Anda di halaman 1dari 5

Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Surga

Kebangkitan Yesus pada pokoknya berarti bahwa Yesus yang di dunia ini benar-benar mati,
dan dari keadaan mati itu beralih masuk ke dalam keadaan lain sama sekali. Ia kini hidup
dengan cara yang lain sekaligus tetap berpengaruh dan aktif menyelamatkan manusia. Maka
untuk masuk ke dalam kebangkitan abadi ini, Yesus harus melewati kematianNya. Hal ini
ditandainya dengan makam yang kosong. Berbicara tentang makam kosong, tidak
membuktikan kebangkitan Yesus. Menurut Markus 16:8, makam yang kosong tidak
menimbulkan kepercayaan wanita-wanita yang menemukannya.

Sebaliknya mereka ketakutan dan melarikan diri. Makam kosong mempunyai arti Ambivalen.
Makam kosong sama sekali tidak berkata apa-apa tentang bagaimana dan karena apa menjadi
kosong. Jadi kita harus berkesimpulan bahwa makam kosong bukanlah menjadi bukti pokok
kebangkitan Yesus, melainkan sebuah perandaian. Makam kosong berarti jangan mencari Dia
(Kristus yang hidup, diantara orang mati (lih Luk 24 : 5). Makam itu terbuka artinya duka cita
dan kegelapan maut sudah diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan. Bagi orang yang
percaya makam kosong merupakan tanda yang membutuhkan keterangan lebih lanjut supaya
bermakna.apa yang diwartakan oleh makam kosong adalah kebangkitan Kristus sebagai
misteri penyelamatan, juga berarti bahwa jenazah Yesus tidak diambil atau di curi oleh
manusia dan bahwa Yesus tidak kembali lagi kepada suatu kehidupan duniawi seperti
Lazarus, tetapi kehidupan yang mulia.

Bukti Kebangkitan Yesus

Kisah sengsara dan wafat Yesus hanya memiliki arti bagi keselamatan kita. Karena dilihat
dalam terang kebangkitan. Kebangkitan Kristus merupakan inti iman kita. St. Paulus
menegaskan, “Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan
sia-sialah juga kepercayaan kamu “(1Kor 15:14:15). Dalam Kitab Suci, khususnya Injil,
kebangkitan Yesus diwartakan melalui dua cara, yang pertama melalui kisah “kubur kosong”
dan kedua melalui “penampakan-penampakan”.

I. Kubur Kosong

Kalau anda ke Israel dan melihat tempat dimana dahulu Yesus dikuburkan ada tertulis;
“Jangan cari orang hidup di tengah-tengah orang mati, Ia sudah bangkit lihatlah kuburNya
kosong”. Ketika kita masuk ke kuburan itu, memang kosong. Saya bersyukur Tuhan Yesus
tidak ada kuburanNya. Kalau kita melihat, ada tokoh-tokoh agama tertentu yang mati dan
tidak bangkit kembali, kemudian beberapa waktu kemudian ditemukan giginya. Di tempat
penemuan itu kemudian dibuat kuil sebagai bukti bahwa sang tokoh pernah hidup. Saya
bersyukur Tuhan Yesus sudah bangkit. Jadi tidak perlu ada kuburan untuk mengenangNya.

Pertama, memang benar tidak ada saksi mata yang melihat proses kebangkitan Yesus. Kisah
kubur kosong juga bukanlah bukti akan kebangkitan Yesus, tetapi merupakan tanda dari
kebangkitan. Bila Yesus orang Nazaret yang disalibkan itu telah bangkit (bdk Mrk 16:6b),
maka pastilah kubur-Nya akan kosong. Jadi, kubur kosong itu sendiri tidak membawa pada
iman akan kebangkitan Yesus. Injil Lukas dan Yohanes mengindikasikan bahwa Rasul Petrus
yang menyaksikan kubur kosong, tidak dibawa pada iman akan kebangkitan Yesus (Luk
24:12; bdk. Yoh 20: 6-7). Kubur kosong bukan bukti bahwa Yesus telah bangkit, tetapi
hanyalah tanda dari kebangkitan. Iman Rasul Petrus akan kebangkitan ditumbuhkan karena
penampakan dan pertemuan dengan Yesus yang bangkit (Luk 24:34; 1 Kor 15:5).

