Tenaga Biogas
Pembiayaan Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas
PAKET PELATIHAN
Keuangan Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih
DISCLAIMER:
PEDOMAN INI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN (LJK) NAMUN
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SALAH SATU ACUAN BAGI LJK DALAM HAL BERINVESTASI DI SEK-
TOR ENERGI BARU TERBARUKAN.
2
DAFTAR ISI
ANALISA DAN MONITORING KREDIT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS (PLTBg) LIMBAH
CAIR KELAPA SAWIT 1
Tujuan Pembelajaran 1
Pendahuluan 1
Pentingnya Bank Terlibat dalam Pembiayaan Sektor Bisnis Berkelanjutan 2
Memahami Model Bisnis Proyek PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit 4
Keutamaan PLTBg POME 6
Unsur Penting Dalam Proyek PLTBg POME 11
Analisa Kredit PLTBg Yang Memasukkan Konsep ASRI 15
Penilaian Dan Mitigasi Risiko Kredit Pada Pembiayan Proyek PLTBg 24
Pentingnya Monitoring Kredit yang Memasukkan ASRI 28
Aspek Penting dalam Monitoring Kredit Proyek PLTBg 28
Penerapan Sistem Monitoring Kredit PLTBg Yang Memasukkan ASRI 30
Daftar Referensi 33
LAMPIRAN 34
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 3
DAFTAR GAMBAR
Daftar Tabel
Tabel 1. Skenario Pemanfaatan Biogas POME 7
Tabel 2. Feed In Tariff (Permen ESDM No. 21 Tahun 2016) 12
Tabel 3. Perbandingan antara Sistem Digester CSTR dan CAL 19
Tabel 4. Perkiraan Biaya Investasi untuk Proyek PLTBg (US$, KW) 20
Tabel 5. Biaya Investasi dan O&M 22
Tabel 6. Ekspektasi IRR 23
Tabel 7. Dokumen PLTBg 24
Tabel 8. Penilaian Risiko Proyek PLTBg dan Mitigasinya 26
Tabel 9. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTBg 29
Daftar Gambar
Gambar 1. Komponen dalam Analisa dan Monitoring Kredit PLTBg 1
Gambar 2. Proses Konversi dari TBS Menjadi Listrik 5
Gambar 3. Model Bisnis Build, Own, Operate (BOO) 8
Gambar 4. Model bisnis Build, Own, Transfer (BOT) 8
Gambar 5. Stakeholder PLTBg 9
Gambar 6. Tahap Pengembangan PLTBg 10
Gambar 7. Integrasi Equator Principle ke Dalam Proses Persetujuan Kredit 16
Gambar 8. Proses Pemberian Kredit 17
1. Memahami pentingnya bank untuk terlibat dalam pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan
3. Memahami aspek penting dalam proyek PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit
5. Memahami penilaian dan mitigasi risiko kredit dalam pembiayaan proyek PLTBg
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 5
PENDAHULUAN
Modul ini bertujuan memberikan panduan bagi bank dan institusi keuangan dalam memberikan pinjaman
untuk proyek PLTBg. Ruang lingkup pembahasan lebih menekankan pada aspek yang terkait dengan
risiko lingkungan dan sosial untuk mendukung pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan. Sedangkan
aspek lainnya diluar isu lingkungan dan sosial tidak dibahas mendalam karena aspek-aspek tersebut
berlaku seperti pada umumnya pemberian pinjaman.
Sustainable Fi nance
POLICY
Capacity Procedures
Training Evaluating
Roles &
Monitoring
Responsibility
Di bagian pertama modul akan membahas mengapa bank perlu terlibat dalam
pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan. Kesadaran akan keterlibatan bank dalam
sustainable finance, akan terwujud pada kebijakan bank untuk mengintegrasikan
aspek lingkungan dan sosial nya dalam pemberian pinjaman. Kebijakan (Policy) bank
tersebut perlu dituangkan dalam penentuan kapasitas dan prosedur pemberian
pinjaman.
Kapasitas (Capacity) bank maksudnya adalah bank harus menetapkan peran dan
tanggung jawab untuk menjalankan kebijakan tersebut dan memberi pemahaman
kepada pada personilnya mengenai aspek risiko lingkungan dan sosial dalam
pemberian pinjaman. Sedangkan prosedur (Procedure), mencakup evaluasi dan
monitoring kredit seperti biasa namun memasukkan aspek risiko lingkungan dan
sosial kedalam alur proses pemberian pinjaman dan monitoring pinjaman.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 7
8 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
POINT 1
L
embaga keuangan memiliki peran lebih ramah lingkungan, berorientasi sosial dan
penting dalam masyarakat. Melalui mendukung pembangunan berkelanjutan.
produk dan layanan yang diberikannya,
lembaga keuangan berada pada tempat Saat ini orang mulai memberi perhatian lebih
yang strategis untuk mempengaruhi arah pada kualitas hidup dan kualitas pembangunan
dan langkah pembangunan perekonomian ekonomi. Pembangunan ekonomi berfokus
suatu negara, termasuk langkah dalam pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
pembangunan berkelanjutan jangka panjang. development). Area yang besar salah satunya
adalah mengenai energi terbarukan. Orang
Pertama kali membaca konsep keuangan mulai banyak terlibat pada bisnis-bisnis yang
berkelanjutan (sustainable finance) untuk sektor menghasilkan energi baru dan terbarukan.
