Anda di halaman 1dari 9

Cara Kerja Pemancar TV

Di dalam Pemancar TV terdapat dua sinyal yang dipancarkan sekaligus, yaitu sinyal gambar dan sinyal
suara. Frekuensi kerja Pemancar TV berada pada spektrum frekuensi VHF (174 - 230 MHz) dan UHF (470
- 806 MHz). Kedua sinyal tersebut dibangkitkan terlebih dahulu di frekuensi antara (IF) dimana sesuai
rekomendasi CCIR frekuensi sinyal pembawa gambar telah ditetapkan sebesar 38,9 MHz dan frekuensi
sinyal pembawa suara 33,4 MHz. Dari sini kemudian frekuensi kedua sinyal ini digeser ke frekuensi
kerjanya sesuai dengan nomor kanal yang dikehendaki. Tentang mekanisme penggeseran frekuensi ini
bisa dibaca lebih lanjut dalam artikel Translasi Frekuensi, sedangkan untuk mengetahui lebih detail
tentang pembangkitan sinyal gambar dan sinyal suara dapat dibaca dalam artikel Modulator
Gambar dan PLL sebagai Modulator FM.

Gambar (1) Diagram Pemancar-TV dengan separate amplifier

Gambar (1) memperlihatkan diagram dari sebuah pemancar TV dimana di dalamnya terdapat dua buah
amplifier. Satu amplifier sebagai penguat sinyal gambar dan satu amplifier lagi sebagai penguat sinyal
suara. Dua buah RF amplifer di dalam Pemancar TV seperti ini sering disebut dengan Separate Amplifier.

Di era sebelum tahun 90-an satu-satunya RF Amplfier yang mampu menghasilkan daya pancar yang
besar hanyalah tabung klystron. Tabung klystron memiliki gain yang sangat besar (40dB), sehingga
dengan gain sebesar ini penguat tabung klystron mampu menghasilkan daya pancar hingga 70 kW cukup
di-drive dengan sinyal input sebesar 7 watt saja. Di sisi lain penguat driver dengan output 7 watt secara
praktis sangat mudah dibuat, sehingga dengan demikian transistor sebagai penguat driver dan tabung
klystron sebagai penguat akhir (Po-Amp) menjadi pasangan yang sangat serasi pada jamannya.

Kelemahan dari penguat tabung klystron adalah sifatnya yang kurang linier, sehingga tidak cocok untuk
digunakan memperkuat dua sinyal sekaligus (sinyal gambar dan suara). Sebab sifat ketidak-linieran-nya
itu akan menyebabkan intermodulasi antar kedua sinyal (saling memodulasi satu sama lain). Itulah
sebabnya di masa itu pemancar-pemancar TV berdaya pancar besar, dengan tabung klystron sebagai
amplifiernya, selalu menggunakan sistem Separate Amplifier. Penjumlahan sinyal gambar dan sinyal
suara kemudian dilakukan di sisi output kedua amplifier.

Dengan semakin membaiknya teknologi komponen, kelinieran amplifier menjadi semakin mudah
diperoleh. Maka pemakaian sistem separate amplifier makin lama makin ditinggalkan. Kini pemakaian
common amplifier (satu amplifier untuk memperkuat dua sinyal) menjadi lebih populer, karena lebih
praktis, lebih sederhana dan lebih murah. Gambar (2) memperlihatkan diagram pemancar TV dengan
sistem Common Amplifier.

Gambar (2) Diagram Pemancar-TV dengan common amplifier

Transistor-transistor RF dengan daya output yang besar kini juga semakin banyak tersedia. Selain itu
transistor, ketika dioperasikan pada titik kerja yang tepat, akan mampu menghasilkan penguatan yang
sangat linier. Selanjutnya, berhubung transistor bekerja pada tegangan yang relatif rendah (48 volt),
maka beberapa penguat transistor dapat disusun secara paralel sedemikian rupa sehingga diperoleh
penjumlahan arus RF dari masing-masing penguat. Perkalian dari tegangan dan jumlah arus RF ini akan
menghasilkan daya RF output yang lebih besar. Susunan penguat transistor dengan daya RF output
hingga 20 kW kini sudah banyak tersedia di pasar.

Bila menginginkan daya pancar yang lebih besar lagi maka penguat Tabung Tetroda dan penguat IOT
(Inductive Output Tube) menjadi pilihan berikutnya. Penguat Tabung Tetroda misalnya, mampu
menghasilkan daya RF output sebesar 30 kW, sedangkan penguat IOT mampu menghasilkan daya output
hingga 100 kW. Kedua jenis penguat tabung ini juga dikenal sangat linier sehingga cocok digunakan pada
pemancar TV dengan sistem Common Amplifier. Untuk mengetahui lebih rinci tentang keistimewaan
kedua penguat ini dapat dibaca lebih lanjut dalam artikel Penguat Tabung dan Penguat IOT.

