Tinjauan Integratif Konsep, Manfaat, Dan Pembelajaran Musik Improvisasi Bebas
Tinjauan Integratif Konsep, Manfaat, Dan Pembelajaran Musik Improvisasi Bebas
Pembimbing:
Dr. phil. Yudi Sukmavadi, M.Pd.
NIP. 197303262000031003
Prof. Juju Masunah, M.Hum., Ph.D.
NIP. 1963 0517 19003 2001
2022
II
III
IV
Terakhir, penulis meminta maaf atas kesalahan, kekurangan, serta perkataan yang
kurang tepat atau kurang sopan yang telah dicantumkan dengan sengaja maupun
dengan tidak sengaja dalam tesis ini. Melalui posel donhueleflores@gmail.com;
penulis menerima dengan senang hati komentar, kritik, dan saran tentang isi tesis
ini serta undangan dan ajakan untuk menyebarkan gerakan improvisasi bebas
dalam bentuk apapun. Selamat membaca dan berburu utopia dalam musik,
kesenian, dan kehidupan!
V
Abstrak
Musik improvisasi bebas, yang didefinisikan dalam tesis ini sebagai “permainan seni bunyi
yang menghindari kesepakatan apapun”, telah menginspirasikan ratusan kajian akademis
yang membahasnya dari berbagai sudut pandang dan pendekatan. Tesis ini berjudul Tinjauan
Integratif Konsep, Manfaat, dan Pembelajaran Musik Improvisasi Bebas menggunakan
metode kajian kualitatif dengan pendekatan tinjauan integratif untuk menyimpulkan sebagian
literatur, termasuk hampir semua tulisan pendahulu dan terpengaruh. Melalui pikiran logis
dan konseptual, literatur dibandingkan dan dilengkapi dengan pengalaman penulis sehingga
terhasilkan pembaruan teoretis yang disajikan dalam sebuah pengetahuan mutakhir dan
menyeluruh mengenai konsep, manfaat, dan pembelajaran musik improvisasi bebas. Tujuan
khusus penelitian adalah menerangkan tentang konsep, manfaat, dan pembelajaran
improvisasi bebas supaya dapat memandu siapa saja yang ingin mempraktikan, menerapkan,
dan/atau mengetahui tentangnya; sedangkan tujuan umum adalah menyebarkan gerakan
improvisasi bebas supaya manfaatnya yang beranekaragam mengalir ke masyarakat luas. Di
antara temuan orisinel tesis ini termasuk: definisi musik improvisasi bebas; konsep
kesepakatan; ketentuan-ketentuan yang dapat dimaklumi dalam permainan improvisasi
bebas; sembilan tujuan sekunder dan tiga konteks improvisasi bebas; model kesinambungan
interpretasi-improvisasi; penggolongan manfaat improvisasi bebas; penggolongan sifat dan
peran seorang pembimbing; berbagai sasaran kelas/kursus; pembahasan tentang sarana,para-
sarana, multi-instrumentisme, penyeteman, dan rekaman; penggolongan pelatihan
improvisasi bersepakat; konsep teknik integral permainan improvisasi bebas; dan 18
renungan, maksim, dan saran yang menyimpulkan aspek tertentu dari teknik integral ini.
Bagian ini merupakan sumbangan utama tesis ini sebab dapat mengisi rentang literatur
mengenai teknik improvisasi bebas.
Kata Kunci: konsep musik improvisasi bebas, manfaat musik improvisasi bebas,
pembelajaran musik improvisasi bebas, teknik musik improvisasi bebas.
Abstract
Free improvisation music, defined in this thesis as an “artistic playing of sounds that avoids
any kind of agreement”, has inspired hundreds of academic research which study it from
different perspectives and approaches. This thesis titled Integrative Review of the Concept,
Benefits, and Learning of Free Improvisation Music uses a qualitative research method with
an integrative review approach in order to synthesize a part of this literature, including almost
all the precursor and most influential texts. Through logic and conceptual thinking, the
literature is compared and completed with the experience of the author; resulting in a
theoretical development that is presented as an updated and complete knowledge about the
concept, benefits, and learning of free improvisation music. The specific objective of this
research is to explain the concept, benefits, and learning of free improvisation so it can guide
anyone who wishes to practice, implement, or know about it; while its general objective is to
spread the free improvisation movement so its multiplicity of benefits can reach a wider
population. Some of the original findings in this thesis are: the definition of free
improvisation music; the agreement concept; the comprehensible factors in free
improvisation playing; the nine secondary objectives and three contexts of free
improvisation; the interpretation-improvisation continuum model; the classification of the
benefits of free improvisation; the classification of the attitudes and roles of a mentor;
different targets in a class/workshop; the discussion about the basic needs, multi-
instrumentalism, tunning, and recording; the classification of the agreed improvisation
VI
exercises; the integral technique of free improvisation concept; and the 18 reflections,
maxims, and advices that synthesizese specific aspects of this integral technique. This part is
the main contribution of this thesis because it can fill the literature gap about free
improvisation technique.
Keywords: free improvisation music concept, free improvisation music benefits, free
improvisation music learning, free improvisation music technique.
Daftar Isi
Daftar Tabel
2.1 Beberapa tulisan yang digunakan dalam tesis ini ataupun yang dapat dijadikan
referensi tentang tema tertentu …………………………………………………... 15
3.1 Karakteristik utama tinjauan integratif dan tinjauan teoretis menurut empat
sumber …………………………………………………………………………… 20
3.2 Penggolongan tulisan akademis tentang improvisasi bebas dan/atau
improvisasi ………………………………………………………………………. 24
4.1 Penggolongan literatur tentang pendidikan improvisasi dalam 5 visi ……... 113
4.2 Berbagai dikotomi pendidikan improvisasi di sekolah …………………….. 114
4.3 Berbagai tugas dan peran pembimbing kelas/kursus
improvisasi bebas dan bersepakat ……………………………………………… 141
4.4 Beberapa kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan/atau sifat penting dalam
pembelajaran teknik integral permainan musik improvisasi bebas ……………. 193
Daftar Gambar
1.1 Diagram struktur organisasi tesis ……………………………………………... 8
3.1 Bagan alur metode penelitian tinjauan integratif dalam tesis ini ……………. 32
4.1 Diagram tentang asal usul, pengertian, dan nama alternatif istilah musik
improvisasi bebas ………………………………………………………………... 42
XVII
Daftar Lampiran
1. Pengalaman penulis sebagai pemain, pencipta, dan pembimbing
improvisasi bebas dan bersepakat ……………………………………………… 217
2. Beberapa tulisan dengan kumpulan pelatihan improvisasi atau karya
komposisi - improvisasi yang dapat digunakan sebagai pelatihan …………….. 221
3. Daftar kamus dan laman web yang digunakan dalam penerjemahan ……….. 222
4. Kata kerja bermain dalam berbagai bahasa …………………………………. 223
5. Contoh ke-27 jenis permainan improvisasi bebas ……………………........... 228
6. Sintaks pembelajaran musik improvisasi bebas
dan bersepakat bagi pemula ……………………………………………………. 230
1
BAB I
PENDAHULUAN
para pemusik tidak mungkin terlepas dari hukum fisik, latar belakang musikal dan
non-musikal masing-masing, serta beberapa ketentuan hakiki dari proses permainan
itu sendiri (hlm. 67).
Tujuan akhir atau tujuan umum tesis ini adalah menyebarkan gerakan improvisasi
bebas supaya musik ini dikenal, disukai, dan dimainkan oleh banyak orang; sebab
manfaat mempelajari dan mempraktikannya sangat banyak, beraneka ragam, dan
istimewa. Manfaat improvisasi bebas dapat dibagi dalam tiga golongan utama:
manfaat bagi kesehatan jasmani dan mental, manfaat sosio-musikal, dan manfaat
khusus musikal. Selain itu, kebanyakan penulis berpendapat bahwa penerapan
improvisasi bebas dapat memperbaiki beberapa kekurangan dalam pendidikan musik
yang masih berpatok pada model komponis-pemain serta masih menitikberatkan nilai
eksternal daripada nilai internal, baik dalam tingkat sekolah maupun universitas (hlm.
118). Mereka juga bersepakat bahwa manfaat improvisasi bebas dapat dirasakan
dalam berbagai konteks, tujuan, dan sasaran; namun masih diperlukan penelitian
khusus untuk membuktikan secara ilmiah masing-masing manfaat. Sebagai contoh,
salah satu manfaat sosio-musikal yang tidak dapat diperoleh sepenuhnya melalui jenis
musik lain adalah inklusivitas total. Improvisasi bebas dapat dimainkan kapan pun, di
mana pun, dengan bunyi apa pun, dan oleh siapapun; bahkan yang belum
berpengalaman dengan musik. Asal memenuhi syarat menghindari kesepakatan
apapun; seseorang dapat memainkannya, baik sendiri atau berkelompok, hanya
dengan sarana vokal dan/atau tubuh mereka. Oleh karena itu, bisa dinyatakan bahwa
improvisasi bebas adalah musik paling gampang; namun untuk dapat memainkannya
dengan kualitas tinggi dibutuhkan daya upaya yang berlanjut sepanjang hidup serta
meliputi berbagai bidang atau aspek kehidupan (Bailey, 1992, hlm. 83,84).
Bagaimana dapat diajarkan sebuah musik yang diejawantahkan mendadak sontak
seraya menghindari kesepakatan apapun? Bagaimana dapat dipelajari sebuah
permainan yang memungkinkan seluruh bunyi, teknik, gaya, dan unsur musik
bergabung di dalamnya? Kebanyakan penulis bersepakat bahwa improvisasi bebas
tidak dapat diajarkan, namun dapat dipelajari (Hickey, 2009, hlm. 286); baik dalam
konteks pembelajaran formal berupa kelas atau kursus di bawah pimpinan satu atau
3
1
Selain itu, tesis ini dapat menyumbangkan pengetahuan akademik tentang
improvisasi bebas pada pembaca berbahasa Indonesia; sebab kebanyakan tulisan
dalam bahasa tersebut membahas improvisasi idiomatis. Hanya beberapa, terutama
tulisan tentang karya baru, membahas improvisasi bebas sepintas lalu saja (Redha,
2017, hlm. 8) ataupun dengan pengertian improvisasi bersepakat (Susanto, 2018, hlm.
6) atau jaz bebas (Yoga, 2017, hlm. 4).
5
2
https://sontakfestival.bandcamp.com/album/sontak-i
7
1.4 Manfaat Penelitian dari Aspek Teori, Kebijakan, Praktik dan Sosial
Dari aspek teori, tesis ini menyimpulkan berbagai literatur sehingga dapat
menawarkan klasifikasi, teori, serta pengetahuan baru dan menarik mengenai konsep,
manfaat, dan pembelajaran improvisasi bebas. Bagian intinya, yaitu kumpulan
renungan, maksim, dan saran yang menyimpulkan aspek tertentu dari teknik integral
permainan improvisasi bebas, dapat mengisi rentang literatur mengenai teknik
improvisasi bebas. Penulis berencana menjadikan bagian ini sebuah artikel dalam
bahasa Inggris supaya dapat dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.
Dari aspek kebijakan, tesis ini dapat mendorong dan mendukung pemasukan
pembelajaran improvisasi bebas dalam kurikulum musik di berbagai tingkat serta
membuka dukungan institusi seni swasta dan negri bagi pelaku improvisasi bebas.
Tujuan akhir memasukan improvisasi bebas dalam kurikulum ataupun
mempraktikannya secara informal, bukanlah menjadikan semuanya pemain
improvisasi bebas profesional; tetapi supaya mereka dapat mengembangkan bakat
berimprovisasi dan mendapatkan seluruh manfaatnya. Selain itu, tulisan ini dapat
mendorong penerapan improvisasi bebas sebagai terapi dalam berbagai konteks,
termasuk: rumah sakit, penjara, rumah sakit jiwa, komunitas, ataupun untuk
menyatukan berbagai kelompok masyarakat.
Dari aspek praktik, membaca tesis ini serta mempraktikkan tekniknya dapat
mengembangkan kemampuan dasar musikal, menambahkan kualitas dalam
permainan genre lain, mengurangi rasa gugup di atas panggung, dan memudahkan
kolaborasi dengan seni lain. Selain para pemusik, tesis ini dapat berguna bagi
seniman lain seperti penari, pemain teater, pembuat film, pelukis, dan lain-lain;
bahkan bagi pelaku dalam bidang lain seperti psikologi, kesehatan, sosial, falsafah,
dan teologi.
Dari aspek sosial, membaca tesis ini dan mempraktikan tekniknya oleh berbagai
komunitas, kelompok, ataupun perorangan dapat meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani serta membantu mewujudkan sebuah masyarakat yang lebih rata, indah,
toleran, damai, bijaksana, bahagia, harmonis, dan senantiasa mencintai sesama
manusia, alam, dan Tuhan (bagi yang mempercayai-Nya).
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Sebagai kelanjutannya, Bailey menyutradarakan film berseri empat berjudul On the Edge:
Improvisation in Music (Dalam Tepian: Improvisasi dalam Musik) (U.K. Channel 4 TV, 1992).
11
4
Ini adalah tulisan pertama tentang improvisasi bebas yang penulis membaca, sekitar tahun 2008.
13
2.4.2 Tulisan yang Mengumpulkan Renungan, Maksim, dan Saran yang Dapat
Dimanfaatkan untuk Memainkan Improvisasi Bebas
Walaupun beberapa tulisan berupa kumpulan pelatihan improvisasi
dipersembahkan sebagai metode atau panduan improvisasi bebas, kebanyakannya
ternyata cenderung menekankan improvisasi bersepakat. Teknik atau metode
improvisasi bebas yang sebenarnya, penulis menemukannya dalam berbagai kalimat
berupa renungan, maksim, dan saran yang dapat dimanfaatkan untuk memainkannya
(hlm. 194). Kebanyakan tulisan mengandung beberapa kalimat tersebut, namun ada
empat tulisan yang secara khusus mengumpulkannya, ialah: karya Sound Pool
(Gudang Bunyi) oleh Frederick Rzewsky (1970), tulisan Cheap but Good Advice for
Playing Music in a Group (Nasehat Murah tetapi Bagus untuk Bermain Musik dalam
Kelompok) (1985) oleh Chick Corea (dalam Jones, 2020), karya Triskaidekaphonia
oleh Pauline Oliveros (2013, hlm. 17), dan tulisan Improdebraye Puas Puasaan oleh
penulis (Milán, 2013).
15
Tabel 2.1
Beberapa Tulisan yang Digunakan dalam Tesis ini
ataupun yang Dapat Dijadikan Referensi Tentang Tema Tertentu
Golongan Contoh5
Metode improvisasi dalam genre atau gaya Śārṅgadeva abad XIII, C.P.E. Bach 1753
tertentu
Tulisan integratif tentang improvisasi Ernst 1938, 1940, 1957, 1961
sebelum 1970
Tulisan antara tahun 1970 dan 2000 Cardew 1971, Bailey 1980, Pressing 1987,
mengenai improvisasi bebas Nachmanovitch 2004, Prévost 1995, Lewis
1996, Nettl dan Russel 1998, Nunn 1998.
Tulisan mengenai konsep improvisasi bebas Bailey 1980, Pressing 1987, Nunn 1998,
Runswick 2004, Alfonso 2007, Scott 2014,
Neeman 2014, Terrazas 2020.
Tulisan mengenai manfaat improvisasi dan Wilson dan MacDonald 2014, Nachmanovitch
improvisasi bebas 2004, Arana 2019.
Tulisan mengenai pembelajaran improvisasi Pressing 1987, Thomson 2008, Hickey 2009,
dan improvisasi bebas Arnaud 2014, Hickey 2015, Biazon 2015,
Alfonso 2017, Larsson dan Georgii-Hemming
2018, Siljamäki dan Kanellopoulos 2019,
Terrazas 2020.
Tulisan yang nengumpulkan pelatihan Cardew 1969, Stevens 1985, Dean 1989, Nunn
improvisasi bersepakat 1998, Sarath 2009, Hall 2009, Agrell 2009,
Higgings dan Shehan 2010, Guacero 2013,
Oliveros 2013, Alfonso 2014, Lui 2015, Gray
2020, Terrazas 2021.
Tulisan yang mengumpulkan renungan, Rzewsky 1970, Corea, 1985, Oliveros 2013,
maksim, dan saran yang dapat dimanfaatkan Milán 2013.
untuk memainkan improvisasi bebas
5
Nama penulis dan tahun terbitan di sini bukanlah rujukan dalam daftar pustaka. Keterangan lebih
lanjut tentang literatur terdapat pada isi Bab II ini.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
hlm. 184, 186). Salah satu contoh ketidaksepakatan adalah penyebutan aneka jenis
tinjauan literatur sebagai metode maupun sebagai pendekatan. Sebaliknya dari
berbagai metode penelitian empiris, belum ada format terstandar untuk artikel dan
tulisan berupa tinjauan literatur (Torraco, 2005, hlm. 359).
dan tinjauan naratif yang “…summarizes different primary studies from which
conclusions may be drown into a holistic interpretation contributed by the
reviewers´own experience, existing theories and models” (…memanfaatkan
pengalaman penulis serta teori dan model yang sudah ada untuk meringkaskan
berbagai penelitian primer sehingga menghasilkan kesimpulan dalam sebuah
interpretasi yang menyeluruh) (Educational Research Review, tanpa tahun, hlm. 3).
pemasukan teknik dan unsur dari jenis tinjauan lainnya. Bagi Richard Torraco (2005,
hlm. 356), “the integrative literature review is a form of research that reviews,
critiques, and synthesizes representative literature on a topic in an integrated way
such that new frameworks and perspectives on the topic are generated” (tinjauan
literatur integratif merupakan semacam penelitian yang meninjau, mengkritik, dan
menyintesis literatur representatif dari sebuah topik dengan cara integratif sehingga
menghasilkan kerangka dan pandangan baru terhadap topik tersebut). Walaupun ini
dapat dijadikan definisi umum tinjauan integratif, perlu disadari bahwa berbagai
penulis mempunyai pandangan masing-masing tentangnya. Tesis ini menggunakan
model dan ide dari empat sumber utama, tiga mengenai tinjauan integratif dan satu
mengenai tinjauan teoretis. Karakteristik terpenting dari masing-masing tulisan
disimpulkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
Karakteristik Utama Tinjauan Integratif dan Tinjauan Teoretis Menurut Empat Sumber.
Penulis/ Jenis Tujuan & Manfaat Perencanaan & Analisis & Presentasi
Tahun Tinjauan Pengambilan Data
Whittemore Integratif Keadaan mutakhir Pencarian Reduksi, penampilan,
dan Knafl ilmu; perkembangan menyeluruh dan perbandingan, kesimpulan,
(2005) teori; praktik dan sistematis; aneka dan verifikasi data.
kebijakan; inisiatif sumber;
praktik berdasarkan kegamblangan
bukti. penilaian literatur.
Torraco Integratif Kekurangan dalam Struktur konseptual Mengintegrasikan ide lama
(2005) literatur, perubahan yang koheren; dan ide baru; pemikiran
arah penelitian, bukti kejelasan proses konseptual dan logis untuk
yang bertentangan, pengambilan data; menjelaskan kerangka
atau bidang baru; pencarian sistematis konsep, model, dan teori.
pengetahuan dan literatur lama dan
pandangan baru; dasar terkini.
untuk penelitian
selanjutnya.
Snyder Integratif Menilai, mengkritik, Pengumpulan kreatif Tidak terstandar;
(2019) dan menyintesis dan tidak menganalisis literatur, ide,
literatur; kerangka menyeluruh; dan hubungan secara
teori dan pandangan wawasan dari kritik; membutuhkan
baru. berbagai bidang dan pemikiran konseptual dan
tradisi penelitian; penjelasan tentang proses
kejelasan proses analisis.
pengambilan data.
Paré dkk. Teoretis Kerangka teoretis Pertanyaan luas yang Sistem penggolongan,
(2014) baru; rentang kelak diperhalus; taksonomi; kerangka untuk
penelitian. pencarian inklusif menemukan pola dan
secara sistematis dan hubungan; sintesis
non-sistematis. interpretatif dan positivis.
21
terhadap pertanyaan penelitian terbuka (Depraetere dll, 2021, hlm. 672), pemasukan
data, kerangka konsep (Torraco, 2005, hlm. 359), dan kesimpulan akhir.
dan justifikasi bagi pembelajarannya. Perubahan penting terakhir terjadi setelah para
pembimbing tesis menyarankan merevisi metode penelitian dengan lebih seksama.
Hasil dari perbaikan ini, kualitas dan kepercayaan tesis ini ditingkatkan sebab penulis
menyesuaikannya, semaksimal mungkin, dengan kebiasaan penelitian lain yang
menggunakan pendekatan tinjauan integratif.
berhasil menemukan, dengan tidak sengaja, satu disertasi dalam bahasa Basque.
Bahasa lain yang belum ditelusuri, namun dicurigai dapat menghasilkan bahan untuk
penelitian adalah: Jepang, Tiongkok, Arab, Hindi, Turki, Rusia, Yunani, Katalan,
Norwegia, Swedia, dan Finlandia.
