Anda di halaman 1dari 68

TEKNIK PENYAJIAN PERMAINAN CELLO

PADA REPORTOAR MUSIK SCHINDLER’S LIST KARYA

JOHN TOWNER WILLIAMS

SKRIPSI

Oleh:

NAMA : HARISENTA
NPM : 17820012
PROGRAM STUDI : KESENIMANAN

PROGRAM STUDI SENI MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk penyajian adalah unsur yang meliputi seniman, alat musik, kostum

dan rias, lagu yang disajikan, waktu dan tempat pertunjukan, serta penonton.

Bentuk penyajian terbagi menjadi dua bagian ‘bentuk’ diartikan sebagai wujud,

susunan, cara dan sebagainya. sedangkan ‘penyajian’ diartikan sebagai cara

menyampaikan, menghidangkan, menyajikan atau dengan kata lain mengatur

sebuah pertunjukan (Purwadarminto, 1989: 862).

Bentuk penyajian di dalam musik ada bermacam-macam dan dapat

dibedakan berdasarkan jumlah instrumennya Seperti : 1). Solo adalah penyajian

musik pada 1 instrumen, 2). Duet penyajian musik menggunakan 2 instrumen, 3).

Trio penyajian musik menggunakan 3 instrumen, 4). Kuartet penyajian musik

menggunakan 4 instrumen, 5). Kuintet penyajian musik dalam 5 instrumen, 6).

Ansambel penyajian musik menggunakan 6 atau lebih instrumen dan 7). Orkestra

penyajian musik dalam 30 atau lebih instrumen (Astuti, 2001: 18).

Selain ketujuh bentuk penyajian musik, terdapat pula bentuk penyajian

musik seperti ansambel dan orkestra. Pada dasarnya bentuk penyajian Duet, Trio,

Kuartet, Kuintet masuk dalam kategori ansambel kecil (Astuti 2001:19).

Ansambel berasal dari bahasa Prancis Ensemble yang berarti orang yang

mengiringi dan mengikut. Permainan ansambel adalah memainkan sebuah lagu

secara bersama-sama, dua orang atau lebih dengan mempergunakan berbagai

macam instrumen musik (Hartoyo 1994: 92).

1
Orkestra yang digunakan di Eropa terbagi menjadi beberapa bagian seperti

orkes simfoni yang meliputi berbagai instrumen seperti instrumen gesek, tiup

kayu, tiup logam, harpa dan perkusi, Orkes kamar yang sering digunakan pada

abad ke 18 pada zaman Barok dan Klasik, kemudian orkes gesek yang terdiri dari

violin, viola, cello, contrabas yang terikat dengan reportoar, terlebih orkes tiup

yang terdiri dari tiup kayu dan tiup logam serta perkusi. Sedangkan tipe orkes

yang digunakan di Indonesia menggunakan instrumen setempat atau instrumen

tradisi dari sebuah daerah seperti orkes Gamelan Jawa yang terdiri dari alat musik

perkusi seperti gong, gendang, gambang, rebab, suling dan vokal yang digunakan

untuk iringan tari, wayang, maupun upacara adat-istiadat, orkes Angklung dan

orkes suling yang masing-masing memainkansatu nada untuk membentuk sebuah

akor dan menjadi iringan vokal. (Prier 2009:144).

Penyajian musik merupakan suatu bentuk pertunjukan dengan cara

bermain langsung di hadapan sejumlah penonton. Dalam penyajian musik terdapat

beberapa macam penyajian yang berkaitan erat dengan tujuan serta jenis musik

yang akan disajikan (wibowo, 2012: 15). Menurut Rink (2002:60). Seorang

penyaji musik atau pemain musik harus dapat menginterprestasikan suatu karya

musik dalam suatu pertunjukan. Terlebih lagi seorang penyaji harus

mempersiapkan hal-hal pendukung untuk melakukan pertunjukan seperti

menyiapkan instrumen musik, melihat permasalahan teknik dan penampilan

seorang penyaji dalam sebuah pertunjukan.

Karya musik dan reportoar yang disajikan dalam sebuah bentuk

pertunjukan atau pagelaran musik adalah materi bunyi dan nada-nada yang dapat

diperdengarkan kepada penonton (audiens) yang menimbulkan kesan dan rasa

estetis (keindahan) dalam karya musik (Budhiana, 2001:3). Karya musik

2
instrumental atau reportoar yang sering disajikan dalam penyajian musik klasik

adalah bentuk Sonata, konserto, overtur dan simfoni (Martopo, 2000: 41).

John William seorang komposer yang telah banyak membuat karya musik

instrumental. Schinder’s List adalah salah satu karya musik dari sekian banyak

karya yang diciptakan oleh John William. Schinder’s List merupakan musik

programa yang digunakan untuk mengiringi film (Soundtrack) yang berjudul

Schinder’s List. Karya ini dimainkan melalui solo instrumen biola (Jinghan

Shang, 2019 : 167).

Itzhak Perlman adalah pemain biola yang telah memainkan Karya

Schinder’s List dalam sebuah pertunjukan (https://youtu.be/cLgJQ8Zj3AA).

Karya Schinder’s List tidak hanya dimainkan oleh instrumen biola, karya

Schinder’s List juga dimainkan oleh berbagai instrumen seperti Edson Lopes pada

instrumen Gitar (https://youtu.be/YYz6GOZVH4M), Morgan Pappas pada

instrumen flute (https://youtu.be/b3ccexaoqTk), Aptyp Kahatob pada instrumen

basson (https://youtu.be/cN_fxN-LU74), Shawn Garrone pada instrumen oboe

(https://youtu.be/cTPpN-Hnjis), Jacq Sanders pada instrumen trompet

(https://youtu.be/iwF5fDjfBX8). Dan instrumen gesek selain biola, seperti cello

yang dimainkan oleh Tina Guo (https://youtu.be/aMOObhu2HBg).

Karya Schinder’s List merupakan karya yang sering sekali dibawakan oleh

berbagai instrumen, karya ini juga dimainkan oleh Robinhot Gulo dengan mayor

instrumen cello, dengan format penyajian Chamber dalam resital mahasiswa

Universitas HKBP Nommensen Fakultas Bahasa dan Seni Prodi Seni Musik.

Melalui hal ini penulis juga akan membawakan karya Schindler’s List dengan

3
format solo instrumen Cello yang diiringi piano. Dalam membawakan karya

Schindler’s List Teknik yang digunakan adalah teknik legato (legatosimmo) yang

menyambungkan nada ke nada berikutnya. Teknik penjarian dan perpindahan

posisi, kecepatan sebuah penjarian pada senar untuk mengambil posisi, transisi

nada rendah ke nada tinggi menjadi karakter dalam lagu Schindler’s List. Semua

teknik tersebut adalah teknik yang banyak terdapat pada karya Schindler’s List

(Gulo 2018:22).

Untuk dapat memainkan karya-karya musik baik dari berbagai zaman,

seorang penyaji harus menguasai teknik-teknik yang terdapat pada instrumen cello

agar dapat memainkan karya musik melalui produksi nada dan karakter suara

(tone color) yang dihasilkan instrumen cello. Kemudian teknik permainan pada

tangan kanan seperti Legato, Staccato, Detache dan teknik pada tangan kiri pada

penjarian serta perpindahan posisi sehingga memudahkan penyaji ketika

membawakan karya tersebut ( Dikara 2014:3).

Dalam membawakan karya Schinder’s List melalui solo instrumen cello,

seorang pemain membutuhkan latihan secara rutin dan membutuhkan sebuah

kemampuan fisik dan mental untuk mempersiapkan pertunjukan (Rink, 2002:59).

Kemampuan fisik dan mental dengan cara melatih sebuah karya musik secara

rutin sampai mendapatkan permainan yang diinginkan. Hal ini sangat berguna

untuk memantapkan materi-materi yang telah dipelajari. Dengan begitu

meningkatkan skill, permainan teknik penjarian cello. keterampilan dengan

berlatih materi baru. Hal-hal pokok yang perlu dilatih rutin setiap hari dalam

4
instrumen musik adalah tangga nada, etude, hingga karya-karya musik instrumen

dari berbagai zaman dan komponis (Zebua, 2007: 28).

Ketertarikan penulis membawakan karya Schinder’s List karena melihat

teknik dan interpretasi dan mendengar keindahan dari nada-nada yang terdapat

pada kaya Schindler’s List ketika membawakan karya tersebut. Oleh karena itu

penyaji harus dapat menguasai teknik pada tangan kiri dan teknik pada tangan

kanan, serta referensi-referensi permainan cello yang telah membawakan karya

tersebut. Dalam hal ini penyaji harus dapat menguasai interpretasi ketika penyaji

membaeakan karya Schinder’s List yang ciptakan oleh John Towner Williams.

Berdasar permasalahan di atas penulis akan membahas dan membawakan

karya dari John Williams pada lagu Schinder’S List tersebut ke dalam sebuah

skripsi dan mengangkat judul Teknik Penyanyian Permainan Cello Pada lagu

Schinder’S List Karya John Williams. Sebagai bahan referensi, penulis melihat

youtube tentang permainan cello yang dibawakan oleh Tina Guo dengan link

(www.youtube.com/watch?v=https://youtu.be/aMOObhu2HBg dan Viviancruz45

dengan link https://youtu.be/pt56oAYv8vw.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, adapun masalah yang penulis

uraikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana teknik permainan Schinder’s List karya John Williams?

2. Bagaimana penyajian Schinder’s List karya John Williams?

1.3 Tujuan Penelitian

Terkait rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah:

5
1. Untuk mengetahui teknik permainan Schinder’s List karya John

Williams.

2. Untuk mengetahui teknik penyajian Schinder’s List karya John

Williams.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dalam bidang musik secara umum teknik

permainan dan penyajian sebuah karya musik instrumen cello.

2. Menambah pengetahuan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam bidang

pembahasan teknik dan penyajian sebuah karya musik lagu Schinder’s

List.

3. Sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan membahas lagu Schinder’s

List karya John Williams.

4. Untuk pengembangan musik instrumen cello khususnya bagi minat utama

kesenimanan program studi musik Universitas HKBP Nomensen Medan

yang standar dalam penyusunan program resital.

5. Sebagai acuan bagi penulis sebagai pemain instrumen cello yang nantinya

akan membahas lagu Schinder’s List karya John Williams..

