Anda di halaman 1dari 26

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

MATA PELAJARAN : SOSIOLOGI


KELAS/SEMESTER : XI/ GENAP
MATERI POKOK : KONFLIK SOSIAL
PENYUSUN : NUNING SEGER RAHAYU, S.Sos
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)

Sekolah : SMA N 1 Mayong


Mata pelajaran : Sosiologi
Kelas/Semester : X/ 2
Materi Pokok : Konflik sosial, kekerasan, perdamaian
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit (4 JP)

A. Kompetensi Inti,
KI-1 dan KI-2;Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan
senantiasa berupaya untuk mengembangkan sikap jujur, disiplin, santun, peduli,
bertanggungjawab, responsif, dan proaktif dalam menyikapi agam gejala sosial yang
terjadi sehingga dapat berinteraksi positif dalam lingkungan sosialnya.

KI3: Kompetensi Pengetahuan, yaitu Memahami, menerapkan, menganalisis


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI4: Kompetensi Keterampilan, yaitu Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI
3.4 Menganalisis konflik sosial dan 3.4.1 Mempelajari hakikat konflik
bagaimana melakukan respon sosial di masyarakat
untuk melakukan resolusi konflik 3.4.2 Mendiskusikan teori terjadinya
demi terciptanya kehidupan yang konflik sosial di masyarakat
damai di masyarakat 3.4.3 Membedakan kekerasan dan
konflik sosial
3.4.4 Mengklasifikasikan macam-
macam bentuk konflik sosial
3.4.5 Menganalisis dampak konflik
sosial di masyarakat
3.4.6 Membangun resolusi konflik

4.4 Memetakan konflik untuk dapat 4.4.1 Menganalisis dan


melakukan resolusi konflik dan mendiskusikan penyelesaian
menumbuhkemban gkan konflik menggunakan metode-
perdamaian di masyarakat metode penyelesaian konflik
(mediasi, negosiasi, rekonsiliasi
dan transformasi konflik) dalam
rangka mmembentuk kesadaran
diri dan tanggung jawab publik
untuk tercapainya perdamaian dan
kehidupan sosial yang harmonis di
masyarakat
4.4.2 Mempresentasikan hasil
diskusi tentang upaya penyelesaian
konflik di masyarakat
4.4.3 Merumuskan hasil diskusi
untuk dijadikan bahan
pembelajaran bersama dalam
penyelesaian konflik dan
kekerasan di masyarakat dengan
menggunakan cara-cara damai
tanpa kekerasan

B. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaranDiscovery Learning tentang konflik social, kekerasan dan
perdamaian dimasyarakat siswa mampu menganalisis hakekat konflik, penyebab konflik,
sifat-sifat konflik, gejala konflik,proses terjadinya konflik, membandingkan bentuk-
bentuk konflik, menafsirkan dampak terjadinya konflik dan cara penyelesaiannya,
menganalisis factor yang mempengaruhi konflik,menganalisis pengertian
kekerasan,syarat terjadinya kekerasan, factor penyebab kekerasan, teori teori tentang
kekerasan, membagi jenis-jenis kekerasan, menyajikan hasil diskusi dan
mempresentasikannya tentang penyelesaian konflik dengan penuh rasa tanggung jawab
yang mengedepankan sikap jujur, disiplin, kerja sama, santun,responsive dan pro aktif.

C. Materi Pembelajaran
a. Konflik, kekerasan, dan perdamaian
b. Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, dan dinamika)
c. Akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik
d. Resolusi konflik (pencegahan, kelola, rekonsiliasi, dan transformasi)
e. Peran mediasi dan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik dan menumbuhkan
perdamaian

D. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Metode : Tanya jawab, Dikusi kelompok, Presentasi
Kelompok
Model : Discovery Learning, Problem Base Learning (PBL)
E. Media / Alat, dan Bahan Pembelajaran
1. Macro Media Flash
2. Laptope
3. Proyektor

F. Sumber Belajar
Rufikasari, Ria Candra. 2016.Sosiologi XI. Surakarta: Mediatama
B. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (@2 ×45 menit)

Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
1 Kegiatan 10 menit
Awal
1. Memberi salam; Komunikatif
2. Mengkondisikan
suasana belajar yang Memberikan
menyenangkan; gambaran
3. Mendiskusikan agar Peserta
kompetensi yang akan didik
dipelajari dan konsentrasi
dikembangkan dengan alur
berkaitan dengan materi pembelajaran
konflik sosial, pada materi
kekerasan dan konflik social,
perdamaian. kekerasan,
4. Melalui tanya jawab perdamaian
membahas tentang
berbagai fakta konflik
social, kekerasan, dan
perdamaian
5. Menyampaikan
kompetensi yang akan
dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan
sehari-hari berkaitan
dengan materi konflik
sosial , kekerasan dan
perdamaian di
masyarakat
6. Menyampaikan garis
besar cakupan materi
konflik sosial ,
kekerasan, perdamaian
di masyarakat dan
kegiatan yang akan
dilakukan;
7. Menyampaikan metode
pembelajaran dan
teknik penilaian yang
akan digunakan saat
membahas materi
kelompok sosial di
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
masyarakat.
8. Membagi peserta didik
menjadi 5 Kelompok
(dengan setiap anggota
kelompok berjumlah 5 -
6 orang).
(dikondisikan dengan
lokasi tempat tinggal
yang berdekatan)

