Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Keselamatan Berkendara
Secara umum keselamatan berlalu lintas sangat di tentukan oleh 3
hal yakni pengendara kendaraan bermotor, kendaraan yang di pakai,
kondisi jalan dan lingkungan sekitar jalan. Hal yang sama jugadi
kemukakan oleh Road and Transport Authority NSW (2006), bahwa
komponen keselamatan di jalan adalah pengguna jalan atau faktor
perilaku berkendara, faktor kendaraan, faktor jalan dan lingkungan
sekitar jalan Keselamatan berlalu lintas. Kemungkinan terjadi
kecelakaan sangat di pengaruhi oleh tingkat faktor resiko yang terkait
dengan unsur unsur sistem lalu lintas seperti: infrastruktur dan
perangkat kontrol lalulintas; kendaraan dan faktor pengguna jalan faktor
kendaraan (Elvik, 2009) Faktor faktor ini meningkatkan terjadi
kecelakaan, tetapi tidak semua faktor di anggap sebagai penyebab
kecelakaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selamat adalah terhindar
dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apa, sehat,
tidak mendapat gangguan, dan kerusakan. Keselamatan adalah suatu
keadaan aman, dalam kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual,
finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologi, ataupun pendidikan
dan terhindar dari ancaman terhadap faktor – faktor tersebut. Untuk
mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian
yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomis atau kesehatan.
Pada umumnya terdapat tiga jenis keadaan :
1. Keselamatan normatif digunakan untuk menerangkan produk atau
desain produk yang memenuhi standar desain.
2. Keselamatan substantif digunakan untuk menerangkan pentingnya
keadaan aman, meskipun mungkin tidak memenuhi standar.

8
9

3. Keselamatan yang dirasakan digunakan untuk menerangkan


keadaan aman yang timbul dalam persepsi orang. Sebagai contoh
adalah anggapan aman terhadap keberadaan rambu – rambu lalu
lintas. Namun, rambu – rambu lalu lintas ini dapat menyebabkan
kecelakaan karena pengemudi kendaraan gugup.
Berkendara dalam kamus besar bahasa indonesia adalah :
1. Duduk diatas sesuatu yg dinaiki, ditunggangi, (seperti kuda atau
kereta), pangeran datang - seekor kuda putih;
2. Menaiki (menumpang) suatu alat tunggangan (tumpangan), aturan -
perlu dipatuhi untuk keselamatan penumpang;
3. Menjalankan kendaraan, mobil, motor.
Berdasarkan Undang – undang RI nomor 22 tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari
resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
kendaraan, jalan, atau lingkungan.
Dalam penelitian Rukman, Tri Susila Hidayati, M. Beny
Dwifa, Muzayin Arif, 2012. Keselamatan Berkendara (Safety Riding)
mengandung pengertian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam
meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam
berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, dimana kita berada pada
titik yang tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari
kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman
akan pencegahan dan penanggulangnnya. Implementasi dari pengertian
diatas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, haruslah tercipta
suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat
mengutamakan keselamatan, baik diri sendiri maupun bagi orang lain.
Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan
berkendara tersebut, para pengendara haruslah menyadari arti dan
pentingnya keselamatan berkendara, hal ini bisa dicontohkan dengan
semakin meningkatnya kecelakaan di jalan raya dan berbagai kejadian
10

kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh berbagai kasus. Walau terasa


sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang
mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran
dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati untuk
melaksanakan segala aktifivitas yang mendasar pada safety riding. Bila
dasar pemikiran safety riding telah dimiliki maka akan dengan mudah
setiap hal yang berkaitan dengan safety ridingditerapkan, baik dimulai
dari diri sendiri maupun diterapkan kepada orang lain.

2.2 Perilaku pengendara


Dalam kamus besar bahasa indonesia konsentrasi adalah
pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal, pemusatan tenaga,
kekuatan, pasukan, dan sebagainya di suatu tempat ada pasukan di
daerah perbatasan, pemusatan beberapa penerbitan dalam satu
kekuasaan, persentase kandungan bahan di dalam satu larutan.
Mengkaji aturan yang ada, yaitu pasal 283 junto pasal 106 ayat
1 Undang – undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ), melakukan kegiatan saat mengemudi yang
mengganggu konsentrasi baik itu
Menggunakan ponsel, mabuk, menggunakan narkoba dan
mengantuk tetap dikenakan sangsi pidana. “Setiap orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan
melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan
mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)“, UU No. 22 tahun
2009 Pasal 283.
Konsentrasi saat berkendara menjadi faktor vital sekaligus
krusial yang harus dijaga. Hilang konsentrasi dalam hitungan detik saja
bisa menyebab kan kecelakaan fatal di jalan raya. Pengalih konsentrasi
11

