Anda di halaman 1dari 183

Penyusunan Master Plan

Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

1.1. Latar Belakang


Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena dalam
penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang
cukup besar.
Permasalahan sampah bukan lagi sekadar
masalah kebersihan dan lingkungan saja, tetapi
sudah menjadi masalah sosial yang mampu
menimbulkan konflik. Lebih parah lagi, hampir
semua kota di Indonesia, baik kota besar atau
kota kecil, tidak memiliki penanganan sampah
yang baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki
manajemen sampah yang sama, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang. Sebuah
metode manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktek
pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi
yang sudah ditentukan (open dumping).
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di
kota/kabupaten di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik
akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan
atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air
dan udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan
penanganan dan pengendalian terhadap sampah.
Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan
semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan majunya
kebudayaan. Oieh karena itu penanganan sampah di perkotaan relatif lebih dibanding
sampah di desa-desa. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah adalah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 1


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk
pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan
kota/kabupaten di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 60%
dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang
dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari.
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan
efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di
kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup
layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya
pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai
keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai
hal tersebut, maka perlu pemilihan cara clan
teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif dari masyarakat dari mana sumber sampah
berasal dan mungkin perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang
terkait. Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa
peraturan¬peraturan mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
Untuk mendukung pembangunan Kabupaten Maros yang berkelanjutan dan seiring
dengan adanya peraturan-peraturan baru mengenai Lingkungan Hidup dan
Persampahan maka perlu dicari suatu cara pengelolaan sampah secara baik dan benar
melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam bentuk pengelolaan secara
terpadu.

1.2. Maksud Tujuan Dan Sasaran


1.2.1 Maksud
Maksud dari Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan adalah
menyusun perencanaan pengelolaan persampahan mengenai aspek teknik, finansial,
kelembagaan, aturan atau hukum serta aspek peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan. Perencanaan didasarkan pada kaidah pengembangan sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan pendekatan paradigma baru yaitu minimalisasi
sampah tertimbun di TPA.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 2


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini
adalah 1). Tersusunnya program dan rencana inventasi pembiayaan pengelolaan
persampahan, 2). Tersusunnya konsep efensiasi pembiayaan, 3). Tersusunnya reduksi
sampah dari sumber sehingga tidak diperlukan lahan besar untuk TPA, 4). Dapat
menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki
nilai ekonomis, 5). Tersusunnya konsep pengelolaan persampahan yang ekonomis dan
berwawasan lingkungan, 6). Dapat membuka lapangan pekerjaan melalui berdirinya
badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat, 7). Tersusunnya
konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, 8). Tersusunnya
konsep pemberdayaan kelembagaan, peraturan daerah dan investasi serta pembiayaan
pengelolaan persampahan.

1.2.3 Sasaran
Sasaran Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini adalah
meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih, berkurangnya konflik sosial
masyarakat dalam operasional pengelolaan persampahan, terbentuknya pengolahan
sampah dengan sistem 3R di sumber sampah, terbentuknya usaha daur ulang dan
composting, dan berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA.

1.3 Pengertian
Dalam Laporan Akhir ini dipergunakan beberapa istilah yang banyak dipergunakan.
Penting dipaparkan untuk diketahui, mengingat perbedaan penafsiran akan
menimbulkan arti yang berlainan. Adapun istilah yang yang banyak dipergunakan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
2. Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota termasuk
didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga.
3. Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas
makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.
4. Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk seperti
kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 3


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5. Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan per
hari dalam satuan volume maupun berat.
6. Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,
mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/ atau
beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
membahayakan kesehatan manusia.
7. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
8. Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di sumbernya,
baik individual maupun komunal.
9. Pewadahan individual adalah cara penampungan sampah sementara di masing-
masing sumbernya.
10. Pewadahan komunal adalah cara penampungan sampah sementara secara
bersama-sama pada satu tempat.
11. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan dengan cara pengumpulan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara
atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
12. Pola pengumpulan individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir
tanpa melalui proses pemindahan.
13. Pola pengumpulan individual tidak langsung adalah cara mengumpulkan sampah
dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan
gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.
14. Pola pengumpulan komunal langsung adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan
akhir.
15. Pola pengumpulan komunal tidak langsung adalah adalah cara pengumpulan
sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir.
16. Pola penyapuan jalan adalah proses pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan
dengan menggunakan gerobak.
17. Pemindahan sampah adalah tahap memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 4


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

18. Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan
atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir.
19. Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan, dan pendaurulangan.
20. Pengomposan (composting) adalah sistem pengolahan sampah organik dengan
bantuan mikroorganisme sehingga terbentuk pupuk organik (pupuk kompos).
21. Potensi Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah yang berpotensi untuk
dikomposkan.
22. Tingkat Pengomposan adalah jumlah atau volume sampah organik yang berhasil
dikomposkan dibandingkan terhadap timbulan sampah organik potensi
pengomposan.
23. Pembakaran Sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk. Reduksi
dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah uapaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan
baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke tempat pembuangan
akhir lebih efisien.
25. Daur Ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan produk
yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali atau di
daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik yang
berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan cara
konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan pengolahan dan
atau daur ulang.
29. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir.
30. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir sampah
kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 5


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

1.4. Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan Laporan Akhir terdiri dari 7 (tujuh) Bab, yang terdiri dari :
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Metodologi Kegiatan
Bab 3 Gambaran Umum Kabupaten Maros
Bab 4 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat ini
Bab 5 Kriteria Perencanaan Dan Evaluasi Dampak TPA
Bab 6 Identifikasi Permasalahan dan Analisis
Bab 7 Perencanaan Pengelolaan Sampah Kabupaten Maros

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 6


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2.1. Umum
Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan dilaksanakan
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan metode
pendekatan kajian. Disamping hal tersebut, konsultan akan mengumpulkan dan
mengevaluasi data sekunder/informasi yang ada dari semua stakeholder/
pemangku kepentingan dan SKPD–SKPD yang terkait.
2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka konsultan harus
melakukan survei yang terdiri dari survei primer, pengambilan foto yang dapat
menggambarkan situasi di lapangan.
Survei-survei di atas didasarkan terhadap
kebutuhan-kebutuhan utama untuk keperluan
analisa kajian studi, selain itu konsultan harus
merencanakan kegiatan pelaksanaan survei di
lapangan yang meliputi lokasi survei, waktu
pelaksanaan dan metodologi yang digunakan.
3. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dilakukan untuk menyusun Rancangan Teknis Pengelolaan
Sampah Kabupaten Maros.
4. Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk laporan hasil studi di setiap tahap laporan studi.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 7


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2.2. Tahap Persiapan Dan Koordinasi Tim


2.2.1. Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
Metodologi untuk pengumpulan data adalah dengan menggunakan referensi/data
yang ada serta melakukan survey lapangan ke lokasi perencanaan dengan pengumpulan
data secara langsung. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan sebagai
berikut :
1) Studi Pustaka
Studi pustaka/literatur dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang
dibutuhkan dalam proyek.

2) Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan antara lain untuk mengevaluasi kondisi prasarana dan
sarana persampahan eksisting (baik dari pemerintah, swasta maupun swadaya
masyarakat) dan sistem pengelolaan persampahan eksisting saat ini.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam


pengidentifikasian kondisi persampahan
eksisting, antara lain identifikasi terhadap
kondisi eksisting persampahan yang meliputi:

 Lokasi/tapak wilayah yang diamati


 Jumlah timbulan sampah
 Komposisi dari timbulan sampah
 Pengumpulan dan pewadahan sampah
 Lokasi pembuangan sementara (TPS)
 Kegiatan pemilahan yang dilakukan di sumber
 Kegiatan pengolahan yang dilakukan di TPS
 Frekuensi pengumpulan dan pengangkutan sampah
 Institusi internal yang bertanggung jawab terhadap persampahan.

2.2.2 Kebutuhan Data


Data yang diperlukan untuk menunjang kegiatan ini antara lain :
 Kondisi fisik kawasan, meliputi :
o Foto dan Peta
o Lokasi dan batas wilayah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 8


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Kondisi masyarakat setempat, meliputi :


o Data kependudukan
o Kondisi sosial-ekonomi
 Kondisi persampahan eksisting, meliputi :
o Data timbulan sampah
o Data komposisi sampah
o Data sistem pewadahan sampah eksisting
o Data sistem pengumpulan sampah eksisting
o Data sistem pengangkutan sampah eksisting
o Data pelaksanaan 3R eksisting
o Data dan gambar eksisting sistem persampahan pada daerah perencanaan.
Untuk mengetahui kondisi eksisting persampahan diperlukan survey, baik survey
instansional maupun survey timbulan dan komposisi sampah.

2.3 PROSES PERENCANAAN


2.3.1 Survey dan Identifikasi Data
1) Metode Survey Pengumpulan Data
Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan
persampahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada
baik dari hasil studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RTRW, land
use, Air Bersih, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian (seperti
komposisi/karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi, penyelidikaan
tanah, dll), BPS (jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun
NSPM persampahan.
 Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey pengamatan lapangan dan
lain-lain
2) Identifikasi Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem
pengelolaan sampah adalah sebagai berikut :
a. Data Kondisi Kota
 Data fisik Kabupaten, meliputi luas wilayah
administrasi kota, luas wilayah urban,
topografi wilayah, tata guna lahan,

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 9


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

jaringan jalan, daerah komersial (pasar, pertokoan, hotel, restoran, dll),


fasilitas umum (perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial. Data
tersebut dilengkapi peta kabupaten, tata guna lahan, topografi dan lain-
lain.
 Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan
penduduk administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian,
budaya masyarakat dan lain-lain.
 Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran
sektor kebersihan, data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan) dan
lain-lain.

b. Data Rencana Pengembangan Kota


Rencana pengembangan wilayah, meliputi rencana tata guna lahan, rencana
pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan perumahan/
permukiman baru, rencana pengembangan daerah komersial, kawasan
industri, rencana pengembangan fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah
sakit, taman, dll) dan rencana pengembangan fasilitas sosial.
c. Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada
Data kondisi sistem pengelolaan persampahan, meliputi :
 Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur
organisasi, tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun
operasional, pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di
dalam dan luar negeri.
 Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan,
sumber sampah, komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi
penanganan sampah dari sumber sampai TPA, sarana/prasarana
persampahan yang ada termasuk fasilitas bengkel, kondisi pengumpulan
(frekuensi pengumpulan, ritasi, jumlah petugas dll), pengangkutan
(frekuensi, ritasi, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pengolahan (jenis
pengolahan, kapasitas atau volume, daerah pelayanan, jumlah petugas dll),

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 10


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi, fasilitas TPA, kondisi operasi,


penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga data mengenai
penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol sampah medis dll)
dan sampah industri/B3 (jenis sampah, volume, metode pembuangan dll).
Dilengkapi peta daerah pelayanan dan aliran volume sampah dari sumber
sampai TPA yang ada saat ini.
 Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya
operasi/pemeliharaan, tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi
termasuk iuran masyarakat untuk pengumpulan sampah dan mekanisme
penarikan retribusi.
 Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi,
penerapan sangsi dll.
 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan
yang telah dilakukan oleh pemerintah kota/kab.

2.3.2 Pengolahan Data / Analisa


Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan persampahan meliputi :
 Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap
aspek topografi kota dalam hal penentuan
metode pengumpulan dan pembuangan akhir
sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan
rute pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal
penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan sampah,
demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan sampah,
pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat
membayar retribusi, APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran
kebersihan dan penentuan tarif retribusi, dan lain-lain.
 Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana
pengembangan daerah pelayanan persampahan, penentuan lokasi TPA, rencana
peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain
 Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan
kemungkinan peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal
operasionalisasi struktur organisasi, peningkatan profesionalisasi SDM,
peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan
metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 11
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

dan tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai


cost recovery, peningkatan Peran Serta Masyarakat (PSM) agar secara bertahap
dapat melaksanakan minimalisasi sampah/3R, kemungkinan peningkatan peran
swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan
dengan berbagai metode seperti pendekatan sistem input/output, analisa
hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga diproyeksikan
jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk proyeksi
timbulan sampah selama masa perencanaan.

2.3.3 Perencanaan Teknis


Program peningkatan pengelolaan persampahan kedepan akan mengadopsi
paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan, pengurangan dan
pemanfaatan sampah semaksimal mungkin melalui Metode 3R sehingga diharapkan
jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak membutuhkan lahan TPA yang
terlalu luas.
Perencanaan teknis tersebut meliputi :
 Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah yang saat ini
sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat kepadatan tinggi,
daerah kumuh dan rawan sanitasi, daerah komersial/pusat kota dan lain-lain
sesuai kriteria. Pola pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan
perkiraan timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu
perencanaan tertentu (berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan daerah
pelayanan ini dilengkapi dengan peta.
 Rencana Kebutuhan Sarana/Prasarana, dengan memperkirakan timbulan
sampah dan tipikal daerah pelayanan serta pola operasional penanganan
sampah dari sumber sampai TPA terpilih. Sarana/prasarana tersebut meliputi
jumlah dan jenis pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan,
pengangkutan dan pembuangan akhir.
 Rencana Pewadahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan komunal
maupun individual (wadah individual disediakan oleh masyarakat). Desain
wadah sedemikian rupa (higienis, bertutup, tidak permanen, volume
disesuaikan dengan volume sampah yang harus diwadahi untuk periode
pengumpulan tertentu).

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 12


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan individual


langsung/tidak langsung dan komunal) untuk setiap daerah pelayanan sesuai
dengan kriteria perencanaan.
 Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door to door
truck dan pengangkutan dari TPS ke TPA), jumlah dan armada pegamgkut
sampah. Selain itu juga dilengkapi peta rute pengangkutan sampah dari hasil
time motion study.

Untuk mendukung program 3R diperlukan rencana peningkatan peran serta


masyarakat sejak awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola
penanganan sampah berbasis masyarakat melalui berbagai cara seperti pembentukan
forum-forum lingkungan, konsultasi publik, sosialisasi, pendampingan, training dan
lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten, terus menerus, terintegrasi
dengan sektor lain yang sejenis dan masyarakat diberi kepercayaan untuk mengambil
keputusan.
Selain peran serta masyarakat, peningkatan aspek kemitraan juga merupakan hal
penting yang perlu direncanakan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah
terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang
lebih profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis layak
dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta
bersifat win-win solution.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 13


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.1. Daerah Perencanaan


Kabupaten Maros adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Letak
kabupaten Maros sangat strategis, karena berdampingan dengan Kota madya Makassar
dan Kabupaten Pangkep, dan jalur transportasi dari daerah lain sebelum memasuki
Kabupaten Makassar sebagai ibu kabupaten Provinsi Sulewesi Selatan jalur melewati
Kabupaten Maros. Hal ini menyebabkan Kabupaten Maros semakin tumbuh dengan
pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang
tersinkronisasi secara regional dengan Kabupaten-Kabupaten lainnya. Kabupaten Maros
sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, mempunyai luas wilayah
sekitar 1.619,12 km². Peta administrasi kabupaten Maros dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 3.1: Peta administrasi Kabupaten Maros

Sumber : Rencana Tata Ruang Wil.Kab. Maros tahun 2012-2023


BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 14
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.2. Aspek Fisik Kabupaten


3.2.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Maros

a. Kondisi Geografi dan Batas Administrasi

Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 Km2 dan
secara administrasi pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103
desa/kelurahan. Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kabupaten Maros
berada pada koordinat 4o45‟– 5o12‟ Lintang Selatan dan 119o 25‟–119o 58‟ Bujur Timur.
Batas administrasi wilayahnya adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Makassar dan Kabupaten Gowa
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Luas wilayah Kabupaten Maros berdasarkan hasil perhitungan dengan


menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang
diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Maros yaitu kurang lebih
213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Maros 2009 luas wilayah Kabupaten
Maros tercatat 1.619,12 Km², meliputi 14 kecamatan, dimana Kecamatan Tompobulu
dan Kecamatan Mallawa merupakan 2 (dua) kecamatan terluas dengan luas masing-
masing adalah 287,66 Km² dan 235,92 Km². Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas
terkecil adalah Kecamatan Moncongloe dan Kecamatan Mandai dengan luas masing-
masing adalah 46,87 Km² dan 49,11 Km².

b. Ketersediaan Lahan

Kondisi tata guna lahan Kabupaten Maros secara umum terdiri atas:
perkampungan, tambak, tegalan, sawah, kebun campuran, semak belukar, hutan
lebat, hutan belukar, lahan terbangun dan lain-lain penggunaan lahan yang ada.
Pergesaran pemanfaatan lahan kawasan Kabupaten Maros secara umum telah
mengalami perubahan yang cukup cukup, akibat terjadinya peningkatan pembangunan
aktivitas ekonomi. Penggunaan lahan di Kabupeten Maros digambarkan dalam
Tabel 3.1

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 15


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 3.1. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Maros

No Kecamatan Jumlah (Ha) Persentase (%)


1 Kampung 3.420.481 2,12
2 Tambak 8.018.885 4,96
3 Tegalan 2.662.311 1,65
4 Sawah 35.146.802 21,76
5 Kebun Campuran 30.063.912 18,61
6 Semak, Rumput Alang-Alang 17.472.039 10,82
7 Hutan Lebat 37.185.559 23,02
8 Hutan Belukar 17.746.132 10,99
9 Lahan Terbangun 333.872 0,21
10 Hutan Sejenis 5.564.755 3,44
11 Kebun Sejenis 3.922.949 2,42
Jumlah 161.537.697 100,00

Sumber Data : BPN Kab. Maros, 2010

Gambar 3.2. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Maros

Sumber : Rencana Tata Ruang Wil. Kab. Maros tahun 2012-2023

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 16


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

c. Geologi dan Geomorfologi


Kabupaten Maros terbagi dalam 4 (empat) satuan geomorfologi, sebagai berikut:

1) Satuan Pegunungan Vulkanik: menempati bagian utara, tengah dan timur


puncak tertinggi Bulu Lekke (1.361 m dpl) menempati luas 30% dari luas
daerah kabupaten Maros, dinampakkan dengan relief topografi yang tinggi,
kemiringan terjal, tekstur topografi yang kasar dan batuan penyusunnya dari
batuan gunung api (vulkanik).

2) Satuan Perbukitan Vulkanik: Intrusi dan Sedimen : menempati daerah


perbukitan yang menyebar secara setempat-setempat sekitar 15% dari luas
kabupaten Maros, diperlihatkan dengan kenampakan topografi berbukit
dengan batuan penyusun: batuan vulkanik, batuan intrusi (batuan beku), dan
batuan sedimen.

3) Satuan Perbukitan Karst: Satuan perbukitan ini tersebar cukup luas pada
bagian tengah, timur laut daerah Kabupaten Maros yang meliputi Kecamatan
Bontoa, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tanralili,
Kecamatan Mallawa, dan Kecamatan Camba. Ciri khas pada satuan morfologi
ini adalah kenampakan topografi berbukit-bukit karst dengan tekstur sangat
kasar dengan batu gamping sebagai batuan penyusunnya.

4) Satuan Pedataran Alluvium: terletak dibagian barat yang tersebar dengan


arah utara-selatan, menempati sekitar 25% dari luas daerah kabupaten Maros.
Tercirikan dengan bentuk morfologi topografi datar, relief rendah, tekstur
halus dengan batuan dasar endapan alluvium.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 17


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 3.3. Peta Geologi Kabupaten Maros

Sumber : Rencana Tata Ruang Wil.Kab. Maros tahun 2012-2023

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 18


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Table 3.2. Pembagian Satuan Geomorfologi Kabupaten Maros

Luas
Satuan
Daerah Sebaran Daerah
Geomorfologi Batuan
No (%) Ciri Morfologi
Penyusun

Relief Topografi
Batuan
Pegunungan Utara, Tengah Tinggi Kemiringan
1 30 Gunung
Vulkanik Timur Lereng Terjal, Tekstur
Api
Topografi Kasar
Batuan
Tersebar Vulkanik
Perbukitan Perbukitan Setempat-
2 Setempat- Beku
Vulkanik,Intrusi Setempat Kemiringan
Setempat Tidak 15 (Intrusi)
dan Sedimen Lereng Sedang
Terkonsentrasi dan
Sedimen
Batu
Relief Topografi
Tengah 30 Gamping
Perbukitan Kars Membentuk
3 dan Timur Laut (Batu
Karst Tower-Tower Dengan
Kapur)
Relief Yang Kasar
Bagian Barat
Dengan Arah Topografi Datar, Relief
Pedataran Endapan
4 Penyebaran 25 Rendah, Tekstur
Alluvial Aluvial
Utara Topografi Halus
Sampai Selatan
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Maros tahun 2010

d. Jenis Tanah
Hasil penelitian terdahulu berupa Pemetaan Geologi Lapangan dalam Skala 1:
250.000 yang dilakukan oleh Rab. Sukamto dan Supriatna (1982) berupa peta Geologi
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai diperoleh bahwa sifat fisik, tekstur, atau
ukuran butir, serta genesa dan batuan penyusunnya maka jenis tanah di Kabupaten Maros
diklasifikasikan dalam 4 (empat) tipe, yaitu:
1) Alluvial Muda, merupakan endapan aluvium (endapan aluvial sungai, pantai dan
rawa) yang berumur kuarter (resen) dan menempati daerah morfologi pedataran
dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan lereng <3%. Tekstur beraneka
mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan
tingkat kesuburan yang tinggi, luas penyebarannya sekitar 14,20% (229,91 km 2) dari
luas Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan
Turikale, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Marusu,
Kecamatan Mandai, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan
Tanralili, dan Kecamatan Tompobulu.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 19


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2) Regosol, adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunungapi dan menempati daerah
perbukitn vulkanik, dengan ketinggian 110-1.540 m dengan sudut kemiringan lereng
>15%. Sifat-sifat fisiknya berwarna coklat hingga kemerahan, berukuran lempung
lanauan–pasir lempungan, plastisitas sedang, agak padu, tebal 0,1-2,0 m. Luas
penyebarannya sekitar 26,50% (429,06 km 2) dari luas kabupaten Maros meliputi
Kecamatan Cenrana, Kecamatan Camba, Kecamatan Mallawa, dan Kecamatan
Tompobulu.
3) Litosol, merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan
beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan intrusi
dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng <70%. Kenampakan sifat fisik
berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempung lanauan, hingga pasir
lempungan, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, solum dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
Luas penyebarannya sekitar 37,60% (608,79 km2) dari luas Kabupaten Maros, meliputi
Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan
Cenrana, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Tanralili dan
Kecamatan Mandai.
4) Mediteran, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batugamping yang
menempati daerah perbukitan karst, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng >
70%. Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung
pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi,
tebal 0,1-1,5 m. Luas penyebarannya sekitar 21,70% (351,35 km²) dari luas
Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan
Bantimurung, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, dan
Kecamatan Tanralili.

e. Hidrologi
Keadaan hidrologi Kabupaten Maros, berdasarkan hasil observasi lapangan
dibedakan: air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber di bawah
permukaan (air tanah). Air di bawah permukaan yang merupakan air tanah merupakan
sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sumber air permukaan di wilayah Kabupaten Maros bersumber dari beberapa sungai
yang tersebar dibeberapa kecamatan, yang pemanfaatannya untuk kebutuhan rumah
tangga dan kegiatan pertanian. Sungai yang terdapat di Kabupaten Maros yakni; Sungai
Maros, Parangpaku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunuengasue, Bontotanga dan Tanralili.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 20


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

1) Sumberdaya Air
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Maros yang telah termanfaatkan
oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber
dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dalam, air tanah
dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air
dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air
melalui pengeboran.

Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di suatu


daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya terbatas dan
kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek kesehatan. Meskipun demikian,
pengadaan air minum masih terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air
tanah dangkal, dalam (artesis), air permukaan dan mata air yang bersumber dari
pegunungan.

2) Peruntukan Air
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian (irigasi), dengan keberadaan
beberapa sungai menurut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Maros adalah Sungai
Maros, Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunungengasue, Bontotanga, dan Tanralili (BPS dan Dinas PU Pengairan
Kab. Maros). Pada kawasan perkotaan peruntukan air lebih difokuskan pada kebutuhan
air minum masyarakat perkotaan yang bersumber dari air tanah dangkal dan air tanah
dalam serta sumber air yang dikelolah oleh PDAM.

f. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang
dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60-82 %, curah hujan
tahunan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur
udara rata-rata 290 C. Kecepatan angin rata-rata 2-3 knot/jam. Daerah Kabupaten
Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim. Menurut Oldment, tipe iklim
di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2–3 bulan
berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Beberapa
desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dalam priode bulan
April–September dan musim kemarau dalam bulan Oktober–Maret.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 21


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Kondisi curah hujan tahunan di Wilayah Kabupaten Maros ditandai dengan


besarnya curah hujan yang terjadi tiap bulan di wilayah ini. Curah hujan tertinggi
tahun 2008 terjadi pada bulan Februari yaitu mencapai 803 mm dengan jumlah hari
hujan sebanyak 24 hh, sementara curah hujan tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada
bulan Januari yaitu mencapai 1226 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 29 hh. Pada
tabel 3.3 memperlihatkan adanya peningkatan jumlah curah hujan dalam kurun waktu
2 (dua) tahun terakhir.

Table 3.3. Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan
Tahun 2011 di Kabupaten Maros

Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan


Januari 864 24

Pebruari 502 20

Maret 576 27

April 395 26

Mei 206 15

Juni 9 3

Juli 1 5

Agusutus 0 1

September 0 1

Oktober 188 13

Nopember 470 20

Desember 772 28

Rata-rata Tahunan 331.9 15


Sumber : Stasiun Klimatologi Klas I (Bagian Sistem Data dan Informasi)

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 22


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 3.4 Peta Daerah Aliran Sungai Kab. Maros

Sumber : Rencana Tata Ruang Wil.Kab. Maros tahun 2012 – 2023

Gambar 3.5. Peta Hidrologi Kab. Maros

Sumber : Rencana Tata Ruang Wil.Kab. Maros tahun 2012 – 2023

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 23


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.3. Aspek Sosial Ekonomi


3.3.1. Penduduk
a. Jumlah Penduduk
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011 berjumlah
322.212 jiwa, yang tersebar di 14 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni
41.735 jiwa yang mendiami Kecamatan Turikale. Secara keseluruhan, jumlah penduduk
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-
laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Namun di
Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin Laki-laki lebih besar dari
100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut lebih besar dari
penduduk perempuan. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan
Turikale, 1.380 jiwa/km2. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km².
Secara umum kondisi kependudukan di Kabupaten Maros dapat dilihat pada penjelasan
Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Maros Dirinci


Menurut Kecamatan Tahun 2011
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Persentase (%)
(Jiwa)
1 Mandai 35,820 22,12
2 Moncongloe 17,314 10,69
3 Maros Baru 24,345 15,04
4 Marusu 25,485 15,74
5 Turikale 41,856 25,85
6 Lau 24,463 15,11
7 Bontoa 26,583 16,42
8 Bantimurung 28,181 17,41
9 Simbang 22,307 13,78
10 Tanralili 24,595 15,19
11 Tompobulu 14,214 8,78
12 Camba 12,575 7,77
13 Cenrana 13,711 8,47
14 Mallawa 10,763 6,65
Jumlah 322,212 100,00
Sumber : BPS Kab. Maros (Maros Dalam Angka, 2011)

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 24


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

b. Kepadatan Penduduk
Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Maros berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu
kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan tertinggi berada di wilayah
Kecamatan Turikale dengan kepadatan penduduk sebesar 1.110 jiwa/km², kepadatan
penduduk terendah berada di Kecamatan Tompobulu dengan jumlah sebesar 49
jiwa/km2. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran penduduk terjadi secara
tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola penyebaran penduduk di
Kabupaten Maros secara umum terakumulasi di pusat kota dan pusat-pusat
pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk, dan kepadatan dirinci menurut
kecamatan di Kabupaten Maros pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Maros


Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2011

Kepadatan
No Jumlah Luas Wilayah
Kecamatan Penduduk
Penduduk (Jiwa) (Km2)
(Jiwa/Km2)

1 2 3 4 5
1 Mandai 35,820 49,11 729
2 Moncongloe 17,314 46,87 369
3 Maros Baru 24,345 53,76 453
4 Marusu 25,485 53,73 474
5 Turikale 41,856 29,93 1,398
6 Lau 24,463 73,83 331
7 Bontoa 26,583 93,52 284
8 Bantimurung 28,181 173,70 162
9 Simbang 22,307 105,31 212
10 Tanralili 24,595 89,45 275
11 Tompobulu 14,214 287,66 49
12 Camba 12,575 145,36 87
13 Cenrana 13,711 180,97 76
14 Mallawa 10,763 235,92 46

Jumlah 322,212 1.619,12 199

Sumber : BPS Kabupaten Maros ( Maros Dalam Angka )

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 25


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.3.2. Iklim
Iklim Kabupaten Maros tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan rata–rata
331,9 mm setiap bulannya, dengan jumlah hari hujan berkisar 183 hari selama tahun 2011,
dengan rata–rata suhu udara minimum 68,7 ºC dan rata–rata suhu udara maksimum 89,3 ºC
Penyinaran matahari selama tahun 2011 rata–rata berkisar 67% secara geografis daerah ini
terdiri dari 10% (10 desa) adalah pantai, 5% (5 desa) adalah kawasan lembah, 27% (28
desa) adalah lereng/bukit dan 5% (60 desa) adalah daratan.

Table 3.6. Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata-rata


Menurut Bulan Tahun 2011 di Kabupaten Maros

Suhu Udara (°C)


Bulan
Minimum Maksimum Rata-rata
(1) (2) (3) (4)
Januari 23.9 29.8 26.0
Pebruari 23.9 30.3 26.2
Maret 24.0 30.0 26.1
April 24.5 30.5 26.7
Mei 24.7 31.6 27.5
Juni 23.3 31.2 26.6
Juli 22.4 31.2 26.1
Agusutus 22.8 32.9 27.1
September 23.6 33.3 27.8
Oktober 24.5 32.4 27.9
Nopember 24.8 31.4 27.3
Desember 24.6 29.6 26.4
Rata – Rata Tahunan 23.9 31.2 26.8
Sumber : Stasiun Klimatologi Klas I (Bagian Sistem Data dan Informasi)

3.3.3 Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke
atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka
yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus
rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 26


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Penduduk usia kerja di Kabupaten Maros pada tahun 2010 berjumlah 218.855 jiwa.
Dari seluruh penduduk usia kerja tersebut, yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah
140.270 jiwa atau lebih dari 50 persen dari penduduk usia kerja.
Dari seluruh penduduk usia kerja di Kabupaten Maros, terdapat 13.665 jiwa
penduduk yang sedang mencari kerja. Dengan demikian diperoleh tingkat pengangguran
yang merupakan rasio dari pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Maros sebesar 9,74 persen.

Tabel 3.7. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kegiatan Utama
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Maros, 2011

No Lapangan Pekerjaan Utama Laki – Laki Perempuan Jumlah Persentse

1 2 3 4 5 6

1. Pertanian 22,316 11,405 33,722 25.38

2 Industri Pengolahan 9,876 2,750 12,626 9.50

Perdagangan, Rumah Makan


3 13,879 16,892 30,771 23.16
dan Hotel

4 Jasa Kemasyarakatan 17,703 15,254 32,957 24.81

5 Lainnya 20,544 2,232 22,776 17.14


Sumber : Sakernas 2011

3.3.4 Pendapatan Regional


Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Maros pada Tahun 2011 sebesar 7.57 persen.
Selama tahun 2007-2011 perekonomian Kabupaten Maros mengalami pertumbuhan rata-
rata besar 6.21 persen per tahun. Sektor pertanian merupakan sektor yang masih dominan
peranannya dalam struktur perekonomian Kabupaten Maros Pada Tahun 2011 kontribusi
sektor Pertanian terhadap total PDRB Kabupaten Maros sebesar 35,00 persen, disusul oleh
sektor Jasa-jasa sebesar 23,59 persen dan sektor Industri Pengolahan sebesar 19,83 persen
dan sektor-sektor lainnya.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 27


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Table 3.8. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga yang berlaku
menurut Lapangan Usaha di Maros Tahun 2007-2011

Lapangan usaha/industrial
2007 2008 2009 2010 2011*
origin
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan 600,374.81 675,283.94 758,355.39 890,948,67 1,063845.62
Makanan 339,079.11 404,302.19 523,824.92
b. Tanaman Perkebunan 268,271.42 299,886.27 30,285.36 33,554.44 40,769.14
c. Peternakan 247,02.70 27,945.29 47,762.02 53,090.87 61,463.90
d. Kehutanan 37,102.59 43,046.91 1,031.41 1,209.72 1,476.20
e. Pertanian 831.30 925.94
2. PERTAMBANGAN & 269,466.80 303,476.53 340,197.49 398,791.45 427,311.45
PENGGALIAN
a. Minyak dan gas bumi 24,048.48 26,567.29 29,453.15 33,044.85 38,733.47
b. Pertambangan tanpa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
migas
c. Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 24,048.48 26,567.29 29,453.15 33,044.85 38,733.47
a. INDUSTRI MIGAS 315,595.40 366,350.97 427,698.69 519,514.66 602,726.26
1. Pengilangan Minyak 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
b. INDUSTRI TANPA MIGAS 315,595.40 366,350.97 427,698.69 519,514.66 602,726.26
1. Makanan, minuman dan 11,603.08 13,688.59 15,258.28 17,866.04 20,158.51
tembakau
2. Tekstil, barang kulit dan 996.91 1,139.66 1,247.39 1,387.37 1,564.81
alas kaki
3. Brg kayu dan hasil hutan 3,904.32 4,472.54 5,107.82 5,985.16 7,216.88
lainnya
4. Kertas dan barang 170.79 196.59 223.23 270.27 322.39
cetakan
5. Pupuk kimia dan barang 2,598.23 2,789.92 3,017.40 3,433.82 3,938.40
dari karet
6. Semen & Brg. Galian 295,541.34 343,146.65 401,810.23 489,387.98 568,221.30
bukan logam dasar besi
dan baja
7. Logam dasar besi dan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
baja
8. Alat angk. Mesin dan 349.04 415.57 472.99 532.01 595.32
peralatanya
9. Barang lainnya 421.69 501.46 561.36 652.01 708.35
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 14,575.65 16,056.93 18,045.70 20,393.72 22,723.49
a. Listrik 13,802.33 15,188.65 17.072.13 19,291.47 21,339.30
b. Gas kota 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
c. Air bersih 773.32 868.28 973.58 1,102.26 1,384.19
5. BANGUNAN 23,233.22 27,065.54 32,534.47 40,147.88 46,215.07
6. PERDAG. HOTEL & REST. 119,380.62 141,499.74 162,900.02 209,963.64 238,161.39
a. Perdagangan dan eceran 106,364.23 126,386.83 145,321.58 188,691.64 212,896.72
b. Hotel 270.82 303.17 340.05 405.73 489.80
c. Restauran 12,745,57 14,809.73 17,238.39 20,865.97 25,229.77
7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 77,551.81 89,859.28 102,403.40 118,427.05 136,905.47
a. Pengangkutan 65,101.19 75,367.23 85,655.18 98,203.76 111,697.94
1. Angkutan Rel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2. Angkutan Jalan Raya 33,067.00 37,384.37 41,869.36 47,449.14 52,288.40
3. Angkutan Laut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4. Angk. Sungai, Danau & 39.34 43.04 47.37 54.03 58.05
Penyeb.
5. Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
6. Jasa Penunjang 31,994.85 37,939.83 43,738.45 50,700.59 59,351.49
Angkutan
b. Komunikasi 12,014.62 14,492.05 16,748.22 20,223.29 25.207.53
1. Pos & Telekomunikasi 12,014.62 14,492.05 16,748.22 20,223.29 25.207.53
2. Jasa Penunjang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Komunikasi
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & 95,095.82 109,170.20 124,109.23 137,222.82 172,520.84
JS PERU
a. Bank 46,514.09 55,510.32 64,697.00 69,473.00 94,096.00
b. Lemb. Keuangan tanpa 5,204.16 5,787.90 6,586.98 7,477.65 8,778.37
Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 28


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

d. Sewa Bangunan 42,679.84 47,128.68 52,383.02 59,301,46 68.529.89


e. Jasa Perusahaan 647.73 743.30 842.23 970.71 1,116.58
8. JASA - JASA 239,127.68 334,855.46 497,106.92 628,404.01 716,904.46
a. Pemerintahan Umum 230,695.68 324,948.24 485,592.09 614,860.30 701,135.63
1. Adm. Pemerintah & 143.031.43 201,467.91 301,067.10 381,213.39 434,704.09
Pertahanan
2. Jasa Pemerintah 87,664.43 123,480.33 184,524.99 233,646.91 266,431.54
Lainnya
b. Swasta 8,431.82 9,907.22 11,514.83 13,543.71 15,768.83
1. Sosial Kemasyarakatan 3,801.44 4,355.91 5,009.29 5,873.15 7,078.45
2. Hiburan & Rekreasi 1,804.76 2,103.62 2,471.75 2,880.47 3,338,42
3. Perorangan & R. 2,825.62 3,447.69 4,033.79 4,790.09 5,351.96
Tangga

PRODUK DOMESTIK REGIONAL


1,508,497.49 1,786,709.36 2,153,006.97 2,598,067.29 3,039,190.92
BRUTO
Sumber : Maros dalam angka 2012

3.4. Sarana dan Prasarana Kabupaten


3.4.1 Sarana Pendidikan
Pembangunan bidang Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari
pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh
kegiatan tersebut. Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia
pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan
yang dicanangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan kesempatan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Peningkatan partisipasi pendidikan untuk memperoleh
bangku pendidikan tentunya harus diikuti dengan berbagai peningkatan penyediaan sarana
fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai.

