Anda di halaman 1dari 19

Pembelajaran 1.

Penerapan Prinsip Praktik Profesional dalam


Bekerja

A. Kompetensi

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan


dapat menerapkan prinsip praktik profesional dalam bekerja pada bidang
Akuntansi dan Keuangan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi dalam pembelajaran ini, Anda dapat :


1. Mengklasifikasikan entitas yang termasuk dalam sektor industri jasa
keuangan.
2. Mengkorelasikan entitas yang termasuk dalam sektor industri jasa keuangan
dan bidang-bidang usaha serta jenis-jenis kepemilikannya.
3. Menentukan pedoman, prosedur dan aturan berkaitan dengan industri jasa
keuangan.
4. Menerapkan pedoman, prosedur dan aturan berkaitan dengan profesi-profesi
yang ada dalam industri jasa keuangan.
5. Menentukan etika profesi dalam bidang akuntansi dan keuangan.
6. Menerapkan etika profesi dalam akuntan profesional.
7. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi dan sasaran
pengembangan ulang secara periodik.
8. Mengidentifikasi Kebutuhan kompetensi, otorisasi, dan lisensi.
9. Menerapkan pengembangan profesional yang menggambarkan kebutuhan
dan sasaran diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
10. Menerapkan pengembangan profesional dalam kenaikan promosi atau
jabatan.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 7


C. Uraian Materi

1. Entitas Sektor Industri Jasa Keuangan dan Profesi Bidang


Akuntansi

a. Industri Jasa Keuangan


Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengolahan
faktor-faktor produksi, untuk menyediakan barang-barang dan jasa bagi
masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan upaya-upaya lain dengan
tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat (M.
Fuad, at.al, 2000:8).
1) Perusahaan Jasa: Usaha bidang jasa adalah jenis usaha yang tid ak
menghasilkan benda melainkan memberikan pelayanan kepada pihak lain
sesuai kebutuhan. Misalnya guru, dokter, dan paramedik.
2) Jasa Industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.
Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan
sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa.
3) Industri Jasa: merupakan kegiatan ekonomi yang dengan cara
memberikan pelayanan jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti
angkutan bus, kereta api, penerbangan, dan pelayaran. Perusahaan jasa
ada juga yang membantu proses produksi.
4) Industri Jasa Keuangan: suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa
yang disediakan oleh industri keuangan. Jasa keuangan juga digunakan
untuk merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan: Dana Bank,
Bank Investasi.

b. Macam Entitas Industri Jasa Keuangan


Lembaga keuangan merupakan suatu badan yang bergerak di bidang
keuangan untuk menyediakan jasa bagi penggunanya. Lembaga keuangan
memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana
nasabah atau masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana
pinjaman untuk nasabah atau masyarakat.

8 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


Berikut ciri-ciri entitas yang termasuk dalam sektor keuangan:
1) Tidak memproduksi suatu barang;
2) Tidak memiliki persediaan bahan baku;
3) Aktivitasnya lebih mengarah ke investasi;
4) Mayoritas pengeluaran untuk membayar pegawai;
5) Memiliki sumber permodalan yang mayoritas dari modal sendiri atau
investasi yang tidak memiliki bunga tinggi;
6) Aktiva di neracanya mayoritas terdiri atas piutang, kas, dan aset tetap.
(Irma Agustinalia, 2018: 6).

Di Negara kita, Indonesia, lembaga keuangan terbagi ke dalam 2 kelompok,


yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.
1) Lembaga keuangan bank: bank sentral, bank umum, dan BPR.
2) Lembaga keuangan bukan bank: pasar uang, pasar modal, koperasi
simpan pinjam, pegadaian, leasing, asuransi, anjak piutang, modal
ventura, dan dana pensiun. (Irma Agustinalia, 2018: 6).

c. Jenis-Jenis Industri Jasa Keuangan


1) Bank merupakan salah satu jenis industri jasa keuangan yang membantu
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta pelayanan jasa
yang berkaitan dengan keuangan.
2) Asuransi adalah salah satu mekanisme bentuk pengalihan risiko dari
tertanggung (individu atau badan usaha) kepada pihak penanggung
(perusahaan asuransi) dengan membayar sejumlah premi.
3) Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha jasa di luar bank dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan
kegiatan usaha sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan
atau pembiayaan konsumen.
4) Pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek.
5) Dana pension merupakan salah satu jenis industry jasa keuangan yang
khusus menghimpun dana untuk persiapan penggunaannya menjalani
masa tuannya (Irma Agustinalia, 2018: 7-21).