berkendara mencakup tiga faktor, yaitu faktor visual yang mengalihkan


mata dari jalan, faktor manual yang menyebabkan tangan lepas dari
kemudi, danfaktor kognitif yaitu ketika pikiran melayang ke berbagai
hal.
Karena itu kenali faktor – faktor yang dapat mengurangi
perilaku pengendara. Dalam penelitian Metta Kartika, FKM UI, 2009,
hal – hal yang dapat menggangu konsentrasi berkendara adalah sebagai
berikut.
a. Lengah
Lengah adalah salah satu faktor penyebab yang berasal dari
manusia di karenakan pengemudi melakukan hal atau kegiatan lain
keteka mengemudi, seperti menggunakan ponsel. Sehingga
perhatiannya tidak fokus ketika berkendara. Lengah yang terjadi
dapat berasal dari lingkungan atau perilaku pengemudi ketika
berkendara, seperti pandangan tidak fokus atau berbincang di jalan
raya sehingga tidak dapat mengantisipasi dalam menghadapi situasi
lalulintas dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar yang dapat
berubah mendadak.
b. Mengantuk
Mengantuk dapat menyebabkan pengendara sepeda motor
kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat
(tidur) dan atau sudah mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam
tanpa istirahat (Warpani, 2002). Ciri ciri pengemudi yang
mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam
bereaksi, berhalusinasi dan pandangan kosong.
c. Faktor krelelahan
Merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan,
kelelahan dapan mengurangi kemampuan pengemudi dalam
mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi
dalam berkendara. Suma’mur (2009) mengungkapkan kata lelah
menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda.
12

Semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya


ketahanan tubuh. Menurut Suma’mur (2009), tanda- tanda yang ada
hubungannya dengan kelelahan, merasa kacau pikiran, mengantuk
merasa berat pada mata, merasa susah berfikir, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, dan
merasa kurang sehat.
d. Mabuk
Mabuk dapat di sebabkan pengemudi kehilangan kesadaran
antara lain karna pengaruh obat obatan, alkohol, dan narkotika.
Warpani(2002) mengatakan, di Amerika Serikat dilaporkan 50%
penyebab terjadinya kecelakaan fatal ( meninggal dunia) adalah
alkohol (Pignataro, 1973). M abuk yang di sebabkan alkohol
memiliki peranan penting terhadap terjadinya kecelakaan lalulintas
pada pengendara sepeda motor. Oleh karna itu, pengendara
dilarang mengkonsumsi alkohol sebelum berkendara atau tubuhnya
mengandung alkohol ketika ingin berkendara. Alkohol dan
berkendara merupakan kombinasi yang fatal.
Oleh karena itu, pengendara tidak boleh melakukan
kegiatan lain selain yang berhubungan dengan menjalankan
kendaraan. Selain itu pengendara juga harus dalam kondisi yang fit
dalam arti tidak banyak fikiran, kondisi badan yang sehat, agar tdak
mengurangi konsentrasi dalam berkendara.
2.2.1 Faktor perilaku pengemudi memegang peranan penting dalam
kecelakaan lalu lintas. Faktor perilaku yang tidak baik meliputi :
1. Pengemudi kehilangan konsentrasi, faktor ini menempati urutan pertama,
karena hasil penelitian menyebut faktor ini memiliki persentase
menyebabkan kecelakaan hingga 55 persen. Pengemudi tidak fokus ke
kondisi jalan saat mereka menelepon atau menerima telepon di saat
mengemudi. Penyebab lainnya, karena pengemudi membaca dokumen,
membaca pesan pendek, melihat kejadian di sekeliling jalan dalam waktu
lama, mengatur peranti audio.
13