Tabel 3.9. Banyaknya sekolah menurut jenjang pendidikan


di Kabupaten Maros Tahun 2011

Rasio Murid
No Tingkat Pendidikan Sekolah Guru Murid
terhadap Guru

1 2 3 4 5 6
1 Taman Kanak-Kanak (TK) 104 377 3.374 9

2 Sekolah Dasar (SD)Negeri 243 2.793 40.808 15

3 Sekolah Dasar (SD)Swasta 11 130 1.897 15


Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4 38 913 11.191 12
Negeri
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
5 22 370 2.481 7
Swasta
Sekolah Menengah Atas (SMA)
6 13 487 5.120 11
Negeri
Sekolah Menengah Atas (SMA)
7 12 241 1.481 6
Swasta

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 29


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


8 2 89 1.104 12
Negeri
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
9 13 262 1.667 6
Swasta

10 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 24 161 2.088 13

11 Madrasah Tsanawiyah(MTs) 36 396 3.820 10

12 Madrasah Aliyah (MA) 24 248 2.283 9

Sumber : Maros Dalam Angka Tahun 2012

3.4.2 Sarana Kesehatan


Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang
selalu bertambah dari tahun ke tahun, upaya yang dilakukan pemerintah antara lain
dengan meningkatkan fasilitas sarana dan prasaran kesehatan, sehingga semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah.
Pada tahun 2011 di Kabupaten Maros terdapat 3 rumah sakit, 2 rumah bersalin, 14
puskesmas, 395 posyandu, 4 balai kesehatan, 31 pustu, 66 poskesdes dan 3 Polindes Dalam
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), jumlah akseptor baru yang terjaring pada
tahun 2011 sebanyak 10.024 orang. Pada umumnya akseptor baru tersebut memilih
menggunakan alat kontrasepsi Pil dan Suntikan yakni masing-masing 3.731 dan 5.005 orang
atau kedua kontrasepsi tersebut dipilih sekitar 87,15 % dari seluruh akseptor baru.
Untuk meningkatkan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat telah
tersedia sarana kesehatan baik yang dibangun oleh pemerintah atau swadaya masyarakat
antara lain Puskesmas, Puskesmas Keliling (pelayanan kesehatan mobile), Polindes,
Posyandu, Praktek dokter, dan sarana kesehatan lainnya.

Tabel 3.10. Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Maros 2007 - 2011


Ruma
Rumah Puskes Klinik/Balai
Tahun h Posyandu Pustu Poskesdes Polindes
Bersalin mas Kesehatan
Sakit
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2007 2 1 14 389 0 35 1 12

2008 2 2 14 392 2 34 27 2

2009 2 2 14 392 2 34 58 2

2010 3 2 14 392 4 34 61 2

2011 3 2 14 395 4 31 66 3

Sumber : Maros Dalam Angka Tahun 2012

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 30


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.4.3 Perdagangan dan Jasa


Sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi yang banyak diminati oleh semua
kalangan masyarakat dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal.
Pada Tahun 2011, tercatat sebanyak 500 perusahaan dagang yang memiliki surat izin usaha
perdagangan yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Maros. Menurut bentuk badan
hukum, terdapat 40 perusahaan yang berbentuk PT, 186 berbentuk CV, 24 Koperasi, 264
Perseorangan dan 0 perusahaan dagang berbentuk badan hukum lainnya

Tabel 3.11. Banyaknya Perusahaan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
menurut Kecamatan Tahun 2011

Perusahaan
Jumlah
Kecamatan
Total
Besar Menengah Kecil
(1) (2) (3) (4) (5)

Mandai
4 14 63 81

Moncongloe 0 3 7 10

Maros Baru 2 5 22 29

Marusu 6 12 36 54

Turikale 16 31 166 213

Lau 0 3 27 30

Bontoa 0 4 14 18

Bantimurung 0 1 10 11

Simbang 1 2 11 14

Tanralili 0 3 14 17

Tompobulu 0 2 4 6

Camba 0 0 6 6

Cenrana 1 0 6 7

Mallawa 0 0 4 4

Jumlah Total 30 80 390 500


Sumber : Maros Dalam Angka Tahun 2012

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 31


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.4.4 Sarana Peribadatan


Perkembangan pembangunan di bidang spritual dapat dilihat dari besarnya sarana
peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam yang berupa masjid,
langgar/mushola pada tahun 2011 masing-masing berjumlah 597 dan 47. Tempat
peribadatan untuk umat Kristiani dan Katolik sebanyak 18 yang terdapat di 7 kecamatan.

Tabel 3.12. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya


di Kabupaten Maros tahun 2011

Kecamatan Mesjid Musholla Gereja Pura Vihara


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Mandai 55 7 4 - -

Moncongloe 26 1 2 - -

Maros Baru 43 5 0 - -

Marusu 34 0 4 - -

Turikale 46 8 2 - -

Lau 49 3 - - -

Bontoa 40 - - - -

Bantimurung 53 2 - - -

Simbang 47 1 - - -

Tanralili 46 6 4 - -

Tompobulu 47 2 1 - -

Camba 37 7 - - -

Cenrana 38 1 1 - -

Mallawa 36 4 - - -

Jumlah Total 597 47 18 - -


Sumber : Maros dalam angka 2012

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 32


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.4.5 Prasarana Air Minum


Sebanyak 2.145.007 meter kubik air minum yang disalurkan oleh PDAM Kabupaten Maros
selama tahun 2011 kepada 10.424 pelanggan yang dibedakan menjadi lima kelompok
konsumen oleh PDAM Kabupaten Maros.

Tabel 3.13. Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Air Minum Menurut Jenis Penggunanya
di Kabupaten Maros Tahun 2006-2011

Jenis 2006 2007 2008 2009 2010 2011


Konsumen
1 2 3 4 5 6 7

Sosial 149 158 169 181 181 186

Umum 50 50 50 50 50 50

Khusus 99 108 119 131 131 136

Non Niaga 6,291 6840 7734 8540 8916 9461

Rumah Tangga 6,210 6751 7636 8439 8811 9355

Instasi Perintah 81 89 98 101 105 106

Niaga 421 449 505 604 648 719

Kecil 419 447 503 602 646 716

Besar 2 2 2 2 2 3

Industri 20 25 28 49 53 53

Kecil 9 12 14 33 37 37

Besar 11 13 14 16 16 16

Khusus 4 5 5 5 5 5

Pelabuhan 4 5 5 5 5 5

Lainnya - - - - - -
Jumlah 6,885 7,477 8,441 9,375 9,803 10,424
Sumber : Maros dalam angka 2012

3.4.6 Prasarana Listrik


Jumlah daya terpasang di Kabupaten Maros sebesar 107.862.634 KW pada Tahun 2011,
dengan jumlah pelanggan sebanyak 51.672 rumah tangga yang memiliki meteran listrik.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 33


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3.4.7 Prasarana Jalan


Panjang Jalan di Kabupaten Maros pada Tahun 2011 terdiri dari Jalan Negara 87,96 km,
Jalan Provinsi 115,30 km dan Jalan Kabupaten/Kota 1.393 km.

Tabel 3.14. Pembagian Jalan menurut pemerintah Kabupaten Maros


Tahun 2008-2011
Jenis Jalan 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
Jalan Negara 87,960.00 87,960.00 87,960.00 87,960.00
Jalan Provinsi 75,531.00 75,531.00 75,531.00 75,531.00
Jalan Kabupaten 1,357.45 1,392.06 1,393.06 1,393.06
Jumlah Total 164,848.45 164,883.06 164,884.06 164,884.06
Sumber : UPTD Praswil Kab. Maros/Pangkep

3.4.8 Sarana Transportasi


Di Kabupaten Maros, jumlah sarana dan prasarana transportasi darat menjadi faktor
dominan dalam menunjang mobilitas penduduk dan gerak roda perekonomian. Dengan
demikian peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya
menjadi faktor penentu bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan penduduk.

Tabel 3.15. Jumlah Penumpang Penerbangan Dalam dan Luar Negeri


di Kabupaten Maros Tahun 2008-2011

Bulan 2008 2009 2010 2011


(1) (2) (3) (4) (5)
Januari 407,388 401,859 463,083 602,049
Februari 346,035 376,140 423,889 531,451
Maret 389,519 408,566 517,942 597,503
April 361,579 368,767 515,097 573,684
Mei 394,384 415,997 539,249 601,372
Juni 394,456 421,948 531,289 614,197
Juli 418,373 456,088 619,450 679,527
Agustus 421,485 436,231 517,949 532,211
September 312,602 413,065 587,982 672,637
Oktober 410,927 490,163 612,070 688,325
Nopember 418,411 460,862 587,426 668,107
Desember 431,030 510,603 622,516 694,345
Jumlah Total 4,706,189 5,161,289 6,546,942 7,455,408
Sumber: PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Sultan Hasanuddin

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 34


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.1.Umum

Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan

suatu Kabupaten adalah pengelolaan


persampahan di Kabupaten tersebut.
Pengelolaan persampahan yang tidak
terprogram akan menyebabkan
penanganan sampah yang tidak tuntas,
sehingga ada sampah yang tidak terangkut yang menyebabkan
kebersihan dan keindahan Kabupaten tidak tercapai.
Dalam proses pengumpulan sampah di Kabupaten Maros, sampah dari rumah tangga
dikumpulkan baik yang gerobak dan menggunakan motor sampah maupun yang langsung
masuk truk sampah. Sampah yang dikumpulkan melalui motor–motor sampah kemudian
dibawa ke suatu tempat pengumpulan atau peralihan yang disebut Tempat Penampungan
Sampah Sementara (TPS) berupa kontainer sampah dan ke Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST). Di TPST dilakukan pemindahan, dan pemisahan. Sampah yang masih dapat
dioleh dipindahkan kedalam TPST tetapi sampah yang
tidak dapat diolah lagi dipindahkan ke dalam kontainer
untuk dibawa ke Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
(TPA) dengan menggunakan Truck Arm Roll Umumnya
jumlah truk dan biaya tidak mencukupi kebutuhan untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua
wilayah disetiap Pemerintah Kabupaten. Hingga saat ini
Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Bonto Ramba
dioperasikan masih dengan metode Open Dumping .
Pengelolaan persampahan Kabupaten Maros di bawah
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan yang
merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Bupati

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 35


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Kabupaten Maros yang berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) yang
juga berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendaliaan (Regulator). Didalam
melaksanakan tugasnya Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dipimpin
oleh Kepala Badan sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Kebersihan yang
dibantu oleh Kepala Sub Bidang dan staf bidang kebersihan.

4.2. Aspek Organisasi Dan Manajemen


4.2.1 Bentuk Institusi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Maros No.12 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Lingkup Pemerintah Kabupaten Maros,
Instansi yang berwenang dalam pengelolaan kebersihan/persampahan adalah Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP). Struktur organisasi BLHKP terdiri
dari Kepala Badan dengan dibantu oleh satu orang Sekretaris, empat Kepala Bidang, dan
dua Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT). Selengkapnya, struktur Organisasi Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:
Badan Lingkungan Hidup, kebersihan dan pertamanan terdiri dari :

a. Kepala Badan;
b. Sekretariat;
c. Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan;
d. Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengendalian Lingkungan;
e. Bidang Kebersihan;
f. Bidang Pertamanan dan Pemakaman;
g. Unit Pelaksana Teknis;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.

1. Sekretariat terdiri dari :


a. Sub Bagian Program;
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum;
c. Sub Bagian Keuangan.
2. Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan terdiri dari :
b. Sub. Bidang Penataan Lingkungan;
b. Sub. Bidang pengelolaan Pencemaran air, Udara dan Tanah;
c. Sub. Bidang Pengelolaan Pencemaran Kebisingan gangguan dan Penegakan Hukum.

3. Bidang pelestarian lingkungan hidup dan pengendalian lingkungan terdiri dari :

a. Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan;

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 36


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

b. Sub Bidang Baku Mutu Lingkungan dan Status Lingkungan;


c. Sub Bidang Konservasi dan Keanekaragaman Hayati.

4. Bidang Kebersihan terdiri dari :

a. Sub. Bidang Pemeliharaan Kebersihan;


b. Sub. Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan limbah/sampah;
c. Sub.Bidang Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.

URAIAN TUGAS

1. Kepala Badan

Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dipimpin oleh Kepala Badan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan berdasarkan asas desentralisasi
dan tugas pembantuan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan


dan Pertamanan Daerah mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan di bidang lingkungan hidup,
kebersihan dan pertamanan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Uraian tugas Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan sebagai berikut:
a. Merumuskan program kerja Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan
berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan urusan yang berkaitan penyelenggaraan program
kegiatan badan.
c. Membina bawahan dalam hal pelaksanaan tugas sesuai peraturan dan prosedur
yang berlaku.
d. Mengarahkan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 37


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

e. Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknis badan dan koordinasi penyusunan


rencana starategis serta koordinasi penyusunan laporan kinerja instansi
Pemerintah.
f. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup kebersihan dan pertamanan.
g. Menyelenggarakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta kebersihan, pertamanan dan pemakaman.
h. Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan
dan kebersihan.
i. Menyelenggarakan penataan dan penataan hukum lingkungan hidup, baik secara
administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup, dengan mengembangkan skema insentif-disinsentif dan
pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dampak lingkungan.
j. Menyelenggarakan pelayanan Bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan dengan mengacu pada standar pelayanan minimal bidang lingkungan
hidup, kebersihan dan pertamanan.
k. Memfasilitasi peningkatan kapasitas kelembagaan melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan.
l. Memberikan rekomendasi dan melakukan penilaian kelayakan lingkungan terhadap
usaha/kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
m.Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional di bidang lingkungan hidup,
kebersihan dan pertamanan.
n. Menyelenggarakan pembinaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga
non Pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan
pertamanan.
o. Menyelenggarakan pengaturan, pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan
urusan bidang lingkungan hidup, kebersihan, pertamanan dan pemakaman.
p. Merumuskan sasaran pembangunan di bidang lingkungan hidup kebersihan,
pertamanan dan pemakaman.
q. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas –
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
r. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbangan kepada
atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
s. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 38


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2. Sekretariat
Sekretaris yang mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan kegiatan, memberikan
pelayanan teknis dan administrasi urusan umum dan kepegawaian, keuangan serta
penyusunan program dalam lingkungan badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi:
a. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan.
b. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian dan umum.
c. Pengelolaan administrasi keuangan.
d. Pengkoordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan penyajian data.
e. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Uraian tugas Sekretaris sebagai berikut:
a. Merencanakan operasional kegiatan sekretariat sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas ke bawahan berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan
yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku agar terhindar dari kesalahan.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengadakan koordinasi kepada seluruh bidang sesuai peraturan yang berlaku agar
pekerjaan berjalan lancar.
f. Melaksanakan koordinasi perencanaan dan perumusan kebijakan tehnis setiap
kegiatan sesuai peraturan yang berlaku agar pekerjaan berjalan lancar.
g. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bagian.
h. Mengkoordinasikan pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada setiap bidang agar sesuai
dengan pelaksanaan kinerja masing-masing bidang.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengolahan dan penyajian data dan
informasi sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
j. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelayanan administrasi kepegawaian dan
umum untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 39


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

k. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelayanan administrasi program untuk


menghasilkan pelayanan yang maksimal.
l. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan organisasi dan
tatalaksana dalam lingkungan badan sehingga pembinaan dan ketatalaksanaan
dapat berjalan dengan lancar.
m. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
n. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sekretaris dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
o. Melaksanakan kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan baik lisan maupun
tertulis sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

3. Sub Bagian Program

Sub Bagian Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok
mengumpulkan bahan dan mengelola penyusunan program, penyajian data dan
penyusunan laporan kinerja.
Uraian tugas kepala sub bagian program sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan Sub. Bagian Program berdasarkan Renja Badan Lingkungan


Hidup, Kebersihan dan Pertamanan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

b. Membagi tugas tertentu dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada


bawahan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga pelaksanaan tugas berjalan
lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul agar pelaksanaan tugas berjalan lancar.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

g. Menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) kegiatan badan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 40


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

h. Mengumpulkan bahan dan menyusun dokumen pelaksanaan kegiatan dan anggaran


berdasarkan pedoman dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.

i. Mengkoordinasikan, menyiapkan bahan dan melakukan penyusunan perencanaan


program dan anggaran.

j. Menyiapkan bahan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)


Badan sebagai landasan laporan kinerja pegawai.

k. Menghimpun dan menyajikan data dan informasi program dan kegiatan badan
untuk lebih transparan dalam pengelolaan data dan informasi.

l. Mengelola dan melakukan pengembangan sistem penyajian data berbasis


teknologi informasi agar dapat menyajikan data yang lebih akurat dan cepat.

m. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan kegiatan tahunan untuk bahan


pertanggungjawaban Pimpinan.

n. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah


dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

o. Menyusun laporan hasil pelaksanaan Sub.Bagian Program dan memberikan saran


pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

p. Melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum


Sub Bagian Kepegawaian dan Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang
mempunyai tugas pokok mengelola administrasi kepegawaian melakukan urusan
ketatausahaan, administrasi pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang, serta
urusan rumah tangga.
Uraian tugas Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum sebagai berikut :

a. Merencanakan kegiatan Sub Bagian Kepegawaian dan Umum sebagai pedoman


dalam pelaksanaan tugas.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 41


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

g. Menghimpun daftar hadir pegawai untuk tertib administrasi.

h. Menyiapkan bahan administrasi surat tugas dan perjalanan dinas pegawai untuk
kelancaran pelaksanaan tugas.

i. Menyusun rencana formasi, informasi jabatan, dan bezetting pegawai sebagai


bahan dalam formasi pegawai.

j. Menyiapkan bahan dan mengelola administrasi kepegawaian meliputi usul


kenaikan pangkat, perpindahan, pensiun, penilaian pelaksanaan pekerjaan,
kenaikan gaji berkala, cuti, ijin, masa kerja, peralihan status dan layanan
administrasi kepegawaian lainnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas.

k. Menyiapkan bahan usulan pemberian tanda penghargaan dan tanda jasa Pegawai
Negeri Sipil sebagai bahan kelengkapan usulan.

l. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan pembinaan, peningkatan kompetensi,


disiplin dan kesejahteraan pegawai negeri sipil sebagai bahan dalam formasi
pegawai.

m. Mengembangkan penerapan sistem informasi kepegawaian berbasis teknologi


informasi sehingga dapat memperlancar akses data kepegawaian.

n. Melakukan administrasi, pengarsipan naskah dinas, pengklafikasian dan


pendistribusian surat masuk dan surat keluar menurut jenisnya sesuai ketentuan
yang berlaku agar memudahkan pencariannya kembali.

o. Menyiapkan bahan dan menyusun administrasi pengadaan pendistribusian


pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan barang sesuai dengan peraturan dan
prosedur yang berlaku agar pengelolaan asset dapat berjalan dengan baik dan
benar.

p. Mempersiapkan pelaksaanaan rapat dinas, upacara bendera, kehumasan, dan


mengelola sarana dan prasarana serta melaksanakan urusan rumah tangga badan
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 42


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

q. Menyiapkan bahan dan menyusun daftar inventarisasi barang serta menyusun


laporan barang inventaris untuk kelancaran pengelolaan asset.

r. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

s. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian kepegawaian dan umum dan
memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.

t. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

5. Sub Bagian Keuangan


Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan penatausahaan administrasi keuangan meliputi penyusunan anggaran,
penggunaan, pembukuan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
Uraian tugas Kepala Sub Bagian Keuangan sebagai berikut :

a. Merencanakan kegiatan sub bagian keuangan sebagai pedoman dalam pelaksanaan


tugas.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

g. Melakukan koordinasi penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan Dokumen


Pelaksanaan Anggaran (DPA) berdasarkan usulan setiap kegiatan di lingkup Badan.

h. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data


keuangan.

i. Melakukan pengendalian keuangan lingkup badan.

j. Melaksanakan pengendalian pengeluaran kas (cash flow).


BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 43
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

k. Menyusun dokumen terhadap penerbitan surat perintah membayar (SPM) lingkup


badan.

l. Melaksanakan pengujian dan analisa Surat perintah Membayar (SPM), Uang


Persediaan (UP) Ganti Uang Persediaan (GU), Tambahan Uang Persediaan (TU) dan
Langsung (LS) yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) lingkup badan.

m. Membuat laporan keuangan realisasi anggaran belanja menurut rekening


berdasarkan pengeluaran SPM.

n. Melaksanaan urusan pengelolaan gaji dan melaksanakan penggajian.

o. Meneliti kelengkapan surat permintaan pembayaran (SPP) yang diajukan oleh


bendahara sesuai prosedur yang berlaku untuk menghindari kesalahan.

p. Meneliti kebenaran pertanggung jawaban bendahara pengeluaran sesuai peraturan


dan prosedur agar terhindar dari kesalahan.

q. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian keuangan dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

r. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

6. Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan


Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan yang mempunyai tugas pokok
perencanaan dan pengawasan, penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penataan
lingkungan, pengelolaan pencemaran air, udara dan tanah serta pengelolaan pencemaran
kebisingan, gangguan dan penegakan hukum.
Untuk melaksanakan tugas pokok Kepala Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan
mempunyai fungsi:
a. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang pengawasan lingkungan dan
penyelesaian sengketa lingkungan.
b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan penyidikan dan evaluasi teknis di bidang
pengawasan dan penegakan hukum serta penyelesaian sengketa lingkungan hidup.
c. Pembinaan dan koordinasi pemantauan Penataan atas perjanjian di bidang
pengendalian dampak lingkungan skala Kabupaten.
d. Pembinaan dan koordinasi penyelesaian konflik dalam pemanfaatan
keanekaragaman hayati.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 44


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

e. Pembinaan dan koordinasi penerapan paksaan Pemerintahan dan/atau uang paksa


terhadap pencemaran air, udara dan tanah skala Kabupaten pada keadaan darurat
dan/atau keadaan yang tidak diduga lainnya skala Kabupaten.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Uraian tugas Kepala Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan sebagai berikut:

a. Merencanakan operasional kegiatan Penataan dan pengawasan lingkungan sebagai


pedoman dalam pelaksanaan tugas.

b. Membagi tugas–tugas kepada bawahan sesuai tugas pokok masing–masing sehingga


pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

e. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan


yang telah disusun.

f. Melaksanakan analisis dan menghimpun data dan informasi untuk penyusunan


bahan kebijakan teknis di bidang pengawasan dan penegakan hukum, pengelolaan
pencemaran air, udara dan tanah, kebisingan, gangguan air, udara dan tanah dan
penyelesaian sengketa lingkungan lainnya.

g. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan penyidikan dan evaluasi


teknis di bidang pengawasan dan penegakan hukum serta penyelesaian sengketa
lingkungan hidup.

h. Melaksanakan koordinasi penyusunan dan sosialisasi produk hukum lingkungan


hidup.

i. Mengembangkan mekanisme pengawasan dan penegakan hukum lingkungan hidup.

j. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pemantauan Penataan atas perjanjian di


bidang pengendalian dampak lingkungan skala Kabupaten.

k. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi penyelesaian konflik dalam pemanfaatan


keanekaragaman hayati.

l. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–


tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 45


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang Penataan dan pengawasan


lingkungan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan
perumusan kebijakan.

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

7. Sub Bidang Penataan lingkungan


Sub Bidang Penataan lingkungan dipimpim oleh Kepala Sub Bidang mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan kebijakan teknis di bidang penataan lingkungan.
Uraian tugas kepala Sub Bidang Penataan Lingkungan sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bagian penataan lingkungan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.
g. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis penataan
lingkungan.
h. Melakukan penilaian penataan lingkungan Analisis Mengenai Dampak Alam
Lingkungan (AMDAL) bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup, sesuai dengan standar, norma, dan prosedur
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
i. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
dalam wilayah Kabupaten dalam rangka uji petik.
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian rekomendasi penataan
lingkungan yang dilakukan di wilayah Kabupaten.
k. Melakukan pembinaan teknis terhadap penataan lingkungan, pelaksanaan
pengawasan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 46


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Kabupaten bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL dan
UKL/UPL dalam wilayah Kabupaten.
l. Menyiapkan bahan rumusan penetapan kelas air dan pengendalian pencemaran
pada sumber air skala Kabupaten.
m. Menyiapkan bahan rumusan penetapan baku mutu air lebih ketat dan/atau
penambahan parameter dari kriteria mutu air skala Kabupaten.
n. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
o. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian Penataan lingkungan dan
memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
p. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

8. Sub Bidang Pengelolaan, Pencemaran air, udara dan tanah


Sub Bidang Pengelolaan, Pencemaran air, Udara dan Tanah dipimpin oleh Kepala
Sub. Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan teknis di
bidang pengendalian pencemaran air, udara dan tanah.
Uraian tugas Kepala Sub Bidang Pengelolaan, Pencemaran Air, Udara dan Tanah sebagai
berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bagian pengelolaan, pencemaran air, udara dan tanah
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

g. Melakukan pengawasan pelaksanaan pengelolaan pencemaran air, udara dan


tanah, limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) dan pengelolaan laboratorium
lingkungan skala Kabupaten.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 47
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

h. Mempersiapkan konsep/bahan untuk pemberian izin pengumpulan limbah B3 skala


Kabupaten kecuali minyak pelumas/oli bekas.

i. Melakukan pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran air, udara dan


tanah, limbah pada skala Kabupaten.

j. Melakukan pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat dan penanggulangan


kecelakaan pengelolaan limbah skala Kabupaten.

k. Mengevaluasi laporan pemrakarsa usaha, masyarakat dan kegiatan usaha lainnya


yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan hidup.

l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian Pengelolaan, Pencemaran


air, udara dan tanah dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai
bahan perumusan kebijakan.

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

9. Sub Bidang Pengelolaan Pencemaran Kebisingan Gangguan dan Penegakan Hukum


Sub Bidang Pengelolaan Pencemaran Kebisingan Gangguan dan Penegakan Hukum
dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan,
koordinasi, monitoring dan evaluasi pengelolaan pencemaran kebisingan gangguan dan
penegakan hukum.
Uraian tugas Kepala sub. Bidang Pengelolaan Pencemaran Kebisingan Gangguan dan
Penegakan Hukum sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan sub bagian pengelolaan pencemaran kebisingan gangguan


dan penegakan hukum sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 48


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas.

g. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penegakan


pengelolaan pencemaran kebisingan gangguan dan penegakan hukum.

h. Melakukan pemantauan, evaluasi dan penyidikan terhadap efektivitas kegiatan


pengelolaan pencemaran kebisingan gangguan dan penegakan hukum dan
penyelesaian sengketa lingkungan.

i. Melakukan mediasi dan negoisasi pengelolaan pengaduan pencemaran kebisingan


gangguan dan penegakan hukum.

j. Melakukan identifikasi dan investigasi kasus pengelolaan pencemaran kebisingan


gangguan lingkungan hidup.

k. Menyiapkan bahan rumusan untuk penyusunan produk hukum lingkungan hidup;

l. Melakukan sosialisasi dan diseminasi produk hukum lingkungan hidup.

m. Melakukan penyidikan tindak pidana di bidang lingkungan hidup.

n. Menyiapkan bahan rumusan penerapan sanksi administrasi, perdata dan pidana


lingkungan hidup.

o. Melakukan analisis, pemantauan dan evaluasi pengembangan peraturan di bidang


lingkungan hidup.

p. Melakukan inventarisasi dan pengembangan peraturan di bidang lingkungan hidup;

q. Melakukan penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah


Kabupaten atau yang dilimpahkan kewenangan oleh Pemerintah.

r. Melakukan pemantauan Penataan atas perjanjian di bidang pengendalian dampak


lingkungan skala Kabupaten.

s. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

t. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian pengelolaan pencemaran


kebisingan gangguan dan penegakan hukum dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

u. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 49


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

10. Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengendalian Lingkungan


Bidang Pelestarian lingkungan hidup dan pengendalian lingkungan dipimpin oleh
Kepala Bidang mempunyai tugas pokok perencanaan, pengawasan, penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis, di bidang pelestarian lingkungan hidup dan pengendalian lingkungan.
Untuk melaksanakan tugas pokok Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan
Pengendalian Lingkungan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan bahan rumusan kebijakan teknis di bidang pelestarian lingkungan
hidup dan pengendalian lingkungan.
b. Pembinaan dan koordinasi pengembangan standarisasi dalam pengelolaan dan
pengendalian kerusakan lingkungan hidup.
c. Penyusunan bahan rumusan kebijakan teknis pengembangan analisa dampak
lingkungan, baku mutu lingkungan dan status lingkungan hidup (AMDAL).
d. Pembinaan, pengembangan, dan penilaian kemampuan teknis penilai Amdal dan
baku mutu lingkungan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Uraian tugas Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pengendalian Lingkungan
sebagai berikut:

a. Merencanakan operasional kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan


pengendalian lingkungan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas – tugas kepada bawahan sesuai tugas pokok masing –masing
sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bidang.
f. Melaksanakan analisis dalam rangka penyusunan kebijakan teknis di bidang
analisis dampak lingkungan, baku mutu lingkungan dan status lingkungan.
g. Melaksanakan pembinaan, koordinasi dan pengawasan terhadap penerapan
standarisasi dan pengendalian lingkungan.
h. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi penerapan AMDAL, UKL/UPL, kajian
dampak lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.
i. Melaksanakan pembinaan kemampuan teknis komisi penilai AMDAL.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 50


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

j. Melaksanakan pengkajian dan evaluasi hasil AMDAL, UKL/UPL.


k. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi penetapan baku mutu lingkungan hidup
dan pengelolaan konservasi laut skala Kabupaten.
l. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi pengaturan pengendalian pencemaran
dan kerusakan wilayah pesisir dan laut skala Kabupaten.
m. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa skala Kabupaten.
n. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas –
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
o. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang pelestarian lingkungan hidup
dan pengendalian lingkungan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan
sebagai bahan perumusan kebijakan.
p. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

11. Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan


Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang
mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi
analisis dampak lingkungan.
Uraian tugas Kepala Sub Bidang Analisis Dampak Lingkungan sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bagian analisis dampak lingkungan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melakukan penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis analisis dampak
lingkungan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 51


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

h. Melakukan pembinaan teknis dan penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau
kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup, sesuai
dengan standar, norma, dan prosedur yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.
i. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penilaian AMDAL Kabupaten.
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
dalam wilayah Kabupaten dalam rangka uji petik.
k. Melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian
rekomendasi UKL/UPL yang dilakukan di wilayah Kabupaten.
l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian analisis dampak lingkungan
dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

12. Sub Bidang Baku Mutu Lingkungan dan Status Lingkungan


Sub Bidang Baku Mutu Lingkungan dan Status Lingkungan dipimpin oleh kepala sub
bidang yang mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan, koordinasi, monitoring dan
evaluasi dibidang baku mutu lingkungan dan status lingkungan.
Uraian tugas Kepala Sub. Bidang Baku Mutu Lingkungan dan Status Lingkungan sebagai
berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bagian baku mutu lingkungan dan status lingkungan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 52


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

g. Melakukan penyiapan bahan rumusan kebijakan teknis dan menyusun buku baku
mutu lingkungan dan status lingkungan.
h. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka baku mutu lingkungan
dan status lingkungan.
i. Melakukan penanggulangan pencemaran dan /atau kerusakan lahan dan / atau
tanah untuk produksi biomassa skala Kabupaten.
j. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian baku mutu lingkungan dan
status lingkungan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai
bahan perumusan kebijakan.
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

13. Sub Bidang Konservasi dan Keanekaragaman Hayati


Sub Bidang Konservasi dan Keanekaragaman Hayati dipimpin oleh Kepala Sub Bidang
yang mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi
konservasi dan keanekaragaman hayati.
Uraian tugas Kepala Sub. Bidang Konservasi dan Keanekaragaman Hayati sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bagian konservasi dan keragaman hayati sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka konservasi dan
keanekaragaman hayat.
h. Menyiapkan bahan rumusan untuk penetapan dan pelaksanaan pengendalian
kemerosotan keanekaragaman hayati skala Kabupaten.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 53


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

i. Melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan konservasi keanekaragaman


hayati skala Kabupaten.
j. Melakukan koordinasi penyelesaian konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman
hayati.
k. Melakukan pengembangan manajemen sistem informasi dan pengelolaan database
keanekaragaman hayati skala Kabupaten.
l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian konservasi dan keragaman
hayati dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan
perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

14. Bidang Kebersihan


Bidang Kebersihan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas pokok
menyusun kebijakan teknis, pembinaan, pengawasan dan pengembangan kegiatan
perencanaan teknis pengadaan, pelaksanaan pembangunan serta peningkatan kebersihan.
Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas pokok kepala bidang kebersihan mempunyai
fungsi:
a. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan teknis
pembangunan, peningkatan sarana dan prasarana kebersihan lingkungan.
b. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan kebersihan dan persampahan berdasarkan
norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Pelaksanaan evaluasi, pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh tahapan
pelaksanaan kebersihan dan pengembangan persampahan.
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

Uraian tugas Kepala Bidang Kebersihan sebagai berikut :


a. Merencanakan operasional kegiatan bidang kebersihan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas.
b. Menyelenggarakan dan pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasaran kebersihan lingkungan di daerah.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 54


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bidang.
f. Menyusun bahan kebijaksanaan teknis di bidang pengelolaan kebersihan.
g. Melakukan pembinaan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pengelolaan kebersihan sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
h. Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk
meningkatkan peran serta dalam penyelenggaraan kebersihan di wilayah
Kabupaten.
i. Melakukan perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana kebersihan skala
Kabupaten.
j. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja/istansi terkait dan pemerhati
lingkungan dalam rangka penyelengaraan kebersihan.
k. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan menyiapkan data/bahan
pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya.
l. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang kebersihan dan memberikan
saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

15. Sub. Bidang Pemeliharaan Kebersihan


Sub. Bidang Pemeliharaan Kebersihan dipimpin oleh Kepala Sub.Bidang, mempunyai
tugas pokok merencanakan, melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan
pengendalian kegiatan penanganan pengumpulan pengangkutan sampah.
Uraian tugas kepala Sub. Bidang Pemeliharaan Kebersihan sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bidang pemeliharaan kebersihan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 55


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melaksanakan perencanaan kegiatan meliputi pengumpulan data bahan lokasi,
tenaga pengumpul sampah dan penempatan di lokasi–lokasi pengumpulan,
pengangkutan, pembuangan serta pengelolaan retribusi sampah.
h. Melaksanakan kegiatan pengangkutan sampah dan tinja serta melaksanakan
pembersihan, penyapuan sesuai rencana.
i. Menyusun program pelaksanaan pembersihan jalan lingkungan.
j. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan dan pengelolaan
persampahan.
k. Menginventarisir lokasi pewadahan sampah, baik yang diusahakan oleh
Pemerintah maupun pengusaha dan masyarakat.
l. Mengawasi pelaksanaan pembersihan sampah pada jalan-jalan umum terkhusus
penyapuan jalan dan trotoar, kompleks pertokoan, perumahan kantor
Pemerintah/swasta serta tempat-tempat umum lainnya dan mengarahkan
pengangkutan sampah, penataan TPS dan TPA.
m. Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengangkutan sampah dan tinja ke
TPA/IPLT sesuai rute yang telah ditetapkan.
n. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
o. Menyiapkan data dan bahan pelaporan secara berkala mengenai pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan kebersihan.
p. Melaksakan rute dan jadwal mengangkut sampah langganan, sampah umum dan
sampah galian.
q. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
r. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian pemeliharaan kebersihan
dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
s. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 56


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

16. Sub.Bidang Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah/Sampah

Sub.Bidang pengelolaan dan pemanfaatan limbah/sampah dipimpin oleh Kepala


Sub.Bidang, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan limbah/sampah.