Selain yang ditemukan dengan menggunakan mesin pencari, penulis
mengunduh berbagai tulisan yang tercantumkan dalam daftar rujukan tulisan lain
ataupun yang disarankan oleh teman. Beberapa buku dan artikel yang tidak dapat
diunduh tetap menjadi sumber data sebab penulis mendapatkan ide utamanya melalui
ulasan buku, kutipan, dan parafrasis oleh penulis lain. Sampai sekarang, penulis telah
mengunduh 302 artikel atau tulisan akademis berupa PDF yang bertema improvisasi
bebas dan improvisasi; namun baru sempat membaca 61 secara utuh, termasuk hampir
semua artikel dan buku lama atau berpengaruh. Berkas yang diunduh digolongkan
menurut bahasa dan tema utamanya, sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Penggolongan Tulisan Akademis tentang Improvisasi Bebas dan/atau Improvisasi6
Bahasa/ Inggris Spanyol Portugis Perancis Italia Basque Jerman Belanda Indonesia Jumlah
Sub-topik
Konsep 12 1 3 1 17
(5,0) (1,0) (0,0) (0,0) (6,0)
Sejarah 35 4 3 1 43
(7,4) (0,0) (0,0) (0) (7,4)
Falsafah/ 25 2 3 3 1 3 37
Sosiologi (4,2) (1,0) (0,0) (0,1) (0) (0,0) (5,3)
Pendidikan 30 7 11 10 2 4 2 1 67
(8,4) (3,0) (1,1) (2,1) (0) (0,0) (0,0) (0) (14,6)
Manfaat 17 4 2 23
(5,4) (1,2) (0,0) (6,6)
Model/ 23 4 3 4 2 1 4 41
Teori (9,4) (1,0) (0) (0) (0) (0) (0) (10,4)
Seni/ 14 1 1 1 17
Bidang Lain (3,1) (0) (0) (0) (3,1)
Teknologi 6 1 7
(0,0) (0) (0,0)
Neuropsikologi 9 1 2 1 13
(1,0) (0) (0) (0) (1,0)
Teknik 29 3 1 1 2 1 37
(9,6) (0,1) (0) (0) (0,0) (0) (9,7)
Jumlah 200 27 27 22 8 1 12 4 1 302
(51,25) (7,3) (1,1) (2,2) (0,0) (0) (0,0) (0,0) (0) (61,31)
6
Angka tanpa tanda kurung menunjukkan jumlah berkas yang telah diunduh; angka pertama dalam
tanda kurung menunjukkan jumlah berkas yang dibaca sampai akhir; dan angka kedua dalam tanda
kurung menunjukkan jumlah berkas yang dibaca sebagian saja. Sisa berkas hanya dibaca abstrak
dan/atau awalnya.
25
saturasi teoretis, dan tahun terbit. 1) Bahasa: tulisan berbahasa Inggris, Spanyol, dan
Indonesia dibacakan langsung oleh penulis, sedangkan yang berbahasa Perancis dan
Portugis dibacakan dengan bantuan kamus Perancis-Indonesia, Portugis-Indonesia,
dan Google Translate. Kelima bahasa ini menyumbangkan literatur yang dicantumkan
dalam daftar pustaka. Abstrak dan/atau awal tulisan berbahasa Italia, Basque, Belanda,
dan Jerman dibacakan melalui Google Translate; namun tidak ada yang dijadikan
sumber data lantaran kekurangan waktu dan kemampuan untuk mendalami isinya. 2)
Manfaat atau relevansi: semua data, frasa, ide, atau konten penting yang bermanfaat
untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk pembahasan sub-topik tertentu, ataupun
bagi kerangka teori dicantumkan dalam tesis ini dalam bentuk kutipan, parafrasis,
tabel, maupun renungan oleh penulis. 3) Keterwakilan atau representativitas: data atau
ide yang mewakili pandangan tertentu, walaupun bertentangan dengan pandangan
umum atau pandangan penulis, dimasukan untuk dijadikan bahan perbandingan dan
contoh. 4) Saturasi atau kecukupan data: saturasi teoretis tercapai ketika “…no new
elements are found and the addition of new information ceases to be necessary, since
it does not alter the comprehension of the researched phenomenon” (…tidak
ditemukan elemen baru sehingga sudah tidak dibutuhkan tambahan informasi karena
tidak akan memengaruhi pemahaman fenomena yang dikaji) (Nascimento dkk., 2018,
hlm. 229). Berdasarkan ini, rumpun data yang mengulangi atau menvariasikan satu ide
hanya dicantumkan sebagian saja. 5) Tahun terbit: jika idenya sama atau hampir sama,
maka data yang dicantumkan adalah yang diterbitkan terlebih dahulu; jika idenya
berkembang dan tidak diperlukan menggambarkan perubahannya dalam waktu, maka
data yang dicantumkan adalah yang terakhir diterbitkan ataupun yang lebih sesuai bagi
pembahasan.
tema. Sebagaimana dijelaskan oleh Hanna Snyder (2019, hlm. 337), informasi
penting yang dapat diabstrakkan termasuk nama pengarang, tahun terbit, topik, jenis
penelitian, temuan, pengonsepan, efek, dan pandangan teoretis. Selain itu, tesis ini
mencantumkan berbagai contoh kasus jika penting untuk pembahasan dan selalu
menyimpan kutipan dalam bahasa asli dan nomor halaman dalam sumber rujukan.
Gambar 3.1 Bagan Alur Metode Penelitian Tinjauan Integratif dalam Tesis ini
33
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
7
https://www.youtube.com/watch?v=Q1nrfaX7eHc&list=PLaCs1kl9ISBDi80X5lrOzH1JLYtH1Cw7m
dan https://donhueleflores.blogspot.com/2020/09/improvisation-music-you-tube-list.html. Beberapa
video dari kumpulan kedua dijadikan contoh dalam artikel An Introduction to Free Improvisation
Music through YouTube (Pengenalan Musik Improvisasi Bebas melalui YouTube) (Milán dan
Sukmayadi, 2020).
34
8
Dalam tradisi musik organ Eropa Barat, terutama di Perancis, istilah improvisasi bebas
(improvisation libre) digunakan sebagai lawan istilah improvisasi ketat (improvisation rigoureuse);
namun improvisation libre ini masih mengikuti patokan harmoni tonal serta bentuk sonata. Pelajaran
improvisation libre mulai diajarkan dalam Konservatorium Paris pada tahun 1843 (Verkade, 2020,
hlm. 194,195). Selain itu, pada tahun 1820 Ludwig Spohr (dalam Childs dan Hobs, 1982, hlm. 71)
telah menggunakan istilah free improvisation-fantasy (fantasi improvisasi bebas) untuk
mendeskripsikan permainan piano oleh Johan Hummel, yang menvariasikan berbagai tema dalam
ritme wals.
35
4.1.1.5 Beberapa Nama Lain untuk Musik Improvisasi Bebas dan Sekitarnya
4.1.1.5.1 Improvisasi Idiomatis dan Non-Idiomatis
Derek Bailey (1992, hlm. xi,xii) menawarkan istilah improvisasi non-
idiomatis untuk membedakannya dari improvisasi idiomatis, yaitu improvisasi yang
berpatok pada idiom atau gaya tertentu seperti dalam musik tradisional, klasik, atau
populer dari berbagai negara di dunia. Tawarannya diterima dengan baik sehingga
telah menjadi konsep yang cukup populer dalam kalangan peneliti dan pemain,
namun kemudian ada beberapa peneliti yang mencoba menyampurnakan ataupun
9
Dalam definisi oleh penulis, musik improvisasi bebas adalah istilah yang didefinisikan, permainan
seni bunyi berfungsi sebagai istilah generik, dan yang menghindari kesepakatan apapun berfungsi
sebagai istilah pembeda. Dalam logika definisi yang María Moliner menerapkan pada Diccionario del
Uso del Español (Kamus Penggunaan Bahasa Spanyol) (1966), “…se procura no omitir ninguna noticia
necesaria o conveniente para el uso acertado de las expresiones y omitir, en cambio, las
circunstancias que, por ser ajenas a su significado, una vez conocido éste, resultan innecesarias”
(diusahakan tidak menyisihkan informasi apapun yang bermanfaat atau diperlukan untuk
menentukan penggunaan yang tepat; dan sebaliknya, diusahakan menyisihkan hal asing yang tidak
bermanfaat sesudah maknanya telah ditemukan) (Hernando, 1995, hlm. 213). Selain itu, kamus ini
dan definisi oleh penulis menghindari penggunaan sinonim dan kekeliruan definisi (fallacies of
definition) lainnya.
10
Dalam dunia teater, praktik improvisasi bebas dan/atau bersepakat sering disebut improv.
37
adalah terdengar berbeda dari semua genre serta terlepas dari segala aturan dan
persetujuan. Dalam kata Richard Scott (2014, hlm. 183):
Though it might seek to free from all reference, a free music - if it were
logically consistent - would also be one that allowed all life into it, which
rejected no sound, noise or action in principle. So even in its freedom signs
and codes - conventional musical elements, tunes, cliches, harmonies - may
appear within it but generally only in a fragmented, grotesque, or mutated
manner - this might be in the manner of a montage, and it might be in the
manner of a synthesis; 'it is diffuse. (Walaupun berusaha membebaskan
dirinya dari segala referen, sebuah musik bebas- jika konsisten dengan
logikannya- adalah juga yang memperbolehkan segala kehidupan masuk di
dalamnya; sebuah musik yang pada dasarnya tidak menolak bunyi,
kebisingan, atau tindakan apapun. Jadi bahkan dalam kebebasannya, tanda
dan kode seperti unsur musikal konvensional, lagu, klise, atau harmoni dapat
muncul pula; namun biasannya hanya dengan cara yang aneh dan lucu,
terpecah, ataupun dengan mutasi; baik dengan cara montase ataupun dengan
cara sintesis; tidak begitu jelas).
dll; dan/atau sebuah tema sebagai pembuka, kembali, dan/atau penutup. Menurut
Derek Bailey (dalam Jenkins, 2004, hlm. xxxii), “free jazz is a form of music, while
free improvisation is an approach to making music” (jaz bebas adalah jenis musik,
sementara improvisasi bebas adalah pendekatan untuk menciptakan musik);
sedangkan menurut Richard Scott (2014, hlm. 200), “analytically the distinction
remains fundamental even though in practice free-jazz and free-improvisation often
forms something of a continuum” (perbedaan antara jaz bebas dan improvisasi bebas
tetap mendasar secara analitis; meskipun dalam praktik, mereka sering membentuk
semacam kesinambungan).
pandangan serupa, Joseph Galiana (2011-2012, hlm. 27) dan Matthieu Saladin (dalam
Canonne, 2015, hlm. 176), menganggap improvisasi bebas sebagai proses kreatif
yang terus-menerus ber-evolusi, bukanlah sebagai produk tetap yang sudah jadi.
Dalam kata Galiana (2011-2012, hlm. 27): “Creadores y público…han de compartir
el proceso creativo en el mismo momento y lugar, y cuando se dé por finalizado todo
se habrá desvanecido. Cabe concluir, por tanto, que el proceso es el único producto
posible en la improvisación libre” (Para pencipta dan penonton…mesti mengalami
proses kreatif dalam ruang dan waktu yang sama secara serentak; dan ketika sudah
selesai, segalanya lenyap. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam
improvisasi bebas, proses adalah produk satu-satunya). Oleh karena proses, “no se
busca la perfección de lo acabado, sino la inquietud y la energía de la búsqueda”
(tidak dicari kesempurnaan seperti hal-hal yang sudah jadi, tetapi ketidakdiaman dan
energi pencarian) (Alfonso, 2007, hlm. 17,18).
Sebenarnya, proses dan produk adalah sebuah dikotomi yang tidak dapat
dipisahkan. Jika prosesnya bagus maka produknya bagus; dan sebaliknya, jika
produknya bagus tentu disebabkan oleh proses yang bagus. Akan tetapi, dalam ranah
praktis dan nyata; sebuah permainan improvisasi bebas cenderung mementingkan
proses atau produk; tergantung tujuan sekundernya (hlm. 49).
hanya dapat terjadi dalam waktu yang sedang berlangsung. Tidak ada sebelum
dimainkan dan tidak ada sesudah dimainkan, walaupun efeknya tetap dapat dirasakan
dalam jiwa orang (Cardew, 1971, hlm. 2). Oleh karena itu, Richard Scott, Cornelius
Cardew, dan Edwin Prévost (dalam Scott, 2014/5, hlm. 14) menganggap bahwa
selalu ada sesuatu yang hilang atau yang kosong dalam berkas dokumentasi
permainan improvisasi.
11
Berdasarkan logika materialisme, “…mandkind´s first musical performance couldn´t have been
anything other than a free improvisation…” (permainan musikal pertama oleh manusia tidak mungkin
berbeda dari sebuah improvisasi bebas) (Bailey, 1992, hlm. 83). Kemungkinan besar, setelah
eksplorasi-eksplorasi awal dengan suara, tubuh manusia, dan/atau benda yang ditemukan,
“…they…started to remember, develop, and collect by oral tradition some combinations of sounds
that were suitable for ritual or amusement porpoises. Since then composition and improvisation have
been walking together in almost all traditions…” (mereka…melalui tradisi lisan, memulai
menghafalkan, mengembangkan, dan mengumpulkan kombinasi bunyi yang cocok untuk tujuan ritual
dan hiburan. Sejak itu, komposisi dan improvisasi telah berjalan berbarangan di hampir semua tradisi)
(Milán dan Sukmayadi, 2020, hlm. 287). Akan tetapi, “in the thinking of many cultures in the world, it
was God (or several gods) who originally created music and somehow handed it down to humankind,
usually by way of a specially gifted medium…” (dalam pikiran berbagai budaya di dunia, Tuhan-lah
(atau beberapa dewa/dewi) yang menciptakan musik dan menurunkannya kepada manusia dengan
berbagai cara, biasanya melalui perantara yang terberkati) (Berendt, 1991, hlm. 175). Pandangan lain
yang dapat menyimbangkan kedua teori ini adalah jika musik atau wahyu musikal diturunkan melalui
improvisasi bebas. Kini, beberapa pemusik improvisasi bebas dan jaz bebas menganggap bahwa
mereka bukanlah pencipta yang sebenarnya, tetapi mereka hanya menangkap bunyinya dari dunia
lain (Nunn, 1998b, hlm. 60); baik itu dunia spiritual, alam bawah sadar, ataupun kesadaran kolektif.
47
arti yang cocok dengan improvisasi, yaitu: 1) melakukan aktivitas atau kegiatan untuk
menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak); 2) melakukan
perbuatan untuk bersenang-senang; 3) dalam keadaan berlangsung atau
mempertunjukkan (tontonan dan sebagainya); 4) bertindak sebagai pelaku dalam
sandiwara (film, musik, dan sebagainya); 5) berbuat sesuatu dengan sesuka hati;
berbuat asal berbuat saja. Sama seperti bahasa Indonesia (main) dan bahasa Ingriss
(play), banyak bahasa di dunia menggunakan kata kerja yang sama untuk
menunjukkan pelaksanaan berbagai macam kegiatan, yang secara umum dapat
digolongkan dalam tiga jenis: 1) seni bunyi atau seni pertunjukan lainnya, 2) kegiatan
untuk bersenang-senang atau sebagai hiburan, dan/atau 3) kegiatan untuk berolahraga
atau berkompetisi. Di antara bahasa tersebut termasuk bahasa Esperanto, Hmong,
Basque, Somalia, Mongol, Gaelik Skotlandia; beberapa bahasa dari rumpun Melayu-
Polinesia, Austro-Asia, Tai-Kadai, Indo-Arya, Indo-Iran, Ural, Turkik, Semit,
Romanik, Atlantik-Kongo, Balto-Slavik; serta kebanyakan bahasa dari rumpun
bahasa Jermanik (lampiran 3).
sosial tetap dan mendorong kebebasan dari hambatan psiko-sosial) (Siron dalam
Remond, 2011, hlm. 8) 8) tujuan penelitian, yang dilaksanakan untuk mencari
informasi musikal atau ekstra-musikal tertentu; dan 9) tujuan profesional, yang
dilaksanakan demi uang, prestise, dan/atau hubungan kerja.
Secara umum, masing-masing dari kesembilan tujuan sekunder ini cenderung
menitikberatkan proses atau produk, baik musikal dan/atau non-musikal. Permainan
yang bertujuan ekspresi seni, hiburan, dan inspirasi mementingkan proses kreatif
musikal; yang bertujuan pembelajaran mementingkan proses pembelajaran musikal
serta proses pembelajaran etika/falsafat kehidupan; yang bertujuan terapi
mementingkan proses penyembuhan; yang bertujuan ritual mementingkan proses
spiritual; yang bertujuan sosio-politik mementingkan produk berupa efek dan
pengaruh terhadap masyarakat; yang bertujuan penelitian mementingkan produk
berupa data serta analisisnya; dan yang bertujuan profesional mementingkan produk
berupa musik yang berkualitas. Beberapa contoh dari ke-27 jenis permainan musik
improvisasi bebas, hasil dari kombinasi antara tiga konteks dan sembilan tujuan
sekunder, dapat dilihat pada lampiran 5 (hlm. 228).
Gambar 3 Tiga Konteks dan Sembilan Tujuan Sekunder Musik Improvisasi Bebas
50
12
4´33´´ oleh John Cage adalah karya konseptual yang pertama kali mengakui bunyi-bunyi di sekitar
kita sebagai seni.
54
patung berbunyi, dsb. Dengan penggunaan label ini, para pelaku sound art dapat
memisahkan diri dari pengertian umum musik yang merujuk pada kebiasaan atau
patokan lama; yaitu yang masih mengutamakan melodi dibandingkan unsur musik
lainnya. Berdasarkan Aminudin Siregar (dalam Edrian, 2016), istilah sound art dapat
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai seni bebunyian.
13
Misalnya: “music is an ordered arrangement of sounds and silences whose meaning is presentative
rather than denotative” (musik adalah bunyi dan sunyi teratur yang bermakna preservatif, bukan
prerogatif) (Clifton,1983, hlm. 1) atau “…the organization of sound and silence into forms that carry
culturally derived meanings, cultivated for aesthetic or utilitarian purposes” (pengaturan bunyi dan
sunyi dalam bentuk-bentuk yang mengandung makna berdasarkan budaya, baik dengan tujuan estetik
maupun demi manfaat praktis tertentu) oleh Michael Linton (dalam Glossop, 2008).
56
format” (penciptaan dan permainan bahan musikal yang terjadi secara spontan dalam
waktu yang sedang berlangsung) (Sarath dalam Dipnall, 2012, hlm. 5); dan 3) “…an
elaborative and creative musical practice…usually performed without the assistance
of notation and…effected from a spontaneous attitude of mind so as to create a brief
or extended original composition governed by the syntax and schemata of its musical
parameters” (praktik musikal kreatif yang menguraikan…sering dimainkan tanpa
bantuan notasi dan… dilaksanakan melalui sifat spontan dalam otak dengan tujuan
menciptakan sebuah komposisi orisinal, baik pendek atau panjang, yang dikendalikan
oleh sintaksis dan skema parameter musikalnya sendiri) (Dipnall, 2012, hlm. 6).
waktu untuk mempersiapkan. Terkait dengan kedua pengertian ini, Elizabeth Behnke
(dalam Nunn, 1998a, hlm. 20) menjelaskan bahwa improvisasi adalah sebuah “…leap
into uncertainity…” (lompatan menuju ketidakpastian) karena tidak ada perencanaan
terhadap masa depan. Perencanaan atau kesepakatan dalam interpretasi seringkali
merupakan sebuah komposisi; yaitu beberapa ketetapan lisan atau tertulis yang
merupakan inti sari dari sebuah karya sekaligus peta, pemandu, “resep masakan”
(Zappa dalam Alfonso, 2007, hlm. 9,10), atau instruksi untuk memainkan dan
menginterpretasikannya (menafsirkannya). Edward Neeman (2014, hlm. 39)
menjelaskan bahwa “improvisation is the creation of something new in the moment of
performance…composition is about planning for the future and interpretation is
about determining the meaning of music created in the past” (improvisasi adalah
penciptaan sesuatu yang baru pada saat permainan berlangsung…komposisi adalah
tentang merencanakan masa depan, dan interpretasi adalah tentang menentukan
makna dari musik yang diciptakan pada masa lalu).