2. Penyebab kedua yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan adalah


kelelahan dan mengantuk. Keduanya memiliki persentase menyebabkan
kecelakaan hingga 45 persen. Disebutkan, saraf sensorik dan motorik
orang yang sangat lelah dan mengantuk menurun kepekaannya. Sehingga,
selain menyebabkan tidak konsentrasi lelah dan mengantuk juga
menyebabkan tingkat refleks seseorang berkurang.
3. Pengaruh alkohol dan obat, kondisi mabuk yang diakibatkan oleh
minuman beralkohol atau obat-obatan memiliki tingkat presentase
menyebabkan kecelakaan hingga 30 persen. Menenggak alkohol atau
mengkonsumsi obat-obatan (atau bahkan obat yang direkomendasi dokter)
berpotensi menghilangkan kemampuan kontrol otak. Sehingga selain
kesadaran hilang atau berkurang, kemampuan refleks juga merosot drastis.
Pengemudi yang mabuk cenderung kehilangan kemampuan
memperhitungkan manuver, 10 kepekaan dalam merasakan kecepatan
mobil, hingga ketidak akuratan pandangan.
4. Kecepatan melebihi batas, faktor lain yang juga kerap menjadi penyebab
kecelakaan adalah pengemudi menggeber mobil dengan kecepatan yang
melebihi standar yang diizinkan di jalan. Pengemudi akan kesulitan
melakukan manuver dengan aman saat kondisi jalan tak memungkinkan.
Faktor kecepatan ini memiliki persentase menyebabkan kecelakaan hingga
30 persen. Faktor kecepatan ini juga termasuk perilaku pengemudi yang
agresif dalam mengemudikan kendaraannya.

2.3 Sikap Berkendara


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb dalam
Gineung Cynthia Utari (2010), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Definisi
sikap yang dirumuskan oleh sebagian besar ahli senantiasa diartikan adanya
kecenderungan, kesediaan yang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat
terjadi jika telah diketahui.
14

Sikap merupakan salah satu faktor yang diduga mempengaruhi


perilaku. Departemen Perhubungan (2008) dengan mengubah sikap seseorang
maka dapat mengubah perilakunya dalam berlalu lintas. Berdasarkan hasil
analisis Gineung Cynthia Utari (2010) diketahui terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap mahasiswa Universitas Gunadarma dengan perilaku
keselamatan berkendara. Dengan demikian, semakin positif sikap responden
maka semakin aman perilaku responden dalam berkendara sepeda motor.
Hal ini sejalan dengan teori lancaster (2002) yang menyatakan terdapat
hubungan antara sikap dengan kecenderungan untuk celaka. Selain itu,
berdasarkan penelitian Nurwanti (2000) dalam Gineung Cynthia Utari (2010),
diketahui bahwa sikap berpengaruh terhadap perilaku mengemudi seseorang.
Upaya-upaya dibawah ini merupakan cara untuk mengatasi sikap
pengendara yang melanggar aturan. Upaya tersebut harus dilaksanakan oleh
masyarakat. Upaya yang harus ditempuh oleh masyarakat seperti:
1. Taat pada aturan yang berlaku
Hal utama dalam keselamatan berlalu lintas di jalan ini adalah adanya
subjek yang menaati tata tertib hukum lalu lintas. Kalau satu subjek saja
sudah tidak menaati aturan atau bersikap acuh pada aturan maka
dampaknya akan sangat besar.
2. Meningkatkan etika dalam berkendara
Etika dalam berkendara itu mutlak diperlukan terutama dalam
menggunakan sepeda motor karena hal itu bertujuan untuk menghormati,
menghargai dan menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Pengemudi kendaraan terutama sepeda motor kebanyakan memiliki
prinsip kalau belum kena akibat ya belum jera, sehingga etika berkendara
mereka (orang yang melanggar hukum) bisa dibilang masih kurang
terbentuk.
Etika dalam berkendara itu sendiri seperti:
a. Pastikan kondisi fisik dan jiwa yang sehat .
Jika kondisi fisik yang tidak memungkinnkan misalnya dalam keadaan
sakit, mengantuk atau stress maka usahakan untuk tidak mengemudikan
15

