Anda di halaman 1dari 255

i

SKRIPSI

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL “ROEMAH TAWON”


DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN USIA MI/SD

oleh
Walidatul Faadhilah Al Ahmadan (1112018300010)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
v

ABSTRAK

Walidatul Faadhilah Al Ahmadan (NIM:1112018300010). Peran Lembaga


Pendidikan Nonformal “Roemah Tawon” dalam Membangun Motivasi Belajar
Anak Jalanan Usia MI/SD. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lembaga Pendidikan nonformal merupakan “jalur pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Bagi anak jalanan lembaga pendidikan
nonformal merupakan pengganti atau penambah bagi mereka yang tidak bisa
mengenyam pendidikan formal. Sebagai anak jalanan yang banyak mengahabiskan
waktunya di jalan akibat tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, belajar
seringkali tak menjadi prioritas bagi mereka. Oleh karena itu dibutuhkan motivasi untuk
tetap belajar meski berada di tengah keterbatasannya tersebut. Roemah Tawon sebagai
lembaga pendidikan nonformal haruslah memiliki peran dalam membangun motivasi
belajar anak jalanan yang belajar di lingkungan Roemah Tawon. Adapun fokus
penelitian dalam penelitian ini ialah bagaimana peran lembaga pendidikan nonformal
“Rumah Tawon” dalam membangun motivasi belajar anak jalanan usia MI/SD.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari lembaga
pendidikan nonformal “Roemah Tawon” yang berada di Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara, observasi
dan dokumentasi. Instrumennya ialah peneliti sendiri dan pedoman pengumpulan data.
Keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan
nonformal “Roemah Tawon” telah melaksanakan perannya dalam membangun motivasi
belajar anak jalanan usia MI/SD. Melalui beberapa cara yang dilakukannya seperti
melalui program pendidikan, program kerohanian, kurikulum yang diterapkan, peran
pengajar, sarana dan prasarana yang memadai, metode pembelajaran yang variatif dan
menyenangkan, evaluasi pembelajaran, bantuan sarana belajar, bantuan biaya
pendidikan, memberikan penghargaan atas prestasi, tradisi Roemah Tawon, serta
lingkungan belajar yang kondusif.

Sedangkan kendala yang dialami oleh Roemah Tawon ialah sulitnya menjaga
motivasi belajar anak jalanan di Roemah Tawon karena sifatnya yang tidak mengikat,
sedikitnya tenaga pengajar atau volunteer di Roemah Tawon serta sedikit dari pengajar
yang memiliki background sebagai pendidik.

KATA KUNCI : Peran Lembaga Pendidikan Nonformal, Motivasi Belajar


vi

ABSTRACT

Walidatul Faadhilah Al Ahmadan (NIM:1112018300010). The Role of Nonformal


Educational Institution "Roemah Tawon" in Developing Motivation Learning of
Street Children Age MI / SD. Thesis Department of Teacher Education Madrasah
Ibtidaiyah. Faculty of Science Tarbiyah and Teacher Training of Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta.
Non-formal Education Institutions constitute "educational pathways organized for
citizens who need educational services that serve as substitutes, enhancements, and / or
complementary formal education in order to support lifelong education. For street
children, non-formal education institutions are a substitute or enhancement for those
who can not afford formal education. As street children who spend much of their time
on the streets due to demands to meet their needs, learning is often not a priority for
them. Therefore it takes motivation to keep learning despite being in the midst of these
limitations. Roemah Tawon as a non-formal education institution should have a role in
building motivation to learn street children who learn in the environment Roemah
Horn. The focus of research in this research is how the role of non formal education
institutions "Rumah Tawon" in building motivation to learn street children MI / SD age.
This research uses descriptive qualitative method. The data was obtained from non-
formal education institution "Roemah Tawon" located in Tanah Tinggi, Tangerang
City. Data collection in this research is obtained by interview, observation and
documentation method. The instrument is the researcher himself and the data collection
guide. Validity of data in this research is done by triangulation method of source and
triangulation method. The results revealed that non-formal education institution
"Roemah Tawon" has performed its role in developing motivation to learn street
children of MI / SD age. Through a number of ways, such as through educational
programs, spiritual programs, applied curricula, teaching roles, adequate facilities and
infrastructure, varied and enjoyable learning methods, learning evaluations, learning
aids, educational tuition fees, rewarding achievements, traditions Roemah Hornet, as
well as a conducive learning environment.
While the obstacles experienced by Roemah Horn is the difficulty of maintaining
the motivation to learn street children in Roemah Horn because of its non-binding
nature, at least the teaching staff or volunteers in Roemah Tawon and a few of the
teachers who have the background as educators.

KEYWORDS: The Role of Nonformal Education Institutions, Motivation Learning


vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Sholawat dan salam semoga selalu
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang
diutusNya untuk member petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang lurus, penyebar
kedamaian dan ketentraman ke seluruh pelosok negeri dan kepada seluruh keluarganya
serta para sahabatnya yang setia mengikutinya.
Dengan segenap jiwa dan raga penulis megucapkan puji syukur bagi Allah yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peran Lembaga Pendidikan
Nonformal Roemah Tawon dalam Membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan
Usia MI/SD”.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terlepas dari uluran
tangan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thibraya, M.Ag selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Bapak Dr. Khalimi, M.Ag., ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
3. Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd selaku dosen penasehat akademik dan para dosen
yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga selama masa kuliah
penulis.
4. Ibu Dr. Siti Masyithoh, M.Pd., dosen pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas
dan sabar telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta
motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Para pengurus dan pengajar Roemah Tawon yang dengan hangat dan ramah
menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian.
viii

6. Bapak Awad, SH., dan ibu Dra. Siti Nasirah, sebagai orang tua yang telah dengan
sabar dan penuh perjuangan membesarkan putri sulungnya untuk dapat hidup
dengan baik dan dapat menempuh pendidikan tinggi ini. Rasanya ucapan
terimakasih ini tidak akan cukup untuk membalas apa yang telah kalian berikan
untuk hidup putrimu ini. Serta kepada Adikku Mujadid Al Ahmadan yang juga
memberikan motivasi kepada kakaknya. Tak lupa untuk putri kecilku Dian Kamila
Al Ahmadan yang dengan kehadirannya memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
7. Teruntuk Muhammad Taufik yang telah menemani perjalanan hidup penulis dengan
penuh cinta dan kesabaran. Terimakasih untuk pengaruh positifnya dengan kata-kata
motivasi yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
8. Sahabat-sahabat terbaikku, Mutiara, Nabila Nur Kamila, Irmawati, Rifqi Nadhifah,
Tiara Azizah Naditya, Sarah Nur Atikah, dan Fany Esharianti yang telah menemani
perjalanan penulis selama masa kuliah dengan penuh cerita yang manis, serta kata-
kata yang terus memotivasi penulis. Sungguh terimakasih untuk kalian.
9. KPA Arkadia UIN Jakarta, keluarga kedua penulis yang telah banyak memberikan
ilmu, serta pengalaman yang penulis percaya akan berguna bagi kehidupan penulis
kelak.
10. Teman-teman seperjuangan PGM yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
11. Semua pihak yang ikut membantu sumbangan pikiran dalam rangka menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Jakarta, 01 November 2017


Penulis

Walidatul Faadhilah Al Ahmadan


ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN PENULIS …………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………... v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... viii

BAB I
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………......... 9
C. Fokus Penelitian ………………………………………………………….... 9
D. Tujuan Penelitian ………………...………………………………………... 9
E. Manfaat Peneltian …………………………………………………..……... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS


A. Motivasi Belajar …………………………………………………..………. 11
a. Pengertian Motivasi …………………………………………………… 11
b. Pengertian Motivasi Belajar ……………………………….…………...12
c. Macam-Macam Motivasi Belajar……………………………................ 13
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ……........ ……... 15
e. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ………………………………………. 17
f. Fungsi Motivasi Belajar ..……………………………………............... 19
g. Tujuan Motivasi …………………………………………………...…... 20
h. Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar ………………………………... 20
x

i. Upaya Membangun Motivasi Belajar Siswa …………………………...22


j. Indikator Motivasi Belajar …………………………………………….. 27
B. Peran Roemah Tawon Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal ……… 20
a. Pengertian Peran…………………………………………...…………... 29
b. Lembaga Pendidikan Nonformal …...………………………............... 31
a. Pengertian ……………………………………………………......... 31
b. Tujuan Pendidikan Nonformal …………………………………….. 32
c. Fungsi Pendidikan Nonformal ……………………...……………... 34
d. Karakteristik Pendidikan non formal ……………………………… 34
e. Bentuk Pendidikan Nonformal ………………………………..…... 35
f. Sasaran Pendidikan Nonformal …………….……………………....39
C. Anak Jalanan ………………………………………………………...… 42
a. Pengertian Anak Jalanan …………………………………………... 42
b. Klasifikasi anak jalanan ………………………………………....… 42
c. Permasalahan yang Dihadapi oleh Anak Jalanan ………………..... 43
d. Faktor Penyebab Lahirnya Anak Jalanan ……………….……….... 47
e. Pendekatan Penanganan Anak Jalanan ……………………............ 49
D. Hasil Penelitian yang Relevan…………………….…………………… 51
E. Kerangka Berfikir ……………….…………………………………….. 52
F. Pertanyaan Penelitian ………..………………………………………... 53

BAB III Metodelogi Penelitian


A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………. 55
B. Metode dan Desain ……………………………………………............ 55
C. Subyek Penelitian …………………………………………….………...56
D. Sumber Data ……………………………………………………………57
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 58
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………...60
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data …………………………………. 61
xi

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Roemah Tawon ……………………………………. 63
1. Sejarah Berdirinya Roemah Tawon ……………………………….. 63
2. Visi dan Misi ………………...…………………………………….. 65
3. Tujuan dan Sasaran ………………………………......................... 65
4. Satuan Organisasi ………………...…..…………………………….66
5. Data Pengajar ……………………………………………………… 68
6. Data Kesiswaan ……………………………………………………. 69
7. Program-program ………………………………………………….. 69
8. Tradisi Roemah Tawon ……………………………………………. 71
9. Sarana dan Prasarana ……………………………………………… 72
10. Prestasi …………………………………………………………….. 73
11. Dana dan Pembiayaan ………………………...…………………… 73
B. Hasil Penelitian ……………………..…………………………………. 75
1. Peran Roemah Tawon Sebagai Lembaga Pendidikan Nonformal dalam
membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan Usia MI/SD …..……. 75
a. Pelaksanaan Program Pendidikan di Roemah Tawon ………… 76
b. Program Kerohanian …………..………………………………. 78
c. Kurikulum Pembelajaran yang Diterapkan di Roemah Tawon .. 79
d. Peran Pengajar di Roemah Tawon ……………………..……… 81
e. Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk Kegiatan Pembelajaran di
Roemah Tawon …………………..……………………………. 83
f. Metode Pembelajaran yang Variatif dan Menyenangkan ….…. 85
g. Evaluasi Pembelajaran ……..………………………………….. 86
h. Bantuan Sarana Belajar ……………………………………..… 88
i. Bantuan Biaya Pendidikan ………..…………………………… 89
j. Memberikan Penghargaan atas Prestasi Anak Didik …….…… 90
k. Tradisi yang Diterapkan di Roemah Tawon ……..……………. 91
l. Menyediakan Lingkungan Belajar yang Kondusif …..……….. 92
xii

m. Melakukan Upaya Penanganan Terhadap Anak Didik Roemah


Tawon Dengan Motivasi Belajar yang Rendah
……………………………………………………….………… 92
2. Motivasi Belajar Anak Jalanan di Roemah Tawon ……………….. 93
a. Anak Didik Semangat dalam Belajar ……………..…………… 93
b. Anak Didik Aktif Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran ..…. 94
c. Anak Didik Rajin Menulis …..………………………………… 95
d. Anak Didik Mengerjakan Tugas dengan Baik ……………….. 96
e. Anak Didik Rajin Mengikuti Kelas ……..…………………….. 97
f. Memperhatikan Penjelasan Pengajar dengan Baik .………..... 98
g. Mengulang Kembali Pelajaran yang Diperoleh dari Roemah Tawon
di Rumah ………………………………………………………. 98
h. Memperbaiki Nilai yang Didapat Apabila Kurang Memuaskan 99
i. Lebih Percaya Terhadap Kemampuan Sendiri dari pada Kemampuan
Orang Lain ..…………………………………………………… 100
j. Menjawab Pertanyaan Pengajar dengan Percaya Diri …...……. 101
k. Hasil Belajar Anak Jalanan Roemah Tawon ……..…………… 101
3. Kendala dalam Membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan Usia MI/SD
……………………………………………………………………... 103
C. Analisis dan Pembahasan ……………………………………………… 104

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 112
B. Saran …………………………………………………………………... 116

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..……… 118

DAFTAR TABEL
A. Tabel 3.1 (Panduan Observasi) ………………………………………... 58
xiii

B. Tabel 3.2 (Panduan Dokumentasi)…….………………………………. 60


C. Tabel 4.1 (Data Pengajar di Roemah Tawon) ………………………… 68
D. Tabel 4.2 (Data Siswa di Roemah Tawon) …………………………… 69
E. Tabel 4.3 (Jadwal Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Roemah Tawon) 70
F. Tabel 4.4 (Daftar Sarana dan Prasarana) ……………………………… 72

DAFTAR LAMPIRAN
A. Lampiran 1 (Pedoman Observasi) ….…………………………………. 118
B. Lampiran 2 (Kisi-Kisi Instrumen Wawancara) ……..………………... 119
C. Lampiran 3 (Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Tenaga Pengajar Dan
Pengelola Di Lembaga Pendidikan Nonformal “Roemah Tawon”) ….. 121
D. Lampiran 4 (Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Anak Jalanan
Usia MI/SD) …………..……………………………………………….. 123
E. Lampiran 5 (Daftar Pertanyaan Wawancara Motivasi Belajar Anak Jalanan
Di Lembaga Pendidikan Nonformal “Roemah Tawon”) …..…………. 126
F. Lampiran 6 (Pedoman Dokumentasi Peran Lembaga Pendidikan Nonformal
“Roemah Tawon” dalam Membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan Usia
MI/SD) ………………………………………………………………… 128
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta
pertumbuhan penduduk yang cepat secara langsung maupun tidak,
mempengaruhi tatanan kehidupan dan budaya suatu bangsa. Di kota-kota
besar misalnya, pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi yang
tinggi, mengakibatkan banyak permasalahan sosial yang tumbuh di
masyarakat. Masyarakat pendatang di perkotaan merupakan fenomena
yang selalu berhubungan dengan keberadaan dan perkembangan kota sejak
dahulu. Kedatangan orang miskin ke perkotaan telah memperburuk situasi
perkotaan seperti masalah perumahan dengan pemukiman yang kumuh,
kerusakan lingkungan dengan konsentrasi penduduk sepanjang sungai dan
penggunaan bahu jalan sebagai tempat usaha.
Banyak masyarakat pendatang melakukan urbanisasi di kota besar
hanya dengan modal kemampuan dan keterampilan yang pas-pasan
ditengah sedikitnya lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini
mengakibatkan banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan,
menjadi penggangguran, tak memiliki tempat tinggal dan hidup dengan
kondisi ekonomi yang lemah. Kesulitan para pendatang tersebut dalam
mencari nafkah telah pula menimbulkan berbagai tindak pelanggaran dan
kejahatan. Mereka inilah yang kemudian terpinggirkan atau yang biasa
disebut kaum marjinal di kota-kota besar.
Masyarakat pendatang dalam kesehariannya sebagian besar bekerja
di sektor informal sebagai pedagang kecil kaki lima (PKL), tukang becak,
kuli bangunan, makelar, sopir dan pekerja serabutan. Pada umumnya
suami istri bergelut mencari nafkah sehingga pendidikan anak terabaikan.1
Banyak anak yang terampas haknya untuk bermain di sekolah disebabkan

1
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan dan Andragogi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 59
2

faktor ekonomi yang mengakibatkan ketidakberdayaan orangtua untuk


menjaga dan melindungi mereka serta memenuhi kebutuhannya, sehingga
menjadikan anak-anak mereka sebagai tumpuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Seringkali kita melihat banyak anak-anak yang dipekerjakan oleh
orang tuanya ataupun terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Menurut ILO (International Labour Oragnization) (1999), di
seluruh dunia saat ini lebih dari 250 juta anak berusia 5 -14 tahun terpaksa
bekerja dan kehilangan masa kanak-kanaknya karena mereka harus
mencurahkan waktunya untuk bekerja. Dari jumlah yang dilaporkan ILO
tersebut 61% ditengarai tersebar di kawasan Asia, dan untuk Indonesia
sendiri diperkirakan terdapat sekitar 5 sampai 6,5 juta pekerja anak.
Bahkan ada yang memperkirakan lebih besar lagi.2
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin langsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diundangkanlah UU
nomor 23 tahun 2002 tetang Perlindungan Anak. Yang dimaksud dengan
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam undang-undang
tesebut dinyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Disampaing itu, dijelaskan pula bahwa penyelenggaraan
perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.
Dalam konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia, disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya
berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka seyogyanya
tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini. Namun demikian akibat

2
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003)
h. 113
3

tekanan kemiskinan, kurangnya animo orang tua terhadap arti penting


pendidikan dan sejumlah faktor lain, maka secara sukarela maupun
terpaksa anak menjadi sumber pendapatan keluarga yang penting.3
Selain dari pada permasalahan ekonomi yang mengakibatkan
banyak anak bekerja, permasalahan lain dalam keluarga juga menjadi
salah satu masalah yang patut diperhatikan. Dalam mukadimah Konvensi
Hak Anak disebutkan bahwa anak agar perkembangan kepribadiannya
tumbuh secara utuh dan serasi maka anak harus tumbuh kembang dalam
lingkungan keluarga dalam suasana kebahagiaan cinta dan pengertian,
seperti yang telah disebutkan dalam mukadimah Konvensi Hak Anak.
Oleh karena itu, anak sebaiknya tinggal dalam keluarga yang utuh.4
Namun pada kenyataannya tidak semua anak-anak bernasib baik dan
memiiki keluarga yang utuh. Banyak pula diantara mereka yang hidup
dalam keluarga yang tidak harmonis, hidup hanya dengan salah satu orang
tua, adapula yang mengalami kekerasan dalam keluarga. Hal-hal tersebut
mengakibatkan anak-anak memilih untuk hidup sendiri dan pada akhirnya
terombang-ambing dalam menjalani hidupnya.
Berbagai permasalahan di atas menimbulkan jumlah anak jalanan
di ibukota semakin bertambah pesat. Di Jakarta, misalnya sebelum krisis
awalnya jumlah anak jalanan diperkirakan hanya sekitar 3.000 orang.
Tetapi, setelah terjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan jumlahnya
bertambah menjadi 16.000 orang, yang berarti meningkat lebih lima kali
lipat.5 Menurut penjelasan resmi pemerintah, “jumlah anak jalanan di
berbagai kota besar di Tanah Air diperkirakan mencapai sekitar 50.000
jiwa lebih. Berdasarkan prediksi Depsos, pada tahun 1997 saja
diperkirakan sudah terdapat kurang lebih 50.000 anak yang menghabiskan
waktu produktifnya di jalan. Jadi kalau diliat di tiap-tiap daerah jumlah

3
Ibid, h. 119
4
Profil Anak Provinsi Banten Tahun 2014, data terpilah Gender, Badan Pusat
StatistikProvinsiBanten, diakses
http://bappeda.bantenprov.go.id/upload/HIBAH/2015/Profil%20Anak%202014.pdf, diakses pada
19 April 2017
5
Bagong Suyanto, h. 183
4

anak jalanan selama setahun terakhir diprediksi melonjak empat hingga


lima kali lipat dari jumlah sebelumnya, maka tidak mustahil jumlah anak
jalanan yang ada di Indonesia saat ini telah meningkat menjadi sekitar
150.000 jiwa atau mungkin lebih.6
Di Provinsi Banten, selama tahun 2011-2014, jumlah anak jalanan
berfluktuatif. Sebelum tahun 2012, jumlah anak jalanan cukup tinggi yaitu
di atas 1.600 orang. Pada tahun 2012, jumlah anak jalanan menurun cukup
drastis hampir setengahnya dari keadaan tahun 2011 yaitu menjadi 873
orang. Jumlah anak jalanan tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi
1.076 orang, kemudian berkurang lagi menjadi 889 orang pada tahun
2014.7
Di kota Tangerang sendiri, permasalahan anak jalanan juga telah
menjadi permasalahan yang serius untuk segera ditangani oleh pemerintah
kota. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari ANTARANews.com
dinyatakan bahwa jumlah anak jalanan di kota tangerang meningkat 10%
setiap tahunnya, sehingga keberadaannya sudah dalam tahap meresahkan
para pengendara mobil dan sepeda motor serta warga setempat. Dari hasil
pendataan pihak Kantor Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Pemkot
Tangerang, jumlah anak jalanan Tahun 2007 sebanyak 149 orang
kemudian bertambah menjadi 165 orang.8 Sementara itu, menurut data
terbaru Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, di tahun 2015 jumlah anak
jalanan yang terdata yaitu 98 orang.9 Jumlah ini masih mungkin
mengalami penambahan di tahun 2017, namun menurut dinas sosial kota
tangerang pendataan anak jalanan ini merupakan hal yang sulit dilakukan
karena kebiasaan anak jalanan yang hidup nomaden atau berpindah-pindah
tempat.

6
Ibid, h. 184
7
Op.cit
8
Jumlah anak jalanan di Kota Tangerang, www.antaranews.com (diakses pada 03
Januari 2016)
9
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Tangerang,
https://tangerangkota.bps.go.id (diakses pada 01 Februari 2017)
5

Di kota-kota besar kita dapat dengan mudah menemui anak-anak


jalanan, lihat saja di pinggiran lampu merah, di perempatan jalan, di
terminal bus, hingga di stasiun kereta. Banyak diantara anak-anak yang
kurang beruntung tersebut melakukan pekerjaan seperti mengemis,
berjualan, mengamen, bahkan melakukan berbagai tindak kejahatan seperti
mencuri, menjambret, menodong, terlibat narkoba hingga banyak kita
temui kasus kekerasan seksual terhadap anak.
Permasalahan anak jalanan di Indonesia ini amatlah besar dan
rumit. Hal tersebut tentunya menjadi permasalahan sosial yang dapat terus
menjamur di masyarakat jika pemerintah dan masyarakat lainnya tidak
melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan yang dialami oleh anak-anak tersebut membuat mereka
harus kehilangan masa kecilnya, putus sekolah dan tak lagi mendapatkan
pendidikan yang layak.
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar pokok bagi masyarakat,
salah satu cerminan dari kesejahteraan masyarakat adalah tingginya
masyarakat yang mampu untuk melaksanakan pendidikan. Hal ini secara
jelas tertuang dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa tujuan negara
antara lain memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.10 Indonesia telah menandatangani Konvensi Hak-Hak Anak
(Convention on The Rights of the Child) pada tahun 1990. Dalam
Konvensi Hak-Hak Anak dinyatakan bahwa setiap negara di dunia
melindungi dan melaksanakan hak-hak anak tentang pendidikan dengan
mewujudkan wajib belajar pendidikan dasar bagi semua secara bebas
(Artikel 28) dan konvensi mengenai HAM yang menyatakan “Setiap orang
berhak atas pendidikan”. Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1
menyebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib

10
Profil Anak Provinsi Banten Tahun 2014data terpilah Gender, Badan Pusat Statistik
Provinsi Banten,
http://bappeda.bantenprov.go.id/upload/HIBAH/2015/Profil%20Anak%202014.pdf, diakses pada
19 April 2017
6

mengikuti pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat). Melalui


UU tersebut.11
Program Wajib Belajar Sembilan Tahun juga menuntut pemerintah
untuk terus berkomitmen memenuhi hak wajib belajar sembilan tahun bagi
anak-anak Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasionl,
dinyatakan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang
harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.12 Pada Pasal 34 juga dinyatakan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.13
Namun sayangnya, pemerintah sendiri belum maksimal dalam
melaksanakan program tersebut lantaran sedikitnya anggaran yang
dialokasikan untuk pendidikan dan permasalahan lainnya. Gugatan
masyarakat terhadap pemerintah menyangkut tanggung jawabnya yang
rendah dalam pembiayaan pendidikan warganya telah lama dilontarkan.
Tapi, sampai sekarang belum ada perbaikan yang signifikan. Kehendak
baik baru muncul dalam konstitusi baru, yang merupakan hasil
amandemen UUD 1945.”14 Dalam amandemen keempat (10 Agustus
2002) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
berhasil disepakati rumusan pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi :
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional”.15

11
Ibid
12
Abd. Rozal, dkk., Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan,
(Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h.174
13
Ibid h.176
14
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-rusakan, (Yogyakarta, PT LKis Pelangi Aksara,
2007), h.17
15
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
Undang Sisdiknas, (Departemen Agama : Jakarta,2003) h.11
7

Namun dalam praktiknya, ternyata pemenuhan hak atas pendidikan


menjadi sulit bahkan cenderung tidak terlaksana dengan baik. Pendidikan
formal seringkali sulit untuk dijangkau oleh masyarakat dengan ekonomi
menengah ke bawah karena biayanya yang relatif mahal. Hal seperti ini
menyulitkan anak-anak jalanan untuk menjangkau pendidikan formal
tersebut.
Dalam hal ini negara melalui Undang-Undang Nomor 23 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan guna memenuhi
hak-hak warga negara akan suatu pendidikan khususnya anak jalanan
dapat dilaksanakan melalui pendidikan non formal. Pendidikan nonformal
merupakan suatu kebutuhan karena di negara manapun di dunia ini pasti
ada sekelompok orang yang memerlukan layanan pedidikan sebelum
mereka masuk sekolah, sesudah mereka menyelesaikan sekolah, ketika
mereka tidak mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketiika mereka
sedang sekolah. Bagi mereka terutama anak-anak yang dengan segala
macam alasan tidak berkesempatan sekolah, pendidikan ini diperlukan
untuk mengganti dengan pendidikan yang setara. Semua kebutuhan belajar
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kecakapan agar mereka dapat
mengatasi kesulitan-kesulitan hidup atau dengan kata lain dapat mengatasi
tantangan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Selain dari pada pemerintah, masyarakat juga mempunyai
kewajiban dalam membantu pemerintah mengatasi permasalahan tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan minimnya pendidikan yang didapat oleh
anak jalanan, kini banyak kita temui berbagai macam model pelaksanaan
pendidikan nonformal yang memang dibentuk untuk memfasilitasi
keterbatasan sebagian anak-anak untuk mengakses pendidikan. Sebut saja
berbagai rumah baca, rumah singgah, Roemah Tawon, sanggar-sanggar,
hingga yayasan pendidikan banyak bermunculan ditengah masyarakat tak
lain untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan adanya berbagai
macam bentuk pendidikan nonformal tersebut, anak-anak yang terbatas
secara ekonomi dan waktu dapat tetap mengenyam pendidikan.
8

Roemah Tawon menjadi salah satu bentuk sekolah non formal


yang menjadi alternatif sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu dan
terkendala masalah sosial. Banyak aktifis pendidikan yang mendirikan
Roemah Tawon sebagai bentuk kepedulian sosialnya terhadap masyarakat.
Banyak pula tenaga-tenaga pengajar terbaik bangsa yang mengajar di
Roemah Tawon. Meski dengan banyak keterbatasan yang terdapat di
Roemah Tawon, diharapkan anak-anak dapat kembali mengenyam
pendidikan, tidak kehilangan masa bermainnya dan tentunya memiliki
kesempatan untuk memiliki hidup yang lebih baik. Kehadiran Roemah
Tawon ini diharapkan dapat membangun motivasi anak-anak untuk
kembali belajar dan mengenyam pendidikan.
Sejalan dengan tujuan untuk mendidik dan mengembangkan
potensi anak jalanan, Roemah Tawon yang terletak di kota Tangerang
memiliki kepedulian lebih terhadap anak-anak yang secara sosial dan
ekonomi terpinggirkan dari hiruk pikuk kehidupan kota. Roemah Tawon
ini memiliki sebuah tujuan yaitu menjadikan anak jalanan sebagai anak
Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.
Motivasi untuk tetap belajar merupakan modal utama bagi anak-
anak jalanan untuk tetap semangat dalam mendapatkan haknya akan
pendidikan. Dengan kondisi ekonominya yang lemah serta terbatasnya
waktu yang dimiliki oleh anak jalanan untuk belajar, menjadi salah satu
faktor yang dapat menghambat motivasi belajarnya. Oleh karena itu
Roemah Tawon, sebagai lembaga pendidikan non formal harus turut
berperan aktif dalam membangun motivasi belajar anak jalanan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai bagaimana hubungan peran pendidikan
nonformal dengan motivasi belajar anak jalanan, dengan judul “PERAN
LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL “ROEMAH TAWON”
DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN
USIA MI/SD”
9

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, berikut akan
dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu belajar dan ekonomi anak jalanan karena
harus bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi
2. Terbatasnya akses pendidikan bagi anak jalanan
3. Motivasi belajar anak jalanan yang minim
4. Lingkungan kota yang keras dan tidak layak untuk kegiatan
pendidikan anak-anak

C. Fokus Penelitian
Atas dasar identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian dapat
terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis hanya
memfokuskan penelitian pada peran lembaga pendidikan nonformal
“Roemah Tawon” dalam membangun motivasi belajar anak jalanan usia
MI/SD.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan bagaimana peran lembaga pendidikan non formal “Roemah
Tawon” dalam membangun motivasi belajar anak jalanan usia MI/SD

E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini maka hasilnya diharapkan
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait:
1. Penulis, sebagai pelaksana di lembaga pendidikan non formal
“Roemah Tawon”, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan
informasi berbagai pendekatan dan kegiatan yang tepat dalam
proses memotivasi anak-anak jalanan.
10

2. Pihak pengurus lembaga pendidikan non formal “Roemah


Tawon”, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi pengurus rumah belajar untuk meningkatkan usaha-usaha
ke arah pembinaan dan peningkatan motivasi belajar untuk
anak-anak jalanan di kota Tangerang.
3. Masyarakat, sebagai informasi bagi masyarakat mengenai
kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk anak-anak jalanan
sehingga masyarakat dapat mengetahui usaha-usaha yang
dilakukan rumah belajar dalam membantu anak-anak jalanan
dalam mendapatkan pendidikan dan diharapkan masyarakat
dapat lebih berperan aktif dalam mendukung kemudahan akses
pendidikan bagi anak-anak jalanan.
4. Anak jalanan, sebagai informasi bagi anak jalanan agar mereka
menyadari pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka dan
sebagai motivasi bagi anak jalanan untuk terus belajar baik
melalui rumah belajar maupun lainnya.
5. Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan tambahan informasi
dan wawasan mengenai kehidupan anak-anak jalanan,
pendidikan yang mereka miliki dan peran rumah belajar dalam
memotivasi anak jalanan untuk belajar, sehingga dapat menjadi
informasi bagi penelitian jenis ini.
11

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata movere (latin) yang berarti
menggerakkan, oleh karena itu motivaasi sering disebut sebagai
penggerak perilau (The Energizer of Behavior).16 Menurut Atkinson,
motivasi dijelaskan sebagai “suatu tendensi seseorang untuk berbuat
yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih
berpengaruh”.17
A.W Bernard memberikan pengertian motivasi sebagai “suatu
fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-
tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama
sekali kearah tujuan-tujuan tertentu”.18
Petri (1981) menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang
bertindak pada organisme yang mendorong dan mengarahkan
perilakunya. Konsep motivasi juga digunakan untuk menjelaskan
perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku.19 Eggen dan Kauchak
(1997) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan yang member
energy, menjaga kelangsungannya, dan mengarahkan perilaku
terhadap tujuan.20
Berdasarkan pendapat yang telah dkemukakan oleh para ahli
dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang
menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan suatu
kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan

16
Irwanto, dkk, Psikologi Umum, Buku Panduan Mahamahasiswa, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 95
17
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), h. 319
18
Ibid, h. 319
19
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014), cet.II,
h. 150
20
Ibid
12

individu tersebut dalam melakukan kegiatan untuk mencapai suatu


tujuan.
Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari
dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa
ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive,
motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish.
Walaupun ada kesamaan dan semuanya mengarah kepada motvasi,
beberapa ahli memberian arti khusus terhadap hal-hal tersebut.21
Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar
motivasinya, dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan
dilaksanakan. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku individu
tersebut saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang
disebut sebagai proses motivasi. Proses motivasi ini meliputi tiga
langkah, yaitu:22
a. Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga
pendorong (desakan, motif, kebutuhan dan keinginan) yang
menimbulkan suatu ketegangan atau tension.
b. Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan
kepada pencapaian suatu tujuan yang akan mengendurkan atau
menghilangkan ketegangan.
c. Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya
ketegangan.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar meruakan dua hal yang saling
berhubungan. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan yang dilandasi tujuan unuk mencapai tujuan tertentu.23

21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011) Cet.6, h.61
22
Ibid, h.61-62
23
Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) h.32
13

Abd. Rachman Abror menyatakan bahwa “motivasi belajar


dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak praktis dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan.”24
Sardiman dalam bukunya menyatakan bahwa motivasi belajar
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan
belajar.25
3. Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi belajar dappat terpenuhi baik berasal dari dalam diri
sendiri maupun luar diri individu tersebut. Motivasi yang berasal dari
dalam diri pribadi seseorang disebut dengan motivasi intrinsik dan
yang berasal dari luar diri seseorang disebut motivasi ekstrinsik.26
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan daya dorong dari dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic sangat
diperlukan, terutama belajar sendiri. Motivasi itu muncul karena ia
butuh akan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Contohnya
seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorong
atau mnyuruhnya pun dia rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya. Kemudian jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar
yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsic
di sini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam

24
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) h.114
25
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012) cet.21, h. 75
26
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) h. 115-116
14

perbuatan belajar it sendiri. Misalnya seorang siswa belajar karena


dia memang benar-benar ingin mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan tertentu dan tidak karena tujuan selain itu.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan seseorang
yang memunculkan suatu keharusan akan kesadaran untuk
melakukan aktivitas belajar. oleh karenanya, eseorang yang
memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar.
keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif yang timbul
dari dalam diri individu, sehingga menjadikannya sadar akan
betapa pentingnya ilmu yang dipelajari dan pasti akan dibutuhkan
suatu saat nanti. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh lebih efektif karena motivasi iintrinsik relatif lebih lama
dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar diri individu. Dalam
kegiatan pembelajaran motivasi tidak hanya timbul dari setiap
individu melainkan motivasi bisa didapatkan dari luar dirinya,
misalnya dari keluarga, guru, teman sebaya, maupun lingkungan
sekitar. Adapun model-model motivasi eksternal dalam kegiatan
pembelajaran menurut Winkel yaitu:27
1) Belajar demi memenuhi kewajiban
2) Belajar demi meningkatkan gengsi
3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
4) Belajar demi memperoleh pujian dari orang-orang penting,
seperti orang tua, guru, dan teman sebaya
5) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat.

27
Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009), h.179
15

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak


diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Setiap kegiatan
pembelajaran motivasi ekstrinsik tetap penting, karena
kemungkinan besar keadaan siswa tersebut dinamis dan mungkin
juga komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada
yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi
ekstrinsik. Selain itu, motivasi ekstrinsik diperlukan sebagai
pelengkap bagi setiap individu yang kurang akan memotivasi
dirinya sendiri. Dengan dorongan dari luar dirinya dapat
menjadikannya lebih maju. Seseorang dapat menumbuhkan
motivasi dalam dirinya dengan melihat orang-orang di sekitarnya,
seperti orang tua, guru, teman eaya atau lainnya yang sudah lebih
baik dari padanya agar dia terdorong untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
dibagi menjadi dua, yaitu motivasia belajar intrinsic dan motivasi
belajar ekstrinsik. Kedua motivasi tersebut, sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran, dengan adanya motivasi intrinsic,
maka anak didik akan belajar dengan kemauannya sendiri dan hal
tersebut juga didukung dengan motivasi ekstrinsik yang berasal
dari orang lain yang akan berdampak pada hasil belajar yang lebih
efektif.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


motivasi tidak tumbuh dengan sendirinya, namun juga
dipengaruhi oleh beberapa faktir lain. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono, motivasi belajar
dipengaruhi oleh:28
a. Cita-cita atau aspirasi siswa

28
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajarannya (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h.26
16

dari segi manipulasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan


dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. dari segi
pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan
dapat mengubah keinginan menjadi kemauan yang kemudian
menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang
sangat lama. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ekstrinsik.
b. Kemampuan siswa
Keinginan anak perlu diimbangi dengan kemampuan
sehingga bisa memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang
siswa yang sedang sakit, lapar atau marah akan mengganggu
perhatian belajar dan sebaliknya.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, interaksi teman sebaya dan kehidupan
bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang
aman tentram tertib dan indah akan memperkuat motivasi belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan
pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi
dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Lingkungan sosial guru, linngkungan budaya guru dan
kehidupan guru perlu diperhatikan. Guru harus bisa memilih
perilaku yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang
baik tersebut sudah merupakan membelajarkan siswa.
17

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi


belajar dapat dipengaruhi dengan berbagai macam faktor yang berasal
dari dalam diri individu seperti cita-cita, kondisi siswaa baik rohani
maupun jasmani, serta kemampuan siswa. Faktor luar individu yang
mempengaruhi yaitu kondisi lingkungan baik keluarga, sekolah,
maupun teman sebaya.
5. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas
belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi.
Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan
motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar
tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas
belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti
dalam uraian berikut.29
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang
mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat
untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi belum
menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan
psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai
melakukan suatu kegiatan. Bila seseorang sudah termotivasi
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentang waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui
sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
seseorang.
b. Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik
dalam belajar

29
Syaiful Bahri Djamarah, Psiologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
152-156
18

Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik


sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya
sangat kuat. Dia belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai
yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau
mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin
memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji-
janji yang muluk pun anak didik rajin belajar sendiri. Perintah
tak diperlukan, karena tanpa diperintah anak sudah taat pada
jadwal belajar yang dibuatnya sendiri. Self study adalah bagian
yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar anak didik yang
memiliki motivasi intrinsik.
c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu
semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik
pengahargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan
dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun juga. Memuji
orang lain berarti memberi penghargaan atas prestasi kerja
orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada
seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya.
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik
adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar. Bagaimana
untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-
potensi yang dimiliki bila potensi itu tidak
ditumbuhkembangkan melalui penguasaan pengetahuan. Jadi
belajar adalah santapan utama anak didik.
e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar
selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang
dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang
19

sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi


juga di hari-hari mendatang.
f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
Dari beberapa hasil penelitian selalu menyampaikan
bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi
rendahnya motivasi selalu dijadikan indicator baik buruknya
prestasi belajar seseorang anak didik.
6. Fungsi Motivasi Belajar
RSB. Fudyartanto (2003) menuliskan fungsi-fungsi
motivasi sebagai berikut:30
a. Motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku
individu. Motif dalam kehidupan nyata sering digambarkan
sebagai pembimbing, pengarah, dan pengorientasi suatu tujuan
tertentu dari individu.
b. Motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu. Motif yang
dipunyai atau terdapat pada diri individu membuat individu
yang bersangkutan bertindak secara terarah kepada suatu tujuan
yang terpilih yang telah diniatkan oleh individu tersebut.
c. Motif memberi energy dan menahan tingkah laku individu.
Motif diketahui sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga
sehingga terajadi perbuatan yang tampak pada organism.
Diantara fungsi motivasi adalah sebagai berukut :
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Penentu arah perbuatan yaitu kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

30
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), h. 322
20

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan


tujuannya.
c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang
mempunyai motivasi senantiasa selektif dan terarah kepada
tujuan yang ingin dicapai.31
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas dapat, terlihat bahwa pada dasarnya motivasi
mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai pendorong atau
pengara, pennyeleksi tingkah laku dan memberi energy individu
untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu motivasi dalam diri
seorang individu amatlah berperan penting untuk mengarahkanya
pada pencapaian suatu tujuan.

7. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi
adalah untuk atau mengarahkan seseorang agar timbul keinginan
dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.”32
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah
mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang diinginkannya.
8. Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu
sebagai berikut:33
a. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari
hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat
motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak
31
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 85
32
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 73
33
Syaiful Bahri Djamarah, Psiologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
152-156
21

didik untuk mempertahankan atau lebih meningkatkan prestasi


belajarnya.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain
sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata.
Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai alat
motivasi, misalnya sebagai penghargaan untuk anak didik
yang berprestasi.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai
alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka
bergarah belajar. Persaingan dapat dalam bentuk individu
maupun kelompok.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting.
e. Memberi ulangan
Anak didik biasanya termotivasi untuk mempersiapkan
diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan
dan mendapatkan hasil yang baik.
f. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar dapat dijadikan alat motivasi.
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar
lebih giat. Baik untuk mempertahankan atau meningkatkan
hasil belajarnya.
g. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat
dijadikan alat motivasi.
22

h. Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negative,
tetapi bila diberlakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan
alat motivasi yang baik dan efektif. Adapun hukuman yang
diberikan haruslah yang memiliki nilai edukatif.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila
dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Dengan
adanya hasrat untuk belajar sudah barang tentu hasilnya akan
lebih baik dari pada anak didik yang tak berhasrat untuk
belajar.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dengan
kata lain, minat adalah suatu raa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh.
k. Tujuan yang diakui
Dengan memahami tujuan yang harus dicapai,
dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga
menimbulkan gairah utuk terus belajar.
9. Upaya Membangun Motivasi Belajar Siswa
Memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar
siswa, karena fungsinya yang mendorong, meggerakkan dan
mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu, prisip-prinsip
penggerakan motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-
prinsip belajar itu sendiri. Di bawah ini akan diuraikan beberapa
prinsip belajar dan motivasi:34

34
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 156-161
23

a. Kebermaknaan
Siswa akan suka dan bermotivasi belajar apabila hal-hal
yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.
Kemaknaan sebenarnya bersifat personal karena dirasakan
sebagai sesuatu yang penting bagi diri seseorang. Caranya ialah
dengan mengaitkan pelajarannya dengan pengalaman masa
lampau siswa, tujuan-tujuan masa mendatang dan minat serta
nilai-nilai yang berarti bagi mereka.
b. Modeling
Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati
dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam
bentuk tingkah laku model, bukan dengan hanya
menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku itu,
siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan
oleh guru.
c. Komunikasi terbuka
Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur
supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk melaksanakan
komunikasi terbuka, yaitu sebagai berikut:
1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa
agar mendapat perhatian mereka.
2) Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-
benar memahami apa-apa yang sedang diperbincangkan.
3) Jelaskan pelajarn secara nyata, diusahakan menggunakan
media instruksional sehingga lebih menjelaskan masalah
yang sedang dibahas.
d. Hubungan pengajaran dengan masa depan siswa
Pelajaran dirasakan akan bermakna bagi diri siswa
apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada
24

kehidupannya sehari-hari di luar kelas pada masa mendatang.


Untuk itu, guru hendaknya menyajikan macam-macam gagasan
tentang macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh sisw
pada waktu mendatang. Untuk itu mereka membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila siswa telah
menyadari kemungkinan aplikasi pelajaran tersebut maka
sudah tentu motivasi belajar akan tergugah dan merangsang
kegiatan belajar lebih efektif.
e. Prasayarat
Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya
mungkin merupakan faktor penting yang menentukan berhasil
atau gagalnya siswa belajar. Kesempatan belajar bagi siswa
yang telah memiliki informasi dan keterampilan yang
mendasari perilaku yang baru akan lebih besar. Karaen itu guru
hendaknya berusaha mengetahuhi/mengenali prasayarat-
prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam
kelompok yang berprasayarat akan mudah mengamati
hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah
dimiliki denan pengethuan yang kompleks yang akan
dipelajari. Berbeda halnya dengan siswa yang belum memiliki
prasyarat yang diperlukan, ternyata lebih sulit menerima
pelajaran baru dengan kemungkina timbulnya kegagalan da
frustasi.
f. Novelty
Siswa lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik
oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing.
Sesautu gaya dan alat yang baru atau masing-masing bagi
siswa akan lebih menarik perhatian mereka untuk belajar,
misalnya yang belum pernah dilihat sebelumnya. Cara-cara
tersebut misalnya menggunakan berbagai metode mengajar
25

secara bervariasi, berbagai alat bantu, tugas mcam-macam


kegiatan yang mungkin asing bagi mereka.
g. Latihan/praktek yang aktif dan bermanfaat
Siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang
aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran.
Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan
mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku tulis ini.
h. Latihan terbagi
Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi
menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan
secara demikian akan lebih membangun motivasi siswa belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam
jangka waktu yang panjang.
i. Kurangi secara sistematik paksaan belajar
Pada waktu mulai belajar, siswa perlu diberikan
paksaan atau pompaan. Akan tetapi, bagi siswa yang sudah
mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan
itu dikurangi dan akhirnya lambat laun siswa dapat belajar
sendiri.
j. Kondisi yang menyenangkan
Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi
pengajaran menyenangkan. Maka guru dapat melakukan cara-
cara berikut:
1) Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka
ketahui karena akan menyebabkan kejenuhan
2) Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan
3) Hindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas
yang tak menentu atau mengajukan permintaan yang tak
masuk akal dan diluar jangkauan pikiran manusia
4) Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai
akibat adanya kontak personal.
26

Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan


motivasi siswa, De Decce & Grawford (1974) mengajukan 4
fungsi pengajar:35
a. Menggairahkan siwa
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus
berusaha menghindarii hal-hal yang monoton dan
membosankan. Ia harus selalu memberikan pada siswa cukup
banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru
harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan
memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu
aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.
b. Memberikan harapan realistis
Guru harus memelihara harapan-harapa siswa yang
realistis, dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau
tidak realistis. Untuk ini pengajar perlu memiliki peengetahuan
yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis
siswa pada masa lalu, dengan demikian pengajar dapat
membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis,
atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak mengalami
kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin
keberhasilan pada siswa.
c. Memberikan insentif
Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar
diharapkan memberikan hadiah pada siswa (dapat berupa
pujian, angka yang baik dan lain sebagainya) atas
keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan
usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengaajaran.
Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang
sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.

35
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010) Cet. 5, h. 175-176
27

d. Mengarahkan
Pengajaran harus mengarahkan tingkah laku siswa,
dengan cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan
secara tidak benara dan meminta pada mereka melakukan hal
sebaik-baiknya.
10. Indikator Motivasi Belajar
Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Hamzah
B.Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut:36
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Anak yang mempunyai hasrat dan keinginan untuk
berhasil akan cenderung berusaha dan belajar lebih giat untuk
mencapai keberhasilannya.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Anak yang menganggap belajar merupakan suatu
kebutuhan, akan selalu memiliki dorongan untuk terus belajar
sehingga kabutuhannya terpenuhi.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Adanya harapan dan cita-cita yang ingin diraih di masa
depan, akan membuat anak akan berusaha untuk mencapai cita-
cita dan impiannya sebagai tujuan dari belajar.
d. Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya penghargaan dalam belajar dapat memotivasi
anak untuk lebih terpacu belajarnya. Penghargaan seperti
hadiah akan membuat anak merasa hasil belajarnya dihargai.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Kegiatan belajar yang menarik akan menarik minat siswa
untuk lebih giat belajar. sehingga anak akan senang dan tidak
bosan untuk belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

36
Hamzah B. Uno, op.cit, h. 23
28

Lingkungan belajar anak berpengaruh terhadap motivasi


belajar anak. Lingkungan belajar yang nyaman dan tenang akan
membuat anak semangat untuk belajar dan sebaliknya.
Sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan
baik.
Menurut Brown yang dikutip oleh Drs. Ali Imron, M.Pd
dalam buku Belajar dan Pembelajaran menyebutkan ada beberapa
ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar dalam proses belajar
mengajar di kelas diantaranya: a) Siswa tertarik kepada guru, b)
Siswa tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, c) Siswa
mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama pada guru, d) Siswa ingin selalu bergabung dalam
kelompok kelas, e) Siswa ingin identitasnya diakui orang lain, f)
Kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, g) Siswa selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali dan selalu
terkontrol oleh lingkungan. 37
Sedangkan menurut Sudirman yang dikutip oleh Drs.
Imron, M.Pd mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada
pada siswa yaitu: a) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat
bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, b) Ulet
menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, c) Tidak cepat
puas atas prestasi yang diperoleh, d) Lebih suka bekerja sendiri dan
tidak bergantung kepada orang lain, e) Tidak cepat bosan dengan
tugas-tugas rutin, f) Dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak
mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan
memecahkan masalah.38
Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi yang berasal
dari luar yaitu adanya dorongan yang positif dari orang tua/guru,

37
Drs. Ali Imron, M.Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,
1996), cet.ke-I, h.88
38
Ibid
29

ingin dipuji oleh pacarnya atau temannya, ingin mendapat hadiah,


takut dimarahi guru, adanya peraturan atau tata tertib sekolah
dalam belajar sehingga menjadikan siswa untuk disiplin, adanya
variasi metode belajar yang digunakan, adanya sarana prasarana
belajar dan dukungan dalam komponen-komponen yang terkait
dengan pembelajaran.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki motivasi belajar memiliki ciri-ciri khusus yang dapat kita
amati dalam proses pembelajaran di sekolah seperti siswa memiliki
tanggung jawab terhadap tugasnya, siswa tidak cepat bosan,
adanya kemauan untuk mempelajari kembali pelajaran tersebut di
rumah, siswa tidak mudah putus asa, siswa tidak cepat puas atas
prestasi yang dicapai, adanya antusias belajar yang tinggi, mampu
mengontrol diri terhadap lingkungan dan ulet dalam menghadapi
kesulitan.

B. Peran Roemah Tawon Sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal


1. Pengertian Peran
Dalam kamus Bahasa Indonesia Peran adalah “Bagian dari
tugas utama yang harus dilakukan”39. Sedangkan dalam kamus Ilmiah
populer, “peranan memiliki makna sebagai fungsi, kedudukan atau
bagian kedudukan”40.
Peranan menurut Soerjono Soekanto adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan.41

39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h.669
40
M.Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994)
41
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Jakarta: Rajawali Grafindo Utama,
2005), h. 243
30

Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang pemain.


Maksud peran dalam hal ini adalah pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri khas semua petugas dari kerjaan atau jabatan tertentu.
Peranan artinya “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama
(terjadinya suatu hal atau peristiwa)” misalnya tenaga ahli dan buruh
yang memegang peranan penting dalam pembangunan negara.
Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan,
karena yang satu bergantung dengan yang lain, dan sebaliknya. Tak
ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.42 Unsur-
unsur peranan atau role adalah 1) Aspek dinamis dari kedudukan, 2)
Perangkat hak-hak dan kewajiban, 3) Perilaku sosial dari pemegang
kedudukan, 4) Bagian dari seseorang yang dimainkan43
Manusia melakukan tindakan dalam proses interaksi tidak
melakukan tindakan tanpa alasan dan maksud. Wujud dari tindakan
yang muncul tersebut, berkaitan dengan stimulus (rangsangan) dan
respon (tanggapan) yang terdapat dalam setiap tindakan. Sehingga
perlu juga diperhatikan mengenai adanya proses berfikir yang terjadi
pada diri, sebelum stimulus itu direspon. Karena proses berfikir dapat
membentuk atau menciptakan kesadaran diri mengenai yang dilakukan
stimulus yang diterima.44 Dengan demikian yang mengawali prilaku
manusia adalah pengambilan peran .
Kemudian penulis mengaitkan pengertian di atas dengan
Roemah Tawon, dimana Roemah Tawon sebagai salah satu lembaga
pendidikan non formal telah memberikan pengaruh besar tidak hanya
dalam aspek ilmu pengetahuan dan moral. Akan tetapi juga dalam

42
Ibid
43
Cika Fauziah, Skripsi, Peran Komunitas Save Street Children dalam meningkatkan
kemandirian anak jalanan di Malioboro Yogyakarta, 2015, h. 19
44
Skripsi, Cika Fauziah, Peran Komunitas Save Street Child Dalam Meningkatkan
Kemandirian Anak Jalanan Di Malioboro Yogyakarta, 2015, h.19
31

aspek peningkatan motivasi dan semangat belajar siswa yang nantinya


akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
2. Lembaga Pendidikan Nonformal
a. Pengertian
Pengertian pendidikan luar sekolah atau yang biasa disebut
dengan pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan
yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil, baik dilakukan
sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi keutuhan pelajar
dan mencapai tujuan-tujuan belajar.45
Pengertian pendidikan nonformal menurut Departemeen
Pendidikan dan Kebudayaan adalah usaha sadar yang dilakukan
untuk membentuk perkembangan kepribadian sert kemampuan
anak di luar sekolah atau tepatnya di luar sistem persekolahan
sebagaimana yang kita kenal.46
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan penjelasan
terhadap pendidikan nonformal yaitu “jalur pendidikan yang
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan
nonformal adalah usaha terorganisir secara sistematis dan kontinyu
di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk
individu, kelompok, dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-
cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang
materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan
kesejahteraan sosial.

45
Y. Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta:
CV. ERA Swasta, 1984), h.7
46
Ibid, h.7
32

Fleksibilitas penyelenggaraan luar sekolah memberikan


kemudahan bagi penyelenggara, tutor dan warga belajar untuk
melaksanakan proses pembelajaran dalam berbagai bentuk satuan
pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa satuan pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan,, pendidikan keterampilan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta
pendidikan lain yang ditujukan unuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
b. Tujuan Pendidikan Nonformal
Pada dasarnya tujuan pendidikan luar sekolah atau
pendidikan nonformal tidak menyimpang dari tujuan pendidikan
nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berpendidikan, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta
sehat jasmani dan rohani. Untuk mencapai ke arah tujuan tersebut,
tidak bisa tercapai bila hanya mengandalkan pendidikan formal
saja, maka pendidikan nonformal dan pendidikan keluarga saling
melengkapi dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional
tersebut. Dengan kata lain pendidikan nonformal membantu
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionl
pasal 26 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa:
1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarkat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
33

2) Pendidikan nonformal berfunngsi mengembangkan potensi


peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian professional. Tujuan pendidikan nasional tersebut
dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
di atas pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 73 Tahun 1991 Bab II Pasal 2 tentang penyelenggaraan
Pendidikan Luar Sekolah yang didalamnya membagi Sistem
Pendidikan Nasional menjadi dua pendidikan yaitu pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah. Selanjutnya dalam
peraturan tersebut dijabarkan tujuan pendidikan luar sekolah,
yaitu:
a) Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang
sedini mungkin dan sepanjang hayat guna meningkatkan
martabat dan mutu kehidupannya.
b) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
melanjutkan kejenjang pendidikan yang tinggi.
c) Memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa tujuan
pendidikan luar sekolah adalah memberikan layanan
pendidikan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi
peserta didik serta kuantitas lulusan yang disertai kualitas
perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar. Dengan
demsikian tujuan pendidikan luar sekolah lebih menekankan
kepada perubahan tingkah laku fungsional anak didik dalam hal
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan.
34

c. Fungsi Pendidikan Nonformal


Sebagai upaya membantu kehidupan masyarakat dalam
bidang pendidikan pada khususnya dan memperoleh pekerjaan,
sudjana dalam bukunya mengemukakan bahwa pendidikan
nonformal berfungsi:47
1) Complement (pelengkap) pendidikan sekolah, pendidikan
nonformal menyajikan seperangkat kurikulum tetap yang
dibutuhkan sesuai dengan situasi daerah dan masyarakat.
2) Supplement (tambahan), pendidikan nonformal memberikan
kesempatan pendidikan bagi mereka yang telah menamatkan
jenjang pendidikan formal tetapi dalam tempat dan waktu
berbeda.
3) Substitusi (pengganti) pendidikan sekolah, pendidikan
nonformal dapat mengganti fungsi sekolah terutama pada
daerah-daerah yang belum dijangkau program pendidikan
sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa
pendidikan luar sekolah memberikan kesempatan kepada seluruh
warga masyarakat baik ttua maupun muda untuk melengkapi warga
masyarakat yang sedang sekolah dan sebagai penambah bagi
mereka yang drop out atau pernah sekolah tetapi tidak melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi, maupun sebagai pengganti bagi
mereka yang tidak pernah menduduki bangku sekolah.
d. Karakteristik Pendidikan non formal
Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
pendidikan sekolah. Namun keduannya pendidikan tersebut saling
menunjang dan melengkapi. Dengan meninjau sejarah dan
banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non formal
memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

47
Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif dalam Pendidikan Non Formal,
(Bandung: Falah Pruduction,2004), h.74
35

1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan


dipergunakan. Pendidikan non formal menekankan pada belajar
yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam
kehidupan peserta didik.
2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan
belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan
mengkontrol kegiatan belajarnya.
3) Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada
umumnya tidak berkesinambungan.
4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat
fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak
ditentukan oleh peerta didik.
5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan
penekanan pada belajar mandiri.
6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar.
Pendidik adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan
diantara kedua pihak bersifat informal dan akrab., peserta didik
memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan sebagai
instruktur.
7) Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber-sumber
untuk pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-
sumber local digunakan seoptimal mungkin.48
e. Bentuk Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal hampir selalu berurusan
denganusaha bimbingan, pembinaan, dan pengembangan warga
masyarakat yang mengalami keterlantaran pendidikan dari keadaan
kurang melihat ke masa depan menjadi seorang yang memiliki
sikap mental pembaharuan dan pengembangan. Berikut ini bentuk-
bentuk pendidikan nonformal:

48
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka. 2012), hal 25
36

1) Community Development
Community Development merupakan usaha dan
kegiatan pembangunan masyarakat yang dipelopori oleh tokoh-
tokoh masyarakat setempat untuk memecahkan masalah-
masalah local yang dihadapinya, termasuk masalah pendidikan,
dengan mempergunakan kekuatan sendiri.
2) Learning Society
Learning society menggambarkan keadaan suatu
masyarakat dimana warga masyarakatnya suka dan gemar
belajar, ingin selalu meningkatkan pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilannya dari sumber maupun tanpa dipaksa,
melainkan atas kemauan dan kesadarannya sendiri.
3) Deschooling Society
Deschooling society merupakan kegiatan-kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat dalam usahanya
untuk membantu mengurangi bebean pendidikan di sekolah.
4) Mass Education
Mass education adalah kegiatan pendidikan untuk
pemuda dan orang dewasa yang karena satu dan lain sebab
tidak pernah mengikuti pendidikan di sekolah atau
meninggalkan sekolah sebelum tamat, yang diselenggarakan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, termasuk disini
kegiatan pendidikan pemberantasan buta aksara, buta bahasa
dan buta pengetahuan dasar.
5) Fundamental Education
Fundamental education mempunyai pengertian hampir
sama dengan mass education, diselenggarakan terutama bagi
para wanita, pemuda, dan orang dewasa dengan maksud agar
mereka bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat yang telah
maju dan berkembang
6) Community Education
37

Community education merupakan kegiatan pendidikan


bagi kelompok-kelompok dalam masyarakat agar mereka dapat
menolong diri mereka sendiri, dengan cara merubah sikap
mental dan pola berpikirnya, serta memiliki pandangan dan
kebiasaan-kebiasaan baru.
7) Adult Education
Adult Education merupakan kegiatan pendidikan yang
diperuntukkan bagi para pemuda dan oang dewasa baik secara
sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, untuk berbagai macam
kebutuhan yang bersifat fungsional karena dalam pendidikan
ini lebih banyak diberikan latihan-latihan praktik dan hanya
sedikit teori.
8) Extention Education
Extention education merupakan kegiatan
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan
pihak yang terkait dalam upaya memajukan kehidupan bangsa.
9) Life Long Education
Life long education merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh tiap-tiap orang dimana dan kapan
pun ia berada kegiatan itu dilakukan, karena proses belajar
sesungguhnya tidak hanya terjadi di sekolah tetapi juga
berlangung di dalam keluarga dan masyarakat.
10) Recurent Education
Recurrent education adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk memberikan pendidikan kembali kepada
mereka yang karena satu dan lain sebab terpaksa meninggalkan
sekolah sebelum tamat, namun mereka masih mempunyai
keinginan dan semangat untuk melanjutkan pada waktu dan
kesempatan lain.
11) Permanent Education
38

Permanent education merupakan upaya untuk


mengusahakan bagaimana agar warga masyarakat tetap
mempunyai minat dan semangat belajar disepanjang
kehidupannya sekalipun mereka telah menyelesaikan
pendidikannya di sekolah, sehingga kegiatan belajar merupakan
kebutuhan yang permanen.
12) Indigenous Education
Indigenous educaton adalah kegiatan-kegiatan
pendidikan yang bersifat tradisional, yang mengutamakan
programnya di atas sadar nilai-nilai budaya sendiri, meskipun
tidak menutup kemungkinan dikembangkannya nilai-nilai
budaya tersebut secara kreatif dan inovatif.
Dalam operasional penyelenggaraannya, pendidikan
nonformal dapat dilaksanakan dalam empat macam bentuk:
1) Belajar Sendiri
Dalam bentuk belajar sendiri yang dilakukan oleh tiap-
tiap orang, kapan saja dan dimana saja mempergunakan
sumber-sumber belajar yang ada.
2) Belajar Kelompok
Belajar dalam kelompok, dalam hal mana beberapa
orang pada waktu dan kesempatan yang sama, belajar dalam
suasana yang bebas atau tidak terikat dari sumber belajar yang
sama pula.
3) Belajar melalui Kursus dan Pelatihan
Belajar melalui kursus-kursus dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk
melayani berbagai macam kebutuhan belajar, dalam hal mana
pihak warga belajar harus lebih banyak menyesuaikan diri
dalam penyelenggaraan kursus-kursus tersebut.
4) Belajar melalui Magang
39