Dalam pandangan ini, seorang pengimprovisasi mempunyai peran yang
berbeda daripada seorang komponis, seorang pemain (performer), ataupun seorang
penginterpretasi (Lewis, 1996, hlm. 113); namun tugas dan kegiatan keempat peran
ini tetap berhubungan. Seorang komponis sering menggunakan improvisasi untuk
mencari ilham dan mencoba ide; sedangkan seorang pengimprovisasi sering
menggunakan ilmu komposisi untuk membentuk permainannya, baik sebagai
perencanaan sebelum permainan ataupun sebagai intuisi pada saat permainan
berlangsung. Selain itu, seorang komponis menggunakan interpretasi untuk
memastikan pilihannya; seorang penginterpretasi menggunakan komposisi dan
improvisasi untuk menyajikan musiknya; dan seorang pemain menggunakan
improvisasi dan interpretasi.
melebihi semua istilah tersebut, termasuk pula konsep komposisi. Kesepakatan dalam
improvisasi dapat bersifat tersurat, jika dinyatakan dengan jelas; atau tersirat, jika
tersembunyi dalam konteks, gaya, ataupun sikap pemain. Selain itu, kesepakatan
dapat disetujui oleh semua anggota kelompok, sebagiannya, ataupun oleh diri sendiri
saja; dan/atau dapat terjadi sebelum atau selama permainan berlangsung, misalnya
ketika kelompok mengikuti seorang konduktor atau video. Beberapa contoh jenis atau
bentuk kesepakatan adalah: niat atau instruksi terkait dengan unsur musikal atau
ektra-musikal tertentu; hiasan, bentuk, dan/atau pola dalam gaya tertentu; komposisi,
lagu, atau karya tertentu; panduan atau pemicu untuk berimprovisasi; dan
kesepakatan yang telah ditetapkan pada saat proses latihan.
Kesepakatan dapat digolongkan dalam kesepakatan musikal, yang
menentukan dengan jelas cara memainkan unsur musikal tertentu; dan kesepakatan
ibarat, yang menginspirasikan permainan musikal dengan perumpamaan ekstra-
musikal (hlm. 168). Di sisi lain, kesepakatan dapat disampaikan pada salah satu,
sebagian, ataupun kelima pancaindera melalui berbagai media (hlm. 170), misalnya:
sentuhan, wangi-wangian, atau makanan; notasi tradisional, grafis, tertulis, atau
modern; kaidah tersirat dan/atau tersurat dalam genre dan gaya tertentu; isyarat visual
atau musikal dari satu atau beberapa direktor; kesepakatan lisan atau verbal; rekaman
pengiring yang tidak dapat dirubah; perangkat lunak atau keras untuk berinteraksi
seperti komputer, robot, mesin, atau patung berbunyi; atau pemicu kinestesis,
programatis, atau metaforis lainnya yang dapat merangsang permainan improvisasi
tanpa keterangan musikal yang tepat, misalnya: gambar, video, cahaya, puisi, kata,
konsep, tarian, cerita, atau bangunan.
59
menghabiskan hari demi hari dalam ketegangan, kegelisahan, dan putus asa yang
mengerikan).
Selaras dengan pengertian ini, Dave Brubeck sering salah mengutip Igor
Stravinsky dengan kalimat “…composition is selective improvisation” (komposisi
adalah improvisasi yang terpilih) (Klotz. 2019, hlm. 64) dan Arnold Schoenberg
(1950, hlm. 98) menyatakan bahwa “…composing is a slowed-down improvisation;
often one cannot write fast enough to keep up with the stream of ideas” (komposisi
adalah improvisasi yang dilambatkan; biasanya seorang tidak dapat menulis cukup
cepat untuk menangkap arus ide) 14. Di sisi lain, Evan Parker memikirkan bahwa
improvisasi justru berlawanan dengan musik bernotasi, bukan dengan komposisi
(Henkin dalam Neeman, 2014, hlm. 11); dan Chefa Alfonso (2007, hlm. 9)
membedakan antara komposisi tertulis dan komposisi spontan atau improvisasi.
Beliau menjelaskan bahwa
“…la mayoría de los improvisadores y muchos compositores consideran…la
composición como un concepto más abierto, que incluiría la producción o
generación musical y su fijación, o no, por medios no sólo de notación
convencional, sino también a través de partituras gráficas, instrucciones,
grabaciones o directamente en el instrumento” (sebagian besar
pengimprovisasi dan banyak komponis menganggap…komposisi sebagai
konsep lebih terbuka yang mencakup produksi atau penciptaan musikal
beserta penetapannya, ataupun tanpa menetapkannya; melalui partitur grafis,
instruksi, rekaman, ataupun langsung dengan alat musik, bukan hanya melalui
notasi biasa).
14
Beberapa tahun kemudian Giacinto Scelsi mulai merekam improvisasinya lalu menyalinnya (dengan
bantuan muridnya) dan mempersembahkannya sebagai karya bernotasi.
61
sepanjang waktu untuk menentukan apa yang Anda akan bilang dalam limabelas
detik, sedangkan dalam improvisasi Anda hanya dapat menggunakan limabelas detik)
(Bailey, 1992, hlm. 141). Ajaibnya, jawaban tersebut menggunakan tepatnya
limabelas detik dalam perekam Rzewsky! Berdasarkan jawabannya, perbedaan paling
inti antara komposisi dan improvisasi adalah bahwa:
En la improvisación sólo hay un tiempo: el que la gente de computación llama
tiempo real. El tiempo de la inspiración, el tiempo de estructurar técnicamente y
realizar la música, el tiempo de ejecutarla, y el tiempo de comunicarse con el
público, así como el tiempo común del reloj, son todos uno solo. La memoria y la
intención (que postulan el pasado y el futuro) y la intuición (que indica el eterno
presente) se funden. (Dalam improvisasi hanya terdapat satu jenis waktu: yang
dinamakan waktu nyata oleh ahli komputer. Waktu ilham, waktu menstrukturkan
musik secara teknik dan mengejawantahkannya, waktu memainkannya, waktu
berkomunikasi dengan penonton, bahkan waktu umum dalam arloji;
semuanyalah satu saja. Ingatan dan niat (yang merepresentasikan masa lalu dan
masa depan) melebur dengan intuisi (yang menunjukan masa kini yang abadi)
(Nachmanovitch, 2004, hlm. 30, 31)
Oleh karena improvisasi terjadi dalam waktu yang sedang berlangsung, pemain
memerlukan konsentrasi yang tinggi supaya keputusannya terlaksanakan secara
efektif dan cepat melalui intuisi dalam alam bawah sadar. Sebaliknya, pilihan dalam
komposisi dilakukan melalui analisis sadar dengan nalar. Selain itu, improvisasi
merupakan pengalaman musikal nyata yang biasanya dilakukan secara kolektif;
sedangkan komposisi, yang biasanya dilakukan sendiri, hanya merupakan harapan
yang kelak menjadi pengalaman musikal nyata jika dimainkan (Alfonso, 2007, hlm.
9,10).
keterbatasan; ujung lain garis itu tak terbatas. Satu ujung adalah manusia,
ujung yang lain adalah Tuhan (Khan, 2002, hlm. 56,57).
Serupa dengan ini, interpretasi dan improvisasi melebur sehingga membentuk sebuah
kesinambungan “…from music where there is little or no creative input from the
performer to music where there is no input at all from a composer” (dari musik yang
tidak ada pemasukan kreatif oleh pemain, ataupun sedikit saja; sampai musik yang
tidak ada pemasukan sama sekali oleh seorang komponis) (Runswick, 2004, hlm. 12).
Di antara utopia ketetapan atau keterbatasan mutlak, yaitu 0% improvisasi dan 100%
interpretasi; dan utopia kebebasan mutlak, yaitu 100% improvisasi dan 0%
interpretasi; terletak segala jenis dan karya musik yang dapat dimainkan secara
langsung, berarti semua musik kecuali memutar rekaman.
Dalam modelnya, Daryl Runswick menggolongkan jenis-jenis musik menurut
tiga batas fleksibel. Batas pertama dapat diletakkan “between (on the left) disciplines
which incorporate a strictly regulated set of rules based on a long-established
performance tradition, and (on the right) ones which allow the free flow of ideas
without prescribed rules” (di antara–di sebelah kiri–disiplin yang mengandung
seperangkat aturan ketat dan tertata berdasarkan tradisi pertunjukan yang telah lama
dijalankan; dan–di sebelah kanan– yang memperkenankan ide-ide mengalir bebas,
tanpa aturan yang ditetapkan terlebih dahulu) (Runswick, 2004, hlm. 14). Yang kedua
“…between music (to the right) whose first reason to exist is improvisation, and that
(to the left) which may use improvisation as a major component but exists primarily
for other reasons” (di antara–di sebelah kanan–musik yang alasan utamanya untuk
ada adalah improvisasi; dan–di sebelah kiri–yang dapat menggunakan improvisasi
sebagai komponen penting, namun alasan utamanya untuk ada bukanlah improvisasi)
(Runswick, 2004, hlm. 16). Yang terakhir “…between (on the right) disciplines
which allow for melodic invention and (on the left) those which do not” (di antara–di
sebelah kanan–disiplin yang membolehkan improvisasi melodis; dan di sebelah kiri
yang tidak) (Runswick, 2004, hlm. 22).
63
Gambar 4.5 Model Kesinambungan Improvisasi Menurut Daryl Runswick (2004, hlm. 1)15
15
Dari kiri ke kanan: memutar rekaman; musik minimalis; serialisme total; repertoar standar; musik
kebetulan, tidak ditentukan; hiasan barok; opera Itali sebelum tahun 1884; multimedia; rock, pop,
blues; jaz berbasis kord; musik klasik India; jaz bebas; notasi grafik dll; improvisasi bebas.
64
terutama melodi dan rasa. Para komponis seperti Pierre Boulez mengatur banyak
parameter musikal sehingga menyesakkan daya ekspresif pemain. Aliran ini
berkembang lalu memuncak pada dasawarsa 1980an dengan musik kompleksitas
baru, yang notasinya bersifat multiparametrik serta sangat terperinci. Karya-karyanya
amat sulit untuk dimainkan sebab notasinya sangat rumit dan para pemain dituntut
presisi yang tinggi serta teknik yang luar biasa. Akibat dari ini, mereka menyajikan
sebuah interpretasi subjektif dari notasi karya, ataupun kadang-kadang
membohonginya dengan sengaja (Nunn, 1998a, hlm. 14). Reaksi para komponis
terhadap fenomena ini berbeda-beda: ada yang mendorong untuk memperbaiki
permainannya, ada yang memaklumi, dan ada pula yang tidak sadar bahwa para
pemain tidak mengikuti notasinya dengan tepat.
Tom Service (2012) beranggapan bahwa “karya” Brian Ferneyhough, yaitu
komponis aliran musik kompleksitas baru paling terkenal, “…is not to be found only
on the printed page…but somewhere between and beyond the sum of the score's
indications and the sum of all of the possible performances that may result from it…”
(tidak dapat ditemukan hanya dalam halaman yang dicetak…tetapi di antara dan
sesudah hasil menyimpulkan seluruh penjelasan di dalam notasi dengan seluruh
kemungkinan cara untuk memainkannya).
jika kita merujuk pada definisi improvisasi sebagai perwujudan unsur/bagian musik
yang tidak disepakati; dapat disimpulkan bahwa " ... all musical performance, no
matter how meticulously interpreted and no matter how specific the inscribed score,
requires improvisation" (semua permainan musik, walaupun diinterpretasikan dengan
sangat saksama dan dinotasikan amat spesifik, membutuhkan improvisasi) (Gould
dan Keaton, 2000, hlm. 143). Dalam kata lain: interpretasi dan improvisasi terjadi
secara serentak dalam sebuah karya, bagian, atau motif yang sama.
bahwa istilah “bebas” dalam improvisasi bebas sering mengacu kepada dua
pengertian yang berbeda: “…no preplanning or no stylistic restrictions” (tidak
terencanakan maupun tidak terbatas oleh gaya).
Di sisi lain, Tracy McMullen (2010, hlm. 8) menjelaskan bahwa dalam
pandangan John Cage “…liberation is tantamount to separation and
independence…” (pembebasan mempunyai arti serupa dengan perpisahan dan
kemerdekaan); maka “…the expressivity, communication, interdependence, and
interaction of “improvisation” were a hindrance to “liberation” (ekspresi,
komunikasi, saling ketergantungan, dan interaksi dalam “improvisasi” menghalangi
pembebasan). Konsep inilah, yang Cage mencoba menerapkan dalam beberapa karya;
dapat dianggap, walaupun hanya secara teoretis, di antara yang paling mendekati
kebebasan mutlak dalam musik.
kekosongan tanpa bentuk, tetapi melalui tiga miliar tahun evolusi organik. Segala
yang kita pernah menjadi terkodifikasi di suatu tempat dalam diri kita).
Di antara ketentuan terkait dengan latar belakang non-musikal, ada dua yang
dapat memengaruhi permainan secara mencolok: 1) kemampuan untuk mengontrol
atau menghilangkan rasa atau sifat penghalang seperti malu, takut bereksplorasi,
gugup, atau sombong; dan 2) kemampuan untuk bermeditasi atau menyelam dalam
ruang dan saat ini; sebab keadaan mental inilah yang akan menyebabkan intuisi
musikal mengalir dengan lancar selama permainan berlangsung.
Gambar 4.6 Ketentuan yang Dapat Dimaklumi dalam Permainan Improvisasi Bebas
permainan dengan kesepakatan tentang pemilihan alat musik, waktu, dan penyeteman
dapat digolongkan pula dalam sub-spektrum dan sub-sub spektrum berikutnya, yaitu:
sub-spektrum improvisasi bersepakat dan sub-sub spektrum pelatihan improvisasi. Di
samping itu, walaupun sebuah permainan oleh pemula nyaris dapat menghindari
pengaruh dari riwayat musikalnya; justru keawamannya, terutama yang terkait
dengan teknik, menjadi batasan yang sangat berat karena mereka tidak akan mampu
memainkan sebagaimana intuisi musikalnya membisikkan. Oleh karena itu, untuk
lebih membebaskan diri dari riwayat musikalnya, seorang pemusik perlu meluaskan
wawasan dan pengalaman bermusik.
degung yang memboboti dua nada dalam siklus delapan ketukan; dan
pelatihan/meditasi Teach Yourself to Fly (Mengajari Anda Sendiri untuk Terbang),
One Word (Satu Kata), atau Pure Noise (Kebisingan Murni) dari Sonic Meditations
(Meditasi Berbunyi) oleh Pauline Oliveros, yang dapat dipentaskan pula sebagai
karya komposisi-improvisasi. Dalam ulasannya mengenai pelatihan improvisasi oleh
John Stevens, Andrew Peggie (1987, hlm. 306) menjelaskan bahwa “a simple
clapping, breathing or scale playing piece becomes raised to the level of real music
only when all participants approach the exercise with a commitment to making
music” (tepuk tangan yang sederhana, pernafasan, ataupun karya untuk memainkan
tangga nada dapat ditingkatkan ke tahapan musik nyata hanya jika semua peserta
mendekati pelatihan itu dengan komitmen untuk menciptakan musik).
Sebaliknya, dalam pelatihan improvisasi dan komposisi terumus, energi dan kapasitas
pemain dapat diarahkan sepenuhnya pada pendengaran dan permainan; apalagi jika
16
Memainkan suatu karya sambil membaca notasinya untuk pertama kali (sightplaying) adalah proses
amat rumit yang melibatkan dua kompetensi yang saling terkait: kemampuan untuk memainkan
dengan teknik dan kemampuan untuk memahami yang dibacakan (Udtaisuk, 2005, hlm. 129). Menurut
model Dneya Udtaisuk (2005, hlm. 124-126), kedua kompetensi ini terbangun oleh empat komponen,
yaitu: koordinasi fisik, kesadaran musikal, potensi musikal, dan pengalaman musikal.
77
Terrazas (dalam Milán, 2020) menceritakan bahwa proses beliau telah membutuhkan
waktu panjang untuk menemukan bagaimana mendesain sebuah notasi sesuai dengan
kreativitas seorang pengimprovisasi yang tidak berimajinasi karya “yang sudah jadi”,
tetapi imajinasinya berubah-ubah karena cenderung mendengarkan kontur, perilaku
umum, hal-hal yang terjadi dengan sedikit detail, dan/atau kurva penyaluran energi.
Alhasil, notasi Terrazas memungkingkan interpretasi yang jauh berbeda dari hari ke
hari; ibarat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi jika para pemain
memasuki sebuah peta atau permainan video dengan memori dan kemampuannya
masing-masing. Selain itu, beliau mewaspadakan tentang
muchas veces lo que termina pasando en muchas obras abiertas es que los
músicos ensayan, y al principio improvisan pero después de 2,3,4,5,6,7
ensayos las cosas tienden a fijarse y los músicos dejan de improvisar, y
entonces lo que están haciendo es completar tu composición (yang sering
terjadi dalam karya terbuka, yaitu pemusik melatihkannya, dan pada awalnya
mereka berimprovisasi; tetapi setelah melatihkannya 2,3,4,5,6,7 kali, musik
cenderung menjadi tetap sehingga pemusik hanyalah melengkapi komposisi
Anda dan tidak berimprovisasi lagi) (Terrazas dalam Milán, 2020).
Jerry Coker (1980, hlm. 3) membedakan lima tahapan dalam improvisasi ber-melodi,
ialah: 1) mengulangi notasi atau rekaman; 2) mengiaskan dengan ritme dan/atau pola
ornamentasi (rephrasing); 3) memainkan sekitar nada-nada pokok (playing around
the melody); 4) mengelaborasikan berdasarkan kord iringan (change running); 5)
menciptakan melodi baru berdasarkan kord iringan dan/atau bagian-bagian dari
melodi utama (lyricism). Selain melodi utama; lirik, iringan, pola, motif, perubahan
kord, atau sebuah fragmen lagu dapat digunakan juga sebagai pokok musikal dalam
interpretasi pokok komposisi, misalnya sebuah pola bas kontinuo dalam musik barok
atau cuplikan (sample) lagu-lagu terkenal dalam improvisasi vokal hip-hop. Menurut
Amanda Sewell (2013, hlm. vi), dalam musik hip-hop: “…structural samples create
the rhythmic foundation, surface samples overlay or decorate the foundation, and
lyric samples provide words or phrases of text” (cuplikan struktural menciptakan
dasar ritmis, cuplikan permukaan melapiskan atau mengiaskan dasarnya, dan
cuplikan lirik memberikan kata atau frasa teks).
dan improvisasi, yaitu bagian/unsur musik yang tidak disepakati. Berdasarkan tingkat
improvisasi dan interpretasinya; semua karya, permainan, dan jenis musik dapat
diletakkan dalam kesinambungan interpretasi-improvisasi; yang terdiri dari dua
spektrum, empat sub-spektrum, dan tiga sub-sub spektrum. Sub-spektrum improvisasi
bebas meliputi permainan yang hanya terbatas oleh sejumlah ketentuan yang dapat
dimaklumi karena merupakan hakikat dari dunia fisik, latar belakang musikal dan
non-musikal, dan permainan musikal itu sendiri.
Gambar 4.8 Berbagai Manfaat Improvisasi dan Improvisasi Bebas serta Golongannya
85
17
Halaman internet Serikat Terapi Musik Eropa (European Music Therapy Confederation)
(https://www.wfmt.info/Musictherapyworld/modules/emtc/e_index1.php ) mengandung informasi
tentang sejarah, pelatihan, dan penelitian tentang terapi musik di berbagai negara Eropa.
88
emosi berat atau terpendam tanpa mesti berkata) (MacDonald dan Wilson,
2014, hlm. 1).
18
http://pdpt.unimus.ac.id/2012/wp-content/uploads/2012/05/Permen-No.-70-2009-tentang-
pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf
93
bersama dan mereka harus bergaul dengan cukup baik sehingga dapat menciptakan
musik. Dan tidak hanya itu, mereka telah membuang buku aturan…).
Patrick Freer (2010, hlm. 25) pernah bertanya: “Might the essential feature of
improvisation—its lack of notation—render it accessible to all people without the
precondition of formal musical study?” (Apakah inti sari improvisasi, yaitu ketiadaan
notasi, dapat membukakan aksesnya bagi semua orang tanpa syarat harus melalui
pendidikan musik formal terlebih dahulu?). Menurut pengalaman penulis, improvisasi
idiomatis niscaya membutuhkan pelatihan formal dan/atau informal terlebih dahulu;
tetapi improvisasi bebas dan beberapa improvisasi bersepakat dapat langsung
melibatkan pemain dengan alat musik, latar belakang, usia, dan tingkat kemahiran
apapun; bahkan yang belum berpengalaman sama sekali dengan musik. Improvisasi
bebas berkelompok dapat membuka pintu improvisasi bagi pemula sebab sifatnya
kolaboratif dapat mengatasi beberapa kesulitan yang dialami oleh pemula dalam
permainan improvisasi solo, di antaranya: tidak dapat menyamarkan diri dalam
rajutan kelompok, dapat mengalami kesulitan untuk menemukan titik awal, dan
idenya cepat habis (Neeman, 2014, hlm. 55; Hickey dll, 2015, hlm. 10). Lebih dari
itu, setelah beberapa kali mencoba berimprovisasi bebas, orang awam lebih gampang
mendapatkan kelancaran sebab tidak diperlukan banyak latihan seperti dalam
improvisasi idiomatis (Neeman, 2014, hlm. 47). Meskipun demikian, menjadi ahli
dalam permainan improvisasi bebas membutuhkan pengalaman yang cukup lama. “It
can be an activity of enormous complexity and sophistication, or the simplest and
most direct expression: a lifetime´s study and work or a casual dilettant activity” (Ia
dapat merupakan kegiatan yang sangat rumit dan canggih ataupun ekspresi paling
langsung dan sederhana: pekerjaan dan pelajaran selama seumur hidup ataupun
kegemaran informal) (Bailey, 1993, hlm. 83-84).
dan instalasi berbunyi; rekaman, siaran, dan perangkat lunak digital; binatang dan
suara lingkungan. Di antara teknik yang dapat digunakan termasuk: tradisional,
klasik, eksplorasi atau penemuan baru, perluasan atau penambahan terhadap alat
musik, dan multi-instrumentisme serentak. Di antara idiom yang dapat menjadi
inspirasi termasuk: musik klasik, populer, tradisional, kontemporer, avant-garde,
eksperimental, campursari, dan unsur dari seni/bidang lainnya. Dengan inklusivitas
total pemain dan bunyi, improvisasi bebas seperti mewujudkan utopia dari gerakan
Zapatista yang berbunyi: “El mundo que queremos es uno donde quepan muchos
mundos” (Dunia yang kami inginkan adalah sebuah dunia yang merangkumkan
banyak dunia) (Ejército Zapatista de Liberación Nacional, 1996).