Uraian tugas kepala sub.bidang pengelolaan dan pemanfaatan limbah/sampah sebagai


berikut:

a. Merencanakan perumusan petunjuk teknis tempat–tempat pembuangan sementara


dan tempat pemprosesan akhir sampah dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan
limbah/sampah.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.

g. Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk peningkatan


peran serta dalam penyelengaraan pemanfaatan dan pengelolaan limbah/sampah.

h. Melaksanakan kerjasama dengan instansi atau unit kerja terkait untuk


penanggulangan limbah rumah tangga dan limbah industri dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya maupun mamfaat limbah/sampah.

i. Memantau pelaksanakan daur ulang, pengkomposan sampah/limbah yang


dimanfaatkan untuk pupuk dan produksi lainnya.

j. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–tugas yang telah


dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bidang pengelolaan dan


pemamfaatan limbah/sampah dan memberikan saran pertimbangan kepada
atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 57


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

17. Sub. Bidang Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


Sub. Bidang Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dipimpin oleh Kepala
Sub. Bidang yang mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pengadaan, perawatan dan
operasional sarana dan prasarana kebersihan lingkungan.

Uraian tugas Kepala Sub Bidang Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
sebagai berikut:

a. Merencanakan perumusan petunjuk teknis pengadaan operasinalisasi sarana dan


prasarana kebersihan lingkungan.

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang


timbul untuk mencapai profesionalisme.

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.

g. Menginventarisir, menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan,


laboratorium dan sarana pemakaman.

h. Melaksanakan pengadaan bahan/mesin dan alat perlengkapan atau sarana


penunjang seperti: sparepart, pakaian kerja, protector dan bahan dan alat
laboratorium.

i. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja atau unit terkait untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.

j. Menyiapkan data dan bahan laporan secara berkala mengenai pelaksanaan


kegiatan pengadaaan sarana dan prasarana.

k. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan menyiapkan data/bahan


pemecahan masalah sesuai dengan bidang tugasnya.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 58


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–tugas yang telah


dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.

m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bidang pengadaan dan


pemeliharaan sarana dan prasarana dan memberikan saran pertimbangan kepada
atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

18. Bidang Pertamanan dan Pemakaman


Bidang Pertamanan dan Pemakaman dipimpin oleh Kepala Bidang, mempunyai tugas
pokok merencanaan melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan
pengendalian pertamanan dan pemakaman.
Kepala Bidang Pertamanan dan Pemakaman mempunyai fungsi:
a. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan perencaaan teknis dan
administrasi pembangunan, peningkatan sarana dan prasarana pertamanan dan
pemakaman.
b. Perecanaan dan pendanaan wilayah yang akan dikembangkan menjadi Ruang
Terbuka Hijau (RTH).
c. Pembinaan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan peran serta
dalam penyelenggaraan pertamanan.
d. Pelaksanaan pengadaan, pemeliharaan operasinal sarana dan prasarana
pertamanan dan pemakaman.
e. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan pertamanan dan
pemakaman.
f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

Uraian tugas Kepala Bidang Pertamanan dan Pemakaman sebagai berikut :


a. Merencanakan operasional kegiatan Bidang Pertamanan dan Pemakaman sebagai
pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas–tugas kepada bawahan sesuai tugas pokok masing –masing sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan
peraturan agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 59


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

e. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan


yang telah disusun oleh Kepala Sub Bidang.
f. Melaksanakan pembangunan, pengawasan dan pemeliharaan taman, median jalan
dan pemakaman.
g. Menyusun rencana kebijakan dibidang pertamanan meliputi pengembangan Ruang
Terbuka Hijau dan penataan taman.
h. Menyusun rencana kebijakan dibidang pemakaman meliputi pengembangan
makam, penataan makam.
i. Melaksanakan pembinaan teknis peningkatan kualitas penataan taman, dan
makam.
j. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
k. Melaksanakan monitoring kegiatan Bidang Pertamanan, dan pemakaman.
l. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas –
tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi
kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang pertamanan dan Pemakaman
dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan
kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

19. Sub. Bidang Pemeliharaan Tanaman dan Penataan Tanam


Sub. Bidang Pemeliharaan Tanaman dan Penataan Tanam dipimpin oleh Kepala Sub.
Bidang, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan pembinaan dan kooridasi
serta pengawasan dan pengendalian dalam hal pemeliharaan tanaman dan penataan
taman.
Uraian Tugas Kepala Sub.Bidang Pemeliharaan Tanaman dan Penataan Taman sebagai
berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bidang pemeliharaan tanaman dan penataan tanam
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 60


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melaksanakan pemeliharaan, inventarisasi dan rehabilitasi taman.
h. Menyiapkan bibit tanaman (tanaman hias dan tanaman penghijauann lainnya)
yang diperlukan.
i. Melaksanakan penanaman pada lokasi-lokasi yang telah direncanakan atau
ditetapkan.
j. Melakukan penataan, penyiraman serta pemangkasan dahan rumput untuk tetap
menjaga kelestarian dan keasrian lingkungan.
k. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja atau unit terkait untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
l. Menyiapkan data dan bahan laporan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tanaman.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

20. Sub. Bidang Pengembangan Ruang Terbuka Hijau


Sub. Bidang Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dipimpin oleh Kepala Sub. Bidang,
mempunyai tugas pokok merencanakan melaksanakan pembinaan, koordinasi serta
pengawasan pengembangan ruang terbuka hijau.
Uraian tugas Kepala Sub.Bidang Pengembangan Ruang Terbuka Hijau sebagai berikut:
a. Merencanakan kegiatan Sub Bidang Pengembangan ruang terbuka hijau tanam
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–
undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 61


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

g. Melaksanakan perencanaan dan pendataan wilayah yang akan dikembangkan


menjadi Ruang Terbuka Hijau.
h. Menyusun dan melaksanakan desain jalur hijau dan ruang terbuka hijau lainnya.
i. Melaksanakan survey pembangunan dan pemeliharaan jalur hijau dan ruang
terbuka hijau lainnya.
j. Melaksanakan pengawasan pada setiap kegiatan pengembangan ruang terbuka
hijau.
k. Menginventarisir jumlah dan jenis tanaman yang diperlukan pada lokasi ruang
terbuka hijau yang telah ditetapkan.
l. Melaksanakan penanaman pada lokasi yang telah ditetapkan.
m. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja dan unit kerja terkait untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
n. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas–tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
o. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.
p. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

21. Sub.Bidang Pelayanan Pemakaman dan Penataan Makam


Sub. Bidang Pelayanan Pemakaman dan Penataan Makam dipimpin oleh Kepala
Sub.Bidang, mempunyai tugas pokok merencanakan melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian pelayanan makam dan penataan makam.
Uraian tugas Kepala Sub. Bidang Pelayanan Pemakaman dan Penataan Makam sebagai
berikut:
a. Merencanakan kegiatan sub bidang pelayanan pemakaman dan penataan makam
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga
pelaksanaan tugas berjalan lancar.
c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai permasalahan yang
timbul untuk mencapai profesionalisme.
d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat.
e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 62


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan peraturan perundang–


undangan yang berlaku sebagai pedoman pada pelaksanaan kegiatan.
g. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisasian data tempat
pemakaman umum milik Pemerintah.
h. Melaksanakan rehabilitasi, pembangunan, penataan atau pengembangan dan
pemeliharaan makam.
i. Melakukan pelayanan penguburan, pelayanan mobil jenasah, pelayanan
mayat/jenazah terlantar, registrasi dan pencatatan pengaturan, pemamfaatan
pemakaman.
j. Mengkoordinasikan tugas kegiatan survey dan menyiapkan data dalam rangka
pengembangan penataan makam.
k. Mengawasi pelaksanaan penataan makam meliputi, penanaman pohon-pohon,
tanaman hias dan lampu-lampu disekitar makam dan pembersihan dan
pemeliharaan makam.
l. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah
dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja.
m. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas sub bagian pelayanan pemakaman dan
penataan makam dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai
bahan perumusan kebijakan.
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

22. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan


daerah, sesuai bidang fungsi masing-masing berdasarkan dengan keahlian dan kebutuhan.

Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP, KEBERSIHAN DAN


PERTAMANAN KAB.MAROS (Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Maros No. 12 /2012)

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 63


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

KEPALA BADAN
A. DAVIED SYAMSUDDIN, S.STP, M.Si

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS


MUH. HATTA, S.Sos

SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN SUB BAGIAN KEUANGAN


KEPEGAWAIAN DAN UMUM ABBAS
HJ. ASMAWATY, S.Sos,
RAMLAH Z, S.Sos, M.Si
MM

BIDANG PENAATAN DAN RAMLAH Z,


BIDANG KEBERSIHAN BIDANG PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN
BIDANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGAWASAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN Drs. A. ZAINUDDIN BM. H. MUH. SUBHANG, SP.MM.
HJ. NAJATI, S.Sos Ir. SYAMSUL RIJAL

SUB BIDANG SUB BIDANG PEMELIHARAAN TANAMAN


SUB BIDANG PENAATAN SUB BIDANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN DAN PENATAAN TAMAN
LINGKUNGAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN H. FAHRUL ISLAM, S.Sos MULYADI ALI, S.Sos
Drs. M. THAMRIN
A. FARIDA NOER, ST.

SUB BIDANG PENGELOLAAN PENCEMARAN SUB BIDANG PENGELOLAAN DAN SUB BIDANG
AIR, UDARA DAN TANAH SUB BIDANG BAKU MUTU LINGKUNGAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
PEMANFAATAN LIMBAH/SAMPAH
L O L O, SE. DAN STATUS LINGKUNGAN Drs. USMAN
H. ARIFUDDIN, S.Sos
Dra. YUDITH DUAPADANG

SUB BIDANG
SUB BIDANG PENGADAAN DAN
PENGELOLAAN PENCEMARAN SUB BIDANG KONSERVASI DAN SUB BIDANG PELAYANAN PEMAKAMAN
PEMELIHARAAN SARANA DAN
KEBISINGAN GANGGUAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PENATAAN MAKAM
PRASARANA
PENEGAKAN HUKUM ANDI NURAMNAH. ST. Drs. AHMAD
DARMIATI A. MUHAMMAD, S.Sos
HUSAIN HAJI SOMMENG, ST.

UPT LABORATORIUM UPT BONTORAMBA


BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 64 AGUS ROSWANDI, S.Sos.,M.Si

KTU UPT LABORATORIUM KTU UPT BONTORAMBA


FATIMA. P, ST. HAIRUDDIN, S.Sos
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.2.2 Personalia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Maros didukung oleh 98 orang Komposisi
kepegawaian BLHKP Kabupaten Maros dapat diihat pada tabel 4.1. di bawah.
Untuk mendukung pelaksasanaan tugas pokok dan fungsi di BLHKP terdapat Tenaga
Petugas Kebersihan yang bekerja di lapangan, baik yang berada di Bidang Kebersihan,
UPTD TPA dan Pemakaman, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 230 orang.
Komposisi tenaga petugas kebersihan dan pemakaman dilihat pada tabel 4.1. di bawah.

Tabel 4.1.Komposisi Kepegawaian Badan Lingkungan Hidup


Kebersihan dan Pertamanan Kab. Maros
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah
Pasca Sarjana/S2 7 orang
Sarjana/S1 31 orang
A Sarjana Muda/D3 1 orang
SMU/SLTA 32 orang
SLTP 8 orang
SD 19 orang
Berdasarkan Golongan
Golongan IV 6 orang
B Golongan III 30 orang
Golongan II 35 orang
Golongan I 27 orang
Berdasarkan Jabatan Struktural
Eselon II B 1 orang
Eselon III A 1 orang
C
Eselon III B 4 orang
Eselon IV A 13 orang
Eselon IV B 2 orang
Berdasarkan Pendidikan/Penjenjangan
5 orang
Diklat Pim TK II/Setara
D 3 orang
Diklat Pim TK III/Setara
- orang
Diklat Pim TK IV/Setara
Sumber: Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros 2010-2015

.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 65
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 4.2. Jumlah Petugas kebersihan Pertamanan dan Pemakaman BLHKP


Kabupaten Maros Menurut Pembagian Tugas
No Pembagian Tugas Jumlah
1 Pengemudi truk sampah 15 Orang
Pengemudi Tangki Penyiram 2 Orang
Operator alat berat 2 Orang
Kernet truk sampah 48 Orang
Kernet Tangki Penyiram 2 Orang
Penyapu Jalan 45 Orang
Petugas Drainase 30 Orang
Petugas TPST 4 Orang
Pengemudi mobil jenazah 2 Orang
Kernet mobil jenazah 2 Orang
Buruh Pengangkut Sampah 35 Orang
Petugas Taman 10 Orang
Petugas makam 3 Orang
Petugas Pasar 20 Orang
Operator Mesin Rumput 10 Orang
Jumlah 230 Orang

Sumber: Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan


Kab.Maros 2010 - 2015

4.3. Kondisi Eksisting Permasalahan Persampahan


4.3.1 Produksi Sampah
Besaran timbulan sampah di
Kabupaten Maros menggunakan
asumsi timbulan sampah untuk kota
kecil sebesar 2,5 Liter per Orang per
hari. Sehingga didapatkan potensi
timbulan sampah untuk masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Maros
Maros adalah sebagai berikut :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 66


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 4.3. Potensi Timbulan Sampah di Kabupaten Maros


No Kecamatan Jumlah Penduduk Timbulan Sampah *
(Jiwa) ( m³/hari )
1 Mandai 36,440 130
2 Moncongloe 17,614 63
3 Maros Baru 24,766 88
4 Marusu 25,926 93
5 Turikale 42,580 152
6 LAU 24,886 89
7 Bontoa 27,043 97
8 Bantimurung 28,669 102
9 Simbang 22,693 81
10 Tanralili 25,020 89
11 Tompobulu 14,460 52
12 Camba 12,793 46
13 Cenrana 13,948 50
14 Mallawa 10,949 39
TOTAL 327,787 1.171
*Asumsi timbulan sampah 2,5 L/orang/hari

4.3.2 Kondisi Persampahan


Daerah pelayanan persampahan di Kabupaten Maros baru sebatas sekitar Kota
Maros, sumber sampah berasal dari jalan protokol, pemukiman, pusat-pusat
perdagangan, pertokoan, daerah komersil, perkantoran di sekitar instansi
Pemerintahan. Sampah yang terkumpul ini meliputi sampah yang berasal dari daerah-
daerah yang dapat dijangkau oleh motor dan truk
pengangkut sampah, belum mencapai semua wilayah
desa.
Berdasarkan hasil survey lapangan, tidak semua
wilayah Kabupaten Maros bisa dilayani dengan sistem
komunal sehingga mereka untuk mengelola sampahnya
secara individual dengan cara penimbunan dan
pembakaran. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata rumah tangga memiliki persil
lahan yang cukup luas terutama di bagian belakang rumah.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 67


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 4.4. Wilayah Pelayanan Kebersihan di Kabupaten Maros Tahun 2013

No Kecamatan Desa/Kelurahan

1 Mandai Hasanuddin
2 Maros Baru Baju Bodoa
3 Marusu Marumpa
4 Turikale Taroada
Adatongeng
Pettuadae
Boribellaya
Raya
Turikale
Alliritenggae
5 Lau Allepolea
Maccini Baji
6 Bantimurung Kalabirang
Sumber: BLHKP Kab. Maros

Jika dilihat dari daerah pelayanan persampahan di Kabupaten Maros saat ini maka
dapat disimpulkan tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Maros masih rendah (<
50%).

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 68


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 4.2 Peta Pelayanan Persampahan di Kabupaten Maros Tahun 2013

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 69


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.3.3 Penyapuan Jalan


Merupakan hal penting memperhatikan
praktek operasi penyapuan jalan di suatu kota,
mengingat penyapuan jalan sangat menentukan
pemandangan kota tersebut secara umum.
Penyapuan jalan sangat diperlukan terutama di
jalur utama dan di pusat kota serta di daerah
komersil. Saat ini operasi penyapuan jalan di Kabupaten Maros secara intensif baru
wilayah Jalan Poros Kota Kabupaten dan disekitar Jalan Protokol–Protokol didalam
Wilayah Ibukota Kabupaten.
Operasi penyapuan dilakukan secara manual dengan jumlah total petugas
penyapu jalan 45 orang. Sampah hasil sapuan dibawa disimpan pada Bak Sampah dan
gerobak dibawa ke lokasi TPS terdekat, selanjutnya diangkut ke TPA. Melihat dari jam
kerja (4 jam per hari) dan jumlah tenaga kerja (45 orang) yang dikerahkan untuk
menyapu dijalur tersebut, terukur sudah cukup baik walau belum bisa di katakan
optimal.
Selain memperhatikan operasi penyapuan yang benar, keselamatan kerja dan
kesehatan petugas juga perlu diperhatikan. Sebaiknya petugas diberi perlengkapan
yang memadai untuk kemudahan pekerjaannya seperti alat bantu untuk memudahkan
pekerjaannya. Petugas penyapu sebaiknya menggunakan masker pada saat bekerja
untuk menyaring debu agar tidak mengganggu kesehatannya. Pada musim hujan
sebaiknya petugas diberi jas hujan, demi kesehatan dan kelancaran tugasnya.
Sampah sapuan jalan yang umumnya organik ini harus dipilah antara sampah
kering dengan sampah basah. Sampah basahnya dapat langsung dikumpulkan untuk
diangkut ke tempat pengomposan, sedangkan sampah keringnya diangkut ke TPA.
Pola operasi pengumpulan yang dilakukan saat ini sudah tepat, yaitu sampah di
kumpulkan dengan bak sampah/gerobak ke TPS terdekat. Namun untuk mempercepat
operasi, sehingga dapat meningkatkan kapasitas, penggantian kendaraan pengumpul
yang semula bak sampah/gerobak, menjadi kendaraan kecil seperti motor sampah.
Pola operasi seperti ini baik untuk terus dilaksanakan, namun tujuan lokasinya adalah
lokasi pengomposan terdekat.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 70


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 4.3 Peta Penyapuan di Kabupaten Maros Tahun 2013

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 71


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.3.4 Pengangkutan
Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPS dan TPA dilakukan dengan
menggunakan berbagai kendaraan termasuk motor sampah, truk biasa, dump truk, dan
armroll truk dengan container terpisah. Sistem pengangkutan sampah di Kabupaten
Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPS–TPS sampah yang ada,
kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah
atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya
dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah Dump
truck sebanyak 8 (delapan) unit, Motor Tiga Roda sebanyak 18 unit dan Kontainer
Sampah Tertutup 5 unit dilengkapi dengan Arm roll sebanyak 8 (delapan) unit dengan
kondisi layak operasional.

Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki
oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros dengan
serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Diangkut dengan dump truk
a. Volume dump truk = 5 M³
b. Volume efektif = 6 M³
c. Jumlah dump truk = 8 unit
d. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit
2. Diangkut dengan Arm Roll
a. Volume container = 5 M³
b. Volume efektif = 6 M³
c. Jumlah kontainer = 25 unit
d. Jumlah Arm Roll = 8 unit
e. Ritasi Arm Roll = 2 - 3 rit/hari/unit

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 72


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3. Diangkut dengan Motor Sampah


a. Volume container = 1 M³
b. Volume efektif = 1 M³
c. Jumlah Motor = 25 unit
d. Lokasi = Wilayah Kota Maros.
e. Ritasi Motor Sampah = 1 - 2 rit/hari/unit

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 73


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 4.4 Peta Jalur Pelayanan Persampahan di Kabupaten Maros Tahun 2013

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 74


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.3.5 Pewadahan
 Rumah Tangga : untuk pewadahan rumah tangga
biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang
di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong
kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini
sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara
organik dan an organik bahkan dengan sampah
beracun seperti battery misalnya. Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya
tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los
di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju
TPS pasar.
 Komersial : Sedangkan dari daerah komersial
untuk pewadahan biasanya menggunakan bin/bak
sampah besar atau TPS.
 Industri : Sampah industri dalam hal ini adalah
sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan
karyawan. Umumnya pewadahannya
menggunakan bin/bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan
sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan
menggunakan Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan
penanganan khusus misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan
sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah
organik (basah/membusuk) dan an organik (kering/tidak membusuk). Sampah
sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan
persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.
 Rumah Sakit : Sampah Rumah Sakit, Puskesmas dan Institusi Kesehatan lainnya
terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah
medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau
benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat
obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang
tertutup, sedangkan sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada
peraturan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 75


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.3.6 Karakteristik Sampah


Secara umum sampah per Kabupatenan memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Berdasarkan sifat kimiawinya
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, terdapat 2 (dua) katagori sampah
yakni :
1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa organik atau
tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Sampah
organik memiliki sifat mudah membusuk misalnya daun-daunan, sayuran,
buah-buahan serta sisa makanan.
2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang mengandung senyawa bukan
organik sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sampah
anorganik sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti plastik,
kaca, besi sebagian jenis kertas dan lain-lain.
 Berdasarkan Sifat Fisiknya
Berdasarkan keadaan fisiknya, sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa
jenis, yakni :
1. Sampah Garbage, yaitu sampah yang terdiri atas bahan organik dan
mempunyai sifat mudah membusuk dan terbiodegradasi. Sifat utamanya
banyak mengandung air dan cepat terurai dan menimbulkan bau akibat
proses fermentasi. Umumnya terdiri atas sisa makanan, buah-buahan, dan
sayuran serta ikan.
2. Sampah Kering, yaitu sampah yang tersusun dari bahan organik dan
anorganik yang memiliki sifat lambat atau tidak membusuk, Biasanya selain
sampah makanan limbah jenis ini ada yang mudah terbakar misalnya kertas,
karton, plastik, kain/tektil, kayu dan lain-lain. Ada yang sulit terbakar
misalnya gelas/kaca, kaleng dan logam lainnya. Seperti Kabupaten-
Kabupaten lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya, sampah di
Kabupaten Maros akibat aktifitas penduduk termasuk dalam katagori
sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Meskipun kandungan
organik dari sampah tinggi, keadaannya/bentuknya tidak cukup ekonomis
untuk dipisahkan guna pengomposan. Kebanyakan sisa plastik yang ada di
aliran sampah tidak dalam bentuk yang normal untuk di daur ulang di
Indonesia.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 76


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.4. Tempat Pemprosesan Akhir Sampah ( TPA )

Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) Kabupaten Maros terletak di Kecamatan


Mandai. Dusun Bontoramba mulai dibangun tahun 1992 dan dioperasionalkan tahun
1993 dengan system open dumping pada areal ±4 ha termasuk sarana dan
prasarananya.
Pengelolaan TPA dilaksanakan UPTD dibawah jalur koordinasi dengan Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros.
Spesifikasi TPA sampah saat ini :
1. Letak lokasi = Dusun Bontoramba, Desa Bonto Mate‟ne, Kec. Mandai
2. Luas areal = ± 4 ha
3. Jarak terhadap pemukiman = 1 km
4. Jarak terhadap pusat Kabupaten = ±15 km
Masyarakat Kabupaten Maros yang belum mendapatkan pelayanan persampahan,
hingga saat ini masih membuang sampah dengan cara :
1. Ke sungai
2. Ke jalan dan tanah kosong
3. Ditimbun dalam tanah
4. Dibakar dan lain-lain

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 77


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 4.5 Peta Lokasi Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Bontoramba


di Kabupaten Maros

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 78


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4.5. Pembiayaan
Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan Kabupaten
Maros adalah APBD Kabupaten Maros. Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten
Maros dua tahun berturut–turut adalah sebagai berikut :
 Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten Maros tahun 2012 sebesar
Rp. 1.127.077.500.- dengan rincian terdiri dari :
1. Biaya Operasional & Pemeliharaan Sarana & Prasarana : Rp 448.827.500,-
2. Biaya Operasional Pemeliharaan Kebersihan : Rp 678.250.000,-
 Anggaran pengelolaan kebersihan Kabupaten Maros tahun 2013 sebesar
Rp. 3.881.258.000.- dengan rincian terdiri dari :
1. Biaya Operasional & Pemeliharaan Sarana & Prasarana : Rp 899.458.000,-
2. Biaya Operasional Pemeliharaan Kebersihan : Rp 2.981.800.000,-
Selain dari APBD Kabupaten Maros pengelolaan persampahan dan kebersihan di
Kabupaten Maros telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Maros nomor 17
tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.
Besarnya Tarif Retribusi Pelayanan Persampah/Kebersihan Kabupaten Maros
berdasarkan Peraturan Daerah sebagai berikut :
A. Bangunan Rumah Tangga Rp. 5.000.-/bulan
B. Perdagangan
1. Kios Rp. 5.000,-/bulan
2. Ruko Rp. 7.500,-/bulan
3. Pedagang Kaki Lima Rp. 3.000,-/bulan
C. Rumah Makan/Warung
1. Restoran Rp. 15.000,-/bulan
2. Rumah Makan Rp. 10.000,-/bulan
3. Warung Rp. 5.000,-/bulan
D. Hotel/Penginapan/Losmen
1. Penginapan / Losmen Rp. 20.000,-/bulan
2. Hotel Melati Rp. 30.000,-/bulan
3. Hotel Berbintang Rp. 100.000,-/bulan
E. Tempat Pelayanan Medis
1. Rumah Sakit Umum Rp. 50.000,-/bulan
2. Puskesmas Rp. 20.000,-/bulan
3. Rumah Bersalin Rp. 20.000,-/bulan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 79


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4. Tempat Praktek Dokter Rp. 20.000,-/bulan


F. Perusahaan/Pabrik
1. Industri Kecil Rp. 20.000,-/bulan
2. Industri Besar Rp. 100.000,-/bulan
G. Kantor Rp. 20.000,-/bulan
H. Kendaraan buang sampah langsung ke TPA
1. Mobil Besar ( 6 roda ) Rp. 100.000,-/1 x buang
2. Mobil Kecil ( Kijang ) Rp. 50.000,-/1 X buang
I. Penyelenggaraan kegiatan sampah langsung ke TPA
1. Hajatan Rp. 50.000,-/kegiatan
2. Pertunjukkan Rp. 50.000,-/kegiatan
3. Pameran Rp. 50.000,-/hari

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 80


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5.1. Pengertian Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA)

Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai


tahap terakhir dalam pengelolaan sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang
benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang sering dianggap hanya
sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah
merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang
dirasakan kurang diprioritaskan dibandingkan dengan penggunaan sektor lainnya.
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan
jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sedang yang
lainnya lebih lambat; bahkan beberapa jenis sampah tidak berubah sampai puluhan
tahun; misalnya pastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai
digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang
dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA
yang telah ditutup.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 81


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5.2. Metode Pembuangan Sampah


Pembuangan sampah mengenal beberapa metode dalam
pelaksanaannya yaitu :
5.2.1 Open Dumping
Open Dumping atau pembuangan terbuka merupakan
cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya
dihamparkan pada suatu lokasi dan dibiarkan terbuka tanpa pengaman lalu
ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan sistem
seperti ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll) Cara ini tidak
direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran ligkungan yang
ditimbulkannya seperti :
1. Perkembangan vektr penyakit seperti lalat, tikus, dll
2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.
3. Polusi air akibat lindi (cairan sampah) yang timbul.
4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor
5.2.2 Controll Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi
gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan
dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukaan TPA.
Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk ditetapkan di kota sedang
dan kota kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa
fasilitas diantaranya :
1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
3. Pos pengendalian operasional
4. Fasilitas pengendalian gas metan
5. Alat berat
5.2.3 Sanitary landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 82


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang


cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk
kota – kota besar dan metropolitan.

5.3. Persyaratan Lokasi TPA


Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam
SNI dan UU RI No.18 Tahun 2008, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat
Pemprosesan Akhir Sampah dan yang diantaranya dalam kriteria regional
dicantumakan:
1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan
gempa, dll)
2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kedalaman air tanah
kurang
3. Meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam
hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukkan teknologi)
4. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)
5. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di bandara (jarak
minimal 1,5 – 3 meter)
6. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.

5.4. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA


Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan
Prasarana dan sarana yang meliputi:
5.4.1 Prasarana Jalan
A. Jalan Masuk/Jalan Penghubung
Jalan masuk atau jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan lokasi
TPA dengan jaringan jalan kota (jalan utama). Prasarana dasar ini sangat
menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA
akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi
tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat
sehingga dikenel jalan TPA dengan konstruksi :
 Hotmix

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 83


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Beton
 Aspal
 Perkerasan sirtu
 Kayu
Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan :
 Jalan masuk/akses yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah
tersedia.
 Jalan penghubung yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain
dalam wilayah TPA.
 Jalan operasi/kerja yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik
pembongkaran sampah.
 Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas biasanya jalan
penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja (operasi).
Adapun kriteria jalan masuk ke lokasi TPA adalah sebagai berikut :
 Merupakan jalan 2 arah.
 Kecepatan rencana kendaraan yang melintasi maksimum 30 km/jam.
 Lebar perkerasan jalan minimum 8 m dan bahu jalan minimum 2 m (minimum
ROW 12 m).
 Kemiringan melintang 2%.
 Kemiringan memanjang +1 o/oo (datar) dan elevasi jalan diatas HHWL.
 Konstruksi tidak permanent dengan tekanan gendar rencana maksimum 8 ton.
Mengingat kondisi pondasi dasar jalan masih mengalami penurunan
(settlement), disarankan memakai konstruksi paving sehingga memudahkan
dalam perbaikan badan jalan. Jalan dapat dirubah menjadi permanent apabila
daya dukung tanah sudah stabil.
B. Jalan Kerja
Jalan kerja merupakan jalan operasioanal yang berfungsi sebagai lintasan
kendaraan angkutan truk sampah untuk dapat sedekat mungkin dengan lokasi
penimbunan sampah.
Kriteria jalan kerja untuk lokasi TPA adalah sebagai berikut :
 Merupakan jalan 2 arah dengan sistem cul de sac.
 Lebar badan jalan 4 m dan lebar bahu jalan minimum 1 m.
 Pada tempat-tempat tertentu bahu jalan diperlebar untuk dimanfaatkan
sebagai lokasi penurunan sampah (tipping area).
 Kemiringan melintang 2%
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 84
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Kemiringan memanjang +10/00 (datar) dan elevansi jalan diatas HHWL.


