Modul 03 Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
Modul 03 Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
PEDOMAN INI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN (LJK) NAMUN
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SALAH SATU ACUAN BAGI LJK DALAM HAL BERINVESTASI DI SEK-
TOR ENERGI BARU TERBARUKAN.
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi
TUJUAN PEMBELAJARAN............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 2
PENTINGNYA BANK TERLIBAT DALAM PEMBIAYAAN SEKTOR BISNIS BERKELANJUTAN......................... 3
MEMAHAMI MODEL BISNIS PROYEK PLTMH.............................................................................................. 5
Kelebihan dan kelemahan PLTMH................................................................................................................ 6
ASPEK PENTING DALAM PROYEK PLTMH.................................................................................................. 10
ANALISA KREDIT PLTMH YANG MEMASUKKAN KONSEP ASRI................................................................ 16
PENILAIAN DAN MITIGASI RISIKO KREDIT PADA PEMBIAYAN PROYEK PLTMH..................................... 23
PENTINGNYA MONITORING KREDIT YANG MEMASUKKAN ASRI........................................................... 27
ASPEK PENTING DALAM MONITORING KREDIT PROYEK PLTMH............................................................. 28
PENERAPAN SISTEM MONITORING KREDIT PLTMH YANG MEMASUKKAN ASRI.................................... 29
DAFTAR REFERENSI.................................................................................................................................. ...32
Daftar Tabel
Tabel 1. Feed In Tariff.................................................................................................................................. 12
Tabel 2. Biaya proyek PLTMH...................................................................................................................... 20
Tabel 3. Dokumen PLTMH........................................................................................................................... 22
Tabel 4. Penilaian Risiko Proyek PLTMH dan Mitigasinya........................................................................... 24
Tabel 5. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTMH............................ 28
Daftar Gambar
Gambar 1. Komponen dalam analisa dan monitoring kredit PLTMH.......................................................... 2
Gambar 2. Stakeholder PLTMH..................................................................................................................... 7
Gambar 3. Tahap pembangunan PLTMH..................................................................................................... 8
Gambar 4. Fitur yang diatur dalam PPA..................................................................................................... 13
Gambar 5. Integrasi equator principle ke dalam proses persetujuan kredit.............................................. 17
Gambar 6. Proses Pemberian Kredit........................................................................................................... 18
PENDAHULUAN
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami pentingnya bank untuk terlibat dalam pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan
2. Memahami model bisnis proyek PLTMH
3. Memahami aspek penting dalam proyek PLTMH
4. Menerapkan analisa kredit proyek PLTMH yang memasukkan konsep ASRI (Analisis risiko sosial
dan lingkungan)
5. Memahami penilaian dan mitigasi risiko kredit dalam pembiayaan proyek PLTMH
6. Memahami pentingnya bank untuk memasukkan ASRI dalam monitoring kredit
7. Memahami aspek penting dalam monitoring kredit PLTMH
8. Memahami penerapan sistem monitoring kredit PLTMH yang memasukkan ASRI
TUJUAN PEMBELAJARAN
M
odul ini bertujuan memberikan panduan bagi bank dan institusi keuangan dalam memberikan
pinjaman untuk proyek PLTMH. Ruang lingkup pembahasan lebih menekankan pada aspek
yang terkait dengan risiko lingkungan dan sosial untuk mendukung pembiayaan sektor bisnis
berkelanjutan. Sedangkan aspek lainnya diluar isu lingkungan dan sosial tidak dibahas mendalam karena
aspek-aspek tersebut berlaku seperti pada umumnya pemberian pinjaman.
Modul ini ingin memberikan referensi bagaimana aspek penilaian risiko lingkungan dan sosial
diintegrasikan ke dalam prosedur analisa dan monitoring kredit yang selama ini berlaku. Gambar 1
menunjukkan komponen dalam analisa dan monitoring kredit untuk PLTMH yang memasukan analisis
lingkungan dan sosial yang akan dibahas pada bagian-bagian selanjutnya dalam modul ini.
POLICY
Capacity Procedures
Training Evaluating
Roles &
Monitoring
Responsibility
Di bagian pertama modul akan membahas mengapa bank perlu terlibat dalam pembiayaan sektor
bisnis berkelanjutan. Kesadaran akan keterlibatan bank dalam sustainable finance, akan terwujud pada
kebijakan bank untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial nya dalam pemberian pinjaman.
Kebijakan (Policy) bank tersebut perlu dituangkan dalam penentuan kapasitas dan prosedur pemberian
pinjaman.
Kapasitas (Capacity) bank maksudnya adalah bank harus menetapkan peran dan tanggung jawab
untuk menjalankan kebijakan tersebut dan memberi pemahaman kepada pada personilnya mengenai
aspek risiko lingkungan dan sosial dalam pemberian pinjaman. Sedangkan prosedur (Procedure),
mencakup evaluasi dan monitoring kredit seperti biasa namun memasukkan aspek risiko lingkungan dan
sosial kedalam alur proses pemberian pinjaman dan monitoring pinjaman.
Untuk dapat melakukan prosedur pemberian pinjaman PLTMH yang memperhatikan aspek lingkungan dan
sosial, maka kapasitas personil perlu ditingkatkan melalui pemahaman mengenai aspek teknis dan lingkungan,
aspek hukum dan tidak lupa juga tentang aspek keuangan terkait PLTMH. Selain itu, personil bank perlu
memahami proses bisnis PLTMH dan dokumen-dokumen kunci yang digunakan dalam analisa kerdit, termasuk
dokumen kunci seperti PPA (Power Purchase Agreement).
