ORYZA
DR. REZA | DR. RESTHIE | DR. CEMARA
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan Medan :
(belakang pasaraya manggarai) Jl. Setiabudi no. 65 G, medan
phone number : 021 8317064 Phone number : 061 8229229
pin BB D3506D3E / 5F35C3C2 Pin BB : 24BF7CD2
WA 081380385694 / 081314412212 Www.Optimaprep.Com
I L MU
P E N YA K I T
DALAM
1. Antidiabetic Drugs
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia
menurunnya kadar glukosa
darah < 70 mg/dL dengan
atau tanpa gejala otonom
Whipple triad
Gejala hipoglikemia
Kadar glukosa darah rendah
Gejala berkurang dengan
pengobatan
Penurunan kesadaran pada
DM harus dipikirkan
hipoglikemia terutama yang
sedang dalam pengobatan
Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. PERKENI 2015
2. Hipoglikemia
Tanda Gejala
Autonomik Rasa lapar, berkeringat, gelisah, Pucat, takikardia, widened
paresthesia, palpitasi, Tremulousness pulse pressure
Neuroglikopenik Lemah, lesu, dizziness, pusing, Cortical-blindness,
confusion, perubahan sikap, gangguan hipotermia, kejang, koma
kognitif, pandangan kabur, diplopia
Diagnosis KAD:
Kadar glukosa 250
mg/dL
pH <7,35
HCO3 rendah
Anion gap tinggi
Keton serum (+)
Harrisons principles of internal medicine
3. Ketoasidosis Diabetik
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh, gagal jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis di leher dan edema tungkai
Spirometri penyakit
obstruktif paru:
Forced expiratory volume/FEV1
Vital capacity
Hiperinflasi mengakibatkan:
Residual volume Normal COPD
Functional residual
Nilaicapacity
FEV1 pascabronkodilator
<80% prediksi memastikan ada
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
1. Color Atlas of Patophysiology. 1st ed. Thieme: 2000.
2. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine. Lange: 2003.
3. Murray & Nadels Textbook of respiratory medicine. 4th ed. Elsevier: 2005.
4. PPOK: diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI 2011
7. Penyakit Paru
Radiologi PPOK:
Pada emfisema terlihat:
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum)
Pada bronkitis kronik:
Normal
Corakan bronkovaskular bertambah pada 21% kasus.
PPOK (klasifikasi)
Dalam penilaian derajat PPOK diperlukan beberapa penilaian
seperti
Penilaian gejala dengan menggunakan kuesioner COPD
Assesment Test (CAT) serta The modified British Medical
Research Council (mMRC) untuk menilai sesak nafas;
Penilaian derajat keterbatasan aliran udara dengan
spirometri
GOLD 1: Ringan: FEV1 >80% prediksi
GOLD 2: Sedang: 50% < FEV1 < 80% prediksi
GOLD 3: Berat: 30% < FEV1 < 50% prediksi
GOLD 4: Sangat Berat: FEV1 <30% prediksi
Penilaian risiko eksaserbasi
Klasifikasi PPOK
Kategor Karakteri Spirome Eksaserbasi CAT mMRC
i stik tri per tahun
Rivalta - +
Kriteria light - +
1/lebih:
LDH cairan pleura/LDHserum >0,6
LDH cairan >2/3 LDH serum
Protein pleura/Protein serum >0,5
10. Efusi Pleura
Fungsi: meminimalkan
gesekan antar-pleura
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17.
3.Mundt LA, Shanahan K. Serous body fluid. Graffs Text book of urinalysis and body fluids. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins; 2011. p.241-52.
10. Efusi Pleura
Tekanan hidrostatik kapiler
mendorong cairan ke
ekstravaskular
Permeabilitas kapiler
Contoh: inflamasi/infeksi
Aliran Limfatik
Contoh: obstruksi (keganasan),
destruksi (radioterapi)
Tekanan onkotik
Contoh: hipoalbuminemia
1.Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Serous fluid. Urinalysis and body fluids. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2008. p.221-32.
2.Light RW. Physiology of the pleural space. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013:8-17..
10. Efusi Pleura
10. Efusi Pleura
10. Efusi Pleura
Classical radiologic signs are consistent with a dependent opacity with lateral upward sloping of a
meniscus-shaped contour. The diaphragmatic contour is partially or completely obliterated, depending
on the amount of collected fluid (silhouette sign). In case of massive effusion, all the hemi -thorax can be
filled and mediastinum can be shifted contra laterally.
10. Efusi Pleura
Amoxicillin or ampicillin
should not be used for
empirical treatment given
the relatively poor efficacy
13. Tatalaksana Sistitis Akut
Berdasarkan pedoman IAUI
Antibiotik pilihan pada terapi sistitis akut
adalah:
Nitrofurantoin, cephalosporin generasi ke 2 dan 3,
fluoroquinolone, Aminopenisilin + BLO (beta
lactamase inhibitor)
13. Tatalaksana Sistitis Akut
Pada soal tersebut pasien masih termasuk sistitis
akut tanpa komplikasi sehingga cukup diberikan
obat oral
Cefadroxil cephalosporin generasi 1
Amoksisilin tidak direkomendasikan
Cefotaksim sediaan IV
Ceftriakson sediaan IV
Sehingga jawaban paling tepat adalah Cefixime
yang merupakan obat cephalosporin oral
generasi ke-3
14. Hypersensitivity Reaction
14. Hypersensitivity Reaction
14. Anaphylactic
Shock
During the recovery phase, constitutional symptoms disappear, but usually some
liver enlargement and abnormalities in liver biochemical tests are still evident.
Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. 2011.
16. Hepatitis
17. Colorectal Cancer
Colorectal cancers occur at a mean age of 69.
Risk factor:
high animal fat diet, hereditary polyposis, IBD.
Symptoms vary with anatomic locations:
Stool is relatively liquid as it passes through the right
colon no obvious obstructive symptoms or
noticeable alterations in bowel habits.
Lesions of the right colon commonly ulcerate, leading
to chronic, insidious blood loss without a change in
the appearance of the stool anemia of iron
deficiency fatigue, palpitations, & even angina
pectoris.
Harrisons principles of internal medicine.
Current diagnosis & treatment in gastroenterology
17. Colorectal Cancer
Symptoms:
Since stool becomes more
formed as it passes into the
transverse & descending
colon, tumors arising there
tend to impede the passage
of stool, resulting in the
development of abdominal
cramping, occasional
obstruction, & even
perforation. Radiographs of
the abdomen often reveal
characteristic annular,
constricting lesions ("apple-
core" or "napkin-ring")
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
22. Leukemia
CLL CML ALL AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets. This
makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence Over 55 y.o. Mainly adults Common in Adults &
children children
Symptoms & Grows slowly may Grows quickly feel sick & go to
Signs asymptomatic, the disease is found their doctor.
during a routine test.
Fever, swollen lymph nodes, frequent infection, weak,
bleeding/bruising easily, hepatomegaly/splenomegaly, weight loss,
bone pain.
Lab Mature Mature granulocyte, Lymphoblas Myeloblast
lymphocyte, dominant myelocyte t >20% >20%, aeur rod
smudge cells & segment may (+)
Therapy Can be delayed if asymptomatic Treated right away
CDC.gov
Sel blas dengan Auer rod pada leukemia Leukemia mielositik kronik
mieloblastik akut
Pada soal terdapat udara (gas forming) sehingga pilihan terapi adalah beta
lactam+beta lactamase atau karbapenem atau sefalosporin generasi 2/3 +
klindamisin atau metronidazole
Metronidazole diberikan jika terdapat odor atau bau pada luka
Kaki Diabetik
Metabolic control pengendalian gula darah, lipid,
albumin, hemoglobin, dsb
Vascular control perbaikan asupan vaskular (dengan
operasi atau angioplasti terutama pada ulkus iskemik)
Infection control pengobatan infeksi agresif
Wound control konsep TIME (Tissue debridement,
Inflammation and infection control, Moisture balance,
Epithelial edge advancement)
Pressure control mengurangi tekanan kaki,
pembuangan kalus, sepatu ukuran yang sesuai
Education control edukasi perawatan kaki mandiri
25. Hepatologi
Sirosis hepatis adalah stadium akhir fibrosis
hepatik progresif ditandai dengan distorsi
arsitektur hepar dan pembentukan nodul
regeneratif.
