupaten Sukoharjo, Klaten,
Sragen dan Boyolali. Data ASMINDO tahun 2007 memperlihatkan terdapat 216 eksportir mebel
umumnya berada di 4 daerah di atas. Industri mebel sendiri pada tahun itu mempekerjakan tenaga
kerja langsung 42,000 orang. Dari jumlah ini 8,000 merupakan tenaga kerja yang bekerja di mebel
rotan. Sementara itu output industri mebel pada tahun tersebut berkisar 690 kontainer per bulan
dengan nilai sebesar $8,7 juta per bulan. Dari jumlah ini 30,2% nya merupakan produk rotan.

Desa Trangsan merupakan desa dimana kegiatan produksi rotan berada, yang terletak di wilayah
Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah penduduk sekitar 6,500 jiwa. Desa Trangsan dapat dijangkau
dalam waktu 20 menit dari bandara Adi Sumarno Solo dan 15 menit dari kota Solo. Walaupun
berada di pedesaan, namun iokasi desa dilalui kereta api yang menghubungkannya dengan beberapa
kota besar seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Pertumbuhan industri
rotan telah mendorong pertumbuhan industri di daerah sekitar desa Trangsan.

Menurut sejarahnya, industri rotan di Desa Trangsan muncul pada awal tahun 1900-an dan
bertumbuh sejak 1980 an, namun masih melayani pasar lokal. Pada tahun 2000-an, produk ini mulai
diekspor. Peluang ekspor ini menyebabkan perkembangan industri mengalami booming. Produsen
dan industri rumah tangga di Trangsan dan sekitarnya kemudian banyak bertaut pada eksporter
yang ada di Trangsan atau yang berlokasi di sekitar desa baik di Sukoharjo ataupun Solo. Dengan
berjalannya waktu, bertumbuh pula berbagai jenis bahan baku pengganti seperti pelepah pisang,
enceng gondok, lidi, serta berbagai bahan baku sintetis lainnya.

Data pada tahun 2005, memperlihatkan jumlah usaha yang terdapat di desa Trangsan mencapai 584
unit dimana 10 diantaranya eksporter. Tidak ada informasi tentang jumlah penjualan ataupun
penggunaan bahan baku, namun jumlah usaha tersebut bisa menyerap 3.237 tenaga kerja. Situasi
terakhir memperlihatkan penurunan yang drastis dalam kinerja klaster ini.

Anda mungkin juga menyukai