Anda di halaman 1dari 8

Nama : Elida Anggelina Sitorus

Nim : 1910061716

Prodi : PGSD

Kelas/Semester : D10/V(Lima)

Email : elidabutet7@gmail.com

No wa : 085820221813

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG

TAHUN 2021/2022
Judul Cerita Rakyat Desa Mensusai : Asal Usul Suku Mayan

Pada zaman dahulu dikisahkan sebuah cerita yang berjudul asal usul suku mayan,cerita ini
berkisah tentang sepasang suami istri yang membuat sebuah suku.Suami istri tersebut berasal
dari sebuah desa yang bernama Laung. Dahulu kala disebuah desa yang terletak di Kalimantan
selatan hiduplah beberapa orang pemuda, pemuda tersebut bernama Buhak, Buhak itu adalah
orang asli Kalimantan selatan, pada saat itu dikalimantan selatan mempunyai dua suku yaitu
suku Banjar dan suku Dayak, Banjar dan Dayak itu adalah saudara.

Pada suatu hari di sebuah desa yang kecil itu si Banjar dan si Dayak sedang berbicara di
depan rumahnya mereka berbicara membahasa masalah kepulangan suku mereka kemudian si
Banjar bertanya kepada si Dayak,katanya,’si Banjar :“aku pulang ke sungai kamu pulang ke
darat”, setelah mendengar pertanyaan dari si Banjar, si Dayak pun menjawab dan berkata
kepadanya

Si Dayak: “ya saya mau pulang ke daratan” ujarnya.Setelah mereka berbicara pada sore
hari datanglah seorang pemuda yang lain bernama Buhak ke rumah nya si Dayak,mereka pun
berbicara

Si Buhak “yok kita berdua pergi merantau?”

Si Dayak pun menjawab ujarnya : “merantau kemana”?

Si Buhak : “merantau ke Kalimantan barat”.


Dan keesokan paginya mereka berdua berangkat untuk pergi merantau,setelah melewati
perjalanan yang cukup jauh akhirnya kedua pemuda tersebut sampai disebuah desa yang
bernama desa Laung, sesampainya disana kedua pemuda tersebut pun hidup dan tinggal didesa
itu,setelah lama tinggal di desa tersebut si Buhak kemudian kenalan dengan salah satu gadis yang
ada di desa tersebut si buhak sangat mencintai gadis yang ada di desa tersebut,gadis itu bernama
Lentai,Setalah lama kenal dan saling mencintai satu sama lain si Buhak pun menikahi gadis
itu,dan mereka berdua tetap tinggal di desa tersebut, sejak menikah dengan gadis itu, si Buhak
sering dihina oleh masyarakat yang ada di desa tersebut karena Bahasa yang digunakan si Buhak
berbeda dengan Bahasa orang didesa tersebut, orang-orang disitu menghina si Buhak katanya
“kenapa Bahasa kamu berbeda dengan Bahasa kami, apa kamu tidak paham dengan Bahasa
kami” ujar masyarakat disitu. Suatu hari si Buhak merasa tidak nyaman tinggal di desa itu karena
sering dihina dan di olok-olokkan oleh masyarakat disitu, akhirnya si Buhak memilih untuk
mmembawa istrinya pergi dari desa itu mereka mencari tanah ke daerah lain untuk mereka
tinggal.

Si buhak:”Istriku ayo kita pergi mencari daerah lain untuk tempat tinggal kita?”

Si Lentai: “ayo..

Pada suatu hari pergilah si Buhak dan istrinya dari desa itu,mereka berjalan selama
berminggu minggu ada banyak sekali rintangan yang mereka berdua lalui,dan juga selama
perjalanannya mereka berdua ada banyak sekali jalan yang turun bukit,naik bukit,dan segala
semak berduri pun mereka lalui, setelah sekian lama perjalanan mereka akhirnya mereka berdua
menemukan sebuah tanah yang bisa untuk mereka tempatkan, mereka berdua bermalam dan
membuat sebuah pondok kecil untuk mereka berteduh

Si buhak :”sebaiknya kita istirahat disini saja”?