 Kecepatan truk rencana 20 km/jam.
 Konstruksi tidak permanent dengan tekanan gandar rencana maksimum 8 ton.
Mengingat kondisi pondasi dasar jalan yang masih mengalami penurunan
(settlement), disarankan memakai konstruksi paving sehingga memudahkan
dalam perbaikan badan jalan. Jalan dapat dirubah menjadi permanent apabila
daya dukung tanah sudah stabil.
5.4.2 Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk Mengendalikan limpasan air hujan dengan tujuan
untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air
hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil
rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah akan semakin kecil pula debit
lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit
pengolahannya.
Secara teknik drainase TPA dimaksudkan untuk menahan limpasan aliran air
hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase
penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu,
untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai
penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh diatas timbunan sampah tarsebut
Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada
saluran drainase. Kriteria sistem drainase adalah sebagai berikut :
A. Drainase Jalan
Berada di sisi jalan sepanjang jalan penghubung yang berfungsi untuk mengalirkan
limpasan air dari badan jalan dengan kriteria sebagai berikut :
 Merupakan saluran semi permanent atau permanent.
 Diberikan konstruksi penahan lonsor.
 Kemiringan saluran +0,5%
B. Drainase Lahan TPA
Saluran drainase ini berfungsi agar limpasan air permukaan, air tanah dan aliran
air tanah mengalir ke dalam bangunan pengolahan leachate untuk diolah terlebih
dahulu sebelum mengalir ke badan air penerima.
Adapun kriteria drainase lahan adalah sebagai berikut :
 Merupakan saluran semi permanent atau permanent.
 Diberi konstruksi penahan longsor.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 85


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Dinding saluran bersifat kedap air sehingga tidak terjadi infiltrasi ke arah
samping.
 Periode ulang hujan didesain untuk 5 tahun.
5.4.3 Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat penerimaan sampah yang
datang, pencatatan data dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya
fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar
dimana kasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan pengunaan
jembatan timbangan untuk efisiensi dan ketepatan pendapatan. Sementara TPA kecil
bahkan dapat memanfaatkan pos fasilitas tersebut sekaligus sebagai kantor TPA
sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.
5.4.4 Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di
dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk lapisan ini harus dibentuk
diseluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia ditempat,
tanah lempung setebal ±50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap
air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya
dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.
5.4.5 Lapisan Tanah Penutup
Idealnya tanah untuk penutup timbunan sampah harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Tanah penutup harian tebal = 15 cm padat dengan exposure time antara 0 – 7
hari.
2. Tanah penutup antara tebal = 30 cm padat dengan exposure time antara 7 –
365 hari.
3. Tanah penutup akhir tebal = 50 cm dengan exposure time lebih dari 365 hari.
5.4.6 Fasilitas Penanganan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan
dengan komposisi hampir sama disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya.
Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama
gas metan, karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan
lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar
dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini, perlu diperhatikan kualitas
dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki
rekanan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 86


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensi dalam


pemanasan global.
Untuk pengamanan lingkungan diperlukan usaha pengendalian gas, berupa :
Pengamanan selama pengoperasian berupa saluran ventilasi. Saluran ventilasi berupa
pipa PVC diameter 10 cm yang diberikan banyak lubang pada dinding-dinding bukit
lapisan tanah penutup.
Pengamanan pasca pengoperasian (setelah mencapai bukit akhir) merupakan :
1. Lanjutan saluran ventilasi selama pengoperasian.
2. Panjang pipa tegak 2 m di atas bukit akhir.
3. Setiap pembukaan lahan dipasang 2 buah ventilasi yang dipasang di tengah-
tengah.
4. Antar pipa ventilasi dipasang berjarak 20 meter di atas tanah penutup antara.
5.4.7 Fasilitas Penanganan Lindi
Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan
banyak sekali senyawa yang memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik yang
sangat tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah
maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik.
Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi
yang dapat terbuat dari perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun
pengaturan kemiringan dasar TPA, sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai
dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang mengarah pada titik pengumpulan
yang disediakan. Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang
ukurannya dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran
lindi ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan, namun bila
topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan.
Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa metode diantaranya:
Penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering, sirkulasi lindi
ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas
pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya pengolahan air limbah.
Dasar perencanaan bangunan pengolahan leachate ini, seperti dikemukakan di
atas adalah pertimbangan aspek ekonomi terhadap biaya investasi, operasi serta
pemeliharaan selain pertimbangan terhadap ketersediaan lahan untuk pembangunan
bangunan pengolahan leachate (BPL).

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 87


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

A. Unit Proses Anaerobik


Unit proses anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan pencemar
organik yang masih mengandung senyawa organik karbon (BOD dan COD) yang relatif
tinggi yaitu diatas 1500 mg/liter, sehingga akan mengurangi kebutuhan oksigen (O2)
yang tinggi pada proses pengolahan selanjutnya, yaitu pada unit proses fakultatif.
Desain teknis proses anaerobik ini umumnya berbentuk bak atau kolam penampung
yang menerima influent leachate dari lahan pembuangan. Desain kolam ini berbentuk
persegi panjang/kolam dengan kedalaman 3–4 meter. Dari unit ini selanjutnya leachate
dialirkan ke unit pengolahan fakultatif dengan sistem pengaliran gravitasi.
Kinetika pemisahan BOD dalam anaerobik pada prinsipnya sama dengan
konvensional anaerobik digester. Apabila terdapat kekurangan data maka dapat
digunakan metoda empiris berdasarkan pada kualitas BOD per-hari, per-unit volume :
V = Li Q / v
Dimana :
V = Pembebanan volumetrik BOD, gr/m3/hari
Li = Konsentrasi BOD influent, mg/liter
Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari
V = Volume kolam, m3

B. Unit Fakultatif
Unit proses fakultatif berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan pencemaran
organik yang masih mengandung senyawa organik karbon (BOD dan COD) yang cukup
tinggi yaitu 250 – 400 mg/liter sehingga memenuhi persyaratan influent untuk diolah
pada unit proses maturasi.
Desain teknis unit proses fakultatif ini umumnya berbentuk kolam penampungan
yang menerima influent leachate dari unit proses anaerobik. Desain untuk bak ini
berupa kolam penampungan yang berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman
1–2 meter. Dari unit ini selanjutnya leachater dialirkan ke unit proses pengolahan
maturasi dengan sistem pengaliran secara gravitasi.
Metoda yang akan dipakai berdasarkan pada pembebanan areal BOD (S), yaitu
kunatitas BOD per-hari di dalam kolam per-unit luas permukaan.
S = 10 Li Q / A
Dimana :
S = Areal pembebanan BOD, kg/ha/hari
A = Luas kolam, m2

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 88


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Li = Konsentrasi BOD influent, mg/liter


Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari
Nilai maksimum S yang dapat dipakai untuk desain, merupakan fungsi dari
temperatur yang didapat dari data hasil analisa performasi kolam fakultatif yang ada di
semua tempat. Disarankan desain berdasarkan pada hubungan antara :
A = Li Q / 2 (T – 6)
Persentase pemisahan BOD pada unit fakultatif pada umumnya antara (70 – 80%).
Efluent BOD diatas 100 meter mg/liter menunjukan kondisi kolam bersifat aerobik.
Pemisahan dan penguraian (pematangan) senyawa organik dan kandungan
mikroorganisme pathogen lebih lanjut terjadi dalam unit proses maturasi.
Dalam kolam fakultatif yang mengolah leachate baru, lapisan lumpur terbentuk
pada dasar kolam. Kurang lebih 30% dari influent BOD dipisahkan sebagai methan dari
cairan lumpur tersebut. Kolam fakultatif harus sudah dikuras apabila lumpur sudah
mencapai ¼ nya, yang juga sama seperti kolam anaerobik, kecepatan akumulasi
lumpur adalah 0,004 m3 dari debit yang masuk per-tahun. Kolam fakultatif yang
menerima effluent dari kolam anaerobik umumnya tidak membutuhkan pengurasan.

C. Unit Maturasi
Unit proses maturasi berfungsi untuk menguraikan lebih sempurna (pematangan)
sisa kandungan bahan pencemar organik yang mengandung senyawa organik karbon
(BOD dan COD) dari effluent unit proses fakultatif, sehingga memenuhi persyaratan
effluent untuk dapat di buang ke badan air penerima (BAP) yang ada sekitar lokasi
TPA.
Desain teknis unit proses maturasi ini umumnya berbentuk kolam penampungan
yang menerima influent leachate dari proses fakultatif. Desain untuk unit ini berupa
kolam penampungan berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman 1-2 meter,
dimana panjang (p), berbanding lebar (l) adalah (2/3 : 1), dengan kemiringan tanggul
pinggiran sebesar (1 : 3), tanggul dilindungi dari bahaya erosi dengan menempatkan
beton precast pada level permukaan air. Beberapa prosedur desain untuk kolam
masturasi, umumnya mempunyai kedalaman antara 1-2 meter. Waktu detensi dalam
kolam maturasi umumnya dalam rentang 10 hari. Pada dasarnya dengan waktu detensi
5-10 hari, secara normal akan dapat memisahkan BOD dari effluent kolam fakultatif
antara 60-100 mg/liter menjadi dibawah 30 mg/liter.
Dalam perencanaan unit proses ini, dasar kolam harus bersifat tidak meresapkan
(impermeable). Pembangunan kolam di daerah yang mempunyai tanah bersifat mudah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 89


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

menyerap air, dasar kolam harus dilapisi dengan lapisan kedap sebagai bahan pelapis
(lining system).

5.4.8 Umur TPA/Kebutuhan Lahan


Sesuai dengan kriteria desain, umur lahan TPA minimal 5 tahun. Adapun
ketinggian timbunan sampah direncanakan 5 meter dari permukaan badan jalan. Luas
lahan yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus-rumus berikut :
1. Volume sampah yang akan ditimbun
A=BxC
Dimana : A = Jumlah sampah yang akan dibuang (kg/hari)
B = Jumlah penduduk (orang)
C = Timbunan sampah (kg/orang/hari)
2. Volume sampah yang telah dipadatkan
D=ExA
Dimana : D = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)
E = Volume sampah yang akan dibuang (m3/hari)
A = Faktor pemadatan (kg/m3)
3. Luas lahan yang diperlukan per-tahun
Berdasarkan asumsi rata-rata ketinggian sampah yang telah dipadatkan F dan
perbandingan tebal lapisan tanah penurup dan tebal sampah 1 : 4, maka luas
lahan yang diperlukan setiap tahun
G = D x 365 x 1,25F
Dimana : G = luas lahan TPA yang diperlukan per-tahun (m2)
D = Volume sampah padat (m3/hari)
F = Ketinggian lapisan sampah (m).
4. Kebutuhan lahan total
H=GxIxJ
Dimana : H = Luas total lahan (m2)
I = Umur lahan (tahun)
J = Ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif (minimum 1,2)

5.4.9 Rencana Timbunan


Sesuai dengan daya dukung tanah yang ada, tinggi timbunan sampah maksimum 5
meter dari elevasi rencana jalan. Ketentuan-ketentuan lain adalah sebagai berikut :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 90


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

1. Kemiringan lereng timbunan adalah 1:3 atau 33% atau 18,5%.


2. Kemiringan pada bidang timbunan dibuat maksimum 1%.
Di atas timbunan akhir setelah diberi lapisan penutup akhir ditanami vegetasi agar
timbunan menjadi lebih stabil serta menahan erosi.
5.4.10 Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator
dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam
operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi peratan dan pemadatan tetapi
kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi
penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien
dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan
pemadatan. Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator;
sementara TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut.
5.4.11 Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya
peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat
yang berlebihan. Untuk itu perencanaan daerah penghijauan ini perlu pertimbangan
letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (pemukiman, jalan raya, dll)
5.4.12 Pagar Keliling dan Green Belt
Pagar keliling dapat berupa pagar duri atau pagar hidup. Pagar keliling
direncanakan dipasang pada batas lahan TPA. Untuk daerah green belt, jenis tanaman
harus dipilih berupa tanaman keras yang sesuai dan dapt tumbuh di daerah gambut.
Tanaman ini sudah harus ditanam dan tumbuh dengan baik sebelum operasi TPA
dilaksanakan.
5.4.13 Fasilitas Penunjang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu pengoperasian
TPA yang baik diantaranya : pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist blower),
kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dll.

5.5. Teknik Operasional TPA


5.5.1 Persiapan Lahan TPA
Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu diadakan penyiapan lahan
agar kegiatan pembuangan berikut dapat berjalan dengan lancar. Penutupan lapisan
kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 91


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

terjadinya kerusakan lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umunya
diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air
tersebut.
Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan
untuk membantu kelancaran penutupan sampah terutama bila operasional dilakukan
secara sanitary landfill. Peletakan tanah harus memperhatikan kemamapuan operasi
alat berat yang ada. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut meliputi:

A. Tahap Operasi Pembuangan


Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan akan meliputi :
1. Penerimaan sampah di pos pengendalian dimana sampah diperiksa, dicatat
dan diberi informasi mengenai lokasi pembongkaran.
2. Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan
dilakukan sesuai rute yang diperintahkan.
3. Pembongkaran sampah dilakukan dititik bongkar yang telah ditentukan dengan
manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.
4. Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar tercapai
kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses pemadatan yang baik
dapat diharapkan kepadatan sampah meningkat hampir dua kali lipat.
5. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang
cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat diharapkan untuk
menyangga lapisan berikutnya.
6. Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi controll
atau sanitary landfill.

B. Pengaturan lahan

Seringkali TPA tidak diatur dengan baik, Pembongkaran sampah di sembarang


tempat dalam lahan TPA sehingga menimbulkan kesan yang tidak baik, disamping sulit
dan tidak efisiennya pelaksanaan pengerjaan peralatan, pemadatan dan penutupan
sampah tersebut. Agar lahan TPA dapat dimanfaatkan dengan efisien, maka perlu
dilakukan pengaturan yang baik yang mencangkup :
1. Pengaturan sel
Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu
periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary
landfill, periode operasi terpendek adalah harian yang berarti bahwa satu sel adalah
bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 92


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Semantara untuk control landfill satu sel adalah untuk menaampung sampah selama 3
hari, atau 1 minggu, atau periode operasi terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan
periode operasi adalah 3 hari, berdasarkan pertimbangan waktu penetasan telur lalat
yang rata–rata mencapai 5 hari, dengan asumsi bahwa sampah telur berumur 2 hari
saat ada di TPS sehingga belum menetas perlu ditutup tanah agar telur/larva muda
segera mati.
 Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor:
 Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5–3 lebar blade alat berat agar manuver
alat berat dapat lebih efisien.
 Ketebalan sel sebaiknya antara 2–3 meter. Ketebalan terlalu besar akan
menurunkan stabilitas permukaan, semantara terlalu tipis menyebabkan
pemborosan tanah penutup.
 Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar
dan tebal sel.
 Sebagai contah bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal sel
direncanakan 2m, lebar direncanakan 3m, maka panjang sel adalah 150/(3X2)
= 25 m.
 Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok–patok dan tali agar
operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

2. Pengaturan Blok
Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan
sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas
blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah dan
pendek. Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 meter dan panjang 25 meter
maka blok opersi bulanan akan mencapai 30 X 75 m2 = 2. 250 m2.

3. Pengaturan Zona
Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka
waktu panjang misal 1–3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok
operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menengah.
Sebagai contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2 maka zona operasi
tahunan akan menjadi 12 X 2.250 = 2,7 ha.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 93


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5.5.2 Persiapan Sel Pembuang


Sel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu
dilengkapi dengan patok–patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan
rencana yang telah dibuat.
Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi diantaranya :
1. Peletakan tanah tertutup
2. Letak titik pembongkaran sampah dari truk
3. Manuver kendaraan saat pembongkaran

5.5.3 Pembongkaran Sampah


Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada
pengemudi truk agar mereka membuang sampah pada titik yang benar sehingg proses
berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakan di tepi
sel yang sedang diopeasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan
truk dapat dengan mudah mencapainya. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa
titik bongkar yang sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja. Hal ini
perlu diantisipasi oleh penanggung jawab TPA agar tidak terjadi. Jumlah titik bongkar
pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Lebar sel
2. Waktu bongkar rata – rata
3. Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak harus diupayakan agar setiap
kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar dan melakukan
pembongkaran sampah agar efisien kendaraan dapat dicapai.
5.5.4 Perataan dan Pemadatan Sampah
Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi
pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan
sampah yang tinggi di TPA akan memerlukan volume lebih kecil sehingga daya tampung
TPA bertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung
penimbunan lapis berikutnya. Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah sebaikmya
dilakukan dengan memperhatikan efisiensi operasi alat berat.
Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan
pemadatan perlu segera dilakukan setelah sampah dibongkar. Penundaan pekerjaan ini
akan menyebabkan sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan kurang
efisien dilakukan. Pada TPA dengan frekwensi kedatangan truk yang rendah maka
perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 94


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

siang. Perataan dan pemadatan sampah perlu dilakukan dengan memperhatikan


kriteria pemadatan yang baik, seperti :
1. Peratan dilakukan lapis demi lapis.
2. Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm – 60 cm dengan cara mengatur
ketinggian blade alat berat.
3. Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah
tersebut 3 – 5 kali.
4. Perataandan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah mencapai
ketebalan rencana.

5.5.5 Penutupan Tanah


Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi/maksud :
1. Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat
2. Mencegah perkembangan tikus
3. Mengurangi rembesan air hujan yang akan membentuk lindi
4. Mengurangi bau
5. Mengisolasi sampah dan gas yang ada
6. Menambah kestabilan permukaan
7. Meningkatkan estetika permukaan
Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode/
teknologi yang diterapkan. Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfill
dilakukan setiap hari, sementara pada control land fill dianjurkan 3 hari sekali.
Ketebalan tanah penutup yang perlu dilakukan adalah :
1. Untuk penutupan sel (sering disebut dengan penutupan harian) adalah dengan
lapisan tanah padat setebal 20 cm
2. Untuk penutupan antara (setelah 2–3 lapis sel harian) adalah tanah padat
setebal 30 cm.
3. Untuk penutupan terakhir yang dilakukan pada saat suatu blok pembuangan
telah terisi penuh, dilapisi dengan tanah padat setebal minimal 50 cm.

5.5.6 Pemeliharaan TPA


Pemeliharan TPA dimaksudkan untuk menjaga agar setiap prasarana dan sarana
yang ada selalu dalam kondisi siap operasi dengan unjuk kerja yang baik. Seperti
halnya program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perlu diutamakan
kegiatan pemeliharaan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan
dengan melaksanakan pemeliharaan rutin. Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 95


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

segera melakukan perbaikan kerusakan–kerusakan kecil agar tidak berkembang menjadi


komplek dan besar.
A. Pemeliharaan alat bermesin (alat berat, pompa, dll)
Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air lindi sangat vital bagi
operasi TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara dengan prioritas
tinggi. Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan alat berat harus selalu dijalankan
dengan benar agar peralatan tersebut terhindar dari kerusakan. Kegiatan perawatan
seperti penggantian minyak pelumas baik mesin maupun transmisi harus diperhatikan
sesuai ketentuan pemeliharaannya.
Demikian pula dengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter – filter, dan
lain – lain tidak boleh dilalaikan ataupun dihemat seperti banyak diakukan.
B. Pemeliharaan Jalan
Kerusakan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana kondisi
jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh beratnya beban truk
sampah yang melintasinya. Jalan yang berlubang/bergelombang menyebabkan
kendaraan tidak dapat melintasinya dengan lancar sehingga terjadi penurunan
kecepatan yang berarti menurunnya efisiensi pengangkutan, disamping itu beberapa
komponen seperti kopling,rem,dan lain-lain lebih cepat aus.
Keterbatasan dana dan kelembagaan untuk pemeliharaan seringkali menjadi
kendala perbaikan sehingga kerusakan jalan dibiarkan berlangsung lama tanpa disadari
telah menurunkan efisiensi pengangkutan. Hal ini sebaiknya diantisipasi dengan
melengkapi manajemen TPA dengan kemampuan memperbaiki kerusakan jalan
sekalipun bersifat temporer seperti misalnya perkerasan dengan pasir dan batu.
Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah jalan
kerja dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki kestabilan yang rendah
khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Cukup banyak pengalaman memberi
contoh betapa jalan kerja yang tidak baik telah menimbulkan kerusakan batang
hidrolis pendorong bak pada dump truck terutama bila pengemudi memaksa
membongkar sampah pada saat posisi kendaraan tidak rata/horizontal. Jalan kerja di
banyak TPA juga memiliki faktor kesulitan lebih tinggi pada saat hari hujan. Jalan yang
licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak dan harus dibantu oleh alat berat,
sehingga secara keseluruhan menyebabkan waktu operasi pengangkutan di TPA
menjadi lebih panjang dan pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien. Sekali
lagi perlu diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera mungkin sebelum

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 96


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

menjadi semakin parah. Pengurungan dengan sirtu umumnya sangat efektif


memperbaiki jalan yang bergelombang dan berlubang.
C. Pemeliharan Lapisan Penutup
Lapisan penutup TPA perlu dijaga kondisinya agar tetap dapat berfungsi dengan
baik. Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat menyebabkan timbulnya
rtakan permukaan tanah yang memungkinkan terjadinya aliran gas keluar dari TPA
ataupun mempercepat rembesan air pada saat hari hujan. Untuk itu retakan yang
terjadi perlu segera ditutup dengan tanah sejenis.
Proses penurunan permukaan tanah juga sering tidak berlangsung seragam
sehingga ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah. Ketidakteraturan
permukaan ini perlu diratakan dengan memperhatikan kemiringan ke arah saluran
drainase. Penanaman rumput dalam hal ini dianjurkan untuk mengurangi efek retakan
tanah melaui jaringan akar yang dimiliki.
Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan sekali atau
beberapa hari setelah terjadi hujan lebat untuk memastikan tidak terjadinya
perubahan drastis pada permukaan tanah penutup akibat erosi air hujan.
D. Pemeliharaan Drainase
Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan.
Pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu dilakukan untuk
menjaga agar tidak terjadi kerusakan saluran yang serius. Saluran drainase perlu
dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekali tumbuh akibat
tertinggalnya endapan tanah akibat erosi tanah penutup TPA di dasar saluran. TPA di
daerah bertopografi perbukitan juga sering mengalami erosi akibat aliran air yang
deras. Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak mudah
lepas oleh erosi air, sementara saluran tanah yang profilnya berubah akibat erosi perlu
segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan
baik.
E. Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Lindi
Kolam penampung dan pengolah lindi sering kali mengalami pendangkalan akibat
endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam
yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal yang akan berakibat pada rendahnya
efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu perlu diperhatikan agar kedalaman
efektif kolam dapat dijaga. Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif
kolam harus segera dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 97


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

lumpur ini. Dalam beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat
digunakan truk tinja untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat
dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.
F. Pemeliharaan Fasilitas Lainnya
Fasilitas – fasilitas lain seperti bangunan kantor/pos, garasi dan sebagainya perlu
dipelihara sebagaimana lazimnya bangunan lainnya seperti kebersihan, pengecatan,
dll.

5.6. Pengawasan Dan Pengendalian TPA


5.6.1 Pengawasan Kegiatan Pembuangan
A. Tujuan pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa


setiap kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan dan dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan sbb :
1. Apakah sampah yang dibuang merupakan sampah perkotaan, dan bukan
jenis sampah yang lain ?
2. Apakah volume dan berat sampah yang masuk TPA diukur dan dicatat
dengan baik ?
3. Apakah sel pembuangan dan titik bongkar sudah ditentukan ?
4. Apakah pengemudi sudah diarahkan ke lokasi yang benar ?
5. Apakah tanah penutup telah tersedia ?
6. Apakah perataan dan pemadatan dilakukan sesuai dengan rencana?
7. Apakah penitipan telah dilakukan dengan baik ?
8. Apakah prasarana dan sarana dioperasikan dan dipelihara dengan baik ?

B. Tata cara pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan/pengecekan yang


meliputi :
1. Pemeriksaan kedatangan sampah
2. Pengecekan rute pembuangan
3. Pengecekan operasi pembuangan
4. Pengecekan unjuk kerja fasilitas
5. Pengendalian TPA meliputi aktifitas untuk mengarahkan operasional
pembuangan dan unjuk kerja setiap fasilitas sesuai fungsi seperti :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 98


Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

6. Pemberian petunjuk operasi pembuangan bila petugas lapangan/operator


melaksanakan tidak sesuai dengan rencana.
7. Pemeriksaan kualitas pengolahan lindi dan pemberian petunjuk cara
pengoperasian yang baik.

5.6.2 Pendataan dan Pelaporan


A. Pendataan TPA
Data – data yang diperlukan akan mencakup :
1. Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah yang
diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian; yang akan
digunakan untuk mengevaluasi perencanaan TPA yang telah disusun
berkaitan dengan kapasitas tampung dan usia pakai TPA. Data ini dapat
dikumpulkan di Pos Pengendali TPA dimana terdapat petugas yang secara
teliti memeriksa, mengukur dan mencatat data tersebut dengan bantuan
Form Kedatangan Truk.
2. Data kondisi instalasi pengolahan lindi khususnya kualitas parameter
pencemar untuk mengetahui efisiensi pengolahan lindi dan potensi
pencemaran yang masih ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan kualitas
air lindi di laboratorium.
3. Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja
alat berat dan pemantau pemeliharaannya.

B. Pelaporan TPA
Data-data di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang
dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan
pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi
pengembangan TPA lebih lanjut.

5.6.3 Pengendalian TPA


A. Pengendalian lalat
Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya
disebabkan oleh terlambatnya penutupan sampah dengan tanah sehingga
tersedia cukup waktu bagi telur lalat untuk menjadi larva dan lalat dewasa.
Karenanya perlu diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama untuk
penutupan tanah. Semakin pendek periode penutupan tanah akan semakin kecil
pula perkembangan lalat. Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat
dilakukan penyemprotan insektisida dengan menggunakan mistblower.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 99
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tersedianya pepohonan dalam hal ini sangat membantu pencegahan


penyebaran lalat ke luar lingkungan luar TPA.
B. Pencegahan kebakaran/Asap
Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan
bertemu dengan sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas
sebelumnya sangat ditentukan oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah
yang tidak tertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran karena gas
tersebar di seluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini perlu
diperhatikan pemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.
C. Pencegahan pencemaran air
Pencegahan pencemaran air perlu dilakukan dengan menjaga agar lindi
yang dihasilkan dari TPA dapat :
1. Terbentuk sesedikit mungkin; dengan cara mencegah rembesan air hujan
melalui konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik.
2. Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar
3. Diolah dengan baik pada kolam pengolahan; yang kwalitasnya secara periodik
diperiksa.

5.7. Evaluasi dan Dampak Penting


5.7.1 Tahap Pra-Konstruksi
A. Penetapan lokasi
Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :
 Persepsi Masyarakat
Kegiatan penetapan lokasi tapak proyek diperkirakan akan berdampak
terhadap persepsi masyarakat sebagai akibat adanya praduga masyarakat
yang tanahnya terkena pembebasan mengenai ketidaksesuaian ganti rugi
yang diperoleh. Serta adanya perbedaan pendapat masyarakat yang setuju
dan tidak setuju mengenai penetapan lahan yang mereka miliki selama ini
sebagai lokasi pengolahan akhir sampah. Dengan adanya kegiatan
pembebasan lahan dan status kepemilikan memberikan dampak terhadap
sebagian masyarakat, antara lain: mereka menjadi kehilangan mata
pencaharian dan tempat tinggal.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 100
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Keresahan Sosial
Pada penetapan lokasi tapak lokasi pengolahan akhir sampah ini diperkirakan
akan berdampak terhadap keresahan sosial, yaitu adanya pemikiran kemana
mereka akan pindah dan atau mencari nafkah serta sebagai akibat persepsi
negatif masyarakat terhadap penetapan lokasi proyek.

B. Pembebasan Lahan dan Pemindahan Penduduk


Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :
 Kepadatan Penduduk
Kegiatan pembebasan lahan dan pemindahan penduduk diperkirakan akan
berdampak terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk. Penduduk
yang tanahnya dibebaskan saat ini telah pindah ke daerah lain.
 Mata Pencaharian
Pembebasan lahan dan pemindahan penduduk berakibat pula terhadap mata
pencaharian. Perubahan daerah sawah/ladang mereka menjadi lokasi
pembuangan sampah akan mendorong mereka mencari kerja di sektor non
pertanian. Perubahan mata pencaharian ini bersifat negatif apabila diantara
penduduk tadi yang menjadi pengangguran kalau tenaganya tidak
tertampung.
 Persepsi Masyarakat
Lahan yang dibebaskan menjadi perhitungan untuk mendapatkan ganti
tempat tinggal yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Kata sepakat atas ganti rugi yang sesuai, ataupun kejelasan batas lahan yang
mereka miliki dapat menimbulkan keresahan masyarakat sehingga
menyebabkan persepsi yang negatif.
 Keresahan Sosial
Kegiatan pembebasan lahan dan pemindahan penduduk telah selesai
seluruhnya dan tidak pernah terjadi keresahan/konflik sosial masyarakat
karena proses tersebut dilakukan secara musyawarah mufakat antara
pemrakarsa kegiatan dan masyarakat yang tanahnya terkena pembebasan.

5.7.2 Tahap Konstruksi


A. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 101
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Kepadatan Penduduk
Mobilisasi tenaga kerja konstruksi proyek akan berdampak terhadap jumlah
dan tingkat kepadatan penduduk sebagai akibat rekrutment tenaga kerja
yang diperkirakan sebagian akan didatangkan dari luar daerah karena untuk
keahlian tertentu tidak dapat di penuhi oleh tenaga lokal.
 Kesempatan Kerja dan Bekerja
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan mengakibatkan terbukanya
kesempatan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek. Penduduk
setempat dapat memperoleh mata pencaharian tambahan dengan
menyediakan tempat tinggal untuk disewakan atau dikontrakan pada
pekerja. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesempatan berusaha
adalah berupa pembukaan warung makan dan kios yang menjual keperluan
sehari-hari bagi pekerja proyek, atau menyediakan pelayanan transportasi
seperti ojek yang sangat di butuhkan di lokasi tersebut.
 Pendapatan Masyarakat
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi terhadap pendapatan masyarakat
merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat terbukanya
kesempatan kerja dan berusaha. Dengan ikutnya masyarakat bekerja di
sekitar lokasi proyek sebagai tenaga kerja konstruksi dan terbuka
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek
akan mengakibatkan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.
 Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial akan muncul apabila tenaga kerja setempat tidak
dilibatkan dalam tahap konstruksi pengolahan akhir sampah kota.
 Persepsi Masyarakat
Dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatnya
pendapatan masyarakat di sekitar tapak proyek pada tahap konstruksi ini
akan mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek.

B. Pembersiahan Lahan dan Pematangan Tanah


1. Dampak Terhadap Fisik kimia :
a. Iklim Mikro
Pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan tanah yang terdiri dari
pembukaan, pengurugan dan perataan lahan menyebabkan hilangnya
lapisan penutupan tanah berupa semak belukar dan pepohonan yang

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 102
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

berdampak lanjut terhadap kelembaban udara, akibat kenaikan suhu di


lokasi proyek
b. Kualitas Udara
Pada kegiatan ini akan terjadi penurunan kualitas udara akibat debu yang
dihasilkan dari aktivitas pembersihan lahan dan pematangan tanah dan gas
buang dari mesin-mesin yang digunakan.
c. Kebisingan
Kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah juga akan berdampak
terhadap kebisingan sebagai akibat penggunaan mesin-mesin berat yang
digunakan dalam pekerjaan tersebut.
d. Kuantitas Air Permukaan
Kegiatan pembersihan lahan pematangan tanah mengakibatkan daya resap
air ke dalam tanah menjadi berkurang dibandingkan dengan sebelum
dilakukan kegiatan tersebut, sehingga volume air larian akan meningkat.
Kegiatan ini akan menimbulkan peningkatan air larian yang kemungkinan
pula akan meningkatkan kuantitas air permukaan.
e. Kestabilan Lereng dan Erosi
Dampak kegiatan pembersihan lahan pematangan tanah yang potensial
terhadap kestabilan lereng dan erosi adalh pada areal TPA dikarenakan
kondisi daya dukung tanah yang relatif jelek.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Flora Darat
Kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah akan mengakibatkan
hilangnya vegetasi/flora darat yang merupakan habitat (tempat hidup)
bebagai jenis fauna darat sehingga keseimbangan ekosistem akan
terganggu.
b. Fauna Darat
Dampak kegiatan pembersihan lahan terhadap fauna darat merupakan
dampak turunan (sekunder) sebagai akibat hilangnya vegetasi/flora darat
yang merupakan habitat (tempat hidup) berbagai jenis satwa. Selain itu,
pematangan tanah yang menimbulkan bising akibat penggunaan mesin-
mesin berat akan mengganggu kehidupan satwa di sekitarnya.
c. Flora Perairan
Dalam kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah terhadap flora
perairan (plankton) merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 103
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

menurunnya kualitas air permukaan berupa peningkatan kekeruhan dan


Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
pematangan tanah berlangsung. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga proses fotosintesis akan
terhambat.
d. Fauna Perairan
Seperti halnya dampak terhadap flora perairan (plankton), dampak
terhadap flora perairan (benthos dan ikan) juga merupakan dampak
turunan (sekunder) sebagai akibat menurunnya kualitas air permukaan
berupa peningkatan kekeruhan dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada
saat kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah berlansung. Akibat
peningkatan TSS akan menghambat difusi oksigen kedalam air pada
akhirnya akan mengganggu kehidupan fauna perairan (benthos dan ikan).
3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan
a. Kamtibmas
Akibat penurunan kualitas udara, peningkatan debu, kebisingan, erosi dan
pengotoran badan jalan pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
pematangan tanah berlansung.
b. Kesehatan Masyarakat
Dampak ini sebagai akibat dari penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan pembersihan lahan dan
pematangan tanah berlangsung.

C. Mobilisasi Bahan dan Alat


1. Dampak Terhadap Fisik dan Kimia:
a. Kualitas udara
Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi diperkirakan akan
berdampak terhadap kualitas udara. Pada kegiatan ini akan terjadi
penurunan kualitas udara akibat gas buang kendaraan angkut dan debu.
b. Kebisingan
Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek juga akan
menimbulkan kebisingan dari aktivitas kendaraan pengangkut sampah.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Fauna darat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 104
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan dari akibat


kebisingan yang timbul dari kendaraan angkut sehingga kehidupan fauna
darat terganggu terutama jenis-jenis burung.
3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan
a. Kamtibmas
Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek terhadap
Kamtibmas berupa dampak langsung akibat pencurian terhadap bahan dan
peralatan konstruksi.
b. Kelancaran Lalu Lintas
Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek diperkirakan
akan berdampak terhadap kelancaran lalu lintas di badan-badan jalan
sekitar tapak proyek, karena pengangkutan bahan menggunakan kendaraan
angkut melalui jalan darat.

D. Pembangunan Lokasi Pengolahan Akhir Sampah


1. Dampak Terhadap Fisik Kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan konstruksi fisik proyek seperti pemasangan pondasi, pembetonan,
pengadukan semen dengan menggunakan alat-alat berat dapat
meningkatkan CO, Nox, Sox, serta debu di udara yang pada akhirnya dapat
menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan kesehatan para pekerja
dan kesehatan masyarakat.
b. Kebisingan
Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah akan meningkatkan
kebisingan di dalam tapak proyek pada akhirnya akan berdampak pula
terhadap kehidupan fauna darat, kesehatan karyawan, kesehatan
masyarakat di sekitarnya dan peternakan ayam yang terdapat di tapak
proyek.
c. Kuantitas Air Permukaan
Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah diperkirakan akan
berdampak terhadap kuantitas air permukaan. Adanya bangunan
menyebabkan daerah resapan air akan berkurang. Pada saat hujan turun,
air larian yang timbul akan meningkat dan masuk ke badan air, sehingga
menimbulkan peningkatan kualitas air permukaan tersebut.
d. Kestabilan Lereng dan Erosi

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 105
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah diperkirakan juga akan


berdampak terhadap kestabilan lereng dan erosi di areal yang dilkukan
penimbunan, yaitu badan jalan dan lereng tanggul lahan.