2 Kegiatan 70 menit
Inti
1. Guru bertanya jawab Berfikir
mengenai konsep Kritis
berbagai fakta tentang Kreatif
konflik sosial, Kolaborasi
kekerasan, perdamaian Peserta didik
di masyarakat melakukan
2. Peserta didik pengamatan
menanggapi pertanyaan gambar/
guru tentang berbagai videoberbagai
fakta konflik sosial, fakta tentang
kekerasan, perdamaian konflik sosial,
di masyarakat kekerasan,
3. Guru menanggapi perdamaian di
tanggapan dan jawaban masyarakat
peserta didik tentang
berbagai fakta konflik Peserta didik
sosial, kekerasan, berfikir
perdamaian di secara kritis
masyarakat dan tentang
memberikan penegasan contoh
tentang konsep konflik berbagai fakta
sosial, kekerasan , tentang
perdamaian konflik social,
4. Peserta didik diberi kekerasan,
waktu untuk perdamaian di
menanggapi jawaban masyarakat
guru yang
5. Guru meminta peserta ditampilkan
didik secara
berkelompok untuk Peserta didik
mengamati bersama memberikan
gambar yang akan tanggapan
disajikan. terhadap
gambar /
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
video tersebut

6. Guru bertanya tentang


dampak konflik sosial
contoh pertanyaan
berikut:

Pertanyaan 1
Konflik dalam masyarakat
menyebabkan dampak
negatif dan positif. Berikut
dampak positif konflik
adalah...
A. Mengakibatkan
kerusakan harta benda
B. Adanya korban
C. Adanya dominasi
D. Penyesuaian kembali
norma dan nilai
E. Menimbulkan suatu
perubahan

Berfikir kritis
7. Peserta didik menjawab Kreatif
dan menanggapi Kolaborasi/
gambar/ video tentang Melatih
konflik sosial tersebut memahami
soal HOTS

Peserta didik
8. Guru menanggapi berdiskusi dan
jawaban dan tanggapan kemudian
peserta didik, kemudian menjawab
memberikan contoh dengan
gambar lain kalimat sendiri
berdasarkan
9. Peserta didik secara informasi
berkelompok yang
mengamati gambar diperolehnya
yang dibagikan guru
10.Guru memberi waktu Peserta didik
peserta didik dalam mengemukaka
kelompok untuk n dampak
berdiskusi negatif dan
11.Peserta didik berdiskusi positif terjadi
dan mencari informasi konflik sosial
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
mengenai dampak
negatif dan positif
terjadinya konflik Peserta didik
sosial dari berbagai dilatih
sumber yang ada (buku menyelesaikan
paket, internet dan soal dengan
media lainnya) kategori
12. Guru membagikan HOTS
lembar tugas
pengamatan
gambar/video kepada
tiap kelompok untuk
diisi secara
berkelompok
13. Perwakilan kelompok
menyampaikan
gambar/ video sesuai
dengan dampak negatif Kreatif
dan dampak positif Komunikasi
konflik sosial Berfikir
14. Guru mempersilahkan Kritis
peserta didik pada
kelompok lain untuk Peserta didik
menanggapi presentasi menanggapi
kelompok I (pertama) presentasi
15. Guru memfasilitasi kelompok lain
diskusi antar kelompok
16. Guru memberi
penegasan terhadap
hasil dan jalannya
diskusi secara
keseluruhan
17. Guru bersama peserta
didik menyimpulkan
hasil diskusi
3 Penutup 10 menit
1. Memfasilitasi dalam Berfikir
menemukan kesimpulan Kritis
dampak negatif dan
positif konflik sosial,
melalui proses
pembelajaran
2. Meminta perwakilan
peserta didik untuk
menyampaikan manfaat
memahami berbagai
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
fakta konflik sosial
dalam kehidupan sehari-
hari
3. Memberikan tugas
kepada peserta didik
secara kelompok untuk
mengamati berbagai
fakta konflik social
yang ada di sekitar
tempat tinggal masing-
masing untuk dianalisis
4. Hasil pengamatan di
analisis di tulis di buku
tugas
5. Memberi salam.

Pertemuan 2 (@ 2 ×45 menit)

Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
1 Kegiatan 10 menit
Awal
1. Memberi salam; Kreatif
2. Mengkondisikan peserta Komunikasi
didik dalam suasana Berfikir
yang menyenangkan agar Kritis
siap mengikuti
pembelajaran;
3. Apersepsi tentang tugas
minggu lalu berupa
observasi atau
pengamatan tentang
berbagai konflik social,
kekerasan, perdamaian
yang terdapat di
lingkungan sekitar
tempat tinggal masing-
masing
4. Peserta didik secara
kelompok
mempersiapkan
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
presentasi
2 Kegiatan 70 menit
Inti

1. Guru bertanya tentang


penugasan minggu lalu
2. Melalui undian
kelompok peserta didik
mempresentasikan hasil
observasi/pengamatanny
a
3. Kelompok 1
mempresentasikan
laporan hasil
pengamatannya
4. Guru memfasilitasi
peserta didik dari
kelompok lain untuk
bertanya dan
menanggapi laporan
kelompok 1
5. Peserta didik berdiskusi
tentang laporan
kelompok 1
6. Peserta didik mencari
informasi yang relevan
dengan laporan
kelompok 1 melalui
berbagai media dan
sumber yang ada
7. Peserta didik
menyampaikan sikap dan
tanggapan terhadap hasil
laporan kelompok 1
8. Guru menegaskan hasil
laporan kelompok 1
9. Dilanjutkan dengan
presentasi kelompok 2,3,
4 dan 5 yang dilanjutkan
dengan diskusi lintas
kelompok
10. Kegiatan berlanjut
seperti pada penyajian
hasil laporan pengamatan
kelompok 1
11. Guru memberi
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
penegasan terhadap hasil
diskusi terkait laporan
hasil pengamatan
kelompok mengenai
berbgaia fakta konflik
sosial yang terjadi di
sekitar lingkungan
tempat tinggal masing-
masing.
3 Penutup 10 menit
1. Memfasilitasi dalam
menemukan kesimpulan
tentang berbagai fakta
konflik sosial, melalui
proses pembelajaran
2. Meminta perwakilan
peserta didik untuk
menyampaikan berbagai
fakta konflik sosial di
masyarakat
3. Kelas dibagi menjadi 6
kelompok, masing-
masing kelompok
mendapatkan materi
yang berbeda
4. Masing-masing siswa
membuat resuman terkait
tentang materi yang di
dapatkan
5. Hasil resume di tulis di
buku tugas
6. Memberi salam..