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 9


d. Teknisi Akuntansi
Profesi adalah bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah
profesi karena profesi ini membutuhkan keahlian. Sebagai contoh, rumah
tangga adalah satu bentuk pekerjaan, tetapi tidak profesi untuk pekerjaan
domestik bisa dilakukan oleh siapa saja dengan apapun latar belakang
pendidikan. Pekerjaan dianggap sebagai profesi yang jika ia memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Memiliki keterampilan (keahlian)
2) Memiliki kode etik sebagai kode standar moral perilaku
3) Memiliki tanggung jawab profesional dan integritas pribadi
4) Memiliki dedikasi kepada kehidupan publik
5) Otonomisasi organisasi profesional menunjukkan bahwa manajemen
organisasi
6) Sebagai anggota salah satu organisasi profesional untuk
mempertahankan keberadaan

Definisi Teknisi Akuntansi dan Teknisi Akuntansi Profesional, Akuntansi


adalah satu catatan proses, mengklasifikasikan, singkatnya, proses dan data
transaksi, saat ini, dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan keuangan
yang dapat digunakan oleh orang-orang yang menggunakan itu mudah
dipahami untuk membuat keputusan dan tujuan lain. Akuntansi berasal dari
kata asing yang berarti ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
adalah menghitung atau akun. Akuntansi yang digunakan dalam hampir
semua kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk membuat keputusan sehingga
disebut sebagai bahasa bisnis.Teknisi akuntansi adalah teknisi yang
kompeten untuk menjadi kuasa eksekutif dalam pembukuan dunia bisnis,
lembaga pemerintah dan lembaga lainnya. Teknisi akuntansi, lebih biasa
disebut pembukuan atau petugas akuntansi, yang dipekerjakan oleh
perusahaan untuk merekam proses dan membuat laporan keuangan. Teknisi
akuntansi adalah akuntansi profesional yang telah memenuhi standar
efisiensi, yaitu: pencapaian kompetensi profesional memerlukan awalnya
standar yang tinggi pendidikan umum, diikuti dengan pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian profesional dalam mata pelajaran yang relevan, dan
pengalaman kerja. Ini harus dijadikan sebagai pola umum pembangunan

10 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


anggota. Kompetensi dipelihara dan dipertahankan melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi
anggota kehidupan profesional. Pemeliharaan efisiensi membutuhkan
kesadaran profesional profesi perkembengan untuk mengikuti akuntansi,
termasuk laporan akuntansi, audit dan lain-lain peraturan di tingkat nasional
dan internasional yang terkait. Teknisi akuntansi harus melaksanakan
program yang dirancang untuk memastikan adanya kontrol kualitas
pelaksanaan layanan profesional yang sesuai dengan standar nasional dan
internasional.

e. Tujuan Profesi Teknisi Akuntansi


Tujuan profesi teknisi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut
terdapat 4 (empat) kebutuan dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
2) Profesionalisme. Diperlukan individu yang denga jelas dapat
diindentifikasikan oleh pamakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang
akuntansi.
3) Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan stndar kinerja yang tinggi.
4) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemebrian jasa oleh
akuntan.

f. Macam-Macam Profesi Akuntan


Salah satu bidang pekerjaan yang banyak diminati adalah karir di bidang
keuangan. Hal ini tidak terlepas dari besarnya kebutuhan pasar yang banyak
membutuhkan tenaga-tenaga terampil di bidang keuangan, baik dalam skala
usaha ataupun jasa konsultasi.
Beberapa peluang karir di bidang keuangan yang bisa saudara jadikan
referensi diantarnya konsultan keuangan. staf pembukuan dan audit serta
akuntan. Profesi Akuntan dapat terbagi menjadi:

