Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

KENDALA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM


MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK DI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN

Pipit Widiatmaka
Pusat Studi Demokrasi dan Ketahanan Nasional, LPPM UNS
pipit.widiatmaka.pkn@gmail.com

Abstract
This study has the objective to discuss in depth about the obstacles experienced by
Citizenship Education teacher in building the student’s character. This type of research
is qualitative. Data collection method were literature study and observation. Data were
analyzed using interactive data analysis. Civic Education is a lesson that must be given
to students from elementary school to college, so it is not denied that Civic Education
has a significant in building a good citizen. Basically, Civic Education teacher's
responsibility is huge, because the task is not only to build knowledge of civic (civic
knowledge), but also to build the skills of civic (civic skills) and character (civic
disposition). Up to now, the effort were not yet brought about a maximal result. The
reasons were many such as cognitive-heavy, lack of teacher’s competence, had
teaching the emphasis on civic knowledge, but not civic skills and dispositions.

Keywords: Civic Education, Character, Students, Learning Process

PENDAHULUAN mata kuliah. Dalam Pasal 1 Undang-Undang


Pendidikan merupakan kunci utama dalam Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
membangun kemajuan suatu bangsa, karena Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa
tanpa pendidikan mustahil dapat membangun pendidikan nasional memiliki fungsi untuk
perekonomian, teknologi, kehidupan sosial mengembangkan kemampuan dan
dan lain sebagainya. Pembangunan sumber membentuk watak serta peradaban bangsa
daya manusia menjadi gerakan bersama bagi yang bermartabat dalam rangka
setiap negara di dunia terutama di Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih
sehingga tidak dipungkiri untuk mencapai hal lanjut, dalam pasal tersebut juga dijelaskan
tersebut Indonesia mengimplementasikan bahwa tujuan pendidikan nasional untuk
pendidikan karakter, karena pendidikan mengembangkan peserta didik agar menjadi
karakter kunci kemajuan bangsa (Muslich, manusia yang beriman dan bertakwa kepada
2011, p. 1). Melalui pendidikan karakter Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
diharapkan mampu mencapai tujuan nasional sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
yang tertuang di dalam Pembukaan UUD menjadi warga negara yang demokratis serta
1945 alinea IV, khususnya dalam bertanggung jawab.
mencerdaskan kehidupan bangsa. Karakter demokrasi dan toleransi pada
Pendidikan karakter pada dasarnya dasarnya menjadi tujuan utama pendidikan
merupakan ujung tombak membangun karakter di Indonesia, mengingat Indonesia
kualitas peserta didik, maka pemerintah adalah negara yang memiliki keberagaman,
Indonesia memberi tuntutan kepada seluruh baik suku, agama, bahasa, ras dan lain
guru untuk mengimplementasikan pendidikan sebagainya. Kemajemukan yang ada di
karakter di setiap mata pelajaran maupun Indonesia merupakan suatu kelebihan yang