keuangan mungkin terasa aneh, karena sektor ini Sektor energi baru dan terbarukan adalah
tidak menghasilkan produk berwujud fisik yang industri masa depan. Semua negara beranjak
berkaitan dengan lingkungan, sektor keuangan menuju ke sana, termasuk Indonesia. Indonesia
hanya menyediakan jasa keuangan. Namun, memiliki potensi yang besar bagi pengembangan
pada kenyataannya, paling tidak terdapat dua dan pembangunan energi terbarukan.
channel bagaimana bank dapat berdampak ke
masyarakat, yaitu lingkungan dan perekonomian: Potensi yang besar ini perlu didukung pendanaan
dampak langsung melalui aktivitas operasinya dari Bank. Sudah terdapat beberapa bank yang
sehari-hari, misal penggunaan barang-barang berminat untuk masuk ke dalam sektor energi
daur ulang dan dampak tidak langsung melalui baru dan terbarukan ini. Sebagian besar masuk
produk dan jasa keuangan yang disediakan pada proyek energi listrik dari air atau dari
kepada masyarakat. panas bumi. Namun masih banyak bank yang
enggan untuk masuk ke sektor pembiayaan ini.
Namun demikian, dampak melalui aktivitas Penyebabnya adalah bank merasa tidak terbiasa
langsung kegiatan sehari-hari bank sangat untuk pembiayaan energi yang kental akan risiko
kecil. Dampak riil datang dari sisi aset bank, lingkungan alam, belum memahami seluk beluk
yaitu melalui proyek pilihan yang akan didanai bisnis energi dan sering dipandang sektor ini
oleh bank. Sebagai lembaga yang memiliki adalah bisnis yang berisiko tinggi. Persepsi bahwa
peran signifikan dalam perekonomian dan industri ini berisiko tinggi lebih disebabkan
menggerakkan pertumbuhan GDP, bank karena ketidak pahaman bank mengenai
berpotensi menjadi agen yang merubah prinsip bisnis ini. Padahal imbal hasil dari sektor energi
dan prioritasnya dalam pemberian jasa. Bank baru dan terbarukan merupakan bisnis jangka
dapat memilih, apakah akan menciptakan insentif panjang yang memberi keuntungan yang tidak
untuk “business as usual” atau pada bisnis yang bisa dibilang sedikit.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 9
Kewajiban Bank untuk memperhatikan isu lingkungan dan sosial sudah diatur melalui Undang-Undang,
Peraturan Bank Indonesia (sekarang OJK). Berikut adalah beberapa peraturan pada Bank terkait aspek
lingkungan yang harus diperhatikan oleh Bank, sebagaimana terangkum dalam Dokumen Lingkungan
Hidup Sektor Energi Bersih, suatu Pedoman untuk LJK yang dipublikasikan oleh OJK:
Dengan terlibat pada pembiayaan sektor energi baru dan terbarukan yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, Bank juga mendapat manfaat dari sisi reputasi. Reputasi bank akan meningkat dan positif.
Tentunya hal ini akan membawa dampak lanjutan bagi berkembangnya bisnis bank di sektor lain.
Keterlibatan Bank dalam pembiayaan proyek PLTBg merupakan peluang bagi bank dalam program
tanggung jawab sosial yang juga sekaligus berkontribusi pada pengembangan portfolio kreditnya.
Proyek PLTBg bermanfaat untuk membangun ketersediaan listrik di kawasan-kawasan yang terpencil
yang belum terjangkau baik oleh distribusi jaringan PLN. Lebih dari itu, keberadaan PLTBg dari limbah
cair kelapa sawit.
TBS yang diproses di pabrik akan menghasilkan limbah cair POME. Secara alami gas metana dihasilkan
pada kolam-kolam pengolahan limbah cair POME. Limbah cair yang ditampung di dalam kolam-kolam
terbuka akan melepaskan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Kedua gas ini merupakan gas
penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan. Selama ini kedua gas tersebut dibiarkan
saja menguap ke udara. Secara alami proses pembentukan gas metana ini sangat lambat dan gas yang
dihasilkan juga sedikit. Untuk dapat merombak limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biogas dalam
jumlah besar, diperlukan sedikit rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut
bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk memproduksi
biogas. Dapat pula ditambahkan mikroba-mikroba yang akan mempercepat pembentukan gas metana.
Bioreaktor ditutup rapat sehingga memastikan gas metana yang dihasilkan tidak keluar dari bioreaktor.
Gas metana lalu dialirkan atau dipompa ke tangki penampungan. Gas yang sudah tertampung dapat
dikonversi menjadi listrik.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 13
14 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
POINT 3
Keutamaan
PLTg POME
Keutamaan dari PLTBg POME adalah sebagai mengolah plimbah organik yang sangat tinggi
berikut: kadar pencemarannya.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 15
2. Pabrik kelapa sawit dapat mengembangkan PLTBg untuk menggantikan atau menghemat
penggunaan solar dan jika ada kelebihan output listrik yang dihasilkan maka dapat dijual kepada PLN.
