Anda di halaman 1dari 48

KEMAMPUAN DINAMIS TERHADAP KINERJA

PERUSAHAAN

Nama : Rosmauli sianturi

Npm :17510183

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

2020

i
DAFTAR ISI

COVER
...............................................................................................................................

DAFTAR ISI
...............................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................................................................

1.1 Latar belakang


........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep kemampuan dinamis (dynamic capability)

ii
2.2 Kinerja perusahaan

20

2.2.1 Pengertian kinerja perusahaan


.......................................................................................................

20

2.2.2 pengertian pengukuran kinerja perusahaan dan

penilaian kinerja perusahaan


..............................................................................................

25

2.2.3 Pengendalian dan kinerja perusahaan


.......................................................................................................

26
.......................................................................................................

2.2.4 Tujuan penilaian kinerja perusahaan


.......................................................................................................

27

2.2.5 Tujuan pengukuran kinerja


.......................................................................................................

27

2.2.6 Manfaat pengukuran kinerja perusahaan


.......................................................................................................

27

iii
2.2.7 Manfaat penilaian kinerja perusahaan
.......................................................................................................

28

2.2.8Ukuran kinerja perusahaan


.......................................................................................................

30

2.3 Hubungan kemampuan dinamis dengan kinerja perusahaan

31

2.4Hubungan kemampuan dinamis dengan kinerja inovasi

33

2.5 Kemampuan dinamis dan dinamika lingkungan

35

2.6 Hubungan kinerja inovasi dengan kinerja perusahaan

37

BAB III PENUTUP


...............................................................................................................................

38

3.1 Kesimpulan

iv
........................................................................................................................

38

3.2 Saran
........................................................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................................................

40

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan atau bisnis memiliki sumberdaya yang berbeda


satu sama lain, dikarenakan kemampuan akuisisi masing-masing perusahaan
atas sumberdaya juga berbeda-beda. Sumber daya dapat dikonversi menjadi
produk akhir atau jasa dengan menggunakan berbagai aset perusahaan lain
dan mekanisme ikatan, seperti sistem teknologi, manajemen informasi,
sistem insentif, kepercayaan antara manajemen, tenaga kerja, dan banyak
lagi. Sumberdaya ini terdiri dari knowhow (pengetahuan) yang dapat
diperdagangkan (hak paten dan lisensi), aset keuangan atau fisik (properti,
pabrik dan peralatan), modal manusia, dan lain-lain (Amit & Schoemaker,
1993). Kemudian "sumber daya dasar" dari sebuah organisasi atau
perusahaan termasuk yang berwujud, tidak berwujud, aset manusia (atau
sumber daya), kemampuan yang dimiliki organisasi, kontrol, atau memiliki
akses ke pada basis preferensial (Helfat, 2007), dengan demikian jelas bahwa
perbedaan sumberdaya akan berbeda satu perusahaan dengan yang lainnya,
karena aspek “preferensial” perusahaan baik dari segi pasar maupun
operasional.

Indonesia sebagai negara yang besar baik dari luas, jumlah penduduk
maupun keragaman sumber daya alam yang dimiliki, jika meninjau dari teori

1
2

RBV seharusnya dapat memberikan keunggulan bersaing yang


berkelanjutan, baik pada tingkatan negara (publik) ataupun pada perusahaan-
perusahaan (privat). Sumber daya alam yang melimpah tidak menjadikan
Indonesia makmur seperti yang dikatakan dalam pepatah “gemah ripah loh
jinawi”, dan perusahaanperusahaan yang ada didalamnya menjadi unggul
karena ketersediaan sumber daya alam dan modal manusia yang banyak.
Selain itu, jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia sebagai pasar
yang besar bagi perusahaan-perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atas produk barang dan jasa. Ketersediaan sumber daya yang
besar ini menjadikan Indonesia dan perusahaanperusahaan didalamnya
seperti terkena “kutukan sumber daya alam” (Frankel, 2010) karena merasa
sudah dicukupi kebutuhan nya dari alam yang di karakterisasi oleh tingginya
tingkat kemiskinan.

Untuk dapat lepas dari kutukan sumber daya alam, maka


perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia harus mengembangkan
kapabilitas yang dimiliki-nya. Pembangunan dan pengembangan kapabilitas
menjadi hal yang mutlak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan karena
kapabilitas inilah yang menjadi kunci sukses sebagai sumber daya yang
VRIN. Pembangunan dan pengembangan ini harus dilakukan dengan selalu
memperhatikan kondisi lingkungan bisnis, baik level negara maupun global.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh WEFORUM (World
Economic Forum) dikatakan bahwa lingkungan bisnis di Indonesia
3

bermasalah dari faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur yang


lemah, akses kepada pembiayaan dan tingkat korupsi yang tinggi.

Dalam studi pembahasan mengenai kemampuan dinamis (Dynamic


Capability) terhadap kinerja perusahaan menarik perhatian penulis
dikarenakan kebutuhan dan keingintahuan yang besar tentang dua hal
sekaligus yaitu: (1) pencapaian kinerja perusahaan (2) perubahan lingkungan
yang dinamis dan makin tidak menentu. Pertama, penjelasan tentang
bagaimana perusahaan dapat berbeda-beda kinerja dan kesuksesannya
diatributkan kepada keunggulan kompetitif sebab perusahaan sudah sulit
bersaing dalam keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif perusahaan
hanya dapat ditempuh dengan utilisasi sumberdaya non fisik yang paling
berharga bagi perusahanan yaitu pengetahuan. Kedua, kedinamisan
merupakan realitas bisnis masa kini, yaitu lingkungan eksternal perusahaan
yang cepat berubah yang dipicu oleh kecepatan sirkulasi informasi, kurva
belajar yang lebih pendek untuk penemuan atau inovasi teknologi baru, dan
perubahan faktor sosial ekonomi politik yang sulit diprediksi. Kapabilitas
diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk mengorganisasikan
sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan
yang tidak mampu (tidak memiliki kapabilitas yang cukup) untuk mengenali
adanya perubahan dinamisan lingkungan, atau yang mampu mengenali
perubahan tetapi tidak mampu beradaptasi akan menjadi tidak kompetitif.
Ketidakmampuan berkompetisi merupakan pertanda kemandegan atau akhir
dari sebuah perusahaan.
4

Teece dkk (1997) konsep kemampuan dinamis mendapat perhatian


secara khusus dari tataran konsep hingga pencarian bukti empirik. Definisi
konsep kapabilitas dinamis menurut pembuat terminologinya (Teece dan
Pissano, 1994) adalah “the subset of the competences/capabilities which
allow the firm to create new products and processes and respond to changing
market circumstances.” Kemudian disempurnakan lagi bahwa kemampuan
dinamis didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
mengintegrasikan, membangun, mengkonfigurasi kompetensi internal dan
eksternal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Pendapat Teece et.al
(1997) lebih menitik beratkan kemampuan dinamis sebagai respon atas
perubahan lingkungan. Eisenhardt dan Martin (2000) membahas kapabilitas
dinamis dalam konteks menciptakan kemampuan tanpa menunggu krisis dari
lingkungan eksternal, dimana kapabilitas dinamis adalah prosedur dan
aktifitas rutin organisasi dalam mengintegrasikan, merekonfigurasi,
mendapatkan atau bahkan melepas sumberdaya perusahaan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.

Studi konseptual mengenai kemampuan dinamis dan pengaruhnya


terhadap kinerja perusahaan sudah cukup banyak, pertanyaannya adalah
bagaimana melakukan studi empirik sehingga memberikan implikasi
manajerial atau bisnis yang dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam
pengambilan keputusan. Bagaimana membumikan konsep kapabilitas
dinamis menjadi kerangka operasional yang dapat dipergunakan untuk
memeriksa apakah perusahaan sudah memiliki kapabilitas dinamis atau
5

belum. Disinilah studi kerangka konseptual hubungan antara kapabilits


dinamis terdaphap kinerja perusahaan menjadi penting. Dengan demikian,
studi ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi teoretis bagaimana
menurunkan konsep kapabilitas dinamis menjadi variabel operasional yang
dapat diukur dalam kinerja perusahaan.