188
Kendala Pendidikan Kewarganegaraan …. (Pipit Widiatmaka)

tidak dimiliki oleh negara lain, namun Oktober 2014 jumlahnya semakin meningkat,
kelebihan tersebut apabila tidak dikelola pasalnya kurang lebih 4 juta warga Indonesia
dengan baik akan menjadi bumerang bagi positif sebagai pengguna narkoba.
bangsa Indonesia sendiri karena negara yang Penggunanya mayoritas adalah pemuda, dari
multikultural rentan terhadap konflik, 4 juta orang yang positif menggunakan
terutama yang berbau SARA. Nasikun (2007, narkoba, 60% berada dalam usia 17-27 tahun
p. 33) mengungkapkan bahwa kemajemukan (Dradjad, 2015). Tindakan kriminal lain yang
masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilakukan oleh pemuda khususnya peserta
dilihat dari dua cirinya yang unik yaitu: didik, yaitu kasus bentrok antar mahasiswa
pertama secara horizontal, ditandai yang dipicu persoalan suku, agama, ras, dan
oleh kenyataan adanya kesatuan- antar golongan (SARA) yang sering terjadi di
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan Universitas Kanjuruhan Malang. Peristiwa
suku bangsa, agama, adat, serta
perbedaan kedaerahan, dan kedua bentrok tersebut terjadi karena kelompok
secara vertikal ditandai oleh adanya mahasiswa Indonesia timur tersinggung
perbedaan-perbedaan vertikal antara dengan perkataan dan perbuatan kelompok
lapisan atas dan bawah yang cukup mahasiswa Indonesia tengah, sehingga
tajam. Adanya keberagaman di terjadilah penyerangan kelompok mahasiswa
Indonesia yang sangat mencolok
tersebut harus diantisipasi melalui Indonesia timur terhadap kelompok
pendidikan karakter yang termuat di mahasiswa (Herlianto, 2014). Kasus yang
setiap mata pelajaran maupun mata lain, pada upacara peringatan HUT RI ke-71
kuliah. di Kota Palembang, Sumatera Selatan
ternoda, karena puluhan pelajar malah terlibat
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
tawuran di depan walikota pada hari Rabu 17
pelajaran dan mata kuliah yang memiliki
Agustus 2016. Dua kelompok pelajar dari
tanggung jawab yang besar dalam
sekolah berbeda tawuran mengenakan bambu
membangun karakter demokrasi dan toleransi
runcing. Bahkan, ada bambu runcing terikat
peserta didik, karena Pendidikan
bendera merah putih. Mereka saling serang di
Kewarganegaraan merupakan pendidikan
dekat Plaza Benteng Kuto Besak (BKB),
moral dan wajib diberikan di setiap jenjang
Palembang. Tawuran itu terjadi saat upacara
pendidikan dari sekolah dasar hingga
yang dipimpin Walikota Palembang
perguruan tinggi. Apabila mencermati
Harnojoyo baru selesai. Saat itu Harnojoyo
substansi materi yang diajarkan di dalam
masih berada di lokasi upacara untuk
Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya
bersalam-salaman dengan undangan. Dilansir
mampu membangun karakter peserta didik,
para pelajar tersebut membawa bendera
namun selama ini mata pelajaran dan mata
merah-putih yang diikatkan pada bambu
kuliah tersebut belum mampu membangun
runcing. Para pelajar tersebut berjalan
karakter peserta didik sehingga tidak
menyusuri pinggir plaza BKB hingga sampai
dipungkiri pemuda saat ini sedang mengalami
ke samping gedung ACC (Ampera
krisis karakter. Hal tersebut dapat dibuktikan
Convention Center). Para pelajar terlibat
dengan banyaknya tindakan kriminal yang
tawuran dengan puluhan pelajar lain. Pecahan
dilakukan oleh pemuda. Data dari Badan
kaca dari botol pun berserakan di lokasi
Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan
(Pasinringi, 2016).
bahwa pengguna narkoba Indonesia hingga

189
Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

Peristiwa-peristiwa tersebut hanyalah antitesis terhadap segala bentuk konflik dan


sebagian kecil yang dilakukan oleh para kekerasan. Apabila Pendidikan
pemuda khususnya para peserta didik yang Kewarganegaraan di era sekarang mampu
terjadi di beberapa daerah. Fenomena tersebut menjalankan peranan tersebut, maka
menjadi pukulan besar bagi Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan adalah satu-
Kewarganegaraan, karena Pendidikan satunya mata pelajaran atau mata kuliah yang
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran dan dapat mencapai tujuan nasional.
mata kuliah pendidikan moral yang Pendidikan Kewarganegaraan dalam
seharusnya mampu meminimalisir bahkan membangun peradaban di Indonesia
menghilangkan konflik di kalangan peserta khususnya membangun karakter bangsa
didik. memiliki tujuan yang beragam demi
tercapainya tujuan nasional, sehingga tidak
METODE dipungkiri Pendidikan Kewarganegaraan
Jenis metode yang digunakan adalah adalah pembelajaran yang wajib diberikan di
penelitian deskriptif dengan pendekatan setiap jenjang pendidikan, baik sekolah dasar,
kualitatif. Teknik pengumpulan data menengah maupun di perguruan tinggi.
menggunakan studi pustaka dan observasi. Ubedillah dan Rozak (2013) mengungkapkan
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
analisis data interaktif yang terdiri dari 4 wahana pembangunan karakter bangsa
tahap, yaitu 1) pengumpulan data, 2) reduksi memiliki tujuan antara lain sebagai berikut.
data, 3) penyajian data, dan 4) penarikan 1. Membentuk kecakapan partisipatif
warga negara yang bermutu dan
kesimpulan.
bertanggung jawab dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Menjadikan warga negara Indonesia
Peran Pendidikan Kewarganegaraan yang cerdas, aktif, kritis, dan
demokratis, namun tetap memiliki
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki arti komitmen menjaga persatuan dan
sebagai wahana pendidikan karakter yang integritas bangsa
dibangun untuk membina dan 3. Mengembangkan kultur demokrasi
mengembangkan warga negara yang cerdas yang berkeadaban, yaitu kebebasan,
dan baik dalam jalur pendidikan formal, persamaan, toleransi, dan tanggung
jawab.
informal, dan nonformal yang sudah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
bagian tujuan dari pendidikan nasional di peran dan posisi yang penting dalam
Indonesia. Harmanto (2013, p. 231)) membangun karakter bangsa, sehingga
memaparkan bahwa “Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
Kewarganegaraan memiliki peranan yang tanggung jawab yang besar dalam mencapai
sangat penting dalam menumbuh tujuan nasional khususnya mencerdaskan
kembangkan pola pikir, sikap dan perilaku kehidupan bangsa. Pada dasarnya peran untuk
rukun, damai serta toleran tanpa membangun karakter bangsa tidak hanya
meninggalkan kebhinekaan yang memang tugas pendidikan kewarganegaraan saja,
sudah menjadi given-nya bangsa Indonesia”. namun juga tugas mata pelajaran atau mata
Pengembangan pola pikir, sikap dan perilaku kuliah yang lain, tetapi pendidikan
rukun, damai, serta toleransi akan menjadi