Kedua, ada empat kisah kubur kosong, yaitu Mat 28:1-10; Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12 dan Yoh
20:1-10. Keempat kisah kubur kosong itu sepakat bahwa wanita-wanita tertentu dalam
rombongan Yesus menemukan kubur Yesus kosong pada hari ketiga setelah penyaliban.
Meskipun ada perbedaan tentang rincian dalam setiap kisah, tetapi ketiga Injil sinoptik
sepakat menampilkan malaikat sebagai pewarta kebangkitan (Mat 28:5-6; Mrk 16:6; Luk
24:5-7). Inilah kerygma kebangkitan Yesus yang disampaikan oleh pribadi ilahi, yaitu
perwakilan Allah. Malaikat itulah yang menugaskan para wanita untuk menyampaikan
pesannya kepada para murid (Mat 28:7; Mrk 16:7). Kesaksian malaikat ini tentu merupakan
tandingan dari kesaksian bohong para penjaga kubur Yesus bahwa murid-murid Yesus datang
mencuri jenasah-Nya (Mat 28: 13). Kehadiran malaikat itu merupakan jaminan kebenaran
pewartaan tentang kebangkitan Yesus.

Ketiga, dalam kisah kubur kosong dalam Injil Yohanes, tidak dikatakan adanya malaikat
Tuhan sebagai jaminan kebenaran pewartaan kebangkitan. Sebagai gantinya, Injil Yohanes
menampilkan ”murid yang dikasihi” (Yoh 20:2). Kesaksian ”murid yang dikasihi”
dikontraskan dengan apa yang dialami oleh Rasul Petrus, yaitu yang melihat kain kafan, kain
peluh, tetapi tidak sampai percaya (Yoh 20:6b-7). Penginjil Yohanes menjelaskan bahwa
sikap Petrus ini terjadi karena ”belum mengerti isi Kitab Suci” (ay 9). Hal ini hendak
mengatakan bahwa kubur kosong itu tidak mendatangkan kepercayaan akan kebangkitan
Yesus. Kubur kosong bukan bukti bahwa Yesus telah bangkit.

Di lain pihak, ketika ”murid yang lain” itu masuk ke kubur, ia ”melihatnya dan percaya” (ay
8). Apa yang dilihatnya di dalam kubur memberikan kepadanya pencerahan untuk mengerti
isi Kitab Suci sehingga membuatnya percaya. Jadi, murid yang lain itu percaya akan
kebangkitan Yesus bukan karena melihat kubur kosong, tetapi karena mendapat pencerahan
untuk mengerti Kitab Suci secara lebih mendalam (bdk. Luk 24:25-27).
Keempat, dusta mahkamah agama bahwa para murid Yesus mencuri jenasah-Nya sulit
diterima karena dusta ini tidak bisa menjelaskan apa motivasi yang mungkin bisa mendorong
para murid untuk menyebarkan sebuah kebohongan, padahal kebohongan itu menyebabkan
mereka dikejar-kejar, dipenjara dan bahkan dibunuh. Keberanian para murid untuk menjadi
martir mencerminkan keyakinan mereka akan kebangkitan Yesus. Siapa yang secara sukarela
mau mati untuk sesuatu yang diketahui sebagai kebohongan?

Kelima, iman kita pada kebangkitan Yesus memang tidak didasarkan pada kubur kosong,
tetapi didasarkan pada kesaksian para murid yang melihat Yesus hidup sesudah kematiannya.
Rasul Paulus membuat semacam daftar dari para saksi mata ini, yaitu Petrus (Kefas),
keduabelas murid-Nya, lebih dari lima ratus saudara, Yakobus dan terakhir Paulus sendiri (1
Kor 15:3-8). Untuk meyakinkan para muridnya, Paulus bahkan menegaskan bahwa
kebanyakan para saksi mata itu masih hidup, sehingga bisa ditanyai tentang kebenaran
kebangkitan Yesus itu.

II. Kain Kafan

Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa Yesus benar-benar bangkit? Mudah saja, Anda
dapat melihat kain kafanNya. Bila orang Israel mati, maka mayatnya akan ditutup dengan dua
potong kain kafan, satu kainmenutupi kaki sampai leher dan satu kain lagi menutupi leher
sampai kepala, kemudian orang itu akan ditidurkan di sebuah gua. Ketika mendapat laporan
dari Maria, bahwa Yesus bangkit, murid-murid nerlari kekuburanNya. Mereka berlari sampai
ke dalam dan bertemu dengan malaikat. Kata malaikat kepada mereka, “Lihatlah ! Inilah
tempat mereka membaringkan Dia” (Mark 16:6b) Lalu dalam Yohanes 20:6-7, Petrus melihat
bahwa kain kafan Yesus masih utuh.