Dalam kondisi ini, kontrak dengan PLN akan menggunakan kontrak jual beli kelebihan tenaga listrik
(excess power).
Sebenarnya, skenario pemanfaatan biogas yang dihasilkan dari POME bermacam-macam bukan hanya
dapat dikonversi menjadi listrik, namun dapat juga menjadi gas panas dan bahan bakar. Selengkapnya
pada tabel 1:
Modul ini berfokus pada analisis pembiayaan pengembangan PLTBg dengan posisi pabrik kelapa sawit
atau pihak lain yang ditunjuk sebagai IPP yang mengadakan kontrak PPA dengan PLN.
Pada umumnya terdapat dua bentuk model bisnis pengembangan PLTBg. Model bisnis yang dipilih akan
mempengaruhi bagaimana proyek didanai dan mungkin berdampak terhadap profitabilitas kepada
pihak-pihak yang terlibat. Model bisnisnya adalah sebagai berikut:
Keuntungan dari menggunakan model bisnis BOO adalah bahwa pemilik memiliki kendali penuh atas
proyek tersebut. Jika karyawan pabrik kurang pengalaman untuk mengoperasikan PLTBg, maka bisa ada
kelalaian, penundaan, atau kelebihan biaya. Dalam salah satu variasi model BOO, pabrik kelapa sawit
terlibat kerjasama bisnis dengan pengembang pihak ketiga dan menetapkan perusahaan berbentuk
badan hukum terpisah (SPV) untuk menjalankan proyek biogas. Dalam pengaturan ini, pabrik bertindak
sebagai pemegang saham minoritas, sedangkan pihak ketiga bertindak pemegang saham utama dan
mengelola proyek secara keseluruhan.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 17
Gambar 4. Model bisnis Build, Own, Transfer (BOT)
Keutamaan menggunakan skema BOT adalah tidak terjadi kemunduran atau kemungkinan kecil terjadi
pembatalan proyek. Efisiensi dan kompetensi pengembang proyek dan kepentingan ekonomi dalam
proyek tersebut (ingin mendapat keuntugan yang tinggi) akan menghasilkan efisiensi biaya untuk pabrik
pada akhir masa perjanjian. Kelemahannya adalah struktur ini cukup rumit, memerlukan perencanaan
rinci, waktu, dan uang selama periode konsesi. Selain itu, pengembang proyek harus memiliki komitmen
dan kepentingan untuk menjaga proyek.
d. Sponsor Proyek
Sponsor proyek adalah pihak yang menyediakan modal untuk PLTBg minimal sebesar 20 – 35% dari total
biaya investasi. IPP juga dapat berperan sebagai sponsor proyek apabila menggunakan modal sendiri.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 19
Kesanggupan pendanaan dari sponsor proyek sangat penting ketika IPP mengajukan permohonan
kredit ke Bank.
e. Kontraktor Proyek
Kontraktor proyek direkrut oleh IPP untuk menyediakan jasa pembangunan pembangkit, termasuk sipil
dan mekanikal/elektrikal. Kontrak dikenal dengan istilah Engineering Procurement Construction (EPC).
f. Pemasok Peralatan
Pihak yang berperan sebagai pemasok peralatan, diantaranya yaitu generator.
g. Bank
Pihak yang menyediakan pendanaan kredit yang umumnya berkisar antara 65% - 75% dari total biaya
investasi.
Tahap pembangunan yang diuraikan pada Gambar 6 mengacu kepada Permen ESDM No. 21 Tahun 2016
tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan pembakit Listrik Tenaga
Biogas oleh PT PLN.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 21
POINT 3.2
Unsur Penting
dalam Proyek PLTBg POME
Unsur penting yang perlu diperhatikan oleh Bank dalam pertimbangan pembiayaan proyek PLTBg POME
adalah sebagai berikut:
2. Perjanjian Pembelian
Power Purchase Agreement (PPA) merupakan dokumen penting karena menyangkut sumber pendapatan
utama dari pembangunan proyek PLTBg POME. Harga jual listrik sudah ditetapkan melalui kebijakan
pemerintah (feed in tariff). Berikut ini adalah tarif sesuai Permen yang berlaku saat ini, yaitu Permen
ESDM No. 21/2016.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 23
Harga pembelian listrik yang diatur dalam Permen ESDM mengalami kecenderungan untuk naik dari
waktu ke waktu. Namun demikian untuk setiap PPA yang diterbitkan, maka harganya tetap tanpa
eskalasi selama jangka waktu PPA yaitu 20 tahun. Terhadap kenaikan tarif dalam peraturan baru tersebut,
maka ketentuannya adalah untuk setiap PPA yang sudah diterbitkan namun belum beroperasi, maka
akan mengikuti tarif terbaru. Sedangkan untuk PPA yang sudah beroperasi, hanya dapat mengajukan
perubahan/kenaikan harga sebesar maksimum 85% dari tarif baru.