Terjadi akibat nekrosis hepatoseluler
Sirosis hati kompensatabelum ada gejala klinis
Sirosis hati dekompensata gejala klinis yang jelas
Etiologialkohol, hepatitis, biliaris, kardiak,
metabolik, keturunan, obat
Di Indonesia, 40-50% disebabkan oleh hepatitis B
GDT
Besi serum
Ferritin Ferritin N/
Shock
Bleeding
Primary infection: Secondary infection:
IgM: detectable by days 35 after the onset of IgG: detectable at high levels in the initial phase,
illness, by about 2 weeks & undetectable after persist from several months to a lifelong period.
23 months.
IgG: detectable at low level by the end of the first IgM: significantly lower in secondary infection
week & remain for a longer period (for many cases.
years).
29. Hiperkalemia
29.
Hiperkalemia
Kalium > 5,5 mmol/L
Penurunan eksresi kalium
pada pasien CKD
Tanda dan gejala:
iritabilitas otot dan saraf,
takikardia, diare,
perubahan EKG, aritmia
jantung, paralisis
30. Demam rematik
Penyakit sistemik yang terjadi setelah faringitis akibat
GABHS (Streptococcus pyogenes)
Usia rerata penderita: 10 tahun
Komplikasi: penyakit jantung reumatik
Demam rematik terjadi pada sedikit kasus faringitis
GABHS setelah 1-5 minggu
Pengobatan:
Pencegahan dalam kasus faringitis GABHS: penisilin/
ampisilin/ amoksisilin/ eritromisin/ sefalosporin generasi I
Dalam kasus demam rematik:
Antibiotik: penisilin/eritromisin
Antiinflamasi: aspirin/kortikosteroid
Untuk kasus korea: fenobarbital/haloperidol/klorpromazin
Chin TK. Pediatric rheumatic fever. http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview
Behrman RE. Nelsons textbook of pediatrics, 19th ed. McGraw-Hill; 2011.
30. Demam rematik
Sekuelae demam
reumatik akut yang
tidak di-tx adekuat
Manifestasi 10-30 th
pasca DRA
Penyakit jantung
katup
MS: fusi komisura
fish mouth
AI + MS
AS + AI + MS
Source: Valvular Heart Disease. Lilly LS. Pathophysiology of Heart Disease. 4th ed. 2007.
Sabatine MS. Pocket Medicine. 4th ed. 2011.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium menentukan ada tidaknya reuma aktif/reaktivasi.
EKG
Pada insufisiensi mitral yang ringan: Hanya terlihat gambaran P mitral dengan aksis
dan kompleks QRS yang masih normal. Pada tahap lanjut terlihat aksis yang
bergeser ke kiri dan disertai hipertrofi ventrikel kiri.
Foto toraks
Kasus ringan tanpa gangguan hemodinamik yang nyata, besar jantung biasanya
normal.
Keadaan lebih berat: Terlihat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri, serta
mungkin tanda-tanda bendungan paru. Kadang-kadang terlihat perkapuran pada
anulus mitral.
Fonokardiografi: Mencatat konfirmasi bising dan mencatat adanya bunyi jantung ketiga
pada insufisiensi mitral sedang sampai berat.
Ekokardiografi
Mengevaluasi gerakan katup, ketebalan, serta adanya perkapuran pada mitral.
Ekokardiografi Doppler dapat menilai derajat regurgitasi.
31. IBS
Irritable Bowel Syndrome (IBS) kelainan
fungsional usus kronik berulang dengan nyeri
atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang
berkaitan dengan defekasi atau perubahan
kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3
bulan.
Rasa kembung, distensi, dan gangguan
defekasi merupakan ciri-ciri umum dari IBS.
Tidak ada bukti kelainan organik.
Pada tampakan anterior, yang mungkin teraba adalah lobus hepar kanan dan
kiri
Lobus caudatus dan quadratus pada tampakan posterior
hepar
33. Fisiologi absorbsi Fe
pH asam
meningkatkan
absorbsi besi dengan
membantu mereduksi
Fe3+ menjadi Fe2+
Antasida, phytate,
tannin menghambat
absorbsi besi
Askorbat, sitrat, asam
amino memfasilitasi
absorbsi besi
34. SLE
Merupakan penyakit inflamasi autoimun
kronis peradangan pada kulit, sendi, ginjal,
paru-paru, sistem saraf dan organ tubuh
lainnya
FAKTOR RESIKO
Kebanyakan mengenai
wanita : pria 9-14:1
usia reproduksi, 20 sampai 30 tahun
kelompok kulit hitam dan Asia.
ETIOLOGI
Faktor genetik
imunologik
hormonal serta
lingkungan
Symptoms:
Heartburn; midline retrosternal burning sensation that
radiates to the throat, occasionally to the intrascapular
region.
Others: regurgitation, dysphagia, regurgitation of excessive
saliva.
GI-Liver secrets
35. GERD
Management:
Aggressive lifestyle modification & pharmacologic therapy.
Surgery is encouraged for the fit patient who requires chronic
high doses of pharmacologic therapy to control GERD or who
dislikes taking medicines.
Endoscopic treatments for GERD are very promising, but
controlled long-term comparative trials with proton pump
inhibitors and/or surgery are lacking.
36. Neutropenia
All patients who are treated with
chemotherapy are at risk for the development
of neutropenic complications.
Chemotherapy predisposes patients with
cancer to infections both by suppressing the
production of neutrophils and by cytotoxic
effects on the cells that line the alimentary
tract.
36. Neutropenia
D
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
37. Penyakit katup Jantung
Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th ed. Lipincott Williams & Wilkins; 2011.
38. ACLS
ACLS 2015
Kompresi 100-120
kali
Kedalaman
minimal 5 cm
maksimal 6 cm
39. Asma
Definisi:
Gangguan inflamasi kronik
saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya.
Inflamasi kronik mengakibatkan
hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik
berulang:
mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan napas yang
luas, bervariasi & seringkali
bersifat reversibel.
PDPI, Asma pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
GINA 2005
39. Asma
Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala batuk,
sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca.
Tanda klinis: sesak napas, mengi, & hiperinflasi. Serangan berat: sianosis,
gelisah, sukar bicara, takikardi, penggunaan otot bantu napas.
Gambaran radiologis:
Infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
40. Pneumonia
Diagnosis pneumonia nosokomial:
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah
dirawat di rumah sakit dan menyingkirkan semua
infeksi yang inkubasinya terjadi pada waktu masuk
rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas
dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
suhu tubuh > 38oC
sekret purulen
leukositosis
Pneumonia nosokomial, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
40. Pneumonia
41. Analisis Gas Darah
Disorder Problem Etiology Physical findings
Metabolic Gain of H+ or Diarrhea, RTA, KAD, lactic Kussmaul respiratory, dry
acidosis loss of HCO3- acidosis mucous membrane,
specific physical finding
to its cause
Metabolic Gain of HCO3- Loss of gastric secretion Tetany, Chvostek sign,
alkalosis or loss of H+ (vomiting), thiazide/loop specific physical finding
diuretics to its cause
Respiratory Hypoventilation COPD, asthma, CNS disease, Dyspnea, anxiety,
acidosis (CO2 retention) OSA cyanosis, specific physical
finding to its cause
Respiratory Hiperventilation Hypoxia tachypnea Hyperventilation, cardiac
alkalosis (CO2 loss), high pneumonia, pulm. rhythm disturbance
altitude Edema, PE, restrictive lung
disease
42. Diet
rendah
kolesterol
43. Addison Disease
Addison disease (or Addison's disease) is
adrenocortical insufficiency due to the destruction or
dysfunction of the entire adrenal cortex.
Sign and symptoms:
Hyperpigmentation of the skin and mucous membranes
Dizziness
Myalgias and flaccid muscle paralysis
Impotence and decreased libido
progressive weakness, fatigue, poor appetite, and weight
loss
43. Endokrin
43. Endokrin
Addisons disease
ketidakmampuan korteks
adrenal memproduksi
gukokortikoid dan/atau
mineralokortikoid
Defisiensi kortisol umpan
balik pada aksis hipotalamus-
pituitary meningkatkan
kadar ACTH plasma
Defisiensi mineralokortikoid
produksi renin meningkat oleh
sel juxtaglomerular di ginjal
90% disebabkan oleh autoimun
Penyebab lain: tuberkulosis, adrenalektomi, neoplasia, genetik,
iatrogenik, obat (eg. Etomidadinhibisi sintesis kortisol)
44. Dengue Fever
Transfusi trombosit:
Hanya diberikan pada
DBD dengan
perdarahan masif (4-5
ml/kgBB/jam) dengan
jumlah trombosit
<100.000/uL, dengan
atau tanpa DIC.