4.2.2.2 Kesejajaran
4.2.2.2.1 Kesempatan Serata
Terkecuali beberapa musik kontemporer, musik ber-tekstur polifoni dan
heterofoni, atau musik yang dimainkan oleh ensembel paduan sejenis; kebanyakan
genre, terutama musik populer pada abad XX, cenderung menggunakan sebagian alat
musik (rhythm section) untuk mengiringi beberapa pemain utama (Biazon, 2015, hlm.
59; Scott, 2008, hlm. 5). Sebaliknya, dalam improvisasi bebas, semua bunyi dan
pemain dapat mempunyai peran serata dengan yang lain serta kesempatan untuk
menjadi protagonis dalam bagian tertentu. Selain itu, improvisasi bebas tidak wajib
menitikberatkan satu atau sebagian nada, sebagaimana terjadi dalam musik tonal dan
modal. Apriori, semua nada berkesempatan untuk menjadi nada pokok dalam bagian
tertentu. Walaupun demikian, “…it would be grossly over-simplistic to suggest that
all players in a free improvisation are always equal” (mengusulkan bahwa semua
pemain dalam improvisasi bebas selalu sama adalah penyataan yang amat sederhana)
(Thomson, 2008, hlm. 5). Kewibawaan dan pengalaman seorang pemain dan/atau
jasanya dalam kepanitian dapat menanamkan otoritas halus dan tersirat kepadanya,
sehingga dapat memengaruhi dinamika dan perilaku musikal kelompok sebelum dan
selama pertunjukan berlangsung (Thomson, 2008, hlm. 5).
97
4.2.2.2.2 Anarkisme
Kesejajaran terkait erat dengan konsep anarki, yaitu “…a sociedade
organizada sem autoridade, compreendendo-se a autoridade como a faculdade de
impor a própria vontade” (…masyarakat yang terorganisasi tanpa otoritas, di mana
pengertian otoritas adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak sendiri)
(Malatesta dalam Baizon, 2015, hlm. 26). Seorang anarkis tidak menginginkan
memerintah maupun menuruti, menjajah maupun dijajah (Malatesta dalam Biazon,
2015, hlm. 27). Oleh karena itu, para anarkis serta kebanyakan kelompok improvisasi
bebas sering terorganisasi dalam usaha manajemen diri (autogestion), yaitu “…um
modelo de gestão onde todas possuem igual capacidade de participação sem a
existência de cargos hierárquicos” (…sebuah model pengelolaan di mana semuanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, tanpa adanya jabatan
hierarki) (ATIVISMOABC dalam Biazon, 2015, hlm. 30).
Kebalikannya dari sistem diktatorial dalam orkestra simfoni (Schafer dalam
Biazon, 2015, hlm. 17), grup pop dengan penyanyi atau pengaresemen utama, dan
lain-lain; dalam permainan improvisasi bebas “…nenhuma tradição, compositor(a),
regente, professor(a) de música, diretor(a) musical, contratante de shows e
concertos, público, ou (uma maioria de) performer(s) (durante uma performance)
deve(ria) ter poder (direto, autorização social) de decidir o que outrem irá produzir
musicalmente” (… tidak satupun tradisi, komponis, konduktor, guru musik, penata
suara, pemesan pertunjukan atau konser, penonton, seorang pemain (ataupun
kebanyakan pemain) seharusnya mempunyai kekuasaan (langsung, izin sosial) untuk
memilih musik apa yang akan diciptakan oleh yang lain dalam pertunjukan) (Biazon,
2015, hlm. 33). Sehubungan dengan ini, Chefa Alfonso (2007, hlm. 14) menganggap
bahwa improvisasi (bebas) “…representa la utopía que muchos deseamos: la
existencia de un mundo solidario y no jerárquico, donde se ha disuelto cualquier
sistema de control o subordinación” (…mewakili utopia yang diinginkan banyak
orang: keberadaan sebuah dunia solider dan tidak hierarkis yang telah melenyapkan
segala sistem pengawasan dan subordinasi).
98
2014, hlm. 53). Harkat dan makna dalam permainan hanya dapat diraih dengan
kompromi semua peserta; makanya bisa dinyatakan bahwa belajar improvisasi
laksana dengan belajar hidup (Arnaud, 2014, hlm. 36).
Sebagaimana telah dibuktikan oleh penulis serta dinyatakan oleh Stephen
Nachmanovitch (2004, hlm. 142,143) dan Tom Nunn (1998b, hlm. 67); interaksi
dalam permainan improvisasi bebas seringkali membangun pertemanan sejati.
Sesungguhnya, interaksi musikal dan personal saling terkait dan saling memengaruhi:
pertemanan yang baik cenderung menghasilkan permainan yang baik, dan permainan
yang baik cenderung menghasilkan pertemanan yang baik; dan sebaliknya pula
dengan interaksi dan pertemanan yang buruk.
4.2.2.4 Fleksibilitas
Interaksi dengan keadaan yang selalu berubah serta tidak mungkin diduga
dapat dimudahkan dengan sifat fleksibilitas, adaptabilitas, resilensi, keikhlasan, rela
mengalah/mempersilahkan, efektivitas, koherensi, kreativitas, kesertamertaan,
menerima dan memperbaiki kesalahan, mempercayai orang lain, pikiran terbuka, dan
wawasan luas. Dalam improvisasi bebas, seorang pemain “…can alter the flow at any
time but not completely control it” (…dapat merubah alur musik kapan saja tetapi
tidak bisa mengaturnya sepenuhnya) (Nunn, 1998b, hlm. 66). Oleh karena itu,
melalui permainannya kita bisa mempelajari menerima keadaan yang tidak terjadi
sebagaimana diharapkan (Arana, 2019, hlm. 50); bahkan dapat membantu bertahan
hidup pada saat kita “…cope with the random events, failure, chaos, disaster and
accident…” (menghadapi peristiwa tak terduga, kegagalan, kekisruhan, bencana, dan
kecelakaan…) (Toop dalam Schroeder, 2019, hlm. 6). Selain itu, mengandalkan pada
orang lain dapat mengajari kita untuk mempercayai diri sendiri serta menyerahkan
kontrol pada alam bawah sadar (Nachmanovitch, 2004, hlm.140), alam semesta,
Tuhan, atau energi superior yang menata segalanya.
Menurut Chefa Alonso (2014, hlm. 31), improvisasi yang baik dihasilkan
dengan keseimbangan tipis antara sifat autarki dan fleksibilitas, atau dalam kata lain:
ekuilibrium antara niat untuk melanjutkan pendapat musikal mandiri dan kemampuan
100
untuk berinteraksi dengan konteks yang selalu berubah. Camila Arana (2019, hlm.
28) menemukan bahwa pelatihan reguler improvisasi bebas dalam pendidikan tinggi
dapat mengembangkan empat bakat atau kompetensi terkait dengan fleksibilitas: 1)
kesadaran akan masing-masing prasangka buruk mengenai bunyi dan musik; 2)
menerima dan memaknai ulang kesalahan sehingga menjadi bagian dari permainan
sekaligus kesempatan untuk mencapai tujuan; 3) keterbukaan estetik dan sensibilitas
terhadap bunyi dan musik baru atau tidak biasa; 4) kriteria pribadi tentang musik dan
bunyi. Di sisi lain, permainan improvisasi bebas sangat fleksibel mengenai anggota
kelompok sehingga dapat mengatasi peristiwa yang tidak terduga seperti
ketidakhadiran pemain.
di luar kebiasaan masing-masing dalam permainan musik bernotasi (Freer, 2010, hlm.
25); dan penemuan musik serta cara berinteraksi yang baru (Neeman, 2014, hlm. 38).
Carole Ott (dalam Arana, 2019, hlm. 17) melaporkan adanya perkembangan
sifat berani ambil resiko setelah menerapkan improvisasi bebas pada paduan suara di
tingkat universitas; sedangkan Nasim Niknafs (dalam Arana, 2019, hlm. 18)
menganggap bahwa penerapan improvisasi bebas dalam sekolah dapat mendorong
siswa untuk bereksperimentasi tanpa takut akan kesalahan. Walaupun demikian,
mempelajari untuk selalu terbuka terhadap kejadian yang berkesinambungan, untuk
tidak takut akan kegagalan, dan untuk membiarkan sesuatu terjadi tanpa memaksakan
hasilnya; memerlukan waktu yang cukup panjang (Schroeder, 2019, hlm. 3).
semangat bagi siswa yang kurang tertarik, kurang fokus, atau kurang bertanggung
jawab terhadap proses pendidikan.
4.2.2.7 Kreativitas
Menurut Stephen Nachmanovitch (2004, hlm. 260), impuls kreatif adalah
dorongan hati untuk menciptakan sesuatu; terlepas dari wujud hasilnya serta respon
orang lain terhadapnya. Kehendak ini dapat diwujudkan melalui kreativitas atau daya
cipta; yang
…implica factores tales como como la inteligencia, la capacidad de ver las
vinculaciones entre hechos que antes se veían como separados, la capacidad
de romper con actitudes mentales pasadas de actualidad, la valentía, las
fuerzas, la actitud de juego y hasta la capacidad de atacar.
(…menyiratkan unsur-unsur seperti kecerdasan, kemampuan untuk melihat
hubungan antara kejadian-kejadian yang sebelumnya tampak terpisah,
kemampuan untuk menyudahi sifat mental usang, keberanian, tenaga-tenaga,
sifat bermain, bahkan kemampuan untuk menyerang) (Nachmanovitch, 2004,
hlm. 259).
Di sisi lain, Pauline Oliveros (2005, hlm. 15) mengartikan kreativitas sebagai
“…the formation of new patterns, exceeding the limitations and boundaries of old
patterns, or using old patterns in new ways” (…pembentukan pola baru, melampaui
batas pola lama, atau menggunakan pola lama dengan cara baru). Supaya muncul,
kreativitas memerlukan keahlian, kepribadian, motivasi, suasana yang mendukung,
dan imajinasi; yaitu benih kreativitas yang dapat diartikan secara umum sebagai
“…the human capacity to construct a mental representation of that which is not
currently present to the senses” (kemampuan manusia untuk membentuk representasi
mental dari sesuatu yang sedang tidak diamati oleh pancaindra) (Gotlieb dll, 2019,
hlm. 709).
Edward Neeman (2014, hlm. 47) menyatakan bahwa “the goal of free
improvisation is to find new ideas that do not depend on pre-existing structures”
(tujuan improvisasi bebas adalah menemukan ide baru yang tidak tergantung pada
struktur yang sudah ada). Walaupun deklarasi tentang tujuan akhir improvisasi bebas
masih bisa diperdebatkan; penemuan ide baru atau orisinalitas memang merupakan
103
salah satu hasil penting dari kreativitas dalam improvisasi bebas. Menurut Jean Piaget
(dalam Duckworth, 1964, hlm. 175), tujuan utama pendidikan adalah membentuk
orang kreatif; sedangkan penerapan improvisasi pada umumnya dan improvisasi
bebas pada khususnya termasuk salah satu metode terbaik untuk merangsang
kreativitas siswa karena “…peut permettre à l' élève de prendre conscience de sa
capacité à créer” (…dapat menyadarkan murid tentang daya ciptanya sendiri)
(Remond, 2011, hlm. 28). Mark Dipnall (2012, hlm. iii) menganggap bahwa
penerapan pelatihan improvisasi dalam kelas alat musik perorangan dapat membantu
murid untuk menemukan serta mengungkapkan suaranya dan imajinasinya sendiri.
Bagi murid yang menitikberatkan musik bernotasi, improvisasi dapat memberikan
pengalaman ilham serupa yang dialami oleh seorang komponis; sedangkan bagi
komponis, improvisasi dapat membantu menyadari dan mewujudkan musik yang
tersimpan di alam bawah sadar (Chase dalam Lewis, 1996, hlm. 109, 110).
19
“Gente que va a retiros”, “Gente que hace improvisación libre”, “Mariguanos”, “No te lo puedo
contar, lo tienes que vivir”.
107
Tabel 4.2
Berbagai Dikotomi Pendidikan Improvisasi di Sekolah
(Hickey, 2009, hlm. 289).
Terstruktur Bebas
Kontrol Kekacauan
Tonal-Eurosentris Non-idiomatis
Formal Non-formal, informal
Kerja Bermain
Terfokus pada guru Terfokus pada bunyi
Perorangan Perkelompok
Berulang-ulang Komposisi - tidak berulang-ulang
Komposisi Improvisasi
Transmisi didaktis, mengarah para guru Enkulturasi, mengarah pada murid
musikal seperti non-musisi atau anak. Hal ini didukung oleh Christina Larsson dan
Eva Georgi-Hemming (2018, hlm. 10) ketika menyatakan bahwa “teachers must
avoid chaos and establish guidelines to create a safe environment in which students
can participate at their personal level of comfort and develop from there” (para guru
harus menghindari kekacauan dan menetapkan panduan untuk menciptakan suasana
aman supaya siswa bisa berpartisipasi dengan tingkat kenyamanan masing-masing,
lalu dari situ berkembang lagi). Sebaliknya, Maud Hickey (2009, hlm. 292)
menganggap bahwa kecenderungan terhadap improvisasi terstruktur di sekolah dasar
dan menengah, yang pada kenyataannya sudah menjadi kebiasaan kebanyakan guru,
justru menghalangi kreativitas dan kebebasan siswa. Pandangan beliau dikuatkan oleh
penelitian yang membuktikan bahwa anak TK mampu berimprovisasi bebas dan
berkomposisi dengan sukses tanpa pengawasan seorang dewasa. Gladys Moorhead
dan Donald Pond (dalam Hickey, 2009, hlm. 290), pelaku penelitian tersebut serta
pengarang buku Musik of Young Children (Musik Anak Muda), menyimpulkan: “To
produce his own music a young child’s first need, we find, is freedom –freedom to
move about in pursuit of his own interests and purposes, and freedom to make the
sounds appropriate to them” (Kami menemukan bahwa untuk menciptakan musiknya
sendiri, anak muda membutuhkan pertama-tama kebebasan. Kebebasan untuk
mengejar ketertarikan dan tujuan mereka sendiri, kebebasan untuk menghasilkan
bunyi yang cocok bagi mereka).
pembelajaran. Di sisi lain, Mark Dipnall dan peneliti lain (dalam Dipnall, 2012, hlm.
23) menyarankan keseimbangan antara pendidikan formal dan informal sebab
masing-masing pendekatan dapat menyumbangkan perbedaan pengalaman dan hasil
yang akan membentuk pemain andal serta berprestasi tinggi. Lebih jauh lagi, Göran
Folkstead (dalam Dipnall, 2012, hlm. 23) mengusulkan bahwa pendidikan formal dan
informal bukanlah dikotomi, tetapi sebuah kesinambungan.
rekaman) dan pendidikan; serta sangat dianjurkan bagi yang berspesialisasi penelitian
(ilmu sosial dan alam) dan ketatausahaan. Menurut Ed Sarath (2010, hlm. xv),
sekolah musik masa depan akan menyatukan semua spesialisasi dalam “…entirely
new curricular pathways that transcend category and exemplify the creative horizons
of musical innovators past and present” (…berbagai jalur kurikuler baru yang
melampaui kategori serta mencontohkan wawasan kreativitas oleh para pembaru
musikal masa lalu dan masa kini).
teknik lain dimainkan. Beliau menerangkan bahwa model ini terjadi pula dalam
pendidikan otodidak musik populer karena, walaupun masih terdapat proses
kreativitas dalam permainan improvisasi idiomatis, para pelajar mendapatkan otoritas
dari berbagai contoh budaya industri yang ditiru (Thomson, 2008, hlm. 2,3).
enkulturasi antara mereka. Selain itu, mereka belajar tentang alat musiknya sendiri
serta dapat menemukan teknik, akal, dan cara yang baru atau cocok untuk
berinteraksi dengan keseluruhannya.
daripada metode terstandar; Matthias Koole (dalam Schroeder, 2019, hlm. 18)
mengusulkan bahwa improvisasi bebas seharusnya tidak diajarkan supaya tidak
membias estetik pribadi; dan Marilyn Lerner (dalam Alfonso, 2014, hlm. 85)
mempercayai bahwa seseorang hanya bisa “…dar herramientas como un pintor que
tiene un pincel y una técnica, pero eso no es hacer arte” (…memberikan alat
sebagaimana seorang pelukis mempunyai koas dan tekniknya, namun itu bukanlah
seni). Sebagian dari alat tersebut adalah kepekaan terhadap sonoritas dan bunyi
(Alexandre Zamith dalam Schroeder, 2019, hlm. 17), penyadaran tentang
kemungkinan yang ada (Cliff Korman dalam Schroeder, 2019, hlm. 18), dan
menghilangkan halangan terhadap kreativitas yang ada dalam diri kita
(Nachmanovitch, 2004, hlm. 22). Manu Falleiros (dalam Schroeder, 2019, hlm. 18)
menegaskan bahwa yang penting adalah mencanangkan sebuah budaya yang
memperkenankan orang bisa bermain, sebab jika kita “mengajarkan”, improvisasi
bebas dapat distandarisasi atau di-macdonaldisasi sehingga “…might cease to be a
culture, before it has even established itself as such” (…mungkin berhenti menjadi
sebuah budaya sebelum telah ditetapkan penuh sebagai budaya). Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas serta pengalaman pribadi, penulis menyimpulkan bahwa
seseorang dapat mempelajari improvisasi bebas, baik secara formal atau informal,
namun tidak ada seorang pun yang dapat mengajarinya.
20
Salah satu contoh adalah pertemuan di rumah Edgar Caamal (komunikasi pribadi, 13 Juli 2021) di
kota Mérida (Meksiko) yang dihadiri oleh musisi lokal, nasional, dan internasional dengan berbagai
usia, latar belakang, dan tingkat kemahiran. Acara hiburan ini diadakan setiap malam rabu selama 10
tahun berturut-turut, namun sejak kedua tahun terakhir dijadwalkan setiap dua minggu, lalu setiap
bulan.
126
Berdasarkan pengalaman penulis, sebuah kelompok yang terdiri dari 5 orang atau
lebih dapat menjadi lebih efisien serta memaksimalkan kualitasnya di bawah
pimpinan seseorang yang rendah hati, termotivasi, serta mampu menugaskan,
memberikan kredit, dan membagikan hasil sesuai dengan kemampuan dan jasa
masing-masing.
127
mandiri ataupun bekerja sama dengan institusi swasta atau pemerintah. Kapan, berapa
lama, di mana, sarana apa yang dibutuhkan, siapa sasarannya, berapa jumlah peserta,
apa tujuannya, bagaimana menyebarkan undangannya, apa syarat pendaftaran, berapa
bayarannya peserta atau upah pembimbing, dan apa saja kegiatannya merupakan
pertanyaan yang sudah harus terjawab ataupun direncanakan sebelum memulai
kegiatannya. Dalam kelas reguler di sekolah ataupun universitas, kurikulum kelas
ditentukan oleh kondisi ruangan serta kebutuhan peserta, baik siswa maupun guru
(Arana, 2019, hlm. 53). Jika institusi mengharuskan peserta kelas/kursus dinilai,
sebaiknya dilaksanakan berdasarkan kompromi dan kemajuan masing-masing, bukan
berdasarkan tingkat kemampuan serata tertentu.
cuerpos vivos de los alumnos con el cuerpo vivo del conocimiento (Menyusun
sebuah program pembelajaran tanpa mengetahui siapa yang akan hadir, apa
kelebihannya dan kekurangannya, dan bagaimana mereka berinteraksi;
mencegah adanya kejutan serta menghalangi pembelajaran. Seninya seorang
guru adalah menghubungkan, pada saat yang sedang berlangsung, badan
hidup muridnya dengan badan hidup pengetahuan).
Selain itu, seorang pendidik musik sebaiknya mempunyai sifat pelajar dan
selalu rela mati dalam kelas (Schafer dalam Arana, 2019, hlm. 54); sebab “su deseo
de control sobre el resultado sonoro puede ser un obstáculo…” (keinginannya untuk
mengontrol hasil bunyi bisa menjadi halangan…) (Rojas dalam Alfonso, 2014, hlm.
