PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni pertunjukan adalah sebuah pentas seni yang disajikan kepada penonton
dari khalayak umum agar dapat menikmati hiburan yang ditampilkan (Bahri,
2015). Terdapat beberapa unsur dalam seni pertunjukan, yaitu penampil,
penyelenggara, dan penonton, maka dalam pengelolaannya, perlu memadukan
antara kepentingan seni, seniman dan penontonnya agar seni pertunjukan dapat
berkembang serta para seniman bisa hidup dari keseniannya (Kuwati, 2009).
Terdapat pula beberapa jenis pertunjukan, salah satunya yaitu pertunjukan musik.
Di dalam pertunjukan musik terdapat berbagai macam format penyajian, yaitu ada
yang tampil solo, duet, hingga ansambel. Pada format penyajian ansambel,
terdapat beberapa macam lagi, yaitu ada ansambel sejenis, dimana terdapat satu
jenis alat musik dalam jumlah banyak, serta ansambel campuran, dimana terdapat
lebih dari dua jenis alat musik yang dimainkan bersama-sama (Triyono, 2013).
Salah satu dari format penyajian ansambel campuran dalam format besar yaitu
format penyajian musik orkestra dimana format inilah yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Orkestra ini melibatkan banyak musisi di dalam kegiatannya. Para musisi
tersebut terbagi dalam beberapa seksi, yaitu seksi gesek (strings section), seksi
tiup kayu (woodwind section), seksi tiup logam (brass section) dan seksi perkusi
(percussion section) (Hirza, 2014). Karena musisi yang terlibat cukup banyak,
maka umumnya pertunjukan musik orkestra ditampilkan di aula konser yang
besar atau pun di tempat pertunjukan dengan panggung yang luas. Selain itu,
diperlukan seorang pemimpin yang berperan memimpin orkestra, baik dari
persiapan latihan sampai pada saat konser berlangsung. Pemimpin tersebut
disebut conductor.
Conductor adalah orang yang memimpin suatu pertunjukan musik melalui
gerakan tangan dan isyarat. Memimpin pertunjukan di sini memiliki arti bahwa
sejak awal conductor berperan dalam menangani hal artistik musik dalam orkestra
(Fu'adi, 2013). Pada umumnya, conductor memimpin paduan suara dan orkestra.
Peran conductor yaitu memberi tempo dan dinamika serta mengolah interpretasi
sebuah karya dengan gerak isyarat tersebut. Conductor juga bertugas untuk
melatih orkestra sebelum pertunjukan musik orkestra ditampilkan.
Namun, di awal tahun 2020, Indonesia dilanda musibah penyebaran virus
yang dinamakan COVID-19, sehingga pandemi COVID-19 pun terjadi. Pandemi
COVID-19 ini berdampak pada banyak kegiatan yang melibatkan kerumunan,
seperti halnya pertunjukan musik di Indonesia. Salah satu pertunjukan yang
melibatkan kerumanan yaitu pertunjukan musik orkestra (Septiyan, 2020). Di
bawah ini merupakan beberapa landasan hukum yang membahas terkait hal
tersebut, di antaranya :
1. PP No. 21 Tahun 2020, Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Diseases
2019 (COVID-19).
2. Permenkes No. 9 Tahun 2020, Tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19).
3. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2020, Pasal 19 ayat 3, Tentang
Kebijakan untuk menjalankan PSBB dan/atau kebijakan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terlebih dahulu diberitahukan
kepada DPRD Provinsi DKI Jakarta sebelum ditetapkan.
(Sumber : https://gugelberg.com/tag/konser-orkestra-di-rumah-bersama-erwin-gutawa-dan-afgan/
diakses tanggal 1 Desember 2021 pukul 14.23)
Penulis mengambil objek penelitian ini, karena beberapa hal. Pertama, karena
dalam studi kuliah penulis terdapat mata kuliah Direksi, dimana merujuk pada
objek utama penelitian ini, yaitu conductor. Selain matakuliah Direksi, terdapat
juga matakuliah Musik Kamar, dimana merujuk pada objek penelitian ini, yaitu
orkestra. Kedua, peristiwa pertunjukan orkestra virtual yang disebutkan di atas
dialami langsung oleh penulis yang merupakan anggota pemain orkestra.
Sebelumnya, semua kegiatan orkestra dilakukan secara berkumpul baik latihan
maupun konser. Namun, sejak dimulainya masa pandemi, dampak yang
ditimbulkan membawa pengaruh besar dalam musik orkestra. Maka dari itu,
penulis memilih objek tersebut dalam penelitian kali ini.
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini berfokus pada pembahasan strategi yang ditentukan oleh
conductor berdasarkan tahap proses produksi serta klasifikasi ragam pertunjukan
orkestra secara virtual di masa Pandemi.
C. Rumusan Masalah
Atas dasar fokus pada penelitian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu bagaimanakah conductor menentukan strategi dalam menyiapkan pertunjukan
orkestra virtual di masa Pandemi?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1) Ilmu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian strategi conductor
dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
2) Bagi peserta didik/Mahasiswa Prodi Pendidikan Musik, diharap dapat
menambah pengetahuan mengenai strategi conductor dalam konser
orkestra virtual di masa pandemi.
3) Bagi peneliti lain, diharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus yang lain agar
mendapat perbandingan bagi penelitiannya.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, untuk menambah wawasan mengenai strategi conductor
dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
2) Bagi pembaca, diharapkan memberi pengetahun tentang strategi
conductor dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Orkestra
Menurut John Spitzer, di masa masa Yunani dan Romawi kuno, orkestra
diartikan sebagai tingakatan dasar dari sebuah panggung terbuka, yang digunakan
juga di masa Renaissance untuk menunjukan tempat di depan panggung (Spitzer,
2001). Namun, pada awal abad XVII, istilah orkestra diperluas artinya menjadi
suatu identitas sebagai sebuah ansambel (Fu’adi, 2009). Menurut salah satu
narasumber peneliti, yaitu Pak Iswargia, orkestra adalah suatu ansambel besar
yang mempunyai format khusus dan mulai berkembang dari abad ke-16. Kalau
yang kita kenal sekarang yaitu suatu ansambel yang lebih dari 10 orang.
