Buku Catatan Koass Radiologi
Buku Catatan Koass Radiologi
RADIOLOGI
Grid (kisi-kisi)
Grid adalah alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur agar
tidak sampai ke film rontgen. Gris terdiri atas lajur-lajur tipis timbale yang
disusun tegak di antara bahan-bahan yang tembus radiasi.
Cara kerja
Sebagai sinar X akan tersebar ke segala arah pada waktu mengenai suatu
benda. Sinar tersebar ini dinamakan sinar hambu. Walaupun sinar hambur
mempunyai panjang gelombang yang lebih tetapi efek fotografiknya tetap
ada sehingga dapat menimbulkan gangguan pada film rontgen. Sinar hambur
ini ditiadakan dengan grid / kisi-kisi. 2
Alat-alat fiksasi
Guna alat-alat fiksasi ini adalah agar objek yang difoto tidak bergerak
Alat-alat pelindung (proteksi)
Diafragma cahaya
Konus
Pelindung gonad
Pelindung ovarium
Apron timbal
Sarung tangan timbal
Pencegah-pelindung
Kaca timbal
Karet timbal
Marker (tanda atau kode)
Tanda atau kode ini digunaka untuk mengidentifikasi pasien dan tanda letak
anatomi.
b) Gambaran tampak
Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan
pembangkit.
Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan
menghasilkan gambaran radioopak.
Gambaran laten bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan
gambaran radiolusen.
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan
difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)
meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.
Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang
menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun
bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna
hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
disebut Radioopaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui bahwa panjang
gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya
mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang
lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.
Kesimpulan :
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan
energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai
radiasi pengion (seperti sinar X, sinar γ) maupun bukan pengion (seperti ultrasound,
infrared)
Gambaran radiografi yang dihasilkan dapat berupa gambaran radioopaque dan
gambaran radiolusen.
Gambaran radioopaque terjadi pada gambar jaringan keras (tulang)
Gambaran radiolusen terjadi pada jaringan lunak, seperti soft tissue
Note : warna hitam terjadi pada udara, darah akut, air, lemak
B. Modalitas yang Dipakai untuk Pemeriksaan Radiologis
1. Foto Polos dan Foto dengan Kontras
Memanfaatkan pancaran sinar-X untuk menggambarkan struktur dada,
abdomen, tulang, dsb
Media kontras yang sering digunakan adalah barium sulfat
Prinsip dasar foto polos Densitas Foto X-Ray
Sinar X ditembakkan ke
tubuh ditangkap oleh film
2. USG (Ultrasonografi)
Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memperlihatkan
berbagai struktur seperti abdomen, pelvis, leher, dan jaringan lunak perifer
Prinsip dasar USG
Gelombang suara dipancarkan ke tubuh memantul dan kembali
ditangkap oleh monitor
4. Kedokteran Nuklir
Memberikan gambaran rinci baik fungsional maupun anatomis dengan menggunakan
deteksi radiasi gamma dari radioisotop yang disuntikkan
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Memanfaatkan sifat-sifat magnetik atom hidrogen dalam tubuh untuk
mendapatkan citra
Prinsip dasar MRI
Atom hidrogen dalam manusia dibuat searah agar menjadi 1 kutub oleh
magnet yang berkekuatan tinggi diganggu oleh gelombang radio / frekuensi
atom bergerak, lalu gelombang dihilangkan atom kembali ke normal dan
ditangkap menjadi gambar oleh monitor
C. Posisioning
1. PA (Postero-Anterior)
2. AP (Antero-Posterior)
3. Lateral : melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di anterior paru
4. Oblique – RAO (Right Anterior Oblique), LAO (Left Anterior Oblique), RPO (Right
Posterior Oblique), LPO (Left Posterior Oblique)
Untuk Melengkapi foto PA
Fungsi :
