(AL IMLA’)
Judul Buku :
RUMUS-RUMUS
PENULISAN KALIMAT ARAB
All Right Reserver @ 1430 H / 2009 M
Diterbitkan pertama kali oleh :
Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Penulis :
Drs. H. Muhammad Muhsin Amir
Ketua Pengurus Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Design Cover :
Abu Fauroq
Hak Cipta :
Ketua Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin
langsung kepada penulis !
PENDAHULUAN
Alhamdulillah, dengan anugerah Rahmat dan Taufiq-Nya, saya bisa menulis buku kecil ini, dan
InsyaAllah sangat berguna bagi para pembaca yang berminat belajar tulis-menulis arab sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan arab yang benar.
Akhir-akhir ini, pembelajaran materi ini, hanya terbatas di kalangan pelajar di lembaga-lembaga
pendidikan keagamaan, seperti Pondok Pesantren atau Madrasah-Madrasah, itupun kadang-kadang
diajarkan dengan metode pembelajaran yang tidak sempurna.
Materi ini sangat perlu diajarkan pula di lembaga pendidikan umum, seperti SD, SMP, SMA dan
yang sederajat., karena materi ini sangat menunjang terhadap peningkatan kemampuan anak didik
dalam upaya memahami teks-teks di dalam Al Qur’anul Kariem dan Al Hadits, sebab pemahaman
makna kedua sumber pokok Islam ini tidak lepas dari fungsi kosa-kata dan bentuk-bentuk
tulisannya. Tanpa mengenal kosa-kata dan bentuk-bentuk tulisannya ini, maka amatlah sukar
memahami makna tersirat di dalam dua sumber pokok Islam tersebut.
Referensi penulisan buku ini, bersumber dari beberap kitab gramatika bahasa arab, seperti Alfiyah
Ibn Malik, Kamus al I’rob, Mulakhos Qoidah Arabiyah dan lain-lainnya. Namun rujukan utamanya
adalah kitab Kamus Imla’ yang disusun oleh Dr. Mas’ad Muhammad Zayyad.
Harapan penulis, semoga buku ini bermanfa’at kepada para pembaca dan menjadi salah satu
motivator untuk giat belajar dan medalami referensi-referensi berbahasa arab, sehingga upaya
memahami sumber-sumber agama Islam betul-betul dapat di capai dengan sempurna.
Maksud hati, ingin menulis topik ini lebih sempurna dan lengkap, tapi sayang sekali, keterbatasan
pengetahuan penulis dan sedikitnya referensi yang yang penulis miliki menyebabkan belum
tercapainya keinginan itu secara maksimal. Oleh karena itu, bila para pembaca menemukan banyak
ketidak sempurnaan atau kesalahan, baik substansi maupun redaksinya, kiranya bersedia untuk
diperbaiki dan dima’afkan. Hal ini penulis lakukan tiada lain, hanya mengharapkan Ridlo Allah
SWT dan membantu para pembaca belajar menulis dan membaca kalimat-kalimat arab dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang baku. Dan saya sarankan kepada para pengajar/guru Imla’,
hendaknya dalam mengajar materi ini menggunakan metode yang baik, dan bukan hanya sekedar di
dektikan.
Demikian, semoga apa yang penulis lakukan ini menjadi amal penulis sekeluarga dan menjadi
perantara keselamatan mereka di hari kemudian kelak. Amin ya Robbal ‘ Alamien.
Ta’ Marbuthoh (bulat)
Ta’ Marbuthoh disebut juga dengan Ha’ mati, bila sukun. Dibaca Ta’, bila berharkat fathah,
dlommah dan kasrah. Ditulis ةAtau ـة.Tempatnya berada di :
1. Akhir isim mufrod (kata tunggal) yang berdalalah muannats, seperti: ، شجرة، طلحة، عائشة
مكة
2. Akhir Jama’ Taksier yang mufrodnya bukan Ta’ Maftuhah / Mabsutoh (terbuka /panjang), seperti :
ُداة
ه، ُضاة
ق، ُراة
ع
3. Akhir sebagian isim alam yang berdalalah mudzakkar, seperti :
عطية، أسامة، حمزة
4. Akhir sebagian isim-isim ‘ajemy, seperti : ، اليونانية اإلسكندارية اإلبراهيمية
الرومية،
5. Akhir kalimat yang akhirnya terdiri dari Ta’ Marbuthoh dan dibaca seperti Ta’ Ta’nits, maka boleh
ditulis dengan Ta’ Mabsuthoh / Maftuhah sukun, seperti:
رحمة ـ رحمت، والة ـ والت، ثمة ـ وثمت
Rumus 1 :
1. Apabila Alif Layyinah, (Alif yang tidak memakai Hamzah) yang terletak di akhir fi’il atau isim
mu’rob yang terdiri dari empat huruf, lima dan enam, maka hendaknya ditulis berbentuk ى, seperti :
استقوى ـ أعطى ـ أغنى ـ منتهى ـ مرتضى ـ ليلى ـ ذكرى.