Sebenarnya, orkestra dengan bentuk yang dikenal sekarang mulai dikenal pada
jaman Barok, yaitu dengan instrumen strings, kemudian ditambah dengan alat
tiup, lalu di jaman klasik seksi tiup mulai bertambah besar, kemudian di akhir
jaman Klasik sudah terbentuk orkes yang kita kenal sekarang.
Menurut pakar pada penelitian ini, yaitu Pak Tommy, pengertian sebuah
orkestra adalah musisi-musisi yang berkumpul untuk bermain dan berkarya
bersama. Di dalam orkestra terdapat banyak instrumen dan instrumen-instrumen
tersebut dapat dibagi menjadi beberapa seksi, yaitu seksi gesek (string section),
seksi tiup kayu (woodwind section), seksi tiup logam (brass section), seksi
perkusi (percussion section), timpani, harpa serta piano yang biasanya berdiri
sendiri karena umumnya bermain sendiri (Wawancara, Prabowo, 2021). Dalam
setiap seksi instrumen, terdapat juga ketentuan dalam penempatan formasi.
Berikut gambaran dari formasi sebuah orkestra standar simfoni :
Gambar 2.6 : Formasi Orkestra
(Sumber : https://gasbanter.com/alat-musik-orkestra/ diakses tanggal 28 Juni 2021
pukul 18.57 WIB)
2. Conductor
Conductor secara bahasa memiliki arti “dirigen” (Syafiq, 2003). Menurut Pak
Iswargia, conductor adalah orang yang memimpin suatu pertunjukan orkestra,
mulai dari latihan pertama hingga pertunjukan, bahkan persiapan latihannya juga,
itu sebenarnya sudah merupakan tugas conductor (Wawancara, Renardi, 2021).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pemaparan dari pakar pada penelitian ini
yaitu Budi Utomo atau yang biasa dipanggil Pak Tommy. Beliau menyatakan
bahwa, sebenarnya seorang conductor bekerja pertama di banding yang lain
(penampil yang lain), karena dia (conductor) mencari tahu tentang maksud
komponis dari karya yang dibawakan, inginnya seperti apa, bisa dari secara
keseluruhan maupun rinci. Maka, conductor sudah punya keputusan dan strategi
untuk itu sebelum latihan. Karena interpretasi itu banyak dan tidak semua
komponis menuliskannya secara rinci. Selain itu, dengan semakin majunya tahun,
semakin jauh juga dari interpretasi awalnya, karena orang tidak punya kontak
langsung dengan komponisnya (Wawancara, Prabowo, 2021).
Maka, berdasarkan proses observasi dan wawancara, dapat dikatakan bahwa
conductor adalah seseorang yang memimpin jalannya sebuah orkestra baik pada
saat latihan maupun sampai hari tampil tiba. Posisi berdiri conductor berada di
depan orkestra. Alat yang digunakan seorang conductor adalah baton, yaitu
sebuah tongkat dari rotan yang berguna untuk membantu anggota orkestra untuk
melihat aba-aba dari conductor meskipun jaraknya jauh. Baton ini biasanya
dipegang oleh conductor di tangan sebelah kanan, dimana tangan inilah yang
berperan untuk memberi tempo pada suatu karya musik yang akan dimainkan
(Muttaqin, 2008).
Seorang conductor harus terlebih dahulu terlatih sebagai musisi, mampu
bekerjasama dengan sebuah grup, serta harus mampu menyampaikan maksud
niatnya kepada para pemain orkestra melalui gesturnya (Rudolf, 1950).
Conductor bekerjasama dengan concertmaster dan principal dalam membangun
suara yang megah dari sebuah orkestra. Ide-ide musikal dari conductor
disampaikan dalam proses latihan. Aba-aba atau kode diberikan conductor
melalui gerakan tangannya sesuai dengan irama, tempo, dinamik, artikulasi dan
sebagainya (Fu’adi, 2011).
2) Gestur Conducting
a) Gerakan Persiapan (Preparatory Beats)
Gerakan persiapan menunjukkan tiga hal : tempo; dinamika; dan
gaya musik. Ketika musik dimulai pada ketukan satu, berikan ketukan
empat sebagai persiapan untuk bermain. Untuk memberikan ketukan
empat, conductor harus memposisikan tangan pada ketukan tiga, lalu
berikan gerakan persiapan dan ketukan pelan.
Gambar 2.6 : Conducting Gesture
(Sumber : Garofalo, Robert)
Saat musik dimulai dengan notasi pick-up, conductor
memposisikan tangan kanan di tengah tubuhnya dan memberikan
ketukan tiga sebagai persiapan, diikuti dengan gerakan ketukan empat
untuk pick-up.
Gambar 2.7 : Conducting Gesture
(Sumber : Garofalo, Robert)
c) Dinamika (Dynamics)
Untuk mencapai crescendo dalam conducting, gerakkan tangan
menjauh dari tubuh, lalu buat pola ketukan yang lebih besar dan/atau
gunakan tangan kiri dengan telapak menghadap ke atas. Sedangkan
untuk decrescendo, kebalikan dari gerakan ini. Secara umum, level
dinamis keras dilakukan dengan pola ketukan yang lebih besar, dan
level dinamis lembut dengan pola ketukan kecil. Berikut contoh notasi
menggunakan dinamika :
2) Latihan (Rehearsal)
Jika pada tingkat sebelumnya conductor mempersiapkan dirinya, maka
pada tingkat kedua ini conductor mempersiapkan orkestra secara teknik
maupun artistik melalui proses latihan. Maka dalam proses ini conductor
berperan sebagai pembimbing yang melatih orkestra. Namun, dalam hal
ini conductor harus membangun sebuah pola pikir kepada para pemain
musik orkestra bahwa mereka tidak bermain musik “di bawah” conductor,
melainkan bermain “bersama” conductor. Selama proses latihan, tempo,
metrik, dinamika, serta semua hal yang berkaitan dengan teknis akan
dijelaskan oleh conductor, sehingga dapat merealisasikan interpretasi yang
ingin dicapai dalam karya yang dimainkan.
