Anda di halaman 1dari 31

POTENSI WISATA BAHARI

DI INDONESIA
DIREKTORAT PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL
POTENSI WISATA BAHARI
INDONESIA
20,87Juta Ha
Luas Kawasan 99.093 km 3,257 Juta km²
Konservasi Perairan, Panjang Garis Pantai Luas Laut
Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil

Wisata 590 jenis karang


Pendidikan 2.057 ikan karang
Wisata 12 jenis lamun
Underwater 34 jenis mangrove
1.512 jenis crustacean
Wisata 6 jenis penyu
Konservasi 850 jenis sponge
Scientific 24 jenis mamalia Laut
diving
463 titik Kapal Tenggelam
2 2
3
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia

KEBIJAKAN KKP DALAM MENDUKUNG


PEMBANGUNAN WISATA BAHARI
Pembangunan dan Pengembangan
Sinergitas:
• Menerapkan Wisata Bahari Berkelanjutan 1. Kementerian
• Mengembangkan kawasan di KSPN, dengan memilih lokasi Pekerjaan
prioritas sebagai Kawasan Penyangga yang dikembangkan, Umum
mengingat Lokasi Prioritas KSPN sudah overload/hampir 2. Kementerian
overload Desa,
• Mengembangkan Wisata Bahari berkelanjutan berbasis Pembanguna
masyarakat dengan mengedepankan potensi lokal Daerah
Tertinggal
dan
Regulasi Trasnmigtasi
• Melakukan Penataan Pemanfaatan Ruang Laut sesuai dengan 3. Kementerian
Zonasinya, agar tidak terjadi tumpang tindih kepentingan (Rencana LHK
Zonas)
4. Kementerian
• Pemberian ijin Lokasi dan Pengelolaan untuk usaha wisata (Permen KP
Pariwisata
No.24/2019)
5. Swasta (CSR)
• Menyusun Pedoman Kegiatan Wisata Bahari menjaga ekosistem,
keselamatan, keamanan dan kenyaman (Code of Conduct)
4
KEWENANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Kewenangan Menteri
Kewenangan Gubernur
Kelautan dan Perikanan
1. Pengelolaan ruang laut di atas 12 mil dan 1. Pengelolaan ruang laut sampai
strategis nasional. dengan 12 mil di luar minyak dan gas
2. Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut bumi.
nasional. 2. Penerbitan izin dan pemanfaatan
3. Penerbitan izin pemanfaatan jenis dan ruang laut di bawah 12 mil di luar
genetik (plasma nutfah) ikan antarnegara. minyak dan gas bumi.
4. Penetapan jenis ikan yang dilindungi dan 3. Pemberdayaan masyarakat pesisir
diatur perdagangannya secara dan pulau-pulau kecil.
internasional.
5. Penetapan kawasan konservasi.
6. Database pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pengelolaan Ruang Laut adalah perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan


pengendalian ruang Laut.
*pengendalian pemanfaatan ruang laut dilakukan melalui perizinan, pemberian
insentif, dan pengenaan sanksi.
UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan WP3K; UU 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
5
• UU No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

DASAR • PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha


HUKUM Terintegrasi Secara Elektronik.
PERIJINAN • Permen Kelautan dan Perikanan No. 24/PERMEN-KP/2019
tentang Tata Cara Penerbitan Izin Lokasi Perairan dan Izin
Pengelolaan Perairan di WP-3-K
WISATA BAHARI IJIN LOKASI DAN IJIN
YANG BERSIFAT PENGELOLAAN
MENETAP

WISATA
BAHARI WISATA BAHARI
YANG BERSIFAT TIDAK PENGATURAN KEGIATAN
MENETAP
PEMANFAATAN WP3K

(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang dari


sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil
secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi.
(2) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
pemberian Izin Pengelolaan.

UU. No. 1 Tahun 2014


Pasal 16

(1) Setiap orang yang melakukan pemanfaatan


ruang Laut secara menetap di wilayah perairan
dan wilayah yurisdiksi wajib memiliki izin lokasi

UU. 32 Tahun 2014 DASAR HUKUM


Pasal 47 IZIN LOKASI PERAIRAN dan IZIN
PP 24 Tahun 2018 PENGELOLAAN
Izin Pengelolaan dalam UU No. 1 Tahun 2014

1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
a. produksi garam;
b. biofarmakologi laut;
c. bioteknologi laut;
d. pemanfaatan air laut selain energi;
e. wisata bahari;
f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut; dan/atau
g. pengangkatan benda muatan kapal tenggelam,
wajib memiliki Izin Pengelolaan.
Pasal 19
2) Izin Pengelolaan untuk kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Dalam hal terdapat kegiatan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang belum diatur
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah .

1) Menteri berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin
Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil lintas provinsi,
Pasal 50 Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Kawasan Konservasi Nasional.
2) Gubernur berwenang memberikan dan mencabut Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dan Izin
Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) di wilayah Perairan Pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan
kewenangannya.

9
Izin Lokasi Perairan dapat diberikan apabila lokasi yang dimohonkan:
1. sesuai dengan Rencana Zonasi;
2 . tidak berada di :
- zona inti di kawasan konservasi;
- alur laut;
- kawasan pelabuhan;
- pantai umum; dan
- wilayah kelola Masyarakat Hukum Adat.

Setiap orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan
perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan:
1. produksi garam;
2. pemanfaatan air laut selain energi;
3. wisata bahari; dan
4. pengusahaan pariwisata alam perairan di kawasan konservasi perairan nasional
wajib memiliki Izin Pengelolaan Perairan.

10
Karang Semapi, Natuna
REFORMASI PERIZINAN BERUSAHA

PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perizinan


Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission (OSS)

OSS merupakan sistem yang


mengintegrasikan seluruh pelayanan
perizinan berusaha yang menjadi
kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Pelaku
Gubernur, atau Bupati/Walikota yang Usaha
dilakukan melalui elektronik.
FASILITASI USAHA WISATA BAHARI BAGI
MASYARAKAT LOKAL

Wisata Bahari
Pasal 28 (UU No.32/2014, tentang Kelautan)
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi
pengembangan potensi wisata bahari dengan mengacu pada kebijakan
pengembangan pariwisata nasional.
2. Keberlanjutan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
kesejahteraan rakyat.
3. Pengembangan wisata bahari dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek
kepentingan masyarakat lokal dan kearifan lokal serta harus memperhatikan
kawasan konservasi perairan.
4. Pengembangan dan peningkatan wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

12
Izin Lokasi dan Pengelolaan Perairan usaha wisata dengan
mendirikan dan/atau menempatkan bangunan dan instalasi di laut
(minimal 30 hari secara menetap) berupa:
• akomodasi;
• jalan pelantar;
• ponton wisata;
• dermaga wisata;
• titik labuh;
• bangunan untuk kuliner; dan
• taman bawah air (marine scaping), dll
PERSYARATAN TERKAIT DENGAN KRETERIA USAHA WISATA BAHARI

1. Memenuhi persyaratan sebagaimana Permen KP N0. 24


tahun 2019
2. Berbentuk Kelompok/Lembaga ( diprioritaskan yang
berbadan hukum)
3. Persyaratan operasional/rencana pengembangan ;
1. Pengembangkan wisata lebih kearah ekowisata
2. manajemen pengelolaan pengunjung
memperhitungkan aspek lingkungan, sosial dan budaya
3. pengelolaan sarana dan prasarana ( material ramah
lingkungan, tidak permanen dll)
4. melakukan monitoring dan pengawasannya secara
rutin dalam mengatasi dampak;
5. melakukan rehabiitasi kondisi ekosistem;

14
Ijin Pengelolaan untuk Pengelolaan Wisata Bahari

 Ijin Lokasi dan Pengelolaan untuk Wisata Bahari merupakan komitmen untuk mendapatkan Ijin Usaha
Pariwisata ( Daftar Tanda Usaha Pariwisata/ TDUP )
 Ijin Pengelolaan Perairan untuk Wisata Bahari diberikan setelah pemenuhan komitmen:
• Izin Lokasi Perairan;
• izin lokasi untuk usaha yang memanfaatkan tanah;
• izin lingkungan yang disertai dokumen lingkungan;
• analisis kesesuaian dan daya dukung kawasan;
• detail engineering design;
• dokumen kelayakan usaha yang paling sedikit memuat:
1. analisa keuangan;
2. analisa operasional; dan
3. analisa sumber daya manusia.
• kesanggupan untuk:
1. melibatkan Masyarakat lokal; dan
2. membongkar bangunan dan instalasi apabila masa berlaku Izin Pengelolaan Perairan telah habis
dan kegiatan usaha tidak dilanjutkan lagi.

