Pemajakan Real Estate Autosaved Fix
Pemajakan Real Estate Autosaved Fix
KELAS 2-6
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH KELOMPOK 5 :
Fitria Salsabila ( 13 )
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bisnis merupakan hal yang penting di era globalisasi seperti ini. Tanpa
adanya bisnis suatu negara akan sulit berkembang dan maju karena terhentinya
proses pembaruan dan inovasi melalui jalan-jalan bisnis. Karena dari bisnis itu
sendiri lah yang membuat suatu negara bisa maju dan dikenal negara
lain. Dalam dunia ekonomi, banyak terdapat pelaku ekonomi dan jenis-jenis
adalah bisnis properti. Bisnis properti merupakan bisnis yang dijalankan guna
Real estate sebagai salah satu jenis properti juga menjadi objek utama
dalam bisnis properti. Real estate atau dalam bahasa Indonesia disebut lahan
yasan merukapan sebuah istilah hukum yang mencakup tanah bersama dengan
apa pun yang tinggal tetap d atas tanah tersebut (Wikipedia, 2017). Real estate
merupakan salah satu jenis properti yang hanya berupa tanah dan bangunan
yang ada di atasnya di luar dari hak kepemilikan atas tanah atau bangunan
tersebut.
Dewasa ini, bisnis yang berbau real estate kian semakin besar dan
primer berupa papan membuat bisnis properti ini semakin marak di Indonesia.
Selain karena permintaan real estate sebagai lahan atau bangunan hunian,
juga semakin membawa bisnis real estate terus berkembang dan dapat
menjanjikan hasil yang cukup besar bagi pelaku-pelaku usaha yang bergerak
dibidang bisnis properti ini. Tidak hanya menjanjikan bagi para pelaku bisnis,
tetapi jika kita lihat dari sisi penerimaan negara, maka bisnis real estate ini juga
bisnis ini pasti akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya permintaan
Indonesia sendiri telah dijelaskan bahwa setiap transaksi jual beli tanah atau pun
bangunan akan dikenakan pungutan pajak baik dari pihak penjual maupun pihak
terbesar dalam APBN di Indonesia. Pemajakan atas transaksi dalam bisnis real
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, melalui makalah ini, penulis hendak
masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bisnis properti real estate merupakan salah satu jenis bisnis yang sedang
pelaku-pelaku bisnis properti real estate dapat menerima keuntungan yang cukup
besar. Tidak hanya itu, bisnis ini juga merupakan lahan potensi pemasukan negara
berupa pajak. Aspek-aspek perpajakan yang dapat dikenai dalam properti real
estate ini terdiri dari lima aspek pemajakan, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
dipungut setiap tahun dan dikenakan kepada semua wajib pajak (pemilik
properti). Pada awalnya pajak ini merupakan pajak yang proses administrasinya
maka mulai tahun 2014 seluruh proses pengelolaan pajak ini akan dilakukan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dipungut setiap tahun dan dikenakan
pemerintah setiap bulan Maret, melalui aparat desa setempat, dalam bentuk
wajib pajak belum membayar, maka akan didenda 2% per bulan hingga
maksimal 24 bulan. Adapaun tarif dan cara penghitungan pajak bumi dan
2. Besar PBB terutang = 0,5% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).
3. NJKP = 20% dari Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak (NJOPKP) untuk
miliar
berikut.
“Sebuah rumah dengan bangunan 100 m2 berdiri di atas lahan 200 m2.
Rp700.000 per m2 dan nilai bangunan Rp600.000 per m2. Berapa besaran
Penyelesaiaan :
Dalam melakukan transaksi jual beli properti, maka tidak hanya penjual
yang akan dikenai pajak, tetapi sang pembeli juga akan dikenai pajak berupa
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Hal ini didasarkan
pada Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 20 Tahun 2000 tentang Perubahan
atas UU No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
pembuat akta tanah (PPAT). Pembayaran dapat dilakukan di Bank yang ditunjuk
setempat. Adapun tarif dan cara menghitung BPHTB adalah sebagai berikut.
200 m2 dan luas bangunan 100 m2. Berdasarkan NJOP, harga tanah
Rp700.000 per m2 dan nilai bangunan Rp600.000 per m2. Berapa besaran
Penyelesaiian
NPOPTKP *) = Rp 60.000.000 -
Penghasilan yang bersifat final (PPh Final). Tarif yang dikenakan adalah 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan. Tetapi terdapat tarif khusus sebesar 1% dari
jumlah bruto nilai pengalihan dikenakan atas pengalihan hak rumah sederhana
dan rumah susun sederhana. Batasan rumah sederhana dan rumah susun
pembebasan PPN.
