DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan
untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
DIKERJAKAN
O
L
E
H
MASRINA PURNAMASARI
NIM: 040707007
Pembimbing I
Pembimbing II
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan
untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam Bidang Etnomusikologi
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA,
KATA PENGANTAR
Pertama-tama segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda
(Alm) H. Hasywin Permana Putra dan ibunda Hj. Rosnani yang telah mendidik dan
membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, juga untuk kakak tersayang Reny
Windayani. Terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.
Skripsi ini berjudul Trend Japanese Rock dan Visual Kei dalam Konteks
Pertunjukan Musik Popular di Indonesia : Studi Kasus Group-Group Band di
Medan, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen
Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu penulis. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si selalu
Dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, arahan, pemikiran, ketika
membimbing penulis dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, serta Ibu
Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekertaris Departemen Etnomusikologi yang telah
memberikan dukungan moril, saran, serta nasehat-nasehatnya. Kemudian penulis
juga berterima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi yang
telah memberikan pangajaran selama penulis mengikuti bangku perkuliahan.
3.
Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A selaku Dosen wali. Terima kasih atas arahan dan
pemikiran-pemikirannya selama ini.
4.
Semua orang yang telah memberikan informasi yang sangat berarti selama penulis
mengerjakan skripsi ini. Akam (terima kasih telah mengenalkan penulis dengan
istilah visual kei), para personil Azumi, Arya (Julia Rock band), Yudhie (Soudjiro
band), Kotchie dan Cya (Shiroyuuki), terima kasih telah membantu selama ini.
5.
Sahabat penulis Rian, Vina, dan Vita. Terima kasih atas dukungan dan sindiran yang
tak henti-hentinya selama ini sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Teman-teman seperjuangan : Pipin, Idol, Frans, Markus, Feri, Ata, Fewa, Dia,
Amran, Welly, Tri, Jeje, Nancy, dodo. Terima kasih atas kebersamaan kita selama
ini di dalam suka maupun duka yang mampu kita lewati bersama. Riri sangat
menyayangi kalian.
7.
Abang dan kakak senior, serta adik-adik junior, yang sering mendesak penulis untuk
segera lulus. Terima kasih atas dukungan moril yang telah kalian berikan.
Terima kasih buat kalian semua dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis
Penulis
Masrina Purnamasari
NIM: 040707007
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pokok Permasalahan.......
1.3 Tujuan dan Manfaat............
1.3.1
Tujuan ..
1.3.2 Manfaat.
1.4 Konsep dan Teori ..
1.4.1
Konsep ..
1.4.2
Teori .
Studi Kepustakaan ..
1.5.2
Pengamatan ..
1.5.3
Wawancara . .
BAB V : PENUTUP ..
5.1 Kesimpulan ..
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA..
DAFTAR INFORMAN...
GLOSSARIUM
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
: Contoh Eroguro .
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
: Panggung Pertunjukan
Gambar 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jepang merupakan salah satu Negara yang kaya akan budaya. Budaya
Jepang yang nyata dan bisa disaksikan saat ini adalah musik popularnya dan
harajuku style 1. Musik Jepang mampu mencari jati dirinya dengan membuat
aliran atau style sendiri meskipun mereka terinspirasi dari barat. Mereka berusaha
untuk membuat sesuatu yang baru dengan melakukan inovasi terhadap apa yang
ditirunya. Tidak heran jika saat ini kita selalu mendengar aliran musik yang
terdapat inisial J didepannya, seperti J-Pop, J-Dangdut, J-Rap, dan juga J-Rock.
Jika selama ini masyarakat kita sangat terbuka dalam menerima musik dari
mancanegara, terutama musik-musik yang berasal dari Amerika seperti Hip-Hop
dan R&B, kini berkat teknologi kita juga bisa merasakan kehadiran musik popular
Jepang di Indonesia. Saat ini yang sedang menjadi trend bermusik anak-anak
muda Indonesia adalah musik Japanese rock (J-Rock). J-Rock atau Japanese
Rock (nihon no rokku, rock Jepang) digunakan untuk menyebut genre musik rock
Gaya dandanan yang aneh dan tidak lazim, sering disebut gaya pemberontak (rebellion).
Masyarakat Jepang (para pekerja) maupun para anak muda merasa bosan dengan keseharian
mereka yang selalu rapi memakai jas saat bekerja, rambut tersisir rapi, memakai seragam
kesekolah. Oleh karena itu mereka merasa harus memberontak terhadap ketidakbebasan mereka
dalam hal berdandan dengan melawan mainstream. Mereka berdandan sesuai dengan apa yang
mereka mau, memakai baju yang nabrak-nabrak, memoles wajah dengan make up tebal ala
boneka, memakai stoking warna norak atau belang-belang, rambut warna-warni, dan sepatu ber
highheel. Biasanya di kawasan Harajuku ini mereka bercosplay meniru tokoh anime, manga, band
favorit, tokusatsu, ataupun tokoh dalam permainan video game. Dalam perkembangannya
Harajuku menjadi tempat pelarian para seniman untuk mengadakan perform jalanan. Kini harajuku
dikenal sebagai sebuah sentra dunia entertainment yang terkenal di Jepang maupun dunia karena
memiliki ciri khas dimana banyak street performers mengekspresikan idealisme mereka dengan
gaya berpakaian yang unik yang kemudian dikenal dengan nama Harajuku Style.
yang ada di Jepang. 2 Ada beberapa ciri dari J-Rock yang membuatnya berbeda
dari rock Amerika yaitu dalam hal komposisi musik, sound, dan performance.
Selain tiga hal tersebut, dari segi Vokal biasanya penyanyi J-Rock memiliki
karakter yang kuat dan khas yaitu identik dengan vibrasi dan teknik falsetto. Ciri
lainnya yaitu permainan bass yang intens dan tidak hanya memainkan akord saja,
drum yang tidak harus double pedal dan banyak sinkop serta variasi, serta nada
yang cenderung minor, dan lain sebagainya. Japanese Rock juga memiliki ciri
dalam hal pembawaan bermusiknya. Pemusik biasanya memakai tema Visual Kei
(V-Kei) yang merupakan trend dalam J-rock yang mengutamakan penampilan
visual untuk menarik perhatian penonton. Prinsip dari V-Kei adalah pemusik
mengenakan pakaian dan dandanan yang memberi kesan feminin meskipun
personilnya adalah laki-laki. Biasanya dalam V-Kei satu orang personilnya
berdandan sebagai wanita, meskipun selamanya tidak harus begitu.
Perkembangan V-Kei menjadi popular di Jepang dan sering dikaitkan
dengan band rock Jepang. Di Jepang sendiri tumbuh kepercayaan di kalangan
komunitas band, jika ingin sukses dalam bermusik sebaiknya memulai debut
dengan penampilan Visual Kei karena semakin banyak band Visual Kei yang
terkenal. 3 Beberapa band Visual Kei adalah Dir en Grey, The GazettE, Alice Nine,
Malize Mizer, X Japan, Luna Sea, Vidoll, Versailles, ScReW, SuG dan
sebagainya. Dir en Grey merupakan salah satu band yang ekstrim dalam
performancenya.
Dua hal inilah (J-Rock dan V-Kei) yang kemudian banyak ditiru oleh anak-anak
muda Indonesia. Japanese Rock dan Visual Kei seolah menjadi trend baru
2
3
http://id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
http://efeksamping.wordpress.com/2008/03/06/band-jepang-yang-beraliran-visual-kei/
Film animasi Jepang seperti Samurai X, City Hunter, Gundam, Saint Seiya, Candy-Candy,
Detective Conan, Naruto, Dragon ball, dan lain-lain.
5
Festival budaya Jepang
1.2
Pokok Permasalahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei di Indonesia?
2. Bagaimana trend Japanese Rock (hal tentang musik) serta Visual Kei
(hal tentang performance) dalam konteks pertunjukan group band
beraliran J-Rock di Medan?
1.3
1.3.1 Tujuan
Adapun yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a) Untuk melihat bagaimana fenomena Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia.
b) Untuk melihat bagaimana trend Japanese Rock dan Visual Kei
yang mengacu pada musik dan performance dalam konteks
pertunjukan group band beraliran J-Rock di Medan
1.3.2 Manfaat
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :
a)
1.4
1.4.1 Konsep
Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda
ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,1985:46).
Suatu makna atau pengertian dari sebuah konsep harus didefinisikanan.
Trend merupakan sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu atau
dua orang saja 6, sifatnya sementara dan bisa berulang lagi. Pada tulisan ini trend
yang akan dibahas meliputi segi musikal dari musik Japanese Rock, serta hal-hal
yang bersifat visual seperti kostum, dandanan, perilaku bermusik, yang
kesemuanya itu berkaitan dengan Visual Kei. Seluruh musik yang disebarluaskan
melalui media massa baik media cetak, penyiaran ataupun rekaman dapat
dikategorikan sebagai musik popular.
Japanese dalam Kamus Inggris Indonesia (2004:334) artinya orang Jepang
atau Jepang. Rock adalah genre musik yang memiliki karakter keras dan
menghentak-hentak. Yang dimaksud dengan Japanese Rock disini adalah sebuah
genre musik yang berkarakter keras dan menghentak-hentak yang dimainkan oleh
orang-orang (musisi) Jepang. Beberapa karakteristik J-Rock secara umum seperti:
akord yang banyak menggunakan transpose 7, banyak memainkan nada-nada
kromatik 8, pemilihan nada-nada tinggi yang dominan dalam solo gitar, permainan
tempo bass yang intens, dan lain sebagainya.
Visual kei merupakan penggabungan dari kata Visual (bahasa Inggris)
yaitu berkenaan dengan sesuatu yang dapat dilihat, dan Kei (bahasa Jepang) yang
Netsains.com
Penulisan ulang rangkaian melodi atau akord-akord sebuah lagu dengan meninggikan atau
merendahkan semua nada dalam rentang jarak tertentu dan menyeluruh.
8
Tangga nada yang jarak antara semua notnya setengah tone saja.