15
Sinergitas Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat
PENGEMBANGAN DESA WISATA PESISIR
Program dan Kegiatan
• Program Pembangunan Desa Wisata (Kemenpar dan Ekonomi
Kreatif dapat disinergikan dengan Program Pengembangan
Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT), sebagai implementasi
Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management)
skala kecil
• Kegiatan konservasi dan rehabilitas terumbu karang, untuk
mendukung wisata bahari melalui Pembangunan Coral Garden,
Taman Kima dll
• Pengembangan Kawasan Mangrove untuk kegiatan Wisata

Pengelola Wisata berbasis Masyrakat

• Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dan Kelompok


Pemerhati Konservasi (KOMPAK) binaan KKP bersinergi dengan
Kelompok Sadar Wisata ( POKDARWIS) binaan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), sebagai Pengelola Wisata Bahari
16
LOKASI 10 DESTINASI PARIWISATA
PRIORITAS (PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
Danau Toba Tanjung Kelayang Mandalika Wakatobi Pulau Morotai
Sumatera Utara Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tenggara Maluku Utara

Kepulauan Seribu
DKI Jakarta

Komodo
Nusa Tenggara Timur

Tanjung Lesung Borobudur Bromo Tengger


Banten Jawa Tengah Semeru
Jawa Timur
KSPN/Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KEK/Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

17
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia

Pemanfaatan Kawasan Konservasi


Perairan Nasional (10 KAWASAN )

Prinsip Pemanfaatan Kawasan


Konservasi Perairan

(PP No.60/2007)

1. Mempunyai fungsi utama sebagai


PERLINDUNGAN habitat/ekosistem
2. Melaksanakan aktivitas sesuai dengan
zonasi dan peruntukannya
3. Memperhatikan DAYA DUKUNG dan
DAYA TAMPUNG
4. Melibatkan masyarakat lokal
5. Investasi berkelanjutan

1
8
Peta Luasan Kawasan Konservasi Perairan
Per Agustus 2019

AICHI TARGET, SDG 14 :


10%

22,68 juta ha
Target 2030
9,82 juta ha

Aichi Target 10%

325 juta ha
5,34 juta ha 4,63 juta ha 12,71 juta ha
Luas Perairan Indonesia

195 kawasan 22,68 juta ha


19
Strategi Pencapaian
Bantuan Sarana Peningkatan
Kemitraan
Wisata SDM Pengelola
• Sebagai • Peningkatan • Penguatan
Stimulan manajemen Sosial
• Meningkatkan Usaha Ekonomi
pendapatan • Peningkatan • Peningkatan
Manajemen kapasitas SDM
Kawasan • Penyadaran
Masy

KEMANDIRIAN
20
Persyaratan Penerima
Bantuan
Lokasi
Pengelola Kawasan di Terintegrasi
wisata Bahari Kawasan
(Komunitas Konservasi ( Baik Fisik
Peduli Wisata Nasional/ Maupun Non
Berkelanjutan) Daerah, KSNT, Fisik)
KSN

21
IMPLEMENTASI KEMITRAAN
Pengembangan Kawasan Wisata NTB (MENDUKUNG MANDALIKA)
CONTOH
• Kawasan Wisata Petarando (Gili Petagan, Gili Bidara, dan Gili Kondo),
merupakan Kawasan Wisata mangrove, Bawah laut , dan Pantai
KKP, Kemenpar/Dinas, Pramindo (BSN), TVRI, PT (UGM,
Pemerintah Brawijaya, ST Pariwisata)

• KKP ( Bantuan Perahu Wisata), Sertifikasi Selam


• Kementerian Pariwisata (Sarana Toilet/Bilas) DAK fisik, Sertifikasi Kepemanduan dan sertifikasi
Selam
• TVRI (Publikasi)
Pokmaswas dan Pokdarwis (pengelola Wisata), Yayasan
Masyarakat Petarando
• Pengawasan terhadap Sumberdaya kawasan
• Pengelolaan wisata (pokdarwis dan Pokmaswas)

BUMN/Swasta/NGO
BI, Angkasa Pura, PLN, Narmada, CI, Kapela, P3B,WCS
• Sarana Prasarana untuk peninggkatan Ekonomi ( Bagan), Trasnplatasi
• Publikasi (media Publikasi di Bandara
• Gerakan penyadaran Bersih pantai
22
LOKASI BANTUAN
WISATA BAHARI TAHUN 2016-2018
Sulawesi Utara Gorontalo
Kepulauan Riau
2016 2016
Kep. Bangka 2017  Kota Bitung  Kota Gorontalo

Belitung  Bintan
2018
2016  Natuna
 Belitung Papua Barat
2018
 Bangka Tengah 2016
 Manokwari

Lampung

2018 Jawa Barat


 Lampung
Selatan 2018
 Karawang

Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur NTB NTT


2018 2017 2016 2017 2016
 Pekalongan  Banyuwangi  Lombok Barat  Manggarai
Jenis Bantuan  Kulonprogo
 Malang  Bima  Lembata
: Perahu Wisata 2018
 Lombok Barat