2. Dampak Terhadap Hayati


Fauna darat, Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan dari
akibat kebisingan yang timbul dari kendaraan angkut sehingga kehidupan
fauna darat terganggu terutama jenis-jenis burung.

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan


a. Sanitasi Lingkungan
Sangat berpotensi dalam Kondisi sanitasi lingkungan akan terkena dampak
pada saat kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah. Pada saat itu
akan muncul berbagai macam limbah, baik yang berasal dari sisa-sisa bahan
bangunan dan makanan buruh maupun akibat aktifitas sehari-hari buruh
bangunan yang terjadi pada tapak proyek, seperti aktivitas MCK. Limbah ini
bersifat cair terutama bekas cucian, urinoir dan mandi. Limbah cair dan
padat ini menurunkan kondisi sanitasi lingkungan yang pada akhirnya akan
dapat menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit.
b. Kamtibmas
Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek terhadap
Kamtibmas berupa dampak lansung akibat pencurian terhadap bahan dan
peralatan konstruksi.
c. Kesehatan Karyawan
Seperti halnya dampak terhadap kesehatan karyawan, dampak terhadap
kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai
akibat debu dan kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan pembanguanan
pengolahan akhir sampah.

E. Pembuatan Bufferzone
1. Dampak Terhadap Fisik Kimia
a. Iklim Mikro
Kegiatan penanaman pohon peneduh dan penghijauan di dalam tapak
proyek akan berdampak terhadap kelembaban suhu udara dalam tapak
proyek.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 106
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

b. Kualitas Udara dan Kebisingan


Pembuatan bufferzone pada tahap konstruksi diperkirakan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas udara di dalam dan sekitar tapak proyek.
Penanaman jenis tumbuhan akan meningkatkan kadar oksigen (O2) di
udara. Selain itu juga dapat mengurangi kadar debu dan tingkat kebisingan
disekitarnya.
c. Kestabilan Lereng dan Erosi
Kegiatan pembuatan bufferzone berupa penanaman jenis jenis pohon untuk
lokasi pengolahan akhir sampah di dalam tapak proyek terutama pada areal
yang berbatasan dengan danau (eks galian oasir). Penanaman jenis pohon
pelindung yang memiliki sistem perakaran yang kuat akan meningkatkan
kestabilan lereng dan meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan
erosi.
2. Dampak Terhadap hayati
a. Flora Darat
Kegiatan penghijauan/landscaping pada tahap konstruksi proyek
diperkirakan akan berdampak terhadap peningkatan keanekaragaman jenis
flora darat di dalam tapak proyek.
b. Fauna Darat
Kegiatan penghijauan/landscaping pada tahap konstruksi proyek akan
diperkirakan akan berdampak terhadap peningkatan keanekaragaman fauna
darat di dalam tapak proyek, khususnya jenis-jenis hewan yang
memanfaatkan flora darat sebagai habitatnya seperti jenis-jenis serangga
(insekta) dan burung (aves).
3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan
a. Estetika Lingkungan
Penanaman jenis-jenis tumbuhan peneduh/pelindung dan tanaman hias
akan meningkatkan nilai estetika lingkungan di dalam tapak proyek.

5.7.3 Tahap Operasional


A. Mobilisasi Tenaga Kerja
Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan:
a. Kepadatan Penduduk

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 107
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Rekrutment tenaga kerja pada saat pengolahan akhir sampah berperasi


diprairakan akan berdampak terhadap kepadatan penduduk sekitar tapak
proyek .
b. Kesempatan Kerja dan bekerja
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan mengakibatkan terbukanya
kesempatan berusaha bagi masyarakat disekitar lokasi proyek. Penduduk
setempat dapat memperoleh mata pencaharian tambahan dengan
menyediakan tempat tinggal untuk disewakan atau dikontrakan pada
pekerja. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesempatan berusaha
adalah berupa pembukaan warung makan dan kios yang menjual keperluan
sehari-hari bagi pekerja proyek, atau menyediakan pelayanan transportasi
seperti ojek yang sangat dibutuhkan di lokasi tersebut.
c. Pendapatan Masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat
disekitar tapak proyek akibat rekrutmen tenaga kerja pada tahap operasi
proyek diperkirakan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.
d. Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial akan muncul apabila tenaga kerja setempat tidak
dilibatkan dalam tahap konstruksi pengolahan akhir sampah.
e. Persepsi Masyarakat
Adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja/karyawan pada tahap operasi
proyek disertai dengan terbukanya peluang berusaha di sekitar tapak
proyek akan mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi positif terhadap
proyek.

B. Kegiatan Pengoperasian dan Pemprosesan Akhir Sampah


1. Dampak Terhadap fisik Kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan pengoperasian TPA sampah Kabupaten Maros, apabila tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan penurunan kualitas udara di dalam
dan sekitar tapak proyek. Emisi kendaraan bermotor menuju lokasi akan
mengeluarkan gas CO2, CO, Sox, HC dan Pb dapat menyebabkan
menurunnya kualitas udara. Kegitan operasional pengolahan akhir sampah
yang berdampak terhadap penurunan kualitas udara adalah konsentrasi dan
jenis gas di lokasi landfill selama penimbunan. Gas-gas utama yang

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 108
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

dihasilkan adalah metan dan CO2. Gas metan bila terakumulasi akan
mengakibatkan terjadinya ledakan, sedangkan gas CO2 akan menyebabkan
perubahan suhu lingkungan mikro.
b. Kualitas Air Permukaan
Kegitan pengoperasian pengolahan akhir sampah akan berdampak terhadap
kualitas air permukaan yang berada di sekitar tapak proyek akibat air
leachate yang dihasilkan dari timbunan sampah yang mengandung bahan –
bahan organik akan di buang ke sungai/parit. Menurunnya kualitas air
sungai ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap kesehatan
masyarakat, menurunnya keanekaragaman flora dan fauna perairan
gangguan kamtibmas dan persepsi negatif masyarakat yang berada dihilir
lokasi proyek.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Flora Perairan (Plankton)
Akibat penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh air leachate
yang di hasilkan oleh kegiatan pengolahan akhir sampah parameter utama
Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO akan
berdampak terhadap flora perairan (Plankton).
b. Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)
Dampak kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah kota terhadap
fauna perairan (bentos dan ikan) disebabkan pula oleh air leachate yang
dihasilkan oleh kegiatan pengolahan sampah dengan parameter utama
Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO
3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Hidup
a. Kesempatan Kerja dan Berusaha
Pengoperasian Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan menyerap tenaga
kerja yang yang cukup banyak. Selain itu timbul kesempatan berusaha bagi
penduduk sekitar lokasi proyek yang mampu memanfaatkan peluang–
peluang berusaha yang ada. Pada tahap ini juga diperkirakan timbulnya
pemulung yang memanfaatkan kesempatan berusaha dengan adanya
pengoperasian pengolahan sampah. Kehadiran pemulung ini perlu
penanganan sendiri, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai mitra kerjasama
yang terkendali.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 109
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

b. Pendapatan Masyarakat
Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat
disekitar tapak proyek akibat kegiatan pengoperasian pengolahan akhir
sampah diperkirakan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.
c. Kamtibmas
Dampak negatif terhadap masyarakat sekitar apabila tidak dikelola baik
dapat menimbulkan gangguan kamtibmas di sekitar proyek.
d. Pengembangan Wilayah
Kegiatan pengoperasian Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan berdampak
terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah kabupaten, sehingga
pada akhirnya akan memacu pembangunan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Maros.
e. Kegiatan Sekitar
Kegiatan pengoperasian Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) akan
berdampak terhadap kegiatan sekitar. Pengoperasian Pemprosesan Akhir
Sampah (TPA) melibatkan aktivitas kendaraan pengangkut sampah pada
saat kegiatan loading dan unloading serta penggunaan genset yang sewaktu-
waktu apabila suplai listrik PLN terganggu. Dampak yang terjadi
intensitasnya rendah (< 60 dBA).
f. Kesehatan Karyawan dan Masyarakat
Kegiatan pengoperasian Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) apabila
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan bau busuk, tempat
berkumpulnya lalat sehingga akan menimbulkan penyakit hama penyakit.
Selain itu juga akan mengakibatkan berkembangnya organisme vektor
penyakit seperti lalat, tikus dan nyamuk, juga gas dan air leachate yang
dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan karyawan.
g. Estetika Lingkungan
Kegiatan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang tidak saniter akan
berdampak terhadap penurunan estetika lingkungan akibat ceceran-ceceran
sampah. Selain itu, pengoperasian yang tidak sesuai dengan kaidah sanitary
landfill (mengarah pada sistem open dumping) akan mengundang lalat
sehingga menurunkan estetika lingkungan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 110
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

C. Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Sampah


1. Dampak Terhadap Fisik Kimia
a. Kualitas Udara
Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut sampah akan berdampak
terhadap penurunan kualitas udara ambient di sekitar badan-badan jalan
yang dilaluinya. Kendaraan bermotor tersebut akan menghasilkan emisi gas–
gas seperti CO2, CO, SOx, NOx, HC dan Pb sehingga kadarnya akan
meningkat di udara.
b. Kebisingan
Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut sampah akan berdampak
terhadap kebisingan di sekitar badan jalan yang dilaluinya.
2. Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Hidup
a. Estetika Lingkungan
Mobilisasi kendaraan pengangkut sampah tersebut dapat menimbulkan
ceceran-ceceran sampah dan air leachate sehingga dapat mengakibatkan
menurunnya estetika lingkungan.
b. Kelancaran Lalu Lintas
Arus lalu lintas badan-badan jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut
sampah akan mengalami peningkatan. Selain itu kegiatan pengangkutan
sampah juga dapat mengakibatkan pengotoran dan kerusakan badan jalan.
c. Kamtibmas
Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut samah tersebut dapat
menimbulkan dampak-dampak negatif seperti kebisingan, penurunan
kualitas udara, gangguan kelancaran lalu lintas, pengotoran dan kerusakan
badan jalan, penurunan estetika lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak terhadap gangguan kamtibmas.

D. Pengoperasian Bangunan Pengolahan Leachate (BPL)


1. Dampak Terhadap Fisik Kimia
Kualitas Air Permukaan dan Air Tanah
Beroperasinya Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang secara kontinyu
dan jangka waktu yang cukup lama membuang leachate yang meresap ke
dalam dasar lahan dapat menurunkan kualitas air permukaan dan air tanah.
Sistem pengolahan mencegah penurunan kualitas air sungai sekitar lahan dan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 111
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

air tanah leachate hasil dekomposisi sampah dan rembesan sampah akan
dibangun pengolahan leachate.
2. Dampak Terhadap Hayati
a. Flora Perairan
Kegiatan pengoperasian BPL akan berdampak terhadap kehidupan biota
perairan (plankton). Dengan dioperasikannya BPL, maka kemungkinan
penurunan kualitas air permukaan akibat limbah cair akan berkurang
sehingga tingkat gangguan terhadap kehidupan biota perairan akan
berkurang.
b. Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)
Seperti halnya dampak terhadap flora perairan, dampak pengoperasian BPL
terhadap fauna perairan (bentos dan ikan) juga merupakan dampak tidak
lansung akibat berkurangnya kemungkinan penurunan kualitas air
permukaan akibat limbah cair.

5.7.4 Tahap Pasca Operasi


Pada tahap pasca operasi, walaupun Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
(TPA) sudah tidak menerima sampah lagi, namun proses pembusukan sampah
yang telah ada tetap berlansung sehingga tetap terjadi emisi gas metan dan
karbondioksida serta terbentuknya cairan leachate.
1. Dampak Terhadap Fisik Kimia.
a. Kualitas Udara
Gas metan dan CO2 serta gas-gas lain yang dihasilkan dari proses
pembusukan akan tersebar ke lingkungan sekitar. Walaupun kosentrasinya
sudah dalam kecendrungan menurun namun tetap menjadi peningkatan
yang berarti dibanding kosentrasi rona awal sebelum adanya pengolahan
sampah, bahkan sampai 20-35 tahun sekalipun (pada jarak kajian 500 meter
dari batas lahan).
b. Kualitas Air Permukaan dan Air tanah
Air leachate yang terbentuk memiliki kandungan COD dan BOD yang tinggi
sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai dan air tanah
bila tidak dikelola dengan baik.
2. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan.
Kesehatan Masyarakat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 112
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Proses pembusukan sampah tahap pasca operasi tetap menghasilkan gas metan
yang bila terakumulasi dalam konsentrasi tinggi dapat terjadi ledakan yang
membahayakan lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan permukaan
lahan bekas pengolahan sampah.

5.8. Sistem Organisasi dan Manajemen


5.8.1 Bentuk Institusi
Adapun bentuk kelembagaan yang dianjurkan untuk berbagai kategori kota
adalah sebagai berikut :
1. Kota Raya dan Kota Besar (> 1.000.000 jiwa).
a. Perusahaan Daerah atau
b. SKPD tersendiri.
2. Kota Sedang 1 (250.000 - 500.000 jiwa) atau Ibukota Propinsi.
a. SKPD tersendiri.
3. Kota Sedang 2 (100.000 - 250.000 jiwa) atau Kotip/Kodya.
a. SKPD.
b. UPTD.
c. Seksi.
4. Kota Kecil (20.000 - 100.000 jiwa).
a. UPTD
b. Seksi

5.8.2 Struktur Kelembagaan


Struktur kelembagaan harus dapat menggambarkan aktivitas utama dalam sistem
pengelolaan yang dikehendaki, pola kerja yang jelas, dan mempunyai fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian/pengawasan terutama untuk bentuk
SKPD dan Perusahaan Daerah tersendiri.

5.8.3 Personalia
Kualitas personil pada tingkat pimpinan menunjukkan tingkat kemampuan
manajemen dan teknik. Perbandingan jumlah personil pengelola terhadap penduduk :

1. Pengumpulan, minimum 1 : 1000 penduduk.


2. Pengangkutan dan Pembuangan Akhir, minimum 1 : 1000 penduduk.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 113
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5.8.4 Tata Laksana Kerja


Dalam penyusunan tata laksana kerja, hal yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan:
1. Perlu diciptakan pengendalian kelembagaan secara otomatis.
2. Pembebanan yang merata dan selaras untuk semua personil dan unit.
3. Pendelegasian tugas dan wewenang yang proporsional dan berimbang.
4. Perlu dicari birokrasi yang singkat.
5. Keteraturan dan kejelasan penugasan perlu ditumbuhkan.

5.9. Sistem Pembiayaan


Penjabaran mengenai sistem pembiayaan adalah :
A. Sumber Dana
Dana untuk pengelolaan persampahan/kebersihan suatu kota/kabupaten
besarnya 5–10% dari APBD. Diusahakan agar biaya pengelolaan sampah dapat
diperoleh dari masyarakat (± 50%), dan Pemerintah Daerah menyediakan ± 50%
untuk pelayanan umum antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan
tempat-tempat umum.
B. Struktur Pembiayaan
Biaya pengelolaan sampah berkisar antara Rp. 8.500,- s/d Rp. 15.000,- /m³/hari.
Dengan struktur biaya operasional sebagai berikut:
1. Pengumpulan : 30% - 40%.
2. Pengangkutan : 45% - 50%.
3. Pembuangan Akhir : 10% - 15%.
C. Retribusi
Besarnya retribusi yang layak ditarik dari masyarakat adalah ±1% dari penghasilan
per rumah tangga. Pengelolaan sampah diarahkan dapat mencapai Self Financing
(mampu membiayai sendiri) apabila perhitungan besar retribusi dilakukan dengan
cara klasifikasi dan prinsip "subsidi silang".
D. Pelaksanaan Penarikan Retribusi
Pelaksanaan penarikan retribusi diatur dalam suatu dasar hukum yang memenuhi
prinsip sebagai berikut:
1. Disusun sistem pengendalian yang efektif.
2. Dibagi dalam wilayah penagihan.
3. Didasarkan pada target (terutama yang sulit dikendalikan).
4. Penagihan mulai dilaksanakan setelah pelayanan berjalan teratur.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 114
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5. Struktur tarif dalam Perda perlu dipublikasikan secara luas kepada


masyarakat.

5.10. Dasar Hukum


Untuk pelaksanaan pengelolaan sampah diperlukan dasar hukum yang mengatur
antara lain :
1. Peraturan Daerah tentang ketentuan-ketentuan pembuangan
sampah/kebersihan termasuk buangan industri.
2. Peraturan Daerah tentang pembentukan badan pengelolanya.
3. Peraturan Daerah tentang tarif retribusi sampah.
Dasar hukum disusun berdasarkan kendala teknis sebagai berikut :
1. Mempunyai jangka waktu yang terbatas.
2. Kesiapan terhadap upaya penegakannya.
3. Mempunyai keluwesan tetapi tegas/tidak bermakna ganda.
4. Setelah itu perlu dilaksanakan usaha-usaha untuk penyebarluasan dan
penerapan Perda yang telah ada.

5.11. Aspek Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat yang telah ada perlu ditingkatkan karena hal ini akan
memudahkan dalam teknis operasional dan akan menurunkan biaya pengelolaan
kebersihan. Untuk itu diperlukan suatu program secara terpadu, teratur dan terus
menerus serta bekerja sama dengan organisasi masyarakat. Upaya yang dilakukan
antara lain penerangan/penyuluhan akan pentingnya pengelolaan kebersihan yang akan
meningkatkan kesehatan, serta menggugah peran serta masyarakat dan organisasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pola pendekatan untuk masyarakat di kota
kecil dapat dilakukan dengan pendekatan oleh tokoh masyarakat, sedangkan semakin
besar kota perlu adanya pendekatan institusi/hukum.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 115
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5.12. Dasar Perkiraan Kebutuhan Peralatan


Tabel 5.1.Kebutuhan Peralatan Pengelolaan Sampah

NO JENIS PERALATAN KAPASITAS PELAYANAN KETERANGAN


Sub Sistem Pengumpulan
- Bin plastik/ kantong. 6 m³ 80 HP 200 KK
- Kontainer. 8 m³ 80 HP 250 KK
- Becak sampah. 10 m³ 1 KK 15.000 KK
1.
- Gerobak sampah. 0,8-1 m³ 150 KK 15.000 KK
- Station transfer 0,3-0,7 m³ 200 KK Komunal
- Station transfer 200 m² 250 KK Komunal
- Station transfer 100 m² 20-30 KK Komunal
Sub Sistem Pengangkutan
- Truk biasa 50 m² 10-20 KK 1 Ritasi
- Truk biasa 8 m³ 300-400 KK 1 Ritasi
- Truk biasa 10 m³ 200-300 KK 1 Ritasi
- Dump truk 12 m³ 100-200 KK 1 Ritasi
2.
- Dump truk 8 m³ 200 KK 1 Ritasi
- Dump truk 10 m³ 250 KK 1 Ritasi
- Arm Roll Truk 12 m³ 300 KK 1 Ritasi
- Arm Roll Truk 6 m³ 200 KK 1 Ritasi
- Arm Roll Truk 8 m³ 250 KK 1 Ritasi
Sub Sistem Pembuangan
Akhir
3.
- Buldozer 40/60 L 300 KK 1 Ritasi
- Track Dozer 10 m3 150 KK 1 Ritasi
Sumber : SK SNI-T12-1991-03

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 116
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

6.1. Identifikasi Permasalahan Persampahan


Permasalahan persampahan di Kabupaten Maros saat ini,
pada prinsipnya terbagi menjadi 4 bagian :
1. Teknis Operasional
2. Kelembagaan
3. Pembiayaan
4. Peran serta mayarakat
6.1.1 Teknis Operasional
Pewadahan sampah yang menggunakan bin/bak sampah dan gerobak sampah
yang pada umumnya tidak terpilah dengan baik antara sampah organik dan anorganik
bahkan ada yang tercampur dengan sampah beracun
seperti battery. Jumlah Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) diperbanyak selama ini TPS yang ada
masih kurang. Belum optimalnya pemanfaatan sarana
dan prasarana persampahan. Hal ini dapat dilihat dari
volume sampah per hari sebesar 1.171 m³/hari yang
terangkut ke TPA sebanyak 121 m³/hari sedangkan
sisanya 1.015 m³/hari tidak terangkut. Sarana dan prasarana yang dimiliki tidak
memadai dengan jumlah penduduk Kabupaten Maros yang mencapai 327.787 jiwa.
6.1.2 Kelembagaan
Dari segi kelembagaan, pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros ditandai
dengan tingginya rasio beban tenaga kerja terhadap penduduk yang dilayani. Ini dapat
dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Maros yang sudah mendapat pelayanan
sebanyak 39.334 jiwa dengan tenaga operasional 230 petugas.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 117
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

6.1.3 Pembiayaan
Sumber pembiayaan dari APBD kabupaten Maros sudah cukup baik, tetapi perlu
ditingkatkan saat ini baru mencapai 2% dari APBD Kabupaten Maros. Target pemasukan
dari penarikan retribusi perlu ditingkatkan (saat ini baru mencapai 8,3%), minimal
harus mencapai 20% dari biaya operasi dan pemeliharaan untuk 2 tahun ke depan, dan
akhirnya/diharapkan akan mencapai mencapai 50% dari biaya operasi dan
pemeliharaan.
6.1.4 Peran Serta Masyarakat
Dari segi teknis operasional, peran serta Masyarakat
dalam pengolahan sampah di kota Kabupaten Maros
dapat dikatakan sangat rendah. Ini terlihat dari
kenyataan di lapangan yang menunjukkan masih kuatnya
kebiasaan untuk membuang sampah begitu saja dan

tanpa terlebih dulu memilah-milah sampah organik


dan sampah anorganik serta masih tingginya
kebiasaan untuk memakai barang yang sulit terurai
serta masih sedikitnya kegiatan daur ulang sampah.
Dengan kata lain, kegiatan pengolahan sampah
dengan metode 3R yang seharusnya sudah dimulai di
tingkat rumah tangga masih belum banyak dilakukan.
Di samping itu, kebiasaan membuang sampah
sembarangan, dalam arti masih adanya sampah-
sampah yang menumpuk bukan di TPS, tetapi di
tempat–tempat yang menjadi lokasi timbulan liar,
ada persepsi Masyarakat yang yaitu yang paling
utama/penting tidak ada sampah didekat mereka
tidak ada masalah jika ada di tempat lain.

6.2. Analisis Pola Pembuangan Sampah Konvensional


6.2.1 Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi
Kelembagaan dan organisasi merupakan aspek/sub sistem inti dalam sistem
pengelolaan persampahan, karena aspek ini mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan fungsi organisasi dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan pengkomunikasian seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian,
jika aspek ini tidak berfungsi maka keseluruhan sistem akan mempunyai daya guna dan
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 118
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

hasil guna yang rendah. Agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan benar,
maka beberapa hal perlu diatur dengan baik yang mencakup bentuk organisasi,
struktur, uraian tugas dan tata laksana serta kelengkapan dan kualitas personil.
A. Bentuk Kelembagaan
Lembaga induk penanggungjawab teknis operasional pengelolaan persampahan
Kabupaten Maros adalah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
Koordinasi pengelolaan kebersihan menjadi tanggung jawab Kepala Bidang Kebersihan
yang mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan teknis, pembinaan, pengawasan dan
pengembangan kegiatan perencanaan teknis pengadaan, pelaksanaan pembangunan
serta peningkatan kebersihan. Dibawah Bidang ini, terdapat Kepala Sub Bidang
Pemeliharaan Kebersihan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
pembinaan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian kegiatan penanganan,
pengumpulan dan pengangkutan sampah, Kepala Sub Bidang pengelolaan dan
Pemanfaatan Limbah/Sampah mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pemanfaatan
limbah/sampah, sedangkan pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana persampahan merupakan tugas Kepala Sub Bidang Pengadaan dan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi yang menangani masalah kebersihan secara formal adalah
Bidang Kebersihan, struktur organisasi induk yang ada adalah Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan merupakan struktur organisasi yang tidak hanya menangani
masalah kebersihan kota tetapi juga masalah Lingkungan Hidup dan Keindahan kota.
Dalam masalah struktur organisasi, Saat ini cukup sesuai menggambarkan aktivitas
utama dalam pengelolaan persampahan.
C. Uraian Tugas/Tata Laksana Kerja
Tata laksana kerja untuk Bidang Kebersihan secara terperinci sudah dibuat tapi
masih bersifat global/umum dan yang ada saat ini merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan atas instruksi lisan (tidak tertulis). Penugasan tenaga kerja lapangan
dilakukan dengan cara pentargetan setiap tenaga kerja diberikan beban tugas yang
harus dilaksanakan. Untuk masa datang perlu dilengkapi uraian tugas tersebut secara
lebih rinci dan jelas sehingga fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengkomunikasian dapat
tercakup.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 119
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

D. Personalia
Dari perbandingan antara jumlah penduduk Kabupaten Maros yakni sebanyak
322.212 jiwa, dan jumlah petugas kebersihan dan keindahan yakni Sopir sebanyak 45
orang, Buruh Pengangkut Sampah sebanyak 68 orang, Penyapu Jalan sebanyak 45
orang, Buruh bagian drainase sebanyak 30 orang, buruh bagian pasar sebanyak 20
orang, Buruh bagian peralatan/perbengkelan sebanyak 5 orang, buruh pengeloaan
TPST sebanyak 3 orang dan bagian pertamanan dan operator mesin rumput sebanyak 28
orang dari pembagian tenaga kebersihan tersebut terlihat bahwa rasionya masih cukup
tinggi (berdasarkan kriteria perencanaan 1:1.000), Sedangkan dari perbandingan antara
jumlah petugas rasionya terhadap jumlah penduduk yang dilayani masih sangat kurang.
Sementara itu, dari tingkat pendidikan PNS dan tenaga kontrak, kualitas SDM di
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan masih kurang. Ini dapat dilihat
dari komposisi kepegawaian yang menunjukkan bahwa dari 98 orang PNS dan tenaga
buruh 230 orang, 32 SMA, 31 orang lulusan perguruan tinggi (Sarjana Muda/D3 dan S1)
serta 7 orang lulusan S2.
6.2.2 Sub Sistem Teknik Operasional

A. Tingkat Pelayanan

Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan pada tahun


2012, maka tingkat pelayanan pengelolaan persampahan baru mencapai 12% dari
jumlah sampah yang dihasilkan oleh Masyarakat Kabupaten Maros saat ini belum
mencapai 70% dari Target MDGs pada tahun 2015. Dengan tingkat pelayanan tersebut
maka akan diperlukan upaya yang cukup untuk meningkatkan pelayanan sehingga
mencapai standard yang ditetapkan oleh pemerintah.
Tingkat pelayanan juga dapat ditetapkan berdasarkan target pencapaian sasaran
MDGs. Sasaran MDGs adalah meningkatkan sasaran tingkat pelayanan pengelolaan
persampahan sehingga setengah dari penduduk yang belum terlayani saat ini akan
mendapat pelayanan persampahan pada tahun 2015. Peningkatan pelayanan
pengelolaan persampahan tersebut akan dilakukan dengan melaksanakan
pengembangan daerah pelayanan baru. Penetapan pengembangan daerah pelayanan
pengelolaan persampahan akan dilakukan berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut:
1) Daerah yang menjadi wajah kota.
2) Daerah komersil.
3) Daerah permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa/ha.
4) Daerah timbulan sampah besar.
5) Daerah pemukiman dengan kepadatan > 50 jiwa/ha.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 120
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan pengembangan pola konvensional


seperti di atas, tetapi juga dapat dilaksanakan melalui pengelolaan dengan cara:
1) Skala Rumah Tangga dengan menitik beratkan pengolahan sampah organik
menjadi kompos, dengan beberapa opsi teknologi misalnya dengan gentong
komposter, keranjang Takakura dan Biopori,
2) Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani
suatu kelompok Masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala
Keluarga.
Dengan beberapa opsi teknologi, antara lain :
 Pemilahan sampah di sumber
 Pemilahan sampah di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu)
B. Pola Operasional
Analisis terhadap pola operasional adalah sebagai berikut:
1. Pewadahan
Di daerah pemukiman pada umumnya
mempergunakan pewadahan berupa gentong
plastik (bin/tong sampah), keranjang bekas,
kaleng bekas cat, kantong plastik bekas dan ada
juga yang tidak mempunyai pewadahan. Dari segi
operasional pewadahan seperti disebutkan di atas
cukup layak dipergunakan selanjutnya, akan
tetapi dari segi kesehatan/kebersihan (kecuali kantong plastik, gentong plastik)
harus ekstra hati-hati karena kalau sampahnya tidak cepat dibuang akan
menimbulkan bau dan adanya lalat, hal ini tentunya tidak baik. Untuk itu, jika
sampahnya tidak cepat dibuang, pewadahan tersebut harus ditutupi dengan
plastik.
Di daerah perkantoran dan komersil pada umumnya mempergunakan bin plastik,
drum bekas dan kantong plastik besar. Prasarana pewadahan semacam ini cukup
layak, kecuali drum bekas permanen (yang tidak mempunyai kaki) mempunyai
kelemahan antara lain :
1. Pengoperasiannya memerlukan waktu dan tenaga.
2. Sifatnya terbuka.
Dari analisis tersebut diatas disarankan untuk mempergunakan pewadahan
sifatnya: tertutup, mudah dikosongkan, murah dan pengadaannya mudah.
Misalnya : bin plastik atau kantong plastik.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 121
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2. Pengumpulan
 Pasar
Pengumpulan sampah di daerah pasar dilaksanakan
oleh penghasil sampah dengan membuang ke
kontainer. Letak kontainer mudah dicapai oleh
penghasil sampah sehingga ini sangat
menguntungkan dalam pengumpulan. Pola
pengumpulan di daerah pasar yang saat ini dilayani
sudah cukup baik dan dapat dikembangkan dan dipertahankan.
 Pertokoan/perkantoran/rumah makan/permukiman
Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan
individual (untuk penghasil sampah besar), semua
sampah dikumpulkan ke Tong/ Bak Sampah dan TPS
oleh penghasil sampah atau dikumpulkan pada satu
tempat tertentu dengan ditumpuk rapi. Dari hasil
pengamatan di lapangan pengumpulan dengan pola
seperti ini dinilai cukup memadai pada batas tertentu, khususnya di daerah
kumuh dan tidak teratur.
3. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan dump truck sebanyak 8 unit per hari
dengan ritasi rata-rata 1-2 rit/hari/mobil dan Arm roll sebanyak 8 unit dengan
ritasi sebanyak 1-2 rit/hari/mobil.
Dari hasil pemantauan dilapangan/di lokasi TPA sampah, umumnya untuk ritasi 2
rit tiap dump truck belum optimal, sedangkan ritasi Arm Roll 1-2 rit dinilai belum
cukup baik.
Dari hasil analisis diatas, pengangkutan sampah ke TPA disarankan perlu
optimalisasi pengangkutan sampai sore hari, sehingga ritasi dapat mencapai 3-4
rit/dump truck. Setiap truk harus dilengkapi dengan jaring plastik dan pada sisi-
sisi dump truk harus diberi triplek sehingga kapasitas dump truck lebih besar.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 122
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4. Pemprosesan Akhir
Metode yang dipergunakan dalam pemprosesan akhir adalah masih
mempergunakan open dumping, metode ini dipakai semenjak adanya TPA. Hal-
hal yang dapat dianalisis dari proses pemprosesan akhir di TPA sampah, yaitu:
Sistem yang digunakan adalah controlled dan sanitary landfill, dimana dasar dari
TPA telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan
mencemari air tanah dan sungai yang terdekat. Ditinjau dari kapasitas TPA
sampah. Perlunya penanganan sampah dengan metode 3R, antara lain dengan
Pembuatan TPST dan Bank Sampah diperbanyak dan tersebar terutama untuk
daerah yang belum dilayani dan daerah yang rawan terhadap sampah seperti di
bataran sungai.
Peranan TPA Bontoramba sebagai tempat pemprosesan akhir Kabupaten Maros
masih tetap diperlukan, tetapi beban sampah yang dibuang ke TPA makin terus
direduksi sampai akhirnya fungsi TPA sebagai tempat pemprosesan akhir berubah
menjadi tempat komposting terintegrasi atau fungsi-fungsi lain yang lebih ramah
lingkungan. Selama masa transisi fungsi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-
langkah untuk mengoptimalisasi peranan sebelumnya. Beberapa hal dapat
dilakukan antara lain, melakukan pembenahan sistem pengangkutan menuju TPA
dan melakukan penyempurnaan pengolahan dan pengelolaan di TPA.
5. Kapasitas Kemampuan Operasional
Satuan timbulan sampah untuk permukiman Kabupaten Maros adalah 2,5
liter/orang/hari, sehingga jumlah total sampah Kabupaten Maros adalah 1.171
m³/hari. Timbulan sampah untuk Kabupaten Maros akan selalu bertambah sesuai
dengan meningkatnya jumlah penduduk, perekonomian dan perkembangan kota.
Saat ini jumlah sampah yang diangkut oleh BLHKP baik terangkut di TPS maupun
di TPA sebesar 71 m³/hari atau 33% dari total timbulan sampah, yang seharusnya
dapat dilayani >40% jika pengangkutan sampah dioptimalkan dengan ritasi lebih
dari 2-3 rit/mobil.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 123
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

6.2.3 Sub Sistem Pembiayaan


A. Sumber Dana
Total biaya pengelolaan persampahan saat ini yang dikeluarkan/dialokasikan oleh
Pemerintah Daerah sebesar Rp. 10.432.858.000,- pada tahun 2013 untuk operasional
(penyapuan jalan, pengangkutan sampah dan pembuangan sampah), dengan tingkat
pelayanan 33%.
Dari uraian tersebut maka analisis awal untuk aspek pembiayaan adalah :
1) Anggaran biaya kebersihan sebesar Rp. 10.432.858.000,- pada tahun 2013.
2) Biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2013, Biaya satuan pengelolaan
sampah (pengangkutan + operasi + BBM ) Kabupaten Maros pada tahun 2013
adalah Rp 931.658.000,-
a) Perkiraan biaya satuan pelayanan penduduk
1) Perkiraan jumlah penduduk yang terlayani = 327.787 jiwa
2) Biaya satuan pelayanan kebersihan keluarga per bulan = Rp. 5.000,-
3) Biaya satuan pelayanan kebersihan per keluarga per bulan ini hanya
diperhitungkan terhadap biaya operasional pengangkutan, biaya pengolahan
akhir di TPA, belum termasuk biaya pengumpulan, dan biaya investasi
peralatan.
b) Retribusi yang ditagih ( yang dapat ditarik dari Masyarakat )
Pada tahun 2012 sebesar Rp. 52.860.000,- dari target PAD Kebersihan sebesar
Rp. 100.000.000,-. Pemasukan hasil retribusi dapat ditingkatkan dengan cara
peningkatan daerah pelayanan terutama dengan pelayanan komunal dengan
menyediakan TPS-TPS umum serta ditingkatan penarikan retribusi melalui
Kolektor Petugas Kebersihan. Untuk mengelola kebersihan Kabupaten diperlukan
dana baik dan dana awal atau penunjang dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Maros, dana ini dapat melalui APBD atau kontribusi Masyarakat.
B. Struktur Tarif Retribusi
Struktur tarif retribusi sampah berdasarkan Perda Kabupaten Maros nomor 17
Tahun 2011, Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa
pelayanan persampahan/kebersihan. Besar retribusi ditentukan dari tingkat
penggunaan jasa yang diukur berdasarkan jenis dan atau volume sampah baik sampah
organik atau non organik berbahaya dan tidak berbahaya.
Struktur tarif digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan jenis serta volume
sampah yang dihasilkan dan kemampuan Masyarakat.
Besarnya tarif Retribusi yaitu sebagai berikut :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 124
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

A. Bangunan Rumah Tangga Rp. 5.000,- / Bulan


B. Perdagangan
1. Kios Rp. 5.000,- / Bulan
2. Ruko Rp. 7.500,- / Bulan
3. Pedagang Kaki Lima Rp. 3.000,- / Bulan
C. Rumah Makan/Warung
1. Restoran Rp. 15.000,- / Bulan
2. Rumah Makan Rp. 10.000,- / Bulan
3. Warung Rp. 5.000,- / Bulan
D. Hotel/Penginapan/Losmen
1. Penginapan/Losmen Rp. 20.000,- / Bulan
2. Hotel Melati Rp. 30.000,- / Bulan
3. Hotel Berbintang Rp. 100.000,- / Bulan
E. Tempat Pelayanan Medis
1. Rumah Sakit Umum Rp. 50.000,- / Bulan
2. Puskesmas Rp. 20.000,- / Bulan
3. Rumah Bersalin Rp. 20.000,- / Bulan
4. Tempat Praktek Dokter Rp. 20.000,- / Bulan
F. Perusahaan/Pabrik
1. Industri Kecil Rp. 20.000,- / Bulan
2. Industri Besar Rp. 100.000,- / Bulan
G. Kantor Rp. 20.000,- / Bulan
H. Kendaraan Buang Sampah Langsung Ke TPA
1. Mobil Besar (6 Roda) Rp. 100.000,-/ 1 x Buang
2. Mobil Kecil (Kijang) Rp. 50.000,-/ 1 x Buang
I. Penyelenggaraan Kegiatan sampah langsung ke TPA
1. Hajatan Rp. 50.000,-/ kegiatan
2. Pertunjukan Rp. 50.000,-/ kegiatan
3. Pameran Rp. 50.000,-/ Hari
*berdasarkan Perda Nomor 17 Tahun 2011

6.2.4 Sub Sistem Pengaturan


Aspek peraturan merupakan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan pengelolaan
persampahan, karena setiap kegiatan atau kebijakan dalam rangka pelaksanaan dan
perbaikan sistem pengelolaan persampahan harus dilandasi dengan kekuatan hukum

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 125
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

yang sumbernya adalah peraturan-peraturan yang terkait dengan bidang persampahan.