I. Dasar Hukum
yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah Nilai Jual Objek Pajak
(SPPT PBB) tahun yang bersangkutan atau dalam hal SPPT belum terbit,
Yang menjadi Subjek Pajak PPh Final Usaha Real Estate adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah
Yang menjadi Objek Pajak PPh Final Usaha Real Estate adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Real Estate dari
dagangan.
rupiah) .
Harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi
final dalam transaksi jual beri properti real estate adalah sebagai berikut.
Rp.1.500.000.000,- per-unit. Pada bulan Juni 2010 terjual 5 unit, dan pada
tanggal 5 Juni 2010 dibuat akta jual beli antara konsumen dengan PT
ABC Real Estat. Berdasarkan data Kantor Pajak besarnya NJOP PBB
Penyelesaian :
Nilai Bruto yang digunakan untuk menghitung PPh final atas pengalihan
karena nilai tersebut lebih tinggi daripada NJOP PBB tahun 2010
estate ini tidak hanya berupa kepemilikan hunian mewah, karena pada
11
essensinya, real estate adalah hak untuk memiliki sebidang tanah dan
I. Dasar Hukum
Agustus 1985.
d. SE-14/PJ.53/2002
jual. Sehingga DPP atas tanah matang atau bangunan berikut tanah
faktur pajak. Persentase DPPnya adalah 100% dari harga jual. Contoh
Penyelesaian :
= 100 % x Rp 50.000.000.000,-
12
= Rp 50.000.000.000,-
PPN = 10 % x DPP
= 10 % x Rp 50.000.000.000,-
= Rp. 5.000.000.000,-
Pekerjaan
Penyelesaiaan :
= Rp 80.000.000,-
PPN = 10 % x Rp 80.000.000,-
= Rp 8.000.000,-
13
d. Pondok Boro.
PPnBM, yaitu atas penyerahan apartemen, town house, rumah mewah dan
2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang Perubahan Ketiga atas PP No. 145 tahun
2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang
b. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan luas bangunan 350
c. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title, clan sejenisnya
kurang atau mendekati luas bangunan 350M2 karena terdapat kemungkinan luas
bangunan yang sebenarnya lebih dari luas yang tercantum dalam dokumen.
pendekatan harga pokok ditambah dengan margin atau apabila harga jual tanah
dan bangunan diketahui maka harga jual bangunan dapat dihitung secara
PPnBM hanya dikenakan untuk properti yang dibeli dari developer dan
memenuhi kriteria sebagai barang mewah. PPnBM tidak berlaku untuk transaksi
membayar BPHTB sebesar 5%, PPN sebesar 10%, dan PPnBM 20% (bila
sebagai berikut.
Penyelesaian:
bisnis properti real estate. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh situs
lamudi.co.id diketahui bahwa pada tahun 2016, permintaan properti akan rumah
80%
70%
60%
50% Lainnya
Komersial
40%
Apartemen
30% Tanah
Rumah
20%
10%
0%
Perminaan
16
Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa permintaan akan properti real
estate berupa rumah bahkan mencapai angka 70% dari survey yang dilakukan.
Permintaan ini merupakan sebuah potensi besar bagi para pelaku bisnis properti
real estate. Semakin besarnya potensi bisnis properti real estate ini, pastinya
juga akan membawa besarnya potensi pemajakan properti real estate, karena
semakin banyak permintaan akan suatu properti, maka pihak pengembang akan
barang, maka semakin tinggi pula harga yang akan ditawarkan. Berdasarka data
terus meningkat. Pada Kuartil IV tahun 2017, indeks harga properti residensial
secara umum mencapai angka 159,35 naik dari 156,89 pada Kuartil IV tahun
2016. Jika kita lihat dari daerah Jabodebek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok,
dan Bekasi) harga properti rumah menengah pada Kuartil III tahun 2013
konversi ke tahun 2017 dengan indeks harga pada Kuartil III tahun 2013 sebesar
142,66 dan pada Kuartil IV tahun 2017 sebesar 159,35, maka dapat diperkirakan
harga properti jenis rumah menengah pada akhir tahun 2017 adala sebesar Rp
mencapai angka Rp 3,5 Miliar dan tingginya permintaan akan rumah merupakan
salah satu potensi besar di sektor pemajakan real estate. Karena pada dasarnya
objek pajak dari pemajakan real estate adalah properti itu sendiri dan dasar
17
properti tersebut. Sehingga semakin tinggi permintaan dan harga properti, maka
tidak hanya sebatas PBB maupun BPHTB, tetapi masih ada 3 aspek pemajakan
lainnya. Dalam bisnis real estate itu sendiri, pemajakan terhapat kegiatan bisnis
ini tidak hanya ketika terjadi pada proses transaksi jual beli saja. Misalkan PT.