2. Apabila Alif jatuh setelah Ya’, ditulis “ “ ا, seperti : ّا ـ عليا ـ
ُلي
ّا ـ ع
ّا ـ ثري
ْيا ـ محي
َحاست
دنيا
(Jadi perbedaan Alif dalam lafadz isim, hendaknya ditulis berbentuk ىsedangkan Alif fi’il ditulis
berbentuk “ “ ا.
1. Apabila Alif yang terletak di akhir fi’il yang terdiri dari tiga huruf, maka menulisnya ada dua cara :
• Jika Alif dalam lafadz fi’il itu mengganti tempatnya Wawu, atau memang Alif itu asli dalam lafadz
tersebut, karena berbentuk isim, maka di tulis “ “ ا, seperti : ذرا. عدا ـ دعا ـ عفا ـ عال
• Jika Alif itu menggantikan tempatnya Ya’, maka ditulis berebtuk ىtanpa bertitik dibawahnya,
seperti : ُدى
قضى ـ فتى رحى ـ رمى ـ م
1. Untuk mengetahui asal suatu lafadz, apakah menggantikan huruf Wawu atau Alif, maka hendaknya
dilihat dari isim tatsniyahnya, bila lafadz itu mufrod, seperti :
عصا ـ عصوان رحى ـ رحيانatau dikembalikan kepada masdarnya, bila asal suatu lafadz itu
menggantikan huruf Wawu atau Ya’, seperti : خطوة ـ خطا، ُدى ذروة ـ ذرا
مدية ـ م atau
kepada fi’il mudlori’nya, seperti :
غزا ـ يغزو دعا ـ يدعو رمى ـ يرمى
1. Alif yang terletak di akhir isim yang mabni ditulis berbentuk
“ “ ا, seperti : مهما ـ ماذا ـ ذا, kecuali kalimat-kalimat berikut ini :
متى ـ لدى ـ أنditulis berbentuk ى.
ّى ـ األلى
1. Penulisan Alif yang terletak di akhir huruf-huruf yang mempunyai makna, yaitu huruf jir, jazem,
nashab dan lain-lain ditulis berbentuk “ “ ا, seperti : ّ ـ لوال ـ لوما كال, kecuali huruf إلى ـ
ّ ـ هال
على بلى ـ
حتى
1. Alif Layyinah (Alif yang tidak memakai Hamzah), bila terletak di akhir isim-isism ‘ajamy, ditulis
berbentuk “ “ ا, seperti : كندا ـ سويسرا ـ روما ـ أفريقيا أوروبا, kecuali lafadz : موسى
ّى ـ بخارى كسرى ـ عيسى ـ متditulis berbentuk ى.
ّى ـ حن
Hamzah Mutathorrifah
Hamzah Mutathorrifah ialah Hamzah yang berada di atas / di ujung Alif, Wawu dan Ya’, lurus
dengan huruf yang terakhir, seperti : ، منشأ، ملجأ، نبأ، أطفأ، أرجأ، لجأ، مأل بدأ
األسوأ اختبأ
Contoh Hamzah di atas Wawu : ، تأللؤ، التكافؤ، أمرؤ بطؤ، بؤبؤ، جؤجؤ، يجرؤ، لؤلؤ
التواطؤ
Contoh Hamzah di atas Ya’ : آللئ، مفاجئ البارئ سيئ يستهزئ، شاطئ، ينشئ
Contoh Hamzah yang lurus dengan huruf yang terakhir :
مليء، مريء جريء، هدوء، لجوء، هواء، فيء، شيء، دفء بطء
Rumus 2 :
1. Jika harkat huruf sebelumnya fathah, maka Hamzah-nya ditulis di atas Alif, berbentuk ” ” أ, seperti
2. Jika harkat sebelumnya dlommah, maka Hamzahnya ditulis di atas Wawu, berbentuk ؤـ, seperti :
التواطؤ، تأللؤ، التكافؤ، أمرؤ بطؤ، بؤبؤ، جؤجؤ، يجرؤ، لؤلؤ
3. Jika harkat sebelumnya kasroh, maka Hamzah-nya ditulis di atas Ya’, seperti :
آللئ، سيئ يستهزئ، مفاجئ البارئ، شاطئ، ينشئ
4. Jika harkat sebelumnya sukun, maka di tulis sejajar dengan dengan huruf yang terakhir, seperti :
مري ء، هدوء، لجوء، هواء، فيء، شيء، دف ء بطء
Catatan :
Salah satu huruf tambahan hanya di tuliskan saja, tetapi tidak boleh dibaca, yaitu Alif dan Wawu,
seperti : عمرو، أولئك، مائةAlif dan Wawu di sini adalah ziyadah. Sedangkan Alif yang jatuh
setelah Wawu sebagai tanda Jama’ disebut Wawu Fariqoh, seperti سمعوا، قالوا،فعلوا ,
yaitu untuk membedakan antara wawu jama’ dan illat.