L
embaga keuangan memiliki peran penting dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
dalam masyarakat. Melalui produk dan Saat ini orang mulai memberi perhatian lebih
layanan yang diberikannya, lembaga pada kualitas hidup dan kualitas pembangunan
keuangan berada pada tempat yang strategis ekonomi. Pembangunan ekonomi berfokus
untuk mempengaruhi arah dan langkah pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
pembangunan perekonomian suatu negara, development). Area yang besar salah satunya
termasuk langkah dalam pembangunan adalah mengenai energi terbarukan. Orang
berkelanjutan jangka panjang. mulai banyak terlibat pada bisnis-bisnis yang
menghasilkan energi baru dan terbarukan.
Pertama kali membaca konsep keuangan Sektor energi baru dan terbarukan adalah
berkelanjutan (sustainable finance) untuk sektor industri masa depan. Semua negara beranjak
keuangan mungkin terasa aneh, karena sektor ini menuju ke sana, termasuk Indonesia. Indonesia
tidak menghasilkan produk berwujud fisik yang memiliki potensi yang besar bagi pengembangan
berkaitan dengan lingkungan, sektor keuangan dan pembangunan energi terbarukan.
hanya menyediakan jasa keuangan. Namun, pada
kenyataannya, paling tidak terdapat dua channel Potensi yang besar ini perlu didukung pendanaan
bagaimana bank dapat berdampak ke masyarakat, dari Bank. Sudah terdapat beberapa bank yang
yaitu lingkungan dan perekonomian: dampak berminat untuk masuk ke dalam sektor energi
langsung melalui aktivitas operasinya sehari-hari, baru dan terbarukan ini. Sebagian besar masuk
misal penggunaan barang-barang daur ulang dan pada proyek energi listrik dari air atau dari
dampak tidak langsung melalui produk dan jasa panas bumi. Namun masih banyak bank yang
keuangan yang disediakan kepada masyarakat. enggan untuk masuk ke sektor pembiayaan ini.
Penyebabnya adalah bank merasa tidak terbiasa
Namun demikian, dampak melalui aktivitas untuk pembiayaan energi yang kental akan risiko
langsung kegiatan sehari-hari bank sangat lingkungan alam, belum memahami seluk beluk
kecil. Dampak riil datang dari sisi aset bank, bisnis energi dan sering dipandang sektor ini
yaitu melalui proyek pilihan yang akan didanai adalah bisnis yang berisiko tinggi. Persepsi bahwa
oleh bank. Sebagai lembaga yang memiliki industri ini berisiko tinggi lebih disebabkan
peran signifikan dalam perekonomian dan karena ketidak pahaman bank mengenai
menggerakkan pertumbuhan GDP, bank bisnis ini. Padahal imbal hasil dari sektor energi
berpotensi menjadi agen yang merubah prinsip baru dan terbarukan merupakan bisnis jangka
dan prioritasnya dalam pemberian jasa. Bank panjang yang memberi keuntungan yang tidak
dapat memilih, apakah akan menciptakan bisa dibilang sedikit.
insentif untuk “business as usual” atau pada bisnis
yang lebih ramah lingkungan, berorientasi sosial
Dengan terlibat pada pembiayaan sektor energi baru dan terbarukan yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, Bank juga mendapat manfaat dari sisi reputasi. Reputasi bank akan meningkat dan positif.
Tentunya hal ini akan membawa dampak lanjutan bagi berkembangnya bisnis bank di sektor lain.
M
odul ini berfokus pada pembiayaan proyek energi terbarukan pada pembangkit listrik tenaga
mini hidro (PLTMH). PLTMH adalah pembangkit listrik berskala kecil dengan output antara
1MW – 10 MW yang memanfaatkan aliran air sebagai sumber tenaga. Prinsip kerja PLTMH yaitu
memanfaatkan beda tinggi dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran atau sungai. Air yang
mengalir lalu diteruskan oleh saluran pembawa lalu akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan
energi mekanik. Turbin air akan memutar generator dan menghasilkan listrik. PLTMH termasuk sumber
energi terbarukan termasuk ke dalam energi bersih karena ramah lingkungan.
Keterlibatan Bank dalam pembiayaan proyek PLTMH merupakan peluang bagi bank dalam program
tanggung jawab sosial yang juga sekaligus berkontribusi pada pengembangan portfolio kreditnya.
Proyek PLTMH bermanfaat untuk membangun ketersediaan listrik di kawasan-kawasan yang terpencil
yang belum terjangkau baik oleh distribusi jaringan PLN.
- Variasi musim
Di beberapa lokasi, aliran sungai berfluktuasi secara musiman dan ini dapat membatasi output daya.
Selama musim kemarau ada kemungkinan aliran air berkurang dan output daya menjadi berkurang.
Perencanaan dan penyelidikan komprehensif diperlukan untuk memastikan pembangkit energi dan
kebutuhan energi yang memadai dapat terpenuhi.
- Sponsor Proyek
Sponsor proyek adalah pihak yang menyediakan modal untuk PLTMH minimal sebesar 20 – 35%
dari total biaya investasi. IPP juga dapat berperan sebagai sponsor proyek apabila menggunakan
modal sendiri. Kesanggupan pendanaan dari sponsor proyek sangat penting ketika IPP mengajukan
permohonan kredit ke Bank.
- Pengembang Proyek
Pengembang proyek yang direkrut oleh IPP untuk menyediakan jasa konstruksi, termasuk sipil dan
mekanikal/elektrikal. Kontrak dikenal dengan istilah Engineering Procurement Construction (EPC).
