Lap Akhir - Masterplan Sampah - Kab - Maros
Lap Akhir - Masterplan Sampah - Kab - Maros
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk
pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan
kota/kabupaten di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 60%
dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang
dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari.
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan
efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di
kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup
layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya
pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai
keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai
hal tersebut, maka perlu pemilihan cara clan
teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif dari masyarakat dari mana sumber sampah
berasal dan mungkin perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang
terkait. Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa
peraturan¬peraturan mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
Untuk mendukung pembangunan Kabupaten Maros yang berkelanjutan dan seiring
dengan adanya peraturan-peraturan baru mengenai Lingkungan Hidup dan
Persampahan maka perlu dicari suatu cara pengelolaan sampah secara baik dan benar
melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam bentuk pengelolaan secara
terpadu.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini
adalah 1). Tersusunnya program dan rencana inventasi pembiayaan pengelolaan
persampahan, 2). Tersusunnya konsep efensiasi pembiayaan, 3). Tersusunnya reduksi
sampah dari sumber sehingga tidak diperlukan lahan besar untuk TPA, 4). Dapat
menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki
nilai ekonomis, 5). Tersusunnya konsep pengelolaan persampahan yang ekonomis dan
berwawasan lingkungan, 6). Dapat membuka lapangan pekerjaan melalui berdirinya
badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat, 7). Tersusunnya
konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, 8). Tersusunnya
konsep pemberdayaan kelembagaan, peraturan daerah dan investasi serta pembiayaan
pengelolaan persampahan.
1.2.3 Sasaran
Sasaran Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini adalah
meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih, berkurangnya konflik sosial
masyarakat dalam operasional pengelolaan persampahan, terbentuknya pengolahan
sampah dengan sistem 3R di sumber sampah, terbentuknya usaha daur ulang dan
composting, dan berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA.
1.3 Pengertian
Dalam Laporan Akhir ini dipergunakan beberapa istilah yang banyak dipergunakan.
Penting dipaparkan untuk diketahui, mengingat perbedaan penafsiran akan
menimbulkan arti yang berlainan. Adapun istilah yang yang banyak dipergunakan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
2. Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota termasuk
didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga.
3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas
makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.
4. Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk seperti
kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.
5. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan per
hari dalam satuan volume maupun berat.
6. Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,
mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/ atau
beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
membahayakan kesehatan manusia.
7. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
8. Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di sumbernya,
baik individual maupun komunal.
9. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di masing-
masing sumbernya.
10. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara
bersama-sama pada satu tempat.
11. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan dengan cara pengumpulan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara
atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
12. Pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir
tanpa melalui proses pemindahan.
13. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan sampah
dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan
gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.
14. Pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan
akhir.
15. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah adalah cara pengumpulan
sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.
16. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
dengan menggunakan gerobak.
17. Pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.
18. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan
atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir.
19. Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan pendaurulangan.
20. Pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik dengan
bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk kompos).
21. Potensi Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah yang berpotensi untuk
dikomposkan.
22. Tingkat Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah organik yang berhasil
dikomposkan dibandingkan terhadap timbulan sampah organik potensi
pengomposan.
23. Pembakaran Sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk. Reduksi
dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah uapaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan
baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke tempat pembuangan
akhir lebih efisien.
25. Daur Ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan produk
yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali atau di
daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik yang
berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan cara
konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan pengolahan dan
atau daur ulang.
29. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir.
30. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir sampah
kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.
2.1. Umum
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan dilaksanakan
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan metode
pendekatan kajian. Disamping hal tersebut, konsultan akan mengumpulkan dan
mengevaluasi data sekunder/informasi yang ada dari semua stakeholder/
pemangku kepentingan dan SKPD–SKPD yang terkait.
2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka konsultan harus
melakukan survei yang terdiri dari survei primer, pengambilan foto yang dapat
menggambarkan situasi di lapangan.
Survei-survei di atas didasarkan terhadap
kebutuhan-kebutuhan utama untuk keperluan
analisa kajian studi, selain itu konsultan harus
merencanakan kegiatan pelaksanaan survei di
lapangan yang meliputi lokasi survei, waktu
pelaksanaan dan metodologi yang digunakan.
3. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dilakukan untuk menyusun Rancangan Teknis Pengelolaan
Sampah Kabupaten Maros.
4. Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk laporan hasil studi di setiap tahap laporan studi.
2) Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan antara lain untuk mengevaluasi kondisi prasarana dan
sarana persampahan eksisting (baik dari pemerintah, swasta maupun swadaya
masyarakat) dan sistem pengelolaan persampahan eksisting saat ini.
Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 Km2 dan
secara administrasi pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103
desa/kelurahan. Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kabupaten Maros
berada pada koordinat 4o45‟– 5o12‟ Lintang Selatan dan 119o 25‟–119o 58‟ Bujur Timur.
Batas administrasi wilayahnya adalah sebagai berikut :
b. Ketersediaan Lahan
Kondisi tata guna lahan Kabupaten Maros secara umum terdiri atas:
perkampungan, tambak, tegalan, sawah, kebun campuran, semak belukar, hutan
lebat, hutan belukar, lahan terbangun dan lain-lain penggunaan lahan yang ada.
Pergesaran pemanfaatan lahan kawasan Kabupaten Maros secara umum telah
mengalami perubahan yang cukup cukup, akibat terjadinya peningkatan pembangunan
aktivitas ekonomi. Penggunaan lahan di Kabupeten Maros digambarkan dalam
Tabel 3.1
3) Satuan Perbukitan Karst: Satuan perbukitan ini tersebar cukup luas pada
bagian tengah, timur laut daerah Kabupaten Maros yang meliputi Kecamatan
Bontoa, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tanralili,
Kecamatan Mallawa, dan Kecamatan Camba. Ciri khas pada satuan morfologi
ini adalah kenampakan topografi berbukit-bukit karst dengan tekstur sangat
kasar dengan batu gamping sebagai batuan penyusunnya.
Luas
Satuan
Daerah Sebaran Daerah
Geomorfologi Batuan
No (%) Ciri Morfologi
Penyusun
Relief Topografi
Batuan
Pegunungan Utara, Tengah Tinggi Kemiringan
1 30 Gunung
Vulkanik Timur Lereng Terjal, Tekstur
Api
Topografi Kasar
Batuan
Tersebar Vulkanik
Perbukitan Perbukitan Setempat-
2 Setempat- Beku
Vulkanik,Intrusi Setempat Kemiringan
Setempat Tidak 15 (Intrusi)
dan Sedimen Lereng Sedang
Terkonsentrasi dan
Sedimen
Batu
Relief Topografi
Tengah 30 Gamping
Perbukitan Kars Membentuk
3 dan Timur Laut (Batu
Karst Tower-Tower Dengan
Kapur)
Relief Yang Kasar
Bagian Barat
Dengan Arah Topografi Datar, Relief
Pedataran Endapan
4 Penyebaran 25 Rendah, Tekstur
Alluvial Aluvial
Utara Topografi Halus
Sampai Selatan
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Maros tahun 2010
d. Jenis Tanah
Hasil penelitian terdahulu berupa Pemetaan Geologi Lapangan dalam Skala 1:
250.000 yang dilakukan oleh Rab. Sukamto dan Supriatna (1982) berupa peta Geologi
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai diperoleh bahwa sifat fisik, tekstur, atau
ukuran butir, serta genesa dan batuan penyusunnya maka jenis tanah di Kabupaten Maros
diklasifikasikan dalam 4 (empat) tipe, yaitu:
1) Alluvial Muda, merupakan endapan aluvium (endapan aluvial sungai, pantai dan
rawa) yang berumur kuarter (resen) dan menempati daerah morfologi pedataran
dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan lereng <3%. Tekstur beraneka
mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan
tingkat kesuburan yang tinggi, luas penyebarannya sekitar 14,20% (229,91 km 2) dari
luas Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan
Turikale, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Marusu,
Kecamatan Mandai, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan
Tanralili, dan Kecamatan Tompobulu.
2) Regosol, adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunungapi dan menempati daerah
perbukitn vulkanik, dengan ketinggian 110-1.540 m dengan sudut kemiringan lereng
>15%. Sifat-sifat fisiknya berwarna coklat hingga kemerahan, berukuran lempung
lanauan–pasir lempungan, plastisitas sedang, agak padu, tebal 0,1-2,0 m. Luas
penyebarannya sekitar 26,50% (429,06 km 2) dari luas kabupaten Maros meliputi
Kecamatan Cenrana, Kecamatan Camba, Kecamatan Mallawa, dan Kecamatan
Tompobulu.
3) Litosol, merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan
beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan intrusi
dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng <70%. Kenampakan sifat fisik
berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempung lanauan, hingga pasir
lempungan, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, solum dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
Luas penyebarannya sekitar 37,60% (608,79 km2) dari luas Kabupaten Maros, meliputi
Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan
Cenrana, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Tanralili dan
Kecamatan Mandai.
4) Mediteran, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batugamping yang
menempati daerah perbukitan karst, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng >
70%. Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung
pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi,
tebal 0,1-1,5 m. Luas penyebarannya sekitar 21,70% (351,35 km²) dari luas
Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan
Bantimurung, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, dan
Kecamatan Tanralili.
e. Hidrologi
Keadaan hidrologi Kabupaten Maros, berdasarkan hasil observasi lapangan
dibedakan: air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber di bawah
permukaan (air tanah). Air di bawah permukaan yang merupakan air tanah merupakan
sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sumber air permukaan di wilayah Kabupaten Maros bersumber dari beberapa sungai
yang tersebar dibeberapa kecamatan, yang pemanfaatannya untuk kebutuhan rumah
tangga dan kegiatan pertanian. Sungai yang terdapat di Kabupaten Maros yakni; Sungai
Maros, Parangpaku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunuengasue, Bontotanga dan Tanralili.