7
mempunyai arti gaya. Jadi bisa diartikan bahwa Visual Kei adalah gaya dari
penampilan luar yang dapat dilihat dengan mata. Gaya dari penampilan luar ini
mencakup kostum, rambut, aksesoris, make up, dan perilaku bermusik. Secara
umum, anggota band V-Kei berpenampilan nyentrik untuk menarik perhatian,
seperti rambut yang diwarnai, potongan rambut yang keren yang tidak pernah
terbayang sebelumnya, make-up tebal yang memiliki kesan feminin, serta kostum
yang aneh. Visual Kei terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu angura kei,
eroguro, oshare kei, yang memiliki cirinya masing-masing [baca halaman 27].
Mereka bebas menciptakan gaya berpakaian dan berdandan mereka sendiri yang
mampu menarik perhatian penonton. Oleh karena itu mereka memiliki ciri kostum
sendiri, ada yang mengenakan kimono, ada yang bergaya ke-Eropaan, dan lainlain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 522), konteks memiliki
dua arti. Arti yang pertama yaitu bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna, sedangkan yang kedua adalah
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Pertunjukan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:1086) artinya
sesuatu yang dipertunjukkan, tontonan. Maksud dari konteks pertunjukan dalam
penelitian
ini
adalah
situasi/hal-hal
yang
terdapat
dalam
sebuah
pertunjukan/tontonan, baik itu dari segi audio (segala bentuk musikal yang dapat
didengar ) maupun visual (semua hal yang dapat dilihat dengan mata).
Manuel (1988:2) mengatakan bahwa kata musik popular telah digunakan secara
umum dalam tulisan-tulisan berbahasa inggris untuk mengartikan musik rakyat
dari seni musik yang diasosiasikan dengan kaum elit. Kata musik popular ini juga
bisa dideskripsikan sebagai bentuk dari musik yang berkembang di abad ini yang
mempunyai hubungan erat dengan media massa. Sebagai musik yang banyak
disebarluaskan melalui media massa, Japanese rock tergolong sebagai salah satu
jenis musik popular.
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer
(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2003:1).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul
penelitian ini yaitu sebuah tulisan yang ingin menggambarkan bagaimana trend
musik Rock Jepang sebagai musik yang rekaman dan penyiarannya telah sampai
ke Indonesia beserta gaya visualnya, diikuti atau ditiru oleh anak-anak muda
Indonesia baik dari segi musikal maupun segi visual yang kemudian diterapakan
dalam situasi pertunjukan mereka, khususnya pertunjukan dari band beraliran rock
Jepang yang ada di Medan.
1.4.2 Teori
Teori adalah serangkaian konsep dalam bentuk preposisi-preposisi yang
saling berkaitan, bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
gejala (Malo dkk, 1985:49-50).
Kemajuan teknologi membantu penyebaran Japanese Rock dan Visual Kei
di Indonesia. Penyebaran berkaitan dengan proses difusi. Difusi (diffusion) adalah
proses penyebaran kebudayaan-kebudayaan secara geografi, terbawa oleh
1.5
Metode Penelitian
Metode disini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh penulis
1.5.2 Pengamatan
Pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan
kejadian, kelakuan, dan benda-benda pada latar penelitian.
Mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses. Untuk mengamati
kejadian
yang
kompleks
dan
terjadi
serentak,
pengamat
diseyogiakan
menggunakan alat bantu misalnya kamera, video tape dan audio-tape recorder.
Kejadian tersebut kemudian dapat diamati dan dianalisis setelah rekamannya
diputar kembali (Arikunto, 2002:205).
Harsja
W.
Bachtiar
dalam
Koenjtaraningrat
(1973:149-151)
Dalam
melakukan
penelitian
ini,
penulis
menggunakan
metode
yang
diperlukan tidak
perlu
bersembunyi tapi
juga tidak
1.5.3 Wawancara
Untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari responden, penulis akan
melakukan wawancara.
Metode wawancara dibagi kedalam dua golongan besar yaitu :
1. Wawancara berencana, yang selalu terdiri dari daftar pertanyaan yang
telah direncanakan dan disusun sebelumnya.
1.6
Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium adalah kerja dimana penulis akan mulai melakukan
1.7
Lokasi Penelitian
Untuk kegiatan penelitian, penulis memfokuskannya di kota Medan.
Acara bunkasai selalu berlokasi di lapangan parkir Fakultas Sastra USU, yang
diselenggarakan oleh mahasiswa/mahasiswi jurusan Sastra Jepang Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara. Selebihnya pertunjukan tidak memiliki lokasi
yang tetap. Oleh karena itu, penulis akan melakukan pengamatan ke beberapa
pertunjukan musik dimana band beraliran Japanese Rock kota Medan akan tampil.
BAB II
JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI :
SEJARAH, KARAKTERISTIK, KEBERADAAN
Japanese rock atau biasa disingkat J-Rock merupakan salah satu genre
musik popular Jepang. Sebenarnya orang-orang Amerika lah yang membuat
istilah ini karena di Jepang sendiri mereka tidak memakai istilah J-Rock. Orangorang menyebut istilah J-Rock untuk menyebut band Jepang yang membawakan
musik Rock, sama seperti istilah American Rock (Rock yang dimainkan orang
Amerika) dan Brit Pop (musik Pop di Inggris). Di Jepang, genre musik modern
seperti rock, pop, dance, dan lainnya berada di bawah naungan J-Pop 9.
Menurut sejarahnya, musik rock masuk ke Jepang ketika musik rock n
roll menjadi trend baru di Jepang pada tahun 1956. Saat itu group musik country
Kosaka Kazuya dan Wagon Master merilis lagu Heartbreak Hotel milik Elvis
Presley. Gaya musik ini disebut Rockabilly10. Walaupun hanya berlangsung
singkat selama tahun 1950-an, gaya bermusik rockabilly berpengaruh besar
terhadap musik rock dan budaya populer. 11 Berikut ini akan dipaparkan
bagaimana sejarah musik rock di Jepang.
2.1
seperti Mickey Curtis, Masaaki Hirao, dan Keijiro Yamashita. Tidak ada literatur
Di Jepang, istilah J-Pop digunakan untuk membedakan gaya musik modern dengan musik klasik
Jepang yang disebut dengan Enka (bentuk ballad dari Jepang tradisional).
10
Rockabilly adalah salah salah satu gaya paling awal dan paling berpengaruh dalam musik rock
n' roll yang muncul di tahun 1950-an. Elvis Presley adalah bintang rockabilly yang paling terkenal
11
Id.wikipedia.org
12
Id.wikipedia.org/wiki/J-Pop
1965, band lokal Tokyo Beatles merilis piringan hitam berisi lagu-lagu The
Beatles dengan lirik bahasa Jepang tentunya. The Beatles adalah band rock
pertama yang menggelar konser di Nippon Budokan tahun 1966. Masyarakat
percaya bahwa The Beatles akan menyebabkan kenakalan remaja di konser
tersebut. Pemerintah Jepang kemudian mengerahkan polisi anti huru hara untuk
mengamankan
penggemar-penggemar
remaja.
The
Beatles
kemudian
13
Id.wikipedia.org/wiki/J-pop
yang didirikan Eikichi Yazawa dan tiga tokoh rock ternama yaitu Sera Masanori
& Twist, Shinji Harada, Char, yang dikenal sebagai "tiga besar dalam rock"
(rokku gosanke). Musik rock semakin mudah diterima lagi oleh masyarakat berkat
Southern All Star, The Alfee, Kenji Sawada, dan Godiego. 14
Sejak akhir tahun 1970-an, group musik rekaman dari label indies kian
popular sehingga menyebabkan terjadinya Band Boom di Jepang pada
pertengahan 1980-an. Muncul aliran-aliran seperti punk rock, new wave, techno
pop, hard rock, dan heavy metal. Group musik yang mewakili seperti Bow Wow,
Loudness, Yellow Magic Orchestra, Anthem, 44Magnum, dan sebagainya.
Boowy yang memulai debutnya tahun 1982 adalah band yang mempunyai
pengaruh kuat dalam dunia musik rock Jepang. 15
Tahun 1989, X-Japan memulai debutnya dan berhasil membuat musik
heavy metal diterima oleh semua kalangan masyarakat Jepang. X-Japan yang
berpenampilan nyentrik inilah yang secara perlahan-lahan meruntuhkan dominasi
musik pop pada saat itu. Ditambah lagi saat itu group band Guns N Roses sedang
booming di Jepang dan memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam merubah
pandangan masyarakat terhadap jenis musik Rock. Hide (gitaris X-Japan) mulai
dijagokan sebagai icon musik Rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan
khusus untuk musik mereka dengan nama Japanese Rock. Berbeda dengan band
Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang dimana warna musiknya
lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna
tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya. 16
14
Id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
http//moer.multiply.com/journal/Elaborasi musik Indonesia-Jepang_dari Gesang sampai Utada
Hikaru
16
http:// e-punk.blog.friendster.com/2007/12/hide pelopor trend visual kei ala j-rock
15
Dalam waktu yang hampir berdekatan, lagu yang bertemakan kritik sosial
yang dilihat dari sudut pandang generasi muda juga mencapai ketenaran. Melodic
Hardcore muncul sebagai aliran baru yang dibawa oleh Hi-Standard, Snail ramp,
Nicotine, dan Kemuri. Hi-Standard adalah group yang memulai menggunakan
lirik bahasa Inggris yang sekarang ini sudah tidak asing kita dengar. Shonen Knife
merupakan band Jepang yang berhasil menjadi pembuka konser Nirvana pada
tahun 1993. Puncak kepopuleran Blankey Jet City dan Thee michelle gun elephant
menutup akhir dekade 1990-an. Konser-konser di alam terbuka sering diadakan
pada saat itu, contohnya seperti Fuji Rock Festival.
Awal tahun 2000-an diramaikan group musik seperti Stance punks,
Gagaga SP, dan Going Steady, dan Acidman. Pertengahan tahun 2000-an banyak
sekali group-group bergenre Melodic Hardcore dan Emocore bermunculan,
seperti Ellegarden dan Asian Kung-Fu Generation. Bump of Chicken dan Sambo
Master yang berada pada aliran utama (mainstream) adalah kelompok Japanese
Rock yang popular pada masanya. 17
.
