Anda di halaman 1dari 12

PENGURUS DAERAH

IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT


Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA JAWA BARAT
NOMOR : 001/SK-BPF/PD IAI JBR/I/2013
Tentang
PEDOMAN BIAYA PELAYANAN FARMASI (BPF)
DI WILAYAH JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA JAWA BARAT

Menimbang : a. bahwa pelayanan kefarmasian merupakan bagian tak terpisahkan dari


praktik kefarmasian yang harus dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian
sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
b. bahwa dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian menimbulkan biaya-biaya
yang berasal dari komponen barang dan komponen jasa yang didasarkan
pada hak dan kewenangan sesuai kompetensi tenaga farmasi yang
bersangkutan;
c. bahwa kehadiran lembaga/badan penyelenggara jaminan kesehatan baik
milik pemerintah maupun swasta harus diantisipasi dengan baik agar dalam
pelaksanaannya tidak merugikan berkembangnya profesi apoteker,
khususnya di Jawa Barat.
d. bahwa Ikatan Apoteker Indonesia Daerah Jawa Barat berkewajiban untuk
secara nyata memperjuangkan dan melindungi anggota untuk memperoleh
imbalan sebagaimana mestinya sesuai amanat UU36/2009 Pasal 27 ayat (1)
dengan menerapkan Standar Profesi agar tercipta keseimbangan profesi
sekaligus memperjelas hubungan antara hak dan kewajiban (interaksi
profesi) serta untuk memperkuat peran dan tanggungjawab profesi.
e. bahwa atas dasar hal tersebut diperlukan suatu Pedoman mengenai Biaya
Pelayanan Farmasi dalam bentuk Surat Keputusan Pengurus Daerah Ikatan
Apoteker Indonesia Jawa Barat.

Mengingat : 1. UU No.36 Th 2009 tentang Kesehatan


2. UU No.35 Th 2009 tentang Narkotika
3. UU No.44 Th 2009 tentang Rumah Sakit
4. PP51 Th 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
5. Permenkes 28 Th 2011 tentang Klinik
6. Permenkes 889 Th 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian

1 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

Memperhatikan : 1. Hasil-hasil Keputusan Rapat Kerja Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa
Barat Tahun 2010.
2. Hasil-hasil Keputusan Rapat Kerja Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa
Barat Tahun 2012.
3. Hasil Kesepakatan Cabang dalam Rapat Koordinasi Khusus Ikatan
Apoteker Indonesia Jawa Barat Tahun 2013.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Surat Keputusan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Barat
tentang Pedoman Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) di Jawa Barat.

A. KETENTUAN UMUM
Dalam Surat Keputusan ini, yang dimaksud dengan :
1. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2. Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sebagaimana mestinya.
3. Harga Dasar Obat (HDO) adalah nilai nominal suatu obat/sediaan farmasi sesuai dengan
harga faktur termasuk diskon (pengurangan harga) dan PPN atas barang tersebut (HNA)
ditambah biaya risiko penyimpanannya.
4. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi (Tarif JPF) adalah biaya yang harus dibayar oleh
pasien/pengguna jasa akibat perlakuan/tindakan profesional apoteker terhadap sediaan
farmasi dan/atau terhadap pasien/pengguna jasa sesuai Standar Profesi.
5. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian yaitu apotik, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas dan ruang
farmasi klinik dan tempat praktik bersama apoteker.
6. Lembaga Asuransi adalah lembaga tertentu baik milik Pemerintah maupun Swasta yang
berfungsi sebagai pelaksana/penyelenggaran Asuransi di bidang Kesehatan.
7. Standar Profesi adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Organisasi Profesi untuk
menjalankan praktik profesi kefarmasian secara baik sesuai Etika Profesi.
8. Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) lembaga semi otonom yang dibentuk oleh
Pengurus Cabang serta disahkan oleh Pengurus Daerah yang berfungsi untuk memberikan
pandangan/pertimbangan dalam mekanisme pemberian Rekomendasi Khusus untuk suatu
Kerjasama Asuransi serta untuk memantau pelaksanaan Jasa Pelayanan Farmasi
sebagaimana mestinya.
9. Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Kabupaten/Kota setempat di
Provinsi Jawa Barat.
10. Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Barat.