69). Dia harus pandai berimprovisasi, baik secara musikal ataupun secara pedagogis,
sehingga merasa “…comfortable presenting unpredictable situations and exploring
open-ended possibilities” (…nyaman menyajikan situasi yang tidak dapat diduga
serta bereksplorasi kemungkinan dengan akhiran terbuka) (Borgo dalam Arana, 2019,
hlm. 52). Baik dengan kurikulum fleksibel ataupun tanpa perencanaan terlebih
dahulu, sebuah kelas improvisasi dan kreativitas harus selalu mengejutkan peserta
dan pembimbing. Tidak boleh membosankan!
Oleh karena itu, pembimbing hendak menyemangati peserta untuk terus fokus
sekaligus tetap menjaga suasana santai. Albert Kaul menjelaskan bahwa pembimbing
tidak boleh menuntut atau mengharapkan permainan yang “benar” atau yang
“terbaik” karena “el propósito del juego es el propio juego” (tujuan permainan
adalah permainan itu sendiri) (Gadamer dalam Alfonso, 2014, hlm. 65). “Debe existir
un verdadero espacio de juego donde todo esté permitido” (Harus ada ruang
permainan yang sesungguhnya, yang memperbolehkan segalanya) (Kaul dalam
Alfonso, 2014, hlm. 65). Sebaliknya, dalam penerapan improvisasi bersepakat; tugas
pembimbing adalah menjelaskan terlebih dahulu aturan permainan, bahkan
menghentikannya jika hasilnya kurang memuaskan lantaran kesalahpahaman aturan
ataupun pelanggaran sengaja. Baik improvisasi bebas atau bersepakat, baik dengan
dewasa ataupun anak-anak, permainan perlu dilaksanakan dengan komitmen yang
muncul dari diri sendiri (Arnaud, 2014, hlm. 36); bukan karena kewajiban, paksaan,
ataupun untuk memenuhi prinsip kesopanan saja. Terkait dengan ini, John Stevens
(dalam Nunn, 1998b, hlm. 37) menginstruksikan muridnya untuk langsung bermain
serta mengajak yang lain untuk bermain, walaupun gurunya atau peserta lain belum
datang:
You're coming here because you're supposed to want to play. This is a room in
which you can play, so, as soon as you get in this room you are going to prove
you want to play by getting on and playing. If you don't want to do that, none
of what I'm doing here makes any sense whatsoever… (Kalian datang ke sini
sebab menurut kalian, kalian ingin bermain. (Ini adalah ruangan di mana
kalian dapat bermain, maka segera setelah memasukinya kalian harus mulai
bermain untuk membuktikan kalian ingin bermain. Jika kalian tidak mau
melakukannya, segala yang saya mengerjakan di sini tidak berarti apapun…).
pendidikan konvensional, otoriter, dan usang) (Alfonso, 2017, hlm. 71). Dalam
pandangan serupa, Stephen Nachmanovitch (2014, hlm. 14, 22) menjelaskan bahwa
penciptaan spontan dan kreatif muncul dari kedalaman diri kita; maka, sebagaimana
pematung Michaelangelo yang membuang bagian batu yang tidak dibutuhkan, kita
tidak perlu “…hacer venir el material sino…desbloquear los obstáculos para su flujo
natural” (…mendatangkan bahannya, tetapi menghapuskan hambatan terhadap arus
naturalnya) (Nachmanovitch, 2004, hlm. 22).
tangga nada, arpegio, dan eksplorasi (Gordon dalam Dipnall, 2014, hlm. 28). Gitaris
jaz yang mampu menyanyikan melodi yang sedang dimainkan dalam gitarnya
merupakan contoh musisi yang sudah mengembangkan audiasinya. Akan tetapi,
untuk mencapai tingkat tersebut dibutuhkan waktu dan usaha; maka walaupun
seseorang hanya mampu bereksplorasi, itu sudah cukup untuk bermain improvisasi
bebas. Justru eksplorasi yang sadar beserta pelatihan pendengaran akan menghasilkan
audiasi yang mahir.
disebut oleh Jalaluddin Rumi (dalam Barks, 1995, hlm. 34): “…fallen into the place
where everything is music” (…jatuh di dalam tempat di mana segala sesuatu adalah
musik).
dan prinsip inilah yang diajarkan dari pelajaran pertama yang diberikan para pemusik
kepada muridnya”. Dalam pandangan yang sama, Sodikin, guru suling Sunda penulis,
pernah menjelaskan kepada penulis bahwa “jika ingin berhasil dalam pembelajaran
musik Sunda, harus juga membersihkan jiwa” (Sodikin, 2012, komunikasi pribadi).
Setelah merenung tentang ini, penulis menemukan bahwa jiwa yang kotor niscaya
melakukan tindakan atau pilihan yang keliru, bahkan jahat. Tindakan tersebut tentu
merugikan diri sendiri dan/atau orang lain sehingga dapat membangkitkan perasaan
bersalah (guilt) dan/atau penyesalan (regret). Perasaan menyesal mengandung dua
komponen yang, tergantung situasinya, dapat muncul dengan tingkat yang berbeda,
ialah: “the affective experience produced by the negative event and the cognitive
understanding of the poor decision” (pengalaman afektif yang ditimbulkan oleh
peristiwa negatif dan pemahaman kognitif mengenai keputusan yang kurang baik)
(Buchanan, Summerville, Lehmann, dan Reb, 2016, hlm. 1, 2). Semakin buruk
perbuatannya dan semakin tinggi ekspektasi terhadap pilihan yang tidak diambil
ataupun hasil yang tidak didapatkan; semakin sering jiwa tidak tenang sehingga
pikiran dan afek tentangnya bisa muncul pada saat berimprovisasi.
Oleh karena itu, improvisasi bebas dan musik lain yang sangat kental dengan
improvisasi, seperti musik Sunda 21; membutuhkan pemain dengan jiwa yang bersih.
Selain itu, penyanyi yang membina hatinya serta merasakan kata-kata yang
dinyanyikan dapat menyampaikan sebuah efek dengan daya tarik magnetis yang tidak
mungkin tercapai dengan alat musik lain ataupun oleh suara orang yang tidak punya
hati, walaupun dia usaha sekeras-kerasnya untuk membina suaranya (Khan, 2002,
hlm. 206). Selain dapat berfokus sepenuhnya pada saat bermain, jiwa yang bersih
cenderung menciptakan suasana nyaman dan damai di sekitarnya sehingga latihan
21
“While Bandung musicians may claim that certain West Javanese genres offer players greater scope
for melodic invention than is permitted in the repertoires of their Central Javanese and Balinese
counterparts, the subject of improvisation in Sundanese music has received little scholarly attention”
(Walaupun pemusik Bandung dapat mengakui bahwa beberapa genre tertentu asal Jawa Barat
memungkinkan bagi pemainnya ruang penciptaan melodis yang lebih luas daripada yang
diperbolehkan dalam repertoar tradisional Jawa Tengah dan Bali, topik improvisasi dalam musik
Sunda belum mendapatkan banyak perhatian akademis) (Swindells, 2004, hlm. 120).
139
dan pertunjukan bersama rekannya lebih dinikmati serta kenikmatan itu tersampaikan
langsung pada penonton.
dapat diakses oleh khalayak ramai, Anda bukan menyisihkan publik; namun
sebaliknya, Anda sedang menciptakan sebuah ruang orisinal dan mengundang orang
memasukinnya) (Nachmanovitch, 2004, hlm. 252).
Melalui eksplorasi, pemula dapat menemukan bunyi, teknik, atau ide baru sehingga
wawasan musikalnya dan estetiknya dalam permainan meluas. Oleh karena itu,
pembimbing harus membuat mereka percaya pada intuisinya; menawarkan tugas
yang membantu mereka mengembangkan akal dan tekniknya sendiri (Rojas dalam
Alfonso, 2014, hlm. 69, 70); dan
…crear un espacio en que el alumno pueda comportarse más como un músico
autónomo que como un estudiante, no como alguien que intenta satisfacer a
su profesor, sino como alguien que actua tal y como es, con su propio impulso
como punto de partida (…menciptakan sebuah ruang di mana murid dapat
bertindak sebagai musisi mandiri yang bersumber pada hakikat dan impulsnya
sendiri; bukan sebagai pelajar yang mencoba memuaskan gurunya) (Rojas
dalam Alfonso, 2014, hlm. 70).
Cara lain untuk membebaskan peserta dari kebiasaan serta harapan musikal
masing-masing adalah teknik “cakar ayam” (scribbling); yaitu salah satu pelatihan
improvisasi bersepakat oleh John Stevens yang menyuruh peserta memainkan
keseluruhan alat musiknya tanpa memperhatikannya dan/atau sambil memikirkan hal
141
lain, membaca, ataupun mengobrol (Scott, 2014, hlm. 201). Walaupun demikian,
sebagaimana dijelaskan oleh Wilfrido Terrazas (dalam Milán, 2020), yang terpenting
dalam improvisasi adalah menjalin koneksi dengan pemain lain, penonton, dan
suasana; bukan menemukan suaranya sendiri. Itu, menurutnya, “…va a suceder algún
día. Hasta te vas a hartar de tocar tus propios sonidos y algunos sonidos que fueron
muy característicamente tuyos algún día los vas a desechar por otros” (…bakal
terjadi pada suatu hari; bahkan kamu akan bosen bermain dengan bunyimu sendiri,
dan beberapa bunyi khasmu akan tergantikan dengan bunyi lain).
Tabel 4.3
Berbagai Tugas dan Peran Pembimbing Kelas/Kursus
Improvisasi Bebas dan Bersepakat
Merencanakan dan menyediakan Membangun kenyamanan, kepercayaan,
kegiatan dan rasa komunitas
Lebih dari 15-18 peserta termasuk jumlah yang kurang praktis untuk improvisasi
bebas sebab organisasi, ruang, akustik, pendengaran, dan ego dapat menghalangi
pembelajaran dan permainannya; namun tetap dapat dijalankan dengan sukses. Salah
satu alternatif bagi kelompok besar adalah menitikberatkan improvisasi bersepakat
dan karya komposisi-improvisasi; atau, sebagaimana disarankan oleh Chefa Alfonso
(2014, hlm. 55), penggunaan orkesta pengimprovisasi dengan satu ataupun beberapa
konduktor dari peserta sendiri.
144
4.3.2.3.1.3 Waktu
4.3.2.3.1.3.1 Lama dan Frekuensi Pertemuan
Terkecuali permainan hiburan yang terjadi tanpa direncanakan; sebuah
pertunjukan, rekaman, atau kegiatan pembelajaran improvisasi bebas berkelompok
membutuhkan kerangka waktu supaya peserta dan penonton dapat hadir serta
berperan secara serentak. Frekuensi dan lamanya pertemuan dalam latihan, kursus,
atau kelas improvisasi bebas dan bersepakat dapat memengaruhi pola permainan
sebuah kelompok. Sebagai contoh, Robert Reigle (dalam Borgo, 2001/2002, hlm. 14)
mempercayai bahwa pertemuan sekali seminggu dalam waktu sebentar oleh
kelompok Surrealestate mendorong pemunculan lebih banyak bagian tutti dalam
improvisasi bebas mereka. Dalam kata lain: mereka cenderung bermain berbarengan
karena ingin mendapatkan kesempatan untuk bermain sebelum pertemuan berakhir.
Satu kali pertemuan bisa berlanjut dari 20 menit saja, misalnya pada kursus kilat;
sampai tiga atau empat jam dengan istirahat di tengah. Berdasarkan pengalaman
penulis, durasi terbaik untuk kursus, latihan, atau rekaman orang dewasa adalah tiga
jam dengan istirahat 15-20 menit karena memudahkan pencapaian fokus serta
menghindari kejenuhan.
Di sisi lain, Joëlle Léandre (dalam Arnaud, 2004, hlm. 21) menyebutkan
bahwa diperlukan minimal empat atau lima hari supaya musisi dalam kursus dapat
menemukan alkemi dalam bunyi. Dalam kata Todd Jenkins (2004, hlm. xxxi):
“…players who work together long enough develop an uncanny intuitiveness as to
their next moves” (pemain yang bekerja sama cukup lama mengembangkan intuisi
misterius terhadap gerakan berikutnya). Bagi Baptiste Arnaud, sebuah kursus
improvisasi bebas adalah tempat di mana bahasa dan identitas sekelompok musisi
dibangun secara lisan; dan itu dapat terjadi, secara perlahan, hanya jika “…les
participants de l'atelier viennent regulierement et que le groupe est plus ou moins le
meme a chaque fois” (…semua peserta kursus hadir secara regular serta kelompok
tidak begitu berubah setiap kali pertemuan) (Arnaud, 2004, hlm. 21). Akan tetapi,
kebiasaan memainkan bersama terlalu lama dapat mengurangi spontanitas, kualitas,
dan kreativitas kelompok. Derek Bailey (dalam Neeman, 2014, hlm. 64) merasakan
145
bahwa kualitas terbaik dalam pertunjukan improvisasi bebas terdapat pada kelompok
yang belum pernah latihan bersama; dan sebaliknya, beliau menyatakan bahwa
kualitas mulai menurun sesudah kelompok menjadi tetap. Berdasarkan ini, penulis
menyarankan 3-6 kali pertemuan untuk kursus dan 5-10 bulan untuk kelas.
kelompok yang sama), persatuan dimudahkan oleh susunan dalam ruangan yang
menghasilkan pendengaran yang jelas dan seimbang bagi semua peserta. Salah satu
susunan terbaik, yang sering digunakan oleh Wilfrido Terrazas, Eddie Prévost, dan
Dave Matthews (Terrazas, 2021b), adalah lingkaran karena memungkingkan
komunikasi visual dengan semuanya serta membantu mempersatukan energi
mereka.Dave Yakima Wakinyan (dalam Jean, 2003, hlm. 81), salah satu ketua suku
Lakota di Amerika Serikat, menyatakan tentang lingkaran:
The Circle has healing power. In the Circle we are all equal. When in the
Circle, no one is in front of you. No one is behind you. No one is above you.
No one is below you. The Sacred Circle is designed to create unit
(Lingkaran mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Dalam lingkaran,
kita semuanya sama. Ketika dalam lingkaran, tiada siapapun di depan Anda.
Tiada siapapun di belakang Anda. Tiada siapapun di atas Anda. Tiada
siapapun di bawah Anda. Lingkaran sakral dibentuk untuk menciptakan
persatuan).
4.3.2.3.2 Multi-Instrumentisme
4.3.2.3.2.1 Definisi dan Soal Logistik
Multi-instrumentalisme, yaitu kemampuan untuk bermain berbagai alat musik,
sangat cocok dengan improvisasi bebas karena musik ini berdasarkan bunyi.
Sebagaimana terjadi pada pemain perkusi atau “pemusik kebisingan” (noisemaker)22;
pemain improvisasi bebas dapat menjadikan multi-instrumentisme sebagai
keahliannya atau ciri khasnya. Selain alat musik utama serta aksesori dan
penambahannya; baik yang akustik, berlistrik, atau digital; para peserta diharapkan
membawa alat musik lain, termasuk: benda, permainan musikal/berbunyi (musical
toys), atau penghasil bunyi apapun. Namun, lantaran kerepotan membawa banyak alat
musik, peserta dapat menitipkannya dalam satu ruangan yang aman; dan jika ruangan
latihan dikhususkan untuk kegiatan kelas/kursus improvisasi, alat musiknya dapat
diletakkan pada pertemuan awal sehingga pada pertemuan-pertemuan berikutnya
peserta tinggal datang dengan alat musik utamanya dan langsung bermain. Dengan
22
Pembuat efek suara secara akustik dalam filem dan teater ataupun pemusik yang bermain dengan
beranekaragam benda atau alat bunyi-bunyian.
149
demikian, kegiatan rutin menghemat waktu yang amat berharga. Susunan alat musik
dalam ruangan dapat diperuntukan demi tujuan latihan, rekaman, ataupun dua-
duanya.
mempersiapkan diri, tetapi untuk bermain dan hidup; dan ketika mereka
melakukannya mereka pun belajar, walaupun bukan niatnya). Oleh karena itu, penulis
menyarankan bahwa pertemuan akhir kelas/kursus dituntaskan dengan sebuah
pertunjukan atau rekaman improvisasi bebas, supaya hasil akhir terdengar. Akan
tetapi, jika jumlah pertemuan cukup banyak, pertunjukan atau rekaman improvisasi
bebas dapat disilang dengan beberapa pelatihan improvisasi bersepakat atau karya
komposisi-improvisasi; asal persiapannya tidak menghambat tujuan utama
kelas/kursus, yaitu memainkan improvisasi bebas (Arnaud, 2014, hlm. 22).
yang semakin tua semakin meningkat. Rentang konsentrasi dapat berubah dengan
berbagai faktor seperti kecapean, ketertarikan, tantangan, atau perangsang di luar
kegiatan yang mengalihkan perhatiannya. Secara umum, bisa disimpulkan bahwa
kegiatan harus berkisar antara 10-15 menit untuk anak berusia 3-4 tahun, sampai 50-
60 menit untuk anak berusia 12 tahun ke atas (Brain Balance Achievement Centers,
2022; Ward, 2020).
Sebaliknya dari anak-anak, orang dewasa sudah memiliki latar belakang
musikal yang terdiri dari semua musik yang pernah didengar dan/atau dimainkan.
Salah satu manfaat improvisasi bebas bagi kaum dewasa adalah bahwa mereka
“…often discover new facets of their own musical awareness and potential”
(…seringkali menemukan segi yang baru dari kesadaran dan kemamupuan musikal
mereka) (Nunn, 1998b, hlm. 32). Di sisi lain, walaupun penerapan kelas/kursus
improvisasi bebas dan bersepakat dengan orang lanjut usia tidak begitu berbeda
dengan kelas/kursus untuk orang dewasa; setelah menyimpulkan literatur andragogi
dan pengalaman dari berbagai lembaga pendidikan, Gretchen Schwarz (2017, hlm.
44) mengusulkan beberapa sifat dan hal yang perlu ditekankan, ialah: menganggap
kebutuhan khusus masing-masing peserta [misalnya rentang konsentrasi dan
kemampuan fisik]; membangun di atas pengetahuan peserta; melaksanakan
pembelajaran dalam konteks sosial; menyerahkan alur kelas pada peserta menurut
motivasi masing-masing; dan memelihara inklusivitas dan kenyamanan. Beberapa
manfaat menerapkan kelas/kursus improvisasi bebas dan bersepakat pada kaum lanjut
usia termasuk: peningkatan kesadaran dan harga diri, keberanian untuk berubah dan
ambil resiko, dan membangun hubungan sosial melalui musik.
kembali unsur dasar musik dan improvisasi, serta menambah harga diri dan rasa
bermanfaat. Sebaliknya, permainan mereka dapat merangsang, meningkatkan, dan
mempercepat proses pembelajaran peserta pemula.
Di sisi lain, Hillary Dill-Fielding (dalam Nunn, 1998b, hlm. 76) beranggapan
bahwa pengimprovisasi laki-laki cenderung memainkan lebih keras dan agresif,
sedangkan pengimprovisasi wanita cenderung mendengarkan lebih baik serta bersifat
lebih reseptif. Tentu saja, pendapat ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
untuk membenarkannya. Satu satunya perbedaan musikal nyata antara kaum wanita
dan laki-laki adalah bahwa laki-laki dapat menghasilkan suara vokal lebih rendah.
Sebaliknya, orang dengan berbeda orientasi seksual, agama/kepercayaan, bahasa, dan
etnis/budaya bisa dinyatakan mempunyai kemampuan musikal yang sama; namun
mereka cenderung menggunakan unsur dari musik tradisional/populer dari etnis atau
budaya masing-masing serta menggunakan bunyi khas dari bahasa masing-masing
pada saat bernyanyi atau berbicara. Walaupun demikian, semua bunyi, bahasa, dan
estetika musikal dapat dipelajari sehingga dapat digunakan oleh semuanya.
penyeteman itu sendiri dapat dijadikan sebagai preludio dalam suatu permainan,
karya pertama yang terpisah dalam pertunjukan, ataupun kegiatan pertama dalam
kelas/kursus. Stephen Nachmanovitch (2004, hlm. 82,83) menyarankan melakukan
penyeteman bagaikan meditasi, ritual, dan permainan:
…a medida que el sonido se acerca más y más a la vibración pura que
buscamos…Entramos en un estado de trance. Esta forma de escuchar
intensificada es juego profundo... inmersión total en la actividad. Y una vez
que tomamos ese instrumento para tocar, nuestros amigos del público
entrarán en un estado mental similar más rápidamente…Lo que descubrimos,
misteriosamente, es que al afinar el instrumento afinamos el espíritu
(…Semakin dekat nada mendekati getaran murni yang kita cari…kami
memasuki keadaan trans. Cara pendengaran intens ini merupakan permainan
yang mendalam…penyelaman total dalam kegiatan. Dan sesudah kita
mengambil alat musik untuk mulai bermain, teman yang sedang menonton
akan memasuki keadaan mental serupa dengan lebih cepat…Kita menemukan
bahwa, secara misterius, ketika kita menyetem alat musik, kita pun menyetem
jiwa).