17
Id.wikipedia.org/wiki/J-Rock
Gerakan/
Gaya
Genre /
Irama
Era 1950-an
- Rock n Roll
Kaba Popsu /
Cover Pop
(akhir dekade
1950-an)
- Liverpool
Sound
Masa / Era
Ereki
(1964-an 1965)
British
Invasion
- Surf music
(musik eleki),
- Liverpool
Sound
Gurupu Saunzu
( GroupSounds,
1960-an)
British
Invasion
- Kayokyoku
atau Wasei
Pop
Era 1960-an
hingga 1970-an
-Blues Rock
-Okinawan
Rock
-Mentai Rock
Era Rock
Jepang hingga
1980-an
-Folk Rock
New Wave
( 1980-an )
- Punk Rock
- New Wave
-Techno pop
- Hard Rock
- Heavy Metal
Era Band
Boom hingga
akhir Band
Boom (1980-an1990-an)
Shibuya Kei
Visual Kei
- Heavy Metal
- Melodic
hardcore
- Rockin
- Mentai Rock
Tahun 2000-an
Visual Kei,
Sheisun Punk
- Melodic
hardcore
- Emocore
- Mixture
Rock, dll
Contoh pola ritem drum pada lagu Dahlia milik band X-Japan
( Sumber : Guitar Pro 5 )
Contoh pola ritem drum pada lagu Cest La Vie oleh band Larc En Ciel
( Sumber : Guitar Pro 5 )
18
19
Dalam teknik permainan bass terdapat istilah walking bass atau bass
jalan. Rangkaian not bass terus bergerak cepat naik dan turun. Bass tidak hanya
memainkan akord saja, tetapi juga memainkan melodi dengan improvisasiimprovisasi. Meskipun begitu, tidak semua lagu menggunakan teknik permainan
bass seperti itu, tergantung kebutuhan lagunya juga. Selain itu permainan bass dan
ritem gitar memainkan pola melodi dasar yang sama, hanya saja di bagian-bagian
tertentu masing-masing berimprovisasi. Kabarnya improvisasi-improvisasi inilah
yang menandakan kekhasan musik Japanese Rock.
Contoh bass dan gitar yang memainkan pola melodi dasar yang sama
( Sumber : Guitar Pro 5 )
20
Keterangan :
W = Whole tone (interval satu)
H = Half tone (interval setengah)
2.2.4 Vokal
Vokal dalam Japanese Rock sering menggunakan teknik falseto. Biasanya
vokalis memiliki karakter yang kuat dan khas serta skill (kemampuan) yang
tinggi. Bukan vokalis wanita saja yang memakai teknik falsetto yang menjadi ciri
khas seorang vokalis, tetapi vokalis pria juga menggunakan teknik yang serupa.
Vokalis pria mampu menjangkau nada-nada tinggi sehingga suara mereka
menyerupai suara wanita. Nada-nada tinggi ini kemudian digabung dengan teknik
falseto dan vibrasi yang menjadi ciri penyanyi Jepang.
2.2.6 Performance
Diluar segi musikal, Japanese Rock juga memiliki karakter/ciri dari segi
performance. Performance menjadi bagian penting dalam Japanese Rock yang
meliputi kostum dan aksi panggung. Fesyen dan perilaku bermusik musisi yang
unik membuatnya berbeda dari musik rock barat. Musisinya sendiri muncul
dengan versi berbeda dari image rocker yang sebagaimana mestinya. Untuk
kostum, para musisi biasanya mengangkat tema Visual Kei atau gaya visual dalam
berpakaian. Selain itu aksi panggung yang menarik juga mereka tampilkan.
Misalkan saja band Dir En Grey. Vokalisnya kerap melakukan tindakan-tindakan
menyakiti diri sendiri, seperti mencakar-cakar dadanya hingga berdarah,
mensayat-sayat bagian dari tubuhnya, dan mencabut gigi tanpa bius dalam suatu
pertunjukan.
2.3
Jepang. Saat itu ada komunitas yang terbuang dari masyarakat yang berbicara
tidak hanya melalui mulut dan tulisan, tetapi juga lewat penampilan. Komunitas
yang mayoritas adalah kaum laki-laki ini tampil dengan mengenakan berbagai
macam aksesoris dan berdandan maupun berperilaku seperti seorang perempuan.
Melalui apa yang mereka pakai, mereka berbicara tentang segala hal, mulai dari
hal politik, segala sesuatu yang under pressure (dibawah tekanan), hingga
masalah yang menyangkut psikologis. Cara berdandan dan berperilaku mereka
seperti itu yang kabarnya melahirkan visual kei. Saat itu visual kei mengacu pada
cara berdandan dan berperilaku komunitas tersebut dalam kesehariannya. Seiring
dengan perubahan jaman, perlahan-lahan komunitas ini mengalami mati suri
dikarenakan banyak orang Jepang yang lebih memilih bunuh diri untuk
menyelesaikan masalah, daripada harus tenggelam dalam penderitaannya
sendiri. 21 Namun Pada masa sekarang, Visual Kei ( vijuaru kei ) mengacu pada
sebuah gerakan yang dilakukan musisi Jepang yang ditandai dengan penggunaan
21
http://id.wikipedia.org/wiki/visual_kei
tata rias, gaya rambut yang aneh, kostum dan asesoris yang ribet yang mulai
popular sekitar tahun 1990-an. 22
X-Japan merupakan band yang benar-benar mengangkat trend Visual
Shock (penampilan yang nyentrik) saat bermusik sampai akhirnya gaya ini
menjadi populer. Hal itu bersamaan dengan kemunculan band dari belahan dunia
barat, KISS, yang sedang populer di Jepang tahun 80-an. Hide 23 (gitaris X-Japan)
adalah orang yang menggagas Visual Kei ala Japanese Rock dan konsep Visual
Shock yang kini diikuti oleh banyak musisi-musisi Japanese Rock.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Sumarwan (2002:170) ,
salah satu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya adalah pakaian dan
penampilan. Melalui pakaian dan penampilan inilah para anggota band
menjadikan Visual Kei sebagai identitas mereka untuk memperoleh perhatian.
Identitas secara psikologis selalu dilekatkan dengan eksistensi diri, yang melihat
seseorang menggambarkan dirinya dalam lingkup dunia sosial, sebagai orang
yang berada di tengah orang banyak (Sulhan dalam Prajarto, 2004:237). Jadi
Visual Kei mereka gunakan dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi mereka
kepada masyarakat. Fashion dan make-up bagi band Japanese Rock sendiri sama
pentingnya dengan jenis lagu yang mereka bawakan.
Visual Kei merupakan hasil kreatifitas dari band-band Jepang yang
mengutamakan penampilan visual untuk menarik perhatian penikmat musik
Jepang. Anggota band V-Kei senang memakai make-up yang mencolok, unik, dan
kostum yang rumit dalam setiap performance mereka. Umumnya anggota band
Visual Kei adalah pria. Keunikannya adalah mereka suka memakai make-up dan
23
Sejak mengenal musik dari group Rock seperti Kiss dan Bow Wow, sejak saat itu pula Hide
begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki penampilan visual yang nyentrik dan bergaya.
kostum yang terkesan feminin atau androgynous meskipun mereka adalah lakilaki. Di Jepang sendiri hal itu disebut Bishounen atau pria cantik karena dikatakan
sebagai wanita bukan, dikatakan pria juga bukan. Musik dari band V-Kei dikenal
luas dikalangan pendengar musik underground atau indie yang terdiri dari banyak
genre seperti heavy metal, elektronika, dan lain-lain. Memasuki tahun 2000-an,
banyak band-band Visual Kei yang mulai bereksplorasi dengan musik dan
penampilan mereka. Sebelumnya Visual Kei identik dengan penampilan
gothic/dark. Sesuai dengan sifat
budaya
yang
selalu
berubah seiring
dan pertunjukan live-nya saja, tetapi juga pada lirik lagu yang memiliki kesan
humor.
Sedangkan Oshare Kei pertama kali muncul di Jepang sekitar tahun 2001.
Secara harafiah, Oshare artinya pesolek atau peraga. Seiring perkembangan
zaman istilah ini berubah dan lebih sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu
atau seseorang yang fashionable dan stylish. Anggota band Oshare Kei cenderung
berpenampilan ceria, memakai kostum dengan warna-warna yang terang/cerah,
terkesan remaja dan trendy seperti fashion anak-anak muda Harajuku pada
umumnya.
penting bagi mereka karena itulah ciri khas mereka sebagai band Visual Kei.
Namun, semakin terkenalnya band-band Visual Kei di masyarakat, lambat laun
beberapa band tersebut juga meninggalkan dandanan Visual mereka dan lebih
fokus bermusik, contohnya Laruku dan Dir En Grey. Alasannya tidak begitu jelas,
melalui media massa opini publik dibiarkan tergiring begitu saja. Jadi ada yang
menganggap bahwa band-band tersebut tidak perlu bersusah payah lagi untuk
berdandan yang aneh-aneh dan menghabiskan banyak uang untuk kostum dan
make up. Tanpa harus melakukan hal itupun, pada kenyataannya masyarakat
sudah mengenal mereka. Yang mereka lakukan kini hanyalah memikirkan
bagaimana membuat musik yang bagus dan disukai orang banyak. Hal seperti ini
memang lazim terjadi disana, walaupun masih banyak juga yang setia dengan
dandanan mereka.
2.4
mencintai bangsanya, yaitu dengan cara mencintai segala hal yang berhubungan
dengan negaranya. Terbukti dari banyaknya musisi Jepang yang setia terhadap
label lokal sehingga label-label lokal berhasil menjadi raja dalam industri
rekaman di negeri sendiri. Tidak heran jika pasar Jepang menjadi pasar kedua
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. 24 Beberapa hal seperti anime, visual
24
Baca artikel Major Label Penguasa Industri Musik Dunia oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009
dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
kei, video game, dorama25, music show26, boyband, idol image 27, dan forum
jejepangan turut mendongkrak industri musik di Jepang.