Rumus 3 :
1. Hamzah, juga di tulis sejajar dengan huruf yang terakhir, bila huruf yang terakhir tersebut terdiri
dari Wawu ber-tasydid, seperti : ُُّء
ّ
التضو ُُّّء ـ
ُُّّء ـ التسو
التبو
2. Apabila isim yang berakhiran Hamzah yang terletak setelah alif di sandarkan (dimudlofkan) kepada
dlomir-dlomir ghoib, maka Hamzah dapat di lihat dari dua keadaan, yaitu :
3. Dalam keadaan nashab dan terdiri dari isim mufrod, maka Hamzah-nya ditulis setelah alif tersebut
Rumus 4 :
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka tidak boleh ditambah dengan Alif, jika :
1. Kalimat isim itu berakhiran Ta’ Marbuthoh, seperti :
وردة ـ قصة ـ طريقة ـ جائزة ـ قيمة ـ جالسة ـ مدرسة ـ مؤمنة ـ هادفة ـ كريمة.
2. Berakhiran dengan Hamzah sejajar setelah Alif, seperti :
وفاء وقاء ـ ماء ـ هواء ـ دواء ـ نداء ـ رجاء ـ سماء ـ دعاء
3. Berakhir dengan Hamzah di atas Alif, seperti :
خطأ ـ مرفأ ـ مخبأ ـ ملجأ ـ مدفأ ـ مرزأ ـ مرجأ
4. Berakhiran dengan Alif Layyinah, seperti:
ًا
ًى ـ سن
ًى ـ ذرا ـ مد
ًا ـ خطا ـ ند
عص
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka boleh ditambah Alif, jika
1. Berakhiran huruf shaheh, seperti :
ًًََّّ دخ
ال ًا يدر علي وأزاول عمال. ًا
ً شريف ً قادم
شاهدت رجال
Rumus 5 :
Hamzah di tulis di atas Wawu dalam tiga keadaan :
1. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh
2. huruf yang dibaca dlommah, seperti : رؤوس، ُُؤم
ن،
شؤون، فؤوس
3. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan di dahului huruf yang berharkat fathah, seperti: ،َُ َُؤم
ي
َُؤد
ي، َُؤالء
ه، َُؤنا
مبد، َُؤز
ت، َُؤم
ل
4. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh huruf mati (sukun), seperti : ،ُ هاُؤم
التفاُؤل، هواُؤه، سماُؤه، أكُؤس، أرُؤس، جالُؤهم، تشاٌؤم ـ رداُؤه، مسُؤول
5. Apabila Hamzahnya berharkat fathah dan didahului oleh huruf berharkat dlommah, seperti : ،َُ َُؤال
س
َُؤابة
ذ، َُؤازرة
م، َُؤامرة
م، َُؤن
م، َُؤلف
م، َُؤجل
ي، َُؤذن
م
6. Apabila Hamzahnya sukun dan d idahului oleh huruf yang
berharkat dlommah, seperti : ، ُؤنس
ُ م، ُؤس
ُ ب،ُؤل
ُ س، ُؤلم
ُ م، ُؤتة
ُ م، ُؤذي
ُ ي، ُؤمن
ُ م،ُ ُؤية
ر
ا.
ُؤتمن
Di Luar Rumus.
