Anda di halaman 1dari 24

BELAJAR MENULIS ARAB YANG BENAR

(AL IMLA’)
Judul Buku :
RUMUS-RUMUS
PENULISAN KALIMAT ARAB
All Right Reserver @ 1430 H / 2009 M
Diterbitkan pertama kali oleh :
Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Penulis :
Drs. H. Muhammad Muhsin Amir
Ketua Pengurus Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463

Design Cover :
Abu Fauroq

Hak Cipta :
Ketua Pon. Pes. Annuqayah Daerah Al Amir
Guluk-Guluk Sumenep Madura 69463
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin
langsung kepada penulis !
PENDAHULUAN

‫األنبياء‬ ‫أشرف‬ ‫على‬ ‫والسالم‬ ‫والصالة‬ ‫العالمين‬ ‫رب‬ ‫الحمدهلل‬

‫ أما بعد‬. ‫ والمرسلين سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين‬.

Alhamdulillah, dengan anugerah Rahmat dan Taufiq-Nya, saya bisa menulis buku kecil ini, dan
InsyaAllah sangat berguna bagi para pembaca yang berminat belajar tulis-menulis arab sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan arab yang benar.
Akhir-akhir ini, pembelajaran materi ini, hanya terbatas di kalangan pelajar di lembaga-lembaga
pendidikan keagamaan, seperti Pondok Pesantren atau Madrasah-Madrasah, itupun kadang-kadang
diajarkan dengan metode pembelajaran yang tidak sempurna.
Materi ini sangat perlu diajarkan pula di lembaga pendidikan umum, seperti SD, SMP, SMA dan
yang sederajat., karena materi ini sangat menunjang terhadap peningkatan kemampuan anak didik
dalam upaya memahami teks-teks di dalam Al Qur’anul Kariem dan Al Hadits, sebab pemahaman
makna kedua sumber pokok Islam ini tidak lepas dari fungsi kosa-kata dan bentuk-bentuk
tulisannya. Tanpa mengenal kosa-kata dan bentuk-bentuk tulisannya ini, maka amatlah sukar
memahami makna tersirat di dalam dua sumber pokok Islam tersebut.
Referensi penulisan buku ini, bersumber dari beberap kitab gramatika bahasa arab, seperti Alfiyah
Ibn Malik, Kamus al I’rob, Mulakhos Qoidah Arabiyah dan lain-lainnya. Namun rujukan utamanya
adalah kitab Kamus Imla’ yang disusun oleh Dr. Mas’ad Muhammad Zayyad.
Harapan penulis, semoga buku ini bermanfa’at kepada para pembaca dan menjadi salah satu
motivator untuk giat belajar dan medalami referensi-referensi berbahasa arab, sehingga upaya
memahami sumber-sumber agama Islam betul-betul dapat di capai dengan sempurna.
Maksud hati, ingin menulis topik ini lebih sempurna dan lengkap, tapi sayang sekali, keterbatasan
pengetahuan penulis dan sedikitnya referensi yang yang penulis miliki menyebabkan belum
tercapainya keinginan itu secara maksimal. Oleh karena itu, bila para pembaca menemukan banyak
ketidak sempurnaan atau kesalahan, baik substansi maupun redaksinya, kiranya bersedia untuk
diperbaiki dan dima’afkan. Hal ini penulis lakukan tiada lain, hanya mengharapkan Ridlo Allah
SWT dan membantu para pembaca belajar menulis dan membaca kalimat-kalimat arab dengan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang baku. Dan saya sarankan kepada para pengajar/guru Imla’,
hendaknya dalam mengajar materi ini menggunakan metode yang baik, dan bukan hanya sekedar di
dektikan.
Demikian, semoga apa yang penulis lakukan ini menjadi amal penulis sekeluarga dan menjadi
perantara keselamatan mereka di hari kemudian kelak. Amin ya Robbal ‘ Alamien.
Ta’ Marbuthoh (bulat)
Ta’ Marbuthoh disebut juga dengan Ha’ mati, bila sukun. Dibaca Ta’, bila berharkat fathah,
dlommah dan kasrah. Ditulis ‫ ة‬Atau ‫ـة‬.Tempatnya berada di :
1. Akhir isim mufrod (kata tunggal) yang berdalalah muannats, seperti: ، ‫ شجرة‬، ‫ طلحة‬، ‫عائشة‬
‫مكة‬
2. Akhir Jama’ Taksier yang mufrodnya bukan Ta’ Maftuhah / Mabsutoh (terbuka /panjang), seperti :
‫ُداة‬
‫ ه‬، ‫ُضاة‬
‫ ق‬، ‫ُراة‬
‫ع‬
3. Akhir sebagian isim alam yang berdalalah mudzakkar, seperti :
‫ عطية‬،‫ أسامة‬، ‫حمزة‬
4. Akhir sebagian isim-isim ‘ajemy, seperti : ، ‫اليونانية‬ ‫اإلسكندارية اإلبراهيمية‬
‫ الرومية‬،
5. Akhir kalimat yang akhirnya terdiri dari Ta’ Marbuthoh dan dibaca seperti Ta’ Ta’nits, maka boleh
ditulis dengan Ta’ Mabsuthoh / Maftuhah sukun, seperti:
‫ رحمة ـ رحمت‬، ‫ والة ـ والت‬، ‫ثمة ـ وثمت‬

Ta’ Maftuhah / Mabsutoh (terbuka/panjang)


Tak Maftuhah dibaca Ta’, bila berharkat fathah, dlommah dan kasrah. Bentuk huruf ini tetap tidak
berubah, walaupun berharkat sukun. Ditulis ‫ ت‬. Tempatnya berada di :

1. Akhir fi’il, seperti : ْ


‫أكلت ُْجلست‬
َُِ ‫َسمت‬
ِ ‫َر‬ ‫سافرت‬,ْْ
‫ُ جلست‬ ‫ كتبت‬,َ
‫َ َـَ مات‬
‫بات‬

2. Akhir jama’ muannats salim, seperti :ُ


‫ُ ـُ الفاطمات‬
‫ُ ُـُ الطالبات‬
‫المعلمات‬
3. Akhir isim Tsulatsi yang tengahnya sukun dan jama’nya, seperti :
‫ ميت ـ أموات‬، ‫ حوت ـ أحوات صوت ـ أصوات‬، ‫ قوت ـ أقوات‬، ‫ بيت ـ أبيات‬.
4. Akhir isim mufrod mudzakkar, seperti : ‫َمت‬
‫رفعت ـ رأفت ـ عملت ـ عص‬
5. Akhir sebagian huruf, seperti : ‫ّت‬
‫ّت ـ لعل‬
‫َ ـ رب‬
‫ّت‬‫َم‬
‫ّت ـ ث‬
‫ُم‬‫ليت ـ الت ـ ث‬
6. Akhir dlomir munfashil mufrod / mufrodah mukhotob, seperti : ِ
‫ِ أنت‬،َ َ
‫أنت‬

Rumus 1 :
1. Apabila Alif Layyinah, (Alif yang tidak memakai Hamzah) yang terletak di akhir fi’il atau isim
mu’rob yang terdiri dari empat huruf, lima dan enam, maka hendaknya ditulis berbentuk ‫ى‬, seperti :
‫ استقوى ـ أعطى ـ أغنى ـ منتهى ـ مرتضى ـ ليلى ـ ذكرى‬.
2. Apabila Alif jatuh setelah Ya’, ditulis “ ‫“ ا‬, seperti : ‫ّا ـ عليا ـ‬
‫ُلي‬
‫ّا ـ ع‬
‫ّا ـ ثري‬
‫ْيا ـ محي‬
‫َح‬‫است‬
‫دنيا‬
(Jadi perbedaan Alif dalam lafadz isim, hendaknya ditulis berbentuk ‫ ى‬sedangkan Alif fi’il ditulis
berbentuk “ ‫“ ا‬.
1. Apabila Alif yang terletak di akhir fi’il yang terdiri dari tiga huruf, maka menulisnya ada dua cara :
• Jika Alif dalam lafadz fi’il itu mengganti tempatnya Wawu, atau memang Alif itu asli dalam lafadz

tersebut, karena berbentuk isim, maka di tulis “ ‫“ ا‬, seperti : ‫ ذرا‬. ‫عدا ـ دعا ـ عفا ـ عال‬

• Jika Alif itu menggantikan tempatnya Ya’, maka ditulis berebtuk ‫ ى‬tanpa bertitik dibawahnya,
seperti : ‫ُدى‬
‫قضى ـ فتى رحى ـ رمى ـ م‬
1. Untuk mengetahui asal suatu lafadz, apakah menggantikan huruf Wawu atau Alif, maka hendaknya
dilihat dari isim tatsniyahnya, bila lafadz itu mufrod, seperti :
‫ عصا ـ عصوان رحى ـ رحيان‬atau dikembalikan kepada masdarnya, bila asal suatu lafadz itu
menggantikan huruf Wawu atau Ya’, seperti : ‫ خطوة ـ خطا‬، ‫ُدى ذروة ـ ذرا‬
‫مدية ـ م‬ atau
kepada fi’il mudlori’nya, seperti :
‫غزا ـ يغزو دعا ـ يدعو رمى ـ يرمى‬
1. Alif yang terletak di akhir isim yang mabni ditulis berbentuk
“ ‫“ ا‬, seperti : ‫ مهما ـ ماذا ـ ذا‬, kecuali kalimat-kalimat berikut ini :
‫ متى ـ لدى ـ أن‬ditulis berbentuk ‫ ى‬.
‫ّى ـ األلى‬
1. Penulisan Alif yang terletak di akhir huruf-huruf yang mempunyai makna, yaitu huruf jir, jazem,
nashab dan lain-lain ditulis berbentuk “ ‫“ ا‬, seperti : ‫ّ ـ لوال ـ لوما‬ ‫ كال‬, kecuali huruf ‫إلى ـ‬
‫ّ ـ هال‬
‫على بلى ـ‬
‫حتى‬
1. Alif Layyinah (Alif yang tidak memakai Hamzah), bila terletak di akhir isim-isism ‘ajamy, ditulis
berbentuk “ ‫“ ا‬, seperti : ‫ كندا ـ سويسرا ـ روما ـ أفريقيا أوروبا‬, kecuali lafadz : ‫موسى‬
‫ّى ـ بخارى كسرى‬ ‫ ـ عيسى ـ مت‬ditulis berbentuk ‫ ى‬.
‫ّى ـ حن‬