1) Sumberdaya Air
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Maros yang telah termanfaatkan
oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber
dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dalam, air tanah
dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air
dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air
melalui pengeboran.
2) Peruntukan Air
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian (irigasi), dengan keberadaan
beberapa sungai menurut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Maros adalah Sungai
Maros, Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunungengasue, Bontotanga, dan Tanralili (BPS dan Dinas PU Pengairan
Kab. Maros). Pada kawasan perkotaan peruntukan air lebih difokuskan pada kebutuhan
air minum masyarakat perkotaan yang bersumber dari air tanah dangkal dan air tanah
dalam serta sumber air yang dikelolah oleh PDAM.
f. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang
dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60-82 %, curah hujan
tahunan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur
udara rata-rata 290 C. Kecepatan angin rata-rata 2-3 knot/jam. Daerah Kabupaten
Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim. Menurut Oldment, tipe iklim
di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2–3 bulan
berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Beberapa
desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dalam priode bulan
April–September dan musim kemarau dalam bulan Oktober–Maret.
Table 3.3. Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan
Tahun 2011 di Kabupaten Maros
Pebruari 502 20
Maret 576 27
April 395 26
Mei 206 15
Juni 9 3
Juli 1 5
Agusutus 0 1
September 0 1
Oktober 188 13
Nopember 470 20
Desember 772 28
b. Kepadatan Penduduk
Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Maros berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu
kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan tertinggi berada di wilayah
Kecamatan Turikale dengan kepadatan penduduk sebesar 1.110 jiwa/km², kepadatan
penduduk terendah berada di Kecamatan Tompobulu dengan jumlah sebesar 49
jiwa/km2. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran penduduk terjadi secara
tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola penyebaran penduduk di
Kabupaten Maros secara umum terakumulasi di pusat kota dan pusat-pusat
pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk, dan kepadatan dirinci menurut
kecamatan di Kabupaten Maros pada Tabel 3.5.
Kepadatan
No Jumlah Luas Wilayah
Kecamatan Penduduk
Penduduk (Jiwa) (Km2)
(Jiwa/Km2)
1 2 3 4 5
1 Mandai 35,820 49,11 729
2 Moncongloe 17,314 46,87 369
3 Maros Baru 24,345 53,76 453
4 Marusu 25,485 53,73 474
5 Turikale 41,856 29,93 1,398
6 Lau 24,463 73,83 331
7 Bontoa 26,583 93,52 284
8 Bantimurung 28,181 173,70 162
9 Simbang 22,307 105,31 212
10 Tanralili 24,595 89,45 275
11 Tompobulu 14,214 287,66 49
12 Camba 12,575 145,36 87
13 Cenrana 13,711 180,97 76
14 Mallawa 10,763 235,92 46
3.3.2. Iklim
Iklim Kabupaten Maros tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan rata–rata
331,9 mm setiap bulannya, dengan jumlah hari hujan berkisar 183 hari selama tahun 2011,
dengan rata–rata suhu udara minimum 68,7 ºC dan rata–rata suhu udara maksimum 89,3 ºC
Penyinaran matahari selama tahun 2011 rata–rata berkisar 67% secara geografis daerah ini
terdiri dari 10% (10 desa) adalah pantai, 5% (5 desa) adalah kawasan lembah, 27% (28
desa) adalah lereng/bukit dan 5% (60 desa) adalah daratan.
3.3.3 Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke
atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka
yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus
rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
Penduduk usia kerja di Kabupaten Maros pada tahun 2010 berjumlah 218.855 jiwa.
Dari seluruh penduduk usia kerja tersebut, yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah
140.270 jiwa atau lebih dari 50 persen dari penduduk usia kerja.
Dari seluruh penduduk usia kerja di Kabupaten Maros, terdapat 13.665 jiwa
penduduk yang sedang mencari kerja. Dengan demikian diperoleh tingkat pengangguran
yang merupakan rasio dari pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Maros sebesar 9,74 persen.
Tabel 3.7. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kegiatan Utama
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Maros, 2011
1 2 3 4 5 6
Table 3.8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga yang berlaku
menurut Lapangan Usaha di Maros Tahun 2007-2011
Lapangan usaha/industrial
2007 2008 2009 2010 2011*
origin
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan 600,374.81 675,283.94 758,355.39 890,948,67 1,063845.62
Makanan 339,079.11 404,302.19 523,824.92
b. Tanaman Perkebunan 268,271.42 299,886.27 30,285.36 33,554.44 40,769.14
c. Peternakan 247,02.70 27,945.29 47,762.02 53,090.87 61,463.90
d. Kehutanan 37,102.59 43,046.91 1,031.41 1,209.72 1,476.20
e. Pertanian 831.30 925.94
2. PERTAMBANGAN & 269,466.80 303,476.53 340,197.49 398,791.45 427,311.45
PENGGALIAN
a. Minyak dan gas bumi 24,048.48 26,567.29 29,453.15 33,044.85 38,733.47
b. Pertambangan tanpa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
migas
c. Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 24,048.48 26,567.29 29,453.15 33,044.85 38,733.47
a. INDUSTRI MIGAS 315,595.40 366,350.97 427,698.69 519,514.66 602,726.26
1. Pengilangan Minyak 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. INDUSTRI TANPA MIGAS 315,595.40 366,350.97 427,698.69 519,514.66 602,726.26
1. Makanan, minuman dan 11,603.08 13,688.59 15,258.28 17,866.04 20,158.51
tembakau
2. Tekstil, barang kulit dan 996.91 1,139.66 1,247.39 1,387.37 1,564.81
alas kaki
3. Brg kayu dan hasil hutan 3,904.32 4,472.54 5,107.82 5,985.16 7,216.88
lainnya
4. Kertas dan barang 170.79 196.59 223.23 270.27 322.39
cetakan
5. Pupuk kimia dan barang 2,598.23 2,789.92 3,017.40 3,433.82 3,938.40
dari karet
6. Semen & Brg. Galian 295,541.34 343,146.65 401,810.23 489,387.98 568,221.30
bukan logam dasar besi
dan baja
7. Logam dasar besi dan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
baja
8. Alat angk. Mesin dan 349.04 415.57 472.99 532.01 595.32
peralatanya
9. Barang lainnya 421.69 501.46 561.36 652.01 708.35
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 14,575.65 16,056.93 18,045.70 20,393.72 22,723.49
a. Listrik 13,802.33 15,188.65 17.072.13 19,291.47 21,339.30
b. Gas kota 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Air bersih 773.32 868.28 973.58 1,102.26 1,384.19
5. BANGUNAN 23,233.22 27,065.54 32,534.47 40,147.88 46,215.07
6. PERDAG. HOTEL & REST. 119,380.62 141,499.74 162,900.02 209,963.64 238,161.39
a. Perdagangan dan eceran 106,364.23 126,386.83 145,321.58 188,691.64 212,896.72
b. Hotel 270.82 303.17 340.05 405.73 489.80
c. Restauran 12,745,57 14,809.73 17,238.39 20,865.97 25,229.77
7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 77,551.81 89,859.28 102,403.40 118,427.05 136,905.47
a. Pengangkutan 65,101.19 75,367.23 85,655.18 98,203.76 111,697.94
1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Angkutan Jalan Raya 33,067.00 37,384.37 41,869.36 47,449.14 52,288.40
3. Angkutan Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4. Angk. Sungai, Danau & 39.34 43.04 47.37 54.03 58.05
Penyeb.
5. Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6. Jasa Penunjang 31,994.85 37,939.83 43,738.45 50,700.59 59,351.49
Angkutan
b. Komunikasi 12,014.62 14,492.05 16,748.22 20,223.29 25.207.53
1. Pos & Telekomunikasi 12,014.62 14,492.05 16,748.22 20,223.29 25.207.53
2. Jasa Penunjang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Komunikasi
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & 95,095.82 109,170.20 124,109.23 137,222.82 172,520.84
JS PERU
a. Bank 46,514.09 55,510.32 64,697.00 69,473.00 94,096.00
b. Lemb. Keuangan tanpa 5,204.16 5,787.90 6,586.98 7,477.65 8,778.37
Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rasio Murid
No Tingkat Pendidikan Sekolah Guru Murid
terhadap Guru
1 2 3 4 5 6
1 Taman Kanak-Kanak (TK) 104 377 3.374 9
2008 2 2 14 392 2 34 27 2
2009 2 2 14 392 2 34 58 2
2010 3 2 14 392 4 34 61 2
2011 3 2 14 395 4 31 66 3
Tabel 3.11. Banyaknya Perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
menurut Kecamatan Tahun 2011
Perusahaan
Jumlah
Kecamatan
Total
Besar Menengah Kecil
(1) (2) (3) (4) (5)
Mandai
4 14 63 81
Moncongloe 0 3 7 10
Maros Baru 2 5 22 29
Marusu 6 12 36 54
Lau 0 3 27 30
Bontoa 0 4 14 18
Bantimurung 0 1 10 11
Simbang 1 2 11 14
Tanralili 0 3 14 17
Tompobulu 0 2 4 6
Camba 0 0 6 6
Cenrana 1 0 6 7
Mallawa 0 0 4 4
Moncongloe 26 1 2 - -
Maros Baru 43 5 0 - -
Marusu 34 0 4 - -
Turikale 46 8 2 - -
Lau 49 3 - - -
Bontoa 40 - - - -
Bantimurung 53 2 - - -
Simbang 47 1 - - -
Tanralili 46 6 4 - -
Tompobulu 47 2 1 - -
Camba 37 7 - - -
Cenrana 38 1 1 - -
Mallawa 36 4 - - -
Tabel 3.13. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Penggunanya
di Kabupaten Maros Tahun 2006-2011
Umum 50 50 50 50 50 50
Besar 2 2 2 2 2 3
Industri 20 25 28 49 53 53
Kecil 9 12 14 33 37 37
Besar 11 13 14 16 16 16
Khusus 4 5 5 5 5 5
Pelabuhan 4 5 5 5 5 5
Lainnya - - - - - -
Jumlah 6,885 7,477 8,441 9,375 9,803 10,424
Sumber : Maros dalam angka 2012
4.1.Umum
Kabupaten Maros yang berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) yang
juga berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendaliaan (Regulator). Didalam
melaksanakan tugasnya Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dipimpin
oleh Kepala Badan sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Kebersihan yang
dibantu oleh Kepala Sub Bidang dan staf bidang kebersihan.