Pasien DBD
trombositopenia tanpa
perdarahan masif tidak
diberikan transfusi
trombosit.
45. PPOK Eksaserbasi
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai kondisi
akut yang ditandai dengan perburukan gejala
respirasi dan variasi gejala normal haran dan
membutuhkan perubahan terapi.
Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi, polusi
udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi
Gejala eksaserbasi:
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum (sputum menjadi purulent)
45. PPOK Eksaserbasi
Eksaserbasi akut dibagi menjadi 3 menurut
Anthonisen 1987:
Tipe I (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala
eksaserbasi
Tipe 2 (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala
eksaserbasi
Tipe 3 (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala
ditambah infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari,
demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk,
peningkatan mengi atau peningkatan frekuensi
pernapasan >20% dari nilai dasar, atau frekuensi nadi
>20% dari nilai dasar.
45. Antibiotik pada PPOK Eksaserbasi
Antibiotik diberikan pada
Pasien PPOK eksaserbasi dengan semua gejala
cardinal (sesak napas yang bertambah, meningkatnya
jumlah sputum, dan bertambahnya purulensi sputum)
Pasien PPOK eksaserbasi dengan dua dari gejala
cardinal, apabila salah satunya adalah bertambahnya
purulensi sputum
Pasien PPOK eksaserbasi berat yang membutuhkan
ventilasi mekanis (invasive atau non-invasive)
45. Antibiotik pada PPOK
Pengobatan oral Alternatif oral Parenteral
Eksaserbasi ringan Pasien sebaiknya tidak -lactam/-lactamase
mendapatkan antibiotic inhibitor
Makrolid (azitromisin,
Bila ada indikasi dapat klaritromisin)
diberikan: -lactam, Sefalosporin generasi 2
tetrasiklin, trimethoprim dan 3
sulfametoksazol Ketolid (telitromisin)
Inflamasi - + + +
Predileksi Pinggul, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki, pergelangan Sacroiliac
punggung, 1s t CMC, tangan/kaki, kaki kaki & tangan Spine
DIP, PIP Perifer besar
Temuan Sendi Bouchards nodes Ulnar dev, Swan neck, Kristal urat En bloc spine
Heberdens nodes Boutonniere enthesopathy
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia erosi Erosi
erosi ankilosis
leading eventually to
chronic gouty arthritis &
the appearance of tophi.
GDT
Besi serum
Ferritin Ferritin N/
Surgery
Cholecystectomy (open or laparoscopic)
Cholecystostomy
Endoscopic sphincterotomy
Surgery
Cholecystectomy for asymptomatic gallstones
may be indicated in the following patients:
large (>2 cm) gallstones
nonfunctional or calcified (porcelain) gallbladder on
imaging studies and are at high risk of gallbladder
carcinoma
spinal cord injuries or sensory neuropathies affecting
the abdomen
sickle cell anemia in whom the distinction between
painful crisis and cholecystitis may be difficult
51. Demam Tifoid
demam persisten
nyeri kepala
gejala abdomen (biasanya berupa nyeri
epigastrium, diare atau konstipasi), mual, muntah
bradikardi relatif,
lidah yang tremor dan berselaput
meteorismus.
hepatomegali, splenomegali
207
Patofisiologi Demam Tifoid
S. Typhi masuk
sampai usus halus
menembus sel epitel
ke lamina propria
difagosit makrofag
berkembang biak dalam
makrofag ke Plak
Peyeri KGB
mesenterika duktus
torasikus bakterimia
ke hepar& lien
bakterimia dan
diekskresikan bersama
cairan empedu ke lumen
usus
Sensitivity of Typhoid Cultures
Nyeri epigastrik dapat ditemukan pada ulkus gastrikum dan ulkus duodenum.
Ulkus duodenum:
Nyeri timbul 90 menit 3 jam setelah makan
Nyeri berkurang dengan antasid atau makanan
Nyeri timbul pada malam hari (tengah malan sampai jam 3 pagi)
GU:
Nyeri dipresipitasi oleh makanan
HbA1c 9%
dan obat lain 7%
dengan mekanisme
kerja yang berbeda
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
Penyebab:
Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
ACTH ektopik (C/: ca paru)
Tumor adrenokortikal
Glukokorticod eksogen (obat)
https://www2.kidney.org/professionals/kd
oqi/guidelines_bp/guide_8.htm
62. PULSELESS
VT
63. DIAGNOSIS TGT
http://www.medscape.org/viewarticle/743475_5
70. SINDROM CUSHING
Sindrom Cushing
(hiperadrenokortikalism/hiperkortisolism)
Kondisi klinis yang disebabkan oleh
pajanan kronik glukokortikoid
berlebih karena sebab apapun.
Penyebab:
Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
ACTH ektopik (C/: ca paru)
Tumor adrenokortikal
Glukokorticod eksogen (obat)
http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/205/diagnosis/s
tep-by-step.html
72. EFEK SAMPING SALBUTAMOL
Tremor halus
Palpitasi
Takikardia
Nyeri dada
Sakit kepala
Kram otot
Hipokalemia
Gangguan miksi
73. LEPTOSPIROSIS
Infection through the
mucosa or wounded skin
Proliferate in the
bloodstream or
extracellularly within organ
Disseminate
hematogenously to all
organs
Manifestasi klinis:
Nyeri pinggang
Kolik abdomen
Oliguria
Hematuria
Terapi:
Hidrasi agresif untuk meningkatkan aliran urine
Alkalinisasi (biknat) untuk melarutkan kristal asam jengkolat
75. Intoksikasi Asam Jengkolat
Methimazole
Dosis awal metimazol 10-20 mg/hari, setelah tes fungsi tiroid
normal dosis diturunkan menjadi 5-10 mg/hari.
Waktu paruhnya panjang, dapat diberikan satu kali/hari &
insidens efek samping lebih rendah
Beta bloker
Propranolol, 10-40 mg tiap 4-6 jam,
Atenolol 25-50 mg/hari.
The Indonesian Society of Endocrinology Task Force on Thyroid Diseases. Indonesian Clinical Practice Guidelines for Hyperthyroidism
77. ANEMIA MAKROSITIK
Anemia makrositik megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vit B12 dan
asam folat. Keduanya memberi gambaran makro-ovalosit dan neutrofil
hipersegmentasi.
Gejala anemia yang timbul, antara lain cepah lelah dan pucat, kekuningan.
Gangguan neurologi hanya terjadi pada defisiensi vitamin B12, tidak pada
defisiensi folat. Gejala neurologi yang ditemukan:
Neuropati perifer: kesemutan, kebas, lemas
Kehilangan sensasi proprioseptif (posisi) dan getaran
Gangguan memori, depresi, iritabilitas
Neuropati optik: penglihatan kabur, gangguan lapang pandang
Anemia Makrositik
http://www.hkmj.org/system/files/hkmj14
4383-fig1.jpg
81. KONJUNGTIVITIS VERNAL
Nama lain:
spring catarrh/seasonal conjunctivitis/warm weather conjunctivitis
Disebut vernal karena exaserbasi paling sering pada musim semi
(spring)
Etiologi: reaksi hipersensitivitas bilateral (alergen sulit diidentifikasi)
Epidemiologi:
Dimulai pada masa prepubertal, bertahan selama 5-10 tahun sejak
awitan
Laki-laki > perempuan
Paling sering pada Afrika Sub-Sahara & Timur Tengah
Temperate climate > warm climate > cold climate (hampir tidak ada)
Terkait dengan manifestasi atopi lainnya seperti asma dan rinitis alergi
pada setengah kasus
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia:
McGraw-Hill, 2007.
Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
84. PTERIGIUM
Pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva,
bersifat degeneratif dan invasif
Terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas
ke daerah kornea
Mudah meradang
Etiologi: iritasi kronis karena debu, cahaya
matahari, udara panas
Keluhan : asimtomatik, mata iritatif, merah,
mungkin terjadi astigmat (akibat kornea
tertarik oleh pertumbuhan pterigium), tajam
penglihatan menurun
Tes sonde (-) ujung sonde tidak kelihatan
pterigium
Pengobatan : konservatif; Pada pterigium
derajat 1-2 yang mengalami inflamasi,
pasien dapat diberikan obat tetes mata
kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari
selama 5-7 hari. Pada pterigium derajat 3-4
dilakukan tindakan bedah
PTERIGIUM DIAGNOSIS BANDING
85. Ectopia lentis
Ectopia lentis is defined as displacement or malposition of
the crystalline lens of the eye
Disruption or dysfunction of the zonular fibers of the lens,
regardless of cause (trauma or heritable condition) is the
underlying pathophysiology of ectopia lentis alposition of
the crystalline lens of the eye.