Berikut adalah 5 (lima) alasan mengapa Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) PLN penting:
a. PPA merupakan dasar untuk menentukan aliran pendapatan untuk proyek energi terbarukan skala
kecil dalam hal penjualan (kWh), harga (Rp / kWh), aliran pembayaran, dan durasi (tahun).
b. PLN adalah satu-satunya pembeli keluaran proyek tenaga listrik swasta energi terbarukan.
c. Penandatanganan PPA merupakan tonggak penting dalam proses pembangunan. PPA menentukan
jadwal pelaksanaan proyek (pembiayaan, konstruksi, uji fungsi, tanggal tenggat waktu operasi
komersial), kondisi operasi, dan tanggung jawab.
d. PPA akan mewajibkan semua izin dan persetujuan yang berlaku sebagai “syarat tangguh” untuk PPA
agar berlaku.
e. Dengan menandatangani PPA, PLN tidak bertanggung jawab untuk kelayakan teknis dan keuangan
proyek. Oleh karena itu, sponsor dan penyandang danalah yang menanggung semua risiko yang
terkait dengan desain, konstruksi dan operasi proyek
b. Financial close harus terjadi dalam waktu 12 bulan sejak tanda tangan PPA; Jika tidak tercapai maka
penetapan sebagai pengembang PLTBg dicabut
c. Pelaksanaan pembangunan/konstruksi wajib mencapai COD dalam jangka waktu maksimal 36 bulan
sejak ditanda tanganinya PPA
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 25
26 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
POINT 4
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 27
Salah satu acuan kerangka yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan dalam menganalisa pengajuan
kredit adalah Equator Principle. Equator Principle adalah kerangkan manajemen risiko kredit untuk
menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial pada pembiayaan proyek. Lembaga
yang mengadopsi equator principle akan mengintegrasikan kebijakan sosial dan lingkungan, peraturan
dan prosedur internal ke dalam pembiayaan proyek.
Berikut ini adalah contoh adopsi Equator principle ke dalam prosedur persetujuan kredit di Standard
Bank, Afrika Selatan.
Berikut adalah integrasi ASRI ke dalam proses pemberian kredit proyek PLTBg yang mungkin dapat
dilakukan oleh Bank.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Bank adalah misalnya sebagai berikut:
a. Screening awal
Dalam tahapan penerimaan calon debitur, bank dapat menerapkan screening awal untuk melihat apakah
proyek PLTBg masuk ke dalam kategori proyek yang dapat dibiayai oleh bank. Screening awal juga dapat
mempertimbangkan apakah perusahaan tidak sedang menghadapi isu-isu lingkungan, tuntutan hukum
dari pihak ketiga, pemogokan karyawan, permasalahan dengan masyarakat, serta isu lingkungan dan
sosial lainnya yang dapat berdampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan. Screening awal juga
melibatkan prosedur untuk melihat apakah perusahaan tidak sedang berada dalam daftar merah atau
hitam dari daftar PROPER.
b. Due diligence
Prosedur due diligence yang dilakukan dapat memasukkan aspek teknis dan lingkungan. Butir penting
due dilligence terkait dengan proyek energi bersih dapat mengacu ke “Pedoman Energi Bersih” untuk
lembaga jasa keuangan yang dipublikasikan OJK. Beberapa poin uji tuntas terkait lingkungan, yaitu:
• Kajian UKL UPL
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 29
• Kajian deskripsi fasilitas proyek
• Kajian prosedur konsultasi publik dan kegiatan
• Kajian dukungan dari masyarakat setempat
Dalam mengkaji UKL UPL, OJK juga sudah mempublikasikan “Dokumen Lingkungan Hidup” yang
memberikan panduan untuk mengkaji UKL UPL bagi staf Bank. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat
menjadi fokus untuk direviu oleh Bank:
• Besaran proyek, pada energi bersih tercermin dalam kapasitas pembangkitan;
• Lokasi proyek, bisa digali informasi dari peta lokasi projek;
• Ukuran pembangkit yang akan dibangun
• Dampak-dampak lingkungan dan sosial yang teridentifikasi dari dokumen UKL/UPL, misalnya pada
tahap konstruksi yaitu gangguan akses jalan; atau tahap operasi misal hasil akhir limbah Biogas yang
sudah ditangkap gas nya dan siap dibuang ke air atau tanah, ternyata kandungan polutannya masih
tinggi
• Aktivitas atau upaya pengelolaan lingkungan hidup
• Tolok ukur (parameter) besaran dampak
• Kelengkapan rencana mitigasi terhadap dampak yang teridentifikasi
• Komponen/parameter lingkungan yang harus dipantau, misalnya pemantauan kualitas udara,
dampak kualitas tanah dan air di lingkungan pembangkit, pengaduan kesehatan masyarakat, dll.