2 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

B. PENGATURAN BIAYA PELAYANAN FARMASI DI APOTEK


1. Pelayanan Kefarmasian harus dilaksanakan oleh Apoteker setelah pasien/pengguna jasa
menyetujui dan menyelesaikan seluruh Biaya Pelayanan Farmasi (BPF).
2. Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) terdiri dari :
a) Komponen Harga Dasar Obat (HDO)
b) Komponen Tarif Jasa Pelayanan Farmasi (JPF)
Total Biaya Pelayanan Farmasi dirumuskan sebagai :

BPF = HDO + Tarif JPF

3. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi adalah bersifat addisional dan terpisah dari Harga Dasar Obat.
4. Dalam pelaksanaannya, Tarif Jasa Pelayanan Farmasi dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi Non Asuransi (Reguler); dan
b. Tarif Jasa Pelayanan Farmasi dengan Asuransi (Reguler)
Dengan perincian sebagai berikut :
TARIF JASA
PRAKTIK JENIS TINDAKAN
NO PELAYANAN
KEFARMASIAN KEFARMASIAN
FARMASI (Rp)
1. Pembuatan termasuk  Racikan sirup , salep, krim, 5.000 sd 10.000
pengendalian mutu lotion.
sediaan farmasi  Pengemasan kembali 1.000 sd 2.500/ kemasan
 Pulveres/racikan kapsul 250 sd 500/bks/ kaps
2. Pelayanan obat atas resep  Resep Minimal 10.000 per
dokter (R/) lembar resep

3. Konseling Farmasi 
Konseling Obat resep 20.000 /15 menit

Konseling Obat Bebas atau 5.000 – 10.000/15 menit
Swamedikasi
 Visite/HomeCare/MESO 25.000,-/kunjungan
Yang dimaksud dengan Pelayanan Resep adalah mencakup :
 Skining/Validasi Resep,
 Rasionalisasi Obat/Pengobatan/DRP’s,
 Penetapan Dosis,
 Managemen Pengobatan,
 Komponding,
 Regimentasi ,
 Penyerahan Obat atas Resep,

a. Jasa Pelayanan Farmasi Non Asuransi (Reguler)


Jasa Pelayanan Farmasi berlaku bagi seluruh pasien/pengguna jasa yang tidak menjadi
peserta Lembaga Asuransi yang bekerjasama dengan Apoteker yang bersangkutan.
Pelayanan Kefarmasian yang dilaksanakan oleh Apoteker dengan atau tanpa bersama
tenaga teknis kefarmasian setelah pasien/pengguna jasa menyetujui dan menyelesaikan
Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) sebagaimana mestinya.

3 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

Besarnya Tarif Jasa Pelayanan Farmasi bagi pasien non asuransi (reguler) adalah sesuai
dengan Tabel.

b. Jasa Pelayanan Farmasi Kerjasama dengan Asuransi


Jasa Pelayanan Farmasi yang dilakukan melalui kerjasama dengan Lembaga Asuransi
secara borongan dengan memilih satu dari 2 (dua) pilihan Sistem sebagai berikut :
1) Sistem Kapitasi
Sistem Kapitasi dilakukan secara PraUpaya. Artinya, asuransi telah menyelesaikan
seluruh kewajiban (pembayaran) Tarif Kapitasi kepada Apoteker terhadap seluruh
peserta yang diasuransikan sebelum pelayanan farmasi diberikan. Obat yang
diberikan menggunakan Pedoman Daftar dan Harga Obat yang yang berlaku
(disepakati) di Penyelenggara Asuransi yang bersangkutan.

