Anda di halaman 1dari 14

Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra.

Rithaony
Hutajulu

THE ANTHROPOLOGY OF MUSIC


(ALAN P. MERRIAM)
BAB V
SINESTESIA DAN MODALITAS INTERSENSI

Masalah sinestesia dan modalitas intersensi termasuk dalam rubrik


umum konsep yang mendasari sistem musik, dan melibatkan pertanyaan yang
muncul untuk mempertimbangkan berbagai masalah musik dan bahasa, estetika
dan interelasi diantara seni. Meskipun studi langsung sintesis dan modal itas
inersensi tidak dapat dilakukan pada lintas budaya, namun topik ini
memperkenalkan permasalahan ketertarikan utama bagi etnomusikolog,
permasalahan yang lebih rentan terutama terhadap serangan melalui penelitian
etnomusikologi. Salah satu artikel utama dalam bidang ini yang merangsang
jumlah spekulasi dan eksperimentasi tertentu disumbangkan oleh etnomusikolog
Erich M. Von Hornbostel, tetapi koleganya tidak dapat mengikutinya.
Sinestesia ini termasuk di dalam bidang psikologi dan juga telah
digunakan terutama oleh psikolog; tentu saja, ada fenomena dari sebuah
persepsi. Secara historis, juga telah memperlihatkan kepada psikolog Gestalt
dengan penekanan atas pola organisasi dari pengalaman yang diberikan
fenomena pada suatu perhatian dan tidak mengejutkan dalam pandangan fakta
tentang keterlibatan dalam sintesis, secara teoritis dan juga hubungan yang telah
ada.
Sinestesia juga didefinisikan dalam sejumlah cara. Tiffin dan Knight,
misalnya, mengacu kepada kesalahan dalam menstimualsi satu organ sensorik
sebagai stimulasi yang lain tetapi tentu menggunakan kata “kesalahan’ yang
tidak terlihat sebagai apropos, untuk fenomena yang tidak tergantung pada error

1
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

tetapi tergntung pada interesponse dari sebuah pengertian. Morgan menyentuh


definisinya dalam istilah yang berbeda : Fenomena yang dialami oleh beberapa
orang dimana sensasi tertentu (seperti warna) termasuk dalam satu indera,
terlihat secara beraturan ketika rangsangan itu muncul (seperti bunyi) dari
sesuatu bidang indera lain yang telah diterima. Kata-kata yang lebih ekonomis
adalah Carl Seashore, yang mendefinisikan sinestesis sebagai ‘pengalaman
sensasi terkait ketika sensasi lainnya distimulasi”. Seashore memisahkan
sinestesia tersebut ke dalam dua bagian yang lebih mendalam dan perwujudan
yang lebih spesifik: Chromestehsia adalah pengalaman warna ketika organ atau
indera lainnya ketika telinga distimulasi’. Meskipun kita harus kembali pada
permasalahan ini, namun perlu dicatat disini bahwa ada terlihat perbedaan yang
jelas antara sintesis yang benar atau asli di mana beberapa transfer akan dialami
secara aktual pada seseorang, dan pada sinestesia terpadu dimana
perpindahannya dapat dibuat secara artificial (buatan) tetapi tidak dapat dialami
secara nyata.
Definisi ini termasuk apa yang telah dikutip di atas, menunjukkan
bahwa ada sejumlah aspek terhadap kajian sinestesia dan kesimpulan ini
ditanggung oleh pengujian dari berbagai pendekatan eksperimen yang telah
dilakukan di masa lalu. Dalam hal ini juga ada berbagai jenis pendekatan,
meskipun semuanya jelas berada dalam rubrik yang umum.
Yang pertama dari hal ini adalah sinestesia yang terjadi ketika
terekspose pada stimulasi alam satu bidang tertentu tetapi tentu akan menerima
dan melakukan eksperimen yang merangsang keterkaitan dengan bidang
pengertian yang lainnya. Contoh terbaik yang diketahui dari sinestesia klasik ini
terjadi ketika subjek yang mendengarkan musik dan pada saat yang sama melihat
warna; dan ini telah dilaporkan, diantara berbagai yang lainnya. Dalam semua
kasus, pengertian visual dari subjek ini adalah stimulasi dari resepsi
pendengaran, bukti yang mengarah pada fakta bahwa ini adalah fenomena yang

2
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

dialami dan dirasakan tanpa hubungan sadar dengan yang lain. Demikian juga
telah diadakan pada berbagai frekwensi dalam proses yang sama sebagaimana
dilaporkan oleh reichard, Jakobson dan Werth yang merupakan sisi fonetik
dibandingkan dengan musik ada jenis pengalaman warna. Dalam kasus ini, siswa
dalam satu kelas Riechard menemukan sedikit hal terkait kecelakaan dalam
berbagai jenis sinestesia dan seringkali penelitian dilakukan untuk beberapa
kasus. Dalam cara yang umum, Whorf memulai berkomentar atas sintesis
bahasa, merujuk pada berbagai contoh, vokal (seperti dalam kata ayah), o, u
adalah berkaitan dengan tes laboratorium, dengan rangkaian yang lebih baik.
Jenis kedua dari sinestesia terjadi ketika disamping rangsangan
pengertian, B, pada stimulus pengertian asli, A, meningkatkan ketajaman
persepsi dari A. Eksperimen klasik dari fenomena ini juga telah dilaksanakan
oleh Hartman. Dalam bagian keduanya, hartman merancang eksperimen dimana
subjek akan melihat melalui satu mata dalam berbagai bagian yang telah
mengatur apa yang dinyatakan sebagai satu bagian tunggal. Dengan bergerak
satu bujur sangkar spekulasi ini bekerja secara visual dan ini merupakan tugas
subjek untuk mengatakan peneliti dengan keberadaan moment dimana kuadrat
itu terpisah dalam visi dan dalam kondisi yang telah ada. Setelah mendapatkan
distribusi respon dalam kondisi ini, Hartman memperkenalkan rangsangan dari
pengertian selain dari visual; ini termasuk nada musik pada 2100 vps dan 180
vps dengan aroma citronelol yang menyenangkan dan aroma sylenol yang
kurang menyenangkan, tekanan dari batang yang ditematkan pada sisi kiri, dan
rasa sakit dari sebuah kondisi kepanikan. Masing-masing di perkenalan terpisah
ke dalam eksperimen sebagai stimulus tambahan terhadap visi dan Hartmann
menemukan ketajaman yang tidak dapat dielakkan terhadap rangsangan visual
yang disertai oleh stimuli lainnya. Ada beberapa perbaikan dalam kinerja visual
dalam berbagai hal yang memang telah diadakan.

3
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

Dalam eksperimen lainnya, Hartmann (1934) melaksanakan tes


Seashore dari kemampuan musik terhadap sejumlah lulusan menggunakan
faktor-faktor diskriminasi nada dan intensitas. Test ini akan diberikan sebuah
kondisi dan intensitas cahaya yang berbeda-beda dalam sebuah ruangan; ini
berubah dari maksimum 510 watt hingga kondisi segelap mungkin. Hartman
menyimpulkan bahwa penanganan statistik disini mengikuti apa yang
diperlihatkan sebagai efisiensi pendengaran... maka akan lebih baik hingga tiga
persen dalam cahaya pada kegelapan. Dalam jumlah mutlak terdapat perbedaan
yang kecil, tetapi tentu harus memenuhi tes konvensional yang lebih handal.
Terlihat bahwa ada berbagai korelasi tertentu diantara prestasi yang
lebih baik dan juga dengan stimualsi tambahan dari pengertian yang telah
dikembangkan. Fenomena tertentu ini termasuk dalam rubrik (kolom, bagian)
umum sinestesia yang mungkin dapat disebut sebagai stimualsi intersensi untuk
membedakannya dari sinestesia sebagaimana dibahas di atas.
Jenis sinestesia ketiga yang saya sebutkan disini adalah perpindahan
intersensi, yang terjadi ketika presentasi rangsangan dari satu area dapat
ditunjukkan di indra area kedua dengan hubungan yang diakui, fenomena ini
tentu dibagi ke dalam dua tipe yang berbeda, kedua adalah memiliki satu
subdivisi.
Yang pertama, transfer intersensi dapat dibawa keluar secara kreatif,
yaitu ketika subjek diberikan rangsangan dalam satu area pengertian dan diminta
untuk menekankannya pada yang lain. Beberapa eksperimen dirancang oleh
Wilmann (1944), yang mengirimkan empat gambar visual kepada sejumlah
standar yang telah dibuat.
Karakteristik tertentu akan ditemukan secara umum yang lebih
dominan di dalam tema untuk setiap disain dan karakteristik yang lebih dominan
ini adalah berbeda dan dinyatakan berbeda dengan yang lain menurut tanda-
tanda dimana tema itu dituliskan. Hasil ini adalah otoritas esensial setelah

4
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

pemeriksaan tema, dari berbagai pengamatan dari skor, dari katalogi elemen
yang ditemukan dalam berbagai thema atau dari pengecekan karakteristik yang
telah didengar dalam tema oleh auditor. Karakteristik dalam tema untuk setiap
disain adalah :

Disain A
Secara umum dupole dan regular dalam pola ritmik, tempo yang
sedang dan lambat, medium atau keras dalam dinamikanya bahkan dalam pola
metode dan juga desisif dalam karakter.

Disain B
Secara umum, tripola dan regular dari pola ritmik, tempo sedang,
ringan atau medium dalam dinamikanya, bahkan ada aliran dalam pola melodi
dan sedikit terhadap karakternya.

Disain C
Secara umum duple dan sincopasi dalam pola ritmik, sedang atau cepat
dalam temponya, keras atau dinamika yang baik, diarahkan pada pola melodi
dan agitasi dan keputusan yang lebih sering dalam mood atau karakter.

Disain D
Secara umum duple dan sinkopasi tetapi juga seringkali bersifat triple
dalam pola ritmik, tempo yang cepat, keras dan dinamik yang naik, serta pola
melodi naik dan turun dan impetus atau desisif dan tanpa diam untuk berbagai
karakter.
Wilmann telah membuat perbedaan lanjutan antara respon thematik
dari komposer popular versus standar dan menyimplkan :

5
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

Ada pelaksanaan dari desain abstrak terhadap resultan thema musik


ketika thema itu terdiri dari berbagai desain. Ini menyediakan implikasi dari
produk kreatif yang dipengaruhi oleh disain abstrak atau kemungkinan berbagai
objek visual lain ketika desain atau objek ini digunakan sebagai stimulus oleh
pekerja kreatif.
Dalam kasus ini, subjek akan bekerja dari gambaran grafis dari bunyi
musik, tetapi proses ini diarahkan dengan baik seperti dalam kasus wanita yang
dilaporkan oleh Piaget yang mengungkapkan Simfoni C Minor Betthoven dalam
kelompok dari empat lukisan sefia.
Transfer intersensi terjadi dalam konteks lain disamping sisi kreatif
dan ini tentu disebut sebagai kesesuaian persepsi. Dalam kasus ini, eksperimen
dilakukan melalui presentasi misalnya dari berbagai rentang nada dan berbagai
tentang warna dengan subjek yang mengharapkan tanggung jawab permesinan
yang telah ada.
Eksperimen klasik dari tipe ini dilakukan oleh Omwake (1940), yang
menunjukkan serangkaian nada yang dimainkan apa piano hingga lima ratus dan
lima puluh lima hingga anak usia sekolah. Disetiap nada terlihat ada permainan
khusus dan dia memperhatikan adanya dividen ke dalam sisi merah, biru, hitam
dan kuning. Nada ini digunakan sebagai berikut :
1. E – E kedua diatas C tengah
2. G – G ketiga di bawah C tengah
3. F tajam – dibawah C tengah
4. C – C kedua dibawah C tengah
5. G – dibawah C tengah
6. C tajam – C kedua tajam di atas C tengah
7. D – D kedua di atas C tengah
8. A – A kedua diatas C tengah

6
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

Subdivisi dari berbagai jenis eksperimen yang sama ditemukan dalam


kasus yang mengembangkan nada yang diprestasikan dan menjadi subjek yang
dipertanyakan untuk merespon tanpa pilihan yang dijelaskan oleh peneliti;
dengan kata lain, ketika situasi itu buatan, subjek akan diberikan potensi
rentangan bebas. Beberapa ekseprimen adalah dikemukan oleh Odbert, Karwoski
dan Ekreson yang memainkan sepuluh seleksi dari seni musik Western dan
mempertanyakan subjek untuk menjelaskan mood yang telah dipikirkan :
1. Subjek yang didorong untuk menghubungkan warna dengan musik dari
respon yang sama dengan subjek yang memberikan reaksi terhadap musik.
2. Subjek yang tidak setuju terhadap mood dari trend seleksi untuk melaporkan
warna berbeda dari seleksi.
3. Warna yang diberi nama dengan seleksi adalah berhubungan secara
sistematis pada beberapa mood seleksi.
4. Ketika subjek itu diminta menamai warna yang terbaik dengan kata mood
yang sama, dengan hasil yang sama seperti yang diperoleh dengan
penggunaan musik.
Pada suatu saat kita mulai mendekati sisi yang lebih berhubungan
dengan divisi akhir dari sintesis, yaitu modalitas intersensi, tetapi sebelum
mempertimbangkan materi ini dan kita harus kembali pada pembahasan
permasalahan dalam paragraf yang terjdi.
Pertama adalah apakah ada perbedaan antara apa yang kita sebutkan
sebagai suatu yang benar untuk sinestesia yang baik dan dengan jelas
mengembangkan sebuah kasus tersendiri. Kerr dan Peat misalnya melaksanakan
eksperimen dirancang untuk mendorong subjek mengembangkan berbagai hal
yang terbaik dalam perbedaan antara eksperimen dan kadangkala sintesis ini
dapat dirasakan.
Sementara mahasiswa pada awal sintesis cenderung menjelaskan
berbagai keberadaan persentase yang besar dari subjek yang diuji dan kemudian

7
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

pada penelitian dengan membedakan antara sintesis yang benar yang enggan
untuk menjelaskan berbagai persentase kasus dalam kategori yang telah ada.
Bila perbedaan antara sinestesia yang benar dan dipaksakan dapat
diterima, maka kita harus menyimpulkan bahwa contoh ini ditentukan dan
barangkali lebih bersifat simbolisme dari pada fenomena sintesis. Beberapa
bukti lanjutan dapat dikutip oleh Farnsworth yang mengembangkan hubungan
visualsiasi oleh Rimsky – Korsakov dan Scriabian.
Kemungkinan bahwa sisi yang lebih rinci dan dalam pengertian
tertentu beberapa peningkatan laporan eksperimentasi dalam bidang modalitas
intersensi adalah diberikan oleh Edmond dan Smith di tahun 1923.
eksperimenter ini memperlihatkan subjek dengan berbagai interval dan juga
memberikan instruksi untuk menemukan kata sifat yang akan mencirikan dan
menjelaskannya. Dari berbagai subjek, empat responden ini memberikan
instruksi dengan berbagai hasil.
Oktaf. A, “halus, seperti permukaan jendela kaca”, ; Be, “halus, seperti
baja yang dipoles”; Bi, “Halus, pengalaman yang utuh seperti satu catatan;” M,
“halus seperti rasa es krim dalam mulut, atau sentuhan kaca yang sudah
dipoles”, Mayor ketujuh : A, “Astringent, seperti rasa persimmon”; Ba, “gritty,
seperti perasaan benda butiran yang tajam kecil;” Bi, “astringent, seperti vinegar
atau cuka yang kuat atau alum;”, M “kasar, berujung, efek menggigit seperti
astringent kuat”. Mayor keenamm: A, “manis, memuaskan tanpa dimakan;” Ba,
“astringent, intermitent dari puckeriness yang berkaitan dengan kekasaran; “Bi,
“kaya, lusiousn45ess; “H: Lusius seperti melownes yang manis;’” M, “Manis,
seperti aroma buah, kaya lembut dalam pengertian aroma”., Sempurna kelima; A
“pipih seperti pohon yang pipih, tanpa tubuh apa adanya”; Ba, “pipih:, Bi”
hollow, kosong tanpa tubuh”; M, “Hollow, seperti pohon yang pipih ata u gua”
seperti bunyi yang dihasilkan dengan memukul kotak kayu pipih; sempurna
keempat: A, “kasar, seperti eprasan kertas pasir kasar, “Bna, “kasar, seperti

8
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

perasaan permuakan bulir yang kasar;” Bi, “kasar, dengan astringensi yang
kecil, tebal dan berat; “ M, “kekasaran tertentu, kaya, berminyak, keras,
bergumpal”. Mayor ketiga: A, “ melow, seperti gigitan pada apel yang sangat
masak;” Ba, “tehbal, seperti sup kacang;l “Bi” lusious seperti peach untuk rasa’
M, mellow seperti buah manisan atau lembut. Mayor kedua: A, “grity, seperti
rasa adanya gelembung kecil di angan atau grapenut pada mulut” Ba, “kasar,
“Bi, grity, seperti pasir pada gigi seseorang;” M, gritty seperti kertas pasir.
Ini tidak terlalu penting untuk menunjukkan permasalahan yang
muncul dengan mengejutkan sesuatu sebagai respon subjek yang dilaporkan oleh
Edmond dan Smith. Apa yang sangat penting disini adalah pembentukan
eksperimenal dari fakta modalitas itnersensi, setidaknya dalam kultur dunia
barat. varietas respon bahasa terhadap bunyi, gambar terhadap pinjaman dari
pengertian aural adalah sesuatu yang bersifat heterogenitas dan ini menjadi
bagian dari terminologi yang deskriptif.
Tetapi apa yang menjadi pertanyaan dari aplikasi litnas budaya dari
konsep modalitas intesensi ? C.F. Voegelin (komunikasi personal) juga telah
mengemukakan bahwa ada suatu konsep dalam budaya yang lain, salah satu
yang dapat mendekati pertanyaan dengan mencari hal pertama pada ucapan
paralel. Bila kita menemukan istilah biru yang diterapkan pada bunyi musik
dalam bahasa yang lain, kita kemungkinan dapat meneliti berbagai konsep
budaya yang akan memberikan koneksi antara dua jenis pengalaman yang ada.
Kesulitannya adalah bahwa informasi itu adalah suatu total kekurangan
melalui adanya beberapa hal yang telah dikembangkan. ketika misalnya,
menunjukkan Ashanti yang mengacu kepada musik sebagai musik keras, konteks
dari referensi yang belum diketahui. Diantara Bashi, referensi itu adalah dibuat
terhadap apa yang disebut nada tinggi sebagai nada kecil atau lemah dan apa
yang kita sebut sebagai nada rendah sebagai nada besar dan kuat, dan traeey
melaporkan adanya kegunaan yang sama untuk chopi. Walter Iven mencatat

9
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

untuk Lau dari pulau solomon bahwa “dalam bernyanyi, nada rendah disebut
bulu (hitam), dan nada tinggi disebut kwao (putih).” Nama-nama ini diambil
dari tanda arang yang dibuat pada papan untuk menunjukkan tune : gerakan
menurun yang dahsyat menjadi hitam dan cahaya yang muncul sebagai putih.
Nikiprowetzky, juru bicara Mauritania secara umum menambahkan hubungan
warna dengan gaya musik.
Dalam gaya yang berbeda ada dua cara kinerja yang ada “putih dan
hitam. Yang terakhir disebut Lekhal yang lebih disukai oleh orang Griot karena
memungkinkan efek spektakular – spanning suara dengan siaran dan nada yang
lebih panjang, dll.
Juga ada cara putih atau lebih adalah yang didorong oleh orang yang
berpendidikan. Ini lebih dekat dengan tradisi Arab dan menghasilkan kinerja
yang lebih halus dan bernyanyii.
Sangat dimungkinkan agar kinerja secara umum begerak dari satu cara
ke cara yang lain.
Diantara Bayongye, dengan siapa saya memberikan perhatian terhadap
permasalahan modalitas itu adalah nada tinggi kecil (lupela) dan nada rendah
besar (lukata). Sebagian istilah yang saling berhubungan juga digunakan oleh
bayongye, tetapi hal ini lebih bersifat individual dari pada istilah yang
digunakan oleh kelompok. Sehingga informan akan berkeinginan menggunakan
istilah ‘keras’ untuk menyuarakan instrumen musik tetentu seperti kertak kertuk,
drum yang terbelah, dan juga loncong ganda. Informan lainnya juga mengunakan
istilah halus untuk menyanyikan apa yang dikatakan bila musik itu tidak halus
maka penari tidak dapat menari dengan baik; tetapi kesulitannya adalah istilah
yang digunakan, kutala, yang tidak menterjemahkan secara akurat sebagai arti
halus demikian juga informan lain yang menggunakan istilah keras dalam
mengacu kepada musik. Karena selalu bergerak dan tidak penah terabaikan. Dan
akhirnya, satu musisi profesional menjelaskan kelompok musik sebagai sesuatu

10
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

yang bermain dan bernyanyi dengan baik untuk boiling akisakila, tetapi tentu
uraian dari istilah ini bersifat tentatif dan adalah terkontradiksi oleh sejumlah
musisi.
Leonard Meyer (1956) juga menunjukkan sesuatu yang lebih tentatif
yang diyakini ada sebuah fenomena modalitas intersensi yang umum dalam
pemikiran kultur musisi di dunia, tetapi tidak jelas apakah referensi ini adalah
secara khusus mengarah pada transfer lingusitik dari pada asosiasi dari sifat
umum pengalaman musik dan bukan musik. Secara pasti, bukti yang muncul ini
adalah menunjukkan pengalihan bahasa pada cakupan yang dilaporkan oleh
Edmond dan Smith untuk budaya yang tidak ada di mana-mana dengan melihat
beberapa hal penting dalam aplikasi permaslahan.
Adanya modalitas intersensi dalam kosakata budaya kita yang
mengarah pada pengamat kepada empat jenis spekulasi menyangkut tingkat
kepentingannya. Kerr dan pears (1932) menyatakan secara khusus bahwa
mereka menyebut penggunaan senyuman atau metafora yang dikenal sebagai
pintu masuk bagi sintesis. Kita mengingatkan disini penggunaan kosnep
kecerahan Hornbostel yang digunakan oleh Hartman sebagai kunci bagi
pengantar varietas sintesis yang ada serta pengalaman. Dengan kata lain,
mahasiswa ini mengarah kepada keberadaan sintesis dan intensitas modalitas
yang menunjukkan hubungan antara keduanya, meskipun tidak terlalu jelas apa
yang telah ada. apakah kita menggunakan modalitas yang intersensi dalam
bahasa kita karena pengetahuan pengalaman sintesis yang benar atau adanya
modalitas itnensif dalam profusi yang menunjukkan sintesis induksi secara
budaya yang jatuh pada realitas pengalaman simbolisme yang kuat.
Bila kita menerima pandangan modalitas intersensi itu muncul
sederhana dari kemiskinan bahasa, maka terlihat bahwa kita mendorong untuk
menerima sisi yang berlawanan, bahwa dalam budaya yang ada, beberapa
Basongye, dimana modalitas intersensi tidak digunakan, kita harus berhubungan

11
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

dengan bahasa yang bukan bahasa improvisasi. Hal ini tentu membawa kita
kepada sebuah kesimpulan bahwa Basongye haruslah memiliki terminologi yang
berbeda dan dapat digunakan untuk berbagai hal yang lain sebagaimana
digunakan untuk menjelaskan musik dalam unit generik dan juga digunakan
sebagai seni visual dan juga unit umum, demikian juga tidak dalam kasus. Tanpa
Basogye yang mengunakan modalitas intersensi dalam cara tertentu tetapi ada
suatu istilah yang mengarah ada musik dan juga seni visual, misalnya pada
beberapa hal tertentu yang telah diuraikan. Musik dan seni akan dijelaskan
sebagai bibuwa, istilah yang merujuk pada mutu kebaikan dalam objek yang
tidak dapat diabaikan. Tidak ada penjelaan Stevenson mengapa istilah tetentu
akan dipilih untuk uraian tertentu. ide modalitas sitnensita disini diarahkan pada
kemiskinan bahasa sebagai penyebab yang diarahkan pada pendekatan ketiga.
Pendekatan ini terkait dengan elaborasi ekstrim pada budaya kita dan
barangkali kultur Timur Jauh dan dekat temasuk ide estetika. Demikian juga
kosnep ini kita akan membantu sistem kompleks dari spekulatif dan juga
pemikiran filosofi yang digambarkan dalam ratusan buku dan artikel yang
diarahkan pada subjek,. Kita mengemukakan tujuan seni, serta isi simboliknya,
perbedaan antara murni yang bertolak belakang dengan seni terapan, fungsi
seni dan diatas segalanya itu apa yang menjadi ko nsep pengertian estetika. Kita
telah menciptakan penilaian verbal disekitar estetika dan tentu menjadi bagian
perjuangan yang disajikan dalam penggunaan modalitas. estetika ini menjadi
subjek yang lebih kompleks dan kita mengembangkan bahasa kita kepada apa
yang disebut pengalaman estetika dan disini ada kemiskinan Stevenson bahasa
dalam ide yang akan dimainkan. Ada beberapa pertanyaan apakah ini dirujuk
sebagai bahasa kemiskinan atau kompleksitas ide, tetapi tentu menekankan
pengunaan antara artistik dan bahasa yang dibentuk melalui elaborasi konsep
estetika.

12
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

Untuk pengetahuan terbaik, kultur atau budaya selain dari pada budaya
yang kita miliki dan mereka yang memiliki budaya timur jauh dan dekat tidak
menganggap dirinya lebih estetika untuk beberapa pendekatan pada cakupan
yang sama. bekerja diantara navaho, Mcallester menemukan suatu
ketidakmungkinan untuk memisahkan apa yang dirasakan dari nilai estetika dari
apa yang disebut fungsional, dan dalam penelitian sersingkat kita mencapai
keesimpulan yang sama untuk Apache. Beberapa pekerjaan saya dengan
Basongye dan diantara Flathead Indian juga mengarahkan saya untuk
menyimpulkan bahwa konsep estetika adalah lebih teas, dan terutama dapat
dibandingkan dengan ide elaborasi yang telah ada. kita akan kembali pada
permasalahan dalam pembahasan nilai estetika.
Aplikasi akhir dinyatakan oleh sebagian yang berhubungan dengan
sintesis dan juga barangkali terutama dengan modalitas intersensi adalah untuk
menggunakan fenomena ini sebagai ilustrasi dari kesatuan atau interelasi dari
seni. Kemudian akan disebut sebagai artikel awa ldari Hornbostel yang berjudul
kesatuan pengertian yang diringkaskan di bawah ini.
Karena adanya sensasi yang perseptibel hanya bila itu terbentuk, maka
kesatuan pengertian itu diberikan dari permulaan yang awal. Dan secara
bersama - sama dengan kesatuan seni. Seni itu akan berkembang dalam beberapa
bagian dari seni yang telah ada. dalam beberapa masker tarian atau tarian
topeng, musik dan lukisan, patung dan seni puisi, adalah tidak dapat dipisahkan
dari satu seni dengan seni yang lainnya, warna dan bentuk adalah masih
diarahkan pada aksi manusia dan dalam pengertian kosmik yang telah ada.
Bergerak dari prinsip modalitas, Curt Sachs juga mengemukakan
berbagai hubungan seni yang telah ada.
Melodi seringkali dikatakan menjelaskan garis atau kelengkungan yang
dapat bersifat halus atau tidak, orchestrasi yang memberikan warna warna
tersendiri dan juga orchestrator yang telah memiliki palette yang tersusun baik

13
Teori dan Metode Etnomusikologi 3, Dra. Rithaony
Hutajulu

atau tidak. Pelukis pada sisi lain, juga memiliki nada atau tidak memiliki nada;
lukisan dengan cahaya adalah tinggi dalam kunci atau pitch dan salah satunya
adalah dengan cahaya yang rendah. untuk metafora yang berkembang dan ada
beberapa kata musik dan luksian, bahasa ini diarahkan pada sejumlah
semimetafora yang terus diarahkan pada bentuk seni dengan seni serta
menyaksikan keberadan dari stock umum dari mutu yang membangun seni;
bentuk dan struktur, simetris, irama, warna, kejelasan, gerakan dan sejumlah
lainnya.

14

Anda mungkin juga menyukai