Melihat daerah yang tertutup jantung
Membedakan lesi di paru atau dinding thoraks
5. Hiper lordotik / top lordotik
Posisi pasien berdiri & condong ke belakang
Fungsi : pemeriksaan puncak paru
6. Tangensial
7. LLD (Left Lateral Decubitus)
Fungsi : membuktikan adanya cairan di rongga pleura atau di dalam bula
Posisi pasien berbaring dengan sisi badan menjadi tumpuan
a) Soft tissue
b) Tulang-tulang : klavikula, skapula, costae, sternum, vertebrae
c) Diafragma : bentuk, posisi
d) Sinus costophenicus : normal tajam
e) Mediastinum superior : trakea, bronkus
f) Jantung : CTR, bentuk, posisi
CTR = Cardio-Thorax Ratio
CTR = (A + B / C) X 100 %
Normal CTR : 45 – 50 %
g) Aorta : bentuk, posisi (normal atas jantung)
h) Hilus paru : normal bentuk V, 1/3 medial
i) Fissura interlobaris
j) Paru : ruang ICS kanan-kiri simetris, penarikan organ -, radiolusen -,
infiltrat -, corakan bronkovaskuler, fibrotik -, kalsifikasi
G. Foto Thorax Normal
H. Cardiovaskular Imaging
1. Anatomi Jantung Normal
2. Penilaian Foto Jantung
a. Situs
Kedudukan organ di dada dan di bawah diafragma periksa letak jantung dan
lambung
Dekstrocardia : fundus lambung di kanan, apex jantung di kanan
Dekstroversi : fundus lambung di kiri, apex jantung di kiri
Levoversi : fundus lambung di kanan, apex jantung di kiri
c. Penilaian Cardiomegali
Menilai cardiomegali (CTI)
𝑨+𝑩
CTI =
𝑪
Keterangan :
A : jarak terpanjang antara batas
jantung kanan dengan garis
tengah
B : jarak terpanjang antara batas
jantung kiri dengan garis tengah
C : panjang diafragma
d. Apeks
Apeks tertanam : sudut cardiophrenicus > 90oC LVH
Apeks terangkat : sudut cardiophrenicus < 90oC RVH
Tampak bercak berawan pada kedua lapang paru atas yang disertai
cavitas, bintik kalsifikasi, garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus
ke atas
Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang tervisualisasi infak
c. TB Paru Lama Tenang
Tampak bintik-bintik kalsifikasi serta fibrosis pada kedua lapang paru atas
Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang tervisualisasi infak
d. TB Miliar
Terdapat bercak-bercak granuler pada seluruh lapang kedua paru
e. TB Anak
Proses spesifik adanya KGB / kompleks primer maka seolah hilus paru
melebar
2. Tumor paru
Gambaran klinis
Gejala lokal :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi
d. Adanya kavitas
e. Atelektasis
Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispneu karena efusi pleura
c. Tamponade / aritmia akibat invasi ke pericard
d. Sindrom vena cava superior
e. Suara serak
f. Sindrom hormer
Gejala akibat metastasis
Gambaran radiologis
a. Tumor paru primer
Kesuraman homogen, kadang disertai dengan erosi costae
*Note : kesuraman homogen lain pneumonia, atelektasis, efusi pleura
Gambaran radiologis :
a. Tampak infiltrat / bercak kesuraman pada lapang bawah / tengah paru
dextra/sinistra
b. Silhuente sign
c. Air bronchogram area konsolidasi menjadi putih
d. Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
e. Kedua sinus dan diafragma baik
f. Tulang-tulang tervisualisasi intak
Differensial diagnosis (DD) : TB paru / Pneumonia
2. Pneumonia
Gambaran klinis :
a. Demam, menggigil
b. Batuk dengan dahak mukoid /purulen
c. Sesak nafas
d. Kadang disertai nyeri dada
Pemeriksaan fisik :
a. Bagian yang sakit tertinggal saat bernafas
b. Vokal fremitus mengeras
c. Perkusi redup
d. Auskultasi terdengar ronkhi basah halus, dan menjadi ronkhi basah kasar
saat resolusi
Gambaran radiologis :
Sesak nafas
1. Pneumothorax
Definisi : penimbunan udara / gas di cavum pleura
Klasifikasi
a. Simple pneumothorax : tidak berhubungan dengan udara di luar /
mediastinum, tidak menggeser midline
b. Tension pneumothorax : akumulasi udara dengan tekanan progresif
dalam cavum pleura (one way valve), udara tidak bisa keluar dari paru
pergeseran mediastinum dengan kompresi dari paru kontralateral dan
pembuluh darah
Gambaran klinis
a. Nyeri dan sesak nafas tiba-tiba