STANDAR SIARAN TV DI INDONESIA

Pemancar TV di Indonesia mengadopsi sistem PAL-B (VHF) dan PAL-G (UHF) dengan spesifikasi teknik
mengikuti rekomendasi ITU-RBT.470-4. Pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu standar melalui
Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmen) Nomor 76 tahun 2004 tentang “Rencana induk frekuensi
radio untuk keperluan siaran televisi analog pada pita UHF”. Di dalam lampiran Kepmen ini diuraikan
spesifikasi pemancar TV secara umum sebagai berikut:

A. PEMANCAR GAMBAR

1. Jenis Pancaran : C3F – Negatif 


2. Sistem modulasi : AM – Vestegial Side Band (Analog)
3. Jenis Transmisi : Negatif
4. Indeks Modulasi : maksimum 90%
5. Frekuensi Pembawa IF :38,9 MHz

B. PEMANCAR SUARA
1. Jenis Pancaran : F3E 
2. Sistem Modulasi : FM (Analog)
3. Simpangan Frekuensi : +/- 50 kHz (maksimum)
4. Pre-Emphasis : 50 µs
5. Frekuensi Pembawa IF : 33,4 MHz
6. Kekuatan / Daya pancar : Min 5% dan Maks 10% dari daya pancar Pemancar Gambar

C. SPEKTRUM FREKUENSI

Selanjutnya: Transmisi Vestegial Side Band (VSB) atau lompat ke Mekanisme Kerja Stasiun TV


Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele)
dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan
televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban
dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik
perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke
tahun.

Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang
Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang
merupakan awal dari era komunikasi elektronik.

1876 – George Carey menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat
seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan
gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.

1884 – Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan
kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis.

1888 – Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals),
yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar
60 tahun kemudian.

1897 – Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan oleh ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand
Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi cikal
bakal televisi layar tabung.

1900 – Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara
International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.

1907 – Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar
katoda untuk mengirim gambar.

1927 – Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi
modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar
kerja televisi.

1923 – Vladimir Kozma Zworykin, mendaftarkan paten atas namanya untuk penemuannya,
kinescope, televisi tabung pertama di dunia. Setahun kemudian, dia mendapat kewarganegaraan
Amerika Serikat dan menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pittsburgh. Vladimir lahir di
Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope.
Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Dia bekerja di perusahaan elektronik
RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana
US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi.
Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah
kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu
dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang
berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian
sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982).

1939 - tepatnya tanggal 11 Mei, untuk pertama kalinya, sebuah pemancar televisi dioperasikan di
kota Berlin, Jerman. Dengan demikian, dunia mulai berkenalan dengan alat komunikasi secara
visual. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai penghargaan terhadap Powel
Nipkov, ilmuwan terkenal Jerman dan salah seorang penemu peralatan televisi.

1940 – Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1956 – Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan
remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting
bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun.

Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180
paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu
bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.

1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi
dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.

1964 – Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan
Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.

1967 – James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 – Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.

1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic
light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED.
Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin
film transfer yang ringan.

1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi
mencapai 1.125 garis.

1987 – Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber
selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber
kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari
perusahaan Matsushita.

2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma
maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan
Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital
Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi
untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.

Latar belakang pengembangan televisi digital:


-Perubahan lingkungan eksternal
-Pasar TV analog yang sudah jenuh
-Komplain adanya noise, ghost dll
-Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel (Cable Television)

Perkembangan teknologi :
-Teknologi pemrosesan sinyal digital (Digital Signal Processor)
-Teknologi transmisi digital
-Teknologi semikonduktor
-Teknologi peralatan display yang beresolusi tingggi

Keunggulan televisi digital :


-High Definition. 5~6 kali lebih halus dibanding televisi analog
-Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya
-Multifunction. Memberi kemampuan untuk merekam dan mengedit siaran
-Multichannel (satu saluran dapat diisi lebih dari 5 program yang berbeda)
470-580 MHz UHF TV Transmitter

TV transmitter circuit is working on the UHF channell, 470-580 MHz frequency channel 21-34.
This transmitter can radiate as far as 30-100 meters by using a cable 10-20 cm.

TV transmitter requires supplies voltage of 9-15 Volt. However, you can also use a 9v batteries.
This is an important thing to remember for building of the tv ransmitter circuit is that the
dimensions of coil size to match the frequency of the desired work. The value of the spindle is
making coil as follows:
L1, L2 = 3 Turns, diam. 3mm, 0.5mm wire
L3 = 2 Turns, diam. 3 mm, 0.5 mm wire

VHF Video Transmitter for Camera

This is a simple video transmitter that can radiate as far as 50 meters. This video transmitter can
be used with the camera as a source. You can view them on VHF channel analog TV. Supply
voltage to the transmitter can use 9V battery.

Transistor components that are used for a video transmitter is BC548 or you can use another type
of transistor BF199. Meanwhile, other passive components used SMD type. For winding coil L1
is 5 Turns 8 mm in diameter and use wire AWG 0.3-0.5 mm.

Once you up the circuit this video transmitter, antenna use as a cable along the 50 cm. To
determine the frequency of work, turn the trimmer capacitor 22 pf accordance with the frequency
that you want.

Anda mungkin juga menyukai