: Pondok Informasi/Landmark  Lombok Timur

: Peralatan selam/Snorkling
LOKASI BANTUAN
WISATA BAHARI TAHUN 2019
Kaltim Gorontalo
Kalimantan Barat
 Kutai  Kota Gorontalo
Kep. Bangka  Bengkayang Kertanegara Sulawesi Tenggara
Belitung  Kubu Raya Sulawesi Tengah
 Muna

 Belitung  Bulukumba
 Banggai

DI Aceh Papua Barat


 Raja Ampat
 Aceh Jaya

Banten

 Serang Jawa Barat


 Karawang Sulawesi Selatan
 Cirebon
 Bulukumba

Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB NTT

 Kebumen  Gresik  Karangasem  Lombok Barat  Flores Timur


 Trenggalek  Lombok Timur Alor
Jenis Bantuan  Buleleng 
 Tulungagung  Sumbawa
: Perahu Wisata  Bima
: Pondok Informasi/Landmark Jakarta
: Peralatan selam/Snorkling
 Kep. Seribu
DUKUNGAN ANGGARAN KKP TAHUN 2019 DI KSPN dan KAWASAN PENYANGGA
No Lokasi Anggaran Kegiatan
Fisik Non fisik Fisik Non Fisik
1 Bangka Belitung (Kabupaten 600.000.000 200.000.000 • Sarana Wisata, • Bimtek Selam
Belitung) KSPN: Tanjung Kelayang • Sosialisasi
Bantuan
pemerintah
2 NTB (Bima, Sumbawa, Lombok 3.209.900.000 300.000.000 • Sarana Wisata, • Bimtek selam
Utara dan Lombok Timur) KSPN: • Hibrid • Bimtek Pengelola
Mandalika wisata
3 Sulawesi Tenggara (Bau-Bau, 6.396.576.550 200.000.000 • Dermaga apung • Bimtek selam
Kolaka, Muna, Bombana dan • Sarana wisata
Wakatobi-800 juta) KSPN: • Bangunan struktur
Wakatobi hybrid
4 Maluku Utara (Kota Tidore 7.590.263.000 200.000.000 • Perahu SKPT Bimtek Pengelola
Kepulauan dan Pulau Morotai) • Sarana wisata wisata

5 DKI Jakarta (Kepulauan Seribu) 50.000.000 200.000.000 Kano Pelatihan selam


(dilakukan jg di Kab
Karawang)
6 Banten (Kab. Pandeglang dan 2.961.515.000 200.000.000 • Bantuan PUGAR • Bimtek selam
Serang) KSPN:Tanjung Lesung • Sarana wisata
• Rumah pengolahan
ikan
7 NTT (Flores Timur dan Alor) 500.000.000 200.000.000 • Perahu wisata • Pelatihan
KSPN: Pulau Komodo • Bantuan konservasi Pengelolaan Sampah
(Gedung informasi,
TOTAL ANGGARAN Rp : 21.508.254.550 DLL)
25
KONSEP DESA WISATA PESISIR MENUJU DESA WISATA MANDIRI

Pengembangan Desa Wisata Pesisir menuju Desa Wisata Pesisir Mandiri berprinsip pada :
 Keseimbangan (sumber daya alam, sosial, ekonomi dan budaya)
 Kepastian Hukum (perizinan sesuai aturan yang berlaku)
 Keterpaduan (lintas sektor)
 Keterlibatan aktif masyarakat

01
REMBUG DESA 04 PENDAMPINGAN DAN
KERJASAMA
1. Identifikasi potensi SDA LEMBAGA
dan sosial, ekonomi,
budaya (analisis 1. Pemerintah (Lintas Sektor)
kesesuaian dan analisis 2. Koperasi
daya dukung 3. CSR
2. Identifikasi aspirasi 4. Perguruan Tinggi
masyarakat lokal 5. Lembaga Swasta
3. Identifikasi issue strategis
4. Sinkronisasi dengan
program KKP
DESA 5. Sinkronisasi dengan DESA
PESISIR stakeholder lainnya WISATA
POTENSIAL PESISIR
(Pariwisata, PU dll) MANDIRI

02
INISIASI DESA 03
WISATA PESISIR PEMBANGUNAN FISIK
DAN NON FISIK
1. FGD terkait penentuan
kegiatan apa yang akan 1. Fisik: Sarpras
dilakukan 2. Non Fisik: Pelatihan SDM
2. Finalisasi hasil FGD dalam
bentuk perumusan
kegaitan
3. Kelembagaan(Bumdes
atau Pokmas) MULTIPLIER
EFFECT 26
DAN REPLIKASI
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai