Anda di halaman 1dari 10

Kapata Arkeologi, 13(2), 223—232

ISSN (cetak): 1858-4101


ISSN (elektronik): 2503-0876
http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id

LUBANG TAMBANG BATU BARA BAYAH: JEJAK ROMUSHA DI


BANTEN SELATAN
Bayah Coal Mining Pit: The Trail of Romusha in South Banten

Iwan Hermawan
Balai Arkeologi Jawa Barat - Indonesia
Jalan Raya Cinunuk Km. 17 Cileunyi, Bandung 40623
iwan1772@gmail.com

Naskah diterima: 08/09/2017; direvisi: 03/10—14/11/2017; disetujui: 17/11/2017


Publikasi elektronik: 30/11/2017

Abstract
Romusha was a form of labor force mobilization during the Japanese occupation. They are
employed to build military infrastructure and explore mining or digging foxholes. One of the
center of romusha was Bayah in South Banten. Romusha were came from different parts of
Java Island and employed in the Bayah Kozan coal mine. The coal mining system carried out
in Bayah, is a closed mine. Mining is done by making a hole to reach ader (ore tree). The
mining pits and coal mining activities were conducted with simple equipment under the
pressure and torture of the Japanese soldiers who supervised romusha. This paper aims to
uncover traces romusha in South Banten through the remains of Japan in the form of Coal
Mine Hole. The writing method used is descriptive analysis. Data collection through the
activities of literature studies, field surveys, and interviews. The suffering experienced by the
romusha in Bayah reflected from the pits where coal mines are numerous in the region
Gunungmadur Bayah.
Keywords: Mining, coal, romusha, Bayah

Abstrak
Romusha merupakan bentuk mobilisasi tenaga kerja pada masa Pendudukan Jepang. Mereka
dipekerjakan untuk membangun sarana prasarana militer dan menggali bahan tambang atau
lubang perlindungan. Salah satu daerah yang menjadi tempat pemusatan romusha adalah
Bayah di Banten Selatan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan
dipekerjakan di tambang batu bara Bayah Kozan. Sistem penambangan batu bara yang
dilakukan di Bayah adalah tambang tertutup. Penambangan dilakukan dengan cara membuat
lubang untuk mencapai ader, yaitu pohon bijih. Kegiatan penggalian lubang tambang dan
penambangan batu bara dilakukan dengan peralatan sederhana di bawah tekanan dan siksaan
tentara Jepang yang menjadi pengawas romusha. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap
jejak romusha di Banten Selatan melalui tinggalan masa Jepang berupa lubang tambang batu
bara. Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis. Pengumpulan data melalui
kegiatan studi pustaka, survei lapangan, dan wawancara. Penderitaan yang dialami oleh para
romusha di Bayah tergambar dari keberadaan lubang-lubang tambang Batu bara yang banyak
terdapat di kawasan Gunungmadur, Bayah.
Kata kunci: Lubang tambang, batu bara, romusha, Bayah

PENDAHULUAN Jawa dengan topografi dataran pantai serta


Bayah secara administratif merupakan pegunungan dan Perbukitan. Wilayah ini berada
salah satu Kecamatan di Kabupaten Lebak pada ketinggian 0 mdpl sampai 388 mdpl.
Provinsi Banten dengan luas 156,43 Ha. Kecamatan Bayah membawahi 11 Desa, yaitu
Kecamatan Bayah berbatasan dengan Samudera Desa Bayah Barat, Desa Darmasari, Desa
Hindia di Selatan, Kecamatan Panggarangan di Sawarna, Desa Cidikit, Desa Bayah Timur, Desa
Barat, Kecamatan Cibeber di Utara, dan Cimancak, Desa Suwakan, Desa Pasirgombong,
Kecamatan Cilograng di Timur. Secara Geografis Desa Cisuren, Desa Pamubulan, dan Desa
Kecamatan Bayah berada di Pesisir Selatan Pulau Sawarna Timur.

223
doi: 10.24832/kapata.v13i2.435
© 2017 Kapata Arkeologi – Balai Arkeologi Maluku. Bebas akses di bawah lisensi CC BY-NC-SA.
Nomor Akreditasi: (LIPI) 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015.
Bentang alam Kawasan Bayah berupa bijih) untuk selanjutnya mengikuti arah ader
perbukitan, lembah dan pesisir dengan garis tersebut. Sistem penambangan tertutup yang
pantai yang sempit dan pada beberapa titik dilakukan oleh para penambang di Bayah
pantainya bertebing terjal. Kawasan ini disebabkan karena karakteristiknya berbeda
merupakan bagian dari zona depresi antar dengan batu bara di Sumatera dan Kalimantan.
montana (zona Bandung). Kondisi struktur Batu bara di Banten Selatan berusia Miosen
geologi Kubah Bayah kompleks, bercampur dengan ader (pohon bijih) berada di bawah
antara lipatan, sesar, pengangkatan, terobosan permukaan dengan ketebalan 0,5—2 m sehingga
batuan beku, dan endapan gunung api tua. Umur akan tidak ekonomis jika dilakukan penambangan
batuannya terentang dari Eosen hingga Pliosen. terbuka.
Morfologi Kawasan Bayah secara keseluruhan Keberadaan Bayah sebagai daerah yang
dikenal sebagai kubah (dome) dan dinamakan kaya akan barang tambang sudah diketahui jauh
Kubah Bayah (Bayah Dome). Tiga sungai besar sebelum datangnya bangsa Jepang. Penelitian
mengalir di kawasan kubah ini, yaitu Ci Bareno di berkenaan dengan keberadaan bahan tambang
bagian sayap timur. Ci Madur di bagian tengah, sudah dilakukan sejak akhir abad ke-19 dan
dan Ci Peucangceuri di bagian barat kubah. Pada semakin intensif pada awal abad ke-20. Penelitian
bagian tengah hingga pantai selatan Kubah Bayah tentang Geologi di Banten Selatan, khususnya
membentang kawasan kars (Van Bemmelen, Bayah dan Cikotok sudah dilakukan pada kurun
1949: 42). waktu tahun 1839—1916 oleh para peneliti, yaitu
Kubah Bayah merupakan suatu Homer, Hasaki, Junghunh, Verbeck, Fenaema
antiklinorium yang rumit dan cembung ke arah Van Es, dan Zungler. Pada penelitian-penelitian
utara akibat mengalami perlipatan yang kuat. tersebut ditemukan indikasi endapan Emas di
Batuan penyusunnya berupa batuan sedimen yang daerah Bayah, Cimandiri, dan Cikotok
berumur Neogen disertai intrusi yang berbentuk (Hermawan, 2013). Potensi bahan tambang di
volcanic neck, stock, dan bos (Van Bemmelen, Kubah Bayah yang dilaporkan oleh para peneliti
1949: 42). Berdasarkan Peta Geologi Lembar tersebut mendorong perusahaan pertambangan
Leuwidamar, batu gamping penyusun karst di swasta Belanda, NV. Mijnbouw Maatschappy
kawasan ini termasuk anggota dari Formasi Zuid Bantam (NV. MMZB) pada tahun 1939
Citarate yang terbentuk pada lingkungan terumbu membuka tambang emas di Cikotok setelah
di belakang paparan terbuka, yang kadang melalui proses persiapan selama tiga tahun, yaitu
tenggelam oleh naiknya muka laut setempat. 1936—1939. Sejak saat itu, Cikotok menjadi
Kondisi Geologi dan Tektonik yang terjadi di salah satu kota tambang di Nusantara. Kegiatan
Kubah Bayah membentuk berbagai jenis bahan penambangan pertama kali dilakukan di Blok
galian, yaitu bahan galian logam dan bahan galian Cikotok dan Cipicung, kemudian menyusul Blok
nonlogam. Bahan galian logam seperti emas (Au) Cirotan. Pabrik pengolahan bijih emas dibangun
dan mineral pengikutnya, antara lain galena (Pb), di Pasirgombong dan pengangkutan hasil
seng (Zn), tembaga (Cu), pirit (Fe), dan batu besi. tambang ke pabrik pengolahan dilakukan dengan
Bahan galian lainnya berupa bahan galian menggunakan Lori Gantung (Hermawan, 2014:
nonlogam dan bahan galian industri, yaitu batu 16). Potensi batu bara di Bayah yang juga
gamping, kalsit, batu belah, zeolit, lempung, tras, disinggung oleh hasil penelitian para ahli tersebut
feldsfar, batu pasir kuarsa, pasir darat, bentonit, kurang menarik perhatian perusahaan tambang
kaolit, batu sempur oval, sirtu, dan batu bara untuk mengeksploitasi karena dianggap kurang
(Sujatmiko & Santosa, 1992). ekonomis. Biaya operasional lebih mahal
Potensi batu bara di Bayah merupakan satu- dibanding dengan pendapatan yang diperoleh.
satunya di Pulau Jawa. Berbeda dengan cadangan Kondisi tersebut berubah drastis ketika
batu bara di Sumatera yang terpusat, cadangan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942.
batu bara Bayah tersebar di sepanjang Pesisir Tambang Cikotok diambil alih Jepang dan semua
Selatan Banten, terutama di Cihara, Panyaungan, aktivitas pertambangan dihentikan, kecuali di
dan Gunung Madur. Saat ini eksploitasi batu bara lubang tambang Cirotan tetap berjalan untuk
skala kecil dilakukan oleh masyarakat Bayah menambang timah hitam atau timbal (Pb) yang
dengan sistem tambang tertutup, yaitu menggali merupakan bahan baku mesiu (Hermawan, 2014:
lubang vertikal dan atau horizontal dengan ukuran 16). Potensi bahan tambang lainnya yang dilirik
rata-rata 1 x 1 meter untuk mencapai ader (pohon Jepang untuk dieksploitasi adalah batu bara. Hal

224
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 2, November 2017: 223—232
Gambar 1. Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak
(Sumber: Hermawan, 2015)

ini disebabkan tingginya kebutuhan batu bara Blok Penambangan Batu bara terbesar di Bayah.
untuk memenuhi kebutuhan perang dan tuntutan Pada setiap blok penambangan dibangun berbagai
kemandirian energi daerah pendudukan. Guna fasilitas tambang, yaitu: bedeng pekerja, kantor
melakukan eksploitasi potensi batu bara Bayah, cabang, markas Kempetai, klinik, dan stasiun
Pemerintahan Militer Jepang berkerja sama kereta api lengkap dengan tempat penampung
dengan Sumitomo mendirikan perusahaan batu bara. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga
pertambangan, yaitu Bayah Kozan Sumitomo kerja di Pertambangan Bayah, Pemerintah Militer
Kabusyiki Kaisya atau Mitsui Kosha Kabushiki Jepang melakukan mobilisasi tenaga kerja yang
Kaisya atau masyarakat luas mengenalnya dengan dikenal dengan istilah romusha. Mereka
nama Bayah Kozan (Malaka, 2005: 53). didatangkan dari berbagai daerah di luar Bayah,
Tanggung jawab operasional perusahaan menjadi terutama dari Jawa Tengah dan jawa Timur.
bagian Tentara Angkatan Darat ke-16 Jawa, Mereka direkrut menjadi romusha oleh aparat
sedangkan permodalan menjadi tanggung jawab desa atau Militer Jepang dan mereka tidak bisa
Sumitomo (Poeze, 1999: 300). menolak apa pun alasannya. Mereka tidak punya
Pada pelaksanaannya, pertambangan batu pilihan karena takut penolakan akan berdampak
bara tidak hanya terpusat di Bayah, namun pada diri dan keluarga (Perdana, 2010: 153).
menyebar di banyak titik di sepanjang Pantai Selama di Bayah, para romusha
Selatan Banten, dari Malingping sampai Sawarna ditempatkan terpisah dari penduduk pribumi,
sepanjang 30 km. Jepang membangun pusat yaitu di bedeng-bedeng dekat lubang tambang.
aktivitas pertambangan di tiga lokasi, yaitu Blok Mereka harus bekerja tanpa mengenal lelah
Madur, Blok Cihara (Cibobos), dan Blok Cimeng membuka hutan, membangun jaringan rel kereta
di Panyaungan (Panggarangan). Pusat api, dan menggali lubang-lubang tambang.
administrasi perusahaan Bayah Kozan dibangun Mereka bekerja dengan menggunakan peralatan
di Bayah, tidak jauh dari Blok Madur sebagai seadanya dan di bawah tekanan serta siksaan

225
Lubang Tambang Batu Bara Bayah: Jejak Romusha di Banten Selatan, Iwan Hermawan
tentara Jepang. Kondisi tersebut diperparah tahun 1942 menjadi pemantik semangat pejuang
dengan asupan makanan tidak layak serta kondisi untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
lingkungan yang berat. Kondisi ini menyebabkan Kedatangan mereka ke Nusantara diterima
banyak romusha yang meninggal dunia akibat dengan tangan terbuka dan dielu-elukan oleh
beratnya pekerjaan, beratnya siksaan, dan akibat masyarakat Indonesia karena dianggap sebagai
penyakit malaria serta koreng. Mayat-mayat para saudara tua yang telah membantu bangsa
romusha tersebut seringkali dikubur seadanya Indonesia keluar dari cengkeraman penjajahan
secara massal di tempat mereka meninggal. Saat Belanda (Nagazumi, 1988: 30).
ini Bayah berubah menjadi salah satu kawasan Simbol-simbol nasional diizinkan untuk
Industri di Banten Selatan. Lubang-lubang dipamerkan bersama dengan simbol-simbol
tambang peninggalan Jepang yang banyak negara Jepang. Bendera merah putih berkibar
terdapat di Gunungmadur secara bertahap mulai berdampingan dengan bendera matahari terbit,
tergusur aktvitas pertambangan dan Industri. demikian pula lagu kebangsaan Indonesia Raya
Kondisi ini menjadikan ingatan komunal dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Jepang.
masyarakat terhadap masa lalu Bayah yang Selain itu, Jepang juga membebaskan pemimpin-
pernah menjadi pusat aktivitas romusha sedikit pemimpin nasional yang ditahan oleh Belanda.
demi sedikit mulai hilang dari ingatan Kebijakan tersebut tidak terlepas dari prinsip
masyarakat, terutama generasi muda. utama yang dipegang Jepang dalam menguasi
Pada tulisan ini diuraikan keberadan bangsa Indonesia, khususnya Jawa, yaitu
lubang tambang batu bara tinggalan masa bagaimana menarik hati rakyat (minshin ha’aku)
Pendudukan Jepang di Kecamatan Bayah, Lubang serta bagaimana mengindoktrinasi; menjinakkan
tambang tersebut tersebar di pusat-pusat tambang mereka (senbu kosaku) (Yuliati, 2010: 2); dan
batu bara masa Pendudukan Jepang, terutama di mengusahakan agar daerah yang diduduki mampu
sekitar Gunungmadur. Adapun permasalahan memenuhi kebutuhan hidup sendiri (Ibrahim,
yang ingin dibahas pada tulisan ini adalah: 2004: 36). Hal ini dilakukan sebagai bentuk
bagaimanakah hubungan antara keberadaan strategi Jepang dalam memenangkan Perang Asia
lubang tambang batu bara Bayah dengan aktivitas Timur Raya. Semakin terbukanya serangan
romusha di Banten Selatan? Sekutu ke wilayah-wilayah yang diduduki oleh
Jepang, mendorong Pimpinan Tentara Jepang di
METODE Jawa, Jenderal Harada, mengambil keputusan
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan untuk melakukan perlawanan dalam bentuk aksi-
dan tujuan yang ingin dicapai pada tulisan ini, aksi lokal jika Pasukan Sekutu mendarat di Jawa.
metode penulisan yang dipergunakan adalah Harada sadar bahwa Tokyo tidak akan
deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. mengirimkan divisi-divisi baru untuk membantu
Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan pertahanan di Jawa. Berkenaan dengan hal
survei lapangan, wawancara, dan studi literatur. tersebut maka setiap Karesidenan di Jawa harus
Kegiatan Survei dilakukan di kawasan yang mampu memenuhi kebutuhan masing-masing dan
diduga pada masa Pendudukan Jepang merupakan menyimpan perbekalan dan perlengkapan perang
pusat aktivitas romusha, terutama kawasan (Frederick, 1989: 33).
Gunungmadur dan sekitarnya yang merupakan Salah satu kemandirian yang harus dicapai
salah satu blok penambangan batu bara di Bayah. oleh Penguasa Militer jepang di Pulau Jawa,
Saat ini, kawasan Gunungmadur merupakan adalah kemandirian di bidang energi. Hal ini
bagian dari wilayah administrasi Desa Darmasari disebabkan kebutuhan sumber energi Industri
dan Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten berupa batu bara didatangkan dari luar Jawa, yaitu
Lebak, Provinsi Banten. dari Sumatera dan Kalimantan. Hal ini tidak
mungkin dilakukan ketika masa perang, karena
HASIL DAN PEMBAHASAN tongkang pembawa batu bara akan menjadi
Pada awalnya, peralihan kekuasaan dari sasaran empuk bagi torpedo-torpedo Angkatan
Pemerintahan Kolonial Belanda ke Pemerintahan Laut Sekutu. Kondisi tersebutlah yang
Pendudukan Jepang memberikan angin segar mendorong eksploitasi potensi batu bara Bayah,
bagi bangsa Indonesia yang sedang berjuang tujuannya agar Jawa dapat mandiri secara energi.
meraih kemerdekaan. Kemenangan pasukan Kegiatan penambangan batu bara di Bayah
Kamikaze atas pasukan militer Belanda pada dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap

226
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 2, November 2017: 223—232
perencanaan dan pembangunan yang dilakukan Telaga Bakti Nusantara, 1997: 146). Pada tahap
pada tahun 1942 sampai tahun 1943, serta tahap produksi atau penambangan, para pekerja
produksi atau penambangan yang dilakukan mulai menambang batu bara di lokasi-lokasi yang telah
tahun 1943 sampai Jepang kalah pada bulan ditetapkan sebelumnya, yaitu Blok Madur,
Agustus tahun 1945. Cihara, dan Cimang. Batu bara yang dihasilkan
Pada tahap perencanaan, aktifitas diangkut ke pusat-pusat penampungan dengan
pertambangan yang dilakukan meliputi Survei kereta api RG (Rail Gauge)1 700 atau Stingkul
dan pemetaan untuk menemukan dan menandai (kereta tambang). Selanjutnya dari pusat-pusat
tempat-tempat yang mengandung batu bara penampungan, batu bara diangkut ke luar Bayah
dengan kualitas tinggi dan memungkinkan untuk dengan menggunakan kereta api RG 1067. Jalur
eksploitasi. Aktivitas pada tahap pembangunan kereta api dibangun dari stasiun saketi di jalur
meliputi kegiatan pembukaan hutan untuk Rangkasbitung—Labuan sampai pusat pertam-
dijadikan areal tambang dan permukiman pekerja; bangan batu bara di Bayah (Hermawan, 2015: 37;
penggalian terowongan utama di blok Madur, 2016: 12).
Blok Cihara, dan Blok Cimang; Pembangunan Salah satu lokasi penambangan batu bara di
jalan, jembatan, jalur kereta api Saketi—Bayah Bayah, adalah Blok Madur atau Gunungmadur.
(RG 1067), jalur kereta tambang atau Stingkul Blok Madur merupakan blok penambangan
(RG 700); dan pembangunan infrastruktur terbesar di kawasan pertambangan Bayah Kozan.
pendukung perusahaan tambang, seperti Di kawasan ini banyak lubang bekas tambang
perkantoran, perumahan pegawai, gardu induk batu bara dalam berbagai ukuran. Untuk lokasi
listrik, sarana air bersih, dan rumah sakit penambangan yang besar, lubang atau
(Hermawan, 2016: 37). Pembangunan jalur kereta terowongan utama memiliki kedalaman 100—
api lintas Saketi—Bayah dilakukan dengan 750 m dengan tipe lubang Horizontal. Mulut
menggunakan rel-rel hasil bongkaran dari jalur lubang berdiameter 2,5—3,0 m dan di dalamnya
lama yang tidak aktif dan tidak efisien (Tim terdapat kamar-kamar serta lorong-lorong cabang.

Gambar 2. Peta Sebaran Jejak Romusha di Bayah


(Sumber: Hermawan, 2016)

1 Rail Gauge = Lebar Rel

227
Lubang Tambang Batu Bara Bayah: Jejak Romusha di Banten Selatan, Iwan Hermawan
Sebagai penyangga dinding dan atap terowongan tertutup longsoran di bagian tengahnya sehingga
dipergunakan kayu. Pada bagian lantai terdapat membentuk dua celah yang masih terbuka dengan
rel lori pengangkut batu bara.2 Secara umum, ukuran masing-masing lebar 1,25 m dan tinggi
lubang atau terowongan tambang batu bara di 1,50 m. Lantai lubang tambang dipenuhi lumpur
Bayah dibagi menjadi dua bagian, yaitu lubang dan longsoran.
totoire dan lubang jibangso. Lubang totoire Pada bagian puncak bukit di atas lubang
merupakan terowongan utama yang merupakan Cipicung terdapat lubang vertikal menyerupai
tempat aktivitas keluar masuk romusha dan lori sumur persegi dengan ukuran 1 x 1 m. Sumur
pengangkut batu bara. Lubang jibangso, tersebut merupakan lubang tambang milik
merupakan jalur-jalur sempit di dalam totoire masyarakat yang tidak dilanjutkan untuk
untuk menambang batu bara (Isnaeni & Apid, ditambang. Menurut keterangan Iyar (50 tahun),
2008: 79). sumur tersebut mempunyai kedalaman 6 m dan
Romusha yang bertugas di penambangan lubang mendatar dengan panjang sekitar 6 m
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil mengikuti ader. Ujung lubang mendatar bermuara
yang terdiri dari 10—12 orang setiap di lubang Jepang, yaitu lubang Cipicung.
kelompoknya. Setiap kelompok dipimpin oleh Ruangan di dalam lubang Jepang tersebut relatif
seorang kepala regu dengan anggota terdiri dari 2 luas dan tinggi dengan penyangga balok-balok
orang pemegang bor, 2 orang ahli dinamit, dan kayu yang tampaknya sudah rapuh. Batu bara di
sisanya adalah pemecah batu dan tukang angkut dalam cukup banyak ditemukan, akan tetapi
(Rohmanudin, 2012: 52). Penambangan penggalian tidak dapat dilanjutkan di sini karena
dilakukan dengan cara meledakkan ader tercium bau gas yang menyengat. 3
menggunakan dinamit. Pecahan dan reruntuhan
batu bara berupa bongkahan dikumpulkan dan
dipecah menjadi pecahan kecil untuk selanjutnya
ditampung di lori yang akan mengangkutnya ke
luar lubang. Pada banyak titik ader, terutama yang
ukurannya kecil, penambangan dilakukan secara
manual yaitu dengan menghancurkannya
menggunakan belincong. Setelah banyak
terkumpul, batu bara diangkut ke pusat
penimbunan di stasiun Bayah dengan
menggunakan stingkul. Saat ini, beberapa lubang
tambang masih bisa ditemukan di Gunungmadur
dan masyarakat menyebutnya sebagai lubang Gambar 3. Lubang Tambang Cipicung
Jepang. Lubang-lubang tambang tersebut di (Sumber: Balai Arkeologi Jawa Barat, 2016)
antaranya: Lubang Cipicung, Lubang Cigalugur,
Lubang Sangko, dan Gua Jepang di tepi pantai Penjelasan tersebut dibenarkan oleh Atok
Gua Langgir. (74 tahun), Tokoh masyarakat Darmasari, yang
pernah masuk ke dalam lubang tambang Cipicung
Lubang Cipicung untuk mencari harta karun peninggalan Jepang.
Lubang Cipicung adalah salah satu lubang “Lubang tambang Cipicung di bagian dalamnya
tambang di kawasan Gunungmadur yang masih luas dan tinggi, panjang lubang dari pintu masuk
bisa ditemukan. Lokasi lubang tambang berada di lebih dari 500 m dengan banyak cabang. Cabang-
Kampung Sawah Desa Darmasari, tepatnya di cabang tersebut ukurannya lebih kecil, bahkan ada
hulu aliran Ci Picung, tidak jauh dari jalan lama lubang yang berbentuk celah sempit yang hanya
penghubung Bayah—Cisolok. Kondisi mulut bisa dimasuki oleh satu orang. Jalur lubang
lubang tambang sudah longsor dan di atasnya menanjak mengikuti kemiringan ader dan pada
terdapat pohon beringin. Pintu masuk lubang lantainya terdapat jalur rel. Pada bagian dalam

2 3
Wawancara dengan Atok (74 tahun), tokoh masyarakat Wawancara dengan Iyar (50 tahun), Penambang Batu bara
Desa Darmasari dan pernah memasuki Lubang Tambang tradisional warga Desa Darmasari Kecamatan Bayah, 2016
Cipicung; dan Iyar (50 tahun), Warga Kampung Sawah,
2016.

228
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 2, November 2017: 223—232
lubang Cipicung terdapat 6 ruangan mirip kamar. Jepang Lokasinya berada di kaki tebing curam di
Untuk menghindari ambruk, dinding dan atap tepi sungai kecil. Lubang Sangko terletak di
lubang diperkuat dengan balok-balok kayu.4 Kampung Sangko Desa Sawarna, Kecamatan
Lubang tambang batu bara lainnya di Bayah. Lubang Sangko merupakan lubang
kawasan Cipicung, adalah lubang 13. Lubang ini tambang Horizontal dengan mulut lubang
merupakan lubang horizontal dengan ukuran yang berukuran besar. Kondisi saat ini, mulut lubang
tidak jauh berbeda dengan lubang Cipicung. Saat Sangko sebagian besar tertutup longsoran dinding
ini lubang 13 sudah tidak dapat dikenali karena gua dengan bagian yang terbuka berukuran tinggi
pintu masuk lubang tersebut sudah terkubur oleh 1,30 m dan lebar 4 m. Bagian dalam lubang
longsoran material dari proyek pembangunan dipenuhi oleh lumpur dan menjadi aliran air yang
pabrik semen yang tepat berada di atasnya. mengalir dari mata air di dalam gua. Pada
Menurut keterangan masyarakat, di dalam lubang beberapa bagian dinding dan atap lubang tampak
13 masih terdapat mobil Jeep yang sengaja bekas kayu penyangga lubang. Menurut
disembunyikan oleh tentara Jepang sebelum keterangan Supandi (59 tahun), lumpur yang
meninggalkan Bayah. 5 memenuhi lantai lubang Sangko mempunyai
kedalaman lebih dari 1,5 m. Jalur lubang tidak
mendatar, namun menanjak mengikuti
kemiringan ader.7

Gambar 4. Situasi lubang tambang Madur/Cigalugur


(Sumber: Balai Arkeologi Jawa Barat, 2016)

Lubang Cigalugur Gambar 5. Lubang Tambang Sangko


Lubang tambang Madur atau Cigalugur (Sumber: Balai Arkeologi Jawa Barat, 2016)
berada di hulu Ci Galugur berada di kawasan
perkebunan karet Gunungmadur yang dikelola Gua Jepang/Gua Hartakarun
oleh PT. Perkebunan Kroewoek/PT. JA Wattie. Gua Hartakarun atau Lubang Jepang
Lokasi lubang tambang tidak jauh dari kompleks merupakan gua buatan yang digali di tebing karst
perumahan dan kantor Perkebunan, tepatnya di pantai Gua Langir, Desa Sawarna Kecamatan
dasar lembah Cigalugur. Pada masa Pendudukan Bayah. Lokasi gua Jepang ini tidak jauh dari
Jepang, kawasan ini merupakan pusat lubang Sanko, lubang Niko, dan pusat
administrasi Bayah Kozan cabang Blok Madur 6. pengumpulan batu bara di Pulomanuk. Gua
Saat ini lubang tambang sudah tidak dapat tersebut merupakan gua buatan untuk kepentingan
dikenali karena pintu lubang sudah tertutup pertahanan. Hal ini sesuai dengan apa yang
longsoran material dan dipenuhi oleh ilalang dan disampaikan oleh Ibong (51 tahun) dan Supandi
tumbuhan perdu. (59 tahun), penduduk Desa Sawarna yang
mengungkapkan bahwa berdasarkan cerita orang
Lubang Sangko tuanya, gua Jepang tersebut dibangun untuk
Lubang Sangko merupakan salah satu markas tentara yang bertugas mengintai lautan.
lubang tambang batu bara pada masa Pendudukan Selain itu, gua tersebut juga menjadi gudang

4 6
Wawancara dengan Atok (74 tahun), tokoh masyarakat Wawancara dengan HMS. Badjadji (87 tahun), Tokoh
Desa Darmasari kecamatan Bayah, 2016 masyarakat Bayah
5 7
Wawancara dengan Atok (74 tahun), HMS Badjadji (87 Wawancara dengan Supandi (59 tahun), masyarakat
tahun), Iyar (50 tahun) kampung Sangko–Sawarna, 2016

229
Lubang Tambang Batu Bara Bayah: Jejak Romusha di Banten Selatan, Iwan Hermawan
penyimpanan barang-barang yang dikirim melalui Berdasarkan keahlian yang dimiliki,
laut. Menjelang Jepang kalah dan meninggalkan romusha di Bayah dikelompokkan menjadi dua
Bayah, gua tersebut dihancurkan terlebih dahulu kategori, yaitu romusha yang memiliki keahlian
dengan menggunakan dinamit dan para romusha dan romusha yang tidak memiliki keahlian.
yang bekerja di gua tersebut ikut dikubur, tidak Romusha yang memiliki keahlian adalah mereka
ada seorang pun yang lolos.8 Berkenaan dengan yang sebelum dikirim ke Bayah sudah memiliki
keberadaan Gua Hartakarun, HMS. Badjadji (87 keahlian seperti masinis, pegawai stasiun, ahli di
tahun) mengungkapkan bahwa Gua tersebut bidang mesin, survei lahan, ahli konstruksi jalan
sengaja digali oleh Jepang untuk mengawasi laut dan jembatan, serta ahli dalam penambangan.
dan dihancurkan oleh tentara Jepang menjelang Romusha yang tidak memiliki keahlian adalah
kepergian mereka dari Bayah. 9 mereka yang tidak memiliki kemampuan/keahlian
Saat ini, lubang Jepang/Gua Hartakarun di bidang pertambangan atau bidang lainnya yang
merupakan salah satu gua di kawasan wisata diperlukan di pertambangan Bayah (Kurasawa,
pantai Gua Langgir. Pintu masuk sudah terkubur 1993: 186). Berdasarkan kondisi fisik, romusha
dan bahkan bagian dalam gua sudah terkubur oleh dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1)
reruntuhan gua, karena seperti diuraikan kelompok romusha dengan kondisi fisik lemah;
sebelumnya, Gua Hartakarun sengaja (2) kelompok romusha dengan kondisi fisik
dihancurkan Jepang. Sisa lubang tersebut hanya sedang; dan (3) kelompok romusha dengan
berupa ceruk, tinggi pintu lubang 2 m dan lebar 3 kondisi fisik yang prima. Pembagian kelompok
m. Semakin dalam, ketinggian lubang semakin berdasarkan kondisi fisik dilakukan agar
rendah dan tidak dapat dimasuki karena sudah memudahkan dalam penempatan di
terutup oleh reruntuhan. pertambangan Bayah. Adapun jenis pekerjaan di
Pertambangan Bayah antara lain, bagian tambang,
bagian transportasi, bagian bangunan, bagian
kereta api, bagian bengkel mobil dan kereta api,
bagian gudang, serta pesuruh di kantor dan rumah
orang Jepang (Isnaeni & Apid, 2008: 119-120).
Perekrutan romusha awalnya dilakukan
secara sukarela dan terdiri atas para pengangguran
yang mencari kerja dan dipekerjakan sebagai
tenaga produktif atau buruh (Kurasawa, 1993:
124). Ketika permintaan tenaga kerja meningkat,
maka sejak akhir 1943, Pemerintahan Jepang di
Indonesia memobilisasi tenaga kerja secara
Gambar 6. Gua Jepang/Gua Hartakarun (Dok. Balai sistematik dan intensif melalui slogan
Arkeologi Jawa Barat, 2016) “Peningkatan Produksi” dan “Mobilisasi total”
(Sato, 2000: 20). Perekrutan dilakukan tidak lagi
Semua lubang tambang di kawasan mengandalkan perekrutan sukarelawan namun
Gunungmadur digali dan kemudian ditambang memerintahkan kepala desa untuk menyediakan
oleh para romusha. Tidak hanya itu, semua warganya guna menjadi romusha. Pengumpulan
aktivitas pertambangan dari mulai persiapan tenaga kerja juga dilakukan Pasukan Jepang
sampai tahapan operasional dilakukan dengan dengan menjalankan razia dan mengambil
menggunakan tenaga romusha yang didatangkan siapapun yang tertangkap di jalan untuk
dari berbagai daerah di luar Banten, terutama memperkuat barisan romusha guna memenuhi
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Catatan Tan kebutuhan tenaga kerja. Laki-laki dan perempuan
Malaka menunjukkan bahwa jumlah romusha di usia produktif di setiap desa/wilayah
Bayah pada tahun-tahun awal mencapai 20.000 diinventarisir oleh kepala desa atau kepala
orang dan pada hampir menyerahnya Jepang, wilayah, kemudian mereka dikenai kewajiban
jumlahnya sekitar 10.000 orang (Malaka, 2014: kerja tanpa terkecuali. Setiap saat sebuah badan
498). yang berkaitan langsung dengan romusha

8 9
Wancara dengan Ibong (51 tahun) dan Sopandi (59 tahun), Wawancara dengan HMS. Badjadji (87 tahun), tokoh
2016. masyarakat Bayah, 2016.

230
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 2, November 2017: 223—232
mengkondisikan penempatan romusha sesuai salah satunya tidak jauh dari Kampung Deker.
dengan kebutuhan angkatan perang. Kebijakan Kondisi makam sudah tidak dapat dikenali karena
mobilisasi mereka dimaksudkan untuk nisannya sudah tidak ada dan lahannya sudah
menciptakan produktivitas akibat pengurangan menjadi kebun karet. Menurut keterangan HMS.
produktivitas pertanian dan perkebunan di Jawa. Badjadji (87 tahun), mereka yang dimakamkan
Romusha juga merupakan komoditi yang adalah para romusha yang tewas di sekitar
diperlukan guna dipertukarkan dengan bahan- Pulomanuk. Mereka yang tewas di tempat lain
bahan yang dibutuhkan dalam perang (Kurasawa, akan dimakamkan di tempat di lokasi dia tewas.
1993: 124). Hal ini menunjukkan bahwa Sehingga, di sekitar lubang Sangko, kampung
perekrutan romusha dilakukan secara lebih serius sawah, Cimanuk—Cibobos, dan Cimang juga
dengan alasan: (1) Kondisi perang yang semakin terdapat kuburan massal para romusha. Salah
memburuk bagi Jepang; (2) Tuntutan untuk dapat seorang yang paling sering menguburkan mayat
memenuhi kebutuhan sendiri (swasembada) bagi romusha terutama di sekitar Blok Madur,
tiap Angkatan Perang di daerah pendudukan; dan termasuk Pulomanuk dan Sawarna, adalah Amat
(3) Adanya motivasi ekonomi yang menyertai Parino, seorang romusha asal Purworejo yang
setiap pengerahan tenaga romusha (Isnaeni & bertugas di bagian lubang.10
Apid, 2008: 57-58).
Para Romusha pada awalnya datang ke
Bayah dengan tujuan memperbaiki kehidupan
agar menjadi lebih baik, namun kenyataan
berbicara lain. Selama menjalani tugas sebagai
romusha, mereka harus bekerja berat dengan
peralatan seadanya, mengalami banyak siksaan
fisik dan mental, kurangnya asupan gizi, dan
kondisi lingkungan yang tidak bersahabat.
Banyak kecelakaan kerja terjadi di dalam lubang
tambang. Pekerja romusha banyak yang tewas
akibat kecelakaan tersebut. Mereka harus
meregang nyawa akibat keracunan gas, tertimpa Gambar 7. Lokasi kuburan massal romusha di
longsoran, dan bencana lainnya di dalam lubang Kampung Deker, Pulomanuk, Bayah
tambang. Tidak ada catatan jumlah pasti berapa (Sumber: Balai Arkeologi Bandung, 2015)
banyak romusha yang tewas di Bayah selama
kegiatan pembangunan dan penambangan batu Romusha di Bayah meninggalkan luka
bara, termasuk pembangunan jalur kereta api mendalam bagi korban dan keluarganya. Hal
Saketi—Bayah. Pada proyek pembangunan jalur inilah yang menjadikan ingatan komunal
kereta api Saketi—Bayah, jumlah romusha yang masyarakat akan romusha sedikit demi sedikit
menjadi korban mencapai 90.000 jiwa (Baird, dihilangkan. Para mantan romusha enggan untuk
2016: 2). Jenazah pekerja romusha yang tewas menceritakan pengalaman mereka selama bekerja
seringkali dikubur dengan tidak melalui proses dan hidup di Bayah, terpisah jauh dari keluarga
ritual keagamaan. Mereka hanya dibungkus tikar besar. Keengganan untuk menceritakan
dan dibalut dengan pakaian yang menempel di pengalamannya semasa menjadi romusha, karena
badannya. Pemakaman pun dilakukan di lokasi mereka ingin melupakan apa yang pernah
mayat itu ditemukan, bahkan saking banyaknya dialaminya dan berharap anak cucu tidak
mayat romusha tidak sedikit satu lubang makam merasakan pahit getirnya menjadi romusha.11
diisi oleh 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) mayat.
Salah satu pemakaman massal romusha berada di KESIMPULAN
kawasan Deker, Pulomanuk, yang memiliki luas Bayah merupakan salah satu pusat aktivitas
hingga mencapai 38 Ha. (Poeze, 1999: 303). romusha di Banten. Kandungan potensi batu bara
Saat ini areal pemakaman massal tersebut di bumi Bayah menjadikannya memiliki
menjadi bagian dari kawasan Perkebunan Karet, kedudukan istimewa di masa Pendudukan Jepang.

10 11
Wawancara dengan HMS. Badjadji (87 tahun), tokoh Wawancara dengan H.M.S. Badjaji (87 tahun), Tokoh
masyarakat Bayah, 2016 Masyarakat Bayah, 2016.