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat;
c. Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan;
d. Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengendalian Lingkungan;
e. Bidang Kebersihan;
f. Bidang Pertamanan dan Pemakaman;
g. Unit Pelaksana Teknis;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
URAIAN TUGAS
1. Kepala Badan
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dipimpin oleh Kepala Badan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan berdasarkan asas desentralisasi
dan tugas pembantuan.
Uraian tugas Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan sebagai berikut:
a. Merumuskan program kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan yang berkaitan penyelenggaraan program
kegiatan badan.
c. Membina bawahan dalam hal pelaksanaan tugas sesuai peraturan dan prosedur
yang berlaku.
d. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
2. Sekretariat
Sekretaris yang mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan kegiatan, memberikan
pelayanan teknis dan administrasi urusan umum dan kepegawaian, keuangan serta
penyusunan program dalam lingkungan badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi:
a. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan.
b. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian dan umum.
c. Pengelolaan administrasi keuangan.
d. Pengkoordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan penyajian data.
e. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Uraian tugas Sekretaris sebagai berikut:
a. Merencanakan operasional kegiatan sekretariat sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas ke bawahan berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan
yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku agar terhindar dari kesalahan.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengadakan koordinasi kepada seluruh bidang sesuai peraturan yang berlaku agar
pekerjaan berjalan lancar.
f. Melaksanakan koordinasi perencanaan dan perumusan kebijakan tehnis setiap
kegiatan sesuai peraturan yang berlaku agar pekerjaan berjalan lancar.
g. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bagian.
h. Mengkoordinasikan pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada setiap bidang agar sesuai
dengan pelaksanaan kinerja masing-masing bidang.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengolahan dan penyajian data dan
informasi sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
j. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelayanan administrasi kepegawaian dan
umum untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal.
Sub Bagian Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok
mengumpulkan bahan dan mengelola penyusunan program, penyajian data dan
penyusunan laporan kinerja.
Uraian tugas kepala sub bagian program sebagai berikut:
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
g. Menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) kegiatan badan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
k. Menghimpun dan menyajikan data dan informasi program dan kegiatan badan
untuk lebih transparan dalam pengelolaan data dan informasi.
p. Melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
h. Menyiapkan bahan administrasi surat tugas dan perjalanan dinas pegawai untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.
k. Menyiapkan bahan usulan pemberian tanda penghargaan dan tanda jasa Pegawai
Negeri Sipil sebagai bahan kelengkapan usulan.
r. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
s. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian kepegawaian dan umum dan
memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
t. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
q. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian keuangan dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
r. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
Kabupaten bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL dan
UKL/UPL dalam wilayah Kabupaten.
l. Menyiapkan bahan rumusan penetapan kelas air dan pengendalian pencemaran
pada sumber air skala Kabupaten.
m. Menyiapkan bahan rumusan penetapan baku mutu air lebih ketat dan/atau
penambahan parameter dari kriteria mutu air skala Kabupaten.
n. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
o. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian Penataan lingkungan dan
memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
p. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
s. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
u. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
Uraian tugas Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengendalian Lingkungan
sebagai berikut:
h. Melakukan pembinaan teknis dan penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau
kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup, sesuai
dengan standar, norma, dan prosedur yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
i. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penilaian AMDAL Kabupaten.
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
dalam wilayah Kabupaten dalam rangka uji petik.
k. Melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian
rekomendasi UKL/UPL yang dilakukan di wilayah Kabupaten.
l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian analisis dampak lingkungan
dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
g. Melakukan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis dan menyusun buku baku
mutu lingkungan dan status lingkungan.
h. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka baku mutu lingkungan
dan status lingkungan.
i. Melakukan penanggulangan pencemaran dan /atau kerusakan lahan dan / atau
tanah untuk produksi biomassa skala Kabupaten.
j. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian baku mutu lingkungan dan
status lingkungan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai
bahan perumusan kebijakan.
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bidang.
f. Menyusun bahan kebijaksanaan teknis di bidang pengelolaan kebersihan.
g. Melakukan pembinaan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pengelolaan kebersihan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
h. Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk
meningkatkan peran serta dalam penyelenggaraan kebersihan di wilayah
Kabupaten.
i. Melakukan perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana kebersihan skala
Kabupaten.
j. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja/istansi terkait dan pemerhati
lingkungan dalam rangka penyelengaraan kebersihan.
k. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan menyiapkan data/bahan
pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya.
l. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang kebersihan dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melaksanakan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan data bahan lokasi,
tenaga pengumpul sampah dan penempatan di lokasi–lokasi pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan serta pengelolaan retribusi sampah.
h. Melaksanakan kegiatan pengangkutan sampah dan tinja serta melaksanakan
pembersihan, penyapuan sesuai rencana.
i. Menyusun program pelaksanaan pembersihan jalan lingkungan.
j. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan dan pengelolaan
persampahan.
k. Menginventarisir lokasi pewadahan sampah, baik yang diusahakan oleh
Pemerintah maupun pengusaha dan masyarakat.
l. Mengawasi pelaksanaan pembersihan sampah pada jalan-jalan umum terkhusus
penyapuan jalan dan trotoar, kompleks pertokoan, perumahan kantor
Pemerintah/swasta serta tempat-tempat umum lainnya dan mengarahkan
pengangkutan sampah, penataan TPS dan TPA.
m. Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengangkutan sampah dan tinja ke
TPA/IPLT sesuai rute yang telah ditetapkan.
n. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
o. Menyiapkan data dan bahan pelaporan secara berkala mengenai pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan kebersihan.
p. Melaksakan rute dan jadwal mengangkut sampah langganan, sampah umum dan
sampah galian.
q. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
r. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian pemeliharaan kebersihan
dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
s. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
Uraian tugas Kepala Sub Bidang Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
sebagai berikut:
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
i. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja atau unit terkait untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melaksanakan pemeliharaan, inventarisasi dan rehabilitasi taman.
h. Menyiapkan bibit tanaman (tanaman hias dan tanaman penghijauann lainnya)
yang diperlukan.
i. Melaksanakan penanaman pada lokasi-lokasi yang telah direncanakan atau
ditetapkan.
j. Melakukan penataan, penyiraman serta pemangkasan dahan rumput untuk tetap
menjaga kelestarian dan keasrian lingkungan.
k. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja atau unit terkait untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
l. Menyiapkan data dan bahan laporan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tanaman.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.
KEPALA BADAN
A. DAVIED SYAMSUDDIN, S.STP, M.Si
SUB BIDANG PENGELOLAAN PENCEMARAN SUB BIDANG PENGELOLAAN DAN SUB BIDANG
AIR, UDARA DAN TANAH SUB BIDANG BAKU MUTU LINGKUNGAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
PEMANFAATAN LIMBAH/SAMPAH
L O L O, SE. DAN STATUS LINGKUNGAN Drs. USMAN
H. ARIFUDDIN, S.Sos
Dra. YUDITH DUAPADANG
SUB BIDANG
SUB BIDANG PENGADAAN DAN
PENGELOLAAN PENCEMARAN SUB BIDANG KONSERVASI DAN SUB BIDANG PELAYANAN PEMAKAMAN
PEMELIHARAAN SARANA DAN
KEBISINGAN GANGGUAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PENATAAN MAKAM
PRASARANA
PENEGAKAN HUKUM ANDI NURAMNAH. ST. Drs. AHMAD
DARMIATI A. MUHAMMAD, S.Sos
HUSAIN HAJI SOMMENG, ST.
4.2.2 Personalia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Maros didukung oleh 98 orang Komposisi
kepegawaian BLHKP Kabupaten Maros dapat diihat pada tabel 4.1. di bawah.
Untuk mendukung pelaksasanaan tugas pokok dan fungsi di BLHKP terdapat Tenaga
Petugas Kebersihan yang bekerja di lapangan, baik yang berada di Bidang Kebersihan,
UPTD TPA dan Pemakaman, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 230 orang.
Komposisi tenaga petugas kebersihan dan pemakaman dilihat pada tabel 4.1. di bawah.
.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 65
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Mandai Hasanuddin
2 Maros Baru Baju Bodoa
3 Marusu Marumpa
4 Turikale Taroada
Adatongeng
Pettuadae
Boribellaya
Raya
Turikale
Alliritenggae
5 Lau Allepolea
Maccini Baji
6 Bantimurung Kalabirang
Sumber: BLHKP Kab. Maros
Jika dilihat dari daerah pelayanan persampahan di Kabupaten Maros saat ini maka
dapat disimpulkan tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Maros masih rendah (<
50%).
