Anda di halaman 1dari 11

Makalah

PANDANGAN AGAMA

DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama / Humaniora

Dosen Pengampu : Sudari, S.Ag,M.Pd.

Penyusun: Syarif Rahmat Rozakul Fikri

(2181000510205)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BUDI UTOMO MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kasih sayangnya kepada kita, dengan petunjuk dan pertolongannya
kita mampu menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudulkan


“PANDANGAN AGAMA DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM” adalah sebagai pemenuhan tugas yang telah di berikan demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah di rencanakan. Ucapan terimakasih penyusun
kepada Dosen Sudari, S.Ag,M.Pd., yang telah membimbing dan mengantar
penyusun dalam menyelesaikan tugas ini.

Penyusun sangat menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan


dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat
penyusun harapkan.

Malang, 25 Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................4
C. TUJUAN......................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
KESIMPULAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal di seluruh dunia sebagai negara yang memiliki
sumber daya alam yang kaya dan melimpah. Sumber daya alam yang
terbarukan (renewable) maupun yang tak terbarukan (nonrenewable), serta
yang berbentuk modal alam (natural resource stock), seperti daerah aliran
sungai, danau, kawasan lindung, pesisir, kawasan rawa dan gambut, dan
lain-lain, maupun sumber daya alam dalam bentuk komoditas (natural
resource commodity) seperti kayu, rotan, mineral tambang, minyak dan
gas bumi, ikan, dan lain-lain, terdapat merata di seluruh wilayah
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kekayaan sumber daya alam di Indonesia mempunyai peranan
penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah
secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan. Pengelolaan
sumber daya alam dilakukan dan dikelola dengan berasaskan keberpihakan
pada kepentingan bangsa dan keseimbangan (kesatuan ekonomi), selain
dengan asas manfaat, efisiensi berkeadilan, dan pandangan pengelolaan
sumber daya alam menurut agama islam,Maka dari itu penyusun akan
memahas dalam makalah ini mengenai sumber daya alam menurut islam

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Sumber Daya Alam yang baik menurut Agama Islam ?
2. Bagaimana mengelola Sumber Daya Alam yang baik menurut Agama
Islam ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Sumber Daya Alam dalam Agama islam .
2. Mengetahui Cara mengelola Sumber Daya Alam yang baik menurut
Agama Islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Daya Alam dalam Agama islam


Dalam pandangan Islam, hutan dan barang tambang adalah milik
umum yang harus dikelola hanya oleh negara dimana hasilnya harus
dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk barang yang murah atau subsidi
untuk kebutuhan primer semisal pendidikan, kesehatan dan fasilitas
umum. Paradigma pengelolaan sumberdaya alam milik umum yang
berbasis swasta atau (corporate based management) harus dirubah
menjadi pengelolaan kepemilikan umum oleh negara (state based
management) dengan tetap berorientasi kelestarian sumber daya
(sustainable resources principle).

Pendapat bahwa sumber daya alam milik umum harus dikelola oleh negara
untuk hasilnya diberikan kepada rakyat dikemukakan oleh An-Nabhani
berdasarkan pada hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin
Hamal. Dalam hadits tersebut, Abyad diceritakan telah meminta kepada
Rasul untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul meluluskan
permintaan itu, tapi segera diingatkan oleh seorang shahabat,

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau, apa yang engkau berikan


kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu yang
bagaikan air mengalir (ma’u al-‘iddu)” Rasulullah kemudian bersabda:
“Tariklah tambang tersebut darinya”.

Ma’u al-‘iddu adalah air yang karena jumlahnya sangat banyak


digambarkan mengalir terus menerus. Hadist tersebut menyerupakan
tambang garam yang kandungannya sangat banyak dengan air yang
mengalir. Bahwa semula Rasullah SAW memberikan tambang garam
kepada Abyadh menunjukkan kebolehan memberikan tambang garam atau
tambang yang lain kepada seseorang. Tapi ketika kemudian Rasul
mengetahui bahwa tambang tersebut merupakan tambang yang cukup
besar, digambarkan bagaikan air yang terus mengalir, maka Rasul
mencabut pemberian itu, karena dengan kandungannya yang sangat besar
itu tambang tersebut dikategorikan milik umum. Dan semua milik umum
tidak boleh dikuasai oleh individu.