• Tata cara / metode pemantauan termasuk tata cara pelaporannya;
• Lokasi, waktu, dan institusi yang harus melaksanakan pemantauan;
c. Peringkat Internal
Bank dapat mengembangkan sistem pemeringkatan internal, atau Bank juga bisa memasukkan unsur
kepatuhan terhadap regulasi pemerintah di bidang lingkungan, peringkat PROPER, dan penalti bagi
perusahaan yang pernah masuk daftar merah atau hitam dalam PROPER.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin dapat dijadikan contoh pertanyaan dalam membuat rating
internal:
• Sejauh mana komitmen perusahaan terhadap ASRI dan bisnis keberlanjutan?
• Sejauh mana kemungkinan bahwa kolateral akan terkontaminasi?
• Sejauh mana kemungkinan perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban pembayaran utang karena
penyebab lingkungan?
Kedua teknologi ini dapat digunakan untuk mengkonversi POME menjadi biogas, tergantung pada
kebutuhan dan kondisi dari pabrik kelapa sawit. Tabel di bawah ini menyajikan perbandingan antara
sistem CSTR dan CAL.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 31
Tabel 3. Perbandingan antara Sistem Digester CSTR dan CAL
Teknologi Jenis Limbah HRT (hari) P r o d u k s i Biaya Modal Yang perlu dipertimbangkan
Energi (USD/KW)
CAL Cairan kental 20 - 90 Kurang baik Sedang - Membutuhkan lebih
banyak lahan
- Penutup plastik HDPE
seringkali tidak tersedia
secara lokal
- Pemeliharaan penutup
plastik HDPE
CSTR Cair & Padat 20 - 40 Baik Tinggi Modal dan biaya
pengoperasian yang mahal
Aspek terkait yang perlu dipertimbangkan termasuk aspek lingkungan. Bank mungkin tidak memiliki
kapasitas untuk menelaah masalah teknis dan lingkungan, oleh karena itu Bank dapat menyewa
konsultan independen untuk memperoleh pendapat obyektif.
Aspek organisasi proyek juga perlu ditelaah untuk memastikan apakah posisi manajemen kunci diisi oleh
orang-orang yang kompeten.
b. Aspek keuangan
Secara umum, komponen biaya untuk proyek PLTBg mencakup kelompok sebagai berikut:
• Biaya pra investasi
Ini sepenuhnya menjadi beban IPP, mencakup biaya studi kelayakan, biaya manajemen proyek, desain
dan engineering dan perizinan
• Biaya investasi
Meliputi biaya EPC dan biaya non EPC. Biaya EPC terdiri dari biaya biodigester, sistem manajemen biogas,
dan biaya konversi biogas. Biaya non EPC terdiri dari biaya pengadaan lahan, biaya untuk memperoleh
pendanaan, biaya modal kerja untuk 3 bulan pertama operasi sebelum menghasilkan arus kas. Biaya
lingkungan perlu mendapat perhatian apakah IPP sudah mengantisipasi biaya terkait aspek lingkungan
dan sosial, misalnya biaya pengecekan limbah akhir biogas sebelum dibuang ke air dan tanah menjadi
pupuk.
• Biaya operasi dan pemeliharaan
Merupakan biaya yang dikeluarkan selama PLTBg beroperasi, terdiri dari biaya tetap dan variabel
• Biaya bunga pinjaman
Ini biaya pinjaman yang dikenakan oleh Bank atas pinjaman untuk pembangunan PLTBg
Tabel berikut ini menunjukkan kisaran komponen biaya dari total investasi PLTBg:
Bank umumnya menyediakan pendanaan sebesar 70% dari biaya investasi. Bagian 30% disediakan
oleh sponsor proyek. Tools yang dapat digunakan sama seperti analisa keuangan pada umumnya
menggunakan NPV dan IRR.
Adapun dalam analisis keuangan perlu diperhatikan:
• Asumsi yang digunakan, jika asumsi yang digunakan tidak tepat, maka akan menghasilkan proyeksi
keuangan menjadi salah. Misalnya kandungan metana dalam biogas.
• Kelengkapan struktur biaya dan pendapatan untuk mempredikasi arus kas masuk dan keluar dalam
proyeksi keuangan
• Potensi pembengkakan biaya
• Analisis sensitivitas untuk menguji asumsi yang digunakan dan untuk melihat sejauh mana proyek
masih bisa berjalan apabila terdapat gangguan, misalnya penurunan produksi yang berakibat pada
penurunan pendapatan.
Asumsi-asumsi parameter (rule of thumb) untuk perhitungan konversi dari TBS ke POME selanjutnya
biogas dan listrik serta desain kapasitas pembangkit, adalah sebagai berikut:
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 33
Sumber: ICED, 2016
Berikut ini adalah kisaran IRR yang diharapkan oleh masing-masing tipe investor terkait proyek
PLTBg.
Tabel 6. Ekspektasi IRR
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 35
Investasi PLTBg dianggap layak diterima jika IRR lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan atau biaya modal yang dapat diterima. Semakin tinggi IRR, maka proyek tersebut semakin
menarik. IRR untuk proyek PLTBg bervariasi mulai dari 11% - 23% (Winrock, 2015). Struktur pembiayaan,
biaya investasi, lokasi proyek dan skenario pemanfaatan biogas semuanya mempengaruhi IRR.