4.3.4 Pengangkutan
Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPS dan TPA dilakukan dengan
menggunakan berbagai kendaraan termasuk motor sampah, truk biasa, dump truk, dan
armroll truk dengan container terpisah. Sistem pengangkutan sampah di Kabupaten
Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPS–TPS sampah yang ada,
kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah
atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya
dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah Dump
truck sebanyak 8 (delapan) unit, Motor Tiga Roda sebanyak 18 unit dan Kontainer
Sampah Tertutup 5 unit dilengkapi dengan Arm roll sebanyak 8 (delapan) unit dengan
kondisi layak operasional.
Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki
oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros dengan
serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Diangkut dengan dump truk
a. Volume dump truk = 5 M³
b. Volume efektif = 6 M³
c. Jumlah dump truk = 8 unit
d. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit
2. Diangkut dengan Arm Roll
a. Volume container = 5 M³
b. Volume efektif = 6 M³
c. Jumlah kontainer = 25 unit
d. Jumlah Arm Roll = 8 unit
e. Ritasi Arm Roll = 2 - 3 rit/hari/unit
Gambar 4.4 Peta Jalur Pelayanan Persampahan di Kabupaten Maros Tahun 2013
4.3.5 Pewadahan
Rumah Tangga : untuk pewadahan rumah tangga
biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang
di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong
kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini
sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara
organik dan an organik bahkan dengan sampah
beracun seperti battery misalnya. Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya
tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los
di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju
TPS pasar.
Komersial : Sedangkan dari daerah komersial
untuk pewadahan biasanya menggunakan bin/bak
sampah besar atau TPS.
Industri : Sampah industri dalam hal ini adalah
sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan
karyawan. Umumnya pewadahannya
menggunakan bin/bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan
sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan
menggunakan Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan
penanganan khusus misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan
sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah
organik (basah/membusuk) dan an organik (kering/tidak membusuk). Sampah
sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan
persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.
Rumah Sakit : Sampah Rumah Sakit, Puskesmas dan Institusi Kesehatan lainnya
terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah
medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau
benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat
obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang
tertutup, sedangkan sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada
peraturan.
4.5. Pembiayaan
Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan Kabupaten
Maros adalah APBD Kabupaten Maros. Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten
Maros dua tahun berturut–turut adalah sebagai berikut :
Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten Maros tahun 2012 sebesar
Rp. 1.127.077.500.- dengan rincian terdiri dari :
1. Biaya Operasional & Pemeliharaan Sarana & Prasarana : Rp 448.827.500,-
2. Biaya Operasional Pemeliharaan Kebersihan : Rp 678.250.000,-
Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten Maros tahun 2013 sebesar
Rp. 3.881.258.000.- dengan rincian terdiri dari :
1. Biaya Operasional & Pemeliharaan Sarana & Prasarana : Rp 899.458.000,-
2. Biaya Operasional Pemeliharaan Kebersihan : Rp 2.981.800.000,-
Selain dari APBD Kabupaten Maros pengelolaan persampahan dan kebersihan di
Kabupaten Maros telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Maros nomor 17
tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Persampah/Kebersihan Kabupaten Maros
berdasarkan Peraturan Daerah sebagai berikut :
A. Bangunan Rumah Tangga Rp. 5.000.-/bulan
B. Perdagangan
1. Kios Rp. 5.000,-/bulan
2. Ruko Rp. 7.500,-/bulan
3. Pedagang Kaki Lima Rp. 3.000,-/bulan
C. Rumah Makan/Warung
1. Restoran Rp. 15.000,-/bulan
2. Rumah Makan Rp. 10.000,-/bulan
3. Warung Rp. 5.000,-/bulan
D. Hotel/Penginapan/Losmen
1. Penginapan / Losmen Rp. 20.000,-/bulan
2. Hotel Melati Rp. 30.000,-/bulan
3. Hotel Berbintang Rp. 100.000,-/bulan
E. Tempat Pelayanan Medis
1. Rumah Sakit Umum Rp. 50.000,-/bulan
2. Puskesmas Rp. 20.000,-/bulan
3. Rumah Bersalin Rp. 20.000,-/bulan
Beton
Aspal
Perkerasan sirtu
Kayu
Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan :
Jalan masuk/akses yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah
tersedia.
Jalan penghubung yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain
dalam wilayah TPA.
Jalan operasi/kerja yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik
pembongkaran sampah.
Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas biasanya jalan
penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja (operasi).
Adapun kriteria jalan masuk ke lokasi TPA adalah sebagai berikut :
Merupakan jalan 2 arah.
Kecepatan rencana kendaraan yang melintasi maksimum 30 km/jam.
Lebar perkerasan jalan minimum 8 m dan bahu jalan minimum 2 m (minimum
ROW 12 m).
Kemiringan melintang 2%.
Kemiringan memanjang +1 o/oo (datar) dan elevasi jalan diatas HHWL.
Konstruksi tidak permanent dengan tekanan gendar rencana maksimum 8 ton.
Mengingat kondisi pondasi dasar jalan masih mengalami penurunan
(settlement), disarankan memakai konstruksi paving sehingga memudahkan
dalam perbaikan badan jalan. Jalan dapat dirubah menjadi permanent apabila
daya dukung tanah sudah stabil.
B. Jalan Kerja
Jalan kerja merupakan jalan operasioanal yang berfungsi sebagai lintasan
kendaraan angkutan truk sampah untuk dapat sedekat mungkin dengan lokasi
penimbunan sampah.
Kriteria jalan kerja untuk lokasi TPA adalah sebagai berikut :
Merupakan jalan 2 arah dengan sistem cul de sac.
Lebar badan jalan 4 m dan lebar bahu jalan minimum 1 m.
Pada tempat-tempat tertentu bahu jalan diperlebar untuk dimanfaatkan
sebagai lokasi penurunan sampah (tipping area).
Kemiringan melintang 2%
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 84
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Dinding saluran bersifat kedap air sehingga tidak terjadi infiltrasi ke arah
samping.
Periode ulang hujan didesain untuk 5 tahun.
5.4.3 Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat penerimaan sampah yang
datang, pencatatan data dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya
fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar
dimana kasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan pengunaan
jembatan timbangan untuk efisiensi dan ketepatan pendapatan. Sementara TPA kecil
bahkan dapat memanfaatkan pos fasilitas tersebut sekaligus sebagai kantor TPA
sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.
5.4.4 Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di
dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk lapisan ini harus dibentuk
diseluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia ditempat,
tanah lempung setebal ±50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap
air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya
dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.
5.4.5 Lapisan Tanah Penutup
Idealnya tanah untuk penutup timbunan sampah harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Tanah penutup harian tebal = 15 cm padat dengan exposure time antara 0 – 7
hari.
2. Tanah penutup antara tebal = 30 cm padat dengan exposure time antara 7 –
365 hari.
3. Tanah penutup akhir tebal = 50 cm dengan exposure time lebih dari 365 hari.
5.4.6 Fasilitas Penanganan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan
dengan komposisi hampir sama disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya.
Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama
gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan
lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar
dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini, perlu diperhatikan kualitas
dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki
rekanan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas
B. Unit Fakultatif
Unit proses fakultatif berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan pencemaran
organik yang masih mengandung senyawa organik karbon (BOD dan COD) yang cukup
tinggi yaitu 250 – 400 mg/liter sehingga memenuhi persyaratan influent untuk diolah
pada unit proses maturasi.
Desain teknis unit proses fakultatif ini umumnya berbentuk kolam penampungan
yang menerima influent leachate dari unit proses anaerobik. Desain untuk bak ini
berupa kolam penampungan yang berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman
1–2 meter. Dari unit ini selanjutnya leachater dialirkan ke unit proses pengolahan
maturasi dengan sistem pengaliran secara gravitasi.
Metoda yang akan dipakai berdasarkan pada pembebanan areal BOD (S), yaitu
kunatitas BOD per-hari di dalam kolam per-unit luas permukaan.
S = 10 Li Q / A
Dimana :
S = Areal pembebanan BOD, kg/ha/hari
A = Luas kolam, m2
C. Unit Maturasi
Unit proses maturasi berfungsi untuk menguraikan lebih sempurna (pematangan)
sisa kandungan bahan pencemar organik yang mengandung senyawa organik karbon
(BOD dan COD) dari effluent unit proses fakultatif, sehingga memenuhi persyaratan
effluent untuk dapat di buang ke badan air penerima (BAP) yang ada sekitar lokasi
TPA.
Desain teknis unit proses maturasi ini umumnya berbentuk kolam penampungan
yang menerima influent leachate dari proses fakultatif. Desain untuk unit ini berupa
kolam penampungan berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman 1-2 meter,
dimana panjang (p), berbanding lebar (l) adalah (2/3 : 1), dengan kemiringan tanggul
pinggiran sebesar (1 : 3), tanggul dilindungi dari bahaya erosi dengan menempatkan
beton precast pada level permukaan air. Beberapa prosedur desain untuk kolam
masturasi, umumnya mempunyai kedalaman antara 1-2 meter. Waktu detensi dalam
kolam maturasi umumnya dalam rentang 10 hari. Pada dasarnya dengan waktu detensi
5-10 hari, secara normal akan dapat memisahkan BOD dari effluent kolam fakultatif
antara 60-100 mg/liter menjadi dibawah 30 mg/liter.