Besarnya pasar Jepang tentu saja menarik minat para label utama dunia.
Kuatnya label lokal 28 membuat label asing sulit untuk masuk, apalagi menguasai
pasar musik Jepang. Hal ini membuat artis-artis Jepang tidak merasa perlu untuk
memperluas pasarnya dengan menggarap pasar internasional. Faktor bahasa dan
kondisi album rekaman para artis Jepang yang lebih mementingkan tampilan artis
dan musisi dibandingkan kualitas bermusik mereka, membuat album artis Jepang
juga sulit menembus pasar internasional. 29
Kenyataan bahwa para musisi Jepang baik penyanyi solo ataupun group
band yang lebih mementingkan tampilan artis daripada kualitas musik mereka
tidak bisa dipungkiri, walaupun tidak semua musisi seperti itu. Banyak juga dari
mereka yang walaupun mementingkan aspek tampilan luar tetapi memiliki
kualitas musik yang bagus pula. Hal itu terbukti dari beberapa group band yang
memiliki kemampuan yang baik dalam bermusik dengan lagu-lagu yang banyak
diminati masyarakat.
Masa kebangkitan band-band Visual Kei terjadi sekitar tahun 1988 sampai
1991 dengan band-band seperti X-Japan, Derlanger, dan masih banyak lagi.
Ketenaran mereka juga sampai ke Negara lain seperti Korea, Cina, Hongkong,
25
Berbeda dengan di Indonesia dimana kebanyakan lagu soundtrack sinetron adalah lagu-lagu
yang sudah terkenal terlebih dahulu baru kemudian dijadikan soundtrack, kalau di Jepang
kebalikannya. Justru dorama tersebut yang ikut mengangkat kepopuleran lagu temanya
26
Pertunjukan musik dimana banyak penyanyi yang tampil sebagai bintang tamu ataupun
program yang menampilkan tangga lagu. Kalau di Indonesia contohnya seperti acara Hip-Hip
Hura, Dahsyat, derings, Inbox, On The Spot, Mantap, MTV Ampuh.
27
Idol Image dikabarkan mengandalkan wajah yang tampan dan cantik, atau biasa kita dengar di
Indonesia dengan istilah jual tampang untuk mempopulerkan musik mereka
28
penguasaan major label dunia di Jepang hanya mencapai sekitar 48% dari seluruh pasar Jepang.
Sedangkan label-label lokal di Jepang menguasai hampir 52% dari seluruh pasar ( data IFPI )
29
Baca artikel Major Label Penguasa Industri Musik Dunia oleh Indriarti Yulistiani, 5 Juli 2009
dalam http://jagatalun.com/2009/07/05/major-label-penguasa-industri-musik-dunia.
dan Taiwan. Hal itu Kemudian memunculkan band-band seperti Larc En Ciel,
Luna Sea, Malize Mizer, Dir en Grey, di tahun 1991 sampai 1996. Masa ini
menjadi masa keemasan bagi group-group band karena banyak dari mereka yang
mencapai kesuksesan, bahkan beberapa diantaranya berhasil masuk ke major
label. 30 Laruku (sebutan untuk Larc en Ciel) yang mengangkat tema abad
pertengahan pada kostumnya, banyak memasukkan unsur-unsur musik yang lain
seperti musik Hawai. Sedangkan Diru (sebutan untuk Dir en Grey) banyak
menggunakan unsur metal dimana sang vokalis sering menggunakan teknik
Growl, dan nuansa penuh mistik yang dipadu dengan falset terdapat pada lagu
Saku.
Seiring dengan perkembangnnya, semakin banyak band yang muncul
dengan inovasi baru dalam berpenampilan. 12012 dan The Gazette kerap
memakai kostum yang sangat rumit dan sulit ditiru di setiap penampilannya.
Dengan pemakaian make up yang sedemikan rupa membuat para personilnya
berwajah cantik. Keberadaan merekapun semakin diakui dan diminati
masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Meskipun sulit menembus pasar
internasional, bukan berarti tidak ada sama sekali band Japanese Rock Jepang
dengan penampilan Visual Kei yang berhasil eksis di luar Jepang. Larc en ciel,
Dir En Grey, Despairs Ray, adalah beberapa band yang banyak melakukan
konser dan tour di luar Jepang.
30
BAB III
FENOMENA JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DI INDONESIA
3.1
media
massa
(2004:90).
Media
massa
digunakan
untuk
Media massa atau Pers adalah istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk
mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk masyarakat yang sangat luas.
32
Penulis juga bergabung dalam community organization yang terdapat dalam situs pertemanan
guna mendapatkan informasi seputar fenomena Japanese Rock di Indonesia ataupun di Jepang.
Beberapa minggu sekali penulis akan dikirimkan up-date/berita terbaru mengenai band J-Lokal
dan event-event yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
33
http//id.wikipedia.org
Jepang yang ditiru oleh remaja Indonesia setelah menyaksikan penampilan bandband Jepang tersebut di youtube.
Media berikutnya adalah televisi. Televisi telah menjadi medium yang
sangat banyak menciptakan budaya popular (Sumarwan, 2002: 184). Di
penghujung tahun 1980-an, anime dan manga cukup popular di televisi. Melalui
penayangan anime di televisi inilah diperdengarkan lagu-lagu Jepang sebagai
soundtracknya, baik yang bergenre Japanese Rock ataupun Japanese Pop. Pada
tahun-tahun berikutnya J-Rock dan juga J-Pop cukup sering ditayangkan di MTV
(Music Television). MTV adalah stasiun televisi Amerika Serikat yang
berspesialisasi untuk memutar acara-acara yang berhubungan dengan musik.
Menurut Sulhan, dengan siaran 24 jam-nya stasiun seperti MTV telah menjadi
saluran penyemaian gaya hidup subkultur kawula muda yang tumbuh bersamaan
dengan perkembangan industri musik dan hiburan yang berhasil memanfaatkan
kemajuan dunia pertelevisian (2004:256). MTV telah mendirikan cabang-cabang
di berbagai Negara dan daerah di dunia, seperti MTV Indonesia 34, MTV Jepang,
MTV India, dan lain-lain. MTV Indonesia adalah sebuah cabang Indonesia dari
stasiun televisi musik MTV. Sebagai musik televisi tentu saja banyak program
musik yang ditayangkan seperti MTV Gress, MTV Top Hits, MTV Asia Hitlist,
serta MTV Most Wanted. Meskipun yang paling sering ditayangkan adalah musik
barat dan Indonesia, tetapi lagu-lagu dari penyanyi atau group band Jepang yang
sedang popular pada saat itu sering ditayangkan.
IRO-IRO J-Lokal Sound adalah sebuah program acara di radio 90,20
TRAX FM Semarang yang khusus memutar lagu-lagu band Japanese Indonesia.
34
Pertama kali ditayangkan sebagai bagian dari acara-acara di ANTV sejak tanggal 1 Maret 1993.
Program ini ditujukan untuk seluruh anak band dan musisi Japanese Indonesia (JBand) yang sudah memiliki lagu sendiri. Mereka harus mengirimkan demo
lagunya dalam bentuk CD bila lagu-lagu mereka ingin diputar di radio tersebut.
Program ini boleh diikuti oleh band J-Lokal dari daerah mana saja di Indonesia.
Beberapa band yang sudah masuk acara IRO-IRO seperti Julia Rock Band
(Jogjakarta), Lemonade (Semarang). GOS (Semarang), Wasabi (Jakarta), dan
lain-lain.
Media cetak seperti majalah dan tabloid turut membantu penyebaran
budaya popular Jepang. Di Indonesia ada majalah khusus bernama Animonster
yang berisikan segala sesuatu yang bersifat jejepangan, seperti anime, manga,
dorama, musik ( J-Music ), kebudayaan, gaya hidup, dan lainnya. Majalah ini
diterbitkan oleh Megindo Bandung sebagai bahan acuan untuk mendengarkan
musik dan juga menjadi acuan untuk membeli serial komik baru, serta berita
seputar dorama dan film. Selain majalah animonster ada juga tabloid Asian Plus
yang berisikan tentang berita-berita seputar artis di kawasan Asia, seperti Jepang,
Korea, dan Taiwan. Tidak hanya berita seputar artis-artis serial drama dan bintang
film saja yang di ulas pada tabloid tersebut, tetapi juga berita dari para musisi baik
penyanyi solo maupun group band yang berasal dari Jepang. Biasanya terdapat
ulasan mengenai jalannya sebuah konser, jadwal pertunjukan, ataupun ulasan
mengenai album baru dari seorang penyanyi / group band. Di Indonesia sendiri
terdapat Toko Buku Kinokuniya 35 yang menjual buku dan majalah berbahasa
Jepang, Inggris, Mandarin, Indonesia, dan alat tulis eksklusif dari Jepang. Sedikit
35
Kinokuniya telah membuka 4 gerai di Indonesia yang semuanya dikelola oleh PT. Kinokuniya
Bukindo dengan sistem franchise. Pertama kali didirikan bulan Maret 1990 berlokasi di Plaza
Indonesia.
3.2
saat itu masih belum banyak, namun komunitasnya sudah ada. Sebagian besar
komunitas tersebut adalah penggemar musik Rock Jepang (Japanese Rock) yang
sering berkumpul bersama ketika ada festival-festival band, atau mengadakan
gathering khusus di tempat-tempat umum. Ada yang mendirikan band yang
memainkan musik rock Jepang dan meniru Visual Kei dari band-band favorit
mereka. Populernya Visual Kei di Indonesia di pelopori oleh beberapa komunitas
yang senang mengadakan gathering sambil melakukan cosplay.
Kepopuleran Japanese Rock di Indonesia seiring sejalan dengan
kepopuleran manga ( komik Jepang ) dan penanyangan anime di televisi di
penghujung tahun 1980-an. Berkat lagu-lagu soundtrack ( lagu tema ) anime yang
dinyanyikan oleh para musisi terkenal Jepang inilah kemudian muncul trend
bermusik Japanese Rock di kalangan remaja-remaja Indonesia. Awalnya musikmusik dari serial inilah yang kemudian disebut sebagai Japanese Rock ( J-Rock ),
namun kini semua musik yang bergenre rock bisa dikategorikan sebagai Japanese
Rock.