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat Musik Modern

Musik Modern adalah semua musik yang tidak memakai gaya tradisional

disebut musik modern. Ciri-ciri musik modern ingin menunjukan suatu pandangan

baru dari musik-musik masa lampau atau abad pertengahan. Musik abad ke 20

disebut modern karena meninggalkan tonalitas dan gaya konvensional (Prier,

2009: 119)

Musik Modern merupakan musik yang sudah mendapatkan sentuhan lain

mulai dari alat musiknya, atau dari sisi penyajiannya. Musik ini akan terus

berkembang mengikuti perkembangan zaman. Musik Modern memiliki sifat yang

Universal atau menyeluruh. Musik Modern pertama sekali lahir berasal dari musik

pop yang mana pada saat itu banyak disukai oleh masyrakat di tahun 1920-an,

yang kemudian berlanjut dengan lahirnya banyak aliran musik Modern yang

mengambil Konsep fleksibelitas/keluwesan dan menggunakan instrument musik

yang lebih bervariasi (https://www.weschool.id/pengertian-musik-modern).

2.2 Sejarah Singkat Musik pada Masa Romantik

Musik pada masa romantik dari abad 19 (1800-1900). musik pada Masa

romantik lebih menekankan perasaan, hubungan dengan alam, inspirasi tak jarang

diambil dari dunia khayalan dan dongeng terutama musik pada masa romantik

7
awal (1800-1830). musik romantik tinggi (1830-1850), perkembangan musik

Virtuos yang mengandaikan suatu keterampilan tinggi. Sedangkan musik

romantik akhir (1850-1890) merintis bentuk-bentuk baru, estetika baru, harmoni

baru sampai bermuara dalam musik atonal (Prier, 2009: 189).

Musik romantik pertama-tama terdengar dalam karya opera : a.l C.M Von

Weber, A. loetzing, Fr. Dari Flotow, Smetana, Richard Wagner, Rossini, Puccini,

Meyerbeer, Bellini, G. Donizett dan terutama Guiseppe Verdi. Begitu pula halnya

dalam karya besar seperti dinfoni, oratorio, Synphonische Dichtung dan

sebagainya. Namun sebenarnya gaya romantis lebih menonjol dalam karya musik

kamar seperti dalam bentuk lied ciptaan Fr. Schubert, dalam musik piano Fr.

Chopin yang pendek-pendek, dalam motet-motet Rheinberger, Bruckner,

Mandelssohn, Brahms dan sebagainya (Prier, 2007: 123).

Ciri-ciri musik pada masa romantik untuk menekankan perasaan dalam

bermusik bukanlah terbatas pada periode abad 19. Karena setiap jenis musik, apa

lagi musik gereja yang berpangkal dari syair yang ingin mengungkapkan suatu

pesan yang tidak bersifat rasional tetapi irasional (Prier, 2009: 190).

2.3 Riwayat Singkat John Towner Williams

John Williams komponis musik film asal Amerika dilahirkan di NewYork,

2 Agustus 1932. Nama lengkapnya John Towner Williams. Ia pindah ke Los

Angeles bersama keluarganya pada tahun 1984. Belajar komposisi musik di

UCLA pada Mario Castelnuovo Tadesco. Ia juga belajar di Juiliard School (New

York) pada Rosalina Lhevinne (Syafiq, 2003: 320).

Ia merupakan salah satu komponis musik orkestra dunia paling populer,

kebanyakan karyanya merupakan musik untuk film. Albumnya antara lain:

8
Cinema Serenade (Kolaborasi dengan pemain biola Itzhak Perlman dan Pittburgh

Symphony Orkestra), The Hollywood Sound (bersama London Symphony

Orkestra), Cinema Serenadez : The Golden Age (Bersama Perlman dan Boston

Pops Orkestra), serta Musik Of the night (Syafiq, 2003: 321).

2.4 Cara menggunakan Instrumen Cello dan Cara memegang Bow

Pada karya Schinder’s List karya John Williams seorang penyaji

membutuhkan teknik yang baik untuk membawakan karya tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah dan menyamankan seorang pemain cello ketika

memainkan instrumen cello dan membawakan karya musik.

Pada tahap pertama seorang pemain sebaiknya mengidentifikasi bagian-

bagian dari instrumen cello dan alat gesek (bow) instrumen cello. Hal ini

dilakukan untuk mengenali bagian-bagian dari instrumen cello dan memahami

fungsi dan kegunaan dari setiap bagian instrumen cello (Essensial 2004:2).

Gambar 2.5.1 Posisi bermain cello

9
(Sumber: Essensial Elements String hal. 2)

Tahap kedua adalah memanjangkan bagian end pin (tiang bawah cello)

dari cello, hingga cello tersebut mencapai setinggi hidung si pemain saat berdiri.

Hal ini dilakukan untuk menciptakan kenyamanan pemain saat bermain cello.

Kemudian duduk dikursi dengan posisi tubuh tegak, posisi duduk di bagian depan

kursi. Pegang cello menggunakan tangan kiri dibagian leher cello, kemudian buka

kedua kaki dengan jarak lebih besar sedikit dari lebar body cello pada step kedua.

Selanjutnya tahap berikutnya adalah sandarkan cello dibagian kiri tubuh anda,

usahakan posisi bagian body cello bersandar tepat pada bagian dada. Posisikan

bagian tuning peg pada bagian samping telinga kiri (Essensial 2004:3).

Step 1 Step 2

10
Step 3

(Gambar : Sumber Penulis)


Teknik memegang bow dengan cara posisi ibu jari di sisi bawah

mendekati frog dan sambungan ruas yang pertama dari ibu jari dibengkokkan,

kemudian empat jari lainnya menggenggam bow. Genggaman ini harus rileks,

agar dapat melakukan gerakan-gerakan naik (UP) dengan simbol (n) dan turun

Down dengan simbol (v) saat menggesek cello secara fleksibel (Galamian, 1962:

45-46).

Gambar 2.5.3 down dan up Bow


(Rewrite:Penulis)
Pada tahap pertama kita menggunakan pensil sebagai alat untuk latihan

memegang bow. Posisikan dahulu ujung ibu jari tangan kanan diantara sendi

pertama dan sendi kedua jari tengah tangan kanan. Kemudian letakkan pensil

diantara ibu jari dan jari tengah tadi, dan jaga agar jari tetap rileks. Tahap

berikutnya adalah letakkan jari telunjuk, manis, dan kelingking pada pensil tadi,

mengikuti posisi jari tengah, dan usahakan jari tetap rileks, sebagai contoh

seperti pada gambar 2.5.4. (Essensial 2004:7)

Step 1 Step 2

11
Step 3
(Gambar : Sumber Penulis)
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam teknik memegang bow pada

instrumen cello adalah mengidentifikasi seluruh bagian dari bow. Langkah

berikutnya adalah memegang bow dengan tangan kanan dan letakkan diantara jari

jempol dan jari tengah. Posisi ibu jari anda berada di antara stick dan frog dari

bow. Kemudian letakkan jari lainnya menyentuh bow mengikuti posisi jari

tengah, tetap jaga agar semua jari tetap rileks (Essensial 2004:12).

Step 1 Step 2

Step 3 Step 4
(Gambar : Sumber Penulis)

12
2.5 Teknik Permainan Dengan Menggunakan Tangan Kanan dan Tangan

Kiri

Ada beberapa teknik pada instrumen cello yang sering digunakan dalam

bermain karya musik. Teknik pada tangan kanan seperti Teknik senar ganda,

Detache, Legato dan Legato Staccato. Kemudian teknik pada tangan kiri

menyerupai teknik pada tangan kanan seperti teknik senar ganda, teknik slur,

teknik vibrato, teknik harmonic, bentuk jari dan perpindahan posisi.

2.5.1 Teknik Pada Tangan Kanan

Teknik pada tangan kanan adalah sebuah teknik yang lebih pada

penggunaan alat Gesek (Bow) cello seperti :

Teknik senar ganda (Double Strokes) adalah sebuah teknik bermain cello

dengan membunyikan dua senar cello yang dimainkan secara bersamaan. Ketika

memainkan teknik tersebut, pemain biola harus memikirkan kestabilan dalam

membunyikan kedua senar cello ketika memainkan instrumen tersebut. Teknik ini

digunakan penyaji untuk memainkan lagu Schinder’s List karya John Williams.

Gambar 2.6.1.1 Senar Ganda


(Rewrite:Penulis)

Detache adalah jenis gesekan yang dalam setiap gesekannya tidak ada

tekanan dan efek apapun, yaitu hanya gesekan yang sederhana dengan

menempatkan hair bow secara penuh dengan arah bow naik dan turun. Detache

dapat dimainkan di bagian manapun pada bow, dengan gesekan panjang atau

pendek (Galamian, 1962: 67). Contoh: Not yang dimainkan secara detache.

13
Gambar 2.6.1.2 Teknik Detache
(Rewrite:Penulis)

Staccato adalah suatu gesekan pendek yang dimainkan dengan cara bow

selalu menempel pada senar (on the string), yaitu dimulai dengan gesekan

seketika dari bow, dan menghentikan bow dengan halus. Banyak bagian dari bow

yang digunakan untuk melakukan gesekan staccato sesuai dengan panjangnya

nilai not dan volume yang diinginkan (Galamian, 1962:78).

Gambar 2.6.1.3 Teknik Staccato


(Rewrite:Penulis)

Menurut Herfurth (1961: 21) Staccato adalah sebuah gesekan yang

mengurangi setengah dari harga nada, teknik gesek pendek dilakukan apabila

terdapat simbol titik di bawah maupun di atas tulisan not.

Gambar 2.6.1.4 Notasi Staccato


(Sumber: A Tune A Day)

Legato adalah suatu gesekan yang memainkan dua not atau lebih

disambung dalam satu gesekan dengan arah bow turun atau naik, dan

kemungkinan bagian manapun dari area sebuah bow dapat digunakan untuk

melakukan legato (Galamian, 1962: 71). Contoh : Bentuk not yang dimainkan

secara legato.

Gambar 2.6.1.5 Notasi legato


(Rewrite:Penulis)

14
Legato Staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not

staccato dalam satu gesekan yang dapat dimainkan dengan arah bow naik atau

turun. Legato staccato ini jika dimainkan dengan tempo yang cepat dinamakan

dengan flying staccato (Galamian, 1962: 67). Contoh : Bentuk not yang

dimainkan secara legato staccato.

Gambar 2.6.1.6 Notasi legato Staccato


(Rewrite :Penulis)

2.5.2 Teknik Pada Tangan Kiri

Teknik pada tangan kiri merupakan teknik Penjarian yang menekan senar

diatas papan penjarian (fingerboard). penjarian pada instrumen dapat disimbolkan

seperti nomor 1 (jari telunjuk), nomor 2 (jari tengah) nomor 3 (jari manis) nomor

4 (jari kelingking) dan nomor 0 berarti senar lepas (open string) atau jari yang

tidak menekan senar. Angka-angka tersebut untuk menentukan atau menandai jari

mana yang akan digunakan ketika memainkan karya musik (Essensial 2004:6).

