Anda di halaman 1dari 6

1.

KLASIFIKASI FISHER (1966) DAN PETTIJOHN (1975)

Gambar 1

Klasifikasi Fisher (1966) dan Pettijohn (1975)


http://wingmanarrows.files.wordpress.com/2012/05/
clip_image003_thumb.jpg?w=605&h=327

Gambar diatas adalah klasifikasi batuan piroklastik menurut Fisher (1966).


Pada diagram klasifikasi tersebut, batuan piroklastik dibagi berdasarkan
presentase abu, lapili, dan bom atau blok. Abu berukuran < 2mm, lapili berukuran
antara 2-64 mm, sedangkan blok atau bom memiliki ukuran > 64 mm.

Tuf memiliki kandungan abu lebih dari 75% dan lapili kurang dari 25%.
Tuf lapili kandungan abu dan lapilinya 25% hingga 75%. Batu lapili kandungan
abunya kurang dari 25% dan presentase lapilinya lebih dari 75%. Breksi tuf lapili
kandungan blok dan bomnya 25% hingga 75%. Breksi piroklastika atau aglomerat
memiliki kandungan blok dan bom 75% hingga 100%.

Sedangkan Pettijohn (1975) dalam klasifikasinya menamakan tuf


berdasarkan komposisinya, yaitu itu fragmen batuan, kristal, atau gelas.

Tuf yang komposisinya lebih banyak terdiri dari fragmen batuan


dinamakan tuf litik, tuf yang komposisinya lebih banyak terdiri dari kristal
dinamakan tuf kristal, sedangkan yang lebih banyak terdiri dari gelas disebut tuf
gelas.
2. STRUKTUR WELDED DAN UNWELDED

Struktur welded terjadi apabila suatu batuan terdeposisikan saat batuan


tersebut masih panas. Batuan yang berstruktur welded material-material
komposisinya seolah-olah terelaskan dan terpatenkan satu sama lain.

Struktur welded biasanya terjadi pada aliran piroklastik aliran. Awalnya


aliran piroklastik mengalir dan membawa material material lain dalam jarak jauh.
Selama perjalannya menuruni lereng, aliran piroklastik ini akan ikut membawa
debris. Aliran piroklastik pada bagian atas dan bawah akan membentuk tuf,
sedangkan pada bagian tengah, material piroklastik tersebut masih panas sehingga
menyebabkan debris yang terbawa bersamanya akan memipih dan terelaskan
sehingga menjadi kompak dan masif.

Sedangkan struktur unwelded terjadi pada batuan piroklastik yang


terbentuk di udara. Ketika gunung erupsi secara eksposif, materialnya ada yang
terlemparkan ke udara dan langsung terbentuk. Karena batuan itu terbentuk di
udara, batuan itu tidak mungkin mengelaskan batuan lain dibawahnya.
3. SETTING TEKTONIK TERBENTUKNYA BATUAN PIROKLASTIK

Pada zona subduksi, lempeng benua dan lempeng samudera bertubrukan


dan lempeng samudera menunjam kedalam lempeng benua. Hasil dari tubrukan
ini adalah banyak terbentuknya gunungapi pada zona subduksi.

Gambar 2

zona subduksi

http://balitbangda.kutaikartanegarakab.go.id/wp-
content/uploads/2010/11/subduksi1.jpg

Batuan piroklastik sangat erat kaitannya dengan gunungapi. Batuan


piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari erupsi gunungapi secara eksplosif.
Agar terjadi erupsi yang bersifat eksplosif, diperlukan kandungan magma yang
bersifat andesitik hingga granitik, karena batuan yang bersifat asam hingga
intermediet memiliki viskositas dan folatilitas yang tinggi. Dengan viskositas dan
folatilitas yang tinggi, magmanya menjadi kental dan ketika keluar cenderung
menutupi gunung dan membangun kubah lava. Karena gunung tersumbat oleh
kubah lava, tekanan gas menjadi tinggi dan akhirnya terbentuklah erupsi secara
eksplosif.

Magma yang bersifat andesitik hingga granitik, terbentuk ketika kerak


samudera yang menunjam kedalam kerak benua mengalami partial melting dan
bergerak naik keatas kerak benua.
Dalam perjalanannya, magma yang berasal dari kerak samudera dan
bersifat basa ini akan bercampur dengan material-material dari kerak benua dan
menjadi lebih asam. Semakin tebal lapisan kerak benua yang dilewatinya, maka
magma akan menjadi semakin asam.
4. DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

Gambar 3

Scoria

http://0.tqn.com/d/geology/1/0/M/W/scoria500.jpg

Deskripsi batuan:

Batuan berwarna merah kecoklatan, struktur scoriaan, tekstur: bentuk butir


fragmen tidak teramati, tingkat welding nonwelded, komposisi mineral gelasan.

Deskripsi komposisi:

 Material gelasan berwarna merah kecoklatan, kelimpahan sangat


melimpah.
Genesa:
Berasal dari lava yang mengandung gas yang kurang kental. Ketika
batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpul
sehingga membentuk gelembung besar dalam lava. Ketika lava mengeras akan
terbentuk scoria yang berlubang.
DAFTAR PUSTAKA

 Endarto, D. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP dan UPT


Penerbitan dan Percetakan UNS.
 http://www.kids-fun-science.com/welded-tuff.html
 http://volcanology.geol.ucsb.edu/deposits.htm
 http://ceritageologi.wordpress.com/2013/02/01/evolusi-tektonik-pulau-
sumatera/#more-332

Anda mungkin juga menyukai