3) Pertunjukan (Performance)
Pada tingkat inilah, kinerja conductor akan beroperasi pada tingkat
tertinggi. Secara teknis, persiapan dari conductor selesai dan orkestra
sepenuhnya siap untuk semua tuntutan dalam pertunjukkan. Maka di
tingkat inilah saatnya conductor untuk membenamkan dirinya dalam
musik dan mengidentifikasi dirinya baik secara emosional maupun mental.
Selagi melakukan hal tersebut, seorang conductor harus tetap
memperhatikan dan menjaga jalannya musik yang dimainkan serta terus
mengevaluasinya. Conductor harus siap untuk segera membuat
penyesuaian, baik besar maupun kecil dalam kinerja aktual yang
diperlukan untuk merealisasi konsep sepenuhnya. Banyak faktor yang
membuat penyesuaian tersebut diperlukan, yaitu aula yang berbeda,
kurangnya perhatian pemain untuk sesaat, pengaruh beberapa ribu orang
terhadap akustik, bahkan antusiasme dari pertunjukan yang mungkin
mempengaruhi tempo.
3. Strategi
Perspektif ini memiliki arti suatu program yang dilakukan oleh organisasi
dengan tujuan untuk mencapai tujuan serta mengimplemetasikan misi
organisasi tersebut. Dalam hal ini, manajer berperan penting dalam
penyusunan strategi organisasi tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Conductor adalah seorang pemimpin orkestra. Conductor berperan dalam
mengolah musik yang dibawakan kepada para pemain musik orkestra. Proses
mengolah ini dilakukan pada saat latihan bersama atau gabungan. Sehingga pada saat
pertunjukan berlangsung, orkestra dapat menampilkan hasil latihan yang sudah diolah
oleh conductor. Namun, dalam pertunjukkan orkestra virtual. Conductor harus
mempunyai strategi dalam pengolahan musik yang tidak dapat dilakukan secara
langsung. Berikut kerangka berpikir dalam penelitian ini :
Conductor
Orkestra
Conductor Orkestra
Tingkat
Teknik Dasar
Peran Instrumentasi
Conducting
Conductor
Pertunjukan Musik
Orkestra
Pandemi COVID-19
METODOLOGI PENELITIAN
Metode merupakan sebuah upaya yang harus di lewati oleh peneliti dalam
mencari pemahaman yang sejajar dengan tujuan dan inti yang telah ditetapkan.
Dalam membuat penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Pada bagian bab ini, peneliti akan membahas mengenai: (1) Tujuan Penelitian;
(2) Metode Penelitian; (3) Waktu dan Tempat Penelitian; (4) Objek Penelitian (5)
Prosedur Penelitian; (6) Teknik Pengumpulan Data; (7) Teknik Analisis Data.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Guna mengetahui Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra Virtual.
2. Untuk memperoleh deskripsi teori dan analisis mengenai Strategi Conductor
dalam Pertunjukan Orkestra Virtual.
B. Metode
Pada penelitian Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra Virtual ini
menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
sebagai pedoman untuk memperoleh banyak data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data. Penelitian kualitatif yang diterapkan pada
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif ini mengambil data dari beberapa sumber, di antaranya
artikel, jurnal, buku, wawancara dengar pakar dan dua narasumber, serta observasi di
lapangan pada beberapa konser virtual yang sudah terselenggara. Semua sumber data
ini berguna untuk menambah refrensi serta melengkapi pengumpulan data yang harus
dilakukan dalam penelitian kualitatif deskriptif ini.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Pada penelitian ini, wawancara dengan pakar dilakukan di Sanggar Musicasa,
Komplek Perkantoran Duta Merlin Blok F no.7 Jl. Gajah Mada no. 3-5, RT.2/RW.8,
Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, pada tanggal 8 Oktober 2020. Lalu untuk wawancara lanjutannya dilakukan
secara daring melalui aplikasi zoom, pada tanggal 1 Juli 2021. Sama halnya untuk
wawancara dengan para narasumber (terdapat 2 narasumber) yang dilakukan secara
daring melalui aplikasi zoom, pada tanggal 2 Juli 2021. Pengolahan data dilakukan di
Permata Nusa Indah, Blok F3, No. 17, Gang Mangga, Jl. Raya Bojong Klapanunggal,
Setu Sari, Kec. Cileungsi, Bogor.
D. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra
Virtual yang terpublikasi di Indonesia.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan tetap yang
telah direncanakan. Prosedur penelitian dapat memaparkan mengenai tahapan -
tahapan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Beberapa tahapan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data – data yang
dibutuhkan yaitu :
1. Melakukan diskusi dengan dosen pada mata kuliah skripsi, kemudian peneliti
melacak data dengan cara studi pustaka dan menentukan pakar serta beberapa
narasumber.
2. Peneliti melakukan observasi serta wawancara dengan pakar dan narasumber.
3. Setelah mendapatkan data – data dari hasil wawancara dengan pakar dan
narasumber, peneliti memilah data untuk dimasukkan pada penelitian. Lalu
peneliti berdiskusi dengan dosen mata kuliah skripsi, dan menulis hasil
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Bahan serta data dalam penelitian ini diperoleh dari :
1. Wawancara
Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pakar serta narasumber.