5
Yang menjadi fokus dalam hadits tersebut tentu saja bukan “garam”,
melainkan tambangnya. Terbukti, ketika Rasul mengetahui bahwa
tambang garam itu jumlahnya sangat banyak, ia menarik kembali
pemberian itu. An-Nabhani mengutip ungkapan Abu Ubaid yang
mengatakan:

“Adapun pemberian Nabi SAW kepada Abyadh bin Hambal terhadap


tambang garam yang terdapat di daerah Ma’rab, kemudian beliau
mengambilnya kembali dari tangan Abyadh, sesungguhnya beliau
mencabutnya semata karena menurut beliau tambang tersebut merupakan
tanah mati yang dihidupkan oleh Abyadh lalu dia mengelolanya. Ketika
Nabi SAW mengetahui bahwa tambang tersebut (laksana) air yang
mengalir, yang mana air tersebut merupakan benda yang tidak pernah
habis, seperti mata air dan air bor, maka beliau mencabutnya kembali,
karena sunnah Rasulullah SAW dalam masalah padang, api dan air
menyatakan bahwa semua manusia berserikat dalam masalah tersebut,
maka beliau melarang bagi seseorang untuk memilikinya, sementara yang
lain tidak dapat memilikinya”.

Penarikan kembali pemberian Rasul kepada Abyadh adalah illat


dari larangan sesuatu yang menjadi milik umum termasuk dalam hal ini
barang tambang yang kandungannya sangat banyak untuk dimiliki
individu. Dalam hadits dari Amru bin Qais lebih jelas lagi disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan garam di sini adalah tambang garam atau
“ma’danul milhi” (tambang garam). Adapun hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Daud, bahwa Rasulullah telah memberikan tambang kepada
Bilal bin Harits Al Muzni dari kabilahnya, serta hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Ubaid dalam kitab Al Amwal dari Abi Ikrimah yang mengatakan:
“Rasulullah saw.memberikan sebidang tanah ini kepada Bilal dari tempat
ini hingga sekian, berikut kandungan buminya, baik berupa gunung atau
tambang,” sebenarnya tidak bertentangan dengan hadits Abyadh ini.
Hadits di atas mengandung pengertian bahwa tambang yang diberikan
oleh Rasulullah kepada Bilal kandungannya terbatas, sehingga boleh
diberikan.

Sebagaimana Rasulullah pertama kalinya memberikan tambang garam


tersebut kepada Abyadh. Tapi kebolehan pemberian barang tambang ini
tidak boleh diartikan secara mutlak, sebab jika diartikan demikian tentu
bertentangan dengan pencabutan Rasul setelah diketahui bahwa tambang
itu kandungannya besar bagaikan air yang terus mengalir. Jadi jelaslah
bahwa kandungan tambang yang diberikan Rasulullah tersebut bersifat
terbatas.

6
Menurut konsep kepemilikan dalam sistem ekonomi Islam,
tambang yang jumlahnya sangat besar baik yang nampak sehingga bisa
didapat tanpa harus susah payah seperti garam, batubara, dan
sebagainya; ataupun tambang yang berada di dalam perut bumi yang tidak
bisa diperoleh kecuali dengan usaha keras seperti tambang emas, perak,
besi, tembaga, timah dan sejenisnya termasuk milik umum. Baik
berbentuk padat, semisal kristal ataupun berbentuk cair, semisal minyak,
semuanya adalah tambang yang termasuk dalam pengertian hadits di atas.

Sedangkan benda-benda yang sifat pembentukannya mencegah


untuk hanya dimiliki oleh pribadi, benda tersebut termasuk milik umum.
Meski termasuk dalam kelompok pertama, karena merupakan fasilitas
umum, benda-benda tersebut berbeda dengan kelompok yang pertama
dari segi sifatnya, maka benda tersebut tidak bisa dimiliki oleh individu.
Berbeda dengan kelompok pertama, yang memang boleh dimiliki oleh
individu. Air misalnya, mungkin saja dimiliki oleh individu, tapi bila
suatu komunitas membutuhkannya, individu tidak boleh memilikina.
Berbeda dengan jalan, sebab jalan memang tidak mungkin dimiliki oleh
individu.