kendaraan karena hal itu akan mengancam keselamatan dalam


berkndara.
b. Pastikan kendaraan yang hendak digunakan benar-banar siap, seperti
kondisi bannya, rem, mesin, bensin, oli, handle gas, lampu depan,
rantai dan lain sebagainya. Jangan sampai setelah melakukan perjalanan
baru memastikan kondisi dari kendaraan karena hal itu akan sangat
merugikan diri sendiri maupun orang lain
c. Berkendaralah dengan santai dan jangan tergesa-gesa
d. Bawalah selalu SIM dan STNK
e. Jangan berboncengan lebih dari satu orang
f. Tidak menerobos lampu merah
g. Tidak kebut-kebutan di jalan
h. Tidak membunyikan klakson untuk hal-hal yang tidak penting,
gunakanlah klakson hanya untuk hal-hal yang diperlukan
i. Tidak menggunakan pengeras suara seperti mikrofon atau sirine yang
dapat mengganggu para pengguna jalan yang lainnya
j. Atur jarak aman antar kendaraan
k. Tidak saling mendahului antar kendaraan di jalan
l. Berdoalah sebelum melakukan perjalan
Hal yang tidak dapat dilewatkan dalam melakukan perjalanan adalah
berdoa.Sebagai makhluk yang beragama hendaknya kita berdoa dan
meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum
melakukan perjalanan aagar selamat sampai tujuan.
3. Tidak menggunakan ponsel saat berkendara karena jika pengendara
menggunakan ponselnya misalnya untuk menerima telepon, SMS ataupun
melakukan chatting maka dapat dipastikan konsentrasi pengendara
berkurang, karena sebagian pikiran terpusat pada aktivitas pada ponsel.
4. Saling menghormati antar pengguna jalan
5. Mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi
Dalam berkendara ingatlah bahwa pemilik jalan bukan diri kita sendiri
melainkan milik bersama sehinga kita tidak boleh egois dalam berkendara
16

6. Tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain


7. Bagi orang tua hendaknya tidak mengizinkan anak dibawah umur untuk
mengemudi kendaraan sendiri
Hal ini dikarenakan belum dapat mengendalikan dan mengontrol diri
sendiri sehingga besar kemungkinannya untuk dapat membahayakan
keselamatan publik.

2.4 Pemahaman Risiko Kecelakaan


a. Pemahaman
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (depdikbud,1994)
pemahaman merupakan proses,perbuatan,cara memahami atau
memahamkan pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga, menerangkan, memperluas,menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh,menuliskan kembali dan
memperkirakan.
b. Risiko Kecelakaan
Dalam laulintas jalan, risiko merupakan fungsi dari empat
elemen. Yang pertama adalah paparan jumlah gerakan atau perjalanan
dalam sistem oleh pengguna yang berbeda atau kepadatan populasi
tertentu. Yang ketiga adalah probolitas cedera, memberikan kecelakaan.
Elemen keempat adalah hasil dari cedera Empat elemen tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. expoure : jumlah gerakan atau perjalanan dalam sistem oleh pengguna
yang berbeda atau kepadatan populasi tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eksposur risikon adalah: Faktor ekonomi, termasuk
kerugian sosial, faktor demografi, Lahan praktek perencanaan
penggunaan yang mempengaruhi panjang dari perjalanan atau pilihan
moda, campuran kecepatan tinggi lalu lintas bermotor dengan
pengguna jalan, kurangnya perhatian terhadap integrasi fungsi jalan
dengan keputusan tentang batas kecepatan, tata letak jalan dan desain.
17

2. faktor risiko kemungkinan terjadinya kecelakaan. Faktor risiko yang


mempengaruhi keterlibatan kecelakaan adalah:Tidak tepat atau
berlebihan kecepatan, penggunaan alkohol dan obat obat, kelelahan,
penegndara yang terlalu muda dan terlalu tua;berkendara dalam
keadaan gelap, faktor kendaraan-seperti pengereman, penanganan dan
pemeliharaan yang juga dapat menyebabkan perilaku pengguna jalan
yang tidak aman, faktor lingkungan yang tidak memadai visibilitas
(sehingga sulit untuk mendeteksi kendaraan dan jalan lainnya
pengguna).
3. kemungkinan cidera faktor risiko yang mempengaruhi keparahan
kecelkaan adalah, faktor toleransi manusia, tidak tepat atau berlebihan
kecepatan, sabuk pengaman dan pengaman untuk anak yang tidak
digunakan, tidak menggunakan helm bagi pengguna roda dua.
4. hasil dari kecelakaan faktor risiko yang mempengaruhi tingkat
keparahan cedera pasca kecelakaan adalah: Keterlambatan dalam
mendeteksi kecelakaan;kehadiran pemadam kebakaran akibat
tabrakan, kebocoran bahan berbahaya, penggunaan alkohol dan obat
lain kesulitan menyelamatkan dan penggalian orang dari
kendaraan;kesulitan mengevakuasi orang dari bus, kurang nya tepat
pra-rumah sakit perawatan kurangnya perawatan yang tepat di ruang
gawat darurat rumah sakit.
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan)
dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000),
risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai
deviasi standar).
Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya
penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
return –ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return).
Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott (1978), risiko
didefinisikan sebagai;
18

a) Kans kerugian – the chance of loss.