Pertemuan 3 (@ 2 ×45 menit)

Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
1 Kegiatan 10 menit
Awal
1. Memberi salam;
2. Mengkondisikan peserta
didik dalam suasana
yang menyenangkan agar
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
siap mengikuti
pembelajaran;
3. Apersepsi tentang tugas
minggu lalu berupa
resume tentang berbagai
konflik sosial
4. Peserta didik bersama
guru menata tempat
duduk melingkar sesuai
dengan kelompoknya
kelas untuk pembelajaran
2 Kegiatan 70 menit
Inti
1. Siswa duduk sesuai
kelompoknya
2. Ketua kelompok tinggal
di tempat sedangkan
anggota lainya berpindah
ke tempat kelompok lain.
3. Ketua kelompok
menyampaikan
resumanya kepada
anggota kelompok yang
baru
4. Anggota kelompok
menyimak dan mencatat
apa yang disampaikan
oleh ketua kelompok
yang baru
5. Ketua bersama anggota
kelompok berdiskusi
dalam pantauan guru
6. Begitu seterusnya sampai
semua materi resume
didapatkan
7. Tugas ketua kelompok
dilakukan oleh peserta
didik yang bergantian
3 Penutup 10 menit
1. Memfasilitasi dalam
menyusun kesimpulan Berfikir
tentang berbagai fakta Kritis
konflik sosial di Kreatif
masyarakat Komunikasi
2. Meminta perwakilan
peserta didik untuk
Aktivitas
Langkah- 4 C dan Alokasi
No. Kegiatan
langkah pembelajaran Waktu
HOTS
mengemukakan berbagai
fakta konflik social di
masyarakat
3. Memberi salam.

C. Penilaian
a. Teknik Penilaian:
1. Penilaian Sikap : Observasi
2. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
3. Penilaian Keterampilan : Penugasan

b. Bentuk Penilaian :
1. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
2. Tes tertulis : uraian
3. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi
4. Penugasan : Lembar kerja

c. Instrumen Penilaian
d. Remedial
- Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang belum tuntas pencapaian
Kompetensi Dasarnya
- Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui bimbingan individu atau
tutor sebaya, atau tugas lain dan diakhiri dengan tes.
- Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan jika masih belum mencapai
ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis
kembali.

e. Pengayaan
- Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
 Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan )<n<n(maksimum )
diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan
 Peserta didik yang mencapai nilai n>n (maksimum) diberikan materi
melebihi cakupan Kompetensi Dasar dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
Jepara, Juni 2019
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Mayong Guru Mata Pelajaran,

Ngaripah, S.Pd, M.M Nuning Seger Rahayu, S.Sos


NIP 196411011986012002
Lampiran 1
A. Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian
Hakikat Konflik
1) Pengertian
Pada dasarnya konflik sosial merupakan benturan beberapa kepentingan antara
duaorang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai akibat
dariadanya perbedaan paham atau perbedaan kepentingan yang bersifat mendasar.
Munculnyakonflik diawali dengan adanya jurang pemisah (gap) yang meretakkan
proses interaksisosial.Beberapa ahli memberikan definisitentang konflik dari sudut
pandang masing-masing.Berikut ini adalah pendapat mereka tentang
pengertiankonflik:
a. Berstein (1965)
Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang
tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh
positif dan negatif dalam interaksi manusia.
a. Robert M.Z. Lawang
Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan,
di mana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan,
tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
b. Ariyono Suyono
Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak
berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya
perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
c. James W. Vander Zanden
Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu
pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status
atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan,
merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
d. Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana
orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.
Dari berbagai pendapat tersebutdapat disimpulkan bahwa konflikberlangsung dengan
melibatkan orang-orangatau kelompok-kelompok yangsaling menantang dengan
ancamankekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya,konflik dilangsungkan tidak
hanyasekadar untuk mempertahankan hidupdan eksistensi. Konflik juga bertujuan
sampai tahap pembinasaaneksistensi orang atau kelompok lain yang dipandangsebagai
lawan atau saingannya.

2) Sebab-sebab Konflik
Konflik merupakan bentuk inteaksi sosial yang bersifat disosiatif, sehingga
banyakperbedaan-perbedaan yang melatarbelakangi kehidupan bersama dalam masyarakat.
berikut ini adalah beberapa faktor penyebab konflik yang terjadi di masyarakat, yakni:
a. Perbedaan antar individu, menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide
yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan dan identitas seseorang. Misalnya,
pelajar yang tingal dalam satu asrama. Salah seorang ada yang memilki keiasan
jika belajar harus mendengarkan musik yang keras agar perasaannya enjoy dan
mudah menerima isi yang dipelajari. Namun pelajar lainnya justru harus belajar
ditempat yang tenang, tanpa ada suara supaya bisa fokus. Perbedaan peasaan dan
kebiasaan ini akan menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal terjadinya
konflik.
b. Perbedaan kepentingan, menyangkut kepentingan ekonomi, plitik, sosial,
maupun budaya.
c. Perbedaan Agama, biasanya konflik agama muncul sebagai dampak darikonflik-
konflik sebelumnya sebagai akibat dari adanya sikap primordialisme,
etnosentrisme, dan kesenjangan sosial, yang akhirnya merembes pada sentimen
agama.
d. Perbedaan Kebudayaan, biasanya berupa peredaan nilai-nilai dan norma yang
dianut oleh masyarakat.
e. Perbedaan Etnis
f. Perbedaan Ras. Konflik didasari oleh paham rasiaalisme atau diskriminasi ras.
di Indonesia konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras
tertentuyang minoritas, tapi memilki akses ekonomi yang besar dan kuat.
g. Perubahan Sosial Budaya yang Terlalu Cepat