1. Apabila Hamzah yang berharkat dlommah atau fathah yang terletak setelah Wawu sukun, maka
3. Penulisan Hamzah boleh ditulis sejajar dengan huruf sebelumnya setelah Wawunya dibuang dan
tidak bisa disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya dengan syarat, huruf sebelumnya
berharkat dlommah dan sesudahnya berharkat sukun, seperti : مرءوس، رءوف، رءوم، رءوس,
kalau dimungkinkan disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya, maka bisa disambung,
seperti :
فئوس، شئون، مسئولseperti halnya penulisan di atas satu huruf (Nibroh)
4 Hamzah yang didahului Ya’ sukun, maka boleh ditulis dengan disambung di atas satu huruf
(Nibroh), seperti : شيئه،فيئه
5. Hamzah yang didahului Wawu yang bertasydid serta berharkat dlommah, maka boleh di baca rofa’,
bila didahului amil rofa’, dibaca nashab, bila di dahului amil nashab dan dibaca jir, bila di dahului
amil khofadz. Tapi tidak boleh dibaca jazem, seperti :
ِك
ُّء
بتبو . َك إن تبو. ُك
ُّء ُّء
كان تبو
Rumus 6
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nibroh) di tengah-tengah kalimat, apabila berharkat kasrah atau
huruf sebelumnya berharkat kasrah. Perinciannya sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah, dan huruf sebelumnya juga kasrah, seperti : ، الناشئين
مالئين، متكئين، ِِئين
م
2. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya dlommah, seperti : ُئي
ر، ُئل
س، ُئي
ن
ُئد
و،
3. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya fathah, seperti : ، سئم، يئس، يئن
لئيم، زئير
4. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya sukun, seperti : ، حائط، سائل
مرئية، ضوئية
5. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، ظمئت، فئة
مئة، رئة
6. Apabila Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، مهنئون
يستهزئون، يستمرئون
7. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، ذئب، بئر، جئت، بئس
ائتمن، شئت
Di Luar Rumus.
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nabroh) di tengah-tengah kalimat, apabila :
1. Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti : ، رديئة، مليئة
دفيئة، خطيئة، بيئة
وضيئة، بريئة، جريئة، دريئة، هيئة، ييئس.
2. Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti :
مريئها، مجيئكم هنيئكم، رديئها، فيئها
3. Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti :
4. Hamzah-nya dibaca tanwin fathah (nashab) dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf yang bisa
disambung dengan alif tanwin, maka ditulis di atas satu huruf (Nibroh), seperti :
نشئا: نشء، فيئا: فيء، ملئا: ملء، بطئا : بطء، شيئا: شيء، عبئا: عبء، دفئا: دفء
Rumus 7
Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat yang di tulis di atas Alif terdapat pada tiga keadaan,
sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya fathah, seperti : يتألم، رَأس، رأى
تأسف، متأمل، سأل،
2. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya sukun, seperti : ، مسألة، فجأة
مألى، وطأة، مرأة، يسأل
3. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya fathah, seperti : كأس، رْأس، مأرب، رأى
4. ، يـزأر، فأس
Catatan :
1. Apabila Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat (mutawassithoh) berbentuk alif mad ()آ,
maka Hamzahnya di buang dan diganti dengan tanda Alif mad, seperti : السآمة ـ الشآم
Demikian juga bila ditulis dengan Alif tatsniyah, seperti :
يمآلن، يقرآن، مآلن، قرآن
2. Apabila huruf sebelum Hamzah adalah Ya’ sukun yang berada di tengah-tengah kalimat
(mutawassithoh), maka Hamzah tersebut ditulis berharkat fathah di atas satu huruf (Nibroh),
seperti : مسيئة، مليئة، رديئة، هيئة
Rumus 8
1. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah yang jatuh setelah alif sukun, maka ditulis sejajar
dengan huruf sebelumnya. Hamzah tersebut disebut juga dengan Mtasaththiroh, seperti : ، يتضاءل
مساءلة، يتالءم، تراءى، كفاءة جاءك كفاءتك، تتشاءم، يتثاءب، تفاءل
2. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah dan huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
نبوءة، توءم
3. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
ّءه
ضو، ّءنا
نو، ّءنا
بو
4. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah dan huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
ُها
نوء، ُها
ضوء
5. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
ُّءكم
تبو، ُّءها
تنبو، ُّءكم
تضو
6. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah setelah huruf sahih sukun dan setelahnya Alif
tanwin nashab atau Alif tatsniyah yang tidak mungkin Hamzah tersebut disambung dengan huruf
sebelumnya atau sesudahnya, seperti :
جزءا جزءان
Jika dimungkinkan untuk disambung, maka ditulis di atas satu huruf (Nibroh), seperti : ، عبئا
دفئان، دفئا، عبئان
ٍَِِْْ
ع َبٍت
ْثِي
َْأن
َتٍِئ و
ْرَام
ِوْن
َيْن
َاث
و #ٍَُِْ ْ
ِعُم
ٍسِم
ْنِب
ِاْن
ِبٍا
ْتِس
ِاْم
ِى اس
َفو
ًَُِّْـُل
ُ ُسه
َّ َايم
ِ َْأهو
ْ ِف ْت
ِسْال
ِى ا
ًّا ف
ُد م #َُْ ُ
َلْد
ُبَي
َا و
َذْك
ُ َأل
ْزَم
ْهُن
ْمََأي
و
Rumus 9
Ada beberapa huruf yang ditambahkan / ditulis dalam kalimat, namun huruf tersebut tidak dibaca.
