Potensi Wisata Bahari Di Indonesia
Potensi Wisata Bahari Di Indonesia
DI INDONESIA
DIREKTORAT PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL
POTENSI WISATA BAHARI
INDONESIA
20,87Juta Ha
Luas Kawasan 99.093 km 3,257 Juta km²
Konservasi Perairan, Panjang Garis Pantai Luas Laut
Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil
WISATA
BAHARI WISATA BAHARI
YANG BERSIFAT TIDAK PENGATURAN KEGIATAN
MENETAP
PEMANFAATAN WP3K
1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
wajib memiliki Izin Pengelolaan.
Pasal 19
2) Izin Pengelolaan untuk kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Dalam hal terdapat kegiatan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang belum diatur
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah .
1) Menteri berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin
Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil lintas provinsi,
Pasal 50 Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Kawasan Konservasi Nasional.
2) Gubernur berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin
Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan
kewenangannya.
9
Izin Lokasi Perairan dapat diberikan apabila lokasi yang dimohonkan:
1. sesuai dengan Rencana Zonasi;
2 . tidak berada di :
- zona inti di kawasan konservasi;
- alur laut;
- kawasan pelabuhan;
- pantai umum; dan
- wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat.
Setiap orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan
perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
1. produksi garam;
2. pemanfaatan air laut selain energi;
3. wisata bahari; dan
4. pengusahaan pariwisata alam perairan di kawasan konservasi perairan nasional
wajib memiliki Izin Pengelolaan Perairan.
10
Karang Semapi, Natuna
REFORMASI PERIZINAN BERUSAHA
Wisata Bahari
Pasal 28 (UU No.32/2014, tentang Kelautan)
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi
pengembangan potensi wisata bahari dengan mengacu pada kebijakan
pengembangan pariwisata nasional.
2. Keberlanjutan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
kesejahteraan rakyat.
3. Pengembangan wisata bahari dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek
kepentingan masyarakat lokal dan kearifan lokal serta harus memperhatikan
kawasan konservasi perairan.
4. Pengembangan dan peningkatan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
Izin Lokasi dan Pengelolaan Perairan usaha wisata dengan
mendirikan dan/atau menempatkan bangunan dan instalasi di laut
(minimal 30 hari secara menetap) berupa:
• akomodasi;
• jalan pelantar;
• ponton wisata;
• dermaga wisata;
• titik labuh;
• bangunan untuk kuliner; dan
• taman bawah air (marine scaping), dll
PERSYARATAN TERKAIT DENGAN KRETERIA USAHA WISATA BAHARI
14
Ijin Pengelolaan untuk Pengelolaan Wisata Bahari
Ijin Lokasi dan Pengelolaan untuk Wisata Bahari merupakan komitmen untuk mendapatkan Ijin Usaha
Pariwisata ( Daftar Tanda Usaha Pariwisata/ TDUP )
Ijin Pengelolaan Perairan untuk Wisata Bahari diberikan setelah pemenuhan komitmen:
• Izin Lokasi Perairan;
• izin lokasi untuk usaha yang memanfaatkan tanah;
• izin lingkungan yang disertai dokumen lingkungan;
• analisis kesesuaian dan daya dukung kawasan;
• detail engineering design;
• dokumen kelayakan usaha yang paling sedikit memuat:
1. analisa keuangan;
2. analisa operasional; dan
3. analisa sumber daya manusia.
• kesanggupan untuk:
1. melibatkan Masyarakat lokal; dan
2. membongkar bangunan dan instalasi apabila masa berlaku Izin Pengelolaan Perairan telah habis
dan kegiatan usaha tidak dilanjutkan lagi.
