Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni pertunjukan adalah sebuah pentas seni yang disajikan kepada penonton
dari khalayak umum agar dapat menikmati hiburan yang ditampilkan (Bahri,
2015). Terdapat beberapa unsur dalam seni pertunjukan, yaitu penampil,
penyelenggara, dan penonton, maka dalam pengelolaannya, perlu memadukan
antara kepentingan seni, seniman dan penontonnya agar seni pertunjukan dapat
berkembang serta para seniman bisa hidup dari keseniannya (Kuwati, 2009).
Terdapat pula beberapa jenis pertunjukan, salah satunya yaitu pertunjukan musik.
Di dalam pertunjukan musik terdapat berbagai macam format penyajian, yaitu ada
yang tampil solo, duet, hingga ansambel. Pada format penyajian ansambel,
terdapat beberapa macam lagi, yaitu ada ansambel sejenis, dimana terdapat satu
jenis alat musik dalam jumlah banyak, serta ansambel campuran, dimana terdapat
lebih dari dua jenis alat musik yang dimainkan bersama-sama (Triyono, 2013).
Salah satu dari format penyajian ansambel campuran dalam format besar yaitu
format penyajian musik orkestra dimana format inilah yang akan dibahas dalam
penelitian ini.
Orkestra ini melibatkan banyak musisi di dalam kegiatannya. Para musisi
tersebut terbagi dalam beberapa seksi, yaitu seksi gesek (strings section), seksi
tiup kayu (woodwind section), seksi tiup logam (brass section) dan seksi perkusi
(percussion section) (Hirza, 2014). Karena musisi yang terlibat cukup banyak,
maka umumnya pertunjukan musik orkestra ditampilkan di aula konser yang
besar atau pun di tempat pertunjukan dengan panggung yang luas. Selain itu,
diperlukan seorang pemimpin yang berperan memimpin orkestra, baik dari
persiapan latihan sampai pada saat konser berlangsung. Pemimpin tersebut
disebut conductor.
Conductor adalah orang yang memimpin suatu pertunjukan musik melalui
gerakan tangan dan isyarat. Memimpin pertunjukan di sini memiliki arti bahwa
sejak awal conductor berperan dalam menangani hal artistik musik dalam orkestra
(Fu'adi, 2013). Pada umumnya, conductor memimpin paduan suara dan orkestra.
Peran conductor yaitu memberi tempo dan dinamika serta mengolah interpretasi
sebuah karya dengan gerak isyarat tersebut. Conductor juga bertugas untuk
melatih orkestra sebelum pertunjukan musik orkestra ditampilkan.
Namun, di awal tahun 2020, Indonesia dilanda musibah penyebaran virus
yang dinamakan COVID-19, sehingga pandemi COVID-19 pun terjadi. Pandemi
COVID-19 ini berdampak pada banyak kegiatan yang melibatkan kerumunan,
seperti halnya pertunjukan musik di Indonesia. Salah satu pertunjukan yang
melibatkan kerumanan yaitu pertunjukan musik orkestra (Septiyan, 2020). Di
bawah ini merupakan beberapa landasan hukum yang membahas terkait hal
tersebut, di antaranya :
1. PP No. 21 Tahun 2020, Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Diseases
2019 (COVID-19).
2. Permenkes No. 9 Tahun 2020, Tentang Pedoman Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Diseases 2019 (COVID-19).
3. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2020, Pasal 19 ayat 3, Tentang
Kebijakan untuk menjalankan PSBB dan/atau kebijakan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terlebih dahulu diberitahukan
kepada DPRD Provinsi DKI Jakarta sebelum ditetapkan.

Pertunjukan musik orkestra di Indonesia tetap berlangsung di tengah


terjadinya pandemi, namun diselenggarakan secara virtual. Kegiatan ini
merupakan suatu bentuk upaya dari para pekerja seni dalam menjaga eksistensi
dari sebuah pertunjukan musik orkestra (Septiyan, 2020). Terdapat beberapa
pertunjukan orkestra virtual yang sudah terlaksana, seperti salah satu orkestra
ternama di Indonesia, yaitu Twilite Orchestra dengan pertunjukan musik
kolaborasi jauhnya dengan memainkan lagu “Rasa Sayange” yang disiarkan pada
tanggal 19 April 2020. Konsep dari project ini adalah kolaborasi jauh, jadi para
musisi serta conductor berada di frame yang berbeda, lalu digabungkan menjadi
kolase. Selain itu ada dari salah satu musisi dan conductor ternama di Indonesia,
yaitu Erwin Gutawa yang sudah beberapa kali menyelenggarakan pertunjukan
orkestra virtual, di antaranya dengan judul “Orkestra di Rumah bersama Erwin
Gutawa dan Afgan” yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2020, dalam
rangka menyambut bulan Ramadhan.

Gambar 2.1 : Konser Erwin Gutawa Orchestra “Orkestra di Rumah”

(Sumber : https://gugelberg.com/tag/konser-orkestra-di-rumah-bersama-erwin-gutawa-dan-afgan/
diakses tanggal 1 Desember 2021 pukul 14.23)

Selain itu, Jakarta City Philharmonic juga menyelenggarakan pertunjukan


orkestra virtual berjudul “Beethoven Marathon 250”. Konser ini ditayangkan
secara premiere melalui kanal youtube Jakarta City Philharmonic pada tanggal 16
Desember 2020. Namun ada yang berbeda dari konsep konser ini, yaitu para
musisi dan conductor tidak bermain secara terpisah, tetapi bermain bersama di satu
panggung yang sama. Lalu terdapat orkestra pelajar dari Universitas Negeri
Jakarta, yaitu Batavia Chamber Orchestra yang juga menyelenggarakan konser
virtual berjudul “Colourchestra” pada tanggal 16 Maret 2021, dengan konsep
kolaborasi jauh atau kolase. Tema konser dari BCO ini sangat menarik, karena
mengangkat beberapa genre musik yang berbeda, yaitu ada Jazz, Pop, bahkan
Korea Pop pun juga ikut dimainkan dalam konser tersebut.
Dalam pertunjukan orkestra virtual terdapat perbedaan dari segi teknis
maupun artistik. Menyelenggarkan pertunjukkan orkestra virtual menjadi sebuah
tantangan bagi tiap orkestra maupun penyelenggaranya. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa perubahan yang terjadi, baik itu perubahan yang sifatnya
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan yang terjadi salah satunya
dari segi persiapan, yaitu latihan orkesta. Jika sebelumnya latihan dilaksanakan
bersama-sama oleh para anggota pemain orkestra dengan dipimpin oleh seorang
conductor, berbeda hal dengan pada saat terjadi pandemi. Latihan bersama
ditiadakan, yang ada hanyalah latihan mandiri yang dilakukan oleh para anggota
pemain orkestra di rumah masing-masing. Maka hal ini menimbulkan tantangan
baik bagi para pemain orkestra, terutama conductor. Perubahan yang terjadi ini
menimbulkan suatu tantangan bagi conductor, karena menyatukan musik dari
tempat yang terpisah merupakan hal yang baru. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
strategi yang harus diterapkan oleh seorang conductor dalam memimpin suatu
orkestra di masa pandemi ini. Strategi inilah yang menjadi objek utama dalam
penelitian kali ini.

Penulis mengambil objek penelitian ini, karena beberapa hal. Pertama, karena
dalam studi kuliah penulis terdapat mata kuliah Direksi, dimana merujuk pada
objek utama penelitian ini, yaitu conductor. Selain matakuliah Direksi, terdapat
juga matakuliah Musik Kamar, dimana merujuk pada objek penelitian ini, yaitu
orkestra. Kedua, peristiwa pertunjukan orkestra virtual yang disebutkan di atas
dialami langsung oleh penulis yang merupakan anggota pemain orkestra.
Sebelumnya, semua kegiatan orkestra dilakukan secara berkumpul baik latihan
maupun konser. Namun, sejak dimulainya masa pandemi, dampak yang
ditimbulkan membawa pengaruh besar dalam musik orkestra. Maka dari itu,
penulis memilih objek tersebut dalam penelitian kali ini.

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini berfokus pada pembahasan strategi yang ditentukan oleh
conductor berdasarkan tahap proses produksi serta klasifikasi ragam pertunjukan
orkestra secara virtual di masa Pandemi.

C. Rumusan Masalah
Atas dasar fokus pada penelitian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu bagaimanakah conductor menentukan strategi dalam menyiapkan pertunjukan
orkestra virtual di masa Pandemi?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1) Ilmu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian strategi conductor
dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
2) Bagi peserta didik/Mahasiswa Prodi Pendidikan Musik, diharap dapat
menambah pengetahuan mengenai strategi conductor dalam konser
orkestra virtual di masa pandemi.
3) Bagi peneliti lain, diharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus yang lain agar
mendapat perbandingan bagi penelitiannya.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, untuk menambah wawasan mengenai strategi conductor
dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
2) Bagi pembaca, diharapkan memberi pengetahun tentang strategi
conductor dalam konser orkestra virtual di masa pandemi.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Orkestra
Menurut John Spitzer, di masa masa Yunani dan Romawi kuno, orkestra
diartikan sebagai tingakatan dasar dari sebuah panggung terbuka, yang digunakan
juga di masa Renaissance untuk menunjukan tempat di depan panggung (Spitzer,
2001). Namun, pada awal abad XVII, istilah orkestra diperluas artinya menjadi
suatu identitas sebagai sebuah ansambel (Fu’adi, 2009). Menurut salah satu
narasumber peneliti, yaitu Pak Iswargia, orkestra adalah suatu ansambel besar
yang mempunyai format khusus dan mulai berkembang dari abad ke-16. Kalau
yang kita kenal sekarang yaitu suatu ansambel yang lebih dari 10 orang.
Sebenarnya, orkestra dengan bentuk yang dikenal sekarang mulai dikenal pada
jaman Barok, yaitu dengan instrumen strings, kemudian ditambah dengan alat
tiup, lalu di jaman klasik seksi tiup mulai bertambah besar, kemudian di akhir
jaman Klasik sudah terbentuk orkes yang kita kenal sekarang.
Menurut pakar pada penelitian ini, yaitu Pak Tommy, pengertian sebuah
orkestra adalah musisi-musisi yang berkumpul untuk bermain dan berkarya
bersama. Di dalam orkestra terdapat banyak instrumen dan instrumen-instrumen
tersebut dapat dibagi menjadi beberapa seksi, yaitu seksi gesek (string section),
seksi tiup kayu (woodwind section), seksi tiup logam (brass section), seksi
perkusi (percussion section), timpani, harpa serta piano yang biasanya berdiri
sendiri karena umumnya bermain sendiri (Wawancara, Prabowo, 2021). Dalam
setiap seksi instrumen, terdapat juga ketentuan dalam penempatan formasi.
Berikut gambaran dari formasi sebuah orkestra standar simfoni :
Gambar 2.6 : Formasi Orkestra
(Sumber : https://gasbanter.com/alat-musik-orkestra/ diakses tanggal 28 Juni 2021
pukul 18.57 WIB)

Berikut penjelasan gambar formasi orkestra di atas :