Hamzah Mutathorrifah
Hamzah Mutathorrifah ialah Hamzah yang berada di atas / di ujung Alif, Wawu dan Ya’, lurus
dengan huruf yang terakhir, seperti : ، ‫ منشأ‬، ‫ ملجأ‬، ‫ نبأ‬، ‫ أطفأ‬، ‫ أرجأ‬، ‫ لجأ‬، ‫مأل بدأ‬
‫األسوأ اختبأ‬
Contoh Hamzah di atas Wawu : ، ‫ تأللؤ‬، ‫ التكافؤ‬، ‫ أمرؤ بطؤ‬، ‫ بؤبؤ‬، ‫ جؤجؤ‬، ‫ يجرؤ‬، ‫لؤلؤ‬
‫التواطؤ‬
Contoh Hamzah di atas Ya’ : ‫ آللئ‬، ‫ مفاجئ البارئ سيئ يستهزئ‬، ‫ شاطئ‬، ‫ينشئ‬
Contoh Hamzah yang lurus dengan huruf yang terakhir :
‫ مليء‬، ‫ مريء جريء‬، ‫ هدوء‬، ‫ لجوء‬، ‫ هواء‬، ‫ فيء‬، ‫ شيء‬، ‫دفء بطء‬

Rumus 2 :
1. Jika harkat huruf sebelumnya fathah, maka Hamzah-nya ditulis di atas Alif, berbentuk ” ‫ ” أ‬, seperti

: ‫ اختبأ‬، ‫ األسوأ‬، ‫ منشأ‬، ‫ ملجأ‬، ‫ نبأ‬، ‫ أطفأ‬، ‫ أرجأ‬، ‫ لجأ‬، ‫ بدأ‬,‫مأل‬

2. Jika harkat sebelumnya dlommah, maka Hamzahnya ditulis di atas Wawu, berbentuk ‫ؤـ‬, seperti :
‫التواطؤ‬، ‫تأللؤ‬، ‫التكافؤ‬، ‫أمرؤ بطؤ‬، ‫بؤبؤ‬، ‫جؤجؤ‬، ‫يجرؤ‬، ‫لؤلؤ‬
3. Jika harkat sebelumnya kasroh, maka Hamzah-nya ditulis di atas Ya’, seperti :
‫ آللئ‬، ‫ سيئ يستهزئ‬، ‫ مفاجئ البارئ‬، ‫ شاطئ‬، ‫ينشئ‬
4. Jika harkat sebelumnya sukun, maka di tulis sejajar dengan dengan huruf yang terakhir, seperti :
‫ مري ء‬، ‫ هدوء‬، ‫ لجوء‬، ‫ هواء‬، ‫ فيء‬، ‫ شيء‬، ‫دف ء بطء‬

Catatan :
Salah satu huruf tambahan hanya di tuliskan saja, tetapi tidak boleh dibaca, yaitu Alif dan Wawu,
seperti : ‫ عمرو‬، ‫ أولئك‬،‫ مائة‬Alif dan Wawu di sini adalah ziyadah. Sedangkan Alif yang jatuh
setelah Wawu sebagai tanda Jama’ disebut Wawu Fariqoh, seperti ‫ سمعوا‬،‫ قالوا‬،‫فعلوا‬ ,
yaitu untuk membedakan antara wawu jama’ dan illat.

Rumus 3 :
1. Hamzah, juga di tulis sejajar dengan huruf yang terakhir, bila huruf yang terakhir tersebut terdiri
dari Wawu ber-tasydid, seperti : ‫ُُّء‬
ّ
‫التضو‬ ‫ُُّّء ـ‬
‫ُُّّء ـ التسو‬
‫التبو‬
2. Apabila isim yang berakhiran Hamzah yang terletak setelah alif di sandarkan (dimudlofkan) kepada
dlomir-dlomir ghoib, maka Hamzah dapat di lihat dari dua keadaan, yaitu :
3. Dalam keadaan nashab dan terdiri dari isim mufrod, maka Hamzah-nya ditulis setelah alif tersebut

(bukan di atasnya), seperti : ‫ وسمع اهلل دعاءهم‬. ‫نال اللص جزاءه‬

4. Dalam keadaan Jir, maka di tulis di atas Ya’, seperti :

‫ وطارات الطائرات في سمائه‬. ‫عمل محمد بآرائه‬

1. Dalam keadaan Rofa’, maka ditulis di atas Wawu, seperti :


‫َّة سماؤها صافية‬
‫ُد‬ ‫ج‬.
1. Hamzah di tulis di atas alif yang ada di tengah-tenga kalimat,
apabila Hamzah tersebut di baca Fathah yang jatuh setelah huruf yang dibaca sukun (mati),
seperti : ‫قروء‬

Rumus 4 :
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka tidak boleh ditambah dengan Alif, jika :
1. Kalimat isim itu berakhiran Ta’ Marbuthoh, seperti :
‫ وردة ـ قصة ـ طريقة ـ جائزة ـ قيمة ـ جالسة ـ مدرسة ـ مؤمنة ـ هادفة ـ كريمة‬.
2. Berakhiran dengan Hamzah sejajar setelah Alif, seperti :
‫وفاء وقاء ـ ماء ـ هواء ـ دواء ـ نداء ـ رجاء ـ سماء ـ دعاء‬
3. Berakhir dengan Hamzah di atas Alif, seperti :
‫خطأ ـ مرفأ ـ مخبأ ـ ملجأ ـ مدفأ ـ مرزأ ـ مرجأ‬
4. Berakhiran dengan Alif Layyinah, seperti:
‫ًا‬
‫ًى ـ سن‬
‫ًى ـ ذرا ـ مد‬
‫ًا ـ خطا ـ ند‬
‫عص‬
Bila di akhir kalimat isim itu bertanwin nashab, maka boleh ditambah Alif, jika
1. Berakhiran huruf shaheh, seperti :

ًًَّ‫َّ دخ‬
‫ال‬ ‫ًا يدر علي‬ ‫ وأزاول عمال‬. ‫ًا‬
‫ً شريف‬ ‫ً قادم‬
‫شاهدت رجال‬

‫ًا‬ ‫ واشتريت كتاب‬.


‫ًا جديد‬
2. Berakhiran dengan Hamzah yang sebelumnya teridiri dari Wawu mad, seperti :
‫ًا‬
‫الرجل وضوء‬ ‫ًا بالزيت وتوضأ‬
‫ً مملوء‬
‫ًا اشتريت وعاء‬
‫وال تعمل سوء‬
3. Berakhiran dengan Hamzah yang sebelumnya terdiri dari huruf shahih yang sukun dan tidak
bersambung pada huruf sesudahnya, seperti :
‫ًا‬
‫ بدء ـ بدء‬، ‫ًا‬
‫ رزء ـ رزء‬، ‫ًا‬
‫ ردء ـ ردء‬، ‫ًا‬
‫جزء ـ جزء‬
4. Berakhiran dengan Hamzah sebelumnya terdiri dari Ya’ atau
huruf shahih sukun dan tidak bisa disambung dengan Alif tanwin. Maka Hamzah harus ditulis diatas
satu huruf (Nabroh), seperti :
‫ بطء ـ‬، ‫ ملء ـ ملًئا‬، ‫ بريء ـ بريًئا‬، ‫شيء ـ شيًئا‬
‫ دفء ـ دفًئا‬، ‫بطًئا‬. . Sedangkan penulisan kata ‫ شيئ‬sangat jarang digunakan