Pada bagian Lampiran akan disajikan kertas kerja untuk perhitungan IRR dan DSCR (Debt Service
Coverage Ratio) untuk suatu proyek PLTBg.
Jika melihat pada Feed in Tariff, Secara umum, proyek di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Indonesia
Timur, dan Kepulauan mendapatkan tarif listrik lebih tinggi dari Jawa dan Sumatera sehingga dapat
meningkatkan pendapatan proyek. Namun demikian, tentunya biaya investasi di daerah tersebut lebih
tinggi karena faktor transportasi dan pengadaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi IRR PLTBg adalah sebagai berikut:
• Biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan
• Nilai tukar. Sebagian besar komponen PLTBg masih harus impor dari luar negeri
• Skenario pemanfaatan. Skenario yang menguntungkan secara finansial meliputi penjualan listrik
ke PLN atau menggantikan generator diesel. Skenario untuk boiler memberikan IRR yang lebih rendah,
hanya 10% (Winrock, 2015).
• Kualitas bahan baku POME, misalnya volume air limbah dan kandungan nutrisi akan mempengaruhi
produktivitas PLTBg dan mempengaruhi listrik yang dihasilkan.
c. Aspek hukum
Aspek ini mencakup izin-izin yang harus dilengkapi oleh IPP atau debitur, termasuk perizinan perusahaan,
pemegang saham dan kajiannya, kajian manajemen perusahaan, pengalaman sponsor proyek dan
strategi sponsor proyek dalam pengelolaan keuangan, termasuk kebijakan dividen.
Dalam aspek hukum, juga ditelaah kontrak proyek yang mencakup kajian PPA, kajian kontrak EPC, kajian
kontrak operasional dan pemeliharaan, kajian sewa lahan, kajian pengaturan interkoneksi dan distribusi
serta asuransi proyek
Dokumen perijinan minimal yang wajib disampaikan dalam proses pengajuan kredit proyek PLTBg:
Tabel 8 berikut ini menguraikan risiko yang dapat terindentifikasi yang melekat pada proyek PLTBg. Risiko
melekat ini akan menjadi sumber risiko bagi bank. Untuk setiap risiko teridentifikasi, akan dijelaskan juga
contoh upaya mitigasi risiko tersebut.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 39
Kebakaran dan Menyebabkan masalah kesehatan Ikuti standar bahan dan prosedur
Ledakan dan keselamatan bagi pekerja dan pemantauan; kontrol akses dengan pagar;
mengganggu operasi pemeriksaan berkala; menggunakan
akses masuk untuk mengontrol personel;
menyediakan peralatan pemadam kebakaran
dan pelatihan.
A s u r a n s i
kebakaran
Noise Masalah kesehatan bagi pekerja Menyediakan peralatan perlindungan
kebisingan
P e n g e m b a n g Pengalaman, Modal Pengelola yang berpengalaman atau
Proyek konsorsium dengan rekanan yang
berpengalaman dengan pengalaman yang
luas di bidang biogas, terutama di lokasi-
lokasi dengan tantangan yang serupa.
Menyediakan ekuitas yang mencukupi atau
sumber pendapatan lainnya untuk mengelola
risiko.
Lokasi Jarak sumber bahan baku dan jarak Pastikan bahwa lokasinya ideal dengan
ke jaringan distribusi saluran pipa mempertimbangkan kemudahan penyaluran
gas/listrik. bahan baku POME dan beban listrik. Lokasi
yang aman. Idealnya pada atau dekat dengan
sumber bahan baku
Hukum Perizinan yang banyak, izin Pastikan seluruh perizinan sudah dapat
usaha,lingkungan, pembangunan tersedia; tempatkan jaminan yang
dan kewajiban-kewajiban mencukupi.
Pembangunan Penundaan pembangunan Kontrak turnkey project dengan kontraktor,
perencanaan waktu yang reasonable,
pengaturan jadwal sumber daya dan
pengelolaan proyek serta perlindungan
asuransi
Kelebihan Biaya Kelebihan biaya peralatan, biaya Studi kelayakan yang akurat, rancangan
pembangunan, biaya penyediaan perekayasaan dan pengelolaan proyek yang
bahan bakar sesuai, kontrak EPC yang menyertakan tim
dengan pengalaman di bidang biogas. Selain
itu, perlindungan Asuransi mungkin juga
dapat digunakan
Operasi dan
Setelah mengetahui faktor-faktor risiko PLTBg, maka dalam pemberian kredit, bank dapat melakukan
penyesuaian untuk risiko-risiko yang belum atau sulit dimitigasi, yaitu dengan cara:
1. Penentuan tarif bunga yang dibebankan (risk-adjusted)
2. Mendesain rencana monitoring kredit
3. Memasukkan aspek mitigasi risiko, termasuk lingkungan dan sosial dalam perjanjian kredit (covenant)
4. Menolak aplikasi pinjaman, atau
5. Mengoptimalkan portofolio
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 41
POINT 5.2
Pentingnya Monitoring
Kredit yang Memasukan ASRI
Monitoring kredit pada pembiayaan proyek bank harus memperhatikan persyaratan terkait
PLTBg artinya pengawasan secara kontinyu aspek lingkungan dan sosial. Misalnya, risiko
terhadap suatu proyek PLTBg untuk menilai operasional dapat bersumber dari kebocoran gas
kepatuhan terhadap syarat dalam perjanjian atau kandungan polutan di limbah akhir yang
kredit, menilai kualitas kredit, kinerja keuangan merupakan isu lingkungan. Dengan demikian,
dan operasional, serta kemampuan debitur penting untuk memasukkan ASRI ke dalam
untuk membayar kewajibannya. prosedur monitoring kredit.