Dalam perencanaan unit proses ini, dasar kolam harus bersifat tidak meresapkan
(impermeable). Pembangunan kolam di daerah yang mempunyai tanah bersifat mudah
menyerap air, dasar kolam harus dilapisi dengan lapisan kedap sebagai bahan pelapis
(lining system).
terjadinya kerusakan lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umunya
diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air
tersebut.
Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan
untuk membantu kelancaran penutupan sampah terutama bila operasional dilakukan
secara sanitary landfill. Peletakan tanah harus memperhatikan kemamapuan operasi
alat berat yang ada. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut meliputi:
B. Pengaturan lahan
Semantara untuk control landfill satu sel adalah untuk menaampung sampah selama 3
hari, atau 1 minggu, atau periode operasi terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan
periode operasi adalah 3 hari, berdasarkan pertimbangan waktu penetasan telur lalat
yang rata–rata mencapai 5 hari, dengan asumsi bahwa sampah telur berumur 2 hari
saat ada di TPS sehingga belum menetas perlu ditutup tanah agar telur/larva muda
segera mati.
Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor:
Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5–3 lebar blade alat berat agar manuver
alat berat dapat lebih efisien.
Ketebalan sel sebaiknya antara 2–3 meter. Ketebalan terlalu besar akan
menurunkan stabilitas permukaan, semantara terlalu tipis menyebabkan
pemborosan tanah penutup.
Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar
dan tebal sel.
Sebagai contah bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal sel
direncanakan 2m, lebar direncanakan 3m, maka panjang sel adalah 150/(3X2)
= 25 m.
Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok–patok dan tali agar
operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.
2. Pengaturan Blok
Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan
sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas
blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah dan
pendek. Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 meter dan panjang 25 meter
maka blok opersi bulanan akan mencapai 30 X 75 m2 = 2. 250 m2.
3. Pengaturan Zona
Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka
waktu panjang misal 1–3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok
operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menengah.
Sebagai contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2 maka zona operasi
tahunan akan menjadi 12 X 2.250 = 2,7 ha.
lumpur ini. Dalam beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat
digunakan truk tinja untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat
dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.
F. Pemeliharaan Fasilitas Lainnya
Fasilitas – fasilitas lain seperti bangunan kantor/pos, garasi dan sebagainya perlu
dipelihara sebagaimana lazimnya bangunan lainnya seperti kebersihan, pengecatan,
dll.
B. Pelaporan TPA
Data-data di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang
dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan
pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi
pengembangan TPA lebih lanjut.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 100
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Keresahan Sosial
Pada penetapan lokasi tapak lokasi pengolahan akhir sampah ini diperkirakan
akan berdampak terhadap keresahan sosial, yaitu adanya pemikiran kemana
mereka akan pindah dan atau mencari nafkah serta sebagai akibat persepsi
negatif masyarakat terhadap penetapan lokasi proyek.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 101
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Kepadatan Penduduk
Mobilisasi tenaga kerja konstruksi proyek akan berdampak terhadap jumlah
dan tingkat kepadatan penduduk sebagai akibat rekrutment tenaga kerja
yang diperkirakan sebagian akan didatangkan dari luar daerah karena untuk
keahlian tertentu tidak dapat di penuhi oleh tenaga lokal.
Kesempatan Kerja dan Bekerja
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan mengakibatkan terbukanya
kesempatan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek. Penduduk
setempat dapat memperoleh mata pencaharian tambahan dengan
menyediakan tempat tinggal untuk disewakan atau dikontrakan pada
pekerja. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesempatan berusaha
adalah berupa pembukaan warung makan dan kios yang menjual keperluan
sehari-hari bagi pekerja proyek, atau menyediakan pelayanan transportasi
seperti ojek yang sangat di butuhkan di lokasi tersebut.
Pendapatan Masyarakat
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi terhadap pendapatan masyarakat
merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat terbukanya
kesempatan kerja dan berusaha. Dengan ikutnya masyarakat bekerja di
sekitar lokasi proyek sebagai tenaga kerja konstruksi dan terbuka
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek
akan mengakibatkan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.
Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial akan muncul apabila tenaga kerja setempat tidak
dilibatkan dalam tahap konstruksi pengolahan akhir sampah kota.
Persepsi Masyarakat
Dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatnya
pendapatan masyarakat di sekitar tapak proyek pada tahap konstruksi ini
akan mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 102
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 103
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 104
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 105
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
E. Pembuatan Bufferzone
1. Dampak Terhadap Fisik Kimia
a. Iklim Mikro
Kegiatan penanaman pohon peneduh dan penghijauan di dalam tapak
proyek akan berdampak terhadap kelembaban suhu udara dalam tapak
proyek.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 106
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 107
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 108
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
dihasilkan adalah metan dan CO2. Gas metan bila terakumulasi akan
mengakibatkan terjadinya ledakan, sedangkan gas CO2 akan menyebabkan
perubahan suhu lingkungan mikro.
b. Kualitas Air Permukaan
Kegitan pengoperasian pengolahan akhir sampah akan berdampak terhadap
kualitas air permukaan yang berada di sekitar tapak proyek akibat air
leachate yang dihasilkan dari timbunan sampah yang mengandung bahan –
bahan organik akan di buang ke sungai/parit. Menurunnya kualitas air
sungai ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap kesehatan
masyarakat, menurunnya keanekaragaman flora dan fauna perairan
gangguan kamtibmas dan persepsi negatif masyarakat yang berada dihilir
lokasi proyek.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Flora Perairan (Plankton)
Akibat penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh air leachate
yang di hasilkan oleh kegiatan pengolahan akhir sampah parameter utama
Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO akan
berdampak terhadap flora perairan (Plankton).
b. Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)
Dampak kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah kota terhadap
fauna perairan (bentos dan ikan) disebabkan pula oleh air leachate yang
dihasilkan oleh kegiatan pengolahan sampah dengan parameter utama
Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO
3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Hidup
a. Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pengoperasian Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan menyerap tenaga
kerja yang yang cukup banyak. Selain itu timbul kesempatan berusaha bagi
penduduk sekitar lokasi proyek yang mampu memanfaatkan peluang–
peluang berusaha yang ada. Pada tahap ini juga diperkirakan timbulnya
pemulung yang memanfaatkan kesempatan berusaha dengan adanya
pengoperasian pengolahan sampah. Kehadiran pemulung ini perlu
penanganan sendiri, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai mitra kerjasama
yang terkendali.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 109
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
b. Pendapatan Masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat
disekitar tapak proyek akibat kegiatan pengoperasian pengolahan akhir
sampah diperkirakan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.
c. Kamtibmas
Dampak negatif terhadap masyarakat sekitar apabila tidak dikelola baik
dapat menimbulkan gangguan kamtibmas di sekitar proyek.
d. Pengembangan Wilayah
Kegiatan pengoperasian Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan berdampak
terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah kabupaten, sehingga
pada akhirnya akan memacu pembangunan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Maros.
e. Kegiatan Sekitar
Kegiatan pengoperasian Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan
berdampak terhadap kegiatan sekitar. Pengoperasian Pemprosesan Akhir
Sampah (TPA) melibatkan aktivitas kendaraan pengangkut sampah pada
saat kegiatan loading dan unloading serta penggunaan genset yang sewaktu-
waktu apabila suplai listrik PLN terganggu. Dampak yang terjadi
intensitasnya rendah (< 60 dBA).
f. Kesehatan Karyawan dan Masyarakat
Kegiatan pengoperasian Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) apabila
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan bau busuk, tempat
berkumpulnya lalat sehingga akan menimbulkan penyakit hama penyakit.
Selain itu juga akan mengakibatkan berkembangnya organisme vektor
penyakit seperti lalat, tikus dan nyamuk, juga gas dan air leachate yang
dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan karyawan.
g. Estetika Lingkungan
Kegiatan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang tidak saniter akan
berdampak terhadap penurunan estetika lingkungan akibat ceceran-ceceran
sampah. Selain itu, pengoperasian yang tidak sesuai dengan kaidah sanitary
landfill (mengarah pada sistem open dumping) akan mengundang lalat
sehingga menurunkan estetika lingkungan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 110
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 111
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
air tanah leachate hasil dekomposisi sampah dan rembesan sampah akan
dibangun pengolahan leachate.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Flora Perairan
Kegiatan pengoperasian BPL akan berdampak terhadap kehidupan biota
perairan (plankton). Dengan dioperasikannya BPL, maka kemungkinan
penurunan kualitas air permukaan akibat limbah cair akan berkurang
sehingga tingkat gangguan terhadap kehidupan biota perairan akan
berkurang.
b. Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)
Seperti halnya dampak terhadap flora perairan, dampak pengoperasian BPL
terhadap fauna perairan (bentos dan ikan) juga merupakan dampak tidak
lansung akibat berkurangnya kemungkinan penurunan kualitas air
permukaan akibat limbah cair.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 112
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Proses pembusukan sampah tahap pasca operasi tetap menghasilkan gas metan
yang bila terakumulasi dalam konsentrasi tinggi dapat terjadi ledakan yang
membahayakan lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan permukaan
lahan bekas pengolahan sampah.
5.8.3 Personalia
Kualitas personil pada tingkat pimpinan menunjukkan tingkat kemampuan
manajemen dan teknik. Perbandingan jumlah personil pengelola terhadap penduduk :
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 113
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 114
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 115
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 116
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 117
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
6.1.3 Pembiayaan
Sumber pembiayaan dari APBD kabupaten Maros sudah cukup baik, tetapi perlu
ditingkatkan saat ini baru mencapai 2% dari APBD Kabupaten Maros. Target pemasukan
dari penarikan retribusi perlu ditingkatkan (saat ini baru mencapai 8,3%), minimal
harus mencapai 20% dari biaya operasi dan pemeliharaan untuk 2 tahun ke depan, dan
akhirnya/diharapkan akan mencapai mencapai 50% dari biaya operasi dan
pemeliharaan.