- Pemasok Peralatan
Pihak yang berperan sebagai pemasok peralatan, diantaranya yaitu turbin dan generator.
- Bank
Pihak yang menyediakan pendanaan kredit yang umumnya berkisar antara 65% - 75% dari total
biaya investasi.
Gambar 3 dan uraian di bawah ini merupakan hasil observasi pada praktek yang berlaku di tahun
2013, sebelum berlakunya Permen ESDM No. 12 Tahun 2014 tentang Pembelian tenaga listrik dari PLTA
oleh PLN (sebagaimana dirubah pada Permen ESDM No. 22 Tahun 2014). Saat ini telah terbit dan telah
berlaku Permen ESDM No. 19 Tahun 2015 tentang Pembelian tenaga listrik dari PLTA dengan kapasitas
sampai 10MW yang menggantikan Permen No. 22 Tahun 2014. Namun demikian, sejak Permen ESDM
No. 19 Tahun 2015 tersebut berlaku, PLN belum menerbitkan PPA. Tahapan yang diilustrasikan pada
Gambar 3 mungkin saja mengalami perubahan dalam hal urutan dan persyaratan.
Penjelasan tahapan umum pembangunan PLTMH yang ada di Gambar 3 adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Lokasi dan Perizinan Awal
- IPP menentukan lokasi pembangunan PLTMH. Informasi wilayah mana yang masih terbuka potensi
untuk PLTMH juga dapat diperoleh pada PLN. Pada tahap ini jika memungkinkan, IPP dapat membuat
MOU antara IPP dengan PLN sebagai komitmen awal dari PLN untuk membeli listrik dari IPP
- IPP mengajukan permohonan izin pembangunan PLTMH kepada pemerintah daerah setempat atau
instansi terkait.
- Proses awal ini memerlukan waktu 2 – 3 bulan
b. Studi Kelayakan
IPP melakukan studi kelayakan, yang di dalamnya mencakup analisa risiko lingkungan hidup dan
sosial
e. Perolehan PPA
Setelah semua izin dilengkapi, IPP mengajukan ke PLN untuk diterbitkan PPA (Power purchase
agreement). Proses sampai dengan keluarnya PPA memerlukan waktu 3 – 6 bulan
f. Pembebasan Lahan
IPP melakukan pembebasan lahan.
g. Financial Closure
IPP melakukan negosiasi pinjaman kepada bank. Jika Bank menyetujui proses pemberian kredit, maka IPP
akan menandatangani akad kredit. Proses ini memerlukan waktu sampai 12 bulan.
h. Proses Konstruksi
Proses konstruksi dimulai dengan dana bank dan atau dana sendiri. Proses ini memerlukan waktu
sampai 24 bulan
1. Studi Kelayakan
Biasanya studi kelayakan didahului dengan Studi Potensi atau Pra-Studi Kelayakan atau lebih dikenal
dengan Pra-FS. Studi Potensi berisi kajian umum atau penjajakan awal yang dapat memberikan
informasi dan data tentang mungkin tidaknya suatu sungai yang ada tersebut untuk dipakai sebagai
sumber energi pembangkit suatu PLTMH. Pra-FS kan menunjukkan kelayakan suatu lokasi untuk
dilakukan atau mendapatkan prioritas untuk dilakukan kegiatan studi kelayakan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study / FS) mencakup 2 hal utama, yaitu kelayakan teknis dan kelayakan
non-teknis (IMIDAP, 2009).
a. Kelayakan teknis
Aspek Keterangan
Hidrologi
Meliputi pengukuran debit Kriteria kelayakan menggunakan formula tertentu untuk mengetahui
minimum yang mengalir pada daya yang dapat dihasilkan. Bertujuan untuk mengetahui apakah debit
saluran air/sungai, debit air pada air dan tinggi terjun yang tersedia mampu untuk menggerakkan turbin
saat banjir dengan melakukan sesuai dengan daya yang diinginkan.
pengamatan visual batas banjir,
dan pengukuran debit air secara
time series, tinggi terjun (beda
tinggi/head) yang tersedia.
Sipil
Mencakup keadaan topografi, Kriteria kelayakan adalah syarat minimum yang dimiliki secara alamiah
geologi dan mekanika tanah oleh suatu lokasi potensi PLTMH untuk dapat dibangun yaitu: Sumber
yang akan digunakan untuk mata air atau yang memenuhi standar kelayakan hidrologi; Terdapat aliran
bangunan utama dan rute sungai dengan debit air (minimal 1.0 - 3.0 meter/detik) yang cukup dan
saluran air. Data tersebut diperkirakan dapat memenuhi standar kelayakan hidrologi; Secara visual di
harus mendukung ke kualitas lokasi terdapat potensi sistem skema PLTMH; Kondisi dan stabilitas tanah
bangunan - bangunan inti yang calon lokasi; Akses ke lokasi PLTMH dapat digambarkan dengan skema
terdiri atas : bendungan, , bak yang jelas dan dapat dijangkau dengan metode tertentu sesuai dengan
pengendap, saluran pembawa, kebutuhan pembangunannya; Bangunan PLTMH yang akan didirikan tidak
bak utama, saluran pembuang, mengganggu kelestarian lingkungan; Bangunan PLTMH yang akan didirikan
rumah turbin, dan lain-lain. tidak menimbulkan dampak negatif sosial masyarakat yang berkepanjangan.