Rumus 5 :
Hamzah di tulis di atas Wawu dalam tiga keadaan :
1. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh
2. huruf yang dibaca dlommah, seperti : ‫ رؤوس‬، ‫ُُؤم‬
‫ن‬،
‫ شؤون‬، ‫فؤوس‬
3. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan di dahului huruf yang berharkat fathah, seperti: ،َُ ‫َُؤم‬
‫ي‬
‫َُؤد‬
‫ ي‬، ‫َُؤالء‬
‫ ه‬، ‫َُؤنا‬
‫ مبد‬، ‫َُؤز‬
‫ ت‬، ‫َُؤم‬
‫ل‬
4. Apabila Hamzahnya dibaca dlommah dan didahului oleh huruf mati (sukun), seperti : ،ُ ‫هاُؤم‬
‫ التفاُؤل‬، ‫ هواُؤه‬، ‫ سماُؤه‬، ‫ أكُؤس‬، ‫ أرُؤس‬،‫ جالُؤهم‬، ‫ تشاٌؤم ـ رداُؤه‬، ‫مسُؤول‬
5. Apabila Hamzahnya berharkat fathah dan didahului oleh huruf berharkat dlommah, seperti : ،َُ ‫َُؤال‬
‫س‬
‫َُؤابة‬
‫ ذ‬، ‫َُؤازرة‬
‫ م‬، ‫َُؤامرة‬
‫ م‬، ‫َُؤن‬
‫ م‬، ‫َُؤلف‬
‫ م‬، ‫َُؤجل‬
‫ ي‬، ‫َُؤذن‬
‫م‬
6. Apabila Hamzahnya sukun dan d idahului oleh huruf yang
berharkat dlommah, seperti : ، ‫ُؤنس‬
‫ُ م‬، ‫ُؤس‬
‫ُ ب‬،‫ُؤل‬
‫ُ س‬، ‫ُؤلم‬
‫ُ م‬، ‫ُؤتة‬
‫ُ م‬، ‫ُؤذي‬
‫ُ ي‬، ‫ُؤمن‬
‫ُ م‬،ُ ‫ُؤية‬
‫ر‬
‫ا‬.
‫ُؤتمن‬
Di Luar Rumus.
1. Apabila Hamzah yang berharkat dlommah atau fathah yang terletak setelah Wawu sukun, maka

mufrodnya ditulis sejajar dengan huruf sebelumnya, seperti : ‫َة‬


‫َ سوء‬
‫ِف‬‫ كش‬. ‫ًا‬
‫ُه ساطع‬
‫كان ضوء‬
‫أخيه‬
2. Penulisan Hamzah di atas Wawu di tengah-tengah kalimat sebagai gantinya Wawu atau untuk
menyingkat, seperti :

‫ فؤس‬: ‫ فؤوس‬، ‫ كؤس‬: ‫ كؤوس‬، ‫ رؤس‬: ‫رؤوس‬

3. Penulisan Hamzah boleh ditulis sejajar dengan huruf sebelumnya setelah Wawunya dibuang dan
tidak bisa disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya dengan syarat, huruf sebelumnya
berharkat dlommah dan sesudahnya berharkat sukun, seperti : ‫ مرءوس‬، ‫ رءوف‬، ‫ رءوم‬، ‫ رءوس‬,
kalau dimungkinkan disambung dengan huruf sebelum atau sesudahnya, maka bisa disambung,
seperti :
‫ فئوس‬، ‫ شئون‬، ‫ مسئول‬seperti halnya penulisan di atas satu huruf (Nibroh)
4 Hamzah yang didahului Ya’ sukun, maka boleh ditulis dengan disambung di atas satu huruf
(Nibroh), seperti : ‫ شيئه‬،‫فيئه‬
5. Hamzah yang didahului Wawu yang bertasydid serta berharkat dlommah, maka boleh di baca rofa’,
bila didahului amil rofa’, dibaca nashab, bila di dahului amil nashab dan dibaca jir, bila di dahului
amil khofadz. Tapi tidak boleh dibaca jazem, seperti :

‫ِك‬
‫ُّء‬
‫بتبو‬ . ‫َك‬ ‫ إن تبو‬. ‫ُك‬
‫ُّء‬ ‫ُّء‬
‫كان تبو‬

Rumus 6
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nibroh) di tengah-tengah kalimat, apabila berharkat kasrah atau
huruf sebelumnya berharkat kasrah. Perinciannya sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah, dan huruf sebelumnya juga kasrah, seperti : ، ‫الناشئين‬
‫ مالئين‬، ‫ متكئين‬، ‫ِِئين‬
‫م‬
2. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya dlommah, seperti : ‫ُئي‬
‫ ر‬، ‫ُئل‬
‫ س‬، ‫ُئي‬
‫ن‬
‫ُئد‬
‫و‬،
3. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya fathah, seperti : ، ‫ سئم‬، ‫ يئس‬، ‫يئن‬
‫ لئيم‬، ‫زئير‬
4. Apabila Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya sukun, seperti : ، ‫ حائط‬، ‫سائل‬
‫ مرئية‬، ‫ضوئية‬
5. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، ‫ ظمئت‬، ‫فئة‬
‫ مئة‬، ‫رئة‬
6. Apabila Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، ‫مهنئون‬
‫ يستهزئون‬، ‫يستمرئون‬
7. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya kasrah, seperti : ، ‫ ذئب‬، ‫ بئر‬، ‫ جئت‬، ‫بئس‬
‫ ائتمن‬، ‫شئت‬

Di Luar Rumus.
Hamzah ditulis di atas satu huruf (Nabroh) di tengah-tengah kalimat, apabila :
1. Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti : ، ‫ رديئة‬، ‫مليئة‬
‫ دفيئة‬، ‫ خطيئة‬، ‫بيئة‬
‫ وضيئة‬، ‫ بريئة‬، ‫ جريئة‬، ‫ دريئة‬، ‫ هيئة‬، ‫ ييئس‬.
2. Hamzah-nya berharkat dlommah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti :
‫ مريئها‬، ‫ مجيئكم هنيئكم‬، ‫ رديئها‬، ‫فيئها‬
3. Hamzah-nya berharkat kasrah dan huruf sebelumnya Ya’ sukun, seperti :

‫ نسعد بمجيئكم‬. ‫ يعرف الحسن من رديئه‬.

4. Hamzah-nya dibaca tanwin fathah (nashab) dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf yang bisa
disambung dengan alif tanwin, maka ditulis di atas satu huruf (Nibroh), seperti :

‫ نشئا‬: ‫ نشء‬، ‫ فيئا‬: ‫ فيء‬، ‫ ملئا‬: ‫ ملء‬، ‫بطئا‬ :‫ بطء‬، ‫ شيئا‬: ‫ شيء‬، ‫ عبئا‬: ‫ عبء‬، ‫ دفئا‬: ‫دفء‬

Rumus 7
Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat yang di tulis di atas Alif terdapat pada tiga keadaan,
sebagai berikut :
1. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya fathah, seperti : ‫ يتألم‬، ‫ رَأس‬، ‫رأى‬
‫ تأسف‬، ‫ متأمل‬، ‫ سأل‬،
2. Apabila Hamzah-nya berharkat fathah dan huruf sebelumnya sukun, seperti : ، ‫ مسألة‬، ‫فجأة‬
‫ مألى‬، ‫ وطأة‬، ‫ مرأة‬، ‫يسأل‬
3. Apabila Hamzah-nya sukun dan huruf sebelumnya fathah, seperti : ‫ كأس‬، ‫ رْأس‬، ‫ مأرب‬، ‫رأى‬
4. ، ‫ يـزأر‬، ‫فأس‬

Catatan :
1. Apabila Hamzah yang berada di tengah-tengah kalimat (mutawassithoh) berbentuk alif mad (‫)آ‬,
maka Hamzahnya di buang dan diganti dengan tanda Alif mad, seperti : ‫السآمة ـ الشآم‬
Demikian juga bila ditulis dengan Alif tatsniyah, seperti :
‫ يمآلن‬، ‫ يقرآن‬، ‫ مآلن‬، ‫قرآن‬
2. Apabila huruf sebelum Hamzah adalah Ya’ sukun yang berada di tengah-tengah kalimat
(mutawassithoh), maka Hamzah tersebut ditulis berharkat fathah di atas satu huruf (Nibroh),
seperti : ‫ مسيئة‬، ‫ مليئة‬، ‫ رديئة‬، ‫هيئة‬

Rumus 8
1. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah yang jatuh setelah alif sukun, maka ditulis sejajar
dengan huruf sebelumnya. Hamzah tersebut disebut juga dengan Mtasaththiroh, seperti : ، ‫يتضاءل‬
‫ مساءلة‬، ‫ يتالءم‬، ‫ تراءى‬، ‫ كفاءة جاءك كفاءتك‬، ‫ تتشاءم‬، ‫ يتثاءب‬، ‫تفاءل‬
2. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah dan huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
‫ نبوءة‬، ‫توءم‬
3. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
‫ّءه‬
‫ ضو‬، ‫ّءنا‬
‫ نو‬، ‫ّءنا‬
‫بو‬
4. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah dan huruf sebelumnya Wawu sukun, seperti :
‫ُها‬
‫ نوء‬، ‫ُها‬
‫ضوء‬
5. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat dlommah setelah huruf Wawu bertasydid, seperti :
‫ُّءكم‬
‫ تبو‬، ‫ُّءها‬
‫ تنبو‬، ‫ُّءكم‬
‫تضو‬
6. Apabila Hamzah mutawassithoh berharkat fathah setelah huruf sahih sukun dan setelahnya Alif
tanwin nashab atau Alif tatsniyah yang tidak mungkin Hamzah tersebut disambung dengan huruf
sebelumnya atau sesudahnya, seperti :
‫جزءا جزءان‬
Jika dimungkinkan untuk disambung, maka ditulis di atas satu huruf (Nibroh), seperti : ، ‫عبئا‬
‫ دفئان‬، ‫ دفئا‬، ‫عبئان‬

Definisi Hamzah Washol dan Qotho’


Hamzah Washol ialah Hamzah yang diucapkan di awal kalimat tanpa ditulis di atas Alif dan tidak
diucapkan ketika berada di tengah-tengah kalimat, karena didahului oleh satu huruf, seperti:

‫ واستفاد‬، ‫ واعتصم‬، ‫ فاستعمل‬.‫ السالم عليكم‬، ‫الحمدهلل‬

Hamzah Washol terdapat di enam tempat, yaitu :