The most common ocular manifestation of ectopia lentis is :
reduction in visual acuity, most often due to high lenticular
myopia
Minimal subluxation of a lens may cause no visual symptoms
but when the zonules are disrupted causing increased curvature
of the lens the result may be lenticular myopia and astigmatism.
According to Nelson LB, Maumenee IH et al, Ectopia
lentis can be classified as
A. Genetic Ectopia lentis without Systemic disorders with rarely associated ectopia
lentis
systemic manifestation Ehlers Danlos syndrome
Simple ectopia lentis. Crouzon disease
Refsum syndrome
Ectopia lentis Et pupillae Kniest syndrome
B. Systemic disorders associated with Mandibulofacial dysostosis
ectopia lentis Sturge Weber syndrome
Conradi syndrome
Systemic disorders with Pfaundler syndrome
commonly associated ectopia Pierre syndrome
lentis Wildervanck syndrome
Marfans syndrome Sprengel deformity
C. Ocular disorders with ectopia lentis without hereditary
Homocystinuria predisposition.
ocular trauma 53% of cases in one series.
Weill Marchesani syndrome
Retinitis pigmentosa, persistant papillary
Hyperlysinemia membrane, aniridia, Reigers anomaly, megalo
cornea, blepharoptosis & high myopia as well as
Sulfite oxidize deficiency congenital glaucoma
86. KELAINAN REFRAKSI -MIOPIA
MIOPIA bayangan difokuskan di Normal aksis mata 23 mm (untuk
depan retina, ketika mata tidak setiap milimeter tambahan
panjang sumbu, mata kira-kira
dalam kondisi berakomodasi
lebih miopik 3 dioptri)
(dalam kondisi cahaya atau benda
Normal kekuatan refraksi kornea
yang jauh) (+43 D) (setiap 1 mm penambahan
Etiologi: diameter kurvatura kornea, mata
Aksis bola mata terlalu panjang
lebih miopik 6D)
miopia aksial Normal kekuatan refraksi lensa
Miopia refraktif media refraksi yang (+18D)
lebih refraktif dari rata-rata: People with high myopia
kelengkungan kornea terlalu besar more likely to have retinal detachments
and primary open angle glaucoma
Dapat ditolong dengan
more likely to experience floaters
menggunakan kacamata negatif
(cekung)
KELAINAN REFRAKSI -MIOPIA
Miopia secara klinis :
Simpleks: kelainan fundus ringan, < -6D
Patologis: Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau
miopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada
pemeriksaan oftalmoskopik, > -6D
Miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa :
Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.
Miopia berdasarkan umur :
Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.
Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 thn.
Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).
87. ULKUS KORNEA
Gejala Subjektif
Ulkus kornea adalah hilangnya Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
sebagian permukaan kornea akibat Sekret mukopurulen
kematian jaringan kornea Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
ditandai dengan adanya infiltrat Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
supuratif disertai defek kornea
Silau
bergaung, dan diskontinuitas Nyeri
jaringan kornea yang dapat terjadi infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit
dari epitel sampai stroma. nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea
dan tidak disertai dengan robekan lapisan
epitel kornea.
Etiologi: Infeksi, bahan kimia,
trauma, pajanan, radiasi, sindrom Gejala Objektif
Injeksi siliar
sjorgen, defisiensi vit.A, obat-
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
obatan, reaksi hipersensitivitas, adanya infiltrat
neurotropik Hipopion
Keratitis/ulkus Fungal
Etiology
Aspergillus sp penyebab keratitis paling sering di dunia
Gejala nyeri biasanya dirasakan diawal, namun lama-lama
berkurang krn saraf kornea mulai rusak.
Paling sering pada laki laki usia 21-60 tahun,
Pemeriksaan oftalmologi :
Grayish-white corneal infiltrate with a rough, dry texture and feathery
borders; infiltrat berada di dalam lapisan stroma
Lesi satelit, hipopion, plak/presipitat endotelilal
Bisa juga ditemukan epitel yang intak atau sedikit meninggi di atas
infiltrat stroma
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Fungal Ulcer
Faktor Resiko :
Lokal
Trauma-kornea akibat terkena tumbuhan atau benda benda organik 55-
65 %
Lensa Kontak 29 %
Iatrogenic setelah bedah katarak, operasi refraksi, LASIK, penetrating
keratoplasty
Penggunaan steroid topical 4-30%. Penggunaan steroid dapat mengaktivasi
dan meningkatkan virulensi fungi
Kelainan pada permukaan kornea dry eye, bullous keratopathy, exposure
keratitis, allergic conjunctivitis
Sistemik
Diabetes-5%
Malnutrisi-1%
Alcoholism jarang
HIV jarang
Pasien ICU yang menderita penyakit kronik atau dirawat lama
Typical clinical Feature
Bacterial Ulcer Fungal Ulcer
1. History of trauma to the cornea, contact lens 1. History of trauma with vegetable matter
wear
2. Suspect fungal ulcer if patient reports
2. Pain, redness, watering,decrease in vision
agriculture as main occupation.
3. Lid oedema (marked in gonococcal ulcer),
purulent discharge in gonococcal ulcer and bluish 3. Pain and redness are similar to bacterial
green discharge in pseudomonas corneal ulcer ulcer. But lid oedema is minimal even in
4. Round or oval in shape involving central or para severe cases unless patients have received
central part of the cornea. Rest of the cornea is native medicines or peri ocular injections.
clear. Hypopyon may or may not be present. 4. Early fungal ulcer may appear like a
5. In pneumococcal ulcer the advancing border will dendritic ulcer of herpes simplex virus. The
have active infiltrate with undermined edges and feathery borders are pathognomonic clinical
the trailing edge may show signs of healing. Most of
the pneumococcal ulcers will show leveled
features. Satellite lesions, immune ring, and
hypopyon associated with Dacryocystitis. unlevelled hypopyon may aid in diagnosis.
6. Pseudomonas ulcer will have short duration, 5. The surface is raised with greyish white
marked stromal oedema adjacent to the ulcer with creamy infiltrates, which may or may not
rapid progression. If untreated, will perforate within appear dry.
2-3 days. Advanced ulcer may involve the sclera
also. 6. Ulcer due to pigmented fungi will appear
7. Ulcers caused by Moraxella and Nocardia are
as brown or dark; raised, dry, rough, leathery
slowly progressive in immunocompromised hosts plaque on the surface of the cornea
WHO. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary, Secondary & Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region. 2004
88. Keratokonjungtivitis
Konjungtivitis Keratitis Ulkus kornea Uveitis
Visus N <N <N N/<N
Sakit - ++ ++ +/++
Fotofobia - +++ - +++
Eksudat +/+++ -/+++ ++ -
Sekresi + - + +
Etiologi Bakteri/jamur/virus/a Bakteri/jamur/virus Infeksi, bahan kimia, Reaksi
lergi /alergi trauma, pajanan, imunologik
radiasi, sindrom lambat/dini
sjorgen, defisiensi
vit.A, obat-obatan,
reaksi
hipersensitivitas,
neurotropik
Tatalaksana Obat sistemik/topikal Obat Obat sesuai etiologi Steroid
sesuai etiologi sistemik/topikal
sesuai etiologi
Azari A, Barney N. Conjunctivitis A Systematic Review of Diagnosis and Treatment. JAMA: 310(16).2013
89-90. DAKRIOSISTITIS
Partial or complete obstruction of the nasolacrimal duct
with inflammation due to infection (Staphylococcus aureus
or Streptococcus B-hemolyticus), tumor, foreign bodies,
after trauma or due to granulomatous diseases.
Clinical features : epiphora, acute, unilateral, painful
inflammation of lacrimal sac, pus from lacrimal punctum,
fever, general malaise, pain radiates to forehead and teeth
Diagnosis : Anel test(+) :not dacryocystitis, probably skin
abcess; (-) or regurgitation (+) : dacryocystitis. Swab and
culture
Treatment : Systemic and topical antibiotic, irrigation of
lacrimal sac, Dacryocystorhinotomy
DAKRIOSISTITIS ANATOMI DUKTUS LAKRIMALIS
Uji Anel
Evaluasi Sistem Lakrimal-Drainase Lakrimal :
Uji Anel : Dengan melakukan uji anel, dapat diketahui apakah fungsi dari
bagian eksresi baik atau tidak.