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 11


1) Akuntan Publik
2) Akuntan Internal
3) Akuntan Pemerintah
4) Akuntan Pendidik
g. Peran dan Tanggung Jawab Profesi Teknisi Akuntansi
Peran dan tanggung jawab profesi teknisi akuntansi terdapat pada prinsip-
prinsip etika profesi sebagai berikut:
Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesame
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya
sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
Prinsip Kedua: Kepentingan Publik. Setiap anggota berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Prinsip Ketiga: Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin.
Prinsip Keempat: Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya
dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota
harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempuyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari
jasa profesional yang kompeten berdasaran perkembangan praktik, legislasi
dan teknik yang paling mutakhir.

12 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


Prinsip Keenam: Kerahasiaan. Setiap anggota harua menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan
tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku
yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
Prinsip Kedelapan: Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan stsndar teknis dan standar profesional yang
relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Assosiasi Teknisi Akuntansi, badan pengatur,
dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

2. Pedoman, Prosedur, dan Aturan Dalam Industri Jasa Keuangan

a. Pedoman, Prosedur dan Aturan dalam Industri Jasa Keuangan


Perkataan “pedoman” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(2008:1036), diartikan sebagai: (1) alat untuk menunjukkan arah atau mata
angin (biasanya seperti jam yang berjarum besi berani); kompas; (2)
kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus
dilakukan; (3) hal (pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan
sebagainya) untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu; (4) pemimpin
(yang menerangkan cara menjalankan atau mengurus perkumpulan).

Selanjutnya, kata “prosedur” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa (2008:1106) diartikan sebagai: (1) tahap kegiatan untuk

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 13


menyelesaikan suatu aktivitas; (2) metode langkah demi langkah secara
pasti dalam memecahkan suatu masalah.

Terakhir adalah kata “aturan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (2008:1106) diartikan sebagai: (1) hasil perbuatan mengatur;
(segala sesuatu) yang sudah diatur; (2) cara (ketentuan, patokan, petunjuk,
perintah) yang telah ditetapkan supaya diturut; (3) tindakan atau perbuatan
yang harus dijalankan; (4) sopan santun; ketertiban; (5) seharusnya;
menurut (kebiasaan, dan sebagainya); biasanya.

Berdasarkan pada pengertian di atas, kita dapat mensintesiskan ketiga kata


tersebut, yaitu: pedoman, prosedur dan aturan sebagai sistem norma atau
kumpulan ketentuan dasar yang berfungsi mengatur nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat, dijadikan sebagai landasan tindakan, prosedur, petunjuk
arah dan tujuan terentu.

b. Pedoman Kerja dan Prosedur


Salah satu cara untuk memperjelas apa yang menjadi tujuan atau harapkan
perusahaan adalah dengan membuat peraturan secara tertulis. Dengan
membuat peraturan kerja secara tertulis dan disepakati kedua belah pihak
tindakan- tindakan yang merugikan perusahaan dan karyawan dapat diatasi
dengan lebih baik. Peraturan tersebut bisa berbentuk pedoman, prosedur
dan aturan kerja di perusahaan.
Dalam perusahaan manapun ada pedoman kerja, prosedur, aturan kerja
ketentuan, atau perjanjian-perjanjian, yang kesemuanya pada dasarnya
mengatur tentang hak dan kewajiban secara timbal-balik antara perusahaan
dengan karyawannya. Pedoman kerja, prosedur, aturan kerja dan ketentuan
lainnya disusun dengan memperlihatkan keseimbangan antara hak dan
kewajiban merupakan suatu tuntutan yang perlu terus diwujudkan karena
jika hal ini tidak terwujud akan menimbulkan gangguan yang pada akhirnya
akan berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