Berdasarkan gambar di atas, instrumen dengan nomer 1 – 8 menunjukkan
seksi tiup kayu (woodwind section). Pada nomor 1 dan 2 adalah instrumen bass
clarinet dan clarinet. Lalu pada nomor 3 dan 4 adalah instrumen contrabassoon
dan bassoon. Pada nomor 5 & 6 adalah instrumen flute dan oboe, sedangkan di
nomor 7 & 8 adalah instrument piccolo dan English horn.
Instrumen dengan nomor 9 – 17 adalah seksi perkusi (percussion section).
Seksi perkusi memiliki 3 kategori seperti yang sudah disebutkan di atas, yang
pertama yaitu tuned percussion, artinya isntrumen perkusi yang memiliki nada.
Kedua, auxiliary percussion, yaitu kebalikan dari sebelumnya, dimana instrumen
perkusi yang tidak memiliki nada. Lalu yang terakhir ada timpani yaitu tergolong
membranophone dan cara memainkannya adalah dengan cara dipukul
menggunakan alat yang disebut mallet. Berdasarkan gambar di atas, pada nomor 9
adalah instrumen tubular bell, instrument ini termasuk ked ala kategori tuned
percussion, karena memiliki nada pada instrumennya. Lalu di nomor 10 adalah
instrumen xylophone yang juga termasuk ke dalam tuned percussion. Gambar
dengan nomor 11 adalah instrumen triangle, sedangkan nomor 12 adalah
instrumen castanet. Kedua instrumen ini termasuk ke dalam kategori auxiliary
percussion, karena memiliki nada pada instrumennya. Di nomor 13 adalah
instrumen hand cymbal, instrumen ini berupa dua cymbal yang dimainkan dengan
cara saling dibenturkan. Lalu di nomor 14 adalah snare drum, nomor 13 adalah
gong serta nomor 16 adalah bass drum. Lalu yang terakhir, di nomor 17 adalah
instrumen timpani.
Pada nomor 18 – 22 merupakan seksi tiup logam (brass section). Berdasarkan
gambar di atas, nomor 18 adalah instrumen trumpet yang memiliki jangkauan
nada tertinggi di antara instrumen brass yang lain. Lalu nomor 19 adalah
instrumen cornet. Selanjutnya di nomor 20 adalah instrumen trombone,
sedangkan nomor 21 adalah instrumen tuba. Terakhir, di nomor 22 adalah
instrumen French horn.
Seksi gesek (string section) terletak di nomor 23 – 27. Di nomor 23 & 24
adalah instrumen violin 1 dan 2, sedangkan di nomor 25 adalah instrumen viola,
dimana cara memainkan sama seperti violin, yaitu diletakkan di pundak sebelah
kiri. Perbedaan antar instrumen violin dan viola berada pada jangkauan nadanya,
dimana viola memiliki jangkauan yang lebih rendah serta ukurannya lebih besar
sedikit dibandingkan violin, maka viola seringkali disebut violin alto. Lalu di
nomor 26 adalah instrumen cello, bentuk instrumennya sama seperti violin, namu
terdapat kaki di bagian bawahnya, gunanya adalah untuk pijakan cello, karena
cara memainkannya diletakkan di bawah. Terakhir, nomor 27 adalah instrumen
contrabass, dimana merupakan instrumen dengan ukuran terbesar dan dengan
jangkauan nada terendah di seksi gesek.
Pada nomor 28 adalah instrumen harpa. Harpa merupakan instrumen berdawai
yang cara memainkan dipetik dengan kedua tangan. Lalu di nomor 29 adalah
instrumen piano, yang juga merupkan instrumen berdawai namun cara
memainkannya dipencet pada tuts piano.

2. Conductor
Conductor secara bahasa memiliki arti “dirigen” (Syafiq, 2003). Menurut Pak
Iswargia, conductor adalah orang yang memimpin suatu pertunjukan orkestra,
mulai dari latihan pertama hingga pertunjukan, bahkan persiapan latihannya juga,
itu sebenarnya sudah merupakan tugas conductor (Wawancara, Renardi, 2021).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pemaparan dari pakar pada penelitian ini
yaitu Budi Utomo atau yang biasa dipanggil Pak Tommy. Beliau menyatakan
bahwa, sebenarnya seorang conductor bekerja pertama di banding yang lain
(penampil yang lain), karena dia (conductor) mencari tahu tentang maksud
komponis dari karya yang dibawakan, inginnya seperti apa, bisa dari secara
keseluruhan maupun rinci. Maka, conductor sudah punya keputusan dan strategi
untuk itu sebelum latihan. Karena interpretasi itu banyak dan tidak semua
komponis menuliskannya secara rinci. Selain itu, dengan semakin majunya tahun,
semakin jauh juga dari interpretasi awalnya, karena orang tidak punya kontak
langsung dengan komponisnya (Wawancara, Prabowo, 2021).
Maka, berdasarkan proses observasi dan wawancara, dapat dikatakan bahwa
conductor adalah seseorang yang memimpin jalannya sebuah orkestra baik pada
saat latihan maupun sampai hari tampil tiba. Posisi berdiri conductor berada di
depan orkestra. Alat yang digunakan seorang conductor adalah baton, yaitu
sebuah tongkat dari rotan yang berguna untuk membantu anggota orkestra untuk
melihat aba-aba dari conductor meskipun jaraknya jauh. Baton ini biasanya
dipegang oleh conductor di tangan sebelah kanan, dimana tangan inilah yang
berperan untuk memberi tempo pada suatu karya musik yang akan dimainkan
(Muttaqin, 2008).
Seorang conductor harus terlebih dahulu terlatih sebagai musisi, mampu
bekerjasama dengan sebuah grup, serta harus mampu menyampaikan maksud
niatnya kepada para pemain orkestra melalui gesturnya (Rudolf, 1950).
Conductor bekerjasama dengan concertmaster dan principal dalam membangun
suara yang megah dari sebuah orkestra. Ide-ide musikal dari conductor
disampaikan dalam proses latihan. Aba-aba atau kode diberikan conductor
melalui gerakan tangannya sesuai dengan irama, tempo, dinamik, artikulasi dan
sebagainya (Fu’adi, 2011).

a. Teknik Dasar Conducting


Menurut Garofalo, teknik dasar dalam conducting dapat dibagi menjadi 2,
yaitu : (1) beat patterns dan styles; dan (2) conducting gesture. Berikut
pembahasan dari kedua teknik tersebut (Garofalo, 1983) :

1) Pola Ketukan dan Gaya (Beat Patterns and Styles)


a) Gerakan Mati (non-gaya) (Dead Gesture (non-stylistic))
Gerakan ini ditandai dengan gerakan garis lurus yang netral dan
terus menerus tanpa ketegangan lengan bawah, tangan atau jari.
Ukuran pola biasanya kecil. Gerakan ini digunakan saat lewatnya
tanda istirahat. Berikut pola-pola gerakannya:

Gambar 2.1 : Pola Gerakan Mati


(Sumber : Garofalo, Robert)
b) Gaya Legato (Legato Style)
Gaya ini dicirikan oleh gerakan garis lengkung yang mulus dan
berkesinambungan. Legato sendiri memiliki arti yaitu garis lengkung
yang ditempatkan di atas atau di bawah not nada, yang
menghubungkan duan nada atau lebih (Kurniasari, 2012). Ukuran
polanya dapat bervariasi, tergantung pada intensitas emosional
musiknya. Gaya ini digunakan untuk membawakan musik yang
ekspresif.
Berikut contoh partitur menggunakan teknik legato :

Gambar 2.2 : Partitur Legato Style

Berikut pola-pola gerakannya :

Gambar 2.3 : Pola Gerakan Legato Style


(Sumber : Garofalo, Robert)

c) Gaya Staccato (Staccato Style)


Gaya ini dicirikan dengan “menjentikkan” ictus (titik) dari setiap
ketukan. “Jentikan” dihasilkan oleh pergelangan tangan yang harus
tetap longgar dan rileks. Staccato sendiri adalah teknik yang
dimainkan secara putus-putus pada setiap not (Sinaga, 2017). Ukuran
ketukannya kecil saat musiknya ringan dan cepat.
Berikut contoh notasi menggunakan teknik staccato :

Gambar 2.4 : Partitur Staccato Style

d) Gaya Marcato (Marcato Style)


Gaya ini ditandai dengan gerakan lengan bawah yang kuat dengan
berhenti pada setiap hitungan. Besar kecilnya ketukan ditentukan oleh
dinamika musiknya. Gaya marcato sering digunakan dalam musik
marching.
Berikut contoh notasi menggunakan teknik marcato :

Gambar 2.5 : Partitur Marcato Style

2) Gestur Conducting
a) Gerakan Persiapan (Preparatory Beats)
Gerakan persiapan menunjukkan tiga hal : tempo; dinamika; dan
gaya musik. Ketika musik dimulai pada ketukan satu, berikan ketukan
empat sebagai persiapan untuk bermain. Untuk memberikan ketukan
empat, conductor harus memposisikan tangan pada ketukan tiga, lalu
berikan gerakan persiapan dan ketukan pelan.
Gambar 2.6 : Conducting Gesture
(Sumber : Garofalo, Robert)
Saat musik dimulai dengan notasi pick-up, conductor
memposisikan tangan kanan di tengah tubuhnya dan memberikan
ketukan tiga sebagai persiapan, diikuti dengan gerakan ketukan empat
untuk pick-up.
Gambar 2.7 : Conducting Gesture
(Sumber : Garofalo, Robert)

b) Potongan (Cut Offs)


Gerakan ini biasanya dieksekusi dalam tempo, dinamika, dan gaya
yang sama dengan musik. Untuk mencapai potongan, gerakkan tangan
dalam gerakan melingkar seperti yang digambarkan di bawah ini.

Gambar 2.8 : Cut Offs


(Sumber : Garofalo, Robert)

c) Dinamika (Dynamics)
Untuk mencapai crescendo dalam conducting, gerakkan tangan
menjauh dari tubuh, lalu buat pola ketukan yang lebih besar dan/atau
gunakan tangan kiri dengan telapak menghadap ke atas. Sedangkan
untuk decrescendo, kebalikan dari gerakan ini. Secara umum, level
dinamis keras dilakukan dengan pola ketukan yang lebih besar, dan
level dinamis lembut dengan pola ketukan kecil. Berikut contoh notasi
menggunakan dinamika :

Gambar 2.9 : Partitur Dynamics

b. Tingkat Peran Conductor


Menurut Eugene Ormandy, seni conducting adalah salah satu hal
kompleks yang memiliki banyak persyaratan, karena conductor termasuk ke
dalam penerapan teknik yang konstan serta visual public performance. Maka,
berdasarkan pernyataan tersebut, menurut Eugene Ormandy terdapat 3 tingkat
peran conductor dimana masing-masing peran tersebut saling bergantung satu
sama lain yang nantinya akan berpuncak pada suatu pertunjukkan itu sendiri,
di antaranya (Gibson, 1969) :
1) Belajar Mandiri (Personal Study)
Pada tingkat awal ini, conductor mempersiapkan diri secara teknik
maupun artistik. Selain itu, dalam tingkat ini seorang conductor harus
menjadi musisi, sejarawan, stylist, orkestrator, dan pendengar. Score dari
karya yang dipilih harus dipelajari oleh conductor sehingga ia dapat
mendengarkan karya tersebut dalam pikirannya. Conductor akan
menganalisa dengan objektif, sehingga mampu membentuk interpretasi
dan mengatur konsep musik yang akan didengarkan oleh publik. Dalam
hal ini, pengetahuan menyeluruh tentang warna dan timbre orkestra
memungkinkan conductor untuk belajar mendengar suara tiap instrumen
musik dalam orkestra saat belajar sehingga dapat mengidentifikasi kapan
dan dimana saja instrument musik tertentu saat memiliki bagian penting.

2) Latihan (Rehearsal)
Jika pada tingkat sebelumnya conductor mempersiapkan dirinya, maka
pada tingkat kedua ini conductor mempersiapkan orkestra secara teknik
maupun artistik melalui proses latihan. Maka dalam proses ini conductor
berperan sebagai pembimbing yang melatih orkestra. Namun, dalam hal
ini conductor harus membangun sebuah pola pikir kepada para pemain
musik orkestra bahwa mereka tidak bermain musik “di bawah” conductor,
melainkan bermain “bersama” conductor. Selama proses latihan, tempo,
metrik, dinamika, serta semua hal yang berkaitan dengan teknis akan
dijelaskan oleh conductor, sehingga dapat merealisasikan interpretasi yang
ingin dicapai dalam karya yang dimainkan.

3) Pertunjukan (Performance)
Pada tingkat inilah, kinerja conductor akan beroperasi pada tingkat
tertinggi. Secara teknis, persiapan dari conductor selesai dan orkestra
sepenuhnya siap untuk semua tuntutan dalam pertunjukkan. Maka di
tingkat inilah saatnya conductor untuk membenamkan dirinya dalam
musik dan mengidentifikasi dirinya baik secara emosional maupun mental.
Selagi melakukan hal tersebut, seorang conductor harus tetap
memperhatikan dan menjaga jalannya musik yang dimainkan serta terus
mengevaluasinya. Conductor harus siap untuk segera membuat
penyesuaian, baik besar maupun kecil dalam kinerja aktual yang
diperlukan untuk merealisasi konsep sepenuhnya. Banyak faktor yang
membuat penyesuaian tersebut diperlukan, yaitu aula yang berbeda,
kurangnya perhatian pemain untuk sesaat, pengaruh beberapa ribu orang
terhadap akustik, bahkan antusiasme dari pertunjukan yang mungkin
mempengaruhi tempo.