1. Fi’il Madhi empat huruf lebih, seperti : ‫ انجـلى‬،‫انكسر‬
2. Fi’il Amar empat huruf lebih , seperti : ‫َـل‬
‫ انج‬،‫ِر‬
‫انكس‬
3. Masdar empat huruf lebih, seperti : ً‫ِالء‬ ‫ِ ا‬،‫انكسارا‬
‫ِنج‬
4. Fi’il Amar tiga huruf, seperti :ٍ ‫ِض ٍ ا‬
‫ِحش‬ ‫ِم‬‫ذ ِ ا‬،ُِ
‫ف‬ِ،‫ُن ُُـ‬
‫ا‬
5. Dalam beberapa isim yang terkumpul dalam dua Nadloman Alfiyah Ibn Malik berikut ini :

ٍَِِْْ
‫ع‬ ‫َب‬‫ٍت‬
‫ْث‬‫ِي‬
‫َْأن‬
‫َت‬‫ٍِئ و‬
‫ْر‬‫َام‬
‫ِو‬‫ْن‬
‫َي‬‫ْن‬
‫َاث‬
‫و‬ #ٍَُِْ ْ
‫ِع‬‫ُم‬
‫ٍس‬‫ِم‬
‫ْن‬‫ِب‬
‫ِا‬‫ْن‬
‫ِب‬‫ٍا‬
‫ْت‬‫ِس‬
‫ِا‬‫ْم‬
‫ِى اس‬
‫َف‬‫و‬
‫ًَُِّْـُل‬
ُ ‫ُسه‬
َّ ‫َايم‬
ِ ‫َْأهو‬
ْ ‫ِف‬ ‫ْت‬
‫ِس‬‫ْال‬
‫ِى ا‬
‫ًّا ف‬
‫ُد‬ ‫م‬ #َُْ ُ
‫َل‬‫ْد‬
‫ُب‬‫َي‬
‫َا و‬
‫َذ‬‫ْك‬
‫ُ َأل‬
‫ْز‬‫َم‬
‫ْه‬‫ُن‬
‫ْم‬‫ََأي‬
‫و‬

6. Al Ta’rif, bila bersambung dengan suatu kalimat sesudahnya , seperti : ُ


‫ُ الصدق‬،‫الكتاب‬
Hamzah Qotho’ ialah Hamzah yang tulis di atas Alif dan dibaca dengan terang berbentuk ‘Ain kecil
‫ء‬
Hamzah Qotho’ terdapat di tiga tempat, yaitu :
1. Dalam semua isim, Dlomir-dlomir Mahmuz Awal dan Idza Syartiyah serta fi’il Mudlori’ yang
Mahmuz Awalnya, seperti : ‫ إذا‬، ‫ أنت‬، ‫ أنا‬، ‫ أحمد‬، ‫إبراهيم‬, selain isim yang disebutkan
dalam dua Nadloman tersebut di atas.
2. Dalam fi’il Ruba’ie: fi’il Amar dan Masdarnya, seperti :
‫ْسن ـ إحسان‬ ‫ أكرم ـ أكر‬.
‫ أحسن ـ أح‬، ‫ْم ـ إكرام‬
‫ْشئ ـ إنشاء‬
‫ أنشأ ـْ أن‬، ‫ْط ـ إعطاء‬
‫أعطى ـْ أع‬
‫ُ ـُ أجلس‬
ُ ‫ُ ـُ أكتب‬
‫ُ ـُ أحسن‬
‫ُ أكرم‬، ُ
‫ُ ـُ أتعلم‬
‫ُ ـُ أستشير‬
‫ُ ـُ أنعطف‬
‫ُ ُـُ أستعين‬
‫أستعمل‬
3. Semua huruf Mahmuz Awal dan Al Maushulah serta Alif Ziyadah, seperti :
‫ْ ـ أن ـ إذ ما‬
‫َّ ـ إن‬
‫َّ ـ أن‬
‫إلى ـ إنما ـ إن‬

Rumus 9
Ada beberapa huruf yang ditambahkan / ditulis dalam kalimat, namun huruf tersebut tidak dibaca.
Perinciannya sebagi berikut :
1. Dalam kalimat ‫ مائة‬hingga ‫( تسعمائة‬ditulis tanpa Alif tidak salah, namun tidak lumrah dan
jarang sekali), karena fungsi Alif tambahan tersebut untuk membedakan antara hitungan seratus dan
ratusan atau antara kalimat ‫ مائة‬dengan ‫ مئوية‬، ‫ مئوى‬،‫ مئين‬،‫ِئون‬
‫ م‬،‫ مئات‬.
2. Alif ditulis / ditambahkan setelah Wawu Jama’ untuk membedakan antara Wawu Jama’ dan Wawu
‘Illat dalam fi’il Mu’tal Akhir dengan wawu, disebut Alif Fariqoh, seperti :
‫ لم يقولوا‬، ‫ قولوا‬، ‫لن يقولوا قالوا‬
Sedangkan pada kalimat :
‫ يغزو‬،‫ يمحو‬، ‫ يرسو‬، ‫ ينجو‬، ‫يدعو‬
tidak ditambah Alif sesudah huruf Wawu, karena Wawu Asliyah. Demikian pula tidak ditambah Alif
setelah Wawu Jama’ yang mudlof, seperti : ‫حضرمعلموالمدرسة‬, karena berkumpulnya dua alif
dalam satu kalimat tidak diperkenankan dalam susunan bahasa arab (ta’lief / tarkieb arabiyah),
kecuali dalam beberapa hal yang lebih kepada dlorurat saja.
3. Alif ditulis / ditambahkan di akhir isim yang tanwin fathah dan tidak di akhiri oleh Ta’ Mabuthoh
atau tidak di akhiri oleh Hamzah Mutathorrifah (Hamzah di ujung Alif) atau Hamzah yang di
didahului Alif, seperti : ‫ًا‬
‫ًا يركب حصان‬
‫ً قادم‬
‫رجال‬
Kalau isim tersebut di akhiri oleh Hamzah Mutathorrifah atau Ta’ Marbuthoh, maka tidak boleh
ditambah Alih bila akan dibaca tanwin fathah atau tanwin dlommah atau tanwin kasroh, seperti:
‫ قد فعلت‬.ًِ ً
ًَ‫َ خطًأ‬ ‫ِطرية‬
‫ًع‬‫شممت رائحة‬

4. Alif dituis / ditambahkan di akhir bait Syi’ir / Nadloman untuk memenuhi


harkat bacaan (sesuai dengan wazan ilmu ‘Arudl), disebut Alif Ithlaq, seperti Nadloman Safinatus
Sholah, oleh Syekh al ‘Allamah Moh. Ilyas bin Syarqowy :

‫ُكا‬
‫ْب‬‫ٍ أو مع‬
‫ُح‬‫ْن‬
‫َح‬‫َن‬
‫ْت‬‫ كذاك مع‬# ‫ِكا‬
‫َرفان ممنَضح‬
‫ِل الح‬
‫ُبط‬
‫وي‬

6. Wawu ditulis / ditambahkan di akhir Ro’ dalam kalimat ‫ عمرو‬ketika dibaca rofa’ dan jir. Dan

‫ وسلمت على عمر‬. ‫ٌو‬


dibuang ketika tanwin nashab dan diganti Alif, seperti : ‫ٍو وصافحت‬ ‫جاء عمر‬
‫ًا‬
‫ْر‬ ‫ ع‬Wawu tersebut disebut Wawu Fariqh, karena untuk membedakan bacaan “ ’Umarun dan
‫َم‬
‘Amrun “
7. Wawu ditulis / ditambahkan di tengah-tengah kalimat, baik ketika dibaca rofa, nashab, jir atau jama’
sesuai dengan Rosam atau tulisan Sayyidina Utsman atau yang dikenal dengan Rosam Utsmany,
seperti : ‫ أولو أولي أولئك أوالء أوالت‬.
Insya Allah di akhir buku ini, akan penulis uraikan secara ringkas macam-macam perbedaan Rosam
Utsmani dengan penulisan moderen (yang digunakan saat ini) atau yang dikenal dengan sebutan
Rosam Qiyasy (menyamakan tulisan arab zaman sekarang dengan tulisan atau Rosam Utsmany),
yang hukumnya menurut ulama Tauqify dan ada pula yang menyebutnya Ijtihady. seperti :

Rumus 10
Hamzah Washol ‫ ابن‬dibuang,
1. Bila terletak di antara dua isim alam yang tak bertanwin, dan kalimat sesudah ‫ ابن‬adalah berarti “
Bapaknya”, seperti : ‫محسن بن عامر‬
Diterangkan dalam Nadlom :

‫َعا‬
‫َّب‬
‫ْ مت‬
‫َين تكن‬
‫ْم‬‫َط اس‬
‫فى الوس‬ # ‫َعا‬
‫ِفاإن وق‬
‫ِ أل‬
‫ِف من ابن‬
‫واحذ‬

2. Bila dimasuki Hamzah Istifham, seperti :


‫َأبنك الذي فاز بالمسابقة َ؟‬
3. Bila di dahului oleh huruf nida’, seperti :
‫قال يابن أم ال تأخذ بلحيتي‬
4. Bila terletak di awal Basmalah, seperti :
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬, tetapi dengan syarat diucapkan atau ditulis dengan lengkap. Kalau

tidak lengkap, maka tidak boleh dibuang, seperti : ‫ باسم محسن باسم اهلل‬,‫باسمك‬

5. Bila Al Ta’rif terletak setelah Lam Ibtida’ atau setelah Lam jir, seperti :
‫ بالقلم‬، ‫ بالترتيب‬، ‫ الكتاب‬،‫السالم‬
6. Bila terletak dalam kalimat antara Wawu dan Alif, seperti :
‫ وْأمر‬، ‫ فْأت‬، ‫ وْأت‬.

