Anda di halaman 1dari 9

Suku-suku yang ada di papua dan

KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

NAMA : M.FAHREZA RIZKY.W

ABSEN :20

KELAS : XI IPS 2

SMA NEGERI 93 JAKARTA


Suku di Papua
Papua, termasuk pulau yang dihuni oleh beratus-ratus suku-bangsa yang sebagai penduduk asli
pulau Papua. Diperkirakan saat ini jumlah suku-suku di pulau Papua adalah sebanyak 319 suku.
Keunikan suku-suku di Papua ini adalah karena memiliki ras yang berbeda dengan suku-suku
yang ada di Indonesia bagian lain, mereka bukanlah bagian dari ras Proto Malayan maupun
Deutro Malayan. Suku-suku di Papua memiliki ras yang berbeda dengan suku-suku lain di Asia
Tenggara, karena mereka memiliki ras Melanesia atau Negroid, sama dengan suku-suku di
Afrika. Memiliki struktur fisik yang kekar, berkulit gelap dan rambut keriting. Pada masa dahulu
bangsa-bangsa di Afrika menyebar ke seluruh Asia hingga ke wilayah Asia Pasifik. Diperkirakan
suku Papua ini adalah manusia pertama yang hadir di wilayah Asia Tenggara ini, puluhan ribu
tahun sebelum masuknya bangsa-bangsa Melayu. Mereka berasal dari daratan Afrika sejak
zaman es, ketika daratan Asia masih menyatu dengan kepulauan-kepulauan di Asia Tenggara ini.

Suku-suku di Papua
 Abau  Ayamaru  Damal
 Adora  Ayfat  Dani, Ndani
 Aero  Baburua, Babiriwa,  Dem, Lem
 Aghu Babirua, Barua  Demisa
 Aiduma  Baham  Demta
 Aikwakai  Banlol  Dera
 Air Mati  Barau  Dive, Dulve
 Airo Sumaghaghe  Baso  Dosobou
 Airoran  Bauzi (Bazi, Baudi,  Dou, Doufou
 Aiso Bauji, Bauri)  Dubu
 Amabai  Bedoanas  Edopi
 Amanab  Berik  Eipomek
 Amberbaken  Betch-Mbup  Ekagi, Ekari
 Amungme  Bgu, Bonggo  Emari Ducur
 Amungme, Amung,  Biak-Numfor,  Emumu
Hamung Mafoorsch, Noefor  Eritai
 Anu  Biga  Faia
 Araikurioko  Biksi  Faoau
 Arandai  Bipim  Faranyao
 Arfak  Bira  Fayu
 Arguni  Bismam  Foau
 Asienara  Boneraf  Gebe
 Asmat  Borto  Gressi, Gressik
 Atam, Hatam  Brazza  Hambai
 Atogoim, Autohwaim  Bresi  Hattam
 Atori  Bunru  Hmanggona, Hmonono
 Auyu  Buruwai  Humboldt
 Awyi, Awye  Busami  Hupla
 Awyu, Away  Citak Mitak, Cicak  Iha
 Imimkal  Kais  Kaygir
 Inanwatan  Kalabra  Kayumerah
 Irarutu, Irahutu  Kambrau, Kamberau  Keburi
 Iresim  Kamoro  Kembrano
 Iri  Kaniran  Kemtuk, Kemtuik
 Iriemkena  Kanum  Kerom
 Isirawa, Okwasar  Kapauku  Keron
 Ittik-tor  Kapauri, Kapori  Ketengban
 Iwur  Kaptiau  Kiamorep
 Jaban  Karas  Kimagama Kaladar
 Jair  Karfasia  Kimaghama
 Janggu  Karon  Kimbai
 Jinak, Zinak  Kasueri  Kimyal
 Joerat  Kaugat  Koiwai Kaiwai, Kawiai
 Kaeti  Kaunak  Kokoda
 Kaigir, Kayagar Kayigi  Kauwol, Kauwor
 Kaimo  Kawe
Sejarah Suku Asmat

Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka
adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai,
perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat.

Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian
banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat
cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif
yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang
dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka,
yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen /
motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu
arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat,
seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual
untuk mengenang arwah para leluhurnya.

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai
macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di
wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100
km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan
heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh
selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan
jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis
demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah
perkampungan satu dengan lainnya.
Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap,
hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping
itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua
Nugini.

Kondisi Alam
Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup oleh
jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri
dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau Distrik.Hampir setiap hari hujan turun
dengan curah 3000-4000 milimeter/tahun.Setiap hari juga pasang surut laut masuk kewilayah
ini,sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur.Jalan
hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk diatas tanah yang lembek.Praktis tidak semua
kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus berhati-hati agar tidak
terpeleset,terutama saat hujan.

Pertentangan
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah
cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya
dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan
bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya
dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan
hilang resmi dari ingatan.

Persebaran
Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan
jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan
belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat
berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu
disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit
menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan
sebagainya.
Ada istiadat suku asmat
Dalam kehidupan masyarakat Suku Asmat,
masih banyak kebiasaan yang sangat aneh. Salah
satunya, kebiasaan mereka yang sangat mengerikan
dan sulit diterima akal sehat, yaitu saat mereka
membunuh musuhnya.