Aspek Keterangan
Sosial Budaya
Mengkaji dampak keberadaan Kriteria kelayakan:
program terhadap kehidupan 1) Masyarakat mempunyai kemampuan membayar iuran yang akan
masyarakat setempat, disepakati 2) Masyarakat memiliki kemauan dan kemampuan untuk
kebiasaan adat setempat, mengelola PLTMH yang akan dibangun 3) Masyarakat bersedia untuk
kehidupan hubungan sosial mengusahakan ketersediaan lahan yang dibutuhkan
dan perekonomian masyarakat.
Studi ini menunjukkan bahwa
“sosialisasi” kepada masyarakat
dan konsumen dilakukan mulai
dari tahap penyusunan program
Lingkungan
Memberikan gambaran Untuk komersialisasi, menyampaikan hasil Upaya Pengelolaan
dan untuk meyakinkan Lingkungan(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
kepada instansi terkait serta
masyarakat setempat, bahwa Keterangan: Panduan mereviu dokumen ini dijelaskan pada Dokumen
tidak ada dampak yang serius Lingkungan Hidup yang diterbitkan OJK tahun 2015
terhadap kerusakan lingkungan
sehubungan dengan akan
dibangunnya PLTMH di lokasi
tersebut. Juga disampaikan
apabila ada dampak negatif
maka sudah ada program untuk
mengurangi dampak tersebut
5. Pengajuan IUPTL
IUPTL juga hal penting karena dipersyaratkan oleh PLN sebagai pembeli daya listrik sebelum keluarnya
PPA. Persyaratan pengajuan IUPTL adalah:
- Persyaratan Administratif, meliputi identitas & profil pemohon, pengesahan badan hukum,
NPWP, kemampuan pendanaan
- Persyaratan Teknis, meliputi Studi Kelayakan, izin lokasi, single line diagram, jenis dan kapasitas
usaha, jadwal pembangunan dan pengoperasian, persetujuan harga jual listrik/sewa (PPA)
- Persyaratan Lingkungan, yang mengacu pada Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam proses pelaksanaan usaha dan/kegiatan yang telah mendapatkan izin, pelaku usaha
diharuskan untuk melakukan pelaporan, termasuk di dalamnya data pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, sesuai dengan persyaratan dokumen lingkungan (UKL/UPL).
Perlu diketahui bahwa sejak Permen ESDM No. 19 tahun 2015 berlaku sampai saat ini, belum terdapat
PPA yang ditanda tangani dan diterbitkan oleh PLN (vakum). Dengan demikian, PPA yang sudah terbit
dan beredar adalah PPA yang masih mengacu ke Permen ESDM yang lama yaitu No. 12 Tahun 2014
sebagaimana diubah No. 22 Tahun 2014.
Berikut adalah perbedaan antara Permen ESDM No. 19 Tahun 2015 dengan No. 12 dan 22 Tahun 2014:
Keterangan Permen ESDM No. 12 Tahun 2014, Permen ESDM No. 19 Tahun
sebagaimana dirubah menjadi 2015
Permen ESDM No. 22 Tahun 2014.
Harga 8 tahun < 10 MW = Rp1.075/Kwh X F < 10 MW = USD12,00/Kwh X F
pertama < 250 kW = Rp1.270/Kwh X F < 250 kW = USD14,40/Kwh X F
Permohonan - Perlu dilampirkan Pernyataan
sebagai pengelola tidak ada masalah perizinan di
tenaga air untuk pemerintah daerah
pembangkit listrik
Berikut adalah 5 (lima) alasan mengapa Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) PLN penting:
a. PPA merupakan dasar untuk menentukan aliran pendapatan untuk proyek energi terbarukan skala
kecil dalam hal penjualan (kWh), harga (Rp / kWh), aliran pembayaran, dan durasi (tahun).
b. PLN adalah satu-satunya pembeli keluaran proyek tenaga listrik swasta energi terbarukan.
Berikut adalah hal-hal yang diatur dalam PPA, dengan skema seperti pada Gambar 4.
a. Harga beli sesuai dengan Feed in tariff (FIT) untuk kapasitas < 10 MW, seperti pada tabel 1 tentang
tarif. Harga dapat dinegosiasikan untuk kapasitas > 10 MW dan disetujui oleh Menteri ESDM
b. IPP atau sponsor menyatakan kesanggupan untuk menyerahkan Sertifikat Deposito sebesar 5%
dari investment cost sebagai jaminan
• Terdapat sanksi jika tidak memenuhi batas waktu untuk kelengkapan semua dokumen (IUPTL
sementara, FS, PJBL); kehilangan 25% deposit
• Financial close harus terjadi dalam waktu 15 bulan sejak tanda tangan PPA; kehilangan 50%
deposit jika financial close tidak tercapai.
• Konstruksi dimulai dalam 3 bulan sejak terbitnya IUPTL
g. PLN bertanggung jawab untuk menjaga keandalan dan memelihara fasilitas jaringan milik PLN
untuk menerima dan menyalurkan energi listrik dari IPP
h. IPP bertanggung jawab untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responsibility / CSR) atas lingkungan Proyek
Kegagalan IPP:
• Kegagalan IPP untuk mulai melakukan konstruksi Pembangkit melewati 90 (sembilan puluh)
Hari Kalender setelah tanggal pembiayaan, yang dibuktikan dengan tidak dilakukannya
aktivitas lapangan seperti umumnya dilakukan oleh kontraktor pada proyek sejenis
• Kegagalan IPP mencapai tanggal operasi komersial pembangkit lebih dari 12 (dua belas)
bulan setelah target tanggal operasi komersial
Kegagalan PLN:
• Kegagalan PLN untuk melakukan pembayaran dalam waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut.