3. Strategi

Strategi adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang menghasilkan


formulasi dan implementasi dari rencana yang didesain untuk mencapai tujuan
(Pearce dan Robinson, 2003). Konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan
dua perspektif yang berbeda, yaitu :

1) Niatan Untuk Melakukan (Intens to Do) :

Perspektif ini memiliki arti suatu program yang dilakukan oleh organisasi
dengan tujuan untuk mencapai tujuan serta mengimplemetasikan misi
organisasi tersebut. Dalam hal ini, manajer berperan penting dalam
penyusunan strategi organisasi tersebut.

2) Pada Akhirnya Melakukan (Eventually Does) :

Perspektif ini didefinisikan sebagai suatu pola respon terhadap lingkungan


organisasinya yang berlangsung sepanjang waktu. Meskipun strategi tidak
pernah disusun secara eksplisit, namun setiap organisasi tentu terdapat suatu
strategi. Perspektif ini diimplementasikan untuk para manager yang memiliki
sifat reaktif, seperti hanya merespon dan beradaptasi terhadap lingkungannya
secara pasif ketika dibutuhkan (Stoner, Freeman, dan Gilbert, 2005).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah pendekatan secara


keseluruhan yang berkaitan dengan gagasan dan perencanaan dalam sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat
kordinasi tim kerja, memiliki tema mengidentifikasi faktor pendukungnya sesuai
dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efesiensi dalam
pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh organisasi


untuk mencapai tujuannya. Setiap organisasi yang dikelola secara baik memiliki
strategi. Dalam pembahasan ini, organisasi yang dimaksud adalah orkestra.
Dalam orkestra sendiri, terdapat organisasi, yaitu dengan adanya kepengurusan di
dalamnya yang nanti akan dibahas lebih lanjut pada sub bab orkestra. Dengan
adanya dampak yang berlangsung dari adanya pandemi, maka dibutuhkan sebuah
strategi yang berbeda dari seorang conductor.

4. Pertunjukan Musik Orkestra


Seni pertunjukan merupakan cabang seni yang berbeda dengan cabang seni
yang lain, karena seni pertunjukan merupakan cabang seni yang hanya bisa
dinikmati apabila kita menyaksikannya secara langsung (Bahri, 2015). Namun,
semakin berkembangnya teknologi, seni pertunjukan juga bisa dinikmati tidak
harus secara langsung, yaitu bisa dilakukan melalui semua bentuk media massa
seperti : (1) CD / rekaman lainnya; (2) radio; (3) video; (4) televisi; dan internet.
Media massa tersebut sangatlah berguna dalam keberlangsungan seni pertunjukan
di masa pandemi yang masih berlangsung ini.
Dalam seni pertunjukkan, musik dapat berdiri sendiri sebagai sebuah sajian
pertunjukan, misalnya dalam pertunjukkan orkestra, dan bigband (Alfiro, 2014).
Pada penelitian kali ini, penulis akan mengarah pada pembahasan seni
pertunjukan musik dalam orkestra, maka yang menjadi penampilan utama dalam
seni pertunjukan musik tersebut adalah karya musik itu sendiri. Pertunjukkan ini
melibatkan para seniman musik, di antaranya komposer, arranger, conductor,
pemain musik, serta panita-panitia yang ikut terlibat. Selain itu, para penonton
pertunjukan pun ikut berpartipasi dalam pertunjukan musik tersebut dengan
berperan sebagai penikmat yang akan memberikan apreasiasi kepada seniman-
seniman musik tersebut.
Untuk menyelenggarakan pertunjukan musik orkestra, terdapat format teori
manajemen produksi pertunjukan (Murbiyantoro, 2012). Format ini dimulai
dengan pengadaan bahan mentah, dalam hal ini bahan mentah yang dimaksud
adalah partitur musik yang akan dimainkan. Dalam proses ini melibatkan
arranger untuk menggubah musik yang akan dimainkan serta seksi partitur untuk
mempersiapkan partitur yang sudah ditulis oleh arranger ataupun partitur musik
yang sudah ada dari composer jaman lampau, yang kemudian akan diberikan ke
para pemain orkestra. Setelah itu, masuk ke proses produksi yang meliputi latihan
yang dilakukan sebelum hari pertunjukan. Latihan orkestra dimulai dengan
latihan mandiri dari masing-masing pemain, lalu latihan seksional sesuai seksi
masing-masing dan yang terakhir latihan gabungan, yaitu melibatkan semua
pemain orkestra serta conductor sebagai pemimpin orkestra. Format selanjutnya
yaitu bahan jadi, dalam hal ini adalah pertunjukan musik. Pertunjukan musik ini
adalah format eksekusi yang dilakukan tidak hanya melibatkan panitia
penyelenggara, namun juga melibatkan penonton sebagai penikmat pertunjukan
musik yang ditampilkan.

B. Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang peneliti manfaatkan sebagai tumpuan karena
penelitiannya cukup membantu dan relevan dengan judul penelitian ini, yaitu :
1. Bagus Susetyo. 2011. Pengembangan Teknik Kondakting dan
Pendokumentasian dalam Media Rekam dan Cetak untuk Mendukung Proses
Latihan Kondakting. Program Studi Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Semarang.
2. Dadang Dwi Septiyan, 2020. Perubahan Budaya Musik di Tengah Pandemi
COVID-19. Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan. Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
3. Janice Evelyn Limoko dan Olivia Evelin Sundari. 2021. Evaluasi Dampak
yang Dirasakan Mahasiswa Conservatory of Music UPH dalam Pelaksanaan
Perunjukan Musik Virtual. Jurusan Seni Musik. Universitas Pelita Harapan.

C. Kerangka Berpikir
Conductor adalah seorang pemimpin orkestra. Conductor berperan dalam
mengolah musik yang dibawakan kepada para pemain musik orkestra. Proses
mengolah ini dilakukan pada saat latihan bersama atau gabungan. Sehingga pada saat
pertunjukan berlangsung, orkestra dapat menampilkan hasil latihan yang sudah diolah
oleh conductor. Namun, dalam pertunjukkan orkestra virtual. Conductor harus
mempunyai strategi dalam pengolahan musik yang tidak dapat dilakukan secara
langsung. Berikut kerangka berpikir dalam penelitian ini :
Conductor
Orkestra

Conductor Orkestra

Tingkat
Teknik Dasar
Peran Instrumentasi
Conducting
Conductor

Pola Ketukan 1. Belajar 1. Woodwind


Mandiri section
dan Gaya
2. Latihan 2. Brass section
3. Pertunjukan 3. String section
a. Gerakan Mati 4. Percussion
section
b. Gaya Legato
5. Timpani
c. Gaya Staccato
6. Piano & Harp
d. Gaya Marcato

Pertunjukan Musik
Orkestra

Pandemi COVID-19

Pertunjukan Musik Orkestra


Virtual

Strategi Conductor dalam Pertunjukan Orkestra


Virtual

Skema 2.1 : Kerangka Peneltian


(Sumber : Dokumentasi Savira Maghfirlana)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode merupakan sebuah upaya yang harus di lewati oleh peneliti dalam
mencari pemahaman yang sejajar dengan tujuan dan inti yang telah ditetapkan.
Dalam membuat penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif.
Pada bagian bab ini, peneliti akan membahas mengenai: (1) Tujuan Penelitian;
(2) Metode Penelitian; (3) Waktu dan Tempat Penelitian; (4) Objek Penelitian (5)
Prosedur Penelitian; (6) Teknik Pengumpulan Data; (7) Teknik Analisis Data.

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Guna mengetahui Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra Virtual.
2. Untuk memperoleh deskripsi teori dan analisis mengenai Strategi Conductor
dalam Pertunjukan Orkestra Virtual.

B. Metode
Pada penelitian Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra Virtual ini
menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
sebagai pedoman untuk memperoleh banyak data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data. Penelitian kualitatif yang diterapkan pada
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif ini mengambil data dari beberapa sumber, di antaranya
artikel, jurnal, buku, wawancara dengar pakar dan dua narasumber, serta observasi di
lapangan pada beberapa konser virtual yang sudah terselenggara. Semua sumber data
ini berguna untuk menambah refrensi serta melengkapi pengumpulan data yang harus
dilakukan dalam penelitian kualitatif deskriptif ini.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Pada penelitian ini, wawancara dengan pakar dilakukan di Sanggar Musicasa,
Komplek Perkantoran Duta Merlin Blok F no.7 Jl. Gajah Mada no. 3-5, RT.2/RW.8,
Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, pada tanggal 8 Oktober 2020. Lalu untuk wawancara lanjutannya dilakukan
secara daring melalui aplikasi zoom, pada tanggal 1 Juli 2021. Sama halnya untuk
wawancara dengan para narasumber (terdapat 2 narasumber) yang dilakukan secara
daring melalui aplikasi zoom, pada tanggal 2 Juli 2021. Pengolahan data dilakukan di
Permata Nusa Indah, Blok F3, No. 17, Gang Mangga, Jl. Raya Bojong Klapanunggal,
Setu Sari, Kec. Cileungsi, Bogor.

D. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Strategi Conductor dalam Pertunjukkan Orkestra
Virtual yang terpublikasi di Indonesia.

E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan tetap yang
telah direncanakan. Prosedur penelitian dapat memaparkan mengenai tahapan -
tahapan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Beberapa tahapan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data – data yang
dibutuhkan yaitu :
1. Melakukan diskusi dengan dosen pada mata kuliah skripsi, kemudian peneliti
melacak data dengan cara studi pustaka dan menentukan pakar serta beberapa
narasumber.
2. Peneliti melakukan observasi serta wawancara dengan pakar dan narasumber.
3. Setelah mendapatkan data – data dari hasil wawancara dengan pakar dan
narasumber, peneliti memilah data untuk dimasukkan pada penelitian. Lalu
peneliti berdiskusi dengan dosen mata kuliah skripsi, dan menulis hasil
penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Bahan serta data dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Wawancara
Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pakar serta narasumber.
Berikut keterangan wawancara tersebut :
a. Wawancara dilakukan dengan pakar yaitu Conductor Jakarta City
Philharmonic, Budi Utomo Prabowo, di Sanggar Musicasa.
b. Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu Conductor Jakarta
Sinfonietta, Iswargia Renardi Sudarno, secara daring melalui zoom.
c. Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu anggota pemain (violin)
Twilite Orchestra, Kiki Kwintanada, secara daring melalui zoom.
d. Kisi-kisi Wawancara
No. Objek Topik Wawancara Jumlah
1. Strategi - Strategi yang digunakan 1
conductor dalam menghadapi
tantangan dari perubahan yang
terjadi
2. Conductor - Definisi conductor 3
- Tahapan untuk menjadi
conductor yang baik
- Peran conductor di dalam
orkestra
3. Seni Pertunjukan - Proses kreatif sebelum 1
Pandemi
4. Pertunjukan Musik - Perubahan yang dialami 2
Orkestra Virtual - Kekurangan dan kelebihan
5. Orkestra - Definisi orkestra 3
- Proses latihan
- Proses rekaman
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Wawancara
(Sumber : Dokumentasi Savira Maghfirlana)

2. Observasi
Meneliti langsung ke lokasi yang menjadi tempat praktek kegiatan penelitian
di Sanggar Musicasa, Jakarta Pusat, bertemu langsung dengan Pak Budi Utomo
Prabowo. Disana peneliti melakukan penelitian pada tanggal 8 Oktober 2020,
pukul 10.00 – 11.00 WIB.