Mereka masih menggunakan cara-cara zaman


prasejarah. Setelah dibunuh, mayat musuh tersebut dibawa pulang ke kampung. Di kampung,
mayat tersebut dipotong-potong, lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk. Para penduduk itu
berkumpul dan memakan potongan mayat bersama-sama.

Ketika memakan mayat itu bersama-sama,


para penduduk menyanyikan lagu yang mereka sebut
dengan lagu kematian. Tak cukup sampai di sana,
mereka pun memenggal kepala si mayat. Otak mayat
itu diambil, kemudian dibungkus dengan daun sagu.
Setelah itu, otak tersebut dipanggang untuk dimakan
bersama-sama. Betapa mengerikan.

Orang-orang Asmat pandai membuat hiasan ukiran. Hebatnya, mereka membuat ukiran
tanpa membuat sketsa terlebih dahulu. Ukiran-ukiran yang mereka buat memiliki makna, yaitu
persembahan dan ucapan terima kasih kepada nenek moyang. Bagi Suku Asmat, mengukir bukan
pekerjaan biasa. Mengukir adalah jalan bagi mereka untuk berhubungan dengan para leluhur.

Orang-orang Suku Asmat percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal dapat
menyebabkan bencana bagi orang yang masih hidup, menyebabkan peperangan, juga
menyebarkan penyakit. Untuk menghindari hal tersebut, orang-orang Suku Asmat akan membuat
patung dan menyelenggarakan berbagai macam pesta. Di antaranya adalah Pesta Bis, Pesta
Perah, Pesta Ulat Sagu, dan Pesta Topeng.

Ada banyak pertentangan di antara desa asmat. yang paling mengerikan adalah cara yang
dipakai suku asmat membunuh musuhnya. ketika musuh bunuh, mayatnya dibawa kekampung,
kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. mereka
menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. otaknya dibunngkus daun sago dan
dipanggang kemudian dimakan.
Ciri Fisik
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam dan
berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar
162 cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.

Mata Pencaharian
Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang
lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan
suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang
hutan seperti, ular, kasuari, burung, babi hutan dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu
sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari
ketiga suku ini ternyata telah berubah.

Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan,


dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup
tradisional dan sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa
bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau
daging binatang hasil buruan.

Dalam kehidupan suku Asmat “batu” yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat
berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu
disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit
menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan
sebagainya.

Makanan Pokok

Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu,hampir setiap hari mereka makan sagu yang
dibuat jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api.Kegemaran lain adalah makan ulat sagu
yang hidup dibatang pohon sagu,biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah,ditaburi
sagu,dan dibakar dalam bara api.Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap. Namun
yang memprihatinkan adalah masalah sumber air bersih.Air tanah sulit didapat karena wilayah
mereka merupakan tanah berawa.Terpaksa menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air
bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Rumah Adat
Rumah Tradisional Suku Asmat adalah
Jeu dengan panjang sampai 25 meter.Sampai
sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini
jika kita berkunjung ke Asmat Pedalaman.Bahkan
masih ada juga di antara mereka yang
membangun rumah tinggal diatas pohon.

Agama
Masyarakat Suku Asmat beragama Katolik,Protestan,dan Animisme yakni suatu ajaran
dan praktik keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku
Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap ritual ini diadakan,dapat
dipastikan,kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan. (Kal Muller,Mengenal
Papua,2008,hal.31)

Kepercayaan Dasar
Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik
atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila
nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain
itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-
masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi
masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat
yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka
bagi dalam 3 golongan.

 Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
 Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
 Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.

Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut
seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti
berikut ini :

 Mbismbu (pembuat tiang)


 Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
 Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
 Yamasy pokumbu (upacara perisai)
 Mbipokumbu (Upacara Topeng)

Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka,
demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung
dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan
pesta ulat-ulat sagu.

Roh-roh dan Kekuatan Magis

 Roh setan

Kehidupan orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka memiliki
kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus, yang
semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2 kategori :

1. Setan yang membahayakan hidup. Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang
Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan
hamil yang telah meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa
penyakit dan bencana (Osbopan).

2. Setan yang tidak membahayakan hidup. Setan dalam kategori ini dianggap oleh masyarakat
Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka
menakut-nakuti dan mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya
baik terutama bagi keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai yi-
ow

 Kekuatan magis dan Ilmu sihir

Orang Asmat juga percaya akan adanya kekuatan-kekuatan magis yang kebanyakan adalah
dalam bentuk tabu. Banyak hal -hal yang pantang dilakukan dalam menjalankan kegiatan sehari-
hari, seperti dalam hal pengumpulan bahan makanan seperti sagu, penangkapan ikan, dan
pemburuan binatang.

Kekuatan magis ini juga dapat digunakan untuk menemukan barang yang hilang, barang curian
atau pun menunjukkan si pencuri barang tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan
magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan topan.

Anda mungkin juga menyukai