14 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


c. Pedoman Kerja
Pedoman kerja adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Pedoman kerja juga merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu.
Pedoman kerja bertujuan antara lain sebagai berikut:
1) Memperjelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
2) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/
pegawai terkait.
3) Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktik
atau kesalahan administrasi lainnya.
4) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keragunan, duplikasi, dan
inefisiensi.
5) Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
6) Sebagai dasar hokum bila terjadi penyimpangan.
7) Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam
bekerja.
8) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Pedoman kerja dibutuhkan pada kondisi-kondisi berikut ini:
1) Sebelum suatu pekerjaan dilakukan.
2) Ketika mengadakan penilaian apakah pekerjaan tersebut sudah
dilakukan dengan baik atau tidak.
3) Ketika terjadi revisi, jika ada perubahan langkah kerja yang dapat
mempengaruhi lingkungan kerja.
Dengan adanya pedoman kerja terdapat beberapa keuntungan yang
diperoleh, yaitu antara lain:
1) Pedoman kerja merupakan pegangan bagi pelaksanaan, alat
komunikasi, dan pengawasan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
secara konsisten.
2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu
apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.
3) Bisa digunakan sebagai salah satu alat pelatihan dan mengukur kinerja
pegawai.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 15


Selain untuk hal tersebut diatas, pedoman kerja juga mempunyai kegunaan
sebagai berikut:
1) Pedoman kerja dan alat pendidikan, terutama bagi pegawai baru.
2) Alat untuk menyelesaikan perselisihan dalam hubungan kerja.
3) Alat untuk mengadakan pembagian kerja dan mengatur frekuensi kerja
yang tepat.
4) Alat untuk mengatur tata ruang kantor
5) Alat untuk menghindarkan adanya pekerjaan yang bertumpuk.
6) Alat perencanaan kerja dan pengembangannya di kemudian hari.
7) Alat untuk mengadakan klasifikasi, uraian, dan analisis jabatan.
8) Alat untuk menghemat waktu bagi pimpinan untuk mengetahui seluruh
proses kerja.
9) Alat untuk mempersiapkan mekanisme prosedur.

d. Prosedur Kerja, Tata Kerja, dan Sistem Kerja


Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan
standar prosedur kerja atau dikenal dengan Standard Operating Procedure
(SOP) sebagai pedoman untuk melaksanakan segala kegiatan yang
berhubungan dengan operasional perusahaan.
Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain
sehingga menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan
yang harus di tempuh dalam rangka menyelesaikan suatu bidang tugas.
Tata kerja adalah cara-cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin atas
sesuatu tugas dengan mengingat segi-segi tujuan , peralatan , fasilitas,
tenaga kerja, waktu, ruang dan biaya yang tersedia. Sistem kerja adalah
suatu rangkaian tata kerja dan prosedur kerja yang kemudian membentuk
suatu kebulatan pola tertentu dalam rangka melaksanakan sesuatu bidang
pekerjaan.
Berdasarkan pengertian yang ada maka manfaat yang dapat diperoleh
dengan adanya kerja, tata kerja dan sistem kerja, antara lain sebagai berikut:
1) Tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja penting artinya karena
merupakan penjabaran tujuan, sasaran, program kerja, fungsi-fungsi dan

16 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


kebijakan ke dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan operasional
perusahaan sehari-hari.
2) Melalui tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja yang dibuat dengan
tepat, dapat dilakukan standarisasi dan pengendalian kerja dengan
setepat-tepatnya.
3) Tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja bermanfaat baik bagi para
pelaksana maupun semua pihak yang berkepentingan, untuk dijadikan
sebagai panduan dalam bekerja.