Penentuan Tarif Kapitasi mengikuti Formula sebagai berikut :


Tarif Kapitasi = Jumlah HDO per satu lembar Resep sesuai Farmakoterapi dan
satuan Tarif JPF dikalikan Prosen Morbiditas
Contoh :
Jenis Penyakit : semua
Rata-rata Morbiditas : 15%
HDO rata-rata per satu lembar resep : Rp 15.000,- (dihitung secara cermat)
Tarif JPF : Rp 20.000,- (Standar)
Maka besarnya Tarif Kapitasi DM = (Rp15.000,- + Rp 20.000,-) x 15%
= Rp 5.250,-
Jumlah minimal peserta Asuransi yang dikapitasi = 10.000 jiwa.

2) Sistem Fee/Claimed For Service


Pembayaran Biaya Pelayanan Farmasi dilakukan oleh Lembaga Asuransi secara
PascaUpaya. Artinya, asuransi harus menyelesaikan seluruh kewajiban (pembayaran)
kepada Apoteker sesuai dengan jumlah peserta asuransi yang terlayani setelah klaim
diajukan lengkap. Obat yang diberikan adalah menggunakan Pedoman Daftar dan
Harga Obat yang yang berlaku (disepakati) di Penyelenggara Asuransi yang
bersangkutan.

Formula sebagai berikut :


Besar Klaim = HDO + JPF

Contoh :
Jumlah Terlayani : 100 lembar
HDO yang telah dilayankan : Rp 25 juta
Tarif JPF : Rp 20.000,-/lembar resep (Standar)
Maka Klaim yang harus dibayar = (Rp25 juta + (100 orang x Rp 20.000,-)
= Rp 25 juta + Rp 2 juta
= Rp 27 juta
4 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF
PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

Untuk mencegah terjadinya permasalahan dalam pembayaran oleh pihak Asuransi,


maka Lembaga Asuransi harus memberikan “Uang Jaminan” sekurang-kurangnya
sebesar 2X (dua kali) dari perkiraan klaim yang diperkirakan oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan hal tersebut, maka Asuransi harus memberi Jaminan kepada Provider
(Apoteker) sebesar Rp 55 juta di depan. Uang Jaminan ini tetap disimpan dan dijaga
oleh Apoteker dan akan dikembalikan apabila Hubungan Kerjasama berakhir.

C. PENGATURAN BIAYA PELAYANAN FARMASI DI RUANG FARMASI KLINIK DAN


PUSKESMAS
Apoteker yang berada di Ruang Farmasi Klinik adalah Apoteker yang menjalankan praktik
kefarmasian dengan mempergunakan sarana dan perbekalan farmasi milik klinik yang
bersangkutan. Oleh karena itu, ketentuan managemen umum yang berlaku di klinik berlaku juga
bagi Apoteker, tetapi tidak termasuk ketentuan dan tatacara pelayanan kefarmasian. Dalam hal
pelaksanaan ketentuan dan tatacara pelayanan kefarmasian harus dibuat Peraturan Internal Ruang
Farmasi yang dibuat oleh Apoteker Penanggungjawab berdasarkan Standar Pelayanan, Standar
Profesi dan Etika Profesi.

Ketentuan Jasa Pelayanan Kefarmasian di Klinik/Puskesmas, diatur sebagai berikut :


PRAKTIK JENIS TINDAKAN
NO TARIF JASA (Rp)
KEFARMASIAN KEFARMASIAN
1. Pembuatan termasuk  Racikan sediaan cair, solid 5000 sd 10.000
pengendalian mutu sediaan dan semi solid.
farmasi  Pengemasan kembali 1000 sd 2500/ kemasan
 Pulveres/racikan kapsul 250 sd 500/bks/ kaps
2. Pelayanan obat atas resep  Resep Minimal 10.000 per lembar
dokter (R/) resep

3. Konseling Farmasi  Konseling Obat resep 20.000 /15 menit


 Konseling Obat Bebas atau 5.000 – 10.000/15 menit
Swamedikasi
 Visite/HomeCare/MESO 25.000,-/kunjungan
Yang dimaksud dengan Pelayanan Resep adalah mencakup :
Skining/Validasi Resep,
Rasionalisasi Obat/Pengobatan/DRP’s,
Penetapan Dosis,
Managemen Pengobatan,
Komponding,
Regimentasi ,
Penyerahan Obat atas Resep,

Besarnya Jasa Tindakan Kefarmasian tidak bergantung serta tidak dapat dihubungkan
dengan Harga Obat.