Cara melakukan uji anel :
Lebarkan pungtum lakrimal dengan dilator pungtum
Isi spuit dengan larutan garam fisiologis. Gunakan jarum lurus atau bengkok
tetapi tidak tajam
Masukkan jarum ke dalam pungtum lakrimal dan suntikkan cairan melalui
pungtum lakrimal ke dalam saluran eksresi , ke rongga hidung
Uji anel (+): terasa asin di tenggorok atau ada cairan yang masuk hidung.
Uji anel (-) jika tidak terasa asinberarti ada kelainan di dalam saluran
eksresi.
Jika cairan keluar dari pungtum lakrimal superior, berarti ada obstruksi di
duktus nasolakrimalis. Jika cairan keluar lagi melalui pungtum lakrimal
inferior berarti obstruksi terdapat di ujung nasal kanalikuli lakrimal
inferior, maka coba lakukan uji anel pungtum lakrimal superior.
Komplikasi dakriosistitis
Resiko penyebaran infeksi ke superficial
(selulitis), atau organ yang lebih dalam
(selulitis orbita, abses orbita)
Terbentuknya jaringan parut
Epistaxis
Meningitis dan Rhinorea CSF
91. Anisometropia
Def: a difference in refractive error between
their two eyes
Children who have anisometropia are known
to be at risk of amblyopia.
However there is considerable variability
among professional groups and clinician
investigators as to which aspects of refractive
error should be used to define anisometropia
Associations between Anisometropia, Amblyopia, and Reduced Stereoacuity in a School-Aged Population with a High Prevalence of Astigmatism
Dobson et al. Investigative Ophthalmology & Visual Science, October 2008, Vol. 49, No. 10. 4427-4436
Anisometropic & Amblyopia
When the magnitude of anisometropia exceeded 1.75 D,
the more myopic eye was almost always the sighting
dominant eye.
Anisometropic amblyopia is the second most common
cause of amblyopia (present as single cause in 37% of cases
and present concomitantly with strabismus in an additional
24% of clinical populations.)
Anisometropic amblyopia occurs when unequal focus
between the two eyes causes chronic blur on one retina.
Anisometropic amblyopia can occur with relatively small
amounts of asymmetric hyperopia or astigmatism.
Larger amounts of anisomyopia are necessary for
amblyopia to develop.
Ocular characteristics of anisometropia Stephen J Vincent. Institute of Health and Biomedical Innovation School of Optometry Queensland University of Technology &
http://eyewiki.aao.org/Anisometropic_Amblyopia & Treatment of Anisometropic Amblyopia in Children with Refractive Correction . Pediatric Eye Disease Investigator Group. Ophthalmology
2006;113:895903
Interocular acuity difference criteria in anisometropia
Interocular
Acuity
Difference
Criteria in
Anisometropia
Congenital abnormal eye present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus
glaucoma development, (>12 mm)
congenital infection
Secondary Drugs (corticosteroids) Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
glaucoma Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute glaucoma end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of pupillary light
reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The
treatment destructive procedure like cyclocryoapplication,
cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol
http://emedicine.medscape.com/articl e/1206147
Glaukoma Akut
http://emedicine.medscape.com/article/798811
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop
(slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
104. KATARAK-SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang 4 stadium: insipien, imatur (In some patients, at
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 this stage, lens may become swollen due to
tahun continued hydration intumescent cataract),
matur, hipermatur
Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak Gejala : distorsi penglihatan, penglihatan
Etiologi :belum diketahui secara pasti kabur/seperti berkabut/berasap, mata tenang
multifaktorial: Penyulit : Glaukoma, uveitis
Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan Tatalaksana : operasi (ICCE/ECCE)
pengaruh genetik
Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi
yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
Faktor imunologik
Gangguan yang bersifat lokal pada lensa,
seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi
cahaya matahari.
Gangguan metabolisme umum
105. Keratitis
Konjungtivitis Keratitis Ulkus kornea Uveitis
Visus N <N <N N/<N
Sakit - ++ ++ +/++
Fotofobia - +++ - +++
Eksudat +/+++ -/+++ ++ -
Sekresi + - + +
Etiologi Bakteri/jamur/virus/a Bakteri/jamur/virus Infeksi, bahan kimia, Reaksi
lergi /alergi trauma, pajanan, imunologik
radiasi, sindrom lambat/dini
sjorgen, defisiensi
vit.A, obat-obatan,
reaksi
hipersensitivitas,
neurotropik
Tatalaksana Obat sistemik/topikal Obat Obat sesuai etiologi Steroid
sesuai etiologi sistemik/topikal
sesuai etiologi
O U TC O M E V S I M PA C T
Indikator outcome dan impact sering kali disamakan atau dijadikan sebagai satu
kesatuan. Namun pada umumnya indikator outcome lebih menilai luaran jangka
pendek dan untuk wilayah setempat, sedangkan indikator impact lebih menilai
luaran jangka panjang dan dampak untuk wilayah yang lebih luas. Outcome
bersifat dinamis (lebih mudah berubah dibandingkan impact).
109. LANGKAH MEMBANGUN
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
Seluruh personel RS memiliki kesadaran yang konstan dan aktif tentang hal yang potensial
menimbulkan kesalahan.
Baik staf maupun organisasi RS mampu membicarakan kesalahan, belajar dari kesalahan tersebut
dan mengambil tindakan perbaikan.
Bersikap terbuka dan adil / jujur dalam membagi informasi secara terbuka dan bebas, dan
penanganan adil bagi staf bila insiden terjadi.
Perubahan nilai, keyakinan dan perilaku menuju keselamatan pasien penting bukan hanya bagi staf,
melainkan juga semua orang yang bekerja di RS serta pasien dan keluarganya. Tanyakan apa yang bisa
mereka bantu untuk meningkatkan keselamatan pasien RS.
Pimpinan wajib berkomitmen mendukung dan memberikan
penghargaan kepada staf yang melaporkan insiden keselamatan pasien, bahkan meskipun
kemudian dinyatakan salah.
Komunikasi antar staf dan tingkatan harus sering terjadi dan tulus.
Terdapat keterbukaan tentang kesalahan dan masalah bila terjadi pelaporan.
Pembelajaran organisasi. Tanggapan atas suatu masalah lebih
difokuskan untuk meningkatkan kinerja sistem daripada untuk menyalahkan seseorang.
Seluruh staf harus tahu apa yang harus dilakukan bila menemui
insiden: mencatat, melapor, dianalisis, memperoleh feed back, belajar dan mencegah pengulangan.
110. PENGENDALIAN VARIABEL
PERANCU
Dapat dilakukan pada tahap desain/rancangan penelitian atau pada
tahap analisis data.
TERPADU / TERINTEGRASI
Memakai seluruh ilmu kedokteran yang telah
di dapat bekerja sama dengan pasien,
keluarga, dokter spesialis atau tenaga
kesehatan lain
112. SUBSISTEM PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Prinsip-prinsip subsistem pemberdayaan
masyarakat terdiri dari:
1. berbasis masyarakat
2. edukatif dan kemandirian
3. kesempatan mengemukakan pendapat dan
memilih pelayanan kesehatan
4. kemitraan dan gotong royong.
Kemitraan: suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu
113. KEJADIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT
OR = ad/bc
OR = 50 x 200 / 200 x 150
115. BENTUK KELUARGA
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung.
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak
kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu,
cucu, cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak suami atau
pihak isteri.
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung
serta anak-anak tiri.
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita,
mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-
anak mereka tinggal bersama.
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak
yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta
memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu
keluarga.
Keluarga komposit ( composite family): keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
Keluarga kohabitasi(Cohabitation): dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa
memiliki anak atau tidak.
116. TABEL UJI HIPOTESIS
VARIABEL
U J I S TAT I S T I K U J I A LT E R N AT I F
INDEPENDEN DEPENDEN
Rule of thumb:
Sensitivitas dan spesifisitas TIDAK DIPENGARUHI
oleh prevalensi penyakit di wilayah tempat alat
diagnostik digunakan.
