Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG WAJIB MILITER (PRO)

Si vis pacem para bellum (Jika menginginkan perdamaian maka harus siap berperang)
Prof. Dr. Gumilang Rosliwa Sumantri mengungkapkan bahwa perang dan damai
sebenarnya berada dalam satu rentang logika yang sama. Jika damai diciptakan untuk
merealisasikan kesejahteraan masyarakat, maka demikian juga perang, ia dilakukan
dengan alasan yang sama. Inilah kemudian yang menjadi dasar berpikir pentingnya
kesiapan suatu negara untuk menghadapi berbagai kemungkinan terjadinya perang yang
bisa timbul sewaktu-waktu yang mengancam kedaulatan negara, terutama negara
Indonesia.
Merupakan hal yang naif tatkala ada anggapan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang damai dan tidak memiliki musuh, sehingga tidak memerlukan kekuatan militer
yang besar serta partisipasi aktif warga negara untuk ikut menjaga kedaulatan negara.
Padahal, dari sisi geografis politik, saat ini Indonesia diapit oleh dua kekuatan besar yang
sewaktu-waktu berpotensi mendatangkan konflik di wilayah tanah air. Masuknya armada
laut Tiongkok dan Amerika serikat serta sengkarutnya sengketa wilayah yang melibatkan
Indonesia di Laut China Selatan merupakan alasan nyata diperlukannya persiapan pasukan
militer yang serius oleh negara melalui angkatan bersenjata dan warga negara sebagai
komponen cadangan untuk membela dan mempertahankan tanah air. Bela negara menurut
UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
Muhammad Faisal Salam, dalam bukunya Peradilan Militer di Indonesia menjelaskan
bahwa militer berasal dari bahasa Yunani “Miles” berarti orang yang bersenjata dan siap
bertempur yaitu orang-orang yang sudah terlatih untuk menghadapi tantangan atau
ancaman pihak musuh yang mengancam keutuhan suatu wilayah atau negara. Dalam hal
ini, penerapan program wajib militer menjadi solusi yang sangat efektif bagi negara untuk
menghimpun kekuatan yang lebih besar sebagai komponen pendukung, di luar Tentara
Nasional Indonesia sebagai komponen utama pertahanan nasional. Di lain sisi, penerapan
wajib militer merupakan bentuk pelaksanaan kewajiban yang telah dibebankan oleh
konstitusi kepada warga negara untuk turut serta membantu angkatan perang dalam
menjaga keutuhan wilayah Indonesia. Meminjam penjelasan mengenai wajib militer di
dalam Pasal 1 Korean Military Act, istilah wajib militer didefenisikan sebagai the State
imposes a duty to perform active service on any person liable for military service to serve in
the military. Artinya, negara membebankan kewajiban untuk melakukan dinas aktif pada
setiap orang yang bertanggung jawab atas dinas militer untuk bertugas di kemiliteran;
Dewan juri yang terhormat serta saudara kami tim kontra, patut dicermati bahwa
pendapat kami secara menyeluruh telah merujuk dan sejalan dengan amanat konstitusi.
Pasal 30 ayat 1 dan 2 UUD 1945 dan Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan telah secara jelas menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha memperjuangkan pertahanan dan keamanan negara. Usaha
pertahanan negara tersebut dilaksanakan oleh TNI sebagai kekuatan utama dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung. Posisi kami saat ini adalah menyetujui sepenuhnya
penerapan program wajib militer bagi warga negara sebagai bentuk pemanfaatan kekuatan
pendukung yang dibutuh kan oleh negara guna membantu komponen utama pertahanan
dalam mengatasi ancaman militer dari negara lain.

Anda mungkin juga menyukai