Pada bab sebelumnya sudah disebutkan bahwa Wasabi adalah salah satu
pelopor Japanese Rock di Indonesia. Yang melatar belakangi terbentuknya
Wasabi tahun 2001 ini adalah kekaguman mereka terhadap musik-musik Jepang.
Friendster Wasabi
Oleh Ihdhiny dalam http://ihdhiny.blog.friendster.com/ ,tanggal 13 Maret 2007.
hal yang berbau Jepang. Mereka mulai membawakan lagu-lagu Jepang dan
seiring waktu pengetahuan mereka dalam bermusik juga bertambah. 38
Kyuushensi (Jakarta) terbentuk tahun 2004, dimulai dari empat orang yang
memiliki ketertarikan
kompetisi band, mereka memainkan lagu-lagu Larc En Ciel, Luna Sea, dan
ZONE yang mengantarkan mereka menjadi juara ketiga dalam kompetisi tersebut.
Sekarang mereka adalah band Visual Kei yang meng-cover band J-rock ( Japanese
Rock ) seperti Pierrot, Plastic Tree, dan sebagainya. Suicide Maya ( Bandung )
secara resmi didirikan pada tanggal 25 Desember 2006. Group ini terbentuk dari
pecahan sebuah band HISTERIQUE MEDIA ZONE atau lebih dikenal sebagai
HIMEZO. Suicide Maya terinspirasi oleh Dir en Grey , Sadie , D'espairsRay,
UnsraW , Lynch , Gilgames , dan band visual lainnya , The Black Dahlia Murder,
dan Dimmu Borgir. Tetapi Suicide Maya menilai genre musik mereka sebagai
Post Metal Progressive. Semenjak pengaruh musik mereka berkembang, mereka
mencampur antara visual kei, progressive rock, dan heavy metal. Shuriken
(Jakarta) terbentuk awal tahun 2006. Walaupun terbilang baru, namun para
personilnya sudah banyak pengalaman di scene J-Lokal Indonesia. Terdiri dari
lima personil dimana tiga personilnya adalah
38
Friendster Akatsuki
pertengahan tahun 2007 bergenre Alternative Japanese Rock. Nama PuRei sendiri
terinspirasi dari judul film horor Jepang. Lalu ada Sora Aoi (S.O) yang bergenre JRock, V-Kei, Funk Rock, Happymetal yang meng-cover band Maximum The
Hormone, Girugamesh, Dir en Grey, soundtrack movie & anime, dan masih
banyak lagi. Band ini berdiri tanggal 19 Januari 2009 di Bandung. Selanjutnya ada
Darc Alice yang memulai perjalanan sebagai band jepang-jepangan sekitar bulan
Februari 2008. Mereka dikenal public sebagai band cover Alice 9. Sebelumnya
band ini bernama AFTER ALL, namun mereka mengganti nama bandnya menjadi
Darc Alice karena di luar negeri juga terdapat band dengan nama serupa. Giga Of
Spirit (Semarang) adalah sekumpulan orang yang memiliki hobi yang sama dalam
bermusik, sehingga membentuk band yang mengambil genre Nu Metal yang
menggabungkan teknik vokal growl, scream, dan soft voice. Mereka terpengaruh
banyak band luar seperti Maximum The Hormone, Girugamesh, dan Slipknot.
Mereka juga memiliki lagu karya sendiri. Band lain yang juga membawakan lagu
milik Maximun The Hormone adalah HOUKI BOUSHI (Bandung). Selain itu
mereka juga memainkan lagu milik band Gazzete, Luna Sea, Younha, Punken
Ciel, dan Jealkb. Kabuki Clash adalah band yang tidak hanya memainkan satu
genre J-Music saja, terkadang J-Pop/J-Rock tergantung event. Mereka juga tidak
mengcover satu atau dua band saja, tetapi mereka bebas membawakan lagu-lagu
yang mereka suka dengan pendekatan J-Music secara umum. Salah satu band
yang mereka cover adalah Abbingdon Boys School, serta pernah membawakan
lagu milik Miyavi dan Kannivalism. Obake merupakan band spesialis covering
lagu-lagu Larc En Ciel yang memulai debut bermusik jejepangan pada awal
tahun 2007. Rev De Kei (Jogjakarta) yang disinyalir satu-satunya band Indonesia
39
www.Japanesia.com
3.3
-Gelar Jepang UI
-Honnoukai Star
-Harajuku Nite Ohayou
-Himawari UNPAD
-Harajuku NITE
-Urban Fest
-Japanese Rock Day
-Japan Karnival
-Yamato Damshii STBA
-Japan Festival Univ. Indo Nusa Esa Unggul
Table 2: Event jejepangan yang pernah diselenggarakan di kota-kota besar di Indonesia
3.4
berpakaian dari para musisi Jepang meskipun mereka tidak berdandan serumit
seperti yang ada disana. Buat beberapa band cover Visual Kei pada awalnya
mereka memang berdandan. Julia Rock Band juga sekitar tahun 2005-2007-an
juga masih berdandan ketika tampil. Namun sekarang mereka mencoba lebih
segmented dan mulai merubah dandanannya menjadi lebih kasual.
Penampilan band Rev De Kei juga agak simple dan tidak terlalu sama
dengan band Visual Kei yang ada di Jepang. Selain tampil dengan Visual Kei-nya,
Rev De Kei juga kerap tampil dengan cosplay tokoh anime. Berkat dandanan
mereka yang dianggap Japanese, merekapun mendapat kesempatan mengisi acara
di JIExpo Kemayoran-Jakarta dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan
Indonesia-Jepang. 40 Lain lagi dengan band Soudjiro. Menurut Yudhie (informan
penulis) yang merupakan gitaris band Soudjiro (beraliran Techno Japanese
Rock), mereka juga tidak terlalu mengusung tema Visual Kei atau Harajuku saat
tampil, karena untuk masalah kostum sendiri mereka sudah di kontrak oleh sebuah
distro di Jogjakarta yang mengharuskan mereka memakai produk distro tersebut.
Kalaupun ingin berekspresi hanya melalui rambut lah mereka tunjukkan.
Selain itu ada juga Melody Maker yang konsisten tampil dengan kostum
ala Visual Kei, Harajuku, Industrial dan juga make up pucat ala Cradle Of Filth
dan Malize Mizer, serta mengedepankan aksi panggung yang freak dengan tema
Atractive Provocative ala Dir En Grey. 41 JRS (J-Rocks) sekilas dilihat berusaha
menjiplak band Laruku yang dulunya adalah band V-Kei. Justru orang-orang di
40
41
www.Japanesia.com
MELODYMAKERMUSIC2@yahoo.com
3.5
mengkhalayak itu adalah yang easy listening, mudah dicerna dengan kemasankemasan yang berbeda. Pengamat Musik lainnya, Denny MR, melihat pasca
booming-nya trend musik rock alternative dan ska di Indonesia beberapa tahun
lalu hingga kini belum ada lagi trend musik yang dominan. Sedangkan menurut
Abdee Negara (gitaris Slank), trend musik sekarang lebih variatif dan rancu
karena sumbernya sudah sangat banyak. Contohnya, anak-anak muda Indonesia
kini bisa tergila-gila dengan musik dan gaya hidup dari Jepang. Dulu kita hanya
melihat trend musik yang datangnya dari Inggris atau Amerika. 42
Dari hasil forum di internet, komposisi musik dari lagu-lagu Japanese
Rock ini terdengar aneh bagi sebagian orang yang baru pertama kali
mendengarnya. Namun mereka bisa langsung menjadi penggemar setia aliran
musik tersebut setelah terbiasa mendengarnya. Sayangnya genre musik ini jarang
kira temui di Industri musik Indonesia. Menurut Dedy Hernawan, bagi dunia
musik hiburan komposisi musik yang rumit/jelimet sekalipun berkualitas, akan
dianggap terlalu sulit untuk diterima oleh masyarakat karena hal itu bertentangan
dengan hakikat musik hiburan yang selalu menawarkan kemudahan; mudah
dicerna, mudah dihapus, dan mudah untuk dinikmati. Sehingga Jenis komposisi
musik yang rumit sekalipun berkualitas tidak akan memenuhi syarat untuk
dijadikan komoditi rekaman. 43
Band Indonesia yang menjadi pelopor dan sukses membawa jenis musik
ini masuk major label adalah JRS (J-Rocks). Perusahaan Aquarius Musikindo
melihat potensi mereka ketika JRS menjadi pemenang pertama pada audisi
Nescafe Gets Started 2004. JRS menjadi satu-satunya band Indonesia yang
berhasil rekaman di Abbey Road, tempat yang sama dengan The Beatles rekaman.
42
Baca Tulisan Wendi Putranto, Industri Musik Indonesia Kiamat?, dalam Majalah Rolling
Stone edisi Maret 2007
43
Baca artikel Penciptaan Seni dalam Konteks Perubahan Jaman oleh Dedy Hernawan dalam
P4ST UPI FORD FOUNDATION (p4st.upi.edu/main.php).
Lagu-lagu pada album pertama JRS bagi sebagian penggemar musik Japanese
Rock sering diasosiasikan dengan lagu-lagunya Laruku. Misalnya saja lagu
ceria yang dianggap menjiplak lagu Cest la vie. Bahkan video klip single
pertama mereka yang berjudul Lepaskan Diriku juga dianggap meniru salah satu
video klip Laruku. Memang pada album tersebut nuansa Jepang sangat terasa
pada musik mereka.