Jika ada yang mencuri mayat Yesus, pastilah kain kafanNya tidak akan utuh lagi. Tetapi
anehnya, kain kafan Yesus masih utuh. Gulungannya tetap seperti kepompong, masih utuh
dan tidak berantakan sama sekali. Hanya di dalamnya sudah tidak ada tubuh Yesus. Dia
sudah bangkit. Posisi kain kafanNya juga tetap seperti semula tidak berubah sedikitpun. Ini
membuktikan bahwa bukan manusia yang membuka kain kafan itu tapi Yesus sendiri yang
keluar dari kain. Itulah tubuh kebangkitan.

III. Penampakan Yesus

Dalam cerita makam kosong, Yesus sendiri tidak ditampakkan. Lain halnya dengan
penampakan Yesus yang telah bangkit. Cerita penampakan itu menyatakan kegembiraan
Paskah. Yesus memperlihatkan diriNya selama 40 hari 40 malam (Kis 1:3) kepada murid-
muridNya. Mulai dari Maria Magdalena (Yoh 20:15-16), kepada para wanita (Mat 28:9),
kepada dua orang murid yang dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:15), di Yerusalem, Ia
berdiri ditengah murid-muridnya (Yoh 20:19,22), makan bersama (Luk 24:36, 41-43), dan
ketika di Galilea, Ia menampakkan diri di atas bukit dan mengutus para murid (Mat 28:16-
29), dan masih banyak kisah yang lain.

Kalau kita perhatikan selbih seksama, berbagai cerita penampakan Yesus yang bangkit selalu
meliputi tiga unsur pokok yang penting bagi kita, yaitu prakarsa, pengakuan, dan kesaksisn.

1. Unsur Prakarsa

Inisiatif selalu datang dari Yesus. Ia sendiri yang memprakarsaai penampakan itu.
Penampakan itu sendiri digunakan untuk ini menunjukkan dua hal : Pertama sesuatu yang
biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit Yesus tidak termasuk lagi pada dunia
yang kelihatan, agar dapat dilihat oleh murid-muridNya, Yesus harus menjadikan diriNya
kelihatan. Kedua penglihatan para murid yang “melihat Tuhan” setelah kebangkitanNya
bukanlah penglihatan biasa.

2. Unsur Pengakuan

Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya itu
diakui sebagai tak lain dan tak bukan adalah Yesus dari Nasaret. Dia hidup melampaui wafat-
Nya. Pengakuan iman ini dinyatalan dengan ungkapan, “Yesus bangkit dari antara orang mati
pada hari ke tiga”

3. Unsur Kesaksian

Unsur yang cukup mencolok adalah Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai
Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi
mendatangi mereka dari luar. Kedua menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh
kebangkitanNya. Ia tidak lagi persis sama seperti sebelum wafat dan bangkit.

Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti bahwa Ia
selama beberapa hari masih meneruskan hidup-Nya yang lama. Sebab, hidup yang lama
sudah berakhir dan diubah menjadi hidup yang serba baru.

Arti dan makna penampakan Yesus selama 40 hari sebagai berikut :

Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu cara
kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari merupakan masa
peralihan. Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa
Ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit itu merupakan
“alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran-Nya
yang permanen. Melalui sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam
perjalanan ke Emaus (lih. Luk24:13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka
belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika Ia mulai
berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih.Luk24:32). Dalam sabda, mereka
berjumpa dengan Yesus. Melalui tanda, Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui
tanda “memecah-mecahkan roti” tanda ini oleh Gereja diwujudkan dalam Sakremen Ekaristi.
Untuk seterusnya, Yesus akan memberikan diri-Nya dalam perayaan Ekaristi.

IV. Wafat Yesus Menyelamatkan Manusia

Wafat Yesus yang mengerikan bukanlah kebetulan, tetapi merupakan bagian dari misted
penyelamatan Allah. Kitab Suci sudah menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui
kematian. “Hamba-Ku yang Benar” sebagai misteri penebusan yang universal. Santo Paulus
dalam pengakuan iman menyatakan: “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan
Kitab Suci” (1Kor 15: 3).

Yesus mati untuk kepentingan kita. Hal ini ditegaskan melalui surat pertama Santo Petrus
yang menyatakan: Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-
sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengari barang yang fana, bukan pula
dengan perak dan emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama
seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1Ptr 1: 18-19). Santo Paulus
berkata: “Dialah yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5: 21).

Penyerahan diri Yesus kepadaAllah telah mempersatukan kita kembali dengan Allah.
Rekonsiliasi antara kita dan Allah telah terj adi berkat kematian Yesus disalib.

Anda mungkin juga menyukai