Proses monitoring dimulai sejak financial close
sampai debitur membayar kembali pinjaman Aspek Penting dalam Monitoring Kredit Proyek
dan bunga. Monitoring kredit bertujuan untuk PLTBg
mengetahui secepatnya perubahan yang dapat
mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja Bank dapat mendesain perencanaan
operasional debitur yang dapat berdampak pada monitoring pada saat kredit dicairkan. Bank
kemampuan debitur dalam membayar pinjaman. dapat menentukan poin penting yang harus
Perangkat utama yang dapat dijadikan perangkat dimasukkan dalam rencana monitoring kredit.
dalam melakukan monitoring kredit adalah Perangkat monitoring kredit dapat dibuat yang
perjanjian kredit (covenant). Perjanjian kredit bersifat “tailored” sesuai dengan kondisi masing-
dapat memasukkan syarat-syarat yang harus masing proyek. Hal-hal yang sudah masuk
dipenuhi selama perjanjian kredit berlangsung. ke dalam perjanian kredit perlu mendapat
Hal-hal yang harus dimasukkan sebagai perhatian dalam proses monitoring. Demikian
perangkat monitoring biasanya berdasarkan juga hal yang kritikal atau menjadi kelemahan
area yang menjadi kelemahan proyek yang proyek dapat dijadikan poin pengawasan dalam
diidentifikasi pada tahap analisa kredit. Biasanya monitoring kredit. Hasil monitoring dituangkan
semakin tinggi risiko kredit maka semakin banyak dalam suatu laporan sebagai informasi penting
informasi yang diperlukan Bank pada proses bagi manajemen bank.
monitoring kredit. Tabel berikut menunjukkan komponen utama
Indikator yang paling mudah dilihat dalam yang dapat dimasukkan dalam perencanaan
monitoring kredit adalah kemampuan debitur monitoring kredit untuk proyek PLTBg.
membayar pokok dan pinjaman dengan tepat
waktu. Namun demikian, pembayaran yang
tepat waktu tersebut tidak menjadi jaminan
bahwa tidak terdapat masalah dalam kredit.
Pada prinsipnya monitoring kredit PLTBg hampir
sama dengan monitoring kredit umum. Namun,
karena proyek PLTBg merupakan proyek yang
kental dengan aspek lingkungan dan sosial, maka
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 43
POINT 5.3
Aspek Penting
dalam Monitoring Kredit
Proyek PLBg
Bank dapat mendesain perencanaan monitoring pada saat kredit dicairkan. Bank dapat menentukan
poin penting yang harus dimasukkan dalam rencana monitoring kredit. Perangkat monitoring kredit
dapat dibuat yang bersifat “tailored” sesuai dengan kondisi masing-masing proyek. Hal-hal yang sudah
masuk ke dalam perjanian kredit perlu mendapat perhatian dalam proses monitoring. Demikian juga
hal yang kritikal atau menjadi kelemahan proyek dapat dijadikan poin pengawasan dalam monitoring
kredit. Hasil monitoring dituangkan dalam suatu laporan sebagai informasi penting bagi manajemen
bank.
Tabel berikut menunjukkan komponen utama yang dapat dimasukkan dalam perencanaan monitoring
kredit untuk proyek PLTBg.
Komponen Keterangan
Monitoring yang dilakukan di Tahap Konstruksi - Rencana keuangan yang terkini setelah
keputusan kredit
- Pihak ahli yang melakukan pengawasan progress konstruksi
- Monitoring pemberitaan di media massa terkait isu lingkungan dan sosial
- Permintaan khusus, misalnya monitoring terkait pasokan peralatan, isu sosial masyarakat terkait
akses ke lokasi proyek
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Monitoring yang dilakukan di Tahap Operasional - Pendekatan yang dilakukan untuk
monitoring di tahap operasi, misalnya terkait dengan status penjualan daya listrik ke PLN
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Ceklis - Kepatuhan terhadap persyaratan kredit
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek lingkungan
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek hukum dan perizinan
Laporan dan dokumen yang diperlukan dari debitur - Rencana keuangan yang terkini dan
tanggal batas waktu penyerahan
- Laporan status proyek dan tanggal batas waktu penyerahan
- Status Manajemen/Action Plan terkait lingkungan dan sosial
- Dokumen kepatuhan lingkungan
- Laporan pihak independen pengawas proyek terkait lingkungan dan sosial
- Investasi yang dilakukan terkait manajemen lingkungan dan sosial
Kunjungan lapangan dan review meeting dengan peminjam - Peserta
- Jadwal
Persyaratan lain - Dokumen lain atau persyaratan spesifik yang disyaratkan dalam
perjanjian kredit
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 45
No. Keterangan Ya Tidak N/A Referensi
KONDISI KEUANGAN
1 Apakah rencana keuangan (financial plan) yang terkini (update) sudah diterima?
2 Apakah isu terkait kondisi keuangan dapat diidentifikasi?
3 Apakah terdapat perubahan signifikan terkait anggaran proyek, biaya proyek atau proyeksi
arus kas?