Dalam penyusunan prosedur kerja, tata kerja dan sistem kerja, perlu
memperhatikan beberapa asas sebagai berikut :
1) Harus dinyatakan secara tertulis dan disusun secara sistematis serta
dituangkan secara bentuk manual (dicetak)
2) Harus dikomunikasikan atau diinformasikan secara sistematis kepada
semua petugas atau pihak yang berkepentingan.
3) Harus sesuai dengan kebijakan pimpinan dan kebijakan umum yang
ditentukan pada tingkat yang lebih tinggi.
4) Harus dapat mendorong pelaksanaan kegiatan secara efisien serta
menciptakan jaminan yang memadai bagi terjaganya sumber-sumber
yang berada di bawah pengendalian organisasi.
5) Secara periodik harus ditinjau dan dievaluasi kembali serta bila perlu
direvisi dan disesuaikan dengan kondisi terkini.

e. Peraturan Perundang-Undangan dalam Industri Jasa Keuangan


1) Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan
2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah dubah
menjadi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
6) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
7) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
8) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 17


9) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
10) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
11) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
12) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
13) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

f. Etika Profesi dalam Akuntansi dan Keuangan


Kode Etik Perilaku Profesional
Kode Etik Perilaku Profesional dapat dikatakan sebagai pedoman umum
yang mengikat dan mengatur setiap anggota serta sebagai pengikat suatu
anggota untuk bertindak. Kode Etik Perilaku Profesional diperlukan untuk
menjaga kepercayaan masyarakat atas kualitas pelayanan yang diberikan
oleh profesi. Kode perilaku profesi terdiri dari prinsip -prinsip, peraturan
etika, interprestasi atas peraturan etika dan kaidah etika.
Dalam dunia lembaga akuntansi, ada yang namanya kode etik profesi
akuntansi, seorang akuntan profesional harus memiliki Etika Profesi
Akuntansi. Di Indonesia, kode etik ini di pelopori oleh organisasi profesi
akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Tujuan kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah :
1) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
4) Untuk meningkatkan mutu profesi.
5) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
6) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8) Menentukan baku standar
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, meliputi 3 bagian:
1) Prinsip Etika,
2) Aturan Etika, dan
3) Interpretasi Aturan Etika

18 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


 Prinsip Etika memberikan dasar kerangka bagi aturan etika yang
mengatur suatu pelaksanaan jasa profesional oleh anggota.
 Prinsip Etika disahkan oleh kongres serta berlaku untuk seluruh
anggotanya
 Sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan
dan mengikat hanya kepada anggota Himpunan yang
bersangkutan.
 Interpretasi Aturan Etika adalah interpretasi yang ditetapkan oleh
Badan yang di bentuk oleh Himpunan setelah
mendengarkan/memerhatikan tanggapan dari anggota dan juga
pihak berkepentingan yang lain
 Kemudian digunakan sebagai panduan menerapkan Aturan Etika
tanpa bermaksud untuk membatasi lingkup dan juga
penerapannya.

Prinsip-Prinsip Etika IFAC, AICPA, dan IAI


Prinsip-prinsip yang membentuk kode perilaku profesi sudah ditentukan dan
dipegang teguh oleh profesi tersebut. Sebagai contoh terdapat prinsip-prinsip kode
etik menurut lembaga-lembaga yang mengaturnya, antara lain :

Menurut IFAC
Menurut The International Federation of Accountants, seorang profesi dituntut
memiliki berbagai sikap seperti :
1) Integritas, seorang akuntan harus memiliki sikap yang tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis profesional.
2) Objektivitas, seorang akuntan melakukan tugasnya sesuai dengan objek tidak
memandang subjek yang ia sedang melakukan penilaian secara independen.
3) Kompetensi profesional dan Kesungguhan, seorang akuntan harus
berkompeten dan senantiasa menjaga ilmu pengetahuan dan selalu
meningkatkan kemampuan agar dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan.
4) Kerahasian, seoang akuntan harus selalu menjaga dan menghormati
kerahasiaan atas informasi klien yang ia lakukan pelayanan.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 19


5) Perilaku Profesional, seorang akuntan harus taat akan hukum dan dilarang
melakukan hal-hal yang membuat nama akuntan buruk.