3) Sifat Konflik
Beberapa sifat dari konflik antar lain:
a. Konflik Laten. Konflik dimulai ketika kondisi pencetus konflik ada.
b. Konflik yang dikenal. Orang atau kelompok mulai mengetahui bahwa konflik
benar-benar ada.
c. Konflik yang dirasakan. Setiap orang ai anggota kelompok sudah merasakan
perasaan yang kurang enak dalam kelompok.
d. Konflik manifes. Semua pihak yang terlibat dalam konflik menyadari untung dan
ruginya adanya konflik.
e. Konflik lanjutan. Setelah penyelesaian konflik dilakukan, maka biasanya mash
terjadi bekas-bekas adanya konflik.

4) Gejala Timbulnya Konflik


Gejala-gejala timbulnya konflik diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya komunikasi yang lemah
b. Adanya permusuhan atau iri hati antar kelompok
c. Adanya friksi antar pribadi
d. Eskalasi arbitrasi
e. Moral yang rendah
f. Perbedaan keyakinan yang ekstrem

5) Proses Terjadinya Konflik


Konflik tidak terjadi secara tiba-tiba, namun melalui sebuah proses. Menurut Robbins, proses
konflik terdiri dari lima tahap, yakni:
a. Oposisi atau ketidakcocokan potensial, yaitu adanya kondisi yang menciptakan
kesempatan untuk munculnya konflik. Kondisi tersebut dapat muncul karena
komunkasi, struktur dan variabel pribadi.
b. Kognisi atau personalisasi, yaitu persepsi dari salah satu pihak atau masing-
masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Pesepsi ini akan berlanjut
pada pelibatan emosional dalam suatu konflik.
c. Maksud, yaitu keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-
pihak yang berkonflik.
d. Perilaku, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat untuk
menghancurkan pihak lain, berupa serangan fisik yang agresif, ancaman dan
ultimatum, seranagn verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan
terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil.
e. Hasil, yaitu jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan
menghasilkan konsekuensi.

6) Dampak terjadinya Konflik


a. Dampak Negatif
 Krusakan harta benda, dan hilangnya nyawa manusia.
 Perubahan Kepribadian individu.
 Keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok.
 Dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
b. Dampak Positif
 Memunculkan pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi
situasi konflik.
 Meningkatkan solidaritas internal atau integrasi kelompok dalam (in-
group)
 Memperkuat dan mempertegas batas kelompok.
 Adanya kompromi baru menyangkut aspekaspek tertentu dalam
kehidupan bermasyarkat.
 Mampu menggugah masyarakatyang semula pasif menjadi aktif
menjalankan peran tertentu dalam masyarakat.
 Menimbulkan hubungan tarik menarik antara kelompok yang stu
dengan kelompok yang lainnya.
 Mengarahkan adanya inovasi dan perubahan.
 Sebagai sarana evaluasi.
1. Hakikat Kekerasan
1) Pengertian
Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti keganasan,
kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (sebagaimana dikutip
Arif Rohman : 2005). Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang dapat
merugikan orang lain. Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan lain-lain.
Walaupun tindakan tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya
kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak sengaja (verbal
maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai atau merusak orang lain, baik
berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi yang melanggar hak asasi
manusia, bertentangan dengan nila-inilai dan norma-norma masyarakat sehingga
berdampak trauma psikologis bagi korban.
Pengertian lainnya yaitu : Suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri yang dapat menimbulkan
akibat – akibat negatif pada fisik dan psikis.Dalam Kitab Undang – Undang Hukum
Pidana (KUHP) Kekerasan dimasukkan dalm pasal kejahatan.Pada pasal 89
disebutkan “yang disamakan melakukan kekerasan adalah membuat orang menjadi
tak berdaya lagi(lemah)”.Kemudian dalam penjelasan tersebut disebutkan melakukan
kekerasan artinya “menggunakan tenaga atau kekuatan atau kekuatan jasmani tidak
kecil secara tidak sah”.Misalnya memukul dengan tenaga atau senjata, menyepak
atau menendang.

Berikut beberapa pendapat ahli mengenai definisi kekerasan:


b. Kaplan dan Sadock
Kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik terhadap diri, orang lain, maupun lingkungan.
c. Black
Kekerasan merupakan pmakaian kekuatan yang tidak adil dan tidak dapat
dibenarkan. Kekerasan disertai dengan emosi yang hebat atau kemarahan yang tidak
terkendali, tiba-tiba, bertenaga, kasar, dan menghina.
d. Soerjono Soekanto
Kekerasan (violence) adalah penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang
atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap
orang dan barang , karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial
tertentu.