Real Estate Jaya merupakan pelaku bisnis properti real estate di Jakarta. Lalu
dalam bisnis real estate akan menimbulkan beberapa aspek pajak disetiap
tahapan bisnis tersebut. Adapun proses bisnis dan aspek pemajakan yang
terutang dalam bisnis properti real estate yang dapat dikenai oleh PT. Real
I. Persiapan
Persiapan adalah tahap awal dari bisnis real estate. Tahapan ini
konstruksi dan rencana anggaran biaya. Kegiatan ini bisa dilakukan sendiri
a. PPh Pasal 21/23 dari penghasilan bruto yang diterima konsultan yang
b. PPh Pasal 26 dengan tarif 20% atau sesuai tarif P3B dari penghasilan
Konstruksi tersebut.
d. Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% dari Nilai Jasa yang diterima
yang sebenarnya.
c. PPh Pasal 21/23 dari penghasilan yang diterima oleh makelar apabila
estate ini. Izin dikeluarkan oleh pemerintah daerah dimana lahan yang
akan dikembangkan menjadi real estate berada. Potensi pajak yang dapat
b. PPN dengan tarif 10% dari nilai yang dibayarkan apabila pihak pemberi
notaris.
d. Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% dari nilai jasa yang diterima
notaris
beberapa pekerjaan yang melibatkan pihak lain dan terdapat potensi pajak
didalamnya.
a. Pematangan Lahan
alat berat dan peralatan khusus lainnya. Aspek perpajakan pada tahap
konstruksi tersebut.
ii. Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% dari nilai jasa yang
kawasan PSU ini tercantum dalam site plan yang telah disahkan oleh
sebagai berikut.
konstruksi tersebut.
ii. Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% dari nilai jasa yang
ii. Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10% dari nilai jasa yang
V. Pemasaran Produk
Adapun aspek perpajakan yang dapat terjadi pada tahap ini adalah
sebagai berikut.
23
b. PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk pengalihan hak atas tanah dan atau
sebenarnya.
c. PPh Final Pasal 4 ayat (2) untuk persewaan tanah dan atau bangunan
salah satu penyumbang pemasukan bagi negara. Tentunya pemajakan ini telah
Setiap aspek pemajakan yang terutang disetiap tahap dalam bisnis ini akan
dan harga properti real estate ini akan semakin meningkatkan potensi pajaknya.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
dari properti real estate ini. Adapun aspek perpajakan dan potensi pajak dalam
adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan yang Bersifat Final (PPh Final),
(PPnBM). Tarif dan besaran pajak yang dikenakan telah diatur dalam
2. Potensi pajak dalam sektor properti real estate ini memiliki potensi yang
cukup besar. Dimana pengenaan aspek pajak dalam bisnis poperti real
estate dapat dikenai disetiap tahapan bisnisnya. Selain itu, dewasa ini
juga karena objek pajak dan tarif pajaknya bersumber dari properti itu
3.2 Saran
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara ini. Oleh karena itu,
real estate.
Daftar Pustaka
Afkarina, Izza. 2015. PPN atas real Estate. Diakses pada tanggal 14 Maret 2017
pada situs https://prezi.com/sp7mrkzb4ey-/ppn-atas-real-estate/
Bank Indonesia. 2017. Survei Harga Properti Residensial di Pasar Primer. Diakses
pada tanggal 15 Maret 2017 pada situs
https://www.bi.go.id/id/publikasi/survei/harga-properti-primer/Default.aspx
Doly, Taripar. 2012. Sekilas Perpajakan dalam Properti/Real Estate. Diakses pada
tanggal 15 Maret 2017 pada situs http://www.nusahati.com/2012/05/sekilas-
perpajakan-dalam-propertireal-estate/
Islamudin, Amir. 2011. Ketentuan Pengenaan PPh Final Atas Penghasilan dari
Usaha Real Estate. Diakses pada tanggal 14 Maret 2017 pada situs http://amir-
islamudin.blogspot.co.id/2011/05/ketentuan-pengenaan-pph-final-atas.html
Lamudi.co.id. 2017. Laporan Industri Properti Indonesia 2017. Diakses pada tanggal
15 Maret 2018 pada situs https://www.lamudi.co.id/laporan-2017
Taufiq, Muhammad. 2015. Mengalir dari Hulu Sampai Hilir Aspek Perpajakan Sektor
Real Estat dari Persiapan Lahan Sampai Pemasaran. Diakses pada tanggal 15
Maret 2018 pada situs http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-
artikel-pajak/21206-mengalir-dari-hulu-sampai-hilir-aspek-perpajakan-sektor-
real-estat-dari-persiapaan-lahan-sampai-pemasaran
Wahyudi, Dudi. 2010. Pajak Penghasilan Atas Usaha Real Estate. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2017 pada situs http://spt-pajak.com/pajak-penghasilan-atas-
usaha-real-estate.html
Wikipedia. 2017. Lahan Yasan. Diakses pada tangal 13 Maret 2017 pada situs
https://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_yasan