Kinerja yang baik merupakan tujuan dari setiap organisasi baik


organisasi nirlaba maupun organisasi yang berorientasi laba. Dalam
manajemen stratejik, ada 2 (dua) pendekatan teori besar dan sangat terkenal
yaitu pendekatan teori organisasi industrial (Industrial Organization) dan
teori berbasis sumber daya (Resource Based View). Kedua teori ini
mempunyai perbedaan pandangan di mana teori organisasi industrial
memandang bahwa kinerja perusahaan banyak ditentukan oleh kinerja
struktur pasar dan atau struktur industri di mana perusahaan tersebut berada.
Jika industrinya berkembang maka kinerja perusahaan tersebut akan
mengikuti apa yang terjadi dalam industrinya. Pendekatan berbasis sumber
daya (Resource Based View) mempunyai pandangan yang berbeda dimana
kinerja perusahaan diyakini ditentukan oleh sumber daya internal perusahaan
tersebut yang dapat dikelompokkan pada sumber daya manusia, sumber daya
fisik dan sumber daya organisasi (Barney, 1991).

Kinerja diartikan sebagai catatan hasil pada pelaksanaan fungsi kerja


atau aktifitas dalam kurun waktu tertentu (Keban, 2004). Mengingat kinerja
merupakan sebuah catatan dan atau tampilan dari hasil, maka kinerja perlu
diukur dan tentu saja dipresentasikan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
6

Pengukuran kinerja mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari


aspek metode maupun dimensi yang diukur. Beberapa metodologi
pengukuran kinerja dikenalkan oleh para ahli untuk mendapatkan kinerja
yang baik dan berkesinambungan. Norton dan Kaplan (1992)
memperkenalkan Balanced Scorecard sebagai alat manajemen dalam
pengukuran kinerja yang pada perkembangannya menjadi alat manajemen
strategi perusahaan. Neely et al. (2001) mengenalkan metode atau alat
pengukuran kinerja yang lain yang diberi nama Performance Prism (Prisma
Kinerja) yang terdiri dari 5 (lima) bidang yang digambarkan saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lain dimana setiap bidang
mewakili faktor-faktor yang diukur yaitu Stakeholder satisfaction, strategies,
processes, capabilities dan stakeholder contribution. Di samping metode
tradisional yang hanya mengukur faktor keuangan, Balanced scorecard dan
Performance Prism, masih banyak alat atau model pengukuran kinerja yang
dikembangkan para ahli seperti misalnya IPMS (Integrated Performance
Measurement System), SMART (Strategic Management Analysis and
Reporting Technique), CPMF (Cambridge Performance Measurement
Framework) dan lain-lain.

Jika dipandang dari pendekatan strategi sumberdaya RBV, nampak


bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia kurang mampu memaksimalkan
aset-aset nya baik aset fisik maupun intangible menjadi kinerja perusahaan.
Terutama konversi aset fisik menjadi kegiatan-kegiatan yang menghasilkan
kinerja yang secara kasat mata harus lebih tinggi namun kenyataannya tidak
7

seperti yang diharapkan. Aset atau sumberdaya non fisik yang tidak nampak
atau intangible berupa kapabilitas-kapabilitas perusahaan baik dari sisi
fungsional tidak terkelola dengan baik. Respon atas perubahan lingkungan
perusahaan pada sektor-sektor yang ada di BEI nampak cukup lambat atau
bahkan dikatakan tidak ada.

Pada pandangan kapabilitas dinamis, yang menyatakan kapabilitas


perusahaan dalam memindai peluang dan perubahan lingkungan, memasuki
peluang dan merekonfigurasi sumberdaya dan kapabilitas pada
perusahaanperusahaan di Indonesia berpeluang cukup rendah. Sehingga
perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya para direksi atau top
management team harus memikirkan kembali strategi berbasiskan kapabilitas
nya untuk mencapai kinerja perusahaan yang berkesinambungan. Strategi
kapabilitas yang dimungkinkan adalah melalui pengembangan kapabilitas
internal perusahaan dan melalui aliansi strategis.

Pengembangan kapabilitas dalam perusahaan dapat dilakukan dengan


berbagai strategi meliputi pengembangan internal dalam perusahaan melalui
berbagai proses try and error, pengembangan bersama melalui aliansi
strategis dan terakhir adalah dengan melakukan akuisisi kapabilitas. Pilihan
pengembangan kapabilitas ini mempunyai dampak secara strategis,
operasional dan finansial yang berbeda-beda. Sehingga perusahaan-
perusahaan harus mempertimbangkan strategi pengembangan kapabilitas.
Strategi pengembangan kapabilitas dengan akuisisi merupakan cara terakhir
yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kapabilitas
8

perusahaan karena secara finansial membebani cukup besar. Sedangkan


strategi pengembangan secara internal mempunyai resiko kegagalan yang
tinggi dan juga secara finansial akan membebani perusahaan. Sehingga
aliansi strategis merupakan pilihan yang viable bagi perusahaan untuk
pengembangan kapabilitas-kapabilitas nya.

Oleh karena itu penulis akan menjelaskan dalam laporan ini


bagaimana kemampuan dinamis (dynamic capability) dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan dan bagaimana hubungan kemampuan dinamis terhadap
kinerja perusahaan, lingkungan,dan kinerja inovasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kemampuan Dinamis (dynamic capability)

Dari sudut pandang manajemen strategis, terdapat dua arus pendekatan


untuk menjelaskan daya saing. Pertama, arus Porter (1979) yaitu pendekatan
mtht

yang bertumpu pada analisis lingkungan eksternal perusahaan, dimana


struktur industri merupakan faktor penentu daya saing perusahaan. Kedua,
arus Barney (1991) dan Wernerfelt (1984) yang bertumpu pada lingkungan
internal perusahaan sebagai faktor penentu keunggulan daya saing. Arus
kedua ini dikenal sebagai resource based view (RBV). RBV memandang
bahwa faktor krusial untuk unggul dari kompetitor adalah sumberdaya,
kompetensi, keterampilan, dan kapabilitas. Yang dimaksud dengan
sumberdaya perusahaan adalah sumberdaya fisik dan non fisik yang dapat
dikelola perusahaan untuk bertahan dan berkinerja tinggi dalam bisnis
(Barney, 1991). Sedang kompetensi, teknologi, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, kemampuan merupakan aset non fisik (intangible) yang dikenal
juga dengan sebutan “knowledge based view” (Boisot, 1998).

