Anda di halaman 1dari 4

ASAL USUL SUKU MAYAN

Pada zaman dahulu dikisahkan sebuah cerita yang berjudul asal usul suku mayan,cerita
ini berkisah tentang sepasang suami istri yang membuat sebuah suku.Suami istri tersebut berasal
dari sebuah desa yang bernama Laung. Dahulu kala disebuah desa yang terletak di Kalimantan
selatan hiduplah beberapa orang pemuda, pemuda tersebut bernama Buhak, Buhak itu adalah
orang asli Kalimantan selatan, pada saat itu dikalimantan selatan mempunyai dua suku yaitu
suku Banjar dan suku Dayak, Banjar dan Dayak itu adalah saudara. Pada suatu hari di sebuah
desa yang kecil itu si Banjar dan si Dayak sedang berbicara di depan rumahnya kemudian si
Banjar bertanya kepada si Dayak, kata si Banjar “aku pulang ke sungai kamu pulang ke daratan”,
setelah mendengar pertanyaan dari si Banjar, si Dayak pun menjawab “ya saya mau pulang ke
daratan” ujarnya.Setelah mereka berbicara pada sore hari datanglah seorang pemuda yang lain
bernama Buhak ke rumah nya si Dayak,mereka pun berbicara dan kata si buhak “yok kita berdua
pergi merantau?” ,terus si Dayak pun menjawab ujarnya “merantau kemana”? Jawab si Buhak
“merantau ke Kalimantan barat”.

Dan keesokan paginya mereka berdua berangkat untuk pergi merantau,setelah melewati
perjalanan yang cukup jauh akhirnya kedua pemuda tersebut sampai disebuah desa yang
bernama desa Laung, sesampainya disana kedua pemuda tersebut pun hidup dan tinggal didesa
itu,setelah lama tinggal di desa itu si Buhak kemudian mencintai salah satu gadis yang ada di
desa tersebut gadis itu bernama Lentai, dan si Buhak pun menikahi gadis itu,dan mereka berdua
tetap tinggal di desa tersebut, sejak menikah dengan gadis itu, si Buhak sering dihina oleh
masyarakat yang ada di desa tersebut karena Bahasa yang digunakan si Buhak berbeda dengan
Bahasa orang didesa tersebut, orang-orang disitu menghina si Buhak katanya “kenapa Bahasa
kamu berbeda dengan Bahasa kami, apa kamu tidak paham dengan Bahasa kami” ujar
masyarakat disitu. Suatu hari si Buhak merasa tidak nyaman tinggal di desa itu karena sering
dihina dan di olok-olokkan oleh masyarakat disitu, akhirnya si Buhak memilih untuk
mmembawa istrinya pergi dari desa itu mereka mencari tanah ke daerah lain untuk mereka
tinggal.

Pada suatu hari pergilah si Buhak dan istrinya dari desa itu,mereka berjalan selama
berminggu minggu ada banyak sekali rintangan yang mereka berdua lalui,dan juga selama
perjalanannya mereka berdua ada yang turun bukit,naik bukit,dan segala semak berduri pun
mereka lalui, setelah sekian lama perjalanan mereka akhirnya mereka berdua menemukan sebuah
tanah yang bisa untuk mereka tempatkan, mereka berdua bermalam dan membuat sebuah pondok
kecil untuk mereka berteduh, ternyata tanah yang mereka tempatkan itu bernama Temawang
Tintin dan mereka berdua pun tinggal disitu dengan sebuah pondok kecil yamg cukup untuk
mereka beristirahat. Suatu hari istri si Buhak pergi kesungai untuk mencuci pakaian istrinya
melihat disungai tersebut tidak ada tepian untuk mencuci, kemudian dia memberitahukan kepada
si buhak bahwa disungai itu tidak ada tempat untuk mencuci,setelah mendengar perkataan
istrinya si Buhak pun pergi kesungai untuk membuat sebuah tepian untuk mereka mandi dan
mencuci pakaian. Sebelum membuat tepai tersebut si Buhak bertanya pada istrinya katanya
“dimana tempat yang pas untuk membuat tepian ini?” kemuudian istrinya menjawab “kamu cari
saja tempat yang sungainya agak dalam” ujarnya, dan di sungai yang dalam itulah si Buhak
membuat tepian atau tempat untuk mereka berdua mandi, pada saat membuat tepian untuk mandi
tersebut si Buhak melihat ada banyak sekali ikan didalam sungai itu, dan juga sungai tersebut
terletak ditengah hutan yang masih rimbun yang dipenuhi dengan pepohonan yang tinggi dan
udara yang sangat sejuk,dan juga hutannya sangat luas di tanah tersebut.Saat membuat tepian
untuk mandi tersebut si Buhak berbicara pada istrinya katanya “oh iya coba sungai ini kita
berikan nama sungai mayan saja” karena si Buhak ini berasal dari suku manyan yang terletak
dikalimantan selatan,jadi dia memberi nama sungai itu sungai mayan berasal dari suku
manyan.Dan istrinya pun setuju dengan nama sungai yang diberikan oleh si Buhak itu. Akhirnya
si Buhak dan istrinya pun memilih untuk menetap dan tetap tinggal di tanah itu karena di tanah
itu hutannya masih sangat luas dan juga sungainya sangat bagus,setelah lama tinggal di tanah itu
istrinya si Buhak itu mengandung dan melahirkan tiga orang anak perempuan,anak perempuan
itu mempunyai paras yang sangat cantik,dan juga ketiga anak perempuan itu bertumbuh besar
dan beranjak dewasa dengan baik, mereka bertiga mempunyai hati yang sangat baik.

