Toaz - Info Pedoman Tarif Jasa Pelayanan Kefarmasian Finalpdf PR
Toaz - Info Pedoman Tarif Jasa Pelayanan Kefarmasian Finalpdf PR
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA JAWA BARAT
NOMOR : 001/SK-BPF/PD IAI JBR/I/2013
Tentang
PEDOMAN BIAYA PELAYANAN FARMASI (BPF)
DI WILAYAH JAWA BARAT
Memperhatikan : 1. Hasil-hasil Keputusan Rapat Kerja Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa
Barat Tahun 2010.
2. Hasil-hasil Keputusan Rapat Kerja Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa
Barat Tahun 2012.
3. Hasil Kesepakatan Cabang dalam Rapat Koordinasi Khusus Ikatan
Apoteker Indonesia Jawa Barat Tahun 2013.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Surat Keputusan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Barat
tentang Pedoman Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) di Jawa Barat.
A. KETENTUAN UMUM
Dalam Surat Keputusan ini, yang dimaksud dengan :
1. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2. Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sebagaimana mestinya.
3. Harga Dasar Obat (HDO) adalah nilai nominal suatu obat/sediaan farmasi sesuai dengan
harga faktur termasuk diskon (pengurangan harga) dan PPN atas barang tersebut (HNA)
ditambah biaya risiko penyimpanannya.
4. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi (Tarif JPF) adalah biaya yang harus dibayar oleh
pasien/pengguna jasa akibat perlakuan/tindakan profesional apoteker terhadap sediaan
farmasi dan/atau terhadap pasien/pengguna jasa sesuai Standar Profesi.
5. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian yaitu apotik, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas dan ruang
farmasi klinik dan tempat praktik bersama apoteker.
6. Lembaga Asuransi adalah lembaga tertentu baik milik Pemerintah maupun Swasta yang
berfungsi sebagai pelaksana/penyelenggaran Asuransi di bidang Kesehatan.
7. Standar Profesi adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Organisasi Profesi untuk
menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik sesuai Etika Profesi.
8. Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) lembaga semi otonom yang dibentuk oleh
Pengurus Cabang serta disahkan oleh Pengurus Daerah yang berfungsi untuk memberikan
pandangan/pertimbangan dalam mekanisme pemberian Rekomendasi Khusus untuk suatu
Kerjasama Asuransi serta untuk memantau pelaksanaan Jasa Pelayanan Farmasi
sebagaimana mestinya.
9. Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten/Kota setempat di
Provinsi Jawa Barat.
10. Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Barat.
3. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi adalah bersifat addisional dan terpisah dari Harga Dasar Obat.
4. Dalam pelaksanaannya, Tarif Jasa Pelayanan Farmasi dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi Non Asuransi (Reguler); dan
b. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi dengan Asuransi (Reguler)
Dengan perincian sebagai berikut :
TARIF JASA
PRAKTIK JENIS TINDAKAN
NO PELAYANAN
KEFARMASIAN KEFARMASIAN
FARMASI (Rp)
1. Pembuatan termasuk Racikan sirup , salep, krim, 5.000 sd 10.000
pengendalian mutu lotion.
sediaan farmasi Pengemasan kembali 1.000 sd 2.500/ kemasan
Pulveres/racikan kapsul 250 sd 500/bks/ kaps
2. Pelayanan obat atas resep Resep Minimal 10.000 per
dokter (R/) lembar resep
3. Konseling Farmasi
Konseling Obat resep 20.000 /15 menit
Konseling Obat Bebas atau 5.000 – 10.000/15 menit
Swamedikasi
Visite/HomeCare/MESO 25.000,-/kunjungan
Yang dimaksud dengan Pelayanan Resep adalah mencakup :
Skining/Validasi Resep,
Rasionalisasi Obat/Pengobatan/DRP’s,
Penetapan Dosis,
Managemen Pengobatan,
Komponding,
Regimentasi ,
Penyerahan Obat atas Resep,
Besarnya Tarif Jasa Pelayanan Farmasi bagi pasien non asuransi (reguler) adalah sesuai
dengan Tabel.
