Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
Squad, tahu nggak kalau setelah merdeka pada tahun 1945, sebagai negara baru
Indonesia pernah beberapa kali berganti sistem pemerintahan. Setelah
“mencoba” demokrasi liberal, Indonesia mengubah haluan sistem pemerintahannya ke
sistem demokrasi terpimpin. Hal ini dimaksudkan agar seluruh keputusan serta
pemikiran yang berkaitan dengan negara berpusat pada pemimpin negara saat itu,
yaitu Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin dimulai sejak lahirnya Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
Pada 9 Juli 1959, Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang
dilantik pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program kerja yang disebut Tri
Program yang meliputi:
Kondisi ekonomi pada masa awal Demokrasi Terpimpin sangat terpuruk akibat
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada
masa ini, sistem ekonomi berjalan dengan sistem komando, di mana alat-alat produksi
dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai negara atau minimal di bawah
pengawasan negara.
Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai
uang. Gimana sih penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk uang kertas
pecahan Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu,
semua simpanan di bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.
Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari
imperialisme. Meski begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi
kesulitan ekonomi dan masalah inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian
Indonesia stagnan. Masalah perekonomian diatur atau dipegang oleh pemerintah
sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak diabaikan.
Dalam bidang sosial, pada masa Demokrasi Terpimpin pernah terjadi konflik antar
pedagang asing, terutama Cina. Pada 1 Januari 1960, para pedagang asing dilarang
berdagang di pedesaan. Akibatnya, banyak di antara mereka yang dipindahkan ke kota.
Atas kebijakan tersebut pemerintah di Beijing memberikan reaksi keras terhadap usaha
tentara Indonesia melarang warga negara asing (etnis Cina) bergerak dalam bidang
usaha eceran diluar kota-kota besar.
2. Kerusuhan di Jakarta
Dalam bidang kebudayaan, juga terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra (Lembaga
Kebudayaan Rakyat) kelompok pendukung ajaran Nasakom sementara Manikebu
(Manifesto Kebudayaan) adalah sekelompok cendekiawan yang anti dengan ajaran
tersebut. Kelompok Manikebu mendukung Pancasila, namun tidak mendukung ajaran
Nasakom. Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional didominasi ideologi tertentu.
Manikebu kemudian dilarang oleh pemerintah RI karena dianggap menunjukkan sikap
ragu-ragu terhadap revolusi. Tokoh-tokoh dalam Manikebu antara lain H.B. Jassin dan
Taufiq Ismail.
Squad, sekarang kamu tentu bisa dengar berbagai musik dan menarikan berbagai
tarian dengan bebas, ‘kan? Berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin, segala aspek
kehidupan masyarakat berada di bawah dominasi politik. Bahkan, kelompok seniman
Koes Bersaudara (Koes Plus) juga pernah ditahan oleh pihak Kejaksaan karena
dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan. Melalui pidato-pidatonya, Presiden
Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa musik “rock and roll”, dansa ala “cha-
cha”, musik pop.