Belajar melalui magang ini biasa terjadi bila seseorang


memperoleh sesuatu keterampilan dengan cara mengabdikan
diri sepenuhnya kepada kepada pihak lain yang berfungsi
sebagai sumber, sampai keterampilan tersebut dikuasai
seluruhnya.
Bentuk-bentuk pendidikan nonformal tersebut
merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
agar mereka mampu meningkatkan mutu, mengubah sikap
mental dan pola berpikir warga masyarakat untuk dapat hidup
yang lebih baik.
f. Sasaran Pendidikan Nonformal
Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah sasaran
pendidikan nonformal dapat ditinjau dari beberapa aspek yakni
sebagai berikut:
1) Sasaran Pelayanan
 Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun)
Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang
mereka pergi sekolah (Pendidikan Formal) sehingga
mereka telah terbiasa untuk hidup dalam situasi yang
berbeda dengan lingkungan keluarga.
 Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun)
Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program
kejar paket A dan kepramukaan yang diselenggarakan
secara sesame dan terpadu
 Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun)
Penyelenggaraan pendidikan non formal untuk usia
semacam ini diarahkan untuk pengganti pendidikan,
sebagai pelenggkap dan penambah program pendidikan
bagi mereka
 Usia Pendidikan Tinggi (19-24 tahun)
40

Pendidikan non formal menyiapakan mereka untuk siap


bekerja melalui pemberian berbagai keterampilan sehingga
mereka menjadi tenaga yang produktif, siap kerja dan siap
untuk usaha mandiri
2) Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya
 Masyarakat Pendesaan
Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat
Indunesia dan program diarahkan pada program-program
mata pencarian dan program pendayagunaan sumber-
sumber alam.
 Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan
ilmu dan teknologi, sehingga masyarakat perlu memperoleh
tambahan tersebut melalui pemberian informasi dan kursus-
kursus kilat .
 Masyarakat Terpencil
Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui
pendidikan non formal yang mereka dapat mengikuti
perkembangan dan kemajuan nasional.
3) Berdasarkan Sistem Pengajaran
Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan
pelaksanaan program pendidikan non formal meliputi:
 Kelompok, organisasi dan lembaga
 Mekenisme sosial budaya seperti perlombaan dan
pertandingan
 Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun
teknologi modern seperti televisi, radio, film, dan
sebagainya.
41

 Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja,


sekolah dan alat-alat pelengkapan kerja.49
Dari sisi target grup yang disebut sebgai sasaran didik,
pendidikan non formal memiliki cakupan garapan yang sangat luas
sarta besar variabilitasnya. Khalayak sasaran yang ingin/ harus dilayani
pendidikan non formal terentang seiring dengan kebutuhan belajar
manusia untuk belajar sepanjang hayat, sejak anak usia dini sampai
dengan orang usia lanjut. Dimana seseorang atau sebuah komunitas
manusia muncul kebutuhan belajar (kebutuhan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap), maka di situ sebaiknya pendidikan non
formal hadir. Dalam kapasitas inilah pendidikan non formal dikatakan
bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari segi usia, tetapi juga
karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender,
demografi, geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal, dan
sebagainya.
Sungguh sangat banyak kebutuhan belajar manusia yang hanya
bisa didekati dan diselesaikan melalui pendidikan non formal.
Sementara jelas sekali bahwa kemampuan sekolah menjangkau dan
memenuhi kebutuhan belajar khalayak sasaran di luar main stream
sekolah (persyaratan usia, syarat pendidikan pendahuluan, tempat
tinggal, dan prasyarat formal lainnya) sangat terbatas.
Dengan demikian khalayak sasaran pendidikan non formal
adalah semua orang yang membutuhkan layanan pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
dalam upaya menggapai derajat, martabat, dan kualitas hidup yang
lebih baik, lebih indah, lebih bernilai, dan lebuh bermakna.50

49
Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan non formal. (Jakarta: Bumi Aksara.
1992) hal 58
50
Ishak Abdulhak, hal 45
42

C. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Yang termasuk anak jalanan adalah mereka yang berusia
kurang dari 18 tahun yang sebagian besar waktunya dihabiskan di
jalanan, baik untuk melakukan kegiatan ekonomi maupun sekedar
mengisi waktu luang. Mereka dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa jenis kegiatan, Seperti menjual koran, penyemir sepatu,
pengamen, dan pengemis. Kegiatan tersebut dilakukan di pusat-pusat
keramaian seperti stasiun kereta api atau bus, pasar, mal, alun-alun,
dan perempatan jalan. Khusus pengamen dan pengemis ada pula yang
bekerja dari rumah ke rumah.51
Usulan Rano Karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar
UNICEF, sesungguhnya anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih,
marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena
kebanyakaan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan
dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak
bersahabat. Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus
bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan
tidak dapat diterima masyarakat umum-sekedar untuk menghilangkan
rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak
jarang pula mereka dicap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat
kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau penggarukan
bukan lagi hal yang mengagetkan mereka.52
2. Klasifikasi anak jalanan
Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak
jalanan dibedakan dalam tiga kelompok.53
a. Child on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan namum masih

51
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan Dan Andragogi, (Bandung:Remaja Rossdakarya, 2012) h.211
52
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 185-186
53
Ibid, h. 186
43

mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka.


Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang
tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya
karena beban atau tekanan kemiskinan yang masih ditanggung
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.54
b. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi
penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.
Beberapa diantra mereka masih mempunyi hubungan dengan
orang tuanya, tetapi frekueni pertemuan mereka tidak menentu.
Banyak diantara merek adalah anak-anak yang karena suatu
sebab yang biasanya kekerasan lari atau pergi dari rumah.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa anak-anak pada
kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara
sosial-emosional, fisik maupun seksual.55
c. Children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-
anak ini mempunyai hubungan yang cukup kuat, tetpi hidup
mereka terombang ambing dari satu tempat ke tempat lain
dengan segala resikonya. Salah satu cirri penting dari kategori
ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih
bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia,
kategori ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong
jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan
sebagainya, walau secara kuantitatif jumlahnya belum
diketahui secara pasti.56
3. Permasalahan yang Dihadapi Oleh Anak Jalanan
Marjinal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang
sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak
54
Ibid, h. 186-187
55
Ibid, h. 187
56
Ibid, h. 187
44

jalanan. Marginal karena mereka merlakukan jenis pekerjaan yang


tidak jelas jenjang karirnya, kurang dihargai, dan umumnya tidak
menjanjiann prospek masa depan. Rentan karena risiko yang harus
ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dan
eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar menawar
yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek
perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman dan oknum aparat
yang tidak bertanggungjawab.57
Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan
sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup
beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya
dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis
kegiatannya di jalanan serta jenis kelaminnya.
Untuk berrtahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras,
anak jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sektor
informal, baik legal maupun illegal dimata hokum. Ada yang bekerja
sebagai pedagang asongan di kereta api dan bus kota, menjajakan
koran, menyemrir sepatu, mencari barang bekas atau sampah,
mengamen di perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak
jarang pula ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan
berbau criminal seperti mengompas, mencuri bahkan menjadi bagian
dari komplotan perampok.58
Salah satu hak anak, tak terkecuali anak jalanan, sebenarnya
adalah untuk menikmati pendidikan, tetapi kelangsungan pendidikan
anak-anak jalanan yang ada di kota Surabaya dapat dikatakan
memprihatinkan. Dari data survey karnaji dkk, (1999) ditemukan
separuh lebih anak jalanan yang menjadi responden penelitiannya
belum pernah sekolah dan sudah tidak sekolah lagi. Dari 889
responden terdapat 462 anak (52%) yang tidak dan belum pernah

57
Ibid, h.186
58
Ibid, h. 189
45

sekolah. Memang yang belum sekolah hanya 7,1%, tetapi jika dilihat
yang tidak sekolah lagi besarnya 44,9% sementara umurnya masih
berada di bawah 18 tahun tentu merupakan fenomena yang bertolak
belakang dengan kemudahan yang diberikan pemerintah selama masa
krisis. Apalagi dilihat dari hak anak untuk memperoleh pendidikan.
Asumsinya kemudahan yang diberikan pemerintah itu menjadi sarana
untuk semakin memperkecil jumlah anak-anak yang tidak dapat
menikmati pendidikan terutama di tingkat dasar. Tetapi kenyataan
bericara lain, khususnya di kalangan anak jalanan di Surabaya, lebih-
lebih anak perempuan.59
Anak-anak yang hidup di jalanan, mereka bukan saja rawan
dari ancaman tertabrak kendaraan, tetapi acap kali juga rentan terhadap
serangan penyakit akibat cuaca yang tak bersahabat atau kondisi
lingkungan yang buruk seperti tempat pembuangan sampah. Sekitar
90% lebih anak jalanan biasanya sudah lazim terkena penyakit pusing-
pusing, batuk pilek, dan sesak napas. Ironisnya, meskipun sebagian
besar anak jalanan acap kali terserang penyakit, tetapi hanya sedikit
yang tersentuh pelayanan kesehatan. Di surbaya (1998), misalnya dari
891 anak jalanan yang teridentifikasi, hanya 24,81% yang mengaku
pernah memperoleh pelayanan dan bantuan kesehatan. Sebagian besar
(75,19%) tidak pernah memperoleh pelayanan kesehatan.60
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang memang anak jalanan
mampu membeli makanan dari warung nasi atau memperoleh
pemberian dari orang-orang yang tersentuh melihat penderitaan
mereka. Namun, tidak jarang terjadi anak-anak jalanan itu terpaksa
makan makanan sisa dari tempat sampah, yang dari segi kesehatan
tentu jauh dari memadai untuk dapat dikatakan layak.
Sejumlah studi menemukan, anak-anak jalanan yang kecil
biasannya sering “dipalak” oleh anak yang sudah besar. Selain itu, para

59
Ibid, h. 191
60
Ibid, h. 192
46

preman di sekitarnya juga tak segan merampas barang daganga atau


meminta uang. Di kalangan anak jalanan yang bekerja sebagai
pengamen bis kota, misalnya mereka biasanya diatur oleh seorang
preman di jurusan mana mereka boleh bekerja, dan jurusan mana pula
yang tidak dibolehkan. Uang setor pengamen bis kota ke para preman
yang mengordinasi, menurut Yuliati Umrah (1999) dari yayasann
ALIT rata-rata sebesar 20.000 per hari, termasuk untuk iuran terminal.
Anak-anak jalanan yang bekerja sebagai pedagang koran, terkadang
juga tidak luput sebagai objek pengompasan preman. Seorang anak
berusia 12 tahun yang biasa berjualan koran di sekitar jalan Basuki
Rachmad Surabaya, dilaporkan Yuliati juga pernah dikompas preman
sehingga uang setoran koran sebesar 60.000 amblas dalam sekejap.61
Selain preman, orang-orang yang tak dikenal yang tidak
mustahil berasal dari kalangan terpelajar atau masyarakat biasa acap
kali juga ikut memanfaatkan anak-anak jalanan sebagai korban
pelampiasan nafsu seksual mereka yang menyimpang. Kasus anak
jalanan yang menjadi korban sodomi tidaklah hanya sekali dua kali
terjadi, melainkan sudah berkali-kali. Bahkan, kalau mau jujur banyak
diataranya merupakan kasus dark number. Intimidasi adalah peristiwa
yang menjadi “makanan sehari-hari” anak jalanan. Dalam beberapa
kasus dan kesempatan, memang anak-anak jalanan itu akan mampu
mengembangkan mekanisme survival-nya tersendiri guna menghindari
intimidasi dan ancaman kekerasan. Tetapi, sering terjadi mereka
terpaksa harus menahan diri dan bersikap pasrah terhadap ancaman
kekerasan yang dialaminya.
Di kalangan anak-anak yang hidup di jalanan, memang kisah-
kisah yang menyedihkan dan terkadang menguras air mata adalah hal
yang biasa terjadi sehari-hari eksploitasi dan ancaman kekerasan
merupakan dua hal yang terkadang sekaligus dialami dan terpaksa

61
Ibid, h. 194
47

dirasakan anak jalanan (Kompas, 23 Juli 19977). Sudah lazim dilami,


mereka ditipu teman sendiri, dicaci maki oleh anak sebaya yang lebih
kaya, dituduh mencuri, disodomi oleh orang dewasa, atau temannya
yang lebih besar, dipukuli, dan disetrika oleh petugas, atau dirampas
barang dagangannya secara paksa, baik oleh tibum maupun preman
(Irwanto, 1998). Sudah biasa terjadi anak jalanan yang tertangkap
petugas, mereka dibotaki, dipukul, dan kalau perlu ditahan di kantor
polisi (Kompas, 23 Juli 1997).62
Studi yang dilakukan Hadi Utomo (1998) menemukan, bahwa
anak-anak jalanan cenderung rawan terjerumus dalam tindakan yang
salah. Salah satu perilaku menyimpang yang popular di kalangan anak-
anak jalanan adalah ngelem yang secara harafiah memang berarti
menghisap lem. Diperkirakan sekitar 65-70% anak yang seharian
hidup dan mencari nafkah di jalanan menggunakan zat ini (Irwanto
dkk., 1996).63
Perilaku atau gaya hidup anak tak kalah merisaukan adalah,
mereka umumnya sudah aktif secara seksual dalam usia yang terlalu
dini, sehingga risiko kehamilan pada anak perempuan dan penularan
PMS (Penyakit Menular Seksual) sangat tinggi, terutama karena
mereka cenderung berganti pasangan. Ketidaktahuan dan keyakinan
atas mitos-mitos yng tidak benar tentang kehamilan, PMS, HIV/AIDS
membuat banyak anak jalanan sering kali kurang menyadari resiko dari
tindakan yang mereka perbuat. Di mata mereka kehamilan bisa
dicegah dengan minum minuman keras atau dibasuh coca-cola, dan
bahwa gejala PMS dapat diobati dengan hanya dengan berbagai obat-
obatan yang tersedia di warung atau toko obat pinggir jalan.64
4. Faktor Penyebab Lahirnya Anak Jalanan
Sesungguhnya ada banyak factor yang menyebabkan anak-anak
terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan
62
Ibid, h. 194-195
63
Ibid, h. 195
64
Ibid, h. 196
48

keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga


orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan
orang tua. Kombinasi dari factor ini seringkali memaksa anak-anak
mengambil inisiatf mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan.
Kadang kala pengeruh teman atau kerabat juga ikut menentukan
keputusa untuk hidup di jalanan (Kompas, 23 Juli 1997). Studi yang
dilakukan Depsos Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) di
Surabaya yang mewawancarai 889 anak jalanan di berbagai sudut kota
menemukan bahwa faktor penyebab atau alasan anak memilih hidup di
jalanan adalah karena kurang biaya sekolah (28,2%) dan membantu
pekerjaan orang tua (28,6%).65
Pada batas-batas tertentu, memang tekanan kemiskinan
merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan.
Namun, bukan berarrti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor
determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa
hidup di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah, kebanyakan
anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri,
melainkan sekitar 60% diantaranya karena dipaksa oleh orang tuanya
(Kompas, 26 Februari 1999). Biasanya, anak-anak yang memiliki
keluarga, orang tua penjudi dan peminum alcohol, relatif lebih rawan
untuk memperoleh perlakuan yang salah. Pada kasus semacam ini, ibu
sering kali menjadi objek perasaan ganda yang membingungkan, ia
dibutuhkan kasih dan perlindungannya, namun sekaligus dibenci
karena perbuatannya (Farid, 1998).66
Pada studi yang dilakukan oleh UNICEF pada anak-anak yang
dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi
hidup di jalanan bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi
rumah tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan
keretakan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Bagi anak-anak ini

65
Ibid, h. 196-197
66
Ibid, h. 197
49

kendati kehidupan di jalanan sebenarnya tak kalah keras, namun


bagaimana pun dinilai lebih memberikan alternative dibandingkan
dengan hidup dalam keluarganya yang penuh dengan kekerasan yang
tidak dapat mereka hindari.67
Meski tidak selalu terjadi, tetapi acap ditemui bahwa latar
belakang anak-anak memilih hidup di jalanan adalah karena kasus-
kasus child abuse (tindakan yang salah pada anak-anak). Anak yang
hidup dengan orang tua yang terbiasa menggunakan bahasa kekerasan-
seringkali menampar anak karena kesalahan kecil, melakukan
pemukulan sampai dengan tindakan penganiayaan- jika semuanya
sudah dirasa melampaui batas toleransi anak itu sendiri, maka meraka
akan cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan. Bagi
anak-anak jalanan sendiri, sub-kultur kehidupan urban yang
menawarkan kebebasan, kesetiaan dan dalam taraf tertentu juga
“perlindungan” kepada anak-anak yang minggat dari rumah akibat
diperlakukan salah telah menjadi daya tarik yang luar biasa. Menurut
Farid (1998) makin lama anak hidup di jalan, maka makin sulit mereka
meninggalkan dunia dan kehidupan jalanan itu.
5. Pendekatan Penanganan Anak Jalanan
Untuk menangani permasalahan anak jalanan harus diakui
bukanlah hal yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah
dilakukan, baik oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi dan sosial
maupun orang per orang untuk membantu anak jalanan keluar atau
paling tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka. Namun karena
semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah, maka
hasilnya pun menjadi kurang maksimal.
Selama ini, upaya yang teah dilakukan untuk menangani anak-
anak jalanan biasanya adalah dengan berusaha mengeluarkan mereka
dari jalanan, memasukka ke tempat anak-anak nakal, atau tindak

67
Ibid, h. 197
50

kekerasan lain. Namun, banyak bukti menunjukkan model penanganan


dan pelaksanaan berbagai program yang bersifat karitatif dan punitive
seperti di atas tidak akan mampu menyelesaikan permsalahan anak
jalanan.68
Menurut Tata Sudrajat (1996), selama ini beberapa pendekatan
yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak jalanan adalah
sebagai berikut:69
a. Street based, yakni model penanganan anak jalanan di tempat anak
jalanan itu berasal atau tinggal. Mereka adalah anak jalanan yang
masih ada hubungan dengan keluarga tetapi jarang
berhubungan/tinggal dengan orang tua. Kemudian para street
educator dating kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka
bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan
diri sebagai teman. Dalam beberapa jam, anak-anak diberikan
materi pendidikan dan keterampilan, disamping itu anak jalanan
juga memperoleh kehangatan hubungan dan perhatian yang bisa
menumbuhkan kepercayaan satu sama lain yang berguna bagi
pencapaian tujuan intervensi. Di sini prinsip yang biasanya dipakai
adalah “asih, asah, asuh”.
b. Centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di
lembaga atau panti. Mereka adalah anak yang tersisih atau putus
hubungan dengan orang tuanya. Anak-anak yang masuk dalam
program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau
panti- seperti pada malam hari diberikan makanan dan
perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari
pekerja sosial. Pada panti yang permanen, bahkan disediakan
pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan,
kesenian dan pekerjaan bagi anak-anak jalanan.

68
Ibid, h. 199
69
Ibid, h. 200
51

c. Community based, yakni model penanganan yang melibatkan


seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak
jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif yakni mencegah anak
jalanan anak agar tidak masuk atau terjerumus dalam kehidupan di
jalanan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan tentang
pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf hidup,
sementara anak-anak mereka diberi kesempatan memperoleh
pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang dan
kegiatan lainnya yang bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup
melindungi, mengasuh, dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya
secara mandiri.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Sirojuddin Mahasiswa Manajemen
Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan judul penelitian Peran Rumah Singgah
Cahaya Anak Negeri Dalam Meningkatkan Akhlah Anak Jalanan.
Hasil penelitinnya menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang
diterapkan oleh rumah singgah mampu meningkatkan akhlak anak-
anak jalanan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ajami Solihin, Mahasiswa jurusan IPS
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan judul Peran Sekolah Masjid Terminal (Master) Di
Depok Dalam Meningkatkan motivasi Belajar Anak Jalanan Tingkat
Sekolah Menengah Pertama (Smp), hasil penelitiannya menyatakan
bahwa sekolah Masjid Terminal Depok berperan penting dalam
membangun motivasi belajar siswanya. Hal ini terlihat dari grafik
angket, serta hasil wawancara dan observasi.
52

3. Penelitian yang dilakukan oleh Cika Fauziah, mahasiswa Fakultas


Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dengan judul penelitian Peran Komunitas Save Street
Children dalam meningkatkan kemandirian anak jalanan. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa komunias Save Street Children
Berperan dalam meningkatkan kemandirian anak jalanan melalui
beberapa peran diantaranya peran fasilitatif, peran edukasi, peran
perwakilan, dan peran teknis.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Anita Putri Pertiwi, mahasiswa jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta. Dalam penelitiannya yang
berjudul Peran Sekolah Madani Sebagai Sekolah Non Formal dalam
Membentuk Karakter Bangsa Peserta Didik (Studi Kasus Sekolah
Madani, Jakarta Selatan). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
sekolah Madani memiliki peranan yang sangat baik dalam membentuk
karakter peserta didik. Hal ini terlihat dari setiap proses pembelajaran
yang dilakukan mencerminkan nilai-nilai karakter Bangsa. Karakter
religius merupakan karakter yang sangat melekat pada setiap proses
pembelajaran berlangsung, terlihat dengan aktivitas mereka seperti
membaca do‟a sebelum dan sesudah belajar, serta melaksanakan shalat
maghrib bersama setelah belajar.

E. Kerangka Berfikir
Dalam proses belajar adakalanya siswa dipengaruhi oleh faktor
intelegensi, kreativitas, dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Hasil belajar
siswa akan tercapai apabila didalam dirinya timbul suatu keinginan untuk
berhasil. Sikap ini menampakkan adanya keinginan pengembangan diri,
penggalian potensi diri dan juga penghargaan karena ia mampu dan
berprestasi. Hasil belajar akan lebih optimal apabila siswa belajar dilandasi
dengan motivasi yang kuat.
53

Motivasi memungkinkan seseorang dengan sukarela mau belajar,


karena terdapat dorongan dan kekuatan yang menyebabkan siswa belajar.
Makin kuat motivasi seseorang dalam mempelajari suatu mata kuliah,
makin tinggi pula hasil yang dicapai oleh siswa tersebut. Ciri siswa yang
memiliki motivasi belajar dapat diamati pula dari kesungguhan belajarnya
yang dapat diamati dari indikator inisiatif belajar, keuletan, dan komitmen
belajar.
Motivasi belajar yang kuat perlu dimiliki oleh siswa mengingat
dengan adanya motivasi seseorang akan melakukan kegiatan belajar yang
dilandasi oleh suatu kesadaran, dengan memiliki motivasi belajar, maka
mahasiswa akan lebih giat belajar dalam menggali ilmu-ilmu yang
diajarkan di sekolah. Dan intensitas belajar siswa sangat menentukan hasil
belajarnya, artinya semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa akan
menaikkan hasil belajar dalam mempelajari pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Kemudian lembaga pendidikan non formal “Roemah Tawon”
sebagai salah satu lembaga pendidikan memberikan peran penting dalam
membangun motivasi belajar siswanya yang diantara mereka terdapat
siswa yang dikategorikan sebagai anak jalanan. Dengan demikian,
Roemah Tawon haruslah melaksanakan perannya dalam membangun
motivasi belajar anak jalanan.

F. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan pengelola yayasan untuk
membangun motivasi belajar anak jalanan?
2. Apakah kegiatan di sekolah baik dalam proses pembelajaran
maupun di luar proses pembelajaran menumbuhkan motivasi
untuk belajar?
3. Bagaimanakah fasilitas yang tersedia?
54

4. Hal apa saja yang mendukung dan menghambat motivasi


belajar anak jalanan?
55

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Roemah Tawon yang terletak di
kota Tangerang. Roemah Tawon merupakan tempat dimana siswa-
siswanya adalah para anak jalanan dan anak-anak yang berasal dari
keluarga kurang mampu. Adapun objek penelitian ini adalah anak jalanan
usia MI/SD yang aktif belajar di Roemah Tawon tersebut. Waktu
penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017.

B. Metode dan Desain


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif melalui
pengumpulan fakta-fakta dari kondisi alami sebagai sumber langsung
dengan instrumen dari peneliti sendiri. “Metode penelitian yang
berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi yang alamiah, melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumentasi.70
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan penelitian
kualitatif (qualitative research) sebagai suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip danpenjelasan yang menuju pada
kesimpulan.”71
Penelitian kualitatif bersifat induktif, maksudnya peneliti
membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan
70
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, da R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), cet. X, h. 15.
71
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2005), h. 60.
56

terbuka untuk interpretasi. Kemudian data dihimpun dengan pengamatan


yang seksama, meliputi deskripsi yang mendetil disertai catatan-catatan
hasil wawancara yang mendalam (interview), kuesioner serta hasil analisis
dokumen dan catatan-catatan.
Ditinjau dari sudut cara dan taraf pembahasan, penelitian innii
bersifat deskriptif. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga
bersifat sekadar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan
pada pemberian gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari
objek yang diteliti.72

C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive.
Teknik purposive yaitu pemilihan subjek penelitian berdasarkan
pertimbangan, kriteria atau ciri-ciri tertentu berdasarkan tujuan
penelitian.73 Subjek penelitian sebagai informan adalah orang yang karena
posisinya memiliki pengetahuan, pengalaman yang cukup tentang
permasalahan yang diteliti. Adapun kriteria yang ditetapkan peneliti
sebagai dasar pertimbangan penentuan subjek penelitian atau informan
adalah sebagai berikut:
1. Seseorang yang terkait langsung dalam pengelolaan lembaga
pendidikan nonformal “Roemah Tawon”
2. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman
tentang penanganan anak jalanan di lembaga pendidikan
nonformal “Roemah Tawon”
3. Seseorang yang sering berinteraksi dengan anak jalanan di
lembaga pendidikan nonformal “Roemah Tawon”

72
Mahmud, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.32
73
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h.165
57

Berdasarkan kriteria tersebut, maka subjek penelitian yang


diperoleh di lapangan adalah:
1. Pengurus lembaga pendidikan nonformal “Roemah Tawon”
2. Tenaga pengajar di lembaga pendidikan nonformal “Roemah
Tawon”
3. Anak jalanan yang belajar di lembaga pendidikan nonformal
“Roemah Tawon”

D. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung memberikan data pada
pengumpul data.74 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data
yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Data primer yang digunakan pada penelitian adalah hasil wawancara,
dan hasil observasi langsung. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi langung tentang peran lembaga pendidikan
nonformal “Roemah Tawon” dalam membangun motivasi belajar anak
jalanan usia MI/SD.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi
dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis,
dan sebagainya. data sekunder dalam penelitian adalah catatan hasil
evaluasi, catatan hasil rapat, dokumen yang mendukung dan foto-foto
kegiatan. Dalam penelitian peneliti menggunakan data sekunder untuk
memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalu wawancara langsung dengan pengurus, tenaga

74
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv Alfabeta, 2010), h.3
58

pengajar, serta anak jalanan usia MI/SD yang belajar di lembaga


pendidikan nonformal “Roemah Tawon”

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data penelitian, maka penulis melakukan tahap
pengumpulan data berikut ini:
1. Observasi
Menurut Hadari Nawawi dan Martin Hadari, “metode observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala–gejala pada
objek penelitian. Unsur-unsur yang tampak disebut dengan data atau
informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap.”75
Adapun observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan
pengamatan langsung (direct observation). Pengamatan langsung ialah
pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang
diteliti, seperti mengadakan pengamatan langsung terhadap proses
belajar mengajar di kelas.76
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini dapat disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Panduan Observasi
No. Hal-hal yang Diamati Keterangan
1. Keadaan fisik :
- Situasi lingkungan lembaga
pendidikan nonformal
“Roemah Tawon”
- Ruang kelas pembelajaran
- Sarana dan prasarana yang
menunjang pembelajaran
2. Kegiatan Pembelajaran: Dapat
- Kegiatan siswa saat datang ke diperdalam
rumah belajar, Persiapan melalui

75
Hadari Nawawi dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h. 67.
76
Hadeli, Metode Penelitian Pendidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006), h.85-86
59

sebelum siswa masuk kelas wawancara dan


maupun di luar kelas observasi
- Kegiatan praktik
- Kegiatan pengembangan diri
- Kegiatan lain yang menunjang
pada pertumbuhan peserta
didik
- Bagaimana metode
pembelajaran yang diterapkan
oleh tenaga pengajar
3. Kegiatan lainnya:
- Rapat atau pertemuan kelas
- Kegiatan penanganan khusus
untuk anak yg rendah
motivasinya

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan. Tujuan
dilakukan wawancara untuk memperoleh konstruksi yang terjadi
sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan,
motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya.”77
Penulis mengadakan wawancara dengan objek penelitian yaitu
guru dan anak jalanan yang belajar di lembaga pendidikan nonformal
“Roemah Tawon”, tujuannya untuk mengetahui peran apa saja yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan nonformal “Roemah Tawon”
dalam membangun motivasi belajar anak jalanan usia MI/SD, dan latar
belakang faktor yang memperngaruhi motivasi belajar. pada
pelaksanaan pedomannya pada format wawancara yang sudah
tersusun.

77
Ibid, h. 94
60

3. Dokumentasi
Digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-
manusia, yang terdiri dari dokumen dan foto.”78 Adapun dokumen
yang diperlukan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Panduan Dokumentasi

No Jenis Dokumen
1. Data Kesiswaan
Jumlah Kelas
2. Data Keterangan Guru
3. Sarana dan Prasarana
Fasilitas Gedung dan ruangan yang ada
4. - Manajemen
Rumusan visi dan misi
Motto dan slogan lembaga pendidikan nonformal
“Roemah Tawon”
Kurikulum dan pengembangannya
Prestasi yang pernah diraih baik akademik maupun non
akademik
5. Sejarah Yayasan
Catatan perkembangan
Penelitian yang telah dilakukan Roemah Tawon
Penghargaan atau akreditasi Roemah Tawon

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain.”79s
Miles dan Huberman (1984) yang dikutip oleh Sugiono,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif di lakukan

78
Syamsuddin dkk, metode penelitian pendidikan bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet. II, h. 108
79
Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), cet. X, h. 335.
61

secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas,


sehingga datanya sudah penuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: data
reduction, data display, dan conclusion drawing /verification.”80
1. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan
dengan bentuk uraian singkat, bagian, hubungan atau katagori dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) mengemukakan
yang dikutip oleh Sugiono menyatakan “the most frequent from of
display data for qualitative reseracrh data in the pas has been
narrative tex”. Yang paling sering digunakan dalam penyajian data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.81

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk menentukan
beberapa kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability). Sedangkan tehnik pengecekan keabsahan data dapat
dilakukan dengan delapan cara yaitu perpanjangan, keikutsertaan,
ketekunan, keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat
melakukan diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian
rinci dan auditing. Berdasarkan teori diatas, penelitian ini menggunakan

80
Ibid, h. 337-345
81
Ibid, h. 337-345
62

triangulasi sebagai alat pengecekan keabsahan data.82 Triangulasi adalah


teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data. Secara singkat, macam-macam tehnik triangualsi adalah;
1. Triangulasi sumber data, yaitu menggunakan multi sumber data
untuk membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh.
2. Triangulasi metode, yaitu menggunakan berbagai macam metode
pengumpulan data untuk menggali data sejenis.