b. Pemeriksaan fisik : dada asimetri, fremitus menurun / hilang, perkusi
hipersonor
c. Tension pneumothorax
Takikardi
Distensi vena jugularis
Tidak adanya bunyi nafas pada paru yang terkena
Pergeseran trakea ke paru yang sehat
d. Open pneumothorax
Tampak luka terbuka pada dinding
Disertai gejala klinis pneumothorax (nyeri dada, sesak nafas)
*Terapi : plester 3 sisi
Gambaran radiologis
a. Tampak hiperlusen avaskuler pada lapang paru D/S
b. Adanya gambaran paru D/S kolaps dengan bayangan pleura visceralis yang
jelas terlihat sesuai gambaran pleural white line, dengan shift mediastinum
ke arah sisi yang berlawanan
c. Adanya fraktur pada costae tidak selalu ada
3. Efusi pleura
Definisi : suatu keadaan dimana cairan terkumpul pada ruang antara lapisan
parietal dan visceral pleura cairan serosa / lainnya
Gambaran klinis :
a. Sesak nafas
b. Pemeriksaan fisik : perkusi pekak, vokal fremitus melemah / hilang
*Abses hepar karena amoeba efusi pleura dextra
Gambaran radiologis :
a. Tampak perselubungan homogen setinggi ICS ... pada hemithorax D/S yang
menutupi sinus, diafragma, dan batas D/S jantung
b. Cor sulit dinilai
c. Tulang-tulang tervisualisasi intak
Differensial diagnosis (DD) : Tumor paru / pneumonia / atelektasis
Usul : Foto thorax lateral D/S, CT-Scan thorax
Terapi : perikardiosintesis
FOTO GASTROINTESTINAL
A. Foto Polos / BOF / KUD / BNO
Klasifikasi :
1. Segera / darurat
Dilakukan pada kasus trauma, ileus, pankreatitis, appendicitis, dll
2. Direncanakan
Dilakukan pada kasus batu ginjal, batu buli-buli, dll
Usia :
1. Anak
Klinis : Bila bayi muntah terus waktu disusui dan dugaan ada’ atresia ‘ pada
saluran cerna , dilakukan foto BOF diusahakan jangan berulang
Atresia yang sering di jumpai :
a. Atresia oesofagus : Dimasukkan kateter kecil dan kontras menetes 1 tetes
Klinis : ada 4 Type :
1) Muntah , udara usus (+)
2) Muntah , Udara usus (-)
3) Kalau makan/ minum , tersedak, udara usus (-)
4) Kalau makan /minum , tersedak , udara usus (+)
5) Kalau makan / minum , tersedak minimal , udara usus (+)
d. Atresia ani : BOF , posisi foto wangenstein stein rice position atau
knee cess position
Klinis :
Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah kelahiran
Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
2. Dewasa
Foto polos abdomen dewasa, di mintakan bila ada keluhan yang
mencurigakan
Kalau dugaan ileus, maka dimintakan foto BOF 2 posisi atau 3 posisi.
Kalau dugaan perforasi, dimintakan BOF 2 posisi atau 3 posisi
Kalau keluhan kolik abdomen, cukup BOF 1 posisi
Foto polos abdomen kadang bisa memberi informasi penting , antara lain :
a. Ascariasis
b. Batu empedu opak
c. Batu ginjal opak
d. Batu pancreas
e. Meteorismus
f. Pneumoperitoneum dan pneumatosis intestinalis
Persiapan BOF :
a. Makan bubur kecap mulai dua malam sebelum di foto,
b. dilanjutkan : pagi , siang , sore , satu malam sebelum di foto ,
c. dilanjutkan pagi hari saat di foto ‘ BOF’ .
d. Minum laxantia siang sehari sebelum di foto ‘BOF’
Pagi jam 04.00 , minum laxantia lagi
Bila perlu dilakukan lavement, sekitar jam 07.00 pagi baru di foto ‘BOF’
Tenggang waktu antara lavement dengan saat foto BOF , jangan terlalu lama
menjaga usus jangan sampai terisi udara , sehingga menganggu interpretasi
Pasien dilarang banyak bicara ataupun merokok , untuk hal yang sama
Tujuan semua ini agar isi perut mendekati homogen dan memudahkan
interpretasi foto
Termasuk kotoran di foto BOF: Fecal material dan udara didalam usus
b) Kolitis
Suatu peradangan akut /
kronis pada kolon yang dapat
disebabkan oleh infeksi / non
infeksi
Keterangan : Kaliber lumen
kolon descendens dalam batas
normal dengan haustra yang
mulai menghilang
c) Carcinoma recti
Tampak filling defect pada 1/3
tengah rectum yang memberikan
gambaran “apple care”
IVP (Intra Venous Pyelografi)
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dan bentuk calix kedua ginjal, ureter, VU, dan
urethra menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena (iv).