• Proses likuidasi, merger, konsolidasi, penggabungan, reorganisasi, rekonstruksi atau privatisasi
PLN, kecuali sepanjang hal itu tidak mempengaruhi kemampuan dari perusahaan baru untuk
melaksanakan kewajibannya
8. Operasi
Pada masa operasi, aspek terpenting adalah menjaga kestabilan pasokan listrik yang diproduksi.
Pasokan listrik merupakan sumber arus kas proyek. Kemungkinan keterlambatan pembayaran dari
PLN juga harus diantisipasi.
Beberapa permasalah terkait hal teknis yang dapat terjadi selama tahap operasi adalah:
endapan, sampah pada intake, energy loss, kegagalan antisipasi perubahan desain asal,
perubahan kondisi air, tanah longsor, dan berkurangnya debit air. Selengkapnya mengenai
risiko-risiko konstruksi dan operasi akan dibahas pada bagian analisis risiko.
D
alam analisa kredit perbankan biasa dikenal Prinsip 5C, yang terdiri dari Capacity, Collateral,
Capital, Conditions, dan Character. Analisa kredit untuk PLTMH tetap berada dalam kerangka
seperti biasa yang menggunakan prinsip 5C. Aspek ASRI yang diintegrasikan kedalam proses
analisa kredit dapat dijelaskan ke dalam prinsip 5 C sebagai berikut:
- Capacity
Merupakan kemampuan proyek membayar pinjaman. Integrasi ASRI ke dalam prinsip ini, dilakukan
dalam analisa keuangan PLTMH, dengan cara memperhatikan asumsi-asumsi keuangan dan non-
keuangan (misal capacity factor produksi listrik) yang digunakan dalam mengestimasi arus kas masa
depan untuk menilai kemampuan proyek membayar pinjaman dan bunga.
- Collateral
Jaminan kredit PLTMH umumnya merupakan proyek PLTMH itu sendiri. Dengan demikian, konsep
ASRI sangat penting dievaluasi karena collateral yang diberikan untuk pinjaman ini merupakan aset
yang memiliki risiko terkait lingkungan dan sosial. Jika suatu kondisi mengharuskan bank mengambil
alih collteral, maka Bank juga dapat secara langsung terkena dampak risiko lingkungan dan sosial.
- Capital
Merupakan kekuatan modal sponsor proyek. Analisa kredit untuk PLTMH juga harus memperhatikan
persyaratan finansial yang disyaratkan PLN atau Kementerian ESDM kepada sponsor proyek.
- Conditions
Karakteristik PLTMH yang berada secara langsung di sumber daya alam air dan dekat dengan
masyarakat sekitar sumber air tersebut, mengharuskan analis kredit menyadari bahwa keberhasilan
PLTMH sangat kental dengan aspek risiko dan lingkungan. Oleh karena itu, dalam analisa kredit perlu
diperhatikan risiko-risiko sosial dan lingkungan, sampai kepada regulasi yang mencakupi PLTMH serta
perubahan atau dinamika dari regulasi tersebut.
- Character
Ini merupakan aspek karakter dan perilaku debitur. Untuk integrasi aspek ASRI, analis kredit perlu
memperhatikan track record pemohon kredit apakah pernah terlibat dalam pelanggaran lingkungan
dan sosial.
Salah satu acuan kerangka yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan dalam menganalisa
pengajuan kredit adalah Equator Principle. Equator Principle adalah kerangkan manajemen
risiko kredit untuk menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial pada
pembiayaan proyek. Lembaga yang mengadopsi equator principle akan mengintegrasikan
kebijakan sosial dan lingkungan, peraturan dan prosedur internal ke dalam pembiayaan
proyek.
Berikut ini adalah contoh adopsi Equator principle ke dalam prosedur persetujuan kredit di Standard
Bank, Afrika Selatan.
Di Indonesia, belum terdapat regulasi atau acuan yang secara khusus mengintegrasikan konsep
ASRI ke dalam analisa kredit. Namun demikian Bank seharusnya mulai dapat mengembangkan
sendiri proses analisa kredit yang memasukkan ASRI.
Berikut adalah integrasi ASRI ke dalam proses pemberian kredit proyek PLTMH yang mungkin
dapat dilakukan oleh Bank.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Bank adalah misalnya sebagai berikut:
a. Screening awal
Dalam tahapan penerimaan calon debitur, bank dapat menerapkan screening awal untuk
melihat apakah proyek PLTMH masuk ke dalam kategori proyek yang dapat dibiayai oleh bank.
Screening awal juga dapat mempertimbangkan apakah perusahaan tidak sedang menghadapi
isu-isu lingkungan, tuntutan hukum dari pihak ketiga, pemogokan karyawan, permasalahan
dengan masyarakat, serta isu lingkungan dan sosial lainnya yang dapat berdampak signifikan
pada kinerja keuangan perusahaan. Screening awal juga melibatkan prosedur untuk melihat
apakah perusahaan tidak sedang berada dalam daftar merah atau hitam dari daftar PROPER.