Sedangkan, PPV dan NPV DIPENGARUHI oleh
prevalensi penyakit di wilayah tempat alat
diagnostik digunakan.
Pada tempat dengan prevalensi tinggi, PPV akan
semakin tinggi. Pada tempat dengan prevalensi
rendah, PPV akan rendah.
NPV kebalikan dari PPV.
121. ASFIKSIA MEKANIK
Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan/ penyumpalan (gagging , choking)
Penekanan dinding saluran pernafasan:
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation)
Gantung (hanging)
External pressure of the chest yaitu penekanan dinding
dada dari luar.
Drowning (tenggelam) yaitu saluran napas terisi air.
Inhalation of suffocating gases.
122. Apakah Dokter Wajib Lapor pada Kasus KDRT?
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
124. Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk
kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
TIPE KOMPLIT T I P E PA R S I A L
Perdarahan pervaginam Seperti tipe komplit hanya
setelah amenorea lebih ringan
Uterus membesar secara Biasanya didiagnosis
abnormal dan menjadi lunak sebagai aborsi inkomplit/
Hipertiroidism missed abortion
Kista ovarium lutein Uterus kecil atau sesuai usia
Hiperemesis dan pregnancy kehamilan
induced hypertension
Tanpa kista lutein
Peningkatan hCG 100,000
mIU/mL
Mola Hidatidosa: Hubungan dengan Hipertiroid
Hydatidiform Mole
Hyperthyroidism
Mola Hidatidosa: Diagnosis
Pemeriksaan kadar hCG
sangat tinggi, tidak sesuai usia
kehamilan
http://www.tabletsmanual.com/wiki/read/rubella_igg_igm
140. Deteksi Masa Ovulasi
Perubahan konsistensi mukus serviks
Pada fase folikuler: mukus kental dan tebal
Pada masa ovulasi:
Mukus encer, menyerupai putih telur dan licin, dapat
meregang hingga 10-15 cm
Bila dilihat pada kaca objek dan dikeringkan gambaran
pakis (ferning atau fern test)
141. Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
60% : membaik setelah 12 minggu
99% : Membaik setelah 20 minggu
Hyperemesis gravidarum
Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
dehidrasi
Hiperkloremik alkalosis,
ketosis
Grade 1 Low appetite, epigastrial pain, weak, pulse 100 x/min, systolic BP low, signs of
dehydration (+)
Grade 2 Apathy, fast and weak pulses, icteric sclera (+), oliguria, hemoconcentration,
aceton breath
Grade 3 Somnolen coma, hypovolemic shock, Wernicke encephalopathy.
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 18216.
142. Prolaps Uteri: Klasifikasi
Derajat Prolaps Uteri
http://eprints.undip.ac.id/46280/3/BAIQ_CIPTA_HARDIANTI_22010111140197_Lap.KTI_Bab2.pdf
143. Cutt-off reference values for semen Characteristics
as published in consecutive WHO manuals
Sperma Abnormal
Jenis infertilitas
Infertilitas Primer
Istri belum pernah hamil walaupun bersanggama tanpa
usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
Infertilitas Sekunder
Istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi
kehamilan lagi walaupun bersanggama tanpa usaha
kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27266/4/Chapter%20II.pdf
145. Hipogonadisme Hipergonadotropik
Hipogonadisme: gangguan penurunan fungsi gonad
Primer (kegagalan testis primer): akibat gangguan pada
testis
Sekunder: gangguan pada hipotalamus atau kelenjar
pituitari
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada
larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen)
dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010)
148. Kanker Serviks: Diagnostik
Diagnostik
Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks, sistoskopi,
IVP, foto toraks dan tulang, konisasi, amputasi serviks
Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks
Displasia Serviks
Perubahan abnormal pada sel di permukaan
serviks, dapat terlihat dari pengamatan
mikroskopik
Histologi
Cervical intraepithelial neoplasia (CIN) I
(mild) a benign viral infection
CIN II (moderate)
CIN III (severe)
Sitologi
low-grade SIL (squamous intraepithelial
lesion)low-grade lesions
high-grade SIL (HSIL) high-grade
dysplasia
149. Abortus Inkomplit
Jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan <16 minggu evaluasi dapat dilakukan
secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks perdarahan berhenti: beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg PO
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <16 minggu, evaluasi
sisa hasil konsepsi dengan
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg PO (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
Pemberian tidak ada interval maks, hanya terdapat interval min antar dosis TT
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui, berikan
dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut
Perdarahan pervaginam
Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
Perdarahan post menopause atau keputihan >>
Perdarahan post koitus
Nyeri saat berhubungan
Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
Massa pada serviks, mudah berdarah
Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
152. Vasa Previa
Kondisi langka dimana pembuluh darah janin melintasi membran
amnion
Diagnosis
USG Doppler + Posisi Tredelenburg + pemindahan manual posisi presentasi
janin dengan lembut
Tatalaksana
Perawatan di RS dengan NICU pada usia
kehamilan 28-32 minggu
Kortikosteroid untuk pematangan paru
SC elektif di usia kehamilan 35-37 minggu
http://www.jogi.co.in/may_june_16/10_cr_Vasa.html
153. Gangguan Proses Menyusui: Mastitis
Inflamasi / infeksi payudara
Diagnosis
Payudara (biasanya unilateral) keras,
memerah, dan nyeri
Dapat disertai benjolan lunak
Dapat disertai demam > 38 C
Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan
ke-4 postpartum, namun dapat terjadi
kapan saja selama menyusui
Faktor Predisposisi
Bayi malas menyusu atau tidak menyusu
Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan
Puting yang lecet
Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase payudara tidak sempurna
Bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui
Mastitis & Abses Payudara: Tatalaksana
Tatalaksana Umum Abses Payudara
Tirah baring & >> asupan cairan Stop menyusui pada payudara yang
Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas abses, ASI tetap harus dikeluarkan
Tatalaksana Khusus Bila abses >> parah & bernanah
Berikan antibiotika : antibiotika
Kloksasilin 500 mg/6 jam PO , 10-14 hari Rujuk apabila keadaan tidak
ATAU
membaik.
Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14
hari Terapi: insisi dan drainase
Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Periksa sampel kultur resistensi
Bila payudara yang sakit belum kosong dan pemeriksaan PA
setelah menyusui, pompa payudara untuk Jika abses diperkirakan masih banyak
mengeluarkan isinya. tertinggal dalam payudara, selain
Kompres dingin untuk << bengkak dan nyeri. drain, bebat juga payudara dengan
Berikan parasetamol 3x500mg PO elastic bandage 24 jam tindakan
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra kontrol kembali untuk ganti kassa.
yang pas.
Berikan obat antibiotika dan obat
Lakukan evaluasi setelah 3 hari. penghilang rasa sakit
154. Korioamnionitis
Etiologi dan Faktor Risiko
Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
serviks pendek
Persalinan prematur
Persalinan lama
Ketuban pecah lama
Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
Alkohol
Rokok
Gejala dan Tanda
Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Korioamnionitis: Tatalaksana
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana
Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml NS/RL 40 tpm Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
Hematoma
parametrial
Tidak berhasil Ruptur uteri
Inversio uteri
Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna
Berhasil Kompresi aorta abdominalis
Tekan segmen bawah atau aorta
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam
Prinsip
Percaya diri / confidentiality; Tidak memaksa /
voluntary choice; Informed consent;Hak klien/ clients
rights dan kewenangan/ empowerment
Arjoso, S. 2005. Rencana Strategis BKKBN.