Berikut keterangan wawancara tersebut :
a. Wawancara dilakukan dengan pakar yaitu Conductor Jakarta City
Philharmonic, Budi Utomo Prabowo, di Sanggar Musicasa.
b. Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu Conductor Jakarta
Sinfonietta, Iswargia Renardi Sudarno, secara daring melalui zoom.
c. Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu anggota pemain (violin)
Twilite Orchestra, Kiki Kwintanada, secara daring melalui zoom.
d. Kisi-kisi Wawancara
No. Objek Topik Wawancara Jumlah
1. Strategi - Strategi yang digunakan 1
conductor dalam menghadapi
tantangan dari perubahan yang
terjadi
2. Conductor - Definisi conductor 3
- Tahapan untuk menjadi
conductor yang baik
- Peran conductor di dalam
orkestra
3. Seni Pertunjukan - Proses kreatif sebelum 1
Pandemi
4. Pertunjukan Musik - Perubahan yang dialami 2
Orkestra Virtual - Kekurangan dan kelebihan
5. Orkestra - Definisi orkestra 3
- Proses latihan
- Proses rekaman
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Wawancara
(Sumber : Dokumentasi Savira Maghfirlana)
2. Observasi
Meneliti langsung ke lokasi yang menjadi tempat praktek kegiatan penelitian
di Sanggar Musicasa, Jakarta Pusat, bertemu langsung dengan Pak Budi Utomo
Prabowo. Disana peneliti melakukan penelitian pada tanggal 8 Oktober 2020,
pukul 10.00 – 11.00 WIB.
3. Studi Pustaka
Dibawah ini adalah contoh jurnal, skripsi dan buku mengenai orkestra dan
conductor yang telah digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini :
1. Bagus Susetyo. 2011. Pengembangan Teknik Kondakting dan
Pendokumentasian dalam Media Rekam dan Cetak untuk Mendukung
Proses Latihan Kondakting. Program Studi Sendratasik. Fakultas Bahasa
dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
2. Dadang Dwi Septiyan, 2020. Perubahan Budaya Musik di Tengah
Pandemi COVID-19. Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Janice Evelyn Limoko dan Olivia Evelin Sundari. 2021. Evaluasi Dampak
yang Dirasakan Mahasiswa Conservatory of Music UPH dalam
Pelaksanaan Perunjukan Musik Virtual. Jurusan Seni Musik. Universitas
Pelita Harapan.
4. Studi Dokumentasi
Menurut Herdiansyah, paparan data dari sudut pandang suatu subjek dalam
media dan pengarsipan tertulis yang telah disajikan langsung oleh yang
berkepentingan dapat disebut juga dengan dokumentasi data (Herdiansyah, 2010).
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti sebagai tambahan data berupa media
audio visual berupa foto dan video. Dokumentasi tersebut didapat dari hasil
observasi langsung ke lokasi objek maupun secara jejak digital.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk menganalisa
data, yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu
(Rifai, 2019). Peneliti akan mengumpulkan dan menyeleksi data yang didapat dari
studi pustaka, wawancara dan observasi terkait conductor orkestra untuk
diringkas sesuai dengan data yang dibutuhkan sehingga mempermudah penulis
untuk menyajikan data.
2. Penyajian Data
Menurut Rasyad dalam Farida Aryani, agar ditemukan sebuah pemecahan
dalam menganalisis sebuah masalah harus dilakukan penyajian data (Aryani,
2014). Penyajian data yang dipaparkan didapat melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang kemudian diselidiki oleh peneliti dan hanya mengambil data
pokok yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu conductor orkestra, lalu
kemudian untuk dipakai dan membuang data yang tidak terpakai secara teliti
sehingga menghasilkan data yang akurat.
3. Triangulasi
Dalam penelitian ini, triangulasi data dilakukan dengan mengomparasi data
dari berbagai sumber, teori, teks, observasi, dan wawancara. Kemudian membuat
justifikasi topik – topik secara koheren. Peneliti mencoba mendeskripsikan secara
rinci mengenai strategi conductor dalam pertunjukkan orkestra virtual. Untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang dipaparkan, peneliti melakukan pendekatan
fungsi. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif pada konsep strategi, peneliti mencoba menjabarkan strategi conductor
dalam pertunjukkan orkestra virtual.
Data yang sudah didapat diolah dengan menggunakan variable fungsi, selain
itu dihasilkan juga deskriptif singkat mengenai conductor dan orkestra menurut
pakar dan narasumber. Data – data yang telah dikumpukan kemudian akan
dianalisa oleh peneliti yang nantinya disajikan untuk pembaca. Triangulasi
dilakukan guna untuk keabsahan data yang sudah diteliti. Sumber data yang
didapat dari hasil wawancara, studi pustaka, observasi serta dokumentasi,
selanjutnya akan dilakukan teknik triangulasi kepada pakar dari penelitian ini,
yaitu Pak Tommy Prabowo.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pandemi akibat COVID-19 memberikan dampak besar terhadap
berlangsungnya pertunjukan orkestra di Indonesia. Sehingga pertunjukan musik
orkestra pun berubah menjadi virtual dan hal ini berdampak besar bagi seorang
conductor dalam memimpin pertunjukan orkestra tersebut.
Pertunjukan musik orkestra virtual muncul karena adanya keinginan dari para
musisi untuk tetap tampil dalam sebuah pertunjukan. Selain itu, keinginan untuk
menonton pertunjukan orkestra tersebut dirasakan oleh para penonton pertunjukan
musik untuk menikmatinya sebagai hiburan.