Menurut AICPA
Menurut American Institute of Certified Public Accountants, seorang profesi
dituntut memiliki berbagai sikap seperti :
1) Tanggung Jawab, seorang akuntan sebagai profesional, harus menerapkan
nilai moral serta bertanggung-jawab di setiap pelayanannya.
2) Kepentingan Umum, seorang akuntan harus menerima kewajibannya untuk
melayani publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen
terhadap profesionalisme.
3) Integritas, selalu mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik
terhadapnya.
4) Objektivitas dan Independensi, seorang akuntan harus mempertahankan
objektibitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.
5) Due Care, seorang akuntan harus mematuhi standar teknis dan etis
profesinya, selalu berusaha terus-menerus untuk meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya.
6) Sifat dan Cakupan Layanan, seorang akuntan harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari kode etik profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
akan disediakan.

Menurut IAI
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, seorang profesi dituntut memiliki berbagai
sifat sebagai berikut:
1) Tanggung Jawab
2) Kepentingan Publik
3) Integritas
4) Objektivtias
5) Kompetensi dan Kehati-hatian
6) Kerahasiaan
7) Perilaku Profesional

20 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


g. Aturan dan Interprestasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari
anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai
sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan
dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan
tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga
ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap
anggota yang tidak menaatinya.
Akuntan sebagai profesional memiliki kode etik dalam melakukan
pelayanannya. Kode-kode etik itu mengatur dan mengikat terhadap setiap
pekerjaan yang dilakukan akuntan tersebut. Beberapa lembaga seperti
IFAC, AICPA, dan IAI sepakat bahwa seorang akuntan dalam melakukan
profesinya harus memiliki sifat jujur, integritas, bertanggung-jawab,
independensi, serta menjaga dan menghormati kerahasiaan instansi atau
masyarakat yang dilayaninya.

3. Kompetensi Personal Bidang Akuntansi Dan Keuangan

Era globalisasi telah bergulir, dominasi teknologi informasi sebagai infrastruktur


menjadi sahabat para pelaku bisnis. Ekonomi akan lebih berbasis pada
pengetahuan, bukan tanah, atau mesin-mesin tradisional. Aset ekonomi semakin
tidak lagi bersifat fisik, seperti gedung, mesin atau properti lainnya, tetapi bersifat
mental intelektual, seperti persepsi pasar, hubungan, citra perusahaan, citra
merek, hak paten, kredibilitas, visi, dan pengetahuan khusus (Edy Sutrisno,
2015:1). Aset ekonomi yang bersifat mental tersebut antara lain adalah
kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia (SDM) yang ada dalam
organisasi atau perusahaan.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 21


Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga sumber
daya manusia (SDM) dituntut untuk terus menerus mampu mengembangkan diri
secara proaktif. Sumber daya manusia harus menjadi manusia-manusia
pembelajar, yaitu pribadi-pribadi yang mau belajar dan bekerja keras dengan
penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang maksimal. Oleh karena
itu, sumber daya manusia yang diperlukan pada saat ini adalah sumber daya
manusia yang sanggup menguasai teknologi dengan tepat, adaptif, dan responsif
terhadap perubahan-perubahan teknologi. Dalam kondisi tersebut integritas
pribadi semakin penting untuk memenangkan persaingan (Edy Sutrisno, 2015:1).

Kebutuhan Kompetensi, Otorisasi, dan Lisensi


1) Kompetensi
Gordon (1998) menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut:
a) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognit if. Misalnya,
seorang karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan
yang ada di perusahaan.
b) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu. Misalnya, seorang karyawan dalam melaksanakan pembelajaran
harus mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi
kerja secara efektif dan efisien.
c) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya,
kemampuan karyawan dalam memilih metode kerja yang dianggap lebih efektif
dan efisien.
d) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya, standar perilaku para
karyawan dalam melaksanakan tugas (kejujuran, keterbukaan, demokratis,
dan lain-lain).
e) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau
reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya, reaksi
terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan sebagainya.

22 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


f) Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Misalnya, melakukan suatu aktivitas kerja (Edy Sutrisno, 2015:204-
205).