190
Kendala Pendidikan Kewarganegaraan …. (Pipit Widiatmaka)

kewarganegaraan memiliki beban moral yang beberapa kendala sehingga tujuan


paling besar karena pendidikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kewarganegaraan merupakan pendidikan belum bisa dicapai dengan maksimal.
moral bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
Pendidikan Kewarganegaraan dalam peranan yang sangat besar dalam menghadapi
membangun warga negara yang baik permasalahan di Indonesia khususnya di
mengembangkan tiga kompetensi yaitu dunia pendidikan. Budimansyah (2010, p.
pengetahuan kewarganegaraan (civic 143) mengungkapkan bahwa peran
knowledge), keterampilan kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
menghadapi permasalahan pendidikan di
(civic skills) dan karakter (civic disposition).
Indonesia adalah sebagai berikut.
Syarat utama untuk menjadi warga negara
1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
yang baik harus memiliki pengetahuan,
program kurikuler di lembaga pendidikan
keterampilan dan karakter yang berdasarkan formal (sekolah/perguruan tinggi)
Pancasila. Apabila ketiga kompetensi dimiliki maupun non-formal (luar sekolah), yang
oleh setiap warga negara, maka secara berperan sebagai wahana pemuliaan dan
langsung maupun tidak langsung warga pemberdayaan anak dan pemuda sesuai
dengan potensinya agar menjadi warga
tersebut adalah individu yang berkompeten,
negara yang cerdas dan baik (smart and
berkomitmen, dan memiliki kepercayaan diri. good citizen).
Pendidikan Kewarganegaraan dapat 2. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
membangun karakter peserta didik dengan gerakan sosio-kultural kewarganegaraan
baik dan maksimal, apabila Pendidikan yang berperan sebagai wahana aktualisasi
diri warga negara baik secara perorangan
Kewarganegaraan dalam implementasinya
maupun kelompok sesuai dengan hak,
bersendikan empat pilar yang tertuang di kewajiban, dan konteks sosial budaya,
dalam laporan Komisi Internasional untuk melalui partisipasi aktif secara tegas dan
UNESCO (Komalasari, 2008, p. 744) tentang bertanggung jawab.
pendidikan untuk abad XXI, yaitu 3. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
program pendidikan politik kebangsaan
1. Learning to know (belajar untuk
bagi para penyelenggara negara, anggota
mengetahui), yakni memperolah
dan pimpinan organisasi sosial dan
instrumen-instrumen pengertian.
organisasi politik yang dikemas dalam
2. Learning to do (belajar untuk berbuat),
berbagai bentuk pembinaan pengetahuan
yaitu mampu bertindak secara kreatif di
kewarganegaraan (civic knowledge),
lingkungannya.
kecakapan kewarganegaraan (civic skills),
3. Learning to live together (belajar untuk
dan kebajikan kewarganegaraan (civic
hidup bersama), yaitu berperan serta dan
disposition) yang mengacu pada prinsip
bekerja sama dengan orang lain dalam
konseptual-pedagogis untuk
semua kegiatan manusia.
mengembangkan daya nalar (state of
4. Learning to be (belajar untuk menjadi
mind), bukan wahana indoktrinasi politik,
seorang), yaitu mampu mengembangkan
sebagai suatu proses pencerdasan.
kepribadiannya lebih baik dan bertindak
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
dengan otonomi, keputusan dan tanggung
jawab pribadi yang lebih besar. peran yang sentral dalam membangun
Pendidikan Kewarganegaraan pada kualitas pendidikan di Indonesia, meskipun
dasarnya mampu untuk selama ini memiliki kendala dalam proses
mengimplementasikan empat pilar tersebut implementasi. Kendala yang dialami
dengan baik, namun selama ini memiliki pendidikan kewarganegaraan selama ini