b. Due dilligence
Prosedur due dilligence yang dilakukan dapat memasukkan aspek teknis dan lingkungan. Butir
penting due dilligence terkait dengan proyek energi bersih dapat mengacu ke “Pedoman Energi
Bersih” untuk lembaga jasa keuangan yang dipublikasikan OJK. Beberapa poin uji tuntas terkait
lingkungan, yaitu:
- Kajian UKL UPL
- Kajian deskripsi fasilitas proyek
- Kajian prosedur konsultasi publik dan kegiatan
- Kajian dukungan dari masyarakat setempat
Dalam mengkaji UKL UPL, OJK juga sudah mempublikasikan “Dokumen Lingkungan Hidup” yang
memberikan panduan untuk mengkaji UKL UPL bagi staf Bank. Berikut ini adalah hal-hal yang
dapat menjadi fokus untuk direviu oleh Bank:
- Besaran proyek, pada energi bersih tercermin dalam kapasitas pembangkitan;
- Lokasi proyek, bisa digali informasi dari peta lokasi projek;
- Ukuran bendungan/dam yang akan dibangun bencana alam, gangguan akses jalan; atau tahap
operasi misal sedimentasi, kebisingan suara turbin
- Aktivitas atau upaya pengelolaan lingkungan hidup
- Tolok ukur (parameter) besaran dampak
- Kelengkapan rencana mitigasi terhadap dampak yang teridentifikasi
c. Peringkat Internal
Bank dapat mengembangkan sistem pemeringkatan internal, atau Bank juga bisa memasukkan unsur
kepatuhan terhadap regulasi pemerintah di bidang lingkungan, peringkat PROPER, dan penalti bagi
perusahaan yang pernah masuk daftar merah atau hitam dalam PROPER.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin dapat dijadikan contoh pertanyaan dalam membuat
rating internal:
1. Sejauh mana komitmen perusahaan terhadap ASRI dan bisnis keberlanjutan?
2. Sejauh mana kemungkinan bahwa kolateral akan terkontaminasi?
3. Sejauh mana kemungkinan perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban pembayaran utang karena
penyebab lingkungan?
Berikut ini adalah contoh klausul yang dapat dicantumkan dalam perjanjian kredit:
“ ...memastikan bahwa proyek tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Pengelolaan Lingkungan,
Pembebasan Lahan dan Pemukiman, Rencana Aksi, dan setiap addendum yang terkait aspek
khusus di lapangan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (Envinronmental Management
Plan), dan tanpa hak atau kewenangan, kecuali sebagai Peminjam dan Bank dinyatakan akan setuju,
untuk menetapkan, mengubah, membatalkan, atau mengabaikan, atau mengizinkan yang akan
ditugaskan, mengubah, membatalkan, atau membebaskan, yang disebutkan di atas, atau ketentuan
yang ada...”
Aspek organisasi proyek juga perlu ditelaah untuk memastikan apakah posisi manajemen kunci
diisi oleh orang-orang yang kompeten.
b. Aspek keuangan
Secara umum, komponen biaya untuk proyek PLTMH mencakup kelompok sebagai berikut:
- Biaya pra investasi
Ini sepenuhnya menjadi beban IPP, mencakup biaya studi kelayakan dan perizinan
- Biaya investasi
Meliputi biaya pekerjaan sipil, pekerjaan mekanikal elektrikal, pengembangan dan biaya
lingkungan. Biaya lingkungan perlu mendapat perhatian apakah IPP sudah mengantisipasi
biaya terkait aspek lingkungan dan sosial, misalnya reboisasi setelah pembangunan.
- Biaya operasi dan pemeliharaan
Merupakan biaya yang dikeluarkan selama PLTMH beroperasi, terdiri dari biaya tetap dan
variabel
- Biaya bunga pinjaman
Ini biaya pinjaman yang dikenakan oleh Bank selama masa konstruksi
Tabel berikut ini menunjukkan persentase komponen biaya dari total biaya:
Komponen Persentase
Biaya pra investasi 2 - 5%
Biaya investasi 80 – 90 %
Biaya operasi dan pemeliharaan 1 – 4%
Biaya bunga pinjaman 10 – 13%
Tabel 2. Biaya proyek PLTMH
Sumber: dari berbagai sumber
Bank umumnya menyediakan pendanaan sebesar 70% dari biaya investasi. Bagian 30% disediakan
oleh sponsor proyek.
Tools yang dapat digunakan sama seperti analisa keuangan pada umumnya menggunakan NPV
dan IRR. IRR yang umum diperoleh dari proyek ini berkisar dari 14% - 17,5%.
Dalam analisis keuangan perlu diperhatikan:
- Asumsi yang digunakan, jika asumsi yang digunakan tidak tepat, maka akan menghasilkan
proyeksi keuangan menjadi salah. Misalnya asumsi suku bunga, kurs, capacitiy factor, yang
umum digunakan adalah 60%. Capacity factor ini biasanya bervariasi antara 40% sampai 80%,
dengan rata-rata 60%. Penentuan asumsi capacity factor tentunya terkait dengan analisis
hidrologi.
- Kelengkapan struktur biaya dan pendapatan untuk mempredikasi arus kas masuk dan keluar
dalam proyeksi keuangan
- Potensi pembengkakan biaya
Feed in Tariff
Daerah Th 1 sd 8 (US$/KwH) Th 9 sd 20 (US$/KwH)
USD Faktor USD USD Faktor USD
Jamali 0.12 1.00 0.12 0.08 1.00 0.08
Sumatera 0.12 1.10 0.13 0.08 1.10 0.08
Kal Sel 0.12 1.20 0.14 0.08 1.20 0.09
NTB NTT 0.12 1.25 0.15 0.08 1.25 0.09
Maluku 0.12 1.30 0.16 0.08 1.30 0.10
Papua 0.12 1.50 0.18 0.08 1.50 0.11
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa proyek PLTMH yang diajukan mencapai IRR 14,98%.
Nilai ini cukup tinggi dan menarik untuk dimasukkan ke dalam portofolio bank yang berkomitmen
untuk berpartisipasi dalam bisnis dan pendapaan berkelanjutan.
