Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Bagi sebagian
besar orangtua, inilah masa yang bisa jadi cukup sulit, terutama dalam hal membangun
komunikasi dengan anak remaja. Anak seakan menjadi makhluk asing yang sama sekali
beda dengan si kecil yang dikenal bertahun-tahun.

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan


transisi biologis Yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat
masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial.
Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya,
mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi
basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh Selanjutnya,
Menurut Muss menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan
yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya,
bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan tulang-
tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan
berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan
menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap
tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak,
akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh
bulu dada. Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin
utama dan kedua pada remaja,

1
transisi kognitif yaitu Menurut Piaget pemikiran operasional formal berlangsung
antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan
logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja
terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian
diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan
lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi
juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena
informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Piaget secara lebih
nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan
persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti
memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir
secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif
remaja.

transisi sosial akan Santrock mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja
mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi,
dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan.
Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap
asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell
juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka
secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi
sosial mereka. Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa
kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama
masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya
dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman
bermain dan teman sejenis maupun lain jenis.

I.2 Tujuan

2
Tujuan komunikasi remaja adalah :

1. Agar menemukan jati diri anak


2. Mendapatkan peran sosial sebagai pribadi dewasa yang mandiri
3. kemampuan remaja mengatasi problem
4. membentuk kepribadian anak
5. mengembangkan interaksi sosial pada remaja

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang
meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian
besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004)
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat
terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20
tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu :

1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila


seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun anak laki-
laki.
2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah
remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19
tahun untuk anak-anak laki-laki.
5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah
berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

II.2 Tahap – tahap Perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:

4
A. Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan - perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego
menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
B. Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu,
ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau
materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus
complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan- kawan.
C. Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu:
 Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman- pengalaman baru.
 Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
 Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
 Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum.

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,
masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu:

5
A. Masa remaja awal (10-12 tahun)
 Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
 Tampak dan merasa ingin bebas.
 Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
B. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
 Tampak dan ingin mencari identitas diri.
 Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
 Timbul perasaan cinta yang mendalam.
C. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
 Menampakkan pengungkapan keebasan diri.
 Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
 Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
 Dapat mewujudkan perasaan cinta.
 Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

6
BAB III

PEMBAHASAN
1. Definisi

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk
badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
telah matang.

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan , terdapat beberapa


defenisi tentang remaja yaitu :

1. Pada buku pediatri , pada umumnya mendefenisikan remaja adalah


bila seorang anak telah mencapai umur 10–18 tahun dan umur 12-20 anak
laki-laki.

2. Menurut undang-undang No.4 Tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak.


Remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.

3. Menurut dinas Kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak


sudah berumur 18 tahun , yang sesuai dengan saat lulus sekolah
menengah atas.

4. Menurut WHO , remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.

2. Karakteristik
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan
transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
1. Transisi Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas
yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja
adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi).
Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada

7
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh.
2. Transisi Kognitif
Pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun.
Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran
operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk
memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis.
Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain.
Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi
juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena
informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
3. Transisi Sosial
pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan
manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks
sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman
sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu
serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional
dalam perkembangan remaja.
3. Pendorong
Masa remaja merupakan masa dimana remaja ingin mengetahui dan mencoba segala
hal baik positif maupun negatif. Peran orang tua sangat penting di masa ini , agar
anak bisa menempatkan dirinya ke tempat dimana semestinya dia tempati. Peran
orang tua sangatlah penting bagi perlindungan remaja terhadap pergaulan bebas,
karena orang tua merupakan orang pertama yang mendidik anak mereka dari mulai
dini hingga dewasa. Jadi orang tua berhak memberikan perlindungan terhadap anak
dengan cara mendidik dengan pendidikan yang baik dan mengarahkan anak agar
tidak terjerumus pergaulan bebas yang akan dihadapi anak mereka saat remaja nanti,
serta orang tua harus memberi pengertian tentang pergaulan bebas dan dampak
buruk yang akan dialaminya apabila ia terjerumus dalam pergaulan bebas sehingga
saat remaja, dia tidak akan terjerumus karena telah mengetahui dampak buruk dari
perbuatan tersebut. Peran orang tua sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan
anak remajanya. Jika orang tua selalu memaksakan kehendaknya, anak remaja akan
kehilangan kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri secara dewasa.
Akibatnya mereka akan bertumbuh menjadi remaja yang secara emosional tidak