4 Apakah penurunan atau pengurangan pendapatan sudah diantisipasi?
5 Apakah debitur melakukan audit laporan keuangan?
6 Apakah laporan auditor menyatakan opini wajar tanpa pengecualian?
7 Apakah ada perubahan terkait peringkat kredit debitur (jika ada)
8 Apakah proyeksi anggaran periode lalu cukup akurat?
9 Apakah estimasi anggaran pendapatan cukup untuk membayar bunga dan pinjaman?
STATUS PROYEK
Tahap Konstruksi
1 Apakah arus kas selama periode konstruksi sesuai dengan perkiraan?
2 Apakah progress proyek berjalan sesuai jadwal?
3 Apakah ada perubahan signifikan atau amandemen terkait rencana proyek?
4 Apakah semua kontrak dengan kontraktor telah dibuat?
5 Apakah pembebasan lahan sudah dilaksanakan semua, termasuk akses jalan ke lokasi?
6 Apakah ada faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan skedul proyek?
7 Apakah terdapat isu lingkungan yang muncul?
Tahap Operasi
1 Apakah tahap operasi berjalan sesuai rencana?
2 Apakah penjualan daya listrik sesuai dengan perencanaan keuangan?
3 Apakah pembayaran dari PLN mengalami kendala?
4 Apakah terdapat dokumen proyek yang diamandemen, modifikasi, dihentikan atau diper-
panjang?
5 Apakah terdapat isu atau kejadian yang dapat memengaruhi operasi PLTBg di masa depan
6 Apakah terdapat isu lingkungan dan sosial yang muncul dan berdampak pada kelangsun-
gan PLTBg di masa depan?
KEPATUHAN TERHADAP PERSYARATAN KREDIT
1 Apakah debitur memenuhi jadwal pembayaran pinjaman dan bunga?
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 47
48 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
DAFTAR REFERENSI
1. Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Energi Bersih Buku Pedoman untuk Lembaga Jasa Keuangan.
2. ICED. (2016). Overview of Biogas Power
3. Peraturan OJK No.18/POJK.03/2016 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum
4. Permen ESDM No. 21 Tahun 2016 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa dan pembakit Listrik Tenaga Biogas oleh PT PLN
5. Winrock International. (2015). Buku Panduan Konversi POME menjadi Biogas Pengembangan Proyek
di Indonesia.
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 49
50 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
LAMPIRAN
Berikut ini adalah ilustrasi perhitungan IRR dan DSCR menggunakan kertas kerja dengan format excel
yang mengambil contoh proyek PLTBg dengan keterangan dan asumsi sebagai berikut:
1. Proyek berkapasitas 2 MW
2. Lokasi proyek di Belitung, dan diberikan perbandingan dengan di Sumatera
3. Periode konstruksi adalah 1 tahun
4. Semua laba bersih proyek setelah dikurangi pembayaran bunga dan pokok utang diasumsikan akan
dibayarkan sebagai dividen kepada pemilik
5. Data dan Asumsi lain terdapat pada kertas kerja
Bagian pertama akan menjelaskan perhitungan output listrik yang diproduksi
Bagian kedua akan menyajikan data-data dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan
Bagian ketiga akan menyajikan kertas kerja perhitungan IRR dan DSCR
Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 51
Keterangan:
Availability factor: adalah rasio output aktual dari PLTBG (energi terbangkit) dibagi dengan output
maksimum di atas kertas (energi maksimum). Angka capacity factor selalu di bawah 100%. Untuk PLTBg,
availability factor antara 90 – 95% dianggap sudah cukup baik.
MW (Mega Watt) atau kW (kilo Watt): adalah satuan untuk daya (power). Dalam contoh ini, daya PLTBg
adalah 2 MW atau 2.000 kW.
MWh (Mega Watt hour) atau kWh (kilo Watt hour): adalah satuan untuk energi. Sebagai contoh, jika
suatu PLTBg berdaya/kapasitas 2 MW dioperasikan selama 2 jam, maka energi yang dihasilkan adalah 4
MWh.
Pada skedul diatas, tersedia perhitungan pendapatan penjualan listrik di Belitung dan di Sumatera,
berikut hasil perhitungan IRR nya. Hal tersebut untuk menunjukkan pengaruh perbedaan feed in tariff
terhadap IRR. Namun yang ditunjukkan perhitungannya secara rinci pada kertas kerja adalah di daerah
Belitung.