Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Kelas 12 | Kehidupan Indonesia

di Masa Demokrasi Terpimpin


Irene Swastiwi Viandari Kharti Jun 25, 2018 • 7 min read
Konsep Pelajaran Kelas 12 SMA Sejarah XII

Squad, tahu nggak kalau setelah merdeka pada tahun 1945, sebagai negara baru
Indonesia pernah beberapa kali berganti sistem pemerintahan. Setelah
“mencoba” demokrasi liberal, Indonesia mengubah haluan sistem pemerintahannya ke
sistem demokrasi terpimpin. Hal ini dimaksudkan agar seluruh keputusan serta
pemikiran yang berkaitan dengan negara berpusat pada pemimpin negara saat itu,
yaitu Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin dimulai sejak lahirnya Dekrit Presiden 5
Juli 1959.

Pada 9 Juli 1959, Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang
dilantik pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program kerja yang disebut Tri
Program yang meliputi:

(1) masalah-masalah sandang dan pangan,


(2) keamanan dalam negeri, dan

(3) pengembalian Irian Barat.


Kebijakan-kebijakan politik yang terdapat dalam infografis di atas tentunya tidak lepas
dari berbagai kecaman karena adanya penyimpangan. Seperti penetapan Soekarno
sebagai Presiden Seumur Hidup. Hmm, kok bisa? Waktu itu masih bisa, karena waktu
itu UUD 1945 belum diamandemen, dan di Pasal 7 saat itu hanya disebutkan bahwa
presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih
kembali. Wah, kalau sekarang tentu nggak bisa yaa.

Selain itu, keberadaan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan


DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara) juga menuai kontroversi. Kenapa?
Tidak lain karena pembentukannya dibuat langsung oleh presiden, bahkan diketuai
olehnya. Padahal seharusnya, badan seperti MPRS dipilih melalui Pemilu (Pemilihan
Langsung).

Kehidupan Indonesia di masa Demokrasi Terpimpin ini memicu terjadinya berbagai


peristiwa penting. Peristiwa apa saja, bisa kamu cek di infografis di bawah ini ya,
Squad!
Baca juga: 5 Bentuk Penyimpangan Demokrasi Terpimpin terhadap Politik Luar
Negeri

Kondisi ekonomi pada masa awal Demokrasi Terpimpin sangat terpuruk akibat
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada
masa ini, sistem ekonomi berjalan dengan sistem komando, di mana alat-alat produksi
dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai negara atau minimal di bawah
pengawasan negara.

1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Badan Perancangan


Pembangunan Nasional (Bappenas)

Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan


Perancang Nasional (Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin.
Dapernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan nasional
yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Pola
Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas Blueprint tripola yaitu proyek
pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan pembangunan.

Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional


(Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas. Tugas
Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek.

2. Penurunan nilai uang

Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai
uang. Gimana sih penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk uang kertas
pecahan Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu,
semua simpanan di bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.

3. Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari
imperialisme. Meski begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi
kesulitan ekonomi dan masalah inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian
Indonesia stagnan. Masalah perekonomian diatur atau dipegang oleh pemerintah
sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak diabaikan.

4. Pembangunan Proyek Mercusuar

Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek


mercusuar. Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar
mendapat perhatian dari luar negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New
Emerging Forces) sebagai tandingan dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek
besar seperti gedung CONEFO yang sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI
Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, pembangunan
Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.

Pembangunan Kompleks Olahraga di Senayan, termasuk Gelora Bung Karno


merupakan proyek yang ambisius pada saat itu. (Sumber: sejarahri.com).

1. Larangan pedagang asing di luar ibukota daerah

Dalam bidang sosial, pada masa Demokrasi Terpimpin pernah terjadi konflik antar
pedagang asing, terutama Cina. Pada 1 Januari 1960, para pedagang asing dilarang
berdagang di pedesaan. Akibatnya, banyak di antara mereka yang dipindahkan ke kota.
Atas kebijakan tersebut pemerintah di Beijing memberikan reaksi keras terhadap usaha
tentara Indonesia melarang warga negara asing (etnis Cina) bergerak dalam bidang
usaha eceran diluar kota-kota besar.

2. Kerusuhan di Jakarta

Pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia, keadaan sosial Indonesia mulai kacau.


Kedutaan besar Inggris dan 21 rumah stafnya dibakar habis di Jakarta. Sebagai
balasan, kedutaan besar Indonesia di Malaysia juga mengalami kerusakan. Hal ini
berujung pada pemutusan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura.
Soekarno ketika masa Demokrasi Terpimpin (Sumber: qudsfata.com).

3. Konflik Lekra dengan Manikebu

Dalam bidang kebudayaan, juga terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra (Lembaga
Kebudayaan Rakyat) kelompok pendukung ajaran Nasakom sementara Manikebu
(Manifesto Kebudayaan) adalah sekelompok cendekiawan yang anti dengan ajaran
tersebut. Kelompok Manikebu mendukung Pancasila, namun tidak mendukung ajaran
Nasakom. Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional didominasi ideologi tertentu.
Manikebu kemudian dilarang oleh pemerintah RI karena dianggap menunjukkan sikap
ragu-ragu terhadap revolusi. Tokoh-tokoh dalam Manikebu antara lain H.B. Jassin dan
Taufiq Ismail.

4. Pelarangan musik dan tarian ala Barat

Squad, sekarang kamu tentu bisa dengar berbagai musik dan menarikan berbagai
tarian dengan bebas, ‘kan? Berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin, segala aspek
kehidupan masyarakat berada di bawah dominasi politik. Bahkan, kelompok seniman
Koes Bersaudara (Koes Plus) juga pernah ditahan oleh pihak Kejaksaan karena
dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan. Melalui pidato-pidatonya, Presiden
Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa musik “rock and roll”, dansa ala “cha-
cha”, musik pop.

Hidup di masa sekarang tentunya berbeda dengan kehidupan Indonesia di masa


demokrasi terpimpin, ya. Jika di masa sekarang kita bisa hidup bebas, di masa itu
pemerintah hampir “memasuki” semua aspek kehidupan. Kita harus bersyukur nih,
Squad. Oh iya, kalau kamu mau diskusi tentang topik ini lewat ruangles yang pastinya
didampingi sama guru-guru yang handal.

Anda mungkin juga menyukai