Pada bagian Lampiran akan disajikan kertas kerja untuk perhitungan IRR dan DSCR (Debt Service
Coverage Ratio) untuk suatu proyek PLTMH.
c. Aspek hukum
Aspek ini mencakup izin-izin yang harus dilengkapi oleh IPP atau debitur, termasuk perizinan perusahaan,
pemegang saham dan kajiannya, kajian manajemen perusahaan, pengalaman sponsor proyek dan
strategi sponsor proyek dakam pengelolaan keuangan, termasuk kebijakan dividen.
Dalam aspek hukum, juga ditelaah kontrak proyek yang mencakup kajian PPA, kajian kontrak EPC,
kajian kontrak operasional dan pemeliharaan, kajian sewa lahan, kajian pengaturna interkoneksi
dan distribusi serta asuransi proyek
Dokumen yang wajib disampaikan dalam proses pengajuan kredit proyek PLTMH:
No. Dokumen Pihak Penerbit
1. Persetujuan Prinsip Pemda
2. Appointment Letter PLN
3. IUPTL sementara dan tetap Kementrian ESDM
4. Persetujuan Penetapan Harga Jual Kementrian ESDM (jika ada)
5. PPA PLN
6. Persetujuan UKL – UPL Kementrian Lingkungan Hidup
7. Izin mendirikan bangunan Pemda
8. Izin lokasi Pemda
9. Izin pinjam kawasan hutan Kementrian kehutanan, jika melewati atau berada
di hutan
Tabel 3. Dokumen PLTMH
S
ecara umum, risiko terkait lingkungan dan pelanggaran lingkungan yang berdampak
sosial bagi Bank dapat dikelompokkan kepada gagal bayar.
menjadi:
2. Risiko pasar, yaitu risiko perubahan harga pasar
1. Risiko langsung pada posisi portofolio dan rekening administratif
Bank dapat terkena risiko langsung termasuk derivative akibat perubahan pasar
lingkungan, misalnya terjadi ketika bank yang meliputi faktor nilai tukar, suku bunga,
memutuskan untuk mengambil alih kolateral harga saham dan harga komoditas.
setelah peminjam gagal memenuhi kewajiban
dan ternyata kolateral ini terkontaminasi dan 3. Risiko likuiditas, yaitu risiko ketidak-mampuan
melanggar lingkungan. Sebagai pemilik baru, bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
maka bank menanggung risiko berupa biaya tempo.
untuk membersihkan kontaminasi, belum
lagi nilai kolateral yang mungkin akan turun 4. Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidak
setelah peristiwa pelanggaran. cukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kegagalan sistem, atau kejadian
2. Risiko tidak langsung eksternal yang berdampak kehilangan
Risiko tidak langsung ini merupakan risiko potensi memperoleh keuntungan
yang dihadapi bank ketika peminjam proyek
PLTMH terkena isu lingkungan dan sosial. 5. Risiko hukum, yaitu risiko akibat kelalaian
Risiko-risiko yang dihadapi langsung oleh bank yang dapat menimbulkan kelemahan
peminjam akan berdampak ke bank dalam aspek yuridis dalam menghadapi tuntutan
bentuk risiko kredit dan juga risiko reputasi. hukum pihak lain.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank 6. Risiko reputasi, yaitu risiko suatu kejadian
Indonesia No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya yang menimbulkan persepsi negatif
PBI No. 11/25/2009 tentang penerapan terhadap bank yang mengakibatkan tingkat
manajemen risiko bagi bank umum telah kepercayaan stakeholder menurun.
menentukan risiko operasional bank umum
mencakup 8 risiko, yaitu: 7. Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidak
pastian dalam pengambilan dan atau
1. Risiko kredit, yaitu risiko kegagalan pihak pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
counter party dalam memenuhi kewajiban kegagalan dalam mengatasi perubahan
pada bank. Risiko kredit dapat bersumber lingkungan bisnis
dari berbagai aktivitas, salah satunya aktivitas
BI memang belum memasukkan risiko lingkungan dan sosial secara khusus sebagai sebagai jenis risiko
bank. Namun demikian, terkait dengan kebijakan pembiayaan proyek energi bersih seperti proyek
PLTMH, risiko yang dapat diidentifikasi terkait dengan risiko lingkungan dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) risiko, yaitu:
1. Risiko kredit
Terkait kegagalan debitur dalam membayar pinjaman dan bunga, yang dapat bersumber dari banyak
hal misalnya faktor lingkungan, konstruksi, harga, maupun operasional.
2. Risiko hukum
Misal terkait kegagalan bayar debitur yang kemudian menyebabkan bank mengambil alih jaminan
proyek. Ketika proyek tersebut melanggar hukum, misalnya terlibat pelanggaran peraturan
lingkungan, maka pihak bank akan dihadapkan pada risiko hukum atas pelanggaran tersebut.
3. Risiko reputasi
Misalnya terkait dengan tuntutan masyarakat akibat pelanggaran aspek sosial dan lingkungan pada
proyek PLTMH
Ketiga risiko tersebut bersumber dari risiko teridentifikasi dari risiko proyek PLTMH. Oleh karena itu
penting bagi bank untuk memahami risko proyek PLTMH dan mitigasinya.
Tabel 4 berikut ini menguraikan risiko yang dapat terindentifikasi yang melekat pada proyek PLTMH.
Risiko melekat ini akan menjadi sumber risiko bagi bank. Untuk setiap risiko teridentifikasi, akan dijelaskan
juga contoh upaya mitigasi risiko tersebut.
Dapat dilihat pada bagan bahwa faktor risiko yang memiliki bobot besar adalah aspek lingkungan. Oleh
karena itu, bank tidak dapat mengabaikan untuk memasukkan konsep ASRI ke dalam pendanaan proyek
PLTMH.