9
Kemampuan dinamis muncul sebagai perluasan dari RBV, dimana RBV
bicara tentang bagaimana perusahaan mengakumulasi sumberdaya berharga
contohnya aset teknologi, aset properti intelektual. Tetapi pada kenyataannya

10
10

keunggulan perusahaan tidak dikarenakan oleh kepemilikan


sumberdayanya saja, tetapi bagaimana kemampuan dinamis terhadap kinerja
perusahaan untuk secara efektif mengintegrasikan, mengkoordinadsikan,
membangun, dan merekonfigurasi sumberdaya yang dimilikinya tersebut. Teori
dynamic capabilities pertama kali dikembangkan oleh teece dan pisano
(1994),terkait dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan ,membentuk
kembali, mengasimilasi pengetahuan dan keterampilan tetap berada didepan
dalam lingkungan persaingan yang selalu berubah dengan cepat. Menurut Teece
dan Pisano (1994) pengembangan sebuah paradigma diperlukan untuk
menjelaskan bagaimana keunggulan kompetitif diperoleh dan dipertahankan

Di titik inilah arti pentingnya kapabilitas dinamis organisasi. kapabilitas


dinamis terdiri dari dua kata yang masing masing memiliki makna , istilah
“dinamis” mengacu pada kapasitas untuk memperbarui kompetensi sehingga
mencapai kesesuaian dengan perubahan lingkungan bisnis.Respon inovatif
diperlukan saat jangka waktu dan jangka penting, tingkat perubahan teknologi
sangat cepat dan sifat persaingan dan pasar masa depan sulit ditentukan
.sedangkan istilah “kemampuan” menekankan peran kunci manajemen strategis
dalam menyesuaikan,mengintegrasikan,dan konfigurasi ulang, sumberdaya, dan
kompetensi fungsional perusahaan secara tepat agar sesuai dengan kebutuhan
lingkungan yang berubah.jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan dinamis
adalah respon inovatif dari perusahaan dalam menghadapi lingkungan yang
berubah cepat dengan menyesuaikan sumberdaya dalam perusahaan tersebut.
11

Dynamic capabilities atau kemampuan dinamis adalah kerangka


manajemen strategis yang menekankan kemampuan perusahaan untuk
beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan yang cepat berubah sebagai
sumber utama keunggulan kompetitif dalam dunia bisnis modern. Kemampuan
semacam ini memungkinkan perusahaan untuk tetap mencapai dan
mempertahankan keunggulan kompetitif ketika lingkungan bisnis berubah.
Kemampuan dinamis sangat penting untuk bergerak melampaui keuntungan
jangka pendek dan menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Beberapa kemampuan utama semacam ini termasuk :Pemindaian lingkungan
secara proaktif,Fokus pada permintaan pasar, umpan balik konsumen, dan
perbaikan berkelanjutan,Manajemen teknologi bisnis yang sukses,Kesiapan
untuk mengkonfigurasi ulang struktur, sumber daya, dan kompetensi
perusahaan dengan cara yang inovatif.

Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan keuntungannya, segala


kecocokan antara kekuatan internal dan lingkungan eksternalnya harus dinamis.
Artinya, perusahaan harus mampu mengubah basis sumber internalnya ketika
lingkungan eksternal berubah. Tujuannya adalah mengembangkan sumber daya,
kemampuan, dan kompetensi yang menciptakan kecocokan strategis dengan
lingkungan perusahaan. 

Kekuatan internal perusahaan harus berubah dengan lingkungan


eksternalnya secara dinamis. Tidak hanya kemampuan dinamis yang
memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar,
tetapi mereka juga memungkinkan perusahaan untuk menciptakan perubahan pasar
12

yang dapat memperkuat posisi strategis mereka. Perubahan-perubahan pasar yang


dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan proaktif memperkenalkan keadaan yang
berubah-ubah, di mana lawan yang lebih reaktif mungkin dipaksa untuk
menanggapi.

Peneliti Teece, Pisano dan Shuen (1997) berpendapat bahwa


kemampuan dinamis menjadi faktor kunci bagi perusahaan untuk tetap
kompetitif di tengah perubahan lingkungan yang dinamis. Kapabilitas dinamis
membuat kinerja perusahaan mampu mengintegrasikan, membangun, dan
mengkonfigurasi ulang sumberdaya dan kompetensi yang dimiliki. Disini Teece
dkk (1997) hendak mengingatkan bahwa kompetensi perusahaan harus terus
diadaptasikan terkait dengan perubahan-perubahan dari luar perusahaan. Teece
mengidentifikasi tiga proses kaemampuan dinamis terhadap kinerja perusahaan
yaitu: (1) koordinasi dan integrasi aktifitas observasi; (2) aktifitas belajar sebagai
aktifitas sosial kolektif yang dapat berupa eksperimen hal-hal baru (3)
rekonfigurasi dan restrukturisasi sumberdaya perusahaan berdasarkan observasi
terhadap pasar serta lingkungan teknologi yang berkembang.

Terdapat tiga pengungkapan obsevasi dalam kapabilitas atau kemampuan


dinamis:

1. kemampuan dinamis terdiri dari proses strategis dan organisasi yang


spesifik seperti pengembangan produk, aliansi, dan pengambilan keputusan
strategis yang menciptakan nilai bagi perusahaan dipasar dinamis dengan
manipulasi sumberdaya menjadi strategi menciptakan nilai baru.
13

2. Kemampuan dinamis bukanlah abstraksi yang tidak jelas dan tidak


tanggap.kemampuan ini yang sering memiliki alur penelitian empiris yang
luas yang terkait dengannya, menunjukkan kesamaan diseluruh perusahaan
yang efektif atau apa yang dapat disebut ‘praktik terbaik’.oleh karena itu
kemampuan dinamis memiliki persamaan, homogenitas, dan substitusi
yang lebih tinggi diseluruh perusahaan dari pada pemikiran tradisional.
3. Pola kemampuan dinamis yang efektif bervriasi dengan dinamisme pasar.

Beberapa indikator kapabilitas dinamik diantaranya yang diturunkan dari


definisi Teece dan Barreto diatas diantaranya:

1. Perusahaan secara sistematis mencari konsep/mode baru


produksi/manufaktur melalui proses observasi di luar perusahaan
2. Perusahaan secara sistematis melakukan forum diskusi untuk
mengidentifikasi peluang baru
3. Perusahaan aktif bekerja sama dengan mitra baru untuk mengembangkan
kompetensi karyawan
4. Hubungan karyawan adalah sumber informasi penting untuk
mengembangkan modal virtual perusahaan
5. Untuk setiap peluang bisnis baru, manajemen perusahaan telah melakukan
proses transfer karyawan yang baik
6. Perusahaan sudah memiliki sistem database yang memetakan tingkat
kompetensi karyawan dengan cukup akurat
14

Kemampuan untuk mencapai competitive advantage pendekatan


dynamic capability menurut Teece Pisano and Shuen (1997) menekankan
pada dua aspek yakni :

 aspek dynamic yaitu kapasitas untuk memperbaharui kompetensi sehingga


sesuai dengan perubahan lingkungan bisnis. Tentu saja respon inovatif
sangat dibutuhkan ketika perubahan yang terjadi semakin cepat.
 Aspek kapabilitas menekankan pada peran kunci manajemen strategi
dalam melakukan adaptasi,integrasi dan rekonfigurasi skill sumberdaya
internal maupun eksternal organisasi dan fungsi kompetensi untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.

Demikian pula pendapat dari Eisenhardt dan Martin (2000) mengemukakan


bahwa proses kemampuan dinamis merupakan “specific and identifiable
routines”, artinya rutinitas kinerja dalam perusahaan yang spesifik, detail yang
khas (idiosinkratis), serta dapat diidentifikasi. Proses kapabilitas dinamis oleh
Eisenhardt dan Martin (2000) dikategorikan menjadi tiga yaitu: (1) kapabilitas
dalam mengintegrasikan pengambilan keputusan strategis dengan rutinitas
operasional perusahaan; (2) kapabilitas dalam merekonfigurasi sumberdaya
internal seperti pengalokasian sumberdaya, manajemen kolaborasi antar pekerja;
dan (3) kapabilitas dalam mendapatkan serta mengalokasikan sumberdaya
perusahaan, seperti membangun aliansi, melepas atau memindahkan
sumberdaya.
15

Eisenhardt dan Martin (2000) membedakan kemampuan dinamis


berdasarkan dua tipe dinamika lingkungan eksternal: (1) lingkungan eksternal
berdinamika sedang, dimana perubahan lingkungan atau pasar terjadi secara
linier, dan struktur industri relatif stabil sehingga perusahaan bertumpu pada
efisiensi dan mengeksploitasi keunggulan yang sudah ada; (2) lingkungan
eksternal berdinamika cepat, yaitu perubahan lingkungan yang tidak linier, dan
struktur industri yang bergeser atau terus berubah. Pada kondisi ini,
mengeksploitasi keunggulan saja, atau efisiensi saja menjadi tidak cukup untuk
dapat kompetitif. Diperlukan kedinamisan kemampuan perusahaan untuk dapat
melihat, mengadaptasi, dan bertindak sebagai antisipasi dan respon atas
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap kinerja perusahaan

Sementara itu Zollo dan Winter (2002) berpendapat bahwa kemampuan


dinamis merupakan aktifitas kolektif yang terpola dan dapat dipelajari, sehingga
kinerja perusahaan secara sistematis membangkitkan dan memodifikasi
operasional kinerjanya agar makin efektif. Hal tersebut mengindikasikan suatu
proses belajar yang kontinu dalam memperbaiki kinerjanya, sehingga kapabilitas
dinamis tidak berarti suatu tindakan reaktif jika dirasakan terjadi perubahan
lingkungan saja (Ferdinand, Graca, Antonacopoulou, Easterby-Smith, 2004).

