Anda di halaman 1dari 17

PENGKAJIAN REFLEKS PADA BAYI

“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Anak”

Dosen Pengampu: Sulistyarini, S.Kep.,Ns.,M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Tri Mulyani (17021271)


2. Umi Novita Sari (17021272)
3. Vindi Novitasari (17021273)
4. Windi Puspitasari (17021274)
5. Windy Kurnia Dewi (17021275)
6. Wiwik Yulianti (17021276)
7. Yolania Mintra (17021277)
8. Yulia Suci Anugrah Sari (17021278)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES AN NUR PURWODADI

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan kemudahan bagi penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya.Makalah ini guna memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Anak Program Studi S1 Keperawatan, yang mana dengan tugas ini penyusun sebagai
mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan.
Makalah yang berjudul tentang “Pengkajian Refleks pada Bayi”.
Penyusun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi
isi mau pun penggunaan tata bahasa yang baik dalam penyusunan makalah ini.Penyusun
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk bantuan moril mau pun
materiil.Maka penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, dengan rendah hati dan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun
berserah diri.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya, saran dan kritik yang membangun dengan terbuka penyusun terima untuk
meningkatkan kualitas makalah ini.

Purwodadi, Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penulisan ............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi memilki reflek saat lahir yang membantunya untuk menyusuaikan
dirihidup diluar rahim. Salah satu yang terpenting adlah reflek menghisap. Ketikabibir
tersentuh, bayi akan langsung melakukan gerakan menghisap menyentuhmulut-mulut
langit bayi. Semakin mengintensifkan reflek hisapan . Jika ibu menyentuh pipi bayi
dia akan menghadap ke arah itu dan membuka mulut nya untuk menghisap itu
disebut reflek dasar.

Reflek menghisap dan dasar bekerja sama menyentuh bayi menyusui pada
ibunya sejak lahir.Refleks menarik lain disebut reflek moro atau reflek kejut. Jika
bayi tiba-tiba mendengar suara keras atau dianggkat dengan kasar, dia akan terkejut
danmengayunkan kedua tanganya dengan cepat kemungkinan anda akan melihatreflek
menggenggam. Bayi akan langsung menyambar dan menggenggamdengan erat
benda seperti jari atau benda serupa kekuatan genggaman BBL luar biasa kuat

A. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari gerak reflek?
2. Apasaja macam-macam gerak reflek fisiologi pada bayi?
3. Apasaja macam-macam gerak reflek patologis pada bayi?

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai reflek pada bayi


2. Mengetahui raflek apa saja pada bayi
3. Mengetahui macam-macam reflek fisiologis pada bayi
4. Mengetahui macam-macam reflek patologis pada bayi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerak Reflek


Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu
dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak,
kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai
perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari
otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa
disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
B. Jenis - jenis Reflek
a. Refleks fisiologis
Pada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan
kedua lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke
arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot
dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor. Pada refleks kornea atau
refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan
melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral
kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder
halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata
ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa
kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi
kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus,
lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan
sampai ke spingter pupil.
1. Pemeriksaan Neurologi
1) Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan
Glasgow Coma Scala (GCS) :
a) Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon

b) Refleks verbal (V)


5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara

c) Refleks motorik (M)


6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita
yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma
dalam, GCS-nya 3 (1-1-1) Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua
mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada
trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra
parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
·      GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur
kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Ø Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Ø Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara
motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.
Ø Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan
nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi
mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan
menggunakan kepala.
Ø Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada
yang menghindar (contoh mnghindri tusukan)
Ø Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Ø Compos mentis : bereaksi secara adekuat
Ø Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Ø Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai
dengan kekacauan fikirannya.
Ø Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
·      Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan
intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan
komunikasi.
a. Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
d) N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,
tembakau, alkohol,dll)
b.      N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan
periksa lapang pandang
c.       N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil,
gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra,
refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
d.      N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):
sama seperti N.III
e.       N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi,
refleks kornea dan refleks kedip):
menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan
kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi
suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea
dengan kapas
f.       N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :
sama sperti N.III
g.      N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak
mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan
garam
h.      N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) :
test Webber dan Rinne
i.        N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):
membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)
j.        N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :
menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap
“ah…!”
k.      N.XI: Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat
kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan
tahanan dan suruh pasien melawan tahan.
l.        N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien
menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien
melawan tekanan tadi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
a. Refleks superficial
• Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra
umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
• Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara :            goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
• Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
• Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

• Refleks Periosto radialis


Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah
fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi
m.brachiradialis
• Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah
fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
• Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
• Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
• Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung
• Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung

b. Refleks patologis
·  Hoffmann Tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan
pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif
jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
·   Rasping
Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan
telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari
pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa.
Normal masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan
terdapat lesi di area premotorik cortex
·  Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali
ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf
VII kontralateral
·  Reflek snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan
menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul
reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi
UMN bilateral
·  Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan
timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis
·  Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi
lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai.
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan
jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.

·  Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah,
dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski
·  Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul
reflek seperti babinski

·  Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek
seperti Babinski
·  Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari
tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
·  Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan
terjadi fleksi jari-jari kaki.
·  Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari
kaki.
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1.    Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas
perintah
2.    Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3.    Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4.    Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan
membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5.    Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh
sendiri maupun orang lain.
6.    Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika
sederhana.

Refleks Primitif
Moro

 
Refleks berjalan 

 
Refleks menghisap/menyusu
 
Tonic neck reflex

 Palmar grasp reflex


Refleks Babinski

Refleks Galant
 Refleks Berenang

Refleks Babkin 

DAFTAR PUSTAKA
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders

Anda mungkin juga menyukai