Beberapa peraturan telah dibuat dalam rangka penanganan persampahan/kebersihan
Kabupaten Maros yang dapat digolongkan menjadi :
A. Pembentukan Institusi/Lembaga Formal
Dasar hukum yang mengatur organisasi pengelolaan kebersihan di Kabupaten
adalah Perda Kabupaten Maros Nomor 12 Tahun 2012, sehingga dari aspek
penanggung jawab dipegang oleh Kepala Badan, sedangkan dari tugas
pokok/fungsi, struktur organisasi, pembagian tata kerja dan kewenangan sudah
dirinci dalam Perda tersebut.
B. Penentuan Struktur Tarif Retribusi
Dasar hukum yang mengatur mengenai retribusi kebersihan/persampahan di
Kabupaten Maros adalah Perda No. 17 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan. Peraturan ini mengatur tentang struktur tarif
retribusi kebersihan/persampahan mulai dari penetapan wajib retribusi, tata
cara penagihan dan ketentuan pidana.
Peraturan mengenai retribusi kebersihan dan institusi yang telah dibuat
tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Aturan tentang pelaksanaan kebersihan oleh Masyarakat cukup jelas diatur
tetapi perlu dibuat petunjuk palaksanaan.
2. Besarnya tarif retribusi sampah perlu disesuaikan lagi, tarif retribusi sampah
harus dievaluasi setiap 3- 5 tahun.
C. Ketentuan Umum tentang Keindahan, Kerapian dan
Kebersihan Kota.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Maros belum
mempunyai peraturan daerah tentang Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan Kota, untuk masa ke depan
harus sudah dibuat peraturan daerah tentang K3 .

6.2.5 Komponen Peran Serta Masyarakat


Peran serta Masyarakat dalam
pengelolaan persampahan yang ada
sekarang di Kabupaten Maros cukup baik,
khususnya partisipasi dalam pembiayaan.
Hal ini dapat dilihat dari realisasi

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 126
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

pemungutan retribusi dari tahun 2010 sampai 2012 yang rata-rata hampir mencapai 70-
80%.
Selain peran dalam pembiayaan, Masyarakat di Kabupaten Maros juga berperan
serta dalam pelaksanaaan teknis operasional pengolahan persampahan. peran serta ini
diwujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan seperti keikutsertaan pada sebagian
tahap pengelolaan persampahan, seperti pengumpulan sampah di Kontainer dan bak
sampah dan menyediakan sendiri pewadahan, serta kegiatan pengolahan sampah skala
rumah tangga.
Namun demikian, kualitas peran serta Masyarakat dalam kegiatan teknis
pengolahan sampah di Kabupaten Maros masih sangat perlu ditingkatkan mengingat
masih rendahnya kesadaran Masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Indikasi
rendahnya kualitas peran serta Masyarakat ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara
lain:
1. Rendahnya kesadaran untuk melaksanakan metode 3R.
2. Masih adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan.
3. Masih tingginya kebiasaan memakai barang yang sulit terurai.
4. Upaya membangun peran serta Masyarakat pada pada pengelolaan kebersihan,
khusunya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan kebersihan
perlu ditingkatkan.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah persampahan
dengan mengacu pada Permen PU No 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan
kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R
serta sasaran yang harus dicapai, pada dasarnya merupakan tugas berat bagi semua
pihak dalam mewujudkan upaya tersebut, mengingat kondisi yang ada saat ini, baru
sekitar 1% sampah yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian, dengan
berbagai gerakan yang ada ditingkat Masyarakat baik melalui peranan tokoh
Masyarakat, LSM ataupun pemerintah kabupaten, serta telah banyak praktek–praktek
unggulan 3R yang cukup sukses dan dapat direplikasi ditempat lain, sehingga target
pengurangan sampah 20% bukan mustahil akan dapat dicapai. Keberhasilan program 3R
ini sangat tergantung pada keterlibatan Masyarakat.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 127
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan
sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan Masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.
 Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak
balik, menggunakan kembali botol bekas “minuman” untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
 Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau
mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas
sedikit lebih rendah dan lain-lain. Dari pengamatan terhadap komposisi
sampah di Kabupaten Maros, maka kegiatan daur ulang (recycle) yang layak
dilakukan adalah pembuatan kompos dan daur ulang lainnya (daur ulang
plastik, besi, kuningan, dan lain-lain), pelaksanaan daur ulang saat ini sudah
dilakukan di TPST. Untuk memperkenalkan dan menyakinkan Masyarakat agar
mau melaksanakan pembuatan kompos tersebut, maka pengelola kebersihan
kota Kabupaten Maros perlu melakukan proyek perintisan/percontohan
pembuatan kompos dan menjamin pembeliaan kompos yang dihasilkan oleh
masyarakat/LPM.

6.2.6 Aspek Teknik Operasional


A. Sumber Sampah
Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah
paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 128
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan


dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di
daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA
juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas
bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain.
potensi pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50% dari total sampah
yang dihasilkan.

B. Pola Pelayanan

.....

Pewadahan, pewadahan harus disediakan sendiri oleh Masyarakat, dapat berupa


bin/tong sampah, Karung plastik, dan keranjang Takaruka. Volume pewadahan
disesuaikan produk sampah yang dihasilkan dan mampu menampung selama
untuk produk 3 hari. Pembuatan kompos dapat dilakukan mulai dari sumber
sampah (pengolahan sampah rumah tangga), ada bebarapa cara pengomposan
yaitu : cara pengomposan dengan metode Takakura, Komposter dan dengan
pembuatan lobang sampah di tanah.
C. Pengumpulan/Pengangkutan
Pengumpulan/pengangkutan sampah dilakukan
dengan cara individual yaitu pengumpulan sampah
langsung dengan Motor Sampah menuju Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), setiap motor
sampah akan dilayani oleh 2 petugas.
Pengumpulan dengan cara individual akan
dilakukan dengan gerobak, setiap gerobak dilayani oleh 2 petugas.
D. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST)
Semua sampah yang diangkut oleh motor sampah
di daerah pelayanan akan berakhir di TPST dimana
semua sampah akan diolah secara terpadu berupa

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 129
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

seperangkat alat pengolahan terpadu. Di TPST akan dilaksanakan kegiatan


pemilahan dan Composting. Untuk pembuatan kompos di lokasi TPST
dipergunakan alat composter, sedangkan sampah yang tidak dapat di daur ulang
dan sisa komposting akan di packing dan ditrasfortasikan untuk dibuang ke TPA.

6.3.Tempat Pemprosesan Akhir (TPA)

Sampah yang diangkut oleh truck sampah dibuang di TPA yang terletak di
Kecamatan Mandai Kelurahan Borong Dusun Bontoramba yang berjarak ±15 km dari Ibu
kota Kabupaten. Metoda pembuangan sampah yang dilakukan masih menggunakan
sistem open dumping. Lokasi yang digunakan untuk TPA saat ini merupakan tanah
kosong yang tidak produktif. Sedangkan daerah sekitarnya berupa areal perkebunan
dan pemukiman.
6.3.1 Kriteria Pemilihan TPA
Salah satu kendala dalam penerapan metoda perencanaan Tempat Pemprosesan
Ahkir (TPA) baik sanitary landfill maupun controled landfill adalah pemilihan lokasi
yang cocok, baik dilihat dari sudut kelangsungan pengoperasian, maupun dari sudut
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Karakteristik lahan (terutama permeabilitas)
akan menentukan karakteristik sampah yang diperbolehkan masuk ke TPA. Lahan yang
tepat tidak selalu mudah didapat. Suatu metode pemilihan yang baik perlu digunakan
agar memudahkan dan mengevaluasi calon lokasi tersebut.
Sampah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil samping dari
kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug di suatu lokasi yang sesuai.
Permasalahan yang timbul adalah bahwa sarana ini merupakan sesuatu yang dijauhi
oleh Masyarakat sehingga persyaratan teknis untuk penempatan sarana ini perlu
didampingi oleh persyaratan non–teknis. Lebih luas lagi kecocokan lokasi ini di
pengaruhi oleh kebijakan daerah yang dalam bentuk formal dinyatakan dalam rencana
tata ruang. Dalam rencana tersebut biasanya sudah dinyatakan rencana penggunaan
lahan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 130
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Aspek kesehatan Masyarakat berkaitan langsung dengan manusia, terutama


kenaikan mortalitas (kematian), morbiditas (penyakit), serta kecelakaan karena
operasional sarana tersebut. Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan
dampak terhadap ekosistem akibat pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat
transportasi sampah. Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu lokasi
yang lain, terutama dengan adanya biaya ekstra pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan. Aspek sosio-ekonomi berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi
terhadap penduduk sekitar lahan yang dimaksud disini adalah keuntungan atau
kerugian akibat nilai tambah yang dapat dinikmati penduduk, ataupun penurunan nilai
hak milik karena berdekatan dengan sarana tersebut. Walaupun dua lokasi yang
berbeda mempunyai pengaruh yang sama dilihat dari apsek sebelumnya, namun reaksi
Masyarakat setempat dengan dibangunnya sarana tersebut bisa berbeda.
Suatu metodologi yang baik tentunya diharapkan bisa memilih lahan yang paling
menguntungkan dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian metodologi
tersebut akan memberikan hasil pemilihan lokasi yang terbaik. Hal ini mengandung
pengertian, yaitu : Lahan terpilih hendaknya memberikan nilai tertinggi ditinjau dari
berbagai aspek di atas, Pemilihan yang dibuat hendaknya dapat dipertanggung
jawabkan, artinya harus dapat ditunjukan secara jelas bagaimana dan mengapa suatu
lokasi terpilih diantara yang lainya. Dalam hal ini pemilihan TPA tidak lepas dari
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan daerah
layak atau tidak layak sebagai berikut :
a. Kondisi geologi :
1) Tidak berlokasi di daerah holocene fault.
2) Tidak boleh di daerah bahaya geologi.
b. Kondisi hidrogeologi
1. Tidak boleh mempunyai tinggi air tanah kurang dari 3 meter.
2. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-5 cm/det.
3. Jarak terhadap sumber air minum harus > 100 m di hilir aliran.
4. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria tersebut maka harus
dilakukan masukan teknologi.
c. Kemiringan lokasi harus kurang dari 20%
1. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk
penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis
lain.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 131
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2. Tidak boleh pada daerah hutan lindung/cagar alam dan daerah banjir
dengan periode ulang 25 tahun.
3. Untuk lokasi TPA yang jaraknya >25 km dari kota perlu dipertimbangkan
adanya transfer depo/TPST.
4. Kriteria penyisihan yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi
yang terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria
berikut :
d. Iklim
1. Hujan : makin kecil curah hujan makin baik.
2. Angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin
baik.
3. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik.
e. Lingkungan biologis :
1. Habitat : habitat kurang bervariasi dinilai makin baik.
2. Daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna dinilai makin
baik.
3. Produktifitas tanah : tanah tidak produktif dinilai lebih tinggi.
4. Kapasitas dan umur : dapat menampung sampah lebih banyak dan lebih
lama dinilai makin baik.
5. Ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup
dinilai lebih baik.
6. Status tanah : makin bervariasi nilai tanah, dinilai tidak baik.
7. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai semakin baik.
8. Kebisingan: Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
9. Bau : Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.
10. Estetika : Semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik.
11. Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m³/ton
dinilai semakin baik.

6.3.2 Pemilihan Lokasi TPA


Pemilihan lokasi layak TPA sampah dilakukan dengan meninjau aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Aspek Tata Guna Lahan.
2. Aspek Geologi.
3. Aspek Kemiringan Lereng.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 132
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4. Aspek Hidrogeologi.
5. Aspek Bahaya Lingkungan.

A. Ditinjau Dari Aspek Tata Guna Lahan


Peninjauan pemilihan lokasi layak TPA sampah berdasarkan Tata Guna Lahan
ialah menetapkan lokasi-lokasi yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
sampah karena alasan tata guna lahan. Peninjauan ini dilakukan untuk
menghindari pemilihan lokasi yang layak TPA sampah pada lahan yang telah
ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan khusus atau
yang penting. Daerah-daerah yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
antara lain:
a) Daerah danau, sungai dan laut.
b) Daerah perkotaan dan permukiman
c) Daerah pertanian potensial.
d) Daerah industri, konservasi lingkungan.
e) Daerah khusus yang dilestarikan.
f) Daerah yang jauh dari lapangan terbang.

B. Ditinjau Dari Aspek Geologi


Pemilihan lokasi layak berdasarkan kondisi geologi adalah untuk menempatkan
lokasi tersebut pada formasi geologi yang aman terhadap pencemaran
lingkungan. Formasi yang diinginkan adalah lapisan geologi dimana pada lapisan
itu terdapat kondisi yang dapat menahan dan mengurangai kadar pencemaran.
Kondisi tersebut hanya ada pada lapisan yang mempunyai permeabilitas kecil,
mempunyai cukup ketebalan dan mampu mengurangi kadar pencemaran. Sifat-
sifat tersebut merupakan sifat dari batuan lempung (sedimen clay). Pemilihan
yang dilakukan juga menghindari faktor struktur geologi seperti patahan,
retakan, longsoran dan lain-lain.

C. Ditinjau Dari Aspek Kemiringan Lereng


Pemilihan lokasi layak berdasarkan kemiringan lereng dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya longsoran, baik terhadap timbunan sampah tersebut
maupun longsoran yang tidak stabil. Untuk itu kriteria yang dianjurkan dalam
hal kemiringan ini adalah 20%. Kemiringan lereng di sekitar lokasi berkisar
antara 0–15%. Namun pada daerah-daerah tertentu kemiringannya dapat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 133
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

mencapai lebih dari 45%. Pada umumnya kemiringan lokasi TPA berkisar antara
0–10%, dan pada beberapa lokasi kemiringan mencapai 10 –15%.

D. Ditinjau Dari Aspek Hidrogeologi


Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek Hidrogeologi ialah menempatkan
lokasi tersebut pada daerah yang bukan akuifer penting dan sedapat mungkin
tidak di daerah discharge. Pemilihan tersebut juga memperhitungkan arah
aliran air tanah.
E. Ditinjau Dari Aspek Bahaya Lingkungan
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah
menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap
bahaya lingkungan, sehingga tidak membahayakan kelangsungan dan keutuhan
TPA sampah tersebut. Bahaya lingkungan yang harus diperhatikan adalah
gerakan tanah, kegempasan, kegunungapian, pengikisan banjir dan genangan
air. Dengan pertimbangan aspek bahaya lingkungan, maka lokasi layak untuk
TPA sampah adalah daerah-daerah di luar bahaya tersebut.

6.4. Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan


Strategi pengembangan pengelolaan persampahan di
Kabupaten Maros direncanakan untuk jangka waktu 10
tahun (2013 – 2023) yang terbagi dalam 3 (tiga) tahap
yaitu tahap mendesak (2013-2014) tahap I (2015-2018),
dan tahap II dengan jangka waktu tahun 2019-2023.
Program-program yang diusulkan dalam studi ini
dirancang untuk dapat dilaksanakan dalam kurun
waktu 10 tahun kedepan dengan target capaian yang ada
pada setiap tahapannya. Sasaran pelayanan pengelolaan
sampah Kabupaten Maros di tetapkan berdasarkan pada
beban permasalahan sampah yang dihadapi pada kondisi
saat ini sampai pada masa 5 dan 10 tahun mendatang. Sebagaimana ditetapkan dalam
strategi aspek operasional, bahwa beban pengelolaan sampah selama 10 tahun
mendatang terdiri atas dua cakupan yaitu:
1. Sebesar 32% penduduk, merupakan penduduk perkotaan yang akan dilayani
dengan pendekatan pelayanan teknis

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 134
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

2. Sebesar 68% penduduk perdesaan, yang akan dilayani dengan pendekatan


pembangunan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Pengembangan sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Maros ini direncanakan
secara bertahap dengan penetapan sasaran secara jelas untuk setiap tahap.
Tahapan pengembangan tersebut sebagai berikut:
1. Program Mendesak tahun 2013-2014.
2. Tahap 1: 2015 – 2018: pelayanan sampah 100% untuk pelayanan wilayah Kota
dan 30% lingkup Kab. Maros
3. Tahap 2: 2019 – 2023 : pelayanan 50% untuk pelayanan lingkup Kab. Maros

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 135
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

7.1. Perencanaan Sistem Operasi Pengelolaan Persampahan


Konsep Perencanaan penanganan dan pengolahan yang direncanakan selama 10 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
1. Lingkup pelayanan pengelolaan sampah adalah seluruh wilayah administrasi
Kabupaten Maros, baik perkotaan maupun pedesaan.
2. Wilayah perkotaan dilayani secara intensif oleh Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan, adapun wilayah perdesaan dilayani dengan pola
pembinaan untuk dikembangkannya Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat.
3. Jenis sampah yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan adalah sampah domestik, yaitu sampah yang bersumber dari
aktifitas rumah tangga/domestik, tidak termasuk limbah industri dan medis.
4. Limbah industri, atau sampah hasil proses produksi, adalah tanggung jawab
setiap lembaga atau individu dan atau badan yang menghasilkannya dan tidak
menjadi tanggungjawab Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
Hal tersebut telah diatur oleh undang-undang tentang pengelolaan limbah B3
dari industri untuk dikelola oleh pihak yang telah ditunjuk pemerintah.
5. Pengelolaan sampah B3 rumah tangga, misalnya kaleng bekas kemasan
insektisida, batu baterai bekas, neon bekas dan lain sebagainya secara bertahap
harus menjadi tanggungjawab Pemerintah. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan tidak bertanggung jawab atas pengolahan sampah jenis ini.
Akan tetapi disebabkan sampah jenis ini terkandung di dalam sampah domestik,
maka Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan harus
menanganinya dengan memisahkannya dari sampah lainnya.
6. Pewadahan, pengumpulan dan pengangkutan di sumber diarahkan menuju
sistem terpilah. Sampah dipilah menjadi 3 jenis, yaitu : sampah organik,

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 136
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

anorganik dan B3 Rumah Tangga. Dalam jangka pendek, pemilahan


diperkenalkan diseluruh aktifitas penimbul sampah, dan pada jangka menengah
akan diimplementasikan secara bertahap, dengan prioritas pengadaan sarana
prasarana di wilayah non permukiman. Di permukiman, pemilahan di sumber
akan dilakukan secara bertahap sejalan dengan pengembangan sarana
pengolahan lainnya.
7. Operasi pengumpulan sampah dari rumah-rumah ke Tempat Pengolahan Sampah
Skala Kelurahan (TPS-Kelurahan), dilakukan oleh masyarakat secara mandiri
dengan membentuk organisasi pada tingkat RT/RW atau menunjuk pihak
pengelola swasta.
8. Di wilayah yang memungkinkan untuk dikembangkan Sistem Pengelolaan
Berbasis Masyarakat, ditetapkan bahwa operasi pengelolaan harus menerapkan
prinsip-prinsip 3R.
9. Di lingkungan RT/RW, diberikan peluang untuk dikembangkannya pengolahan
sampah skala komunal, dan kawasan, juga dengan menerapkan prinsip-prinsip
3R.
10. Dalam suatu wilayah Kelurahan wajib memiliki area satu TPS Kelurahan dan di
dalam suatu lingkungan Kecamatan, wajib memiliki TPS Kecamatan. Keduanya
dikelola oleh Dinas Kebersihan, bekerja sama dengan aparat Kelurahan,
Kecamatan, Masyarakat dan bahkan pihak swasta.
11. TPS Kelurahan adalah lokasi penampungan sampah, dan pengomposan sampah
organik. Ditempatkan di setiap Kelurahan untuk melayani 5.000 penduduk.
Dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dengan
mengembangkan kemitraan dengan masyarakat atau pihak swasta.
12. Pengomposan dilakukan sebagai usaha minimasi sampah tertimbun di TPA,
bukan untuk mencari keuntungan ekonomis. Kerjasama dengan pihak atau
instansi atau dinas lainnya yang terkait dengan penggunaan produk kompos
akan dijalin dalam kerangka pengembangan tanaman organik.
13. TPS Kecamatan adalah pusat pengolahan sampah anorganik, yaitu plastik,
kertas, logam dan gelas,
14. TPA sebagai lokasi pemprosesan akhir sampah, sampah Tahun 2023
direncanakan akan tetap menggunakan TPA Bontoramba di Desa Bontoramba
sampai difungsikannya TPA Regional Mamminasata di Kec. Pattalassang Kab.
Gowa.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 137
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

15. TPA Bontoramba dalam jangka panjang dipersiapkan hanya untuk penanganan
residu olahan sampah dan sampah B3 RT, pengomposan di TPA dioperasikan
untuk mengantisipasi ketika pengomposan dalam jangka pendek ketika belum
ada operasi pengomposan di TPS Kelurahan.
16. Penanganan akhir sampah di TPA, selama mekanisme daur ulang di hulu belum
berjalan 100%, dilakukan penimbunan secara controlled landfill. Bahkan
metode ini akan tetap dipakai untuk menangani residu.
17. Pelayanan berbasis masyarakat dikembangkan di Desa-Desa yang telah
mendapat bantuan teknis peralatan pengelolaan sampah. Adapun
pengembangannya dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah perdesaan.
18. Pengolahan sampah dengan teknologi lainnya seperti diorientasikan untuk
mengembangkan model pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar.
19. Pengolahan sampah menjadi energi dilakukan ujicoba dalam jangka pendek,
dan pada jangka menengah, akan dilakukan kelayakan untuk dikembangkan
menjadi skala besar.

7.2. Perencanaan Perwadahan Sampah


Konsep pewadahan yang akan diterapkan adalah dengan sistem terpilah dalam 3 jenis,
yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 Rumah Tangga. Akan tetapi pemilahan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
 Pewadahan terpilah mencapai 50 % wilayah pelayanan, dalam 10 tahun
mendatang.
 Jangka menengah (2013-2018), diorientasikan sebagai pengenalan pemilahan
kepada masyarakat umum, dengan memasang wadah sampah terpilah 3R, di
jalan protokol, taman kota, atau fasilitas umum lainnya, kantor- kantor
Pemerintah dan institusi pendidikan, pengenalan yang lebih intensif dengan
melakukan pembinaan di lingkungan permukiman yang menjadi sasaran
pengembangan sampah berbasis masyarakat. Dalam periode ini pula di cari
bentuk dan mekanisme pemilahan yang dapat diterima sesuai dengan tatanan
sosial budaya masyarakat di Kabupaten Maros.
 Jangka Panjang (2018-2023), merupakan masa kampanye di seluruh wilayah
yang termasuk katagori pelayanan intensif, yaitu di 14 Kecamatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 138
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Ketentuan Umum Wadah sampah terpilah di sumber adalah sebagai berikut :


 Wadah terbuat dari plastik atau bahan anti karat lainnya
 Kapasitas minimal 20 liter per jenis sampah.
 Wadah Organik, berwarna hijau
 Wadah Anorganik, berwarna kuning
 Wadah B3 RT, berwarna merah
7.3. Perencanaan Operasi Pengumpulan
Kelancaran dan keberhasilan sistem pengumpulan sampah merupakan syarat
pertama tercapainya sanitasi lingkungan dari gangguan sampah. Dengan demikian
lingkungan menjadi bersih tidak terdapat sampah yang tercecer, dibuang ke saluran,
ke sungai ke tempat-tempat ilegal lainnya.
Target dari sistem pengumpulan dalam adalah tercapainya tingkat sanitasi
lingkungan dari gangguan sampah melalui pembentukan sistem pengumpulan yang
menjamin rutinitas dan stabilitas pelayanan. Sistem pengumpulan yang dibangun
disesuaikan dengan kondisi fisik geografi, ekonomi, fasilitas jalan dan kondisi lainnya
supaya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
7.3.1 Ketentuan Umum
Ketentuan pengumpulan di Kab. Maros, ditetapkan sebagai berikut :
 Pengumpulan dari setiap sumber aktifitas ditujukan ke TPS Kelurahan, tidak ada
sistem langsung pengumpulan ke TPA mengingat adanya tujuan pengomposan di
tingkat Kelurahan.
 Pengumpulan adalah tanggung jawab masyarakat dan atau penimbul sampah.
Secara berkelompok, masyarakat dan atau penimbul sampah membentuk
organisasi RT/RW atau penunjukan pihak swasta dalam pengumpulan sampah.
 Untuk wilayah pelayanan terpilah di sumber, disyaratkan ada pengaturan
jadwal pengangkutan berdasarkan jenis sampah.
 Frekuensi pengumpulan sampah organik, disyaratkan harus setiap hari.
 Frekuensi pengumpulan sampah anorganik disyarakatkan minimal 3 kali dalam
seminggu.
 Sistem pengumpulan disesuaikan dengan mempertimbangkan jenis alat
pengumpul, fasilitas jalan dan kemampuan membayarnya.
7.3.2 Pengumpulan Sampah Permukiman/Rumah Tangga
Saat ini terdapat 3 (tiga) pola operasi yang dilaksanakan yaitu : (1) Individual
langsung, (2) Individual Tidak Langsung, dan (3) Komunal Tidak Langsung. Data
eksisting menunjukkan pola individual langsung paling banyak dioperasikan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 139
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Namun pola ini terukur kurang efisien, terutama pada waktu angkut dari titik
pengumpulan ke TPA. Demikian terdapat kekurangan dari pola operasi individual tidak
langsung dan komunal langsung saat ini. Karena itu dengan adanya rencana
pengomposan di TPS Kelurahan dan pengolahan sampah anorganik di TPS Anorganik,
diharapkan dapat mengatasi inefisiensi ketiga pola ini dari sisi waktu operasi. Tujuan
pengumpulan yang semula menuju TPA Bontoramba kini menuju TPS Kelurahan yang
terletak relatif jauh lebih dekat. Dengan demikian, ketiga pola operasi pengumpulan
yang ada saat ini akan ditransformasi menuju peningkatan kinerja sebagai berikut.
1) Sistem Individual Langsung
Yaitu pola operasi dimana sampah dari sumber langsung dibawa ke TPS Kelurahan atau
TPS Kecamatan
 Dioperasikan di daerah permukiman teratur seperti Real Estate atau kompleks,
di daerah jalan utama dan protokol.
 Sampah dari sumber dikumpulkan dan langsung diangkut oleh kendaraan
pengumpul sampah ke TPS Kelurahan, berdasarkan jenisnya.
 Sampah organik di TPS Kelurahan di komposkan
 Sampah anorganik dan residu dipindahkan ke TPS Kecamatan dengan
menggunakan dump truck 6 m³.
 Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :
 Dua hari sekali ketika pemilahan belum dilakukan.
 Setiap hari sekali untuk sampah organik.
 Dua kali seminggu untuk sampah anorganik.
Perubahan pola operasi pengumpulan sistem indivudual langsung dijelaskan pada
gambar berikut :

Gambar 7.1
Pola Operasi sistem door to door eksisiting

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 140
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.2
Pola Baru Operasi Door to Door

(2) Sistem Individual Tidak Langsung


Yaitu pola operasi pengumpulan dimana sampah dari sumber dikumpulkan di TPS
terlebih dahulu sebelum dibawa ke TPS Kelurahan atau Kecamatan.
 Dioperasikan di daerah permukiman tidak teratur, dimana kendaraan/alat
pengumpul besar sulit masuk.
 Sampah dari sumber sampah diangkut dengan menggunakan motor sampah.
kemudian sampah dibawa ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) atau
langsung ke TPS Kelurahan.
 Sampah organik di TPS Kelurahan dikomposkan.
 Sampah anorganik dan residu dipindahkan ke TPS Kecamatan dengan
menggunakan dump truck 6 m³.
 Apabila pemilahan telah berlangsung seutuhnya, sampah anorganik langsung
dikumpulkan ke TPS Kecamatan.
 Residu yang tersisa diangkut ke TPA menggunakan Dump Truck 6 m³.
 Frekuensi pengumpulan oleh motor sampah direncanakan sendiri oleh pihak
pengelola lingkungan setempat.
 Batas minimum frekuensi pengumpulan adalah :
 Dua hari sekali untuk sampah tercampur.
 Setiap hari sekali untuk sampah organik.
 Seminggu sekali untuk sampah anorganik.
adapun perubahan pola operasi pengumpulan sistem individual tidak langsung
diperlihatkan pada gambar 7.3.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 141
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.3
Pola Operasi Pengumpulan Sistem Individual Tidak Langsung

Model Terpilah

Model Tercampur

Gambar 7.4
Perubahan Pola Operasi Pengumpulan
Sistem Individual Tidak Langsung

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 142
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

(3) Komunal Langsung


Yaitu pola operasi pengumpulan oleh masing-masing penimbul sampah ke suatu tempat
penampungan skala kecil dan langsung dibawa ke TPS Kelurahan atau TPS Kecamatan.
Dalam prakteknya pola ini menggunakan lahan terbuka untuk mengumpulkan sampah
tanpa sarana. Hal ini yang perlu diperbaiki, dengan ketentuan berikut :
 Pola ini dioperasikan di permukiman padat, pasar dan daerah komersil.
 Penimbul sampah mengumpulkan sampahnya masing-masing ke Container 6 m³
atau container lebih kecil dari itu, bila lokasi tidak memungkinkan sebagai
Tempat Penampungan Sementara (TPS).
 Sampah di dalam Container diangkut dengan kendaraan pengumpul ke TPS
Kelurahan.
 Di TPS sampah dipilah, organik langsung dikomposkan, sampah anorganik
diangkut ke TPS Kecamatan.
Perubahan pola operasi pengumpulan sistem komunal langsung dijelaskan pada gambar
7.5.

Menuju TPA Bontoramba

Pool
Kendaraan
BLHKP

Gambar 7.5
Pola Operasi Sistem Komunal Langsung Eksisting

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 143
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Model Terpilah

Model Tercampur

Gambar 7.6
Perubahan Operasi Pengumpulan Sistem Komunal Langsung

7.3.3 Pengumpulan Sampah Pasar


Timbulan Sampah pasar di Kabupaten Maros saat ini merupakan peringkat kedua
terbesar setelah sampah rumah tangga, yaitu 20% dari timbulan sampah rata-rata
harian. Dalam hal komposisi, sampah pasar didominasi oleh sampah organik yaitu
mencapai 87%, hal ini merupakan potensi kompos yang tinggi. Terdapat 2 (dua)
alternatif lokasi pengomposan sampah pasar yaitu :
(1) Di lokasi dekitar pasar itu sendiri, bila ada lahan yang cukup memadai, maka di
lokasi tersebut dapat menjadi lokasi TPS Kelurahan sebagai lokasi pengomposan
(2) Di TPA, yaitu pada instalasi pengomposan yang tengah berjalan saat ini,
diprioritaskan adalah sampah pasar.
Dengan demikian, di sumber yaitu sejak dari kios-kios pasar, sampah dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Sedangkan sampah anorganik dibawa ke TPS
Kecamatan terdekat. Namun tentu saja hal ini memerlukan waktu untuk proses
pembinaan. Direncanakan proses ini dijalankan dalam jangka menengah.

Ketentuan Pengelolaan Sampah Pasar :


Pengelolaan sampah pasar diserahkan pada pihak pengelola pasar setempat
kerjasama dengan masyarakat di lingkungan kelurahan dimana pasar berada.
Sistem pengumpulan sampah pasar diarahkan terpisah menurut dua jenis
sampah yaitu sampah organik dan anorganik.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 144
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Sampah organik langsung dikomposkan di TPS Pasar/kelurahan, sedangkan


untuk sampah anorganik dibawa ke TPS Kecamatan terdekat untuk dilakukan
pengolahan.
Ketika TPS Pasar/Kelurahan masih belum dibangun, maka pengomposan sampah
pasar akan dikomposkan di TPA.
Adanya orientasi pemilahan sampah organik dan anorganik, yang dimulai pada
setiap kios pasar, maka sarana pewadahan yang disediakan oleh setiap kios
adalah terpisah antara sampah organik dan anorganik.
Wadah yang disediakan bisa berupa karung, kantong plastik atau lainnya sesuai
kemampuan pemilik kios tersebut.
Perubahan operasi pengumpulan sampah pasar diperlihatkan pada gambar 7.7.