3. Studi Pustaka
Dibawah ini adalah contoh jurnal, skripsi dan buku mengenai orkestra dan
conductor yang telah digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini :
1. Bagus Susetyo. 2011. Pengembangan Teknik Kondakting dan
Pendokumentasian dalam Media Rekam dan Cetak untuk Mendukung
Proses Latihan Kondakting. Program Studi Sendratasik. Fakultas Bahasa
dan Seni. Universitas Negeri Semarang.
2. Dadang Dwi Septiyan, 2020. Perubahan Budaya Musik di Tengah
Pandemi COVID-19. Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Janice Evelyn Limoko dan Olivia Evelin Sundari. 2021. Evaluasi Dampak
yang Dirasakan Mahasiswa Conservatory of Music UPH dalam
Pelaksanaan Perunjukan Musik Virtual. Jurusan Seni Musik. Universitas
Pelita Harapan.

4. Studi Dokumentasi
Menurut Herdiansyah, paparan data dari sudut pandang suatu subjek dalam
media dan pengarsipan tertulis yang telah disajikan langsung oleh yang
berkepentingan dapat disebut juga dengan dokumentasi data (Herdiansyah, 2010).
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti sebagai tambahan data berupa media
audio visual berupa foto dan video. Dokumentasi tersebut didapat dari hasil
observasi langsung ke lokasi objek maupun secara jejak digital.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk menganalisa
data, yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data
Reduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu
(Rifai, 2019). Peneliti akan mengumpulkan dan menyeleksi data yang didapat dari
studi pustaka, wawancara dan observasi terkait conductor orkestra untuk
diringkas sesuai dengan data yang dibutuhkan sehingga mempermudah penulis
untuk menyajikan data.

2. Penyajian Data
Menurut Rasyad dalam Farida Aryani, agar ditemukan sebuah pemecahan
dalam menganalisis sebuah masalah harus dilakukan penyajian data (Aryani,
2014). Penyajian data yang dipaparkan didapat melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang kemudian diselidiki oleh peneliti dan hanya mengambil data
pokok yang berkaitan dengan objek penelitian, yaitu conductor orkestra, lalu
kemudian untuk dipakai dan membuang data yang tidak terpakai secara teliti
sehingga menghasilkan data yang akurat.

3. Triangulasi
Dalam penelitian ini, triangulasi data dilakukan dengan mengomparasi data
dari berbagai sumber, teori, teks, observasi, dan wawancara. Kemudian membuat
justifikasi topik – topik secara koheren. Peneliti mencoba mendeskripsikan secara
rinci mengenai strategi conductor dalam pertunjukkan orkestra virtual. Untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang dipaparkan, peneliti melakukan pendekatan
fungsi. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif pada konsep strategi, peneliti mencoba menjabarkan strategi conductor
dalam pertunjukkan orkestra virtual.
Data yang sudah didapat diolah dengan menggunakan variable fungsi, selain
itu dihasilkan juga deskriptif singkat mengenai conductor dan orkestra menurut
pakar dan narasumber. Data – data yang telah dikumpukan kemudian akan
dianalisa oleh peneliti yang nantinya disajikan untuk pembaca. Triangulasi
dilakukan guna untuk keabsahan data yang sudah diteliti. Sumber data yang
didapat dari hasil wawancara, studi pustaka, observasi serta dokumentasi,
selanjutnya akan dilakukan teknik triangulasi kepada pakar dari penelitian ini,
yaitu Pak Tommy Prabowo.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
Pandemi akibat COVID-19 memberikan dampak besar terhadap
berlangsungnya pertunjukan orkestra di Indonesia. Sehingga pertunjukan musik
orkestra pun berubah menjadi virtual dan hal ini berdampak besar bagi seorang
conductor dalam memimpin pertunjukan orkestra tersebut.
Pertunjukan musik orkestra virtual muncul karena adanya keinginan dari para
musisi untuk tetap tampil dalam sebuah pertunjukan. Selain itu, keinginan untuk
menonton pertunjukan orkestra tersebut dirasakan oleh para penonton pertunjukan
musik untuk menikmatinya sebagai hiburan.

1. Pertunjukan Musik Orkestra Virtual


Situasi pertunjukkan musik berubah sejak terjadinya pandemi akibat
mewabahnya COVID-19 yang melanda Indonesia. Sifat dari virus tersebut
mudah menyebar, sehingga pada tanggal 31 Maret 2020 pemerintah Indonesia
menerapkan kebijakan baru yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
yang tercantum pada PP No. 21 Tahun 2020, meliputi penutupan beberapa
fasilitas umum, termasuk tempat konser dan institusi pendidikan lainnya
(Limoko & Sundari, 2021). Aturan tersebut berdampak pada berlangsungnya
pertunjukkan musik, sehingga terjadi beberapa perubahan dalam
pelaksanaannya sebagai bentuk upaya dalam beradaptasi dengan keadaan
yang terjadi. Perubahan tersebut yaitu dilaksanakannya pertunjukan musik
secara virtual. Pertunjukan musik yang dimaksud di sini adalah pertunjukan
musik orkestra.
Budaya pertunjukan musik orkestra virtual di tengah pandemi COVID-19
ini, selain harus dialami oleh pelaku musik, perkembangan budaya dalam
musik ini juga harus dialami pula oleh penikmat musik (Septiyan, 2020). Bila
sebelum terjadinya pandemi pertunjukan musik dilaksanakan secara langsung
dimana para penonton dapat menonton pertunjukannya secara langsung, maka
kali ini harus mengalami perubahan, yaitu dengan cara menonton pertunjukan
musik melalui streaming yang ditayangkan di berbagai macam platform.
Maka, tidak dapat dipungkiri, bahwa konser virtual ini dapat terlaksana karena
adanya perkembangan teknologi yang semakin maju.
Pada pertunjukan musik orkestra sebelumnya, tidak hanya melibatkan tim
penampil yang terdiri dari pemain musik, pengaba, serta penulis lagu
(komposer dan arranger), tetapi juga melibatkan penonton secara langsung.
Hal ini berbeda dengan pertunjukan musik orkestra virtual, dimana tidak ada
lagi interaksi langsung antar penampil dengan penonton. Semua itu hanya bisa
dilakukan melalui layar gadget masing-masing penonton. Euphoria,
pengalaman, serta adrenalin yang dirasakan pun pasti berbeda dibandingkan
pertunjukan musik orkestra yang digelar langsung seperti pada umumnya.
Pertunjukan musik orkestra virtual ini adalah situasi yang sebelumnya
belum pernah kita alami. Jika sebelumnya pertunjukan offline terdapat
interaksi langsung dengan penonton, namun kali ini berbeda, karena musisi
dihadapkan dengan sesuatu yang expected-unexpected. Artinya, sesuatu yang
sebenarnya tidak diharapkan, namun pada akhirnya harus terjadi. Jadi
pertunjukan virtual ini adalah satu-satunya cara dari musisi untuk tetap
menjalin komunikasi dengan audiensnya, meskipun dengan ruang dan waktu
yang tentunya berbeda (Wawancara, Kwintanada, 2021).

a. Tahap Proses Produksi Pertunjukan Orkestra Virtual


Dalam menyelenggarakan sebuah pertunjukan musik orkestra, tentu
terdapat tahap proses produksi di dalamnya. Tahap produksi ini adalah
dimana para penyelenggara pertunjukan serta penampil mempersiapkan
segala sesuatunya di balik layar, sampai pada hari pertunjukan tiba.
Berdasarkan Jurnal Manajemen Produksi Pertunjukan Surabaya Symphoni
Orchestra di Surabaya sebagai Sarana Pendidikan Apresiasi Musik oleh
Mubiyantoro, berikut skema tahap proses dalam memproduksi
pertunjukan orkestra pada umumnya :

Pra- Produksi
produksiMenentukan tema dan Mengadakan
konsep gladi kotor

Menentukan materi musik Mengadakan


yang akan dimainkan gladi bersih

Menyiapkan dan Menyelenggarak


membagikan partitur materi an konser
musik ke para pemain orkes

Melatih karya musik secara


mandiri para pemain orkes
dan conductor

Melatih karya musik secara


seksional dipimpin oleh
principal setiap seksi
isntrumen

Melatih karya musik secara


gabungan dipimpin oleh
conductor

Skema 4.1 : Tahap Proses Produksi Pertunjukan Musik Orkestra Offline

(Sumber : Jurnal Manajemen Produksi Pertunjukan Surabaya Symphoni Orchestra di Surabaya


sebagai Sarana Pendidikan Apresiasi Musik, Mubiyantoro, 2012)

Sedangkan dalam pertunjukan orkestra virtual, terdapat tambahan


tahap produksi di dalamnya. Jika sebelumnya hanya ada dua tahap, yaitu
tahap pra-produksi dan tahap produksi, maka dalam pertunjukan orkestra
virtual terdapat 3 karena ada tambahan satu tahapan produksi, yaitu tahap
pasca produksi. Berikut skema tahap produksi dalam menyelenggarakan
pertunjukan orkestra virtual :
Pra- Pasca
Produksi Produksi
produksiMenentukan tema dan Merekam Mixing dan Matering
konsep audio Audio

Menentukan materi musik Merekam Editing Video


yang akan dimainkan video

Menyiapkan partitur Penayangan melalui


materi musik yang akan platform
dimainkan

Membuat audio guide


materi musik yang akan
dimainkan

Mengirim partitur dan


audio guide materi musik
yang dimainkan
Melatih karya musik
secara mandiri, baik para
pemain orkes dan
conductor
Skema 4.2 : Tahap Proses Produksi Pertunjukan Orkestra Virtual

(Sumber : Jurnal Proses Produksi Audio Pada Konser Virtual “Colourchestra” Batavia Chamber
Orchestra Menggunakan Software Digital Audio Workstation Logic Pro, 2021)

Dalam skema di atas, terdapat 3 tahap dalam proses produksi


pertunjukan orkestra virtual, yaitu pra-produksi, produksi dan pasca
produksi. Pada tahap pra-produksi, di langkah awalnya sama dengan tahap
proses produksi untu pertunjukan orkestra offline, yaitu menentukan tema
dan konsep serta menentukan materi musik yang akan dimainkan pada
pertunjukan. Pada langkah berikutnya, terdapat perubahan yang terjadi,
dimana selain menyiapkan partitur, tim panitia juga harus menyiapkan
audio guide yang dibuat oleh conductor serta arranger yang karyanya ikut
terlibat dan akan dimainkan. Setelah menyiapkan keduanya, partitur dan
audio guide tersebut akan dikirimkan ke para pemain orkes melalui e-mail
atau dengan mengirimkan link google drive yang berisi semua file materi
musik yang akan dimainkan, sehingga para penampil dapat melatih secara
mandiri dari rumah masing-masing di masa pandemi ini.
Tahap selanjutnya yaitu tahap produksi. Dalam tahap ini mengarah
pada proses rekaman, baik rekaman audio maupun video. Rekaman audio
ini dapat dilakukan dari rumah masing-masing, juga dapat dilakukan di
tempat yang sama pada beberapa ruangan di satu tempat secara
bersamaan, namun bergantian satu persatu tiap pemain (Andriyanto, n.d.,
2021). Sama halnya dengan rekaman audio, rekaman video juga bisa
dilakukan dari rumah masing-masing penampil. Selain itu, rekaman video
juga bisa dilakukan di satu tempat yang sama, namun dengan syarat
menerapkan protocol kesehatan dengan benar.
Terakhir, yaitu tahap pasca produksi. Tahap ini mencakup pada proses
setalah tahap produksi selesai, jadi setelah proses semua rekaman selesai,
tahap pasca produksi adalah langkah selanjutnya. Langkah pertama dalam
langkah ini adalah editing audio, yaitu mencakup mixing dan mastering
audio hasil rekaman dari tahap produksi sebelumnya. Selain itu, proses
editing juga dilakukan pada video hasil rekaman dari tahap produksi.
Setelah kedua proses editing tersebut selesai, hasil editing tersebut akan
ditayangkan melalui berbagai macam platform sesuai yang ditentukan.

b. Klasifikasi Ragam Penyajian Pertunjukan Orkestra Virtual


Pertunjukan musik Orkestra Virtual dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa ragam. Ragamnya pun dapat diklasifikasikan berdasarkan
produksi artistik yang terdiri dari beberapa aspek, diantaranya; proses
latihan, proses rekaman (audio dan video) dan penyajian pertunjukan
orkestra virtual. Berikut skema klasifikasinya :
Klasifikasi Ragam Penyajian
Pertunjukan Orkestra Virtual