Contoh :
Jumlah Terlayani : 100 lembar
HDO yang telah dilayankan : Rp 25 juta
Tarif JPF : Rp 20.000,-/lembar resep (Standar)
Maka Klaim yang harus dibayar = (Rp25 juta + (100 orang x Rp 20.000,-)
= Rp 25 juta + Rp 2 juta
= Rp 27 juta
4 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF
PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com
Besarnya Jasa Tindakan Kefarmasian tidak bergantung serta tidak dapat dihubungkan
dengan Harga Obat.
1. Besarnya Biaya/harga Obat dan Biaya Administrasi Kefarmasian ditentukan bersama antara
Apoteker Penanggungjawab dengan Managemen Rumah Sakit.
2. Ketentuan mengenai prosedur pemberian Honorarium dan Jasa Tindakan Kefarmasian oleh
Apoteker dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama antara pihak Apoteker dengan pihak
Managemen Rumah Sakit dimana Perjanjian tersebut tidak boleh mengurangi dan/atau
membatasi Apoteker dalam menjalankan Praktik Kefarmasian sesuai kaidah-kaidah :
Standar Pelayanan,
Standar Profesi,
Standar Prosedur Operasional dan
Etika Profesi
Catatan : Setiap Apoteker berkewajiban untuk menolak resep yang tidak valid/tidak sah (SIP
Dokter Kadaluwarsa)
G. PENGATURAN TAMBAHAN
1. Dalam suatu Praktik Tunggal (Apotek dengan satu orang Apoteker), maka segala
pengaturan, pemanfaatan dan pengelolaan Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) dilaksanakan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
2. Dalam suatu Klinik (dengan satu orang Apoteker), maka segala pengaturan, pemanfaatan
dan pengelolaan Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) dilaksanakan oleh Apoteker bersama
Managemen Klinik
3. Dalam suatu Praktik Bersama (Apotek/Klinik), maka pengaturan Remunerasi Apoteker
dilaksanakan berdasarkan pada peran dan tanggungjawab masing-masing, tingkat
kompetensi (paralel dengan SKP Praktik), ketersediaan waktu nyata serta kriteria-kriteria
lain yang mencerminkan keadilan. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini diatur oleh
Daerah bersama Cabang.
4. Untuk menjamin dan memonitor pelaksanaan Jasa Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Cabang membentuk Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi
(TPJPF) di bawah supervisi Daerah.
5. Pembentukan Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) harus dilegalkan oleh
Cabang dalam bentuk Surat Keputusan untuk masa bakti 4 (empat) tahun serta mendapat
pengesahan dari Daerah.
6. Dalam menjalankan tugasnya Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) membuat
laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Pengurus Cabang dan
ditembuskan kepada Pengurus Daerah.
H. KETENTUAN PENUTUP
1. Terhadap pelaksanaan praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang masih
menggunakan pola lama, harus segera menyesuaikan dengan Surat Keputusan ini selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak Keputusan ini disahkan.
2. Ketetapan mengenai Biaya Pelayanan Farmasi ini akan disesuaikan kembali setiap 1 (satu)
tahun sekali.
3. Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
13 Januari 2013
DTD DTD
Drs. H. Made Pasek Narendra, MM., Apt Ali Mashuda, S. Si., Apt
Ketua Sekretaris
Saksi :
Mengetahui Tanda Tangan Nama
1. Koordinator Wilayah I
(Bandung Kota, Bandung Kabupaten, Drs. H. Akhmad Priyadi,
DTD
Bandung Barat Kabupaten, Sumedang MM., Apt
dan Cimahi)
2. Koordinator Wilayah II
Yanyan Hardian, S. Farm.,
(Garut, Tasikmalaya Kota, Tasikmalaya DTD
Apt
Kabupaten, Kota Banjar dan Ciamis)
3. Koordinator Wilayah III
(Cirebon Kota, Cirebon Kabupaten, DTD Drs. Suwarno, Apt
Indramayu, Kuningan dan Majalengka)
4. Koordinator Wilayah IV
(Purwakarta, Subang dan Karawang) DTD Indah Astuti, S. Si., Apt
5. Koordinator Wilayah V
(Sukabumi Kota, Sukabumi Kabupaten DTD Hidayat, S. Si., Apt
dan Cianjur)
6. Koordinator Wilayah VI
(Bekasi Kota, Bekasi Kabupaten) DTD Dra. Etty Kusraeti, Apt