Gambar 2.6.2.1Posisi Bentuk Penjarian


(Sumber: Essensial Elements String hal. 6)

Teknik slur (Glisando) adalah sebuah teknik mengambil posisi penjarian

dari nada yang satu ke nada berikutnya tetapi menggunakan jari yang sama ketika

memainkannya. Hal ini dilakukan penyaji untuk mendapatkan karakter suara

15
untuk interpretasi Schinder’s List yang menggunakan beberapa nada tetapi

dilakukan pada satu senar saja.

(Gambar : Sumber: Penulis)

Teknik vibra teknik yang menggetarkan sebuah nada pada senar dengan

jari yang dinaikkan sedikit dan diturunkan sedikit sehingga menimbulkan nada

yang bergelombang dari efek naik turunnya sebuah jari. Vibra digunakan penyaji

untuk mendapatkan keindahan dari nada panjang (nada yang lebih dari setengah

ketukan) yang akan dimainkan pada karya Schinder’s List karya John Williams.

Teknik Harmonik (suara nyaring cello) adalah sebuah teknik yang

dihasilkan dengan meletakkan jari tetapi tidak menekan senar sampai papan

penjarian kemudian teknik ini sering dilakukan pada posisi tinggi pada papan

penjarian (fingerboard) dalam instrumen cello. Teknik harmoni digunakan

penyaji dalam memainkan karya Schinder’s List menggunakan jari 4 kemudian

jari 3 sesuai dengan kepentingan penyaji ketika melakukan teknik harmoni.

Bentuk penjarian adalah adalah posisi jari yang diletakkan pada papan

penjarian. Posisi ini digunakan untuk persiapan pada penjarian yang tidak

konvensional. Kemudian setelah melakukan penjarian yang tidak konvensional

pada nada-nada tinggi, pemain cello dapat membentuk kembali posisi yang

teratur.

16
(Gambar : Sumber : Penulis)

17
BAB III

DESKRIPSI PENYAJIAN REPORTOAR

3.1 Schinder’s List karya John Towner Williams

John Williams komponis musik film asal Amerika lahir di NewYork, 2

Agustus 1932. Nama lengkapnya John Towner Williams. Ia pindah ke Los

Angeles bersama keluarganya pada tahun 1984. belajar komposisi musik di

UCLA pada Mario Castelnuovo Tadesco. Ia juga belajar di Juiliard School (New

York) pada Rosalina Lhevinne. schindler’s List merupakan salah satu film

biografi terbaik yang disutradarai Steven Spielberg dan dibintangi oleh Liam

Neeson, Ralph Fiennes, Ben Kingsley, Caroline Goodall dan diproduksi Amblin

Entertainment.

Bentuk penyajian pada Lagu Schindler’s List karya John Williams adalah

solo instrumen cello dengan iringan ansambel musik yang terdiri dari Instrumen

tiup seperti Flute, Clarinet in Bb, Oboe. Pitch perkusi pada Glokenspiel dan

vibraphone, Piano, dan instrumen string yang terdiri dari violin I, Violin II, Viola,

Violoncello, Contrabass. Lagu Schindler’s List bernada dasar F Mayor bertempo

lambat (Lento) dan modulasi ketangga nada C mayor pada birama 44. Lagu

Schindler’s List karya John Williams diawali dengan sukat 3/4 kemudian pada

birama 4 terdapat perubahan sukat pada menjadi 4/4. Sebagai bahan referensi,

penulis melihat youtube tentang permainan dari Tina Guo dengan link

https://youtu.be/aMOObhu2HBg.

18
Teknik permainan dalam karya ini menggunakan teknik menyambungkan

nada (legatosimmo). Teknik penjarian perpindahan posisi menjadi hal yang sangat

penting untuk memainkan karya Schindler’s List. Transisi nada dari nada rendah

ke nada tinggi menjadi karakter dalam lagu Schindler’s List. Kecepatan sebuah

penjarian pada senar untuk mengambil posisi juga dibutuhkan untuk memainkan

lagu Schindler’s List.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis adalah teknik tangan kanan seperti

legato. Teknik ini dibutuhkan pada hampir di semua frase lagu Schindler’s List.

Penjarian pada tangan kiri untuk perpindahan posisi dibutukan rasa untuk

mencapai nada pada papan penjarian (Feeling of Distance) dan jarak antara

sebuah penjarian dari nada yang rendah menuju ke nada yang tinggi. Penulis

mendapati permasalahan juga pada interpretasi, baik dari dinamika, dan karakter

suara untuk memainkan lagu Schindler’s List karya John william.

Gambar 3.5 John Towner Williams


Sumber : http :// John Towner William

3.2 Sonata in E minor Violoncello Op. 38 No.1 Bernhard Romberg

Bernhard Romberg lahir pada tanggal 13 November 1767 di Dinklage,

ayahnya bernama Anton Romberg. Instrumen cello adalah instrumen yang

pertama dipelajarinya. Pada usia 7 tahun Romberg banyak melakukan sebuah

pertunjukan pada instrumen cello. Karena kecintaannya pada dunia musik,

19
Romberg pergi ke Eropa untuk bergabung dengan Munster Court Orchestra.

Romberg sangat aktif dan banyak melakukan pertunjukan bersama Munster Court

Orchestra. Romberg meninggal pada tahun 13 Agustus 1841. Salah satu karyanya

yang sangat terkenal untuk instrumen cello adalah sonata Op.38 in E minor No.1

(Slonimsky, 1971: 256).

Bentuk penyajian yang dibawakan dalam karya Sonata in E minor

Violoncello Op. 38 No. 1 adalah solo cello dengan iringan piano dan dibawakan 3

gerakan. Gerakan pertama Karya Bernhard Romberg bertempo Allegro non

Troppo dengan sukat 4/4, dimainkan dalam tangganada G mayor. Gerakan kedua

Pada karya Bernhard Romberg bertempo Andante Grazioso, dengan sukat 3/4

dimainkan dengan tangganada C mayor. Gerakan ketiga Sonata Bernhart

Romberg kembali lagi pada nada dasar semula yaitu G mayor bertempo rondo

dengan birama 4/4. andate grazioso merupakan sebuah kalimat andate dan

grazioso adalah andante adalah langkah santai sedangkan pengertian grazioso

adalah teknik memainkan melodi dengan gemah-gemulai penuh dengan

keindahan dan dengan tempo santai (Purba 2016:24).

Sebagai bahan referensi, penulis melihat youtube tentang permainan dari

Albert Pascual dengan link https://youtu.be/ru_twbxQ4kk

20
dan Cellopedia https://youtu.be/8aGtL9sZYdU. Albert Pascual dalam

membawakan karya Sonata in E minor karya Bernhard Romberg lebih cepat dari

Cellopedia ketika membawakan karya tersebut. Teknik penjarian dan posisi

penjarian yang dibawakan memiliki kesamaan. Perbedaannya ketika memainkan

sonata tersebut yaitu Albert Pascual bermain dengan menggunakan iringan piano

dan Cellopedia memainkan sonata tersebut tanpa sebuah iringan musik.

Sonata merupakan prinsip utama dalam mengembangkan suatu tema

dalam karya musik pada era Klasik sampai abad ke 20. Berikut adalah

perkembangan bentuk sonata (sonata form) dari abad ke-16 sampai ke-18. Sonata

adalah karya instrumental yang secara keseluruhan terdiri dari tiga atau empat

movement (cyclic treatment) dan tempo dari masing-masing movements adalah

sebagai berikut: I-fast, II-slow, III-fast secara struktutal, susunan variasi dari

masing-masing movements pada sonata (Stein 1979: 151).

Teknik permainan dalam karya ini menggunakan teknik legato, Staccato

dan legato Staccato pada tangan kanan dan penjarian pada tangan kiri seperti

perpindahan posisi dan kecepatan sebuah penjarian pada senar. Ekspresi dalam

lagu ini terdapat pada nada-nada yang tinggi dengan teknik perpindahan posisi.

21
Interpretasi dalam sonata Bernhard Romberg terlihat pada sebuah gesekan pada

tangan kanan dan permainan dinamika seorang solois.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis pada gerakan pertama, kedua dan

ketiga adalah teknik tangan kanan seperti legato, staccato dan teknik pada tangan

kiri penjarian seperti perpindahan posisi dan kecepatan sebuah penjarian. Penulis

juga harus memiliki interpretasi yang digunakan adalah kesiapan mental,

konsentrasi, menghafal sebuah karya, latihan yang rutin pada pengiring. Hal ini

dilakukan penulis untuk mengatasi kegerogian dan meminimalisir kesalahan yang

terjadi ketika melaksanakan pertunjukan nantinya. Harapan penulis dalam sebuah

pertunjukan nantinya. Penulis dapat memaksimalkan teknik permainan pada

Sonata In E minor Op.38 karya Bernhard Romberg yang akan dipertunjukan

nantinya.

Gambar 3.1 Bernharg Heinrich Romberg


(Sumber : http://Bernharg Heinrich Romberg)

3.3 Suita Karya Johann Sebastian Bach

Johann Sebastian Bach (1685- 1750), komponis asal Jerman lahir di

Eisenach, 21 maret 1685. Ia meninggal di Leipzig, 28 Juli 1750 dengan penyakit

serangan otak dan dalam keadaan sangat miskin. Ketika berusia 36 tahun istri

22
bach meninggal dunia dan meninggalkan 4 orang anak yang masih kecil.

Kemudian Bach menikah kembali dengan penyanyi istana yang berusia 20 tahun

yang bernama Anna Magdelena dan dikaruniai 13 orang anak. Bach adalah

seorang pemain organ terkenal pada masanya. Keluarganya banyak berjasa pada

perkembangan musik klasik. Bach sudah yatim piatu pada usia 10 tahun. Saudara

laki-lakinya adalah Johann Christoph yang mengajarinya permainan organ

(Mcneill, 1998: 297).

Bentuk penyajian yang dibawakan dalam karya Suita karya Johann

Sebastian Bach adalah solo instrumen cello tanpa iringan. Dibawakan penyaji

pada gerakan pertama dan kedua. Gerakan pertama adalah suita yang bertempo

moderato, dengan sukat 4/4. Suita dimainkan dalam tangga nada G mayor.

Gerakan kedua Johann Sebastian Bach setelah Suita adalah Allemande bertempo

moderato, dengan sukat 4/4 tetapi karya ini dimainkan dengan cepat karena

terdapat simbol C potong. Dalam hal ini permainan Allamande dilakukan dengan

mempercepat 2 kali dari tempo semula.