2) Syarat Terjadinya Kekerasan


N.J Smelser mengemukakan lima prasyarat konflik berlanjut pada kekerasan,
yaitu
a. adanya situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan disebabkan
oleh sruktur sosial tertentu
b. adanya kegusaran atau tekanan sosial, karena sejumlah besar anggota
masyarakat merasa banyak nilai dan norma yang sudah dilanggar namun tidak
mendapatkan sanksi.
c. Berembangnya perasaan kebensian yang meluas terhadap suatu sasaran
tertentu.
d. adanya tindakan nyata massa untuk mengorganisasikan diri untuk bertindak.
e. Kontrol sosial gagal, yaitu berkaitan dengan kemampuan aparat keamanandan
petugas lainnya untuk mengendalikan situasi serta menghambat kerusuhan.

3) Faktor Penyebab Kekerasan


a. Adanya prasangka buruk terhadap pihak lain.
b. Individu tidak dapat mengendalikan emosinya
c. Lahirnya ermasalahna yang memancing permusuhan
d. Kontrol sosial sudah tidak berfungsi untuk mengendalikan persaingan yang
terjadi
e. Adanya keinginan manusia untuk mendapatkan prestasi

2. Hakikat Perdamaian
Perdamaian dalam arti yang luas adalah, “penyesuaian dan
pengarahan yang baik dari orang seorang terhadap Penciptanya pada satu
pihak dan kepada sesamanya pada pihak yang lain”.Hal ini berlaku bagi
keseluruhan hubungan konsentris (bertitik pusat yang sama) antara seorang
dengan orang lainnya, seseorang dengan masyarakat, masyarakat dengan
masyarakat, bangsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia
satu sama lainnya, dan antara manusia dan alam semesta.
Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya
dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang,
atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak
memerangi musuh.Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum
di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi.Damai dapat juga
menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti
kombinasi dari definisi-definisi di atas.
Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan perang.
(bahasa Roma kuno untuk damai adalah Pax yang didefinisikan sebagai Absentia Belli,
ketiadaan perang). Dengan definisi seperti ini, kita dapat menganggap Congo, Sudan, dan
mungkin Korea Utara dalam keadaan damai karena mereka tidak sedang berperang
dengan musuh dari luar.

B. Pemetaan Konflik (Konteks, Issu, Pihak-Pihak, dan Dinamika)


Ada dua jenis konflik, pertama dimensi vertical atau “konflik atas”.  Yang dimaksud
adalah konflik antara elite dan massa (rakyat).  Hal yang menonjol dalam konflik ini
adalah digunakannya instrumen kekerasan negara, sehingga timbul korban dikalangan
massa (rakyat). Yang kedua, konflik horizontal, yakni konflik yang terjadi dikalangan
massa (rakyat) sendiri. Dalam kurun lima tahun terakhir (sejak pertengahan 90an),
dirasakan setidak –tidaknya ada dua jenis konflik horizontal, yang tergolong besar
pengaruhnya:
a. Konflik antar agama. Konflik jenis ini mengemuka di berbagai daerah seperti
Ambon, Jakarta, dan berbagai daerah di Indonesia.
b. Konflik antar suku, khususnya antara suku Jawa dan suku – suku lain di luar
Pulau Jawa.
Tipe – tipe konflik terdiri dari:
Tanpa konflik menggambarkan situasi yang relatif stabil, hubungan – hubungan antar
kelompok bisa sling memenuhi dan damai. Tipe ini bukan berarti tidak ada konflik
berarti dalam masyarakat, akan tetapi ada beberapa kemungkinan atas situasi ini.
a. Konflik laten adalah suatu keadaan yang di dalamnya terdapat banyak
persoalan, sifatnya tersembunyi dan perludiangkat ke permukaan lagi agar bisa
ditangani. Kehidupan masyarakat yang tampak stabil dan harmonis belum
merupakan jaminan bahwa di dalam masyarakat tidak terdapat permusuhan dan
pertentangan. 
b. Konflik terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul ke permukaan
yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk
mengatasi akar pentebab dari berbagai efeknya.
c. Konfik di permukaan adalah konflik yang memiliki akar dangkal atau tidak
berakar dan muculnya hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang
dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi (dialog terbuka). Contoh dari
konflik di permukaan ini bisa kita lihat perkelahian antar SMA. Konflik
kekerasan yang muncul seringkali hanya disebabkan oleh kesalahpahaman
komunikasi. Saling melirik ketika mereka berpapasan di jalan bisa menjadi
permasalahan yang berkembang ke tawuran massal.
Dinamika dan intervensi konflik
Langkah selanjutnya setelah pemetaan konflik adalah menganalisis dinamika konflik.
Kunci memahami dinamika konflik yaitu dengan:
1. melihat pada sumber konflik, yaitu dengan segala sesuatu yang menjadi inti
masalah; seperti sumber daya alam, perbedaan tafsir agama, atau etnis.
2. Menganalisis karakter hubungan (relationship) di antara berbagai pihak berkonflik.
Karakter hubungan konflik ini bisa memanfaatkan beberapa perspektif sosiologi
konflik, baik positiv, kritis, dan humanis. Secara umum, ketiga mazhab sosiologi
konflik mengacu pada hubungan kekuasaan guna melihat dinamika konflik. Pada
setiap kasus tertentu memiliki hubungan kekuasaan yang berbeda. Sehingga
menjadi penting bagi seorang analisis konflik melihat model hubungan kekuasaan
yang ada. Seperti pihak A adalah pekerja dari pihak B, atau pihak B adalah
organisasi pemeritah dan pihak A adalah warga. Melalui analisis model hubungan
kekuasaan ini akan diperoleh model tindakan yang muncul, apakah coercive action
atau noncoercive action.