Rumus 11
Hamzah Washol tidak boleh dibuang,
1. Bila tidak berada di antara dua isim alam, seperti :

‫ يوسف ابن الشيخ حمدان‬. ‫موسى الكليم ابن عمران‬

2. Bila kalimat tersebut menjadi Na’at / sifat mufrod. Bila di tatsniyah-kan, maka Hamzah-nya tetap
(tidak dibuang), seperti :
‫األمين والمأمون ابنا هارون الرشي‬
3. Bila dua kalimat tersebut terletak di awal baris, sekalipun berada di tengah-tengah dua isim alam,
seperti :
‫محمد محسن بن محمد عامر بن إلياس بن شرقاوى ابن صادق رامو‬

Rumus 12
1. Dibuang Alif ‫ يا‬Nida’, bila dibaca ُُّّ
‫ أي‬atau ُُ
‫أية‬
2. Dibuang Alif “ Lakinna “, bila menjadi huruf athof, seperti :
‫ّ حسن ذهب‬
‫جاء عمرو لكن‬
3. Alif dibuang dari sebagian isim-isim, seperti :
‫ هرون‬، ‫ طه‬، ‫ يس‬، ‫ الرحمن‬، ‫ إله‬، ‫ السموات‬، ‫اهلل‬
4. Alif ‫ أوالء‬dibuang, bila bersambung dengan Kaf Khitob, seperti ‫أولئك‬

Rumus 13 : Membuang Alif Istifham, Isyaroh


1. Alif ‫ ما‬Istifham harus dibuang, apabila bersambung dengan sebagian huruf-huruf jir berikut ini :
‫ من‬، ‫ في‬،‫ على‬، ‫ إلى‬،‫ الباء‬، ‫ الالم‬، ‫ عن‬.
Contohnya akan diterangkan berikut ini, InsyaAllah
2. Alif ‫ ها‬tanbih (peringatan) harus dibuang, bila bersamaan dengan dlomir yang diawali dengan
Hamzah, seperti :

‫ هأنتم إخوة في اهلل‬. ‫ هأنت تستحق الفوز‬. ‫هأنا في انتظارك‬.

3. Alif pada isim Isyaroh ‫ ذاك‬harus dibuang, bila bersambung dengan Lam yang menunjukkan arti
jauh (Isyaroh Ba’ied), seperti :

‫ ذلك الكتاب ال ريب فيه‬: ‫قال تعالى‬.

‫ ذلكم أزكى لكم‬: ‫قال تعالى‬


Rumus 14 : Membuang Nun
1. Nun harus dibuang, bila bersambung dengan ‫ ما‬Istifham atau Zaidah, seperti :

‫ عم تتحدث ؟ مما خطيئاتهم أغرقوا‬.‫مم تخاف ؟‬.

‫ أنفق مما تكسب‬. ‫ تجاوزت عما تقول‬. ‫عما قليل أعود‬

2. Nun harus dibuang, bila bersambung dengan ‫َن‬


‫ م‬Istifham atau isim Maushul dan Mim yang kedua
di tasydid, seperti :

‫ فاعرض عمن تولى عن‬:‫ممن تعلمت العلم النافع ؟ عمن تبحث ؟ بمن تذهب ؟ قال تعالى‬

‫ ومن أظلم ممن منع مساجد اهلل‬: ‫ قال تعالى‬.‫ ذكرنا‬.

Rumus 15 : Membuang Wawu, Alif, Ya’, Lam ke dua, Hamzah al Ta’rief dan huruf ‘Illat
Akhir Fi’il
1. Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya dua huruf dalam satu kalimat, seperti :
‫ رءوف‬، ‫ طاوس‬، ‫ هارون‬، ‫داود‬
2. Salah satu huruf Wawu harus dibuang, karena berkumpulnya tiga huruf dalam satu kalimat, sebagai
berikut :
3. Berkumpulnya tiga Alif, maka salah satunya dibuang dan Alif yang ada diberi harkat mad
(panjang), seperti :
‫ مساآت‬، ‫ براآت‬، ‫ مالآت‬،
1. Berkumpulnya tiga huruf Wawu, maka salah satunya dibuang dan di atas Wawu yang kedua ditulis
Hamzah, seperti :
‫ ينوؤن‬، ‫يسوؤن‬
3. Berkumpulnya tiga Ya’, maka salah satunya dibuang dan di atas Ya’ yang pertama ditulis tasydid,
seperti :
‫ّين‬ ‫ علي‬.
‫ النبي‬، ‫ّين‬
4. Hamzah di atas al Ta’rief dibuang, apabila dimasuki huruf jir Lam , seperti :

‫ُّون للموز‬
‫ُحب‬‫ األطفال م‬. ‫ لليمون فوائد كثيرة‬.

5. Huruf ‘Illat di akhir fi’il Madhi harus dibuang dalam keadaan Jazem, seperti :

‫ لم يرم‬. ‫ ال تخش إال اهلل‬.


‫ِ الالعب الكرة‬

6. Huruf ‘Illat di akhir fi’il berbina’ Amar harus dibuang, seperti :

َ‫ اس‬. ‫ُ اهلل في السر والعلن‬


‫ع لفعل الخير‬ ‫ ادع‬.
Rumus 16 : Keadaan Hamzah Yang Ditulis Dengan Alif Mad (Panjang)
Hamzah yang ditulis di atas (ujung) Alif dalam suatu kalimat, baik Alif itu berada di awal kalimat,
di tengah atau di akhirnya, kemudian dibaca panjang (Mad), maka dalam penulisannya ada tiga
ketentuan :
Pertama : Apabila Hamzah yang ditulis di atas (ujung) Alif dalam suatu kalimat, kemudian Hamzah
tersebut dibaca panjang, maka hendaknya diganti dengan Alif Mad (‫ )آ‬dan ditulis di atas Alif
tersebut sebagai gantinya Hamzah, seperti :

‫ وأد‬، ‫ وأم ـ وآمة‬، ‫سأم ـ سآمة‬. ‫ أذن ـ آذان‬، ‫ إرم ـ آرام‬، ‫ أثر ـ آثار‬، ‫أمل ـ آمال‬

‫ شنأ ـ شنآن‬، ‫ قرأ ـ قرآن‬، ‫ ظمأ ـ ظمآن‬. ‫ـ وآدة‬

Sebagaimana juga al Ta’rif diganti dengan Alif Mad, bila didahului Hamzah Istifham, seperti :
‫ أالمعلم ـ آلمعلم‬، ‫ أالرجل ـ آلرجل‬، ‫أاهلل ـ آهلل‬
Kedua : Apabila huruf akhir fi’il Madhi adalah Alif yang
ujungnya ditulis Hamzah, maka di dalam Tatsniyah-nya harus menambah Alif ((‫ ا‬atau Alif
Maqshuroh (‫)ى‬, seperti :

‫ قرأا‬، ‫ قرأ‬،‫ مرأى‬، ‫ مألى‬، ‫ ظمأى‬: ‫ ومثل‬. ‫ درأ ـ درأا‬، ‫ مأل ـ مألا‬، ‫لجأ ـ لجأا‬

Tetapi jika terdiri dari isim Tatsniyah, maka Hamzah-Nya diganti dengan Alif Mad, seperti :
‫ ملجأ ـ ملجآن‬، ‫ مرفأ ـ مرفآن‬، ‫مدفأ ـ مدفآن‬
Ketiga : Apabila Hamzah ditulis di atas satu huruf (Hamzah Nibroh) atau ditulis sejajar, maka
tulisannya tetap. Dan dalam tatsniyah-nya ditambah Alif bersambung dengan Hamzah tersebut atau
tidak bersambung, bila mufrodnya tidak bersambung dengan huruf apapun, seperti :
‫ شاطئ ـ شاطئان‬، ‫ يكافئ ـ يكافئان‬، ‫يطأطئ ـ يطأطئان‬

‫ إساءة ـ إساءات‬، ‫ عباءة ـ عباءات‬، ‫ إماءة ـ إماءات‬: ‫ ومثل‬.

Rumus 17 ( Kalimat Yang Harus Disambung Dengan Kalimat


Lain dan Yang Tidak Harus Disambung )
1. Kalimat-kalimat yang tidak boleh dijadikan permulaan suatu kalam, yaitu :
2. Dhomir-Dhomir Bariz yang bersambung, seperti Ta’ Fa’il dan Na yang berarti dua pelaku atau
lebih. Dua Dhomir ini harus disambung di akhir fi’il Madhi, seperti :
‫ كتبنا ـ جلسنا ـ ذهبنا‬، ُ
‫ُ ـ ذهبت‬ ‫ كتبت‬.
‫ُ ـ جلست‬
Kalau terdiri dari Alif Tatsniyah, Wawu Jama’ dan Nun Niswah, maka Dhomir tersebut
disambungkan di akhir fi’il
Madhi, Mudlori’ dan Amar, seperti :

‫ قفا ـ قفوا ـ قفن‬. ‫ يقفان ـ يقفون ـ يقفن‬. ‫وقفا ـ وقفوا ـ وقفن‬


Kalau terdiri dari Ya’ Mukhotobah, maka disambungkan di akhir fi’il Mudlori’ dan Amar, seperti :
‫ اكتبي ـ اجلسي ـ ارسمي‬، ‫تكتبين ـ تجلسين ـ ترسمين‬
Atau Dhomir-Dhomir yang boleh menjadi nashob dan jir, seperti Ya’ Mutakallim, Kaf Khitob, Ha’
Ghoibah dan Na lilmutakallim. Contohnya :
‫كتابي ـ كتابك ـ كتابه ـ كتابنا‬
1. Tanda Tatsniyah adalah Ya’ dan Nun, seperti :
‫َين‬ ‫ المعلم‬، ‫ المعلمان ـ القلمان‬.
‫َين ـ القلم‬
Tanda Jama’ Mudzakkar Salim Wawu dan Nun, seperti :
‫ِهندسين‬ ‫ المعلم‬، ‫ المعلمون ـ المهندسون‬.
‫ِين ـ الم‬
Tanda Jama’ Muannats Salim Alif dan Ta’, seperti :
‫المسلمات ـ المعلمات‬
1. Ta’ Ta’nits yang bersambung di akhirnya dengan fi’il Madhi, seperti :