Dalam pandangan Zollo dan Winter (2002), proses kemampuan dinamis


perusahaan merupakan rangkaian proses evolusi yang terdiri dari variasi, seleksi,
dan implementasi.Proses variasi artinya perusahaan mencari ide atau
pengetahuan baru untuk menyelesaikan persoalan atau tantangan bisnis yang
dihadapi. Kemudian melalui proses seleksi, dilakukan evaluasi ide-ide potensial
16

untuk meningkatkan efisiensi dari praktek bisnis/kerja yang sudah berjalan, atau
bahkan membangun praktek-praktek kerja baru yang lebih efi sien. Proses
seleksi ini sangat berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki perusahaan sebelumnya, sehingga logis jika kapabilitas dinamis disebut
idiosinkratis, khas, yang berbeda tiap kinerja perusahaan. Proses ketiga yaitu
implementasi, atau disebut juga rutinisasi, meerrupakan proses implementasi,
menanam ide-ide baru yang telah diseleksi dalam operasional kineerja
perusahaan. Dalam proses seleksi ini terlihat bahwa kapabilitas dinamis tidak
lepas dari proses-proses pengambilan keputusan strategis oleh pihak manajemen.

Alsos, Borch, Ljunggren, Madsen (2007) telah membangun kerangka


operasional kapabilitas dinamis terhadap kinerja perusahaanyang terdiri dari
empat dimensi yaitu: (1) dimensi eksplorasi eksternal; (2) dimensi eksplorasi
internal; (3) dimensi eksploitasi eksternal; (4) dimensi eksploitasi internal.
Manifestasi dari dimensi eksplorasi eksternal adalah melakukan observasi
lingkungan eksternal untuk mengidentifi kasi dan mengevaluasi peluang dari
luar, adaptif terhadap teknologi dan perkembangan pasar, serta terbuka untuk
mengadopsi praktek terbaik. Dimensi eksplorasi internal adalah melakukan
akuisisi sumberdaya dari luar melalui koneksi atau jejaring karyawan dengan
pihak eksternal perusahaan terkait. Dimensi ekploitasi eksternal adalah mencari
dan mengimplementasikan inisiatif baru yang diperolah dari pengetahuan baru
sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan rekonfigurasi
sumberdaya yang dimiliki agar mendukung ide-ide baru yang akan diterapkan.
Dimensi eksploitasi internal adalah pembaharuan sumberdaya perusahaan agar
17

mampu terus adaptif menghadapi berbagai perubahan lingkungan, mampu


menggunakan pengetahuan dan pengalaman baru untuk menghasilkan inovasi.
Pembaharuan sumberdaya ini dapat dilakukan dengan meningkatkan RdanD
untuk pengembangan produk, memobilisasi atau rotasi karyawan ke berbagai
proyek yang sesuai untuk mendedahkan karyawan terhadap pengetahuan dan
pengalaman baru

Kemampuan dinamis (dynamic capability) yang telah dibahas diatas,


memberikan gambaran bagaimana kemampuan kinerja perusahaan untuk
merespon perubahan-perubahan dari luar dengan terus beradaptasi dan
berinovasi. Tetapi, kehidupan perusahaan harus secara bersamaan
memperhatikan daya saing dan keuntungan saat ini dan serta keberlangsungan
hidup di masa mendatang, jangka pendek dan jangka panjang. Bagaimana
perusahaan meramu sumberdayanya secara seimbang dan optimal untuk
menghasilkan daya saing merupakan proses belajar yang panjang dan terus
berkelanjutan (March, 1991). Manifestasi capaiannya dapat terlihat dari inovasi
yang terjadi/dihasilkan perusahaan.

March (1991) mengelaborasi konsep eksplorasi dan eksploitasi untuk


menjelaskan bagaimana proses kemampuan dinamis pada kinerja perusahaan
dalam meramu sumber dayanya untuk menghasilkan capaian inovasi. Eksploitasi
adalah mengeksploitasi keunggulan sumberdaya fisik dan non fisik yang sudah
ada, unsur kepastian tinggi karena melakukan bisnis seperti yang sudah berjalan,
dengan meningkatkan efisiensi. Profit dapat terprediksi jelas dalam jangka waktu
pendek. Sedangkan eksplorasi adalah mengeksplorasi kemungkinan baru melalui
18

riset, eksperimen, fleksibilitas mencari dan menemukan alternative alternatif


baru. Unsur kepastian rendah dan profit kemungkinan didapatkan dalam jangka
panjang. Contoh eksplorasi adalah pembangunan produk baru yang ditujukan
untuk pasar yang baru berkembang (Jansen, Van den Bosch, and Volberda,
kemampuan dinamis terhadap kinerja perusahaan dihadapkan pada persoalan-
persoalan bagaimana menyeimbangkan alokasi sumberdaya fisik dan non fisik
dalam menerapkan strategi eksploitasi dan eksplorasi. Perusahaan yang fokus
pada ekploitasi dan menutup kemungkinan eksplorasi akan menghadapi
kekakuan mahia atau dalam istilah bahasa Inggrisnya disebut “core rigidities”
(Barton, 1992), yaitu terkunci pada kemampuan yang biasa didayagunakan,
tanpa melakukan inovasi baru. Sehingga untuk bertahan secara kompetitif dalam
jangka panjang, perusahaan seharusnya melakukan eksploitasi untuk
memperkuat daya saingnya pada saat ini, dan juga melakukan eksplorasi untuk
memastikan tetap bertahan dan berdaya saing di masa mendatang.

Identifikasi dan eksploitasi sumber daya strategis tersebut memungkinkan


untuk mengembangkan strategi persaingan yang berbasis pada sumber daya
perusahaan. Untuk itu penting bagi perusahaan untuk mengidentifikasi,
mengetahui, dan menganalisis sumber daya dan kemampuan mereka untuk
menemukan yang superior atau berbeda (different). Lebih lanjut mereka dapat
menciptakan kegiatan yang unik atau aktivitas yang superior dibandingkan
dengan pesaingnya dengan hasil yang lebih baik (Barney, 2003). Prahalad dan
Hamel (1997), untuk resource ini menggunakan terminologi yang berbeda yaitu
core competencies (kompetensi inti). Kompetensi inti adalah pembelajaran
19

kolektif dalam organisasi, khususnya bagaimana mengoordinasikan skill


produksi yang beragam (diverse) dan mengintegrasikan multiple stream dari
berbagai teknologi. Dengan kata lain kompetensi inti adalah seperangkat
(bundle) skill dan teknologi yang membuat perusahaan mampu memberikan
benefit tertentu kepada customer.