Perinciannya sebagi berikut :
1. Dalam kalimat مائةhingga ( تسعمائةditulis tanpa Alif tidak salah, namun tidak lumrah dan
jarang sekali), karena fungsi Alif tambahan tersebut untuk membedakan antara hitungan seratus dan
ratusan atau antara kalimat مائةdengan مئوية، مئوى، مئين،ِئون
م، مئات.
2. Alif ditulis / ditambahkan setelah Wawu Jama’ untuk membedakan antara Wawu Jama’ dan Wawu
‘Illat dalam fi’il Mu’tal Akhir dengan wawu, disebut Alif Fariqoh, seperti :
لم يقولوا، قولوا، لن يقولوا قالوا
Sedangkan pada kalimat :
يغزو، يمحو، يرسو، ينجو، يدعو
tidak ditambah Alif sesudah huruf Wawu, karena Wawu Asliyah. Demikian pula tidak ditambah Alif
setelah Wawu Jama’ yang mudlof, seperti : حضرمعلموالمدرسة, karena berkumpulnya dua alif
dalam satu kalimat tidak diperkenankan dalam susunan bahasa arab (ta’lief / tarkieb arabiyah),
kecuali dalam beberapa hal yang lebih kepada dlorurat saja.
3. Alif ditulis / ditambahkan di akhir isim yang tanwin fathah dan tidak di akhiri oleh Ta’ Mabuthoh
atau tidak di akhiri oleh Hamzah Mutathorrifah (Hamzah di ujung Alif) atau Hamzah yang di
didahului Alif, seperti : ًا
ًا يركب حصان
ً قادم
رجال
Kalau isim tersebut di akhiri oleh Hamzah Mutathorrifah atau Ta’ Marbuthoh, maka tidak boleh
ditambah Alih bila akan dibaca tanwin fathah atau tanwin dlommah atau tanwin kasroh, seperti:
قد فعلت.ًِ ً
ًََ خطًأ ِطرية
ًعشممت رائحة
ُكا
ْبٍ أو مع
ُحْن
َحَن
ْت كذاك مع# ِكا
َرفان ممنَضح
ِل الح
ُبط
وي
6. Wawu ditulis / ditambahkan di akhir Ro’ dalam kalimat عمروketika dibaca rofa’ dan jir. Dan
Rumus 10
Hamzah Washol ابنdibuang,
1. Bila terletak di antara dua isim alam yang tak bertanwin, dan kalimat sesudah ابنadalah berarti “
Bapaknya”, seperti : محسن بن عامر
Diterangkan dalam Nadlom :
َعا
َّب
ْ مت
َين تكن
ْمَط اس
فى الوس # َعا
ِفاإن وق
ِ أل
ِف من ابن
واحذ
tidak lengkap, maka tidak boleh dibuang, seperti : باسم محسن باسم اهلل,باسمك
5. Bila Al Ta’rif terletak setelah Lam Ibtida’ atau setelah Lam jir, seperti :
بالقلم، بالترتيب، الكتاب،السالم
6. Bila terletak dalam kalimat antara Wawu dan Alif, seperti :
وْأمر، فْأت، وْأت.