2) Otorisasi
Dalam konteks akuntansi dan manajemen, otorisasi kerapkali dihubungkan
dengan pembuat kebijakan. Otorisasi adalah proses untuk memberikan izin
seseorang untuk melakukan atau memiliki sesuatu. Otorisasi berbeda dengan
otensifikasi, dimana otensifikasi adalah sebuah proses untuk memverifikasi
apakah sesuatu/orang tersebut benar-benar memiliki hak untuk mengakses atau
melakukan sesuatu. Otorisasi adalah proses setelah dilakukannya otensifikasi.
Untuk lebih memahami konsep atau pengertian otorisasi dan perbedaannya
dengan otensifikasi, perhatikan contoh sebagai berikut:
Otorisasi terbagi dua, yaitu otorisasi umum dan otorisasi khusus. Otorisasi umum
adalah kebijaksanaan yang dibuat oleh pimpinan untuk diikuti secara seksama
oleh setiap lapisan manajemen dan pelaksana aktivitas organisasi. Contoh:
Dikeluarkannya harga tetap untuk penjualan barang produksi, batas kredit untuk
nasabah, dan batas terendah untuk dapat melakukan pembelian secara otomatis
(http://www.belajarakuntansionline.com).
Sedangkan otorisasi khusus adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibuat
untuk setiap transaksi, dalam arti bahwa pimpinan tidak bermaksud menetapkan
otorisasi secara umum melainkan menetapkan otorisasi atas dasar tiap masalah.
Contoh: Otorisasi transaksi penjualan oleh pimpinan penjualan untuk menjual
mobil-mobil bekas perusahaan (http://www.belajarakuntansionline.com).

3) Lisensi
Lisensi secara umum dapat diartikan pemberian izin, hal ini termasuk dalam
sebuah perjanjian. Definisi lain, pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada
pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa yang
dilisensikan (https://id.wikipedia.org/wiki/Lisensi).

Lisensi adalah suatu bentuk penyerahan hak dari satu pihak ke pihak lain sesuai
dengan perjanjian yang disepakati untuk memproduksi atau mempergunakan
sesuatu.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 23


Dalam praktek pemberian lisensi terdapat dua macam lisensi yaitu :
a) Lisensi umum
b) Llisensi paksa, lisensi wajib, (lisensi wajib, lisensi non sukarela, penggunaan
lain tanpa otorisasi dari pemegang hak).
Yang dimaksud dengan lisensi (umum) adalah lisensi yang dikenal secara luas
dalam praktek, yang melibatkan suatu bentuk negosiasi antara pembeli lisensi dan
penerima lisensi (Gunawan Widjaja, 2001).

D. Rangkuman

1. Industri Jasa Keuangan suatu istilah yang digunakan untuk merujuk jasa yang
disediakan oleh industri keuangan. Jasa keuangan juga digunakan untuk
merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan: Dana Bank, Bank
Investasi.
2. Pedoman kerja adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Pedoman kerja juga merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu.
3. Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain
sehingga menunjukan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang
harus di tempuh dalam rangka menyelesaikan suatu bidang tugas.
4. Kode Etik Perilaku Profesional dapat dikatakan sebagai pedoman umum yang
mengikat dan mengatur setiap anggota serta sebagai pengikat suatu anggota
untuk bertindak.
5. Kompetensi adalah suatu kemampuan yang dilandasi oleh keterampilan dan
pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja serta penerapannya dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan di tempat kerja yang mengacu pada
persyaratan kerja yang ditetapkan.
6. Dalam konteks akuntansi dan manajemen, otorisasi kerapkali dihubungkan
dengan pembuat kebijakan. Otorisasi adalah proses untuk memberikan izin
seseorang untuk melakukan atau memiliki sesuatu. Otorisasi berbeda dengan
otensifikasi, dimana otensifikasi adalah sebuah proses untuk memverifikasi
apakah sesuatu/orang tersebut benar-benar memiliki hak untuk mengakses

24 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


atau melakukan sesuatu. Otorisasi adalah proses setelah dilakukannya
otensifikasi.
7. Lisensi adalah suatu bentuk penyerahan hak dari satu pihak ke pihak lain
sesuai dengan perjanjian yang disepakati untuk memproduksi atau
mempergunakan sesuatu.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 25

Anda mungkin juga menyukai