8
dewasa, tergantung, dan terombang-ambing. Jika orang tua memberikan
perlindungan yang berlebihan, terdapat kecenderungan anak remajanya, akan
kehilangan indepedensinya. Sebaliknya jika orang tua terlalu memberikan
kebebasan, anak remajanya akan bertumbuh menjadi generasi “hura-hura,” tanpa
tujuan hidup yang jelas. Sebagai orang tua harus tahu jadwal kegiatan sang anak bila
ada waktu kosong berilah sang anak less tambahan atau less bakat yang dimilikinya
kemudian ajaklah anak-anak berlibur diakhir pekan supaya pemikiran lebih fresh.
4. Hambatan
Banyak hambatan yang terjadi dalam komunikasi pada remaja antara lain :
1. Sikap Defensif

Sederhananya, defensif memiliki makna bertahan. Sikap ini biasanya


akan muncul ketika seseorang berlaku tidak jujur, menyembunyikan sesuatu,
tidak menerima, dan kehilangan sikap empati terhadap lawan bicara. Orang yang
defensif selalu mengalami hambatan dalam komunikasi karena dalam
berkomunikasi cenderung untuk lebih banyak bertahan dan melindungi diri
daripada berusaha memahami pesan yang disampaikan orang lain. Ada banyak
hal yang menyebabkan seseorang berlaku defensif, baik yang bersifat situasional,
misalnya perilaku komunikasi orang lain yang terlalu agresif, maupun yang
bersifat personal, seperti sikap rendah diri, ketakutan, kecemasan, pengalaman
yang buruk, dan sebagainya.

2. Sikap yang Tertutup

Hambatan dalam komunikasi interpersonal akan terjadi apabila satu


pihak atau kedua pihak yang berkomunikasi tidak saling terbuka. Sikap ini akan
timbul ketika seseorang menilai pesan yang disampaikan orang lain berdasarkan
motif pribadinya. Artinya, setiap pesan akan dinilai berdasarkan desakan dari
dalam diri yang bersangkutan, misalkan karena merasa diri benar dan orang lain
salah, merasa berkuasa atau ingin berkuasa, ingin bertahan dalam zona nyaman,
egois, karena keyakinan, dan sebagainya. Pak Fulan, sebagaiman dalam kisah di
atas, terlihat sangat tertutup dan kaku kepada istrinya karena ia merasa berkuasa
dan tidak layak diperintah ini dan itu.

9
Sekarang coba Anda bayangkan, satu faktor saja sudah menjadi
hambatan dalam komunikasi, bagaimana jika ketiganya bergabung? Ternyata,
bergabungnya tiga sikap ini dalam proses komunikasi akan melahirkan sikap
saling tidak mengerti, tidak menghargai, dan pada akhirnya akan menghancurkan
hubungan interpersonal. Selain hambatan dalam komunikasi yang telah
dijelaskan di atas, seperti yang diungkapkan Leonard R.S. dan George Strauss
dalam Stoner james, lalu A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh
Herujito (2001),masih ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
di antaranya sebagai berikut.

 Mendengar; Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak
semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah
yang ingin kita dengar.

 Mengabaikan dan menilai sumber informasi; Kita cenderung mengabaikan


informasi yang diutarakan oleh seorang anak kecil.

 Persepsi yang berbeda; perbedaan persepsi antara si pemberi pesan dengan


penerima pesan akan menghambat komunikasi, bahkan melahirkan pertengkaran.

 Pengaruh emosi; Pada keadaan marah, seseorang sulit menerima informasi.


informasi apa pun yang diberikan tidak akan ditanggapinya.

 Gangguan; Gangguan iini bisa berupa suara yang bising saat  berkomunikasi,
jarak yang terlalu jauh, dan lain-lain.

3. Tidak Ada Kepercayaan (Trust)

Sikap percaya adalah syarat pertama dalam membangun komunikasi


yang baik. Ketika kepercayaan itu hilang, hilang pula efektivitas dari sebuah
proses komunikasi. Sebagai contoh, ketika kita tidak percaya kepada seorang
teman, mungkin karena ia tidak jujur atau kita merasa kalau ia akan berkhianat,
biasanya kita pun akan menjaga jarak dengan dia, tidak terlalu membuka diri,

10
berbicara pun hanya seperlunya. Akibatnya, hubungan komunikasi yang terjalin
menjadi sangat dangkal dan tidak akrab.

4. Strategi

Strategi untuk berkomunikasi dengan remaja memang tidak mudah. Komunikasi,


baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang
penting dalam proses pendidikan anak , juga meupakan sumber rangsangan untuk
membentuk kepribadian anak.Apabila komunikasi antara perawat dan remaja dapat
berlngsung dengan baik , maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan
menerima informasi. Sebaliknya apabaila komunikasi ini terputus maka
kemungkinan besar kondisi kesehatan mentalnya mengalami hambatan. Maka yang
harus dilakukan perawat untuk mendapatkan komunikasi yang efektif antara lain :

• Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang memungkinkan anak untuk
membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk anak,mendekat dan
mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak rasa
diterima dan dihargai.

• Mendengar aktif yaitu kemampuan orang tua untuk meguraikan perasaan anak
dengan tepat jadi orang tua mengerti perasaan ank, yang dikirim anak lewat
bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif antara
lain : menolong anak tidak takut terghadap perasaan (positif – negatif),
mengembangkan hubungan ya g sangat erat dengan orang tua, memudahkan anak
memecahkan masalahnya, dan meninggkatkan tangungjawab anak.

• Komunikasi dengan empatik adalah “berusaha mengerti lebih dauhulu, baru


dimengerti”. Dalam mendengarkan empatik, kita sebagai orang tua berusaha
masuk kedalam kerangka pikiran dan perasaan anak remaja. Sebagai orang tua,
tidak hanya mendengarkan dengan telinga, tapi dengan mata dan hati.

5. Aplikasi

Malnutrisi
1.     Menjelaskan tentang triguna makanan dan contoh makanan
2.     Menjelaskan kecukupan nilai gizi bagi tubuh sesuai usia

11
3.     Memperkenalkan tentang teori Restraint (teori tentang mengontrol
makanan/diet)
4.     Memperkenalkan tentang macam-macam penyimpangan pola makan seperti
anoreksia dan bulimia.
5.     Mengajarkan tentang gaya hidup yang sehat dan menyusun menu makanan sehat
6.     Mengajarkan pemilihan makanan yang tepat termasuk jika berada di sekolah.
7.     Pengukuran tinggi badan dan berat badan secara periodik
8.     Program latihan teratur
9.     Mengajarkan tentang kesehatan mental.
 
Kehamilan pada Remaja
1.    Memperkenalkan pada keluarga tentang fase perkembangan remaja dan tug
perkembangan anak remaja.
2.     Memperkenalkan pada keluarga tentang tugas perkembangan keluarga dengan
anak remaja.
3.    Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosial remaja.
4.    Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan reproduksi remaja
sesuai dengan norma dan budaya dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
keluarga.
5.    Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan sebagai perubahan
dalam kehidupan agar dapat bertanggung jawab.
6.     Membiasakan komunikasi terbuka.
7.    Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan
situasi etis  untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung
jawab.
8.     Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang dibutuhkan.
 
Ketergantungan Obat
1.    Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilaluinya.
2.     Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga.
3.     Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok.
4.     Membantu mengenali cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.

12
5.     Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya.
6.   Membantu remaja dan keluarga mengenal masalah-masalah ketergantungan zat
dan dampaknya.
7.     Membantu memilih alternatif rekreasi yang sehat.
8.     Pendidikan kesehatan mengatasi manajemen stress.
 
Perilaku Kekerasan
1.    Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap perkembangan dan tugas yang
akan dilaluinya.
2.    Mengajarkan stimulus kontrol dan manajemen marah yang sederhana pada
remaja dan keluarga.
3.     Menjelaskan pada keuarga tanda dan gejala remaja yang mengalami perilaku
kekerasan.
4.     Membantu remaja untuk memunculkan potensi yang dimiliki.
5.     Membantu cara beradaptasi terhadap stresor secara efektif.
6.     Membantu cara menyalurkan hobi yang berkaitan dengan penyaluran energi.
 
 

6. Contoh Dialog
Fase-Fase komunikasi terapeutik
1. Fase Pra-interaksi :
- Mengumpulkan data tentang klien
- Menyiapkan peralatan yang akan digunakan
- Membuat rencana perytemuan dengan klien ( kegiatan waktu dan
tempat)
- Menganalisa profesional diri dan keterbatasan
2. Orientasi
- Memberikan salam dan tersenyum pada klien
- Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien
- Menyediakan kepercayaan penerimaan, dan komunikasi terbuka
- Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
- Mengidentifikasi masalah klien
3. Kerja

13
- Memberi kesempatan klien bertanya
- Menanyakan keluhan utama
- Memulai kegiatan dengan cara yang baik
- Melakukan kegiatan sesuai rencana
4. Terminasi
- Menciptakan realitas perpisahan
- Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi hasil dan proses
- Mengakhiri kegiatan dengan baik

CONTOH DIALOG

Seorang remaja datang dengan penuh luka di tubuhnya karena terjatuh dari motor yang di
sebabkan oleh balapan liar. Setelah di lakukan tindakan UGD dan dipindahkan di ruang
perawatan, datanglah seorang perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik.

P : ass. . selamat siang dek

K : wss. . siang sus

P : perkenalkan nama saya suster sitti juleha biasa dipanggil suster leha,klw boleh tau
nama adik siapa?

K ; oh iya sus nama saya rojali

P : Bagaimana keadaan adik sekarang?

K : sudah agak baikan sust

P : begini dek tujuan saya kesini untuk mengganti perban adik,apakah adik setuju untuk
melakukan penggantian perban sekarang?

K : setuju suster saya sudah siap kok

P : Baiklah kita butuh 10-20 menit untuk menggantik perban adik..baik dik sekarang
sudah selesai..

K : ia sust terimakasih banyak

P : kalau boleh tau apa yang menyebabkan adik kecelakaan?

14
K : gara-gara balapan liar sust

P : kenapa sampai ikut balapan liar. .?

K : Maklumlah sus, anak mudah, gaul gitu

P : trus dengan keadaan ade yang seperti ini skarang, apakah ade msih ingin balapan liar
lagi?

K : saya kapok suster, ternyata akibatnya bisa sangat buruk, untung saya tidak meninggal

P : kenapa tidak meluangkan waktu untuk membantu oramg tua, kan lebih baik daripada
balapan liar?

K : saya tidak betah tinggal di rmah sus, soalnya ibu dan ayah saya sering bertengkar,
lebih baik saya pergi saja biar tidak stress sus

P : ohh bgtu yahh, tapi kalau bisa saya sarankan sebaiknya ade menenangkan orang tua
ade, kan ade skarang sudah mulai – mulai beranjak dewasa pasti ade bisa menenagkan
mereka

K : masalahnya saya tdak tau apa yang harus saya lakukan

P : ade menasehati dan bersikap dewasa semampu ade, insyaallah mereka akan tersentuh
den akan sadar bahwa tindakan mereka tdak baik untuk perkembangan ade.

K : baik sus, nanti akan saya coba lakukan

P : baiklah de’ klau begitu saya keruangan dulu yaaahh, kalau ada perlu sesuatu silakan
hubungi saya atau suster – suster yang lain. insyaallah Saya besok akan kembali untuk
mengganti perban ade’.

K : baik suster terima kasih banyak

15
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Bagi
sebagian besar orangtua, inilah masa yang bisa jadi cukup sulit, terutama dalam
hal membangun komunikasi dengan anak remaja. Anak seakan menjadi makhluk
asing yang sama sekali beda dengan si kecil yang dikenal bertahun-tahun.

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan


dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang.

IV.2 Saran

Apabila melakukan komunikasi pada remaja , sebaiknya jangan sampai


menimbulkan ketersinggungan , perkataan yang sinis, mengungkit-ungkit kesalahan
yang lalu, sok tahu, menyalahkan dan menyindir.Karena, usia remaja sangat rentan
dengan perkataan yang dapat menyinggung perasaaanya. Seorang anak remaja
biasanya sudah menyadari kesalahannya, tanpa harus dipojokkan lagi dengan cara
menyalahkannya.

16

Anda mungkin juga menyukai