191
Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

adalah pertama, pemerataan guru atau atau indoktrinasi padahal di masa itu Presiden
pendidik di setiap daerah, karena di daerah berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia
pinggiran seperti Kalimantan Utara, Papua untuk “nation and character building”.
dan daerah lain masih kekurangan guru. Pasca jatuhnya rezim Orde Baru pada
Kedua, kualitas guru atau pendidik yang tahun 1998, program P-4 ternyata dihapus di
belum memiliki 4 kompetensi (profesional, dalam kurikulum pendidikan, karena program
pedagogik, sosial, dan kepribadian), metode tersebut hanya digunakan sebagai alat untuk
pembelajaran yang kurang kreatif (selalu mempertahankan kekuasaan. Materi
menggunakan metode ceramah). Apabila Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
kendala tersebut dapat diantisipasi, maka Pancasila (P-4) yang tercantum di dalam Tap
pendidikan di Indonesia dapat membangun MPR II/MPR/1978 dicabut setelah keluarnya
sumber daya manusia para pemuda atau Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, sehingga
peserta didik, sehingga dunia akan mengakui sejak tahun 1999 pelajaran PPKn secara resmi
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak lagi mengajarkan P4 (Widiatmaka,
besar bukan karena sumber daya alamnya, 2015, p. 2015). Pasca dihapusnya P-4 ternyata
melainkan karena sumber daya manusianya. Pendidikan Kewarganegaraan tetap belum
Pendidikan Kewarganegaraan Masih bisa membangun keterampilan dan karakter
Dominan Aspek Kognitif peserta didik, meskipun kurikulum dan
Sejak Orde Lama, kemudian Orde Baru penggunaan istilah selalu berganti.
hingga pasca reformasi Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan pasca
Kewarganegaraan belum menunjukkan peran reformasi juga mengalami permasalahan yang
optimal dalam membangun karakter bangsa, sama, meskipun kurikulum pendidikan
sehingga Pendidikan Kewarganegaraan nasional selalu mengalami perubahan masih
seringkali menuai kritik dari berbagai pihak di tetap mengedepankan aspek kognitif.
kalangan akademisi, pemerintah maupun Winarno (2013, p. 13) menuturkan beberapa
masyarakat awam. Di sisi lain, usaha perkembangan penggunaan istilah
pemerintah sejak mata pelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
Kewarganegaraan menggunakan istilah antara lain sebagai berikut.
Civics, selalu berusaha agar Pendidikan 1. Kewarganegaraan tahun 1957
Kewarganegaraan mampu membangun 2. Civics sebagai pengganti
pengetahuan, keterampilan dan karakter Kewarganegaraan tahun 1961
3. Pendidikan Kewargaan Negara tahun
peserta didik, namun hingga saat ini belum 1968
menunjukkan hasil yang maksimal. Pada 4. Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
tahun 1962 pelajaran Civics masih tahun 1975 dan 1984
menggunakan indoktrinasi dan hanya mampu 5. Pendidikan Pancasila dan
membangun pengetahuan peserta didik. Pada Kewarganegaraan (PPKn) tahun 1994
6. Kewarganegaraan (Civic) tahun 2004
tahun itu istilah Civics berubah menjadi (uji coba kurikulum berbasis
Kewargaan Negara (Wuryandani, kompetensi), dan
Fathurrohman, & Djaya, 2012, p. 2). 7. Pendidikan Kewarganegaraan tahun
Fenomena ini hanya salah satu contoh bahwa 2006 (Permendiknas No. 22 Tahun
Pendidikan Kewarganegaraan di era Orde 2006)
Di jenjang pendidikan dasar dan menengah
Lama yang mengedepankan aspek kognitif
hingga saat ini (tahun 2016) menggunakan