Keunggulan daya saing perusahaan menurut Teece dan Pisano (1997)


berasal dari kemampuan dinamik yang berakar didalam kegiatan rutin
perusahaan tersebut, melekat dalam proses-proses kegiatan perusahaan, dan
terkondisikan selama beroperasinya atau berdirinya perusahaan. Selanjutnya
Teece dan Pisano menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang menentukan
kemampuan dinamik perusahaan dan dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:
proses, posisi, dan alur (path). Dimensi strategi dari perusahaan adalah proses-
proses manajerial dan organisasional, posisi saat ini, serta alur (path) yang
tersedia untuk itu. Yang dimaksud dengan proses manajerial dan organisasional
adalah bagaimana segala sesuatu diselesaikan di perusahaan, atau mengacu
kepada hal yang secara rutin dilakukan, atau pola-pola pembelajaran (learning)
dan praktik atau kegiatan perusahaan saat ini. Yang dimaksud sebagai posisi
mengacu pada sumbangan teknologi dan hak kekayaan intelektual saat ini,
sumbangan konsumen, serta hubungannya dengan pemasok. Pada akhirnya alur
(path) mengacu pada alternatif strategi yang tersedia untuk perusahaan, dan
seberapa menarik peluang yang ada pada masa yang akan datang.

menurut Hitt et al (2005), merepresentasikan seperangkat integrated


resources yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas penting.
20

Kapabilitas ini menyatu dalam skill dan knowledge pekerja yang ada di
perusahaan. Kompetensi perusahaan berbasis pada kapabilitas, rutinitas
organisasional, dan kemampuan untuk belajar. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengembangkan kompetensi intinya secara terus menerus dan atau menyiapkan
perubahan dan mengembangkan sumber daya yang baru lainnya, untuk
mempertahankan daya saing. Untuk memperoleh sumber daya yang bernilai dan
heterogen, perusahaan harus melakukan akuisisi atau mengembangkannnya
sendiri. Untuk mengembangkan sumber daya nirwujud, sebagai yang tersulit
untuk ditiru memerlukan pembelajaran (learning) yang kuat dan membangun
knowledge (Teece, 2009). Ini berarti perusahaan harus mempunyai kapabilitas
untuk belajar agar memiliki absorptive capacity yang tinggi/kuat. Seberapa lama
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif berkaitan langsung dengan kekuatan
isolating mechanism (Rumelt, 1984), termasuk spesifita

2.2 kinerja perusahaan

2.2.1 Pengertian kinerja perusahaan

Kinerja perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen. Parameter yang


sering digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan di mana informasi keuangan diambil dari laporan
keuangan atau laporan keuangan lainnya.

MenurutMoerdiyanto kinerja perusahaan adalah hasil dari serangkaian proses


bisnis yang mana dengan pengorbanan berBagai macam sumber daya, apabila
kinerja perusahaan meningkat, bisa kidilihat dari gencarnya kegiatan perusahaan
21

dalam rangka untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.


Keuntungan atau laba yang dihasilkan tentu akan berbeda tergantung dengan
ukuran perusahaan yang bergerak. Helfert kinerja perusahaan adalah hasil yang
dibuat oleh pihak manajemen secara terus menerus. Dalam hal ini, hasil yang
dimaksud merupakan hasil dari keputusan banyak individu. Chariri dan
Ghozalikinerja perusahaan bisa juga diukur dengan menggunakan informasi
keuangan atau juga menggunakan informasi non keuangan. Informasi non
keuangan ini dapat berupa kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan. Meskipun begitu, kebanyakan kinerja perusahaan diukur
dengan rasio keuangan dalam periode tertentu.

Dari penjelasan dan pendapat para ahli di atas tentang kinerja


perusahaan, jadi kinerja perusahaan adalah sebuah hasil dari proses bisnis
perusahaan yang menunjukkan nilai keberhasilan dari sebuah usaha yang bisa
diukur dengan informasi keuangan maupun non keuangan.

Kemampuan dinamis (dynamic capability) merefleksikan kemampuan


kinerja perusahaan untuk mencapai keunggulan daya saing, artinya kemampuan
dinamis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kinerja perusahaan.
Seperti studi yang dilakukan oleh Griffi th, Noble, and Chen (2006)
menunjukkan bahwa membangun kemampuan dinamis(dynamic capability)
dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan. Studi Rindova dan
Kotha (2001) menunjukkan bahwa kemampuan adaptif merupakan faktor kritis
bagi kesuksesan perusahaan di lingkungan yang kompetitif. Rindova dan Kotha
menggunakan studi kasus Yahoo! dan Excite yang pada saat itu mempunyai daya
22

saing tinggi. D’Este (2002) memberikan bukti empiris dari 67 perusahaan


farmasi di Spanyol, bahwa kapabilitas inovatif membuat perusahaan mampu
melakukan perubahan, rekonfigurasi sumberdaya untuk secara efektif merespon
permintaan pasar. Chien and Tsai (2012) menunjukkan bukti empiris studi
terhadap 132 manajer restoran pada jaringan restoran cepat saji di Taiwan bahwa
kapabilitas dinamis meningkatkan kinerja restoran.

Terkait manajemen organisasi, maka kinerja perusahaan merupakan


bahasan yang menarik dan penting baik bagi akademisi maupun bagi praktisi
bisnis. Dalam tradisi lama ilmu manajemen, kinerja perusahaan diukur dari
kinerja finansial dimana kesuksesan perusahaan diasosiasikan dengan laba. Akan
tetapi, seiring kebutuhan untuk dapat mengelola perubahan serta memberikan
masukan untuk pengambilan keputusan manajemen, perspektif finansial saja
tidak mencukupi, kinerja perusahaan perlu juga dilihat dari perspektif
operasional ekselen dan efektifitas organisasi (Venkatrman and Ramanujam,
1986). Darroch (2005) menggunakan komparasi dan refleksi dalam pengukuran
kinerja perusahaan. Misalnya membandingkan dengan kompetitor “dibandingkan
dengan industry sejenis, laba perusahaan kami lebih besar” atau membandingkan
kinerja internal perusahaan tahun terkini dengan tahun-tahun sebelumnya.

kapabilitas dinamik terhadap kinerja perusahaan dapat dianalisis dengan


tiga elemen utama Menurut Wang dan Ahmed (2007),yaitu adaptive capabilities,
absorptive capabilities, dan innovative capabilities. Kemampuan adaptif
(adaptive capabilities) adalah kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi
dan memanfaatkan pasar yang sedang berkembang, termasuk kemampuan
23

perusahaan dalam mengadaptasi lingkup produk-pasar mereka untuk merespons


peluang eksternal, memindai pasar, memantau pelanggan dan pesaing serta
mengalokasikan sumber daya untuk kegiatan pemasaran, dan untuk merespons
perubahan kondisi pasar secara cepat. Selain itu, mengevaluasi apakah sistem
manajemen perusahaan dapat merespons dengan cepat perubahan pasar dan
berkembang dengan cepat dalam menanggapi pergeseran prioritas bisnis.

absorptive capabilities merupakan kemampuan perusahaan dalam


mengenali nilai informasi baru eksternal, memahaminya, dan memanfaatkannya
untuk tujuan komersial. Sehingga absorptive innovation merupakan kemampuan
dalam mengevaluasi dan memanfaatkan pengetahuan diluar yang sebagian besar
merupakan fungsi dari tingkat pengetahuan sebelumnya. Oleh karena itu,
pengembangan kemampuan ini adalah aspek tersendiri yang menuntut suatu
investasi terus menerus untuk mempertahankan kemampuan teknis dalam bidang
tersebut. Absorptive capabilities sering tercermin dalam inovasi perusahaan dan
kemampuannya dalam memanfaatkan pengetahuan baru dan penting untuk
kegiatan inovatif perusahaan (Cohen & Levinthal, 1989).