Rumus 11
Hamzah Washol tidak boleh dibuang,
1. Bila tidak berada di antara dua isim alam, seperti :
2. Bila kalimat tersebut menjadi Na’at / sifat mufrod. Bila di tatsniyah-kan, maka Hamzah-nya tetap
(tidak dibuang), seperti :
األمين والمأمون ابنا هارون الرشي
3. Bila dua kalimat tersebut terletak di awal baris, sekalipun berada di tengah-tengah dua isim alam,
seperti :
محمد محسن بن محمد عامر بن إلياس بن شرقاوى ابن صادق رامو
Rumus 12
1. Dibuang Alif ياNida’, bila dibaca ُُّّ
أيatau ُُ
أية
2. Dibuang Alif “ Lakinna “, bila menjadi huruf athof, seperti :
ّ حسن ذهب
جاء عمرو لكن
3. Alif dibuang dari sebagian isim-isim, seperti :
هرون، طه، يس، الرحمن، إله، السموات، اهلل
4. Alif أوالءdibuang, bila bersambung dengan Kaf Khitob, seperti أولئك
3. Alif pada isim Isyaroh ذاكharus dibuang, bila bersambung dengan Lam yang menunjukkan arti
jauh (Isyaroh Ba’ied), seperti :
فاعرض عمن تولى عن:ممن تعلمت العلم النافع ؟ عمن تبحث ؟ بمن تذهب ؟ قال تعالى
Rumus 15 : Membuang Wawu, Alif, Ya’, Lam ke dua, Hamzah al Ta’rief dan huruf ‘Illat
Akhir Fi’il
1. Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya dua huruf dalam satu kalimat, seperti :
رءوف، طاوس، هارون، داود
2. Salah satu huruf Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya tiga huruf dalam satu kalimat, sebagai
berikut :
3. Berkumpulnya tiga Alif, maka salah satunya dibuang dan Alif yang ada diberi harkat mad
(panjang), seperti :
مساآت، براآت، مالآت،
1. Berkumpulnya tiga huruf Wawu, maka salah satunya dibuang dan di atas Wawu yang kedua ditulis
Hamzah, seperti :
ينوؤن، يسوؤن
3. Berkumpulnya tiga Ya’, maka salah satunya dibuang dan di atas Ya’ yang pertama ditulis tasydid,
seperti :
ّين علي.
النبي، ّين
4. Hamzah di atas al Ta’rief dibuang, apabila dimasuki huruf jir Lam , seperti :
ُّون للموز
ُحب األطفال م. لليمون فوائد كثيرة.
5. Huruf ‘Illat di akhir fi’il Madhi harus dibuang dalam keadaan Jazem, seperti :
وأد، وأم ـ وآمة، سأم ـ سآمة. أذن ـ آذان، إرم ـ آرام، أثر ـ آثار، أمل ـ آمال
Sebagaimana juga al Ta’rif diganti dengan Alif Mad, bila didahului Hamzah Istifham, seperti :
أالمعلم ـ آلمعلم، أالرجل ـ آلرجل، أاهلل ـ آهلل
Kedua : Apabila huruf akhir fi’il Madhi adalah Alif yang
ujungnya ditulis Hamzah, maka di dalam Tatsniyah-nya harus menambah Alif (( اatau Alif
Maqshuroh ()ى, seperti :
قرأا، قرأ، مرأى، مألى، ظمأى: ومثل. درأ ـ درأا، مأل ـ مألا، لجأ ـ لجأا
Tetapi jika terdiri dari isim Tatsniyah, maka Hamzah-Nya diganti dengan Alif Mad, seperti :
ملجأ ـ ملجآن، مرفأ ـ مرفآن، مدفأ ـ مدفآن
Ketiga : Apabila Hamzah ditulis di atas satu huruf (Hamzah Nibroh) atau ditulis sejajar, maka
tulisannya tetap. Dan dalam tatsniyah-nya ditambah Alif bersambung dengan Hamzah tersebut atau
tidak bersambung, bila mufrodnya tidak bersambung dengan huruf apapun, seperti :
شاطئ ـ شاطئان، يكافئ ـ يكافئان، يطأطئ ـ يطأطئان
1. Nun Taukid Tsaqilah dan Khofifah yang bersambung di akhirnya dengan fi’il Mudhori’ dan Amar,
seperti :
ساعدن. ْ واجبك
ْ الضعيف واكتبن. َّ على خدمة الوطن
تاهلل ألحرصن. َّ المحتاج
واهلل ألساعدن
Catatan : Penulisan Nun Khofifah diperbolehkan ditulis dengan Alif tanwin fathah, seperti :
ًا
ْ ـ ساعد
ساعدن، ًا
ْ ـ اكتب
َناكتب
2 . Kalimat-kalimat yang bacaannya tidak boleh berhenti (harus dibaca), yaitu :
1. Al Ta’rif yang bersambung dengan isim sesudahnya,seperti:
الكتاب ـ اإلمام ـ السالم ـ األمين
1. Dzorof yang berakhir dengan huruf إذyang tanwin, seperti :
ٍٍ ـٍ عندئ
ذ ٍ ـٍ ساعتئذ
ٍ ـٍ وقتئذ يومئذ.