Si Lentai :”baiklah”

Si buhak :” kita akan membuat pondok kecil untuk kita berteduh”

Ternyata tanah yang mereka tempatkan itu bernama Temawang Tintin dan mereka
berdua pun tinggal disitu dengan sebuah pondok kecil yamg cukup untuk mereka beristirahat.

Suatu hari istri si Buhak pergi kesungai untuk mencuci pakaian istrinya melihat disungai
tersebut tidak ada tepian untuk mencuci, kemudian dia memberitahukan kepada si buhak bahwa
disungai itu tidak ada tempat untuk mencuci.

Si Lentai :”disini tidak ada tempat untuk mencuci,bagaimana kalau kita buatkan
tempat pemandian untuk mencuci pakaian”

Si buhak :”iya saya akan membuat tempat pemandian untuk mencuci disini”

Si Lentai :” iya”

Sebelum membuat tepai tersebut si Buhak bertanya pada istrinya katanya

Si buhak : “dimana tempat yang pas untuk membuat tepian ini?”

Si Lentai : “kamu cari saja tempat yang sungainya agak dalam”


Dan di sungai yang dalam itulah si Buhak membuat tepian atau tempat untuk mereka
berdua mandi, pada saat membuat tepian untuk mandi tersebut si Buhak melihat ada banyak
sekali ikan didalam sungai itu, dan juga sungai tersebut terletak ditengah hutan yang masih
rimbun yang dipenuhi dengan pepohonan yang tinggi dan udara yang sangat sejuk,dan juga
hutannya sangat luas di tanah tersebut.Saat membuat tepian untuk mandi tersebut si Buhak
berbicara pada istrinya katanya

Si buhak : “oh iya coba sungai ini kita berikan nama sungai mayan saja”

Si Lentai : “boleh saja”

Karena si Buhak ini berasal dari suku manyan yang terletak dikalimantan selatan,jadi dia
memberi nama sungai itu sungai mayan berasal dari suku manyan.Dan istrinya pun setuju
dengan nama sungai yang diberikan oleh si Buhak itu. Akhirnya si Buhak dan istrinya pun
memilih untuk menetap dan tetap tinggal di tanah itu karena di tanah itu hutannya masih sangat
luas dan juga sungainya sangat bagus,setelah lama tinggal di tanah itu istrinya si Buhak itu
mengandung dan melahirkan tiga orang anak perempuan,anak perempuan itu mempunyai paras
yang sangat cantik,dan juga ketiga anak perempuan itu bertumbuh besar dan beranjak dewasa
dengan baik, mereka bertiga mempunyai hati yang sangat baik.

Suatu ketika pada pagi hari salah satu anak mereka ingin menikah dengan orang yang ada
di sebuah desa yang terletak di suku mayan itu yaitu Desa Mensusai,ada banyak sekali rintangan
yanhg di alami anak gadis itu,dan pada akhirnya iya lun menikah dengan lelaki di desa itu
mereka hidup bahagia dan setelah menikah mereka pun dikaruniai oleh seorang anak laki-
laki,mereka hidup berladang dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Setelah beberapa tahun kemudian anak kedua si Buhak dan istrinya pun menikah dengan
seorang pria yang berada di Desa Menapar. Desa Menapar ini terletak disebelah Desa Mensusai,
tidak jauh dari Desa Mensusai, setelah menikah anak gadis dan suaminya belum dikaruniai
anak,dan dalam kehidupannya seringkali ada konflik antara keduanya, setelah bertahun tahun
menunggu akhrinya gadis itu pun mengandung dan melahirkan dua orang anak,kehidupan
mereka terlihat lebih Bahagia setelah adanya anak tersebut,mereka pun hidup dengan
bermatapencaharian berladang,dan setelah lama tinggal didesa itu anak mereka pun bertumbuh
besar dan beranak cucu.