Semua alat musik kordofon dan membranofon; serta beberapa alat musik
listrik, digital, lamelafon, aerofon, membranofon, dan idiofon dapat disetem ulang
dengan cukup cepat sehingga nada-nadanya menjadi lebih tinggi atau lebih rendah.
Menurut pengalaman penulis, penyeteman dalam improvisasi bebas dapat dilakukan
dengan tiga cara: 1) Sebelum permainan dimulai semuanya menyetem masing-masing
alatnya tanpa berkaitan dengan yang lain, baik menggunakan seteman biasa masing-
masing alat musik ataupun seteman alternatif. 2) Sebelum permainan dimulai
semuanya menyetem alatnya berdasarkan sebuah patokan bersama, misalnya: A 440
Hz. atau nada-nada dalam salah satu alat musik tertentu yang setemannya tidak dapat
dirubah ataupun repot dirubah. 3) Penyeteman semua alat musik dilakukan sambil
mendengarkan dan memainkan improvisasi bebas. Demi kepentingan pembelajaran,
sebaiknya tiga-tiganya dicoba dan dipraktikkan, walaupun hanya sekali. Pandangan
bahwa cara paling setia terhadap roh kebebasan adalah yang ketiga, yaitu menyetem
dalam perjalanan; tidak tentu benar sebab tiga alasan berikutnya: 1) Seteman bawaan
masing-masing alat niscaya mempengaruhi improvisasi juga, walaupun alatnya tidak
disetem sama sekali sebelum permainan. 2) Nada-nada dalam seteman tertentu dapat
160
yang kelak dapat digunakan dalam permainan improvisasi bebas atau musik lainnya.
Manfaat tersebut serta yang lain dapat dipetik karena, sebagaimana dijelaskan oleh
Wilfrido Terrazas (dalam Milán, 2020), sebuah aturan membatasi tindakan peserta
sehingga interaksi yang diinginkan dimudahkan.
Un ejercicio es un juego, una simulación, una abstracción que nos hace
imaginar y experimentar posibles situaciones que encontraremos en “la vida
real”, es decir, en una sesión de improvisación. El objetivo de todo ejercicio
es aislar algún problema específico y trabajar en él por separado. Dicho de
otra manera, un ejercicio forma parte del viejo proceso de análisis-síntesis
(Sebuah pelatihan adalah permainan, sebuah simulasi, sebuah abstraksi yang
membuat kita berimajinasi dan mengalami kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi dalam “kehidupan nyata”, yaitu sebuah sesi improvisasi. Tujuan
semua pelatihan adalah mengisolasikan soal tertentu untuk mengerjakannya
secara terpisah. Dalam kata lain, sebuah pelatihan merupakan bagian dari
proses lama analisis-sintesis) (Terrazas, 2021b).
kenikmatan ikut serta). Bagi Alejandro Rojas (dalam Alfonso, 2014, hlm. 70), tujuan
pelatihan-pelatihan [improvisasi bersepakat] “…no será guiar estilísticamente sino
abrir los ojos a nuevas posibilidades y evitar la comodidad de lo trillado”
(…bukanlah mengarahkan estetika [murid], tetapi membuka mata [mereka] terhadap
kemungkinan baru serta menghindari kenyamanaan dari yang sudah menjadi
kebiasaan).
Selain itu, pelatihan improvisasi bersepakat merupakan alat ampuh, yang
jarang digunakan dalam pendidikan musik, untuk memahami konsep teoretis secara
mendalam. Proses ini akan bertambah kedalamannya jika, selain menggunakan alat
musik masing-masing, pelatihannya dipraktikkan juga dengan suara manusia; yaitu
alat musik canggih yang mampu mewujudkan intuisi musikal secara tercepat dan
tertepat jika sudah menjadi kebiasaan pemusik.
Using improvisational exercises with parameters connecting to the subject
material allows students to experience the way the concept works by applying
it instead of only looking at a theory worksheet or knowing what a certain
chord sounds like. Analyzing Debussy's score for La Cathedrale Engloutie
can show a student a basic understanding of a certain type of patterned
modulation, but when they can improvise in that kind of modulation pattern,
the concept is embedded in the student's understanding in the most full way
possible. (Menggunakan pelatihan improvisasi berparameter - yang terkait
dengan bahan ajar - memberikan kesempatan bagi murid untuk mengalami
dan menerapkan cara kerjanya konsep tersebut; bukan hanya melihatnya
dalam sebuah lembar teoretis ataupun mengetahui bagaimana bunyinya
sebuah kord. Menganalisis partitur La Cathédrale Engloutie oleh Debussy
dapat memberikan murid pemahaman dasar tentang modulasi berpola tertentu;
namun ketika mereka mampu berimprovisasi dengan modulasi berpola
tersebut; konsepnya menancap dalam pemahamannya sesempurna mungkin)
(Lytle, 2019, hlm. 8,9).
mencontohkan ini dengan ensembel kecil atau foto hitam putih yang seringkali
meraih keharuan dan kekuatan lebih intens daripada sebuah orkestra atau foto
berwarna. Beliau mengusulkan bahwa dua aturan sudah cukup, bahkan berlebihan,
sebab “el inconsciente ya tiene infinitos repertorios de estructuras…” (alam bawah
sadar sudah mempunyai repertoar struktur yang tidak terbatas…) (Nachmanovitch,
2004, hlm. 121). Oleh karena itu, “cuando jugamos en el témenos, definido por las
reglas que nosotros mismos hemos elegido, vemos que la fuerza contenida se
amplifica” (ketika kita bermain di dalam tempat sakral23 yang terbentuk oleh aturan-
aturan yang kita sendiri memilih, kita melihat bahwa kekuatan yang tertahan
membesar) (Nachmanovitch, 2004, hlm. 121,122).
Sepakat dengan tujuan dan konsep pembatasan ini, Tom Nunn (1998b, hlm.
48) membela ide bahwa dalam komposisi rencana untuk improvisasi [sub-spektrum
improvisasi bersepakat], “kurang itu lebih”; sebab jika demikian, permainan mampu
memberikan bibit bukan kerangka, atau dalam kata lain: ia merupakan penciptaan
germinal, bukan formal (Nunn, 1998b, hlm. 37). Beliau menceritakan bahwa
beberapa permainan tersuksesnya terjadi ketika “…there was a very short, yet clear,
verbal discussion just before we play about what direction the music might take...so
that that feeling was in the air among everybody in the group” (…sesaat sebelum
bermain, ada diskusi verbal yang amat singkat tetapi jelas tentang kemungkinan
arahnya musik…dengan demikian perasaan ini ada di utara di antara semua anggota
kelompok) (Nunn, 1998b, hlm. 61). Dengan tujuan serupa, Steve Lacy menuliskan
atau merencanakan permainannya sebagai alat untuk melompat dari tepian menuju
jurang yang tidak dikenali: “And when you go on out there, you have all your years
of preparation and all your sensibilities and your prepared means…” (…dan ketika
Anda keluar ke sana; Anda mempunyai pembelajaran Anda selama bertahun-tahun,
semua kepekaan Anda, dan semua akal yang Anda telah mempersiapkan…) (Lacy
dalam Bailey, 1992, hlm. 57).
23
Nachmanovitch menggunakan istilah temenos, yang dalam bahasa Yunani kuno berarti tempat
keramat. Carl Jung mengaitkan istilah tersebut dengan lingkaran, mandala, atau sebuah tempat aman
untuk bekerja, berkreasi, atau menemukan diri.
164
Di sisi lain, tidak memenuhi kesepakatan atau aturan yang telah ditetapkan,
baik sengaja atau tanpa sengaja, mempunyai kekuatan untuk mengarahkan dan
mentransformasikan permainan sebanding dengan sebuah improvisasi bersepakat
yang ditaati dengan sempurna (Biazon, 2015, hlm. 104). Oleh karena itu,
pembimbing hendaklah jangan menghentikan permainan pelatihan improvisasi
bersepakat yang “salah” jika hasilnya bagus; kecuali jika tujuan pembelajaran
pelatihan tersebut lebih penting.
Gambar 4.11
Penggolongan Pelatihan Improvisasi Bersepakat
atau efek tertentu dalam beberapa alat musik. Selain menirukan suara lingkungan
pada saat hujan, para peserta dapat menuruti kesepakatan “hujan” dengan memainkan
melodi, ritme, harmoni, atau unsur-unsur musikal lain yang terinspirasikan oleh kata
dan konsep hujan; tanpa adanya hubungan apapun dengan suara hujan yang
sebenarnya.
Penulis sedang menyusun permainan kartu untuk memainkan improvisasi
bersepakat berdasarkan arketipe-arketipe musikal dan non-musikal. Kartu-kartu berisi
satu, dua, atau beberapa kata yang mewakili makna masing-masing arketipe secara
singkat serta sebuah gambar, grafik, atau notasi musikal yang merepresentasikannya.
Dengan demikian, para peserta dapat menangkap perintah atau kesepakatannya
dengan cepat dan tepat; namun seandainya “kartu kesepakatan musikal”
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, keterangannya dituliskan dengan huruf kecil.
Beberapa contoh “kartu kesepakatan musikal” adalah: “volume berombak”, “legato”,
“selesai dengan mempercepat”, “keras ke pelan”, “solo”, “heterofoni”, “irama 3”,
“drone”, “tanpa nada yang menonjol”, “di depan”, “subdivisi 5”, “terkeras”, “2 kord”,
“berbeda”, “bergantian”, dan “himne”. Beberapa contoh “kartu kesepakatan non-
musikal” adalah: “listrik”, “dingin”, “teatrikal”, “robot”, “tsunami”, “tidur”, “kodok”,
“suci”, “membelai”, “macet”, “goa”, “air mata”, “mabuk”, “cinta”, “jatuh”, dan
“anak-anak”.
Baik dengan “kartu kesepakatan musikal” dalam permainan ini, ataupun
dalam penerapan pelatihan bersepakat musikal dalam kelas/kursus; penggunaan
peristilahan teknik dari tradisi musik Barat ataupun tradisi lain lebih bermanfaat
daripada istilah non-musikal atau istilah baru yang diciptakan demi tujuan tertentu;
“…and if not, the known terminology can at least form a basis for the derived
terminology that is more specific to music and improvisational concepts”
(…dan kalau tidak, peristilahan yang sudah dikenal dapat menjadi dasar untuk
terminologi yang dikembangkan sehingga menjadi lebih spesifik dengan musik dan
konsep-konsep improvisasi) (Nunn, 1998b, hlm. 33). Tentu saja, peristilahan teknik
perlu dijelaskan terlebih dahulu supaya semua peserta kelas/kursus memahami
sepakat apa yang harus dijalankan.
170
4.3.2.3.4.2.5.4.1 Teks
Tom Nunn (1998b, hlm. 57) menyatakan bahwa “…the possible sources of
text potentially useful as a basis for free improvisation are nearly limitless -
dictionaries, instructional manuals, advertisements, graffiti, traffic signs, and on and
on” (sumber teks yang dapat digunakan sebagai dasar untuk berimprovisasi bebas
nyaris tanpa batas - kamus, panduan berinstruksi, iklan, grafiti, rambu lalu lintas,
dll.). Selain itu, beliau menjelaskan bahwa “text could be in the form of a poem, a
described image, a story, a described sound, a written instruction(s), a text phrase, a
letter, fictitious language, etc…” (teks dapat berupa syair, deskripsi gambar, cerita,
deskripsi bunyi, instruksi tertulis, frasa, surat, bahasa buatan, dll…). Pauline Oliveros
(2013, hlm. v) menciptakan banyak karya yang menggunakan teks sebagai “…a way
to move from traditional note-bound composition to a freer area of music making that
is reliant on ways of listening and responding” (…jalan keluar dari komposisi
tradisional yang terkait dengan nada, menuju wilayah penciptaan musik lebih bebas
yang bergantung pada berbagai cara mendengarkan dan merespon). Algoritme
172
4.3.2.3.4.2.5.4.2 Grafik
Kesepakatan grafik atau partitur grafik dapat menggunakan notasi musikal
lama dan baru; berbagai rupa grafik data; peletakan unsur musikal dan non-musikal
pada sumbu x, y, dan z; dan/atau warna, huruf, simbol, angka, dan grafik abstrak.
Edward Neeman (2014, hlm. 107, 108) menjelaskan beberapa fungsi musikal dari
sebuah grafik, di antaranya: sebagai musik yang dimainkan hanya dalam imajinasi
pembaca; sebagai alat yang memperingati dan memandu pengimprovisasi dalam
permainan pelatihan improvisasi bersepakat atau karya komposisi-improvisasi;
sebagai sketsa dasar untuk menenetukan permainan yang lebih saksama, baik melalui
notasi tradisional ataupun melalui kesepakatan bersama dalam proses latihan; sebagai
media dan bukti untuk mendaftarkan hak cipta sebuah karya; sebagai alat untuk
menganalisis dan/atau melatih suatu karya atau rekaman; sebagai pemandu dalam
karya yang memadukan permainan alat musik secara langsung dengan putaran
rekaman elektroakustik.
Beberapa karya atau pelatihan dengan kesepakatan grafik menerangkan cara
menafsirkan atau membunyikan unsur visualnya, kadang-kadang dengan cara yang
amat terperinci sehingga keterangannya membutuhkan lebih banyak halaman
daripada grafiknya sendiri. Sebaliknya, ada karya dan pelatihan dengan kesepakatan
grafik yang sengaja menggunakan sedikit instruksi atau keterangan sehingga
pengimprovisasi dapat memainkannya dengan kemungkinan-kemungkinan yang
nyaris tidak terbatas. Akan tetapi, “composers who provide no instructions forfeit
173
control over any realization for which they are not present and thus risk
unsatisfactory performances” (komponis yang tidak memberikan instruksi
kehilangan kontrol terhadap pelaksanaan-pelaksanaan yang tidak dihadiri oleh
mereka, sehingga ada resiko terjadi pertunjukan yang tidak memuaskan) (Neeman,
2014, hlm. 107). Contoh paling terkenal karya grafik seperti ini adalah Treatise
(Risalah) (1967) oleh Cornelius Cardew, yang berisi 193 halaman notasi grafik tanpa
keterangan apapun. Menurut pengarangnya, permainan Treatise yang paling
memuaskan bagi beliau dilakukan oleh orang yang: “…(a) acquired a visual
education, (b) escaped a musical education and (c) have nevertheless become
musicians, ie play music to the full capacity of their beings” (…a) telah mendapatkan
pendidikan visual, b) telah menghindari pendidikan musikal, dan c) belum pernah
menjadi musisi, yaitu belum pernah bermain musik dengan kemampuannya penuh)
(Cardew, 1971, hlm. 5). Tom Nunn (1998b, hlm. 51,52,56) menjelaskan bahwa visual
abstrak tanpa keterangan dapat dimainkan dengan berbagai cara, baik sebagai
kesepakatan bersama oleh kelompok ataupun sebagai pilihan masing-masing pemain,
di antaranya: 1) Seperti membaca notasi tradisional, yaitu waktu berjalan dari kiri ke
kanan dalam sumbu x; dan unsur lain, seperti frekuensi, diletakkan pada sumbu y. 2)
Membaca bagian atau unsur tertentu lalu pindah ke yang lain. 3) Membacanya secara
bebas atau bagaikan labirin. 4) Membacanya menurut perasaan, ingatan, atau asosiasi
ekstra-musikal.
penari, dan pelaku seni rupa. Kini, bahasa Soundpainting mengandung lebih dari
1500 gerak isyarat dan telah dipelajari untuk tujuan pertunjukan dan pendidikan di
berbagai negara (Thompson, tanpa tahun). Sistem lain yang menggunakan tanda
gerak tubuh adalah Conduction oleh Butch Morris, yang telah mementaskannya lebih
dari 200 kali sejak pertunjukan pertama pada tahun 1985 (Aabo, 2015, hlm. 10).
Tentu saja, semakin sering gerak isyarat digunakan; semakin cepat dihafalkan,
peserta semakin fokus pada permainan musik, dan hasilnya semakin nikmat dan
berkualitas. Oleh karena itu, Morris membutuhkan latihan minimal lima kali sebelum
pertunjukan diadakan (Aabo, 2015, hlm. 48); sebab latihan meningkatkan
komunikasi, kepercayaan, dan kepahaman tanda-tanda. Interaksi yang bagus antara
konduktor dan pemain didirikan dengan latihan, pengetahuan oleh konduktor
mengenai pola permainan dan kemampuan masing-masing peserta, dan tatapan terus-
menerus oleh para peserta terhadap konduktor sehingga instruksinya dapat
terlaksanakan dengan serta-merta (Aabo, 2015, hlm. 49).
Di sisi lain, John Zorn terinspirasikan oleh permainan perang dan olah raga
dan menciptakan beberapa Game Pieces (Karya Permainan) (Aabo, 2015, hlm. 17);
termasuk Cobra (1984), yaitu permainan terkenal untuk kelompok pemusik
improvisasi dan juru pembisik (prompter). Dalam karya-permainan ini, juru pembisik
bukanlah konduktor, sebab tugasnya adalah mengambil dan memilih ide dari gerak
isyarat pemusik lalu menyampaikannya kepada yang lain melalui kartu berisi
lambang (Schyff, 2013, hlm. 4).
24
Istilah diegetik berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti narasi. Marcos Bellano (2013, hlm. 62)
mengartikannya sebagai ”…the relationship that exists between the music and the narrative world of
the film…” (…hubungan yang terdapat antara musik dan dunia naratif film…). Maka dari itu, diegetik
adalah bunyi dalam tingkat internal dan non-diegetik adalah bunyi dalam tingkat eksternal.
177
mereka sudah hafal (Sauer, 2013, hlm. 58; Bellano, 2013, hlm. 53). Kebutuhan akan
bahan untuk mengiringi banyak film25 dalam waktu yang singkat menyebabkan
munculnya genre musik photoplay. Ciri musik ini adalah sebuah melodi atau karya
pendek yang dapat diaransemen ulang dan divariasikan untuk penggunaanya dalam
adegan dengan tema, suasana, atau karakter tertentu dalam film apapun, misalnya:
balap, perang, cinta, komedi, pesta, dll. (Sauer, 2013, hlm. 58-60).
25
Antara 1912 dan 1929, AS memproduksi sebanyak 10, 919 film bisu utama (silent feature film);
namun hanya 25% terselamatkan (Pierce, 2013, hlm. 21).
178
4.3.2.3.4.3.3 Rekaman
4.3.2.3.4.3.3.1 Rekaman dalam Kelas/Kursus
Merekam sebagian atau semua kegiatan dalam kelas/kursus, terutama
permainan; dapat dimanfaatkan sebagai dokumentasi untuk dikenang, sebagai bahan
analisis dan pelajaran, dan sebagai tonggak sejarah yang dapat dijual atau
disebarluaskan sehingga menghasilkan keuntungan ekonomi berupa uang dan
jaringan kerja (Nunn, 1998b, hlm. 29, 30). Sadar akan rekaman yang berlangsung,
beberapa pemain mungkin berubah kualitas permainannya; baik yang
meningkatkannya karena menganggap rekaman sebagai tantangan ataupun yang
179
menguranginya karena menderita rasa malu dan/atau gugup. Akan tetapi, persoalan
ini dapat diatasi dengan kebiasaan merekam.
Mendokumentasikan semua kegiatan dalam kelas/kursus membutuhkan
kapasitas penyimpanan data digital yang cukup besar serta waktu untuk
menklasifikasikannya, mengeditnya, dan membagikannya ke semua peserta. Oleh
karena itu, sebaiknya setiap rekaman disetel dengan format, laju sampel, dan
kedalaman bit sesuai tujuannya; dilaksanakan dengan kualitas terbaik sehingga
pengeditannya tidak memakan waktu yang berlebihan; dan disimpan dengan nama
dan tanggal dalam folder yang sudah diklasifikasi terlebih dahulu.
dengan orang lain, Anda berinteraksi dengan konsep bahwa orang lain kelak berada
di situ).
unsur yang menjadi bagian penting dalam improvisasi bebas, apalagi jika pemain
berinteraksi dengannya.
4.3.2.3.4.3.4 Analisis
Walaupun dapat mengurangi waktu untuk bermain; berdiskusi dalam latihan,
kelas, atau kursus sangat penting karena menguatkan ikatan batin kelompok serta
182
mengandung aneka ragam unsur halus dan kompleks seperti mikroton, warna suara,
ritme, dinamika, dan artikulasi; dapat bermanfaat untuk memahami gaya, hubungan,
penyaluran energi, bentuk, dan koherensi (Nunn, 1998a, hlm 7,8). Di sisi lain, Albert
Kaul (dalam Alfonso, 2014, hlm. 66) menjelaskan bahwa ketika menerapkan
improvisasi dengan anak-anak, pembahasan dapat menggunakan istilah ekstramusikal
untuk mendeskripsikan impuls dan efek sehingga mereka mempelajari bahwa musik
selalu memberikan impresi konkret ataupun abstrak yang mungkin berbeda-beda
tergantung orang.
estetik tertentu serta tidak menyebabkan ketegangan yang kelak dapat menyakiti
anggota badan; pemula improvisasi bebas perlu mengeksplorasikan pula berbagai
teknik dan bunyi tanpa adanya rasa takut mengembangkan kebiasaan atau teknik
“yang salah”. Dalam pandangan serupa, Remy Álvarez (dalam Milán, 2021)
menyarankan bahwa pemusik muda hendak “…empiecen jugando con el instrumento,
improvisando, haciendo música; y paralelamente estudiando y perfeccionando la
técnica…y que le dediquen mucho tiempo al instrumento, a improvisar…porque si no
te quedas muy limitado en una parte del instrumento” (memulai bermain dengan alat
musik, berimprovisasi, dan menciptakan musik sembari mempelajari dan
menyempurnakan teknik…dan hendak mendedikasikan banyak waktu untuk alat
musiknya dan untuk berimprovisasi…sebab jika tidak demikian, Anda sangat terbatas
dalam sisi tertentu alat musik).