Menurut Fisher tahapan dinamika konflik meliputi:


a. Pra konflik, adalah periode pada saat terdapat suatu ketidaksesuaian sasaran di
antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Konflik tersembunyi dari
pandangan umum, meskipun satu pihak atau lebih mungkin mengetahui proses
terjadinya konfrontasi. Mungkin terdapat ketegangan hubungan di antara beberapa
pihak dan / atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain pada tahap ini.
b. Konfrontasi, memperlihatkan satu tahap pada saat konflik mulai terbuka. Jika
hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai
melakukan aksi demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
c. Krisis, adalah puncak dari konflik. Tahap ketika konflik pecah menjadi bentuk aksi
– aksi kekerasan yang dilakukan secara intens dan massal. Konflik skala besar, ini
merupakan periode perang, ketika orang – orang dari kedua pihak terbunuh. Akibat
menunjukkan pada situasi yang disebabkan oleh pecahnya konflik pada tahap
krisis. Bisa jadi salah satu pihak menang peperangan, atau kalah dan bahkan
keduanya mengalami kekalahan bersama. Situasi ini sangat tergantung pada proses
penanganan konflik. Jika kedua pihak mampu melakukan negosiasi dan
menggunakan strategi pemecahan masalah kemungkinan situasi yang dihasilkan
cukup positif dan mengurangi jumlah kerugian bersama. Pada kasus strategi
contending yang menghasilkan penerapan hasil kalah menyebabkan kerugian yang
besar. Pada tahap ini tingkat kekerasan menurun disertai menurunnya berbagai
bentuk konfrontasi pihak – pihak berkonflik, ditariknya kekuatan – kekuatan
bersenjata, munculnya inisiatif resolusi konflik.
d. Pasca konflik, adalah situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai
konfrontasi kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah ke lebih
normal di antara kedua belah pihak.

Bentuk dan Tingkatan Intervensi Konflik:


a. Peace making (menciptakan perdamaian) yang bisas muncul dalam bentuk
intervensi militer. Dinamika konflik biasanya berada pada puncak eskalasi yang
ditandai oleh reproduksi aksi kekerasan, mobilisasi massa, dan tidak adanya
komitmen menghentikan konflik kekerasan.
b. Peace keeping (menjaga perdamaian) yang juga muncul dalam bentuk intervensi
militer agar pihak yang sudah tidak bertikai tidak kembali melakukan aksi
kekerasan. Pada tingkatan ini pihak bertikai tidak melakukan aksi kekerasan
bukan dilandasi oleh pemecahan masalah, namun akibat melemahnya atau
habisnya sumber daya bertempur.
c. Conflict management (pengelolaan konflik) yang mulai menciptakan berbagai
usaha pemecahan masalah dengan melibatkan berbagai pihak untuk mencari
pemecahan masalah. Beberapa tindakan pengelolaan konflik ini bisa dalam
bentuk negosiasi, mediasi, penyelesaian jalur hukum, arbitrasi, dan workshop
pemecahan masalah.
d. Peace building (pembangunan kedamaian) yang merupakan proses peningkatan
kesejahteraan, pembangunan infrastruktur, dan rekonsiliasi seluruh pihak bertikai.

C. Akar Masalah dan Sebab-Sebab Terjadi Konflik


Banyak faktor telah menyebabkan terjadinya konflikkonflik. Menurut Morton
Deutsch (1973), konflik timbul karena pola hubungan saling ketergantungan yang negatif
antara pihak yang berkonflik. Setiap konflik memiliki dimensi kooperatif dan kompetitif
sekaligus. Konflik dengan kadar kompetisi yang tinggi akan mengakibatkan destruktif.
Sementara itu, konflik dalam iklim kooperasi yang tinggi akan mengakibatkan
konstruktif. Namun, tidak hanya faktor-faktor itu saja yang menyebabkan terjadinya
konflik. Masih banyak faktor lain
penyebab timbulnya konflik dalam masyarakat. Berikut ini merupakan sebab-sebab
terjadinya konflik dalam masyarakat.
a. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang per orang yang menyebabkan
konflik antarindividu. Dalam hal ini masing-masing pihak berusaha
membinasakan lawan baik fisik maupun pikiran-pikiran dan ide yang tidak
disetujuinya.
b. Perbedaan kebudayaan akan menimbulkan konflik antar individu bahkan
antarkelompok. Perbedaan kebudayaan memengaruhi pola pemikiran dan
tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan.
c. Perbedaan kepentingan. Hal itu terjadi karena masing-masing pihak berusaha
mengejar tujuan untuk memenuhi kebutuhan masingmasing yang berbeda.
Konflik karena perbedaan kepentingan ini dalam rangka memperebutkan
kesempatan dan sarana.
d. Perubahan sosial yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi dan perbedaan
pendirian. Bentrokan antarkepentingan, antara lain karena masalah ekonomi,
sosial, politik, dan hukum.
e. Ketidakadilan dalam masyarakat.
f. Terkikisnya nilai-nilai kebersamaan dan keharmonisan.
Dari berbagai sebab konflik tersebut, unsur perasaan memegang peran penting dalam
mempertajam perbedaan sehingga setiap pihak berusaha saling mengalahkan. Konflik
yang terjadi dalam masyarakat bisa berubah menjadi kekerasan apabila konflik sudah
pada taraf mencederai, menyebabkan matinya orang lain, dan menimbulkan kerusakan
fisik atau barang orang lain.
Proses sosial dalam masyarakat ada juga yang dapat menyebabkan konflik. Proses
sosial yang menyebabkan atau berpeluang menimbulkan konflik adalah persaingan dan
kontravensi. Untuk lebih jelasnya, kita pelajari dahulu tentang persaingan dan
kontravensi.