82
Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), hal-324
63

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Roemah Tawon


1. Sejarah Berdirinya Roemah Tawon
Taman Pendidikan Roemah Tawon merupakan organisasi non
profit yang berfokus pada kegiatan edukasi moral melalui sentuhan
sosial dan budaya, yang mewadahi anak-anak bangsa untuk belajar dan
berkreatifitas menggali potensi diri menuju pribadi yang berbudi
pekerti.83
Taman Pendidikan Roemah Tawon sendiri bermula dari
pemikiran empat pemuda pecinta vespa yang berprofesi sebagai musisi
jalanan yang didirikan pada tanggal 13 Maret 2013 di Jl. Benteng
Betawi, Tanah Tinggi, Kota Tangerang.84 Adalah ka Fais, ka Dona, ka
Doni dan alm. Ka Fadh. Awal mula Roemah Tawon berdiri di sebuah
kontrakan kecil di daerah Tanah Tinggi, di kontrakan kecil tersebut
anak-anak jalanan yang berada di sekitar Tangerang diajak bergabung
agar bisa meluangkan waktunya untuk belajar.85
Seiring dengan bertambahnya jumlah anak jalanan yang belajar
di Roemah Tawon, maka dirasa perlu membangun Roemah Tawon di
tempat yang lebih kondusif. Tak jauh dari lokasi kontrakan yang
sebelumnya pembangunan saung belajar Roemah Tawon pun dimulai.
Bertempat di tanah warga salah satunya ialah bang Andi Sarmili yang
juga merupakan pengurus Roemah Tawon, ka Fais dan rekan-rekan
meminta izin kepada warga untuk membangun saung belajar Roemah
Tawon di lokasi tersebut.86 Pada awalnya masyarakat sempat tidak
setuju memberikan izin pembangunan saung belajar Roemah Tawon
tersebut, lantaran masih adanya stigma negatif masyarakat kepada

83
Dokumen Roemah Tawon
84
Ibid
85
CW1.PDLH.1
86
Ibid
64

anak-anak jalanan.87 Namun setelah warga mengetahui bahwa kegiatan


yang dilakukan di Roemah Tawon ini positif, warga akhirnya memberi
izin pembangunan saung belajar Roemah Tawon di atas tanah
mereka.88
Tak jauh dari pinggiran rel kereta stasiun tanah tinggi, saung
belajar yang dikhususkan untuk anak jalanan dan kaum marjinal itupun
dibangun. Dengan dibantu oleh warga sekitar dan komunitas 1000
guru, pembangunan pun selesai.89 Setelah pembangunan saung belajar
rampung, pembangunan selanjutnya adalah taman baca. Taman baca
ini dibangun oleh komunitas 1000 guru Tangerang untuk melatih
mental dan akhlak anak-anak agar terbiasa membaca. Anak-anak
biasanya membaca buku sebelum belajar. namun sayang belum ada
relawan yang khusus mengurus taman baca ini.90
Penamaan Roemah Tawon sendiri diberikan oleh ka Fais
selaku pendiri Roemah Tawon. Karena klub vespanya sendiri yang
bernama “bee brothers” maka kata tawon diambil dari kata “bee”
tersebut. selain itu menurut salah seorang pengajar Roemah Tawon,
kata Tawon jika diplesetkan menjadi kata At-Ta‟awun yang artinya
adalah saling tolong menolong. Dalam hal ini adalah saling tolong
menolong anak jalanan untuk dapat mengenyam pendidikan.91
Taman Pendidikan Roemah Tawon mewadahi anak-anak pra
sejahtera untuk mengikuti kegiatan pendidikan di Roemah Tawon dan
memiliki relawan pengajar baik dari kalangan akademisi, komunitas
maupun individual lintas profesi yang memiliki visi misi yang selaras
dengan Roemah Tawon dalam mencerdaskan anak bangsa.92

87
CW3.PDPL.1
88
Ibid
89
CW1.PDLH.1
90
Ibid
91
CW4.PKF.1
92
Dokumen Roemah Tawon
65

Keberadaan Roemah Tawon saat ini sudah semakin banyak


dikenal oleh masyarakat. Hal ini terlihat semakin banyaknya
masyarakat baik perorangan maupun kelompok yang ingin ikut serta
melaksanakan kegiatan di Roemah Tawon. Baik berupa kegiatan
edukasi, bantuan sosial ataupun penelitian. Hal ini tentunya berdampak
sangat baik bagi perkembangan Roemah Tawon ini sendiri.

2. Visi dan Misi Roemah Tawon


a. Visi
Terwujudnya masyarakat yang cerdas, Humanis, Mandiri
dan Berakhlakul karimah.93
b. Misi
1) Menyeleggarakan kegiatan pendidikan yang berorientasi pada
nilai-nilai kerohanian, moralitas, sosial dan seni budaya
2) Melakukan upaya moralisasi budi pekerti yang dipupuk pada
usia dini
3) Menanamkan rasa semangat kepedulian terhadap lingkungan
hidup
4) Melakukan aksi kemanusiaan dan memberikan ruang kegiatan
kerelawanan kepada masyarakat
5) Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan kewirausahaan
guna tercapainya kemandirian ekonomi keluarga.94

3. Tujuan dan Sasaran


a. Tujuan
Tujuan didirikannya Roemah Tawon adalah untuk anak-
anak jalanan. Agar anak-anak ini dapat menyisihkan waktunya
untuk belajar dan tidak menghabiskan terlalu banyak waktunya
hanya untuk mencari uang. Roemah Tawon ini juga bertujuan

93
Ibid
94
Ibid
66

untuk membina anak-anak jalanan. Terutama untuk memperbaiki


akhlaknya dan moralnya.95 Tujuan lain dari Roemah Tawon adalah
untuk menambah skill dan kemampuan anak-anak jalanan. Selain
dari pada anak jalanan, tujuan yang sama juga Roemah Tawon
arahkan kepada kaum marjinal yang tinggal di perkampan-
perkampungan di sepanjang rel kereta Tanah Tinggi, baik itu anak-
anak, para pemuda hingga orang dewasa.96
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahawa
tujuan didirikannya Roemah Tawon adalah untuk membina akhlak
dan moral anak jalanan serta menambah kemampuan dan skill
mereka melalui kegiatan-kegiatan yang ada di Roemah Tawon,
selain dari pada anak jalanan tujuan yang sama juga dirahkan untuk
kaum marjinal yang tinggal di pinggiran rel kereta api Tanah
Tinggi.
b. Sasaran
Adapun sasaran dalam kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan di Taman Pendidikan Roemah Tawon adalah
sebagai berikut:97
1) Anak-anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengais
sisa sayuran, kuli kupas bawang, juru parkir dan anak-anak
marjinal yang bermukim di pinggiran rel kereta.
2) Anak-anak usia dini, yang bermukim di pinggiran rel kereta.
3) Ibu-ibu dan remaja yang kurang memiliki akses pelayanan dari
pemerintah

4. Satuan Organisasi
Roemah Tawon memiliki struktur yang sederhana. Diantaranya
sebagai berikut:98

95
CW1.PDLH.2
96
Dokumen RoemahTawon
97
Ibid
98
Ibid
67

DEWAN PENDIRI
 Farhan Islami
 Fadhil Muhammad (Alm)
 Donna Saputra
 Donni Saputra
DEWAN PEMBINA
 Mukapi Solihin
 Hj. Asih Widyaningsih, S.E
 Rofiah Eni, S.E
 Faiz Salim
PENGAWAS
 Siti Sa‟adah
KETUA
 Farhan Islami
SEKRETARIS
 Sam‟ul Anam
BENDAHARA
 Siti Khodijah
KOORDINATOR DIVISI PENDIDIKAN
 Indah Wahyu Utami, S.Pd
DIVISI PROGRAM
 Bagus Eko Nur Cahyo S.E
DIVISI LINGKUNGAN HIDUP
 Andi Sarmili
DIVISI PROLOG (Property dan Logistik)
 M. Aziz Malik Ibrahim
DIVISI OPERASIONAL
 Kasinah
68

5. Data Pengajar
Pengajar yang ada di Roemah Tawon berasal dari latar
belakang pendidikan yang berbeda. Meski hanya beberapa yang
memang berprofesi sebagai pengajar atau guru namun hal tersebut
tidak mengurangi semangat para pengajar untuk mengajar di Roemah
Tawon. Berikut data dari Pengajar yang peneliti dapatkan melalui
wawancara:99
Tabel 4.1
Data Pengajar di Roemah Tawon
No. Kelas Nama Latar Pekerjaan
Pendidikan
1 Kelas MIPA Indah Wahy S1 Guru
Utami
2 Kelas Adab Ade S1 Karyawan
dan Sopan Lukmansyah Swasta
Santun
3 Kelas Fiqih Sam‟ul Anam Sedang Aktif kuliah
menempuh S1
4 Kelas Budi Siswanto S1 Karyawan
Mengaji Swasta
5 Yasinan Andi Sarmili SMA Karyawan
Swasta
6 Kelas Ganesha S1 Karyawan
Bahasa Swasta
Asing
7 Kelas Musik Farhan Islami SMA Pengamen
dan Teater Jalanan
8 Kelas Anita Septiani S1 Guru
PAUD

99
Ibid
69

6. Data Kesiswaan
Jumlah anak didik yang belajar di Roemah Tawon secara
keseluruhan berjumlah 35 orang yang terbagi dalam beberapa jenjang
pendidikan mulai dari anak usia PAUD, SD, SMP, dan SMA. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Data Siswa di Roemah Tawon
No. Tingkat Jumlah Siswa
1. PAUD 7
2. SD 16
3. SMP 7
4. SMA 5
Mayoritas anak didik di Roemah Tawon berasal dari keluarga
kelas bawah. Mereka berasal dari keluarga yang tinggal di pinggiran
rel kereta api Tanah Tinggi. Dan banyak dari mereka yang tak bisa
menikmati sekolah formal sehingga memilih untuk belajar di Roemah
Tawon serta membantu perekonomian keluarga dengan mengais rejeki
dari jalanan. Diantaranya bekerja sebagai juru parkir perlintasan kereta
api, pengamen, kuli panggul di pasar induk, serta kuli mengupas
bawang.

7. Program- Program
Roemah Tawon memiliki berbagai progam-program kegiatan
yang beragam. Program-program tersebut terbagi dalam lima jenis.
Yang pertama adalah program pendidikan berupa kegiatan
pembelajaran yang ditujukan bagi anak didik di Roemah Tawon,
adapula program kerohanian yang juga ditujukan bagi anak didik
Roemah Tawon, adapula program lingkungan hidup, serta program
pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi masyarakat di sekitar
70

lingkungan Roemah Tawon. Berikut beberapa program yang ada di


Roemah Tawon:100
a. Program Pendidikan
1) Kelas Bahasa Asing
2) Kelas Pendidikan Anak Usia Dini
3) Kelas Fiqih
4) Kelas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
5) Kelas Pengenalan Ilmu Komputer
6) Kelas Moral
7) Kelas Seni dan Budaya
1) Kelas Musik
2) Kelas Teater dan Dongeng
3) Kelas Tari
4) Kelas Pustaka (Puisi Keluarga Tawon)
Tabel 4.3
Jadwal kegiatan dan waktu pelaksanaan Roemah Tawon
No Nama Kegiatan Jadwal Kegiatan dan waktu
pelaksanaan
1 Kelas MIPA Minggu, 19.30 – 21.00
2 Kelas Adab dan Sopan Santun Senin, 19.30 – 21.00
3 Kelas Fiqih Selasa, 19.30 – 21.00
4 Kelas Mengaji Rabu, 19.30 – 21.00
5 Yasinan Kamis, 19.30 – 21.00
6 Kelas Bahasa Asing Jumat, 19.30 – 21.00
7 Kelas Seni dan Budaya Sabtu, 19.30 – 21.00
8 Kelas PAUD Selasa, 16.00 – 17.30
b. Program Kerohanian
1) Yasinan dan do‟a bersama
2) BERSEKA (Buka Bersama Senin Kamis)

100
Ibid
71

3) NGASO (Ngaji Setelah Sholat)


4) Kajian Kitab Fadhillah Amal
5) NGETEH (Ngebahas Tentang Akhirat) dan NGOPI (Ngobrol
Perkara Iman)
6) Pengajian Ibu-Ibu
c. Program Pemberdayaan Masyarakat
1) Budidaya ikan Lele
2) Budidaya tanaman hias
3) Pelatihan menjahit
4) Pelatihan tata boga
5) Pelatihan keterampilan karya seni
6) Pelatihan merefungsi Lampu TL
7) Pelatihan membatik
d. Program Lingkungan Hidup
1) TAMPOMAS (Tanam pohon masa depan)
2) Upaya konservasi Air
3) Daur ulang sampah
e. Program Tambahan
1) NGUMBAR SALAM (Ngumpul Bareng Sabtu Malam)
2) KOPI PANAS (Koin Peduli Pendidikan Nasional)
3) Futsal Asyik Jumat Malam
4) SENGAT (Senyum Semangat Ramdhan)
5) SEMAR (Senyum Semangat Merdeka)
6) Kurban Idul Adha
7) Menyediakan kebutuhan pendidikan bagi anak yatim dan piatu
8) Dan program-program lain yang bersinergi dengan lembaga,
komunitas dan akademisi

8. Tradisi Roemah Tawon101


a. Sholat Berjama‟ah

101
Ibid
72

b. Memberi salam dan salim (Mengucap salam dan bersalaman,


cewek dan cowok salaman tidak menyentuh kulit)
c. Tidak merokok (pada tempat dan waktu tertentu)
d. Berpakaian sopan (untuk wanita disarankan berhijab)
e. Makan dan minum tidak berdiri (disarankan makan dan minum
sambil duduk)
f. Tidak boleh ngeliat orang kerja (enggak boleh Cuma ngeliat orang
yang lagi ngerjain sesuatu, harus bergerak mengerjakan sesuatu
yang lain)
g. Mendengarkan orang berbicara (berupaya menjadi pendengar yang
baik dan menghargai siapapun yang berbicara
h. Nggak boleh ngomong kotor dan nggak boleh ngomongin
keburukan diri sendiri, orang lain maupun kelompok
i. Nggak ngomongin status sosial dan menghindari perdebatan yang
sia-sia

9. Sarana dan Prasarana


Dalam satuan pendidikan formal maupun nonformal pasti
memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya
kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang mendukung
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan sangatlah diperlukan,
disamping sebagai motivator juga sebagai mediator bagi anak didik.
Tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka tujuan pendidikan
akan tercapai.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Roemah Tawon
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Daftar Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Saung Belajar 1
73

2 Taman Baca 1
3 Saung Ibadah 1
4 Kantor 1
5 Lapangan Bulu Tangkis 1
6 Taman Bermain 1

10. Prestasi
Menurut beberapa sumber yang telah diwawancarai prestasi
yang pernah diraih oleh Roemah Tawon masih minim. Adapun prestasi
tersebut diantaranya:102
a. Juara II Lomba membaca puisi
b. Mementaskan teater anak Tawon di berbagai kesempatan

11. Dana dan Pembiayaan Roemah Tawon


Dalam melaksanakan kegiatannya serta memenuhi kebutuhan
operasional Roemah Tawon melakukan beberapa usaha dalam
pengelolaan dana. Secara umum ada dua cara yang dilakukan oleh
Roemah Tawon dalam usaha memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
Yaitu dana yang bersumber dari internal pengurus Roemah Tawon dan
dana yang bersumber dari pihak eksternal.
Dana yang bersumber dari internal ialah dana yang
dikumpulkan dari para pengurus Roemah Tawon. Seperti yang
diungkapkan oleh Andi Sarmili selaku pengurus Roemah Tawon
sebagai berikut:
“Para pengurus serta relawan-relawan di Roemah Tawon
ini setiap bulannya menyisihkan dana sukarela yang
memang diberikan untuk keperluan operasional Roemah
Tawon. Besar dana sukarela yang diberikan oleh
pengurus dan relawan ini berbeda-beda, disesuaikan
dengan keuangan masing-masing orang. Sementara itu,
selain dana yang bersumber dari internal Roemah Tawon
juga memiliki beberapa donatur yang tiap bulannya

102
CW1.PDLH.6
74

memberikan bantuan dana. Diantara donatur tetap itu


ialah klinik Nurbayan dan lurah Tanah Tinggi”.103 Selain
itu untuk buku dan alat belajar banyak diberikan oleh
kakak-kakak pengurus dan relawan.

Hal senada juga diungkapkan oleh M.Aziz Abdul Malik yang


menyatakan bahwa “kalau untuk buku sama alat belajar itu
kebanyakan dikasih dari kakak-kakak pengurus dan relawan”.104
Berdasarkan pendapat dari dua informan tersebut para pengurus
dan pengajar atau relawan di Roemah Tawon juga melakukkan usaha
mandiri dalam memenuhi kebutuhan operasional di Roemah Tawon.
Usaha lain yang dilakukan oleh Roemah Tawon dalam
memenuhi kebutuhan operasionalnya selain dari pada mencari donatur
tetap ialah dengan memanfaatkan banyaknya pihak eksternal baik
perorangan maupun kelompok yang ingin melaksnakan kegiatan di
Roemah Tawon baik berupa kegiatan santunan, edukasi, maupun
penelitian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti
lakukan dengan pengurus Roemah Tawon. Roemah Tawon sendiri
memiliki beberapa aturan yang diberikan sebagai syarat bagi pihak
eksternal yang ingin melaksanakan kegiatan di Roemah Tawon
diantaranya adalah meraka wajib memberikan beberapa perlengkapan
yang ditentukan oleh Roemah Tawon. Perlengkapan yang diminta ini
ialah beberapa perlengkapan yang memang dibutuhkan oleh Roemah
Tawon baik untuk kegiatan belajar ataupun untuk keperluan lainnya.105
Hal ini menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh Roemah Tawon
untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya tanpa harus mengharapkan
bantuan berupa uang dari donatur.
Dari beberapa penyataan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
untuk biaya pembangunan Roemah Tawon dilakukan dengan upaya
pencarian dana dari donatur baik perorangan maupun komunitas.

103
Ibid
104
CW3.PDPL.16
105
Op.cit
75

Sementara untuk pembiayaan kebutuhan operasional Roemah Tawon


juga mencari sumber dana yang sama yaitu dari donatur baik
perorangan maupun kelompok. Selain itu para pengurus dan pengajar
di Roemah Tawon juga memberikan donasi yang sifatnya sukarela di
tiap bulannya sebagai uang kas yang nantinya digunakan untuk
keperluan operasional membeli alat-alat pembelajaran seperti spidol,
penghapus serta buku tulis.

B. Hasil Penelitian
1. Peran Roemah Tawon Sebagai Lembaga Pendidikan Nonformal
dalam Membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan Usia MI/SD
Peran Roemah Tawon dalam membangun motivasi belajar
anak jalanan ini diharapkan agar anak jalanan yang belajar di Roemah
Tawon ini dapat memiliki semangat untuk kembali belajar. Semua ini
dilakukan agar anak jalanan di Roemah Tawon mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, mempelajari seni dan budaya serta
memperbaiki akhlaknya menjadi lebih baik melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan di Roemah Tawon. Hal ini lah yang diharapkan
mampu menjadi bekal kehidupan bagi anak-anak jalanan kelak.
Seperti yang banyak kita ketahui bahwa anak jalanan biasa
hidup bebas dan tidak teratur juga tidak ada yang mengatur, oleh
karena itu untuk kembali membangun motivasi anak jalanan untuk
belajar tidaklah mudah dan memakan waktu yang tidak sebentar. Cara
yang digunakan oleh Roemah Tawon dalam membangun motivasi
belajar anak jalanan usia MI/SD adalah dengan menerapkan program-
program yang bersifat rutin, karena dengan program-program yang
rutin dan berkelanjutan tersebut dapat membangun motivasi belajar
anak jalanan secara perlahan. Serta dengan melaksanakan peran-
perannya sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dengan
pelaksanaan peran tersebut dapat turut membangun motivasi belajar
anak jalanan usia MI/SD yang ada di Roemah Tawon. Adapun peran
76

yang dilakukan Roemah Tawon dalam membangun motivasi belajar


anak jalanan ialah melalui hal berikut ini:
a. Pelaksanaan Program Pendidikan di Roemah Tawon
Program pendidikan ialah program yang dilaksanakan oleh
Roemah Tawon yang berupa kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan setiap hari pada pukul 19.30 – 21.00. Melalui program
pendidikan ini anak-anak jalanan diajarkan beberapa hal
diantaranya seperti kemampuan bahasa asing, pendidikan anak usia
dini, fiqih, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau MIPA,
pengenalan ilmu Komputer, kelas moral, serta seni dan budaya.106
Adapun program pendidikan tersebut ialah sebagai berikut:
1) Kelas Bahasa Asing
Kelas bahasa asing ini dilakukan secara rutin setiap hari
jumat pada pukul 19.30 – 21.00 WIB, melalui kelas bahasa asing
ini anak-anak diajarkan mengenai pengetahuan bahasa asing.
Selain pengetahuan, di kelas bahasa asing ini anak-anak juga
diajarkan praktek percakapan dalam bahasa inggris.
2) Kelas Pendidikan Anak Usia Dini
Kelas pendidian anak usia dini ini ditujukan bagi anak-anak
usia 3-6 tahun. Di kelas PAUD ini anak-anak diajak bernyanyi dan
bermain sambil mengenal angka dan huruf.
3) Kelas Fiqih
Kelas fiqih ini dilaksanakan setiap hari selasa pada pukul
19.30 - 21.00. melalui kelas Fiqih ini anak-anak diajarkan
mengenai Fiqih Ibadah. Mengingat Ibadah merupakan dasar utama
yang penting untuk diajarkan kepada anak didik Roemah Tawon.
Melalui kelas Fiqih ini anak-anak diajarkan mengenai tata cara
ibadah yang baik. Kelas Fiqih ini ditujukan bagi anak didik usia 7
– 14 tahun.
4) Kelas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

106
Dokumen Roemah Tawon
77

Pada kelas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang


dilaksanakan pada setiap hari Minggu pada pukul 19.30 – 21.00
anak didik Roemah Tawon diajarkan mengenai tentang
pengetahuan – pengetahuan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
5) Kelas Mengaji
Pada kelas mengaji yang dilaksanakan setiap hari rabu pada
pukul 19.30 – 21.00 anak didik Roemah Tawon diajarkan mengaji
dengan baik dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah beserta
makrajul hurufnya yang baik dan benar dan seterusnya.
6) Kelas Moral
Pada kelas moral yang dilaksanakan pada setiap hari senin
pada pukul 19.30 – 21.00 anak didik Roemah Tawon diajarkan
mengenai adab dan sopan santun. Disini mereka diajarkan
bagaimana tata cara yang baik dalam berinteraksi dengan teman
sesama umur, dan mereka yang lebih tua. Mereka juga diajarkan
mengenai norma-norma yang baik yang berlaku di lingkungan
masyarakat.
7) Kelas Seni dan Budaya
Pada kelas seni yang diajarkan setiap hari sabtu pada pukul
19.30 – 21.00 anak didik Roemah Tawon diajarkan beberapa
kemampuan dasar dalam bidang seni dan budaya. Seperti mereka
diajarkan bagaimana memainkan alat musik, belajar memainkan
seni peran teater, belajar menari serta menulis dan membaca
sebuah puisi.
Melalui kegiatan pembelajaran di kelas ini, anak-anak
jalanan di Roemah Tawon memiliki kesempatan untuk belajar yang
tidak diperolehnya melalui pendidikan nonformal, ataupun sebagai
pelengkap kegiatan pembelajarannya di sekolah formal. Dengan
berbagai program pendidikan tersebut dan keberagaman materi
yang diajarkan anak didik Roemah Tawon memiliki semangat
78

untuk terus belajar dan mempelajari hal-hal baru yang diajarkan di


Roemah Tawon, selain itu anak-anak Roemah Tawon juga
mendapatkan kesempatan untuk mengasah keterampilan-
keterampilan dalam seni dan budaya.

b. Program Kerohanian
Program Kerohanian merupakan program yang biasa dilaksanakan
pada setiap malam jumat dimulai pada pukul 19.30 – 21.00 wib.
Adapun program kerohanian ini berupa Yasinan, NGETEH
(Ngobrol Tentang Akhirat), serta NGOPI (Ngobrol Perkara Iman).
1) NGETEH (Ngobrol Tentang Akhirat)
Program kerohanian yaitu NGETEH (Ngebahas Tentang
Akhirat). Pada program NGETEH yang dilaksanakan setiap selesai
yasinan ini anak-anak jalanan Roemah Tawon diberikan siraman
rohani yang disampaikan oleh kakak-kakak pengurus ataupun
pengajar. Melalui program ngeteh ini anak jalanan Roemah Tawon
diajarkan mengenai bagaimana mempersiapkan diri untuk
kehidupan dia akhirat yang baik. NGETEH yang kali ini peneliti
ikuti disampaikan oleh kak Ipeng, salah satu relawan yang ada di
Roemah Tawon. Kak Ipeng yang juga merupakan mahasiswa UIN
yang bergelut di UKM Teater Syahid ini menyampaikan materi
kepada anak didik Roemah Tawon untuk berbakti kepada orang
tua, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu
cara yang ia sampaikan untuk berbakti kepada orang tua adalah
dengan belajar sungguh-sungguh dan memiliki prestasi yang dapat
membanggakan bagi orang tua.107
2) NGOPI (Ngobrol Perkara Iman).
Pada kegiatan NGOPI ini anak jalanan Roemah Tawon diajarkan
mengenai penguatan iman Islamnya. Seperti yang disampaikan
oleh kak Ade Lukmansyah, salah satu pengajar di Roemah Tawon.

107
Hasil Observasi pada 25 Mei 2017
79

Kak Ade menyampaikan bahwa berbicara iman adalah hal yang


cukup sulit. Oleh karena itu yang terpenting adalah untuk menjaga
iman kita maka kita tidak boleh meninggalkan kewajiban kita
untuk beribadah kepada Allah, dalam hal ini ia berpesan agar anak
didik Roemah Tawon tidak meninggalkan shalat lima waktu.
Melalui program kerohanian ini anak didik Rumah Tawon
selain mendapatkan pencerahan rohani dan ilmu yang berguna untu
bekal di akhirat serta menguatkan kembali imannya, mereka juga
mendapatkan lagi semangat dan motivasi untuk belajar dengan
baik serta sungguh-sungguh melalui materi yang disampaikan oleh
kakak-kakak pengajar di Roemah Tawon.
Peneliti melihat anak-anak didik Roemah Tawon yang
semangat memperhatikan apa yang disampaikan ketika program
NGOPI dan NGETEH ini bahkan turut aktif menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh pemateri. Hal ini menunjukkan bahwa
program kerohanian ini memberikan pengaruh yang baik pada
motivasi belajar anak didik.

c. Kurikulum Pembelajaran yang Diterapkan di Roemah Tawon


Sampai saat ini Roemah Tawon belum memiliki kurikulum
pembelajaran. Para pengurus dan pengajar di Roemah Tawon
sudah sempat merancang pembentukan kurikulum namun belum
bisa dilaksanakan secara maksimal karena pembagian kelas di
Roemah Tawon pun baru bisa dibagi dalam dua kelas yaitu kelas
PAUD usia 3-6 tahun dan kelas anak tawon usia 7-14 tahun. Dan
Roemah Tawon pun hanya memiliki satu ruang belajar.108
Materi pembelajaran yang didesain untuk diajarkan di
Roemah Tawon ialah hal-hal yang bersifat praktis dan akan banyak
dipraktekkan oleh anak-anakdalam kehidupannya di masyarakat
kelak. Seperti bagaimana tata cara beribadah yang baik, bagaimana

108
CW1.PDLH.3
80

adab dan sopan santun yang harus dijunjung dan diikuti dalam
pergaulan di masyarakat, mempelajari seni dan budaya,
keterampilan membuat sebuah karya yang bermanfaat dan berdaya
jual.
Sam‟ul Anam seorang pengajar Roemah Tawon
menyampaikan informasi mengenai kurikulum sebagai berikut:109
“kurikulum disini yang diajarkan adalah hal-
hal yang nantinya bakal dipraktekin dan lebih praktis
yang kaya fiqih kan udah jelas ibadahnya, jadi kalau
di kelas fiqih sendiri yang kita ajarkan adalah kaya
sholat yang memang kewajiban- kewajiban dasar.
Bahkan kita belajar sholat itu sampai satu tahun.
Cuma sholat doang kita ulang-ulang soalnya anak-
anak gitu kalau ga diulang-ulang suka lupa. Jadi
mereka kan belajarnya cuma di kelas doang. Ini kalau
kita tanya lagi sekarang pasti ada yang lupa, soalnya
di rumah ya udah beda lagi. Kurikulumnya ya lebih
ke kesehariannya yang penting mereka paham dulu
gitu, yang simple untuk digunakan. Kalau kurikulum
ya kita belum ada kurikulum khusus, belum ada sih
tepatnya. Karena dulu tujuan berdirinya Roemah
Tawon dengan niatan kita buat dulu tempatnya,
bismillah aja dulu dah kita jalanin, niat baik aja dulu.”

Adapun rancangan untuk kegiatan pembelajarannya


disesuaikan dengan konsep yang dibuat oleh pengajar di masing-
masing kelas. Jadi untuk materi pembelajaran yang ingin
disampaikan di rancang oleh pengajarnya sendiri. Dengan
dilengkapi dengan buku atau sumber acuan untuk mengajar.
Dapat disimpulkan bahwa Roemah Tawon belum memiliki
kurikulum khusus untuk kegiatan pembelajarannya. Roemah
Tawon memfokuskan kegiatan pembelajarannya pada aspek
akhlak, pengetahuan, serta keterampilan. Dan yang diajarkan di
Roemah Tawon ini juga lebih bersifat praktis dan banyak
dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari anak didiknya.

109
CW4.PKF.3
81

d. Peran Pengajar di Roemah Tawon


Pengajar Roemah Tawon yang dalam kesehariannya
berinteraksi langsung dengan anak didik di Roemah Tawon
tentunya memiliki peran dalam membangun motivasi belajar anak
didik Roemah Tawon. Para pengajar atau yang biasa disebut
relawan ini mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan anak
didik di Roemah Tawon. Hal ini terlihat dari kakak pengajar
Roemah Tawon yang sering berinterkasi dengan anak jalanan
meskipun di luar kegiatan pembelajaran. Mereka tidak segan untuk
menghampiri anak didiknya yang sedang bermain di Roemah
Tawon.110 Dalam kegiatan pembelajaran, para pengajar Roemah
Tawon telah mengajar dengan baik, ramah serta sabar dalam
menghadapi anak-anak. Anak didik menyukai kegiatan
pembelajaran yang diajarkan oleh kakak pengajar di Roemah
Tawon.111
Pada observasi yang peneliti lakukan juga terlihat bahwa
anak didik di Roemah Tawon terlihat memiliki hubungan yang
baik dengan pengajar Roemah Tawon. Ketika pengajar Roemah
Tawon datang anak-anak langsung menghampiri dan dibalas
dengan senyum dan sapaan ramah dari kakak Pengajarnya. Selain
itu selama kegiatan pembelajaran terlihat anak-anak tidak ragu
bertanya kepada ka Budi, dan sesekali ka Budi bercanda dengan
anak-anak. Suasana belajar pada hari itu terlhat menyenangkan
dan terlihat ka Budi cukup disenangi oleh anak-anak.112
Untuk membuat anak didik semangat mengikuti kegiatan
pembelajaran, para pengajar Roemah Tawon melakukan beberapa
cara, diantaranya mengingatkan anak didiknya agar semangat
belajar dan tidak bermalas-malasan. Karena para pengajar juga
telah datang jauh-jauh meluangkan waktu dan tenaganya untuk
110
CW1.PDLH.13
111
CW3.PDPL.13
112
Hasil observasi pada 07 Juni 2017
82

mengajari mereka. Dengan begitu anak didiknya termotivasi dan


tidak bermalas-malasan lagi untuk belajar. Selain itu, untuk
mengatasi kejenuhan anak didiknya dalam kegiatan pembelajaran,
para pengajar menyampaikan dongeng-dongeng, kisah para nabi,
kisah-kisah para sahabat di zaman Rasulullah, serta mengajak anak
didiknya bermain game sehingga mereka tidak lagi merasa bosan
dan jenuh dalam kegiatan pembelajaran.113
Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh pengajar
lainnya Budi Siswanto yang menyatakan bahwa ia lebih suka
membangkitkan motivasi belajar anak didiknya dengan
mengandalkan cerita Islami, seperti cerita tentang sahabat-sahabat
Nabi serta cerita pahlawan-pahlawan dalam Islam.
Salah seorang anak jalanan Roemah Tawon juga
menyampaikan bahwa kakak-kakak pengajar Roemah Tawon
sering memberi motivasi kepada mereka untuk fokus dan semangat
dalam belajar supaya cita-cita yang diinginkan dapat tercapai.114
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa
salah seorang pengajar yaitu kak Sam memberikan motivasi
kepada anak didiknya untuk mempelajari kembali apa yang telah
diajarkannya pada hari itu.115 Hal serupa juga peneliti lihat
dilakukan oleh kak Ade pada saat kegiatan NGASO (Ngaji Setelah
Sholat), kak Ade memberikan tugas kepada anak didiknya untuk
kembali menghafalkan surat yang sudah diajarkan dan
membacanya kembali ketika sholat di rumah .116
Salah satu kegiatan lainnya adalah sharing motivasi yang
disampaikan oleh kak Agung. Kak Agung ialah salah seorang yang
pernah menjadi pengajar di Roemah Tawon. Kak Agung
menyampaikan cerita perjuangannya dalam menempuh pendidikan,

113
CW2.PKASS.12
114
CW7.AJB.16
115
Hasil Observasi pada 23 Mei 2017
116
Hasil Observasi pada 24 Mei 2017
83

dimana ia memiliki keterbatasan materi namun tetap memiliki


semangat untuk menempuh pendidikan. Ia menyampaikan untuk
memenuhi biaya sekolahnya ia sambil berjualan pulsa. Dan selain
itu, ketika duduk di bangku kuliah ia mendapatkan beasiswa karena
prestasinya yang baik di kampus. Oleh karena itu ia berpesan
kepada anak didik di Roemah Tawon yang juga memiliki banyak
keterbatasan menempuh pendidikan untuk tetap semangat dalam
belajar dan berusaha untuk kelak mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.
Dari beberapa keterangan yang telah disampaikan di atas
dapat disimpulkan bahwa peran pengajar Roemah Tawon ialah
menjalin hubungan yang baik dengan anak didik, menjadi sosok
kakak pengajar yang ramah dan menyenangkan, serta penuh
perhatian sehingga mereka dianggap seperti kakak sendiri oleh
anak didik Roemah Tawon. Serta memberikan motivasi kepada
anak didik melalui kata-kata motivasi, kisah hidup yang
memotivasi, cerita dongeng dan kisah-kisah Islami. Hal inilah yang
pada akhirnya membuat mereka senang dan semangat belajar di
Roemah Tawon.

e. Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk Kegiatan Pembelajaran


di Roemah Tawon
Roemah Tawon memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai. Sebagai lembaga pendidikan nonformal, Roemah Tawon
sudah memiliki beberapa sarana penunjang kegiatannya. Roemah
Tawon memiliki satu ruang belajar yang digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar yang didalamnya terdapat papan tulis, meja-meja
panjang serta dilengkapi dengan kipas angin. Ruang belajar ini
berupa saung bambu dengan kondisi terbuka. Roemah Tawon juga
memiliki satu buah taman baca yang berisi berbagai macam buku
dan bacaan yang juga digunakan untuk menunjang kegiatan
84

belajar. Taman baca ini juga berupa saung bambu dengan kondisi
terbuka sehingga anak-anak bebas datang dan pergi untuk
membaca buku. Buku-buku yang terdapat di taman baca ini juga
beragam mulai dari buku pelajaran, buku dongeng, novel hingga
pengetahuan umum lainnya. Roemah Tawon juga memiliki sarana
ibadah berupa satu buah mushola yang juga berupa saung bambu.
Didalamnya juga sudah dilengkapi beberapa fasilitas ibadah seperti
tempat wudhu, mukena, sajadah, serta Al Qur‟an dan Juz „Amma.
Selain itu Roemah Tawon memiliki sarana olah raga berupa
lapangan bulu tangkis.117
Pengajar Roemah Tawon, Budi Siswanto mengatakan
bahwa Sarana dan prasarana di Roemah Tawon untuk kegiatan
pembelajaran sudah cukup, buku-buku, alat belajar juga sudah
melebihi dan memadai untuk belajar anak-anak.118 Hal senada juga
diucapkan oleh pengajar Roemah Tawon yaitu Ade Lukmansyah
yang menyatakan hal berikut: “Untuk belajar anak-anak kalau
menurut saya sudah cukup, buku-buku, alat belajar sudah melebihi.
Alhamdulillah sudah memadai untuk belajar anak-anak. Untuk
sarana dan prasana sudah cukup. Seperti buku-buku khusus. Kita
ada donasi buku tulis yang itu kita gunakan untuk anak-anak
sebagai buku khusus di tiap pelajaran, missal buku khusus bahasa
Inggris, buat Fiqih ya Fiqih, buku Adab ya Adab, jadi kalau ada
ulangan ya ga ribet”.119
Dari beberapa keterangan diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa sarana dan prasarana yang ada di Roemah Tawon sudah
baik dan memadai dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang
ada di Roemah Tawon.

117
Hasil observasi pada 18 Mei 2017
118
CW5.PKM.7
119
CW2.PKASS.7
85

f. Metode Pembelajaran yang Variatif dan Menyenangkan


Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, pengajar
Roemah Tawon menggunakan berbagai macam metode
pembelajaran. Masing-masing mata pelajaran yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dan variatif.
Salah satunya dengan menggunakan sistem fun learning. Dengan
sistem fun learning ini, kegiatan pembelajaran menjadi lebih santai
dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajarannya anak-anak
diajak bermain games, melakukan praktek-praktek, serta diselingi
dengan candaan dan humor dari para pengajar. Hal ini dilakukan
agar anak didik tidak merasa jenuh dan bosan saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung.120
Budi Siswanto, seorang pengajar di Roemah Tawon
menyampaikan bahwa dalam kegiatan pembelajaran ia sering
mengikuti keinginan anak didiknya yang meminta dibacakan
cerita-cerita tentang tokoh Islam yang patut diteladani agar anak-
anak kembali semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Ia juga
sering melaksanakan beberapa games untuk membuat kegiatan
pembelajarannya menyenangkan dan tidak membosankan.121
Melalui observasi yang peneliti lakukan juga terlihat bahwa
para pengajar menggunakan metode pembelajaran yang variatif
dan mengajak anak didik aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti yang terlihat pada saat kelas bahasa asing
yaitu bahasa Inggris yang diajarkan oleh ka Ganesha. Pada saat itu
ka ganesha mengajarkan anak-anak mengenai bahasa inggris dari
benda-benda yang ada di sekitar Roemah Tawon. Anak-anak pada
hari ini diberi waktu lima menit untuk mengamati sekitar
lingkungan Roemah Tawon dan diminta untuk menyebutkan lima
buah benda yang ada disekitarnya. Setelah masing-masing

120
CW4.PKF.7
121
CW5.PKM.9
86

menuliskan lima buah benda tersebut mereka kemudian bertukar


kertas dengan teman disampingnya. Kemudian setelah masing-
masing menerima kertas tersebut mereka harus menuliskan nama
benda tersebut dalam bahasa inggris. Setelah itu masing-masing
membacakan nama benda tersebut dalam bahasa inggris. Dan ka
Ganesha menuliskannya dalam bahasa Inggris di papan tulis dan
bersama anak-anak lainnya memeriksa kebenarannya.122
Pada kegiatan pembelajaran lainnya yaitu pelatihan karya
seni yang dilakukan pengurus bekerjasama dengan mahasiswa
Gunadarma, anak didik Roemah Tawon diajarkan cara
menggambar dan mewarnai bentuk. Diantara yang diajarkan adalah
bagaimana menggambar berbagai perlengkapan sekolah dan cara
mewarnainya dengan cantik.123
Dari pendapat para pengajar dan hasil observasi di Roemah
Tawon tersebut dapat disimpulkan jika metode pembelajaran yang
digunakan oleh pengajar Roemah Tawon ialah dengan teori dan
praktek. Dalam kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan desain
fun learning yaitu melakukan beberapa games dalam pembelajaran
serta menyelingi kegiatan pembelajaran dengan cerita-cerita yang
menarik. Selain itu para pengajar juga mengikuti apa yang
diinginkan oleh anak didik, misalnya anak didik mulai bosan dan
ingin ada games dalam pembelajaran maka pengajar harus kreatif
untuk memilih games yang menarik bagi anak didik. Hal ini
dilakukan agar anak didik Roemah Tawon merasa nyaman dan
tidak bosan mengikuti kegiatan pembelajaran di Roemah Tawon.

g. Evaluasi Pembelajaran
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, Roemah Tawon
juga melaksanakan evaluasi pembelajaran. Roemah Tawon belum

122
Hasil observasi pada 02 Juni 2017
123
Hasil observasi pada 06 Juni 2017
87

memiliki sistem evaluasi pembelajaran yang baku. Ada beberapa


cara yang dilakukan oleh Roemah Tawon dalam melakukan
evaluasi pembelajaran diantaranya melalui kegiatan ulangan yang
dilaksanakan tiap pergantian semester yang dinilai oleh para
pengajar Roemah Tawon. Hanya saja di Roemah Tawon ini belum
ada rapot hasil belajar anak didiknya.124
Selain itu evaluasi pembelajaran yang ada di Roemah
Tawon dilakukan pada kegiatan SENGAT (Senyum Semangat)
yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Melalui kegiatan
SENGAT ini anak-anak didik Roemah Tawon akan mendapatkan
penghargaan yang diberikan berdasarkan penilaian sehari-hari dari
para pengurus dan pengajar Roemah Tawon. Adapun beberapa
penghargaan yang diberikan adalah kategori anak didik yang
memiliki hasil belajar paling bagus, anak didik yang paling rajin
mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik yang rajin
melaksanakan shalat berjamaah, anak didik yang rajin menjaga
kebersihan Roemah Tawon, bahkan ada penghargaan untuk anak
didik yang paling malas. Hal ini dilakukan tidak lain agar anak
didik termotivasi untuk belajar.125
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa evaluasi pembelajaran di Roemah Tawon belum memiliki
sistem evaluasi pembelajaran yang baku. Kegiatan evaluasi yang
diakukan oleh Roemah Tawon dilaksanakan pada kegiatan
SENGAT (Semangat) Ramadhan, dalam kegiatan ini ada penilaian
dan penghargaan terhadap anak didik yang Rajin dalam kegiatan
Pembelajaran, anak didik yang memiliki hasil belajar yang bagus,
anak-anak yang rajin shalat, bahkan anak didik yang paling malas
pun mendapat penghargaan. Selain itu para pengajar juga
melakukan evaluasi pembelajaran dengan melaksanakan ulangan

124
CW1.PDLH.10
125
CW3.PDPL.10
88

pada tiap pergantian semester dan memastikan anak didik sudah


menguasai materi pembelajaran dengan baik.

h. Bantuan Sarana Belajar


Roemah Tawon juga memberikan beberapa bantuan sarana
belajar yang diperuntukkan bagi anak-anak Roemah Tawon agar
termotivasi lebih untuk belajar. Beberapa bantuan sarana belajar
yang diberikan oleh Roemah Tawon berupa buku tulis yang
digunakan sebagai buku khusus di tiap pelajaran.126
Menurut pengurus Roemah Tawon Andi Sarmili, para
pengurus Roemah Tawon memberikan donasi seikhlasnya untuk
membeli alat tulis, spidol, penghapus serta buku yang kemudian
diberikan untuk anak didik di Roemah Tawon.127 Salah seorang
anak jalanan Roemah Tawon juga menyampaikan bahwa dirinya
mendapatkan hadiah kotak pensil ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran.128
Selain bantuan yang diberikan langsung oleh pihak Roemah
Tawon, anak didik Roemah Tawon juga kerap mendapatkan
bantuan sarana belajar atau perlengkapan belajar dari komunitas-
komunitas yang berkegiatan di Roemah Tawon. Hal ini merupakan
salah satu syarat yang ditetapkan oleh Roemah Tawon jika ada
komunitas atau organisasi lain yang ingin berkegiatan di Roemah
Tawon. Hal ini seperti yang peneliti temui melalui observasi.
Setelah kegiatan pelatihan karya seni selesai dilakukan, kegiatan
selanjutnya adalah pembagian bingkisan dari kakak-kakak
mahasiswa Gunadarma. Adapun bingkisan yang diberikan pada
hari itu adalah berupa makanan dan perlengkapan sekolah yang
diberikan untuk anak didik.129

126
CW2.PKASS.7
127
CW1.PDLH.8
128
CW7.AJB.15
129
Hasil observasi pada 06 Juni 2017
89

Dari beberapa keterangan tersebut dapat peneliti simpulkan


bahwa Roemah Tawon memberikan bantuan sarana belajar kepada
anak didiknya berupa buku tulis dan alat tulis. Selain dari Roemah
Tawon sendiri, anak didik juga mendapatkan bantuan sarana
belajar atau perlengkapan belajar dari komunitas atau organisasi
yang berkegiatan di Roemah Tawon.

i. Bantuan Biaya Pendidikan


Roemah Tawon sebagai lembaga pendidikan nonformal
yang dikhususkan untuk anak jalanan dan anak-anak yang tinggal
di pinggiran rel kereta api juga memberikan bantuan biaya sekolah
bagi anak didiknya yang membutuhkan. Dalam memberikan
bantuan biaya sekolah kepada anak didiknya, Roemah Tawon
melakukan beberapa upaya dalam pencarian dana. Adapun yang
pertama adalah bekerja sama dengan komunitas Budha Tsu Chi
yang ada di Cengkareng, komunitas ini memberikan bantuan biaya
sekolah kepada anak didik Roemah Tawon yang membutuhkan
rutin tiap tiga bulan sekali.130
Selain itu Roemah Tawon juga memiliki program khususus
bantuan biaya sekolah untuk anak yatim dan piatu. Jadi dari tiap
pemasukan yang diterima oleh Roemah Tawon dari para donatur,
ada dana yang dipisahkan untuk program, ini. Bantuan biaya
sekolah ini diberikan tiap bulan baik untuk membeli perlengkapan
sekolah ataupun membayar biaya spp.131
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
Roemah Tawon sebagai lembaga pendidikan nonformal turut
memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan
anak didiknya yang membutuhkan dengan bekerja sama dengan

130
CW1.PDLH.17
131
CW4.PKF.11
90

komunitas-komunitas serta menyisihkan dana yang diperoleh untuk


program khusus bantuan pendidikan anak yatim dan piatu.

j. Memberikan Penghargaan atas Prestasi Anak Didik


Atas prestasi belajar yang diperoleh anak didiknya, Roemah
Tawon memberikan penghargaan berupa hadiah kepada anak
didiknya. Pemberiam penghargaan ini dilakukan dalam kegiatan
SENGAT Ramadhan. Adapun hadiah yang diberikan berupa
perlengkapan sekolah dan uang tunai. Menurut pernyataan dari
salah seorang anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon ia
pernah mendapatkan hadiah buku tulis serta uang dalam acara
SENGAT karena ia rajin menjaga kebersihan Roemah Tawon.132
Selain itu, penghargaan atas prestasi anak didik Roemah
Tawon juga diberiikan pada kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Penghargaan ini diberikan oleh para pengajar kepada anak
didiknya yang rajin belajar, sering bertanya dan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar anak didik
termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan pengurus Roemah Tawon sebagai berikut:
“Biasanya yang saya tahu anak-anak tuh kalau sebelum belajar
pasti dikasih tahu ntar yang belajarnya rajin dapet ini nih, dapet
sesuatu kaya hadiah makanan dan snack. Tetapi itu untuk yang
masih dibawah. Tapi rata-rata seperti anak realita sudah ga perlu
begitu, dia emang udah punya motivasi belajar”.133
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa Roemah Tawon memberikan penghargaan terhadap prestasi
anak didiknya melalui kegiatan SENGAT (Senyum Semangat)
yang dilaksanakan setiap bulan Ramadhan dan melalui kegiatan
pembelajaran sehari-hari yang diikuti oleh anak didik. Adapun

132
CW6.AJR.21
133
CW3.PDPL.14
91

penghargaan yang diberikan berupa pemberian hadiah buku, alat


tulis maupun uang.

k. Tradisi yang Diterapkan di Roemah Tawon


Sebagai sebuah lembaga non formal Roemah Tawon juga
memiliki beberapa aturan atau yang biasa disebut Sembilan Tradisi
Roemah Tawon. Sembilan tradisi Roemah Tawon ini diharapkan
mampu memberikan dampak positif bagi anak didik di Roemah
Tawon.134
Tradisi yang pertama yaitu salat berjamaah. Anak-anak
serta pengurus, pengajar, masyarakat sekitar maupun mereka yang
berkunjung di Roemah Tawon dan seorang muslim maka wajib
mengikuti salat berjamaah. Selain itu ketika datang ke Roemah
Tawon anak-anak yang ada di Roemah Tawon langsung memberi
salam dan salim atau bersalaman dan mereka yang wanita apabila
bersalaman dengan laki-laki maka tidak menyentuh kulit. Pada saat
kegiatan pembelajaran kelas moral dengan kak Ade peneliti juga
mendengar kak Ade mengingatkan anak-anak yang ribut di kelas
akan tradisi Roemah Tawon yaitu mendengarkan dan menghargai
mereka yang sedang berbicara hingga akhirnya suasana kelas
kembali tertib.135
Dari Sembilan tradisi di Roemah Tawon tersebut terlihat
bahwa tradisi untuk mendengarkan dan menghargai orang yang
sedang berbicara berpengaruh positif dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui tradisi ini anak didik Roemah Tawon dapat
memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh kakak pengajar
dengan baik. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik.

134
CW4.PKF.12
135
Hasil observasi pada 05 Juni 2017
92

l. Menyediakan Lingkungan Belajar yang Kondusif


Roemah Tawon memiliki lingkungan yang tidak terlalu
luas namun dengan kondisi lingkungan yang asri dengan beberapa
pohon rindang dan taman didalamnya.136 Lingkungan Roemah
Tawon cukup nyaman sebagai tempat belajar dan bermain anak
didiknya.137
Sementara itu menurut pengajar Roemah Tawon, situasi
lingkungan di Roemah Tawon sudah mendukung, masyarakat di
sekitar Roemah Tawon juga mendukung kegiatan yang ada di
Roemah Tawon. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya jumlah
anak didik Roemah Tawon.138
Hal senada juga diungkapkan oleh M.Aziz Abdul Malik
menurutnya situasi di Roemah Tawon sudah kondusif, dan tidak
seperti dulu. Jika dulu anak-anak masih lebih mementingkan
bermain, sekarang anak-anak di Roemah Tawon sudah lebih teratur
belajarnya, mulai dari cara belajarnya dan sopan santunnya.139
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
pengurus serta pengajar Roemah Tawon dapat disimpulkan bahwa
situasi lingkungan Roemah Tawon sudah cukup kondusif sebab
meskipun di dalam kelas anak laki-laki dan perempuan masih
dicampur namun anak-anak Roemah Tawon tetap dapat belajar
dengan baik terlihat dari perubahan sikap positif yang ada pada
anak didik dan semakin bertambahnya wajah-wajah baru anak
didik Roemah Tawon.

m. Melakukan Upaya Penanganan Terhadap Anak Didik Roemah


Tawon Dengan Motivasi Belajar yang Rendah

136
Hasil Observasi, Senin 15 Mei 2017
137
CW1.PDLH.7
138
CW2.PKASS.6
139
CW3.PDPL.7
93

Terhadap anak didik Roemah Tawon dengan motivasi


belajar yang rendah, Roemah Tawon melakukan penanganan
khusus. Misalnya tehadap anak didik Roemah Tawon dengan
absensi yang rendah maka setelah melakukan rapat, para pengurus
Roemah Tawon akan mendatangi rumah anak didik tersebut dan
menanyakan langsung kondisi anak tersebut dan permasalahan
yang dialaminya. Kemudian barulah anak didik tersebut diberikan
nasihat dan ditanyakan keseriusannya untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran di Roemah Tawon dengan baik. Dan Alhamdulillah
setelah itu anak didik tersebut kembali mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.

2. Motivasi Belajar Anak Jalanan di Roemah Tawon


Anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon sudah memiliki
motivasi belajar yang baik dalam dirinya. Hal ini terlihat dari beberapa
indikator sebagai berikut:
a. Anak Didik Semangat dalam Belajar
Anak didik Roemah Tawon memiliki semangat belajar
yang baik, seperti yang disampaikan oleh kak Ade selaku pengajar
Roemah Tawon sebagai berikut:
“Semangat sih kak, lihat saja gurunya belum
datang anak-anaknya sudah datang duluan. Memang
yang bikin ga semangat ya cuma satu, misal jam
setengah tujuh hujan jadi mereka ga banyak yang
dateng sepi. Yang dateng yang sekitar daerah sini
doang, yang jauh dikit ga dateng karena hujan.”

Dari observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa anak


didik antusias dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pengajar
kelas Fiqih yaitu kak Sam memilih dua orang anak perempuan dan
dua orang anak laki-laki untuk melakukan praktik shalat tarawih,
94

terlihat anak-anak antusias untuk meminta dirinya dipilih


mempraktekkan shalat tarawih.140
Berdasarkan pernyataan di atas dapat peneliti simpulkan
bahwa anak didik Roemah Tawon memiliki semangat dan antusias
dalam kegiatan pembelajaran.

b. Anak Didik Aktif Bertanya dalam Kegiatan Pembelajaran


Anak didik Roemah Tawon aktif dalam kegiatan
pembelajaran, hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan
oleh kak Ade sebagai berikut: “Untuk anak-anak disini aktif
banget. Aku sih memang dateng kesini sekitar dua tahun yang lalu
aku mikirnya apa memang mereka sudah ditanamin buat sifat lebih
kritis gitu. Setiap kali mereka mau bertanya pasti langsung
ditanyain. Kalau di sekolah kan anak-anak disuruh nanya malah
diem.”
Hal senada juga disampaikan oleh pengajar lainnnya
Sam‟ul Anam, berikut pernyataan Sam‟ul Anam:
“Anak-anak aktif, sebagian tapi. Kaya tadi 40 persen
aktifnya. Pada nanya, nah yang biasa nanya bisa
diitung pake jari misal yang dateng itu ada 40 orang
yang sering nanya tuh sekitar tiga orang, beberapa
orang lagi dia ga nanya tapi merhatiin nah sisanya lagi
itu udah ga merhatiin main. Tapi ya ga papalah, yang
penting merek dateng. Intinya dari kita yang penting
mereka dateng dari pada mereka main ga jelas
mending duduk di kelas, bercanda-bercanda dah ga
papa.”

Pengajar lainnya yaitu Budi Siswanto juga menyatakan hal


yang sama terkait keaktifan anak didik Roemah Tawon yaitu
sebagai berikut: “dalam kegiatan pembelajaran keaktifan anak-

140
Hasil observasi pada 23 Mei 2017
95

anaknya ya aktif banget. Mereka sudah tidak ragu-ragu jika ingin


bertanya.”141
Dari keterangan yang disampaikan dari salah satu anak
jalanan juga diketahui bahwa ia sudah memiliki keaktifan dalam
kegiatan pembelajaran. Adapun pernyataannya adalah sebagai
berikut: “Memperhatikan, kadang suka ngobrol terus bercanda-
canda sama ka Indah. Tapi tetep diperhatiin ka indahnya. Pernah
nanya sama temen-temen. Kadang juga sama kaka pengajar,
misalnya ka ini gimana ka. Iya, Kalau ga bisa ya reihan tanya
kakaknya”.142 Anak jalanan lainnya juga menyatakan hal senada, ia
menyatakan bahwa apa yang diajarkan oleh pengajar Roemah
Tawon lumayan ia mengerti dan kalau tidak mengerti ia bertanya
kepada kakak-kakak pengajar.143
Dari beberapa pernyataan yang disampaikan oleh pengajar
Roemah Tawon maupun anak jalanan yang belajar di Roemah
Tawon dapat disimpulkan bahwa Anak jalanan Roemah Tawon
sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari anak-
anak didik Roemah Tawon yang sudah tidak ragu lagi jika ingin
bertanya.

c. Anak Didik Rajin Menulis


Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik
Roemah Tawon rajin menulis dan mencatat apa yang disampaikan
oleh kaka pengajarnya di kelas. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh pengajar Roemah Tawon Ade Lukmansyah sebagai berikut:
“Menulis anak-anak rajin, kalau nulis arab biar susah mereka tetep
nulis”.144 Hal senada juga disampaikan oleh pengajar lainnya Budi
Siswanto yang menyatakan bahwa anak didiknya rajin menulis,

141
CW5.PKM.17
142
CW6.AJR.5
143
CW7.AJB.6
144
CW2.PKASS.19
96

apa yang ia sampaikan dan tulis di papan tulis pasti anak didiknya
tulis lagi di buku.145
Anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon juga
menyampaikan bahwa ia rajin menulis apa yang disampaikan oleh
kakak pengajarnya.146 Dari berbagai pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa anak jalanan Roemah Tawon sudah rajin untuk
menulis apa yang disampaikan oleh kakak-kakak pengajar.

d. Anak Didik Mengerjakan Tugas dengan Baik


Dalam kegiatan pembelajaran, para pengajar Roemah
Tawon seringkali memberikan tugas kepada anak didik, baik
berupa soal-soal yang harus dikerjakan oleh anak didiknya ataupun
tugas untuk menghafal ayat pendek serta bacaan-bacaan sholat.
Menurut pengajar Roemah Tawon Ade Lukmansyah, anak didik
Roemah Tawon ketika diberikan tugas mereka dapat
mengerjakannya dengan baik, seperti pada saat ia meminta anak
didiknya untuk menghafal bacaan sholat, mereka dapat
menghafalnya dengan baik.147
Hal senada juga disampaikan oleh pengajar lainnya. Berikut
pernyataannya: “Kalau untuk hafalan hampir setiap hari, misal hari
itu saya kasih ya harus sampai hafal hari itu. Dan Alhamdulillah
anak-anak pada hafal, cuma ya itu setelah itu ga tau kenapa bisa
pada lupa pada kelibet lagi. Makanya harus sering-sering
diulang”.148
Budi Siswanto sebagai pengajar Roemah Tawon juga
menyatakan hal yang senada, menurutnya ia jarang memberikan
anak-anak PR namun kalau di kelas, ia sering memberikan tugas

145
CW5.PKM.19
146
CW6.AJR.3
147
CW2.PKASS.18
148
CW4.PKF.14
97

dan anak-anak Roemah Tawon semangat dalam


149
mengerjakannya.
Sementara itu anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon
menyatakan bahwa ketika ia diberikan PR ia tak langsung
mengerjakan PRnya tersebut, namun ia mengerjakannya pada saat
mendekati jadwal pelajaran tersebut.150 Anak jalanan lainnya juga
menyatakan hal yang sama, menurutnya ia senang mengerjakan
tugas yang diberikan oleh kakak pengajarnya, karena dapat sambil
memperbaiki tulisannya yang masih jelek.151
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat
Anak anak yang sedang mengikuti program NGASO (Ngaji
Setelah Sholat) terlihat semangat dalam menghafal surat pendek,
bahkan berebut untuk lebih dulu membacakan surat pendek yang
dihafalkannya.152
Dari berbagai pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
anak didik Roemah Tawon rajin mengerjakan tugas yang diberikan
oleh kakak pengajar, seperti tugas menghafal, ataupun tugas
lainnya di kelas.

e. Anak Didik Rajin Mengikuti Kelas


Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang ada di
Roemah Tawon, menurut para pengajar anak didik Roemah Tawon
cukup rajin mengikuti kelas, seperti yang disampaikan oleh
pengajar Roemah Tawon Ade Lukmansyah. Menurutnya anak
didik Roemah Tawon telah rajin mengikuti kelas, meski ada satu
dua orang yang tidak masuk.153 Pengajar lainnya Budi Siswanto

149
CW5.PKM.18
150
CW6.AJR.4
151
CW7.AJB.12
152
Hasil Observasi pada 24 Mei 2017
153
CW2.PKASS.20
98

juga menyatakan bahwa anak didiknya cukup rajin masuk kelas


dan hanya ada beberapa anak yang tidak masuk.154
Salah seorang anak jalanan Roemah Tawon menyatakan
bahwa ia rajin mengikuti kegiatan pembelajaran, hanya ketika ia
sakit sehingga berhalangan untuk hadir.155
Dari pernyataan yang disampaikan oleh pengajar dan anak
jalanan Roemah Tawon dapat disimpulkan anak jalanan yang
belajar di Roemah Tawon rajin mengikuti kelas, hanya ketika sakit
dan berhalangan maka ia terpaksa tidak bisa mengikuti
pembelajaran.

f. Memperhatikan Penjelasan Pengajar dengan Baik


Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di Roemah Tawon
anak jalanan memperhatikan penjelasan pengajar dengan baik.
Seperti yang disampaikan oleh anak jalanan berikut ini:
“Memperhatikan, kadang suka ngobrol terus bercanda-canda sama
ka Indah. Tapi tetep diperhatiin ka indahnya”.156
Hal senada disampaikan oleh Salsa yanga merupakan anak
jalanan yang belajar di Roemah Tawon. Ia menyatakan bahwa ia
memperhatikan kakak pengajarnya yang sedang menjelaskan
materi.157 Sementara itu, anak jalanan lainnya menyatakan bahwa
ia memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh kakak
pengajar meski kadang terbawa teman-temannya yang suka
ngobrol.158
Dari pernyataan yang disampaikan oleh ketiga anak jalanan
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon sudah

154
CW5.PKM.20
155
CW6.AJR.24
156
CW6.AJR.5
157
CW8.AJS.4
158
CW7.AJB.5
99

memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh kakak pengajar,


namum sesekali mereka masih suka ngobrol namun tetap
memperhatikan kembali penjelasan dari kakak pengajarnya.

g. Mengulang Kembali Pelajaran yang Diperoleh dari Roemah Tawon


di Rumah
Reihan, seorang anak jalanan Roemah Tawon menyatakan
bahwa ia tidak bisa mengulang kembali pelajaran yang didapatkan
dari Roemah Tawon karena ia harus membantu pekerjaan orang
tuanya mengupas bawang.159 Sementara itu anak jalanan lainnya
yaitu Bahrul menyatakan bahwa ia kadang-kadang mengulang
kembali pembelajaran yang didapat dari Roemah Tawon seperti
menghafal kembali surat-surat pendek dalam Al Quran.160 Hal
senada juga disampaikan oleh Salsa, menurutnya ketika di malam
hari ia suka membaca kembali Juz „Ammanya sambil menuliskan
surat-surat pendek tersebut.161
Dari pernyataan yang disampaikan oleh anak jalanan
tersebut dapat disimpulkan bahwa ditengah keterbatasan waktu
yang dimiliki oleh anak jalanan karena harus membantu orang tua,
beberapa anak jalanan masih menyisihkan waktunya untuk
mengulang kembali pelajaran yang didapatnya dari Roemah
Tawon.

h. Memperbaiki Nilai yang Didapat Apabila Kurang Memuaskan


Seseorang yang memiliki motivasi belajar tentunya tidak
akan meraa senang jia mendapatkan nilai yang kurang memuaskan
dan pasti akan berusaha untuk memperbaikinya. Menurut
pernyataan seorang anak jalanan di Roemah Tawon ia kadang

159
CW6.AJR.7
160
CW7.AJB.8
161
CW8.AJS.6
100

mendapatkan nilai yang kurang bagus namun berusaha untuk


mendapatkan nilai yang lebih bagus lagi di esok harinya.162
Anak jalanan lainnya Bahrul menyatakan sebagai berikut:
“Saya suka dapat nilai yang lumayan bagus. Kalau dapat nilainya
kecil kita bisa belajar lagi biar nilainya ga jelek lagi.”163 Hal senada
disampaikan oleh Salsa, ia menyatakan bahwa nilai bahasa Inggris
yang ia peroleh kurang bagus dan ia merasa sedih oleh karena itu ia
belajar lagi untuk mendapat nilai yang lebih baik.164
Dari pernyataan yang disampaikan anak-anak jalanan di
Roemah Tawon dappat diketahui bahwa ketika mereka
mendapatkan nilai yang kurang bagus dalam kegiatan
pembelajaran, mereka selalu berusaha memperbaiki kembali
nilainya agar lebih baik lagi.

i. Lebih Percaya Terhadap Kemampuan Sendiri dari pada


Kemampuan Orang Lain
Dalam kegiatan pembelajaran, anak jalanan Roemah Tawon
sudah percaya terhadap kemampuan sendiri dibandingkan dengan
kemampuan orang lain. Seperti yang disampaikan oleh Reihan
sebagai berikut: “Percaya sama kemampuan Reihan. Tapi kalau
Reihan ga bisa suka tanya temen. Kadang suka minta bantuin sama
Subhan sama Afit sama Aril. Reihan seneng dibantuin”.165 Anak
jalanan lainnya menyatakan bahwa ia percaya dengan kemampuan
diri sendiri dalam mengerjakan tugas dan akan bertanya kalau tidak
bisa.166 Salsa juga menyatakan hal yang senada ia menyataka
bahwa ia percaya dengan kemampuan sendiri, dan akan bertanya
kepada kakak pengajar jika tidak bisa.