Pra- Produksi
produksiMenentukan tema dan Mengadakan
konsep gladi kotor
(Sumber : Jurnal Proses Produksi Audio Pada Konser Virtual “Colourchestra” Batavia Chamber
Orchestra Menggunakan Software Digital Audio Workstation Logic Pro, 2021)
1) Proses Latihan
Proses latihan untuk pertunjukan musik orkestra virtual terbagi
menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Latihan Mandiri
Dalam proses ini latihan hanya dilakukan mandiri di rumah
masing-masing, jadi tidak ada tatap muka antara conductor dengan
para pemain musik orkestra. Materi musik berupa partitur serta
audio guide akan dikirimkan via email atau google drive oleh
pihak panitia orkestra.
Gambar 4.2 : Contoh Latihan Mandiri
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=0fVO4FQF7rM diakses tanggal 3
Januari 2022, pukul 06.31 WIB)
b) Latihan Gabungan
Dalam proses ini latihan dilakukan tatap muka dengan syarat
jika kondisi sudah memungkinkan (terdapat perubahan aturan
perihal berkerumun pada saat kasus COVID-19 menurun). Latihan
gabungan dilakukan seperti biasanya, yaitu tatap muka langsung
antar conductor dan pemain musik orkestra, yang membedakan
adalah jadwal untuk latihan gabungan lebih sedikit dari biasanya
serta pengurangan jumlah pemain. Jadwal latihan ini dikurangi
karena kurangnya pendanaan dalam menyelenggarakan
pertunjukan orkestra virtual.
Gambar 4.3 : Contoh Latihan Gabungan
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=i1-VGTBbv_M&t=303s diakses
tanggal 3 Januari 2022, pukul 06.57 WIB)
2. Pre-record video
Setelah tahap pre-record audio selesai, lalu dilakukan
tahap pre-record video. Rekaman video dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu para penampil (pemain musik dan
conductor) direkam satu-satu yang kemudian di-edit menjadi
kolase, dimana proses ini dapat dilakukan di rumah masing-
masing. Tipe lainnya adalah penampil direkam bersamaan di
satu tempat yang sama atau disebut dengan one frame.
Gambar 4.6 : Contoh Pre-record Video dengan Konsep One Frame dan
Pre-record Audio oleh Batavia Chamber Orchestra dalam Acara “Puncak
Peringatan HUT Ke-76 PGRI”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=XBJvSN3TylY diakses
tanggal 3 Januari 2022, pukul 10.11 WIB)
b) Live Record
Sama halnya dengan pre-record, live record adalah proses
rekaman yang dilakukan sebelum ke tahap proses editing dan
penayangan. Hal yang membedakan yaitu, rekaman audio dan
video dilakukan secara bersamaan dan di satu tempat yang sama,
sehingga audio maupun video yang direkam hasilnya lebih nyata
dibandingkan dengan pre-record, karena dilakukan secara live.
Perbedaan pertunjukan orkestra virtual dengan pertunjukan
orkestra offline yang terjadi dalam hal ini adalah para pemain
diberi jarak sekitar 1 meter antar satu sama lain. Jadi kursi para
pemain memiliki jarak yang sangat renggang. Selain itu, untuk
standpart, biasanya para pemain orkes bisa menggunakan satu
standpart untuk dua orang. Tetapi, karena mengikut protokol,
yaitu menjaga jarak sepanjang 1 meter antara pemain, maka kali
ini satu standpart digunakan untuk satu pemain.
a) Platform Digital
Sebuah pertunjukan tentu dipersiapkan sedemikian rupa
dengan tujuan untuk ditampilkan kepada para penonton. Jika
sebelumnya pada saat kondisi normal media untuk
menyelenggarakan konser adalah dengan menyelenggarakan
konser di gedung pertunjukan atau pun hall concert untuk
didatangi oleh para penonton yang sudah membeli tiket, maka
dalam kondisi new normal saat pandemi COVID-19 ini, tentu
berbeda. Media untuk menyelenggarakan konser pada kondisi saat
pandemi dilakukan melalui platform-platform untuk streaming
suatu pertunjukan musik khususnya orkestra dalam ini, sehingga
dalam kondisi pandemi semua diselenggarakan secara digital.
Terdapat dua jenis platform digital pertunjukan orkestra virtual
berdasarkan aksesibilitas audiens, yaitu :
1. Video Kolase
Kolase adalah teknik menempel beberapa unsur menjadi
satu frame sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni
baru (Ni’mah, 2018). Jadi, dalam hal ini kolase merupakan
bentuk penyajian yang menyatukan beberapa video terpisah
dari para penampil orkestra yang sudah melalui tahap pre-
record video. Tipe kolase ini sangat populer digunakan pada
saat awal pandemi di awal sampai pertengahan tahun 2020,
dimana kasus COVID-19 masih sangat tinggi, karena pada tipe
kolase ini para penampil orkestra dapat melakukan rekaman
secara mandiri di rumah masing-masing, sehingga proses
latihan yang dilakukan adalah latihan mandiri. Terdapat
beberapa hal yang harus ditentukan oleh tim kreatif terutama
editor video, di antaranya; 1) ratio video, 2) background video
dan 3) kostum penampil. Ketiga hal tersebut berguna selain
untuk hasil yang lebih indah dan rapih, juga untuk
mempermudah editor video dalam proses editing video,
sehingga lebih rapih dan sesuai dengan konsep yang sudah
ditentukan. Berikut contoh bentuk penyajian video kolase :
Gambar 4.10 : Konser Jakarta City Philharmonic “Berbagi dalam
Keterbatasan”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?
v=XQgbmAzY09g&t=173s diakses tanggal 28 Desember 2021 pukul 21.56
WIB)
2. One Frame
Seperti namanya, one frame adalah bentuk penyajian
dengan tampilan dimana para penampil berada di satu frame,
jadi para penampil berada di satu tempat yang sama. Maka
dalam proses ini diperlukan tata panggung berupa dekorasi,
lighting serta aspek-aspek lain seperti halnya mempersiapkan
konser offline. Selain itu, protocol Kesehatan tetap harus
dilakukan, di antaranya; 1) memakai masker, 2) berjarak 1
meter antar pemain dan 3) pengurangan jumlah pemain .