D. Penyuntikan kontras
Kontras disuntikkan secara intravena.
Ekskresi kontras lewat ginjal (utk dewasa: 5-7 menit pd org normal= 7 menit sudah
keluar)
Jenis kontras :
o Kontras ionic
Efek samping : alergi
Contoh : urrografin, telebrix dll.
o Kontras non ionic
Lebih mahal tapi tidak menimbulkan alergi
Contoh : Iopamiro
Pemilihan kontras :
o Kontras yang dipakai mengandung yodium sehingga bersifat nefrotoksik sehingga
jangan diulangi pemeriksaan IVP sebelum 1 minggu
o Dipilih kontras non ionic
Dosis normal kontras : 1 mg per kg/BB
F. Penilaian IVP
5” pertama : fungsi sekresi dan ekresi ginjal.
o Fungsi sekresi dikatan baik apabila tampak kontur ginjal dengan jelas karena nefro-
nefron ginjal terisi kontras dengan baik.
o Fungsi ekresi ginjal dikatan baik apbila kontras telah mengisi sintem pelvicalices.
o Namun dalam ekpertise belum boleh dikatakan baik karena pada dasarnya fungsi
sekresi dan ekresi ginjal haruslah sampai ke uretra.
o Kemudian nilai apakah ada pelebaran dari calices dan bandingkan antara kanan dan
kiri.
o Pelebaran PCS ginjal ada 2 , yaitu :
Pielo caliectasis non patologis
Hydronefrosis patologis.
Ada 4 tingkat hydronefrosis yaitu :
a) Hydronefrosis grade 1 : Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks.
Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.
b) Hydronefrosis grade 2 : Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks
berbentuk flattening, alias mendatar.
c) Hyhdronefrosis grade 3 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias
menonjol.
d) Hydronefrosis grade 4 : Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks
minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk ballooning alias
menggembung.
*Note : Penentuan grade berdasar lebar PCS dan cortex ginjal, makin tinggi
gradasinya, cortex ginjal makin tipis. Fungsi ginjal juga makin menurun.
15” : menilai drainase ureter.
o Apakah kedua ureter telah terisi kontras dan sebagian vesika urinaria juga terisi
kontras.
o Dinilai juga bentuk kalices apakah ada pelebaran. Normalnya berbentuk cuping.
Derajat pembesaran calices ada 4 grade :
Grade 1 : mendatar (flatering)
Grade 2 : tumpul (blunting)
Grade 3 : bulging
Grade 4 : balloning
30 “ : menilai vesika urinaria
Seluruh vesika urinaria telah terisi kontras dan dinilai apakah ada :
o Filling defek : untuk menilai apakah ada bagian VU yang tidak terisi oleh kontras,
untuk menilai apakah ada masa di buli-buli.
o Additional shadow : kelaianan organ yang menyebabkan permukaan organ
bertambah dan kontras mengisi permukaan tersebut. Seperti diverticulosis.
o Indentasi : kontras terisi keseluruh buli-buli namun terlihat bayangan suram yang
merupakan penekanan masa diluar organ.
Post voiding (PV) : menilai residu urine. Normalnya residu urine minimal.