Sebagai referensi penulis melihat permainan Ophélie Gaillard pada Link

Youtube: https://youtu.be/poCw2CCrfzA dan Yo-yo ma pada link

https://youtu.be/1prweT95Mo0. Ophélie Gaillard membawakan karya suita

dengan menggunakan interpretasi yang sangat bebas. Interpretasi yang dimaksud

adalah Ophélie Gaillard memainkan karya tersebut dengan merubah tempo pada

bagian-bagian tertentu, kemudian kembali pada tempo semula. Tempo awal yang

dibawakan oleh Ophélie Gaillard tidak terlalu cepat. Berbeda dengan Yo-yo ma

yang membawakan karya suita dengan tempo yang lebih cepat dan hanya sedikit

memperlambat tempo di awal dan di akhir frase.

23
Teknik permainan dalam karya suita karya Johann Sebastian Bach

adalah teknik tangan kanan pada bow yang menggunakan teknik legato (slur) dan

melakukan pergantian senar dengan tempo yang cepat (Crossing String).

Kemudian teknik pada tangan kiri yang menggunakan penahanan sebuah jari yang

membentuk pola penjarian (Freme Finger). Hal dilakukan agar dapat dengan

cepat melakukan perpindahan nada pada string cello, dengan menggunakan jari

yang sama tetapi dengan senar yang berbeda.

Suita adalah sebuah musik tarian dan karya-karya yang didasarkan pada

irama musik tarian dan memiliki beberapa gerakan irama musik pada masa

reneisans, suita sering disusun dalam dua gerakan Pavane dan Galliard, kadang-

kadang dengan bahan tematik yang sama. Perluasan ide pada karya suita dengan

mengumpulkan lebih dari dua gerakan dalam bentuk suita. Suita pertama kali

pada masa barok di Jerman (Mcneil, 1998: 215).

Perkembangan pada musik instrumental pada awal masa barok terlihat

pada unsur teknik, mengimprovisasikan ornamentasi pada melodi dan

menggunakan basso kontinuo sebagai iringan. Unsur kontras dalam susunan

warna orkestrasi dan unsur kontras dalam dinamika menjadi ciri musik pada masa

barok (Mcneill, 1998: 175).

Tingkat kesulitan yang dialami penulis adalah gesekan untuk

perpindahan senar dengan melompati sebuah senar. Kemudian penjarian untuk

memainkan perpindahan nada dari nada rendah dan nada tinggi dengan tempo

yang sangat cepat, membuat bentuk penjarian pada teknik tangan kiri harus

menggunakan penjarian yang tidak konvensional atau terlalu jauh. Sedangkan

tingkat kemudahan yang dialami penulis, adalah penulis dapat dengan mudah

menangkap nada-nada untuk merealisasikannya pada instrumen cello karena

24
nada-nada pada karya suita masih sesuai dengan tangga nada dasar atau nada

dengan interval yang konsonan pada karya Suita Johann Sebastian Bach.

Gambar 3.2 Johann Sebastian Bach


Sumber : http ://J.S Bach

3.4 Rindu Kampung Halaman Komposisi Junita Batubara

Junita Batubara adalah seorang komposer dan pengkaji musik. Beliau

adalah salah satu dosen di Program Studi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas HKBP Nommensen Sumatera Utara. Pada tahun 2016 beliau

mendapat penghargaan dari Kopertis Wilayah I (LLDIKTI-1) sebagai Dosen

Terbaik (Juara 1). Kemudian pada tahun 2016-2018 beliau menjadi dosen

Internasional di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan mendapat

penghargaan sebagai dosen Internasional terbaik di UPSI. Telah banyak karya-

karya komposisi yang dihasilkan beliau baik secara Internasional maupun

Nasional. Karya-karya komposisi terpilih beliau adalah Vio: Opera monolog

(2005), Oprette Multimedia: Butteria & Ladiffa (2007), Hasiholanku (2010),

Musical Drama: Dream a Dream (2009), Dialogue for solo piano (2012), Tjong A

Fie for ensamble (2012), Gerimis for solo piano (2014), Saudara-Saudara Inilah

Cerita for ensamble (2014), Rebawang Malim: Music Programmatic (2017), Roha

Na Marpangkirimon Hangoluan: Theatre musical (2018), Perempuan Tiga

Zaman: Opera Monolog (2019).

25
Gambar 3.4.1 Junita Batubara
Sumber : https://id.linkedin.com/in/junita-batubara

Gambar 3.4.2 Komposisi Junita Batubara


Sumber : Junita Batubara

Bentuk penyajian komposisi Rindu Kampung Halaman diciptakan beliau

dengan format chamber yang terdiri dari instrumen cello, piano keteng-keteng,

piano Instrumen Cello, Piano, Keteng-Keteng dan Gong. Terciptanya Komposisi

Rindu kampung Halaman yang karya Junita Batubara menceritakan sebuah

kerinduan seorang mahasiswa yang merantau ke kota medan untuk mengejar cita-

26
citanya di perguruan tinggi Universitas HKBP Nomensen, ditengah-tengah

kesibukannya menyelesaikan studi, virus Covid-19 melanda di indonesia sehingga

membuat aktivitas pembelajaran tatap muka dihentikan karena mencegah

penyebaran covid-19 di Indonesia. Tidak hanya pada proses pembelajaran tatap

muka, Covid-19 juga membuat sektor ekonomi seperti tranportasi dihentikan.

Akibatnya mahasiswa tersebut tidak dapat pulang kekota asalnya dan berdiam diri

menunggu aktivitas yang biasanya dilakukan normal kembali. Kesulitan yang

dihadapi mahasiswa tersebut membuat kesedihan yang mendalam karena tidak

bisa bertemu dengan keluarga dan kehidupan yang sulit dimasa pandemi.

Komposisi Rindu Kampung Halaman karya Junita Batubara terdiri dari 91

birama dengan menggunakan idiom dari lagu daerah Karo yang berjudul Mejuah-

juah. Karya ini menggunakan bentuk I A B I A C I A D I A dan menggunakan

banyak perubahan tempo diawali dengan tempo Andante (70 detik/Menit) pada

birama pertama, kemudian (85 detik/Menit) pada birama 17), kemudian kembali

pada tempo semula pada birama 33 dilanjutkan dengan perubahan tempo (50

detik/Menit) dengan karakter (Slowly and gentle) pada birama 49, selanjutnya

perubahan tempo (85 detik/menit) pada birama 59 dan terakhir perubahan tempo

Adagio (40 detik/Menit) pada birama 76. Karya ini diciptakan secara sederhana

tetapi memiliki musikalitas tinggi untuk dipertunjukkan dari setiap pemain

instrumental. (Wawancara, Junita, 1 Maret 2021).

Sebagai referensi penulis melihat komposisi-komposisi Junita Batubara

seperti pada Link Youtube : https://youtu.be/Udup3ZfLd-s. Yang

mempertunjukan Drama Musikal Sejarah Penyebaran Agama Kristen di Tanah

Batak oleh I.L. Nommensen. Drama musikal dilakukan dengan musik tradisi dan

27
tor-tor batak toba dan menceritakan budaya dan sejarah Batak Toba dan pengaruh

misionaris yang datang ketanah Batak toba. Selanjutnya pada Link Youtube :

https://youtu.be/FODeig47uF8. Penggabungan Idiom Ritem Taganing Batak

Toba dan Gaya Musik Barat (Western Style) dengan judul koposisi "Gerimis"

dan penggabungan penthatonis jawa yang dimainkan instrumen piano di

Sumatra Conservatoire yang beralamat dijalan Mahoni. Kemudian musik

programa Junita bara Rebawang Malim pada link Youtube

https://youtu.be/3q19x2U-vIM . Komposis yang menceritakan kehidupan

makluk hidup dan pesona alam yang terdapat pada di Tanjung Malim.

Selanjutnya komposisi musik diGital, puisi dan tari yang melibatkan musik

sebagai iringan dengan instrumen string, tiup, perkusi dan paduan suara.

Dengan link Youtube : https://youtu.be/3q19x2U-vIM . Komposisi ini

diciptakan untuk menginspirasi mahasiswa Fakultas seni dan Bahasa

Universitas HKBP Nomensen karena terdiri dari minat utama Komposisi,

Musikologi, Musik Gereja dan Kesenimanan. Penulis melihat komposisi-

Komposisi Junita Batubara agar dapat memahami gaya Teknik komposisi dan

Interpretasi dalam membawakan komposisi Junita Batubara.

Teknik permainan pada komposisi Rindu kampung Halaman karya Junita

Batubara terletat pada kekompakan dari berbagai instrumen untuk menciptakan

estetika yang diharapkan komposer. Interpretasi dan musikalitas yang tinggi

dibutuhkan dari setiap permainan instrumen. Pada intrumen cello teknik

perpindahan posisi pada penjarian tangan kiri, menentukan jari pada posisi

menjadi hal yang penting untuk karakter solo cello pada komposisi rindu

28
kampung halaman dan teknik legato pada karya rindu kampung halaman adalah

hal yang sangat penting untuk dilatih.

Tingkat kesulitan pada komposisi rindu kampung halaman karya Junita

Batubara terletak pada teknik legato gesekan yang lembut, kemudian perpindahan

posisi jari untuk mendapatkan nada yang tepat dan karakter instrumen cello (tone

colour). Tingkat kemudahan pada komposisi Rindu Kampung Halaman karya

Junita Batubara pemain dapat memfeelingkan nada-nada untuk direalisasikannya

pada instrumen cello.

3.5 Nusantaraku (Medley) Aransemen Junita Batubara

Nusantaraku adalah lagu medley yang terdiri dari beberapa lagu daerah

dan lagu wajib Indonesia. Kemudian lagu-lagu tersebut digabungkan menjadi satu

buah lagu yang diaransemen oleh Junita Batubara. Medley nusantaraku terdiri dari

6 lagu daerah dan ditulis 145 birama yaitu Bungong jeumpa yang berasal dari

daerah Aceh, lagu ini mengawali lagu medley nusantaraku dimulai pada birama

13 sampai pada birama 21, Sengko-sengko yang berasal dari daerah Tapanuli lagu

ini dimulai dari birama 25 sampai pada birama 45, Cublak-cublak Suweng yang

baerasal dari daerah Jawa Tengah yang dimulai dari birama 46 ketukan ke 4

sampai pada birama 75. Lagu Bolelebo berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur

yang dimulai dari birama 79 sampai pada birama 98, Yamko rambe yamko berasal

dari daerah Irian Jaya yang dimulai dari birama 103 sampai pada birama 119, dan

diakhiri lagu indonesia Pusaka adalah lagu wajib Indonesia yang dimulai dari

birama 121 ketukan ke 4 sampai pada biama 145. Aransemen Junita Batubara

berdurasi beberapa menit diawali tangga nada C mayor sampai pada birama 78

29
dan berpindah ke tangga nada G mayor pada birama 79 sampai pada birama 98,

kemudian diakhiri pada birama 99 (Wawancara, Junita, 18 Mei 2021).