Proses Proses Penyajian Pertunjukan


Latihan Rekaman Okrestra Vitual

Latihan Latihan Platform


Pre-record Live Record Bentuk Penyajian
Mandiri Gabungan
Digital

Audio Video Platform Platform Kolase One Frame


Digital Digital
Akses Akses
Gratis Berbayar Virtual
Reality
Skema 4.2 : Skema Klasifikasi Ragam Penyajian Pertunjukan Orkestra Virtual
(Sumber : Dokumentasi Savira Maghfirlana)

1) Proses Latihan
Proses latihan untuk pertunjukan musik orkestra virtual terbagi
menjadi 2 kategori, yaitu :
a) Latihan Mandiri
Dalam proses ini latihan hanya dilakukan mandiri di rumah
masing-masing, jadi tidak ada tatap muka antara conductor dengan
para pemain musik orkestra. Materi musik berupa partitur serta
audio guide akan dikirimkan via email atau google drive oleh
pihak panitia orkestra.
Gambar 4.2 : Contoh Latihan Mandiri
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=0fVO4FQF7rM diakses tanggal 3
Januari 2022, pukul 06.31 WIB)

b) Latihan Gabungan
Dalam proses ini latihan dilakukan tatap muka dengan syarat
jika kondisi sudah memungkinkan (terdapat perubahan aturan
perihal berkerumun pada saat kasus COVID-19 menurun). Latihan
gabungan dilakukan seperti biasanya, yaitu tatap muka langsung
antar conductor dan pemain musik orkestra, yang membedakan
adalah jadwal untuk latihan gabungan lebih sedikit dari biasanya
serta pengurangan jumlah pemain. Jadwal latihan ini dikurangi
karena kurangnya pendanaan dalam menyelenggarakan
pertunjukan orkestra virtual.
Gambar 4.3 : Contoh Latihan Gabungan
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=i1-VGTBbv_M&t=303s diakses
tanggal 3 Januari 2022, pukul 06.57 WIB)

2) Proses Rekaman Audio dan Video


Proses rekaman untuk audio dan video dalam pertunjukan musik
orkestra virtual dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :
a) Pre-record
Pre-record adalah proses rekaman dilakukan sebelum ke tahap
proses editing dan penayangan. Pada proses ini, rekaman audio
dan video dilakukan secara terpisah. Terdapat 2 tahap dalam proses
pre-record yaitu sebagai berikut :
1. Pre-record audio
Dalam tahap ini, rekaman audio lebih dulu dilakukan.
Rekaman dilakukan satu-satu tiap instrumen. Proses ini dapat
dilakukan di satu studio rekaman yang sudah ditentukan
maupun dari rumah masing-masing. Namun, untuk hasil yang
lebih maksimal, rekaman audio sebaiknya dilakukan di satu
studio yang sudah ditentukan, jika memang berhalangan hadir
di studio rekaman tersebut, rekaman bisa dilakukan secara
mandiri dari rumah masing-masing.
Gambar 4.4 : Contoh Pre-record Audio
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=0fVO4FQF7rM diakses
tanggal 3 Januari 2022, pukul 07.14 WIB)

Dalam jurnalnya, Andriyanto memaparkan bahwa proses


pre-record audio dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu
merekam satu-satu per-instrumen di beberapa ruangan yang
berbeda atau merekam secara mandiri dari rumah masing-
masing. Untuk cara yang pertama rekaman dilakukan bersama
namun terpisah, jadi rekaman dilakukan satu-satu per-
instrumen di beberapa ruangan yang sudah dikondisikan
menjadi layaknya studio rekaman professional, yaitu dengan
cara diberikan treatment peredam sehingga ruangan menjadi
kedap suara. Pada cara ini rekaman dilakukan menggunakan
set recording yang lengkap, sehingga kualitas rekaman yang
dihasilkan dapat lebih maksimal. Pre-record dengan cara ini
sangat disarankan untuk menjadi opsi yang pertama dalam
tahap pra-produksi pertunjukan orkestra virtual, sehingga cara
ini diutamakan untuk dilakukan oleh concert master serta para
principal dari tiap seksi instrumen. Lalu rekaman secara
mandiri adalah opsi kedua ketika opsi pertama tidak
memungkinkan untuk dilakukan. Metode ini dilakukan oleh
para pemain dengan merekam dari rumah masing-masing
menggunakan smartphone atau pun alat rekam yang dimiliki.
Untuk bisa menghasilkan rekaman yang maksimal, panitia
akan menentukan beberapa syarat dan ketentuan untuk metode
ini, di antaranya; 1) memberi jarak antara alat musik dengan
alat rekam, 2) memilih ruangan yang kondusif (tidak bising),
3) memilih format audio dengan kualitas terbaik, yaitu mp3
atau wav serta 4) menentukan deadline waktu pengumpulan
(Andriyanto, n.d.)

Gambar 4.5 : Proses Pre-record audio BCO dalam konser “Colourchestra”


(Sumber : Jurnal Proses Produksi Audio Pada Konser Virtual
“Colourchestra” Batavia Chamber Orchestra Menggunakan Software
Digital Audio Workstation Logic Pro)

2. Pre-record video
Setelah tahap pre-record audio selesai, lalu dilakukan
tahap pre-record video. Rekaman video dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu para penampil (pemain musik dan
conductor) direkam satu-satu yang kemudian di-edit menjadi
kolase, dimana proses ini dapat dilakukan di rumah masing-
masing. Tipe lainnya adalah penampil direkam bersamaan di
satu tempat yang sama atau disebut dengan one frame.

Gambar 4.6 : Contoh Pre-record Video dengan Konsep One Frame dan
Pre-record Audio oleh Batavia Chamber Orchestra dalam Acara “Puncak
Peringatan HUT Ke-76 PGRI”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=XBJvSN3TylY diakses
tanggal 3 Januari 2022, pukul 10.11 WIB)

b) Live Record
Sama halnya dengan pre-record, live record adalah proses
rekaman yang dilakukan sebelum ke tahap proses editing dan
penayangan. Hal yang membedakan yaitu, rekaman audio dan
video dilakukan secara bersamaan dan di satu tempat yang sama,
sehingga audio maupun video yang direkam hasilnya lebih nyata
dibandingkan dengan pre-record, karena dilakukan secara live.
Perbedaan pertunjukan orkestra virtual dengan pertunjukan
orkestra offline yang terjadi dalam hal ini adalah para pemain
diberi jarak sekitar 1 meter antar satu sama lain. Jadi kursi para
pemain memiliki jarak yang sangat renggang. Selain itu, untuk
standpart, biasanya para pemain orkes bisa menggunakan satu
standpart untuk dua orang. Tetapi, karena mengikut protokol,
yaitu menjaga jarak sepanjang 1 meter antara pemain, maka kali
ini satu standpart digunakan untuk satu pemain.

Gambar 4.7 : Konser Jakarta Concert Orchestra “MELIPUR RINDU”


(Sumber : youtube.com/watch?v=5g31y8qKlto&t=681s diakses tanggal 3
Januari 2022, pukul 01.21 WIB)

3) Penyajian Pertunjukan Orkestra Virtual


Penyajian pertunjukan orkestra virtual dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu bedasarkan platform dan bentuk penyajian. Berikut
penjelasan lebih lanjut :

a) Platform Digital
Sebuah pertunjukan tentu dipersiapkan sedemikian rupa
dengan tujuan untuk ditampilkan kepada para penonton. Jika
sebelumnya pada saat kondisi normal media untuk
menyelenggarakan konser adalah dengan menyelenggarakan
konser di gedung pertunjukan atau pun hall concert untuk
didatangi oleh para penonton yang sudah membeli tiket, maka
dalam kondisi new normal saat pandemi COVID-19 ini, tentu
berbeda. Media untuk menyelenggarakan konser pada kondisi saat
pandemi dilakukan melalui platform-platform untuk streaming
suatu pertunjukan musik khususnya orkestra dalam ini, sehingga
dalam kondisi pandemi semua diselenggarakan secara digital.
Terdapat dua jenis platform digital pertunjukan orkestra virtual
berdasarkan aksesibilitas audiens, yaitu :

1. Platform Digital Akses Gratis


Untuk menonton sebuah pertunjukan orkestra virtual, dapat
melalui platform gratis, jadi tanpa harus membeli tiket bagi
penonton. Contoh platform gratis sebagai media pertunjukan
tersebut yaitu youtube, instagram sampai stasiun televisi yang
dapat diakses melalui televisi serta gawai seperti smartphone,
smart tv, laptop. Untuk platform digital akses gratis seperti
youtube dan stasiun televisi, sasaran penonton yang dicapai
akan sangat luas. Karena youtube merupakan salah satu
platform yang mudah diakses dan gratis untuk mengaksesnya.
Lalu untuk televisi, seperti yang kita tahu bahwa masyarakat
Indonesia Sebagian besar pasti memiliki televisi di rumahnya.
Berdasarkan pemantauan dari TAM (Nielsen Television
Audiences Measurement), terjadi peningkatan jumlah penonton
pada saat pandemi COVID-19 terjadi, dimana pada 11 kota di
Indonesia yang mencakup 8000 orang berusia 5 tahun ke atas,
rata-rata jumlah penonton televisi meningkat dalam satu pekan
belakangan. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa dari rata-
rata 12% di tanggal 11 Maret 2020 menjadi 13,8% di tanggal
18 Maret 2020. Hal ini setara dengan penambahan sekitar 1
juta penonton televisi.
Ada beberapa orkestra yang memanfaatkan platform ini,
salah satunya yaitu Erwin Gutawa Orchestra dalam konsernya
yang berjudul “SURYANATION”, dimana pertunjukannya
disiarkan melalui saluran televisi yaitu di channel SCTV.
Konser ini membawakan lagu-lagu lintas genre, yaitu dari
medley Nusamtara hingga EDM.

Gambar 4.8 : Erwin Gutawa Orchestra dalam Acara


“SURYANATION”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=dyfZvCJxCzA
diakses tanggal 3 Januari 2022, pukul 11.34 WIB)

2. Platform Digital Akses Berbayar


Dalam platform ini, memang sasaran penontonnya lebih
sedikit karena hanya penonton yang bisa mengakses streaming
pertunjukan orkestra virtual yang ditayangkan. Namun,
berdasarkan data internetworldstats, saat ini pengguna internet
Indonesia mencapai 212,35 juta jiwa pada Maret 2021. Dengan
jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan ketiga dengan
pengguna internet terbanyak di Asia. Dari jumlah tersebut,
93,4 juta orang percaya dan merasa aman dengan penggunaan
internet hingga pembayaran online serta 11,7 juta orang
memanfaatkan akses internet ini sebagai hiburan. Maka,
jumlah penonton pertunjukan orkestra virtual termasuk dalam
angka di data tersebut.
Pada platform ini, penonton bisa menonton pertunjukan
orkestra virtual secara streaming dengan membayar tiket yang
ditentukan. Platform ini memiliki experience yang berbeda
bagi penonton, karena dirasa lebih eksklusif layaknya
menonton konser secara tatap muka. Hanya penonton yang
membeli tiket yang bisa menonton pertunjukan yang
diselenggarakan. Contoh platform berbayar ini di antaranya
yaitu loket.com, goplay serta kiosTix. Ada juga orkestra yang
memiliki platform sendiri, yaitu Jakarta Concet Orchestra,
dimana sejak pandemi mempunyai platform sendiri yaitu JCO
Digital Concert Hall. Pertunjukan ini dapat diakses dengan cara
streaming melalui berbagai gawai seperti smartphone, tablet
serta laptop.