Oleh karena itu, sebenarnya pembagian ini - meskipun dalilnya


bisa diberlakukan illat syar’iyah, yaitu keberadaannya sebagai
kepentingan umum - esensi faktanya menunjukkan bahwa benda-benda
tersebut merupakan milik umum (collective property). Seperti jalan,
sungai, laut, dana, tanah-tanah umum, teluk, selat dan sebagainya. Yang
juga bisa disetarakan dengan hal-hal tadi adalah masjid, sekolah milik
negara, rumah sakit negara, lapangan, tempat-tempat penampungan dan
sebagainya.

Al-‘Assal & Karim (1999: 72-73) mengutip pendapat Ibnu


Qudamah dalam Kitabnya Al-Mughni mengatakan:
“Barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan
dimanfaatkan tanpa biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia
(semacam obat), petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan
(hak kepemilikan individualnya) selain oleh seluruh kaum muslimin,
sebab hal itu akan merugikan mereka”.

Maksud dari pendapat Ibnu Qudamah adalah bahwa barang-barang


tambang adalah milik orang banyak meskipun diperoleh dari tanah hak
milik khusus. Maka barang siapa menemukan barang tambang atau

7
petroleum pada tanah miliknya tidak halal baginya untuk memilikinya dan
harus diberikan kepada negara untuk mengelolanya.
Dapat di Tarik benang merah bahwa sumber daya alam adalah
segala bentuk kekayaan alam yang telah disediakan oleh Allah SWT untuk
dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka menjaga keberlangsungan
hidupnya.

B. Cara mengelola Sumber Daya Alam yang baik menurut Agama Islam
Islam adalah pandangan hidup yang seimbang dan terpadu. 9
Dalam Islam, sebenarnya Allah membolehkan manusia untuk
memanfaatkan semua yang ada di bumi. Mengelolah atau memanfaatkan
sumber daya alam adalah bukan untuk memupuk kekayaan akan tetapi
memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kesejahteraan manusia. Sehingga dijelaskan pula dalam QS
al-Baqarah/2:60

ٍ ‫ت ِم ْن ُه ْاث َن َتا َع ْش َر َة َع ْي ًنا ۗ َق ْد َعلِ َم ُك ُّل ا ُ َن‬


‫اس‬ ْ ‫ك ْال َح َج ۗ َر َفا ْن َف َج َر‬ َ ‫َو ِا ِذ اسْ َتسْ ٰقى م ُْو ٰسى لِ َق ْومِهٖ َفقُ ْل َنا اضْ ِربْ ب َِّع‬
َ ‫صا‬
‫هّٰللا‬
‫ض ُم ْفسِ ِدي َْن‬ ِ ْ‫َّم ْش َر َب ُه ْم ۗ ُكلُ ْوا َوا ْش َرب ُْوا مِنْ رِّ ْز ِق ِ َواَل َتعْ َث ْوا فِى ااْل َر‬

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami
berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah
daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui
tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang
diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan
berbuat kerusakan.”
Untuk tidak terjadi kerusakan ini peran Negara sangat penting.
Dalam hal ini, pemerintah mesti menegakkan aturan dengan tegas karena
sumberdaya alam merupakan common property sehingga boleh
dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam al-Qur'an dijelaskan bahwa manusia
diciptakan sebagai khalifah di bumi. Kewajiban manusia sebagai khalifah
di bumi adalah dengan menjaga dan mengurus bumi dan segala yang ada
di dalamnya untuk dikelola sebagaimana mestinya. Dalam hal ini
pemimpim sebagai tugas dari Allah untuk mengurus bumi harus dijalankan
sesuai dengan kehendak penciptanya dan tujuan dari penciptaannya.
(Harun Nasution, 1992: 542). Seperti dalam QS al-Baqarah/2: 30

‫ض َخلِي َف ًة َقالُوا أَ َتجْ َع ُل فِي َها َمنْ ُي ْفسِ ُد فِي َها‬ ِ ْ‫ُّك ل ِْل َماَل ِئ َك ِة إِ ِّني َجاعِ ٌل فِي اأْل َر‬َ ‫َوإِ ْذ َقا َل َرب‬
َ ‫ِك َو ُن َق ِّدسُ لَ َك َقا َل إِ ِّني أَعْ لَ ُم َما اَل َتعْ لَم‬
‫ُون‬ َ ‫ك ال ِّد َما َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ د‬
ُ ِ‫َو َيسْ ف‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