Berikut contoh performance style one frame :
Gambar 4.11 : Konser Jakarta City Philharmonic “Beethoven
Marathon 250”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?
v=JLICA4zsGRo&t=514s diakses tanggal 28 Desember 2021 pukul 21.25
WIB)
“Puncak PENGURUS
27/11/20 Batavia Chamber R.M. Aditya
Peringatan HUT One Frame BESAR
21 Orchestra Ke-76 PGRI” Andriyanto
PGRI
OFFICIAL
JCODigitalC
29/12/20 Jakarta Concert “From Korea with
Avip Priatna One Frame oncertHall.co
21 Orchestra Love”
m
Suryanation :
30/12/20 Erwin Gutawa Extended
“Suara Cahaya Erwin Gutawa SCTV
21 Orchestra Reality
Nusantara”
a. Proses Latihan
Dalam klasifikasi ini terdapat dua jenis yang berbeda, maka
strateginya pun berbeda. Berikut adalah strategi yang dapat diambil dalam
proses latihan pertunjukan orkestra virtual :
1) Latihan Mandiri
Latihan mandiri dilakukan di rumah masing-masing, sehingga
tidak ada interkasi antara conductor dengan para pemain orkestra. Hal
ini menjadi tantangan bagi conductor dalam melatih orkestra serta
menyampaikan interpretasi yang diinginkan dalam karya musik yang
akan dimainkan oleh orkestra, dimana dalam melatih orkestra serta
penyampaian interpretasinya akan terasa lebih sulit untuk dilakukan
jika terhalang jarak beda tempat seperti ini. Maka seorang conductor
harus mengambil strategi untuk mengatasi hal ini.
Strategi yang bisa diambil menurut pakar penelitian ini, yaitu Pak
Tommy adalah memberi catatan-catatan khusus pada partitur materi
musiknya, seperti dinamika, bowing untuk instrumen seksi string serta
catatan tempo sesuai yang diinginkan oleh conductor berdasarkan
interpretasi komponis atau arranger karya musik yang dimainkan.
Meskipun strategi ini akan terasa berbeda karena conductor
menyampaikan secara tidak langsung, namun hal ini tetap bisa
menjadi sebuah alternatif dalam menghadapi keterbatasan yang
dialami sebuah orkestra dalam proses latihan tersebut.
2) Latihan Gabungan
Sejatinya, latihan gabungan dalam pertunjukan orkestra virtual ini
sama dengan latihan gabungan pada pertunjukan orkestra offline.
Namun, karena yang membedakan adalah jumlah hari latihan, dimana
jumlahnya dikurangi terkait protokol kesehatan, maka seorang
conductor harus mengambil strategi untuk menghadapi persoalan ini
agar hasil latihan dapat tetap maksimal serta target yang ingin dicapai
dari latihan gabungan ini dapat tetap tercapai.
Menurut narasumber pertama dalam penelitian ini, yaitu Pak
Iswargia adalah memaksimalkan latihan mandiri masing-masing
sebelum latihan gabungan dimulai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
yaitu tim panitia bagian pengurus partitur harus membagikan partitur
materi musik jauh-jauh hari sebelum latihan gabungan dimulai. Untuk
conductor sendiri, strategi yang bisa dilakukan adalah partitur yang
dibagikan jauh hari tersebut harus sudah lengkap dengan catatan-
catatan tambahan jika diperlukan. Oleh karena itu, para pemain
memiliki waktu ekstra dalam melakukan latihan mandiri, sehingga
latihan gabungan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Selain itu,
conductor akan lebih cepat untuk membahas interpretasi karya musik
pada saat latihan gabungan. Maka, persoalan waktu bukanlah
hambatan lagi dalam hal ini.
Sedangkan yang dilakukan oleh Pak Tommy adalah, membuat
sebuah exercise khusus untuk repertoar yang terdapat bagian susah.
Jadi, exercise buatan khusus ini hanya bisa dipakai pada repertoar
tersebut. Menurut Pak Tommy, ini bisa dibilang efektif dalam usaha
untuk memaksimalkan performance orkesnya.
b. Proses Rekaman
1) Pre-record
a) Pre-record audio
Menurut Pak Tommy, pada proses rekaman pre-record ini,
terdapat beberapa strategi yang dapat diambil, karena saat pre-
record audio, conductor tidak memimpin para pemain orkes.
Sebagai conductor, Pak Tommy mengambil strategi dalam hal
audio guide yang akan dikirim ke para pemain. Strategi itu adalah
memberi metronome/klik agar saat merekam para pemain dapat
menjaga tempo dengan kompak.Lalu, jika materi musik yang akan
dimainkan sangat panjang, maka audio guide dipotong per-bagian
atau di antara kalimat sesuai kebutuhan dan interpretasi dari
conductor. Strategi ini diterapkan Pak Tommy dalam konser
Jakarta City Philharmonic yang berjudul “Berbagi dalam
Keterbatasan”, dimana materi karya musik yang dimainkan adalah
repetoar dari Ludwig van Beethoven yaitu “Symphony no. 5, in C
minor, Op. 67, IV. Allegro, Presto”. Strategi yang digunakan oleh
Pak Tommy yaitu dengan memotong audio guide di bagian-bagian
yang tedapat perubahan tempo. Tujuannya agar proses pre-record
audio dapat berjalan lebih efektif dan efisian dalam hal waktu,
karena pada bagian perubahan tempo peran conductor sangat
penting dalam memberikan cue, jadi strategi ini terbilang cukup
efektif dalam menanggulangi kendala tersebut. Berikut ini contoh
bagian yang dipotong pada saat perubahan tempo pada karya
Beethoven, “Symphony no. 5, in C minor, Op. 67, IV. Allegro,
Presto” :
1. Tempo awal
Tempo awal dalam karya ini memiliki tempo Allegro.
Berikut partitur di bagian awal “Symphony no. 5, in C
minor, Op. 67, IV. Allegro, Presto”, Beethoven :
2. Perubahan tempo
Terjadi perubahan tempo dari tempo sebelumnya yaitu
Allegro menuju Presto. Berikut partitur bagian perubahan
tempo dalam karya “Symphony no. 5, in C minor, Op. 67,
IV. Allegro, Presto”, Beethoven :
b) Pre-record video
Pada proses ini, dapat dilakukan dengan dua tipe pengambilan
video. Pertama adalah dengan konsep bentuk penyajian kolase dan
yang kedua dengan konsep one frame. Untuk konsep kolase,
sebenarnya peran conductor tidak terealisasikan, karena para
pemain serta conductor berbeda frame, sehingga tidak ada
interaksi langsung antar keduanya. Maka, conductor bisa
menyikapi hal ini dengan strategi yang sudah dijelaskan pada poin
“Latihan Mandiri” dan “Pre-record Audio”. Lalu untuk konsep
one frame akan dijelaskan di poin selanjutnya yaitu “Bentuk
Penyajian” yang ada pada sub bab “ Penyajian Pertunjukan
Orkestra Virtual”
2) Live Record
Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar yaitu Pak Tommy,
strategi yang bisa dilakukan dalam menghadapi kendala pemain yang
saling berjarak jauh adalah dengan memperjelas cue conductor melalui
teknik gesture tangannya. Hal ini cukup efektif dalam memaksimalkan
balance dari orkestra yang menurun akibat adanya pengurangan
jumlah pemain.
Gambar 4.14 : Konser Jakarta Concert Orchestra “MELIPUR RINDU”
(Sumber : youtube.com/watch?v=5g31y8qKlto&t=681s diakses tanggal 3
Januari 2022, pukul 01.21 WIB)
1) Platform Digital
Dalam mempersiapkan pertunjukan orkestra, latihan merupakan
unsur yang sangat penting demi kelancaran dan kesuksesan sebuah
pertunjukan orkestra. Para penampil (pemain musik orkes dan
conductor) dan panitia penyelenggara akan mempersiapkan segala
aspek dengan maksimal demi menampilkan pertunjukan musik
orkestra yang bagus. Maka, dalam pertunjukan musik orkestra virtual,
media untuk menampilkan pertunjukan musiknya sangatlah penting.
Oleh karena itu, terdapat beberapa startegi yang perlu dilakukan oleh
conductor untuk hal ini.
b) One Frame
Berbeda dengan poin sebelumnya, pada konsep ini conductor
mampu berinteraksi langsung dengan para pemain orkes. Namun,
karena terdapat beberapa protokol kesehatan dimana wajib untuk
memakai masker, jumlah pemain dikurangi serta jarak antara
pemain harus 1 meter, maka strategi yang bisa dilakukan dalam
menghadapi kendala ini adalah conductor perlu memperjelas cue
untuk para pemain orkestra melalui teknik gesture tangannya. Hal
ini cukup efektif dalam memaksimalkan balance dari orkestra
yang menurun akibat adanya pengurangan jumlah pemain.
Gambar 4.17 : Budi Utomo Prabowo, Conductor Jakarta City Philharmonic
dalam Konser Tentang Melly “Sebuah Pandang Balik”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=URF9hFch71A&t=2169s
diakses tanggal 3 Januari 2022, pukul 17.03 WIB)
C. Pembahasan
Sejak pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia, banyak peraturan yang cukup
menghalangi seluruh orkestra di Indonesia dalam menyelenggarakan pertunjukan
orkestra secara langsung. Hal ini karena peraturan yang membahas mengenai
larangan untuk berkerumun. Seiring berjalannya waktu, aturan-aturan yang ketat
tersebut mulai semakin dilonggarkan dengan syarat tetap menjaga protokol
kesehatan.
Fenomena ini menjadi sebuah tantangan bagi para conductor dalam
menghadapai berbagai kendala yang muncul. Menanggapi hal tersebut, seorang
conductor harus mampu menentukan strategi yang dapat menjadi alternatif dan
solusi dalam menghadapi berbagai kendala yang terjadi. Serangkaian strategi
tersebut dapat menentukan konsep, solusi dan khususnya strategi dalam
menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual.
Menurut Pak Tommy, kekurangan yang didapat dari fenomena ini adalah
mental perform para pemain orkes menurun. Mereka selalu merasa ada
kesempatan kedua ketika proses produksi dilakukan, yaitu proses rekaman, baik
secara pre-record maupun live record, sehingga membentuk mental para pemain
mulai merasa tidak terbiasa untuk tampil secara langsung. Maka, ruang
improvement yang dapat dilakukan menurut Pak Tommy adalah, membuat
konsekuensi dalam proses produksi rekaman. Contoh konsekunsinya adalah,
membuat ketentuan bahwa proses rekaman hanya dilakukan sekali. Jadi mental
para pemain orkes akan dibuat seperti layakan tampil secara langsung. Jika secara
teknis, kekurangan yang dialami adalah teknik rekam oleh videografer yang
bertugas terkadang kurang pas dengan timing musik yang dimainkan oleh
orkestra, sehingga pada saat penyajian, hasil video yang didapat kurang bagus.
Contohnya, ada salah satu bagian dalam musik yang dimainkan oleh seksi
woodwind, maka seharusnya kamera mengambil video mengarah pada seksi
woodwind tersebut. Namun, banyak yang terjadi di lapangan tidak demikian, jadi
pengambilan video tidak sesuai dengan instrumen apa yang dimainkan pada saat
itu. Ruang improvement yang bisa dilakukan dari hal ini yaitu, terus tingkatkan
ilmu dalam videografi dengan cara mempelajari musik yang akan dimainkan oleh
orkestra yang akan mereka rekam. Memepelajari di sini memiliki artian bahwa
pelajari bagian-bagian instrument musik tertentu muncul di waktu kapan, yang
biasa disebut dengan storyboard.