159. Ketuban Pecah Dini
Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan
(sebelum onset persalinan berlangsung)
PPROM (Preterm Premature Rupture of
Membranes): ketuban pecah saat usia kehamilan
< 37 minggu
PROM (Premature Rupture of Membranes): usia
kehamilan > 37 minggu
Kriteria diagnosis :
Usia kehamilan > 20 minggu
Keluar cairan ketuban dari vagina
Inspekulo : terlihat cairan keluar dari OUE
Kertas nitrazin menjadi biru
Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
MASUK RS
Antibiotik
Batasi pemeriksaan dalam
Observasi tanda infeksi & fetal distress
PPROM
Observasi:
PROM
Temperatur
Fetal distress
Kelainan Obstetri
Kortikosteroid
Fetal distress
Letak Kepala
Letak sungsang
CPD
Riwayat obstetri buruk Indikasi Induksi
Grandemultipara Infeksi
Elderly primigravida Waktu
Riwayat Infertilitas
Persalinan obstruktif
Berhasil
Persalinan pervaginam
Gagal
Sectio Caesarea Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letak kepala
Fase laten & aktif memanjang
Fetal distress
Ruptur uteri imminens
CPD
160. Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan
Merupakan kasus infeksi bakterial tersering pada kehamilan
Patofisiologi
Perubahan fisiologis kehamilan menyebabkan meningkatnya risiko stasis urin dan refluks vesikoureteral
Dengan ukuran uretra yang pendek dan perut membesar memberikan tantangan tersendiri pada higiene
dan sanitasi
Tatalaksana
Higiene sanitasi pada saat sehabis buang air kecil
161. PCOS
Etiologi
hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin
Gejala PCOS
Gangguan siklus haid yaitu siklus haid jarang dan tidak teratur
Gangguan kesuburan dimana yang bersangkutan menjadi sulit
hamil (subfertile)
Tumbuh bulu yang berlebihan dimuka, dada, perut, anggota
badan dan rambut mudah rontok (hirsutisme)
Banyak jerawat
kegemukan (obesitas)
Pada USG ditemukan banyak kista
di ovarium
162. TRIKOMONIASIS
Oval, panjang 4-32 m dan
lebar 2,4-14,4 m, memiliki
flagella
Tidak memiliki bentuk kista
Terapi Metronidazole
2 gram, dosis sekali minum
(single dose)
250 mg 3 kali sehari selama 7-
10 hari
500 mg 2 kali sehari selama 5-7
hari
Dapat digunakan untuk
kehamilan trimester
berapapun (CDC)
163. Kandidosis pada Kehamilan
Definisi
Infeksi pada vagina yang disebabkan oleh jamur Candida sp.
Diagnosis
Tanda dan gejala kandidiasis meliputi:
Duh tubuh vagina putih kental dan bergumpal, tidak berbau
Rasa gatal
Disuria/nyeri berkemih
Pemeriksaan
Pemeriksaan KOH 10% untuk melihat pseudohifa dan miselium
Faktor Predisposisi
Penggunaan antibiotik spektrum luas, peningkatan kadar estrogen,
diabetes melitus, HIV/AIDS, imunokompromais
Gejala/Tanda:
Riwayat terlambat
haid/gejala &
tanda hamil
Akut abdomen
Perdarahan
pervaginam (bisa
tidak ada)
Keadaan umum:
bisa baik hingga
syok
Kadang disertai
febris
165. Kista & Abses Bartholin: Terapi
Pengobatan tidak diperlukan pada wanita usia
< 40 tahun kecuali terinfeksi atau simptomatik
Simptomatik
Kateter Word selama 4-6 minggu
Marsupialization: Alternatif kateter Word, biasanya
dilakukan jika rekuren tidak boleh dilakukan bila
masih terdapat abses obati dulu dengan antibiotik
spektrum luas Kateter Word
Eksisi: bila tidak respon terhadap terapi sebelumnya
dilakukan bila tidak ada infeksi aktif, jarang dilakukan
karena menyebabkan disfigurasi
anatomis serta nyeri
Dosis
Pencegahan defek pada tube neural: Min. 400 mcg/hari
Defisiensi asam folat: 250-1000 mcg/hari
Riwayat kehamilan sebelumnya memiliki komplikasi defek
tube neural atau riwayat anensefali: 4mg/hari pada sebulan
pertama sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 3 bulan
setelah konsepsi
http://emedicine.medscape.com/article/937979-overview
168. Hipertiroid pada Kehamilan
DOC (PTU dan methimazole)
PTU (utama)
Efek teratogenik <<
Efek samping: Hipotiroid pada janin
Anga kepatuhan kurang
Methimazole (jarang digunakan di Indonesia, mulai
trimester II)
blocker (propanolol)
Mengurangi gejala akut hipertiroid
Efek samping pada kehamilan akhir: hipoglikemia pada
neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya bersifat
transien dan tidak lebih dari 48 jam
Dibatasi sesingkat mungkin dan dalam dosis rendah (10-15
mg per hari)
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al. Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and
Postpartum. J. Endocrinol. Metabolism. 2007; 92(8): S1-S47
169. Tatalaksana Abortus Inkomplit
Evakuasi isi uterus (dengan jari atau AVM)
Kehamilan > 16 minggu infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tpm untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
Evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Pemeriksaan PA jaringan
Evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin/6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar
Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang
170. Ginekologi
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah
vagina,di belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara
kelenjar e.c trauma atau infeksi
Kista Nabothi (ovula) Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks
diganti dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit
menonjol dengan permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai,
ukuran bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai
menonjol dari kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai
introitus. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip
mengalami peradangan dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi
dan perdarahan.
Karsinoma Serviks Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-
benjol, rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal
menunjukkan suatu displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami
nekrosis dan ulserasi.
171. Amniotomi
Definisi
Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan
jalan membuat robekan kecil yang akan melebar
spontan akibat adanya tekanan cairan dan rongga
amnion
Indikasi
Jika ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap
Akselerasi persalinan
Persalinan pervaginam menggunakan
instrumen
Kasus solusio plasenta
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan
ketuban/selaput ketuban
Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan
kepada bayi dalam uterus, tetapi tidak memberikan informasi
tentang kondisi janin
Patofisiologi
Mengenai ovarium yang membesar (kista)
60% mengenai ovarium kanan
Torsio ovari << venous return, edema stroma,
perdarahan internal, infark
Faktor Risiko
Kista pada kehamilan
Kista/tumor ovarium
Tuba falopii yang sangat panjang (anak-anak)
Riwayat operasi pelvis (terutama ligasi tuba)
Torsio Kista Ovarii
Gejala dan Tanda
Onset tiba-tiba terutama setelah aktivitas berlebih
Nyeri perut unilateral yang bisa menjalar ke punggung, panggul,
atau paha
Mual dan muntah (70%)
Pemeriksaan
PF: tidak spesifik, dapat ditemukan massa adneksa, nyeri tekan
USG: ovarium yang terkena membesar
Doppler warna: memperlihatkan perubahan morfologis dan
fisiologis ovarium dan melihat aliran darah
Komplikasi
Infeksi, peritonitis, sepsis, adhesi, nyeri kronik, infertilitas
http://emedicine.medscape.com/article/2026938-differential
Torsio Kista Ovarii: Tatalaksana
Tatalaksana
Laparoskopi
Pemutaran balik ovarium pada kehamilan
Kehamilan: Bila kista lutein diambil saat salfingo-
ooforektomi beri suplemen progesteron
http://emedicine.medscape.com/article/2026938-medication#2
181. Kala Persalinan: Kala I
Fase Laten
Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam)
Fase Aktif
Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar 6 jam
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm
sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai
lengkap (+ 10 cm).
182. Gangguan Proses Menyusui: Cracked Nipple
Perawatan puting payudara
Jangan digosok terlalu keras atau menggunakan sabun
meningkatkan kekeringan dan iritasi
Apabila basah/terlalu lembab diangin-anginkan
Tatalaksana
Gunakan ASI/lanolin/krim untuk melembabkan
Tetap susui bayi
Gunakan nipple shield sebagai alternatif terakhir karena
dapat mengurangi produksi ASI
183. Kondiloma Akuminatum
PMS akibat HPV, kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa
Gambaran klinis: vegetasi bertangkai dengan
permukaan berjonjot dan bergabung
membentuk seperti kembang kol
Pemeriksaan: bubuhi asam asetat berubah
putih
Terapi: tingtura podofilin 25%,
kauterisasi
184. Pre Eklampsia & Eklampsia
Preeklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Preeklampsia Berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria 2+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam; atau disertai
keterlibatan organ lain:
Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
Sakit kepala , skotoma penglihatan
Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
185. Newborn Baby
USIA GESTASI BERAT BADAN*
Neonatus Kurang Bulan (Pre-term
infant) : Usia gestasi < 37 minggu BBL rendah: berat badan <
Neonatus Lebih Bulan (Post-term 2500
infant) : Usia gestasi > 42 minggu BBL sangat rendah : berat
Neonatus Cukup Bulan (Term-infant) : badan bayi baru lahir kurang
Usia gestasi 37 s/d 42
dari 1500 gram.
BERAT LAHIR BERDASARKAN USIA GESTASI BBL sangat-sangat rendah :
Small for Gestational Age (SGA, Kecil berat badan bayi baru lahir
Masa Kehamilan) : Berat lahir dibawah kurang dari 1000 gram.