15
Sinergitas Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat
PENGEMBANGAN DESA WISATA PESISIR
Program dan Kegiatan
• Program Pembangunan Desa Wisata (Kemenpar dan Ekonomi
Kreatif dapat disinergikan dengan Program Pengembangan
Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT), sebagai implementasi
Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management)
skala kecil
• Kegiatan konservasi dan rehabilitas terumbu karang, untuk
mendukung wisata bahari melalui Pembangunan Coral Garden,
Taman Kima dll
• Pengembangan Kawasan Mangrove untuk kegiatan Wisata
Kepulauan Seribu
DKI Jakarta
Komodo
Nusa Tenggara Timur
17
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia
(PP No.60/2007)
1
8
Peta Luasan Kawasan Konservasi Perairan
Per Agustus 2019
22,68 juta ha
Target 2030
9,82 juta ha
325 juta ha
5,34 juta ha 4,63 juta ha 12,71 juta ha
Luas Perairan Indonesia
KEMANDIRIAN
20
Persyaratan Penerima
Bantuan
Lokasi
Pengelola Kawasan di Terintegrasi
wisata Bahari Kawasan
(Komunitas Konservasi ( Baik Fisik
Peduli Wisata Nasional/ Maupun Non
Berkelanjutan) Daerah, KSNT, Fisik)
KSN
21
IMPLEMENTASI KEMITRAAN
Pengembangan Kawasan Wisata NTB (MENDUKUNG MANDALIKA)
CONTOH
• Kawasan Wisata Petarando (Gili Petagan, Gili Bidara, dan Gili Kondo),
merupakan Kawasan Wisata mangrove, Bawah laut , dan Pantai
KKP, Kemenpar/Dinas, Pramindo (BSN), TVRI, PT (UGM,
Pemerintah Brawijaya, ST Pariwisata)
BUMN/Swasta/NGO
BI, Angkasa Pura, PLN, Narmada, CI, Kapela, P3B,WCS
• Sarana Prasarana untuk peninggkatan Ekonomi ( Bagan), Trasnplatasi
• Publikasi (media Publikasi di Bandara
• Gerakan penyadaran Bersih pantai
22
LOKASI BANTUAN
WISATA BAHARI TAHUN 2016-2018
Sulawesi Utara Gorontalo
Kepulauan Riau
2016 2016
Kep. Bangka 2017 Kota Bitung Kota Gorontalo
Belitung Bintan
2018
2016 Natuna
Belitung Papua Barat
2018
Bangka Tengah 2016
Manokwari
Lampung
: Peralatan selam/Snorkling
LOKASI BANTUAN
WISATA BAHARI TAHUN 2019
Kaltim Gorontalo
Kalimantan Barat
Kutai Kota Gorontalo
Kep. Bangka Bengkayang Kertanegara Sulawesi Tenggara
Belitung Kubu Raya Sulawesi Tengah
Muna
Belitung Bulukumba
Banggai
Banten
Pengembangan Desa Wisata Pesisir menuju Desa Wisata Pesisir Mandiri berprinsip pada :
Keseimbangan (sumber daya alam, sosial, ekonomi dan budaya)
Kepastian Hukum (perizinan sesuai aturan yang berlaku)
Keterpaduan (lintas sektor)
Keterlibatan aktif masyarakat
01
REMBUG DESA 04 PENDAMPINGAN DAN
KERJASAMA
1. Identifikasi potensi SDA LEMBAGA
dan sosial, ekonomi,
budaya (analisis 1. Pemerintah (Lintas Sektor)
kesesuaian dan analisis 2. Koperasi
daya dukung 3. CSR
2. Identifikasi aspirasi 4. Perguruan Tinggi
masyarakat lokal 5. Lembaga Swasta
3. Identifikasi issue strategis
4. Sinkronisasi dengan
program KKP
DESA 5. Sinkronisasi dengan DESA
PESISIR stakeholder lainnya WISATA
POTENSIAL PESISIR
(Pariwisata, PU dll) MANDIRI
02
INISIASI DESA 03
WISATA PESISIR PEMBANGUNAN FISIK
DAN NON FISIK
1. FGD terkait penentuan
kegiatan apa yang akan 1. Fisik: Sarpras
dilakukan 2. Non Fisik: Pelatihan SDM
2. Finalisasi hasil FGD dalam
bentuk perumusan
kegaitan
3. Kelembagaan(Bumdes
atau Pokmas) MULTIPLIER
EFFECT 26
DAN REPLIKASI
27
28
29
30
31