Gambar 4.9 : Contoh Platform Berbayar


(Sumber : https://www.jcodigitalconcerthall.com/ diakses tanggal
3 Januari 2022, pukul 11.50 WIB)
b) Bentuk Penyajian
Bentuk penyajian dalam hal ini adalah bagaimana suatu
pertunjukan orkestra virtual menyajikan tampilan pertunjukannya
secara visual. Bedasarkan pertunjukan orkestra virtual yang sudah
terselenggara sejauh ini, bentuk penyajian pertunjukan orkestra
virtual dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Video Kolase
Kolase adalah teknik menempel beberapa unsur menjadi
satu frame sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni
baru (Ni’mah, 2018). Jadi, dalam hal ini kolase merupakan
bentuk penyajian yang menyatukan beberapa video terpisah
dari para penampil orkestra yang sudah melalui tahap pre-
record video. Tipe kolase ini sangat populer digunakan pada
saat awal pandemi di awal sampai pertengahan tahun 2020,
dimana kasus COVID-19 masih sangat tinggi, karena pada tipe
kolase ini para penampil orkestra dapat melakukan rekaman
secara mandiri di rumah masing-masing, sehingga proses
latihan yang dilakukan adalah latihan mandiri. Terdapat
beberapa hal yang harus ditentukan oleh tim kreatif terutama
editor video, di antaranya; 1) ratio video, 2) background video
dan 3) kostum penampil. Ketiga hal tersebut berguna selain
untuk hasil yang lebih indah dan rapih, juga untuk
mempermudah editor video dalam proses editing video,
sehingga lebih rapih dan sesuai dengan konsep yang sudah
ditentukan. Berikut contoh bentuk penyajian video kolase :
Gambar 4.10 : Konser Jakarta City Philharmonic “Berbagi dalam
Keterbatasan”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?
v=XQgbmAzY09g&t=173s diakses tanggal 28 Desember 2021 pukul 21.56
WIB)

2. One Frame
Seperti namanya, one frame adalah bentuk penyajian
dengan tampilan dimana para penampil berada di satu frame,
jadi para penampil berada di satu tempat yang sama. Maka
dalam proses ini diperlukan tata panggung berupa dekorasi,
lighting serta aspek-aspek lain seperti halnya mempersiapkan
konser offline. Selain itu, protocol Kesehatan tetap harus
dilakukan, di antaranya; 1) memakai masker, 2) berjarak 1
meter antar pemain dan 3) pengurangan jumlah pemain .
Berikut contoh performance style one frame :
Gambar 4.11 : Konser Jakarta City Philharmonic “Beethoven
Marathon 250”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?
v=JLICA4zsGRo&t=514s diakses tanggal 28 Desember 2021 pukul 21.25
WIB)

3. Virtual Reality (VR)


Virtual Reality atau disingkat VR merupakan salah satu
aplikasi teknologi multimedia memiliki kelebihan dalam
mendeskripsikan sebuah keadaan atau sebuah objek dimana
visualisasi yang ditampilkan tidak hanya dapat dilihat dari
sudut pandang saja, namun dapat dilihat dari segala sudut,
karena 3 dimensi visual sehingga pengguna dapat berinteraksi
dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh computer
(Virtual Environment) (Putro et al., 2015). Di Indonesia, telah
terselenggara pertunjukan orkestra virtual dengan bentuk
penyajian VR, yaitu Erwin Gutawa Orchestra dalam konsernya
yang berjudul “SURYANATION”. Pertunjukan orkestra
virtual ini memadukan konser musik dengan teknologi Virtual
Reality (XR), SURYANATION : Suara Cahaya Nusantara
sekaligus menjadi konser musik pertama di televisi Indonesia
yang menggunakan VR sepanjang konser. Hal itu membuat
penonton di rumah bisa merasakan layaknya menonton konser
secara langsung.

Gambar 4.12 : Konser SURYANATION “Suara Cahaya Nusantara” oleh


Erwin Gutawa Orchestra
(Sumber :
https://www.liputan6.com/showbiz/read/4846962/suryanation-suara-
cahaya-nusantara-sukses-suguhkan-konser-musik-teknologi-xr-pertama-di-
tv-indonesia diakses tanggal 3 Januari 2022 pukul 14.32 WIB)

c. Pertunjukan Musik Orkestra Virtual yang Telah Terselenggara


Berdasarkan observasi peneliti, saat ini sudah ada beberapa orkestra
yang menyelenggarakan pertunjukan musik orkestra virtual secara daring.
Berikut ini data hasil observasi pertunjukan musik orkestra virtual yang
telah terselenggara dalam rentan waktu dari bulan April 2020 sampai
dengan bulan Desember 2021 :

Tanggal Nama Orkestra Judul Konser Conductor Bentuk Platform


Penyajian
“Pertunjukan
18/4/202 Jakarta City Budi Utomo youtube :
Daring Musik Kolase
0 Philharmonic Prabowo Budaya Saya
Orkestra”
youtube :
Orkes
19/4/202 Budi Utomo Orkeskomuni
Komunitas “BeetHOMEven” Kolase
0 Prabowo tas
Concordia
Concordia
“Orkestra di
19/4/202 Erwin Gutawa Rumah bersama loket.com
Erwin Gutawa Kolase
0 Orchestra Erwin Gutawa dan gotix
dan TULUS”
“Orkestra di
21/5/202 Erwin Gutawa Rumah bersama loket.com
Erwin Gutawa Kolase
0 Orchestra Erwin Gutawa dan gotix
dan Afgan”
youtube :
22/5/202 Jakarta City “Berbagi dalam Budi Utomo
Kolase Jakarta City
0 Philharmonic Keterbatasan” Prabowo
Philharmonic
23 – “Bersama Useetv,
Di Atas Rata-
25/7/202 Mengubah Erwin Gutawa Kolase loket.com,
Rata
0 Dunia” dan gotix
1, 8 &
Wishnu Dewanta Wishnu
15/8/202 “Sebuah Cerita” One Frame kiosTix.com
Orchestra Dewanta
0
youtube :
Jakarta Concert Jakarta
9/8/2020 “Melipur Rindu” Avip Priatna One Frame
Orchestra Concert
Orchestra
17/8/202 Jakarta Indonesia : Iswargia One Frame youtube :
0 Sinfonietta Konser Renardi Jakarta
Kemerdekaan RI
Sudarno Sinfonietta
yang ke - 75
18/8/202 Jakarta Concert Konser Gebyar youtube :
Avip Priatna Kolase
0 Orchestra Kemerdekaan Budaya Saya
31/10/20 Erwin Gutawa A Virtual Creator Erwin Gutawa loket.com
Kolase
20 Orchestra Celebration Vol.1 Orchestra dan gotix
JCODigitalC
28/11/20 Jakarta Concert
“Dua + Quatre” Avip Priatna One Frame oncertHall.co
20 Orchestra
m
Tentang Melly Budi Utomo
4/12/202 Jakarta City youtube :
“Sebuah Pandang Prabowo dan One Frame
0 Philharmonic Budaya Saya
Balik” Fafan Isfandar
4/12/202 F-Hole String “Serenity
Budhi Ngurah One Frame kiosTix
0 Orchestra Serenade”
youtube :
16/12/20 Jakarta City “Beethoven Budi Utomo
One Frame Jakarta City
20 Philharmonic Marathon 250” Prabowo
Philharmonic
“From East to Iswargia youtube :
28/12/20 Jakarta
West” A New Renardi One Frame Jakarta
20 Sinfonietta
Year Musicale Sudarno Sinfonietta
Iswargia
13&14/3 Jakarta
“Divertimento” Renardi One Frame loket.com
/2021 Sinfonietta
Sudarno
16/3/202 Batavia Chamber “Virtual R.M. Aditya loket.com
Kolase
1 Orchestra Colourchestra” Andriyanto dan gotix
JCODigitalC
Jakarta Concert “Beethoven
7/4/2021 Avip Priatna One Frame oncertHall.co
Orchestra Forever”
m
Iswargia
10&11/4 Jakarta “The Russian
Renardi One Frame loket.com
/2021 Sinfonietta Connection”
Sudarno
21/6/202 Yogyakarta “Konser Budhi Ngurah One Frame Youtube :
Penluncuran
1 Royal Orchestra tasteofjogja
YRO)
“Bersama Indikids,
23/7/202 Di Atas Rata-
Mengubah Erwin Gutawa Kolase UseePrime,
1 Rata
Dunia” Usee TV Go
Iswargia
9&10/10 Jakarta “Back to
Renardi One Frame loket.com
/2021 Sinfonietta Beethoven”
Sudarno
23/12/20 Yogyakarta “Konser Akhir youtube :
Budhi Ngurah One Frame
21 Royal Orchestra Tahun” Kraton Jogja
youtube :

“Puncak PENGURUS
27/11/20 Batavia Chamber R.M. Aditya
Peringatan HUT One Frame BESAR
21 Orchestra Ke-76 PGRI” Andriyanto
PGRI
OFFICIAL
JCODigitalC
29/12/20 Jakarta Concert “From Korea with
Avip Priatna One Frame oncertHall.co
21 Orchestra Love”
m
Suryanation :
30/12/20 Erwin Gutawa Extended
“Suara Cahaya Erwin Gutawa SCTV
21 Orchestra Reality
Nusantara”

Tabel 4.1 : Pertunjukan Orkestra Virtual yang Telah Terselenggara


(Sumber : Dokumentasi Savira Maghfirlana)

Berdasarkan data hasil obervasi di atas serta wawancara dengan pakar


dan narasumber, konser yang terselenggara mempunyai teknik
pelaksanaan yang berbeda-beda dari segi teknis produksi artistik. Produksi
artistik di sini meliputi materi yang dibawakan, proses latihan, proses
perekaman audio maupun video hingga bentuk penyajian.

B. Strategi Conductor Pada Pertunjukan Orkestra Virtual


1. Strategi Conductor Berdasarkan Tahap Proses Produksi Pertunjukan
Orkestra Virtual
Pertunjukan Orkestra Virtual memiliki 3 tahap produksi, yaitu tahap pra-
produksi, tahap produksi serta tahap pasca produksi. Sebelum masuk ke tahap
produksi, terdapat tahap pra-produksi seperti halnya dalam
menyelenggarakan pertunjukan orkestra yang dilakukan secara oflline. Tahap
proses produksi ini dilakukan dengan keterlibatan tim panitia penyelenggara
serta conductor. Dalam tahapan proses produksi pertunjukan orkestra virtual
ini terdapat beberapa perbedaan. Maka, seorang conductor perlu menentukan
strategi untuk menghadapi perubahan tersebut, sehingga pertunjukan orkestra
virtual dapat berjalan dengan baik tanpa mengurangi estetika dari pertunjukan
itu sendiri.
Berdasarkan data hasil wawancara serta narasumber, strategi pertama yang
bisa diambil dalam tahap ini adalah memilih tema yang memungkinkan untuk
dilakukan. Misalnya, dalam konser Jakarta City Philharmonic pada tanggal 18
April dengan judul “Pertunjukan Daring Musik Orkestra”, orkestra ini
memilih tema pertunjukan musik daring. Sesuai dengan temanya, konser ini
diselenggarakan secara daring yang disiarkan melalui platform youtube.
Strategi selanjutnya yang bisa diambil oleh conductor adalah menentukan
konsep, dimana dalam konser tersebut konsep yang diambil adalah memilih
konsep yang juga bisa dijalani oleh orkestra tersebut. Dalam hal ini, JCP
memilih konsep kolase untuk bentuk penyajiannya, sehingga antara conductor
dan pemain musik berada di frame yang berbeda. Konsep ini diambil karena
pada saat itu masih awal-awal terjadinya pandemi, sehingga tidak
memungkinkan jika harus melakukan proses rekaman video berasama-sama di
satu tempat. Selanjutnya, strategi yang diambil adalah memilih materi lagu.
Pada konser JCP ini merupakan perdana menyelenggarakan pertunjukan
orkestra virtual dengan konsep kolase, sehingga conductor perlu menyikapi
dengan treatment yang beda, dikarenakan tidak adanya interaksi langsung
dengan pemain. Dalam hal ini, strategi yang diambil adalah memilih materi
yang sudah pernah dibahas dalam latihan sebelumnya, jadi lebih
mempermudah dalam melatih dan menyampaikan interpretasi yang
diinginakan orkestra meskipun terhalang jarak antara conductor dan pemain
orkestra.
Selanjutnya, untuk tahap produksi, kita masuk ke langkah proses rekaman.
Di sini, strategi conductor yang dapat dilakukan adalah membuat audio guide
dengan disertai metronome atau “klik”. Hal ini berguna dalam memberi tempo
kepada para pemain orkes yang merekam audio permainan mereka dari
rumah, sehingga tempo pada saat bermain dapat tetap terjaga walaupun tidak
dipimpin langsung oleh sang conductor secara langsung. Untuk proses rekam
video, sebenarnya peran conductor di sini tidak lagi bisa dijalani, karena
terpisah jarak dengan pemain. Maka dari itu, untuk membentuk suatu
interpretasi yang diinginkan dalam sebuah karya musik yang dimainkan,
menurut Pak Tommy, seorang conductor dapat memberikan catatan khusus
dalam partitur untuk para pemain. catatan tersebut bisa berupa tanda tempo,
dinamika maupun teknik tertentu, sehingga walaupun antar pemain dan
conductor terpisah oleh jarak, namun tetap dapat membentuk suatu
interpretasi yang diingikan, walaupun memang tidak semaksimal pada saat
latihan langsung dilaksanakan.
Tahap terakhir dalam proses ini adalah, tahap pasca produksi. Dalam
tahap ini sudah mulai memasuki proses editing audio maupun video. Untuk
editing audio, dilakukan dengan cara mixing dan mastering hasil rekaman
audio pada tahap sebelumnya yaitu tahap proses produksi. Proses ini biasanya
dilakukan oleh seorang sound engineer yang memang menguasai bagaimana
cara mengolah suatu hasil rekaman audio, dimana peran ini cukup mendekati
dengan peran conductor, yaitu mengolah dan membentuk musik suatu
orkestra. Menurut Pak Tommy, strategi yang dapat dilakukan dalam tahap ini
adalah ikut andil dalam proses mixing dan mastering ini. Conductor dapat
memberi arahan, permintaan serta catatan kepada sound engineer yang
bertugas untuk membentuk audio rekaman para pemain orkes sesuai
interpretasi yang diinginkan oleh conductor. Hal ini menunjukan, bahwa jika
sebelumnya pengolahan musik orkestra dilakukan pada saat proses latihan,
dimana terjadi sebelum tahap proses produksi berlangsung, maka dalam
pertunjukan orkestra virtual ini pengolahan musik dilakukan setelah tahap
proses produksi selesai, yaitu proses rekaman audio. Begitu juga halnya
dengan editing video yang juga dilakukan setelah proses rekaman video di
tahap produksi selesai. Lalu untuk langkah selanjutnya yaitu penayangan.
Dalam hal ini, strategi yang dilakukan conductor adalah menyiapkan materi
pertunjukan dengan maksimal, karena penayangan disiarkan melalui berbagai
macam platform digital. Pertunjukan yang akan ditayangkan adalah sebuah
hasil rekaman, maka pertunjukan yang ditayangkan bisa dimainkan berulang
kali, sehingga pertunjukan harus disiapkan dengan matang agar dapat
menghindari terjadinya kesalahan.