‫ الشمس أشرقت‬. ‫كتبت فاطمة الدرس‬

1. Nun Taukid Tsaqilah dan Khofifah yang bersambung di akhirnya dengan fi’il Mudhori’ dan Amar,
seperti :

‫ ساعدن‬. ‫ْ واجبك‬
‫ْ الضعيف‬ ‫ واكتبن‬. ‫َّ على خدمة الوطن‬
‫ تاهلل ألحرصن‬. ‫َّ المحتاج‬
‫واهلل ألساعدن‬

Catatan : Penulisan Nun Khofifah diperbolehkan ditulis dengan Alif tanwin fathah, seperti :
‫ًا‬
‫ْ ـ ساعد‬
‫ ساعدن‬، ‫ًا‬
‫ْ ـ اكتب‬
‫َن‬‫اكتب‬
2 . Kalimat-kalimat yang bacaannya tidak boleh berhenti (harus dibaca), yaitu :
1. Al Ta’rif yang bersambung dengan isim sesudahnya,seperti:
‫الكتاب ـ اإلمام ـ السالم ـ األمين‬
1. Dzorof yang berakhir dengan huruf ‫ إذ‬yang tanwin, seperti :
ٍ‫ٍ ـٍ عندئ‬
‫ذ‬ ‫ٍ ـٍ ساعتئذ‬
‫ٍ ـٍ وقتئذ‬ ‫ يومئذ‬.
‫ٍ ٍـٍ حينئذ‬
Jika tidak ditanwinkan, maka tulisannya harus di pisah, seperti :

‫ وصلت ساعة إذ سافر أخي‬. ‫رجعت وقت إذ سقط المطر‬.

1. Bilangan (‘adad) dari tiga ratus hingga sembilan ratus, seperti : ‫ثالثمائة ـ أربعمائة ـ‬
‫تسعمائة‬
Rumus 18 (Penulisan ‫) كى ما من ال‬
1. Kay disambung dengan La Nafi, bila didahului oleh Lam,
seperti :

‫ لكيال تأسوا على ما فاتكم‬. ‫ًا لكيال أتأخر عن عمل‬


‫استيقظت مبكر‬

Sebaliknya tidak boleh disambung dengan La Nafi, seperti :

‫ كي ال يكون دولة بين األغنياء‬. ‫ننتظرك كي ال نخلف وعدي‬


‫’‪2. Bila Kay disambung dengan Ma Istifham, maka Alif pada Ma harus dibuang dan diganti dengan Ha‬‬
‫ْْ؟ ‪saket, seperti :‬‬
‫كيمه‬
‫حضرت ‪3. Bila Kay disambung dengan Ma Masdariyah atau Zaidah, maka Alift-nya tetap, seperti :‬‬
‫كيما أسلم عليك‬
‫اغسل فاك كيما تحافظ على نظافة أسنانك‬
‫‪ .‬ما ‪Mengenal Faedah-Faedah‬‬
‫‪ ada dua macam, yaitu Ma Ismiyah dan Ma Harfiyah.‬ما‬
‫‪1. Ma Ismiyah meliputi : Istifham, Maushul, Nakiroh, Ma’rifat dan Syarat.‬‬
‫‪2. Disebut Ma Istifham, apabila sebelumnya bersambung dengan salah satu huruf jir,‬‬
‫َّ ‪ َ،‬بَ‬
‫م‬ ‫َّ َ مم‬
‫َ ّ عم‬ ‫َ ‪ ،‬حت‬
‫ّام‬ ‫َ َ فيم‬
‫َم‬‫َ‪ ّ،َّ،َ،‬عال‬
‫إال َ‪َ،‬م‬
‫َ؟‬
‫ُّ َُّ؟َ عالم قضيت الحكم‬ ‫‪ seperti :‬إالم‬
‫َ تعتمد‬
‫َ تصير على موقفك ؟ عم يتساءلون ؟‬ ‫فيم تخاف ؟َّ حت‬
‫َّام‬
‫َّ تشتكى َّ؟ بم أنصرك ؟‬
‫مم‬
‫‪Atau terletak sebelum isim Nakiroh atau Ma’rifat, seperti :‬‬
‫َع ؟ ما اسمك ؟‬ ‫ما قومه؟؟ِ ما يومه َ ماالم‬
‫ِصر‬
‫‪1. Disebut Ma Syarthiyah, bila terletak setelah alat-alat syarat, yaitu : Inna, Aina, Haistu dan Kaifa,‬‬
‫‪seperti :‬‬

‫إما تسافر فال تنس أصدقاءك‪.‬إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كالهما فال تقل لهما‬

‫ّم الموت‪.‬وحيثما تجلس تجد أصدقاء ‪.‬‬


‫أينما تقم أقم معك ‪ .‬أينما تكونوا يدرك‬ ‫أف‪.‬‬
‫كيفما تعامل الناس يعاملوك‬
‫‪1. Disebut Ma Maushul, kadang juga disebut Ma Nakiroh, bila disambung dengan huruf – huruf :‬‬
‫ِي‬
‫َّ‬ ‫ِعم َ س‬
‫منـــِـ عن ِ في ّ ن‬
‫‪Seperti :‬‬

‫أولئك لهم نصيب مما‬ ‫ًا‪.‬‬ ‫سررت مما فعلت ‪ .‬يأيها الناس كلوا مما في األرض حالال‬
‫ً طيب‬

‫كسبوا ‪ .‬أبلغني والدك عما تحتاج إليه ‪ .‬وما اهلل بغافل عما تعملون ‪ .‬وال تتبع‬

‫أهواءهم عما جاءك من الحق ‪ .‬نسيت فيما أفكر ‪ .‬ليحكم بين الناس فيما اختلفوا ‪.‬‬

‫َّا يعظكم به المعلم‬


‫ِعم‬‫‪ .‬فال تحاجون فيما ليس لكم به علم ‪ .‬ن‬

‫‪Diterangkan dalam sebuah nadlom :‬‬

‫َا‬
‫َه‬‫ّاأمام‬
‫ِي‬‫مس‬
‫ِن فى عن نعَ‬
‫بم‬ ‫ً ألنها ‪#‬‬
‫َّى “ما”موصولة‬
‫َم‬‫تس‬

‫‪1. Disebut Ma Nafi, bila bersambung dengan suatu huruf sebelumnya, seperti :‬‬

‫اشتروا الضاللة بالهدى فما ربحت‬ ‫ًا عن المال فما نفعه المال‪.‬‬
‫سافر أخوك بحـث‬

‫‪.‬تجارتهم‪ .‬قاتل معه ربيون كثير فما وهنوا لما أصابهم‬


Atau terletak sebelum Muftada’ dan mengamal, seperti amalnya Laisa (khobarnya dibaca nasab),
kecuali dimasuki
‫ إال‬sesudahnya, seperti :

‫ ماأنت إالشاعر‬.ًُ ً
ٌٌ ‫ُ منيعة‬
‫ماالحصون‬

Bila Ma Masdar bersambung dengan lafadz Kulla yang dibaca nasab karena menjadi dzorof, maka
bermakna syarat,
seperti :

‫كلما نضجت‬. ‫كلما فاز طالب ُأعطي جائزة‬

‫ كلما دخلت أمة‬. ‫ًا غيرها‬


‫جلودهم بدلناهم جلود‬

‫ لعنت أختها‬.
Bila Ma Masdar bersambung dengan :

ََ‫ مث‬, ‫ قبل‬،‫ْث‬


‫ل‬ ‫َي‬‫ ر‬، ‫حين‬.

Seperti : ‫استمعت إليه حينما ألقى قصيدته‬

‫ وأكرمت محمد‬. ‫ وسافرت قبلما وصل أخوك‬. ‫ننتظرك ريثما وصل والدي‬
‫ًا مثلما أكرمني‬

Diterangkan dalam Nadlom :

ََ‫َيثما وقب‬
‫ال‬ ‫كحينما ور‬ # ‫ِثال‬
‫َم‬‫َ قبل‬
‫ْث‬‫َي‬
‫كذاك حين ر‬

Bila bersambung dengan satu huruf sebelumnya, seperti :

‫ أنؤمن كما آمن السفهاء كتب‬. ‫ أحسنوا كما أحسن غيركم‬. ‫سالم عليكم بما صبرتم‬
‫عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم على الذين‬

‫ احترمت زيد‬. ‫من قبلكم‬


‫ًا لما وفى بوعده‬

1. Disebut Ma Zaidah ( tambahan ), bila sebelum Ma tersebut


bersambung dengan kalimat fi’il berikut ini :
‫ طال ـ جل ـ قل‬.
Seperti :

‫وقلما انتفع بعلمه‬.‫طالما نصحت له وجلما تحدثت معه‬

Diterangkan dalam Nadlom :

ًًَُُِّّ
‫ال‬ ‫َوص‬‫َّما ت‬
‫َل‬ ‫َّ ق‬
‫َل‬ ‫َج‬
‫ِطال‬
‫ب‬ #ًَُّْ ً
‫َّصال‬
‫ُت‬ ‫ًم‬
‫ْ زائدة‬
‫ّيت‬
‫ُم‬‫وس‬