b) Kemungkinan kerugian – the possibility of loss.
c) Ketidakpastian – uncertainty .
d) Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion
of actual from expected result.
e) Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the
probability of any outcome different from the one expected Atau dapat
diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah suatu kondisi yang
timbul karena ketidak pastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.
Beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para
ahli. Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya
peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas
apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Menurut Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke
bentuk yang lain. Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009:
50) mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Pemahaman ini berasal dari kata ”Faham” yang memiliki arti
tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran.
1. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan
memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan,
menjelaskan atau meringkas aatau merangkum suatu pengertian
kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan.
19

2. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah


kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi
pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau
memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Dan pemahaman
ini dapat dibagi 3 kategori yaitu:
a. Tingkat Rendah : Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan
dalam arti sebenarnya semisal, Bahasa asing dan bahasa
Indonesia.
b. Tingkat Menangah : Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengandiketahui
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian atau peristiwa.
c. Tingkat Tinggi : Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi
yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis
dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas
resepsi dalam arti waktu atau masalahnya.

2.2 Penelitian Terdahulu


Pada tabel 2.1 dijelaskan tentang penelitian terdahulu, variable penelitian,
teknik analisa serta hasil penelitian adalah sebagai berikut

TABEL 2.1

Variabel yang
NO SumberPenelitian HasilPenelitian
diteliti

1. Cahyo Variabel Berdasarkan hasil penelitian yan di


Nugroho,2015 independen: peroleh dilapangan ,maka dapat
Judul:Perilaku perilaku sosial disimpulkan secara umum
sopir truk tronton Variabel dependen: mengenai bagaimana bentuk dan
terhadap keselamatan apa saja faktor yang menyebabkan
keselamatan pengendara terjadinya perilaku sosial sopir
pengguna jalan truk tronton terhadap keselamatan
20

dikota pontianak pengguna jalan di kota


pontianak.Bentuk dari sosial sopir
truk tronton terhadap keselamatan
pengguna jalan di Pontianak
merupakan bentuk paksaan bagi
diri sendiri dan juga sebagai
kewajiban bagi supir melakukan
suatu atau tindakan berkendara
2. Riyan Variabel Adanya hubungan antara sikao dan
perwitaningsih,En independen: pengetahuan berkendara dengan
i mahawati,Eko -pengetahuan praktik keselamatan berkendara
hartini -sikap sepeda motor pada mahasiswa
Judul: Hubungan Variabel kesehatan mestaker Udinus
antara dependen: Semarang. Sebaiknya mengindari
pengetahuan dan -Keselamatan perilaku negatif teman sebaya
sikap terhadap berkendara berupa tetap memacu pada saat
praktik lampu lalu lintas berwarna kuning,
keselamatan dan menggunakan alat komunikasi saat
kesehatan berkendara, merokok saat
berkendara berkendara, melanggar rambu lalu
sepeda motor lintas, berkendara dengan
pada mahasiswa kecepatan lebih dari 60 km/jam,
kesehatan berboncengan lebih dari 2 orang,
masyarakat mendengarkan music saat
UDINUS berkendara
Semarang tahun
2013
3. Ratih libania Variabel Perilaku berkendara masyarakat
Judul: independen: yogyakarta sebanyak 74% berada
Pemahaman -pemahaman resiko pada tingkat keamanan yang
21