162
CW6.AJR.8
163
CW7.AJB.9
164
CW8.AJS.7
165
CW6.AJR.13
166
CW7.AJB.11
101

Dapat disimpulkan bahwa dalam mengerjakan tugas, anak


jalanan Roemah Tawon lebih percaya pada kemampuan dirinya.
Namun ketika dirasa cukup sulit baru kemudian mereka meminta
bantuan dan bertanya kepada kakak pengajar atau temannya yang
lain.

j. Menjawab Pertanyaan Pengajar dengan Percaya Diri


Bahrul menyatakan bahwa ketika ia menjawab pertanyaan
dari kakak pengajarnya, ia sudah tidak merasa malu dan merasa
percaya diri.167 Sementara itu Salsa menyatakan bahwa ia suka
menjawab pertanyaan kakak pengajarnya tapi masih suka ragu-
ragu takut salah.168 Dari observasi yang peneliti lakukan, diketahui
terdapat beberapa orang anak yang juga antusias dalam menjawab
pertanyaan yang diberika oleh kakak pengajar di kelas Fiqih.169
Maka dapat peneliti simpulkan bahwa dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dalam kegiatan
pembelajaran, anak jalanan di Roemah Tawon sudah berani dan
percaya diri. Meskipun ada yang masih merasa ragu-ragu, namun
tetap berani menjawab pertanyaan tesebut.

k. Hasil Belajar Anak Jalanan Roemah Tawon


Anak jalanan usia MI/SD yang belajar di Roemah Tawon
ialah sebanyak 16 orang, dimana 12 orang anak masih
berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal dan 4
diantaranya hanya memperoleh pendidikan nonformal di Roemah
Tawon. Dari 12 anak jalanan yang bersekolah, peneliti kemudian
melakukan pencarian data untuk memperoleh data hasil belajar
melalui rapor sekolahnya. Melalui data hasil belajar tersebut
diperoleh data sebagai berikut :
167
CW7.AJB.13
168
CW8.AJS.9
169
Hasil observasi pada 23 Mei 2017
102

No Nama Kelas Rata-Rata Hasil Belajar


. Sikap Pengetahuan Keterampilan
Spiritual Sosial
1. Natasha IV Baik Baik - Nilai (76) - Nilai (78)
Aprilia - Predikat - Predikat
Iswandini (Cukup (Cukup
Baik) Baik)
2. Rasya I Baik Sangat - Nilai (85) - Nilai (86)
Octaryan Baik - Predikat - Predikat
Putra (Baik) (Baik)
3. Bahrudin IV Sangat Sangat - Nilai (79) - Nilai (79)
Baik Baik - Predikat - Predikat
(Cukup (Cukup
Baik) Baik)
4. Bentar IV Baik Sangat - Nilai (75) - Nilai (75)
Aditia Baik - Predikat - Predikat
Pradana (Cukup (Cukup
Baik) Baik)
5. Raisya IV Cukup Cukup - Nilai (75) - Nilai (76)
Rahmalia Baik Baik - Predikat - Predikat
(Cukup (Cukup
Baik) Baik)
6. Nikita Aulia VI - - - Nilai (84) -
Taraka - Predikat
(Sangat
Baik)
7. Aditia VI - - - Nilai (74) -
Ramadhan - Predikat
(Cukup)
8. Syahlu III - - - Nilai (77) -
Naysila Putri - Predikat
(Cukup)
Rata-Rata Baik Baik - Nilai (78) - Nilai (79)
- Cukup - Cukup
Baik Baik
Melihat hasil belajar anak didik Roemah Tawon tersebut
terlihat bahwa rata-rata anak didik Roemah Tawon memiliki sikap
spiritual dan sikap sosial yang baik, pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh anak didik Roemah Tawon dalam kegiatan
pembelajaran juga cukup baik. Hal ini memperlihatkan bahwa
Roemah Tawon memiliki peranan dalam membangun motivasi
belajar anak jalanan yang dalam hal ini dapat dilihat melalui hasil
belajar anak didik Roemah Tawon di sekolah formalnya.
103

3. Kendala dalam Membangun Motivasi Belajar Anak Jalanan Usia


MI/SD
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan
nonformal untuk membangun motivasi belajar anak jalanan usia
MI/SD, tentunya Roemah Tawon juga menemui beberapa kendala.
Kendala tersebut diantaranya sebagai lembaga pendidikan nonformal
yang tidak bersifat mengikat terhadap anak didiknya, maka Roemah
Tawon tidak bisa memaksakan anak jalanan untuk belajar di Roemah
Tawon. Seperti yang telah banyak kita ketahui bahwasanya anak
jalanan terbiasa hidup bebas dijalanan dan tidak terikat aturan karena
ada beberapa anak jalanan yang sudah tidak lagi berhubungan dengan
orang tuanya, ada pula yang terpaksa turun kejalan mencari uang untuk
membantu perekonomian keluarganya. Seringkali desakan ekonomi
terasa lebih penting untuk dipenuhi ketimbang menghabiskan banyak
waktunya untuk menikmati pendidikan. Oleh karena itu menurut
pengurus Roemah Tawon Andi Sarmili, mereka tidak bisa
memaksakan anak jalanan untuk belajar di Roemah Tawon, hal inilah
yang menyebabkan jumlah anak jalanan yang belajar di Roemah
Tawon berkurang, hanya mereka yang masih semangat untuk belajar
yang mau bertahan di Roemah Tawon.170
Kendala lain yang dialami oleh Roemah Tawon adalah sulitnya
mengatur anak didik yang masih berusia dibawah tujuh tahun. Hal ini
dikarenakan pada umur demikian mereka lebih suka bermain-main
daripada mengikuti pelajaran dengan serius, oleh karena itu para
pengajar Roemah Tawon harus kreatif dalam memilih metode dan
desain pembelajaran agar pembelajaran terasa menyenangkan dan
tidak membosankan bagi anak didiknya.171
Selain itu, sebagai lembaga pendidikan nonformal Roemah
Tawon dibentuk dan dikembangkan oleh orang-orang yang secara

170
CW1.PDLH.2
171
CW3.PDPL.12
104

sukarela mau membagi waktu maupun materilnya untuk kemajuan


Roemah Tawon. Sayangnya saat ini tidak banyak orang-orang yang
mau peduli dan memberikan waktu serta tenaganya untuk secara
sukarela menjadi pengurus maupun volunteer di sebuah lembaga
pendidikan nonformal yang tidak memberikan timbale balik materi
kepada mereka. Hal ini pula yang dialami oleh Roemah Tawon sebagai
lembaga pendidikan nonformal. Roemah Tawon menemui kendala
dimana volunteer yang mau menyisihkan waktunya sebagai pengajar
di Roemah Tawon masih kurang. Kendala lainnya adalah tidak semua
pengajar yang ada di Roemah Tawon ini memiliki basic sebagai
pendidik atau pengajar. Sebagian dari para pengajar hanya
bermodalkan semangat untuk membagikan ilmunya kepada anak didik.
Maka dari itu para pengajar Roemah Tawon masih harus belajar lebih
banyak lagi untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya.

C. Analisis dan Pembahasan


Pada bagian ini, terlebih dahulu dilakukan proses reduksi data dari
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang hanya memfokuskan
pada seluruh data yang berkaitan dengan peranan lembaga pendidikan
Roemah Tawon sebagai lembaga pendidikan nonformal dalam
membangun motivasi belajar anak didik usia MI/SD, sehingga beberapa
jawaban yang tidak berkaitan dengan penelitian tidak disajikan sebagai
data baru. Setelah melakukan reduksi data, dilakukan proses selanjutnya
yakni, proses display data yaitu menguraikan beberapa instrument yang
telah ditentukan. Setelah proses display data selesai, proses selanjutnya
adalah proses Conclusing Drawing yaitu penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil perolehan
data yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang ditentukan yaitu
peran lembaga pendidikan nonformal Roemah Tawon dalam membangun
motivasi belajar anak jalanan usia MI/SD. Dan hasil akhir proses analisis
ini akan dipaparkan pada paragraph berikut ini.
105

Roemah Tawon merupakan lembaga pendidikan nonformal.


Pendidikan nonformal menurut Departemen Pendidikan dan Kebbudayaan
adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk perkembangan
kepribadian serta kemampuan anak di luar sekolah atau tepatnya di luar
sistem persekolahan sebagaimana yang kita kenal.172
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional memberikan penjelasan terhadap pendidikan
nonformal yaitu “jalur pendidikan yang diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Tujuan didirikannya Roemah Tawon adalah untuk anak-anak
jalanan dan kaum marginal agar dapat menyisihkan waktunya untuk
belajar dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk mencari
uang. Selain diberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan tujuan Roemah
Tawon juga untuk membina akhlak anak-anak didiknnya.
Sifat dari Roemah Tawon adalah memberikan pembelajaran
tambahan. Hal ini berarti melalui kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh Roemah Tawon ini, anak jalanan mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan yang tidak didapatkan melalui kegiatan
pendidikan nonformal.
Sebagai lembaga pendidikan nonformal yang menjadi alternatif
pendidikan bagi anak-anak jalanan, dimana kehidupan anak jalanan yang
banyak menghabiskan waktu untuk mecari uang demi membantu
perekonomian keluarga sehingga seringkali pendidikan tak lagi menjadi
satu hal yang penting untuk mereka. Oleh karena itu, Roemah Tawon
memiliki peranan penting dalam membangun motivasi belajar anak-anak
jalanan tersebut.

172
Y. Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta:
CV. ERA Swasta, 1984), h.7
106

Dalam membangun motivasi belajar anak jalanan, Roemah Tawon


melakukan berbagai peran. Pertama adalah menyelenggarakan program-
program yang bersifat rutin, karena dengan program-program yang rutin
dan berkelanjutan tersebut dapat membangun motivasi belajar anak
jalanan secara perlahan. Program tersebut adalah program pendidikan dan
program kerohanian. Melalui program pendidikan ini anak jalanan
diberikan pengetahuan seperti MIPA, fiqih, adab dan sopan santun
(moral), mengaji, bahasa asing, kelas PAUD dan keterampilan seni budaya
seperti music, puisi dan teater. Dengan program pendidikan yang variatif
ini anak-anak Roemah Tawon memiliki semangat untuk terus belajar dan
mempelajari hal-hal baru yang diajarkan di Roemah Tawon.
Program lainnya yang dilaksanakan oleh Roemah Tawon adalah
program kerohanian. Program kerohanian merupakan program yang
diberikan untuk meningkatkan nilai-nilai kerohanian yang ada pada anak
didiknya. Diantara program kerohanian itu adalah kegiatan NGETEH
(Ngebahas Tentang Akhirat) dan NGOPI (Ngobrol Perkara Iman). Pada
kegiatan NGETEH, pengajar tak lupa menyampaikan kata motivasinya
disela materinya. Begitupula pada kegiatan NGOPI, selain membahas
perkara Iman, pengajar juga memberikan motivasi kepada anak didiknya
untuk belajar dengan baik sebagai bentuk ibadah yang bisa dilakukan.
Oleh karena itu melalui program kerohanian ini anak didik Rumah Tawon
selain mendapatkan pencerahan dan ilmu akhirat serta menguatkan
kembali imannya, mereka juga mendapatkan lagi semangat dan motivasi
untuk belajar dengan baik serta sungguh-sunggu melalui materi yang
disampaikan oleh kakak-kakak pengajar di Roemah Tawon.
Roemah Tawon dalam melaksanakan program-programnya tentu
memiliki kurikulum. Namun sayangnya Roemah Tawon belum memiliki
kurikulum pembelajaran yang baku. Adapun rancangan untuk kegiatan
pembelajarannya disesuaikan dengan konsep yang dibuat oleh pengajar di
masing-masing kelas. Jadi untuk materi pembelajaran yang ingin
disampaikan di rancang oleh pengajarnya sendiri. Dengan dilengkapi
107

dengan buku atau sumber acuan untuk mengajar. Yang diajarkan di


Roemah Tawon pun lebih bersifat praktis dan yang kelak banyak
dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari anak jalanannya. Hal ini sesuai
dengan teori upaya dalam membangun motivasi yang ada pada buku
karangan Oemar Hamalik. Salah satu upaya untuk membangun motivasi
adalah adanya hubungan pengajaran dengan masa depan siswa. Hal ini
pula yang diterapkan melalui kurikulum Roemah Tawon sehingga dapat
membangun motivasi belajar anak jalanan.
Para pengajar yang ada di Roemah Tawon memiliki hubungan
yang baik dengan anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon. Dengan
sikapnya yang ramah dan kedekatan emosional yang baik dengan anak-
anak jalanan membuat anak-anak jalanan merasa nyaman dalam
berinteraksi dengan para pengajar bahkan menganggap mereka seperti
kakaknya sendiri. Para pengajar Roemah Tawon juga sering memberikan
motivasi kepada anak-anak jalanan agar tetap semangat belajar, baik hanya
melalui kata motivasi ataupun dengan kisah-kisah yang memotivasi. Hal
ini dapat membangun motivasi belajar anak jalanan. Bahkan salah seorang
anak jalanan memuji kakak pengajar di Roemah Tawon yang menurutnya
hebat karena dapat memotivasi untuk semangat belajar. oleh karena itu
para pengajar di Roemah Tawon ini berperan sebagai motivator untuk
anak-anak jalanan.
Sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, sarana dan
prasana menjadi satu hal penting dalam pembelajaran yang dapat
mempengaruhi motivasi pembelajaran. Sarana pembelajaran yang baik
dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan turut membangun motivasi
belajar anak didik. Roemah Tawon telah memiliki sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan pembelajaran. Ini merupakan salah satu peran
Roemah Tawon dalam membangun motivasi belajar anak jalanan dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang baik serta memadai untuk
kegiatan pembelajaran.
108

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, Roemah Tawon


menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Masing-masing
mata pelajaran yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran yang
variatif dan menyenangkan. Adapun metode yang digunakan di Roemah
Tawon adalah dengan penyampaian teori dan praktik. Dalam kegiatan
pembelajarannya dilakukan dengan desain fun learning. Para pengajar
sering melakukan games-games, membacakan cerita dan kisah-kisah yang
menarik dan memotivasi anak didiknya.
Dalam prinsip belajar dan motivasi disebutkan bahwa novelty
dapat menggerakkan motivasi belajar anak didik. Novelty merupakan
penyajian-penyajian yang baru dalam kegiatan pembelajaran. Sesuatu gaya
dan alat yang baru dapat menarik perhatian mereka untuk belajar. misalnya
dengan menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi,
berbagai alat bantu, serta tugas yang bermacam-macam.173 Oleh karena itu
Melalui metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan ini anak
jalanan yang belajar di Roemah Tawon merasa nyaman dan tidak bosan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hal lain yang dilakukan oleh Roemah Tawon dalam membangun
motivasi belajar adalah dengan melakukan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran di Roemah Tawon dilakukan dengan dua cara yaitu
melalui kegiatan SENGAT (Senyum Semangat) Ramadhan, serta dengan
melaksanakan ulangan pada tiap pergantian semester dan memastikan
anak didik sudah menguasai materi pembelajaran dengan baik. Melalui
evaluasi pembelajaran ini hasil belajar anak didik diberi penilaian berupa
angka. Kegiatan evaluasi pembelajaran dengan kegiatan ulangan dan
member angka pada hasil peserta didik merupakan bentuk motivasi yang
dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di
kelas. Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup

173
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 156
109

memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau


lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu dengan memberikan
ulangan anak didik biasanya termotivasi untuk mempersiapkan diri dengan
belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan dan mendapatkan hasil
yang baik.174
Anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon kerap mendapatkan
hadiah bantuan sarana belajar. bantuan sarana belajar yang diperuntukkan
bagi anak-anak Roemah Tawon agar termotivasi lebih untuk belajar.
Beberapa bantuan sarana belajar yang diberikan oleh Roemah Tawon
berupa buku tulis dan perlengkapan belajar lainnya. Bantuan perlengkapan
belajar yang didapatkan ini dapat memberikan motivas kepada mereka
untuk lebih semangat lagi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
merupakan salah satu bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam
rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas.
Kepada anak didiknya yang tidak mempunyai biaya untuk
mengenyam pendidikan formal, Roemah Tawon memberikan bantuan
biaya pendidikan bagi anak didiknya dengan syarat memiliki motivasi dan
prestasi belajar yang baik. Dengan diberikannya bantuan biaya pendidikan
ini, anak didiknya yang memiliki keterbatasan biaya dapat terus
melanjutkan pendidikannya dengan baik.
Roemah Tawon juga memberikan penghargaan atas prestasi yang
didapatkan oleh anak didiknya. Penghargaan yang diberikan berupa hadiah
baik dalam bentuk perlengkapan belajar maupun berupa uang tunai.
Penghargaan ini biasanya diberikan pada kegiatan SENGAT Ramadhan
(Senyum Semangat Ramadhan). Selain itu dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari, anak didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran juga
diberikan penghargaan berupa hadiah baik hadiah perlengkapan belajar
maupun hadiah makanan kecil. Dalam dunia pendidikan hadiah bisa
dijadikan sebagai alat motivasi, misalnya sebagai penghargaan untuk anak
174
Syaiful Bahri Djamarah, Psiologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
152-156
110

didik yang berprestasi.175 Oleh karena itu, pemberian hadiah ini


memberikan motivasi kepada anak didiknya tersebut untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya tersebut.
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, Roemah Tawon juga
memiliki beberapa aturan yang disebut Sembilan tradisi Roemah Tawon.
Sembilan tradisi tersebut adalah sholat berjamaah, memberi salam dan
salim, tidak merokok, berpakaian sopan, makan dan minum tidak berdiri,
tidak boleh ngeliat orang kerja, mendengarkan orang berbicara, nggak
boleh ngomong kotor dan nggak boleh ngomongin keburukan diri sendiri,
orang lain, maupun kelompok dan nggak ngomongin status sosial serta
menghindari perdebatan yang sia-sia. Diantara Sembilan tradisi tersebut
peneliti melihat bahwa tradisi untuk mendengarkan dan menghargai orang
yang sedang berbicara dapat berpengaruh positif dalam kegiatan
pembelajaran. Melalui tradisi ini, anak didik Roemah Tawon dibiasakan
untuk menghargai kakak pengajar yang sedang menyampaikan materi
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan kondusif.
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan faktor yang
mempengaruhi tumbuhnya motivasi belajar. Lingkungan siswa ini dapat
berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, interaksi teman sebaya
dan kehidupan masyarakat. Kondisi lingkungan yang aman, tentram,
tertib, dan indah akan memperkuat motivasi belajar.176 Roemah Tawon
memiliki lingkungan yang tidak terlalu luas namun dengan kondisi
lingkungan yang asri dengan beberapa pohon rindang dan taman di
dalamnya. Masyarakat di sekitar juga sudah mendukung kegiatan yang ada
di Roemah Tawon. Kegiatan belajar anak jalanan di Roemah Tawon juga
sudah lebih teratur. Bahkan telah banyak terjadi perubahan yang positif
dalam diri anak jalanan di Roemah Tawon. Hal ini menunjukkan bahwa
Roemah Tawon telah memiliki lingkungan yang kondusif.

175
Syaiful Bahri Djamarah, Psiologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.
152-156
176
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajarannya (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h.26
111

Anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon sudah memiliki


motivasi belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran mereka sudah
menunjukan indikator motivasi belajar diantaranya semangat dalam
kegiatan pembelajaran dengan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
rutin, aktif bertanya dalam kegiatan pembelajaran, rajin menulis kembali
apa yang disampaikan oleh pengajar, mengerjakan tugas yang diberikan
dengan baik, memperhatikan penjelasan yang disampaikan pengajar
dengan baik, mengulang kembali pelajaran yang diperoleh dari Roemah
Tawon di rumah, memperbaiki Nilai yang didapat apabila kurang
memuaskan, percaya kemampuannya sendiri dari pada kemampuan orang
lain sertamenjawab pertanyaan pengajar dengan percaya diri.
112

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menggambarkan tentang peranan yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan nonformal Roemah Tawon dalam
membangun motivasi belajar anak jalanan usia MI/SD. Berdasarkan dari
hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di Roemah Tawon di
Tanah Tinggi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Roemah Tawon sebagai lembaga pendidikan nonformal merupakan
pendidikan alternative bagi anak jalanan yang ada di sekitar kota
Tangerang. Melalui Roemah Tawon ini anak-anak dapat kembali
belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan yangt tidak bisa
didapatkan di sekolah formal. Tujuan didirikannya Roemah Tawon
adalah untuk anak-anak jalanan dan kaum marginal agar dapat
menyisihkan waktunya untuk belajar dan tidak terlalu banyak
menghabiskan waktunya untuk mencari uang. Selain diberikan ilmu
pengetahuan dan keterampilan tujuan Roemah Tawon juga untuk
membina akhlak anak-anak didiknnya.
2. Peranan yang dilakukan oleh Roemah Tawon dalam membangun
motivasi belajar adalah melalui beberapa hal berikut ini:
a. Program Pendidikan
Yaitu berupa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
Kelas. Melalui kegiatan pembelajaran di kelas ini, anak-anak
Roemah Tawon memiliki semangat untuk terus belajar dan
mempelajari hal-hal baru yang diajarkan di Roemah Tawon, selain
itu anak-anak Roemah Tawon juga mendapatkan kesempatan untuk
mengasah keterampilan-keterampilan dalam seni dan budaya.
b. Program Kerohanian
Melalui program kerohanian ini anak didik Rumah Tawon
selain mendapatkan pencerahan dan ilmu akhirat serta menguatkan
113

kembali imannya, mereka juga mendapatkan lagi semangat dan


motivasi untuk belajar dengan baik serta sungguh-sunggu melalui
materi yang disampaikan oleh kakak-kakak pengajar di Roemah
Tawon.
c. Pembentukan kurikulum pembelajaran yang lebih bersifat praktis
dan banyak dipraktekkan untuk kehidupan sehari-hari anak
didiknya.
d. Peran pengajar di Roemah Tawon sebagai motivator dalam
kegiatan pembelajaran dan menjalin hubungan yang baik dengan
anak didiknya.
e. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan
pembelajaran di Roemah Tawon
f. Metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan dengan
menyeimbangkan antara teori dan praktik. Dalam kegiatan
pembelajarannya dilakukan dengan desain fun learning yaitu
melakukan beberapa games dalam pembelajaran serta menyelingi
kegiatan pembelajaran dengan cerita-cerita yang menarik.
melaksanakan ulangan pada tiap pergantian semester dan
memastikan anak didik sudah menguasai materi pembelajaran
dengan baik.
g. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan dengan melaksanakan
ulangan pada tiap pergantian semester dan memastikan anak didik
sudah menguasai materi pembelajaran dengan baik. Selain itu
kegiatan evaluasi yang diakukan oleh Roemah Tawon juga
dilaksanakan pada kegiatan SENGAT (Semangat) Ramadhan,
dalam kegiatan ini ada penilaian dan penghargaan terhadap anak
didik yang Rajin dalam kegiatan Pembelajaran, anak didik yang
memiliki hasil belajar yang bagus, anak-anak yang rajin shalat
berjamaah, serta anak didik yang rajin membersihkan lingkungan
Roemah Tawon.
114

h. Bantuan sarana belajar berupa buku tulis dan alat tulis. Selain dari
Roemah Tawon sendiri, anak didik juga mendapatkan bantuan
sarana belajar atau perlengkapan belajar dari komunitas atau
organisasi yang berkegiatan di Roemah Tawon.
i. Bantuan biaya pendidikan yang diberikan kepada anak didiknya
yang membutuhkan dengan bekerja sama dengan komunitas-
komunitas serta menyisihkan dana yang diperoleh untuk program
khusus bantuan pendidikan anak yatim dan piatu.
j. Memberikan penghargaan atas prestasi anak didik melalui kegiatan
SENGAT (Senyum Semangat) yang dilaksanakan setiap bulan
Ramadhan dan melalui kegiatan pembelajaran sehari-hari yang
diikuti oleh anak didik. Adapun penghargaan yang diberikan
berupa pemberian hadiah buku, alat tulis maupun uang.
k. Tradisi yang diterapkan di roemah tawon. Tradisi untuk
mendengarkan dan menghargai orang yang sedang berbicara
berpengaruh positif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui tradisi
ini anak didik Roemah Tawon dapat memperhatikan penjelasan
yang disampaikan oleh kakak pengajar dengan baik. Sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
l. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, terlihat dari
perubahan sikap positif yang ada pada anak didik dan semakin
bertambahnya wajah-wajah baru anak didik Roemah Tawon.
3. Motivasi belajar anak jalanan di Roemah Tawon
Anak jalanan yang belajar di Roemah Tawon sudah memiliki
motivasi belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran mereka
sudah menunjukan indikator motivasi belajar diantaranya semangat
dalam kegiatan pembelajaran dengan mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan rutin, aktif bertanya dalam kegiatan pembelajaran, rajin
menulis kembali apa yang disampaikan oleh pengajar, mengerjakan
tugas yang diberikan dengan baik, memperhatikan penjelasan yang
disampaikan pengajar dengan baik, mengulang kembali pelajaran yang
115

diperoleh dari Roemah Tawon di rumah, memperbaiki Nilai yang


didapat apabila kurang memuaskan, percaya kemampuannya sendiri
dari pada kemampuan orang lain sertamenjawab pertanyaan pengajar
dengan percaya diri. Hasil belajar anak jalanan Roemah Tawon di
sekolah formalnya pun baik dalam hal sikap dan cukup baik dalam
pengetahuan dan keterampilan.
4. Kendala yang dialami oleh Roemah Tawon dalam membangun
motivasi belajar anak jalanan
Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan
nonformal untuk membangun motivasi belajar anak jalanan usia
MI/SD, tentunya Roemah Tawon juga menemui beberapa kendala.
Adapun kendala yang dialami oleh Roemah Tawon ialah sebagai
berikut:
a. Sebagai lembaga pendidikan nonformal yang tidak bersifat
mengikat, maka Roemah Tawon tidak bisa memaksakan anak
jalanan untuk belajar di Roemah Tawon. Hal inilah yang
menyebabkan jumlah anak jalana yang belajar di Roemah Tawon
berkurang, dan hanya mereka yang masih memiliki semangat
belajar yang mau bertahan di Roemah Tawon.
b. Sulitnya mengatur anak didik yang masih berusia dibawah tujuh
tahun. Hal ini dikarenakan pada umur demikian mereka lebih suka
bermain-main daripada mengikuti pelajaran dengan serius, oleh
karena itu para pengajar Roemah Tawon harus kreatif dalam
memilih metode dan desain pembelajaran agar pembelajaran terasa
menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak didiknya.
c. Sebagai lembaga pendidikan nonformal Roemah Tawon dibentuk
dan dikembangkan oleh orang-orang yang secara sukarela mau
membagi waktu maupun materilnya untuk kemajuan Roemah
Tawon. Sayangnya saat ini tidak banyak orang-orang yang mau
peduli dan memberikan waktu serta tenaganya untuk secara
sukarela menjadi pengurus maupun volunteer di sebuah lembaga
116

pendidikan nonformal. Hal ini yang menyebabkan Roemah Tawon


juga masih mengalami kekurangan volunteer.
d. Tidak semua pengajar yang ada di Roemah Tawon ini memiliki
basic sebagai pendidik atau pengajar. Sebagian dari para pengajar
hanya bermodalkan semangat untuk membagikan ilmunya kepada
anak didik. Maka dari itu para pengajar Roemah Tawon masih
harus belajar lebih banyak lagi untuk meningkatkan kemampuan
mengajarnya.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis mencoba member sumbang
saran demi peningkatan dan kemajuan Roemah Tawon dalam membangun
motivasi belajar anak jalanan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Roemah Tawon
a. Hendaknya dapat memperbaiki kurikulum pembelajaran dengan
mendesain kurikulum baku untuk diterapkan pada kegiatan
pembelajaran di tiap kelas.
b. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran baiknya dibuat sistem yang
jauh lebih baik agar dapat mellihat perkembanga hasil belajar dari
anak didiknya, untuk itu baiknya dibuat rapot sebagai bentuk
evaluasi hasil belajar anak didik agar dapat terukur dengan baik.
c. Dalam mengatasi kekurangan volunteer dan peningkatan sumber
daya pengajar yang berkompeten dalam bidang pendidikan, dapat
dilakukan dengan bekerjasama dengan komunitas-komunitas
pendidik yang ada di Tangerang.
2. Bagi Anak Jalanan
Saran untuk anak jalanan diharapkan agar lebih giat lagi dalam
belajar dan menuntut ilmu yang diberikan oleh Roemah Tawon, serta
selalu megaplikasikan pembiasaan dan tradisi yang sudah diajarkan
agar kelak dapat hidup dengan lebih baik lagi di masyarakat.
117

3. Bagi penulis
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri danpara
pembaca.
118

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam


Undang-Undang Sisdiknas. (Jakarta: Departemen Agama, 2003)

Abror, Abd. Rachman. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


2006)

B.Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. (Jakarta: Bumi Aksara


2011)

Dahlan, M. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola, 1994)

Darmaningtyas. Pendidikan Rusak-rusakan. (Yogyakarta, PT LKis Pelangi


Aksara, 2007)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


(Jakarta: Balai Pustaka, 1998)

Djamarah, Syaiful Bahri. Psiologi Belajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008)

Fathurahman, Pupuh. Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Bandung: CV. Pustaka


Setia, 2011)

Fauziah, Cika. Peran Komunitas Save Street Children dalam meningkatkan


kemandirian anak jalanan di Malioboro Yogyakarta. Skripsi.
(Yogyakarta: UNY, 2015)

Hadeli. Metode Penelitian Pendidikan. (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006)

Hamalik , Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (


Jakarta: Bumi Aksara, 2005). Cet. IV

Imron, Ali. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996)
Cet.1

Irwanto, dkk, Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama, 1997)

Iskandar. Psikologi Pendidikan. (Sebuah Orientasi Baru). (Jakarta: Gaung


Persada Press, 2009)

Joesuf, Soelaman. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal (Jakarta: Bumi Aksara,


1992)

Jumlah anak jalanan di kota Tangerang. www.antaranews.com (diakses pada 02


Januari 2017)
119

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Tangerang,


https://tangerangkota.bps.go.id (diakses pada 01 Februari 2017)

Khodijah, Nyayu. Psikologi Pendidika. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2014)

Marzuki, Saleh. Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,


Pelatihan dan Andragogi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)

Moleong, Lexy.J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2002)

Mudjiono, dan Dimyati. Belajar dan Pembelajarannya. (Jakarta: PT. Rineka


Cipta, 2006)

Nawawi, Hadari dan M. Martin Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,


(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006)

Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru.