Setelah kedua anak si Buhak dan istrinya menikah anaknya yang ketiga pun juga
menikah dengan pria yang ada di Desa daerah itu juga yaitu bernama Desa Mantan, anak si
Buhak dan istrinya ini tinggal dan hidup di Desa Mantan karena gadis itu mengikuti suaminya
mereka tinggal dan hidup di desa itu,setelah menikah gadis itu melahirkan seorang anak
perempuan, anak perempuan itu tumbuh besar dan menjadi anak yang baik,setelah bertumbuh
dewasa anak itu dinikahi oleh seorang laki laki yang berasal dari Desa Kenabak dan hidup di
desa itu.

Setelah semua anak si Buhak menikah dengan orang yang ada didesa itu keempat desa
tersebut pun bersatu dan saling bekerja sama,salah satu desa yang menjadi utama adalah Desa
Mensusai karena didesa itulah suku mayan itu terletak,dan juga di tanah itulah si Buhak dan
istrinya tinggal dan juga yang disebut Desa Kenabak itu adalah desa yang cabangnya dari Desa
Mantan karena asalnya dari Desa Mantan,keempat desa ini juga bersawah dan berladang
bersama.

Pada suatu hari keempat kampung ini berladang bersama di suatau tempat atau tanah
yang bernama Tumang Luah,di tanah ini mereka bersawah karena tanah ini sangat luas dan
besar,dan juga segala kebutuhan terpenuhi di tanah ini.
Suatu hari ketika mereka sedang bertanam padi disalah satu sawah di tanah itu tiba tiba
datanglah beberapa orang yang katanya berasal dari suku iban,suku iban itu mempunyai kepala
suku yang bernama Timpun,kepala suku ini ternyata pergi untuk bersembunyi karena kepala
suku iban ini diserang oleh orang-orang suku iban juga,setelah bersembunyi di tanah tersebut
akhirnya orang-orang suku iban itu pun berhasil menemukan kepala suku iban tersebut.

Dan setelah berhasil menemukan kepala suku tersebut terjadilah peperangan antar sesama
suku iban tersebut, ada banyak korban yang meninggal selama perang antar sesame suku iban
tersebut terutama kepala suku yang bernama Timpun tersebut,kepala suku ini meninggal kerena
dia melarikan diri dan bersembunyi di sebuah sungai yang mempunyai lubuk yang sangat dalam,
dia bersembunyi di dalam lubuk sungai itu.Selama peperangan itu terjadi keempat desa yang
tadinya bersawah di tanah itu berhenti berladang,karena ladang mereka hancur dan rusak,setelah
peperangan selesai dan kepala suku itu meninggal mereka mulai bercocok tanam lagi,keempat
desa tersebut masih bersatu untuk berladang di tanah itu.

Pada suatu hari terjadi sebuah konflik antara anak-anak si Buhak itu,dan anak-anak si
Buhak itu pun bercerai dan berpisah,mereka tinggal dan hidup secara berbipasah senhingga
membentuk sebuah desa atau permukimannya sendiri ,yang tadinya menikah dengan pria di Desa
Mensusai tetap tinggal di Desa Mensusai, dan yang menikah dengan orang Menapar tinggal di
Menapar, yang menikah dengan orang Mantan tinggal di Manta.Seperti itulah kisah cerita asal
usul suku mayan.

4.Kolofon Cerita Rakyat

KOLOFON CERITA RAKYAT


Nama Lengkap Pencerita (Jemali)
Usia Pencerita 55 Tahun
Alamat Pencerita Desa Mensusai,Dusun
Langsat,Kec.Suhaid
Waktu Perekaman 05/04/2021 11.41.44

Orang yang merekam PGSD_Elida Anggelina


Sitorus_1910061716_D10

5.Foto Informan

Anda mungkin juga menyukai