2SD / persentil 10th dari populasi usia
gestasi yang sama
Large for Gestational Age (LGA, Besar *pembagian berat badan tanpa
Masa Kehamilan) : Berat lahir diatas memandang masa kehamilan
persentil 90 untuk populasi usia gestasi
yang sama
Appropriate for Gestational Age (Sesuai
Masa Kehamilan) : Diantaranya
The Fetus and the Neonatal Infant. Nelson
Textbook of Pediatrics 17 th ed
Lubchenco Intrauterine Growth Curve
Telur
Dinding tipis & transparan,
berisi 4-8 sel embrio atau
embrio cacing
Diameter 40 dan 55 mcm
Nama cacing Cacing dewasa Telur Obat
Pirantel pamoat,
Enterobius ovale biconcave dengan dinding
mebendazole,
vermicularis asimetris berisi larva cacing
albendazole
Ancylostoma
ovale dengan sitoplasma jernih Mebendazole,
duodenale
berisi segmented ovum/ lobus 4- pirantel pamoat,
Necator
8 mengandung larva albendazole
americanus
http://emedicine.medscape.com/article/996482-medication#2
187. Schistosoma
Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
Telur
Bentuk : bulat agak lonjong dng
tonjolan di bagian lateral dekat kutub
UKURAN : 100 x 65 m
Telur berisi embrio
Tanpa operkulum
Serkaria
Schistosoma sp
Ekor bercabang
Gejala Klinis & Pemeriksaan Penunjang
Efek patologis tergantung jumlah telur yang dikeluarkan
dan jumlah cacing
Keluhan
S. mansoni & japonicum: demam Katamaya, fibrosis periportal,
hipertensi portal, granuloma pada otak & spinal
S. haematobium: hematuria, skar, kalsifikasi, karsinoma sel
skuamosa, granuloma pada otak dan spinal
Pada infeksi berat Sindroma disentri
Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali;
terjadi 6-8 bulan setelah infeksi
Pemeriksaan Penunjang
Mikroskopik feses: semua spesies
Mikroskopik urin: spesies haematobium
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
Terapi Schistosomiasis
Sumber: http://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/dx.html
188. Kandidosis
Kandidosis: penyakit jamur bisa bersifat akut/subakut disebabkan
oleh genus Candida
Klasifikasi
Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis, balanitis,
mukokutan kronik, bronkopulmonar
Kandidosis kutis: lokalisata, generalisata, paronikia & onikomikosis,
granulomatosa
Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia
Reaksi id (kandidid)
Faktor
Endogen: perubahan fisiologik (kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM,
penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik
Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki,
kontak dengan penderita
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidosis kutis
Bentuk klinis:
Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan
umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah,
eritematosa. Dikelilingi ileh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula
Kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti dermatofit
tipe basah
Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin.
Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia
Pemeriksaan: KOH (selragi, blastospora, hifa semu), kultur
di agar Sabouraud
Pengobatan: hindari faktor predisposisi, antifungal (gentian
violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B, grup azole)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Morfologi koloni C.
albicans pada medium
padat agar Sabouraud
Dekstrosa
Bulat dengan
permukaan sedikit
cembung, halus, licin
Warna koloni putih
kekuningan dan berbau
asam seperti aroma
tape.
Virulensi C. albicans
Mannoprotein:
Mempunyai sifat imunosupresif mempertinggi
pertahanan jamur terhadap imunitas hospes C.
albicans tidak hanya menempel, namun juga
melakukan penetrasi ke dalam mukosa.
Gejala klinis:
Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab &
eritematosa, berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang mengalami ulserasi dangkal, tidak
terdapat indurasi, sering disertai gejala sistemik
Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif di ganglion dorsalis
Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV
yang sebelumnya tidak aktif mencpai kulit dan menimbulkan gejala
klinis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Herpes Simpleks
Pemeriksaan
Ditemukan pada sel dan dibiak,
antibodi, percobaan Tzanck
(ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi Tipe II
intranuklear, glass cell)
Pengobatan
doksuridin topikal (pada lesi
dini), asiklovir 5 x 200 mg PO
selama 5 hari
Komplikasi
Meningkatkan
morbiditas/mortalitas pada
janin dengan ibu herpes
genitalis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Indication Acyclovir Valacyclovir Famciclovir
First episode 400 mg tid OR 1000 mg bid 250 mg tid (for
200 mg 5 (for 7-10 d) 7-10 d)
times/d (for 7-
10 d)
Recurrent 400 mg tid OR 500 mg bid (for 1000 mg bid
800 mg PO bid 3 d) OR (for 1 d)
(for 5 d) OR Valacyclovir 1 g Tzank Smear
800 mg PO tid orally once a
(for 2 d) day (for 5 days)
Daily 400 mg bid 500 mg once 250 mg bid
suppression daily
or
1000 mg once
daily
(if >9
recurrences/y)
http://emedicine.medscape
.com/article/274874-
overview#aw2aab6b7
https://www.cdc.gov/std/tg2015/herpes.htm
191. Ulkus Mole/ Chancroid
Ulkus Molle: Penyakit infeksi pada alat kelamin yang
akut, setempat disebabkan oleh Haemophillus ducreyi.
Ulkus: kecil, lunak, tidak ada indurasi, bergaung, kotor
(tertutup jaringan nekrotik dan granulasi)
PATOGENESIS :
Masa inkubasi : 1-3 hari
Port dentre merah papul pustula pecah ulkus
Ulkus :
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
Ulkus Pada IMS: Ulkus Mole
Pewarnaan Gram:
kokobasil, gram
negatif, school of
fish)
Ulkus Mole: Tatalaksana
Obat Sistemik
Azitromycin 1 gr, oral, single dose
Seftriakson 250 mg dosis tunggal, injeksi IM
Siprofloksasin 2x500 mg selama 3 hari
Eritromisin 4x500 mg selama 7 hari
Amoksisilin + asam klavulanat 3x125 mg selama 7 hari
Streptomisin 1 gr sehari selama 10 hari
Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 7 hari
Topikal
Kompres dengan larutan normal salin (NaCl 0,9%) 2
kali sehari selama 15 menit
192-193. Kondiloma Akuminatum
PMS akibat HPV, kelainan berupa fibroepitelioma pada
kulit dan mukosa
Gambaran klinis
Vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot dan
bergabung membentuk seperti kembang kol
Pemeriksaan
Bubuhi asam asetat berubah putih
Terapi
tingtura podofilin 25%, kauterisasi
Pemeriksaan Penunjang IMS ec Virus
Penyakit Pemeriksaan Gambaran
http://emedicine.medscape.com/article/910570-treatment#d14
http://emedicine.medscape.com/article/910570-treatment#d14
Benign neglect
Leaving mollusca to spontaneously resolve
especially in young children
small numbers of mollusca
facial lesions
Direct lesional trauma
Disruption of the epidermal wall of Henderson-Paterson bodies
Modalities
Topical medication:
Cantharidin highly effective in treating
Tretinoin, salicylic acid, and potassium hydroxide,Cantharidin,silver nitrate,trichloroacetic acid, and phenol
Physical trauma
CryotherapyFirst line for physical trauma
Curettage
Laser
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Reaksi Kusta: Tipe 1
(Reaksi Reversal)
Patofisiologi
Terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman
kusta dikulit dan syaraf berkaitan dengan terurainya M.leprae yang mati
akibat pengobatan yang diberikan
Reaksi Kusta: Tipe 2
Diperkirakan 50% pasien kusta tipe LL Dan 25% pasien kusta tipe BL mengalami
episode ENL
Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy
(MDT)
Klofazimin
200-300 mg/hari Dengan neuritis akut
Khasiat lebih lambat dari Prednison 40 mg/hari lihat
kortikosteroid skema
Dapat melepaskan
ketergantungan steroid
Efek samping: kulit berwarna
merah kecoklatan (reversible)
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Reaksi Reversal: Pengobatan
Minggu Pemberian Prednison Dosis Harian yang Dianjurkan
Minggu 1-2 40 mg
Minggu 3-4 30 mg
Minggu 5-6 20 mg
Minggu 7-8 15 mg
Minggu 9-10 10 mg
Minggu 11-12 5 mg
Pemberian Lampren
300 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
200 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
100 mg/hari selama 2-3 bulan, bila ada perbaikan turunkan menjadi
50 mg/hari bila pasien masih dalam pengobatan MDT, atau stop bila
penderita sudah dinyatakan RFT
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015