Sebagai contoh dari “melatih teknik sambil bermain”, Jerry Coker (1980, hlm.
6) menjelaskan bahwa pembelajaran tangga nada baru dapat dilakukan melalui empat
tahapan:
1) the simple rendering of the scale in all keys; 2) the practice of specific
patterns that are based on the scale; 3) the practice of improvising in a very
angular fashion…4) the practice of improvising in a purely melodic fashion…
(1) Memainkan tangga nada secara sederhana dalam semua kunci; 2) melatih
pola-pola khusus berdasarkan tangga nada itu; 3) melatih berimprovisasi
dengan cara meloncat-loncat…; 4) melatih berimprovisasi dengan cara
melodis murni….).
Beliau juga menyebutkan bahwa pada tahapan keempat, seharusnya pola melodis
sudah dapat didengar dalam otak sebelum dimainkan; yakni pemain tidak
bereksplorasi lagi karena sudah mencapai tingkat audiasi. Namun sebetulnya,
kemampuan audiasi biasanya baru mulai muncul setelah berpengalaman dengan
musik dalam waktu yang culup panjang.
Gary McPherson (1993/1994, hlm. 18,19) membuktikan bahwa kaitan antara
kecakapan memainkan musik dalam gaya dan teknik tertentu dan kemampuan
berimprovisasi akan menjadi semakin erat pada tingkat menengah ke atas. Selain itu,
beliau mengusulkan bahwa “it is possible that learning another instrument, mentally
189
rehearsing music, and participating in various forms of singing activities all act to
strengthen an ability to "think in sound" and thereby to improvise musically”
(mempelajari alat musik lain, melatih musik secara mental, dan mengikutsertakan diri
dalam berbagai jenis kegiatan bernyanyi kemungkinan dapat memperkuat
kemampuan untuk “memikirkan tentang bunyi” dan, sebagai akibatnya, untuk
berimprovisasi secara musikal) (McPherson, 1993/1994, hlm. 19). Selain itu,
seseorang dapat menggunakan tubuh dan suaranya sendiri, atau benda apapun sebagai
perkusi (Nunn, 1998b, hlm. 23), untuk melatih bermain improvisasi bebas kapan dan
di mana saja saja.
Aneka ragam praktik yang telah disebutkan di atas akan menyebabkan
keahlian yang, menurut Darrel DeVore (dalam Nunn, 1998b, hlm. 71), dibutuhkan
untuk mengembangkan alat musik lebih jauh serta untuk membebaskan dan
mengekspresikan diri dengannya. Walaupun demikian, praktik perlu dilakukan
dengan sadar dan santai sehingga kecanduan praktik dihindari. Contohnya, Gino
Robair senantiasa mengeksplorasikan ide hanya pada tingkat dasar dalam praktiknya;
sehingga masih tersisa ruang luas untuk eksplorasi pada saat pertunjukan (Nunn,
1998b, hlm. 24). Batas antara kurang dan cukup praktik dijelaskan oleh Stephen
Nachmanovitch (2004, hlm. 181) dengan bijaksana: “la adicción consume energías y
conduce a la esclavitud. La práctica genera energía y conduce a la libertad”
(kecanduan menghabiskan energi dan menyebabkan perbudakan. Praktik
menghasilkan energi dan menyebabkan kebebasan).
Menurut Stephen Nachmanovitch (2004, hlm. 100, 101), praktik dalam pandangan
“Barat” bertujuan memperoleh kepiawaian demi ganjaran masa depan; sedangkan
dalam pandangan “Timur” bertujuan untuk menampakkan kepribadian diri yang
sebenarnya. Dalam pelatihan Zen, praktik dan kegiatan sehari-hari merupakan
kegiatan menyeluruh serta cukup dengan sendirinya, yang perlu dilaksanakan seraya
bersemadi. Untuk membantu memasuki keadaan semadi, Nachmanovitch (2004, hlm.
106, 109, 112) menganggap praktik sebagai permainan yang harus dilaksanakan
dengan kompromi total serta diperlakukan bagaikan ritual yang berawal dengan
persiapan, berlanjut dengan permohonan dan pelaksanaan, dan selesai dengan
berterima kasih. Dengan demikian, segala kegiatan keluar dari kebiasaan dan menjadi
istimewa, bahkan sakral.
Estos rituales y preparaciones funcionan para descargar y aclarar zonas
oscuras y dudas nerviosas, para invocar a nuestras musas en cualquier forma
que las concibamos, para abrir nuestras capacidades de intermediación y
concentración, y para estabilizar a nuestra persona frente a los desafíos que
la aguardan. (Ritual dan persiapan ini berguna untuk melepaskan dan
menerangkan wilayah gelap dan keraguan yang menggugupkan; untuk
memanggil ilham26 dengan rupanya apapun kita memahaminya; untuk
membuka kemampuan perantaraan dan pemusatan kita; dan untuk
menstabilkan diri kita terhadap tantangan yang akan dihadapi)
(Nachmanovitch, 2004, hlm. 113)
26
Nachmanovitch menggunakan istilah musa (mousai), yaitu dewa-dewi yang menurunkan ilham
dalam agama Yunani kuno.
192
Tabel 4.4
Beberapa Kemampuan, Pengetahuan, Pengalaman, dan/atau Sifat Penting dalam
Pembelajaran Teknik Integral Permainan Musik Improvisasi Bebas.
# Kemampuan/Pengetahuan/Pengalaman/Sifat Musikal/ Ekstra-Musikal
1 Pendengaran menyeluruh dan khusus M/E
2 Menghayati, menganalisis, dan merespon musik secara serentak M
3 Fokus dalam saat yang sedang berlangsung E
4 Teknik satu atau beberapa alat musik dalam berbagai gaya M
5 Mengutamakan kelompok dan keseluruhan musik M/E
6 Menyatukan rasa, intuisi, dan pikiran M/E
7 Pengetahuan teori dan praktek tentang unsur musik, bunyi, dan M
ilmu komposisi dalam berbagai gaya
8 Fleksibilitas dan kreativitas untuk memanfaatkan “kesalahan” M
9 Pemahaman tentang konsep, karakteristik, sejarah, falsafah, E
manfaat, proses, dan pembelajaran musik improvisasi bebas
Terkait dengan ini, Tom Nunn (1998b, hlm. 23) menyatakan bahwa “free improvising
involves many skills - technical, compositional, technological, relational, adaptive,
musical, etc. And in some ways, these skills can be practiced outside of the studio, in
the context of everyday experience” (berimprovisasi bebas membutuhkan banyak
kemampuan – teknik, komposisi, teknologi, hubungan, adaptif, musikal, dll. Dalam
beberapa situasi, kemampuan ini dapat dilatih di luar studio, dalam konteks
pengalaman sehari-hari). Sepanjang tesis ini, penulis telah menjelaskan beberapa cara
untuk memperoleh kemampuan tersebut; namun pada akhirnya, setiap pemain
menemukannya dengan cara masing-masing.
194
4.3.3.2 Delapan Belas Renungan, Maksim, dan Saran untuk Permainan Musik
Improvisasi Bebas yang Sukses
Bagian ini merupakan inti sari sekaligus sumbangan utama tesis ini, sebab
mampu mengisi rentang literatur tentang teknik improvisasi bebas. Beberapa hal yang
telah dibahas dalam tesis ini diulang lagi dengan bentuk lain sehingga mampu
menyimpulkan aspek-aspek terpenting dari teknik integral permainan improvisasi
bebas. Kalimat dan paragraf berupa renungan, maksim, dan saran dirumuskan
berdasarkan pengalaman pribadi dan tinjauan literatur; namun penulis tidak
mencantumkan rujukan sebab ini merupakan pengetahuan umum dari kebanyakan
pengimprovisasi bebas berpengalaman dan berwawasan luas. Di antara pemain
tersebut, ada yang sudah menuliskannya atau mengutarakannya dengan perkataan
serupa; ada yang telah menyadarkannya, namun belum dibagikan atau dikeluarkan
dalam bentuk verbal; dan ada pula yang telah menemukannya, namun masih sebagai
intuisi di alam bawah sadar. Secara umum, 18 kalimat dan paragraf ini bertujuan
membantu memaksimalkan permainan improvisasi bebas dalam konteks pertunjukan
dan dengan tujuan profesional; namun dapat berlaku dan/atau disesuaikan untuk
konteks dan tujuan lainnya. Terlebih dari itu, kebanyakannya dapat digunakan pula
untuk musik lain, bahkan untuk berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Terlepas dari adanya atau tidak interaksi dengannya; akustik ruangan, bunyi
penonton, dan suara lingkungan di sekitarnya merupakan bagian integral dari
improvisasi.
7. Awal, perubahan, transisi, jeda, dan akhir niscaya efektif jika semuanya
menyatukan energinya dalam niat yang sama; walaupun secara musikal
mereka berbeda, bertentangan, ataupun tidak mempunyai hubungan sama
sekali.
10. Pemilihan tentang apa yang semestinya dimainkan, ataupun tidak memainkan,
perlu didasari oleh kenikmatan personal yang disebabkan oleh peraihan hasil
berkelompok yang bagus.
11. Ego kita mesti dikendali sehingga perasaan ingin menjadi pusat perhatian
diminimalisir semaksimal mungkin; namun sekaligus tidak takut atau malu
mengekspresikan diri secara bebas dengan semua kemampuan kreatif kita.
12. Baik diproduksi sebagai ekspresi dari telinga internal, intuisi, ataupun
eksperimentasi; semua bunyi serta perpaduan dan hubungan antara mereka
akan bermakna jika dilaksanakan dengan niat, kesadaran, dan perasaan.
14. Jika ingin bereksperimentasi dengan ide yang efeknya tidak dapat dikira, kita
dapat mencoba efektivitasnya jika dimainkan sangat pelan ataupun
diperkenalkan secara bertahap. Alternatif lain adalah memainkannya keras
dari awalnya dan, jika hasilnya tidak memuaskan, mengulang-ulang atau
mentransformasikannya dengan kecerdasan sampai “kesalahan” dijadikan
kesuksesan.
15. Kita harus berhati-hati dengan bunyi yang tidak ingin dikeluarkan seperti
pernafasan dan bunyi ragawi lainnya, memukul mik, mengambil atau
melepaskan alat musik, dan langkah kita; atau, jika telah dibunyikan tanpa
sengaja, menggunakannya secara kreatif.
16. Kita mesti menggunakan bunyi, kata, melodi dan/atau gaya yang mempunyai
konotasi ekstra-musikal yang kuat dengan kebijaksanaan; sebab mereka dapat
199
17. Kita mesti mencari cara kreatif dan halus untuk mengekspresikan
ketidaksepakatan tentang cara peserta lain bermain; yaitu berusaha
memperbaiki hasil musikal tanpa melihat atau menyinggung pemain lain.
Bab V
Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi
5.1 Simpulan
Tesis ini meninjau dan menyimpulkan berbagai literatur dan pendapat oleh
pelaku dan peneliti musik improvisasi bebas, termasuk oleh penulis sendiri. Konsep,
manfaat, dan pembelajaran improvisasi bebas dibahas secara rinci dan menyeluruh
sehingga dapat dijadikan panduan mutakhir yang mengembangkan teorinya. Konsep
dan definisi improvisasi bebas telah memicu perdebatan panjang sebab hakikatnya
yang bebas dan inklusif mengandung pula berbagai dikotomi dan utopia. Walaupun
demikian, tesis ini menawarkan sebuah definisi berdasarkan logika definisi
leksikografis, ialah: permainan seni bunyi yang menghindari persepakatan apapun.
Kemudian, penulis menemukan bahwa tujuan utama improvisasi bebas adalah
bermain, sedangkan ada sembilan tujuan sekunder yang dapat terjadi dalam tiga
konteks yang berbeda, yaitu: permainan itu sendiri, pertunjukan, dan rekaman.
Improvisasi bebas ditempatkan sebagai sub-spektrum yang paling mendekati
kebebasan mutlak dalam kesinambungan interpretasi-improvisasi, namun tidak akan
pernah mencapainya sebab merupakan sebuah heterotopia.
Manfaat improvisasi bebas sangat banyak dan beranekaragam, dan beberapa
di antaranya dapat diraih juga dalam tingkat tertentu melalui jenis improvisasi atau
jenis musik lainnya. Para pelakunya dapat merasakannya sejak pengalaman pertama
ataupun dalam waktu singkat; namun hanya terdapat beberapa penelitian yang
membuktikannya secara ilmiah. Tesis ini menggolongkannya dalam tiga kelompok
utama: manfaat bagi kesehatan jasmani dan mental, manfaat sosio-musikal, dan
manfaat khusus musikal. Pada sub-bab berikutnya penulis meninjau berbagai
pendekatan improvisasi yang diterapkan dalam pendidikan, baik di sekolah maupun
di universitas. Kesimpulannya, sebagaimana pendapat kebanyakan penulis, adalah
bahwa hasil terbaik terdapat dengan keseimbangan antara improvisasi bebas dan
improvisasi bersepakat. Selain itu, penulis membahas berbagai pendapat mengenai
pembelajaran improvisasi bebas dalam konteks formal dan informal; termasuk sifat
201
dan fungsi seorang pembimbing dan macam kegiatan yang dapat diadakan dalam
kelas, kursus, dan latihan kolompok improvisasi bebas. Terakhir, penulis menyajikan
kumpulan renungan, maksim, dan saran yang menyintesis berbagai aspek dari teknik
integral permainan improvisasi bebas, yaitu segala kemampuan, pengetahuan,
pengalaman, serta sifat musikal dan ekstra-musikal yang dibutuhkan untuk
memainkannya dengan kualitas tinggi.
5.2 Implikasi
Pembahasan konsep bertujuan untuk menjelaskan karakteristik improvisasi
bebas serta memisahkannya, walaupun hanya secara teoretis, dari jenis improvisasi
lainnya. Dengan demikian, penulis menghindari kesalahpahaman dalam tesis ini serta
menyumbangkan kerangka teori yang dapat dipertimbangkan, digunakan, atau
dikembangkan oleh peneliti dan pelaku lain. Bagian manfaat bertujuan untuk
mendorong pengakuan dan penerapan musik improvisasi bebas dalam bidang
pendidikan, budaya, seni, sosial-politik, dan spiritualitas/keagamaan; baik oleh
institusi pemerintah, organisasi mandiri, dan/atau perorangan. Bagian pembelajaran
bertujuan untuk membantu penerapannya dalam berbagai konteks dan dengan
berbagai sasaran; dan bagian terakhir, yaitu renungan, maksim, dan saran saran
merupakan inti sari dari tesis ini sekaligus sumbangan utama yang dapat mengisi
rentang penelitian mengenai teknik improvisasi bebas.
5.3 Rekomendasi
Bagi pemula disarankan langsung mempraktikkan improvisasi bebas tanpa malu;
seraya membacakan tesis ini, literatur lain, menyaksikan konser dan/atau video, dan
mendengarkan rekaman. Bagi yang hendak membimbing kelas/kursus improvisasi
bebas disarankan memanfaatkan tesis ini dengan kreativitas, membaca literatur dalam
daftar rujukan, dan mengembangkan sintaks dalam lampiran 6 berbdasarkan tujuan
dan sasaran masing-masing. Bagi orang yang mempunyai kekuasaan untuk
memutuskan kebijakan; dimohon segera mengimplementasikan pembelajaran
improvisasi bebas dalam beranekaragam konteks. Penulis yakin bahwa hasil dan
202
puluhan manfaat pada masyarakat akan terlihat dengan jelas dan cepat sehingga citra
institusi pelaksana dan kualitas kehidupan kita semuanya meningkat. Bagi pelaku dan
peneliti ahli diharapkan memberikan saran dan komentar tentang tesis ini melalui
posel donhueleflores@gmail.com.
Khususnya di Indonesia, negara yang baru mulai mengenal improvisasi bebas
sebagai genre namun berlimpah dengan pemusik yang sangat berbakat untuk
improvisasi, sosialisasi bebas dapat dilaksanakan dengan berbagai cara: 1) Dengan
bertambah pertunjukan, rekaman, dan festival improvisasi bebas. 2) Dengan
menjadikannya bagian dari kurikulum S1 jurusan musik, ataupun sebagai kegiatan
ekstra-kurikuler. Dengan demikian, guru musik masa depan akan mempunyai
pengalaman dan pengetahuan untuk menerapkannya di sekolah atau dalam
pendidikan informal. 3) Dengan membuka kursus untuk berbagai sasaran dan tujuan.
Pembelajaran improvisasi bebas tidak begitu berbeda dengan negara lain, namun
sebaiknya disesuaikan dan memanfaatkan sifat, adat-istiadat, dan kebiasaan musikal
dalam masing-masing daerah.
Terakhir, bagi peneliti yang terinspirasi oleh tesis ini dan hendak
mengembangkan topik improvisasi bebas; disarankan melakukan tinjauan integratif
atau tinjauan literatur lainnya mengenai aspek yang belum dibahas di sini, ialah:
karakteristik, sejarah, proses/model, falsafah, seni/bidang lain, dan sosiologi. Selain
itu, sambil menyusun tesis ini, penulis menemukan dan membukakan beberapa
rentang literatur yang masih dapat dikembangkan dengan lebih saksama, ialah: 1)
sejarah improvisasi bebas di Meksiko dan Indonesia, 2) sejarah penggunaan istilah
improvisasi bebas, 3) improvisasi bebas sebagai gerakan dan budaya, 4) pengertian
dan peristilahan “musik” dan “bermain musik” dalam berbagai bahasa, 5) tujuan
primer dan sekunder improvisasi bebas, 6) daftar dan klasifikasi pelatihan
improvisasi bersepakat yang telah diterbit, 7) improvisasi dalam musik Sunda, 8)
mitos dan literatur kuno tentang penyembuhan melalui musik, 9) penerapan
improvisasi bebas pada kaum tunanetra, 10) spiritualitas dalam improvisasi bebas,
11) perkembangan improvisasi bebas dalam kurikulum universitas di berbagai
negara, 12) pengaruhnya manifesto oleh The College Society dalam pendidikan musik
203
di Amerika Serikat, 13) permainan improvisasi bebas sebagai media hiburan dan
sosialisasi para musisi, 14) klasifikasi jenis aliran atau kecenderungan estetik oleh
pemain improvisasi bebas, 15) teknik untuk menginternalisasikan waktu, 16)
permainan improvisasi bersepakat berdasarkan arketipe musikal dan non-musikal, 17)
multi-instrumentisme, 18) penerapan improvisasi bebas bagi berbagai sasaran, 19)
improvisasi bebas dan bersepakat sebagai iringan film bisu, 20) teknik rekaman
improvisasi bebas, 21) notasi dan analisis improvisasi bebas, 22) penciptaan pelatihan
improvisasi bersepakat untuk mengembangkan teknik tertentu dalam berbagai alat
musik , 23) teknik integral permainan improvisasi bebas, 24) kumpulan saran untuk
memainkan improvisasi bebas oleh penulis lain.
DAFTAR RUJUKAN
Aabo, Nana. (2015). Conducted Improvisation: A Study of the Effect of the Concept
of Signs on Musical Creativity. (Tesis S2). Lunds Universitet.
Bach, C.P.E. (1949). Essay on the True Art of Playing Keyboard Instruments.
Mitchel, W. [Penyunting dan Penerjemah]. New York: W.W Norton & Company.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). KBBI Daring. [Laman web]
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Versi daring: 3.8.0.0-20210926194503. Diakses melalui,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda, 13 Agustus 2022.
Bailey, D. (1992). Improvisation: Its Nature and Practice in Music. Da Capo Press.
Bellano, M. (2013). Silent Strategies: Audiovisual Functions of the Music for Silent
Cinema. Kieler Beiträge zur Filmmusikforschung, 9.
Berendt, J. (1991). The World is Sound: Nada Brahma: Music and the Landscape of
Consciousness. Destiny Books, Rochester.
Borgo, D. dan Goguen, J. (2004). Sync or Swarm: Group Dynamics in Musical Free
Improvisation. Conference of Interdisciplinary Musicology (CIM 04). Graz, Austria.
205
Buchanan, J., Summerville, A., Lehmann, J., dan Reb, J. (2016). The Regret Elements
Scale: Distinguishing the Affective and Cognitive Components of Regret. Judgment
and Decision Making, Vol. 11, No. 3.