Bentuk penyajian lagu medley nusantaraku aransemen Junita Barubara

dibawakan dengan format orkestra yang terdiri dari instrumen piano, instrumen

tiup sepertti flute, Clarinet in Bb, alto saxsophone, tenor saxsophone, trompet in

Bb, Pitch perkusi timpani, Wind Chimes, alat musik tradisional seperti keteng-

keteng dan gong, dan instrumen string seperti Violin I, Violin II, Viola, Violon

Cello dan Contrabass. Lagu medley nusantaraku aransemen Junita Barubara

memiliki beberapa perubahan tempo yang diawali dari tempo sedang

(65detik/menit) dengan gaya berani dan lembut (Bravely and Gentle) dengan

sukat 4/4. Kemudian perubahan sukat 1/4 pada birama 21 dengan tempo (75

detik/menit) dan langsung berubah menjadi 2/4 pada birama 22, kemudian

perubahan tempo moderato (108 detik/ menit) pada birama 24, tempo allegro (120

detik/menit) pada birama 46 dengan sukat 4/4, tempo (80 detik/menit) pada

birama 99 dengan sukat 4/4.

Sebagai referensi penulis melihat WhySound official pada Link Youtube :

https://youtu.be/-9o6tqFScGI. Yang membawakan bungong jeumpa dengan

merubah lagu daerah menjadi lagu rock. Kemudian penulis melihat Juniper

Marpaung yang membawakan lagu sengko-sengko dainang pada link Youtube :

https://youtu.be/obf45nymikE. Dibawakan dengan menggunakan musik digital,

penthatonis jawa dengan mengkolaborasikan dengan lagu tradisi batak dengan

sinden jawa. Penulis juga melihat youtube Eki Satria dengan link :

https://youtu.be/1a1UsONBpPU. Cublak Cublak Suweng (Javanesse Traditional

Song). Arranger: Muhammad Adriansyah Ayodhya Symphony Orchestra.

30
Conductor: Eki Satria. Lagu cublak-cublak suweng dibawakan dengan berbagai

variasi musik dan teknik instrumen symphony orkestra. Penulis juga melihat

Youtube Inot Channel pada link : https://youtu.be/zhVXgcCKarQ. Bolelebo yang

dinyanyikan Andmesh Kamaleng pada lagu Bolelebo yang diiringi Orchestra

Wellington yang dipimpin oleh Erwin Gutawa pada link Youtube

https://youtu.be/zu1m46VwCqc. lagu bolelebo ters yang dibawakan dengan

gaya alberti chord pada lagu bolelebo. Lagu yamko Rambe yamko dibawakan

dengan paduan suara dengan iringan musik dari tepukan tangan dan hentakan kaki

dan alt musik perkusi seperti djembe dan lain-lain. Penulis juga melihat Youtube

Iskandar Widjaja pada link : https://youtu.be/tF6MvfiX7JU. Iskandar Widjaja

membawakan lagu Indonesia pusaka dengan solo biola dengan iringan piano.

Teknik permainan pada lagu medley Nusantaraku yang diaransemen Junita

Batubara adalah teknik permainan Staccato, petikan instrumen string (pizzicato),

nada yang disambung (legatosimmo), dan teknik bersaut-sautan yang dilakukan

berbagai instrumen ketika membawakan melodi dasar maupun melodi iringan

(Kanon). Pada instrumen cello teknik yang digunakan membawakan Nusantaraku

aransemen Junita Batubara adalah teknik tangan kanan pada bow yang

menggunakan teknik legato (slur), staccato, dan melakukan pergantian senar

dengan tempo yang cepat (Crossing String). Kemudian teknik pada tangan kiri

yang menggunakan penahanan sebuah jari yang membentuk pola penjarian

(Freme Finger).

Tingkat kesulitan yang dialami penulis pada aransemen lagu Nusantaraku

adalah teknik stacato, dan legato gesekan yang lembut dengan menggunakan vibra

ketika membawakan melodi pada lagu medley Nusantaraku. Kemudian

31
perpindahan posisi jari untuk mendapatkan nada yang tepat dan karakter

instrumen cello (tone colour) menjadi hal yang sangat penting untuk dipersiapkan,

terlebih lagi perpindahan senar dilakukan tanpa merubah karakter suara walaupun

telah mengganti kesenar yang lainnya. Sedangkan tingkat kemudahan yang

dialami penulis, adalah penulis dapat dengan mudah menangkap nada-nada untuk

merealisasikannya pada instrumen cello karena nada-nada pada karya

Nusantaraku masih sesuai dengan tangga nada dasar atau nada dengan interval

yang konsonan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

32
Pembahasan dalam bab IV ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari

rumusan masalah yang telah dijabarkan oleh penyaji pada bab pertama. Setelah

menguasai permainan cello pada karya-karya yang dibawakan pada Sonata

Romberg, Suita, Schinder’s list, Rindu Kampung Halaman, Medley Nusantaraku

pada acara resital 11 Juni 2021. Selanjutnya penulis akan menjelaskan

pengaplikasi teknik instrumen cello pada kelima karya tersebut melalui teknik

pada tangan kanan yaitu teknik senar ganda, Detache, Legato dan Legato

Staccato. Kemudian teknik pada tangan kiri menyerupai teknik pada tangan kanan

seperti teknik senar ganda, teknik slur, teknik vibrato, teknik harmonic, bentuk

jari, perpindahan posisi dan Ekspresi dalam lagu Schinder’s list seperti ornamen

acciaccatura, inverted morden, appoggiatura, dan trill. Kemudian dinamika

yang terdapat pada lagu Schinder’s List adalah forte, mezzoforte, crescendo dan

piano.

Kemudian penyaji akan membahas hasil dari pementasan resital

kesenimanan cello pada tanggal 11 Juni 2021 yang dilaksanakan di Gedung

Auditorium Universitas HKBP Nomennsen Medan. Penyajian karya ini terdiri

dari penataan panggung, pelaksanaan pagelaran, dan pendukung acara.

4.1. Analisa Teknik Permainan Instrumen Cello pada Schinder’s List karya

John Towner Williams

Teknik pada tangan kanan adalah sebuah teknik yang lebih pada

penggunaan alat Gesek (Bow) cello. Teknik permainan dalam karya ini

menggunakan teknik menyambungkan nada (legatosimmo). Teknik penjarian

perpindahan posisi menjadi hal yang sangat penting untuk memainkan karya

33
Schindler’s List. Transisi nada dari nada rendah ke nada tinggi menjadi karakter

dalam lagu Schindler’s List. Kecepatan sebuah penjarian pada senar untuk

mengambil posisi juga dibutuhkan untuk memainkan lagu Schindler’s List.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis adalah teknik tangan kanan seperti

legato. Teknik ini dibutuhkan pada hampir di semua frase lagu Schindler’s List.

Penjarian pada tangan kiri untuk perpindahan posisi dibutukan rasa untuk

mencapai nada pada papan penjarian (Feeling of Distance) dan jarak antara

sebuah penjarian dari nada yang rendah menuju ke nada yang tinggi. Penulis

mendapati permasalahan juga pada interpretasi, baik dari dinamika, dan karakter

suara untuk memainkan karya Schindler’s List karya John william.

Gambar 4.1.1 Basic melodi l karya Schinder’s List


pada birama 5 ketukan ke 4 sampai pada birama 11 ketukan Ke 3
(Rewrite: Penulis)

4.1.1 Teknik Pada Tangan Kanan pada Karya Schinder’s List

Detache adalah jenis gesekan yang dalam setiap gesekannya tidak ada

tekanan dan efek apapun, yaitu hanya gesekan yang sederhana dengan

menempatkan hair bow secara penuh dengan arah bow naik dan turun. Detache

dapat dimainkan di bagian manapun pada bow, dengan gesekan panjang atau

pendek (Galamian, 1962: 67).

34
Gambar 4.1.1.1 Teknik Detache karya Schinder’s List pada Birama 20 sampai pada birama 21
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.1.2 Teknik Detache karya Schinder’s List


pada Birama 47 ketukan ke 2 sampai ketukan ke 4
(Rewrite: Penulis)

Legato adalah suatu gesekan yang memainkan dua not atau lebih

disambung dalam satu gesekan dengan arah bow turun atau naik, dan

kemungkinan bagian manapun dari area sebuah bow dapat digunakan untuk

melakukan legato (Galamian, 1962: 71).

Gambar 4.1.1.3 Teknik legato karya Schinder’s List pada Birama 6, 7, 8, 9 10


(Rewrite: Penulis)

35
Gambar 4.1.1.4 Teknik legato pengulangan melodi dengan nada lebih tinggi satu oktaf
karya Schinder’s List pada Birama 16 sampai pada birama 19
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.1.5 Teknik legato pada pengembangan melodi


karya Schinder’s List pada Birama 26 ketukan ke 3 sampai pada birama 32 ketukan ke 3
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.1.6 Teknik legato pada pengembangan melodikarya Schinder’s List pada Birama 33
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.1.7 Teknik legato pada pengembangan melodikarya Schinder’s List pada Birama 33
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.1.8 Teknik legato pada pengembangan melodi karya Schinder’s List

36
pada Birama 40 sampai pada birama 45
(Rewrite: Penulis)

4.1.2 Teknik Pada Tangan Kiri pada Karya Schinder’s List

Teknik pada tangan kiri merupakan teknik Penjarian yang menekan senar

diatas papan penjarian (fingerboard). penjarian pada instrumen dapat disimbolkan

seperti nomor 1 (jari telunjuk), nomor 2 (jari tengah) nomor 3 (jari manis) nomor

4 (jari kelingking) dan nomor 0 berarti senar lepas (open string) atau jari yang

tidak menekan senar. Angka-angka tersebut untuk menentukan atau menandai jari

mana yang akan digunakan ketika memainkan karya musik (Essensial 2004:6).

Teknik slur (Glisando) adalah sebuah teknik mengambil posisi penjarian

dari nada yang satu ke nada berikutnya dapat menggunakan jari yang sama

maupun jari yang berbeda ketika memainkannya. Hal ini dilakukan penyaji untuk

mendapatkan karakter suara dan interpretasi dari lagu Schinder’s List yang

menggunakan beberapa nada tetapi dimainkan pada satu senar saja.

Gambar 4.1.2.1 Teknik mengambil posisi penjarian yang berbeda jari 1 dan2 dengan
menggunakan teknik slur pada karya Schinder’s List
pada birama 4 ketukan ke 4 sampai pada birama 5
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.2.2 Teknik mengambil posisi dengan penjarian yang sama pada jari 1 dengan
menggunakan teknik slur naik pada karya Schinder’s List
pada birama 10 ketukan ke 4 sampai pada birama 11
(Rewrite: Penulis)

37
Gambar 4.1.2.3 Teknik mengambil posisi penjarian yang sama pada jari 1 dengan menggunakan
teknik slur turun pada karya Schinder’s List pada birama 12 ketukan ke 4
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.2.4 Teknik mengambil posisi dengan penjarian yang sama pada jari 3 dengan
menggunakan teknik slur naik pada karya Schinder’s List
pada birama 17 ketukan ke 2 up dan ketukan ke 3
(Rewrite: Penulis)

Bentuk penjarian adalah adalah posisi jari yang diletakkan pada papan

penjarian. Posisi ini digunakan untuk persiapan pada penjarian yang tidak

konvensional. Kemudian setelah melakukan penjarian yang tidak konvensional

pada nada-nada tinggi, pemain cello dapat membentuk kembali posisi yang

teratur.

Gambar 4.1.2.5 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 18 ketukan ke 3
(Rewrite: Penulis)

38
Gambar 4.1.2.6 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 28 ketukan ke 3
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.2.7 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 28 ketukan ke 3
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.2.8 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 39 ketukan ke 2
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.2.9 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 39 ketukan ke 3 up
(Rewrite: Penulis)

39
Gambar 4.1.2.10 Teknik yang membentuk pola penjarian pada birama 45 ketukan ke 3 up
(Rewrite: Penulis)

Teknik vibra adalah teknik yang menggetarkan sebuah nada pada senar

dengan jari yang dinaikkan sedikit dan diturunkan sedikit sehingga menimbulkan

nada yang bergelombang dari efek naik turunnya sebuah jari. Vibra digunakan

penyaji untuk mendapatkan keindahan dari nada panjang (nada yang lebih dari

setengah ketukan) seperti pada birama 7 ketukan ke 3, birama 13, birama 15,

birama 21, birama 23, birama 25, birama 3 ketukan ke 3,dan birama terakhir.

Vibra juga digunakan mengawali frase pada birama 5 ketukan ke 4 sampai pada

birama 6, pada birama 11 ketukan ke 4 sampai pada birama 12, pada birama 14,

pada birama 15 ketukan ke 4 sampai pada birama 16, pada birama 17, pada

birama 34, 44, 46 sampai birama 48. Vibra tersebut dimainkan penyanyi untuk

memperindah ketika membawakan lagu Schinder’s List karya John Williams.

Teknik Harmonic (Suara Nyaring Cello) adalah sebuah teknik yang

dihasilkan dengan meletakkan jari tetapi tidak menekan senar sampai papan

penjarian kemudian teknik ini sering dilakukan pada posisi tinggi pada papan

penjarian (fingerboard) dalam instrumen cello. Teknik harmoni digunakan

penyaji dalam memainkan karya Schinder’s List menggunakan jari 4 kemudian

jari 3 sesuai dengan kepentingan penyaji ketika melakukan teknik harmoni.

40
ambar 4.1.2.4 Teknik harmonic pada karya Schinder’s List
pada birama 16 ketukan pertama dan ke 2
(Rewrite: Penulis)

4.1.3 Teknik Interpreatasi, Dinamika dan ornamen pada Karya Schinder’s

List

Dinamika pada lagu Schindler’s List karya John william adalah Forte (f)

yang artinya keras, Mezzoforte (mf) adalah nada yang dimainkan tidak terlalu

keras, Mezzopiano (mp) adalah nada yang dimainkan tidak terlalu lembut

Pianissimo (pp) nada yang dimainkan sangat lembut, dan Fortissimo (ff) adalah

nada yang dimainkan sangat keras. Fortepiano adalah nada yang dimainkan

diawali dari piano kemudian langsung melembut. Cressendo yang dimainkan

semangkin lama semangkin keras, decressendo yang dimainkan semangkin lama

semangkin lembut Berikut adalah potongan nada yang menggunakan dinamika

dalam memainkan lagu Schindler’s List karya John william yaitu:

Gambar 4.1.3.1 Birama 15 menunjukkan Dinamika Mezzoforte


(Rewrite: Penulis)

41
Gambar 4.1.3.2 Birama 26 menunjukkan Dinamika Mezzoforte
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.3 Birama 30 menunjukkan Dinamika Mezzoforte


(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.4 Birama 30 menunjukkan Dinamika Mezzoforte


(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.5 Birama 5 ketukan ke 4 menunjukkan Dinamika Mezzopiano


(Rewrite: Penulis)

42
Gambar 4.1.3.6 Birama 42 menunjukkan Dinamika Mezzopiano
(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.7 Birama 33 ketukan pertama up menunjukkan Dinamika piano


(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.8 Birama 44 ketukan pertama up menunjukkan Dinamika piano


(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.1.3.9 Birama 34 menunjukkan Dinamika forte


(Rewrite: Penulis)

43
Gambar 4.1.3.9 Birama 40 menunjukkan Diminuendo
(Rewrite: Penulis)

Ornamentasi atau tanda hiasan pada Schindler’s List karya John william

adalah ornamentasi Trill, Acciaccatura dan Appogiatura semuanya dalam bentuk

notasi balok. Trill adalah pergantian yang cepat antara not dasar dan satu not di

atas. Trill dimainkan dengan memulai not diatas not yang mendapat tanda Trill.

Trill biasanya dimainkan dengan memulai pada not yang mendapat tanda Trill.

Simbol trill menggunakan tulisan kecil di atas not berupa tulisan huruf (tr) kecil.

Acciaccatura adalah not kecil yang muncul tepat saat sebelum jatuhnya ketukan. 

Acciaccatura dituliskan dengan sebuah not kecil yang diberi tanda garis miring.

Ornamen ini masih berbentuk sama seperti Acciaccatura hanya saja pada

Appoggiatura penulisannya tidak menggunakan garis miring seperti sebuah not

yang dicoret. Bentuk not nya pun sama masih menggunakan not 1/8.

Gambar 4.1.3.9 Birama 40 ke 4 menunjukkan Appoggiatura


(Rewrite: Penulis)

44
4.2 Bagian yang sulit dan cara mengatasinya pada lagu Schindler’s List karya

John william

Dalam mengatasi teknik-teknik yang sulit pada Schindler’s List karya

John william, penulis melatih dengan cara memainkan tangga nada dan etude

untuk mengatasi teknik sulit yang terdapat pada karya tersebut :

Melatih tangga nada F dan C mayor dari tempo lambat sampai pada tempo

yang sangat cepat.

Gambar 4.2.1 Menunjukan Tangga nada F mayor 2 oktaf


(Rewrite: Penulis)

Gambar 4.2.2 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf


(Rewrite: Penulis)

45
Melatih tangga nada C mayor dengan teknik Staccato dari tempo lambat

sampai pada tempo yang sangat cepat. Tahapan ini perlu dilatih agar memudahkan

pemain dalam memainkan karya Schinder’s list tersebut pengunaan tangga nada

ini digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada lagu tersebut

sebuah lagu.

Gambar 4.2.3 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf dengan teknik Staccato
(Rewrite: Penulis)

Melatih tangga nada C mayor dengan teknik Legato dari tempo lambat

sampai pada tempo yang sangat cepat. Penulis melatih dengan cara memainkan

sebuah tangga nada C Mayor dengan tempo yang lambat menjadi cepat kemudian

ritme dikembangkan oleh penulis.

Gambar 4.2.4 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf dengan teknik Staccato
(Rewrite: Penulis)

46
Melatih tangga nada C mayor dengan teknik Detache dari tempo lambat

sampai pada tempo yang sangat cepat.

Gambar 4.2.5 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf dengan teknik Detache
(Rewrite: Penulis)

Melatih tangga nada F dan C mayor dengan teknik Detache dari tempo

lambat sampai pada tempo yang sangat cepat kemudian menggunakan posisi jari

pada posisi I dan III. Melalui penjarian tersebut menyaji dapat menentukan

penjarian pada instrumen cello ketika memainkan Schinder’s List.

Gambar 4.2.6 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf dengan teknik penjarian dan posisi
(Rewrite: Penulis)

47
Gambar 4.2.7 Menunjukan Tangga nada C mayor 2 oktaf dengan teknik penjarian dan posisi
(Rewrite: Penulis)

4.3 Pementasan Resital

Selanjutnya penulis akan membahas hasil dari pementasan resital

kesenimanan flute yang akan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2021 yang

dilaksanakan di Gedung Aditorium Universitas HKBP Nommensen Medan.

Penyajian karya ini terdiri dari penataan panggung, pelaksanaan pagelaran, dan

pendukung acara.

4.3.1 Penataan Panggung

Penataan panggung menjadi bagian yang berperan penting dalam

pagelaran sebuah karya kesenimanan cello ini. Panggung ditata sedemikian rupa

dengan mengatur posisi pemain ansambel gesek dibagian tengah panggung.

Penataan panggung dibantu oleh tim stambuk 2017 dan teman-teman Mahasiswa

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nomensen Medan. Penataan

panggung pada acara resital tersebut dilengkapi dengan spanduk dan backgraop

panggung berisikan tanggal resital, waktu, lokasi diadakannya resital serta judul

48
karya yang dibawakan sesuai urutan yang dimainkan. Panggung resital dapat

dilihat pada gambar ini.

4.3.2 Pelaksanaan Pagelaran

Pertunjukan acara resital ini dilaksanakan pada Senin, 11 Juni 2021 di

Gedung Utama Serba Guna Universitas HKBP Nomennsen. Pertunjukan ini

dilaksanakan di hadapan Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni Musik, Ketua

Program Studi Seni Musik, Dosen Pembimbing, Dosen Penguji serta Orangtua

dan undangan yang hadir dalam acara tersebut. Berikut ini dapat dilihat hasil

penyajian dan beberapa gambar pelaksanaan pertunjukan karya kesenimanan

cello.

Pada proses pelaksanaan resital dimulai dengan beberapa tahap (1)

memilih pemain, (2) menyusun jadwal latihan, (3) mencari tempat latihan, (4)

melakukan latihan sebanyak lima kali. Latihan pertama dan latihan yang kelima

diadakan di fakultas bahasa seni ruangan Beethowen.

Resital dilaksanakan di Gedung Auditorium Universitas HKBP

Nomennsen Medan pada tanggal 11 Juni 2021 Pukul 15.00 WIB-Selesai.

1. Schindler’s List karya John Williams

Bentuk penyajian pada Lagu Schindler’s List karya John Williams adalah

solo instrumen cello dengan iringan ansambel musik yang terdiri dari Instrumen

tiup seperti Flute, Clarinet in Bb, Oboe. Pitch perkusi pada Glokenspiel dan

vibraphone, Piano, dan instrumen string yang terdiri dari violin I, Violin II, Viola,

49
Violoncello, Contrabass. Lagu Schindler’s List bernada dasar F Mayor bertempo

lambat (Lento) dan modulasi ketangga nada C mayor pada birama 44.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis adalah teknik tangan kanan seperti

legato. Teknik ini dibutuhkan pada hampir di semua frase lagu Schindler’s List.

Penjarian pada tangan kiri untuk perpindahan posisi dibutukan rasa untuk

mencapai nada pada papan penjarian (Feeling of Distance) dan jarak antara

sebuah penjarian dari nada yang rendah menuju ke nada yang tinggi.

Gambar 4.3.2.1 Penyajian Schindler’s List karya John william


(Sumber : Penulis)

2. Sonata in E minor Violoncello Op. 38 No.1 Bernhard Romberg

50
Bentuk penyajian yang dibawakan dalam karya Sonata in E minor

Violoncello Op. 38 No. 1 adalah solo cello dengan iringan piano dan dibawakan 3

gerakan. Gerakan pertama Karya Bernhard Romberg bertempo Allegro non

Troppo dengan sukat 4/4, dimainkan dalam tangganada G mayor. Gerakan kedua

Pada karya Bernhard Romberg bertempo Andante Grazioso, dengan sukat 3/4

dimainkan dengan tangganada C mayor. Gerakan ketiga Sonata Bernhart

Romberg kembali lagi pada nada dasar semula yaitu G mayor bertempo rondo

dengan birama 4/4.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis pada gerakan pertama, kedua dan

ketiga adalah teknik tangan kanan seperti legato, staccato dan teknik pada tangan

kiri penjarian seperti perpindahan posisi dan kecepatan sebuah penjarian. Penulis

juga harus memiliki interpretasi yang digunakan adalah kesiapan mental,

konsentrasi, menghafal sebuah karya, latihan yang rutin pada pengiring. Hal ini

dilakukan penulis untuk mengatasi kegerogian dan meminimalisir kesalahan yang

terjadi ketika melaksanakan pertunjukan nantinya.

51
Gambar 4.3.2.5 Penyajian Sonata in E minor Violoncello
Op. 38 No.1 Bernhard Romberg
(Sumber : Penulis)

3. Suita Karya Johann Sebastian Bach

Bentuk penyajian yang dibawakan dalam karya Suita karya Johann

Sebastian Bach adalah solo instrumen cello tanpa iringan. Dibawakan penyaji

pada gerakan pertama dan kedua. Gerakan pertama adalah suita yang bertempo

moderato, dengan sukat 4/4. Suita dimainkan dalam tangga nada G mayor.

Gerakan kedua Johann Sebastian Bach setelah Suita adalah Allemande bertempo

moderato, dengan sukat 4/4 tetapi karya ini dimainkan dengan cepat karena

terdapat simbol C potong.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis adalah gesekan untuk perpindahan

senar dengan melompati sebuah senar. Kemudian penjarian untuk memainkan

perpindahan nada dari nada rendah dan nada tinggi dengan tempo yang sangat

cepat, membuat bentuk penjarian pada teknik tangan kiri harus menggunakan

penjarian yang tidak konvensional atau terlalu jauh. Sedangkan tingkat

52
kemudahan yang dialami penulis, adalah penulis dapat dengan mudah menangkap

nada-nada untuk merealisasikannya pada instrumen cello karena nada-nada pada

karya suita masih sesuai dengan tangga nada dasar atau nada dengan interval yang

konsonan pada karya Suita Johann Sebastian Bach.

Gambar 4.3.2.3 Penyajian Suita Karya Johann Sebastian Bach


(Sumber : Penulis)

4. Rindu Kampung Halaman Komposisi Junita Batubara

Bentuk penyajian komposisi Rindu Kampung Halaman diciptakan beliau

dengan format chamber yang terdiri dari instrumen cello, piano keteng-keteng,

piano Instrumen Cello, Piano, Keteng-Keteng dan Gong. Terciptanya Komposisi

Rindu kampung Halaman yang karya Junita Batubara menceritakan sebuah

kerinduan seorang mahasiswa yang merantau ke kota medan untuk mengejar cita-

citanya di perguruan tinggi Universitas HKBP Nomennsen.

53
Komposisi Rindu Kampung Halaman karya Junita Batubara terdiri dari 91

birama dengan menggunakan idiom dari lagu daerah Karo yang berjudul Mejuah-

juah. Karya ini menggunakan bentuk I A B I A C I A D I A dan menggunakan

banyak perubahan tempo diawali dengan tempo Andante (70 detik/Menit) pada

birama pertama, kemudian (85 detik/Menit) pada birama 17), kemudian kembali

pada tempo semula pada birama 33 dilanjutkan dengan perubahan tempo (50

detik/Menit) dengan karakter (Slowly and gentle) pada birama 49, selanjutnya

perubahan tempo (85 detik/menit) pada birama 59 dan terakhir perubahan tempo

Adagio (40 detik/Menit) pada birama 76. Karya ini diciptakan secara sederhana

tetapi memiliki musikalitas tinggi untuk dipertunjukkan dari setiap pemain

instrumental.

Tingkat kesulitan pada komposisi rindu kampung halaman karya Junita

Batubara terletak pada teknik legato gesekan yang lembut, kemudian perpindahan

posisi jari untuk mendapatkan nada yang tepat dan karakter instrumen cello (tone

colour). Tingkat kemudahan pada komposisi Rindu Kampung Halaman karya

Junita Batubara pemain dapat memfeelingkan nada-nada untuk direalisasikannya

pada instrumen cello.

54
Gambar 4.3.2.4 Penyajian Rindu Kampung Halaman Komposisi Junita Batubara
(Sumber : Penulis)

5. Nusantaraku (Medley) Aransemen Junita Batubara

Bentuk penyajian lagu medley nusantaraku aransemen Junita Barubara

dibawakan dengan format orkestra yang terdiri dari instrumen piano, instrumen

tiup sepertti flute, Clarinet in Bb, alto saxsophone, tenor saxsophone, trompet in

Bb, Pitch perkusi timpani, Wind Chimes, alat musik tradisional seperti keteng-

keteng dan gong, dan instrumen string seperti Violin I, Violin II, Viola, Violon

Cello dan Contrabass. Lagu medley nusantaraku aransemen Junita Barubara

memiliki beberapa perubahan tempo yang diawali dari tempo sedang

(65detik/menit) dengan gaya berani dan lembut (Bravely and Gentle) dengan

sukat 4/4. Kemudian perubahan sukat 1/4 pada birama 21 dengan tempo (75

detik/menit) dan langsung berubah menjadi 2/4 pada birama 22, kemudian

perubahan tempo moderato (108 detik/ menit) pada birama 24, tempo allegro (120

55
detik/menit) pada birama 46 dengan sukat 4/4, tempo (80 detik/menit) pada

birama 99 dengan sukat 4/4.

Tingkat kesulitan yang dialami penulis pada aransemen lagu Nusantaraku

adalah teknik stacato, dan legato gesekan yang lembut dengan menggunakan vibra

ketika membawakan melodi pada lagu medley Nusantaraku. Kemudian

perpindahan posisi jari untuk mendapatkan nada yang tepat dan karakter

instrumen cello (tone colour) menjadi hal yang sangat penting untuk dipersiapkan,

terlebih lagi perpindahan senar dilakukan tanpa merubah karakter suara walaupun

telah mengganti kesenar yang lainnya.

Gambar 4.3.2.5 Penyajian Nusantaraku (Medley) Aransemen Junita Batubara


(Sumber : Penulis)

4.3.1 Pendukung acara

56
Pendukung dalam karya kesenimanan instrumen cello ini adalah teman-

teman musisi kota Medan dan alumni Fakultas Bahasa dan Civitas Seni

Universitas HKBP Nommensen Medan, Dosen Mayor Putra Sihombing, Sound

System, para pemain musik Chamber yaitu: Sopian Loren Sinaga, MC teman-

teman angkatan 2017. Beserta adik-adik junior yang ikut serta membantu.

Dafatar Nama Pemain karya Shinderlist

Nama Pemain Peranan

Sopian Loren Sinaga Conduktor

Arisenta Ginting Solois Cello

Salmon Siahaan Violin I CM


Bony Turnip Violin I
Suci Maulida Violin I
Lulu Simanjorang Violin I
Novriansyah Violin II
Andreas Sinaga Violin II
Indra Panjaitan Violin II
Ridho Surya Violin II
Lydia Viola
Roni Viola
Robinhot Gulo Cello
Santo Sitanggang Contra Bass
Trisa marpaung Flute
Bella Sidabutar Clarinet
Andre Sebayang Oboe
David Boy Nainggolan Piano

Jodi Natanael pandia Gloken Spiel

Jodi Natanael pandia Vibraphone

57
Daftar Nama Pemain karya Sonata Romberg

Nama Pemain Peranan

Arisenta Ginting Solois Cello

David Boy Nainggolan Piano

Daftar Nama Pemain Suita

Nama Pemain Peranan

Arisenta Ginting Solois Cello

Daftar Nama Pemain Rindu Kampung Halaman

Nama Pemain Peranan

Arisenta Ginting Solois Cello

David Boy Nainggolan Piano

Julius Sembiring Keteng-keteng

Jodi Natanael Sembiring Gong

Daftar Nama Pemain karya Nusantaraku

Nama Pemain Peranan

Sopian Loren Sinaga Conduktor

Arisenta Ginting Solois Cello

Salmon Siahaan Violin I CM


Bony Turnip Violin I

58
Suci Maulida Violin I
Lulu Simanjorang Violin I
Andreas Sinaga Violin II
Novriansyah Violin II
Indra Panjaitan Violin II
Ridho Surya Violin II
Lydia Viola
Roni Viola
Robinhot Gulo Cello
Santo Sitanggang Contra Bass
Trisa marpaung Flute
Bella Sidabutar Clarinet
Andre Sebayang Oboe
Lukman Alto Saxs

Riky Limbong Tenor Saxs

Fila Depari Trompet

Piter Tua Tapi Nyala Trombone

David Boy Nainggolan Piano

Jodi Natanael pandia Timpani

Jodi Natanael pandia Win Chaemd

Julius Sembiring Keteng-keteng

Jodi Natanael Sembiring Gong

59
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Lagu Schindler’s List karya John william ini merupakan karya yang sangat

terkenal dan sudah banyak dimainkan diberbagai pertunjukan dan resital. Dalam

karya ini terdapat banyak teknik yang digunakan baik pada tangan kiri seperti

penjarian, posisi penjarian, bentuk penjarian maupun tangan kanan seperti

gesekan legato, staccato, dan detache. Selain itu interpretasi pada Lagu

Schindler’s List karya John william sangat dibutuhkan melalui Dinamika seperti

piano, forte, mezzoforte, mezzopiano.

Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan oleh penulis, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan yaitu membawakan Lagu Schindler’s List karya

John william pada instrumen cello mengunakan teknik tangan kanan dan teknik

tangan kiri serta interpetasi baik dari dinamika dan ornamen ketika membaakan

karya tersebut. Setelah menganalisa teknik-teknik yang terdapat pada Lagu

60
Schindler’s List karya John william, tingkat kesulitan teknik penjarian pada Lagu

Schindler’s List karya John william adalah teknik pembentukan jari, sehingga

penyaji harus menentukan penjarian terlebih dahulu dan menggunakan penjarian

yang konvensional. Kemudian teknik perpindahan posisi dengan menggunakan

penjarian yang sama (Shifting) harus dikuasai oleh penyaji sehingga penyaji harus

melatih jarak antara nada yang rendah ke nada yang dituju pada papan

fingerboard. Selanjutnya pembentukan sebuah jari dilakukan penyaji pada bagian-

bagian transisi dan nada-nada yang cepat sehingga dalam merubah penjarian

penyaji dapat dengan mudah merubahnya,

untuk teknik pernafasan, ambasir dan posisi bermain flute (angel) dan

interpretasi adalah hal sangat dibutuhkan dalam membawakan lagu Quartett karya

Wolfgang Amadeus Mozart seperti, Dinamika, teknik tiupan Legato, Staccato,

Legato Staccato dan ornamen yang terdapat pada lagu Quartett karya Wolfgang

Amadeus Mozart. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan sebuah karya

musik adalah menguasai bahan lagu dan cara mengkonsep sebuah pertunjukan

untuk memberikan penyajian yang maksimal kepada pendengar, dan seorang

penyaji harus mengerti cara melatih dan kesulitan-kesulitan yang terdapat pada

sebuah karya, baik dari sebuah teknik maupun interpretasi serta mengkordinir

pertunjukan dengan melibatkan orang lain baik sebagai pemain musik untuk

membantu penyaji memainkan sebuah karya musik maupun untuk

mempersiapkan sebuah pertunjukan.

61
teknik tiupan Legato, Staccato, Legato Staccato dan ornamen yang

terdapat pada lagu Quartett karya Wolfgang Amadeus Mozart. Hal yang perlu

diperhatikan dalam menyajikan sebuah karya musik adalah menguasai bahan lagu

dan cara mengkonsep sebuah pertunjukan untuk memberikan penyajian yang

maksimal kepada pendengar, dan seorang penyaji harus mengerti cara melatih dan

kesulitan-kesulitan yang terdapat pada sebuah karya, baik dari sebuah teknik

maupun interpretasi serta mengkordinir pertunjukan dengan melibatkan orang lain

baik sebagai pemain musik untuk membantu penyaji memainkan sebuah karya

musik maupun untuk mempersiapkan sebuah pertunjukan

Sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah penjarian penyanji mengikuti

pola penjarian yang konvensional. Dalam pendekatan penjarian penyaji

menggunakan teknik penjarian untuk mempermudah mempermudah memainkan

lagu Schindler’s List karya John william.

di dalamnya mengandung maksud yang dapat lebih jauh lagi yaitu

interpretasi musik. Penjarian sama halnya menginterpretasi sebuah karya, karena

selain penjarian tersebut harus mudah dibaca, dalam penjarian juga tidak boleh

menghilangkan artikulasi musik. Oleh karena itu penjarian adalah salah satu cara

untuk membantu pemain dalam menyampaikan interpretasi musik.

5.2 Saran

Adapun beberapa kendala yang dialami penulis selama proses persiapan

dalam membawakan Quartett karya Wolfgang Amadeus Mozart ini adalah teknik-

teknik yang digunakan dalam membawakan karya Quartett karya Wolfgang

Amadeus Mozart. Untuk mengatasinya penulis berusaha untuk mempelajari dan

62
melatih teknik-teknik tersebut secara berulang-ulang agar dapat menguasai teknik

tersebut dan dapat dimainkan secara baik. Terlebih lagi waktu latihan dan

persiapan dengan team pengiring yang sangat sedikit dan tidak berjalan sesuai

waktu yang telah ditentukan karena kesibukan beberapa pemain.

Berdasarkan kendala yang dialami, penulis memberikan beberapa saran

kepada :

1. Pemain flute berikutnya agar mempelajari teknik dan melatih teknik yang sulit

yang digunakan dalam dalam karrya Quartett karya Wolfgang Amadeus Mozart

sebelum memainkan secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar dapat

menginterpretasikan sebuah karya musik dengan baik.

2. Seorang pemain flute harus aktif dalam kegiatan pertunjukan musik khususnya

alat musik tiup (Woodwind dan Brass) agar menambah referensi ketika

memainkan sebuah karya musik. Selain itu, agar sering mengikuti kegiatan

diskusi Workshop musik serta aktif dalam kegiatan resital agar dapat mengetahui

hal-hal yang diperlukan dalam kegiatan resital.

3. Intitusi/lembaga agar mengutamakan pemahaman teknik-teknik dalam bermain

flute sebelum memainkan karya musik khususnya Quartett karya Wolfgang

Amadeus Mozart.

4. Masyarakat yang ingin mempelajari permainan flute, agar mengetahui dan

memahami teknik-teknik dasar terlebih dahulu dan teknik-teknik yang diperlukan

dalam memainkan sebuah karya musik. Sehingga dapat menyampaikan

interpretasi kepada pendengar melalui sebuah karya musik khususnya Quartett

karya Wolfgang Amadeus Mozart.

63
DAFTAR PUSTAKA

64
Ascher, S., & Pincus, E. 2007. The Filmmaker’s Handbook, New York : Penguin
group.
0
Astuti, Kun Setyaning. 2001. Optimalisasi Kerjasama antar Anak Didik dalam
Pembelajaran Musik. Yogyakarta: Program Studi Seni Musik. FBS UNY.

Budhiana, IGN Wiryawan. 2001. Eksplorasi Idiom Musik Bali dalam Konserto
Biola Karya IGN Wiryawan Budhiana. Tesis Program Pasca Sarjana.
Universitas Gadjah Mada.

Bima Sakati, Gagana. 2016. Makalah Seni Musik Klasik. Ngawen : SMA N 1
Ngawen

Case, Alexander U. 2007. Sound Fx : Unlocking The Creative potential of


Recording Studio Effects. Burlington, MA : Elsevier, Inc.

Dikara, E Dhiauddin Djawas. 2014 Teknik Bermain Cello “Concerto No. 1 in C


Mayor Bagian Pertama“ Karya Franz Joseph Haydn. Departemen
Pendidikan Musik Fakultas Pendidikan Seni Dan Desain Universitas
Pendidikan Indonesia:Jakarta

Galamian, Ivan. 1962. Principles of Violin Playing & Teaching, Third Edition,
Prentice Hall, New Jersey.

Gulo, Robinhot. 2018. Analisa Teknik Permainan Solo Cello 1 Pada Lagu
Concerto In G Minor, Rv 531 Per 2 Cello Perhatian Khusus pada bagian
Allegro karya Antonio Vivaldi. Skripsi Universitas HKBP Nomensen
Fakultas Bahasa dan Seni Medan : UHN Official.

Hasyimkan, Riyan Hidayahtullah. 2016 Dasar-Dasar Musik. Yogyakarta :


Penerbit Arttex.

Herfurth, C. Paul. 1961. A First Book for Cello Instrction. Boston : Boston Music
CO.,

Higgins, John. 2004. Essential Elements for Strings. United States : Leonard
Corporation.

Maemonah, Siti. 2015. Bentuk Penyajian Kesenian Rebana AL-HUSNA Desa


Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Jurusan Pendidikan
Seni Drama, Tari, Dan Musik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas
Negeri Semarang.

Martopo, Hari. 2000. Programatisme Dalam Musik Instrumental Era Romantik.


Yogyakarta : Harmonia.

65
McNeill, Rhoderick J. 1998. Sejarah Musik Jilid 2. Jakarta: PT.BPK Gunung
Mulia.

Michael Allen, Robert Gillespie, Pamela Tellejohn Hayes, et al, 2004 Essential
Book Cello, Hal Leonardd Corporation.

Purba, Imelda Oka. 2019. Jurnal Penciptaan dan Pengkajian. Program Studi Seni
Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas HKBP Nommensen.
Vol. 1/03/2017 ISSN 2407-2508.
Purwadarminto, W.J.S (1985) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Balai Pustaka.

Prier, KE, Sj. 2007. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Prier, KE, Sj. 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Rink, Jhon. 2002. Musical Performance. London: Cambridge University Press.

Shang, Jinghan. 2019. Analysis of Movie Music from the Perspective of Aesthetics
of Music College of Humanities & Sciences of Northeast Normal
University Changchun. China: Published by Atlantis Press.

Slonimsky, Nicolas. 1971. Baker’s Biographical Dictionary of Musicians. New


York. G Schirmer.

Sonnenschein, D. (2001) Sound Design : The Expressive Power of Music, voice,


and Sound Effects in Cinema, Studio City, CA: Michael Wiese Production

Susetyo, Bagus. 2007. Menggali Lebih Dalam Tentang Musik. Jakarta: PT.
Grafinda Persada.

Syafiq, Muhammad. 2003. Ensiklopedia Musik Klasik. Yogyakarta: Adicita Karya


Nusa

Stein, Leon. 1979. Structure and Style: The study and analysis of musical forms.
Expanded Edition. United State of America: Summy-Birchard Incorporation.

Zebua, Suwarta.2007. Diktat PIM I Cello. Universitas Negeri Yogyakarta.

66
Sumber Internet

https://youtu.be/YYz6GOZVH4M
https://youtu.be/b3ccexaoqTk
https://youtu.be/cN_fxN-LU74
https://youtu.be/cTPpN-Hnjis
https://youtu.be/iwF5fDjfBX8
https://youtu.be/aMOObhu2HBg
https://youtu.be/cLgJQ8Zj3AA

67

Anda mungkin juga menyukai