2. Strategi Conductor Berdasarkan Klasifikasi Ragam Penyajian


Pertunjukan Orkestra Virtual
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, berikut ini adalah strategi
yang dapat diambil berdasarkan klasifikasi ragam penyajian pertunjukan
orkestra virtual :

a. Proses Latihan
Dalam klasifikasi ini terdapat dua jenis yang berbeda, maka
strateginya pun berbeda. Berikut adalah strategi yang dapat diambil dalam
proses latihan pertunjukan orkestra virtual :
1) Latihan Mandiri
Latihan mandiri dilakukan di rumah masing-masing, sehingga
tidak ada interkasi antara conductor dengan para pemain orkestra. Hal
ini menjadi tantangan bagi conductor dalam melatih orkestra serta
menyampaikan interpretasi yang diinginkan dalam karya musik yang
akan dimainkan oleh orkestra, dimana dalam melatih orkestra serta
penyampaian interpretasinya akan terasa lebih sulit untuk dilakukan
jika terhalang jarak beda tempat seperti ini. Maka seorang conductor
harus mengambil strategi untuk mengatasi hal ini.
Strategi yang bisa diambil menurut pakar penelitian ini, yaitu Pak
Tommy adalah memberi catatan-catatan khusus pada partitur materi
musiknya, seperti dinamika, bowing untuk instrumen seksi string serta
catatan tempo sesuai yang diinginkan oleh conductor berdasarkan
interpretasi komponis atau arranger karya musik yang dimainkan.
Meskipun strategi ini akan terasa berbeda karena conductor
menyampaikan secara tidak langsung, namun hal ini tetap bisa
menjadi sebuah alternatif dalam menghadapi keterbatasan yang
dialami sebuah orkestra dalam proses latihan tersebut.
2) Latihan Gabungan
Sejatinya, latihan gabungan dalam pertunjukan orkestra virtual ini
sama dengan latihan gabungan pada pertunjukan orkestra offline.
Namun, karena yang membedakan adalah jumlah hari latihan, dimana
jumlahnya dikurangi terkait protokol kesehatan, maka seorang
conductor harus mengambil strategi untuk menghadapi persoalan ini
agar hasil latihan dapat tetap maksimal serta target yang ingin dicapai
dari latihan gabungan ini dapat tetap tercapai.
Menurut narasumber pertama dalam penelitian ini, yaitu Pak
Iswargia adalah memaksimalkan latihan mandiri masing-masing
sebelum latihan gabungan dimulai. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
yaitu tim panitia bagian pengurus partitur harus membagikan partitur
materi musik jauh-jauh hari sebelum latihan gabungan dimulai. Untuk
conductor sendiri, strategi yang bisa dilakukan adalah partitur yang
dibagikan jauh hari tersebut harus sudah lengkap dengan catatan-
catatan tambahan jika diperlukan. Oleh karena itu, para pemain
memiliki waktu ekstra dalam melakukan latihan mandiri, sehingga
latihan gabungan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Selain itu,
conductor akan lebih cepat untuk membahas interpretasi karya musik
pada saat latihan gabungan. Maka, persoalan waktu bukanlah
hambatan lagi dalam hal ini.
Sedangkan yang dilakukan oleh Pak Tommy adalah, membuat
sebuah exercise khusus untuk repertoar yang terdapat bagian susah.
Jadi, exercise buatan khusus ini hanya bisa dipakai pada repertoar
tersebut. Menurut Pak Tommy, ini bisa dibilang efektif dalam usaha
untuk memaksimalkan performance orkesnya.

b. Proses Rekaman

1) Pre-record

a) Pre-record audio
Menurut Pak Tommy, pada proses rekaman pre-record ini,
terdapat beberapa strategi yang dapat diambil, karena saat pre-
record audio, conductor tidak memimpin para pemain orkes.
Sebagai conductor, Pak Tommy mengambil strategi dalam hal
audio guide yang akan dikirim ke para pemain. Strategi itu adalah
memberi metronome/klik agar saat merekam para pemain dapat
menjaga tempo dengan kompak.Lalu, jika materi musik yang akan
dimainkan sangat panjang, maka audio guide dipotong per-bagian
atau di antara kalimat sesuai kebutuhan dan interpretasi dari
conductor. Strategi ini diterapkan Pak Tommy dalam konser
Jakarta City Philharmonic yang berjudul “Berbagi dalam
Keterbatasan”, dimana materi karya musik yang dimainkan adalah
repetoar dari Ludwig van Beethoven yaitu “Symphony no. 5, in C
minor, Op. 67, IV. Allegro, Presto”. Strategi yang digunakan oleh
Pak Tommy yaitu dengan memotong audio guide di bagian-bagian
yang tedapat perubahan tempo. Tujuannya agar proses pre-record
audio dapat berjalan lebih efektif dan efisian dalam hal waktu,
karena pada bagian perubahan tempo peran conductor sangat
penting dalam memberikan cue, jadi strategi ini terbilang cukup
efektif dalam menanggulangi kendala tersebut. Berikut ini contoh
bagian yang dipotong pada saat perubahan tempo pada karya
Beethoven, “Symphony no. 5, in C minor, Op. 67, IV. Allegro,
Presto” :

1. Tempo awal
Tempo awal dalam karya ini memiliki tempo Allegro.
Berikut partitur di bagian awal “Symphony no. 5, in C
minor, Op. 67, IV. Allegro, Presto”, Beethoven :

Notasi 4.1 : Symphony no. 5, in C minor, Op.67, IV. Allegro, Presto,


Beethoven

2. Perubahan tempo
Terjadi perubahan tempo dari tempo sebelumnya yaitu
Allegro menuju Presto. Berikut partitur bagian perubahan
tempo dalam karya “Symphony no. 5, in C minor, Op. 67,
IV. Allegro, Presto”, Beethoven :

Notasi 4.2 : Symphony no. 5, in C minor, Op.67, IV. Allegro, Presto,


Beethoven

Strategi yang dilakukan oleh Pak Tommy adalah memotong


audio guide tepat di bagian tempo presto dimulai. Jadi, hasil
rekaman para pemain akan lebih aman untuk temponya, karena
ketika dipotong, proses rekaman yang dilakukan oleh pemain akan
terpisah, sehingga tempo sebelumnya tidak akan mempengaruhi
para pemain pada saat melakukan pre-record audio.

b) Pre-record video
Pada proses ini, dapat dilakukan dengan dua tipe pengambilan
video. Pertama adalah dengan konsep bentuk penyajian kolase dan
yang kedua dengan konsep one frame. Untuk konsep kolase,
sebenarnya peran conductor tidak terealisasikan, karena para
pemain serta conductor berbeda frame, sehingga tidak ada
interaksi langsung antar keduanya. Maka, conductor bisa
menyikapi hal ini dengan strategi yang sudah dijelaskan pada poin
“Latihan Mandiri” dan “Pre-record Audio”. Lalu untuk konsep
one frame akan dijelaskan di poin selanjutnya yaitu “Bentuk
Penyajian” yang ada pada sub bab “ Penyajian Pertunjukan
Orkestra Virtual”

Gambar 4.13 : Di Atas Rata-Rata dalam Konser ”Bersama Mengubah Dunia”


(Sumber : https://cosmopolitanfm.com/bersama-unicef-indonesia-diatas-rata-
rata-adakan-konser-virtual-bersama-mengubah-dunia/ diakses tanggal 2 Januari
2022, pukul 23.41 WIB)

2) Live Record
Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar yaitu Pak Tommy,
strategi yang bisa dilakukan dalam menghadapi kendala pemain yang
saling berjarak jauh adalah dengan memperjelas cue conductor melalui
teknik gesture tangannya. Hal ini cukup efektif dalam memaksimalkan
balance dari orkestra yang menurun akibat adanya pengurangan
jumlah pemain.
Gambar 4.14 : Konser Jakarta Concert Orchestra “MELIPUR RINDU”
(Sumber : youtube.com/watch?v=5g31y8qKlto&t=681s diakses tanggal 3
Januari 2022, pukul 01.21 WIB)

c. Penyajian Pertunjukan Orkestra Virtual

1) Platform Digital
Dalam mempersiapkan pertunjukan orkestra, latihan merupakan
unsur yang sangat penting demi kelancaran dan kesuksesan sebuah
pertunjukan orkestra. Para penampil (pemain musik orkes dan
conductor) dan panitia penyelenggara akan mempersiapkan segala
aspek dengan maksimal demi menampilkan pertunjukan musik
orkestra yang bagus. Maka, dalam pertunjukan musik orkestra virtual,
media untuk menampilkan pertunjukan musiknya sangatlah penting.
Oleh karena itu, terdapat beberapa startegi yang perlu dilakukan oleh
conductor untuk hal ini.

a) Platform Digital Akses Gratis


Melalui platform ini, sasaran penonton yang akan diraih tentu
sangat luas seperti yang sudah dijelaskan di poin “klasifikasi
ragam pertunjukan okestra virtual”. Oleh karena itu, diperlukan
persiapan yang matang dalam menyelenggarakan pertunjukan
orkestra virtual, karena sasaran penonton akan berlaku menyeluruh
terhadap masyarakat Indonesia. Maka, seorang conductor bisa
melakukan strategi seperti yang sudah dipaparkan pada poin-poin
sebelumnya. Selain itu, ketika pertunjukan disiarkan melalui
saluran televisi, umumnya orkestra menggunakan konsep
pertunjukan pre-record audio. Seperti halnya pada pertunjukan
virtual yang dimainkan oleh Erwin Gutawa Orchestra dalam
pertunjukan berjudul “SURYANATION” yang disiarkan melalui
channel televisi yaitu SCTV. Hal ini dilakukan agar proses
produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, karena
dibutuhkan performa yang sempurna jika disiarkan untuk
penampilan di layar televisi.