8
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bumi ini tidak boleh
semena-mena, dan seenaknya saja dalam meneglola maupun
memanfaatkannya. Pemanfaatan berbagai sumber daya alam baik yang ada
di laut, didaratan dan didalam hutan harus dilakukan secara proporsional
dan rasional untuk kebutuhan masyarakat banyak dan generasi penerusnya
serta menjaga ekosistemnya. Misalnya pasir dan bebatuan yang ada
dipinggir sungai merupakan miliki ummat manusia dan masing-masing
orang berhak untuk mengais dan memanfaatkan pasir dan bebatuan itu
sampai ada bukti bahwa pasir dan bebatuan itu adalah milik seseorang.

Dengan hal tesebut maka dalam pelaksanaan pembangunan sumber


daya alam harus digunakan dengan rasional mungkin. Karena, penggalian
sumber kekayaan harus diusahakan dengan sekuat tenaga dan strategi
dengan tidak merusak tata lingkungan dan tata hidup manusia. Namun,
perlu diusahakan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan bisa
menjaga kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan secara
berkesinambungan, dan dalam pandangan Islam, hutan dan barang-
tambang adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara
dimana hasilnya yang harus dikembalikan kepada oleh rakyat dalam
bentuk barang yang murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal
pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum.
menarik beberapa prinsip ekonomi syariah yang dapat
dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan ekonomi, antara lain:
pertama, manusia adalah makhluk pengemban amanah Allah untuk
memakmurkan kehidupan di Bumi dan diberi kedudukan sebagai khalifah
(wakilnya) yang wajib melaksanakan petunjuknya; kedua, Bumi dan langit
seisinya diciptakan untuk melayani kepentingan hidup manusia, dituntut
kepadanya untuk taat terhadap amanat Allah. Allah adalah pemilik mutlak
atas semua ciptaannya; ketiga, manusia wajib bekerja untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya di dunia ini. Keempat, kerja adalah
sesuatau yang harus menghasilkan (produksi); kelima, Islam menentukan
berbagai macam bentuk kerja yang halal dan haram. Kerja yang baik saja
yang dipandang sah. Keenam, hasil kerja manusia diakui sebagai
miliknya; ketujuh, hak miik manusia dibebani kewajiban-kewajiban yang
diperuntukkan bagi kepentingan sosial; kedelapan, harta jangan sampai
beredar dikalangan kaum kaya saja, tetapi diratakan dengan jalan
memenuhi kewajiban-kewajiban kebendaan yang telah ditetapkan dan

9
menumbuhkan kepedulian sosial berupa anjuran berbagai macam sedekah;
kesembilan, harta difungsikan bagi kemakmuran bersama, tidak hanya
ditimbun tanpa menghasilkan sesuatu secara halal; dan kesepuluh, harta
jangan dihambur-hamburkan untuk memenuhi kemikmatan sesaat yang
melampui batas. Mensyukuri dan menikmati perolehan usaha hendaknya
dalam batas-batas yang dibenarkan syara

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
sumber daya alam adalah segala bentuk kekayaan alam yang telah
disediakan oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka
menjaga keberlangsungan hidupnya. Dalam pandangan Islam, hutan dan barang
tambang adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara yang sesuai
dengan syariat Islam dan dimana hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat
dalam bentuk barang yang murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal
pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum.

10
DAFTAR PUSTAKA

Di akses Pada 26 Desember 2021


https://sumsel.bps.go.id/publication/2021/05/07/b34e4900e13c39fe262bceab/nilai
-tukar-petani-dan-inflasi-pedesaan-provinsi-sumatera-selatan-2020.html

Chafid fandeli, Bisnis Konservasi Pendekatan Baru (dalam pengelolaan sumber


daya alam dan lingkungaan hidup) (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2012), h. 220.

Abd al-Aziz Al-Sa’ud, Khadim al-Haramain asy-Syarifain Fahd ‘. Alquran dan


terjemahannya. Cet. I; Saudi Arabiyah: Al-Mujamma, 2002.

11

Anda mungkin juga menyukai