a. Persaingan (Competition)
Dalam persaingan individu atau kelompok berusaha mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum.
Cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Jika dikelompokkan, ada dua macam persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi
dan tidak pribadi atau kelompok. Persaingan pribadi merupakan persaingan yang
dilakukan orang per orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi.
Persaingan kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk
yang sama untuk memperebutkan pasar di suatu wilayah. Persaingan pribadi dan
kelompok menghasilkan beberapa bentuk persaingan, antara lain persaingan di bidang
ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
1) Persaingan di Bidang Kebudayaan
Persaingan di bidang kebudayaan merupakan persaingan antara dua kebudayaan
untuk memperebutkan pengaruh di suatu wilayah. Persaingan kebudayaan
misalnya terjadi antara kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli.
Bangsa pendatang akan berusaha agar kebudayaannya dipakai di wilayah di mana
ia datang. Begitu pula sebaliknya, penduduk asli akan berusaha agar bangsa
pendatang menggunakan kebudayaannya dalam kehidupan.
2) Persaingan Kedudukan dan Peranan
Apabila dalam diri seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk
diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan peranan
terpandang maka terjadilah persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar
tergantung pada apa yang paling dihargai oleh masyarakat pada suatu masa
tertentu.
3) Persaingan Ras
Persaingan ras sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan.
Perbedaan ras baik perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut
hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atau perbedaan-
perbedaan dalam kebudayaan.

b. Kontravensi
Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi
atau menantang. Kontravensi merupakan usaha untuk menghalang-halangi pihak lain
dalam mencapaitujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan
tercapainya tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan karena rasa tidak senang atas
keberhasilan pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian, dalam kontravensi
tidak ada maksud untuk menghancurkan pihak lain. Menurut Leopold von Wiese dan
Howard Becker ada lima macam bentuk kontravensi.
1) Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan, keengganan,
perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, protes, gangguan-gangguan, dan
kekerasan.
2) Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal pernyataan
pihak lain di depan umum, memakimaki orang lain melalui selebaran, mencerca,
dan memfitnah.
3) Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut, menyebarkan
desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
4) Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan dan
mengumumkan rahasia pihak lain.
5) Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan lawan dan
mengganggu pihak lain.

Resolusi Konflik (Pencegahan, Kelola, Rekonsiliasi, dan Transformasi)

Jika kita merenungkan sebentar, betapa mengerikan akibat darikonflik itu. Di media
massa tampak jelas, fakta-fakta tragis akibatkonflik diungkapkan, seperti harta benda
menjadi hancur, kekalutan dan ketakutan melanda seluruh warga, jatuhnya korban jiwa
yang tidaksedikit, dan adanya trauma yang mendalam pada diri anak-anak.Kondisi ini
menyadarkan kita betapa penting dan indahnya sebuahkedamaian.
Oleh karena itu, penanganan suatu konflik perlu dilakukan. Dalamsosiologi upaya-
upaya penanganan konflik dikenal dengan manajemen/resolusi konflik.
Manajemen/resolusi konflik dipahami sebagaiupaya untuk mengurangi dampak
kerusakan yang terjadi akibatkonflik. Selain itu, resolusi konflik dipahami pula sebagai
upaya dalammenyelesaikan dan mengakhiri konflik (sebagaimana ditulis Ridwanal-
Makassary dalam http://www.bogor/net).
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
mencegahberkembangnya konflik sosial yang dikenal dengan istilah mekanisme katup
pengaman.Pada prinsipnya mekanisme katup pengaman merupakan pola-pola perilaku
dalam interaksisosial yang secara sengaja dilakukan untuk mencegah dan/atau
memecahkan konflik. Mekanismekatup pengaman dapat diperhatikan pada beberapa
contoh berikut ini:
1) Mengadukan problem kepada pihak ketiga untuk mencari jalan keluar. Misalnya
seorang suami menyampaikan keluh kesah tentang kesalahpahamannya dengan
sang istri kepada seorang ulama agar dicarikan jalan keluarnya.
2) Dengan melakukan sindiran terhadap perilaku seseorang yang kurang wajar
sehingga persoalan dapat diselesaikan tanpa harus baku hantam.
3) Kedua belah pihak yang terlibat konflik membuat suatu pertemuan untuk
melakukan musyawarah dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi.
Secara umum terdapat beberapa macam cara yang sering dilakukan dalam manajemen
atau resolusi konflik, yaitu:
1. Konsiliasi (Consiliation)
Konsiliasi merupakan pengendalian konflik melalui lembagalembaga tertentu untuk
memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di antara pihak-
pihak yang bertikai mengenai persoalan yang mereka pertentangkan. Tidak semua
konsiliasi dapat dilakukan pada semua konflik yang terjadi. Proses konsiliasi dapat
berhasil sebagai pengendali konflik jika setiap pihak menyadari perlunya
pelaksanaan prinsip-prinsip keadilan secara jujur bagi semua pihak, terorganisasinya
berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan, dan setiap kelompok yang
terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan tertentu.