192
Kendala Pendidikan Kewarganegaraan …. (Pipit Widiatmaka)

istilah Pendidikan Pancasila dan kesadaran untuk selalu meningkatkan kualitas


Kewarganegaraan (PPKn), sedangkan di dalam mengajar dan bersikap sehingga tujuan
jenjang pendidikan tinggi yang merupakan pendidikan untuk membangun peserta didik
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian menjadi warga negara yang baik dapat
(MKPK) menggunakan istilah Pendidikan tercapai.
Kewarganegaraan (PKn). Mengingat banyak Penguasaan Kompetensi Guru PKn Masih
peserta didik yang bersikap apatis terhadap Kurang
Pancasila, maka Mata Kuliah Pengembangan Di Indonesia pada dasarnya Pendidikan
Kepribadian (MKPK) ditambah dengan mata Kewarganegaraan memiliki peran dan
kuliah Pendidikan Pancasila. tanggung jawab yang besar demi
Kendala yang dialami Pendidikan terbangunnya karakter bangsa, namun selama
Kewarganegaraan masih sama seperti tahun- ini selalu mengalami kendala. Kualitas guru
tahun sebelumnya yaitu masih menjadi salah satu permasalahan utama yang
mengedepankan aspek kognitif, sehingga dihadapi oleh Pendidikan Kewarganegaraan
tujuan untuk menciptakan peserta didik yang dalam membangun karakter peserta didik,
kritis dan bertanggung jawab masih belum sehingga proses pendidikan karakter di dalam
terealisasi. Berdasarkan pengamatan penulis proses pembelajaran menjadi terkendala.
ketika mengajar Mata Kuliah Pengembangan Surakhmad (2004, p. 1) mengemukakan
Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan, bahwa “kekuatan dan mutu pendidikan suatu
peserta didik beranggapan bahwa Pendidikan negara dapat dinilai dengan faktor guru
Kewarganegaraan adalah pembelajaran yang sebagai salah satu indeks utama”. Itulah
membosankan karena selalu mengedepankan sebabnya mengapa guru merupakan faktor
teori dan tidak aplikatif. Bahkan sebagian yang mutlak di dalam pembangunan. Makin
besar peserta didik beranggapan bahwa mata bersungguh-sungguh sebuah pemerintahan
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membangun negaranya, semakin urgen
mata kulian formalitas dan hanya sebagai kedudukan guru. Kualitas pendidikan di
syarat untuk kelulusan saja, sehingga Indonesia ditentukan oleh guru, entah dari
anggapan tersebut memunculkan suatu segi kualitas maupun pemerataan guru di
kesimpulan bahwa Pendidikan berbagai wilayah. Di sisi lain, guru
Kewarganegaraan di mata peserta didik Pendidikan Kewarganegaraan juga harus ikut
adalah mata pelajaran dan mata kuliah yang bertanggung jawab apabila kualitas
tidak penting. Hal ini menjadi pukulan besar pendidikan di Indonesia semakin menurun,
bagi guru atau dosen Pendidikan karena Pendidikan Kewarganegaraan adalah
Kewarganegaraan karena mata pelajaran dan mata pelajaran dan mata kuliah yang
mata kuliah yang diampu dianggap tidak digadang-gadang mampu memperbaiki moral
penting dan hanya sebagai syarat kelulusan generasi penerus bangsa.
saja. Pada dasarnya permasalahan yang selama
Fenomena tersebut pada dasarnya menjadi ini melingkupi Pendidikan Kewarganegaraan
evaluasi bagi pemerintah dan guru maupun adalah peran guru dalam pembelajaran di
dosen yang mengampu mata pelajaran dan kelas, sehingga tujuan Pendidikan
mata kuliah tersebut. Kendala ini dapat Kewarganegaraan di pendidikan formal
diantisipasi apabila para pendidik memiliki belum tercapai dengan maksimal. Guru yang