1. Disebut Ma Zaidah (tambahan), bila didahului oleh Inna dan saudara-saudaranya dan setelahnya
menjadi Mubtada’, seperti :
. ‫ كأنما القائد أسد‬. ‫ّ أنما إلهكم إله واحد‬
‫إنما المؤمنون إخوة قل يوحى إلى‬

‫إنماالعدل أساس‬. ‫السلع متوفرة لكنما األسعار مرتفعة‬ .‫ّما أخوك ناجح‬
‫ولعل‬
‫الحـكم‬.
1. Lafadz Laita yang setelahnya bersambung dengan Ma Zaidah (tambahan), maka bisa beramal
separti Inna atau tidak. Contoh yang beramal :

‫ ليتما المسافرون قادمو‬.ٌُ ٌ


‫ُ عائد‬
‫ليتما الغائب‬

Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi Mubtada’. Contoh yang tidak beramal :

‫ ليتما المسافر‬.ٌَ ٌ
‫ِين عائدون‬ ‫ ليتما الغائب‬.
‫َ عائد‬

ًٌٌ
‫ً فائز‬
‫لبتما محمدا‬.
Kalimat yang terletak setelah Laitama menjadi isimnya Laita. Diterangkan dalam Nadlom :

ََِّْْ
‫ت‬ ‫َل‬‫َّص‬
‫َ ات‬
‫َيت‬
‫َل‬‫قب‬
َِ‫ْع‬
‫َعت‬
‫َق‬‫ إن و‬#َِْ ْ
‫َت‬‫َل‬
‫ْم‬‫ِلت وَأه‬
‫َم‬‫فإنها قدع‬

1. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung dengan dua huruf jir : Kaf dan Rubba, seperti :

‫ ربما يشفع له عمله‬. ‫ ربما أخ لك لم تلده أمك‬.

‫ربما يود الذين كفروا لو كانوا مسلمين‬


‫ربمـٍا صديق أنفع من شقيق‬
ٍ
Diterangkan dalam Nadlom :

‫َّا‬
‫َرى الذى قد َأب‬
‫َّمات‬
‫ُب‬ ‫ كر‬# ‫َّا‬
‫ُب‬ ‫ُ كذاك ر‬
‫َهاالكاف‬
‫َق‬‫سب‬

1. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung dengan


Dzorof ‫ دون‬، ‫ بعد‬، ‫ قبل‬seperti :

‫ صل‬.ٍٍ
‫ِّ قبلماطلع الفجر‬ ‫رجوتك الحضور دونماتأخير‬.

‫َ األذان‬
‫َ بعدماسمعت‬
‫ّوا الظهر‬
‫صل‬.
1. Inna harus dipisah dari Ma, bila Ma tersebut terdiri dari Mausul atau Nakiroh mausuf, seperti :

‫ الذي‬: ‫ أي‬. ‫ إن ما تفعله ال يليق بمثلك‬،

‫أو شيئا تفعله‬


1. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung dengan
Huruf Syartiyah dan Istifhamiyah “ ‫“ أي‬, seperti :
‫ أيماتعمل فأتقن العمل‬.
‫أيما مهندس اخترع هذه اآللة ؟‬
1. Disebut Ma Zaidah, bila sebelumnya bersambung dengan dzorof “ ‫”بين‬, seperti :
‫ً ضريرا‬
‫بينما نسير في الطريق صادفنا رجال‬
1. Ma Zaidah harus dipisah dari Idza dan Idz, Katsiran dan
lafadz Qolilan seperti :
‫َ تأملنى األسد‬
‫ُ الشجاع‬
‫إذا ما رأيت‬
‫َعـون‬
‫َفج‬
‫إذماي‬
‫ّـة‬
‫كثيراماينفع الصوم على الصح‬
‫قليالمايتفكرون‬
Mengenal Faidah-Faidah La Nafiyah
1. Bila La bersambung dengan In Syartiyah, maka Nun pada In tersebut di buang dan diganti tasydid
untuk meringankan bacaan, seperti :

) ‫ْ ال‬
‫ (إن‬. ‫ًا تعرض نفسك للجزاًّء‬
‫ّ تحضر مبكر‬
‫إال‬

) ‫ْ ال‬
‫(إن‬ . ‫ًا فلن يحالفك النجاح‬
‫ّ تدرس جيد‬
‫إال‬

2. Bila La bersambung dengan An Masdariyah, maka Nun pada An tersebut di buang dan diganti
tasydid untuk meringankan bacaan, seperti :
‫ ينبغي أال‬.
‫ّ تهمل عملك‬
ّ‫ يحسن بك أ‬.
‫ال تسافر وحدك‬
3. Bila ada lam kasroh yang terletak sebelum An dan sesudah An tersebut terdapat La, maka Nun dan
Alif-nya dibuang, tinggal Hamzah-nya di tulis antara Lam dan La seraya disambung, karena
Hamzah tersebut terletak setelah huruf yang berharkat kasrah, seperti :
‫ نؤد‬.
‫ّي الصالة في أوقاتها لئال نقصر في حق اهلل‬
‫ا‬
َ‫ِر‬
‫ُ خاس‬ َُِ‫كن عالما لئ ـ‬
‫ال تصير‬
4. La yang terletak setelah An Mufassiroh (menerangkan suatu perbuatan/perkataan sebelumnya)
harus dipisah, seperti :
‫ أشرت إليه أن ال تخرج‬.
‫ وعلمت أن ال يرد األمانة إال رجل أمين‬.
‫ وظنوا أن ال ملجأ من اهلل إال إليه‬.
Isim-Isim Istifham
Istifham ada dua huruf, yaitu Hamzah dan ‫ هل‬. Sedangkan yang terdiri dari isim ada sebelas
macam, yaitu :
‫ كيف‬، ‫َّى‬
‫ أن‬،‫ أين‬،َ
‫ أيان‬،‫ متى‬،‫ ماذا‬،‫ ما‬،‫َن ذا‬ ‫م‬،
‫ م‬،‫َن‬
‫ّ أي‬،‫كم‬.
ّ
Keterengan :
1. Apabila isim-isim Istifham tersebut di atas di dahului oleh huruf jir, maka dibaca jir, seperti : ‫فبأي‬
‫أالء ربكما تكذبان ؟‬
2. Apbila isim-isim Istifham tersebut di atas menunjukkan arti waktu (zaman) dan tempat (makan),
maka sebagai mahal nasab karena menjadi dzorof, seperti : ‫َ َِ؟‬
‫ِئت‬
‫متى ج‬
3. ‫ ماذا‬،‫ ما‬،‫َن ذا‬ ‫ م‬apabila terletak di depan isim ma’rifat, maka ia menjadi Khobar
‫ م‬،‫َن‬
Muqoddam. Dan apabila terletak di depan Nakiroh, maka ia menjadi Mubtada’, seperti :
‫ُك ؟‬ ‫َن فتى َ؟َُ م‬
‫َن صديق‬ ‫م‬
Apabila setelah terdapat fi’il Muta’addi yang maf’ulnya tidak terpenuhi, maka isim istifham
tersebut dijadikan maf’ul muqoddam, seperti : ‫َ َ؟‬
‫من رأيت‬
Apabila terdiri fi’il Lazim, maka isim tersebut menjadi Mubtada’, seperti : ‫من جـاء ؟‬
4. Apabila Kaifa terletak di depan fi’il tam, maka menjadi Hal,
5. seperti : ‫َ َِ؟‬ ‫ كيف ج‬.Apabila terletak di depan fi’il Naqis atau isim, maka menjadi Khobar
‫ِئت‬
Muqoddam, seperti : ‫َ َ؟‬
‫كيف كنت‬
6. Apabila Kam di I’rob sesuai dengan lafadz yang terletak sesudahnya, seperti :

)‫َ ًَ؟ (مفعول مقدم‬ ‫كم كتابا معك ؟ (مبتدأ) كم صحيفة‬


‫ً اشتريت‬ )‫ُمت ُ؟ (ظرف‬
‫كم يوما ص‬

6. Ayyu di I’rob sesuai dengan lafadz yang di Mudhof-kan sesudahnya, seperti :

‫َّ إليك ََُّ؟‬


‫َب‬ ‫ُّ أصدقاُئك َأح‬
‫أي‬ )‫َ ََّ؟ (مفعول به مقدم‬
‫َك لقيت‬
‫َّ ؤفاق‬
‫أي‬ )‫ٍ سافرت ٍٍَّ؟ ( ظرف‬
‫َّ يوم‬
‫أي‬