2. Perwasitan (Arbitration)
Dalam arbitration diperlukan pihak ketiga yang mempunyai kekuasaan dan
wewenang yang lebih tinggi daripada pihak-pihak yang bertikai. Oleh karena
kekuasaan dan kewenangan itu, pihak ketiga mampu memaksakan keputusan kepada
pihak-pihak yang bertikai. Biasanya pihak yang bertikai akan menerima apa yang
menjadi keputusan wasit. Wasit umumnya dilakukan oleh lembaga pengadilan.
3. Mediasi (Mediation)
Dalam proses pengendalian konflik mediasi, pihak-pihak yang bertikai sepakat
menunjuk pihak ketiga sebagai penengah. Berbeda dengan perwasitan, dalam
mediasi pihak ketiga tidak mempunyai kekuasaan dan wewenang. Status yang
dimiliki pihak penengah sama dengan pihak-pihak yang bertikai. Oleh karena
statusnya sama, berarti pihak ketiga atau mediator tidak mempunyai kekuasaan dan
kewenangan untuk melaksanakan keputusan. Dalam hal ini tugas seorang mediator
adalah memberi nasihat. Umumnya nasihat-nasihat tersebut tidak mengikat pihak-
pihak yang berkonflik. Melalui proses ini, pihak-pihak yang bertentangan
mempunyai kemungkinan untuk menarik diri dari pertikaian tersebut tanpa harus
menurunkan harga diri.
3. Paksaan (Coersion)
Paksaan merupakan salah satu bentuk penyelesaian konflik dengan cara paksaan
baik secara fisik maupun psikologis. Umumnya proses ini terjadi jika salah satu
pihak berada pada posisi yang lemah dan satu pihak di posisi yang kuat. Paksaan
fisik biasa digunakan untuk menarik diri dari pertikaian tersebut tanpa harus
menurunkan harga diri.
4. Detente
Dalam hal ini detente adalah mengurangi ketegangan hubungan antara dua pihak
yang bertikai. Cara ini biasanya digunakan sebagai usaha pendekatan dalam
mencapai perdamaian. Oleh karena itu, pada proses ini belum ada penyelesaian
konflik secara pasti yang tentunya belum ada pihak yang dinyatakan kalah atau
memang. Detente hanya upaya pendekatan untuk menentukan cara tepat
penyelesaian konflik.

Peran Mediasi dan Pihak Ketiga dalam Penyelesaian Konflik dan Menumbuhkan
Perdamaian

Mediasi merupakan cara pengendalian konflik dengan jalan meminta bantuan pihak
ketiga sebagai penasehat. Jadi, mediasi adalah suatu usaha kompromi yang tidak
dilakukan sendiri secara langsung. Mediasi dilakukan dengan bantuan pihak ketiga yang
tidak memihak. Pihak ketiga hanya mencoba mempertemukan dan mendamaikan pihak-
pihakyang bersengketa atas dasar itikad kompromi pihak-pihak yang terlibat konflik.
Pihak ketiga dalam mediasi sifatnya netral. Tugas utama pihak ketiga adalah untuk
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Pihak ketiga hanya sebagai penasihat
dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan terhadap
penyelesaian konflik. Sekalipun nasihat-nasihat pihak ketiga tersebut tidak mengikat
pihak-pihak yang terlibat konflik, namun mediasi terkadang menghasilkan penyelesaian
yang cukup efektif. Hal itu karena mediasi dapat mengurangi tindakan irasional yang
mungkin timbul dalam sebuah konflik.
Jadi, peran mediator dan pihak ketiga dalam penyeesaian konflik yakni hanyalah
membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau
penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung pada kedua belah
pihak. Dalam hal ini perdamaian hanya akan muncul ketika kedua belah pihak mampu
menyadari dang mengerti masing-masing.
LAMPIRAN II
Instrumen Penilaian

Penilaian Observasi Sikap


Tanggal Nama Siswa Catattan Nilai Sikap Tindak lanjut
Perilaku
Menonjol
5-1-2018 aurelia Terlambat C Pembinaan
mengumpulkan
tugas
8-1-2018 erlangga Aktif dalam A Pujian
diskusi
…….. ……….. ………… ……… ……….

Penilaian Pengetahuan
Soal
1. Jelaskan pengertian konflik sosial menurut anda
masing-masing!
2. Apa saja faktor – faktor penyebab munculnya
konflik sosial ?
3. Konflik sosial dapat membawa dampak negatif
dan dampak positif, kemukakan dampak negatif dan positif dari konflik sosial !
4. Identifikasilah faktor – faktor terjadinya
kekerasan!
5. Deskripsikan hakekat perdamaian menurut anda
masing-masing!
6. Dari cerita soal nomor empat, jelaskan! adakah
suatu bentuk keteraturan dalam kesetaraan sosial dalam cerita tersebut?

Jawaban
1. Konflik sosial merupakan benturan beberapa kepentingan antara duaorang atau lebih yang
saling mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai akibat dariadanya perbedaan paham
atau perbedaan kepentingan
2. Faktor penyebab munculnya konflik sosial adalah
- Perbedaan antar individu
- Perbedaan kepentingan
- Perbedaan kebudayaan
- Perbedaan ras
- Perbedaan agama
- Perubahan sosial yang secara cepat
3. Dampak negatif konflik sosial sbb:
- Keretakan hubungan antarmanusia
- Dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah
- Kerusakan harta benda
- Adanya korban jiwa
- Adanya perubahan karakter dan sifat-sifat manusia
Dampak positif konflik sosial sbb:
- Menghasilkan nilai dan norma baru yang telah disesuaikan dengan lembaga masyarakat
- Memperjelas solidaritas ingroup
- Menghilangkan ketergantungan individu/ kelompok
4. Faktor Penyebab Kekerasan
a. Adanya prasangka buruk terhadap pihak lain.
b. Individu tidak dapat mengendalikan emosinya
c. Lahirnya ermasalahna yang memancing permusuhan
d. Kontrol sosial sudah tidak berfungsi untuk mengendalikan persaingan yang terjadi
e. Adanya keinginan manusia untuk mendapatkan prestasi
5. Perdamaian merupakan suatu keadaan dimana kondisi dan situasi tenang, tidak ada
konflik atau permusuhan

No Nama 1 2 3 4 5Jumlah
nilai
1 aurelia Max: 10 Max: 10 Max: 20 Max: 40 Max: 20 100
2 erlangg … … … … … …
a
3 …… … ..… … … … …

Anda mungkin juga menyukai