Gambar 7.7
Operasi Pengumpulan Sampah Pasar

7.3.4 Fasilitas Umum dan Komersial


Dalam hal ini yang dimaksud dengan fasilitas umum meliputi institusi
pemerintahan dan swasta, sekolah, rumah sakit, bangunan ibadah, taman-taman kota
dan tempat umum lainnya yang berada di sepanjang jalan utama. Sedangkan komersial
merupakan pertokoan dan niaga.
Ketentuan Umum :
Pewadahan untuk fasilitas umum dan komersial akan menggunakan wadah yang
lebih tahan lama dan ditempatkan/digunakan secara komunal yaitu berupa “bin
terpilah-B3”.
Volume Wadah 80-120 L.
Pengangkutan minimal sekali dalam sehari.
Kendaraan pengangkut berupa pick up terpilah 2 (organik-anorganik) dengan
kapasitas 4 m³.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 145
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Sampah dalam wadah-wadah bin dituang sampahnya ke dalam kendaraan pengangkut


untuk dibawa ke TPS Kelurahan. Adapun ketentuan bagi setiap kelompok pelayanan
adalah sebagai berikut :
1) Daerah Komersial (Pertokoan dan Niaga)
 Sistem individual langsung, pewadahan dibiayai secara individu.
 Pengumpulan dilakukan oleh Dinas Kebersihan atau swasta yang ditunjuk, atas
perjanjian frekuensi pengangkutan dan besarnya retribusi yang harus
dibayarkan.
 Frekuensi pengangkutan minimal 2 shift dalam sehari, yaitu pagi dan siang atau
malam.
2) Institusi (perkantoran, sekolah) dan Hotel
Institusi/Hotel diwajibkan mengembangkan program minimisasi sampah di
dalam lingkungannya sendiri, sehingga mampu mereduksi timbulan sampah.
Pewadahan dilakukan dengan pemilahan antara 3 (tiga) jenis sampah yaitu
organik, anorganik dan B3.
Pengomposan dilakukan di lingkungan setempat dengan metoda sederhana.
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan memberikan jasa
pengumpulan sampah anorganik dengan menyediakan sarana pengumpul berupa
Kontainer, dengan ketentuan :
o Institusi/Hotel tunggal, tidak lebih dari satu gedung berlantai 3. Dilayani
dengan metoda individual langsung. Wadah sampah di sumber disediakan
secara mandiri oleh institusi bersangkutan.
o Institusi/Hotel gabungan, berupa kawasan perkantoran/hotel atau
sejenisnya dilayani dengan menempatkan kontainer secara permanen di
lokasi tersebut, untuk selanjutnya diangkut pada jadwal tertentu,
o Setiap institusi yang dilayani wajib memberikan imbalan jasa pelayanan
kepada Badan Lingkungan, Kebersihan dan Pertamanan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3) T a m a n
Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah Bidang Pertamanan
Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh Bidang Pertamanan,
Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik compostable, maka
pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan anorganik,
Sampah organik dikumpulkan ke TPS Kelurahan untuk dikomposkan,
Sampah anorganik diangkut ke TPS Kecamatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 146
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4) Saluran Drainase Jalan dan Pengairan


 Drainase dan atau Badan Air harus bebas dari sampah,
 Keberadaan sampah di dalam saluran dan badan air adalah kewenangan
lembaga atau SKPD yang menangani masalah pemeliharaan drainase jalan dan
pengairan. Pembersihan saluran dan atau badan air dari sampah adalah
tanggung jawab Dinas bersangkutan.
 Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan melayani pengumpulan
dan pengangkutan sampah dari drainase dan badan air atas permintaan SKPD
Pengelola.
 Biaya pelayanan ditentukan berdasarkan aturan yang berlaku.

7.3.5 Penyapuan Jalan

Sampah yang berada di jalan, baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia
maupun tumbuhan (tanaman penghijau) apabila tidak dikelola akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti akan terlihat merusak keindahan dan
kebersihan jalan. Sistem pelayanan kebersihan jalan sudah harus disesuaikan dengan
perkembangan sosial dan teknologi agar dapat terselenggara secara efektif dan efisien.
Opersional penyapuan jalan dengan alat pengumpul gerobak sudah tidak sesuai dengan
perkembangan sosial dan teknologi disamping kurang efektif karena lambat.
Oleh karena itu perlu dipilih alternatif sistem pengumpulan sampah dari hasil
kerja penyapuan jalan yang paling sesuai dengan mempertimbangkan volume beban
sampah hasil sapuan jalan yang memiliki karakteristik tertentu pada masing-masing
lokasi jalan. Rangkaian kegiatan pengelolaan kebersihan sampah di jalan meliputi
penyapuan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan.

7.4 Perencanaan Transfer (Pemindahan)


Tahap selanjutnya ketika sampah telah dikumpulkan, maka untuk sistem operasi
pengumpulan tidak langsung, diperlukan adanya proses pemindahan. Walau dengan
konsep pengolahan di TPS Kelurahan, dan kecamatan, pola operasi pengumpulan tidak
langsung akan menjadi sangat sedikit dilaksanakan. Namun demikian, akan ketika
masih belum bisa dibangun TPS Kelurahan dan menuju TPS Kecamatan masih terlalu
jauh, maka akan TPS atau tempat penampungan sementara masih diperlukan.
Target dari sistem pemindahan adalah terciptanya mekanisme pemindahan yang
praktis, memudahkan bagi para petugas pengumpul dalam memindahkan sampah dari

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 147
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

kendaraan pengumpul ke kontainer. Pembinaan kedisiplinan para petugas dalam proses


pemindahan juga menjadi target sistem.
Berdasarkan evaluasi terhadap jenis TPS yang ada dapat disimpulkan bahwa
permasalahan utama adalah menyangkut faktor kemudahan dalam proses pemindahan.
Oleh karena itu perlu dilakukan penataan TPS agar para petugas pengumpul dapat
dengan mudah memindahkan sampah dari gerobak atau kendaraan pengumpul lainnya
ke dalam kontainer.

7.5 Perencanaan Pengolahan


7.5.1 Pengomposan
Ketentuan Umum
Pengomposan sampah di Kabupaten Maros bertujuan mengurangi laju aliran
timbulan sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Karena
itu pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber. Mengacu pada
strategi yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama pengembangan
pengomposan di Kabupaten Maros, maka Prinsip dasar dalam Rencana Pengomposan
untuk 10 tahun adalah sebagai berikut :
1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Bahwa pengomposan sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus
menjadi bagian dalam sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar
kinerja pengomposan akan menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga
kontribusi pengomposan terhadap beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih
terukur dan signifikan.
2) Minimasi di sumber
Pengelolaan sampah di Kabupaten Maros, saat ini masih menganut pola
konvensional atau paradigma lama yaitu „kumpul-angkut-buang‟. Pelaksanaan
pengomposan itu sendiri dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, dengan
sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan
pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan
pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah
komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman,
harus dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian ada kalanya kendala
keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPS yang berfungsi untuk
mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 148
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3) Kewilayahan
Pengomposan sampah dilakukan untuk suatu wilayah Kelurahan. Dimana lokasi unit
kerja kompos berada maka dari wilayah Kelurahan tersebut sampah sebagai bahan
baku kompos diambil. Hal ini dilakukan dengan maksud agar kehadiran unit kerja
kompos benar-benar dirasakan sebagai solusi masalah pengelolaan sampah di
wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan penolakan akan kehadiran lokasi
pengomposan dapat dihindari dan menumbuhkan kesertaan masyarakat. Dalam
aplikasinya, akan kehadiran unit pengomposan di setiap lingkungan RT, RW, unit
pasar, unit toko, unit gedung atau instasi tertentu, unit sekolah atau kegiatan
lainnya di Kabupaten Maros.
4) Kemitraan dengan Masyarakat dan Swasta
Berdasarkan pengamatan terhadap kapasitas sumber daya manusia di lingkungan
intern Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, dalam menangani
sampah dinilai belum menunjukkan kinerja yang tinggi, maka untuk menjamin
kapasitas kerja yang tinggi, pelaksanaan pengomposan dilakukan untuk menjalin
kemitraan antara pemerintah-masyarakat dan swasta.
Sebagai salah satu kelompok stakeholder dalam pengelolaan sampah kota,
masyarakat sudah seharusnya ditempatkan dengan tepat. Disamping itu, kehadiran
swasta yang secara profesional memberikan jasa pengomposan dan atau
pengelolaan sampah pun menjadi peluang untuk kemitraan dalam pelaksaaan
pengomposan.
Sistem pengomposan yang akan dikembangkan di Kabupaten Maros dalam periode
perencanaan ditetapkan sebagai berikut :
 Pengomposan dilakukan di TPS Kelurahan dan di TPA dan juga di sumber
sampah lainnya dengan keberadaan lahan untuk proses pengomposan. Dengan
demikian, metode yang dipilih adalah metode Pengomposan Komunal.
 Pengomposan di TPS Kelurahan diutamakan untuk sampah yang bersumber dari
permukiman, sedangkan sampah dari Pasar akan diproses di TPA. Namun
demikian, bila TPS Kelurahan sudah cukup banyak, dan dapat dijangkau maka
pengomposan sampah pasar dilakukan di sini.
 Satu unit TPS Kelurahan untuk pengomposan dipersiapkan untuk melayani 5000
penduduk.
 Pengomposan sampah di TPS Kelurahan difasilitasi oleh Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan namun dalam manajemen operasional,
dilakukan olah Kelurahan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 149
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Metode pengomposan dipilih sistem box methode yang dimodifikasi dengan


sistem open windrow.
Standar sarana dalam sebuah unit kerja pengomposan adalah sebagai berikut :
1. Area penampungan sampah
2. Area pemilahan dan pencacahan
3. Area residu
4. Area pengomposan
5. Area pematangan, pengayakan dan pengemasan
6. Gudang alat dan tempat penyimpan kompos
Dengan ketentuan teknis seperti di atas, maka kebutuhan sarana prasarana
pengomposan di TPS Kelurahan adalah sebagai berikut :
1) Lahan, seluas 200 m².
2) Standar bangunan TPS dengan pengomposan,
3) Mesin pencacah organik, kapasitas minimal 23 HP, 2-3 m³/jam.
4) Mesin Pengayak kompos
5) Peralatan pendukung proses

7.5.2 Pengolahan Sampah Anorganik


A. Ketentuan Umum
Berdasarkan studi timbulan sampah anorganik yang paling tinggi kehadirannya adalah
kertas, plastik dan gelas, namun demikian, sampah plastik lebih bernilai jual tinggi,
sehingga peluang untuk dikembangkannya usaha daur ulang plastik lebih besar dari
jenis sampah lainnya. Oleh karena itu, dalam pengolahan sampah anorganik
direncanakan dipusatkan di TPS Kecamatan dengan dasar pemikiran, pengumpulan
sampah anorganik akan semakin besar dalam lingkup pelayanan yang lebih luas.
B. Ketentuan Teknis
Rencana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
Pengolahan sampah anorganik di pusatkan di TPS Kecamatan
Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kelurahan dipindahkan ke TPS Kecamatan
dengan menggunakan dump truk 6m³
Sampah anorganik yang masuk ke TPS Kecamatan di pilah berdasarkan jenis
anorganik potensi daur ulang yaitu : plastik, kertas, gelas dan logam,

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 150
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Sampah anorganik bukan plastik, seperti kertas, gelas dan logam, akan dikelola
dengan mengembangkan kegiatan pengepulan atau usaha penjualan ke para
pelaku pengumpulan yang lebih besar.
Khusus plastik keras dicacah dengan mesin pencacahan, dikemas siap dijual ke
pabrik daur ulang,
Khusus plastik halus, dipress, siap dijual ke pabrik daur ulang plastik
Kebutuhan sarana pengolahan sampah anorganik di TPS Kecamatan adalah sebagai
berikut :
 Bangunan 150 m²
 Standar bangunan TPS Kecamatan
 Mesin pencacah plastik kapasitas minimal 24 HP
 Mesin pressing plastik, kapasitas 10 HP

7.5.3 Pengolahan Sampah B3 RT


Mengingat timbulan sampah B3 RT di sumber sangat kecil, maka tidak diperlukan
wadah khusus. Masyarakat perlu diajak untuk memahami cara-cara penangan sampah
B3 RT ini dengan aman dan cara yang lebih sederhana, tanpa memerlukan peralatan
khusus, melainkan dengan menggunakan alat atau bahan yang bisa diperoleh dengan
murah dan mudah. Ketentuan teknis sarana penanganan B3 RT :
1. Wadah di sumber :
a. Wadah harus kering, dan tidak lembab seperti kardus bekas
b. Wadah disimpan khusus, jauh dari jangkauan anak-anak
c. Wadah jauh dari api.
2. Pengumpulan:
Sampah B3 RT disimpan oleh setiap penimbul, dan dikumpulkan pada petugas
Kebersihan untuk kemudian disimpan di Bak Penampung Khusus Sampah B3 RT
yang ada di TPS Kecamatan.
Dari TPS Kecamatan secara periodik, diangkut ke TPA. Di TPA, sampah B3 RT
akan dikumpulkan di dalam bangunan khusus, sebelum ditangani secara khusus.
Alternatif penanganan, yaitu diangkut ke Pusat Pengelolaan Limbah Industri
khusus B3. Alternatif lain yaitu ditimbun dengan cara-cara sesuai peraturan
pengelolaan B3.
Apabila TPS Kecamatan belum ada, maka sampah B3 RT dikumpulkan oleh
petugas pengumpul dan dibawa ke TPA.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 151
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3. Bak Pengumpul di TPS :


Bak terbuat dari bahan anti karat, dan tidak mudah terbakar, minimal dinding
dari beton.
Bak tertutup dan kedap air.
Terdapat lubang/pintu pengumpul untuk memasukkan sampah tanpa harus
membuka pintu bak.
Di dalam Bak terdapat kontainer penampungan yang bisa langsung dibawa
ketika proses pengumpulan dilakukan.
Bak berpintu untuk memudahkan pengambilan kontainer.
Pintu terbuat dari baja, dicat warna merah pertanda Bahan Beracun Berbahaya.

7.5.4 Pengolahan Lain


Didalam pengembangan strategi, ditetapkan porsi timbulan sampah yang akan
dikelola dengan pengolahan lain. Yang dimaksud dengan pengolahan lain adalah
teknologi lain di luar pengomposan dan pengolahan anorganik dengan konsep daur
ulang. Porsi ini pun ditetapkan untuk mengantisipasi adanya tawaran dari Investor yang
selalu menawarkan teknologi tinggi. Sebagai contoh yaitu PLTSa (Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah) atau bahkan incinerator biasa. Namun demikian, konsep
pengembangan pengolahan sampah dengan alternatif pengolahan lain ini diketahui
memerlukan biaya investasi bahkan biaya operasional dan pemeliharaannya pun tinggi.
Karena itu, di Kabupaten Maros, ditetapkan konsep sebagai berikut :
Pengembangan teknologi lain selain pengomposan metode konvensional dan
daur ulang anorganik, dalam 10 tahun mendatang merupakan porsi pengelola
swasta, investor, atau adanya Hibah dari Perusahaan Negara tertentu.
Pemerintah Kab. Maros akan memusatkan pendanaan pengelolaan sampah pada
penataan sistem dari hulu ke hilir, tidak menanamkan investasi yang tinggi pada
pengolahan sampah di hilir.
Untuk pengembangan PLTSa direncanakan diintegrasikan dengan upaya
pengomposan, mengingat PLSTa menghasilkan panas yang bermanfaat untuk
membantu proses pengomposan, sedangkan pengomposan memproduksi residu
kompos yang memiliki kalor bakar yang lebih baik dari sampah itu sendiri.
Dengan segala kendala pembiayaan dalam pengembangan sebuah PLTSa,
selayaknya PLTSa dikembangkan dalam jangka waktu panjang, lebih dari 10
tahun mendatang. Adapun ujicoba pembangunan yang tengah dijalankan dengan
adanya hibah dari PLN akan menjadi ajang studi kelayakan dari segala aspek,

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 152
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

sehingga kelayakan pengembangannya untuk masa mendatang dapat diperoleh


dalam periode uji coba ini.

7.5.5 Penanganan Residu


Yang dimaksud dengan residu adalah sampah sisa proses pengolahan, artinya akan
terkandung jenis sampah organik dan anorganik yang tidak lagi dapat diolah. Sampah
ini umumnya memiliki kadar air yang sangat rendah dan memiliki nilai kalori bakar
yang lebih baik dari sampah murni. Oleh karena penanganan residu direncanakan di
integrasikan dengan ujicoba pengembangan PLTSa.
Disamping itu, dalam priode akhir tahun perencanaan, akan dilakukan kajian kelayakan
pemanfaatan residu sampah menjadi bahan bakar, yaitu melalui proses pembuatan
biomassa. Konsep pemanfaatan sampah menjadi briket biomassa.

7.6 Perencanaan Pengembangan TPA


Rencana pengembangan TPA Bontoramba adalah sebagai berikut :
1) Optimasi proses pengomposan pada sarana eksisting hingga mencapai kapasitas
proses 40 ton/hari.
2) Pembangunan sarana pendukung berupa jembatan timbang dan pembuatan
pagar.
3) Kajian pengintegrasian pengomposan dan pengolahan residu dengan PLTSa.
Adanya rencana regional Metropolitan dalam pengembangan TPA, yaitu dengan
ditetapkannya TPA Pattalassang yang masih masuk ke wilayah Kabupaten Gowa,
sebagai TPA bersama wilayah Kota Makassar, Kab. Gowa, Kab. Takalar dan Kab. Maros.
Dalam rencana ini, perlu dilakukan analisa kelayakan finansial terhadap rencana
pemrosesan di TPA Regional atau dengan terus melakukan optimasi terhadap TPA
Bontoramba.

7.7 Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis


Masyarakat

7.7.1 Rencana Pengembangan


7.7.1.1 Wilayah Pengembangan
Sejak beberapa tahun terakhir ini di Kabupaten Maros, telah banyak diupayakan
pengembangan pengelolaan sampah bersama masyarakat. Masyarakat mengajukan
permohonan bantuan peralatan dan Pemerintah mengadakannya. Namun demikian,
konsep yang diterapkan tidak satu pun memenuhi kriteria sebuah Pengembangan
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 153
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat. Dan umumnya bantuan Pemerintah berupa


peralatan pengolahan sampah tidak dimanfaatkan. Permasalahan utama adalah belum
terbangunnya sistem itu sendiri sehingga tidak dapat dipastikan keberlanjutannya.
Kunci utama pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat adalah pelibatan
masyarakat itu sendiri. Pelibatan masyarakat di dalam suatu program pembangunan.
Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat, merupakan suatu proses
berkesinambungan dengan tahapan sebagai berikut :
 Pengumpulan informasi
 Penyebaran informasi
 Pertukaran informasi
 Konsultasi
Masyarakat tidak mungkin terlibat tanpa adanya penyampaian informasi dan
konsultasi antara pembawa pesan dengan masyarakat. Kegiatan pengembangan Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat memerlukan persiapan strategi komunikasi dengan
prinsip partisipatif dan community development. Diperlukan bauran media yang luas
dan bervariasi sehingga komunikasi yang dijalankan lebih efektif.
Sarana dan prasarana pengelolaan sampah senantiasa menjadi kebutuhan
bersamaan dengan proses pembelajaran yang tengah dilakukan. Oleh karena itu,
sebagai sebuah langkah besar, Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat akan
dikembangkan di Kabupaten Maros dengan ketentuan umum sebagai berikut :
1) Sistem dibangun dengan prioritas di perdesaan, terutama pedesaan yang
termasuk dalam katagori Kecamatan dengan kebutuhan pelayanan rendah dan
sedang.
a. Kecamatan Prioritas Utama yaitu : Kec. Mallawa, Camba, Cenrana, Tompobulu
dan Moncongloe.
b. Kecamatan Prioritas Kedua yaitu : Kec. Simbang, Bantimurung, Bontoa, Marusu
dan Tanralili.
2) Di wilayah yang menjadi perioritas pelayanan Badan Lingkungan Hidup
Kebersihan dan Pertamanan seperti : Kec. Lau, Maros Baru dan Turikale dapat
dikembangkan sepanjang sistem itu adalah pilhan masyarakat atau keinginan
muncul dari masyarakat.
3) Sistem dikembangkan oleh kelompok masyarakat bersama Pemerintah, dalam hal
ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dengan bantuan aparat
di Kecamatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 154
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4) Kapasitas Sistem ditentukan atas dasar kesepakatan kelompok inisiator bersama


Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
5) Kapasitas minimal, satu sistem melayani 5000 jiwa dalam lingkup satu Desa atau
Kelurahan.

7.7.1.2 Tahap Pengembangan


Mengembangkan sebuah Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat, diperlukan
berbagai persiapan baik dari pihak insiator itu sendiri maupun dari pihak masyarakat
yang menjadi target. Pada dasarnya inisiator adalah seorang atau sekelompok
masyarakat yang telah memahami masalah pengelolaan sampah. Salah satu tujuan
pembangunan sistem ini adalah keterlibatan peran serta masyarakat seluas-luasnya,
maka inisiator kegiatan juga memerlukan bekal yang cukup akan strategis peningkatan
peran serta secara partisipatif. Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat dikembangkan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan di pihak Inisiator, yaitu proses penentuan tujuan dan penyiapan
tenaga pelaksana lapangan.
2. Sosialisasi dan Pengumpulan Informasi, yaitu proses penyampaian tujuan
insiator kepada seluruh masyarakat, beserta pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah.
3. Analisa Masalah dan Penjajagan Kebutuhan dalam Pengelolaan Sampah, Pada
tahap ini masyarakat sudah mulai dilibatkan. Proses ini bertujuan untuk
mengajak masyarakat menyadari segala permasalahan yang ada terkait
pengelolaan sampah dan mengajak masyarakat untuk mencari solusi
berdasarkan harapan dan keinginannya. Biasanya dari tahap ini dihasilkan
susunan prioritas masalah.
4. Perencanaan aktifitas di Masyarakat, Proses ini pada dasarnya mencari solusi
atas permasalahan yang ditemukan. Karena itu, pada tahapan ini direncanakan
berbagai aktifitas dalam kerangka pemecahan masalah bersama dengan
kebutuhan sumber daya.
5. Pelaksanaan Kegiatan atau selayaknya dikatakan sebagai proses
pengorganisasian kegiatan masyarakat dalam kerangka membangun Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
6. Pemantauan atau Monitoring. Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah
program memang berjalan pada arah yang benar, mengidentifikasi
permasalahan dalam pelaksanaan program dan kegiatan, memperkirakan
antisipasi yang dibutuhkan untuk menjaga alur pelaksanaan program.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 155
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

7. Evaluasi, Dilakukan setelah melihat adanya perkembangan dan atau perubahan


yang terjadi pada masyarakat dengan adanya Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat. Evaluasi dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu misalnya
bulanan atau tahunan. Di dalam Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat,
evaluasi harus dikemas secara partisipatif, yaitu dilakukan oleh masyarakat
sendiri yang merasakan manfaat kegiatan yang dikembangkan bersama.

7.7.1.3 Keterlibatan Stakeholder


Dalam membangun Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat keterlibatan stakeholder
berikut akan memberikan dampak positif terhadap pencapaian sasaran :
1. Masyarakat penimbul sampah baik sebagai individu yaitu perannya sebagai
tokoh masyarakat, atau sebagai kelompok seperti kelompok ibu-ibu, bapak-
bapak atau kelompok pemuda yang memberikan perhatian terhadap masalah
sampah.
2. Kelompok masyarakat penyokong dana (kelompok industri, pengusaha, dsb).
3. LSM lokal atau Lembaga Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi, yang telah
memahami permasalahan persampahan lokal.
4. Petugas atau pelaksana pengelolaan sampah yang telah ada. Terkadang, sebuah
wilayah tujuan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat sudah memiliki
swakelola sampah yang dijalankan oleh satu atau dua orang petugas. Petugas
inilah harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat.
5. Petugas pengelola sampah di TPS, baik petugas formal dari Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamnan, atau para pemulung yang bekerja di TPS,
juga merupakan kelompok strategis yang kehadirannya tidak bisa diabaikan
dalam membangun Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
6. Aparat pemerintah lokal yaitu Ketua RT/RW. Kelurahan atau bahkan sampai
Kecamatan.
7. Lembaga Pemerintah terkait dengan pengelolaan sampah.
8. Lembaga Pemerintah terkait Pembangunan Kota.

7.7.1.4 Sumber Daya Yang Dibutuhkan


Kebutuhan mengenai sumber daya (baik material maupun sumberdaya manusia)
dapat bervariasi atau berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Hal
ini sangat tergantung dari besarnya kegiatan yang dikembangkan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 156
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Dalam pemenuhan sumber daya hendaknya selalu melibatkan masyarakat


setempat, agar tumbuh rasa memiliki. Kebutuhan material pada dasarnya merupakan
kebutuhan yang berasal dari kegiatan-kegiatan :
Pengadaan alat bantu kegiatan diskusi dan penyuluhan, berupa belajar
mengajar. Seringkali proses komunikasi yang harus dilakukan di tengah
masyarakat, berkaitan dengan adanya informasi yang relatif baru, konsep-
konsep baru, gagasan-gagasan baru, keterampilan-keterampilan baru, ataupun
cara-cara baru. Komunikasi ini akan mudah dilakukan dengan dikembangkannya
alat bantu komunikasi.
Pengadaan sarana prasarana pengelolaan sampah. Sedapat mungkin sarana dan
prasarana dipilih dan ditentukan oleh masyarakat dari mulai pengembangan
design sampai pada pengadaannya. Meskipun pihak inisiator dapat memberikan
sarana dan prasarana dengan gratis, namun sebaiknya hal ini jangan dilakukan.
Apabila masyarakat menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah
mereka bersama, maka sedapat mungkin sejak awal masyarakat tidak
dibiasakan untuk hanya mengharapkan bantuan dari luar melainkan juga
mengupayakan sebagian dari kebutuhan dana.
Biaya pengembangan program. Ketika masyarakat telah mulai berpartisipasi,
sedapat mungkin kendali pelaksanaan kegiatan berada pada masyarakat, pihak
inisiator tinggal memfasilitasinya. Salah satu yang harus difasilitasi adalah
pengadaan biaya pelaksanaan kegiatan.

Adapun di dalam proses pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat,


dimana usaha peningkatan peran serta masyarakat menjadi sasarannya, dibutuhkan :
 Proses pendampingan. Proses ini menjadi tanggung jawab pihak inisiator.
Biasanya terdiri dari beberapa orang yang memiliki kemampuan dalam
penggunaan Metodologi Partisipatif. Kelompok ini bertugas mendampingi
masyarakat, mulai dari tahap awal ketika memasuki suatu wilayah, melakukan
pendekatan kepada masyarakat, memotivasi masyarakat, bekerjasama dengan
masyarakat hingga menyiapkan masyarakat untuk dapat mengembangkan
dirinya sendiri.
 Kelompok pendamping dan juga kelompok masyarakat masih perlu didampingi
oleh sedikitnya seorang coacher yang akan memberikan konsultasi mengenai
permasalahan yang dihadapi di tingkat pelaksanaan program. Kualifikasi
Coacher ini sedikitnya adalah orang yang menguasai Metodologi Pendekatan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 157
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Partisipatif, memiliki pengalaman dalam hal pengembangan masyarakat


(community development).
 Terampil dalam hal manajemen proyek, menguasai keterampilan dalam hal
pendidikan.
 masyarakat dan dia seorang fasilitator yang baik.
 Pelatih-pelatih atau narasumber-narasumber yang berkaitan dengan isu
program. Ketika program telah berjalan dan kegiatan semakin berkembang,
maka akan muncul kebutuhan pelatihan singkat yang berkaitan dengan isu
program. Misalnya, pelatihan pengkomposan, daur ulang kertas, pelatihan
pemanfaatan kain perca dan lain sebagainya.
 Keberlanjutan atau kesinambungan program yang telah berkembang oleh
masyarakat harus menjadi kriteria keberhasilan Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat.
Sedangkan untuk keberlanjutan masyarakat membutuhkan keterampilan-keterampilan
yang memungkinkan mereka melanjutkan upaya-upaya perbaikan, tanpa harus
tergantung kepada pihak lain. Karenanya diperlukan suatu proses pelatihan untuk
masyarakat agar berkemampuan menjadi fasilitator. Diharapkan dari pelatihan
fasilitator ini diharapkan masyarakat akan mampu menjalankan dan mengembangkan
program. Pada tahap yang lebih jauh, fasilitator lokalini akan mampu mengambil
inisiatif sendiri untuk memfasilitasi masyarakat.

7.7.2 Aspek Pembiayaan


Salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal
pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah mengurangi atau
bahkan menghilangkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak luar, terutama dari
sisi pembiayaan sistem. Walau pada dasarnya Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
menempatkan upaya-paya peningkatan peran serta masyarakat terhadap pengelolaan
sampah sebagai tujuan utama.
Namun masalah pembiayaan kegiatan di dalam Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat merupakan salah satu faktor penentu dalam perkembangannya. Adalah
penting untuk segera membangun mekanisme pembiayaan pengelolaan sampah dengan
pola Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Maros. Sebelum pola ini
diimplementasikan, Selayaknya konsep pembiayaan pun dikembangkan bersama
dengan masyarakat, sehingga pola partisipatif sudah terbangun sejak awal.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 158
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Namun demikian, berikut diusulkan hal-hal penting dari aspek pembiayaan dalam
pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat, yang masih harus didiskusikan
secara partisipatif bersama seluruh stakeholder.
Dalam kerangka sumber pendanaan penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat di Kabupaten Maros harus dipahami konsep-konsep sebagai berikut :
1. Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah bagian terintegrasi dari Sistem
Pengelolaan sampah kota yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten
Maros. Walaupun di dalam Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat operasi
pengelolaan sampah dilaksanakan dengan pola pemberdayaan masyarakat,
namun demikian pengaturan pembiayaan minimal untuk biaya investasi masih
menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Maros.
2. Dengan pengembangan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat maka
sesungguhnya Pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan mendelegasikan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan
sampah di wilayah tertentu kepada Kelompok Masyarakat.
3. Agar pelaksanaan pengelolaan sampah di wilayah tujuan pengembangan Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat, menjadi bagian upaya reduksi sampah di
sumber, dan upaya pengolahan sampah di dalamnya memberikan peluang
pemberdayaan masyarakat, maka suatu Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat
perlu bekerjasama dengan pihak ketiga terutama dalam kerangka
pengembangan pasar produk olahan.
4. Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah oleh
Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat pada dasarnya berasal dari penerimaan
atau pendapatan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat yang bersumber dari
masyarakat.
5. Pengolahan sampah yang dikelola oleh Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat,
merupakan upaya pengolahan sampah dari rumah tangga, karenanya biaya
operasional bersumber dari masyarakat yang mendapat jasa pelayanan Sistem
Pengelolaan Berbasis Masyarakat.
6. Alternatif sumber biaya bagi Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah
iuran warga, penjualan kompos, produksi kegiatan pemanfaatan kompos dan
atau barang lapak, serta kontribusi pihak lain yang diupayakan secara mandiri.
Model pembiayaan ditentukan dan disepakati secara musyawarah antara
masyarakat dan pihak pengelola Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 159
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

7. Dengan adanya kebutuhan sarana dan prasarana dasar Sistem Pengelolaan


Berbasis Masyarakat, Pemerintah menanamkan investasinya diawal
pengembangan, dan reinvestasi dimungkinkan untuk diulangi dalam periode
tertentu.
8. Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat memiliki kewenangan penuh terhadap
produksi olahan sampah, namun demikian pasar utama kompos yang diproduksi
oleh Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat adalah Sistem Pengelolaan
Berbasis Masyarakat itu sendiri dan Pemerintah Kabupaten Maros melalui
mekanisme kerjasama dengan seluruh Dinas Terkait.
9. Atas jasa reduksi sampah terhadap beban pengelolaan sampah di tingkat kota,
Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat berhak mendapatkan penghargaan
(reward) dari Pemerintah dalam bentuk yang ditetapkan Pemerintah.
Sebagaimana ditetapkan bahwa Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat merupakan
bagian terintegrasi dengan sistem kota, karena itu dalam hal ketetapan retribusi
persampahan direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
 Masyarakat yang dilayani Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat, terkena
wajib iuran yang ditetapkan oleh pengelola Sistem Pengelolaan Berbasis
Masyarakat setempat, namun bebas retribusi atau biaya pengelolaan dari TPS
ke TPA selama Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat sudah mampu
menghabiskan seluruh sampah di dalam wilayah pelayanan.
 Masyarakat pelayanan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat terkena biaya
pengelolaan dari TPS ke TPA dan akan ditarik oleh Pemerintah apabila wilayah
pelayanan Sistem Pengelolaan Berbasis Masyarakat masih menimbulkan residu
sampah yang harus diangkut ke TPA.
 Biaya tersebut diperhitungkan berdasarkan biaya satuan pengelolaan sampah
yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam Peraturan Daerah.

7.8 Kebutuhan dan Jenis Sarana dan Prasarana


Jumlah kebutuhan akan berlainan satu dengan yang lain, namun jenis dari sarana
yang dikembangkan pada dasarnya sama.
Pola operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Maros untuk 10 tahun mendatang,
sarana prasarana yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem operasi pengelolaan
sampah di Kabupaten Maros adalah :
1. Wadah sampah terpilah di sumber
2. Motor Sampah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 160
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

3. Kontainer penampung sampah di TPS kapasitas 6 m³


4. Arm Roll 6 m³ untuk kontainer di atas
5. Pick Up kapasitas 4 m³, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan
pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan
6. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas 5000
penduduk.
7. Dump Truck 10 m³, untuk pemindahan residu dari TPS Kelurahan ke TPS
Kecamatan dan ke TPA.
8. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik
9. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.