193
Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

berkualitas seharusnya memiliki 4 seenaknya oleh guru (dijawab tanpa dasar


kompetensi yang tertuang di dalam Undang- yang jelas), meskipun jawabannya salah. Hal
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru tersebut bisa terjadi karena guru takut terlihat
dan Dosen pada Pasal 10 ayat 1 yaitu: malu di depan peserta didik, karena tidak bisa
1. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan menjawab pertanyaan dari peserta didik.
guru yang mampu mengelola proses Sikap yang seharusnya diambil oleh seorang
belajar dan mengajar untuk mencairkan guru apabila tidak mengetahui jawaban dari
suasana di kelas.
2. Kompetensi profesional, yaitu pertanyaan seorang peserta didik,
kemampuan guru dalam menguasai menawarkan kepada peserta didik lainnya
materi yang diajarkan kepada peserta untuk didiskusikan, sehingga terjadilah
didik. interaksi antara guru dengan peserta didik dan
3. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan interaksi antara peserta didik dengan peserta
pendidik dalam berinteraksi dengan
masyarakat, peserta didik atau komponen didik.
masyarakat yang lain. Guru di Indonesia khususnya yang
4. Kompetensi kepribadian, yaitu mengampu mata pelajaran Pendidikan
kemampuan personal yang harus dimiliki Kewarganegaraan sebagian besar kurang
oleh guru untuk menjadi pribadi yang memperhatikan peran yang harus dilakukan di
religius, tanggung jawab, memiliki
komitmen, berintegritas, jujur dan lain dalam pembelajaran tatap muka, sehingga
sebagainya. tidak dipungkiri pembelajaran di kelas
Empat kompetensi tersebut menjadi menjadi kurang efektif karena hanya transfer
pegangan bagi seorang guru khususnya yang of knowledge. Suwarma (Winarno, 2013, p.
mengampu mata pelajaran Pendidikan 55) mengungkapkan beberapa hasil penelitian
Kewarganegaraan, namun saat ini banyak tentang kelemahan guru PPKn dalam proses
guru yang hanya bisa mengajar saja, tetapi pembelajaran, antara lain sebagai berikut.
belum bisa menjadi seorang guru yang 1. Guru PPKn tidak bertindak sebagai
mampu mendidik dan menginspirasi peserta fasilitator, tetapi lebih banyak bertindak
didik. Berdasarkan pengamatan penulis di dan berpotensi sebagai satu-satunya
sumber belajar.
lapangan banyak guru yang sudah memiliki 2. Guru PPKn cenderung bertindak sebagai
kompetensi profesional, mampu menguasai pemberi bahan pembelajaran dan belum
teori-teori materi dalam Pendidikan bertindak sebagai pembelajar.
Kewarganegaraan, namun masih banyak guru 3. Guru PPKn belum dapat melakukan
yang belum memiliki kompetensi pedagogik, pengelolaan kelas secara optimal, tetapi
lebih banyak bertindak sebagai penyaji
sehingga pembelajaran di kelas peserta didik informasi dari buku.
selalu mengalami kejenuhan atau bosan 4. Guru PPKn belum berkiprah secara
terhadap mata pelajaran karena metode yang langsung terencana membentuk
digunakan tidak variatif. kemampuan berpikir dan sistem nilai
Pembelajaran di kelas, seharusnya guru peserta didik.
5. Guru PPKn lebih banyak bertindak
bukan sebagai sumber belajar yang tahu sebagai pengajar sehingga belum banyak
segalanya, namun selama ini guru merasa bertindak sebagai panutan.
seolah-seolah mengetahui segalanya sehingga 6. Guru PPKn belum secara optimal
setiap pertanyaan peserta didik yang memberikan kemudahan bagi para peserta
ditujukan kepada guru selalu dijawab dengan didik dan bertindak sebagai motivator
dalam belajar.

194
Kendala Pendidikan Kewarganegaraan …. (Pipit Widiatmaka)

Kendala-kendala yang dialami Pendidikan Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan tersebut seharusnya Kewarganegaraan perlu memperhatikan
menjadi bahan introspeksi bagi setiap guru komponen-komponen pengaturan guru dan
khususnya yang mengampu mata pelajaran peserta didik, sehingga peserta didik mampu
Pendidikan Kewarganegaraan, agar menguasai kompetensi pokoknya, yaitu civic
pendidikan di Indonesia menjadi lebih knowledge, civic skill, dan civic disposition.
berkualitas. Kualitas pendidikan di suatu Untuk menanamkan tiga kompetensi tersebut,
negara pada dasarnya dapat diukur dengan maka seorang guru harus memiliki strategi
kemampuan dan peran guru. Apabila guru di dalam proses belajar dan mengajar, karena
Indonesia tidak memiliki kompetensi sebagai tanpa strategi seorang guru akan kesulitan
seorang pendidik, maka masa depan bangsa untuk membangun ketiga kompetensi
Indonesia tidak menentu, karena pemuda tersebut. Strategi pembelajaran selama ini
yang diajar oleh guru saat ini hanya mampu menjadi kendala sebagian besar guru di
menguasai pengetahuan saja dan belum Indonesia, karena metode yang digunakan
memiliki keterampilan dan karakter yang selalu monoton, kurang kreatif dan variatif,
berdasarkan Pancasila. sehingga kolaborasi antar metode
Metode Pembelajaran yang Membosankan pembelajaran di kelas sangat jarang ditemui.
Pembelajaran merupakan proses untuk Pemilihan metode pembelajaran
membentuk pengetahuan, keterampilan dan merupakan salah satu strategi pembelajaran
karakter peserta didik, dalam proses tersebut agar tujuan pembelajaran tersebut dapat
seorang guru maupun dosen memerlukan tercapai, namun selama ini guru selalu
persiapan agar dapat mengorganisir di dalam menggunakan metode ceramah yang hanya
proses pembelajaran sehingga pada akhirnya transfer of knowledge, sehingga keterampilan
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Usman dan karakter peserta didik belum bisa
(2005, p. 4) mengungkapkan bahwa “proses dibangun dengan maksimal. Padahal peran
belajar mengajar merupakan suatu proses guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu
yang mengandung serangkaian perbuatan pengetahuan saja, melainkan juga
guru dan peserta didik atas dasar hubungan memberikan bimbingan sehingga peserta
timbal balik yang berlangsung dalam situasi didik mempunyai jiwa dan watak yang baik,
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. mampu membedakan mana yang baik dan
Interaksi atau hubungan timbal balik antara buruk serta yang halal dan haram (Sagala,
guru dan peserta didik itu merupakan syarat 2003, p. 13). Pada dasarnya kelemahan
utama bagi berlangsungnya proses belajar- Pendidikan Kewarganegaraan selama ini
mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar- selalu menggunakan metode ceramah,
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, sehingga selalu mengedepankan aspek
tidak sekadar hubungan antara guru dengan kognitif saja, seperti yang diungkapkan oleh
peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Soemantri (2001, p. 304), yaitu metode
Hal ini bukan hanya penyampaian pesan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
berupa materi pelajaran, melainkan yang dulu bernama civic masih menggunakan
penanaman sikap dan nilai pada diri peserta teknik mengajar yang tradisional, yaitu
didik yang sedang belajar. menggunakan metode ceramah dan
indoktrinasi. Metode ceramah adalah metode