Contoh Penilaian IVP (1) :
21 Januari 2015
1. DHF : efusi pleura bilateral, ascites klinis : demam 1 minggu
2. Ca servix : komplikasi hidronefrosis bilateral, calyx renalis extasis grade I
3. Batu ginjal multipel pada anak
4. Pielonefritis
5. Hemangioma colli : massa cyst di colli, di atas arteri carotis
6. Sistisis : dinding VU menebal, kronis – kalsifikasi pada dinding VU
7. Invaginasi mesenterium : gambaran “donat”, klinis – mual, susah kentut
22 Januari 2015
1. Appendicitis : USG digunakan untuk menyingkirkan DD, mencari komplikasi –
perforasi (cairan bebas di abdomen)
DD nyeri kolik regio inguinal dextra : Batu ureter distal – komplikasi hidronefrosis,
salpingitis, adneksitis
23 Januari 2015
1. Divertikel VU
2. Batu ginjal, batu buli-buli
3. Ca sigmoid : gambaran pseudo-kidney
4. Sistisis
26 Januari 2015
1. Sirosis hepatis
Etiologi : billiar chirosis, cardiac chirosis, metastase Ca mammae, hepatitis, alkohol
27 Januari 2015
1. Ca rectum : nodul di hepar, rectum menebal, pelebaran intrahepatal & bile duct
2. Kolesistisis : dinding gall bladder menebal
3. Sirosis hepatis : ada tumor trombus (bagian hepar yang masuk pembuluh darah) –
tanda hepatoma
4. Hidronefrosis : calyx menebal, ureter membesar
Batu 1/3 distal VU – IVP : Batu di UVJ (Ureter-Vesiko Junction)
5. DD : Typhoid : gall bladder membesar
Abses : leukosit tinggi
Ruptur gall bladder : akibat trauma
6. Epididimitis, orchitis : hiperemi
7. Nefritis kronis + tumor buli-buli :
Ginjal terlihat sama – berupa jaringan ikat, batas korteks dan medulla menghilang
Klinis : mual, muntah
Massa di buli-buli : 58 mm
8. Gaster : susah dievaluasi dengan USG menggunakan foto UGI
9. USG : isi cairan – hitam, isi udara – gambar kabur
Abses hepar : massa cyst di hepar
Akibat amoeba efusi pleura dextra
28 Januari 2015
1. Tumor buli-buli : gambaran nefritis kronis di kedua ginjal, massa du VU
2. Kolelitiasis : Batu gall bladder multiple (6 mm), dinding gall bladder tidak
menebal, HBD dan CBD tidak melebar, ginjal dan VU normal
3. Single nodul pada hepar : nodul di LLL hipoekhoik (26 mm),metastase proses (?)
4. Tumor buli-buli yang kemungkinan berasal dari prostat : tumor buli-buli, blood
clot +, batu ren sinistra + (0,5 cm)
5. USG Mammae : diminta kembali setelah H-10 menstruasi agar hasil lebih akurat
CT-SCAN
CT Scan Kepala Normal
Lapisan Kepala :
Anatomi CT-Scan
CT Scan pada Head Injury
Tanda Hematoma
1. Size
2. Sign and Symptoms korelasikan dengan gejala klinis.
Contoh : didapatkan hemiparesis dextra CT Scan fokus ke hemisfer cerebri
sinistra
3. Shift
Garis tengah otak dibentuk oleh falx cerebri dari duramater
Jika ada hematoma, maka midline shift bergeser TIK tinggi
Kompensasi :
a. Darah dari jantung dicegah masuk ke otak
b. N III : dilatasi pupil pada sis yang sama dengan lesi
c. Menyebabkan herniasi tentorial
4. Stand for side diberi tanda kanan / kiri
5. Site the hematom lokasi hematom. Misal : large right frontal & temporal,
acute subdural hematom
Gejala klinis
Lucid internal (+)
Kesadaran makin menurun
Hemiparese kontralateral lesi
Pupil anisokor
Refleks babinski (+) kontralateral
lesi
Fraktur darah temporal
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens (perdarahan) di
tulang tengkorak dan duramater,
umumnya di daerah temporal, dan
tampak bikonveks
SDH (Subdural Hematom)
Definisi
Perdarahan yang terjadi antara
duramater dan arakhnoid akibat
robeknya bridging vein
Gejala klinis
Sakit kepala
Kesadaran menurun +/-
Gambaran radiologis
Gambaran hiperdens (perdarahan)
diantara duramater dan arakhnoid,
umumnya karena robekan dari
bridging vein dan tampak seperti bulan
sabit
Gambaran radiologis
Perdarahan (hiperdens) di tulang
subarakhnoid
ICH (Intracerebral Hematom)
2. Klinis : COB
CT Scan kepala non kontras :
Tampak gambaran perdarahan basis cranii frontal kanan ukuran 2x4 cm
Mid line shift 12 mm
Ventrikel lateralis dan sulcus tampak sempit
Kesan : ICH dengan edema cerebri berat
3. Klinis : CVA Hemmoragik
28 Januari 2015
1. Klinis : Hidrocephalus post VP Shunt
2. Klinis : COB