5 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

Pendapatan pokok Apoteker diatur sebagai berikut :


1) Honorarium Apoteker : Rp 2.500.000,-/bulan, dan
2) Jasa Profesi Apoteker : 10% Perolehan Jasa Tindakan Kefarmasian
Dimana :
1. Besarnya Biaya/harga Obat dan Biaya Administrasi Kefarmasian ditentukan bersama antara
Apoteker Penanggungjawab dengan Managemen Klinik.
2. Ketentuan mengenai prosedur pemberian Honorarium dan Jasa Tindakan Kefarmasian oleh
Apoteker dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama antara pihak Apoteker
Penanggungjawab dengan pihak Managemen Klinik dimana Perjanjian tersebut tidak boleh
mengurangi dan/atau membatasi Apoteker dalam menjalankan Praktik Kefarmasian sesuai
kaidah-kaidah :
 Standar Pelayanan,
 Standar Profesi,
 Standar Prosedur Operasional dan
 Etika Profesi

D. PENGATURAN BIAYA PELAYANAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RS


Apoteker yang berada di Instalasi Farmasi RS adalah Apoteker yang menjalankan praktik
kefarmasian dengan mempergunakan sarana dan perbekalan farmasi milik RS yang bersangkutan.
Oleh karena itu, ketentuan managemen umum (mengenai Gajih dan lain-lain) yang berlaku di
Rumah Sakit berlaku juga bagi Apoteker, tetapi tidak termasuk Ketentuan dan Tatacara Pelayanan
Kefarmasian di dalam Instalasi tersebut. Dalam hal pelaksanaan Ketentuan dan Tatacara Pelayanan
Kefarmasian harus dibuat Peraturan Internal di Instalasi Farmasi yang dibuat oleh Apoteker
Penanggungjawab berdasarkan Standar Pelayanan, Standar Profesi dan Etika Profesi.

Ketentuan Pelaksanaan Jasa Pelayanan Kefarmasian di IFRS diatur sebagai berikut :


1. Pasien Umum (Non Asuransi)
Berlaku juga bagi pasien peserta Asuransi yang materinya tidak dicover (di luar
jangkauan/cakupan Asuransi)
PRAKTIK JENIS TINDAKAN
NO TARIF JASA (Rp)
KEFARMASIAN KEFARMASIAN
1. Pembuatan termasuk  Racikan sirup , salep, krim, 5000 sd 10.000
pengendalian mutu lotion.
sediaan farmasi  Pengemasan kembali 1000 sd 2500/ kemasan
 Pulvers/racikan kapsul 250 sd 500/bks/ kaps
2. Pengamanan pengadaan  Tandatangan Surat Pesanan 25.000 per faktur
(SP) Narkotika dan
Psikotropika
 Tandatangan Surat Pesanan Rp. 15.000 sd 20.000/faktur
(SP) Psikotropika non tunggal
dan obat-obat prekursor
 Tandatangan Surat Pesanan 1% dari nilai nominal faktur
(SP) Obat Non Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor

6 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

3. Distribusi dan pelayanan  Resep  25.000 per lembar resep


obat atas resep dokter (R/)  10.000 per KIO

4. Konseling Farmasi  Konseling Obat resep 20.000/15 menit


 Konseling Obat 5000 – 10.000/15 menit
bebas/swamedikasi
 Visite/HomeCare/MESO 25.000,-/kunjungan

2. Pasien Peserta Asuransi


PRAKTIK JENIS TINDAKAN
NO TARIF JASA (Rp)
KEFARMASIAN KEFARMASIAN
1. Pengamanan pengadaan  Tandatangan Surat Pesanan 25.000 per faktur
(SP) Narkotika dan
Psikotropika
 Tandatangan Surat Pesanan 15000 sd 20.000/faktur
(SP) Psikotropika non tunggal
dan obat-obat prekursor
 Tandatangan Surat Pesanan 1% dari nilai nominal faktur
(SP) Obat Non Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
2. Distribusi dan pelayanan  Resep Pasien RawatJjalan 5.000 s/d 10.000/ kunjungan
obat atas resep dokter (R/) pasien
 Pasien Rawat Tinggal 13,5 % dari tarif paket yang
telah dikurangi biaya obat dan
Barang Medis Habis Pakai
(BMHP)
3. Konseling Farmasi  Obat resep 20.000/15 menit
 Obat bebas/swamedikasi 5000 – 10.000/15 menit
 Visite/HomeCare/MESO 25.000,-/kunjungan