(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)

Profil Anak Provinsi Banten Tahun 2014data terpilah Gender, Badan Pusat
StatistikProvinsiBanten,http://bappeda.bantenprov.go.id/upload/HIBAH/2
015/Profil%20Anak%202014.pdf

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)

Rozak, Abd., dkk. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan


(Jakarta: FITK PRESS, 2010)

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2012)

Sismanto, Y. Pendidikan Luar Sekolah dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa.


(Jakarta: CV. ERA Swasta, 1984)

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2010) Cet. 5

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta: Rajawali Grafindo


Utama, 2005)

Sudjana. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan


Nonformal. (Bandung: Falah Production, 2004)

Sugiono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,


(Bandung: Alfabeta, 2010). cet. X

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV. Alfabeta, 2010)


120

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2011). Cet.6

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT.


Remaja Rosda Karya, 2005)

Ugi, Suprayogi., dan Ishak Abdulhak. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan


Nonformal. (Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka)

Suyanto, Bagong Masalah Sosial Anak

Syamsuddin dkk,. metode penelitian pendidikan bahasa, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2007). cet. II
121

Lampiran 1

Pedoman Observasi

Peran Lembaga Pendidikan Nonformal “Roemah Tawon” dalam Membangun Motivasi Belajar
Anak Jalanan Usia MI/SD

No. Hal-hal yang Diamati Keterangan


1. Keadaan fisik :
- Situasi lingkungan lembaga pendidikan nonformal
“Roemah Tawon”
- Ruang kelas pembelajaran
- Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran
2. Kegiatan Pembelajaran: Dapat diperdalam
- Kegiatan siswa saat datang ke rumah belajar, melalui
Persiapan sebelum siswa masuk kelas maupun di luar wawancara
kelas
- Kegiatan praktik
- Kegiatan pengembangan diri
- Kegiatan lain yang menunjang pada pertumbuhan
peserta didik
- Bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan
oleh tenaga pengajar
3. Kegiatan lainnya:
- Rapat atau pertemuan kelas
- Kegiatan penanganan khusus untuk anak yg rendah
motivasinya
122

Lampiran 2

KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL “ROEMAH TAWON” DALAM


MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN USIA MI/SD

No. Fokus SubFokus

1. Tujuan Lembaga Pendidikan Diselenggarakan bagi warga yang


Nonformal “Roemah Tawon” memerlukan layanan pendidikan

2. Fungsi Lembaga Pendidikan - Mengembangkan potensi peserta


Nonformal “Roemah Tawon” didik (pengetahuan, keterampilan,
sikap)
- Melayani warga belajar agar dapat
tumbuh dan berkembang
- Memenuhi kebutuhan belajar yang
tidak didapat di sekolah formal
- Menyajikan seperangkat kurikulum
yang tetap yang disesuaikan dengan
situasi masyarakat sekitar
- Menyediakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan pembelajaran

3. Karakteristik Lembaga Pendidikan - Kegiatan pembelajarannya berpusat


Nonformal “Rumah Tawon” pada peserta didik
- Waktu penyelenggaraan relative
singkat
- Menggunakan kurikulum yang
fleksibel
- Menggunakan metode pembelajaran
yang partisipatif
123

- Pengajar berperan sebagai fasilitator


- Hubungan antara pengelola, pengajar
dan peserta didik bersifat informal
dan akrab
- Menggunakan berbagai sumber atau
media pembelajaran
124

Lampiran 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN TENAGA PENGAJAR DAN


PENGELOLA DI LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL “ROEMAH TAWON”

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Roemah Tawon?


2. Menurut Bapak/Ibu, apa visi dan misi dari Roemah Tawon?
3. Kurikulum seperti apakah yang diterapkan di Roemah Tawon dan bagaimmana
pengembangannya?
4. Adakah moto atau slogan dari Roemah Tawon?
5. Potensi apasajakah yang dikembangkan pada diri peserta didik yang belajar di Roemah
Tawon?
6. Prestasi apa saja yang telah didapat oleh Roemah Tawon?
7. Bagaimana situasi lingkungan yang terbangun di Roemah Tawon?
8. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia?
9. Menurut Anda apakah fasilitas, sarana dan prasarana di Roemah Tawon menunjang
kegiatan belajar siswanya?
10. Bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Roemah Tawon?
11. Bagaimana sistem penyelenggaraan pembelajaran dalam proses belajar mengajar di
Roemah Tawon?
12. Bagaimana prestasi belajar dari anak-anak jalanan?
13. Kegiatan apa saja yang ada di Roemah Tawon baik intra maupun ekstra?
14. Bagaimana sistem atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau
relawan?
15. Apakah kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam membina dan mengajar anak jalanan.
Apakah ada perbedaan dengan siswa biasa pada umumnya?
16. Bagaimanakah hubungan yang terjalin antara tenaga pengajar dengan anak-anak yang
belajar di Roemah Tawon?
17. Pendekatan apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam membangun motivasi belajar anak
jalanan?
18. Adakah penanganan khusus untuk anak-anak dengan motivasi belajar yang rendah?
125

19. Usaha apa saja yang dilakukan oleh rumah belajar dalam memenuhi kebutuhan dan minat
belajar siswanya?
20. Apakah pihak Roemah Tawon melakukan evaluasi terhadap motivasi belajar siswa?
21. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh Roemah Tawon untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan operasional?
22. Adakah bantuan khusus dari pemerintah yang diberikan kepada Roemah Tawon atau
anak-anak jalanan?
23. Adakah bantuan khusus yang diberikan oleh Roemah Tawon pada anak-anak yang belum
mempunyai kesempatan menikmati pendidikan formal?
24. Apakah ada dampak positif dan negative setelah anak jalanan masuk ke Roemah Tawon?
126

Lampiran 4

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN USIA


MI/SD

Indikator Item Pertanyaan No Item Pertanyaan


Tekun dalam menghadapi tugas - Berusaha menyelesaikan 1
tugas sebaik mungkin
- Mengerjakan tugas dengan
tepat waktu 2
- Memperhatikan penjelasan
guru dalam kegiatan 3
pembelajaran
Ulet menghadapi kesulitan dan - Bertanya kepada guru atau 4
tidak mudah putus asa teman mengenai materi
yang belum diipahami
- Selalu mengulang kembali
pelajaran yang diberikan 5
oleh guru di rumah
Tidak cepat puas atas prestasi - Selalu memperbaiki nilai 6
yang diperoleh yang didapat apabila kurang
memuaskan
- Selalu belajar dimalam hari 7
untuk mempersiapkan diri
di esok hari
- Selalu ingin mendapatkan 8
nilai yang lebih baik dari
sebelumnya
- Merasa kecewa apabila 9
mendapat nilai yang kurang
bagus
127

Lebih suka bekerja sendiri dan - Berusaha mengerjakan 10


tidak bergantung kepada orang tugas sesuai dengan
lain kemampuan saya
- Lebih percaya terhadap 11
kemampuan diri sendiri dari
pada kemampuan orang lain
- Mengerjakan soal bersama 12
teman lebih menyenangkan
dari pada mengerjakan
sendiri
- Lebih senang mengerjakan 13
tugas kelompok dibanding
mengerjakan soal individu
Tidak cepat bosan dengan tugas- - Senang mengerjakan tugas- 14
tugas rutin tugas harian yang diberikan
oleh guru
- Selalu mengingat tugas- 15
tugas yang diberikan oleh
guru
Dapat mempertahankan - Dalam kelompok lebih 16
pendapatnya senang menjadi ketua
kelompok
- Selalu mempertahankan 17
pendapat di kelompok
dengan mengutarakan
alasan yang jelas
- percaya diri saat
mempertahankan pendapat 18
di hadapan teman yang lain
- tidak mudah menyerah jika
mempunyai pendapat yang
128

tidak disetujui oleh teman 19


yang lain
129

Lampiran 5

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL


“ROEMAH TAWON”

1. Sudah berapa lama belajar di Roemah Tawon?


2. Kenapa kamu memilih belajar di Roemah Tawon?
3. Apakah kamu selalu berusaha menyelesaikan tugas sebaik mungkin?
4. Apakah kamu selalau mengerjakan tugas dengan tepat waktu?
5. Apakah kamu memperhatikan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran?
6. Apakah kamu jarang bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum
dipahami?
7. Apakah kamu selalu mengulang kembali pelajaran yang diberikan oleh guru di rumah?
8. Apakah kamu selalu memperbaiki nilai yang didapat apabila kurang memuaskan?
9. Apakah kamu selalu belajar dimalam hari untuk mempersiapkan diri di esok hari?
10. Apakah kamu selalu ingin mendapatkan nilai yang lebih baik dari sebelumnya?
11. Apakah kamu merasa kecewa apabila mendapat nilai yang kurang bagus?
12. Apakah kamu berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan?
13. Apakah kamu lebih percaya terhadap kemampuan diri sendiri dari pada kemampuan
orang lain?
14. Apakah Mengerjakan soal bersama teman lebih menyenangkan dari pada mengerjakan
sendiri?
15. Apakah kamu lebih senang mengerjakan tugas kelompok dibanding mengerjakan soal
individu?
16. Apakah kamu senang mengerjakan tugas-tugas harian yang diberikan oleh guru?
17. Apakah kamu selalu mengingat tugas-tugas yang diberikan oleh guru?
18. Apakah dalam kelompok kamu lebih senang menjadi ketua kelompok?
19. Apakah kamu selalu mempertahankan pendapat saya di kelompok dengan mengutarakan
alasan yang jelas?
130

20. Apakah kamu sering tidak percaya diri saat mempertahankan pendapat saya di hadapan
teman yang lain?
21. Apakah kamu mudah menyerah jika mempunyai pendapat yang tidak disetujui oleh
teman yang lain?
22. Apakah kamu senang belajar di Roemah Tawon?
23. Kamu dapat bantuan perlengkapan pelajaran dari Roemah Tawon?
24. Cita-cita kamu apa?/
25. Pelajaran apa yang paling kamu senangi di Roemah Tawon?
26. Apakah kamu rajin mengikuti kegiatan belajar di Roemah Tawon?
131

Lampiran 6

Pedoman Dokumentasi
Peran Lembaga Pendidikan Nonformal “Roemah Tawon” dalam Membangun Motivasi
Belajar Anak Jalanan Usia MI/SD

1. Melalui arsip tertulis


Profil lembaga pendidikan nonformal Roemah Tawon meliputi:
a. Sejarah Berdirinya Roemah Tawon
b. Visi dan misi Roemah Tawon
c. Tujuan Roemah Tawon
d. Struktur organisasi Roemah Tawon
e. Arsip data pengelola Roemah Tawon
f. Arsip data pengajar Roemah Tawon
g. Arsip data anak jalanan binaan Roemah Tawon
h. Program Roemah Tawon
2. Foto
a. Gedung dan fisik Roemah Tawon
b. Sarana dan prasarana yang dimiliki Roemah Tawon
c. Kegiatan yang dilaksanakan di Roemah Tawon
CATATAN LAPANGAN I

No. CL : 01
Koding : CL01/O.1/12-05/2017
Hari/tanggal : Jumat, 12 Mei 2017
Waktu : 17.00 – 18.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Observasi awal

Pada hari jumat, 12 Mei 2017 tepatnya pukul 17.00 WIB peneliti datang ke lembaga
pendidikan nonformal “Roemah Tawon” yang beralamatkan di jalan Benteng Betawi, Tanah
Tinggi, Kota Tangerang untuk melakukan observasi awal. Ketika sampai disana peneliti bertemu
dengan bunda Afit salah satu pengurus Roemah Tawon yang kebetulan tinggal tidak jauh dari
Roemah Tawon. Bunda Afit selaku pengurus Roemah Tawon sangat ramah menyambut tamu
yang datang, setelah beberapa lama berbincang bincang dengan bunda Afit, peneliti kemudian
menyampaikan maksud kedatangan dan memohon izin untuk mengadakan penelitian mengenai
peran lembaga pendidikan nonformah “Roemah Tawon” dalam membangun motivasi belajar
anak jalanan usia MI/SD.
Setelah itu bunda Afit menyampaikan rasa senangnya karena peneliti memilih Roemah
Tawon sebagai tempat penelitian sekaligus memberikan izin untuk melakukan penelitian. Bunda
Afit pun memberikan beberapa informasi mengenai jadwal kegiatan pembelajaran di Roemah
Tawon untuk memudahkan peneliti menyesuaikan jadwal penelitian dengan kegiatan yang ada di
Roemah Tawon. Setelah cukup lama berbincang dengan bunda Afit peneliti pun pamit.
CATATAN LAPANGAN II

No. CL : 02
Koding : CL02/O.2/14-05/2017
Hari/tanggal : Minggu, 14 Mei 2017
Waktu : 19.00 – 21.00 WIB
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Rapat pengurus dan pengajar persiapan SENGAT

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk mengikuti kegiatan rapat pengurus
dan pengajar untuk membahas mengenai kegiatan di Roemah Tawon di Roemah Tawon
sekaligus berkenalan dengan pengajar dan penngurus yang ada di Roemah Tawon. Pada kegiatan
rapat ini yang dipimpin langsung oleh ka Fais selaku ketua di Roemah Tawon. Roemah Tawonn
setiap memasuki bulan puasa selalu mengadakan kegiatan yang disebut dengan SENGAT
(Senyum Semangat Ramadhan). Pada setiap bulan Ramadhan, beberapa kelas belajar ditiadakan
dan diganti dengan kelas-kelas keagamaan. Diantara kelas belajar yang tetap ada di bulan
Ramadhan yaitu kelas mengaji, kelas fiqih dan moral.
Pada acara sengat ini merupakan momentum bagi para pengurus Roemah Tawonn untuk
memberikan apresiasi dan penghargaan kepada anak didiknya. Ada beberapa kategori
penghargaan yang akan diberikan diantara ketegori anak didik paling rajin mengikuti kegiatan
pembelajaran, anak didik yang paling rajin shalat berjamaah, anak didik yang dengan hasil
belajar yang paling baik dan beberapa penghargaan lainnya.
CATATAN LAPANGAN III

No. CL : 03
Koding : CL03/O.3/15-05/2017
Hari/tanggal : Senin, 15 Mei 2017
Waktu : 15.00 – 17.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Situasi lingkungan lembaga pendidikan nonformal “Roemah Tawon”

Pada hari ini peneliti datang kembali ke Roemah Tawon. Memasuki Roemah Tawon kita
akan disambut oleh plang bertuliskan “selamat datang di Roemah Tawon”. Peneliti kemudian
menemui bunda Afit selaku pengurus Roemah Tawon untuk izin melakukan observasi terhadap
situasi lingkungan di Roemah Tawon. Roemah Tawon terletak di Kota Tangerang. Bertempat di
jalan Benteng Betawi, Tanah Tinggi, Kota Tangerang. Roemah Tawon ini terletak di pinggir
bantaran rel kereta api stasiun Tanah Tinggi. Untuk menuju Roemah Tawon kita harus
menyeberangi rel kereta api tanpa plang penjaga.
Roemah Tawon memiliki area yang tidak terlalu luas namun memiliki lingkungan yang
asri dengan beberapa pohon rindang dan taman di dalamnya. Lingkungan Roemah Tawon juga
terlihat bersih dan rapih. Ternyata anak-anak di Roemah Tawon ini rajin membersihkan area
Roemah Tawon dan juga mematuhi aturan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Terlihat
pula beberapa anak yang sedang bermain karet. Setelah dirasa cukup puas melihat-lihat situasi
lingkungan di Roemah Tawon, peneliti pun berpamitan untuk pulang.
CATATAN LAPANGAN IV

No. CL : 04
Koding : CL04/O.4/18-05/2017
Hari/tanggal : Kamis, 18 Mei 2017
Waktu : 16.00 – 17.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Sarana dan Prasarana Roemah Tawon

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon dan bertemu salah seorang pengurus
Roemah Tawon yaitu bang Andi. Beliau adalah pengurus Roemah tawon divisi lingkungan
hidup. Setelah berbincang sebentar dengan bang Andi dan menjelaskan seputar kegiatan
penelitian yang sedang peneliti lakukan, kemudia penelilti memohon izin untuk melakukan
observasi seputar sarana dan prasarana yang ada di Roemah Tawon. Bang Andi kemudian
mengizinkan peneliti untuk melihat sarana dan prasarana yang ada di Roemah Tawon.
Sambil ditemani oleh bang Andi, peneliti kemudian berkeliling area untuk melihat-lihat
sarana di Roemah Tawon. Roemah Tawon sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup
memadai. Roemah Tawon memiliki beberapa sarana penunjang kegiatannya. Ada satu buah
ruang belajar yang biasa disebut dengan saung belajar yang didalamnya terdapat papan tulis,
meja-meja panjang serta dilengkapi dengan kipas angin. Saung belajar ini bersifat terbuka dan
terbuat dari bambu.
Selain saung belajar ada pula saung baca yang dibangun bersama dengan komunitas 1000
guru. Saung baca ini seperti perpustakaan mini yang didalamnya terdapat banyak buku-buku
bacaan. Terdapat berbagai macam buku bacaan, mulai dari buku belajar, buku cerita anak-anak,
buku pengetahuan umum, dan berbagai novel dari dalam maupun luar negeri.
Sarana lainnya yang dimiliki oleh Roemah Tawon adalah saung ibadah. Saung ibadah ini
juga terbuat dari bamboo dengan kondisi yang terbuka dan terlihat bersih. Di dalam saung ibadah
ini sudah tersedia beberapa alat sholat berupa sajadah dan mukena. Ada pula beberapa Al Quran
dan Juz Amma yang digunakan untuk anak didik Roemah Tawon belajar mengaji dan tadarusan.
Roemah tawon juga memiliki satu buah lapangan bulu tangkis yang digunakan untuk anak didik
dan pengajar serta pengurus Roemah Tawon untuk berolah raga.
CATATAN LAPANGAN V

No. CL : 05
Koding : CL05/O.5/22-05/2017
Hari/tanggal : Senin, 22 Mei 2017
Waktu : 18.30 – 19.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Kegiatan Anak Didik di Roemah Tawon

Hari peneliti datang ke Roemah Tawon dan bertemu dengan bunda Afit. Peneliti mohon
izin untuk mengamati kegiatan-kegiatan anak didik pada hari ini. Sambil duduk di taman peneliti
melihat beberapa anak didik Roemah Tawon yang baru saja datang. Mereka langsung menaruh
tas kemudian sambil menunggu kaka pengajar datang sebagian dari mereka ada yang bemain di
taman seperti bermain karet, berlarian, ada juga yang duduk di saung belajar sambil mengobrol
dan bercanda. Ada pula yang memilih untuk ke taman baca dan membaca buku.
Pada hari ini peneliti bertemu dengan kak Sam, salah seorang pengajar di Roemah
Tawon. Kak Sam mengajar pada kelas Fiqih. Peneliti kemudian memohon izin untuk
mengadakan observasi kegiatan pembelajaran di kelasnya. setelah itu peneliti pamit untuk
pulang dan akan datang kembali esok.
CATATAN LAPANGAN VI

No. CL : 06
Koding : CL06/O.6/23-05/2017
Hari/tanggal : Selasa, 23 Mei 2017
Waktu : 17.30 – 20.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Kegiatan pembelajaran

Pada hari ini peneliti datang untuk melakukan observasi kegiatan praktik pembelajaran
yang ada di Roemah Tawon. Jadwal pembelajaran hari ini adalah kelas Fiqih yang diajarkan oleh
kak Sam. Setelah hari sebelumnya meminta izin untuk melakukan observasi di kelas kak Sam,
saat tiba di Roemah Tawon peneliti kemudian menemui kak Sam. Kak Sam kemudian langsung
mengajak peneliti untuk bergabung di dalam kelas.
Materi yang diajarkan pada hari ini adalah mengenai ibadah tarawih. Mengingat bulan
ramadhan yang akan datang sebentar lagi oleh karena itu kak Sam selaku pengajar kelas Fiqih
memilih tata cara shalat tarawih untuk materi di kelasnya hari ini. Kak Sam mengajarkan tentang
apa itu shalat tarawih, bagaimana hukumnya shalat tarawih, bagaimana niat serta bacaan shalat
tarawih. Pada saat memberi penjelasan kak Sam menggunakan metode konvensional yaitu
ceramah. Setelah menyampaikan materi kemudian kak Sam memilih dua orang anak
perempuan dan dua orang anak laki-laki untuk diajak melakukan praktik shalat tarawih. Terlihat
anak-anak antusias untuk meminta dirinya dipilih mempraktikan shalat tarawih. Setelah dipilih
empat orang anak kemudian kak Sam memandu anak-anak melaksanakan shalat tarawih sesuai
dengan yang telah ia jelaskan sebelumnya.
Suasana kelas hari ini cukup ramai karna antusias anak-anak dalam mempelajari praktik
shalat tarawih. Setelah selesai kemudian kak Sam membuka kesempatan tanya jawab kepada
anak-anak. Ada tiga orang anak yang bertanya. Setelah itu kegiatan pembelajaran ditutup.
Sebelum pulang kak Sam memberikan motivasi kepada anak didiknya untuk mempelajari
kembali apa yang telah diajarkannya pada hari ini. Setelah kegiatan pembelajaran usai peneliti
megucapkan terima kasih kepada kak Sam dan kemudian berpamitan pulang.
CATATAN LAPANGAN VII

No. CL : 07
Koding : CL07/O.7/24-05/2017
Hari/tanggal : Rabu, 24 Mei 2017
Waktu : 18.30 – 20.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Kegiatan di Roemah Tawon

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk melihat kembali kegiatan yang ada
di Roemah Tawon. Ketika tiba di Roemah Tawon pada pukul 18.30 peneliti melihat beberapa
anak didik Roemah Tawon yang sedang mengaji. Adalah kak Ade Lukmansyah yang mengajar
mereka mengaji. Kak Ade merupakan pengajar di kelas adab dan sopan santun. Selain mengaji,
anak-anak ini juga terlihat menghafalkan surat-surat pendek. Anak-anak ini terlihat semangat
dalam menghafal surat pendek bahkan mereka berebut untuk lebih dulu membacakan surat
pendek yang dihafalkannya.
Setelah anak-anak menghafalkan surat pendek tersebut, kak Ade pun menutup kegiatan
mengaji setelah sholat atau yang biasa disebut NGASO dengan memberikan tugas kepada anak
didiknya untuk kembali menghafalkan surat tersebut di rumah dan membacanya ketika sholat.
Setelah kegiatan mengaji selesai, tak lama adzan Isya berkumandang maka anak-anak, pengajar,
dan beberapa pengurus melaksanakan shalat Isya Berjama’ah.
CATATAN LAPANGAN VIII

No. CL : 08
Koding : CL08/O.8/25-05/2017
Hari/tanggal : Kamis, 25 Mei 2017
Waktu : 19.00 – 21.00 WIB
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Kegiatan di Roemah Tawon

Pada hari ini peneliti tiba di Roemah Tawon pada pukul 19.00, tak lama peneliti tiba
adzan Isya pun berkumandang. Peneliti kemudian mengikuti shalat berjamaah. Setelah selesai
shalat berjamaah peneliti melihat beberapa anak jalanan langung bergegas untuk merapihkan
ruang kelas. Jadwal kegiatan hari ini adalah Yasinan.
Pukul 19.30 kegiatan Yasinan pun dimulai. pembacaan Yasin dipimpin oleh kakak-kakak
Realita. Mereka adalah remaja di lingkungan Roemah Tawon yang juga turut andil dalam
kegiatan-kegiatan di Roemah Tawon. Terlihat anak-anak Roemah Tawon mengikuti kegiatan
Yasinan ini dengan baik. Setelah kegiatan yasinan yang selesai pada pukul 20.00 dilanjutkan
dengan program kerohanian yaitu NGETEH (Ngebahas Tentang Akhirat). NGETEH hari ini
disampaikan oleh kak Ipeng, salah satu relawan yang ada di Roemah Tawon. Kak Ipeng yang
juga merupakan mahasiswa UIN yang bergelut di UKM Teater Syahid ini menyampaikan materi
kepada anak didik Roemah Tawon untuk berbakti kepada orang tua, agar mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu cara yang ia sampaikan untuk berbakti kepada
orang tua adalah dengan belajar sungguh-sungguh dan memiliki prestasi yang dapat
membanggakan bagi orang tua. Setelah kak Ipeng selesai dengan NGETEH nya dilanjutkan
dengan program kerohanian yaitu NGOPI (Ngobrol Perkara Iman). NGOPI kali ini disampaikan
oleh kak Ade Lukmansyah, salah satu pengajar di Roemah Tawon. Kak Ade menyampaikan
bahwa berbicara iman adalah hal yang cukup sulit. Oleh karena itu yang terpenting adalah untuk
menjaga iman kita maka kita tidak boleh meninggalkan kewajiban kita untuk beribadah kepada
Allah, dalam hal ini ia berpesan agar anak didik Roemah Tawon tidak meninggalkan shalat lima
waktu.
Setelah selesai dengan kegiatan NGETEH dan NGOPI, kegiatan malam ini masih
dilanjutkan dengan sharing motivasi yang disampaikan oleh kak Agung. Kak Agung ialah salah
seorang yang pernah menjadi pengajar di Roemah Tawon. Kak Agung menyampaikan cerita
perjuangannya dalam menempuh pendidikan, dimana ia memiliki keterbatasan materi namun
tetap memiliki semangat untuk menempuh pendidikan. Ia menyampaikan untuk memenuhi biaya
sekolahnya ia sambil berjualan pulsa. Dan selain itu, ketika duduk di bangku kuliah ia
mendapatkan beasiswa karena prestasinya yang baik di kampus. Oleh karena itu ia berpesan
kepada anak didik di Roemah Tawon yang juga memiliki banyak keterbatasan menempuh
pendidikan untuk tetap semangat dalam belajar dan berusaha untuk kelak mendapatkan
kehidupan yang lebih baik.
Setelah kegiatan pada malam ini selesai, peneliti pun mengucapkan terimakasih kepada
kakak pengajar dan pengurus yang ada pada hari itu serta memohon untuk pamit.
CATATAN LAPANGAN IX

No. CL : 09
Koding : CL09/O.9/31-05/2017
Hari/tanggal : Rabu, 31 Mei 2017
Waktu : 16.00 – 17.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Sumber Belajar yang digunakan

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon dan menemui kak Budi. Jadwal
pembelajaran hari ini adalah kelas mengaji yang diajarkan oleh kak Budi. Kak Budi mengajarkan
makhrajul huruf. Adapun sumber belajar yang digunakan oleh kak Budi pada kegiatan
pembelajaran hari ini adalah menggunakan fotokopi materi yang telah disiapkan oleh ka Budi
sebelumnya. Kemudian masing-masing anak diberikan lembaran fotokopi materi tersebut.
Setelah itu kak Budi menjelaskan bagaimana tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah
tersebut satu persatu sambil dipraktekkan. Setelah itu kak Budi meminta tiga orang maju
kedepan dan membaca surat al Fatihah dengan makhrajul huruf yang baik seperti yang telah ia
jelaskan sebelumnya.
Kegiatan pembelajaran hari ini selesai lebih awal karena ada teman-teman dari kampus
UMT yang ingin melakukan buka puasa bersama anak didik Roemah Tawon. Kemudian peneliti
berpamitan pulang karena tidak bisa mengikuti buka puasa bersama di Roemah Tawon.
CATATAN LAPANGAN X

No. CL : 10
Koding : CL10/O.10/02-06/2017
Hari/tanggal : Jumat, 02 Juni 2017
Waktu : 15.30 – 18.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Metode pembelajaran