resiko kecelakaan kecelakaan sedang.Upaya berkendara dengan


dan perilaku -perilaku aman terlihat dari rendahnya rata-
berkendara dalam mengemudi rata frekwensi kehilangan
rangka konsentrasi atau perhatian.Hal ini
meningkatkan menunjukkan bahwa mayoritas
keselamatan pengemudi dalam kondisi
dijalan,2013 konsentrasi dan perhatian yang
penuh saat berkendara.
4. Andi Variabel -. Perilaku teman sebaya (p value =
sumiyanto,eni independen: 0,000)berhubungan denganpraktik
mahawati,eko -sikap individu safety ridingsedangkansikap
hartini -Perilaku teman individu tidakberhubungan dengan
Judul: pengaruh sebaya praktik safety riding(p value =
sikap individu dan Variabel dependen: 0,838).-. Perilaku teman sebaya (p
perilaku teman -Praktik safety value = 0,000)berpengaruh
sebaya terhadap riding terhadap praktik safetyriding,
praktik safety F=20.593, R2= 0,205 yang
riding pada artinya20,5% praktik safety riding
remaja (studi dipengaruhioleh perilaku teman
kasus siswa Sma sebaya, sedangkansisanya 79,5%
Negeri 1 dipengaruhi oleh sebabsebabLain
Semarang),2014
5. Iqbal fariq Variabel .Dari total 126 orang responden
munggaran independen: terdapat 121 orang (96%)
Judul: -sikap tergolong memiliki sikap
Studi deskriktif -pengendara sepeda positif,sebanyak 5 orang (4%)
mengenai sikap motor tergolong ke dalam sikap netral
mahasiswa -keselamatan dan tidak ada satu orang pun
pengendara motor Variabel dependen: yangtergolong ke dalam sikap
terhadap safty Keselamatan negatif. Dapat dikatakan bahwa
22

riding behavior berkendara mayoritas responden


memilikikesetujuan akan
dilakukannya safety riding saat
berkendara karena mereka
memiliki perasaanyang baik atau
positif terhadap hal-hal yang
tertera dalam safety riding-
Sumber : Waskito Ady dan Bambang Susantono, 2014 Analisis keselamatan
Penelitian terdahulu menjadi dari penelitian sekarang, dimana pada
penelitian terdahulu menggunaka 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu)
variabel terikat, sedangkan penelitian penelitian sekarang diguakan 3 (tiga)
variabel bebas yaitu, perilaku pengendara, penggunaan helm, kesadaran
hukum berlalu lintas, dan 1 (satu) variabel terikat keselamatan berkendara.
Jumlah responden atau sempel yang diperoleh sama – sama menggunakan
rumus slovin.

2.3 .Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta
diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta – fakta yang diamati
ataupun kondisi – kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk
langkah penelitian selanjutnya, “ Good and Scates 1954. Maka untuk
memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan diatas maka
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga perilaku pengendara berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keselamatan berkendara sepeda motor.
2. Diduga sikap berkendara berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keselamatan berkendara sepeda motor.
3. Diduga pemahaman risiko kecelakaan berpengaruh positifdan signifikan
terhadap keselamatan berkendara sepeda motor.
23

4. Diduga perilaku pengendara, sikap berkendara, pemahaman risiko


kecelakaan, secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keselamatan berkendara.
2.4.Diagram Alur Penelitian
Gambar : 2.1

Latar Belakang Masalah

Landasan Teori

Metodologi Penelitian

Pengumpulan Data

Perilaku Sikap Pemahaman Risiko


Berkendara Berkendara Kecelakaan
(X1) (X2) (X3)

Keselamatan
Berkendara
(Y)

Pengolahan Data
(Data tidak cukup)
Analisis Data

Implikasi Manajerial

Kesimpulan dan Saran


24

2.5. Kerangka Pikir Teoritis


Gambar : 2.2
Kerangka Pikir Teoritis

X.1.1

Perilaku
X.1.2
pengendara

X.1.3 ( X1 )

H1
X2.1
Y1
Keselamatan
X2.2 Sikap
berkendara
berkendara Y2
(Y)
( X2 ) H2
X2.3
Y3

H3
X3.1
Pemahaman H4
X3.2 resiko
kecelakaan
(X3)
X3.2
( X3 )

= Variabel = Pengukur
= Indikator = Pengaruh
H = Hipotesis
25

Indikator variable dependen (Y) Keselamatan Berkendara :


Y 1 = Pengecekan kendaraan sebelum digunakan
Y 2 = Konsentrasi saat berkendara
Y 3 = Tidak dipengaruhi alkohol

Indikator variable independen (X1) Perilaku Pengendara :


X 1.1 = Kedisiplinan pengendara
X1.2 = Pengetahuan dan keterampilan
X 1.3 = Kecepatan berkendara

Indikator variabel independen (X2) sikap berkendara :


X 2.1=Berkendara dalam keadaan ngantuk
X 2.2=Mengangkat telpon saat berkendara
X 2.3=Mendahului kendaraan dari arah kiri

Indikator variable independen (X3)Pemahaman resiko kecelakaan:


X 3.1 = Resiko yang berasal dari manusia.
X 3.2 = resiko yang berasal dari kendaraan.
X 3.3 = Resiko yang berasal dari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai