Anda di halaman 1dari 3

ICHSAN

1830125512

Jurnal yang berjudul “if a tree falls in an empty forest : Problematization


of liveness in mixed-music performance” merupakan sebuah penelitian studi kasus
kolektif yang bersifat eksploratif. Penelitian ini berangkat dari kegelisahan penulis
sebagai seorang komposer musik campuran1. Musik campuran merupakan
gabungan antara musik dengan menggunakan instrumentasi dan musik elektronik
dengan sistem komputasi. Musik campuran bisa pula disebut perpaduan antara
musik akustik dan musik akusmatik. Di awal, penulis mempertanyakan bahwa
dapatkah karya - karya musik campuran tersebut masuk dalam kategori liveness -
merujuk pada persoalan autentisitas. Anggapan umum yang menyebut musik
campuran sebagai musik yang tidak autentik dikarenakan adanya penggunaan
musik komputasi didalamnya, juga pada argumen bahwa penemuan komputer
telah mengubah sifat dasar liveness.

Reflektif

Minat peneliti dalam komposisi musik campuran dan wacana liveness


mendorong untuk mengidentifikasi fokus penelitian dan pemilihan sampel.
Dengan kata lain, pengalaman hidup penelitilah yang kemudian menggiringnya
pada pertanyaan penelitian ini.
Pertanyaan utama dalam penelitian ini dimulai dengan
memproblematisasi apakah ada jenis liveness lain dalam musik campuran?
(dipertanyaan ini masih bisa dijawab ya atau tidak)
Dengan memeriksa status musik campuran sebagai musik live.
Pertanyaan utama dalam penelitian ini menunjuk pada teori secara eksplisit.
Ketika memfokuskan penelitian pada kasus liveness dalam musik campuran,
cukup membantu peneliti untuk mempersempit penyelidikannya. Pertanyaan
utama dan fokus penelitian tersebut membantu penulis dalam penentuan aspek
teoritis dan metodologis yang akan digunakan. Salah satu aspek suatu pertanyaan
dikategorikan sebagai pertanyaan yang baik adalah jika pertanyaan tersebut
mengundang eksplorasi dan temuan. Pada tahap ini, penulis memenuhi kriteria
tersebut.
Pertanyaan utama dari penulis telah mengandung unsur teoritis terlebih
dahulu terkait wacana liveness, penulis merujuk konsep liveness dari Auslander
yang membahas tentang seni dalam budaya mediasi (baca : teknologi). Sedangkan
pada aspek metodologis, penulis memilih tiga kasus dari pertunjukan karya-karya

1 Dalam artikel ini dipakai istilah Mixed-Music, untuk seterusnya, istilah


tersebut ditulis dengan istilah musik campuran.
musik campuran yang merupakan karyanya sendiri, karya-karya yang dipilih
merupakan tiga karya dengan gaya berbeda. Selanjutnya, data yang dikumpulkan
berdasarkan respon audiens yang hadir dalam pertunjukan tersebut. Data pada
respon audiens tersebut nantinya dipakai dalam mengeksplorasi kemungkinan
jenis liveness yang lain (baru) dalam musik campuran.
Adapun sub-pertanyaan yang muncul dari pertanyaan utama tersebut adalah
apa yang dikatakan live pada musik campuran, dimana pertunjukan musisi
secara langsung dan musik yang dimediasi oleh komputer dipadukan? Sub
pertanyaan ini terkesan masih cukup luas, meskipun sedikit menunjukkan tingkat
fokus yang dititik beratkan pada musik campuran dalam konteks liveness. Sub
pertanyaan ini yang menggiring peneliti dalam mempertanyakan dan mencari
otentisitas dari musik campuran dengan mengembangkan pertanyaan bahwa
Apakah interaksi antara pertunjukan siaran langsung (akustik) dan musik
elektronik (akusmatik) adalah musik yang otentik?

Cukup sulit untuk mendeteksi pertayaa ini reflektif atau tidak????

Selanjutnya, pertimbangan etis terhadap subjek penelitian pada penelitian


ini tidak ditemukan, hal ini dikarenakan proses pengumpulan data dan pemaparan
data yang dilakukan oleh peneliti terhadap audiens musik campuran tidak
digambarkan secara eksplisit, melainkan langsung pada penjelasan atau gambaran
luas terkait kecenderungan respon para audiens.
Selain sebagai penelitian studi kasus, penelitian ini juga dapat digolongkan
sebagai pendekatan etnometodologi. Alasannya adalah, studi ini berkaitan dengan
bagaimana audiens membangun realitas dalam memaknai pertunjukan musik
campuran. Mengeksplorasi tiga karya musik campuran dengan tiga kasus berbeda
dalam rangka menemukan realitas baru dalam wacana liveness - salah satunya
terdapat pada seperti apa pemahaman dan pemaknaan “nowness” bagi audiens
musik campuran.
Jika disimplifikasikan, pada bagian pertama artikel ini berisi tentang
pemeriksaan status musik campuran sebagai seni live. Bagian kedua
memperkenalkan argumen seputar kausalitas dalam liveness dan musik campuran;
memeriksa argumen tentang instrumentalitas, tinjauan umum tentang liveness,
dan estetika musik eksperimental. Bagian tiga membahas masalah teknis yang
menggali persepsi liveness dalam musik campuran. Bagian empat mengemukakan
pembingkaian liveness sebagai masalah autensitas dalam pertunjukan. Bagian
lima menguraikan tiga penjelasan studi kasus, yang menggunakan estetika musik
eksperimental untuk menggali liveness dalam konteks musik campuran.
The presence of a human performer who makes actions during a
performance which changes the real sounding nature of the music.

Kehadiran pemain manusia yang membuat aksi selama pertunjukan


yang mengubah sifat musik yang nyata terdengar.

Emmerson appears to find that definition unsatisfactory, but given


the impossibility of an ontologically secure ‘liveness’, it seems that this is a
good place to start, and to experiment with what can be live.

Emmerson tampaknya menemukan definisi itu tidak memuaskan,


tetapi mengingat ketidakmungkinan 'liveness' yang aman secara
ontologis, tampaknya ini adalah tempat yang baik untuk memulai, dan
untuk bereksperimen dengan apa yang bisa live.

KAUSALITAS

. Ini bukan masalah semata, tetapi menyoroti lagi estetika tertentu yang
menghargai sebab akibat, bahwa apa yang tidak disadari penonton tidak akan
memengaruhi mereka

Anda mungkin juga menyukai