Coker, J. (1980). The Complete Method for Improvisation. Lebanon, Studio P/R.
Dee Smith, T. (2014). Using the Expressive Arts to Facilitate Group Music
Improvisation and Self-Reflection: Expanding Conciousness in Music Learning for
Self-Development. [Disertasi S3] University of Illionois, Urbana-Champaign.
Depraetere, J., Vandeviver, C., Keygnaert, I. & Beken, T. (2021). The Critical
Interpretive Synthesis: an Assessment of Reporting Practices. International Journal of
Social Research Methodology, Vol. 24, No. 6.
Dunaway, J. (2020). The Forgotten 1979 MoMA Sound Art Exhibition. Resonance:
The Journal of Sound and Culture, Vol. 1, Number 1, hlm.. 25-46.
Erkkilä, J. (2016). The Future of Music Therapy for Persons with Depression. Dalam
Dileo, C. [Penyunting]. Envisioning the Future of Music Therapy. Temple University.
Gerung, Rocky [@rocky.gerung]. (2018, 17 Juni). Sunyi itu bunyi yang sembunyi
[Video Instagram]. Diakses melalui https://www.instagram.com/p/BkIHnhVhi8y/, 30
Oktober 2021.
Huang, T., Humphreys, M., dan Loft, S. (2014). Internalizing Versus Externalizing
Control: Different Ways to Perform a Time-Based Prospective Memory Task. Journal
of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, Vol. 40, No. 4,
1064–1071.
209
Iyubeno, E. (2019). Allah SWT Maha Bebas Berbuat Apa Saja. Diakses melalui
https://bangkitmedia.com/allah-swt-maha-bebas-berbuat-apa-saja/, 14 November
2021.
Jean, T. (2003). 365 Days of Walking the Red Road. Adams Media Corporation.
Jones, J. (2020). Chick Corea (RIP) Offers 16 Pieces of “Cheap but Good Advice for
Playing Music in a Group” (1985). Open Culture. Diakses melalui
https://www.openculture.com/2020/02/chick-coreas-16-pieces-of-cheap-but-good-
advice-for-playing-music-in-a-group-1985.html, 13 November 2021.
Khan, H. (2002). Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Sufi.
Klotz, K. (2019). Dave Brubeck´s Southern Strategy. Dædalus, the Journal of the
American Academy of Arts & Sciences, 148 (2).
Kuhn, L. (Tanpa tahun). A Few Words about John Cage and Improvisation. Dalam:
Cage. How to Get Started. Slought Foundation.
Kuhn, R. [Penulis] & Getzels, P. [Sutradara dan Produser]. (2014). Is God Totally
Free? (Musim 13, Episode 13) [seri televisi]. Closer to Truth. The Kuhn Foundation
and Getzels Gordon Productions. Diakses mealui
https://www.closertotruth.com/episodes/god-totally-free, 14 November 2021.
Lem, A., & Paine, G. (2011). Dynamic Sonification as a Free Music Improvisation
Tool for Physically Disabled Adults. Dalam Music & Medicine, 3(3), 182-
188. https://doi.org/10.1177/1943862111401032.
Mathiesen, T. (1991). Silent Film Music and the Theater Organ. Indiana Theory
Review.
McMullen, T. (2010). Subject, Object, Improv: John Cage, Pauline Oliveros, and
Eastern (Western) Philosophy in Music. Critical Studies in Improvisation. Vol.6, No.
2.
Moraes, R. dan Schaub, S. (2013). Expanding the Concepts of Knowledge Base and
Referent in the Context of Collective Free Improvisation. XXIII Congresso da
Associação Nacional de Pesquisa e Pós-Graduação em Música. Natal.
Morris, J. (2012). Perpetual Frontier: An Essay by Joe Morris. [Laman web] Diakses
melalui https://www.pointofdeparture.org/PoD39/PoD39PerpetualFrontier.html, 12
Desember 2021.
Niknafs, N. (2013). Free Improvisation: What It Is, and Why We Should Apply It in
Our General Music Classrooms. General Music Today 27(1) 29–34. National
Association for Music Education.
Numata, R. (2016). The Otoasobi Project: Improvising with Disability. Music and
Arts in Action, Volume 5, Issue 1.
Paré, G., Trudel, M., Jaana, M., & Kitsiou, S. (2014). Synthesizing Information
Systems Knowledge: A Typology of Literature Reviews. Information & Management.
Elsevier.
Peggie, A. (1987). Search and Reflect Review. Dalam: British Journal of Music
Education. Vol. 4, hlm. 305-306.
213
Redha, A. (2017). Pewujudan Fenomena Cinta Segi Tiga Ken Dedes dalam Karya
Tari Sang Nareswari. Solah Jurnal, UNESA.
Sauer, R. (2013). Photoplay Music: A Reusable Repertory for Silent Film Scoring,
1914-1929. American Music Research Center Journal.
Schyff, D. (2013). The Free Improvisation Game: Performing John Zorn’s Cobra.
Journal of Research in Music Performance.
Scott, R. (2014). Noises: Free Music, Improvisation and the Avant-Garde; London
1965 to 1990. (Disertasi S3). London School of Economics. ProQuest LLC.
Scott, R. (2014/5). Free Improvisation and Nothing: From the Practice of Scape to a
Bastard Science. ACT – Zeitschrift für Musik & Performance, Ausgabe.
Skordas, N. (2020, Maret 1). 'Lethe' George Haslam & Nikolas Skordas A short
documentary Free Improvisation. [Video]. Diakses melalui
https://www.youtube.com/watch?v=R2dgyrGDBPk, 14 April 2022.
215
Slim, P. (2019, 2 September). Achis qué…?. [Gambar dalam akun Facebook Polo
Slim] Diakses melalui,
https://web.facebook.com/photo.php?fbid=2220878981371516&set=pb.10000348306
1211.-2207520000..&type=3, 11 Agustus 2022.
Smith, T. (2014). Using the Expressive Arts to Facilitate Group Music Improvisation
and Individual Reflection: Expanding Consciousness in Music Learning for Self-
Development. (Disertasi S3). University of Illinois.
Solís, G. dan Nettl, B. (2009). Musical Improvisation: Art, Education, and Society.
University of Illinois Press. Khoury, S. [pengulas]. Critical Studies in Improvisation.
Vol.6, No. 2 (2010).
The College Music Society. (2014). Transforming Music Study from its Foundations:
A Manifesto for Progressive Change in the Undergraduate Preparation of Music
Majors. Report of the Task Force on the Undergraduate Music Major.
Ward, C. (2020). What Are Normal Attention Spans for Children? The Kid´s
Directory. Diakses melalui, https://www.kids-houston.com/2020/08/21/what-are-
normal-attention-spans-for-children/, 11 Maret 2022.
Lampiran 1
Pengalaman Penulis Sebagai Pemain, Pencipta, dan Pembimbing
Improvisasi Bebas dan Bersepakat
28/03/ Lingkung Seni SONTAK II: Festival Pemain improvisasi bebas https://www.facebook.
2021 Lingkungan Improvisasi Bebas berkolaborasi dengan Apih com/AsepnugrahaGA
(Bandung, Gurilem, Bumi Risallah, Dedi LERIdaluangKERTAS
Indonesia) Kahanuang, Dien F. Iqbal, Gusjur eniNusantara/videos/1
Mahesa, Syarif Maulana. 0218890333630088
27/03/ Lingkung Seni SONTAK II: Festival Fasilitator pembicaraan Apa itu
2021 Lingkungan Improvisasi Bebas improvisasi bebas?
(Bandung,
Indonesia)
11/03/ Zoom: Prodi Strenghtening Children Pemateri tentang penerapan
2021 PIAUD-FIK Development through improvisasi bebas dan bersepakat
Universitas Music pada anak PAUD dan TK.
Muhammadiyah
Bandung
(Indonesia)
27/12/ PlaAstro Galeri HUT ke-4 Komunitas Bermain dan mengobrol tentang
2021 Bandung Peduli Anak Spesial improvisasi bebas pada anak
spesial. Bersama Fahdi Hasan.
03/05/ Jongko Zaro Konser improvisasi bebas bersama https://www.facebook.
2022 (Bandung) Robi Rusdiana, Rahul Sharma, dan com/glennderbloodgus
Tandani Mutaqim her/videos/362180259
270462
19/02/ Cudeto Cafe Mimemusik Konser improvisasi bebas bersama
2022 Wanggi Hoed, Mukrie Kribo, Dody
Satya Ekagustdiman, Pancaadi, dan
Rahul Sharma.
26,27,28/ Ruang Orkestra Sontak 3 Festival Panitia utama.
08/ FPSD UPI Improvisasi Bebas
2022 (Bandung)
26/07/ Ruang Orkestra Sontak 3 Festival Pemateri kursus improvisasi bebas.
2022 FPSD UPI Improvisasi Bebas
(Bandung)
28/07/ Ruang Orkestra Sontak 3 Festival Pemain improvisasi bebas bersama
2022 FPSD UPI Improvisasi Bebas Muslih 7 dan Tandani Mutaqim.
(Bandung)
30/07/ DU 68 Musik Ritus Gunung Terbitan kaset improvisasi bebas
2022 (Bandung) dan bersepakat oleh Knobztore dan
DU68
221
Lampiran 2
Beberapa Tulisan dengan Kumpulan Pelatihan Improvisasi atau
Karya Komposisi-Improvisasi yang Dapat Digunakan sebagai Pelatihan
Nature Study Notes: Improvisation Rites Catatan Belajar Alam: Ritus Improvisasi 1969 Cornelius Cardew
1969 (penyunting, 1969)
Search & Reflect: Concepts and Pieces Mencari dan Merefleksikan: Konsep dan John Stevens (1985)
Karya
Creative Improvisation Improvisasi Kreatif Roger Dean (1989)
Wisdom of the Impulse: On the Nature of Kebijaksanaan Impuls: Tentang Hakikat Tom Nunn (1998)
Musical Free Improvisation Musik Improvisasi Bebas
Music Theory through Improvisation: A Teori Musik melalui Improvisasi: Pendekatan Edward Sarath (2009)
New Approach to Musicianship Training Baru terhadap Pendidikan Kemampuan
oleh Bermusik
Free Improvisation: A Practical Guide Improvisasi Bebas: Paduan Praktik Tom Hall (2009)
Improv Games for One: A very Concise Permainan Improvisasi untuk Satu: Kumpulan Jeffrey Agrell (2009)
Collection of Musical Games for One Amat Ringkas Permainan Musikal untuk Satu
Classical Musician Pemusik Klasik
Free to be Musical: Group Improvisation in Bebas Menjadi Musikal: Improvisasi Lee Higgings dan Patricia
Music Berkelompok dalam Musik Shehan (2010)
Il Suono Spontaneo: Manuale di Libera Bunyi Spontan: Pedoman Improvisasi bebas Giovanni Guaccero (2013)
Improvvisazione e Composizione Istantanea dan Komposisi Serentak untuk Kelas
per il Corso di Didattica della Música Pendidikan Musik
Exercises for Improvisation, Composition, Pelatihan untuk Improvisasi, Komposisi, dan Simon Gray (2020)
and Compovisation Kompovisasi
Lampiran 3
Daftar Kamus dan Laman Web yang Digunakan dalam Penerjemahan
Lampiran 4
Kata Kerja Bermain dalam Berbagai Bahasa
Rumpun Melayu-Polinesia
# Bahasa I like to play You play We play a She plays He likes I am a Peninjau
music game this match this play player
1 Sunda Abdi resep Anjeun urang manehna anjeunna abdi Kang Atung
maén nabeuh maénkeun maén resep pamaén
/maén kaulinan pertandingan kaulinan
ieu ieu
2 Hawai Makemake Hoʻokani Pāʻani mākou Hoʻokani ʻo Makemake He mea
au e pāʻani pila ʻoe i kahi pāʻani ia i kēia ʻo ia i kēia pāʻani au
pāʻani pāʻani
3 Indonesia saya suka Anda Kami Dia Dia suka saya Kyo
bermain bermain bermain memainkan permainan seorang
musik sebuah pertandingan ini pemain
permainan ini
4 Jawa Aku seneng Kowe maen Awake dewe Dheweke Dheweke Aku Priyo/Leon
maen musik dholanan tanding iki seneng pemaen
Nabuh dolanan iki
(Leon)
5 Malagasi Tiako ny milalao Milalao Izy no Tiany ity Mpilalao Cynthia
milalao mozika izahay milalao ity lalao ity aho
ianao lalao ity
224
6 Melayu saya suka anda Kami Dia bermain Dia suka Saya Rose
bermain bermain bermain perlawanan permainan seorang
muzik sebuah ini ini pemain
permainan
7 Samoa Ou te fiafia e e te taina Matou te E taalo o ia i E fiafia o ia O au o se
taalo musika taaalo i se lenei taaloga i lenei tala tagata taalo
taaloga
Rumpun Austro-Asia
# Bahasa I like to You play We play She plays this He likes I am a Peninjau
play music a game match this play player
8 Khmer khnhom anak yeung neang leng keat khnhom Sophea
chaulchett lengophleng leng karobrakuot chaulchett chea anak
leng hkem nih . kar leng leng
nih .
9 Vietnam Tôi thích Bạn chơi chúng tôi cô ấy chơi trận anh ấy tôi là một Nhan
chơi nhạc chơi một đấu này thích vở người chơi
trò chơi kịch này
Rumpun Tai-Kadai
Rumpun Indo-Arya
Rumpun Indo-Iran
Rumpun Uralik
Hongaria: play (bermain) = játszani, is use for music and game as well, sometimes we use Play music (digunakan untuk musik
dan permainan, kadang-kadang kami menggunakan bermain musik) = Zenélni
Rumpun Turkik
Rumpun Semitik
# Bahas I like to You play We play a She plays this He likes I am a Peninja
a play music game match this play player u
2 Amhar mech’awet muzīk’a ch’ewata yihini git’imīya yihini inē
2 i tich’awetaleh inich’awetaleni tich’awetalechi ch’ewata tech’awach
iwedalehu i ። ። yiwedali። i nenyi
።
2 Arab 'ahibu 'ant taleab naleab laebatan 'iinaha taleab yuhibu ana laeib Hakima,
3 allaeib almusiqaa hadhih hadhih Islam
almubaraa almasrahi
a
Rumpun Romanik
Perancis: "Jouer" can be general (for music or a type of music: jouer de la musique, jouer du jazz) It can also be used
specifically for an instrument (jouer d'un instrument, jouer de la guitare, jouer du piano -note that the object uses a preposition
"jouer DE"), for a piece (jouer un morceau de musique, jouer le concerto pour piano de Rachmaninoff), for a composer (jouer
Bach or jouer du Bach) ("Jouer" dapat diartikan secara umum (untuk musik atau jenis musik tertentu : jouer de la musique, jouer
du jazz) Dapat digunakan juga untuk alat musik khusus (jouer d'un instrument, jouer de la guitare, jouer du piano – perhatikan
226
bahwa obyek menggunakan kata sambung "jouer DE"), untuk sebuah karya (jouer un morceau de musique, jouer le concerto
pour piano de Rachmaninoff), untuk komponis tertentu (jouer Bach or jouer du Bach).
Rumpun Atlantik-Kongo
# Bahasa I like to play You play We play a She plays He likes this I am a Peninjau
music game this match play player
28 Xhosa Ndiyakuthanda Udlala sidlala uyawudlala uyawuthanda ndingumdlali Palesa
ukudlala umculo umdlalo lo mdlalo lo mdlalo
29 Igbo Ọ na-amasị m Ị na-egwu Anyị na- Ọ na-egwu Egwuregwu Abụ m onye
igwu egwu egwu egwu egwuregwu a masịrị ya egwuregwu
egwuregwu a
30 Zulu Ngithanda Udlala sidlala uyawudlala uyawuthanda ngingumdlali peacefull
ukudlala umculo umdlalo lomdlalo lo mdlalo
31 Swahili Ninapenda Unacheza tunacheza anacheza anapenda mimi ni Ibrahim
kucheza muziki mchezo mechi hii mchezo huu mchezaji
Rumpun Balto-Slavik
# Bahasa I like to You play We play a She plays He likes this I am a Peninjau
play music game this play player
match
32 Ukraina ya lyublyu Vy hrayete na my vona yomu ya hravetsʹ Sofi
hraty muzychyh hrayemo v hraye tsey podobayetʹsya
instrumentah hru match tsya hra
33 Rusia Mne Ty My Ona Yemu ya igrok Zhibek
nravitsya vosproizvodish igrayem v igrayet nravitsya eta
igrat' muzyku. igru etot match igra
34 Slovenia rad se igraš glasbo Igramo Ona igra Ta igra mu je jaz sem
igram igro to tekmo všeč igralec
35 Latvia man patīk tu spēlē Mēs Viņa Viņam patīk Es esmu
spēlēt mūziku spēlējam spēlē šo šī luga spēlētājs
spēli maču
36 Ceko rád hraji Hraješ hudbu Hrajeme Ona hraje Tuto hru má Jsem hráč Renata
hru tento rád
zápas.
Rusia: Play different music instruments (bermain beberapa alat musik) - igrat na raznyh muzykalnyh instrumentah. play the role
(bermain peran) - igrat role, something plays important role in some situation (sesuatu memainkan peran penting dalam situasi
tertentu) - eto igraet vazhnuyu rol v etoi situaszii
Ukraina: they add music or instruments for play music (mereka menambahkan musik atau alat musik untuk bermain musik).
Rumpun Jermanik
43 Islandia Mér finnst Þú spilar Við spilum Hún spilar Honum líkar Ég er
gaman að tónlist leik þennan þetta leikrit leikmaður
spila leik
44 Luxemburg Ech spillen Dir spillt Mir spillen Si spillt Hie gär dëst Ech sinn e
gär Musek e Spill dëse Match Spill Spiller
45 Norwegia jeg liker å du spiller Vi spiller Hun spiller Han liker Jeg er en Heinne
spille musikk et spill denne dette stykket spiller
kampen
46 Swedia Jag gillar Du spelar vi spelar hon spelar han gillar jag är en Casper,
att spela musik ett spel den här den här spelare Linda
matchen pjäsen
Jerman: Other words that represent a playful attitude used in music and theatre could be “Experimentieren” - to experiment Or
“Genießen“ - to enjoy (Kata lain yang menggambarkan sifat bermain dalam musik dan teater adalah “Experimentieren”-
bereksperimentasi atau “Genießen“-menikmati
Norwegia: to play a game can also be «å leke en lek» «de leker en lek». «En lek» is a more childish game like hide and seek, or
generally- do you want to come out and play? Many people in theatre and music often say that they play together (leker
sammen) instead of «spille teater» to underline the childish or improvisatory nature of the interaction they are seeking. (Bermain
permainan bisa juga «å leke en lek» «de leker en lek». «En lek» lebih digunakan untuk permainan anak-anak seperti petak umpet
atau bermain di luar. Banyak orang di teater dan musik bilang mereka bermain bersama (leker sammen) daripada «spille teater»
untuk menunjukkan interaksi seperti anak-anak atau interaksi berimprovisasi yang mereka cari)
Swedia: Not sure if this is relevant, but in swedish you differentiate between spela, to play something in a structured form, or
leka, which means to play playfully, like children. Because of this, when you use spela, you also always have to define what it is
that you're playing (like in the examples above), and when you say leka, no further definition is needed, it's mainly used for kids.
Jag leker med barnen = I play with the children. (Tidak tahu apakah ini relevan tapi dalam bahasa Swedia ada perbedaan antara
spela, yaitu bermain sesuatu yang terstruktur; dan leka, bermain demi bermain seperti anak-anak. Oleh karena itu, ketika
menggunakan spela, Anda perlu menambahkan apa yang dimainkan (seperti contoh-contoh di atas); dan ketika menggunakan
leka, tidak perlu ditambahkan lagi, biasanya digunakan untuk anak-anak. Jag leker med barnen = Saya bermain dengan anak-
anak).
Rumpun Lain
Scotish Gaelic: Lots more English is influenced by Gaelic than we think, usually attributing french and german both of which
"play" music and games too. Also Welsh "Chwarae" means play (Bahasa Ingriss terpengaruh oleh bahasa Gaelik lebih dari yang
kami pikirkan. Biasanya kami menghubungkan bahasa Perancis dan Jerman dalam bermain musik dan permainan. Bahasa Wales
“Chwarae” artinya bermain)
Esperanto: mi ludas (I play, present tense), mi ludis (I played, past tense), mi ludos (I will play). Ludu (play, like in an order),
mi ludus (I would play) Ludanto, player. Ludema, somebody who likes to play) Ludejo, a place intended to play (mi ludas (saya
bermain, waktu sekarang), mi ludis (saya bermain, masa lalu), mi ludos (saya akan bermain). Ludu (mainkanlah), mi ludus (saya
mungkin bermain) Ludanto, pemain. Ludema, seseorang yang suka bermain) Ludejo, (tempat untuk bermain)
228
Lampiran 5
Contoh ke-27 Jenis Permainan Improvisasi Bebas
Lampiran 6
Sintaks Pembelajaran Musik Improvisasi Bebas dan Bersepakat bagi Pemula