R Muhammad Mulyadi (peneliti sejarah industri musik) dalam tulisannya
Faktor-Faktor Penentu Produk Industri Budaya, menyatakan bahwa:
.di dalam industri musik, musisi lebih sering tunduk kepada keinginan
produser. Dalam hal ini musisi lebih sering menyetujui kehendak produser
bahwa produk yang akan dibuat ditujukan ke pasar. Dengan demikian suatu
jenis produk album musik sering ditentukan berdasarkan keinginan dan
pengamatan selera pasar si produser, berdasarkan selera pasar. Produser
campur tangan mengenai jenis musik, judul lagu, bahkan nama kelompok
band. 44
Mungkin hal ini juga lah yang membuat JRS harus menyesuaikan dengan selera
pasar, dimana seiring waktu terjadi perubahan pada album-album mereka
selanjutnya. Sampai kini JRS masih eksis di blantika musik Indonesia dan
memiliki penggemar setia yang diberi nama J-Rock Star yang tersebar dibeberapa
kota di Indonesia. Ketika saya menanyakan hal ini kepada Denny Sakrie melalui
chat dalam situs pertemanan, tepatnya pertanyaan saya saat itu, Mengapa bandband lain selain JRS yang mengusung aliran serupa sulit masuk ke industri
rekaman?. Ia menjawab dan berpendapat bahwa JRS kini telah mengubah
musiknya tidak terlalu bernuansa Japanese Rock lagi. Mengapa mereka bisa eksis
dan bertahan sampai saat ini karena mereka melakukan kompromi dengan label
44
http://blogs.unpad.ac.id
dan pendengar pop Indonesia dalam hal lirik yang menggunakan bahasa
Indonesia, serta make up yang tidak terlalu Harajuku style lagi.
Pada dasarnya masuk ke major label adalah impian para band baru untuk
bisa eksis di Industri musik nasional dan memiliki kesempatan albumnya di
produseri, karena produser adalah pemodal (yang menyediakan modal) bagi para
musisi dalam industri musik. Namun kenyataan bahwa terdapat produser yang
sering tidak sejalan dengan musisinya tidak bisa dihindari, sebab produser dalam
memilih seniman memiliki beberapa pertimbangan seperti, apakah artisnya akan
popular dan kasetnya laris, serta genre musik yang akan direkam juga apakah
sudah popular di masyarakat atau belum. Keadaan seperti itu disadari benar oleh
band-band baru. Mereka tahu konsekuensi bila mereka masuk ke major label dan
menemukan jenis produser seperti itu maka kreatifitas mereka dalam bermusik
akan terhambat dan terpaksa mengikuti keinginan produser yang mementingkan
selera pasar.
Oleh karena itu, sampai saat ini ada beberapa band yang lebih memilih
berada di jalur independent/indie 45. Melody Maker yang memainkan musik
percampuran antara Japanese Rock dan Metal ini adalah salah satunya. Mereka
tetap konsisten di jalur indie karena mereka mengedepankan idealisme dan
kreatifitas di atas bisnis atau industri yang komersil. Bagi mereka, seni yang sejati
tidak boleh dikotori dengan campur tangan apapun dan murni dari jiwa sang
musisi kepada jiwa sang pendengar yang memiliki kehausan akan sesuatu yang
berbeda. Melody Maker lebih memilih menjadi minoritas, tetapi memiliki skill
45
dan kualitas yang gila. 46 Walaupun berada di jalur indie, bukan berarti mereka
tidak terkenal. Hal itu terbukti dari banyaknya pengalaman mereka tampil
diberbagai acara. Mereka juga sering diulas oleh beberapa music / lifestyle
magazine ibukota, serta sejumlah wawancara di beberapa radio remaja. Jadwal
manggung mereka tetap banyak dan terdapat sekitar 4000 fans fanatik dari
berbagai ibukota yang disebut sebagai The Makers Family. Melody Maker telah
memproduksi satu album berjudul The Revenge From Bleeding Lolita yang
terdapat 11 lagu dibawah label Whisper.inc.
Berbeda dengan Melody Maker, band Soudjiro selain memiliki satu album
indie, mereka juga memiliki satu album major tetapi belum rilis dan masih masa
tour. Bagi Yudhie Soudjiro, kalau diharuskan memilih antara label indie dengan
label major, secara pribadi ia akan memilih label indie karena menurutnya musik
yang dimainkan benar-benar dari hati. Kalau di major label, banyak yang harus
disensor dan musik tersebut dibuat se-ringan mungkin. 47 Suicide Maya telah
mempunyai beberapa single seperti Aggravated Melodrama (Japan Version),
Schizophrenia, The Coma Citizen, dan Sacred Vengeance. Yang lebih
mengagumkan lagi, single Aggravated Melodrama (Japan Version) sendiri telah
di putar di VK Inspired Hour JSHOXX Radio, California, USA. 48 Kemudian
ada band Chick-en-Katsu yang berada di bawah Red Label, masih label indie
juga. Giga Of Spirit yang sudah merampungkan mini albumnya akhir tahun 2009
yang diberi judul 1st STEP. Sedangkan Julia Rock band masih dalam usaha
memasukkan demo lagu ke label-label.
46
MELODYMAKERMUSIC2@yahoo.com
Bertanya melalui pesan pendek (SMS), tanggal 4 Desember 2009, 19.32 wib.
48
www.Japanesia.com
47
Selain band-band diatas, masih ada lagi band-band yang berada pada jalur
indie label seperti Shuriken dan Shibuya. Tetapi ada juga band yang sedang dalam
penggarapan album major pertama, seperti yang sedang dilakukan band REI.
BAB IV
TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS
PERTUNJUKAN MUSIK DI MEDAN
Menurut Abdee Slank, Trend musik itu untuk diciptakan, bukan untuk
diterka. Kita harus membuat sesuatu agar menjadi trend. Setelah trend itu jalan
nanti akan ada fase trend-setter, trend-follower dan trend-killer, dan akan ada
trend baru lagi. Ketika kondisi musik di mainstream mengalami kemandekan
kreativitas biasanya publik akan menoleh ke scene indie untuk mencari sesuatu
yang lebih segar. Sementara menurut David Tarigan (A&R Aksara records),
fenomena merebaknya trend bermusik independen di Indonesia terjadi karena ada
scenenya. Ada band yang membuat musik seperti itu dan ada medianya juga.
Elemennya terbangun. Ini terkait erat dengan budaya anak muda yang selalu
mencari sesuatu yang berbeda. 49
Kehadiran beberapa group band yang beraliran Japanese Rock di kota
Medan akhirnya menciptakan trend bermusik yang baru. Karena ada mereka yang
memainkan musik seperti itu, maka trend bermusik seperti itu ada di Medan.
Mereka adalah trend-follower (orang-orang yang mengikuti trend) yang
mengkonsumsi gaya bermusik dan penampilan dari beberapa trend-setter, baik
yang berasal dari Jepang maupun dari Indonesia sendiri. Berikut ini akan
dijelaskan bagaimana trend tersebut di kota Medan.
49
Baca artikel Wendi Purtanto Industri Musik Indonesia Kiamat?, dalam majalah Rolling Stone
edisi Maret 2007.
4.1
dapat
memastikannya.
Menurut
Arikunto
(2002:13),
manusia
bertindak
dipengaruhi oleh fenomena lain yang muncul lebih dulu atau bersamaan. Sesuai
dengan apa yang dikatakannya, fenomena boomming-nya MTV yang memutarkan
lagu-lagu dari band Jepang dan penanyangan anime di televisi lah yang akhirnya
memunculkan band-band beraliran Japanese Rock di kota Medan dan kota-kota
lain dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.
Seiring dengan banyaknya penyanyi Jepang yang albumnya dirilis oleh
perusahaan rekaman di Indonesia, maka makin banyak pula band lokal yang
memainkan lagu-lagu Jepang. Gabriel Tarde (Dayakisni dan Hudaniyah,
2009:120) menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh
faktor-faktor imitasi. Adapun syarat-syarat terjadinya imitasi adalah :
1) Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang
ingin diimitasi.
2) Adanya sikap yang menjunjung tinggi atau menganggumi hal-hal yang
ingin diimitasi.
3) Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah laku,
biasanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
Dimulai dari minat yang cukup besar terhadap anime dan komik Jepang,
kemudian menyukai lagu soundtrack dari anime itu sendiri, serta kekaguman
terhadap keunikan dari musik dan penampilan musisi Japanese Rock, akhirnya
muncullah beberapa band yang gemar membawakan lagu-lagu rock Jepang di
kota Medan.
4.2
melalui internet dimana beberapa band masih dalam tahap pencarian personil baru
untuk mengisi posisi tertentu, apakah sebagai basis, gitaris, vokalis, ataupun posisi
lainnya.
4.3
yang tercipta tidak akan ada tanpa adanya aktivitas dari manusia itu sendiri. Ada
beberapa komponen untuk melihat musik sebagai aktivitas manusia yaitu
komponis, proses membuat karya, hasil karya, dan konteksnya. Komponis dalam
hal ini adalah group-group band yang ada di kota Medan. Rata-rata dari mereka
telah memiliki lagu ciptaan sendiri. Mereka tidak menempuh pendidikan khusus
ketika belajar bermain musik. Mereka belajar secara otodidak sehingga mereka
tidak tahu bagaimana cara menciptakan sebuah lagu dengan menggunakan notasi.
Penulis ambil salah satu proses penciptaan lagu dari band Azumi. Tahap pertama
proses penciptaan lagu biasanya dilakukan di sela-sela jam session dengan
mencari nada-nada. Mereka hanya mengandalkan ingatan mereka untuk
mengingat nada-nada yang telah dibuat saat jam session tadi. Semua personil
berhak
menyumbang
idenya
dalam
menciptakan
nada
baru
untuk
band
biasanya menonjolkan permainan salah satu alat musik, seperti permainan drum
yang cepat ataupun menunjukkan skill pada permainan melodi, bass, dan
sebagainya. Ada band yang membuat ketukan drum-nya lebih punk dan gitar yang
penuh dengan distorsi. Vibrasi, teknik falsetto, dan nada tinggi yang menjadi ciri
penyanyi Jepang juga berusaha diangkat oleh mereka, walaupun kembali lagi para
penonton lah yang berhak menilai apakah usaha mereka itu cukup berhasil atau
tidak. Kembali ke masalah komposisi, lagu yang diciptakan didominasi oleh nada
minor dan mayor, serta menggunakan akord yang umum dipakai dalam Japanese
rock. Ekspresi musik yang muncul juga bermacam-macam, seperti nuansa kelam
dan nuansa yang penuh semangat. Tempo cepat dengan nada mayor membawa
kesan semangat pada lagu, sedangkan nada minor dengan tempo yang sedikit
lambat membawa nuansa kesedihan/muram pada lagu. Sifat lagunya repetitif dan
teksturnya polifoni. Band Japanese rock yang ada di Medan tidak membawakan
sub genre yang sama, ada yang membawakan pop-rock, metal, dan sebagainya.
Oleh karena itu teknik menyanyi yang digunakan tentunya juga tidak sama, sebab
untuk band yang membawakan sub genre metal kerap bernyanyi dengan
menggunakan teknik growling dan screaming.
Lirik adalah kata-kata atau teks yang dinyanyikan dalam sebuah karya
musik. Lirik dalam sebuah lagu merupakan bahasa untuk mengkomunikasikan apa
yang ingin disampaikan seorang penyanyi kepada penonton. Lirik lagu tersebut
bisa merupakan suatu pengalaman pribadi yang dialami oleh penciptanya,
pengalaman orang-orang terdekat, ataupun hanya sekedar fantasi belaka. Sebelum
terciptanya sebuah lirik secara utuh, si pencipta terlebih dahulu memikirkan tema
lagu yang akan dibuatnya. Awalnya tema-tema lagu dalam musik Japanese rock
bercerita tentang isu politik. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tematema lagu dalam musik ini jangkauannya semakin luas seperti bercerita tentang
cinta, persahabatan, dan sosial. Salah satu band Japanese rock kota Medan
bernama Shiroyuuki sudah memiliki stok lagu yang cukup banyak. Kebanyakan
lagunya bercerita tentang cinta seperti lagu cinta hitam, CLBK dan sebagainya.
Ada juga yang bertemakan tentang persahabatan seperti lagu sahabat terbaik.
Kepedulian terhadap sesama tercermin pada lagu Tsunami 26 Dec 04, dan ada
juga lagu yang bercerita tentang kematian. Dari sekian banyak lagu yang mereka
ciptakan ada satu lagu berjudul narcizz bangedh, menceritakan rasa malu
seorang gadis yang mempunyai pacar seorang cosplayer super narsis karena
cara berdandannya yang ekstrim. Lirik yang easy listening pada lagu ini membuat
banyak penonton menyukainya. Sebagai anak muda yang emosinya masih
meledak-ledak melihat ini dan itu, salah satu band ada yang lebih suka
mengangkat tema sosial pada lirik lagunya karena tidak jauh dari apa yang mereka
lihat sehari-hari. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu ada yang menggunakan
bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Inggris. Berikut contoh
lirik lagu yang bercerita tentang rasisme:
Hancurkan
Ooo..Ooo..
Ooo..Ooo..
God did not create me
to see you dropped and ruined
He reveals the life of me
So that we can see and breathe together in this world
4.4
mereka. Tampilan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya bisa
merupakan
penanda
identitas
(Purba
dan
Pasaribu,
2006:137),
karena
pementingan aspek visual di tiap penampilan adalah cirinya. Oleh karena itu, di
atas panggung Visual kei seolah menjadi identitas mereka untuk menunjukkan
bahwa mereka itu beda dari yang lain. Menurut David Chaney (1996), dalam
budaya konsumen identitas menjadi suatu sandaran aksesori fashion dengan
media massa yang menjadi jembatannya. Wajah generasi baru yang dikenal
sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk
melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity inspired identity) (2004:256).
Bagi anggota band Japanese Rock, identitas kemudian terkait dengan apa yang
melekat di tubuh. Artinya identitas tersebut ditandai oleh apa saja yang mereka
konsumsi / pakai sesuai dengan kesenangan hati. Meskipun cara mereka
berdandan dianggap aneh, namun itulah cara mereka mengekspresikan diri tanpa
harus perduli pandangan orang lain terhadap mereka. Masing-masing band Visual
Kei mempunyai ciri khasnya tersendiri yang membedakan mereka dari band yang
lain.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam mengatur
hidupnya. Kebebasan itu akhirnya melahirkan sebuah karakter baru yang
membuat seseorang menjadi unik dan berbeda dari orang lain, cara mereka
berperilaku dan merespon suatu kejadian juga tidak sama. Sebagian dari mereka
hanyalah peniru atau imitator dari apa yang telah ada sebelumnya. Dalam sebuah
pertunjukan musik Japanese Rock di kota Medan, cara berbusana, bernyanyi,
berdandan, dan berperilaku para personil band, merupakan suatu upaya imitasi
terhadap sang selebriti. Dengan melakukan hal-hal seperti itu mereka cukup
dan menjadi daya tarik mereka saat tampil. Selain musiknya, para penonton dibuat
kagum oleh kostum mereka dan tidak sedikit penggemar yang bercosplay
menggunakan kostum dari band-band tertentu. Beberapa band kota Medan juga
terinspirasi untuk memakai kostum yang unik saat tampil. Kostumnya ada yang
merupakan hasil kreasi mereka sendiri, dan ada pula yang mengikuti apa yang
sedang menjadi trend di Jepang, seperti model jas yang lagi in disana misalnya.
Kemudian mereka tinggal tempah saja model yang mereka mau, baik kostum
yang sedang trend ataupun gaya yang mereka ciptakan sendiri. Band Japanese
Rock di kota Medan memang tidak memakai kostum serumit dan se-nyentrik band
dari Jepang sendiri, karena bila ingin melakukan seperti apa yang dilakukan oleh
band Jepang memerlukan biaya yang cukup besar. Selain masalah biaya, tidak
semua personil memiliki rasa percaya diri atau pede yang cukup besar, sehingga
dalam satu band hanya sebagian yang menggunakan kostum yang unik dan
sebagian lagi tidak. Beberapa mengambil gaya visual shock / visual scandal
awal era band X-Japan dan Miyavi.
Kostum dari beberapa band tersebut ada yang bernuansa gothic (serba
hitam) seperti yang dikenakan band Dir En Grey, ada yang memilih warna cerah
dengan model baju yang biasa dikenakan oleh perempuan dan memiliki renda,
seperti yang dikenakan band-band Oshare Kei pada umumnya, celana pendek
diatas lutut sehingga pahanya terlihat (salah satu personil The Gazette juga pernah
memakainya), memakai jas (beberapa band di Jepang mengenakannya), dan
menggunakan sepatu yang ukurannya cukup besar dan lebar dengan hak rata
menyeluruh kira-kira setinggi 3 cm. Selebihnya beberapa anggota band
menggunakan pakaian biasa seperti kaos dan celana jeans. Memang tidak semua
band Medan yang beraliran Japanese Rock mengangkat tema Visual Kei dalam
berpenampilan.
Untuk aksesoris kadang-kadang ada yang memakai masker, atau menutup
mulut dan hidungnya dengan kain segi empat yang umumnya dipakai di bagian
kepala (biasa digunakan dengan cara dilipat menjadi bentuk segitiga lalu diikatkan
di kepala), bando yang terdapat hiasan topi kecil, dan lainnya. Intinya, dalam
berpenampilan mereka melakukan gaya suka-suka, artinya bebas memakai apa
yang mereka suka, tidak harus mengikuti gaya seperti ini atau seperti itu,
senyaman dan se pedenya saja. Yang terpenting dari itu semua tidak terlalu
menyimpang dari V-Kei itu sendiri, dengan begitu identitas tetap terjaga.
4.4.2 Rambut
Rambut merupakan bagian tubuh yang paling sering diperhatikan. Orangorang cenderung rajin merawat rambutnya agar terlihat sehat dan bagus. Namun
sebagian orang suka bereksperimen terhadap rambutnya dengan melakukan
beberapa hal. Saat ini banyak kita temui potongan rambut yang bermacam bentuk
dan variasinya, misalnya fashion rambut Emo dan Harajuku. Fashion rambut
Harajuku memang sangat ngetrend pada zamannya. Hal tersebut bisa dilihat dari
banyaknya anak-anak muda yang mengikuti gaya tersebut. Potongan rambut acakacakan dan unik adalah gaya fashion rambut Harajuku, sedangkan trend rambut
berponi yang disisir rapi kesamping dan menutupi mata namun pendek pada
bagian belakangnya adalah ciri dari gaya rambut Emo. Contoh musisi Indonesia
yang bergaya seperti itu adalah Ian Kasela dan Andika Kangen Band.
Personil band do kota Medan ada yang berambut pendek dan juga ada
yang berambut panjang atau biasa disebut gondrong. Gaya rambut acak-acakan
dan berwarna warni biasanya dianut oleh personil band Visual Kei. Selain gaya
rambut acak-acakan, gaya rambut mohawk dan emo juga menjadi pilihan tatanan
rambut beberapa anggota band. Sebagian dari mereka senang mewarnai
rambutnya dengan warna merah, kuning, biru, bahkan ada yang mewarnai
rambutnya dengan dua warna sehingga warna sisi rambut sebelah kanan dan
sebelah kiri berbeda. Namun sebagian masih setia dengan warna rambut aslinya
yang berwarna hitam. Wig atau rambut palsu berwarna ke ungu-unguan serta
beberapa gulungan rambut ekstension (rambut sambung) yang cukup panjang
pernah digunakan untuk menunjang penampilan.
dengan orang Jepang membuat anggota band wajahnya tidak secantik musisi
Jepang. Kalau di Jepang memang kadang-kadang orang sering tertipu dan mengira
bahwa para anggota band tersebut benar-benar seorang wanita saat melihat makeup di wajahnya.