1. Besarnya Biaya/harga Obat dan Biaya Administrasi Kefarmasian ditentukan bersama antara
Apoteker Penanggungjawab dengan Managemen Rumah Sakit.
2. Ketentuan mengenai prosedur pemberian Honorarium dan Jasa Tindakan Kefarmasian oleh
Apoteker dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama antara pihak Apoteker dengan pihak
Managemen Rumah Sakit dimana Perjanjian tersebut tidak boleh mengurangi dan/atau
membatasi Apoteker dalam menjalankan Praktik Kefarmasian sesuai kaidah-kaidah :
 Standar Pelayanan,
 Standar Profesi,
 Standar Prosedur Operasional dan
 Etika Profesi

7 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

E. STANDAR PROFESI DALAM PEMBERIAN JASA PELAYANAN FARMASI


Standar Profesi dalam pemberian Jasa Pelayanan Kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Jasa Swamedikasi/Penyerahan Obat Emergency ke Tenakes lain
Standar Profesi :
a. Memberikan solusi paling rasional dan paling berisiko rendah bagi pasien dengan tetap
mengacu pada Catatan Pengobatan Pasien (PMR).
b. Sebagai bahan untuk tindak lanjut kepada dokter yang sesuai.
c. Mencegah terjadinya penyalahgunaan/penggunasalahan obat oleh pasien akibat
informasi yang terbatas.

2. Jasa Skrining/Validasi Resep atau Permintaan Obat dan Asesmen Pendahuluan


Standar Profesi :
a. Memastikan terpenuhinya persyaratan hukum dan administrasi resep (validitas dan
keabsahan resep/permintaan obat)
b. Mencegah terjadinya persoalan hukum terkait resep yang tidak sah/tidak valid
c. Sebagai upaya preventif mencegah terjadinya penyalahgunaan obat serta menekan
inefisiensi farmasi.
d. Pemeriksaan ulang dan penyesuaian PMR atas pasien yang bersangkutan
e. Memastikan status/ketepatan pasien (verified) Asesmen Pendahuluan
f. Sebagai legitimasi untuk dapat melakukan proses pelayanan selanjutnya.

Catatan : Setiap Apoteker berkewajiban untuk menolak resep yang tidak valid/tidak sah (SIP
Dokter Kadaluwarsa)

3. Jasa Rasionalisasi Resep/Obat


Standar Profesi :
a. Melakukan penilaian secara komprehensif atas permintaan obat dalam resep dengan
mengikuti kaidah-kaidah standar profesi.
b. Memastikan kebenaran komposisi obat dalam resep terhadap kondisi klinis pasien dan
kaidah medis-kefarmasian
c. Memastikan tidak terjadi kasus DRP’s (Drug Related Problems)
d. Mencegah terjadinya kasus polifarmasi

4. Jasa Penetapan Obat


Standar Profesi :
a. Menetapkan jenis obat secara tepat dan benar terkait keadaan klinis dan kesesuaian
farmasetis
b. Menetapkan dosis/potensi dan bentuk sediaan obat sesuai kondisi biologis pasien
c. Menetapkan jumlah/satuan obat untuk rencana kontrol/monitoring

5. Jasa Peracikan/Penyiapan Bentuk Sediaan


Standar Profesi :
a. Menetapkan cara penyiapan/pembuatan/peracikan obat dengan benar sesuai SOP
b. Penyiapan/pembuatan/peracikan obat dengan benar sesuai SOP
c. Menetapkan rencana dispensing dan regimentasi
d. Memastikan labelling, etiketting dan pengemasan telah sesuai