)‫(مبتدأ‬

Mengenal Tanda-Tanda Baca


Tanda-tanda baca dalam bahasa arab yang penulis ketahui ada empat belas macam, sebagai berikut :
1. Tanda koma ( , ) dalam bahasa arab disebut ‫َة‬
‫ْل‬‫َّو‬
‫الش‬
2. Tanda titil kom ( ; ) dalam bahasa arab disebut ‫َة‬
‫ُوط‬
‫َنق‬
‫الم‬
3. Tanda titik ( . ) dalam bahasa arab disebut ‫َة‬
‫ْط‬‫ُّق‬
‫الن‬
4. Tanda Seru ( ! ) dalam bahasa arab disebut ُّْْ
‫ُّب‬
‫التعج‬
5. Tanda Titik dua ( : ) dalam bahasa arab disebut ‫َتان‬
‫ُّقط‬
‫الن‬
6. Tanda tanya ( ? ) dalam bahasa arab disebut ‫االستفهام‬
7. Tanda kutip ( ’’ ’’ ) dalam bahasa arab disebut ‫التنصيص‬
8. Tanda titik koson ( … ) dalam bahasa arab disebut
‫ْف‬
‫َذ‬‫ُ الح‬
‫َط‬‫ُق‬
‫ن‬
9. Tanda Permulaan ( – ) dalam bahasa arab disebut َُُّ
‫َط‬‫َّر‬
‫الش‬
10.Tanda dua garis permulaan ( – – ) dalam bahasa arab disebut ‫الشرطتان‬
11.Tanda dua Kurung ( ) dalam bahasa arab disebut ‫ْن‬
‫َي‬‫ْس‬
‫َو‬‫الق‬
12.Garis bawah ( eee ) dalam bahasa arab disebut ‫ُّ األسفل‬
‫خط‬
13.Garis miring ( / ) dalam bahasa arab disebut ‫ّ المائل‬
‫خط‬
14.Garis lurus/lintang ( ) dalam bahasa arab disebut ‫َض‬
‫ّ العر‬
‫خط‬
Dan masih banyak tanda-tanda baca yang lain, namun penulis tidak mengetahui secara detail.
Mengenal Harkat – Harkat Pendek dan dan Panjang
Harkat-harkat atau disebut juga dengan baris, ada yang dibaca pendek, seperti harkat Fathah,
Dlommah dan Kasroh. Dan ada pula yang dibaca panjang, seperti Alif, Wawu dan Ya’. Contohnya :

1.‫قصير‬. )‫َُِ(ضمة كسرة فتحة‬ ‫ِع‬


َ ‫ُر‬
‫ز‬

2.‫ طويل‬. )‫(األلف‬ ‫زارع‬

3.‫ طويل‬. )‫(الواو‬ ‫هموم‬

4.‫طويل‬ . )‫(الياء‬ ‫كثير‬

Mengenal Singkatan Istilah-Istilah Dalam Nahwu


Singkata-singkatan istilah dalam Nahwu yang biasa berlaku di Pondok Pesantren Salaf sangat
penting diketahui oleh pada pelajar kitab kuning pemula, karena akan memudahkan penulisan arti
atau makna setiap kalimat yang ada dalam kitab kuning yang sedang dikaji. Di samping itu sangat
mendukung kepada pengetahuan mereka mengenal kedudukan kalimat bahasa arab. Berikut saya
tuliskan secara lengkap istilah-istilah itu yang di cuplik dari Diktat bernama: ‫كيفية المعانى‬
‫ باالختصار‬oleh Ahmad Hefni Razaq Al Manduri, dan dapat kiranya digunakan demi evisiensi
penulisan makna kalimat, sebagai berikut :
RUMUS TEMPATNYA YANG DIMAKSUD BUNYI MAKNANYA

‫م‬ Di atas kalimat Mubtada’ Adapun

‫خ‬ ,, Khobar Adalah

‫فا‬ ,, Fa’il berakal Siapa

‫ف‬ ,, Fa’il tak berakal Apa

‫نفا‬ ,, Naibul Fa’il berakal Siapa

‫نف‬ ,, Naibul Fa’il tak berakal Apa

‫مف‬ ,, Maf’ul bih Kepada / akan

‫مع‬ ,, Maf’ul ma’ah Beserta

‫مل‬ ,, Maf’ul liajlihi Karena

‫مط‬ ,, Maf’ul Mutlak Dengan

‫ظز‬ ,, Dzorof zaman Dalam


‫ظم‬ ,, Dzorof makan Pada

‫ص‬/‫ن‬ ,, Na’at / Sifat Yang

‫صل‬ ,, Shilah Yang

‫با‬ ,, Bayan Nyatanya

‫بد‬ ,, Badal Rupanya

‫حا‬ ,, Hal Seraya

‫ش‬ ,, Syartiyah Jika/Kalau

‫ج‬ ,, Jawab Maka

‫س‬ ,, Sababiyah Sebab

‫ع‬ ,, Ta’lil Karena

‫غ‬ ,, Ghoyah Sekalipun/walaupun

‫ل‬ ,, Milik Kepunyaan

‫مظ‬ ,, Masdar dzorof Selama

‫تم‬ ,, Tamyiz Apanya

Dibawah
‫مع‬ Mufaddhol ‘Alaihi Ketimbang
kalimat

‫ج‬ ,, Jama’ Beberapa

‫نف‬ ,, Nafi Tidak

‫نهـ‬ ,, Nahi Jangan

‫خم‬ ,, Khobar mutlak Adalah maujud

.. ,, Dlomir Sya’en Perbuatan / Sya’en

‫ي‬ ,, Lam Ibtidak Tentu

‫مف‬ ,, An Mufassiroh Bahwa

‫سف‬ ,, La’alla Taukid Supaya


‫مص‬ ,, Masdar Sekiranya

‫ص‬ ,, Mushonnif Pengarang

‫شا‬ ,, Syair Penyair

‫نا‬ ,, Nadzim Yang menadzomkan

‫د‬ ,, Do’a Semoga

‫اي‬ ,, Athof Bayan Artinya / yaitu

‫اهـ‬ ,, Intaha Selesai

‫الخ‬ ,, Ila Akhirihi Hingga akhirnya

‫ص م‬ ,, ‫صلى اهلل عليه وسلم‬ SAW

Penutup
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamien, buku kecil ini saya tulis dengan segenap kemampuan saya,
tentunya saya sangat mengharap kepada para pembaca, kiranya menemui kesalahan, baik redaksi
maupun substansinya untuk memperbaikinya dan berkenan memberitahukan
kepada saya untuk diadakan perbaikan bersama.
Penulisan buku ini saya rampungkan pada malam hari Raya ‘Iedul Fatri, Jum’at, 06 Syawal 1430 H
/ 25 September 2009 M di rumah saya, Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Al Amir, Guluk-
Guluk, Sumenep Madura. Semoga bermanfa’at dan menjadi perantara keselamatan saya, keluarga,
guru-guru dan semua pembacanya di dunia dan di akhirat. Amin ya Robbal Alamien !

‫َا‬
‫ْي‬‫َّس‬
‫ُ الكريم الن‬
‫ُ اهلل‬
‫َح‬‫ْد‬
‫َق‬ ‫ ال‬# ‫َا‬
‫َي‬ ‫َاي‬
‫َط‬‫ْلخ‬
‫ِا‬‫َن‬
‫ُع‬‫ْء‬
‫َر‬‫ْلم‬
‫ُا‬‫ِر‬
‫ْف‬‫َن‬
‫َي‬‫ال‬

‫َـــــا‬
‫ِّـحـ‬
‫َق‬ ‫َن‬
‫ٍف‬‫َّـة‬
‫َل‬ ‫ِّ ز‬
‫ُل‬ ‫ِك‬
‫ْب‬‫َع‬
‫ْف‬ ‫ و‬# ‫َا‬
‫َار‬ ‫ِّح‬
‫َل‬
‫َص‬‫ٍف‬
‫ِص‬‫َاق‬
‫ِن‬‫ْب‬
‫ِـد‬
‫َج‬‫ْت‬
‫َِإن‬
‫و‬

ٍَُِِّّْْ
‫ط‬ ‫َر‬ ‫ُق‬
‫َي‬‫َال‬
‫ٍو‬‫ْن‬
‫ِي‬‫حس‬
َْ‫ِت‬
‫َى ب‬
‫ْع‬ ‫ ي‬#َُِْ ْ
‫َس‬ ‫َط‬‫ْل‬
‫َغ‬‫َي‬
‫ْ ال‬
‫َن‬‫ُم‬
‫ِل‬‫َاض‬
‫ْف‬‫ِل‬
‫َا‬‫ْس‬
‫َي‬‫َل‬
‫و‬

Seseorang tidak akan menyimpang dari berbagai kesalahan


Namun Allah SWT tidak mencela sifat-sifat lupa itu.
Jika engkau menemui kekurangan (dalam buku ini )
Berkenanlah kiranya untuk memperbaiki.
Karena bukan orang yang mulia (berilmu) tidak pernah salah
Namun ia berusaha dan tidak enggan berusaha untuk memperbaikinya.
Kitab-Kitab Rujukan

NAMA PENGARANG NAMA KITAB

Dr. Ma’sad Muhammad Zayyad


‫قاموس اإلمالء‬
( Kitab referensi pokok )
Drs. KH. Muhammad Muhsin Amir ‫منظومة سفينة الصالة‬
Syekh Muhammad bin Abdul Malik Al Andalusy ‫ألفية ابن مالك‬
Jurjis ‘Isa al Asmar ‫قاموس اإلعـراب‬
Dr. Fuad Nakmah ‫َّص قـواعد اللغة العربية‬
‫ملخ‬
As’ad M. Al Kalaly ‫قاموس إندونيسية وعـربية‬
Prof. H. Mahmud Yunus ‫قاموس العـربية واإلندونيسية‬
‫معانى‬ ‫نظم‬ ‫فى‬ ‫الظـروف‬ ‫فتح‬
Ustadz H. Ahmad Zaini Mudarris
‫الحروف‬
Drs. KH. Muhammad Muhsin Amir ‫قاعــدة طـريقـة‬
Drs. KH. Muhammad Muhsin Amir ‫الدروس اليومية فى األخـالق‬
Ahmad Warson Al Munawwir ‫ِّر‬
‫قاموس المنو‬
Ahmad Hefni Razaq Al Maduri ‫كيفية المعانى باالختصار‬

Anda mungkin juga menyukai