6.1.4 Peran Serta Masyarakat
Dari segi teknis operasional, peran serta Masyarakat
dalam pengolahan sampah di kota Kabupaten Maros
dapat dikatakan sangat rendah. Ini terlihat dari
kenyataan di lapangan yang menunjukkan masih kuatnya
kebiasaan untuk membuang sampah begitu saja dan
hasil guna yang rendah. Agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan benar,
maka beberapa hal perlu diatur dengan baik yang mencakup bentuk organisasi,
struktur, uraian tugas dan tata laksana serta kelengkapan dan kualitas personil.
A. Bentuk Kelembagaan
Lembaga induk penanggungjawab teknis operasional pengelolaan persampahan
Kabupaten Maros adalah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
Koordinasi pengelolaan kebersihan menjadi tanggung jawab Kepala Bidang Kebersihan
yang mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan teknis, pembinaan, pengawasan dan
pengembangan kegiatan perencanaan teknis pengadaan, pelaksanaan pembangunan
serta peningkatan kebersihan. Dibawah Bidang ini, terdapat Kepala Sub Bidang
Pemeliharaan Kebersihan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
pembinaan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian kegiatan penanganan,
pengumpulan dan pengangkutan sampah, Kepala Sub Bidang pengelolaan dan
Pemanfaatan Limbah/Sampah mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan
limbah/sampah, sedangkan pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana persampahan merupakan tugas Kepala Sub Bidang Pengadaan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi yang menangani masalah kebersihan secara formal adalah
Bidang Kebersihan, struktur organisasi induk yang ada adalah Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan merupakan struktur organisasi yang tidak hanya menangani
masalah kebersihan kota tetapi juga masalah Lingkungan Hidup dan Keindahan kota.
Dalam masalah struktur organisasi, Saat ini cukup sesuai menggambarkan aktivitas
utama dalam pengelolaan persampahan.
C. Uraian Tugas/Tata Laksana Kerja
Tata laksana kerja untuk Bidang Kebersihan secara terperinci sudah dibuat tapi
masih bersifat global/umum dan yang ada saat ini merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan atas instruksi lisan (tidak tertulis). Penugasan tenaga kerja lapangan
dilakukan dengan cara pentargetan setiap tenaga kerja diberikan beban tugas yang
harus dilaksanakan. Untuk masa datang perlu dilengkapi uraian tugas tersebut secara
lebih rinci dan jelas sehingga fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengkomunikasian dapat
tercakup.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 119
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
D. Personalia
Dari perbandingan antara jumlah penduduk Kabupaten Maros yakni sebanyak
322.212 jiwa, dan jumlah petugas kebersihan dan keindahan yakni Sopir sebanyak 45
orang, Buruh Pengangkut Sampah sebanyak 68 orang, Penyapu Jalan sebanyak 45
orang, Buruh bagian drainase sebanyak 30 orang, buruh bagian pasar sebanyak 20
orang, Buruh bagian peralatan/perbengkelan sebanyak 5 orang, buruh pengeloaan
TPST sebanyak 3 orang dan bagian pertamanan dan operator mesin rumput sebanyak 28
orang dari pembagian tenaga kebersihan tersebut terlihat bahwa rasionya masih cukup
tinggi (berdasarkan kriteria perencanaan 1:1.000), Sedangkan dari perbandingan antara
jumlah petugas rasionya terhadap jumlah penduduk yang dilayani masih sangat kurang.
Sementara itu, dari tingkat pendidikan PNS dan tenaga kontrak, kualitas SDM di
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan masih kurang. Ini dapat dilihat
dari komposisi kepegawaian yang menunjukkan bahwa dari 98 orang PNS dan tenaga
buruh 230 orang, 32 SMA, 31 orang lulusan perguruan tinggi (Sarjana Muda/D3 dan S1)
serta 7 orang lulusan S2.
6.2.2 Sub Sistem Teknik Operasional
A. Tingkat Pelayanan
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 121
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
2. Pengumpulan
Pasar
Pengumpulan sampah di daerah pasar dilaksanakan
oleh penghasil sampah dengan membuang ke
kontainer. Letak kontainer mudah dicapai oleh
penghasil sampah sehingga ini sangat
menguntungkan dalam pengumpulan. Pola
pengumpulan di daerah pasar yang saat ini dilayani
sudah cukup baik dan dapat dikembangkan dan dipertahankan.
Pertokoan/perkantoran/rumah makan/permukiman
Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan
individual (untuk penghasil sampah besar), semua
sampah dikumpulkan ke Tong/ Bak Sampah dan TPS
oleh penghasil sampah atau dikumpulkan pada satu
tempat tertentu dengan ditumpuk rapi. Dari hasil
pengamatan di lapangan pengumpulan dengan pola
seperti ini dinilai cukup memadai pada batas tertentu, khususnya di daerah
kumuh dan tidak teratur.
3. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan dump truck sebanyak 8 unit per hari
dengan ritasi rata-rata 1-2 rit/hari/mobil dan Arm roll sebanyak 8 unit dengan
ritasi sebanyak 1-2 rit/hari/mobil.
Dari hasil pemantauan dilapangan/di lokasi TPA sampah, umumnya untuk ritasi 2
rit tiap dump truck belum optimal, sedangkan ritasi Arm Roll 1-2 rit dinilai belum
cukup baik.
Dari hasil analisis diatas, pengangkutan sampah ke TPA disarankan perlu
optimalisasi pengangkutan sampai sore hari, sehingga ritasi dapat mencapai 3-4
rit/dump truck. Setiap truk harus dilengkapi dengan jaring plastik dan pada sisi-
sisi dump truk harus diberi triplek sehingga kapasitas dump truck lebih besar.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 122
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
4. Pemprosesan Akhir
Metode yang dipergunakan dalam pemprosesan akhir adalah masih
mempergunakan open dumping, metode ini dipakai semenjak adanya TPA. Hal-
hal yang dapat dianalisis dari proses pemprosesan akhir di TPA sampah, yaitu:
Sistem yang digunakan adalah controlled dan sanitary landfill, dimana dasar dari
TPA telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan
mencemari air tanah dan sungai yang terdekat. Ditinjau dari kapasitas TPA
sampah. Perlunya penanganan sampah dengan metode 3R, antara lain dengan
Pembuatan TPST dan Bank Sampah diperbanyak dan tersebar terutama untuk
daerah yang belum dilayani dan daerah yang rawan terhadap sampah seperti di
bataran sungai.
Peranan TPA Bontoramba sebagai tempat pemprosesan akhir Kabupaten Maros
masih tetap diperlukan, tetapi beban sampah yang dibuang ke TPA makin terus
direduksi sampai akhirnya fungsi TPA sebagai tempat pemprosesan akhir berubah
menjadi tempat komposting terintegrasi atau fungsi-fungsi lain yang lebih ramah
lingkungan. Selama masa transisi fungsi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-
langkah untuk mengoptimalisasi peranan sebelumnya. Beberapa hal dapat
dilakukan antara lain, melakukan pembenahan sistem pengangkutan menuju TPA
dan melakukan penyempurnaan pengolahan dan pengelolaan di TPA.
5. Kapasitas Kemampuan Operasional
Satuan timbulan sampah untuk permukiman Kabupaten Maros adalah 2,5
liter/orang/hari, sehingga jumlah total sampah Kabupaten Maros adalah 1.171
m³/hari. Timbulan sampah untuk Kabupaten Maros akan selalu bertambah sesuai
dengan meningkatnya jumlah penduduk, perekonomian dan perkembangan kota.
Saat ini jumlah sampah yang diangkut oleh BLHKP baik terangkut di TPS maupun
di TPA sebesar 71 m³/hari atau 33% dari total timbulan sampah, yang seharusnya
dapat dilayani >40% jika pengangkutan sampah dioptimalkan dengan ritasi lebih
dari 2-3 rit/mobil.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 123
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 124
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 125
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 126
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
pemungutan retribusi dari tahun 2010 sampai 2012 yang rata-rata hampir mencapai 70-
80%.
Selain peran dalam pembiayaan, Masyarakat di Kabupaten Maros juga berperan
serta dalam pelaksanaaan teknis operasional pengolahan persampahan. peran serta ini
diwujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan seperti keikutsertaan pada sebagian
tahap pengelolaan persampahan, seperti pengumpulan sampah di Kontainer dan bak
sampah dan menyediakan sendiri pewadahan, serta kegiatan pengolahan sampah skala
rumah tangga.
Namun demikian, kualitas peran serta Masyarakat dalam kegiatan teknis
pengolahan sampah di Kabupaten Maros masih sangat perlu ditingkatkan mengingat
masih rendahnya kesadaran Masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Indikasi
rendahnya kualitas peran serta Masyarakat ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara
lain:
1. Rendahnya kesadaran untuk melaksanakan metode 3R.
2. Masih adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan.
3. Masih tingginya kebiasaan memakai barang yang sulit terurai.
4. Upaya membangun peran serta Masyarakat pada pada pengelolaan kebersihan,
khusunya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan kebersihan
perlu ditingkatkan.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah persampahan
dengan mengacu pada Permen PU No 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan
kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R
serta sasaran yang harus dicapai, pada dasarnya merupakan tugas berat bagi semua
pihak dalam mewujudkan upaya tersebut, mengingat kondisi yang ada saat ini, baru
sekitar 1% sampah yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian, dengan
berbagai gerakan yang ada ditingkat Masyarakat baik melalui peranan tokoh
Masyarakat, LSM ataupun pemerintah kabupaten, serta telah banyak praktek–praktek
unggulan 3R yang cukup sukses dan dapat direplikasi ditempat lain, sehingga target
pengurangan sampah 20% bukan mustahil akan dapat dicapai. Keberhasilan program 3R
ini sangat tergantung pada keterlibatan Masyarakat.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 127
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan
sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan Masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.
Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak
balik, menggunakan kembali botol bekas “minuman” untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau
mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas
sedikit lebih rendah dan lain-lain. Dari pengamatan terhadap komposisi
sampah di Kabupaten Maros, maka kegiatan daur ulang (recycle) yang layak
dilakukan adalah pembuatan kompos dan daur ulang lainnya (daur ulang
plastik, besi, kuningan, dan lain-lain), pelaksanaan daur ulang saat ini sudah
dilakukan di TPST. Untuk memperkenalkan dan menyakinkan Masyarakat agar
mau melaksanakan pembuatan kompos tersebut, maka pengelola kebersihan
kota Kabupaten Maros perlu melakukan proyek perintisan/percontohan
pembuatan kompos dan menjamin pembeliaan kompos yang dihasilkan oleh
masyarakat/LPM.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 128
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
B. Pola Pelayanan
.....
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 129
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Sampah yang diangkut oleh truck sampah dibuang di TPA yang terletak di
Kecamatan Mandai Kelurahan Borong Dusun Bontoramba yang berjarak ±15 km dari Ibu
kota Kabupaten. Metoda pembuangan sampah yang dilakukan masih menggunakan
sistem open dumping. Lokasi yang digunakan untuk TPA saat ini merupakan tanah
kosong yang tidak produktif. Sedangkan daerah sekitarnya berupa areal perkebunan
dan pemukiman.
6.3.1 Kriteria Pemilihan TPA
Salah satu kendala dalam penerapan metoda perencanaan Tempat Pemprosesan
Ahkir (TPA) baik sanitary landfill maupun controled landfill adalah pemilihan lokasi
yang cocok, baik dilihat dari sudut kelangsungan pengoperasian, maupun dari sudut
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Karakteristik lahan (terutama permeabilitas)
akan menentukan karakteristik sampah yang diperbolehkan masuk ke TPA. Lahan yang
tepat tidak selalu mudah didapat. Suatu metode pemilihan yang baik perlu digunakan
agar memudahkan dan mengevaluasi calon lokasi tersebut.
Sampah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil samping dari
kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug di suatu lokasi yang sesuai.
Permasalahan yang timbul adalah bahwa sarana ini merupakan sesuatu yang dijauhi
oleh Masyarakat sehingga persyaratan teknis untuk penempatan sarana ini perlu
didampingi oleh persyaratan non–teknis. Lebih luas lagi kecocokan lokasi ini di
pengaruhi oleh kebijakan daerah yang dalam bentuk formal dinyatakan dalam rencana
tata ruang. Dalam rencana tersebut biasanya sudah dinyatakan rencana penggunaan
lahan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 130
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 131
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
2. Tidak boleh pada daerah hutan lindung/cagar alam dan daerah banjir
dengan periode ulang 25 tahun.
3. Untuk lokasi TPA yang jaraknya >25 km dari kota perlu dipertimbangkan
adanya transfer depo/TPST.
4. Kriteria penyisihan yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi
yang terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria
berikut :
d. Iklim
1. Hujan : makin kecil curah hujan makin baik.
2. Angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin
baik.
3. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik.
e. Lingkungan biologis :
1. Habitat : habitat kurang bervariasi dinilai makin baik.
2. Daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna dinilai makin
baik.
3. Produktifitas tanah : tanah tidak produktif dinilai lebih tinggi.
4. Kapasitas dan umur : dapat menampung sampah lebih banyak dan lebih
lama dinilai makin baik.
5. Ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup
dinilai lebih baik.
6. Status tanah : makin bervariasi nilai tanah, dinilai tidak baik.
7. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai semakin baik.
8. Kebisingan: Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
9. Bau : Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
10. Estetika : Semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik.
11. Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m³/ton
dinilai semakin baik.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 132
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
4. Aspek Hidrogeologi.
5. Aspek Bahaya Lingkungan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 133
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
mencapai lebih dari 45%. Pada umumnya kemiringan lokasi TPA berkisar antara
0–10%, dan pada beberapa lokasi kemiringan mencapai 10 –15%.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 134
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 135
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 136
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 137
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
15. TPA Bontoramba dalam jangka panjang dipersiapkan hanya untuk penanganan
residu olahan sampah dan sampah B3 RT, pengomposan di TPA dioperasikan
untuk mengantisipasi ketika pengomposan dalam jangka pendek ketika belum
ada operasi pengomposan di TPS Kelurahan.
16. Penanganan akhir sampah di TPA, selama mekanisme daur ulang di hulu belum
berjalan 100%, dilakukan penimbunan secara controlled landfill. Bahkan
metode ini akan tetap dipakai untuk menangani residu.
17. Pelayanan berbasis masyarakat dikembangkan di Desa-Desa yang telah
mendapat bantuan teknis peralatan pengelolaan sampah. Adapun
pengembangannya dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah perdesaan.
18. Pengolahan sampah dengan teknologi lainnya seperti diorientasikan untuk
mengembangkan model pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar.
19. Pengolahan sampah menjadi energi dilakukan ujicoba dalam jangka pendek,
dan pada jangka menengah, akan dilakukan kelayakan untuk dikembangkan
menjadi skala besar.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 138
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 139
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Namun pola ini terukur kurang efisien, terutama pada waktu angkut dari titik
pengumpulan ke TPA. Demikian terdapat kekurangan dari pola operasi individual tidak
langsung dan komunal langsung saat ini. Karena itu dengan adanya rencana
pengomposan di TPS Kelurahan dan pengolahan sampah anorganik di TPS Anorganik,
diharapkan dapat mengatasi inefisiensi ketiga pola ini dari sisi waktu operasi. Tujuan
pengumpulan yang semula menuju TPA Bontoramba kini menuju TPS Kelurahan yang
terletak relatif jauh lebih dekat. Dengan demikian, ketiga pola operasi pengumpulan
yang ada saat ini akan ditransformasi menuju peningkatan kinerja sebagai berikut.
1) Sistem Individual Langsung
Yaitu pola operasi dimana sampah dari sumber langsung dibawa ke TPS Kelurahan atau
TPS Kecamatan
Dioperasikan di daerah permukiman teratur seperti Real Estate atau kompleks,
di daerah jalan utama dan protokol.
Sampah dari sumber dikumpulkan dan langsung diangkut oleh kendaraan
pengumpul sampah ke TPS Kelurahan, berdasarkan jenisnya.
Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan
Sampah anorganik dan residu dipindahkan ke TPS Kecamatan dengan
menggunakan dump truck 6 m³.
Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :
Dua hari sekali ketika pemilahan belum dilakukan.
Setiap hari sekali untuk sampah organik.
Dua kali seminggu untuk sampah anorganik.
Perubahan pola operasi pengumpulan sistem indivudual langsung dijelaskan pada
gambar berikut :
Gambar 7.1
Pola Operasi sistem door to door eksisiting
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 140
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.2
Pola Baru Operasi Door to Door
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 141
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.3
Pola Operasi Pengumpulan Sistem Individual Tidak Langsung
Model Terpilah
Model Tercampur
Gambar 7.4
Perubahan Pola Operasi Pengumpulan
Sistem Individual Tidak Langsung
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 142
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Pool
Kendaraan
BLHKP
Gambar 7.5
Pola Operasi Sistem Komunal Langsung Eksisting
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 143
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Model Terpilah
Model Tercampur
Gambar 7.6
Perubahan Operasi Pengumpulan Sistem Komunal Langsung
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 144
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.7
Operasi Pengumpulan Sampah Pasar
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 145
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 146
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Sampah yang berada di jalan, baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia
maupun tumbuhan (tanaman penghijau) apabila tidak dikelola akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti akan terlihat merusak keindahan dan
kebersihan jalan. Sistem pelayanan kebersihan jalan sudah harus disesuaikan dengan
perkembangan sosial dan teknologi agar dapat terselenggara secara efektif dan efisien.
Opersional penyapuan jalan dengan alat pengumpul gerobak sudah tidak sesuai dengan
perkembangan sosial dan teknologi disamping kurang efektif karena lambat.
Oleh karena itu perlu dipilih alternatif sistem pengumpulan sampah dari hasil
kerja penyapuan jalan yang paling sesuai dengan mempertimbangkan volume beban
sampah hasil sapuan jalan yang memiliki karakteristik tertentu pada masing-masing
lokasi jalan. Rangkaian kegiatan pengelolaan kebersihan sampah di jalan meliputi
penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 147
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 148
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
3) Kewilayahan
Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan. Dimana lokasi unit
kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut sampah sebagai bahan
baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud agar kehadiran unit kerja
kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah pengelolaan sampah di
wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan akan kehadiran lokasi
pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan masyarakat. Dalam
aplikasinya, akan kehadiran unit pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit
pasar, unit toko, unit gedung atau instasi tertentu, unit sekolah atau kegiatan
lainnya di Kabupaten Maros.