195
Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

yang membosankan dalam proses beberapa kelebihan metode tersebut, metode


pembelajaran, karena metode tersebut tidak ceramah juga memiliki berbagai kelemahan.
memberikan kesempatan peserta didik untuk Kelemahan metode ceramah diidentifikasi
beriteraksi dengan teman dan guru. Sanjaya (2010, pp. 148–149) antara lain
Setiap metode pembelajaran selalu sebagai berikut.
memiliki kelebihan dan kelemehan, begitu 1. Materi yang dapat dikuasai peserta didik
juga dengan metode ceramah, namun sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
kelebihan yang dimiliki metode ceramah pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan
sangat sulit untuk mencapai tujuan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
pembelajaran. Abdurrahman (2010, p. 83) verbalisme.
mengungkapkan beberapa kelebihan metode 3. Guru yang kurang memiliki kemampuan
ceramah, antara lain sebagai berikut. yang bertutur baik, ceramah sering
1. Ceramah merupakan metode yang murah dianggap sebagai metode yang
dan mudah untuk dilakukan. Murah membosankan.
maksudnya, ceramah tidak memerlukan 4. Melalui ceramah sangat sulit untuk
biaya untuk kegiatan pembelajaran, mengetahui apakah seluruh siswa sudah
karena tidak menggunakan media dan mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
peralatan-peralatan, sedangkan mudah Metode ceramah dalam proses
maksudnya metode ceramah hanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
menggunakan suara guru sehingga tidak masih sangat kurang berarti dalam mencapai
perlu persiapan yang matang. tujuan pembelajaran, sehingga diperlukan
2. Ceramah dapat menyajikan materi kolaborasi antar metode pembelajaran
pelajaran yang luas. Materi yang banyak
dapat dirangkum dan dapat dijelaskan Keterlibatan peserta didik dalam proses
dalam waktu yang singkat. pembelajaran yang menggunakan metode ini
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok masih sangat kurang, di dalam metode
materi yang dapat ditonjolkan. Guru dapat tersebut interaksi sangat jarang ditemui.
mengatur pokok-pokok materi yang mana Fenomena ini menjadi penghalang untuk
yang perlu ditekankan untuk peserta
didik. memunculkan potensi yang dimiliki oleh
4. Ceramah dapat membuat guru mengontrol peserta didik, sehingga tidak dipungkiri
keadaan kelas karena sepenuhnya kelas Indonesia selalu melahirkan pemuda yang
menjadi tanggung jawab guru yang kurang kreatif.
memberikan ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi sederhana. SIMPULAN
Guru tidak perlu mengatur tempat duduk Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
lagi untuk peserta didik dan tinggal proses pembelajaran yang berusaha untuk
menempati tempat duduknya saja. membangun civic knowledge, civic skills, dan
Kelebihan yang dimiliki metode ceramah civic disposition peserta didik, sehingga
menunjukkan hanya mempermudah guru tujuan untuk membentuk warga negara yang
dalam mempersiapkan diri dan baik dapat terwujud. Pendidikan
mempermudah guru dalam mengatur materi, Kewarganegaraan pada dasarnya ujung
sehingga metode tersebut dalam proses tombak untuk membangun karakter bangsa
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik, karena Pendidikan
sangat sulit untuk membentuk peserta didik Kewarganegaraan adalah pendidikan moral
menjadi warga negara yang baik. Di samping