8 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

6. Jasa Regimentasi (Penentuan Jadwal dan Cara Pemakaian Obat)


Standar Profesi :
a. Mengarahkan capaian efektifitas pengobatan selama waktu tertentu.
b. Menetapkan rencana kontrol/monitoring penggunaan obat
c. Menetapkan Jadwal Pemberian Obat sesuai kondisi biologis dan klinis pasien
d. Menetapkan Cara Pemakaian Obat secara benar menurut kaidah medis dan farmasetis

7. Jasa Konseling dan Penyerahan Obat


Standar Profesi :
a. Mengetahui dan memastikan pasien memahami tujuan pengobatan
b. Memastikan pasien mengetahui risiko dan manfaat penggunaan obat
c. Memastikan pasien dapat menggunakan obat secara benar
d. Memastikan pasien mentaati nasehat-nasehat Apoteker
e. Merencanakan Visite/Home Care dan Monitoring jika perlu atas persetujuan pasien.

8. Jasa Dokumentasi (PMR dll)


Standar Profesi :
a. Mencatat status klinis pasien dan obat-obat yang diberikan.
b. Sebagai bahan untuk penyusunan riwayat penggunaan obat terkait penyakit
c. Membantu dalam penyiapan inventori dan rencana tindak lanjut penanganan pasien.

9. Jasa Monitoring (Efek Samping, DRP’s)


Standar Profesi :
a. Menindaklanjuti perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
b. Melakukan pemantauan efek samping pengobatan yang (mungkin/telah) muncul
c. Menetapkan dan memberi rekomendasi untuk tindakan medis/pengobatan berikutnya.

10. Jasa Home Care/Visite Apoteker


Standar Profesi :
a. Menindaklanjuti perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
b. Melihat sejauhmana pengaruh penggunaan (efektifitas) obat pada pasien selama waktu
tertentu.
c. Menggali data-data yang relevan terkait penggunaan obat-obat tertentu.
d. Menetapkan dan memberi rekomendasi untuk tindakan medis/pengobatan berikutnya.

F. PENGATURAN DAN PENGORGANISASIAN


1. Setiap Cabang harus segera mensosialisasikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
Ketentuan ini kepada seluruh Anggota sesuai klaster fasilitas pelayanan kefarmasian.
2. SK Pengurus Daerah ini berlaku umum serta seragam di seluruh wilayah kerja PD IAI
JABAR.
3. Pelaksanaan Biaya Pelayanan Farmasi dalam praktik kefarmasian harus dijalankan oleh
Apoteker di tempat praktik yang bersangkutan tanpa bergantung dengan ada atau tidak
adanya Lembaga Asuransi.
4. Dalam hal penetapan Jasa Pelayanan Farmasi akibat Kerjasama dengan Setiap Lembaga
Asuransi, didasarkan pada SK Pengurus Daerah ini.

9 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

5. Kerjasama antara Apoteker Penanggungjawab dengan Lembaga Asuransi dilakukan melalui


mekanisme Pemberian Rekomendasi Khusus yang diterbitkan oleh Pengurus Cabang
berdasarkan Verifikasi dari Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF).
6. Rekomendasi Khusus sebagaimana dimaksud adalah mengikuti format yang diberikan oleh
PD IAI JABAR
7. Tugas dan tatakerja Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi berpedoman pada Petunjuk yang
diterbitkan oleh Pengurus Daerah.
8. Pengurus Cabang harus segera melaporkan pemberian Rekomendasi Khusus sebagaimana
dimaksud kepada Pengurus Daerah selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
Rekomendasi Khusus diterbitkan.
9. Rekomendasi Praktik Apoteker akan dicabut apabila Fasilitas dan/atau Apoteker yang
bersangkutan :
a. tidak menjalankan Ketentuan mengenai Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) dalam praktik
kefarmasian yang dilakukan, atau
b. menerapkan Jasa Pelayanan Farmasi tetapi tidak melaksanakan Standar Profesi