Innovative capability merupakan kemampuan perusahaan dalam


mengembangkan produk dan atau pasar baru, melalui penyelarasan orientasi
inovasi yang strategis dengan proses dan perilaku inovatif (Wang & Ahmed,
2004). Dodgson et al (2008) menyatakan bahwa innovative capabilities adalah
seperangkat keahlian yang digunakan oleh perusahaan untuk memformulasikan
dan mengimplementasikan suatu strategi inovasi yang melibatkan kreasi,
ekstensi, dan modifikasi dari semua sumber daya yang digunakan untuk inovasi.
24

Sejalan dengan ini, Bell (2009) menyatakan bahwa innovation capabilities


merupakan kapabilitas yang diperlukan untuk menciptakan, mengembangkan,
dan mengimplementasikan konfigurasi teknologi produk dan proses baru dan
mengimplementasikan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan teknologi
yang sudah digunakan. innovative capabilities mencakup di samping
kemampuan teknologi juga aspek-aspek manajemen dan organisasi agar
berpindah dari kesempatan teknologi menjadi innovasi. Menurut mereka
innovative capability suatu perusahaan tergantung pada sistem inovatif, yang ada
dalam resource perusahaan. Innovative capability perusahaan tergantung pada
sistem inovasinya, yang melekat pada resource perusahaan, sistem manajemen,
struktur organisasi dan kegiatan rutin perusahaan. Kapabilitas inovatif
dinyatakan sebagai kapabilitas perusahaan untuk menciptakan nilai pelanggan
dengan mengembangkan dan mengenalkan kepada pasar produk-produk dan
jasa-jasa baru atau mengurangi biaya-biaya yang menjadi beban proses
penciptaan nilai (Pekka & Thomas, 2006). Menurut Hagedoorn dan Duysters
(2002), kapabilitas inovatif adalah menyangkut keahlian dan kompetensi tertentu
yang berhubungan dengan pengembangan dan pengenalan proses dan produk
baru.

2.2.2 Pengertian Pengukuran Kinerja perusahaan dan Penilaian


Kinerja perusahaan

Perbedaan definisi menurut para ahli tentang pengukuran kinerja dan


penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
25

1. Pengukuran Kinerja perusahaan

Menurut Anderson dan Clancy (Sony Yuwono, dkk, 2002:


21),mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:“feedback from the
accountant to management that providesinformation about how well the action
represent the plants; it alsoidentifies where manager may need to make
corrections or adjustment in future planning and controlling activities”.
Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen
perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja perusahaan
sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

2. Penilaian Kinerja Menurut

Mulyadi dan Johny Setyawan (2002: 227), mendefinisikan mengenai


penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja,
manajer dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam
rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan
sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi
pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih
alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di
masa yang akan datang.

2.2.3 Pengendalian dan kinerja perusahaan


26

Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel yang


meliputi manusia, benda, situasi, dan organisasi untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja adalah suatu
tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.

Interaksi antara karakter organisasi dengan perilaku manusia akan


mempengaruhi rancangan dan penggunaan sistem pengendalian. Kinerja
merupakan contoh yang paling baik dari suatu tipe pengendalian, dan kinerja ini
disebut sebagai “result control” karena melibatkan reward dan punishment, baik
dengan individu maupun kelompok. Reward berupa kompensasy monetary, job
security, promosi, otonomi, dan pengakuan akan diberikan bagi mereka yang
dapat menghasilkan good result bagi perusahaan. Sebaliknya punishment
diberikan bagi mereka yang menghasilkan poor result bagi perusahaan. Dengan
demikian terlihat bahwa ada kaitan atau hubungan yang saling mempengaruhi
antara pengendalian dan kinerja.

2.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja perusahaan

Tujuan utama penilaian kinerja (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2002: 227)
adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
27

yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,


agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi

2.2.5 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Vincent Gaspersz (2005: 68), tujuan dari pengukuran kinerja


adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis
secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data
tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode
pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan
secara keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence)

2.2.6 Manfaat Pengukuran Kinerja perusahaan

Suatu pengukuran kinerja akan menghasilkan data, dan data yang telah
dianalisis akan memberikan informasi yang berguna bagi peningkatan
pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan
manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Vincent Gaspersz, 2005:
68).

Manfaat sistem pengukuran kinerja perusahaan yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa


perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam
organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
28

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata


rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya


pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan


memberi reward atas perilaku yang diharapkan itu.

2.2.7 Manfaat Penilaian Kinerja perusahaan

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan (Mulyadi, 2001:


416) adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian


karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,


seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk


menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan


mereka menilai kinerja mereka.
29

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

6. Penghargaan digolongkan dalam dua (2) kelompok, yaitu:

a. Penghargaan intrinsik, berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang


yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah
mencapai sasaran tertentu dengan menggunakan berbagai teknik seperti
pengayaan pekerjaan, penambahan tanggung jawab, partisipasi dalam
pengambilan keputusan.

b. Penghargaan ekstrinsik, terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada


karyawan, baik yang berupa kompensasi langsung (gaji, honorarium lembur
dan hari lembur, pembagian laba, pembagian saham, dan bonus), kompensasi
tidak langsung (asuransi kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium liburan,
dan tunjangan masa sakit), dan kompensasi non keuangan (ruang kerja yang
memiliki lokasi istimewa, peralatan kantor yang istimewa, dan tempat parkir
luas), dimana ketiganya memerlukan data kinerja karyawan agar
penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan yang menerima
penghargaan tersebut.

2.2.8 Ukuran Kinerja perusahaan

Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk menilai secara
kuantitatif (Mulyadi, 2001: 434), yaitu:

1. Ukuran Kriteria Tunggal


30

Ukuran kriteria tunggal adalah suatu ukuran kinerja yang hanya


menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Dengan digunakannya
satu ukuran kinerja, manajer cenderung untuk memusatkan usahanya pada
kriteria tersebut dan mengabaikan kriteria yang lain, yang mungkin sama
pentingnya dalam menentukan sukses tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Sebagai contoh apabila seorang manajer produksi yang diukur kinerjanya dari
tercapainya kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu, dan
kemungkinan mengabaikan pertimbangan lain, misal tentang mutu, biaya
pemeliharaan peralatan, dan sumber daya manusia.

2. Ukuran Kriteria Beragam

Ukuran kriteria beragam adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan


berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja. Kriteria beragam merupakan cara
untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai
aspek kinerja manajer dicari ukuran kriteria-kriterianya sehingga seorang
manajer diukur kinerjanya dengan beragam kriteria. Tujuannya adalah agar
manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya pada berbagai kinerja.
Sebagai contoh seorang manajer divisi diukur kinerjanya dengan kriteria
produktivitas, profitabilitas, dan pangsa pasar.

3. Ukuran Kriteria Gabungan

Ukuran kriteria gabungan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan


berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran kinerja,
dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.
31

Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih penting bagi perusahaan secara
keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan
memberikan bobot angka tertentu pada beragam kriteria kinerja untuk
mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot
beragam kriteria kinerja masing-masing.

2.3 Hubungan kemampuan dinamis dengan kinerja perusahaan

Berdasarkan beberapa penelitian ternyata dynamic capability dapat


berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan.menurut protogerou et
al. (2008), kemampuan dinamis adalah enteseden untuk kompetensi fungsional
yang lebih lanjut berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Menurut teece dan pisano (1994) keunggulan bersaing perusahaan berasal dari
kemampuan dinamis yang tertanam pada kinerja sehari-hari yang tinggi dalam
perusahaan, melekat dalam proses perusahaan dan dikondisikan dalam proses
perkembangannya. Menurut Stam, Gibcus, dan Garnsey (2007), pertumbuhan
perusahaan baru berhubungan dengan kapabilitas dinamik dan pertumbuhan
ekonomi penting lainnya. Kemampuan dan pertumbuhan paling memungkinkan
ditemukan adalah kegiatan R&D pertama kali dan aliansi antar perusahaan.

