(RPP)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat:
1. Memahami akar masalah dan sebab-sebab terjadi konflik di masyarakat.
2. Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya konflik.
3. Mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari suatu konflik.
4. Mempresentasikan tentang sumber-sumber konflik yang terjadi di masyarakat.
5. Mempresentasikan hasil diskusi tentang sebab-sebab dan dampak terjadi konflik.
B. KOMPETENSI INTI
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif,
dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional.
KI.3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Uraian Materi : terlampir
F. MEDIA PEMBELAJARAN:
Media : Lembar kerja (siswa), Buku Pelajaran
Alat : Spidol, Penghapus, Pulpen, Laptop dan Infocus
Sumber belajar : Janu Murdiyatmoko dkk, Sosiologi kelas XI. Bandung: Grafindo Media
Pratama. Dan Kun Maryati, Juju Suryawati, Sosiologi Kelompok Perminatan IPS, Esis.
H. Uraian Materi
Konflik adalah bagian tak terpisahkan dalam dinamika kehidupan masyarakat. Dan dalam
batas-batas tertentu konflik menjadi bumbu-bumbu kehidupan menuju perubahan didalam
masyarakat. Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik. Tiap masyarakat pasti pernah
mengalami konflik, baik konflik dalam cakupan kecil atau konflik berskala besar. Konflik yang
cakupannya kecil, seperti konflik dalam keluarga, teman, dan atasan/bawahan. Sementara itu,
konflik dalam cakupan besar, seperti konflik antargolongan atau antarkampung.
Menurut perspektif umum, penyebab utama (akar persoalan) terjadinya konflik sosial
adalah adanya disfungsi sosial. Maksudnya, norma-norma sosial tidak ditaati dan pranata sosial
serta pengendalian sosial tidak berfungsi dengan baik.
Sedangkan menurut teori konflik, penyebab terjadinya konflik sosial adalah adanya
perbedaan atau ketimpangan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang
memunculkan diferensiasi kepentingan. Misalnya, ketidakmerataan distribusi sumber-sumber
daya yang terbatas dalam masyarakat. Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh
masyarakat kelas bawah. Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan
kepentingan. Minimnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah.
Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah dan atau elit.
Akan tetapi, perlu kiranya dipahami, bahwa faktor-faktor penyebab konflik sosial tidak
pernah bersifat sederhana dan tunggal melainkan bersifat kompleks dan jalin menjalin secara
rumit. Faktor-faktor tersebut dapat sekaligus menyangkut dimensi ideologi-politik, ekonomi,
sosial-budaya, maupun agama.
b. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan memengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan
dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran
individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama.
Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam
lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya
tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan
norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok
atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain.
c. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal
ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam
melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu
juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu
Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut,
karena dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di
sisi lain kaum agamis menolak pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan
norma atau adat ketimuran (bangsa Indonesia).
d. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan
pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang
terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-proses sosial di
dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya
perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan
menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat,
yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat
banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan
tersebut.
2. Dampak Terjadinya Konflik
Dampak yang ditimbulkan dari suatu konflik, antara lain sebagai berikut :
a. Dampak positif konflik adalah sebagai berikut:
1) Aspek-aspek kehidupan di masyarakat yang belum jelas atau masih belum selesai
ditelaah dapat diperjelas dengan adanya konflik.
2) Perkembangan zaman memaksa masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan yang
ada. Nah, konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-
nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan dengan
kebutuhan individu atau kelompok.
3) Dalam konflik antar kelompok, sebenarnya konflik berfungsi efektif dalam
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang berselisih dengan
kelompok lain.
4) Adanya konflik membuat setiap individu atau kelompok yang terlibat harus
mengandalkan diri sendiri untuk memenangkan konflik tersebut atas individu atau
kelompok lain. Karena itu, konflik juga merupakan jalan untuk mengurangi
ketergantungan antarindividu dan kelompok.
5) Ketika ada perubahan-perubahan sosial di masyarakat, konflik dapat membantu
menghidupkan kembali norma-norma lama maupun menciptakan norma-norma baru
agar tercipta harmoni dan keteraturan dalam masyarakat tersebut.
6) Konflik juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai keseimbangan antara
kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat yang terlibat.
7) Ketika pihak-pihak yang terlibat sama-sama kuat, konflik pun dapat memunculkan
sebuah kompromi baru agar setiap pihak mendapat apa yang diinginkan dengan
konsekuensi yang disepakati bersama.
8) Memperjelas aspek kehidupan yang belum tuntas.
9) Penyesuaian kembali norma dan nilai.
10) Meningkatkan solidaritas.
11) Mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok.
12) Penyeimbang kekuatan-kekuatan yang ada.
13) Dapat memunculkan kompromi baru.
b. Sedangkan dampak negatif konflik, antara lain :
1) Memicu rusaknya hubungan antar individu dan kelompok.
2) Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.
3) Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat, baik yang mengarah pada hal-hal
positif maupun negatif.
4) Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang kalah.
I. PENILAIAN
1. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik
sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum.
Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian
sikap
Aspek Perilaku yang
Jumlah Skor Kode
No Nama Siswa Dinilai
Skor Sikap Nilai
BS JJ TJ DS
1 Ahmad Fauzi 75 75 50 75 275 68,75 C
2 ... ... ... ... ... ... ...
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 =
400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi
yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan,
dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya
disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut
1 serta mengusulkan 50
ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi,
250 62,50 C
2 setiap anggota mendapatkan 50
kesempatan untuk berbicara.
Saya ikut serta dalam
3 50
membuat kesimpulan hasil
diskusi kelompok.
4 ... 100
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100
= 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan
keterampilan
2. Penilaian Pengetahuan
INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN
Mengetahui,