Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Kelas V D
BANDUNG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Sebab tingkat kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item
memiliki tingkat kesukaran maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu
terlalu mudah juga tidak akan memiliki daya pembeda.
Oleh karena itu sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam batas yang mampu memberikan
daya pembeda. Namun demikian bilamana terdapat tujuan khusus penyusunan tes dapat pula
pertimbangan tersebut dikesampingkan, seperti tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan
tingkat kesukaran pada tes diagnostik.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi kajian pokok dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
D. Sistematika Penulisan
ii
Dalam melakukan analisa ini kami memaparkan sistematika penulisan ini yang telah disusun secara
sitematis. Diantaranya adalah :
1. Bab I : Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
d. Sistematika Penulisan
a. Kesimpulan
b. Saran
c. Referensi
iii
BAB II
LANDASAN TEORI
Tingkat kesukaran item dinyatakan dalam proporsi perbandingan antara yang menjawab benar dengan
menjawab salah seluruh soal. Jadi bilamana item soal itu dijawab oleh 50 orang kemudian yang benar
adalah 30 orang, berarti prosentase yang menjawab benar adalah 0,60 atau tingkat kesukarannya menjadi
60%. Bila tingkat kesukaran ini hanya dihitung dengan cara ini, berarti yang ditemukan sebenarnya bukan
tingkat kesukaran, melainkan kemudahan soal.
Indeks kesukaran yang lebih memadai adalah indeksx kesukaran dengan harga z, yaitu transformasi
proporsi jawaban benar itu ke skor baku ( Sumadi Suryabrata, 1987:97). Oleh karena itu cara menghitung
harga z ini membutuhkan perhitungan statistik yang rumit, dan tidak praktis untuk guru yang mengajar
dikelas, maka ini hanya diperkenalkan cara pertama sebab lebih mudah perhitungannya.
Untuk menghitung TK (Tingkat Kesukaran) sekaligus menghitung DP (Daya Pembeda) dapat dilakukan
sekaligus dalam suatu tabel kerja. Hitungan ini membutuhkan dua sampel yang ekstrim yang
menggambarkan sampel dari kelaompok pandai dan dua sampel dari kelompok bodoh. Sampel dari
kelompok pandai diambilkan 27% dari siswa yang memperoleh skor tinggi pada tes tersebut, dan sampel
untuk kelompok bodoh diambilkan 27% dari siswa yang memperoleh skor rendah pada tes tersebut[2].
Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran itemnya adalah :
TK =
WL + WH
X 100%
2n
Keterangan :
iv
TK = adalah tingkat yang dicari
Item yang baik sebagaimana telah dijelaskan adalah item yang mampu membedakan antara kemampuan
siswa yang pandai dan siswa yang rendah. Adapun rumus untuk mengetahui daya pembeda adalah :
Keterangan :
Dalam setiap tes obyektif selalu digunakan alternative jawaban yang mengandung dua unsur sekaligus,
yaitu jawaban tepat dan jawaban yang salah sebagai penyesat (distraktor). Tujuan pemakaian distraktor
ini adalah untuk mengecoh siswa dalam menjawab pertanyaan yang di berikan
Beberapa cara yang dikenalkan tersebut diatas praktis bila digunakan untuk melakukan analisis item
dalam jumlah kecil tetapi apabila jumlah item cukup banyak cara ini tidak efisien, sebab untuk mencari
TK dan DP item masih memerlukan beberapa kali hitungan sehingga memakan waktu yang cukup lama.
Untuk itu ada satu cara lagi yang lebih mudah dalam mencari TK dan DP dengan menggunakan tabel
Fan, dalam tabel ini dapat mencakup beberapa hasil perhitungan yang penting yaitu (a) tingkat kesukaran
v
item (sebenarnya lebih tepat disebut dengan tingkat kemudahan) yang ditulis dengan symbol “P”, (b)
daya pembeda item, yang ditulis dengan symbol “r” dan (c) indeks tingkat kesukaran item yang dituliskan
dalam simbul ?
Sedangkan cara untuk mencari besar “P” ; “r” dan ?, cukup dengan mencari besarnya PH dan PL. PH
adalah besarnya proporsi sampel kelompok tinggi yang menjawab benar, sedangkan PL adalah besarnya
proporsi yang menjawab benar pada kelompok rendah.
Untuk menghitung TK dan DP pada Tabel Fan ini menggunakan sampel tinggi 27% dan sampel
kelompok rendah juga 27%. Sebagai contoh, kita ambil bahan dari Tabel 10. Pada item 4; 5 dan 6.
Catatan n = 35 (27%).
a. Pada item 4 yang menjawab betul kelompok tinggi = 34 yang menjawab betul kelompok rendah 33
b. Pada item 5 yang menjawab betul kelompok tinggi = 28 yang menjawab betul kelompok rendah =
15
c. Pada item 6 yang menjawab betul kelompok tinggi = 33 yang menjawab betul kelompok rendah = 0
Setelah diketahui besarnya PH dan PL dijadikan sebagai kunci untuk mencari “p”, “r” dan ? pada Tabel
Fan. Dalam hal ini dapat diketahui:
r = 0,08
? = 6,4
vi
r = 0,39
? = 11,7
r = 0,90
? = 13,7
Keterangan :
Adapun cara menafsirkan data dari tabel tersebut adalah sebagai berikut, bahwa besarnya p menunjukkan
proporsi sampel yang menjawab benar, semakin tinggi p berarti semakin mudah item tersebut; bahwa
besarnya r menunjukkan besarnya pembeda item tersebut antara kelompok pandai dan rendah, item
nomor 4 DP-nya sangat rendah sedangkan item nomor 6 DP-nya cukup tinggi. Sedangkan cara
menafsirkan ? (indek kesukaran item) dengan pedoman sebagai berikut :
16 – 20 item sukar
11 – 15 item sedang
6 – 10 item mudah
Sehingga bila ditafsirkan, item nomr 4 sangat mudah dan DP-nya rendah sekali, item nomor 5 mudah dan
DP-nya agak rendah, sedangkan item nomor 6 termasuk item mudah tetapi DP-nya tinggi, artinya
kemampuan membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang lemah cukup baik. Dengan cara
vii
ini mengadakan analisis item tidak terlalu sulit, praktis dan cepat, hanya saja perlu dipersiapkan Tabel
Fan yang tebalnya mencapai 32 halaman.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat diketahui tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Sebab tingkat kesukaran item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item
memiliki tingkat kesukaran maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula bila item itu
terlalu mudah juga tidak akan memiliki daya pembeda.
Oleh karena itu sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam batas yang mampu memberikan
daya pembeda. Namun demikian bilamana terdapat tujuan khusus penyusunan tes dapat pula
pertimbangan tersebut dikesampingkan, seperti tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan
tingkat kesukaran pada tes diagnostik.
B. SARAN
Materi ini kami sajikan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa pada umumnya agar
dapat dipahami oleh pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima
kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
C. REFERENSI
[1] Drs. M. Chabib Thoha, MA. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali. Hal 145.
[2] Drs. M. Chabib Thoha, MA. 1991. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali. Hal 146.
viii