Menurut Ambrosini dan Bowman (2009), kinerja kapabilitas dinamik


tidak akan begitu saja mempengaruhi perbaikan kinerja. Perbaikan ini akan
terjadi yang hanya ada suatu kesesuaian dari kedinamisannya yang diharapkan
dan kedinamisan yang sesungguhnya. Dan hanya perusahaan yang sesungguhnya
memiliki kapabilitas dinamik yang dibutuhkan, harapan adalah suatu hasil
32

kinerja yang positif.menurut Teece (2007) kemampuan dinamis memungkinkan


bisnis perusahaan tercipta, tersebar, dan terlindungi yang mendukung kinerja
perusahaan jangka panjang yang superior.

Kinerja suatu perusahaan juga sangat terkait dengan kemampuan


dinamis. Seperti yang telah diperoleh melalui studi sebelumnya, perusahaan
dapat masuk ke dalam aliansi yang memiliki pengaruh positif dalam pencapaian
tujuan organisasi. Selain itu, kemampuan pemasaran memiliki partisipasi yang
lebih besar dalam peningkatan kinerja perusahaan karena mereka terkait
langsunig denganpencapaian perusahaan dalam kaitannya dengan permintaan
dan harapan konsumen dan memenuhi mereka ke tingkat tertinggi, sehingga
meningkatkan pendapatan serta preferensi untuk perusahaan. Kinerja suatu
perusahaan sebagian besar tergantung pada kemampuan dinamis perusahaan
karena perusahaan yang sukseskinerja melibatkan beberapa masalah terkait
dengan pengambilan keputusan yang tepat, pemilihan yang sesuai dan alokasi
sumber daya, faktor-faktor yang secara efektif ditangani oleh kemampuan
dinamis. Dengan demikian proposisi ini juga berkembang di dunia bisnis modern
dan dapat dilihat memiliki efek positif yang luar biasa.

2.4 Hubungan kemampuan dinamis dengan kinerja inovasi

Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa kemampuan dinamis


(dynamic capability) memngaruhi kinerja inovasi suatu perusahaan. Menurut
cabral (2010), suatu perusahaan yang memiliki tingkat capabilitas adaptasi,
absortif, dan inovatif yang tinggi, pengembangan inovasinya tidak hanya
33

berfokus orientasi pada tingkat keuntungan yang tinggi tetapi juga pada
lingkungan dan ekuitas sosial. Dalam hal ini perusahan mengarahkan strategi
inovasinya berfokus pada hasil-hasil yang berkelanjutan, yang kemampuan
dinamisnya menjadi pusat pengembangan kapabilitas perusahaan, yang
menghasilkan tingkat kontinuitas penciptaan produk-produk atau jasa baru yang
lebih tinggi.sebaliknya tingkat kapabilitas adaptif, absortif, dan inovatif yang
rendah menyebabkan tingkat kontinuitas penciptaan produk dan jasa baru yang
rendah juga. Oleh karena itu hasil inovasi yang berkelanjutan adalah lebih
signifikan pada perusahaan-perusahaan yang tingkat kapabilitas adaptif,absortif,
dan inovatifnya tinggi, sehingga perusahaan-perusahaan yang menjalankan
strategi inovatiflah yang berperan.

Dengan semakin banyak fokus pada pengembangan produk inovatif, para


peneliti percaya bahwa inovasi produk dapat dianggap sebagai metode untuk
memperbarui kegiatan organisasi menuju pencapaian tujuan. Pembaruan tersebut
mencakup pengembangan kompetensi organisasi, mendorong perubahan dalam
pemasaran produk yang meningkatkan perbaikan atas perusahaan pesaing
(Danneels, 2002; Minetaki dan Takemura, 2010). Dalam dunia modern
kompetisi dan perubahan lingkungan teknologi inovasi dalam produk dianggap
sebagai "pendorong utama" yang memungkinkan perusahaan untuk menjangkau
pelanggan dengan memberikan nilai lebih besar dari pesaing mereka sehingga
"mendapatkan keunggulan kompetitif" (Hacklin et al. , 2009). Inovasi produk,
meskipun tampaknya telah menjadi aspek yang sangat penting dalam
pengambilan keputusan manajerial, namun telah diperoleh oleh para peneliti
34

bahwa-inovatif teknik-teknik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang


"mempromosikan kapasitas perusahaan untuk berinovasi" (Spanos dan Prastacos,
2004). Integrasi dan pengembangan kemampuan dinamis telah ditemukan
memiliki dampak positif jangka panjang pada keunggulan kompetitif
perusahaan. Kemampuan pemasaran yang melibatkan pemahaman pelanggan
teknologi .kemampuan yang memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan
keahlian yang berbeda ke dalam proses produksi dan manufaktur sama
pentingnya dalam memungkinkan perusahaan untuk "memecahkan masalah
teknis, untuk mengimplementasikan proses dan alat teknis baru dan untuk
mengembangkan prototipe" ( marsh and stock, 2003; yien et al.,
2011).Kemampuan dinamis yang fokus pada konfigurasi sumber daya dengan
cara yang sesuai dengan kebutuhan bisnis yang berubah melibatkan mekanisme
yang signifikan dalam inovasi produk (O'Connor, 2008). Kemampuan dinamis
dapat ditemukanpositifberhubungan dengan inovasi dalam produk karena inovasi
produk adalah aspek yang sangat signifikan dalam pasar kompetitif global di
mana secara konstan perekonomian serta teknologi berubah secara acak. Untuk
mengatasi skenario perubahan, kemampuan dinamis dalam organisasi
memungkinkanmanajemen organisasi untuk mengambil langkah-langkah yang
memfasilitasi dalam inovasi yang diminta di pasar. Ini juga berfokus pada
penggunaan teknologi canggih serta lingkungan ekonomi yang berubah. Inovasi
produk juga menjadi penting karena tuntutan terus berubah. Kemampuan
dinamis meningkatkan pemahaman tentang perubahan tersebut yang pada
akhirnya membantu perusahaan dalam melakukan langkah-langkah inovatif.
35

2.5 Kemampuan dinamis dan dinamika lingkungan

Dari kata kunci  "kapabilitas dinamis" maka tentu saja dapat dengan mudah
dimaknai dari pengertian masing-masing kata yaitu "kapabilitas" dan "dinamis" .
Dinamis merujuk pada pengertian lingkungan bisnis yang berubah-ubah yang menuntut
kapasitas untuk selalu memperbaharui kompetensi dan tanggapan yang inovatif.
Sedangkan kapabilitas merujuk kepada cara organisasi yang seharusnya untuk
beradaptasi, menyatu-padukan, dan mengkonfigurasi ulang sumber daya dan
kompetensinya agar dapat merespon perubahan lingkungan.

Ada 6 (enam) elemen utama dari pendekatan ini. Pertama, konsep


kapabilitas sebagai kemampuan atau kapasitas yang merupakan menekankan
peran kiritis dari manajemen strategi. Kedua, kapabilitas berperan untuk
mengintegrasi atau mengkoordinasikan, mengembangkan dan mengkonfigurasi
ulang kompetensi internal dan ekternal. Ketiga, kapabilitas dinamis berfokus
pada konteks eksternal yaitu perubahan lingkungan yang cepat Keempat,
kapabilitas dinamis itu secara tipikal terbentuk, pembentukan dan evolusinya
tertanam dalam proses-proses organisasi yang ditentukan oleh posisi asset dan
jalur evolusi organisasi. Kelima, kapabulitas dinamis adalah heterogen dalam
organisasi karena tergantung pada proses, posisi asset yang unik dan jalur
evolosu organisasi. Terakhir, keenam, kiat ini menganggap bahwa keunggulan
lestari merupakan dampak langsung, bukan tidak langsung. 