Sedangkan kelebihan yang didapat menurut Pak Tommy yaitu, sekarang
semua belajar dalam merekam orkestra baik rekam audio maupun video. Jadi
dengan adanya fenomena ini, banyak yang mempelajari bagaimana dalam
merekam sebuah pertunjukan secara baik dan tentunya bisa menghibur. Hal ini
mendorong para tim kreatif di balik sebuah orkestra untuk meningkatkan
pertunjukan orkestra dari segi pendokumentasian. Proses rekaman audio akan
membuat para tim produksi untuk menambah ilmu seputar DAW (Digital Audio
Workstation), dimana hasil rekaman selanjutnya akan diproses editing
menggunakan software tersebut. Selain itu, mengingat nantinya pertunjukan
tersebut disiarkan secara virtual yaitu dengan cara streaming, maka dari segi
visual juga harus ditingkatkan untuk penyajiannya. Usaha yang dilakukan dari tim
kreatif di antaranya, meningkatkan kemampuan dalam videografi serta editing
video hasil pengambilan video tersebut.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak dapat menjangkau semua conductor di Indonesia yang
sudah menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual, karena ada beberapa
conductor yang seharusnya bisa menjadi slaah satu narasumber juga, namun
terhalang oleh agenda pribadi yang padat. Dalam hal ini contoh yang peneliti
tidak bisa jangkau adalah Erwin Gutawa. Beliau berhalangan dengan alasan sudah
memiliki agenda yang padat sampai akhir tahun 2021, sedangkan peneliti harus
menyelesaikan penelitian ini pada waktu yang sama yaitu akhir tahun 2021.
Lalu terdapat beberapa pertunjukan orkestra virtual yang diadakan sebelum
penelitian ditulis, sehingga peneliti tidak dapat melakukan observasi secara
langsung. Selain itu, terdapat beberapa pertunjukan orkestra virtual yang
diselenggarakan setelah tahap analisis data. Hal ini membuat peneliti tidak bisa
memasukkan pertunjukan orkestra virtual tersebut menjadi tambahan data hasil
observasi ke dalam penelitian ini.
Keterbatas yang lain yaitu, studi dokumentasi tidak banyak membahas tentang
produksi strategi conductor. Hal ini membuat peneliti tidak memiliki banyak data
dalam melengkapi observasinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertunjukan orkestra di Indonesia mengalami kendala akibat pandemi
COVID-19 yang melanda Indonesia di awal tahun 2020. Maka muncullah
pertunjukan orkestra virtual yang menjadi suatu solusi dalam berdapatasi dengan
new normal yang terjadi akibat pandemi COVID-19. Pertunjukan orkestra virtual
ini muncul karena adanya keinginan dari para musisi untuk tampil bermusik lagi
serta adanya keinginan dari para penonton untuk menikmati pertunjukan sebagai
hiburan. Selain itu, pertunjukan orkestra virtual ini terjadi karena para orkestra
ingin mempertahankan eksistensi mereka dalam bermusik.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam
pertunjukan orkestra virtual. Perubahan ini terjadi baik dari segi teknis, artistik
hingga dari segi managerial. Hal ini dijelaskan pada pembahasan, yaitu terdapat
perubahan pada tahap proses produksi. Jika sebelumnya proses produksi
pertunjukan orkestra offline hanya ada 2 yaitu; 1) tahap pra-produksi dan 2) tahap
produksi, berbeda halnya dengan tahap proses produksi pada pertunjukan orkestra
virtual. Perbedaannya yaitu, terdapat tambahan 1 tahap proses produksi, yaitu
tahap pasca produksi. Jadi tahap proses produksi yang ada untuk pertunjukan
orkestra virtual yaitu; 1) tahap pra-produksi, 2) tahap produksi dan 3) tahap pasca
produksi. Selain tahapan produksi, peneliti juga mengklasifikasikan ragam
pertunjukan orkestra virtual ini berdasarkan 3 hal, yaitu; 1) proses latihan, 2)
proses rekaman dan 3) penyajian pertunjukan orkestra virtual.
Maka dari itu, seorang conductor harus menentukan strategi guna menghadapi
segala perubahan yang terjadi pada pelaksanaan pertunjukan orkestra virtual.
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun strategi conductor berdasarkan tahap
proses produksi dan klasifikasi ragam penyajian pertunjukan orkestra, sehingga
strategi yang dilakukan dapat diaplikasikan langsung dalam pelaksanaannya.
B. Saran
Penelitian ini meneliti mengenai strategi conductor orkestra dalam
pertunjukan virtual dan dikemukakan oleh Pak Tommy sebagai pakar serta Pak
Iswargia dan Pak Kiki sebagai narasumber, peneliti meneliti dan mendeskripsikan
strategi conductor orkestra dalam pertunjukan orkestra virtual berdasarkan dari
segi teknis dan artistik. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para
conductor dalam melaksanakan pertunjukan orkestra virtual. Penelitian ini juga
membahas dari segi managerial, jadi penelitian ini juga dapat berguna bagi para
orkestra di Indonesia yang ingin menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual.
Peneliti juga berharap bagi penelitian yang akan datang bukan hanya meneliti
atau mendeskripsikan strategi conductor tersebut, Namun, hasil tulisan ini juga
dapat diimplementasikan di dalam pembelajaran yang membahas mengenai isu
permasalahan yang terjadi pada saat ini, yaitu masa pandemi yang memberi
dampak besar pada pertunjukan orkestra, sehingga diperlukan strategi pada
seorang conductor untuk mengahadapi tantangan ini.
C. Implikasi