Yang dapat dilakukan Bank terkait aspek risiko lingkungan dan sosial yang tinggi, yaitu:
a. Penentuan tarif bunga yang dibebankan dengan memperhatikan risiko lingkungan dan sosial
b. Mendesain rencana monitoring kredit yang tanggap terhadap risiko lingkungan dan sosial
c. Memasukkan aspek mitigasi risiko lingkungan dan sosial dalam perjanjian kredit (covenant)
d. Menolak aplikasi pinjaman
e. Mengoptimalkan portofolio
M
onitoring kredit pada pembiayaan proyek PLMTH artinya pengawasan secara
kontinyu terhadap suatu proyek PLTMH untuk menilai kepatuhan terhadap
syarat dalam perjanjian kredit, menilai kualitas kredit, kinerja keuangan dan
operasional, serta kemampuan debitur untuk membayar kewajibannya.
Proses monitoring dimulai sejak financial close sampai debitur membayar kembali
pinjaman dan bunga. Monitoring kredit bertujuan untuk mengetahui secepatnya
perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja operasional
debitur yang dapat berdampak pada kemampuan debitur dalam membayar
pinjaman.
Perangkat utama yang dapat dijadikan perangkat dalam melakukan monitoring kredit
adalah perjanjian kredit (covenant). Perjanjian kredit dapat memasukkan syarat-
syarat yang harus dipenuhi selama perjanjian kredit berlangsung. Hal-hal yang harus
dimasukkan sebagai perangkat monitoring biasanya berdasarkan area yang menjadi
kelemahan proyek yang diidentifikasi pada tahap analisa kredit. Biasanya semakin
tinggi risiko kredit maka semakin banyak informasi yang diperlukan Bank pada proses
monitoring kredit.
Indikator yang paling mudah dilihat dalam monitoring kredit adalah kemampuan
debitur membayar pokok dan pinjaman dengan tepat waktu. Namun demikian,
pembayaran yang tepat waktu tersebut tidak menjadi jaminan bahwa tidak terdapat
masalah dalam kredit.
Pada prinsipnya monitoring kredit PLTMH hampir sama dengan monitoring
kredit umum. Namun, karena proyek PLTMH merupakan proyek yang kental dengan
aspek lingkungan dan sosial, maka bank harus memperhatikan persyaratan terkait
aspek lingkungan dan sosial. Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya,
bahwa risiko proyek PLTMH sebagian besar terkait dengan lingkungan alam dan
sosial. Misalnya, risiko operasional dapat bersumber dari berkurangnya debit air
yang merupakan isu lingkungan.
Komponen Keterangan
Monitoring yang dilakukan di - Rencana keuangan yang terkini setelah keputusan kredit
Tahap Konstruksi - Pihak ahli yang melakukan pengawasan progress konstruksi
- Monitoring pemberitaan di media massa terkait isu lingkungan
dan sosial
- Permintaan khusus, misalnya monitoring terkait pasokan
peralatan, isu sosial masyarakat terkait akses ke lokasi proyek
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Monitoring yang dilakukan di - Pendekatan yang dilakukan untuk monitoring di tahap operasi,
Tahap Operasional misalnya terkait dengan status penjualan daya listrik ke PLN
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Ceklis - Kepatuhan terhadap persyaratan kredit
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek lingkungan
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek hukum dan perizinan
Laporan dan dokumen yang - Rencana keuangan yang terkini dan tanggal batas waktu
diperlukan dari debitur penyerahan
- Laporan status proyek dan tanggal batas waktu penyerahan
- Status Manajemen/Action Plan terkait lingkungan dan sosial
- Dokumen kepatuhan lingkungan
- Laporan pihak independen pengawas proyek terkait lingkungan
dan sosial
- Investasi yang dilakukan terkait manajemen lingkungan dan
sosial
Kunjungan lapangan dan review - Peserta
meeting dengan peminjam - Jadwal
Persyaratan lain - Dokumen lain atau persyaratan spesifik yang disyaratkan dalam
perjanjian kredit
Tabel 5. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTMH
S
elama belum ada panduan dari regulator untuk melakukan monitoring
kredit yang memasukkan ASRI, maka Bank dapat mengembangkan sendiri
perangkat untuk monitoring kredit PLTMH.
Monitoring kredit yang memasukkan konsep ASRI dapat mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Kondisi Keuangan
Monitoring dalam hal kondisi keuangan debitur yang terkini, yang mencakup
perencanaan pendanaan proyek, proyeksi arus kas, Rasio utang (coverage,
outstanding debt)
2. Status proyek
Status kemajuan proyek, yang mencakup total biaya dan pengeluaran yang
sudah dikeluarkan, pencapaian skedul proyek, jadwal proyek terkini.
3. Kepatuhan terhadap persyaratan kredit
Mencakup kepatuhan debitur terhadap perjanjian kredit termasuk persyaratan
pencairan kredit berkala
Bank Indonesia. (2013). Pola Pembiayaan Pembankit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM).
Kucukali, S. (2011). Risk assessment of river-type hydropower plants using fuzzy logic approach. Energy
Policy, 39(10), 6683-6688.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Energi Bersih Buku Pedoman untuk Lembaga Jasa Keuangan.
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/2009 tentang penerapan
manajemen risiko bagi bank umum.
Permen ESDM No. 12/2014 sebagaimana dirubah menjadi Permen ESDM No. 22/2014 tentang Pembelian
Tenaga Listrik Tenaga Air.
Permen ESDM No. 19/2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik Tenaga Air dengan kapasitas sampai 10
MW.