ٍ ٍـٍ حينئذ
Jika tidak ditanwinkan, maka tulisannya harus di pisah, seperti :
1. Bilangan (‘adad) dari tiga ratus hingga sembilan ratus, seperti : ثالثمائة ـ أربعمائة ـ
تسعمائة
Rumus 18 (Penulisan ) كى ما من ال
1. Kay disambung dengan La Nafi, bila didahului oleh Lam,
seperti :
إما تسافر فال تنس أصدقاءك.إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كالهما فال تقل لهما
أولئك لهم نصيب مما ًا. سررت مما فعلت .يأيها الناس كلوا مما في األرض حالال
ً طيب
كسبوا .أبلغني والدك عما تحتاج إليه .وما اهلل بغافل عما تعملون .وال تتبع
أهواءهم عما جاءك من الحق .نسيت فيما أفكر .ليحكم بين الناس فيما اختلفوا .
َا
َهّاأمام
ِيمس
ِن فى عن نعَ
بم ً ألنها #
َّى “ما”موصولة
َمتس
1. Disebut Ma Nafi, bila bersambung dengan suatu huruf sebelumnya, seperti :
اشتروا الضاللة بالهدى فما ربحت ًا عن المال فما نفعه المال.
سافر أخوك بحـث
ماأنت إالشاعر.ًُ ً
ٌٌ ُ منيعة
ماالحصون
Bila Ma Masdar bersambung dengan lafadz Kulla yang dibaca nasab karena menjadi dzorof, maka
bermakna syarat,
seperti :
لعنت أختها.
Bila Ma Masdar bersambung dengan :
وأكرمت محمد. وسافرت قبلما وصل أخوك. ننتظرك ريثما وصل والدي
ًا مثلما أكرمني
َََيثما وقب
ال كحينما ور # ِثال
َمَ قبل
ْثَي
كذاك حين ر
أنؤمن كما آمن السفهاء كتب. أحسنوا كما أحسن غيركم. سالم عليكم بما صبرتم
عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم على الذين
ًًَُُِّّ
ال َوصَّما ت
َل َّ ق
َل َج
ِطال
ب #ًَُّْ ً
َّصال
ُت ًم
ْ زائدة
ّيت
ُموس
1. Disebut Ma Zaidah (tambahan), bila didahului oleh Inna dan saudara-saudaranya dan setelahnya
menjadi Mubtada’, seperti :
. كأنما القائد أسد. ّ أنما إلهكم إله واحد
إنما المؤمنون إخوة قل يوحى إلى
إنماالعدل أساس. السلع متوفرة لكنما األسعار مرتفعة .ّما أخوك ناجح
ولعل
الحـكم.
1. Lafadz Laita yang setelahnya bersambung dengan Ma Zaidah (tambahan), maka bisa beramal
separti Inna atau tidak. Contoh yang beramal :
Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi Mubtada’. Contoh yang tidak beramal :
ليتما المسافر.ٌَ ٌ
ِين عائدون ليتما الغائب.
َ عائد
ًٌٌ
ً فائز
لبتما محمدا.
Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi isimnya Laita. Diterangkan dalam Nadlom :
ََِّْْ
ت َلَّص
َ ات
َيت
َلقب
َِْع
َعت
َق إن و#َِْ ْ
َتَل
ْمِلت وَأه
َمفإنها قدع
1. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung dengan dua huruf jir : Kaf dan Rubba, seperti :
َّا
َرى الذى قد َأب
َّمات
ُب كر# َّا
ُب ُ كذاك ر
َهاالكاف
َقسب
صل.ٍٍ
ِّ قبلماطلع الفجر رجوتك الحضور دونماتأخير.
َ األذان
َ بعدماسمعت
ّوا الظهر
صل.
1. Inna harus dipisah dari Ma, bila Ma tersebut terdiri dari Mausul atau Nakiroh mausuf, seperti :
) ْ ال
(إن. ًا تعرض نفسك للجزاًّء
ّ تحضر مبكر
إال
) ْ ال
(إن . ًا فلن يحالفك النجاح
ّ تدرس جيد
إال
2. Bila La bersambung dengan An Masdariyah, maka Nun pada An tersebut di buang dan diganti
tasydid untuk meringankan bacaan, seperti :
ينبغي أال.