4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta
Berdasarkan pengamatan terhadap kapasitas sumber daya manusia di lingkungan
intern Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, dalam menangani
sampah dinilai belum menunjukkan kinerja yang tinggi, maka untuk menjamin
kapasitas kerja yang tinggi, pelaksanaan pengomposan dilakukan untuk menjalin
kemitraan antara pemerintah-masyarakat dan swasta.
Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,
masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran
swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau
pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan
pengomposan.
Sistem pengomposan yang akan dikembangkan di Kabupaten Maros dalam periode
perencanaan ditetapkan sebagai berikut :
Pengomposan dilakukan di TPS Kelurahan dan di TPA dan juga di sumber
sampah lainnya dengan keberadaan lahan untuk proses pengomposan. Dengan
demikian, metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.
Pengomposan di TPS Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari
permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPA. Namun
demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup banyak, dan dapat dijangkau maka
pengomposan sampah pasar dilakukan di sini.
Satu unit TPS Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000
penduduk.
Pengomposan sampah di TPS Kelurahan difasilitasi oleh Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan namun dalam manajemen operasional,
dilakukan olah Kelurahan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 149
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 150
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Sampah anorganik bukan plastik, seperti kertas, gelas dan logam, akan dikelola
dengan mengembangkan kegiatan pengepulan atau usaha penjualan ke para
pelaku pengumpulan yang lebih besar.
Khusus plastik keras dicacah dengan mesin pencacahan, dikemas siap dijual ke
pabrik daur ulang,
Khusus plastik halus, dipress, siap dijual ke pabrik daur ulang plastik
Kebutuhan sarana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan adalah sebagai
berikut :
Bangunan 150 m²
Standar bangunan TPS Kecamatan
Mesin pencacah plastik kapasitas minimal 24 HP
Mesin pressing plastik, kapasitas 10 HP
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 151
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 152
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 154
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 156
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 157
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 158
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Namun demikian, berikut diusulkan hal-hal penting dari aspek pembiayaan dalam
pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat, yang masih harus didiskusikan
secara partisipatif bersama seluruh stakeholder.
Dalam kerangka sumber pendanaan penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Maros harus dipahami konsep-konsep sebagai berikut :
1. Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah bagian terintegrasi dari Sistem
Pengelolaan sampah kota yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten
Maros. Walaupun di dalam Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat operasi
pengelolaan sampah dilaksanakan dengan pola pemberdayaan masyarakat,
namun demikian pengaturan pembiayaan minimal untuk biaya investasi masih
menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Maros.
2. Dengan pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat maka
sesungguhnya Pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan mendelegasikan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan
sampah di wilayah tertentu kepada Kelompok Masyarakat.
3. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah di wilayah tujuan pengembangan Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat, menjadi bagian upaya reduksi sampah di
sumber, dan upaya pengolahan sampah di dalamnya memberikan peluang
pemberdayaan masyarakat, maka suatu Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
perlu bekerjasama dengan pihak ketiga terutama dalam kerangka
pengembangan pasar produk olahan.
4. Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah oleh
Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat pada dasarnya berasal dari penerimaan
atau pendapatan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat yang bersumber dari
masyarakat.
5. Pengolahan sampah yang dikelola oleh Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat,
merupakan upaya pengolahan sampah dari rumah tangga, karenanya biaya
operasional bersumber dari masyarakat yang mendapat jasa pelayanan Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
6. Alternatif sumber biaya bagi Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah
iuran warga, penjualan kompos, produksi kegiatan pemanfaatan kompos dan
atau barang lapak, serta kontribusi pihak lain yang diupayakan secara mandiri.
Model pembiayaan ditentukan dan disepakati secara musyawarah antara
masyarakat dan pihak pengelola Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 159
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 160
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 161
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 162
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 163
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 164
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 165
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 166
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
B. Penerapan Peraturan
Rancangan pengembangan jenis peraturan dan materi pengaturan tidak akan
memberikan manfaat dalam perbaikan sistem pengelolaan persampahan, apabila tidak
secara konsisten dilaksanakan. Oleh karena itu rancangan langkah-langkah penerapan
peraturan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbitkan, disosialisasikan kepada
masyarakat luas, termasuk kewajiban dalam melaksanakan pendidikan dan
peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Dokumen peraturan yang telah diterbitkan mudah diperoleh oleh masyarakat dan
harus tersedia di kantor pelayanan masyarakat terdekat yaitu di kantor
Kelurahan.
3. Setiap lembaga yang tugas dan tanggungjawabnya terkait dengan materi
pengaturan dalam peraturan yang telah diterbitkan, bertanggungjawab dalam
pelaksanaannya.
4. Polisi Pamong Praja memberikan porsi yang sama dalam penegakan aturan
pengelolaan sampah/kebersihan seperti halnya peraturan daerah lainnya yang
terkait dengan masalah ketertiban umum.
5. Penerapan hukum dengan mengedepankan pendekatan persuasif, dan tindakan
represif dilakukan sebagai tindakan akhir.
6. Frekuensi sidang tindak pidana ringan terhadap pelanggaran peraturan
ditingkatkan terutama di tempat-tempat umum.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 167
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 168
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
kebersihan sehari-hari. Ketiadaan motivasi ini juga yang menyebabkan upaya untuk
memperoleh keterampilan yang mendukung kurang diminati.
Oleh karena itu, kelihatannya ada kebutuhan akan suatu program yang integratif,
memanfaatkan tingkat terpaan media yang cukup tinggi, untuk mensuply masyarakat
dengan contoh-contoh baik dan nyata (terjadi di lingkungan yang sama dengan mereka)
agar timbul motivasi untuk meningkatkan keterampilan dan menggunakan pengetahuan
serta keterampilan mereka untuk tindakan nyata.
Program ini harus menyentuh beberapa aspek kebutuhan masyarakat, misalnya:
menyajikan keuntungan ekonomis yang masuk akal, teknik/metode yang tidak terlalu
sulit atau sederhana untuk dilakukan, dampak yang cukup relevan terhadap kebersihan
lingkungan. Program secara bertahap berkembang, mulai dari mendukung inisiatif-
inisiatif lokal yang sudah ada, menyebarluaskan „virus‟ inisiatif ke wilayah yang lebih
luas, dan pada gilirannya didukung oleh kebijakan penguasa.
Dua manfaat yang menjadi target program adalah bagi masyarakat dan bagi
aparat pemerintah. Bagi masyarakat, bisa diharapkan dalam beberapa tahun tercipta
lingkungan yang lebih sehat dan indah, sehingga bisa terjadi penurunan tingkat
penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk. Selain itu, program ini juga diharapkan
dapat lebih menyebarluaskan semangat kewiraswastaan untuk mengurangi tingkat
pengangguran. Bagi pemerintah, program ini bisa menjadi bahan share learning bagi
daerah-daerah lain, tentang bagaimana sebuah pemerintahan membangun kebijakan
yang berbasis masyarakat. Semangat kewiraswastaan yang meningkat dari masyarakat,
berarti berkurangnya beban pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Inisiatif
lokal yang didukung oleh pemerintah, bisa membantu terciptanya sistem pengelolaan
sampah/kebersihan yang jauh lebih hemat dan efektif. Sehingga beban pemerintah
untuk membuat/mencari TPA diharapkan bisa berkurang.
Secara garis besar, program kampanye ini akan terdiri dari tiga tahapan besar, yakni:
1. Best Practises Campaign
2. Share Learning
3. Advokasi kebijakan publik
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 169
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Pada tahap kedua, fase share-learning, program akan memfasilitasi para praktisi
tersebut untuk berbagi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah
dihasilkan sebelumnya (modul, buletin, dll). Sehingga, justru para praktisi tersebut
yang akan menjadi garis depan program untuk menimbulkan motivasi masyarakat untuk
bergerak. Program bisa menentukan beberapa lokasi percobaan (pilot project) bagi
para praktisi tersebut untuk berbagi ilmu dengan masyarakat/komunitas lain.
Tahapan ini pun sebaiknya tetap di back-up oleh media-media publikasi seperti buletin
maupun press release. Sehingga masyarakat akan termotivasi, dan memunculkan best
practises tahap kedua (generasi praktisi berikutnya).
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 170
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 171
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 172
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Peningkatan yang terjadi hanya disebabkan karena faktor inflasi yang diasumsikan 6%
per tahun. Mengingat kebutuhan investasi tinggi dan biaya O&M yang terus meningkat,
maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah di
Kabupaten Maros, hingga tahun 2023, selayaknya Pemerintah memilih untuk
menambah investasi dan menetapkan biaya satuan sesuai dengan biaya ideal.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 173
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 174
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 175
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Tabel 7.1. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Maros berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2013 - 2023
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 176
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Tabel 7.2. Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Maros Tahun 2013
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 177
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Motor
Drum 50 Gerobak Kontainer Dump Truck Armroll
Tahun Sampah 1 Bulldozer Backhoe/Excavator
liter 0,8 m³ 6 m³ 6 m³ Truck 6 m³
m³
2013 750 10 25 20 8 8 2 1
2014 8.500 80 81 50 15 15 2 1
2015 9.000 80 81 52 15 15 3 2
2016 9.000 85 82 52 16 16 3 2
2017 9.400 85 82 53 16 16 4 3
2018 9.400 90 83 54 17 17 4 3
2019 9.700 90 83 61 17 17 4 3
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 178
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.8. Peta Perencanaan Penyapuan Sampah Kab. Maros Tahun 2013-2018
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 179
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.9. Peta Perencanaan Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2013 - 2018
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 180
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.10. Peta Perencanaan Jalur Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2013 – 2018
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 181
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.11. Peta Perencanaan Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2018 – 2023
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 182
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
Gambar 7.12. Peta Perencanaan Jalur Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2018 – 2023
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 183