Pada hari ini peneliti datang lebih awal ke Roemah Tawon. Peneliti bertemu dengan kak
Ade, salah seorang pengajar di Roemah Tawon dan sempat berbincang dengan ka Ade tentang
Roemah Tawon untuk beberapa saat. Setelah itu peneliti menemui kak Ganesha selaku pengajar
di kelas bahasa Asing. Peneliti sebelumnya telah menghubungi kak Ganesha untuk memohon
izin melakukan observasi di kelas bahasa asingnya yaitu bahasa Inggris. Setelah menemui kak
Ganesha peneliti kemudian diajak untuk melakukan observasi di kelasnya.
Materi yang diajarkan pada hari ini yaitu mengenai bahasa Inggris dan benda-benda yang
ada di sekitar Roemah Tawon. Ank-anak pada hari in diberi waktu lima menit untuk mengamati
sekitar lingkungan Roemah Tawon. Anak-anak pada hari ini diberi waktu lima menit untuk
mengamati sekitar lingkungan Roemah Tawon dan diminta untuk menyebutkan lima buah benda
yang ada di sekitarnya. Setelah masing-masing menuliskan lima buah benda tersebut mereka
kemudian bertukar kertas dengan teman disampingnya. Kemudian setelah masing-masing
menerima kertas tersebut mereka harus menuliskan nama benda tersebut dalam bahasa Inggris.
Setelah itu masing-masing membacakan nama benda tersebut dalam bahasa Inggris. Kemudian
kak Ganesha menuliskannya dalam bahasa Inggris di papan tulis dan bersama anak-anak lainnya
memeriksa kebenarannya.
Dalam kegiatan pembelajaran anak-anak terlihat aktif menyebutkan kata dari benda
tersebut dalam bahasa Inggris. Bahkan suasana kelas menjadi sedikit ramai. Kak Ganesha
kemudian meminta anak-anak yang ingin menyebutkan jawabannya untuk mengangkat
tangannya terlebih dahulu. Kemudian suasana kelas menjadi tertib kembali. Setelah selesai
menuliskan semua kata dalam bahasa Inggris kegiatan pada hari itu pun ditutup dengan
membaca doa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai selanjutnya anak-anak bersiap-siap untuk
melakukan buka puasa bersama. Peneliti pun ikut berbuka puasa di Roemah Tawon dan setelah
shalat maghrib berjamaah peneliti kemudian berpamitan pulang.
CATATAN LAPANGAN XI

No. CL : 11
Koding : CL11/O.11/05-06/2017
Hari/tanggal : Senin, 05 Juni 2017
Waktu : 16.00 – 18.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Tradisi Roemah Tawon

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon dan bertemu dengan bunda Afit. Peneliti
kemudian kembali memohon izin untuk melakukan observasi. Peneliti memilih untuk duduk di
saung baca sambil mengamati kegiatan anak didik Roemah Tawon. Saat peneliti duduk di saung
baca, beberapa anak didik yang datang ke Roemah Tawon langsung menyalami peneliti. Mereka
yang perempuan menyalami peneliti dengan menyentuh tangan, sementara mereka yang laki-laki
menyalami tanpa menyentuh tangan.
Memasuki jam pelajaran peneliti mengamati anak-anak yang sedang belajar. pada hari ini
adalah jadwal kelas moral yang diajarakan oleh kak Ade. Pada saat suasana kelas ribut peneliti
mendengar kak Ade mengingatkan anak didik akan tradisi Roemah Tawon yaitu mendengarkan
dan menghargai orang yang sedang berbicara, kemudian suasana kelas pun menjadi tertib
kembali.
Peneliti terus mengamati, hingga tiba waktu mendekati buka puasa peneliti ikut buka
puasa bersama dengan anak didik. Setelah berbuka puasa peneliti melihat anak didik Roemah
Tawon langsung mengambil wudhu dan bersiap untuk shalat maghrib berjamaah. Beberapa anak
didik yang masih duduk duduk bercanda diingatkan oleh kak Andi selaku pengurus untuk segera
berwudhu dan shalat maghrib berjamaah. Setelah selesai shalat maghrib peneliti pun
berpamitann untuk pulang.
CATATAN LAPANGAN XII

No. CL : 12
Koding : CL12/O.12/06-06/2017
Hari/tanggal : Selasa, 06 Juni 2017
Waktu : 15..30 – 18.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Kegiatan pembelajaran di Roemah Tawon

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon pada pukul 15.30. Saat tiba di Roemah
Tawon peneliti bertemu dengan Bunda Afit, salah seorang pengurus Roemah Tawon. Pada hari
ini suasana di Roemah Tawon lebih ramai dari biasanya. Menurut keterangan dari bunda Afit,
pada hari ini sedang ada pelatihan membuat karya seni yang dilakukan oleh pengurus Roemah
Tawon bekerja sama dengan mahasiswa dari Gunadarma.
Pada pelatihan karya seni hari ini, anak didik Roemah Tawon diajarkan cara menggambar
dan mewarnai bentuk. Diantara yang diajarkan adalah bagaimana menggambar berbagai
perlengkapan sekolah dan cara mewarnainya dengan cantik. Anak anak terlihat bersemangat
dalam mengikuti pelatihan yang diberikan.
Setelah kegiatan pelatihan karya seni selesai dilakukan,, kegiatan selanjutnya adalah
pembagian bingkisan dari kakak-kakak mahasiswa Gunadarma. Adapun bingkisan yang
diberikan pada hari itu adalah berupa makanan dan perlengkapan sekolah.
CATATAN LAPANGAN XIII

No. CL : 13
Koding : CL13/O.13/07-06/2017
Hari/tanggal : Rabu, 07 Juni 2017
Waktu : 15..30 – 18.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Interaksi antar pengajar, pengurus, dan anak didik

Pada hari ini peneliti kembali ke Roemah Tawon untuk melakukan observasi. Pada hari
ini peneliti melihat anak-anak yang sudah datang ke Roemah Tawon walaupun kegiatan
pembelajaran belum dimulai, seperti yang sering peneliti lihat sebagian anak-anak ada yang
duduk di saung baca dan ada beberapa yang duduk di saung baca dan beberapa ada yang duduk
di saung belajar. ketika pengajar kelas mengaji datang yaitu ka Budi, terlihat anak-anak langsung
datang dan menghampiri ka Budi untuk bersalaman. Ka Budi juga terlihat menyambut mereka
dengan senyuman ramah. Kemudian anak-anak langsung berkumpul di saung belajar untuk
memulai pembelajaran hari ini. Selama kegiatan pembelajaran terlihat anak-anak tidak ragu
bertanya kepada ka Budi, dan sesekali ka Budi bercanda dengan anak-anak. Suasana belajar pada
hari itu terlihat menyenangkan dan terlihat ka Budi cukup disenangi oleh anak-anak.
CATATAN LAPANGAN XIV

No. CL : 14
Koding : CL14/O.14/18-07/2017
Hari/tanggal : Minggu, 18 Juni 2017
Waktu : 15.00 – 22.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : Hari Puncak Sengat

Pada Hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk melihat pelaksanaan kegiatan
SENGAT (Senyum Semangat Anak Tawon) Ramadhan. Acara yang baru dimulai pada pukul 4
ini diawali dengan kegiatan tausiyah yang dilakukan oleh salah satu tokoh masyarakat di
lingkungan Roemah Tawon. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan buka bersama antara
pengurus, pengajar, serta anak didik Roemah Tawon. Setelah itu dilanjutkan dengan shalat
maghrib berjamaah dan santap bersama. Setelah selesai makan, acara dilanjutkan dengan shalat
isya dan tarawih.
Setelah shalat tarawih selesai acara dilanjutkan dengan kegiatan puncak sengat yaitu
penghargaan yang diberikan kepada anak didik Roemah Tawon. Ada empat kategori
pengahargaan yang diberikan kepada anak didik yaitu ketegori anak didik paling rajin mengikuti
pembelajaran, anak didik yang paling rajin shalat berjamaah, anak didik dengan hasil belajar
yang paling baik serta anak didik yang paling rajin menjaga kebersihan lingkungan Roemah
Tawon. Penghargaan ini ini diberikan oleh Roemah Tawon sebagai apresiasi atas kesungguhan
anak didik untuk belajar di Roemah Tawon.
CATATAN LAPANGAN XV

No. CL : 15
Koding : CL15/W.1/09-07/2017
Hari/tanggal : Minggu, 09 Juli 2017
Waktu : 19.30 – 20.24
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : wawancara dengan pengurus Roemah Tawon “Andi Sarmili”

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk melakukan wawancara dengan
pengurus Roemah Tawon. Adalah ka Andi Sarmili, seorang pengurus Roemah Tawon di bidang
Lingkungan. Wawancara dimulai pada pukul 20.00. peneliti menanyakan beberapa pertanyaan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti melihat ka Andi sebagai pengurus Roemah Tawon
mengetahui cukup banyak informasi mengenai Roemah Tawon, seperti sejarah Roemah Tawon,
tujuan, kegiatan-kegiatan di Roemah Tawon, sistem pembelajaran, dan hal lainnya yang peneliti
tanyakan.
CATATAN LAPANGAN XVI

No. CL : 16
Koding : CL16/W.2/Pengajar1/12-07/2017
Hari/tanggal : 12 Juli 2017
Waktu : 19.30 – 20.00
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : wawancara dengan pengajar Roemah Tawon “Ade Lukmansyah”

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk melakukan wawancara dengan
salah seorang pengajar Roemah Tawon yaitu Ade Lukmansyah. Ade Lukmansyah merupakan
pengejar Roemah Tawon untuk kelas Moral atau kelas adab dan sopan santun. Melalui kelas
adab ini anak didik Roemah Tawon diajarkan mengenai adab dan sopan santun yang baik dalam
berinteraksi dengan sesame.
Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan kepada kak Ade yaitu seputar profil Roemah
Tawon dan kegiatan pembelajaran yang ada di Roemah Tawon, serta motivasi belajar anak didik
Roemah Tawon. Walaupun tidak berlatar belakang sebagai seorang pengajar namun kak Ade
memiliki semangat untuk mengajar anak didik Roemah Tawon. Setelah selesai melakukan
wawancara, peneliti pun mengucapkan terima kasih dan berpamitan pulang.
CATATAN LAPANGAN XVII

No. CL : 17
Koding : CL17/W.3/16-07/2017
Hari/tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 20.00 – 20.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : wawancara dengan pengurus Roemah Tawon “M. Aziz Malik Ibrahim”

Pada hari ini peneliti kembali datang ke Roemah Tawon untuk melakukan wawancara
dengan salah satu pengurus Roemah Tawon yaittu M. Aziz Malik Ibrahim. Aziz merupakan
pengurus Roemah Tawon di bidang Logistik. Setelah sebelumnya membuat janji dengan Aziz,
peneliti pun langsung menemui Aziz untuk melakukan wawancara. Peneliti masih menanyakan
beberapa hal yang sama seperti yang peneliti tanyakan kepada informan sebelumnya.
CATATAN LAPANGAN XVIII

No. CL : 18
Koding : CL18/W.4/16-07/2017
Hari/tanggal : Minggu, 16 Juli 2017
Waktu : 20.50 – 21.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : wawancara dengan pengajar Roemah Tawon “Sam’ul Anam”

Pada hari ini masih di hari yang sama peneliti juga melakukan wawancara dengan kak
Sam’ul Anam. Kak Sam merupakan pengajar Roemah Tawon yang sudah bergabung selama tiga
tahun dengan Roemah Tawon. Kak Sam mengajar di kelas Fiqih. Peneliti menanyakan seputar
profil Roemah Tawon, kegiatan pembelajaran serta cara yang dilakukan oleh kak Sam selaku
pengajar dalam membangun motivasi belajar anak didiknya. Setelah selesai melaksanakan
wawancara peneliti pun pamit.
CATATAN LAPANGAN XIX

No. CL : 19
Koding : CL19/W.5/19-07/2017
Hari/tanggal : 19 Juli 2017
Waktu : 21.00 – 21.30
Tempat : Roemah Tawon
Deskripsi : wawancara dengan pengajar Roemah Tawon “Budi Siswanto”

Pada hari ini peneliti datang ke Roemah Tawon untuk melakukan wawancara dengan kak
Budi Siswanto, pengajar Roemah Tawon di kelas Mengaji. Wawancara dilakukan pada malam
hari setelah kak Budi selesai mengajar di kelas menngajinya. Kak Budi belum genap setahun
bergabung sebagai pengajar di Roemah Tawon. Peneliti masih menanyakan hal yang sama yaitu
mengenai pofil Roemah Tawon, kegiatan pembelajaran dan motivasi belajar anak didiknya.
Setelah selesai melakukan wawancara peneliti pun pamit.
TRANSKRIP OBSERVASI

Aspek yang diamati No. Hari/Tanggal Hasil Observas Analisis


CL
Rapat atau pertemuan 02 04 Juni 2017 Pada kegiatan rapat ini yang Para pengurus Roemah
kelas dipimpin langsung oleh ka Fais Tawon cukup kreatif dalam
selaku ketua di Roemah mendesain kegiatan
Tawon, rapat membahas pembelajaran yang akan
mengenai persiapan kegiatan berlangsung di bulan
di bulan Ramadhan. Roemah ramadhan. Mengingat
Tawon setiap memasuki bulan selama bulan ramadhan
puasa selalu mengadakan kegiatan pembelajaran
kegiatan yang disebut dengan yang biasanya berlangsung
SENGAT (Semangat di malam hari akan
Ramadhan). Pada setiap bulan digantikan dengan kegiatan
Ramadhan untuk mencapai shalat tarwih, oleh karena
efeketifitas kegiatan itu kegiatan pembelajaran
pembelajaran di bulan puasa, di Roemah Tawon diganti
beberapa kelas belajar pada sore hari dengan
ditiadakan dan diganti dengan hanya mengadakan kelas-
kelas-kelas keagamaan. kelas keagamaan.
Diantara kelas belajar yang
tetap ada di bulan Ramadhan
yaitu kelas mengaji, kelas fiqih
dan moral. Selain kelas belajar,
kegiatan di SENGAT ini
antara lain, buka puasa
bersama, tarawih dan
tadarusan. Di akhir kegiatan
juga ada penghargaan yang
diberikan untuk anak didik di
Roemah Tawon.
Situasi Lingkungan 03 Senin, 15 Roemah Tawon berlokasi di Sebagai lembaga
lembaga pendidikan Mei 2017 kota Tangerang, Tanah Tinggi. pendidikan nonformal,
nonformal “Roemah Bertempat di jalan Benteng Roemah Tawon memiliki
Tawon” Betawi, Tanah Tinggi, Kota lingkungan yang asri dan
Tangerang. Roemah Tawon nyaman untuk kegiatan
ini terletak di pinggir bantaran pembelajaran.
rel kereta api, tidak jauh dari
stasiun Tanah Tinggi. Setelah
menyeberangi rel kereta api
kita akan langsung disambut
dengan plang selamat datang
di Roemah Tawon. Roemah
Tawon ini tidak terlalu luas
namun memiliki lingkungan
yang asri dengan beberapa
pohon rindang dan taman
didalamnya.
Sarana dan Prasarana 04 18 Mei 2017 Roemah Tawon memiliki Sarana dan prasarana yang
yang menunjang sarana dan prasarana yang ada di Roemah Tawon
pembelajaran cukup memadai. Sebagai sudah memadai untuk
lembaga pendidikan kegiatan pembelajaran.
nonformal, Roemah Tawon Terdapat satu ruang belajar
sudah memiliki beberapa dengan kondisi yang baik
sarana penunjang kegiatannya. untuk kegiatan
Roemah Tawon memiliki satu pembelajaran, terdapat
ruang belajar yang digunakan saung atau taman baca
untuk kegiatan belajar yang mejadi sumber belajar
mengajar yang didalamnya bagi anak didik Roemah
terdapat papan tulis, meja-meja Tawon, juga terdapat
panjang serta dilengkapi sarana olah raga dan
dengan kipas angin. Ruang ibadah.
belajar ini berupa saung bambu
dengan kondisi terbuka.
Roemah Tawon juga memiliki
satu buah taman baca yang
berisi berbagai macam buku
dan bacaan yang juga
digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar. Taman baca
ini juga berupa saung bambu
dengan kondisi terbuka
sehingga anak-anak bebas
datang dan pergi untuk
membaca buku. Buku-buku
yang terdapat di taman baca ini
juga beragam mulai dari buku
pelajaran, buku dongeng, novel
hingga pengetahuan umum
lainnya. Roemah Tawon juga
memiliki sarana ibadah berupa
satu buah mushola yang juga
berupa saung bambu.
Didalamnya juga sudah
dilengkapi beberapa fasilitas
ibadah seperti tempat wudhu,
mukena, sajadah, serta Al
Quran dan Juz Amma. Selain
itu Roemah Tawon memiliki
sarana olah raga berupa
lapangan bulu tangkis.
Kegiatan anak didik 05 22 Mei 2017 Saat anak didik yang belajar di Kegiatan yang dilakukan
di Roemah Tawon Roemah Tawon datang mereka oleh anak didik ketika
langsung menaruh tas datang ke Roemah Tawon
kemudian sambil menunggu di luar kegiatan
kaka pengajar datang sebagian pembelajaran sudah cukup
dari mereka ada yang bermain baik, sebagian ada yang
di taman seperti bermain karet, memilih untuk membaca di
berlari-lari. Sebagian dari saung baca dan adapula
mereka ada juga yang memilih yang memilih duduk dan
untuk ke taman baca dan bercanda. Namun suasana
membaca beberapa buku. yang terlihat masih
Sebagian lagi ada yang harnya kondusif.
duduk-duduk dan bercanda
satu sama lain di ruang belajar.
Motivasi Belajar 06 23 Mei 2017 Pada saat kak Sam memilih Melalui kegiatan
Anak didik Roemah dua orang anak perempuan dan pembelajaran ini terlihat
Tawon dua orang anak laki-laki untuk adanya motivasi anak didik
melakukan praktik shalat untuk terlibat dalam
tarawih, terlihat anak-anak kegiatan praktek
antusias untuk meminta dirinya pembelajaran.
dipilih mempraktekkan shalat
tarawih.
06 23 Mei 2017 Terdapat tiga orang anak didik Anak didik Roemah Tawon
yang menjawab pertanyaan sudah memiliki rasa
dari kak Sam dengan penuh percaya diri dan keberanian
antusias untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan
oleh kakak pengajar
07 24 Mei 2017 Anak anak yang sedang Anak didik Roemah Tawon
mengikuti program NGASO memiliki motivasi, hal ini
(Ngaji Setelah Sholat) terlihat terlihat dari anak didik
semangat dalam menghafal yang berusaha
surat pendek, bahkan berebut menyelesaikan tugas yang
untuk lebih dulu membacakan diberikan oleh pengajar.
surat pendek yang
dihafalkannya.
10 02 Juni 2017 Dalam kegiatan pembelajaran Anak didik sudah aktif
anak-anak terlihat aktif dalam menyampaikan
menyebutkan kata dari benda pendapat atau hasil
tersebut dalam bahasa Inggris. kerjanya.
Peran Pengajar 06 23 Mei 2017 Setelah itu kegiatan Pengajar berperan dalam
Roemah Tawon pembelajaran ditutup. Sebelum memberikan kata-kata
pulang kak Sam memberikan mootivasi
motivasi kepada anak didiknya
untuk mempelajari kembali
apa yang telah diajarkannya
pada hari ini.
07 24 Mei 2017 Setelah anak-anak Pengajar berperan
menghafalkan surat pendek menyampaikan kata
tersebut, kak Ade pun menutup penyemangat dan dorongan
kegiatan mengaji setelah sholat untuk terus belajar.
atau yang biasa disebut
NGASO dengan memberikan
tugas kepada anak didiknya
untuk kembali menghafalkan
surat tersebut di rumah dan
mebacanya ketika sholat.
08 25 Mei 2017 Sharing motivasi yang Melalui sharing motivasi
disampaikan oleh kak Agung. yang dilakukan oleh kakak
Kak Agung ialah salah seorang pengajar dengan perjalanan
yang pernah menjadi pengajar hidupnya yang penuh
di Roemah Tawon. Kak Agung perjuangan untuk
menyampaikan cerita pendidikan dapat
perjuangannya dalam memotivasi anak didik
menempuh pendidikan, dimana untuk tetap semangat
ia memiliki keterbatasan dalam kegiatan
materi namun tetap memiliki pembelajaan
semangat untuk menempuh
pendidikan. Ia menyampaikan
untuk memenuhi biaya
sekolahnya ia sambil berjualan
pulsa. Dan selain itu, ketika
duduk di bangku kuliah ia
mendapatkan beasiswa karena
prestasinya yang baik di
kampus. Oleh karena itu ia
berpesan kepada anak didik di
Roemah Tawon yang juga
memiliki banyak keterbatasan
menempuh pendidikan untuk
tetap semangat dalam belajar
dan berusaha untuk kelak
mendapatkan kehidupan yang
lebih baik.
Program Kerohanian 08 25 Mei 2017 Program kerohanian yaitu Melalui program
NGETEH (Ngebahas Tentang kerohanian NGETEH dan
Akhirat). NGETEH hari ini NGOPI anak didik Roemah
disampaikan oleh kak Ipeng, Tawon mendapat
salah satu relawan yang ada di pengetahuan islami dan
Roemah Tawon. Kak Ipeng kisah-kisah motivasi.
yang juga merupakan
mahasiswa UIN yang bergelut
di UKM Teater Syahid ini
menyampaikan materi kepada
anak didik Roemah Tawon
untuk berbakti kepada orang
tua, agar mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Salah satu cara yang ia
sampaikan untuk berbakti
kepada orang tua adalah
dengan belajar sungguh-
sungguh dan memiliki prestasi
yang dapat membanggakan
bagi orang tua. Setelah kak
Ipeng selesai dengan NGETEH
nya dilanjutkan dengan
program kerohanian yaitu
NGOPI (Ngobrol Perkara
Iman). NGOPI kali ini
disampaikan oleh kak Ade
Lukmansyah, salah satu
pengajar di Roemah Tawon.
Kak Ade menyampaikan
bahwa berbicara iman adalah
hal yang cukup sulit. Oleh
karena itu yang terpenting
adalah untuk menjaga iman
kita maka kita tidak boleh
meninggalkan kewajiban kita
untuk beribadah kepada Allah,
dalam hal ini ia berpesan agar
anak didik Roemah Tawon
tidak meninggalkan shalat lima
waktu.

07 24 Mei 2017 Pada hari ini peneliti melihat Anak didik memiliki
anak didik Roemah Tawon motivasi dengan berusaha
yang sedang mengaji. Ini menyelesaikan tugas
merupakan bagian dari hafalannya sebaik
program kerohanian NGASO mungkin.
(Ngaji Setelah Sholat). Selain
mengaji anak anak juga terlihat
menghafalkan surat-surat
pendek.
Metode Pembelajaran 10 02 Juni 2017 kelas bahasa asing yaitu Melalui metode
bahasa Inggris yang diajarkan pembelajaran mengenal
oleh ka Ganesha. Pada hari ini benda-benda sekitar ini
ka ganesha mengajarkan anak- anak didik Roemah Tawon
anak mengenai bahasa inggris menunjukkan semangat
dari benda-benda yang ada di dalam kegiatan
sekitar Roemah Tawon. Anak- pembelajaran. Hal ini
anak pada hari ini diberi waktu terlihat dari semangatnya
lima menit untuk mengamati untuk menyampaikan hasil
sekitar lingkungan Roemah kerjanya.
Tawon dan diminta untuk
menyebutkan lima buah benda
yang ada disekitarnya. Setelah
masing-masing menuliskan
lima buah benda tersebut
mereka kemudian bertukar
kertas dengan teman
disampingnya. Kemudian
setelah masing-masing
menerima kertas tersebut
mereka harus menuliskan
nama benda tersebut dalam
bahasa inggris. Setelah itu
masing-masing membacakan
nama benda tersebut dalam
bahasa inggris. Dan ka
Ganesha menuliskannya dalam
bahasa Inggris di papan tulis
dan bersama anak-anak lainnya
memeriksa kebenarannya.
06 23 Mei 2017 Pada tanggal 23 Mei 2017 Dengan kegiatan praktek
pada materi fiqih ini anak-anak ibadah shalat tarawih,
diajarkan bagaimana ibadah anakk-anak antusias untuk
shalat tarawih. Mengingat menjadi model peraga. Hal
bulan ramadhan yang akan ini menunjukkan keaktifan
datang sebentar lagi oleh dan keberanian anak didik
karena itu kak Sam selaku dalam kegiatan
pengajar kelas fiqih memilih pembelajaran.
tata cara shalat tarawih untuk
materinya pada hari ini. Kak
Sam mengajarkan tentang apa
itu shalat tarawih, bagaimana
hukumnya shalat tarawih,
bagaimana niat dan bacaan
shalat tarawih. Setelah selesai
menyampaikan materi
kemudian anak-anak diajak
melakukan praktik shalat
tarawih.
12 06 Juni 2017 Pada kegiatan pelatihan karya Melalui praktik kegiatan
seni yang dilakukan pengurus menggambar dan
bekerjasama dengan mewarnai benda yang ada
mahasiswa Gunadarma, anak di sekitar dan tidak asing
didik Roemah Tawon bagi anak-anak terlihat
diajarkan cara menggambar anak-anak memiliki
dan mewarnai bentuk. Diantara antusiasme dalam
yang diajarkan adalah mengikuti pelatihan
bagaimana menggambar tersebut.
berbagai perlengkapan sekolah
dan cara mewarnainya dengan
cantik.
Sumber belajar yang 09 31 Mei 2017 Pada kelas mengaji yang Sumber belajar yang
digunakan dilaksanakan tiap hari rabu, diguunakan cukup
yang mengajarkan ialah kak sederhana namun mudah
Budi. Kak Budi mengajarkan dipahami.
makhrajul huruf. Sumber
belajar yang digunakan pada
saat itu adalah menggunakan
fotokopi materi yang telah
disiapkan oleh ka Budi. Anak-
anak kemudian masing-masing
diberikan lembaran materi.
Setelah itu ka Budi
menjelaskan bagaimana tempat
keluarnya huruf-huruf hijaiyah
tersebut satu persatu. Setelah
selesai menjelaskan dan
memberi contoh kemudian kak
Budi meminta tiga orang anak
secara bergantian maju ke
depan langsung menghadapnya
dan membaca surat al Fatihah
dengan makhrajul huruf yang
baik seperti yang telah ia
jelaskan dan contohkan
sebelumnya.
Tata tertib atau 11 05 Juni 2017 Roemah tawon memiliki Tradisi yang ada di
tradisi di Roemah beberapa tradisi yang berfungsi Roemah Tawon dapat
Tawon sebagai tata tertib untuk membuat situasi dan
mengatur jalannya kegiatan di lingkungan di Roemah
Roemah Tawon. Tradisi ini Tawon menjadi kondusif
dikenal dengan sebutan untuk kegiatan
“sembilan tradisi” yang harus pembelajaran. Selain itu
dipatuhi oleh siapapun yang salah satu tradisi untuk
berada di lingkungan Roemah mendengarkan orang yang
Tawon. Tradisi yang pertama sedang berbicara seringkali
yaitu salat berjamaah. Anak- diingatkan oleh pengajar
anak serta pengurus, pengajar, kepada anak didiknya
masyarakat sekitar maupun ketika mengajar agar anak
mereka yang berkunjung di didiknya memperhatikan
Roemah Tawon dan seorang penjelasan yang ia berikan.
muslim maka wajib mengikuti Hal ini berdampak positif
salat berjamaah. Selain itu dalam kegiata
ketika datang ke Roemah pembelajaran.
Tawon anak-anak yang ada di
Roemah Tawon langsung
memberi salam dan salim atau
bersalaman dan mereka yang
wanita apabila bersalaman
dengan laki-laki maka tidak
menyentuh kulit. Pada saat
kegiatan pembelajaran kelas
moral dengan kak Ade peneliti
juga mendengar kak Ade
mengingatkan anak-anak yang
ribut di kelas akan tradisi
Roemah Tawon yaitu
mendengarkan dan menghargai
mereka yang sedang berbicara
hingga akhirnya suasana kelas
kembali tertib.
Interaksi antar 13 07 Juni 2017 Pada hari rabu, 07 Juni 2017 Kehangatan dan keakraban
pengajar dan anak peneliti datang ke Roemah yang ditunjukkan oleh
didik Tawon. Pada hari ini peneliti kakak pengajar
melihat anak-anak yang sudah menunjukkan adanya
datang ke Roemah Tawon hubungan yang baik serta
walaupun kegiatan interaksi yang baik antar
pembelajaran belum dimulai. pengajar dan anak didik .
sebagian anak-anak ada yang
duduk di saung baca dan ada
beberapa yang duduk di saung
belajar. ketika pengajar kelas
mengaji datang yaitu ka Budi
terlihat anak-anak langsung
datang dan menghampiri ka
Budi untuk bersalaman. Ka
Budi juga terlihat menyambut
mereka dengan senyum dan
ramah. Kemudian anak-anak
langsung berkumpul di saung
belajar untuk memulai
pembelajaran hari itu. Selama
kegiatan pembelajaran terlihat
anak-anak tidak ragu bertanya
kepada ka Budi, dan sesekali
ka Budi bercanda dengan
anak-anak. Suasana belajar
pada hari itu terlhat
menyenangkan dan terlihat ka
Budi cukup disenangi oleh
anak-anak.
Bantuan yang 12 06 Juni 2017 Setelah kegiatan pelatihan Dengan adanya bantuan
diperoleh dari luar karya seni selesai dilakukan,, yang diberikan oleh
kegiatan selanjutnya adalah Roemah Tawon dapat
pembagian bingkisan dari memotivasi anak didik
kakak-kakak mahasiswa untuk lebih semangat lagi
Gunadarma. Adapun bingkisan dalam belajar.s
yang diberikan pada hari itu
adalah berupa makanan dan
perlengkapan sekolah yang
diberikan untuk anak didik.

Penghargaan untuk 13 18 Juni 2017 Kegiatan puncak sengat yaitu Apresiasi serta
anak didik Roemah penghargaan yang diberikan penghargaan yang
Tawon kepada anak didik Roemah diberikan kepada anak
Tawon. Ada tiga kategori didik Roemah Tawon dapat
pengahargaan yang diberikan membuat mereka lebih
kepada anak didik yaitu semangat dalam belajar
ketegori anak didik paling rajin dan untuk bisa memotivasi
mengikuti pembelajaran, anak mereka untuk berprestasi.
didik yang paling rajin shalat
berjamaah, anak didik dengan
hasil belajar yang paling baik,
serta anak didik yang rajin
menjaga kerbersihan Roemah
Tawon. .Penghargaan ini ini
diberikan oleh Roemah Tawon
sebagai apresiasi atas
kesungguhan anak didik untuk
belajar di Roemah Tawon.
Biodata Penulis

Nama : Walidatul Faadhilah Al Ahmadan

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 05 Februari 1993

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Alamat : Vila Tomang Baru 1, blok G-3 no.6, RT07/RW15, kel. Gelam
Jaya, kec. Pasar Kemis, kab. Tangerang

Riwayat Pendidikan :

1. TK Perintis
2. SD Perintis 1
3. SMPN 12 Tangerang
4. SMA 2 Tangerang
5. Tercatat sebagai mahasiswa S-1 pada Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak
tahun 2012

Riwayat Organisasi

1. Wakil Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan PGMI 2014


2. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan PGMI 2015
3. Anggota Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kelompok Pecinta Alam Arkadia 2015
4. Anggota Bidang Humas Ikatan Mahasiswa PGMI se Indonesia (IMPI) wilayah
JABARTA 2015
5. Ketua Distrik Himpunan Mahasiswa Islam PGMI 2015
6. Bendahara Umum Kelompok Pecinta Alam Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2016
7. Bendahara Pusat Kordinasi Nasional Mahasiswa Pencinta Alam 2016
8. Ketua Bidang Humas Ikatan Mahasiswa PGMI se Indonesia (IMPI) wilayah Jabarta 2016
9. Bendahara Ekspedisi Raya Arkadia MT. Damavand, Iran
10. Dewan Pengawas Organisasi Kelompok Pecinta Alam Arkadia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017

Anda mungkin juga menyukai