7. 9. Perencanaan Pengembangan Aspek Kelembagaan


7.9.1 Rencana Pengembangan
Rencana pengembangan aspek kelembagaan dalam periode 10 tahun mendatang.
1) Bentuk Lembaga
Bentuk lembaga pengelola kebersihan di Kabupaten Maros saat ini yaitu Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan pada dasarnya sudah cukup memadai
untuk mengelola kebersihan di wilayah Kabupaten Maros pada periode 10 tahun dengan
pertimbangan:
a. Jumlah penduduk urban yang harus dilayani
b. Jumlah beban timbulan sampah yang harus dikelola
c. Jumlah prasarana dan sarana yang digunakan
d. Jumlah pegawai yang cukup
e. Kebutuhan alokasi anggaran
f. Kebutuhan kapasitas kelembagaan yang memadai
g. Urusan kewenangan yang harus dijalankan sudah jelas
Berdasarkan kebutuhan dalam jangka panjang, maka bentuk lembaga yang saat ini dan
10 tahun ke depan dapat berkembang dan menuju menjadi lembaga yang secara
financial dan ekonomi dapat mandiri melalui proses dan tahapan:
a. Peningkatan kinerja pembiayaan untuk menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
b. Pengelolaan BLUD yang mengarah kepada kinerja keuangan secara impas (cost
recovery).
c. Peningkatan kinerja BLUD mengarah kepada lembaga Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 161
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

d. Pengembangan BUMD menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) dan


mengarah kepada PT Persero.
2) Penguatan Kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta Formal
Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Maros tidak akan
mampu hanya diselenggarakan oleh lembaga formal Pemerintah. Pelayanan
pengumpulan sampah dari rumah ke rumah, kegiatan pengurangan, pemanfaatan dan
pengolahan sampah, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat di bidang
kebersihan kegiatan kemasyarakatan dan permasalahan lingkungan, merupakan bentuk
kegiatan yang sangat membutuhkan peran lembaga non formal dan swasta formal atau
lembaga non pemerintah.
Pemerintah Kabupaten Maros harus membuka ruang bagi keterlibatan lembaga
non pemerintah dan menjadikan mereka sebagai bagian dalam menjalankan roda
sistem pengelolaan sampah kota. Pengelolaan sampah merupakan pekerjaan yang
harus terus menerus berjalan, sehingga lembaga yang terlibat dalam pengelolaan
sampah harus merupakan lembaga yang bersifat permanen dan harus berkelanjutan.
Penguatan kelembagaan Non Pemerintah dan Swasta sebagai pelaku pengelola sampah
dibangun melalui mekanisme insentif dan atau subsidi pada fase awal dan
perkembangan lembaga dan membangun kemandirian untuk mampu hidup
berkelanjutan.
3) Sumber Daya Manusia
Pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia untuk menyelenggarakan pelayanan
pengelolaan sampah, didasarkan kepada struktur organisasi yang digunakan dan
perkembangan beban kerja.
4). Mekanisme Koordinasi
Tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah akan dapat tercapai
dengan baik apabila seluruh kegiatan dilaksanakan secara terkoordinasi baik dari mulai
perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pengawasan dan pengendalian.

7.9.2. Rencana Pengembangan Aspek Peraturan


Berdasarkan kebutuhan jenis peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pengelolaan persampahan, maka jenis peraturan yang ada saat ini perlu ditambah
jenisnya sehingga meliputi:
1. Peraturan hukum yang mengatur tentang ketertiban umum, kewajiban
melaksanakan pemenuhan sistem pengelolaan sampah dan larangan
memperlakukan sampah yang mengakibatkan gangguan kesehatan,pencemaran

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 162
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

lingkungan dan keselamatan umum. Peraturan ini ditujukan kepada setiap


pemeran baik perorangan atau badan.
2. Peraturan hukum yang menetapkan status perencanaan strategis/master
plan/rencana induk pengelolaan sampah kota untuk menjamin konsistensi
kebijakan dan program pengelolaan sampah secara terintegrasi dengan
pengelolaan prasarana lainnya.
3. Peraturan hukum yang menetapkan bentuk lembaga dan organisasi pengelola
sampah.
4. Peraturan hukum yang mengatur tentang tata cara penyelenggaraan
pengelolaan sampah yang mencakup seluruh lokasi sumber timbulan sampah.
5. Peraturan hukum yang mengatur tentang tarif jasa pelayanan kebersihan
dengan besaran yang memadai dan fleksibel terhadap perubahan kondisi
finansial.
6. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama antar daerah dalam
penyelenggaraan pengolahan dan pembuangan akhir.
7. Peraturan hukum yang mengatur tentang kerjasama dan peran serta swasta
dalam pengelolaan sampah.
A. Materi Pengaturan
Materi pengaturan yang tertuang dalam setiap jenis peraturan dirancang secara
komprehensif, sehingga mengandung materi pengaturan secara memadai untuk mampu
membangun sistem pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
1. Materi pengaturan Kewajiban dan larangan bagi penimbul sampah
a. Kewajiban umum dalam pengelolaan sampah
 Menyediakan dan menggunakan wadah sampah yang sesuai kapasitas, estetis,
higienis, mudah dikosongkan, (layak teknis)
 Gunakan wadah terpisah untuk sampah organik dan non organik pada daerah
yang sudah diberlakukan
 Tidak membuang sampah ke jalan, sarana transportasi, taman dan tempat
umum lainnya
 Waktu dan tempat menaruh sampah
 Tidak membakar sampah di halaman rumah, di kontainer dan tempat-tempat
umum lainnya
 Tidak membuang sampah ke saluran drainase dan sungai, atau lahan-lahan
kosong/lahan tidur perkotaan
 Membayar penuh tagihan ongkos jasa yang ditetapkan (retribusi)

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 163
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Bertanggungjawab atas kebersihan jalan di muka persilnya, termasuk saluran


air.
 Sampah B3, makanan kadaluwarsa, pecahan gelas.
b. Kewajiban pedagang
 Menjalankan kewajiban secara umum
 Membayar tagihan jasa pelayanan atau retribusi kebersihan
 Bila menggunakan jasa cleaning service, gunakan cleaning service yang
terdaftar
 Menggunakan wadah sampah yang higienis dan mudah
dioperasikan/dikosongkan
 Membersihkan halaman depan dan trotoar di depan usahanya
 Tidak menyembunyikan makanan kedaluwarsa atau sampah lainnya
 Membersihkan saluran drainase dan roil
 Minimasi bungkus yang diberikan pada pembeli
c. Kewajiban institusi, komersial dan industri
 Menjalankan kewajiban umum
 Menyediakan wadah sampah untuk menampung sampah yang ditimbulkannya :
higienis, estetis, dan mudah dikosongkan.
 Membayar jasa pelayanan yang ditetapkan/retribusi kebersihan
 Menggunakan jasa cleaning service yang terdaftar
 Menggunakan fasilitas TPA yang ditetapkan
 Dilarang membakar sampah di tempat tanpa menggunakan instalasi
pembakaran yang aman (tidak polutif)
 Membersihkan area dan tempat disekelilingnya
 Menjaga catatan tentang sampahnya
d. Kewajiban pengelola sampah swasta
 Menjalankan kewajiban umum
 Boleh beroperasi bila ada lisensi
 Memenuhi administrasi untuk memperoleh dan pencabutan lisensi
 Membayar penuh sesuai dengan ketetapan
 Mengoperasikan kendaraan dan kontainer yang memadai
 Menggunakan TPA resmi
 Mendaftarkan pelanggan yang dilayani
 Menjaga catatan tentang sampah yang dikelola
e. Kewajiban pengelola daur ulang

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 164
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Menjalankan kewajiban umum


 Mendaur ulang dan mengolah hanya pada lokasi yang disetujui
 Tidak membakar dan memotong kabel PVC dan material lainnya
 Menyimpan material daur ulang
 Membuang residu di TPA resmi

2. Materi pengaturan pengumpulan, penyapuan, pengangkutan, pengolahan dan


pembuangan sampah dengan mengakomodasi prinsip pengelolaan sampah
terkini dan ketentuan perlindungan lingkungan
a. Metode dan teknik, tingkat kualitas, periodisasi, pelayanan pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari sumber sampah pemukiman, pasar, tempat umum,
daerah komersial
b. Jenis, teknologi, bahan Sarana dan prasarana pengumpulan dan pengangkutan
c. Penjadwalan pengumpulan dan pengangkutan
d. Pelayanan penyapuan jalan, jenis jalan dan frekuensi penyapuan
e. Penetapan lokasi tempat penampungan sampah sementara dan persyaratan
kesehatan lingkungannya
f. Penetapan lokasi pengolahan dan jenis pengolahan
g. Pemilihan dan penetapan lokasi tempat pembuangan
h. Ketentuan pembuangan yang aman bagi lingkungan

3. Materi pengaturan tentang tarif pelayanan


a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan (termasuk pelayanan minimal)
b. Kelompok wajib bayar atau objek wajib bayar
c. Penetapan kelompok disubsidi dan mensubsidi dengan prinsip, yang kaya
mensubsidi yang miskin, yang komersial mensubsidi yang sosial
d. Mulai diupayakan retribusi sebagai alat pengendalian tingkat timbulan sampah
dan pemilahan sampah.
e. Ketentuan penetapan besaran (besaran yang memadai untuk mampu membiayai
pelayanan minimal), yang sebaiknya juga merefleksikan jumlah sampah yang
diserahkan
f. Besaran tarif yang harus dibayar
g. Ketentuan pembayaran/penagihan (tahunan, bulanan, mingguan, harian, setiap
membuang)
h. Sanksi keterlambatan atau penunggakan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 165
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

4. Materi pengaturan pembentukan lembaga pengelola sampah kota


a. Bentuk, Kedudukan, tugas pokok dan fungsi lembaga
b. Kepemilikan aset/permodalan
c. Struktur organisasi
d. Sistem manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
e. Kepengurusan lembaga (persyaratan pengangkatan dan pemberhentian)
f. Uraian tugas
g. Pertanggungjawaban pengelolaan

5. Materi pengaturan tata letak, perancangan, konstruksi dan operasional saarana


persampahan
a. Penetapan lokasi TPS, tempat pengolahan dan TPA dalam peraturan tata ruang
kota
b. Penyediaan ruang tempat penampungan sampah dan atau pengolahan bagi
setiap pembangunan yang potensial menimbulkan sampah seperti pemukiman
baru, apartemen, pasar, dan lainnya
c. Memperhatikan kaidah teknik sarana dan prasarana kebersihan yang telah
ditetapkan
d. Perijinan pengolahan sampah
e. Perijinan pembuangan sampah
f. Perancangan, pembangunan dan pengoperasian TPA
g. Konsultasi masyarakat tentang pembangunan TPS, pengolahan dan pembuangan
sampah
h. Kelengkapan sarana perlindungan lingkungan.

6. Materi pengaturan kerjasama antar kota/daerah


a. Kerjasama antar daerah dan kota dalam hal pengendalian aliran material
potensi sampah.
b. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan TPA
c. Kerjasama antar daerah dalam pengelolaan kebersihan sungai
d. Ketentuan penetapan kelembagaan pengelola fasilitas kerjasama
e. Fungsi dan status lembaga
f. Ketentuan pengambilan keputusan
g. Ketentuan pengawasan kerjasama

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 166
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

7. Peraturan tentang kerjasama dengan swasta/peranserta swasta dan investasi di


bidang pengelolaan sampah kota
Jenis-jenis/lingkup kegiatan pengelolaan sampah yang dapat dikerjasamakan dengan
swasta
a. Jenis-jenis investasi dalam pengelolaan sampah
b. Kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah untuk menarik investor
c. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh swasta/investor dengan penekanan kepada
pemenuhan kompetensi
d. Bentuk kerjasama atau jenis investasi yang akan dilakukan
e. Insentif dan disinsentif

B. Penerapan Peraturan
Rancangan pengembangan jenis peraturan dan materi pengaturan tidak akan
memberikan manfaat dalam perbaikan sistem pengelolaan persampahan, apabila tidak
secara konsisten dilaksanakan. Oleh karena itu rancangan langkah-langkah penerapan
peraturan adalah sebagai berikut:
1. Seluruh peraturan yang ada dan telah diterbitkan, disosialisasikan kepada
masyarakat luas, termasuk kewajiban dalam melaksanakan pendidikan dan
peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Dokumen peraturan yang telah diterbitkan mudah diperoleh oleh masyarakat dan
harus tersedia di kantor pelayanan masyarakat terdekat yaitu di kantor
Kelurahan.
3. Setiap lembaga yang tugas dan tanggungjawabnya terkait dengan materi
pengaturan dalam peraturan yang telah diterbitkan, bertanggungjawab dalam
pelaksanaannya.
4. Polisi Pamong Praja memberikan porsi yang sama dalam penegakan aturan
pengelolaan sampah/kebersihan seperti halnya peraturan daerah lainnya yang
terkait dengan masalah ketertiban umum.
5. Penerapan hukum dengan mengedepankan pendekatan persuasif, dan tindakan
represif dilakukan sebagai tindakan akhir.
6. Frekuensi sidang tindak pidana ringan terhadap pelanggaran peraturan
ditingkatkan terutama di tempat-tempat umum.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 167
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

7.10 Rencana Aksi Pingkatan Peran Serta Masyarakat


7.10.1 Tahapan Pengembangan Program
Jika kita merencanakan untuk menggunakan pendekatan yang holistik, maka
untuk kampanye pengelolaan sampah akan lebih pas jika kita menekankan kepada
perilaku bersih. Karena tema ini jauh lebih sistemik daripada hanya membicarakan
sampah atau daur ulang sampah. Dalam tema ini, akan termasuk manajemen sampah,
kebersihan lingkungan, kebersihan diri, pemanfaatan sampah, pengurangan sampah,
dll. Oleh karena itu, program peningkatan peran serta aktif masyarakat di Kab. Maros
perlu dilakukan dalam dua arah yaitu membangun suatu kelompok contoh di wilayah
tertentu dan mengembangkan kampanye tingkat kota sehingga masalah sampah dapat
terisukan dengan spektrum yang luas.
Pelaksanaan Kampanye pengelolaan sampah di tingkat kota, harus didasarkan
pada suatu kerangka strategi komunikasi massa. Pengembangan strategi komunikasi itu
mencakup pemilihan media-media dan kombinasi media, pengembangan pesan-pesan,
dan pemilihan pendekatan yang tepat serta menumbuhkan partisipasi khalayak, dalam
upaya pencapaian tujuan program Pengembangan strategi komunikasi ini pada
umumnya lakukan melalui tahapan sebagai berikut:
 Mempelajari dan mengkaji tujuan komunikasi yang telah ditetapkan
 Mengkaji perubahan tingkat PSP/K dan kepercayaan yang diinginkan
 Mengkaji kembali indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
 Mengembangkan pesan-pesan pokok yang cocok dengan tingkat PSP/K khalayak
strategis kita
 Memilih metode-metode komunikasi yang cocok untuk menjangkau khalayak
strategis kita sesuai dengan prubahan yang diinginkan
 Memilih alternatif jenis-jenis media yang cocok dan kombinasinya
 Mengkaji jenis-jenis media yang teridentifikasi dilihat dari dana, fungsi media,
saluran media dan karakteristik khalayak kita
 Menentukan jenis media dan kombinasinya

7.10.2 Kerangka Program Pengembangan Peran Serta Masyarakat


Berkaca dari realitas kecenderungan masyarakat di kabupaten Maros adalah
masyarakat yang telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pengelolaan sampah
yang seharusnya dilakukan. Hanya saja, karena belum didukung oleh adanya
motivasi/sikap, maka pengetahuan tersebut belum digunakan untuk mengatasi masalah

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 168
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

kebersihan sehari-hari. Ketiadaan motivasi ini juga yang menyebabkan upaya untuk
memperoleh keterampilan yang mendukung kurang diminati.
Oleh karena itu, kelihatannya ada kebutuhan akan suatu program yang integratif,
memanfaatkan tingkat terpaan media yang cukup tinggi, untuk mensuply masyarakat
dengan contoh-contoh baik dan nyata (terjadi di lingkungan yang sama dengan mereka)
agar timbul motivasi untuk meningkatkan keterampilan dan menggunakan pengetahuan
serta keterampilan mereka untuk tindakan nyata.
Program ini harus menyentuh beberapa aspek kebutuhan masyarakat, misalnya:
menyajikan keuntungan ekonomis yang masuk akal, teknik/metode yang tidak terlalu
sulit atau sederhana untuk dilakukan, dampak yang cukup relevan terhadap kebersihan
lingkungan. Program secara bertahap berkembang, mulai dari mendukung inisiatif-
inisiatif lokal yang sudah ada, menyebarluaskan „virus‟ inisiatif ke wilayah yang lebih
luas, dan pada gilirannya didukung oleh kebijakan penguasa.
Dua manfaat yang menjadi target program adalah bagi masyarakat dan bagi
aparat pemerintah. Bagi masyarakat, bisa diharapkan dalam beberapa tahun tercipta
lingkungan yang lebih sehat dan indah, sehingga bisa terjadi penurunan tingkat
penyakit yang disebabkan sanitasi yang buruk. Selain itu, program ini juga diharapkan
dapat lebih menyebarluaskan semangat kewiraswastaan untuk mengurangi tingkat
pengangguran. Bagi pemerintah, program ini bisa menjadi bahan share learning bagi
daerah-daerah lain, tentang bagaimana sebuah pemerintahan membangun kebijakan
yang berbasis masyarakat. Semangat kewiraswastaan yang meningkat dari masyarakat,
berarti berkurangnya beban pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja. Inisiatif
lokal yang didukung oleh pemerintah, bisa membantu terciptanya sistem pengelolaan
sampah/kebersihan yang jauh lebih hemat dan efektif. Sehingga beban pemerintah
untuk membuat/mencari TPA diharapkan bisa berkurang.
Secara garis besar, program kampanye ini akan terdiri dari tiga tahapan besar, yakni:
1. Best Practises Campaign
2. Share Learning
3. Advokasi kebijakan publik

Pada tahap pertama, personil program akan mengadakan identifikasi inisiatif-inisiatif


lokal di kalangan masyarakat maupun kantor/instansi. Identifikasi bisa berdasarkan
beberapa hal:
 Berdasarkan jenis sampahnya: best practises dalam daur ulang sampah kaleng,
plastik, kompos, bokasi, dll

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 169
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Berdasarkan komunitasnya: best practises komunitas pasar yang berhasil mengelola


sampahnya dengan baik, atau dari komunitas suatu instansi, terminal, lingkungan
warga: RT, RW, dll. Hasil identifikasi best practises tersebut kemudian
dipublikasikan melalui beberapa cara misalnya:
 Penerbitan buletin sampah yang terbit berkala
 Press tour ke lokasi-lokasi best practises tersebut
 Program „membeli‟ kolom di koran lokal untuk memberitakan/memblow up best
practises tersebut
 Pembuatan modul bagi bahan pembelajaran pengelolaan sampah berdasarkan
pengalaman masyarakat
 Lokakarya untuk mengangkat suara para praktisi best practises tersebut tentang
alternatif gerakan „Ayo bersih, sehat, dan sejahtera ‟ (misalnya). Bisa saja
beberapa gagasan diangkat disitu, seperti misalnya kebutuhan para praktisi
akan adanya „pasar sampah‟, dll.
Proses ini harus didukung dengan dokumentasi yang baik. Terutama untuk
mengabadikan konsep-konsep pengelolaan sampah, yang akan menjadi media
pembelajaran di fase berikutnya (share learning).

Pada tahap kedua, fase share-learning, program akan memfasilitasi para praktisi
tersebut untuk berbagi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah
dihasilkan sebelumnya (modul, buletin, dll). Sehingga, justru para praktisi tersebut
yang akan menjadi garis depan program untuk menimbulkan motivasi masyarakat untuk
bergerak. Program bisa menentukan beberapa lokasi percobaan (pilot project) bagi
para praktisi tersebut untuk berbagi ilmu dengan masyarakat/komunitas lain.
Tahapan ini pun sebaiknya tetap di back-up oleh media-media publikasi seperti buletin
maupun press release. Sehingga masyarakat akan termotivasi, dan memunculkan best
practises tahap kedua (generasi praktisi berikutnya).

Pada tahap ketiga, setidaknya dengan adanya pengalaman-pengalaman tersebut,


program mulai mengajak masyarakat dan pemerintah duduk bersama untuk
menjadikan gerakan program ini menjadi gerakan bersama yang didukung oleh
kebijakan. Adapun keluaran yang bisa diharapkan per tahapan adalah sebagai berikut :
1. Tahun pertama : akan teridentifikasi best-practises dalam pengelolaan
sampah dan produksi media-media tentang best practises
tersebut. Media yang dimaksud bisa berupa: rangkaian

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 170
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

roadshow itu sendiri, dan atau media-media program


seperti buletin, artikel di koran, dll.
2. Tahun kedua : tersosialisasikannya best practises kepada komunitas lain
3. Tahun ketiga : tumbuh dan berkembangnya praktek-praktek pengelolaan
sampah
4. Tahun keempat : terdokumentasikannya praktek-praktek baru tersebut
(identifikasi best practises tahap berikut)
5. Tahun kelima : gerakan bersama komunitas untuk mengadvokasi
kebijakan publik tentang kebersihan
6. Tahun keenam : keluarnya kebijakan publik yang berbasis partisipasi
masyarakat dan pengawalan implementasinya.
7. Tahun ketujuh dan seterusnya : ter-lembaga-kannya gerakan ini menjadi
bagian dari sistem pengelolaan sampah/kebersihan berbasis masyarakat.

7.11 Perencanaan Pembiayaan Pengelolaan Persampahan


Pemerintah dengan Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan,
merupakan pelaku utama pengelolaan sampah di Perkotaan, sedangkan masyarakat
merupakan pelaku pengelolaan berbasis masyarakat yang menjadi strategi pelayanan
untuk perdesaan. Swasta pada dasarnya untuk 10 tahun mendatang, masih menjadi
suatu opsi lain yang belum prioritas. Adapun target obyek pengelolaan yang diberikan
kepada swasta adalah dalam upaya pengolahan sampah sehingga beban penimbunan
TPA dapat berkurang. Sektor informal, kehadirannya diharapkan akan tetap
memberikan kontribusi pada penanganan sampah anorganik.

7.11.1 Kebutuhan Investasi


Kebutuhan investasi dalam pengelolaan sampah merupakan informasi yang sangat
penting bagi para pengambil keputusan dalam rangka menyusun APBD setiap tahunnya.
Adapun sarana yang diperhitungkan adalah seluruh item yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah dalam pengadaannya, yaitu :
1. Motor Sampah
2. Kontainer penampung sampah di TPS dengan landasan, kapasitas 6 m³
3. Arm Roll 6 m³ untuk container 6 m³.
4. Pick Up kapasitas 4 m³, untuk sistem pengumpulan Door to Door dan
pemindahan sampah anorganik dari TPS Kelurahan ke TPS Kecamatan.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 171
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

5. Bangunan TPS Kelurahan beserta perlengkapan pengomposan kapasitas 5000


penduduk.
6. Dump Truck 10 m³, untuk menangani sampah yang tidak terolah dan
pemindahan residu dari TPS Kelurahan keTPS Kecamatan dan ke TPA.
7. Bangunan TPS Kecamatan beserta sarana pengolahan plastik.
8. Bangunan Pengumpul B3 RT di TPS Kecamatan dan di TPA.

7.11.2 Analisis Biaya Satuan


Analisis biaya satuan ini dimaksudkan untuk mengetahui biaya operasional dan
pemeliharaan yang dibutuhkan per satuan sampah yang dikelola (dalam hal ini per m³).
Hal ini diperlukan untuk mengestimasi kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan
(O&M) seiring dengan peningkatan kapasitas pengelolaan. Oleh karena itu khusus untuk
perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah secara konvensional maka biaya yang
dihitung hanya biaya yang langsung berhubungan dengan biaya pengelolaan sampah
Kabupaten Maros. Analisis biaya satuan dilakukan untuk pola pengelolaan sampah
secara konvensional (wadah – kumpul – angkut – buang) dan pola 3R.
Untuk analisis biaya pengelolaan sampah secara konvensional menggunakan 2
pendekatan yaitu :
a. Pendekatan data historical kemampuan Pemerintah Dalam hal ini digunakan data
APBD untuk Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros sebagai dasar.
b. Pendekatan Nilai Optimum. Yaitu perhitungan didasarkan atas kebutuhan ideal
dalam pelayanan oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan.
Untuk perhitungan biaya satuan Pengelolaan sampah pola konvensional yang
didasarkan pada APBD, maka terlebih dahulu dipisahkan biaya-biaya yang langsung
berhubungan dengan kegiatan pengangkutan dan pembuangan sampah.

7.11.3 Proyeksi Kebutuhan Biaya O&M


Perhitungan biaya O&M pengelolaan sampah baik secara konvensional maupun dengan
pola 3R dilakukan dengan menggunakan biaya satuan yang telah dihitung sebelumnya.
Berdasarkan proyeksi jumlah sampah yang dikelola baik dengan pola konvensional
maupun dengan pola 3R untuk masing-masing skenario maka dapat diestimasi
kebutuhan biaya O&M per tahun. Khusus biaya O&M untuk pola pengelolaan sampah
dengan pola konvensional diasumsikan biaya yang tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan pengangkutan dan pembuangan di TPA dianggap tetap.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 172
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Peningkatan yang terjadi hanya disebabkan karena faktor inflasi yang diasumsikan 6%
per tahun. Mengingat kebutuhan investasi tinggi dan biaya O&M yang terus meningkat,
maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah di
Kabupaten Maros, hingga tahun 2023, selayaknya Pemerintah memilih untuk
menambah investasi dan menetapkan biaya satuan sesuai dengan biaya ideal.

7.11.4 Alternatif Sumber Pembiayaan


Sebagai sebuah sektor yang termasuk dalam pelayanan publik maka sumber
pembiayaan pengelolaan sampah, baik untuk investasi maupun untuk biaya operasional
dan perawatan, seharusnya adalah dari APBD Kabupaten Maros. Hal ini sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah Bab VII Pasal 24. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan Pemerintah Kabupaten Maros dapat bekerja
sama dengan pihak lain (swasta) dalam pengelolaan sampah. Hal ini juga merujuk pada
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Bab VIII terutama Pasal 27. Berdasarkan uraian
tersebut maka sumber biaya khususnya investasi bisa saja bekerja sama dengan Swasta
yang dianggap memenuhi syarat untuk dilibatkan dalam sebuah kemitraan.

7.11.5 Struktur Tarif dan Mekanisme Penarikan Retribusi


Untuk menunjang keberhasilan program persampahan ini sebagian besar akan
ditentukan oleh manajemen pengelolaannya karena investasi ini menjadi tidak berhasil
apabila pengelolaan dilapangannya tidak mendukung. Faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan program persampahan ini diantaranya adalah :
1. Peraturan, yaitu peraturan mengenai tarif persampahan dalam bentuk Perda.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Kabupaten Maros telah memiliki peraturan
mengenai retribusi sampah tetapi sampai saat ini nampaknya peraturan tersebut
belum jalan sesuai yang diharapkan.
2. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros sampai
saat ini masih belum memiliki data base klasifikasi jumlah rumah tinggal, untuk
itu diharapkan segera melakukan pendataan klasifikasi rumah tinggal dengan
melakukan survey, yang dikemas dalam kerangka studi Potensi Retribusi.
3. Sampai saat ini cara penangihan retribusi persampahan di Kabupaten Maros masih
belum memiliki standar operasional prosedur yang baku, untuk itu sebaiknya
prosedur itu harus diperbaiki agar pencapaian efisiensi penagihan retribusi dapat
direalisasikan.
Dalam prosedur atau mekanisme penarikan retribusi rumah tinggal, direkomendasikan
mekanisme pembayaran untuk rumah tinggal adalah sebagai berikut :

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 173
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

 Setiap kepala keluarga yang mendelegasikan pengelolaan sampah kepada


petugas swakelola RT/RW atau petugas swasta, dikenakan wajib retribusi.
 Besarnya retribusi yang harus dibayarkan meliputi : biaya pengumpulan dari
rumah ke TPS dan sekaligus biaya dari TPS ke TPA. Biaya dari rumah ke TPS
ditetapkan secara musyawarah, sedangkan biaya dari TPS ke TPA mengikuti
Perda yang berlaku.
 Selanjutnya petugas RT/RW atau pengelola swasta menyerahkan retribusi yang
hanya meliputi biaya pengelolaan dari TPS ke TPA (sesuai Perda) kepada Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dan seterusnya diserahkan
kepada Kas Daerah.
Untuk penerapan mekanisme seperti ini diperlukan basis data pengelola RT/RW dan
atau pengelola swasta sesuai dengan lingkup pelayanannya.
Adapun tatacara penetapan wajib bayar non rumah tinggal masuk ke dalam kategori
dalam wajib retribusi kebersihan, maka perlu dibuat suatu “Surat Penetapan Wajib
Bayar Retribusi”. Selanjutnya agar dapat dilakukan pengawasan dan pengendalian,
perlu adanya Tanda Bukti Pembayaran untuk jenis wajib bayar non rumah tinggal.
Tanda bukti dapat berupa karcis atau menggunkan kuitansi.
Untuk pengelolaan sampah pasar, mekanisme penarikan retribusi disarankan sebagai
berikut :
1) Sampah di dalam pasar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengelola pasar
dalam hal ini Dinas Pasar.
2) Pembuangan sampah pasar ke TPS dikenakan retribusi pengelolaan sebesar yang
ditetapkan dalam Perda.
Retribusi yang dimaksud point kedua, dibayarkan oleh pengelola pasar (Dinas Pasar)
kepada Dinas Kebersihan untuk diserahkan ke Kas Daerah. Retribusi sampah yang
dipungut dari masyarakat adalah merupakan sumber pendapatan utama Pemerintah
Daerah untuk mengelola sampah khususnya untuk biaya O&M. Namun demikian
perolehan retribusi selalu jauh di bawah dari biaya yang dibutuhkan untuk mengelola
sampah. Rendahnya perolehan retribusi dapat disebabkan oleh 2 hal :
- Tarif retribusi tidak dihitung berdasarkan analisis biaya satuan sehingga tarif
retribusi terlalu rendah.
- Metode penarikan retribusi yang kurang efektif
Untuk menentukan tarif retribusi dilakukan dengan cara subsidi silang antara kelompok
wajib retribusi. Perhitungan tarif retribusi dengan cara subsidi silang antar kelompok
wajib retribusi (KWR), selayaknya dilakukan dalam periode tertentu.

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 174
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Operasi pengelolaan sampah di Kabupaten Maros harus di dukung dengan ketersediaan


dana yang cukup. Hal ini dituntut adanya political will dari para penentu kebijakan.
Kebutuhan biaya minimal dalam penanganan sampah di Kabupaten Maros terukur
tinggi, diperlukan pentahapan kearah peningkatan biaya yang signifikan dari tahun ke
tahun. Dari aspek pertaruan dan hukum, banyak hal yang perlu di tata, terutama
dalam konteks isi peraturan itu sendiri.
Namun tidak kalah pentingnya adalah dalam penegakannya, perlu usaha besar agar
bisa mendukung tercapainya sasaran. Membangun hukum yang berbasiskan pada
budaya lokal pun harus menjadi bagian dalam proses pembangunan sistem pengelolaan
sampah berbasis masyarakat.
Usaha peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros,
memerlukan usaha kuat dalam membangun peran serta masyarakatnya. Target utama
dalam 10 tahun mendatang yaitu terselenggarnya program peningkatan peran serta
terhadap pengelolaan sampah, hanya akan terwujud bila tumbuh pemahaman
mendasar dari seluruh penentu kebijakan bahwa proses tersebut merupakan investasi
jangka panjang yang akan sangat menguntungkan.
Untuk mengemban tugas dalam penataan pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten
Maros, diperlukan lembaga dengan kompetensi tinggi. Tidak hanya mengoperasikan
tetapi juga menjalankan pembinaan pada masyarakat, dan membangun kemandirian
bagi lembaga tersebut. Dalam jangka panjang lembaga ini harus terus dibina dan
ditingkatkan kemampuannya sehingga menjadi lembaga yang lebih profesional.
Buku ini sebagai Laporan Akhir, dapat dikatakan sebagai kerangka acuan seluruh
stakeholder di Kabupaten Maros dalam menangani sampah, karena itu buku ini dapat
dikatakan sebagai Master Plan. Selayaknya sebuah Master Plan, perlu dijabarkan
menjadi satuan-satuan kegiatan kecil dan lebih rinci, adapun kegiatan prioritas dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 175
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 7.1. Proyeksi Timbulan Sampah Kabupaten Maros berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2013 - 2023

Timbulan Sampah (m³/hari)


Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Mandai 132 135 137 139 142 144 147 149 152 154 157
Moncongloe 64 65 66 67 69 70 71 72 73 75 76
Maros Baru 90 92 93 95 96 98 100 101 103 105 107
Marusu 94 96 97 99 101 103 104 106 108 110 112
Turikale 155 157 160 163 166 169 171 174 177 181 184
Lau 90 92 94 95 97 99 100 102 104 106 107
Bontoa 98 100 102 103 105 107 109 111 113 115 117
Bantimurung 104 106 108 110 112 113 115 117 119 122 124
Simbang 82 84 85 87 88 90 91 93 95 96 98
Tanralili 91 92 94 96 97 99 101 103 104 106 108
Tompobulu 53 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Camba 46 47 48 49 50 51 52 52 53 54 55
Cenrana 51 52 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Mallawa 40 40 41 42 43 43 44 45 46 46 47
TOTAL 1.191 1.212 1.232 1.254 1.275 1.298 1.320 1.343 1.366 1.390 1.414
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 176
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 7.2. Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Maros Tahun 2013

Tingkat Pelayanan Tingkat Pelayanan Total


Jumlah Penduduk Sampah Terangkut
Kecamatan Kecamatan Kabupaten
(Jiwa) (m³/hr) (%) (%)
Mandai 37.070 13,70 10

Moncongloe 17.918 6,62 0

Maros Baru 25.195 9,31 26

Marusu 26.374 9,75 18

Turikale 43.317 16,01 95

Lau 25.317 9,36 17

Bontoa 27.511 10,17 0


12 %
Bantimurung 29.164 10,78 2

Simbang 23.085 8,53 0

Tanralili 25.453 9,41 0

Tompobulu 14.710 5,44 0

Camba 13.014 4,81 0

Cenrana 14.190 5,24 0

Mallawa 11.139 4,12 0


Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 177
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Tabel 7.3. Proyeksi Sarana dan Prasarana Persampahan Kabupaten Maros

Motor
Drum 50 Gerobak Kontainer Dump Truck Armroll
Tahun Sampah 1 Bulldozer Backhoe/Excavator
liter 0,8 m³ 6 m³ 6 m³ Truck 6 m³

2013 750 10 25 20 8 8 2 1

2014 8.500 80 81 50 15 15 2 1

2015 9.000 80 81 52 15 15 3 2

2016 9.000 85 82 52 16 16 3 2

2017 9.400 85 82 53 16 16 4 3

2018 9.400 90 83 54 17 17 4 3

2019 9.700 90 83 61 17 17 4 3

2020 9.700 104 83 61 18 18 5 4

2021 9.800 112 85 61 18 18 5 4

2022 9.950 112 85 65 19 19 6 5

2023 10.050 114 88 65 19 19 6 5

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 178
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.8. Peta Perencanaan Penyapuan Sampah Kab. Maros Tahun 2013-2018

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 179
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.9. Peta Perencanaan Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2013 - 2018

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 180
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.10. Peta Perencanaan Jalur Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2013 – 2018

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 181
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.11. Peta Perencanaan Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2018 – 2023

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 182
Penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros

Gambar 7.12. Peta Perencanaan Jalur Pelayanan Sampah Kab. Maros Tahun 2018 – 2023

BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros 183

Anda mungkin juga menyukai