Tapping yaitu membunyikan gitar dengan jari-jari tangan kiri dan kanan dengan teknik
hammering pada not-not tertentu di fretboard. Baik untuk memainkan rangkaian melodi dengan
cepat ataupun arpeggio (akord yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu)
Dir En Grey yang unik tersebut berusaha diimitasi oleh band Suicide Maya yang
berasal dari kota Bandung. Sang vokalis mencoba mengikuti apa yang dilakukan
oleh Kyo dengan mensayat tubuhnya, namun porsinya lebih sedikit dan tidak seekstrim vokalis Dir En Grey tersebut. Aksi panggung seperti itu tidak hanya
diikuti oleh vokalis Suicide Maya saja, tetapi vokalis band dari kota Medan juga
mengikuti hal serupa. Vokalis Azumi beberapa kali melakukan aksi panggung
dengan melukai diri sendiri, seperti mencongkel-congkel gusi hingga berdarah
dan mensayat bagian tubuhnya. Sama halnya seperti vokalis Suicide Maya,
tindakan mensayat bagian tubuh yang dilakukan vokalis Azumi juga tidak seekstrim idola mereka tersebut. Aksi panggung dari band Medan lainnya masih
dalam tahap yang wajar, seperti menunduk dan memutar-mutar kepala mengikuti
beat musik, menjatuhkan badan, dan menghentak-hentakkan kaki. Tetapi ada juga
anggota band yang hanya fokus memainkan instrumennya dan tidak melakukan
aksi panggung tertentu.
4.5
2006:130). Karena Japanese Rock merupakan musik popular, maka hal tersebut
berlaku terhadap pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan band beraliran
Japanese Rock di Medan. Tempat pertunjukan terbagi menjadi dua yaitu di dalam
gedung (in door) dan alam terbuka (open air). Beberapa tempat yang pernah
dijadikan lokasi pertunjukan tersebut antara lain Joko Solo Citra Garden, Terminal
Futsal di jalan dr. Mansyur, lapangan parkir Fakultas Sastra USU, serta pendopo
USU.
Tomato Studio adalah pihak penyelenggara pertunjukan yang bertempat di
Joko Solo Citra Garden ketika itu. Pihak pelaksana telah menetapkan waktunya
yaitu pukul 19.00 22.00 WIB. Di tempat tersebut panggungnya dibuat dengan
sangat sederhana. Posisi pemusik berada satu lantai dengan para penonton. Karena
umumnya posisi pemain drum selalu berada dibelakang pemain lainnya dan
kurang menjadi perhatian, maka posisi pemain drum ditempatkan diatas panggung
yang dibuat sedikit lebih tinggi dari pemain lainnya. Hal tersebut memungkinkan
para penonton yang jaraknya jauh dari panggung bisa menyaksikan permainan
drumnya.
Pertunjukan lain yang dibuat oleh penyelenggara yang sama adalah
pertunjukan yang dilaksanakan di Terminal Futsal. Waktunya sudah mereka
tetapkan yaitu pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Gedung tersebut memiliki
dua lantai. Lantai pertama adalah area yang dijadikan tempat penjualan karcis,
sedangkan pertunjukan berlangsung didalam ruangan di lantai dua. Panggungnya
juga dibuat dengan sederhana. Berbeda dengan panggung pertunjukan yang di
Joko Solo, kali ini agar semua pemain terlihat oleh seluruh penonton maka
panggung dibuat kurang lebih setinggi 2 meter.
Selain itu juga ada pertunjukan yang dilaksanakan di alam terbuka, seperti
acara bunkasai ( Festival Budaya Jepang ) yang dilaksanakan di lapangan parkir
Fakultas Sastra USU. Acaranya dilaksanakan dari pagi hari hingga sore hari,
tetapi waktu untuk pertunjukan para band yang membawakan lagu-lagu Jepang
baru ditampilkan siang hari sampai sore hari. Panggungnya dibuat sangat
sederhana dan agak sempit, namun didekorasi dengan nuansa Jepang yang sesuai
dengan konsep acara bunkasai. Beberapa tempat lagi dimana band Japanese rock
kota Medan pernah tampil
lapangan benteng.
Baca artikel Dedy Hernawan Penciptaan Seni dalam Konteks Perubahan Jaman dalam P4ST
UPI FORD FOUNDATION (p4st.upi.edu/main.php).
hiburan umum-komersil, artinya kita diharuskan membeli karcis lalu bagian dari
tubuh kita seperti tangan atau leher diberi cap / stempel sebagai bukti bahwa kita
telah membeli karcis sehingga diperbolehkan masuk.
Beberapa dari pertunjukan tersebut adalah acara komunitas, jadi kemasan
pertunjukan tidak berupa kompetisi. Disini menjadi ajang kumpul-kumpul dan
bersenang-senang. Band-band tersebut tampil sesuai dengan nomor giliran mereka
tampil. Jadi pertunjukan ini dikemas seperti sebuah show kecil bagi band-band
komunitas tersebut untuk memenuhi keinginan bermusik mereka. Disini mereka
menunjukkan kebolehan mereka dalam bermusik. Setidaknya di acara-acara
tersebut mereka bisa dikenal oleh band-band lain ataupun masyarakat umum yang
menonton. Semakin banyak event seperti itu, semakin sering mereka tampil,
semakin banyak yang melihat mereka, maka semakin terkenal pula band mereka
dikalangan komunitas. Musik yang disajikan saat pertunjukan yaitu secara
langsung atau live dengan bantuan pengeras suara.
Baca Tesis Ardy Wardhana Syahputra Potret Loyalitas Konsumen Musik Japanese Rock (JRock), dalam http://www.adln.lib.unair.ac.id.
menawarkan sesuatu yang baru, yang justru tidak akrab dengan pendengar
musik populer Indonesia. Di tambah lagi anggota band mengangkat tema visual
kei dari segi penampilan yang memakai pakaian dan dandanan yang aneh. Oleh
karena itu jenis musik ini lebih ditujukan pada kalangan remaja. Hal ini terlihat
dari banyaknya wajah-wajah ABG (anak baru gede) yang lebih dominan selama
pertunjukan berlangsung.
Meskipun sudah sangat banyak musik populer mancanegara yang masuk
ke Indonesia, namun tidak semuanya disukai oleh masyarakat kita. Japanese Rock
memang ditujukan untuk kalangan remaja, tetapi tidak semua remaja menyukai
musik ini. Hanya komunitas-komunitas khusus saja yang benar-benar setia
menjadi pendengarnya. Hal tersebut berkaitan dengan selera musikal masingmasing individu. Seperti apa yang dikatakan Purba dan Pasaribu (2006:136)
bahwa selera musikal antara satu individu dengan individu lain, atau satu
komunitas dengan komunitas lain, belum tentu sama.
Bila dibandingkan dengan penikmat musik populer lainnya di Indonesia,
jumlah penikmat musik Japanese Rock tergolong minoritas.
4.6
53
musik piano mengemukakan bahwa bila karya piano dimainkan secara cepat pada
modus mayor, pendengar akan menangkap kesan riang gembira. Sebaliknya bila
dalam tempo lambat dan modus minor, musik tersebut terkesan imajinatif dan
sensitif. Bagi pendengar, modus dan tempo memiliki pengaruh terkuat dalam
sebuah musik (2009:98). Selama melakukan penelitian di lokasi pertunjukan
musik, penulis melihat apa yang dikemukakan Hevner diatas juga berlaku
terhadap reaksi penonton pada musik Japanese Rock, jadi tidak hanya berlaku
pada sebuah karya piano saja. Gabrielson & Lindstorm (2001) mengemukakan
bahwa karakteristik musik seperti modus (tangga nada), irama, dan tempo yang
dirasakan oleh pendengar dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi
(2009:99).
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memiliki arti.
Perilaku bermusik dari personil band selama pertunjukan berlangsung adalah
usaha mereka untuk memberi penafsiran kepada penonton agar menjadi
bermakna. Dengan kata lain, mereka mencoba berkomunikasi dengan para
penonton melalui ekspresi wajah dan gerakan tubuh sebagai komunikasi non
verbal. Bagi salah seorang anggota band di Medan, ketika bermain musik ia
merasa seperti kesurupan sehingga tubuhnya melakukan gerakan-gerakan tertentu.
Musik membuatnya merasa asik seperti terbebas dari sesuatu yang sedang
membelenggu. Bermain musik dalam suatu pertunjukan seperti ajang pelampiasan
emosi dari masalah-masalah yang sedang dihadapi, istilahnya seperti lepas
semua iblis-iblis yang ada di dalam kepala. Apalagi kalau ada penonton yang
mengejeknya sebelum tampil, maka ia akan semakin semangat saat bermain
musik seperti orang kesurupan. Bagi salah seorang vokalis, ketika musik
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai trend Japanese rock dan visual kei ini
beraliran Japanese rock bermunculan di beberapa kota besar. Dari segi musik
mereka berusaha mengikuti apa yang umumnya digunakan dalam musik Japanese
rock, mengenai hasilnya masyarakatlah yang berhak menilai. Dari segi
penampilan mereka berusaha membawa tema v-kei meskipun tidak berdandan
serumit musisi Jepang.
Di kota Medan band-band yang beraliran jenis musik ini memang tidak
sebanyak kota-kota besar lainnya. Pertunjukan khusus yang menampilkan semua
band Japanese rock untuk bisa tampil secara bersama-sama sangat minim
sehingga masing-masing band biasanya tampil pada pertunjukan yang
menampilkan berbagai jenis musik. Pertunjukan musik sifatnya sebagai hiburan
dan penikmat / pemusik genre musik ini adalah kalangan remaja.
5.2
Saran
Dari hasil penelitian, penulis ingin memberi saran kepada pembaca dan
DAFTAR PUSTAKA
Adorno, Theodor W
1976
Arif, Bahrudin
2009
Arikunto, Suharsimi
2002
Chase, Gilbert
1992
Durant, Alan
1984
Press
Psikologi
Publisher
Musik.
Yogyakarta:
Penerbit
Best
Echols, M John
2004
Kuntjara, Esther
2006
Koentjaraningrat
1973
Gramedia
-----------2002
Manuel, Peter
1988
Nakagawa, Shin
2000
Nettl, Bruno
1975
Prajarto, Nunung
2004
Poloma, Margaret M
2000
Penerbit
Komunikasi,
Negara
Yogyakarta: Lafadl Offset
dan
Masyarakat.
Timur.
Tim
Penyusun
1995
Winter, Robert
1992
Yin, Robert K
2003
Kamus