Gambar 4.15 : Erwin Gutawa Orchestra dalam Acara “SURYANATION”


(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=klhQay_N0QE
diakses tanggal 3 Januari 2022, pukul 15.03 WIB)

b) Platform Digital Akses Berbayar


Berdasarkan survey yang sudah disebutkan di atas, terdapat
11,7 juta orang memanfaatkan akses internet ini sebagai hiburan.
Maka, jumlah penonton pertunjukan orkestra virtual termasuk
dalam angka di data tersebut. Oleh karena itu, strategi yang
diambil oleh conductor adalah mempersiapkan orkestra untuk
menampilkan pertunjukan yang maksimal. Hal itu karena, selain
faktor experience yang didapat oleh penonton lebih eksklusif
karena harus membeli tiket, sasaran penonton yang dicapai juga
cukup luas karena jumlah orang yang mengakses internet semakin
meningkat.
2) Bentuk Penyajian
a) Video Kolase
Dalam ragam bentuk penyajian video kolase ini, sebenarnya
peran conductor menjadi tidak memiliki pengaruh secara langsung.
Hal ini karena proses rekaman audio maupun video dilakukan
secara terpisah dari pemain orkes terhadap conductor. Namun,
dengan adanya strategi yang bisa dilakukan di poin sebelumnya
yaitu “Latihan Mandiri”, “Pre-record Audio” dan “Pre-record
Video”, maka persoalan ini cukup bisa diatasi. Sehingga sebuah
orkestra tetap bisa menampilkan pertunjukan yang bagus, menarik,
serta menghibur.
Gambar 4.16 : Konser Batavia Chamber Orchestra “Virtual Colourchestra”
(Sumber:https://www.kompasiana.com/image/syarif1970/6050b2b0d541df7
7bd366242/batavias-chamber-orchestra-unj-gelar-konser-virtual-colourchestra?
page=1 diakses tanggal 3 Januari 2022, pukul 16.22 WIB)

b) One Frame
Berbeda dengan poin sebelumnya, pada konsep ini conductor
mampu berinteraksi langsung dengan para pemain orkes. Namun,
karena terdapat beberapa protokol kesehatan dimana wajib untuk
memakai masker, jumlah pemain dikurangi serta jarak antara
pemain harus 1 meter, maka strategi yang bisa dilakukan dalam
menghadapi kendala ini adalah conductor perlu memperjelas cue
untuk para pemain orkestra melalui teknik gesture tangannya. Hal
ini cukup efektif dalam memaksimalkan balance dari orkestra
yang menurun akibat adanya pengurangan jumlah pemain.
Gambar 4.17 : Budi Utomo Prabowo, Conductor Jakarta City Philharmonic
dalam Konser Tentang Melly “Sebuah Pandang Balik”
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=URF9hFch71A&t=2169s
diakses tanggal 3 Januari 2022, pukul 17.03 WIB)

C. Pembahasan
Sejak pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia, banyak peraturan yang cukup
menghalangi seluruh orkestra di Indonesia dalam menyelenggarakan pertunjukan
orkestra secara langsung. Hal ini karena peraturan yang membahas mengenai
larangan untuk berkerumun. Seiring berjalannya waktu, aturan-aturan yang ketat
tersebut mulai semakin dilonggarkan dengan syarat tetap menjaga protokol
kesehatan.
Fenomena ini menjadi sebuah tantangan bagi para conductor dalam
menghadapai berbagai kendala yang muncul. Menanggapi hal tersebut, seorang
conductor harus mampu menentukan strategi yang dapat menjadi alternatif dan
solusi dalam menghadapi berbagai kendala yang terjadi. Serangkaian strategi
tersebut dapat menentukan konsep, solusi dan khususnya strategi dalam
menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual.
Menurut Pak Tommy, kekurangan yang didapat dari fenomena ini adalah
mental perform para pemain orkes menurun. Mereka selalu merasa ada
kesempatan kedua ketika proses produksi dilakukan, yaitu proses rekaman, baik
secara pre-record maupun live record, sehingga membentuk mental para pemain
mulai merasa tidak terbiasa untuk tampil secara langsung. Maka, ruang
improvement yang dapat dilakukan menurut Pak Tommy adalah, membuat
konsekuensi dalam proses produksi rekaman. Contoh konsekunsinya adalah,
membuat ketentuan bahwa proses rekaman hanya dilakukan sekali. Jadi mental
para pemain orkes akan dibuat seperti layakan tampil secara langsung. Jika secara
teknis, kekurangan yang dialami adalah teknik rekam oleh videografer yang
bertugas terkadang kurang pas dengan timing musik yang dimainkan oleh
orkestra, sehingga pada saat penyajian, hasil video yang didapat kurang bagus.
Contohnya, ada salah satu bagian dalam musik yang dimainkan oleh seksi
woodwind, maka seharusnya kamera mengambil video mengarah pada seksi
woodwind tersebut. Namun, banyak yang terjadi di lapangan tidak demikian, jadi
pengambilan video tidak sesuai dengan instrumen apa yang dimainkan pada saat
itu. Ruang improvement yang bisa dilakukan dari hal ini yaitu, terus tingkatkan
ilmu dalam videografi dengan cara mempelajari musik yang akan dimainkan oleh
orkestra yang akan mereka rekam. Memepelajari di sini memiliki artian bahwa
pelajari bagian-bagian instrument musik tertentu muncul di waktu kapan, yang
biasa disebut dengan storyboard.
Sedangkan kelebihan yang didapat menurut Pak Tommy yaitu, sekarang
semua belajar dalam merekam orkestra baik rekam audio maupun video. Jadi
dengan adanya fenomena ini, banyak yang mempelajari bagaimana dalam
merekam sebuah pertunjukan secara baik dan tentunya bisa menghibur. Hal ini
mendorong para tim kreatif di balik sebuah orkestra untuk meningkatkan
pertunjukan orkestra dari segi pendokumentasian. Proses rekaman audio akan
membuat para tim produksi untuk menambah ilmu seputar DAW (Digital Audio
Workstation), dimana hasil rekaman selanjutnya akan diproses editing
menggunakan software tersebut. Selain itu, mengingat nantinya pertunjukan
tersebut disiarkan secara virtual yaitu dengan cara streaming, maka dari segi
visual juga harus ditingkatkan untuk penyajiannya. Usaha yang dilakukan dari tim
kreatif di antaranya, meningkatkan kemampuan dalam videografi serta editing
video hasil pengambilan video tersebut.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak dapat menjangkau semua conductor di Indonesia yang
sudah menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual, karena ada beberapa
conductor yang seharusnya bisa menjadi slaah satu narasumber juga, namun
terhalang oleh agenda pribadi yang padat. Dalam hal ini contoh yang peneliti
tidak bisa jangkau adalah Erwin Gutawa. Beliau berhalangan dengan alasan sudah
memiliki agenda yang padat sampai akhir tahun 2021, sedangkan peneliti harus
menyelesaikan penelitian ini pada waktu yang sama yaitu akhir tahun 2021.
Lalu terdapat beberapa pertunjukan orkestra virtual yang diadakan sebelum
penelitian ditulis, sehingga peneliti tidak dapat melakukan observasi secara
langsung. Selain itu, terdapat beberapa pertunjukan orkestra virtual yang
diselenggarakan setelah tahap analisis data. Hal ini membuat peneliti tidak bisa
memasukkan pertunjukan orkestra virtual tersebut menjadi tambahan data hasil
observasi ke dalam penelitian ini.
Keterbatas yang lain yaitu, studi dokumentasi tidak banyak membahas tentang
produksi strategi conductor. Hal ini membuat peneliti tidak memiliki banyak data
dalam melengkapi observasinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertunjukan orkestra di Indonesia mengalami kendala akibat pandemi
COVID-19 yang melanda Indonesia di awal tahun 2020. Maka muncullah
pertunjukan orkestra virtual yang menjadi suatu solusi dalam berdapatasi dengan
new normal yang terjadi akibat pandemi COVID-19. Pertunjukan orkestra virtual
ini muncul karena adanya keinginan dari para musisi untuk tampil bermusik lagi
serta adanya keinginan dari para penonton untuk menikmati pertunjukan sebagai
hiburan. Selain itu, pertunjukan orkestra virtual ini terjadi karena para orkestra
ingin mempertahankan eksistensi mereka dalam bermusik.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam
pertunjukan orkestra virtual. Perubahan ini terjadi baik dari segi teknis, artistik
hingga dari segi managerial. Hal ini dijelaskan pada pembahasan, yaitu terdapat
perubahan pada tahap proses produksi. Jika sebelumnya proses produksi
pertunjukan orkestra offline hanya ada 2 yaitu; 1) tahap pra-produksi dan 2) tahap
produksi, berbeda halnya dengan tahap proses produksi pada pertunjukan orkestra
virtual. Perbedaannya yaitu, terdapat tambahan 1 tahap proses produksi, yaitu
tahap pasca produksi. Jadi tahap proses produksi yang ada untuk pertunjukan
orkestra virtual yaitu; 1) tahap pra-produksi, 2) tahap produksi dan 3) tahap pasca
produksi. Selain tahapan produksi, peneliti juga mengklasifikasikan ragam
pertunjukan orkestra virtual ini berdasarkan 3 hal, yaitu; 1) proses latihan, 2)
proses rekaman dan 3) penyajian pertunjukan orkestra virtual.
Maka dari itu, seorang conductor harus menentukan strategi guna menghadapi
segala perubahan yang terjadi pada pelaksanaan pertunjukan orkestra virtual.
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun strategi conductor berdasarkan tahap
proses produksi dan klasifikasi ragam penyajian pertunjukan orkestra, sehingga
strategi yang dilakukan dapat diaplikasikan langsung dalam pelaksanaannya.

B. Saran
Penelitian ini meneliti mengenai strategi conductor orkestra dalam
pertunjukan virtual dan dikemukakan oleh Pak Tommy sebagai pakar serta Pak
Iswargia dan Pak Kiki sebagai narasumber, peneliti meneliti dan mendeskripsikan
strategi conductor orkestra dalam pertunjukan orkestra virtual berdasarkan dari
segi teknis dan artistik. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para
conductor dalam melaksanakan pertunjukan orkestra virtual. Penelitian ini juga
membahas dari segi managerial, jadi penelitian ini juga dapat berguna bagi para
orkestra di Indonesia yang ingin menyelenggarakan pertunjukan orkestra virtual.
Peneliti juga berharap bagi penelitian yang akan datang bukan hanya meneliti
atau mendeskripsikan strategi conductor tersebut, Namun, hasil tulisan ini juga
dapat diimplementasikan di dalam pembelajaran yang membahas mengenai isu
permasalahan yang terjadi pada saat ini, yaitu masa pandemi yang memberi
dampak besar pada pertunjukan orkestra, sehingga diperlukan strategi pada
seorang conductor untuk mengahadapi tantangan ini.

C. Implikasi

Dari hasil penelitian tentang Strategi Conductor dalam Pertunjukan Orkestra


Virtual dapat dilihat adanya dampak bagi dunia pendidikan. Dalam pendidikan
sekolah, penelitian ini dapat berguna pada mata pelajaran Seni Budaya dimana
terdapat materi mengenai musik yang membahas seputar orkestra di dalamnya.
Selain itu, terdapat beberapa ekstrakulikuler yang juga berkaitan dengan
ansambel. Penelitian ini juga berdampak dalam pendidikan kampus, dimana
terdapat mata kuliah Musik Kamar yang membahas mengenai ansambel. Selain
itu, terdapat mata kuliah Direksi yang pembahasannya berkaitan dengan objek
penelitian ini, yaitu mengenai conductor. Dalam pendidikan kampus juga terdapat
ekstrakulikuler orkestra, sehingga penelitian ini juga memiliki dampak di
dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai