Toaz - Info Etika Pengembangan Dan Penerapan Ipteks Dalam Pandangan Islam PR
Toaz - Info Etika Pengembangan Dan Penerapan Ipteks Dalam Pandangan Islam PR
PANDANGAN ISLAM
KELOMPOK 3 :
1. Chintia Eka Winandiani 1301038
2. Nindita Sari 1301054
3. Tsamara Inggar Meinisa 1301062
A. Latar Belakang
Perkembangan IPTEK sekarang ini semakin pesat. Saking pesatnya setiap minggu ada
saja perkembangan teknologi yang dipamerkan dan dipublikasikan. Saat ini rakyat Indonesia
sebagian besar hanya sebagai komsumen dari teknologi-teknologi yang dihasilkan, bukan
menjadi produsen yang dapat membantu perkembangan IPTEK dan perekonomian di
Indonesia. Perkembangan IPTEK yang pesat ini membuat kita sebagai rakyat Indonesia
harus bealajar dengan segera dan tidak boleh terus tertinggal dalam perkembangan IPTEK
ini.
Perkembangan IPTEK yang pesat pada saat ini tidak diseimbangkan dengan
perkembangan nilai-nilai etika dan agama yang harusnya menjadi pondasi bagi IPTEK. Tidak
dipungkiri hal ini pun terjadi pada saat ini, dimana nilai-nilai etika dan agama tidak lagi
dipandang sebagai hal yang harus dipelajari dan dipahami. Sehingga penyimpangan yang ada
bukanlah hal yang harus disalahi. Alasan utamanya adalah IPTEK dengan etika dan agama
tidak ada sangkut pautnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul beberapa permasalahan. Yaitu :
1. Bagaimana etika pengembangan dan penerapan iptek dalam pandangan islam
2. Bagaimana peran Islam dalam perkembangan Ipteks?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana beretika dalam pengembangan dan penerapan iptek
dilihat dari pandangan islam.
BAB 2
ETIKA , IPTEK DAN ISLAM
A. Pengertian Etika
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggeris dikenal
sebagai ethics dan etiquette. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, noprma agama dan norma
sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan,norma agama
berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma sopan santun
berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari etika.
Peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan
basis segala konsep dan aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah
dibawa oleh Rasulullah Saw. Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum
muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini
umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-
galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan.
Bercokolnya paradigma sekuler inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem
pendidikan yang diikuti orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta
tidak kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap
diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim.
Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah
Islam.kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total.
Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam
yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya
dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.Namun di sini perlu dipahami
dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek,. Yang dimaksud
menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib
bersumber kepada al-Qur`an dan al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib
berstandar pada al-Qur`an dan al-Hadits. Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan al-
Qur`an dan al-Hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang
menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organisme sederhana yang selama
jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga
menjadi manusia modern sekarang. Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia
pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan
dengan firman Allah SWT yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa
seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya
sebagaimana fantasi Teori Darwin (Zallum, 2001).
Adapun paradigma yang lain :
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam)
wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.
Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan
iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Kontras dengan ini, adalah apa yang ada di Barat sekarang dan juga negeri-negeri
muslim yng bertaqlid dan mengikuti Barat secara membabi buta. Selama sesuatu itu
bermanfaat, yakni dapat memuaskan kebutuhan manusia, maka ia dianggap benar dan absah
untuk dilaksanakan. Meskipun itu diharamkan dalam ajaran agama.
Keberadaan standar manfaat itulah yang dapat menjelaskan, mengapa orang Barat
mengaplikasikan iptek secara tidak bermoral, tidak berperikemanusiaan, dan bertentangan
dengan nilai agama. Misalnya menggunakan bom atom untuk membunuh ratusan ribu
manusia tak berdosa, memanfaatkan bayi tabung tanpa melihat moralitas ,mengkloning
manusia manusia, mengekploitasi alam secara serakah walaupun menimbulkan pencemaran
yang berbahaya, dan seterusnya. Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu
dikoreksi dan diganti dengan standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik
segala ilmu yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara
hakiki bermanfaat bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia.
Standar itu adalah segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis
dan konkret adalah syariah Islam.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat
yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman
dan takwa kepada Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada
tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika
demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan
pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan
jasmani), tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi
pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta,
pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya
akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S.
An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih
kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti
do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201).
1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini
fakta, tdk bisa dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya,
misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri,
ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
Jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa
terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di
Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di
Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.
Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah
Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan
Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangn islam.
BAB 3
IPTEK, etika dan islam menjadi ketiga hal yang dipandang perlu untuk disinergikan.
Melihat ketiga hal ini belum sinergi dan terintegrasi hingga sekarang. Sebenarnya jika kita
bisa mengambil pelajaran pada zaman kejayaan Islam, dimana IPTEK merupakan bidang
yang dikuasai oleh umat Islam, ketiga hal tersebut tersinergikan dengan baik.
Kemajuan teknologi pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Secara umum
IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) adalah suatu jalan dimana yang berfungsi
membantu segala jenis kebutuhan manusia agar sesuatu dapat dilakukan dengan mudah dan
sarana pemikiran manusia dan penciptaan alat-alat yang dapat mendukung kegiatan praktis
(Explore, 2012).
Hal yang perlu dimengerti pula dalam IPTEK adalah etika. Jika kita lihat dari asal
katanya, kata etik (etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar. Etika merupakan sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika ini sendiri pun
sebenarnya mengatur pula tentang IPTEK.
Dari sudut pandang agama, Islam tidak pernah namanya melarang untuk
mengembangkan IPTEK. Jika kita melihat surat yang pertama diturunkan Al-Quran, yaitu
surat Al-Alaq, ayat pertama menyuruh kita untuk membaca.
“Al Quran bukan buku ilmu pengetahuan,tetapi ayat-ayat mengenai alam semesta (kauniyah)
kini terbukti dalam penemuan-penemuan ilmiah di abad modern ini,” kata Prof Naggardalam
ceramahnya di Aula Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta, pada Kamis 30/9/2010 silam.
Pakar ilmu bumi (geologi) tersebut mengupas beragam penemuan ilmiah mengenai alam
semesta yang mengamini hakikat kebenaran AlQuran. Sebagai contoh, Ayat-6 Surat Al Thur,
“Al Bahrul Masjur” (Demi laut yang—di dalam tanah bawah laut itu—ada api). Terbukti
secara ilmiah oleh para ahli geologi dan ilmu kelautan bahwa dasar semua samudra dipanasi
oleh jutaan ton magma yang keluar dari perut bumi. Menurut peraih doktor geologi jebolan
Universitas Wales, Inggris, pada tahun 1963 itu, magma tersebut keluar melalui
jaringanrengkahan raksasa yang secara total merobek lapisan litosfir dan sampai kelapisan
astenosfir. “Para ilmuwan yang jujur akan kagum melihatkepeloporan Al Quran dan hadis-
hadis Nabi terkait petunjuk tentangfakta-fakta ilmiah bumi, yang baru dapat dibuktikan pada
akhir abad ke-20seiring dengan kemajuan iptek,” kata ilmuwan yang telah menghafal semua
30 juz Al Quran saat berusia sepuluh tahun itu.
Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu, Kini,
dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad
pertengahan. Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang digoncangkan oleh serangan-
serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi ‘sumber-sumber filsafat Yunani
yang abadi’. Mereka tidak berhenti pada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-
khazanah ilmu pengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu
baru bagi pengkajian alam.”
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun. Dalam bahasa Inggeris
dikenal sebagai ethics dan etiquette. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat
yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia.
IPTEK, etika dan islam menjadi ketiga hal yang dipandang perlu untuk disinergikan.
Melihat ketiga hal ini belum sinergi dan terintegrasi hingga sekarang. Sebenarnya jika kita
bisa mengambil pelajaran pada zaman kejayaan Islam, dimana IPTEK merupakan bidang
yang dikuasai oleh umat Islam, ketiga hal tersebut tersinergikan dengan baik.
Dari sudut pandang agama, Islam tidak pernah namanya melarang untuk mengembangkan
IPTEK. Jika kita melihat surat yang pertama diturunkan Al-Quran, yaitu surat Al-Alaq, ayat
pertama menyuruh kita untuk membaca.
“Al Quran bukan buku ilmu pengetahuan,tetapi ayat-ayat mengenai alam semesta (kauniyah)
kini terbukti dalam penemuan-penemuan ilmiah di abad modern ini,” kata Prof Naggardalam
ceramahnya di Aula Harun Nasution, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta, pada Kamis 30/9/2010 silam.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Google.Com
http://alcolinz.blogspot.com
http://unisavi.wordpress.com
http://raffy-makalah.blogspot.com
Misterway.Wordpress.com
Gpai2.blogspot.com
Friendly12.mywapblog.com