G. PENGATURAN TAMBAHAN
1. Dalam suatu Praktik Tunggal (Apotek dengan satu orang Apoteker), maka segala
pengaturan, pemanfaatan dan pengelolaan Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) dilaksanakan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
2. Dalam suatu Klinik (dengan satu orang Apoteker), maka segala pengaturan, pemanfaatan
dan pengelolaan Biaya Pelayanan Farmasi (BPF) dilaksanakan oleh Apoteker bersama
Managemen Klinik
3. Dalam suatu Praktik Bersama (Apotek/Klinik), maka pengaturan Remunerasi Apoteker
dilaksanakan berdasarkan pada peran dan tanggungjawab masing-masing, tingkat
kompetensi (paralel dengan SKP Praktik), ketersediaan waktu nyata serta kriteria-kriteria
lain yang mencerminkan keadilan. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini diatur oleh
Daerah bersama Cabang.
4. Untuk menjamin dan memonitor pelaksanaan Jasa Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian, Cabang membentuk Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi
(TPJPF) di bawah supervisi Daerah.
5. Pembentukan Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) harus dilegalkan oleh
Cabang dalam bentuk Surat Keputusan untuk masa bakti 4 (empat) tahun serta mendapat
pengesahan dari Daerah.
6. Dalam menjalankan tugasnya Tim Pemantau Jasa Pelayanan Farmasi (TPJPF) membuat
laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Pengurus Cabang dan
ditembuskan kepada Pengurus Daerah.

10 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

H. KETENTUAN PENUTUP
1. Terhadap pelaksanaan praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian yang masih
menggunakan pola lama, harus segera menyesuaikan dengan Surat Keputusan ini selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak Keputusan ini disahkan.
2. Ketetapan mengenai Biaya Pelayanan Farmasi ini akan disesuaikan kembali setiap 1 (satu)
tahun sekali.
3. Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

13 Januari 2013

11 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF


PENGURUS DAERAH
IKATAN APOTEKER INDONESIA (IAI) JAWA BARAT
Sekretariat : Jl. PHH. MUSTOFA No. 39 Surapati Core Blok M-11 Bandung;
Telp 022-87241408
Website : http://www.iaijabar.net - email : sekretariat.iaijabar@gmail.com

PENANDATANGANAN SK No.001/SK-BPF/PD IAI JBR/I/2013


Tentang
PEDOMAN BIAYA PELAYANAN FARMASI
DI WILAYAH JAWA BARAT

PENGURUS IKATAN APOTEKER INDONESIA


DAERAH JAWA BARAT

DTD DTD

Drs. H. Made Pasek Narendra, MM., Apt Ali Mashuda, S. Si., Apt
Ketua Sekretaris

Saksi :
Mengetahui Tanda Tangan Nama
1. Koordinator Wilayah I
(Bandung Kota, Bandung Kabupaten, Drs. H. Akhmad Priyadi,
DTD
Bandung Barat Kabupaten, Sumedang MM., Apt
dan Cimahi)
2. Koordinator Wilayah II
Yanyan Hardian, S. Farm.,
(Garut, Tasikmalaya Kota, Tasikmalaya DTD
Apt
Kabupaten, Kota Banjar dan Ciamis)
3. Koordinator Wilayah III
(Cirebon Kota, Cirebon Kabupaten, DTD Drs. Suwarno, Apt
Indramayu, Kuningan dan Majalengka)
4. Koordinator Wilayah IV
(Purwakarta, Subang dan Karawang) DTD Indah Astuti, S. Si., Apt

5. Koordinator Wilayah V
(Sukabumi Kota, Sukabumi Kabupaten DTD Hidayat, S. Si., Apt
dan Cianjur)
6. Koordinator Wilayah VI
(Bekasi Kota, Bekasi Kabupaten) DTD Dra. Etty Kusraeti, Apt

7. Koordinator Wilayah VII


Dra. Fatimah Sekarningsih,
(Depok Kota, Bogor Kota dan Bogor DTD
Apt
Kabupaten)

Minggu, 13 Januari 2013

12 | SK PD IAI JABAR TENTANG BPF

Anda mungkin juga menyukai