Suatu ketika pada pagi hari salah satu anak mereka ingin menikah dengan orang yang ada
di sebuah desa yang terletak di suku mayan itu yaitu Desa Mensusai,anak gadis itu pun menikah
dengan lelaki di desa itu mereka hidup bahagia dan setelah menikah mereka pun dikaruniai oleh
seorang anak laki-laki,mereka hidup berladang dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
Setelah beberapa tahun kemudian anak kedua si Buhak dan istrinya pun menikah dengan
seorang pria yang berada di Desa Menapar. Desa Menapar ini terletak disebelah Desa Mensusai,
tidak jauh dari Desa Mensusai, setelah menikah anak gadis dan suaminya belum dikaruniai
anak,dan dalam kehidupannya seringkali ada konflik antara keduanya, setelah bertahun tahun
menunggu akhrinya gadis itu pun mengandung dan melahirkan dua orang anak,kehidupan
mereka terlihat lebih Bahagia setelah adanya anak tersebut,mereka pun hidup dengan
bermatapencaharian berladang,dan setelah lama tinggal didesa itu anak mereka pun bertumbuh
besar dan beranak cucu.

Setelah kedua anak si Buhak dan istrinya menikah anaknya yang ketiga pun juga
menikah dengan pria yang ada di Desa daerah itu juga yaitu bernama Desa Mantan, anak si
Buhak dan istrinya ini tinggal dan hidup di Desa Mantan karena gadis itu mengikuti suaminya
mereka tinggal dan hidup di desa itu,setelah menikah gadis itu melahirkan seorang anak
perempuan, anak perempuan itu tumbuh besar dan menjadi anak yang baik,setelah bertumbuh
dewasa anak itu dinikahi oleh seorang laki laki yang berasal dari Desa Kenabak dan hidup di
desa itu.

Setelah semua anak si Buhak menikah dengan orang yang ada didesa itu keempat desa
tersebut pun bersatu dan saling bekerja sama,salah satu desa yang menjadi utama adalah Desa
Mensusai karena didesa itulah suku mayan itu terletak,dan juga di tanah itulah si Buhak dan
istrinya tinggal dan juga yang disebut Desa Kenabak itu adalah desa yang cabangnya dari Desa
Mantan karena asalnya dari Desa Mantan,keempat desa ini juga bersawah dan berladang
bersama.

Pada suatu hari keempat kampung ini berladang bersama di suatau tempat atau tanah
yang bernama Tumang Luah,di tanah ini mereka bersawah karena tanah ini sangat luas dan
besar,dan juga segala kebutuhan terpenuhi di tanah ini.Suatu hari ketika mereka sedang bertanam
padi disalah satu sawah di tanah itu tiba tiba datanglah beberapa orang yang katanya berasal dari
suku iban,suku iban itu mempunyai kepala suku yang bernama Timpun,kepala suku ini ternyata
pergi untuk bersembunyi karena kepala suku iban ini diserang oleh orang-orang suku iban
juga,setelah bersembunyi di tanah tersebut akhirnya orang-orang suku iban itu pun berhasil
menemukan kepala suku iban tersebut, dan setelah berhasil menemukan kepala suku tersebut
terjadilah peperangan antar sesama suku iban tersebut, ada banyak korban yang meninggal
selama perang antar sesame suku iban tersebut terutama kepala suku yang bernama Timpun
tersebut,kepala suku ini meninggal kerena dia melarikan diri dan bersembunyi di sebuah sungai
yang mempunyai lubuk yang sangat dalam, dia bersembunyi di dalam lubuk sungai itu.Selama
peperangan itu terjadi keempat desa yang tadinya bersawah di tanah itu berhenti
berladang,karena ladang mereka hancur dan rusak,setelah peperangan selesai dan kepala suku itu
meninggal mereka mulai bercocok tanam lagi,keempat desa tersebut masih bersatu untuk
berladang di tanah itu.

Pada suatu hari terjadi sebuah konflik antara anak-anak si Buhak itu,dan anak-anak si
Buhak itu pun bercerai dan berpisah,yang tadinya menikah dengan pria di Desa Mensusai tetap
tinggal di Desa Mensusai, dan yang menikah dengan orang Menapar tinggal di Menapar, yang
menikah dengan orang Mantan tinggal di Mantan. Seperti itulah kisah cerita asal usul suku
mayan.

Anda mungkin juga menyukai