ّ تهمل عملك
ّ يحسن بك أ.
ال تسافر وحدك
3. Bila ada lam kasroh yang terletak sebelum An dan sesudah An tersebut terdapat La, maka Nun dan
Alif-nya dibuang, tinggal Hamzah-nya di tulis antara Lam dan La seraya disambung, karena
Hamzah tersebut terletak setelah huruf yang berharkat kasrah, seperti :
نؤد.
ّي الصالة في أوقاتها لئال نقصر في حق اهلل
ا
َِر
ُ خاس َُِكن عالما لئ ـ
ال تصير
4. La yang terletak setelah An Mufassiroh (menerangkan suatu perbuatan/perkataan sebelumnya)
harus dipisah, seperti :
أشرت إليه أن ال تخرج.
وعلمت أن ال يرد األمانة إال رجل أمين.
وظنوا أن ال ملجأ من اهلل إال إليه.
Isim-Isim Istifham
Istifham ada dua huruf, yaitu Hamzah dan هل. Sedangkan yang terdiri dari isim ada sebelas
macam, yaitu :
كيف، َّى
أن، أين،َ
أيان، متى، ماذا، ما،َن ذا م،
م،َن
ّ أي،كم.
ّ
Keterengan :
1. Apabila isim-isim Istifham tersebut di atas di dahului oleh huruf jir, maka dibaca jir, seperti : فبأي
أالء ربكما تكذبان ؟
2. Apbila isim-isim Istifham tersebut di atas menunjukkan arti waktu (zaman) dan tempat (makan),
maka sebagai mahal nasab karena menjadi dzorof, seperti : َ َِ؟
ِئت
متى ج
3. ماذا، ما،َن ذا مapabila terletak di depan isim ma’rifat, maka ia menjadi Khobar
م،َن
Muqoddam. Dan apabila terletak di depan Nakiroh, maka ia menjadi Mubtada’, seperti :
ُك ؟ َن فتى َ؟َُ م
َن صديق م
Apabila setelah terdapat fi’il Muta’addi yang maf’ulnya tidak terpenuhi, maka isim istifham
tersebut dijadikan maf’ul muqoddam, seperti : َ َ؟
من رأيت
Apabila terdiri fi’il Lazim, maka isim tersebut menjadi Mubtada’, seperti : من جـاء ؟
4. Apabila Kaifa terletak di depan fi’il tam, maka menjadi Hal,
5. seperti : َ َِ؟ كيف ج.Apabila terletak di depan fi’il Naqis atau isim, maka menjadi Khobar
ِئت
Muqoddam, seperti : َ َ؟
كيف كنت
6. Apabila Kam di I’rob sesuai dengan lafadz yang terletak sesudahnya, seperti :
)(مبتدأ
Dibawah
مع Mufaddhol ‘Alaihi Ketimbang
kalimat
Penutup
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamien, buku kecil ini saya tulis dengan segenap kemampuan saya,
tentunya saya sangat mengharap kepada para pembaca, kiranya menemui kesalahan, baik redaksi
maupun substansinya untuk memperbaikinya dan berkenan memberitahukan
kepada saya untuk diadakan perbaikan bersama.
Penulisan buku ini saya rampungkan pada malam hari Raya ‘Iedul Fatri, Jum’at, 06 Syawal 1430 H
/ 25 September 2009 M di rumah saya, Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Al Amir, Guluk-
Guluk, Sumenep Madura. Semoga bermanfa’at dan menjadi perantara keselamatan saya, keluarga,
guru-guru dan semua pembacanya di dunia dan di akhirat. Amin ya Robbal Alamien !
َا
ْيَّس
ُ الكريم الن
ُ اهلل
َحْد
َق ال# َا
َي َاي
َطْلخ
ِاَن
ُعْء
َرْلم
ُاِر
ْفَن
َيال
َـــــا
ِّـحـ
َق َن
ٍفَّـة
َل ِّ ز
ُل ِك
ْبَع
ْف و# َا
َار ِّح
َل
َصٍف
ِصَاق
ِنْب
ِـد
َجْت
َِإن
و
ٍَُِِّّْْ
ط َر ُق
َيَال
ٍوْن
ِيحس
َِْت
َى ب
ْع ي#َُِْ ْ
َس َطْل
َغَي
ْ ال
َنُم
ِلَاض
ْفِل
َاْس
َيَل
و