196
Kendala Pendidikan Kewarganegaraan …. (Pipit Widiatmaka)

yang mengajarkan nilai-nilai kepribadian peneliti. Terima kasih yang sebesar-besarnya


bangsa Indonesia yang tertuang di dalam penulis haturkan atas bantuannya.
Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki peranan yang sangat penting dalam DAFTAR PUSTAKA
menumbuhkan pola pikir, sikap dan perilaku Abdurrahman, M. (2010). Pendidikan bagi
warga negara. Di sisi lain, Pendidikan anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka
Kewarganegaraan adalah solusi untuk Cipta.
menyelesaikan permasalahan yang Budimansyah, D. (2010). Penguatan
menyelimuti pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan kewarganegaraan untuk
kurang maksimalnya dalam membangun membangun karakter bangsa. Bandung:
karakter peserta didik. Meskipun Pendidikan Widya Aksara Press.
Kewarganegaraan merupakan ujung tombak Dradjad, S. (2015). BNN: Pemuda dan
dalam membangun karakter bangsa, namun di narkoba, lingkaran setan yang
mengerikan. Retrieved from
dalam implementasinya sering mengalami
http://kriminalitas.com/bnn-pemuda-dan-
kendala sehingga tujuan Pendidikan narkoba-lingkaran-setan-yang-
Kewarganegaraan tidak tercapai. mengerikan. 24 Februari 2015.
Kendala yang dialami Pendidikan Harmanto. (2013). Pengintegrasian
Kewarganegaraan di dalam proses pendidikan antikorupsi dalam
pembelajaran selama ini, yaitu selalu pembelajaran pkn sebagai penguatan
menekankan aspek kognitif sehingga karakter karakter bangsa. Studi evaluasi dan
pengembangan perangkat pembelajaran
peserta didik masih kurang diperhatikan.
bermodel pakem di sekolah menengah
Kompetensi guru juga menjadi penghalang pertama. Disertasi. Universitas
terbangunnya karakter peseta didik, karena Pendidikan Indonesia.
sebagian besar guru di Indonesia belum Herlianto. (2014). Bawa parang dan pedang
mampu menguasai 4 kompetensi (pedagogik, ratusan mahapeserta didik salin serang.
profesional, sosial dan kepribadian) secara Retrieved from
menyeluruh. Metode pembelajaran yang http://www2.jawapos.com/baca/artikel/1
digunakan oleh guru di dalam proses 553/bawa-parang-dan-pedang-ratusan-
mahasiswa-saling-serang
pembelajaran yang monoton juga membuat
tidak maksimalnya proses pembangunan Komalasari, K. (2008). Pengaruh
pembelajaran kontekstual dalam PKn
karakter peserta didik. Fenomena ini menjadi terhadap kompetensi kewarganegaraan
salah satu munculnya permasalahan yang siswa SMP. Universitas Pendidikan
dialami pendidikan di Indonesia, yaitu krisis Indonesia.
karakter pemuda sehingga berdampak pada Muslich, M. (2011). Pendidikan karakter:
banyak tindakan kriminal yang dilakukan Menjawab tantangan krisis
oleh pemuda. multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasikun. (2007). Sistem sosial Indonesia.
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Penyelesaian hasil penelitian ini tidak Pasinringi. (2016). Upacara kemerdekaan
terlepas dari bantuan dan dorongan dari ternoda, pelajar bentrok pakai bambu
berbagai pihak mengingat keterbatasan runcing.
pengetahuan, waktu, dan kemampuan

197
Jurnal Civics Volume 13 Nomor 2, Desember 2016

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna masyarakat madani. Jakarta: Prenada


Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Media Group.
Sanjaya, W. (2010). Strategi pembelajaran Usman, M. U. (2005). Menjadi guru
berorientasi standar proses pendidikan. profesional. Bandung: Remaja
Jakarta: kencana. Rosdakarya.
Soemantri, M. N. (2001). Menggagas Widiatmaka, P. (2015). Pendidikan
pembaharuan pendidikan IPS: menandai kewarganegaraan sebagai ujung tombak
70 tahun usia Prof. Muhammad Numan pembangunan karakter bangsa. In Bunga
Somantri, M. Sc., guru besar senior PPS Rampai Pendidikan: Sumbangsih
dan FPIPS UPI. (D. Supriadi & R. Pemikiran Anak Bangsa. Kediri: ARS.
Mulyana, Eds.). Bandung: Program Winarno. (2013). Pembelajaran pendidikan
Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT kewarganegaraan. Isi, strategi dan
Remaja Rosdakarya, Bandung. penilaian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surakhmad, W. (2004). Pengantar interaksi Wuryandani, W., Fathurrohman, & Djaya, W.
mengajar-belajar dasar dan teknik (2012). Pembelajaran pendidikan
metodologi pengajaran. Bandung`: kewarganegaraan di sekolah dasar.
Tarsito. Yogyakarta: Ombak. Yogyakarta:
Ubaedillah, A., & Rozak, A. (2013). Ombak.
Pendidikan kewarga (negara) an;
Pancasila, demokrasi, HAM, dan

198

Anda mungkin juga menyukai