Parapeneliti telah menemukan bahwa kemampuan manajer dan pemimpin


untuk secara efektif mengelola kebijakan strategis organisasi mereka di
lingkungan yang selalu berubah tampaknya menjadi masalah yang dapat
36

diperdebatkan Dalam menghadapi dinamis yanglingkungan berlaku dalam


organisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk inovasi produk dan
teknologi, persaingan internasional serta kegiatan perintis, para pemimpin
organisasi harus terus menerus menghadapi tantangan dalam mencapaisecara
efektif tujuan organisasi. Tantangan-tantangan ini terintegrasi dalam kemampuan
dinamis dengan keyakinan bahwa perusahaan mampu menciptakan dan
mengintegrasikan sumber daya secara inovatif (Eisenhardt et al., 2010). Para
peneliti telah menekankan pada masalah bahwa pengembangan sumber daya
baru perlu menjadi berkelanjutan proses yang untuk suatu organisasi dan
kemampuan dinamissangat penting dalam menghadapi "tuntutan pasar baru"
yang memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan, tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan bisnis global yang terus berubah. (Zhang, 2007).

Organisasi yang bekerja di industri yang berbeda dan lingkungan pasar


yang bervariasi telah ditemukan difasilitasi oleh kemampuan dinamis dari
organisasipemimpin dan manajer untuk membuat keputusan strategis dalam
mencapai produk dan teknologi inovatif dan mencapai keunggulan kompetitif
(Zhang, 2007). 

2.6 Hubungan Kinerja Inovasi dengan Kinerja Perusahaan

Beberapa hasil penilitian menyatakan bahwa kinerja inovasi berpengaruh


terhadap kinerja perusahaan. Menurut Lawson dan Samson (2001), organisasi-
organisasi yang berkembang dan berinvestasi secara terencana dan eksplisit pada
aspek-aspek kapabilitas inovasi, baik secara individual maupun kolektif,
37

mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mencapai hasil inovasi yg


berkelanjutan sebagai mesin kinerja perusahaan. Menurut Gunday (2010),
terdapat pengaruh yang positif dari inovasi terhadap kinerja perusahaan dalam
industri pabrikasi. Menurut Corsino (2008), inovasi produk yang diperdagangkan
dalam waktu cepat secara positif berpengaruh terhadap aliran revenue
perusahaan pada perusahaan-perusahaan semikonduktor. Menurut Gera & Gu
(2004), perusahaan-perusahaan yang menggabungkan ICT dalam tingkat tinggi
dengan perubahan organisasi mempunyai insiden yang tinggi dari perbaikan
produktivitas dan tingkat inovasi. Perusahaan-perusahaan yang
mengkombinasikan ICT tingkat tinggi dan keahlian pekerjanya mempunyai
kinerja perusahaan yang lebih baik. Menurut Vasquez, Santos, dan Alvarez
(2001), orientasi pasar secara signifikan memengaruhi daya inovatif perusahaan
yang selanjutnya memengaruhi tingkat inovasi perusahaan dan keinovatifan
produk baru. Sedangkan kedua variabel tersebut berpengaruh langsung terhadap
kinerja perusahaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi literature dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


terdapat hubungan langsung antara kapabilitas dinamik dengan kinerja
perusahaan,dimana Kemampuan dinamis memudahkan perusahaan dalam
meningkatkan kinerjanya, inovasi dalam hal produk dan penggunaan teknologi
canggih serta mempersiapkan perusahaan untuk bertahan dalam lingkungan
bisnis yang terus berubah.hal ini dapat menyadari bahwa kemampuan dinamis
berfokus pada perubahan kebutuhan dari suatu organisasi serta pelanggan dan
mempersiapkan suatu perusahaan sesuai untuk menghadapi tantangan yang
dihadapi karena lingkungan bisnis yang berubah. Dengan kata lain, konsep
kemampuan dinamis membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan
dalam lingkungan bisnis serta kemampuan dinamis memiliki peran utama untuk
dimainkan dalam manajemen organisasi di mana para pemimpin dan manajer
difasilitasi dalam pengambilan keputusan mereka menuju kesuksesan
perusahaan.

3.2 Saran

Studi ini berusaha mengeksplorasi variabel untuk nantinya studi empirik


pengaruh langsung dari kapabilitas dinamis yang dimiliki perusahaan kepada

38
39

kinerja perusahaan. Konsep kinerja diperluas tidak hanya perspektif


finansial melainkan juga termasuk perspektif operasional ekselen, perspektif
pelanggan, perspektif inovasi dan pembelajaran. March (1991); Zollo dan Winter
(2002); Ferdinand, Graca, Antonacopoulou, Easterby-Smith (2004) menegaskan
bahwa kapabilits dinamis merupakan aktifitas kolektif yang terpola dan dapat
dipelajari, artinya kapabilitas dinamis merupakan proses belajar yang kontinu
dalam memperbaiki kinerja perusahaan sehingga kapabilitas dinamis tidak
berarti suatu tindakan reaktif jika dirasakan terjadi perubahan lingkungan saja.

Untuk mengakhiri penulisan ini Saya menyadari bahwa makalah yang


telah saya buat ini tidak terlepas dari kekurangan,maka saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sangat saya harapkan sehingga dapat
dijadikan bahan evaluasi untuk kedepanya yang lebih baik.
40

DAFTAR PUSTAKA

Teece & Pissano. 1994. Dynamic capabilities of a fi rm: An introduction.


Industrial and Corporate Change, 3(3), 537-556.

Teece, Pissano dan Shuen. 1997. A. Dynamic capabilities and strategic


management.SMJ 18(7).1997 p.509-533.

Teece,D. 2007. Explicating dynamic capabilities: The nature and


microfoundation of (sustainable) enterprise performance. Strategic
Management Journal, 28(13).

Barney , J. 1991. Firm Resources and Sustained Competitive. Journal of


Management. 1991 vol: 33 (6) pp: 99-120

Leonard-Barton D, Leonard-Barton L. 1992. Core Capabilites and Core


Rigidities: A Paradox in Managing New Product Development.

Chien and Tsai. 2012. Dynamic capability, knowledge, learning, and fi rm


performance. Journal of Organizational Change Management.Volume 25,
Issue 3.

Darroch, J. 2005.Knowledge management, innovation and fi rm


performance. in Journal of nowledge Management.
41

Eisenhardt and Martin. 2000. Dynamic capabilities: what are they? in


Strategic Management Journal.

March,J. 1991. Exploration and Exploitation in Organizational Learning, in


Organization Science.

Mohamud. M dan Sarpong. D (2016), Dynamic capabilities: towards an


organizing framework, Journal of Strategy and Management Vol. 9 No. 4,
pp. 511-526,

Hakim, WQ, I. Naoumova dan T. Douglas, 2009. Kapasitas organisasi untuk


perubahan dan kinerja perusahaan dalam ekonomi transisi. Int. J. Hum. Res.
Kelola., 20: 1737-1752.

Spanos, YE dan GP Prastacos, 2004. Efek lingkungan, struktur, dan


kemampuan dinamis pada strategi inovasi produk. Int. J. Entrepreneurship
Innov. Manag., 4: 620-638.

Ali, SLD Peters, HW He dan F. Lettice, 2010. Pembelajaran organisasi


berbasis pasar, kemampuan dinamis, dan substantif: Kerangka kerja
integratif. J.., 18: 363-377

Thiel, M., 2010. Inovasi dalam tanggung jawab sosial perusahaan dari para
pemimpin bisnis global di panasonic, thomson reuters dan nanyang business
school.
42

Robinson, W. T. 1990. Product Innovation and Start-up Business Market


Share Performance. Ma-nagement Science, 36(10): 1279−1289.

Ambrosini V, Bowman C. 2009. What Are Dynamic Capabilities and Are


They a Useful Construct in Strategic Management? International Journal of
Management Reviews, 11(1): 29– 49

Capeda G, Vera D. 2007. Dynamic Capabilities and Operational Capabilities:


A Knowledge Management Perspective. Journal of Business Research, 60
(3): 426–437

Winter, S. (2003). Understanding Dynamic Capabilities. Strategic


Management Journal, 24, 991- 995. Zollo, M., and Winter, S. G. (2002).
Deliberate Learning and the Evolution of Dynamic Capabilities.
Organization Science, 13(3)

Anda mungkin juga menyukai