231
Lubang Tambang Batu Bara Bayah: Jejak Romusha di Banten Selatan, Iwan Hermawan
Batu bara Bayah menjadi solusi bagi kemandirian Provinsi Banten. Bandung: Balai Arkeologi
Pulau Jawa pada bidang energi. Pengerahan Bandung.
tenaga kerja dilakukan guna menambang batu Hermawan, I. (2014). Lori Gantung: Transportasi Hasil
bara di Bayah. Lubang-lubang tambang utama Tambang di Pertambangan Emas Cikotok.
Purbawidya: Jurnal Penelitian dan
digali menembus bukit guna mencapai batu bara.
Pengembangan Arkeologi, 3(1), 15–26.
Pekerjaan berat tersebut dilakukan dengan Hermawan, I. (2015). Tinggalan Perkeretaapian Masa
menggunakan peralatan sederhana dan seadanya. Jepang pada Jalur Kereta Api Lintas Saketi -
Beratnya pekerjaan, kondisi lingkungan yang Bayah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
tidak bersahabat, siksaan fisik dari tentara Jepang Bandung.
yang mengawasi, dan asupan makanan yang tidak Hermawan, I. (2016). Tinggalan Perkeretaapian Masa
memadai merupakan bentuk penderitaan yang Jepang dan Jejak Romusa di Kecamatan Bayah,
dirasakan para romusha selama mereka bekerja di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Bandung.
Bayah. Korban romusha yang berjatuhan dikubur Ibrahim, J. (2004). Eksploitasi Ekonomi Pendudukan
secara massal di tempat mereka tewas. Lubang- Jepang di Surakarta. Humaniora journal of
culture, literature, and linguistics, 16(1), 35–49.
lubang tambang yang menganga di kaki bukit
Isnaeni, H. F., & Apid. (2008). Romusa: Sejarah yang
kawasan Gunungmadur, Bayah seperti lubang Terlupakan. Yogyakarta: Ombak.
Sanko, lubang Cigalucur, dan lubang Cipicung, Kurasawa, A. (1993). Mobilisasi dan kontrol: studi
serta keberadaan kuburan massal di banyak titik tentang perubahan sosial di pedesaan Jawa,
kawasan pertambangan Bayah merupakan bukti 1942-1945. Jakarta: Yayasan Karti Sarana
beratnya pekerjaan para romusha menambang dengan Penerbit PT Gramedia Widiasarana.
batu bara Bayah. Malaka, T. (2005). Merdeka 100%: Tiga Percakapan
Ekonomi-Politik. Tangerang: Marjin Kiri.
Ucapan Terima Kasih Malaka, T. (2014). Dari Penjara ke Penjara.
Tulisan ini dapat terwujud karena adanya Yogyakarta: Penerbit Narasi.
dukungan dan bantuan banyak pihak, untuk itu Nagazumi, A. (1988). Pemberontakan Indonesia di
pada kesempatan ini Penulis menyampaikan Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Yayasan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Tim Obor Indonesia.
Penelitian tentang Tinggalan Perkeretaapian Perdana, N. A. (2010). Pengaruh Pendudukan Jepang
Masa Pendudukan Jepang pada Jalur Saketi— terhadap Masyarakat Magelang 1942-1945.
Bayah, Lebak Banten (2015); Tim Penelitian Paramita, 20(2).
Poeze, H. A. (1999). Tan Malaka 1926 - 1945:
tentang Tinggalan Perkeretaapian dan Jejak
Pergulatan Menuju Republik. Jakarta: Pustaka
Romusha di Kecamatan Bayah, Lebak Banten Utama Grafiti.
(2016); Bapak HMS. Badjadji, 87 tahun, Tokoh Rohmanudin, E. (2012). Peristiwa Romusa di Bayah -
Masyarakat Bayah yang telah memberikan Lebak Banten Selatan (1942 - 1945). Serang:
informasi berkenaan dengan kehidupan romusha Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana
di Bayah; serta Bapak Atok (74 tahun), Bapak Hasanuddin, Serang, Banten.
Iyar (50 tahun), dan Bapak Supandi (59 tahun) Sato, S. (2000). Labour Relations in Japanese
yang telah memberikan informasi tentang Occupied Indonesia (CLARA Working Paper
keberadaan Lubang tambang Jepang di Bayah. No. 8). Amsterdam. Retrieved from
https://socialhistory.org/sites/default/files/docs/
publications/clara-wp08.pdf
Sujatmiko, & Santosa, S. (1992). Peta Geologi Lembar
***** Leuwidamar, Jawa (ke tiga). Bandung: Pusat
Survei Geologi.
Tim Telaga Bakti Nusantara. (1997). Sejarah
DAFTAR PUSTAKA Perkeretaapian Indonesia Jilid 1. Bandung:
Baird, J. K. (2016). War Crimes in Japan-Occupied Angkasa.
Indonesia: Unraveling the Persecution of Van Bemmelen, R. W. (1949). The Geology of
Achmad Mochtar. The Asia-Pacific Journal | Indonesia. General Geology of Indonesia and
Japan Focus, 14(1), 1–10. Adjacent Archipelagoes. The Hague: Martinus
Frederick, W. H. (1989). Pandangan dan Gejolak: Nijhoff.
masyarakat kota dan lahirnya revolusi Indonesia Yuliati, D. (2010). Sistem Propaganda Jepang di Jawa
(Surabaya 1926-1946). Jakarta: Gramedia. 1942-1945. Retrieved from
Hermawan, I. (2013). Laporan Penelitian Arkeologi http://eprints.undip.ac.id/19444/1/ARTIKEL_P
Pertambangan Emas Cikotok, Kabupaten Lebak ROPAGANDA_JEPANG.pdf

232
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 2, November 2017: 223—232

Anda mungkin juga menyukai